makrosomia lapkas

25
PENDAHULUAN American College of Obstetricians and Gynecologists menyimpulkan bahwa kata makrosomia tepat digunakan pada janin yang, saat lahir, memiliki berat 4500 gram atau lebih. 1 Sedangkan menurut Cunningham semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa memandang usia kemilan dianggap sebagai makrosomia. 2 Terdapat beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan bayi besar: (1) ukuran orang tua besar, terutama obesitas pada ibu; (2) pertambahan berat badan ibu yang berlebihan selama kehamilan, porsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh pada berat badan ibu. Asupan gizi yang berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat di atas rata-rata; (3) ibu dengan diabetes milletus, tingginya gula darah ibu bisa berpengaruh pada berat badan bayi; (4) multiparitas, ada kecendrungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya lebih besar daripada anak pertama; (5) ibu hamil dengan riwayat melahirkan bayi makrosomia, ibu yang sebelumnya pernah melahirkan bayi makrosomia berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan bayi makrosomia dibandingkan ibu yang belum pernah melahirkan bayi makrosomia; (6) janin laki-laki; (7) ras dan etnik. 1-3 Persalinan janin makrosomia berhubungan dengan persalinan lama, meningkatnya kemungkinan untuk operasi 1

Upload: renny-marlina-toreh

Post on 06-Aug-2015

357 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: makrosomia lapkas

PENDAHULUAN

American College of Obstetricians and Gynecologists menyimpulkan bahwa

kata makrosomia tepat digunakan pada janin yang, saat lahir, memiliki berat 4500

gram atau lebih.1 Sedangkan menurut Cunningham semua neonatus dengan berat

badan 4000 gram atau lebih tanpa memandang usia kemilan dianggap sebagai

makrosomia.2

Terdapat beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan bayi

besar: (1) ukuran orang tua besar, terutama obesitas pada ibu; (2) pertambahan

berat badan ibu yang berlebihan selama kehamilan, porsi makanan yang

dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh pada berat badan ibu. Asupan gizi yang

berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat di atas rata-rata; (3) ibu

dengan diabetes milletus, tingginya gula darah ibu bisa berpengaruh pada berat

badan bayi; (4) multiparitas, ada kecendrungan berat badan lahir anak kedua dan

seterusnya lebih besar daripada anak pertama; (5) ibu hamil dengan riwayat

melahirkan bayi makrosomia, ibu yang sebelumnya pernah melahirkan bayi

makrosomia berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan bayi

makrosomia dibandingkan ibu yang belum pernah melahirkan bayi makrosomia;

(6) janin laki-laki; (7) ras dan etnik.1-3

Persalinan janin makrosomia berhubungan dengan persalinan lama,

meningkatnya kemungkinan untuk operasi sesar, distosia bahu, dan trauma

pleksus brakialis yang dapat menjadi permanen. Komplikasi pada ibu hamil

adalah sebagai hasil proses persalinan yaitu perdarahan postpartum, robekan

perineum atau sfingter anus, rupur uterus dan serviks dan infeksi post partum.2-5

Diagnosa pasti adanya makrosomia hanya dapat ditentukan setelah bayi

dilahirkan. Identifikasi akurat adanya bayi makrosomia sangat diperlukan untuk

mencegah berbagai komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat trauma persalinan.

Berdasarkan American College of Obstetricians and Gynecologists Practice

Bulletin on Macrosomia, ada tiga metode yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi bayi dengan berat badan 4000 gram atau lebih yaitu pemeriksaan

ultrasonografi (diameter biparietal, panjang femur, kepala, dan lingkar perut),

1

Page 2: makrosomia lapkas

pemeriksaan fisik (pengukuran tinggi fundus uteri berdasarkan manuver Leopold),

riwayat ibu hamil.4-7

Pengetahuan pasti tentang berat badan janin dapat menghindarkan seorang

wanita dari persalinan per vaginam yang kemungkinan besar akan mengalami

kemacetan akibat disproporsi fetopelvis sejati atau penyulit distosia bahu.

