laporan
DESCRIPTION
unramTRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin yang
mana hampir setiap mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran.
Peran utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Untuk
merencanakan sebuah poros hal-hal berikut ini perlu diperhatikan yaitu :
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur
atau gabungan antara keduanya, ada juga poros yang mendapat beban tarik
atau tekan seperti poros baling-baling kapal atau turbin. Kelelahan,
tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros
diperkecil (poros bertangga) atau bila poros memiliki alur pasak harus
diperhatikan.
2. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros memiliki kekuatan yang cukup tetapi jika
lenturan atau depleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan
ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara (misalnya
pada turbin dan kotak roda gigi) karena itu disamping kekuatan poros,
kekakuan poros juga perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis
mesin yang akan dilayani poros tersebut.
3. Putaran Kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran
tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya, putaran ini disebut
putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor listrik dan lain-lain
yang dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian
lainnya. Jika mungkin poros harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
putaran kerjanya lebih rendah dari pada putaran kritisnya.
3
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk
poros propeler dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif.
Demikian pula dengan poros-poros yang terancam kavitasi, dan poros-
poros mesin yang sering berhenti lama. Sampai batas-batas tertentu dapat
pula dilakukan perlindungan terhadap korosi.
5. Bahan Poros
Poros untuk mesin biasanya dibuat dari batang baja yang ditarik
dingin dan difinis, baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) yang
dihasilkan dari ingot yang di-“kill” (baja yang dideoksidasikan dengan
ferrosilikon dan dicor; kadar karbon terjamin) (JIS G 4501), Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Baja Karbon Untuk Konstruksi Mesin Dan Baja Difinis Dingin Untuk Poros.
No. Jenis Lambang Perlakuan
Panas
Kekuatan
Tarik
Kg/mm2
Keterangan
1. Baja Karbon
konstruksi mesin
( JIS G 4501 )
S30C Penormalan 48
-
S35C Penormalan 52
S40C Penormalan 55
S45C Penormalan 58
S50C Penormalan 62
S55C Penormalan 66
2. Batang baja
Yang difinis
dingin
S35C-D Penormalan 53 Ditarik dingin,
gerinda dan bubut S45C-D Penormalan 60S55C-D Penormalan 72
Sumber: Sularso, K. Suga, hal 3
4
Tabel 2.2. Beban, bahan dan cara perlakuan panasBeban Lambang bahan Cara perlakuan
panas
Beban ringan
Dengan tumbukan ringan dan sedikit keausan S35C-45C
Dicelup dingin dan di temper
Perlu sedikit ketahanan terhadap keausan
S15CKSementasi, celup dingin dan temper ( lapisan yang dikeraskan kurang lebih 0,2-0,4 mm )
Beban sedang
Memerlukan kekuatan sedang dan ketahanan terhadap keausan
S35C-45
Setelah dicelup dingin dan ditemper, dicelup dingin frekwensi tinggi, pengerasan permukaan pada ujung gigi, kekerasan kurang lebih HRC 48-56 (1)
SCM 3SCM 4
Setelah dicelup dingin dan ditemper, dinitrid, dinitrid lunak dengan gas atau tufftride.
Beban berat
Memerlukan ketahan terhadap tumbukan
SNC22SNCM23SNCM25
Sementasi, celup dingin dan temper dengan kekerasan permukaan kurang lebih HRC 58-64
Memerlukan ketahanan terhadap keausan
SNCM23SCM23SCM24
Sementasi, celup dingin dan temper. Kekerasan permukaan HRC lebih dari 62
Memerlukan ketahanan terhadap keausan dan tumbukan
S45CS48C
Setelah dicelup dingin dan ditemper, dilakukan pencelupan dingin dengan frekwensi tinggi(2), lakukan pencelupan hingga dasar kaki dengan kekerasan HRC kurang lebih 56-60
Keadaan khusus Ketahanan terhadap goresan
Baja nitrid Dinitrid setelah dicelup dan ditemper
Baja paduan SCM3, 13Cr
Dinitrid setelah dicelup dan ditemper
Ketahanan terhadap karatBaja tahan karat seri austenit,ferrit dan multainsit
Harus dipilih perlakuaan panas yang optimumdengan memperhatikan sifat sifat yang perlu disamping sifat tahan karat
5
Sumber: Sularso, K.Suga, hal 247
Ketahanan terhadap panas Paduan Fe-Cr-Ni Berikan perlakuan panas yang optimum
Meskipun demikian bahan ini kelurusannya agak kurang tetap dan dapat
mengalami deformasi karena tegangan yang tidak seimbang misalnya bila diberi
alur pasak, karena ada tegangan sisa di dalam terasnya. Tetapi penarikan dingin
membuat permukaan poros menjadi lebih keras dan kekuatannya bertambah besar.
Poros-poros yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat
umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan
terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom nikel, baja khroom
nikel molibden, baja khrom, baja khroom molibden, dan lai-lain.
