biologi konservasi laporan p2m -...

32
LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN ERGOLOGI BERORIENTASI KEARIFAN LOKAL DI DESA TIGAWASA KECAMATAN BANJAR, BULELENG OLEH PROF. DR. NYOMAN WIJANA, M.Si PROF. DR. IBP. ARNYANA, M.Si DR. IGAN. SETIAWAN, M.Si DRS. SANUSI M, M.Pd FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2015 BIDANG PROGRAM : BIOLOGI KONSERVASI

Upload: trinhtu

Post on 18-Mar-2019

253 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

LAPORAN P2M

SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

ERGOLOGI BERORIENTASI KEARIFAN LOKAL DI DESA TIGAWASA

KECAMATAN BANJAR, BULELENG

OLEH

PROF. DR. NYOMAN WIJANA, M.Si

PROF. DR. IBP. ARNYANA, M.Si

DR. IGAN. SETIAWAN, M.Si

DRS. SANUSI M, M.Pd

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2015

BIDANG PROGRAM : BIOLOGI

KONSERVASI

Page 2: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

LEMBAR PENGESAHAN

a.Judul Program : Sosialisasi Konservasi Hutan Adat Melalui Pendekatan Ergologi

Berorientasi Kearifan Lokal di Desa Tigawasa Kecamatan Banjar, Buleleng

b. Jenis Program : Sosialisasi

c. BidangKegiatan :BiologiKonservasi

d. IdentitasPelaksana :

1. KetuaPelaksana :

- Nama : Prof. Dr. NyomanWijana, M.Si

- NIP : 196012311984031012

- NIDN : 0001126006

- Pangkat/Golongan : Pembina Utama/ IV e

- Alamat Kantor : Jalan Udayana Singaraja

- Alamat Rumah : Dusun Tegal Desa Sangsit, Kec. Sawan,

Buleleng

2. Anggota 1

- Nama : Prof. Dr. IBP. Arnyana, M.Si.

- NIP : 195812311986011005

- NIDN : 003111125821

- Pangkat/Golongan : Pembina Madya/IV d

- Alamat Kantor : Jalan Udayana Singaraja

- Alamat Rumah : BTN Banyuning Singaraja

2. Anggota 2

- Nama : Dr. IGAN Setiawan, M.Si

- NIP : 196107171986011003

- NIDN : 0017076102

- Pangkat/Golongan : Penata Tk I /IIId

- Alamat Kantor : Jalan Udayana Singaraja

- Alamat Rumah : Perumahan Banyuning Indah Blok B No. 46

Singaraja

2. Anggota 3

- Nama : Drs. Sanusi M, M.Pd

- NIP : 19584071983031001

- NIDN : 0019055701

Page 3: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

- Pangkat/Golongan : Penata /IIIc

- Alamat Kantor : Jalan Udayana Singaraja

- Alamat Rumah : Singaraja

e. Biaya yang Diperlukan : Rp11.200.000,-

f. Lama Kegiatan : 12 Bulan

Page 4: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

Daftar Isi

HalamanJudul ………………………………………………………………………… i

HalamanPengesahan…………………………………………………………………... ii

Bab I Pendahuluan

1.1 LatarBelakang……………………………………………………………………...

1.2 AnalisisSituasi……………………………………………………………………...

1.3 Identifikasi Dan RumusanMasalah………………………………………………...

1

3

6

Bab II KajianPustaka

2.1. VegetasiHutan……………………………………………………………………..

2.2. PendekatanErgologi……………………………………………………………….

2.3. KearifanLokal……………………………………………………………………..

2.4. TujuanKegiatan……………………………………………………………………

2.5. ManfaatKegiatan…………………………………………………………………..

7

8

17

18

19

Bab III MateridanMetodePelaksanaan

3.1. KerangkaPemecahanMasalah…………………………………………………….

3.2. RuangLingkupdanKeterbatasan………………………………………………….

3.3. KhalayakSasaran…………………………………………………………………..

3.4. Keterkaitan…………………………………………………………………………

3.5. MetodeKegiatan…………………………………………………………………...

20

20

21

21

22

Bab IV HasildanPembahasan

4.1. JumlahPeserta……………………………………………………………………..

4.2. AktivitasKegiatan ………………………………………………………………...

4.3. ProdukKegiatan……………………………………………………………………

24

24

25

Bab V Simpulandan Saran

5.1. Simpulan (sementara)……………………………………………………………...

5.2. Saran- saran………………………………………………………………………..

30

30

DaftarPustaka…………………………………………………………………………. 30

Page 5: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian yang telah dilakukan oleh Wijana (2013) adalah menggali tentang

biodiversity hutan yang ada di Desa Bali Aga khususnya Desa Tigawasa. Dari hasil kajian

tersebut dapat ditarik simpulan umum yaitu: (1) Hutan yang ada di desa Tigawasa masih

merupakan hutan primer; (2) Pola pengelolaan hutan di Desa Tigawasa mengacu pada

pengelolaan hutan berbasis kearifan lokal, (3) komposisi spesies di hutan Desa Tigawasa

terdistribusi dalam ruang yang rapat dan mengelompok. Simpulan khusus yang mengarah

kepada parameter vegetasi yaitu 1) karakteristik spesies tumbuhan yang menyusun vegetasi

hutan adat yang ada di desa Tigawasa adalah sebanyak 24 spesies tumbuhan,2) Pola struktur

tegakan hutan adat yang ada di desa Tiga Wasa adalah berbentuk kurve J terbalik atau tipe L

atau tegakan tidak seumur; 3) indeks keanekaragaman spesies tumbuhan pada vegetasi hutan

adat yang ada di desa Tigawasa rata-rata 3,3829. Pola pengelolaan hutan adat di hutan desa

adat Tigawasa mengacu pada Dresta atau tradisi yang ada di desa tersebut.

Dengan melihat kondisi hutan yang ada di desa Bali Aga tersebut, perlu dilakukan

suatu bentuk kegiatan pelestraian hutan / bioconservation. Pelestarian dilakukan dengan

mengadakan sosialisasi konservasi melalui revegetasi atau reforestasi di Desa Tigawasa.

Pelestarian ini bertujuan untuk menjaga stabilitas vegetasi hutan adat yang ada di Desa

Tigawasa.

Isu sentral dalam kaitannya dengan revegetasi yang dilakukan oleh pemerintah,

pelaksanaannya di lapangan telah banyak mengalami kegagalan. Kegagalan terjadi akibat

kurang matangnya perencanaan, pelaksanaan, dan perawatan revegetasi tersebut. Dana yang

dikeluarkan, habis sedemikian rupa akibat dari mismanajemen. Tumbuhan yang ditanam di

daerah di mana revegetasi itu dilakukan, tidak dirawat sehingga tanaman tersebut mati.

Bahkan sering terjadi, tanaman yang digunakan untuk revegetasi adalah tanaman yang tidak

mempertimbangkan tumbuhan asli setempat, sehingga tanaman tersebut mengalahkan

tanaman aslinya.

Dalam pengabdian ini, pelaksanaan sosialisasi tentang pelestarian hutan adat dengan

menggunakan pendekatan ergologi berorientasi kearifan lokal. Hal ini dimaksudkan untuk

tetap mengangkat kearifan lokal yang ada di desa tersebut yang sudah bersifat familiarisme,

membudaya, dan menjadi kepercayaan yang merasuk sebagai jiwa hati.

Pendekatan ergologi adalah gabungan dari Ergonomi Total dan Ekologi. Ergonomi

Total mengkaji melalui konsep SHIP (sistemik, holistik, interdisiplin, dan partisipatori) dan

Page 6: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

TTG (teknologi tepat guna). Kajian ini menekankan pada sikap, instrumen, dan lingkungan

(kerja) agar selaras dan harmonis serta nyaman untuk meningkatkan produktivitas kerja.