Terdapat beberapa pendekatan kontroversial untuk mencegah penyulit persalinan

pada makrosomia. Pertama, induksi persalinan profilaksis. Sebagian pihak

menganjurkan induksi persalinan jika ditegakkan diagnosis makrosomia pada

wanita nondiabetes sebagai suatu cara menghindari pertumbuhan janin lebih

lanjut. Akan tetapi, induksi persalinan belum terbukti dapat menurunkan angka

sesar atau distosia bahu. Kedua, sesar elektif. Protokol sesar rutin pada wanita

pengidap diabetes dengan janin yang secara sonografis diperkirakan memiliki

berat 4250 gram atau lebih dilaporkan secara bermakna dapat mengurangi distosia

bahu. Ketiga pencegahan distosia bahu. Kekhawatiran utama dalam melahirkan

janin makrosomia adalah distosia bahu dan risiko kelumpuhan pleksus brakialis.

Distosia bahu terjadi jika panggul ibu memiliki ukuran cukup untuk melahirkan

kepala janin, tetapi tidak cukup besar untuk melahirkan bahu janin yang

diameternya sangat besar.1

American College of Obstetricians and Gynecologists Practice Bulletin on

Macrosomia merekomendasikan bahwa1,8:

Ketika estimasi berat badan janin lebih dari 4500 gram dengan perpanjangan

kala 2 merupakan indikasi sectio cesarea.

Sectio cesarea dipertimbangkan pada ibu nondiabetik dengan estimasi berat

badan janin lebih dari 5000 gram dan lebih dari 4500 gram pada ibu diabetes.

Suspek makrosomia bukan kontraindikasi untuk persalinan pervaginam pada

ibu dengan riwayat sectio sesarea sebelumnya.

Seorang obstetrikus harus mempersiapkan diri terhadap kemungkinan

distosia bahu pada bayi dengan makrosomia dan mampu menggunakan teknik-

teknik yang sesuai untuk melahirkan bayi dengan aman. Hindari traksi yang

terlalu kuat. Bahu dapat dilakirkan dengan manuver McRobert dan atau tekanan

pada suprapubik.8

2

Page 3: makrosomia lapkas

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Ny. IS

Umur : 41 tahun

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Guru

Alamat : Minanga

Suku : Minahasa

Bangsa : Indonesia

Agama : Kr.protestan

Nama suami : Tn. HT

Pekerjaan : Swasta

MRS : 4 Agustus 2012, jam 12.00

ANAMNESIS

Anamnesis Utama

Anamnesis diberikan oleh pasien.

Keluhan utama:

Pasien dikirim dari dokter spesialis kebidanan dan kandungan dengan diagnosa

G3P2A0 40 tahun hamil aterm belum inpartu janin intra uteri tunggal hidup letak

kepala.

Riwayat penyakit sekarang:

Nyeri perut bagian bawah belum dirasakan teratur, pelepasan lendir campur darah

(-), pelepasan air dari jalan lahir (-), pergerakan janin masih dirasakan sampai saat

masuk rumah sakit. Riwayat gemeli tidak ada.

Buang air besar dan buang air kecil biasa.

Riwayat penyakit dahulu

Penyakit jantung, darah tinggi, paru, hati, ginjal, kencing manis disangkal.

3

Page 4: makrosomia lapkas

Anamnesis Kebidanan

Riwayat Kehamilan Sekarang

Pemeriksaan Ante Natal (PAN)

PAN dilakukan sebanyak 9 kali di PKM Minanga, 8 kali di dua dokter ahli

kebidanan dan kandungan, dan 5 kali di poliklinik obstetri RSUP Prof. Dr. R. D.

Kandow.

Riwayat Haid

Haid pertama pada usia 14 tahun dengan siklus teratur dan lamanya haid

tiap siklus 3-4 hari. Hari pertama haid terakhir (HPHT) 27 Oktober 2011 dan

taksiran tanggal partus 3 Agustus 2012.