Berikut ini akan dibahas tentang rencana sebuah poros yang mendapat
sebuah pembebanan utama berupa torsi seperti pada poros motor dengan sebuah
kopling. Jika diketahui bahwa poros yang akan direncanakan tidak mendapat
beban lain kecuali torsi, maka diameter poros tersebut dapat lebih kecil dari pada
yang dibayangkan. Meskipun demikian, jika diperkirakan akan terjadi
pembebanan berupa lenturan, tarikan atau tekanan, misalnya jika sebuah sabuk,
rantai atau roda gigi dipasangkan pada poros motor, maka kemungkinan adanya
pembebanan tambahan tersebut perlu diperhatikan dalam faktor keamanan yang
diambil.
Pertama kali ambillah suatu kasus dimana daya P (kW) harus
ditransmisikan dan putaran poros n1 (rpm) diberikan. Dalam hal ini perlu
dilakukan pemeriksaan terhadap daya P tersebut. Jika P adalah daya rata-rata yang
diperlukan maka harus dibagi dengan efisiensi mekanis dari sistem transmisi
untuk mendapat daya penggerak mula yang diperlukan. Daya yang besar mungkin
diperlukan pada saat start atau mungkin beban yang besar mungkin diperlukan
pada saat start. Dengan demikian sering kali diperlukan koreksi daya rata-rata
yang diperlukan dengan menggunakan faktor koreksi pada perencanaan.
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka berbagai
macam faktor keamanan biasanya dapat diambil dari perencanaan, sehingga faktor
koreksi pertama dapat diambil kecil. Jika faktor koreksi adalah fc maka daya
rencana Pd (kW) sebagai patokan adalah (Sularso dan K. Suga;1997) :
6
Pd = fc . P (kW) ..................................................................(1)
Tabel 2.3 Faktor-faktor daya yang akan ditransmisikan (fc)
Daya yang akan ditransmisikan fc
Daya rata-rata yang diperlukan
Daya maksimum yang diperlukan
Daya normal
1,2 - 2,0
0,8 - 1,2
1,0 - 1,5
Jika daya diberikan dalam daya kuda (PS) maka harus dikalikan dengan
0,735 untuk mendapatkan daya dalam kW (Sularso dan K. Suga, 1997).
Jika momen puntir (disebut juga dengan momen rencana) adalah T
(kg.mm) maka nilai daya rencana (Pd) (Sularso dan K. Suga;1997) :
Sehingga: …………………………………………….……(2)
Bila momen rencana T (kg.mm) dibebankan pada suatu diameter poros ds
(mm) maka tegangan geser τ (kg/mm2) yang terjadi (Sularso dan K. Suga;1997) :
.......................................................(3)
Tegangan geser yang diizinkan τa (kg/mm2) untuk pemakian umum pada
poros dapat diperoleh dengan berbagai cara. Disini τa dihitung atas dasar batas
kelelahan puntir yang biasanya diambil 40 % dari batas kelelahan tarik yang
besarnya kira-kira 45% dari σB (kg/mm2). Jadi batas kelelahan puntir adalah 18%
dari kekuatan tarik σB, sesuai dengan standar ASME. Untuk harga 18% ini faktor
keamanan diambil sebesar 1/0,18 = 5,6. Harga 5,6 ini diambil untuk bahan SF
dengan kekuatan yang dijamin, dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh massa,
7
Sumber : Sularso,K. Suga, hal 7
dan baja paduan. Faktor ini dinyatakan dengan Selanjutnya perlu ditinjau
apakah poros tersebut akan diberi alur pasak atau dibuat bertangga, karena
pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar. Pengaruh kekasaran permukaan juga
harus diperhatikan. Untuk memasukkan pengaruh-pengaruh ini dalam perhitungan
perlu diambil faktor keamanan yang dinyatakan sebagai Sf2 dengan harga sebesar
1,3 - 3,0. Dari hal-hal tersebut maka besarnya τa dapat dihitung dengan persamaan
(Sularso dan K. Suga;1997) :
τa= σB / Sf1x Sf2 ....................................................................(4)
Kemudian keadaan momen puntir itu sendiri juga harus ditinjau. Faktor
koreksi yang dianjurkan oleh ASME juga dipakai di sini. Faktor ini dinyatakan
dengan Kt, dipilih sebesar 1,5 jika beban dikenakan secara halus, 1,0 - 1,5 jika
terjadi sedikit kejutan atau tumbukan dan 1,5 - 3,0 jika beban dikenakan dengan
tumbukan atau kejutan besar.
Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya
terdiri atas momen puntir saja, perlu ditinjau pula apakah ada kemungkinan
pemakaian dengan beban lentur di masa mendatang. Jika memang diperlukan
akan terjadi pemakaian dengan beban lentur maka dapat dipertimbangkan
pemakaian faktor Cb yang harganya antara 1,2 - 2,3 (jika diperkirakan tidak akan
terjadi pembebanan lentur maka Cb diambil sama dengan 2,0).
Dari persamaan diatas diperoleh rumus untuk menentukan diameter
sebuah poros (ds) (Sularso dan K. Suga;1997) :
...............................................