Ekologi mengkaji tentang lingkungan (abiotik, biotik dan culture) di mana lingkungan agar

senantiasa dalam keadaan equilibrium. Dengan demikian antara manusia dan lingkungannya

terjadi harmonisasi, kenyamanan. Konsep ini di dalam filosofi Hindu di Bali dikenal dengan

Tri Hita Karana. Artinya, kajian ergonomi dan ekologi yang dilakukan dilandasi oleh

kearifan lokal yang ada di desa tersebut. Keberhasilan tentang pengelolaan lingkungan

khususnya dalam pelestarian hutan, dengan menggunakan kearifan lokal telah berhasil

dilakukan di Desa Tenganan Pegeringsingan Kabupaten Karangasem-Bali (Wijana, 2000).

Sementara ini, belum ada bentuk pengabdian masyarakat yang terkait pola antara

program revegetasi atau reforestasi dengan penggunaan pendekatan ergologi berorientasi

kearifan lokal. Dengan demikian sangat dipandang perlu dan urgen untuk dilakukan

pengabdian masyarakatdalam bentuk sosialisasi implementasipendekatan ergologi

berorientasi kearifan lokal dalam konservasi hutan adat agar tercapai tujuan pelestarian hutan

dan harmonisasi kehidupan manusia dengan lingkungannya dapat tercapai.

1.2 Analisis Situasi

1.2.1 Tingkat Pendidikan

Data tingkat pendidikan masyarakat sampel Desa Tigawasa disajikan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Tingkat Pendidikan Masyarakat Sampel di Desa Tigawasa

No Tingkat

Pendidikan

Desa Tigawasa

Jumlah(orang) Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 2 6.67

2 SR/SD 13 43.34

3 SMP 9 30

4 SMA 2 6.67

5 Sarjana 4 13.33

Jumlah 30 100

Page 7: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

Dari Tabel di atas tampak bahwa tingkat pendidikan masyarakat pada masing-

masing desa berbeda–beda yaitu pada Desa Tigawasa 6,67% tidak sekolah, 43,34%

bersekolah di sekolah rakyat (SR) atau sekolah dasar (SD), 30% memiliki pendidikan SMP,

6.67% memiliki pendidikan SMA, serta 13.33% memiliki pendidikan Sarjana Strata 1 (S1).

Pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan dan kepribadian seseorang. Orang yang

memiliki pendidikan yang lebih tinggi bermanfaat, karena baik dengan sengaja maupun tidak

sengaja menyebarluaskan pengetahuannya sewaktu mereka bergaul dalam masyarakat. Orang

yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi juga lebih mudah memahami sikap orang

lain sehingga lebih menciptakan kerukunan di dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi semakin

tinggi pendidikan, maka semakin tinggi pula kecakapan seseorang untuk mengambil sikap

demi kelangsungan hutan yang ada di desa.

1.2.2 Tingkat Penghasilan

Tingkat penghasilan selama satu bulan Masyarakat sampel Desa Tigawasa dapat

dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Rekapitulasi Tingkat Penghasilan Selama Satu Bulan Masyarakat Desa

Tigawasa

No Tingkat Penghasilan Desa Tigawasa

Jumlah(orang) Persentase (%)

1 <1.000.000. 21 70

3 1.000.000. 4 13.33

4 > 1.000.000 5 16.67

Jumlah 30 100

Dari Tabel 1.2 tampak bahwa tingkat penghasilan masyarakat Desa Tigawasa 70%

warga berpenghasilan lebih kecil dari Rp.1.000.000, 13,33% berpenghasilan sebesar

Rp.1.000.000 dan 16,67% memiliki penghasilan > Rp.1.000.000. Semakin tinggi

penghasilan maka kepedulian terhadap hutan juga semakin tinggi, sehingga warga

masyarakat yang sudah sukses atau memiliki penghasilan lebih, sering menyumbangkan bibit

untuk konservasi.

1.2.3 Peran Pemerintah Dalam Konservasi

Peran pemerintah terhadap keberlangsungan hidup hutan yang ada di desa Tigawasa

secara umum dapat dinyatakan bahwa :

Page 8: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

1. Pemerintah belum menyentuh secara keseluruhan dalam pengelolaan kondisi hutan

yang ada di desa tersebut. Hal ini dapat terlihat dari kondisi hutan yang ada di Desa

Tigawasa belum pernah dilakukan, sehingga masyarakat sangat membutuhkan tentang

pengetahuan dan pengelolaan yang terkait dengan hutan;

2. Pemberian bibit untuk konservasi di desa tersebut kurang mempertimbangkan konsep

in-situ dan ex-situ. Pemerintah hanya memberikan bibit tumbuhan sebatas

penyelesaian “proyek” sesuai dengan tahun anggaran;

3. Penghargaan terhadap upaya pelestarian hutan yang dilakukan oleh masyarakat yang

ada di Desa Tigawasa, belum pernah dilakukan. Hal ini sangat penting sebagai

“reward” yang diberikan kepada masyarakat untuk termotivasi dalam melaksanakan

konservasi.

4. Kondisi jalan yang sangat rusak untuk menuju ke Desa Tigawasa dan yang menuju ke

hutan di dusun Cangkongan, sebagai pertanda kekurangpedulian pemerintah terhadap

semangat masyarakat dalam melaksanakan konservasi.

1.2.4 Kendala dan Solusi Dalam Konservasi

Kendala-kendala yang dialami masyarakat Tigawasa dalam konservasi dapat

diktiarkan dalam Tabel 1.3.

Tabel 1.3 Kendala-kendala yang Dialami dan Solusi yang Dianjurkan

Dalam Konservasi di Hutan Desa Tigawasa

NO KENDALA DESA TIGAWASA SOLUSI

1 Kesadaran Kesadaran masyarakat

Tigawasa tinggi untuk

melakukan konservasi.

Peningkatan kesadaran

masyarakat melalui Pendekatan

Ergologi

2 Pengetahuan Pengetahuan masyarakat

tentang konservasi masih

rendah

Peningkatan pengetahuan

masyarakat melalui Pendekatan

Ergologi

3 Penyuluhan Penyuluhan yang terkait

dengan konservasi belum

pernah dilakukan

Pemerintah dan akademisi perlu

melakukan penyuluhan

4 Gotong Royong Gotong yang dilakukan oleh

masyarakat, baik dalam

menjaga kebersihan

Untuk masyarakat Tigawasa,

kegiatan gotong royong perlu

dipertahankan dan lebih

Page 9: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

lingkungan maupun dalam

menjaga kelestarian hutan

tidak mengalami kendala yang

berarti

ditingkatkan lagi.melalui

Pendekatan Ergologi

5 Kondisi Lahan Kondisi lahan di kawasan

hutan tidak sebagai kendala

yang berarrti.

Dilaksanakan revegetasi dengan

memperhatikan kondisi lahan.

Revegetasi dilaksanakan pada

musim hujan dengan Pendekatan

Ergologi

6 Kondisi Vegetasi Pemanfaatan tumbuhan lokal

dan asli dari hutan tersebut

untuk kepentingan revegetasi

belum pernah dilakukan

Untuk meningkatkan populasi

spesies tumbuhan di dalam

ekosistem hutan, perlu dilakukan

revegetasi yang didahului dengan

pembibitan dengan menggunakan

konsep in-situ. Untuk itu perlu

dilakukan pembibitan dengan

mengambil benih dari hutan yang

ada di desa tersebut.