Riwayat Keluarga

Penderita menikah satu kali dengan suami sekarang 6 tahun.

Jumlah anak sekarang 2 orang.

Keluarga Berencana

Pasien belum pernah mengikuti KB apapun. Setelah melahirkan pasien ingin

mengikuti KB dengan cara sterilisasi.

Riwayat Kehamilan Terdahulu

1. 2006, ♂, aterm, spontan letak kepala, di RS Kalooran, BBL: 3000 gr,

hidup.

2. 2008, ♂, aterm, spontan letak kepala, di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandow,

BBL: 4000 gr, hidup.

3. 2012 (ini)

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik Umum

Status Praesens

Keadaan Umum : cukup

Kesadaran : Compos mentis.

Tekanan darah : 130/80 mmHg

4

Page 5: makrosomia lapkas

Nadi : 80 x/m.

Pernapasan : 20 x/m.

Suhu badan : 36,3 0C.

Berat badan : 80 kg.

Tinggi badan : 155 cm.

Gizi : Cukup

Kepala

Kepala berbentuk simetris. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

Telinga berbentuk normal dan tidak ada sekret yang keluar dari liang telinga.

Hidung berbentuk normal dengan kedua septum intak, tidak ada sekret yang

keluar dari hidung. Pada gigi tidak ditemukan adanya karies dentis. Tonsil T1/T1

tidak hiperemis, faring tidak hiperemis.

Leher

Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening leher.

Dada

Bentuk simetris normal.

Jantung

Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bising jantung.

Paru-paru

Tidak ditemukan adanya ronki dan wheezing.

Abdomen

Hepar dan lien sukar dievaluasi

Alat kelamin

♀, tidak ada kelainan.

Anggota gerak

Edema pada kedua tungkai tidak ada. Varises tidak ada.

Refleks

Refleks fisiologis positif normal, tidak terdapat refleks patologis.

Kulit

Turgor normal.

5

Page 6: makrosomia lapkas

Status Obstetri

Pemeriksaan luar

Tinggi fundus uteri : 36 cm.

TBBA : (36-11) x 155 = 3875 gram

Letak janin : Letak kepala U punggung kiri.

Detak jantung janin : (+) 148-158 x/mnt

His : (-)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hb : 12,9 gr/dl.

Leukosit : 9.500/mm3.

Trombosit : 274.000/mm3.

GDS : 97 mg/dL

USG : EFW 4039 gr

RESUME MASUK

G3P2A0, 41 tahun kiriman dokter ahli kebidanan dan kandungan dengan diagnosa

G3P2A0 40 tahun hamil aterm belum inpartu + letak kepala. Nyeri perut bagian

bawah ingin melahirkan dirasakan belum teratur, pelepasan lendir campur darah

(-), pelepasan air dari jalan lahir (-), pergerakan janin masih (+). Riwayat gemeli

tidak ada. Buang air besar dan buang air kecil biasa. RPD: Disangkal penderita.

Status Praesens : KU: cukup; Kes: CM; T: 130/80 mmHg; N: 80 x/mnt;

R: 20 x/mnt; SB: 36.3 0C

Status Obstetri : TFU: 36 cm; Letak kepala U punggung kiri

USG : EFW 4039 gr

DIAGNOSIS KERJA

G3P2A0, 41 tahun, hamil 40 - 41 minggu, belum inpartu.

Janin intra uterin tunggal hidup letak kepala + suspek makrosomia.