(5)
dimana:
ds = Diameter poros (mm)
τa = Tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2)
Faktor koreksi momen puntirFaktor koreksi lenturan
Faktor koreksi lenturan
Momen rencana (kg/mm)
8
Tabel 2.4 Ukuran dan Alur PasakUkuran
nominal
pasak
b x h
Ukuran
standar
b,b1,b2
Ukuran standar h C l* Ukuran
standar
t1
Ukuran standar t2 r1 dan
r2
Refrensi
Pasak
prismatis dan
luncur
Pasak
tirus
Pasak
prismatis
Pasak
luncur
Pasak
tirus
Diameter
poros yg
dapat di
pakai
2 x 2
3 x 3
4 x 4
5 x 5
6 x 6
2
3
4
5
6
2
3
4
5
6
0,16 -
0,25
6-20
6-36
8-45
10-56
14-70
1,2
1,8
2,5
3,0
3,5
1,0
1,4
1,8
2,3
2,8
0,5
0,9
1,2
1,7
2,2
0,08-
0,16
> 6-8
> 8-10
>10-12
0,25 -
0,40
0,16-
0,25
> 12-17
> 17-22
7 x 7 7 7 7,2 16-80
18-90
22-110
28-140
36-160
4,0
4,0
5,0
5,0
5,5
3,0 3,5 3,0
2,4
2,4
2,4
2,9
> 20-25
8 x 7 8 7
8
8
9
3,3
3,3
3,3
3,8
> 22-30
10 x 8 10
0,40 -
0,60
0,25-
0,40
> 30-38
12 x 8 12 > 38-44
14 x 9 14 > 44-50
15 x 10 15 10 10,2 40-18-
45-180
50-200
56-200
63-250
5,0
6,0
7,0
7,5
9,0
5,0 5,5 5,0
3,4
3,4
3,9
4,4
> 50-55
16 x 10 16 10
11
12
14
4,3
4,4
4,9
5,4
> 50-58
18 x 11 18 > 58-65
20 x 12 20
0,60 -
0,80
0,40-
0,60
> 65-75
22 x 14 22 > 75-85
24 x 16 24 16 16,2 70-280
70-280
80-320
90-360
8,0
9,0
10,0
11,0
8,0 8,5 8,0
4,4
5,4
6,4
> 80-90
25 x 14 25 14
16
18
5,4
6,4
7,4
> 85095
28 x 16 28 > 95-110
32 x 16 32 > 110-130
Harga faktor konsentrasi tegangan untuk alur pasak α dan untuk poros
bertangga β dapat diperoleh dengan diagram R.E.Peterson (Gambar 2.1 dan 2.2 )
9
Sumber : Sularso,K. Suga, hal 10
10
Gambar. 2.1 Faktor konsentrasi tegangan α untuk pembebanan puntir statis dari suatu poros bulat dengan alur pasak persegi yang diberi filet
Sumber : Sularso,K. Suga, hal 9
Gambar. 2.2 Faktor konsentrasi tegangan β untuk pembebanan punter statis dari suatu poros bulat dengan pengecilan diameter yang diberi filet
Sumber : Sularso,K.Suga, hal 11
Bila α dan β dibandingkan dengan faktor keamanan Sf2 untuk konsentrasi
tegangan pada poros bertangga atau alur pasak yang ditaksir terdahulu, maka α
dan β sering kali menghasilkan diameter poros yang lebih besar.
Periksalah perhitungan tegangan, mengingat diameter yang dipilih lebih
besar dari ds yang diperoleh dari perhitungan. Bandingkan α dan β dan pilihlah
yang lebih besar. Lakukanlah koreksi pada Sf2 yang di taksir sebelumnya untuk
konsentrasi tegangan, dengan mengambil τa.Sf2 /( α atau β) sebagai tegangan yang
diizinkan yang dikoreksi. Bandingkan harga ini dengan τ.Cb. Kt, dari tegangan
geser τ yang dihitung atas dasar poros tanpa alur pasak, faktor lenturan Cb, dan
faktor koreksi tumbukan Kt dan tentukan masing-masing harganya jika hasil yang
terdahulu lebih besar serta lakukan penyesuaian jika hasilnya lebih kecil. Cara
perencanaan poros dapat dilihat pada diagram alir perencanaan poros.
2.2. Pasak
2.2.1 Macam-macam pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-
bagian mesin seperti roda gigi, sproket, pulley, kopling, dan lain-lain pada poros
Momen diteruskan dari poros ke naf dari naf keporos.
Fungsi yang serupa dengan pasak dilakukan pula oleh seplain (spline) dan
gerigi (seration), yang mempunyai gigi luar pada poros dan gigi dalam, dalam
jumlah gigi yang sama pada naf dan saling terkait satu dengan yang lain. Gigi
pada spalin adalah besar-besar, sedang pada gerigi adalah kecil-kecil dengan jarak
bagi yang kecil pula. Kedua-duanya dapat digeser secara aksial pada waktu
meneruskan daya. Pasak pada umumnya digolongkan atas beberapa macam.
Menurut letaknya pada poros dapat dibedakan antara pasak kelana, pasak
rata. pasak benam dan pasak singgung, yang paling umum berpenampang segi
empat. Dalam arah memanjang dapat berbentuk prismatis atau berbentuk tirus.
Pasak benam prismatis ada yang khusus dipakai sebagai pasak luncur. Disamping
itu ada pula pasak tembereng dan pasak jarum.