1.3 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, masalah yang dapat diidentifikasi adalah perlunya dilakukan

sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan konservasi hutan adat yang ada di desa

Tigawasa. Perlu dicari suatu bentuk pendekatan yang digunakan untuk pengimplementasian

dari sosialisasi tersebut. Perlunya dilakukan antisipasi terhadap kerusakan hutan di masa

mendatang. Oleh karenanya diperlukan suatu tindakan untuk menjaga kelestarian hutan adat

yang ada di Desa Tigawasa tersebut. Dalam pengabdian ini akan dirumuskan masalah yang

akan dilaksanakan :

1. Pentingnys sosialisasi konservasi hutan adat dengan pendekatan ergologi berbasis

kearifan lokal di Desa Tigawasa untuk dapat meningkatkan sikap konservasi

masyarakat yang ada di Desa Tigawasa tersebut.

2. Tindak lanjut yang dapat dilakukan oleh masyarakat setempat untuk tetap menjaga

kelestarian hutan adat yang ada di Desa Tigawasa tersebut.

Page 10: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Vegetas Hutan

Kerusakan hutan di Indonesia semakin menghawatirkan. Berdasarkan data yang ada

untuk tahun 2000 luas kerusakan hutan di Indonesia mencapai 54,65 juta ha yang terdiri dari

9,75 juta ha hutan lindung, 3,9 juta ha hutan konservasi, dan 41 juta ha hutan produksi.

Kerusakan lahan di luar kawasan hutan mencapai 41, 69 juta ha.

Data dari Dinas Kehutanan Propinsi Bali tahun 2002 menunjukkan bahwa dari luas

lahan 127.271,5 ha kawasan hutan yang ada kondisi tegakan/vegetasi hutannya yang masih

bagus seluas 56,06%, hutan bervegetasi belukar atau semak sebesar 25,55% dan sisanya

berupa hutan kritis atau sangat rawan sampai kosong adalah sebesar 18,39%. Ada 3 faktor

penyebab kerusakan hutan di Bali yakni kebakaran, penebangan liar, dan pembibrikan.

Kebakaran hutan tahun 2002 mencapai 544,19 ha; penebangan liar 83,17 m3/th; dan

pembibrikan mencapai 5.245, 77 ha (Adnyana dan Suwarna, 2007).

Perambahan hutan terus berjalan hingga tahun 2011 (Bali Post, 7 Maret 2011), dan

bahkan ada kejadian yang cukup menarik yakni masyarakat yang peduli akan kelestarian

hutan ditembak pada saat orang tersebut melakukan penghijauan di tengah hutan pemerintah

(Bali Post, 12 April 2011). Fenomena lain yang hangat menjadi warta di media cetak adalah

meluapnya air Danau Buyan dan Danau Tamblingan sampai merendam pemukiman

penduduk, tempat wisata, dan lahan pertanian masyarakat sekitar. Hal ini diprediksi akibat

terjadinya alih fungsi lahan yakni dari ekosistem hutan menjadi ekosistem pemukiman dan

pertanian (Bali Post, 11 dan 13 April 2011).

Sebagaimana kerusakan hutan yang telah terjadi di Indonesia umumnya dan Bali

khususnya, telah dilakukan revegetasi atau reforestasi. Namun keberhasilan dari pelaksanaan

aktivitas ini kurang berhasil. Beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan dalam pelaksana

anrevegetasi tersebut di antaranya :

1. Pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tentang revegetasi atau reforestasi masih

sangat terbatas;

2. Pemahaman jenis tanaman yang akan ditanam dan digunakan untuk pelaksanaan

revegetasi atau reforestasi masih sangat rendah;

3. Pemahaman tentang kondisi lingkungan, di mana revegetasi atau reforestasi akan

dilakukan, belum dipahami secara komprehensif;

Page 11: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

4. Sumber daya lingkungan yang ada di sekitar lokasi di mana revegetasi atau reforestasi

akan dilaksanakan, yang berkontribusi terhadap keberhasilan revegetasi atau reforestasi,

belum dipahami secara menyeluruh, masih bersifat partial;

5. Sumber daya manusia yang ada di sekitar lokasi di mana revegetasi itu dilakukan, belum

dilibatkan secara total;

6. Kaidah-kaidah ilmiah tentang ekologi vegetasi terutama terkait dengan parameter

vegetasi belum dipahami secara menyeluruh;

7. Biaya yang dianggarkan untuk revegetasi atau reforestasi sering tidak tepat sasaran; dan

8. Pemerintah belum membuat pertimbangan yang matang mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi program.

Dengan melihat factor kegagalan di atas, maka perlu dicarikan pola pelaksanaan

revegetasi atau reforestasi. Dalam penelitian ini akan diimplementasikan pemberdayaan

masyarakat dalam pengelolaan hutan (revegetasi, pemeliharaan dan pengamanan) melalui

pendekatan ergologi berorientasi kearifan lokal.

2.2 PendekatanErgologi

Pendekatan ergologi adalah suatu bentuk pendekatan yang menggabungkan antara

ergonomi dengan ekologi. Dalam pendekatan ergonomi menggunakan kaidah-kaidah

ergonomi berupa SHIP (sistemik, holistik, interdisiplin, partisipasi) dan TTG (teknologi tepat

guna). Pendekatan ergonomi ini dikenal dengan pendekatan Ergonomi Total.

Pendekatan ergonomi total (PET) adalah suatu bentuk pendekatan dalam

pembelajaran dengan menggunakan kaidah-kaidah ergonomi berupa SHIP dan TTG sebagai

dasar acuan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran yang dihadapi sehingga

efektivitas dapat tercapai, menimbulkan rasa nyaman bagi peserta didik, kondisi tubuh tetap

dalam keadaan sehat, dan efesiensi pada segala aspek dapat terrealisasi.

Teknologi tepat guna (TTG) di mana pendekatan ini terdiri atas enam aspek meliputi

aspek teknis, ekonomis, ergonomis, sosio-kultural, hemat energi dan tidak merusak

lingkungan. Manuaba (2004a; 2005b) menguraikan satu persatu dari sisi teknis, ekonomis,

ergonomis, sosio-kultural, hemat energi, dan tidak merusak lingkungan. Demikian pula dari

konsep SHIP diuraikan secara rinci dan aplikasinya dalam dunia pendidikan seperti di bawah

ini.

Aspek Teknologi Tepat Guna (TTG)

(1) Teknis

Secara teknis bisa dipertanggungjawabkan berarti bahwa melalui pendekatan holistik

teknik yang digunakan tidak bertentangan dengan hukum dan peraturan yang berlaku, sesuai

Page 12: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

dengan standar, bahan yang biasa dipakai, metode pembuatan, perlindungan proteksi, aspek

legal, masukan para spesialis, mudah dirawat, komponen yang biasa, daya tahan, dan

kemampuan daur ulang.

Dalam aplikasi konsep ini ke dalam dunia pendidikan khususnya dalam penelitian ini,

agar sesuai dengan kriteria yang sudah dijabarkan seperti di atas maka dalam pelaksanaan

pendidikan dan pelatihan menggunakan alat-alat sederhana yang bisa diperoleh dari

lingkungan sekitar. Hal ini bermakna sebagai konsep pemanfaatan bahan berorientasi daur

ulang. Secara teknis juga dimaksudkan pelibatan para ahli ergonomi yang dalam hal ini

dilakukan oleh peneliti sendiri yang memiliki bidang keilmuan ergonomi.

(2) Ekonomis

Secara ekonomis harus dikaji melalui pendekatan holistik sehingga keputusan akhir

sesuai dengan kebutuhan dan prioritas yang ada. Faktor yang harus diperhitungkan ada

keterkaitan dengan pasar, finansial, dan perbelanjaan, komponen biaya pengeluaran, jadwal

waktu, keuntungan bagi stakeholders, kompetisi, menyampaikan dan menual desain

pemecahan, besarnya pasar, demografi, tipe pasar, trend masa depan, kebijakan pelayanan,

dan perhitungan akan beban dan penyimpanan.