SIKAP

- Rencana seksio sesarea

6

Page 7: makrosomia lapkas

- USG, NST, EKG

- Periksa laboratorium, cross match

- Konseling, informed consent

- Konseling sterilisasi

- Sedia donor, setuju operasi

- Observasi TNRS, BJJ, His

- Lapor konsulen advis: SC 5/8-2012

OBSERVASI SEBELUM OPERASI

Tanggal 4 Agustus 2012

Jam 12.00 : KU : Cukup Kes : Compos Mentis

T : 120/80 mmHg; N:80 x/mnt; R: 20 x/mnt

His (-), BJA: 145-156 x/mnt

Jam 13.00 : KU : Cukup Kes : Compos Mentis

T: 120/80 mmHg; N: 80 x/ mnt; R: 24 x/mnt

His : -, BJA: 150-156 x/mnt

Jam 14.00 : KU : Cukup Kes : Compos Mentis

T: 120/80 mmHg; N: 80 x/ mnt; R: 20 x/mnt

His : -, BJA: 156-160 x/mnt

Jam 15.00 : KU : Cukup Kes : Compos Mentis

T: 120/80 mmHg; N: 80 x/ mnt; R: 24 x/mnt

His : -, BJA: 152-158 x/mnt

Diagnosis:

G3P2A0, 41 tahun, hamil 40 - 41 minggu, belum inpartu. Janin intra uteri tunggal

hidup letak kepala + suspek makrosomia.

Tanggal 5 Agustus 2012

Jam 08.00 : KU : Cukup Kes : Compos Mentis

T : 120/80 mmHg; N:80 x/mnt; R: 20 x/mnt

His (-), BJA: 130-135 x/mnt

Jam 09.00 : KU : Cukup Kes : Compos Mentis

7

Page 8: makrosomia lapkas

T: 120/80 mmHg; N: 80 x/ mnt; R: 24 x/mnt

His : -, BJA: 135-137 x/mnt

Jam 10.00 : KU : Cukup Kes : Compos Mentis

T: 120/80 mmHg; N: 80 x/ mnt; R: 20 x/mnt

His : -, BJA: 135-138 x/mnt

Jam 10.40 : Pasien di dorong ke OK cito

Jam 11.10 : Operasi dimulai, dilakukan SCTP

Jam 11.15 : Lahir bayi perempuan, BBL 4100 gr, PBL 50 cm, AS 8-9

Sterilisasi Pomeroy

Jam 12.20 : Operasi selesai

Laporan Operasi:

Penderita terlentang diatas meja operasi, dilakukan tindakan antiseptik dan

aseptik pada daerah abdomen dan sekitarnya, kemudian ditutup dengan doek

steril kecuali lapangan operasi.

Dalam GA dilakukan insisi linea mediana inferior dan diperdalam lapis demi

lapis secara tajam sampai fascia. Fascia dijepit dengan 2 klem kocher, di insisi

kecil, kemudian diperlebar ke atas dan ke bawah. otot dipisahkan secara

tumpul. Peritoneum dijepit dengan 2 pinset.

Peritoneum dijepit dengan 2 pinset, Setelah yakin tidak ada usus dibawahnya,

digunting dan diperlebar ke atas dan ke bawah. Tampak uterus gravidarum.

Identifikasi plika vesiko uterina, plika dijepit dengan pinset, digunting kecil

dan disisihkan kebawah kemudian vesika urinaria dilindungi dengan haak

abdomen.

Insisi pada SBR dalam bentuk U semilunar diperdalam lapis demi lapis

sampai ke kavum uteri, tampak selaput ketuban, dipecahkan, keluar cairan

ketuban putih keruh kira-kira 50 cc. Eksplorasi janin letak kepala. Bayi

dilahirkan dengan meluksir kepala.

Jam 11.15 lahir bayi perempuan, BBL: 4100 gram, PBL: 50 cm, Apgar Score:

8-9. Sementara jalan napas dibersihkan, tali pusat dijepit dengan 2 klem

kocher pada 2 tempat dan digunting diantaranya.

Bayi diserahkan ke sejawat neonati, untuk perawatan selanjutnya

8

Page 9: makrosomia lapkas

Identifikasi plasenta. Plasenta berimplantasi di SBR belakang, meluas kedepan

menutupi seluruh OUI. Plasenta dilahirkan secara manual. Kavum uteri

dibersihkan dari sisa selaput dan bekuan darah

Luka SBR dijepit dengan beberapa ringtang, uterus dijahit 2 lapis simpul dan

jelujur, kontrol perdarahan, perdarahan tidak ada, dilakukan reperitonealisasi,

kontrol perdarahan kembali, jika tidak ada perdarahan kavum abdomen

dibersihkan dari sisa-sisa perdarahan dan bekuan darah.