11
Pasak luncur memungkinkan pergeseran aksial roda gigi, dan lain-lain,
pada porosnya, seperti pada splain. Yang paling umum dipakai adalah pasal
benam yang dapat meneruskan momen yang hesar. Untuk momen dengan
tumbukan, dapat dipakai pasak singgung
Gambar macam-macam pasak ditunjukkan pada gambar 2.3 dibawah ini
Gambar 2.3. Macam-macam pasakSumber: Sularso,K.suga, hal 24
2.2.2 Hal-hal penting dan tata cara perencanaan pasak
Pasak benam mempunyai penampang segi empat dimana terdapat bentuk
prismatis dan tirus yang kadang-kadang diberi kepala untuk memudahkan
pencabutannya. Kemiringan pada pasak tirus umumnya sebesar 1/10, dan
pengerjaan harus hati-hati agar naf tidak menjadi ekstrinsik.. Pada pasak yang
rata, sisi sampingnya harus pas dengan alur pasak agar pasak tidak menjadi
goyah dan rusak. Ukuran dan bentuk standar pasak pada lampiran untuk pasak
umumnya dipilih bahan yang mempunai kekuatan tarik lebih dari 60 (kg/mm2)
lebih kuat daripada porosnya. Kadang-kadang sengaja dipilih bahan yang
12
lemah untuk pasak, sehingga pasak akan lebih dahulu rusak dari pada poros
atau nafnya. Ini disebabkan harga pasak murah dan mudah menggantinya.
Jika momen rencana pada poros adalah T (kg.mm), dan diameter poros
adalah ds (mm), maka gaya tangensial F (kg) pada permukaan poros adalah
(Sularso dan K. Suga;1997)
.............………………………… (6)
Gaya geser yang bekerja pada penampang mendatar b x l (mm`) oleh
gaya F (kg) dengan demikian tegangan geser k (kg/mm2) yang ditimbulkan
adalah dari tegangan geser yang diizinkan ka (kg/.mm2), panjang pasak 1
(mm) yang diperlukan dapat diperoleh (Sularso dan K. Suga;1997) :
ka > ………………………. (7)
Gaya gesek pada pasak dapat dilihat pada gambar 2.4. dibawah ini
Gambar 2.4. Gaya gesek pada pasakSumber: sularso, hal 25
Harga ka adalah harga yang diperoleh dengan membagi kekuatan tarik
B dengan factor keamanan Sf1 dan Sf2.
Harga Sfk1 umumnya diambil 6, dan Sfk2 dipilih antara 1-1,5 jika beban
dikenakan secara perlahan-lahan, antara 1,5 -3 jika dikenakan dengan
tumbukan ringan dan antara 2-5 jika dikenakan secara tiba-tiba dan dengan
tumbukan berat.
13
Kedalaman alur pasak pada poros dinyatakan dengan t1, dan kedalaman
alur pasak pada naf dengan t2. Abaikan pengurangan luas permukaan oleh
pembulatan sudut pasak. Dalam hal ini tekanan permukaan P (kg/mm2) adalah
(Sularso dan K. Suga;1997)
......................…………… (8)
Dari harga tekanan permukaan yang diizinkan Pa (kg/mm2), panjang
pasak yang diperlukan dapat dihitung dari (Sularso dan K. Suga;1997)
Pa > ………………….. (9)
Harga Pa adalah sebesar 8 (kg/mm2) untuk poros dengan diameter kecil,
10 (kg/mm) untuk poros dengan diameter besar, dan setengah dari harga-harga
diatas untuk poros berputaran tinggi. Perlu diperhatikan bahwa lebar pasak
sebaiknya antara 25-35 (%) dari diameter poros dan panjang pasak jangan
terlalu panjang dibandingkan dengan diameter poros (antara 0,75 sampai 1,5
ds). Karena lebar dan tinggi pasak sudah distandarkan, maka beban yang
ditimbulkan oleh gaya F yang besar hendalnya dibatasi dengan menyesuaikan
panjang pasak. Namun demikian, pasak yang terlalu panjang tidak dapat
menahan beban yang merata pada permukaannya. Jika terdapat pembatasan
pada ukuran naf atau poros, dapat dipakai ukuran yang tidak standar atau
diameter perlu dikoreksi.
2.3. Puli Dan Sabuk
Jarak yang jauh antara dua buah poros sering tidak memungkinkan
transmisi langsung dengan roda gigi. Dalam hal demikian, cara transmisi
putaran atau daya yang lain dapat diterapkan, dimana sebuah sabuk luwes
atau rantai dibelitkan sekeliling puli atau sproket pada poros.
Sebagian besar transimisi sabuk menggunakan sabuk-V karena mudah
penanganannya dan harganya pun murah. Kecepatan sabuk direncanakan
untuk 10 sampai 20 (m/s)pada umumnya, dan maksimum sampai 25 (m/s).
14
Daya maksimum yang dapat ditransmisikan kurang lebih sampai
500 (KW).
2.3.1. Transmisi sabuk-V
Sabuk-V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.