(3) Ergonomis

Secara ergonomis, prinsipnya harus bisa built-in masuk di dalam proses

desain/perencanaan, seperti memenuhi kebutuhan pengguna, pengetahuan tentang bukan

pengguna, profil pengguna, kebutuhan pemakai, kenyamanan pengguna, mudah digunakan,

pemeliharaan produk, kepuasan pengguna, produk dan pengguna serasi, konteks dari

penggunaan produk, prilaku pengguna, keamanan produk, tuntutan fisik pengguna, tuntutan

mental pada pengguna, instruksi pengguna, umpan balik pengguna.

Perbaikan kondisi lingkungan atau kondisi hutan yang mengalami kerusakan maka

dilakukan penanaman kembali atau revegetasi. Dalam pelaksanaan revegetasi ini tentu

memperhatikan cara dan aturan yang memenuhi kaidah-kaidah ergonomi.

(4) Sosio-Kultural

Secara sosio-kultural, teknologi tersebut harus dapat meliputi norma, nilai, kebiasaan,

keinginan, impian, agama, kepercayaan, kebutuhan pemakai. Produk hendaknya jangan

sampai menimbulkan kepada hal-hal atau problem yang kritis dan tabu untuk mereka,

aestetika, nilai yang kuat dan berkualitas harus diperhitungkan.

(5) Hemat Energi

Page 13: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

Hemat akan energi berarti bahwa produk harus mempunyai kontribusi yang bermakna

terhadap prinsip pembangunan berlanjut dan tidak malahan menghancurkan keberadaannya.

Produk harus bisa secara efektif dan efesien berkontribusi kepada pembangunan berlanjut di

dalam rangka menggunakan listrik, air dan lahan. Dalam pelaksanaan pembelaran tidak

dibatasi oleh ruang tetapi dapat dilaksanakan di lapangan secara langsung. Pelaksanaan

pembelajaran di lapangan tentu memperhatikan energi metabolisme peserta pelatihan dengan

kelengkapan dari delapan aspek ergonomi.

(6) Tidak Merusak Lingkungan

Tidak merusak lingkungan atau melakukan pelestarian lingkungan, dimaksudkan agar

produk tidak memberikan sesuatu kepada lingkungannya, seperti kantong plastik, polusi ke

berbagai sasaran seperti lahan, sungai, air dan udara. Setiap emisi dari produk harus tidak

menyebabkan polusi sebagai polutan. Konsep terpenting dari aspek ini adalah terwujudnya

clean and green.

Aspek SHIP

(1) Sistemik

Pengertian sistem menurut Wignjosoebroto (2000) adalah sekelompok elemen-elemen

(sub-sistem) yang terorganisir dan memiliki fungsi yang berkaitan erat satu dengan lainnya

guna mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dari definisi sistem yang disampaikan oleh Wignjosoebroto sebagai pakar ergonomi

dapat dinyatakan bahwa sistem itu sebagai suatu kesatuan yang berstruktur di mana kesatuan-

kesatuan tersebut terdiri dari sejumlah komponen yang saling berpengaruh dan masing-

masing komponen mempunyai fungsi tertentu dan secara bersama-sama melaksanakan fungsi

struktur yaitu mencapai tujuan dari sistem itu sendiri.

(2) Holistik

Holistik berarti bahwa antara satu sistem dengan sistem lainnya pasti ada kaitannya,

jadi tidak bisa dilepaskan begitu saja (Manuaba, 2004; 2005). Sebagai suatu contoh hubungan

antar sistem ini yang holistik dapat dilihat kembali pada sistem manusia-mesin. Suatu sistem

akan terjadi dalam satu lingkungan dan perubahan-perubahan yang timbul dalam lingkungan

itu akan mempengaruhi sistem dan elemen-elemen sistem tersebut. Suatu sistem dapat dibagi

ke dalam sub sistem dan seterusnya. Dalam kaitannya dengan aktivitas manusia sebagai suatu

system akan dapat pula dibagi-bagi kedalam job operations (subsistem), job position (job-

subsistem), duties (komponen), task (unit-unit), subtask (parts), dan task elemen (behavioral

elements).

Page 14: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

Mengacu pada konsep aplikasi holistik dalam dunia pendidikan, hal ini bermakna

bahwa dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya antara penanaman konsep pada tatanan

teori (kognitif) dengan penanaman konsep pada tatanan praktikum (psikomotor) dan afektif

tidak bisa dilepaskan. Lebih lanjut, hal ini bermakna pula bahwa bila salah satu atau

ketiganya mengalami masalah atau diprediksi menimbulkan masalah maka harus dipecahkan

secara menyeluruh dan bukan secara partial.

(3) Interdisipliner

Interdisipliner berarti bahwa semua disiplin terkait harus diikutsertakan di dalam

menganalisis suatu permasalahan (Manuaba, 2004 c). Hal ini berarti bahwa manusia dengan

keterbatasannya tetapi memiliki kemampuan skill atau spesialisasi yang spesifik pada

masing-masing diri manusia yang berbeda-beda.

Lebih lanjut Manuaba (2004 d) menyampaikan bahwa dengan dimilikinya spesialisasi

di masing-masing unit kerja, bukan berarti masing-masing unit bekerja sendiri-sendiri akan

tetapi masing-masing unit membentuk team work dalam landasan kerja yang ergonomik.

Dalam team work, masing-masing skill yang mereka miliki dapat digunakan untuk

memecahkan masalah yang ada sesuai sudut pandang skill yang mereka miliki dengan tetap

mengacu pada tatanan kerja team work. Hasil yang diperoleh dari kerja team work yang

terdiri dari berbagai komponen skill tersebut adalah terbentuknya suatu sistem yang efektif,

efesien dan tidak ada sisa-sisa permasalahan atau yang diperkirakan dapat menimbulkan

permasalahan setelah sistem itu berjalan.

(4) Partisipasi

Partisipasi merupakan terlibatnya orang secara mental dan emosional di dalam satu

kelompok yang merangsang mereka untuk berkontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagi

tanggung jawab untuk apa yang dihasilkannya (Manuaba, 1999a dan 1999b; Adiputra, dkk;

1977). Ada 3 ide penting di dalamdefinisiiniialahadanyaketerlibatan (involvement), kontribusi

(contribution) dantanggungjawab (responsibility).

Partisipasi berarti adanya keterlibatan mental dan emosional daripada hanya aktivitas

otot. Keterlibatan tidak hanya karena keterampilannya, tetapi lebih kepada orang tersebut

sendiri secara utuh. Keterlibatan ini merupakan proses psikologis dan tidak karena sekedar

ikut dalam tugas. Sibuk dengan pekerjaan dari mereka yang terlibat tidak selalu bisa disebut

sebagai partisipasi.

Page 15: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

Dalam Ekologi menggunakan prinsip-prinsip ekologi. Pendekatan ini digunakan

sebagai dasar acuan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran yang dihadapi sehingga

efektivitas dapat tercapai, menimbulkan rasa nyaman, kondisi tubuh tetap dalam keadaan

sehat, dan efesiensi pada segala aspek dapat terrealisasi.

Bila konsep Ergonomi dikaitkan dengan Ekologi sebagai dasar dari kajian lingkungan

maka integrasi tersebut dapat digambarkan seperti tampak pada Gambar 2.1.

Ekonomis ;Teknis ;Ergonomis ; Sosiobudaya ; Hemat energi ; Melindungi lingkungan.

EKOLOGIERGONOMI

TOTAL

MANAJEMEN/ PENGELOLAAN

SAMPAH

Mengurangi efek

negatif thd

manusia

SHIP TTG

Sistemik ;

Holistik ;

Interdisipliner ;

Partisipatori.

Siklus Biogeokimiawi

Carrying capacity

Sustainability

Gambar 2.1. Skema Ergologi sebagai Integrasi Antara

Ergonomi dan Ekologi (DiadopsidariSudiarno, dkk. 2012)

Antara Ergonomi dan Ekologi memiliki keterkaitan seperti tampak pada Gambar 2.