Eksplorasi uterus bentuk normal, kedua tuba dan ovarium baik, dilakukan

sterilisasi pomeroy, dinding uterus ditutup lapis demi lapis, dinding abdomen

dijahit lapis demi lapis, peritoneum dijahit jelujur dengan chromic catgut. Otot

dijahit simpul dengan plain catgut. Fascia dijahit dengan chromic catgut. Fat

dijahit simpul dengan plain catgut, kulit dijahit subkutikuler dengan chromic

catgut. Luka operasi ditutup dengan gaas steril. Jalan lahir dibersihkan.

Jam 12.20 Operasi selesai

Keadaan post Operasi:

T: 130/90, N: 88 x/m, R: 22 x/m, S: 36,5°C

TFU 2 jari bawah pusat

Kontraksi uterus baik

Perdarahan ± 400 cc

Diuresis ± 300 cc

Instruksi post Operasi :

Terapi : IVFD RL : D 5 % = 2 : 2 → 30 gtt/menit

Ceftriaxone 3 x 1 gr iv

Metronidazole 2 x 0,5 gr iv

Vit C 1 x 1 amp

Kaltrofen 1 x 2 supp

Puasa s/d peristaltik (+) atau flatus (+)

Periksa Hb 2 jam dan 6 jam post operasi bila Hb < 10 gr/dL transfusi.

9

Page 10: makrosomia lapkas

Follow up Ruangan

6 Agustus 2012

Keluhan: (-)

Pemeriksaan Fisik:

KU: Cukup; Kes: CM

Status Praesens:

T: 120/70 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,5 0C

Status Puerpuralis:

Payudara: Laktasi -/- ; Tanda-tanda infeksi: -/-

Abdomen: luka operasi tertutup kain haas, keadaan luka baik

TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi baik

Lokia : Rubra

Peristaltik (+), flatus (+)

BAB (-)/ BAK terpasang kateter

Diagnosis:

P3A0 41 tahun post SCTP hari I a.i. hamil 40-41 minggu belum inpartu +

makrosomia

Lahir bayi ♀ BBL 4100 gr, PBL 50 cm, AS 8–9

Sikap:

- IVFD

- Ceftriaxone inj 3 x 1 gr iv

- Metronidazole 2 x 0,5 gr iv

- Vit C 1 x 1 tab

- Mobilisasi

- Diet: cair, lunak

- Periksa HB post OP 2 jam ( HB: 12,3 gr/dl)

7 Agustus 2012

Keluhan: (-)

Pemeriksaan Fisik:

KU: Cukup; Kes: CM

Status Praesens:

10

Page 11: makrosomia lapkas

T: 120/80 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,4 0C

Status Puerpuralis:

Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-

Abdomen: TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik

Luka operasi tertutup haas, luka kering, pus (-).

Peristaltik (+), flatus (+)

BAB (-)/ BAK (+)

Diagnosis:

P3A0 41 tahun post SCTP hari II a.i. hamil 40-41 minggu belum inpartu +

makrosomia.

Lahir bayi ♀ BBL 4100 gr, PBL 50 cm, AS 8–9

Sikap:

- Diet TKTP

- Aff infus, Aff kateter

- Cefadroxil 3 x 500 mg

- SF 2 x 1 tab

- Vit C 1 x 1 tab

8 Agustus 2012

Keluhan: nyeri perut bawah

Pemeriksaan Fisik:

KU: Cukup; Kes: CM

Status Praesens:

T: 120/70 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,5 0C

Status Puerpuralis:

Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-

Abdomen: Luka operasi tertutup haas, luka kering, pus (-).

TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik

BAB (-)/ BAK (+)

Diagnosis:

P3A0 41 tahun post SCTP hari III a.i. hamil 40-41 minggu belum inpartu +

makrosomia.