Tenunan tetoron atau semacamnya dipergunakan sebagai inti sabuk untuk
membawa tarikan yang besar (gambar 2.9). Sabuk-V dibelitkan di keliling
alur pully yang berbentuk V pula. Sehingga bagian sabuk yang sedang
membelit pada pully ini akan mengalami lengkungan sehingga bagian
dalamnva akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah
karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan transmisi daya yang
besar pada tegangan yang relatif rendah. Hal ini merupakan salah satu
keunggulan sabuk-V dengan sabuk rata. Dalam gambar 2.5. diberikan
berbagai proporsi penampang sabuk-V.
Gambar 2.5. Kontruksi sabuk V Sumber : Sularso, K. Suga, Hal 164
Gambar 2.6. Ukuran penampang sabuk-VSumber: Sularso, hal 164
15
1. Terpal2. Bagian penarik3. Karet
pembungkus4. Bantal karet
Sabuk-V yang umum dipakai atas dasar daya rencana dan putaran
poros penggerak, penampang-V yang sesuai dapat diperoleh dari gambar
2.7.
Daya rencana dihitung dengan mengalikan daya yang diteruskan
dengan faktor koreksi dalam tabel 2.5, Diameter minimal pully-V
dinyatakan sebagai diameter dp (mm) dari suatu lingkaran dimana lebar
alurnya dalam gambar 2.8. menjadi lo dalam tabel 2.5.
Tabel 2.5. Faktor Koreksi pada puli. ( fc )
Variasi beban
Mesin yang digerakan
Penggerak
Momen puntir puncak 200% Momen puntir puncak >200%
Motor arus bolak balik (momen normal, sangkar bajing singkron), motor
searah (lilitan shunt)
Motor arus bolak balik (Momen tinggi, fasa tunggal, lilitan seri), motor arus searah
( lilitan kompon, lilitan seri ) Mesin totak, kopling tidak tetap
Jumlah jam kerja tiap hari ( Jam )
3-5 8-10 16-24 3-5 8-10 16-24
Sangat
kecil
Pengaduk zat cair, kipas angin,
blower ( sampai 7,5 kW) pompa
sentrifugal, tugas ringan
1,0 1,1 1,2 1,2 1,3 1,4
Kecil
Konveyor sabuk( Pasir
Batubara), pengaduk, kipas
angin ( >7,5 kW) mesin torak,
peluncur, mesin perkakas, mesin
percetakan
1,2 1,3 1,4 1,4 1,5 1,6
Sedang Konveyor ( Ember Sekrup )
Pompa torak, kompresor,
gilingan palu, pengocok, roots
blower, mesin tekstil, mesin
1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8
16
kayu
Besar
Penghancur, gilingan bola atau
batang, pengangkat, mesin
pabrik karet ( Rol kalender ).
1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2,0
Sumber: Sularso,K. Suga, hal 164
Tabel 2.6. Ukuran puli V
Penampang
sabuk V
Diameter nominal
( Diameter
lingkaran jarak
bagi, dp)
αo W* Lo K Ko E f
A
71 – 100
1011 – 125
>126
34
36
38
11,95
12,12
12,309,2 4,5 8,0 15,0 10,0
B
125 – 160
161 – 200
>201
34
36
38
15,86
16,07
16,2912,5 5,5 9,5 19,0 12,5
C
200 – 250
251 – 315
>316
34
36
38
21,18
21,45
21,7216,9 7,0 12,0 25,5 17,0
D355 – 450
>451
34
3630,77
31,14 24,6 9,5 15,5 37,0 24,0
E500 – 630
> 631
34
3636,95
37,45 28,7 12,7 19,3 44,5 29,0
Sumber : Sularso, K. Suga,hal 166
Transmisi sabuk-V hanya dapat menghubungkan poros -poros yang
sejajar dengan arah putaran yang sama. Dibandingkan dalam transmisi
roda gigi atau rantai, sabuk-V bekerja lebih halus dan tidah bersuara.
Untuk mempertinggi daya yang ditransmisikan dapat dipakai beberapa
17
sabuk-V dipasang sebelah-menyebelah. Jarak sumbu poros harus sebesar
1.5 sampai 2 kali diameter pully besar. Nomor nominal sabuk-V
dinyatakan panjang kelilingnya dalam inci.
Gambar 2.7. Diagram pemilihan sabuk-V Sumber : Sularso, K. Suga, hal 164
Gambar 2.8. Profil alur sabuk-V Sumber : Sularso, K Suga, hal 165
Dalam tabel 2.7, diberikan diameter pully minimum yang diizinkan
dianjurkan menurut jenis sabuk yang bersangkutan.
18
Tabel 2.7. Diameter minimum puli yang diijinkan dan dianjurkan dalam mm.