Ilmu yang mempelajari hubungan organisme - organisme/ kelompok organisme (komponen biotis), khususnya MANUSIA terhadap lingkungannya (komponen abiotis). Teori Ekologi juga menaruh perhatian pada pengelolaan lingkungan hidup akibat pencemaran.

ERGONOMI EKOLOGI

Ilmu yang mengarahkan penggunaan pengetahuan secara sistematis mengenai relevansi karakteristik MANUSIA dalam mencapai kesesuaian perancangan sistem interaksi antara manusia, peralatan/ perkakas, mesin, lingkungan, tugas, pekerjaan, sistem organisasi, kebijakan, dan keputusan sehingga dapat menjamin pecapaian tujuan secara spesifik. MANUSIA

Gambar 2.2 Keterkaitan antara Ergonomi dan Ekologi (Diadopsi dari Sudiarno, dkk. 2012)

Dalam upaya pengelolaan hutan, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya degradasi

dengan menggunakan pendekatan ergologi berorientasi kearifan lokal dapat digambarkan

seperti tampak pada Gambar 2.3.

UPAYA PENGELOLAAN

HUTAN

Page 16: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

1. Waste Generation ;

2. Pewadahan sampah ;

3. Pengumpulan sampah ;

4. Pemindahan & pengangkutan ;

5. Pengolahan & pembuangan akhir.

ERGO

NOM

IS

ERGO

NOM

IS

AKTIVITAS

FUNGSIONAL &

FASILITAS

STAKEHO

LDER

PILIHAN

TEKNOLOGI

PEMBIAYAAN &

RETRIBUSI

LEGALITAS &

HUKUM

ASPEK MANAJEMEN/

PENGELOLAAN SAMPAH

<Sistemik - Holistik - Interdisipliner - Partisipatori>

1. Bak sampah ;

2. Gerobak sampah ;

3. Tempat Pembuangan Sementara ;

4. Truk pengangkut ;

5. Tempat Pembuangan Akhir.

AKTIVITAS FUNGSIONAL

FASILITAS

1. Mencegah ;

2. Minimalisasi ;

3. Penggunaan kembali ;

4. Daur ulang ;

5. Recovery energi ;

6. Pembuangan akhir.

1. Pemerintah ;

2. Masyarakat/ komunitas ;

3. Sektor swasta;

4. Perguruan tinggi/ peneliti.

1. APBD Kota ;

2. Retribusi kebersihan.1. Peraturan Pemerintah ;

2. Peraturan Daerah.

Gambar 3. Bagan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Ergologi

(Diadopsi dari Sudiarno, dkk. 2012)

1. Pertimbangan factor edafik,

klimatik dan biotik

2. Pertimbangan kearifan lokal

Sarana prasarana masyarakat

Reforestasi atau

Revegetasi

1. KemandirianMas

yarakat

Aspek Pemberdayaan Masyarakat

(Sistemik, Holistik, Interdisipliner, Partisipatif)

PELES

TARIA

N

HUTAN

1. Awig-Awig 2. Legenda

3. Religius

Page 17: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

Implementasi dari Gambar2.3 di atas, dapat dilihat padaTabel2.1.

Tabel 2.1. Kaitan Antara Ergonomi Total, Ekologi, danKearifanLokal.

NO

ERGONOMI TOTAL EKOLOGI KEARIFAN LOKAL

1 Teknis Memperhatikan Faktor

Edafik, Klimatik, dan

Parameter Vegetasi

Memperhatikan Ala Ayuning

Dewase, Nandur Taru,

Darma Pemaculan, Asta

Kosala Kosali

2 Ekonomis Efesiensi dalam pembiayaan

: Pembuatan pupuk organik,

penggalian lubang tanam,

pembibitan, penanaman,

perawatan, konsumsi dll

Gotong royong,Menyama

Braya,Ngayah, Ngaturang

Bakti, Dana Punia, Karma

Phala, Awig-awig

3 Ergonomis Memperhatikan altitude dan

fisiografi lahan, Sarana

kerja, Motivasi kerja,

Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3)

Memperhatikan Desa Kala

Patra, Teben-Deliwan, Tegeh-

Endep, Asta Kosala Kosali,

Darma Pemaculan, Sesikut

Awak

4 Sosiokulutral Memperhatikan kondisi dan

lokasi kegiatan, jenis

tanaman yang ditanam,

kebermanfaatan tanaman

yang ditanam (tanaman in-

situ, tanaman langka,

bernilai ekonomi)

Kepercayaan masyarakat,

mitos macanduwe, lelipi

selem.Suara krama, paruman,

pawisik, Alas duwe, Alassuci,

puram retiwi, Alas tenget,

Teben keliwan,tegeh-endep,

Desa Kala Patra, Rerainan,

Ale ayuning Dewasa, Pala

gantung, pala Bungkah.

5 HematEnergi Memperhatikan data

intensitas cahaya,

ketersedian air, kesuburan

lahan

Melaksanakan

Upacaramapagtoya, mecaru,

tumpekngatag,

nangglukmerana,

Page 18: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

wanakertih,Desa Kala

Patra,AlaAyuningDewasa,

AstaKosalaKosali

6 TidakMerusakLingkungan Konsep pelestarian

lingkungan melalui

revegetasi atau reforestasi

Memperhatikan Tri Hita

Karana,

Sad Kertih, Karma Phala,

Tenget, Duwe, Mretiwi

7 Sistemik Memperhatikan factor

Abiotik (edafik, klimatik),

biotic dan culture (ABC

Environment)

Sinkronisasi Tri Kaya

Parisuda, Tindak landaye,

Karma Phala

8 Holistik Memperhatikan keterkaitan

ABC Environment

Melihat genah pertiwi, surya,

wana, lan

Sarwasentana, Sarwawidya,

Sarwa Swadarmaning Krama

9 Interdisiplin Memperhatikan aspek

sumber daya alam, fisiologi

tanaman, hama dan penyakit

dll. Dengan melibatkan ahli-

ahli dan masyarakat serta

stakesholder

Sarwasentana, Sarwawidya,

Sarwa Swadarmaning Krama

10 Partisipatori Revegetasi atau reforestasi Gotong royong, Tatwamasi,

Dana punia, Swadarmaning

Krama, Manyamabraya,

Sukaduka, Cerik Kelih,Tua

Bajang, Luh Muani, Sugih

Tiwas Karma phala.

Page 19: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

2.3 Kearifan Lokal

Kerusakan hutan di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Berdasarkan data yang ada

untuk tahun 2000 luas kerusakan hutan di Indonesia mencapai 54,65 juta ha yang terdiri dari

9,75 juta ha hutan lindung, 3,9 juta ha hutan konservasi, dan 41 juta ha hutan produksi.

Kerusakan lahan di luar kawasan hutan mencapai 41, 69 juta ha (Wijana, 2013).

Data dari Dinas Kehutanan Propinsi Bali tahun 2002 menunjukkan bahwa dari luas lahan

127.271,5 ha kawasan hutan yang ada kondisi tegakan/vegetasi hutannya yang masih bagus

seluas 56,06%, hutan bervegetasi belukar atau semak sebesar 25,55% dan sisanya berupa hutan

kritis atau sangat rawan sampai kosong adalah sebesar 18,39%. Ada 3 faktor penyebab

kerusakan hutan di Bali yakni kebakaran, penebangan liar, dan pembibrikan. Kebakaran hutan

tahun 2002 mencapai 544,19 ha; penebangan liar 83,17 m3/th; dan pembibrikan mencapai 5.245,

77 ha (Adnyana dan Suwarna, 2007).