11

Page 12: makrosomia lapkas

Lahir bayi ♀ BBL 4100 gr, PBL 50 cm, AS 8–9

Sikap:

- Diet TKTP

- Cefadroxil 3 x 500 mg

- SF 1 x 1 tab

- Vit C 3 x 1 tab

- Asi on demand

9 Agustus 2012

Keluhan: nyeri luka operasi

Pemeriksaan Fisik:

KU: Cukup; Kes: CM

Status Praesens:

T: 120/80 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 22 x/mnt; SB: 36,6 0C

Status Puerpuralis:

Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-

Abdomen: Luka kering, pus (-).

TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi baik

Lokia: Sanguinolenta

BAB (+)/ BAK (+)

Diagnosis:

P3A0 41 tahun post SCTP hari IV a.i. hamil 40-41 minggu belum inpartu +

makrosomia

Lahir bayi ♀ BBL 4100 gr, PBL 50 cm, AS 8–9

Sikap:

- Asi on demand

- Cefadroxil 3 x 500 mg

- SF 1 x 1 tab

- Vit C 3 x 1 tab

- Rencana rawat jalan

12

Page 13: makrosomia lapkas

DISKUSI

Seorang penderita G3P2A0, 41 tahun, hamil 40 – 41 minggu belum inpartu

Janin intrauterin tunggal hidup letak kepala + suspek Makrosomia

Yang akan dibahas dalam bagian ini adalah:

1. Diagnosis

2. Penanganan

3. Komplikasi

4. Prognosis

Diagnosis

Diagnosis pada penderita didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan kebidanan, maka didapatkan:

Penderita ini telah hamil sebanyak 3 kali, pernah melahirkan 2 kali, tidak

pernah abortus dan berusia 41 tahun.

Penderita sedang hamil dengan usia kehamilan 40-41 minggu berdasarkan

HPHT dan hasil USG yang menunjukkan penderita hamil aterm dan belum

inpartu berdasarkan perderita belum menunjukkan adanya tanda-tanda inpartu

yaitu belum adanya his yang teratur, belum adanya pelepasan lendir campur

darah, dan belum ada pembukaan serviks dari hasil pemeriksaan dalam.

Tinggi fundus uteri 36 cm, sehingga perkiraan berat badan janin menurut

rumus Johnson Tossec sebesar 3875 gram dan berdasarkan hasil USG dimana

perkiraan berat badan yang didapati yaitu sebesar 4039 gram.

Pasien ini pernah melahirkan anak dengan berat badan lahir 4000 gram.

Kepustakaan mengatakan bahwa bayi makrosomia adalah bayi dengan berat

badan lahir lebih atau sama dengan 4000 gram.1 Namun untuk menentukan bayi

makrosomia merupakan hal yang sulit. Menurut kepustakaan ada tiga metode

utama yang dapat digunakan untuk memprediksi bayi makrosomia. Ketiga metode

utama tersebut adalah penilaian faktor-faktor risiko, palpasi uterus dengan

manuver Leopold, pemeriksaan ultrasonografi (USG). Namun masing-masing

ketiga metode tersebut memiliki kelemahan. Meskipun faktor-faktor risiko

makrosomia telah dapat dikenali, namun meskipun wanita hamil memiliki satu

13

Page 14: makrosomia lapkas

atau dua faktor risiko kemungkinan mendapatkan bayi makrosomia hanya 32%.