Penampang A B C D E
Diameter yang diijinkan 65 115 175 300 450
Diameter yang dianjurkan 95 145 225 350 550
Sumber: Sularso, K.Suga, Hal 169
Karena sabuk-V biasanya dipakai untuk menurunkan putaran, maka
perbandingan yang umum dipakai ialah
perbandingan reduksi i, dimana (Sularso dan K. Suga;1997) :
……………….... (10)
Diameter luar pulley penggerak (dk) (Sularso dan K. Suga;1997)
……………………………..... (11)
Diameter luar pulley yang digerakkan (Dk) (Sularso dan K. Suga;1997)
…………………………...... (12)
Kecepatan linier sabuk-V (m/s) adalah (Sularso dan K. Suga;1997) :
v = ……………………………….(13)
Jarak sumbu poros dan panjang keliling sabuk bertuirut-turut adalah
C : (mm) dan (Sularso dan K. Suga;1997)
L (mm) : C = : …………… (14)
Dimana :
19
b = 2L – 3,14 (dp + dp) ……………………………… (15)
L =2C + (Dp + dp) + (Dp - dp)2 …….………. (16)
Tabel 2.8. Panjang Sabuk V Standar
Nomor Nominal Nomor Nominal Nomor Nominal Nomor NominalInch mm Inch mm Inch mm Inch mm1011121314151617181920212223242526272829303132333435363738394041424344
25427930533035638140643245748350853355958461063566068671173776278781383886488991494096599110161041106710921118
4546474849505152535455565758596061626364656667686970717273747576777879
11431168119412191245127012951321134613721397142214481473149915241549157516001626165116761702172717531778180318291854188019051930195619812007
8081828384858687888990919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114
20322057208321082134215921842210223522612286231123372362238824132438246424892515254025652591261626422667269227182743276927942819284528702896
115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136137138139140141142143144145146147148149
29212946297229973023304830733099312431503175320032263251327733023327335333783404342934543480350535313556358136073632365836833708373437593785
20
Sumber : Sularso, K. Suga, hal 168
Tabel 2.9 Daerah penyetelan jarak sumbu poros
Sumber : Sularso, K. Suga, hal 174
Jika tarikan pada sisi tarik dan sisi kendor berturut-turut adalah F1 dan
F2 (kg), maka besarnya gaya tarik efektif Fe (kg) untuk menggerakkan puli
yang digerakkan adalah (Sularso dan K. Suga;1997) :
Fe = F1 – F2 ……………………………………. (17)
Fe adalah daya efektif yang bekerja sepanjang lingkaran jarak bagi
alur puli, jika koefisien gesek nyata antara sabuk dan puli adalah μ maka
(Sularso dan K. Suga;1997)
.........................................................................(18)
Jika momen puntir adalah T dan diameter puli besar adalah RDk
maka (Sularso dan K. Suga;1997) :
T=(F1-
F2)RDk ..............................................................(19)
21
Besarnya daya yang dapat ditransmisikan oleh sabuk P0 (kW)
diberikan oleh persamaan (Sularso dan K. Suga;1997)
.........................................................................(20)
Sementara besarnya sudut kontak diberikan oleh persamaan
(Sularso dan K. Suga;1997)
..................................................(21)
Tabel 2.10 Faktor koreksi puli
Dp – dp C
Sudut kontak puli kecil θ
Faktor koreksi Kθ
0,000,100,200,300,400,500,600,700,800,901,001,101,201,301,401,50
180174169163157151145139133127120113106999183
1,000,990,970,960,940,930,910,890,870,850,820,800,770,730,700,65
Sumber : Sularso, K. Suga, hal 174
22
Jika dB dan DB berturut-turut adalah diameter bos atau naf puli kecil
dan puli besar, ds1 dan ds2 berturut-turut adalah diameter poros penggerak
dan yang digerakkan, maka (Sularso dan K. Suga;1997)
….……………………… (22)
………………………… (23)
Jika naf tidak dapat dibuat cukup besar untuk memenuhi persamaan
tersebut, ambillah bahan poros yang lebih kuat untuk mengecilkan
diameternya, atau ambil cara lain untuk memasang poros pada naf.
Untuk mengetahui jumlah belt yang diperlukan untuk
mentransmisikan daya dapat digunakan rumus (Sularso dan K. Suga;1997)
…………………………………. (24)
dimana :
* N = Jumlah belt yang dipakai
* K = Faktor koreksi
* P0 = Kapasitas daya yang ditransmisikan oleh sabuk
2.4. Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban,
sehingga putaran atau gerak bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus,
aman dan panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan
poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak
berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh system akan atau tidak dapat
bekerja sebagaimana mestinya. Jadi bantalan dalam permesinan dapat
disamakan dengan pondasi pada gedung.
23
2.4.1. Klasifikasi bantalan
1. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros
a. Bantalan luncur. Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros
dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan
bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas.
b. Bantalan gelinding. Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara
bagian yang berputar dengan yang diam melalui elcmen gelinding
seperti bola (peluru), rol atau rol jarum, rol bulat dan ro1 kerucut
2. Atas dasar arah beban terhadap poros
a. Bantalan radial. Arah beban bantalan ini sejajar sumbu poros
b. Bantalan aksial. Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak
lurus sumbu poros
c. Bantalan gelinding khusus. Bantalan ini dapat menumpu beban yang
arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros
2.4.2. Perbandingan Antara Bantalan Luncur Dan Bantalan Gelinding
Bantalan luncur mampu menumpu poros berputaran tinggi dengan
beban besar. Karena gesekan yang besar pada wakl:u mulai jalan, bantalan
luncur memerlukan momen awal yang besar.
Panas awal yang timbul dari gesekan yang besar, terutama pada
beban besar memerlukan pendinginan khusus. Sekalipun demikian, karena
adanya lapisan pelumas, bantalan ini dapat meredam tumbukan dan getaran
hingga hampir tidak bersuara.