Berkaitan dengan data di atas sangat perlu menggali kembali konsep kearifan lokal yang

ada di masing-masing desa setempat atau Bali pada umumnya, yang diimplementasikan ke

dalam pengeloaan lingkungan. Secara konseptual, kearifan lokal merupakan bagian dari

kebudayaan dan secara lebih spesifik merupakqan bagian dari sistem pengetahuan tradisional. Di

antara keberanekaragaman jenis kearifan lokal, ditemukan adanya beberapa kearifan lokal yang

memiliki kualitas dan keunggulan dengan kandungan nilai-nilai universal seperti nilai historis,

religius, etika, estetika, sains, dan teknologi yang disebut local genius. Filosofi Tri Hita Karana

adalah salah satu contoh local genius kebudayaan Bali.Filosofi ini penuh dengan kandungan

nilai, etika lokal, sedangkan di pihak lain juga mencakup kandungan nilai-nilai universal secara

kosmos, theos, antropos, dan logos dengan focus konvigurasi nilai harmoni (Geriya, 2007).

Lebih lanjut Geriya (2007) menyatakan bahwa secara substantif, pokok-pokok isi

kearifan local meliputi unsur-unsur : (1) konseplokal, (2) cerita rakyat (folklore), (3) ritual

keagamaan, (4) kepercayaan lokal, (5) berbagai pantangan dan anjuran yang terwujud sebagai

system prilaku dan kebiasaan publik. Secara fungsional, kearifan local merupakan perangkat

tradisi yang mencakup tiga dimensi : (1) dimensi potensi budaya yang meliputi unsure tangible

dan intangible, (2) dimensi metode dan pendekatan yang mengedepankan kearifan dan

kebijakan, (3) dimensi arah dan tujuan yang menekankan harmoni, keseimbangan dan

keberlanjutan.

Page 20: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

Secara konkrit, eksistensi kearifan local sebagai unsure living culture, pada tataran

konsep nampak dari masih hidupnya konsep Tri Hita Karana; pada unsur cerita rakyat Nampak

pada hidupnya cerita lipi selem bukit di Tenganan dengan tema pelestarian hutan; pada tataran

ritual pada berlanjutnya upacara tumpek bubuh dan tumpek kandang dengan tema pelestarian

flora dan fauna; adanya kepercayaan tenget terhadap hutan atau sumber air dan pantangan

pencemaran areal sawah atau sungai yang diatur dalam awig-awig subak (Geriya, 2007).

Lebih lanjut Wiana (2007) menyebutkan bahwa konsep Hindu dalam pelestarian

lingkungan hidup termaktub di dalam Tattwa Hindu yang dirumuskan kedalam ajaranSad Kertih

yaitu : (1) Atma Kertih, (2) Samudra Kertih, (3) Wana Kertih, (4) Danu Kertih, (5) Jagat Kertih,

dan (6) Jana Kertih. Dalam penelitian ini berkaitan dengan Wana Kertih yaitu upaya untuk

pelestarian hutan dengan karakteristik upacara dan upakara yang dilaksanakan oleh umat Hindu.

2.4 TujuanKegiatan

Tujuandarikegiataniniadalahuntukmengetahui:

1. Peran pendekatan ergologi berbasis kearifan local dalam sosialisasi konservasi hutan adat

yang ada di DesaTigawasa dapat meningkatkan sikap konservasi masyarakat yang ada di

Desa Tigawasa tersebut?

2. Tindak lanjut yang dapat dilakukan oleh masyarakat setempat untuk tetap menjaga

kelestarian hutan adat yang ada di DesaTigawasa?

2.5 Manfaat Kegiatan

Manfaat kegiatan ini adalah untuk

1. Meningkatkan sikap konservasi masyarakat yang ada di DesaTigawasa;

2. Memberi solusi kedepan dalam menjaga kelestarian hutan adat yang ada di Desa

Tigawasa; dan

3. Meningkatkan kognisi masyarakat yang ada di Desa Tigawasa dalam konservasi hutan

adat.

Page 21: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

BAB III

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

3.1 Kerangka Pemecahan Masalah

3.2 Ruang Lingkup dan Keterbatasan

Ruang lingkup kegiatan ini hanya sebatas pada sosialisasi konservasi hutan adat dengan

pendekatan ergologi berorientasi kearifan lokal. Di luar kegiatan tersebut belum dapat

dilaksanakan seperti kegiatan pembibitan, pembuatan lubang, penanaman, perawatan tanaman

dan lain-lain belum dapat dilaksanakan karena kegiatan tersebut memerlukan pendanaan yang

MASALAH:

STABILITAS

HUTAN ADAT

SOLUSI:

SOSIALISASI

E

R

G

O

N

O

M

I

E

K

O

L

O

G

I

N

ERGOLOGI

PRODUK : KOGNISI, SIKAP,

TINDAK LANJUT KE DEPAN

DALAM KONSERVASI

KEARIF

AN

LOKAL

Gambar 3.1 Kerangka

PemecahanMasalah

Page 22: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

cukup besar dan waktu yang diperlukan juga cukup lama. Kegiatan ini lebih menekankan untuk

meningkatkan kognisi, sikap konservasi, dan menggali langkah-langkah yang dapat dijalankan

untuk menjaga dan mengamankan hutan adat di masa yang akan datang.

3.3 Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran untuk kegiatan ini adalah seluruh masyarakat dan hutan adat yang ada

di Desa Tigawasa. Untuk khalayak sasaran masyarakat akan diwakili oleh beberapa komponen

masyarakat seperti pengurus desa dinas dan adat, tokoh masyarakat, masyarakat umum,

penglingsir, dan teruna teruni.

3.4 Keterkaitan

Kegiatan ini memiliki keterkaitan dengan instansi di sektor jenjang pendidikan yaitu :

1. Pihak LPM Undiksha sebagai pihak penyedia/penyandang dana dan nara sumber. Hal ini

bermakna juga bahwa pelaksanaan kegiatan ini sebagai implementasi dari salah satu Tri

Dharma Perguruan Tinggi;

2. FMIPA berperan langsung dalam kegiatan ini dengan melibatkan staf pengajar dalam

melaksanakan kegiatan P2M;

3. Masyarakat sebagai subyek dalam kegiatan ini merupakan sumber daya manusia yang

perlu ditingkatkan sikap konservasinya;

4. Hutan adat sebagai objek dalam kegiatan ini, agar tetap stabil dan berkesinmabungan

perlu direncanakan tindakan yang dapat dilakukan di masa yang akan datang;

Keterkaitan bidang ilmu yang dikuasai oleh pelaksana adalah sangat relevan yaitu teridiri dari

staf dosen yang mendalami tentang Ergonomi dan pendidikan Biologi khususnya Ilmu

Lingkungan.

Page 23: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

3.5 Metode Kegiatan

Sebagaimana sudah disampaikan di atas, bahwa dalam kegiatan ini digunakan

pendekatan Ergologi berorientasi kearifan lokal. Pendekatan Ergologi merupakan gabungan

antara ergonomi dan ekologi. (lihat Gambar 1,2, dan 3). Keterkaitan antara ergonomi, ekologi

dan kearifan lokal sudah disampaikan pada Tabel 2. Untuk mentransfer informasi dengan

landasan pendekatan ergologi tersebut digunakan metode ceramah, diskusi, dan drill.

Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan ini dilakukan kegiatan :

1) Pengurusan ijin kegiatan ke Kepala Desa dan Kelian Adat;

2) Mengadakan koordinasi pelaksanaan kegiatan;

Tahap Pelaksanaan

Aktivitas dari seluruh kegiatan P2M ini disajikan pada Tabel 5.

Tabel 3.1. Rincian Jenis Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan P2M di Desa Tigawasa,

Kecamatan Banjar, Buleleng

HARI

KE

JENIS KEGIATAN WAKTU

PELAKSANAAN

PELAKSANA

1 Registrasi 07.00 – 08.00 Panitia

Pembukaan oleh Kepala Desa

/Ketua LPM Undiksha.