Sedangkan ada 34% bayi makrosomia lahir dari ibu yang tidak memiliki faktor

risiko apapun dan 38% lahir dari ibu dengan satu faktor risiko.4,9 Penentuan

makrosomia dengan cara palpasi Leopold juga memiliki kelemahan. Pemeriksaan

fisik dengan manuver leopold dapat dipengaruhi oleh habitus ibu hamil, adanya

hidramnion, kehamilan kembar, dan adanya tumor dalam uterus. Beberapa

penelitian menyebutkan bahwa mean error dengan metode palpasi adalah 300

gram. Pemeriksaan dengan USG tidaklah lebih unggul namun sejumlah penelitian

menuliskan bahwa pemeriksaan USG lebih akurat sedikit dibandingkan metode-

metode lainnya.9

Pada kasus ini didiagnosa dengan suspek makrosomia oleh karena

didapatkan ketidaksesuaian taksiran berat badan janin antara hasil perhitungan

dengan rumus Johnson Tossec dengan hasil pemeriksaan USG. Taksiran berat

badan janin menurut rumus Johnson Tossec yaitu tinggi fundus uteri dikurangi n

(n=11 bila kepala janin masih di atas spina isciadika, n=12 bila kepala janin di

bawah spina isciadika) dikalikan dengan 155.3 Kesalahan TBBA dengan rumus ini

terjadi ketika pemeriksa kurang tepat menentukan tinggi fundus uterus. Hal ini

dapat terjadi pada ibu dengan obesitas sehingga memiliki lapisan lemak yang tebal

pada dinding abdomen atau dapat juga terjadi ketika sedang pemeriksaan leopold

uterus dalam keadaan kontraksi. Pada kasus ini kemungkinan kesalahan

disebabkan karena ibu yang obesitas. Sedangkan kesalahan taksiran juga dapat

dipengaruhi oleh hasil USG. Hasil pemeriksaan USG tidaklah 100% akurat. Hal

ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain keahlian/kompetensi dokter yang

melakukan pemeriksaan, posisi janin yang tengkurap, kehamilan kembar,

ketajaman/resolusi alat USG kurang baik, air ketuban yang sedikit

(oligohidramnion).

Diagnosa pasti makrosomia hanya dapat ditentukan setelah bayi lahir. Pada

kasus ini terbukti bayi tersebut adalah bayi makrosomia karena seteleh ditimbang

berat badan bayi tersebut adalah 4100 gram. Penyebab makrosomia pada kasus ini

diduga akibat obesitas maternal dimana berat ibu 80 kg, sesuai teori yang

mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya makrosomia adalah berat badan ibu

yang > 70 kg. Untuk menyingkirkan penyebab lain terjadinya makrosomia pada

14

Page 15: makrosomia lapkas

ibu ini dapat dilakukan pemeriksaan OTTG untuk menyingkirkan kemungkinan

adanya diabetes gestasional yang merupakan salah satu penyebab tersering

terjadinya bayi makrosomia. Namun pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan

tersebut. Kemungkinan tidak dilakukannya pemeriksaan tersebut karena dari hasil

pemeriksaan GDS pada pasien ini menunjukkan hasil dalam batas normal yaitu 97

gr/dL.

Penanganan

Menurut kepustakaan persalinan pada bayi makrosomia adalah melalui

sectio cesarea.1-9 Hal ini untuk menghindari kompilkasi-komplikasi yang dapat

terjadi selama persalinan pervaginam. Persalinan pervaginam dapat dilakukan

pada janin makrosomia pada kondisi kepala bayi sudah berada pada bidang Hodge

IV dan pada keadaan panggul ibu cukup luas selain itu penolong harus

mempersiapkan diri terhadap kemungkinan yang dapat terjadi selama persalinan

misalnya distosia bahu. Penolong harus mampu untuk melakukan teknik-teknik

yang sesuai untuk melahirkan bayi dengan aman. Traksi yang terlalu kuat harus

dihindarkan dan bahu dapat dilahirkan dengan melakukan manuver McRobert dan

atau dilakukan penekanan pada suprapubik.8 Pada penderita ini direncanakan

untuk dilakukan seksio sesarea elektif dengan memperhitungkan keadaan janin

yang masih baik dan ibu dalam keadaan belum inpartu. Selain itu, pada pasien ini

direncanakan untuk dilakukan seksio sesarea daripada persalinan pervaginam

karena mempertimbangkan faktor-faktor resiko yang ada pada pasien ini yaitu

usia pasien sudah 41 tahun dan berat badan 80 kg. Jadi sectio cesarea pada pasien

ini sudah tepat.