Bantalan gelinding pada umumnya lebih cocok untuk beban kecil
daripada bantalan luncur, tergantung pada bentuk elemen gelindingnya,
putaran pada bantuan ini dibatasi oleh sentrifugal yang timbul pada elemen
gelinding tersebut. Keunggulan dari bantalan ini adalah pada gesekannya yang
sangat rendah, pelumasannya sangat sederhana, cukup dengan gemuk bahkan
yang memakai sil sendiri tidak perlu pelumasan lagi.
24
2.4.3. Klasifikasi Bantalan Luncur
Dapat diklasifikasikan menurut bentuk dan letak bagian poros yang
ditumpu yaitu :
1. Bantalan radial, yang dapat berbentuk radial, belahan silinder, elips, dan
lain-lalin
2. Bantalan aksial, yang dapat berbentuk engsel, kerah, michel dan lainlain.
3. Bantalan khusus, yang berbentuk bola.
2.4.4. Jenis-Jenis Bantalan Gelinding
Bantalan gelinding mempunyai keuntungan dari gesekan gelinding
yang sangat kecil dibanding dengan bantalan luncur, seperti diperlihatkan
dalam gambar 2.9, elemen gelinding seperti bola atau rol, dipasang diantara
cincin luar dan cincin dalam. Dengan memutar salah satu cincin tersebut, bola
atau rol akan membuat gerakan gelinding sehingga gesekan diantaranya akan
jauh lebih kecil. Untuk bola atau rol, ketelitian tinggi dalam bentuk dan
ukuran merupakan keharusan. Bahan yang dipakai untuk bantalan gelinding
harus mempunyai ketahanan dan kekuatan yang tinggi. Bantalan gelinding
seperti bantalan luncur, dapat diklasifikasikan atas bantalan radial, yang
terutama membawa beban radial dan sedikit beban aksial dan bantalan aksial
yang membawa beban sejajar sumbu poros.
Macam-macam bantalan gelinding dapat dilihat pada gambar 2.9.
dibawah ini :
25
Menurut bentuk elemen gelindingnya, dapat juga dibagi atas
bantalan bola dan bantalan rol.
2.4.5. Kelakuan Bantalan Gelinding
a. Kemampuan membawa beban aksial
Bantalan radial mempunyai sudut kontak yang besar antara
elemen gelinding dan cincinnya, dapat menerima sedikit beban aksial,
bantalan rol macam alur dalam, bantalan bola kontak sudut dan bantalan
rol kerucut merupakan macam bantalan yang akan dibebani gaya aksial
kecil. Bantalan mapan sendiri dapat menyesuaikan diri dengan defleksi
poros, namun demikian kemampuannya menahan gaya aksial adalah kecil.
b. Kelakuan terhadap putaran
Diameter poros d (mm) dikalikan dengan putaran per menit n
(rpm) disebut harga d.n. harga ini untuk suatu bantalan mempunyai batas
empiris yang besarnya tergantung pada macamnya dan cara pelumasannya.
Bantalan bola alur dalam dan bantalan bola sudut serta bantalan rol
silindris pada umumnya dipakai untuk putaran tinggi; bantalan rol kerucut
dan bantalan mapan sendiri untuk putaran sedang; bantalan aksial untuk
putaran rendah.
c. Kelakuan gesekan
26
Gambar 2.9. Macam-Macam Bantalan GelindingSumber: Sularso, K. Suga, hal 129
Bantalan bola dan bantalan rol silindris mempunyai gesekan
yang relatif kecil dibandingkan dengan bantalan macam lain. Untuk alat--
alat ukur, gesekan bantalan merupakan hal yang menentukan ketelitiannva.
d. Kelakuan dalam bunyi dan getaran
Hal ini dipengaruhi oleh kebulatan bola dan rol, kebulatan
cincin, kekasaran elemen-elemen tersebut, keadaan sangkarnya, dan kelas
mutunya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah ketelitian pemasangan,
konstruksi mesin (yang memakai bantalan tersebut), dan kelonggaran
dalam bantalan.
2.4.6. Bahan Bantalan Gelinding
Cincin dan elemen gelinding pada umumnya dibuat dari baja
bantalan krom karbon tinggi. Baja bantalan dapat memberikan efek stabil pada
perlakuan panas. Baja ini dapat memberikan umur panjang dengan keausan
sangat kecil. Dengan kemajuan dalam bidang teknik hampa pada akhir-akhir
in, telah dikembangkan bantalan cair hampa. Baja macam ini tidak sesuai
untuk produksi massa dan sangat mahal sehingga hanya dipakai dimana hanya
diperlukan baja murni. Untuk bantalan yang membutuhkan ketahanan khusus
terhadap kejutan, dipakai baja karbon rendah, yang kemudian diberi perlakuan
panas denban sementasi. Untuk bantalan yang tahan panas dan tahan karat
terdapat baja kecepatan tinggi atau deretan martensit dan baja tahan karat.