08.00 – 08.30 Panitia

Informasi dan diskusi tentang

Konservasi hutan

08.30 - 10.00 Nara sumber

Informasi dan diskusi tentang

Kearifan Lokal

10.00 – 11.30 Nara Sumber

Informasi dan diskusi tentang

Ergologi dan kaitannya dengan

Konservasi

11.30 – 13.00 Nara Sumber

Observasi hutan adat 13.00 – 15.30 Peserta dan Nara

Sumber

Page 24: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

3.6 Rancangan Evaluasi Kegiatan

Untuk mengevaluasi keberhasilan dari kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan cara(1)

melihat dari daftar hadir jumlah peserta, (2) aktivitas peserta, (3) kesan dan pesan dari peserta

serta 4) penerapan konsep ergologi di lapangan.

Page 25: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 JumlahPeserta

Jumlah peserta dari kegiatan ini dihadiri oleh 27 orang peserta (daftar hadir lihat

Lampiran 1) yang terdiri atas Kepala Dusun selaku wakil dari Kepala Desa, anggota masyarakat,

anggota PKK dan sekaa teruna teruni (STT). Mengacu pada pengertian partisipasi, maka dengan

melihat jumlah peserta yang terlibat langsung dengan objek dan subjek sasaran maka hal ini

sudah memenuhi kriteria dari partisipasi itu yakni involvement artinya ikut sertanya peserta

secara langsung dalam melibatkan diri dalam suatu kegiatan.

4.2 Aktivitas Kegiatan

Hasil pengabdian masyarakat ini dilihat dari aktivitas kegiatan yang dilaksanakan,

nampaknya memberikan hasil yang sangat memuaskan. Indikator yang dapat digunakan adalah :

1. Peserta secara antusias mengikuti kegiatan ini dari awal sampai dengan akhir kegiatan;

2. Ada sejumlah pertanyaan yang diajukan oleh peserta yang berkaitan dengan konsep

Konservasi Hutan Adat dan Ergologi;

3. Adanya interaksi aktif antara peserta-peserta, peserta – penyelenggara;

4. Sambutan dari pejabat yang hadir, memberikan apresiasi yang positif terhadap pelaksanaan

kegiatan ini. Bahkan untuk di masa mendatang agar dapat diselenggarakan kembali kegiatan

ini, karena kegiatan semacam ini jarang disentuh dari pihak-pihak terkait.

Kondisi di atas sangat didukung oleh pengertian dari SHIP dan TTG. Sistematik artinya

bahwa dalam pemberian informasi dan diskusi dalam kegiatan ini melibatkan sistem masyarakat

tradisional. Pemberian informasi didasarkan atas tingkat pengetahuan dari peserta dan

komunikasi dengan menggunakan bahasa yang sederhana. Holistik artinya bahwa dalam

melaksanakan kegiatan konservasi yang menggunakan pendekatan Ergologi tidak hanya

Page 26: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

berdasarkan kognitif teoritis semata tetapi didasarkan atas galian kearifan lokal yang ada di

masyarakat setempat. Melibatkan semua steakholder mulai dari pejabat setempat sampai dengan

lapisan masyarakat yang paling bawah, termasuk organisasi yang ada. Interdisiplin artinya

bahwa konservasi tidak hanya berdasarkan reguler formal, tetapi juga dari sisi ekonomis,

ekologis, teknologis, sosio-kultural, dan sosio-politis. Partisipasi merupakan terlibatnya orang

secara mental dan emosional di dalam satu kelompok yang merangsang mereka untuk

berkontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagi tanggung jawab untuk apa yang

dihasilkannya. TTG merupakan instrumen yang menggunakan peralatan teknologi yang tepat

guna, yang tidak hanya berdasarkan teknologi canggih, tetapi menggunakan teknologi

masyarakat setempat yang tradisional dan membudaya. (Winaja, 2015, Wijana, 2008; Manuaba,

1999 a dan 1999 b; Adiputra, dkk; 1977). Ada 3 ide penting di dalam definisi ini ialah adanya

keterlibatan (involvement), kontribusi (contribution) dan tanggung jawab (responsibility).

Partisipasi berarti adanya keterlibatan mental dan emosional daripada hanya aktivitas otot.

Keterlibatan tidak hanya karena keterampilannya, tetapi lebih kepada orang tersebut sendiri

secara utuh. Keterlibatan ini merupakan proses psikologis dan tidak karena sekedar ikut dalam

tugas. Sibuk dengan pekerjaan dari mereka yang terlibat tidak selalu bisa disebut sebagai

partisipasi.

4.3 Produk Kegiatan

Ada beberapa kearifan lokal yang dapat digali dari diskusi dengan masyarakat setempat

dan dijadikan pegangan dalam pelaksanaan konservasi oleh masyarakat setempat pula yaitu:

Secara umum dapat disampaikan bahwa pengelolaan hutan yang ada di Desa Tigawasa

tersebut mengacu pada Dresta atau tradisi yang ada di desa tersebut. Dresta atau tradisi yang

dijalankan tersebut sesuai dengan warisan yang mereka terima dari leluhur mereka yang

Page 27: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

bercirikan kebaliagaan mereka. Seperti anggapan yang bernuansa positif adalah bahwa hutan

adalah suatu pura yang mretiwi, artinya bahwa hutan sebagai tempat suci untuk penyelenggaraan

upacara agama. Tradisi lainnya yang bernuansa kearah pelestarian hutan adalah pelaksanaan

dalam pemanfaatan hutan sebagai keperluan atas wargamasyarakat setempat. Dalam

pemanfaatan hutan oleh masyarakat setempat harus melalui tahapan yang mengikutiaturan yang

sudah disepakati bersama. Dan kesepakatan tersebut juga sebagai dresta yang berlangsung secara

turun temurun.

Pengelolaan hutan ini sepenuhnya dikelola oleh desa adat yang dibantu oleh

wargamasyarakat. Pengelolaan terkait dengan hal pokok yakni(1) pengelolaan untuk menentukan

waktu pelaksanaan upacara di purahutan, (2) pengelolaan tata cara mencari kayu, dan(3)

pembuatan batas-batas kawasan hutan dengan tegalan milik warga. Dari ketig apengelolaan

tersebut, selanjutnya akanberpengaruh terhadap kelestarian hutan tersebut.

Dalam pengelolaan hutan yang terkait dengan pelaksanaan upacara agama di dalam

purahutan tersebut ditempuh langkah-langkah berikut. Pertama dilakukan rapat atau paum yang

dihadiri oleh seluruh wargadesa. Dalam rapat atau paumtersebut, dirembugkan berbagai hal yang

terkait dengan akan dilaksanakannya upacara di purahutan. Kedua, apabila ada kesepakatan,

maka upacara akan dilaksanakan. (3) Aapabila ada “sesuatu” yang dirasakan olehmasyarakat

setempat atau oleh seseorang yang dianggap dan dipercaya oleh masyarakat setempat, maka

upacara di pura hutan tersebut tidak dijalankan. Oleh karenanya, pelaksanaan upacara di pura

hutan tersebut dari sisi waktu, tidak berjalan secara reguler.

Ada beberapa upacara yang berhubungan dengan hutan yaitu:

1) Sabha Ngubeng :merupakan sabha yang dilaksakan di pura pengubengan. Dalam

upacara ini tidak menggunakan gong, menggunakan canang capahan sebagai sarana

Page 28: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

upacara. Capahan terdiri dari gantal metali benang (gantal yang terdiri daribase

/sirih, makna :basa/bumbu), pamor (makna : suci), gambir (makna: gambaran atau

tujuan), buah/pinang (makna : memperoleh kesimpulan yang baik setiap rapat) ,

temako/tembakau (makna : iklas menerima). Jadi tujuan digunakan capahan pada

upacara ini adalah pada setiap rapat bias berbicara yang baik ,memaparkan rencana,

iklas menerima sesuatu yang diberikan oleh para ulu dan mendapat tempat yang

bagus.