Komplikasi

Salah satu indikasi dari dilakukannya seksio sesarea adalah ditakutkan

terjadinya komplikasi pada persalinan pervaginam dengan makrosomia dimana

dapat terjadi persalinan lama akibat distosia bahu ataupun cephalo-pelvic

disproportion yang dapat menimbulkan trauma hebat bagi ibu dan bayi.

Komplikasi yang lain yang juga dapat terjadi pada makrosomia ialah perdarahan

post partum, tapi pada kasus ini tidak terjadi.

15

Page 16: makrosomia lapkas

Prognosis

Prognosis makrosomia adalah dubia ad malam baik dari pihak ibu maupun

janin jika dilakukan persalinan pervaginam. Selama kehamilan khususnya pada

ibu diabetes dapat terjadi abortus, preeklampsia, hidramnion, persalinan prematur.

Selama persalinan dapat terjadi persalinan memanjang (kala II lama), ruptura jalan

lahir, perdarahan postpartum. Selama masa nifas dapat terjadi sepsis puerperalis,

laktasi berkurang, meningkatnya morbiditas maternal. Pada janin, selama

kehamilan dapat terjadi kematian janin dalam rahim, maturasi paru terlambat.

Selama persalinan dapat terjadi distosia bahu, cedera pleksus brachialis dan saraf

facialis. Pada bayi dapat terjadi cacat permanen dan meningkatkan kematian

neonatal.9

Prognosis pada kasus ini dapat ditinjau dari ibu dan bayi. Dari pihak ibu

prognosis pada kasus ini sebelum dilakukan operasi adalah dubia ad bonam

karena persalinan dilakukan dengan cara seksio sesarea dengan persiapan yang

cukup baik dan tidak ada penyulit yang bermakna serta keadaan ibu baik sebelum

operasi. Prognosis selama operasi dubia ad bonam karena selama operasi berjalan

dengan baik tanpa komplikasi yang bermakna. Prognosis post operasi juga dubia

ad bonam hal ini dinilai dari selama observasi pada ibu post seksio sesarea tidak

ada keluhan yang bermakna ataupun terjadi komplikasi post seksio sesarea seperti

perdarahan post partum, dan infeksi.

Dari pihak janin prognosisnya adalah dubia ad bonam karena setelah

dilakukan seksio sesarean didapati apgar skornya yaitu 8-9. Ibu dan bayi

dipulangkan dalam keadaan baik.

16

Page 17: makrosomia lapkas

DAFTAR PUSTAKA

1. CunninghamGF, Leveno KJ, Bloom SL et all. Williams Obstetri; ed. 2. New

York: McGray Hill-Companies, 2010: 853-55.

2. Elyyanti. Makrosomia (bayi besar).

http://tropicalslive.blogspot.com/2012/01/makrosomia-bayi-besar.html

(Access on August 15th 2012).

3. Pernoll ML. Benson and Pernoll’s handbook of Obstetrics and Gynecology

10th Edition. New York: McGray Hill, 2001: 219-21.

4. Chauhan SP, Grobman WA, Gherman RA et all. Suspicion and treatment of

the macrosomic fetus: A review. Am J Obstet Gynecol. 2005;193, 332-46.

5. Reece EA, Hobbins JC. Clinical Obstetrics The Fetus & Mother Third Edition.

United State: Blackwell Publishing, 2007: 520-21.

6. Nahum GG. Estimation of Fetal Weight. Medscape Reference.

http://emedicine.medscape.com (Access August 15th 2012).

7. Jazayeri A. Macrosomia. Medscape Reference.

http://emedicine.medscape.com (Access August 15th 2012).

8. Resnik R. Fetal macrosomia: 3 managements dilemmas. The Journal of family

Practice 2003:15.

9. Zamorski MA, Biggs WS. Management of suspected fetal macrosomia.

American Family Physician Vol 63 Number 2, January 2001.

17