lapkas chf
TRANSCRIPT
1
BAB 3
LAPORAN KASUS
Nama pasien : Mahmuzar
Umur : 42 tahun
Seks : Laki – laki
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Desa Krueng Simpo Dusun Kamar
Hari / Tanggal : 1 Mei 2011
Keluhan utama : Sesak nafas
Anamnese : Hal ini dialami OS ± 10 hari yang lalu dan memberat dalam 3 hari
SMRS. Sesak dirasakan OS terutama saat beraktivitas ringan seperti
berjalan ke kemar mandi, dan berkurang dengan posisi setengah
duduk. Tidur dalam keadaan 1-2 bantal (+). Terbangun tengah
malam karena sesak (+). Riwayat bengkak pada kedua tungkai (+).
Os juga mengeluhkan cepat lelah. Jantung berdebar – debar (-).
Saat tiba di IGD keluhan sesak nafas (+). OS sebelumnya telah
dirawat di RS Malahayati Bireun 10 hari yang lalu dengan keluhan
awal nyeri dada Nyeri dada dirasakan OS ketika melakukan aktivitas
yaitu mencangkul ± 2 bulan yang lalu dan dirasakan semakin
memberat sehari sebelum masuk rumah sakit tersebut. Nyeri
dirasakan di dada kiri seperti dihimpit beban dan menyebar ke
lengan kiri selama > 20 menit, rasa nyeri berkurang dengan istirahat.
Mual (-), muntah (-), keringat dingin (+). Namun 3 hari kemudian
OS mengeluhkan sesak nafas dan bengkak di kedua tungkai, OS
kemudian dirujuk ke RS HAM untuk mendapat penanganan
selanjutnya. Os mempunyai riwayat sakit darah tinggi dan tidak
minum obat teratur, dengan riwayat TD tertinggi 150 mmHg.
Faktor Risiko PJK : usia > 65 tahun (-), laki – laki (+), riwayat keluarga (+) ayah OS
sebelumnya meninggal karena serangan jantung, obesitas(-), DM (-),
2
dislipidemia (-), hipertensi (+), merokok (+) selama ± 30 tahun 2
bungkus perhari.
RPT : PJK
RPO : ISDN, aspilet, plavix.
Status Presens :
KU: Lemas Kesadaran : CM TD : 130/80 mmHg HR:98 x/menit, reguler
RR: 24 x/menit Suhu : 37° C Sianosis : (-)
Ortopnu : (+) Dispnu : (+) Ikterus : (-) Edema : (+) Pucat : (-)
Pemeriksaan Fisik :
Kepala : simetris, conj. palp. inf. pucat (-), sklera ikterik (-)
Leher : JVP R + 3 cm H₂O
Dinding Toraks : Inspeksi : Simetris Fusiformis
Palpasi : SF ka=ki, kesan normal
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Batas Jantung : Atas : ICS III sinistra
Kanan : ICS IV RLSB
Kiri : ICS V 1 cm lateral LMCS
Auskultasi
Jantung : S1 (+N), S2 (+N), S3 (-), S4 (-) Reguler
Murmur : (-) Tipe : PSM, MDM, Ej SM, EDM (-) Grade : (-)
Punctum maximum : (-) Radiasi : (-)
Paru : Suara pernafasan : Vesikular
Suara tambahan : Ronkhi basah basal (+)
Abdomen : Palpasi Hepar / Lien / Ren : tidak teraba
Asites : (-)
Ekstremitas : Superior : sianosis (-) clubbing : (-)
Inferior : edema pretibial (+) pulsasi arteri : (+)
Akral : Hangat
3
Interpretasi rekaman EKG :
Irama :Sinus Rhythm, QRS Rate : 83 x/i, QRS axis : normoaxis, P wave : bifasik dominan
inverted di V1, PR interval : 0,20 s, QRS duration : 0,08 s , QS di V1-V4, ST – T
changes : isoelektris, T Wave : normal, Hipertrofi : RVH (-), LVH (-), VES (-), aritmia (-)
Kesan EKG : Sinus Rhythm + LAE + OMI anteroseptal + Atrial extrasystole
Interpretasi foto toraks (AP / PA) :
Hasil Laboratorium :
Hb : 13,7 g% pH : 7,506
Leukosit : 17.140 /mm3 pCO2 : 21,4 mmHg
Trombosit : 137.000 /mm3 pO2 : 133,7 mmHg
Ht : 39,90 % BE : -4,5 mmol/L
SGOT : 544 U/L SpO2 : 99,2 %
SGPT : 1077 U/L KGD Ad random : 131 mg/dl
Ureum : 77,0 mg/dl Na : 120 mEq/L
Creatinin : 1,01 mg/dl K : 5,2 mEq/L
CK-MB : 20U/L Cl : 99 mEq/L