Bahan untuk sangkar yang mengalami kontak gesekan dengan
elemen gelinding harus tahan aus dan tidak mudah patah. Sangkar untuk
bantalan kecil dibuat dengan mengepres pita baja yang difinis rendah atau baja
plat yang difinis. Untuk pemakaian khusus, atau plat baja tahan karat juga
sering dipakai. Untuk bantalan besar dipakai baja karbon rendah atau
kuningan berkekuatan tinggi.
Untuk beberapa macam bantalan putaran tinggi dapat dibuat dari
plastik. Sebagai paku keling untuk sangkar dipergunakan baja karbon rendah
bermutu baik.
27
2.4.7. Nomor Nominal Bantalan Gelinding
Dalam prak-tek, bantalan gelinding standar dipilih dari katalog.
Ukuran bantalan gelinding adalah diameter lubang, diameter luar, lebar dan
lengkungan sudut. Pada umumnya diameter lubang diambil sebagai patokan
dimana berbagai diameter luar dan lebar digabungkan. Nomor nominal dari
bantalan gelinding terdiri dari nomor dasar dan pelengkap. Nomor dasar yang
terdapat merupakan lambang jenis, lambing ukuran (lambang lebar, diameter
luar), nomor diameter lubang dan lambang sudut kontak.
Tabel 2.11 Bantalan Bola
Nomor Bantalan Ukuran Luar (mm) Kapasitas Nominal Dinamis Spesifik C ( Kg )
Kapasitas Nominal
Statis Spesifik
Co ( Kg )
Jenis terbuka
Dua Sekat
Dua sekat tanpa
kontak
d D B r
60006001600260036004600560066007600860096010
6001ZZ6001ZZ6002ZZ6003ZZ6004ZZ6005ZZ6006ZZ6007ZZ6008ZZ6009ZZ6010ZZ
6000VV6001VV6002VV6003VV6004VV6005VV6006VV6007VV6008VV6009VV6010VV
1012151720253035404550
2628323542475562687580
8891012121314151616
0,50,50,50,511
1,51,51,51,51,5
36040044047073579010301250131016401710
196229263296465530740915101013201430
62006201620262036204620562066207620862096210
6200ZZ6201ZZ6202ZZ6203ZZ6204ZZ6205ZZ6206ZZ6207ZZ6208ZZ6209ZZ6210ZZ
6200VV6201VV6202VV6203VV6204VV6205VV6206VV6207VV6208VV6209VV6210VV
1012151720253035404550
3032354047526272808590
910111214151617181920
1111
1,51,51,52222
4005356007501000110015302010238025702750
23630536046063573010501430165018802100
Sumber: Sularso, K. Suga, hal 143
28
Lambang jenis menyatakan jenis bantalan, lambang ukuran menyatakan
lebar untuk bantalan radial dan tinggi untuk bantalan aksial; dapat juga
menyatakan diameter luar dari bantalan-bantalan tersebut. Dibawah ini akan
diberikan contoh nomor nominal dan artinya:
1. 6312ZZ C3 P6
6 menyatakan bantalan bola baris tunggal alur dalam
3 adalah singkatan dari lambang 03, dimana 3 menunjukkan diameter
luar 130 (mm) untuk diameter lubang 60 (mm)
12 berarti 12 x 5 = 60 (mm) diameter lubang
ZZ berarti bersil 2
C3 adalah kelonggaran C3
P6 berarti kelas ketelitian 6
2. 22220 K C3
2 menyatakan bantalan rol mapan sendiri
22 menunjukkan diameter luar 200 (mm) dan lebar 53 (mm) untuk
diameter lubang 110 (mm)
20 Berarti 20 x 5 = 100 (mm) diameter lubang
K berarti ½ tirus lubang, kelas kelebihan o
C3 Kelonggaran C3
2.4.8. Kapasitas Nominal Bantalan Gelinding
Ada 2 macam kapasitas nominal, yaitu kapasitas nominal dinamis
spesitik dan kapasitas nominal statia spesifik, misalnya bantalan aksial, maka
kondisi bebannya adalah aksial murni, satu cincin diam dan cincin yang lain
berputar. Jumlah putaran adalah 1.000.000 atau (33,3 rpm selama 500 jam).
Setelah menjalani putaran tersebut, jika 90°ro dari jumlah bantaian tidak
menunjukkan kerusakan karena kelelahan oleh beban gelinding pada cincir,
atau elemen gelindingnya, maka besarnya beban tersebut dinamakan kapasitas
nominal dinamis spesifik, dan umur bersangkutan dinamakan umur nominal.
29
Jika bantalan membawa beban dalam keadaan diam atau berayun-ayun
dan pada titik kontak yang menerima tegangan maksimum besarnya deformasi
permanen pada elemen gelinding ditambah deformasi cincin menjadi 0,0001
kali diameter gelinding, maka beban tersebut dinamakan kapasitas nominal
statis spesifik.
30
Tabel 2.12 Pemakaian Bantalan.
Sumber: Sularso, K. Suga, hal 137
31
DAFTAR PUSTAKA
Brata, I Wayan, Diktat Elemen Mesin, Institut Teknologi Sepuluh
November, Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Mesin,
Surabaya.
Sularso, Kiyokatsu Suga, 1991, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan
Elemen Mesin, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
G. Takeshi Sato, N. Sugianto H. 1987. Menggambar Mesin. PT. Pradnya
Paramita, Jakarta.
32