2) Sabha Mamiut :merupakan upacara yang di laksanakan di purapemantenan dan

purabaung. Upacara ini menggunakan guling meplahpah, dansesayutasoroh.

3) Sabha Sabuh Baas: upacara ini dilaksanakan di pura Kayehan Sanghyang. Upacara

ini menggunakan banten guling meplahpah dan sesayut duang soroh.

4) Sabha Nyeta: upacara ini dilaksanakan di Pura Pememan. Upacara ini menggunakan

banten guling meplahpah dan sesayut duangsoroh

5) Sabha Malguna: Upacara ini dilaksanakan di Pura Munduk Taulan. Banten yang

digunakan dalam upacara ini sama dengan banten yang digunakan dalam upacara

Sabuh Baas danNyeta.

Pengambilan kayu di hutan untuk keperluan pura, ada beberapa tahap yang harusditempuh,

yaitu (1) masyarakat yang memerlukan kayu harus menghadap Para Ulu untuk meminta ijin

pengambilan kayu di hutan, (2) masyarakat menghadap kepada balian desa (orang pintar) untuk

dicarikan hari baik untuk pengambilan kayu di hutan, (3) pengambilan kayu yang ada di hutan,

di damping oleh aparat desaadat, (4) pengambilan kayu yang dimaksud sesuai dengan ijin yang

telah dimiliki. Pengambilan kayu tidak boleh dari yang disepakati, dan bila dalam penebangan

nya melebih dari hasil kesepakatan, maka akan dikenakan sangsi adat.

Page 29: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

Pengelolaan hutan tentang tata cara pembatasan area hutan dengan kebun warga yaitu

dengan membuat pagehan (bahan pembatas yang dibuat dari kayu yang masih hidup atau pagar

hidup). Pagehan ini dibuat setelah ada pengukuran dari pemerintah desa tentang luas dari tanah

warga tersebut. Tujuan dari dibuat pagehan adalah sebagai pembatas antara kebun dengan pura

hutan, sehingga warga tidak sembarangan memasuki memperluas perkebunannya ke pura hutan.

Dengan adanya pagehan ini, masyarakat yang memiliki kebun yang berdampingan dengan

purahutan ini, apabila secara sengaja memperluas areal perkebunannya atau memasuki pura

hutan, maka yang bersangkutan akan mengalami bencana, sakit atau bentuk lain secara niskala.

Kepercayaan ini telah berlangsung secara turun temurun dan telah banyak fenomena itu dialami

oleh masyarakat setempat.

Terkait dengan kondisi hutan, adat, dalam pelaksanaan observasi dan sekaligus

memberikan informasi tentang konservasi hutan, dapat dibuatkan dalam bentuk dokumentasi.

Dokumentasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Gambar 4.1. Kondisi Hutan Adat Desa Tigawasa Bagian Dalam

Page 30: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

r

Gambar 4.2. Kondisi Hutan Adat Desa Tigawasa yang Berbatasan dengan Kebun Warga

Setempat

Gambar 4.3. Suasana Pelaksanaan P2M di DesaTigawasa 2015

Page 31: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan (Sementara)

Simpulan yang dapat ditarik dari kegiatan ini adalah:

1. Kegiatan pelaksanaan P2M ini mendapatkan apresiasi yang sangat baik dari masyarakat

Desa Tigawasa khususnya masyarakat yang ada di sekitar Hutan Adat.

2. Pemahaman masyarakat tentang konservasi hutan menjadi lebih meningkat.

3. Kesadaran masyarakat terkait peran dan pentingnya konservasi hutan menjadi lebih

meningkat.

4. Disadari bahwa kearifan local yang mereka miliki sebagai aset yang dapat digunakan

sebagai acuan dalam konservasi hutan adat yang ada di desa tersebut.

5. Tindak lanjut dari kegiatan P2M ini adalah(a) penyempurnaan laporan kegiatan P2M

dan(b) masih dipandang perlu untuk didiskusikan lagi dengan anggota P2M.

DaftarPustaka

Adnyana, Sandi I Wayan dan Suwarna, I wayan. 2007. Permasalahan dan Kerusakan

Lingkungan Hidup. Dalam Buku Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Denpasar : UPT Penerbit Universitas Udayana.

Geriya, I Wayan. 2007. Konsep dan Strategi Revitalisasi Kearifan Lokal dalam Penataan

Lingkungan Hidup Daerah Bali. Dalam Buku Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan

Lingkungan Hidup. Denpasar : UPT Penerbit Universitas Udayana.

Manuaba, A. 2004. Pendekatan Total PerluuntukAdanya Proses ProduksidanProduk yang

Manusiawi, Kompetitifdan Lestari. Makalah disampaikan pada Pertemuan seminar

Teknik Industri di Universitas Atmajaya, Yogyakarta 2004.

Sudiarno, Adithya; SritomoWignjosoebroto; UdisubaktiCiptomulyono. 2012. PerspektifErgologi

(IntegrasiErgonomidanEkologi) DalamManajemen/PengelolaanSampah.

http://www.google.co.id/search?hl=id&source=hp&biw=&bih=&q=ergologi&meta=&oq

=ergologi&aq=f&aqi=g-s1&aql=&gs_l=firefox-

hp.3..0i10.687804l690473l0l699916l8l8l0l0l0l0l244l1280l1j5j2l8l0.frgbld.

Diaksestanggal 10 April 2012.

Page 32: BIOLOGI KONSERVASI LAPORAN P2M - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196012311984031012... · LAPORAN P2M SOSIALISASI KONSERVASI HUTAN ADAT MELALUI PENDEKATAN

Wiana, I Ketut. 2007. Konsep Hindu Tentang Pelestarian Lingkungan. Dalam Buku Kearifan

Lokal Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Denpasar : UPT Penerbit Universitas

Udayana.

Wignjosoebroto, S. 2000. Ergonomi, Studi Gerak. Teknik Analisis untuk Peningkatan

Produktivitas Kerja. Surabaya : Penerbit Guna Widya.

Wijana, Nyoman dan I NengahSumardika. 2009. PelestarianJenis-

JenisTumbuhanBergunaMelaluiKearifanLokal di DesaAdatTengananPegringsingan,

KabupatenKarangasem, Bali.DimuatdalamprosidingKonservasi Flora Indonesia

dalamMengatasiDampakPemanasan Global. Kebun Raya “EkaKarya – LIPI. Hal. 724 -

731. ISBN 978-979-799-447-1.

Wijana, Nyoman; Ida bagusPutuArnyana. 2013. AnalisisStrukturVegetasiHutanAdat,

UpayaPengelolaanBerbasisKearifanLokal Dan

PemberdayaanMasyarakatMelaluiPendekatanErgologi Di DesaBali AgaBuleleng – Bali.

HasilPenelitian. TidakDiterbitkan.

Wijana, Nyoman. 2014.

PembelajaranIlmuLingkunganMelaluiPendekatanErgologiBerorientasiBeberapaaspekErg

onomiUntukMeningkatkanHasilBelajarMahasiswaJurusanPendidikanBiologi FMIPA

Undiksha. Jurnal IKA Vol. 12, No. 1, Maret 2014. ISSN 1829-5282. Hal 88-100.

Wijana, Nyoman. 2014. AnalisisKomposisidanKeanekaragamanSpesiesTumbuhandi

HutanDesaBali AgaTigawasa, Buleleng – Bali.

JurnalSainsdanHumanioraLemlitUndiksha. Vol. 1 No. 1, April 2014. Hal 55-65.

Wijana, Nyoman. 2015. IlmuLingkungan. Yogyakarta: GrahaIlmu.