Diagnosa kerja : CHF fc III/IV ec CAD + Recent STEMI
1. Fungsional : fc III
2. Anatomi : anteroseptal
3. Etiologi : atherocslerosis
Diferensial Diagnosa :
Pengobatan :
Bed Rest Semi Fowler Captopril 2 x 12,5 mg
O2 5-6 L/ menit Bisoprolol 5 mg 1 x 1/4
IVFD NaCl 0,9 % 10 gtt/i (mikro) Laxadin syr 1 x C1
Inj. Furosemide 20 mg / 8jam
Spironolakton 1 x 25 mg
ISDN 3 x 5 mg
Aspirin 1 x 75 mg
4
Clopidogrel 1 x 80 mg
Rencana pemeriksaan : Prognosis : dubia ad malam
Ekokardiografi
Lipid profile
KGD N / 2 jam PP
Follow Up :
2 Mei 2011
S : Sesak nafas berkurang
O :
Kepala : simetris, conj. palp. inf. pucat (-), sklera ikterik (-)
Leher : JVP R + 3 cm H₂O
Dinding Toraks : Inspeksi : Simetris Fusiformis
Palpasi : SF ka=ki, kesan normal
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Batas Jantung : Atas : ICS III sinistra
Kanan : ICS IV RLSB
Kiri : ICS V 1 cm lateral LMCS
Auskultasi
Jantung : S1 (+N), S2 (+N), S3 (-), S4 (-) Reguler
Murmur : (-) Tipe : PSM, MDM, Ej SM, EDM (-) Grade : (-)
Punctum maximum : (-) Radiasi : (-)
Paru : Suara pernafasan : Vesikular
Suara tambahan : Ronkhi basah basal (+)
Diagnosis : CHF Fc III/IV ec CAD + Recent STEMI
Terapi : Bed Rest Semi Fowler Captopril 2 x 12,5 mg
O2 5-6 L/ menit Bisoprolol 5 mg 1 x 1/4
IVFD NaCl 0,9 % 10 gtt/i (mikro) ISDN 3 x 5 mg
Aspilet 1 x 80 mg Clopidogrel 1 x 75 mg
Inj. Furosemide 20 mg / 8jam Laxadin syr 1 x C1
5
Spironolakton 1 x 25 mg
3 Mei 2011
S : Sesak nafas berkurang
O :
Kepala : simetris, conj. palp. inf. pucat (-), sklera ikterik (-)
Leher : JVP R + 3 cm H₂O
Dinding Toraks : Inspeksi : Simetris Fusiformis
Palpasi : SF ka=ki, kesan normal
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Batas Jantung : Atas : ICS III sinistra
Kanan : ICS IV RLSB
Kiri : ICS V 1 cm lateral LMCS
Auskultasi
Jantung : S1 (+N), S2 (+N), S3 (-), S4 (-) Reguler
Murmur : (-) Tipe : PSM, MDM, Ej SM, EDM (-) Grade : (-)
Punctum maximum : (-) Radiasi : (-)
Paru : Suara pernafasan : Vesikular
Suara tambahan : Ronkhi basah basal (+)
Diagnosis : CHF Fc III/IV ec CAD + Recent STEMI
Terapi : Bed Rest Semi Fowler Captopril 2 x 12,5 mg
O2 5-6 L/ menit Bisoprolol 5 mg 1 x 1/4
IVFD NaCl 0,9 % 10 gtt/i (mikro) ISDN 3 x 5 mg
Aspilet 1 x 80 mg Clopidogrel 1 x 75 mg
Inj. Furosemide 20 mg / 8jam Laxadin syr 1 x C1
Spironolakton 1 x 25 mg
6
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan
1. Gagal jantung kongestif adalah suatu kondisi patofisiologi dicirikan oleh adanya
bendungan (kongesti) di paru atau sirkulasi sistemik yang disebabkan karena
jantung tidak mampu memompa darah yang beroksigen secara cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan.
2. Diagnosis untuk gagal jantung kongestif digunakan kriteria Framingham, foto
rontgen dada, elektrokardiografi dan ekokardiografi
3. Penatalaksanaan dalam kasus gagal jantung kongestif boleh dibagi kepada
penatalaksanaan nonfarmakologis, farmakologis dan tindakan khusus dan bedah.
Dalam penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari perubahan gaya hidup, pola
makan seimbang, rehabilitasi berbasis olahraga dan monitoring dan kontrol faktor
resiko. Penatalaksanaan farmakologis bertujuan untuk mengatasi gejala dan
meningkatkan kualitas hidup.
1.2. Saran
Diperlukan anamnesis yang lebih dalam dalam rangka mencari tahu penyebab
penyakit yang mendasari timbulnya gagal jantung kongestif yang diderita oleh pasien.