lapkas hidronefrosis

38

Click here to load reader

Upload: martvera-susilawati

Post on 09-Aug-2015

852 views

Category:

Documents


162 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPKAS HIDRONEFROSIS

1

BAB I

PENDAHULUAN

Ginjal adalah organ vital yang mempunyai peran penting dalam

mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur

keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan asam-asam dengan cara filtrasi

darah, reabsorbsi selektif air, elektrolit, dan non elektrolit, serta

mengekskresi kelebihannya sebagai urin. Fungsi ekskresi ginjal seringkali

terganggu diantaranya oleh batu saluran kemih yang berdasarkan tempat

terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis, ureterolitiasis, vesicolitiasis, batu

prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih terutama dapat merugikan

karena obstruksi saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya (de jong,

2004).

Obstruksi dapat menyebabkan dilatasi pelvis renalis maupun kaliks

yang dikenal sebagai hidronefrosis. Batu dapat menyebabkan kerusakan

atau gangguan fungsi ginjal karena menyumbat aliran urine. Jika

penyumbatan ini berlangsung lama, urin akan mengalir balik kesaluran di

dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan

ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal

(Depkes, 2007). Pada umumnya obstruksi saluran kemih sebelah bawah

yang berkepanjangan akan menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak

diterapi dengan tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi

dan kerusakan struktur ginjal yang permanen, seperti nefropati obstruktif,

1

Page 2: LAPKAS HIDRONEFROSIS

2

dan jika mengalami infeksi saluran kemih dapat menimbulkan urosepsis

(Purnomo, 2011).

Proses ini umumnya berlangsung lama sekali. Tapi juga bias

mendadak (akut) bila sumbatan secara total. Kasus hidronefrosis semakin

sering didapati. Di Amerika Serikat, insidensinya mencapai 3,1 %, 2,9 %

pada wanita dan 3,3 % pada pria. Penyebabnya dapat bermacam – macam

dimana obstruksi merupakan penyebab yang tersering (Rahmani, 2010).

Page 3: LAPKAS HIDRONEFROSIS

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Hidronefrosis

1.1.1. Pengertian

Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada

satu atau kedua ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal

urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga tekanan di ginjal

meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih

tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi kalau

obtruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau

kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak (Brunner &

Suddarth, 2002).

        Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal

terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan

bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat

mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Price Sylvia

A, 2005).

Dari kedua pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa

hidronefrosis adalah bendungan dalam ginjal yang di sebabkan

oleh obtruksi yang terdapat pada ureter yang di sebabkan karena

adanya batu ureter, sehingga terjadi tekanan balik ke ginjal.

3

Page 4: LAPKAS HIDRONEFROSIS

4

1.1.2. Etiologi

1.1.2.1. Jaringan parut ginjal/ureter.

1.1.2.2. Batu

1.1.2.3. Neoplasma/tomur

1.1.2.4. Hipertrofi prostat

1.1.2.5. Kelainan konginetal pada leher kandung kemih dan uretra

1.1.2.6. Penyempitan uretra

1.1.2.7. Pembesaran uterus pada kehamilan (Smeltzer dan Bare,

2002).

1.1.3. Patofisiologi

Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin

mengalir balik, sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika

obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan

mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah

satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu

ginjal saja yang rusak.

Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh

batu renal yang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan

menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang

menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau

inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan

dapat sebagai  akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau

Page 5: LAPKAS HIDRONEFROSIS

5

posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau

kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah obstruksi uretra

pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat.

Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran

uterus.

Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin di piala ginjal

akan menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini

atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang mengalami

kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara

bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal

terganggu.

1.1.4. Manifestasi klinis

1.1.4.1. Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara

bertahap. Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit

dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maja disuria,

menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi.

Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena

maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:

1.1.4.2. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).

1.1.4.3. Gagal jantung kongestif.

1.1.4.4. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).

1.1.4.5. Pruritis (gatal kulit).

Page 6: LAPKAS HIDRONEFROSIS

6

1.1.4.6. Butiran uremik (kristal urea pada kulit).

1.1.4.7. Anoreksia, mual, muntah, cegukan.

1.1.4.8. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.

1.1.4.9. Amenore, atrofi testikuler.

(Smeltzer dan Bare, 2002)

1.1.5. Diagnosis

Diagnosa Penyakit Hidronefrosis bisa merasakan adanya

massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama

jika ginjal sangat membesar. Pemeriksaan darah bisa menunjukkan

adanya kadar urea yang tinggi karena ginjal tidak mampu

membuang limbah metabolik ini.

Beberapa prosedur digunakan utnuk mendiagnosis

hidronefrosis:

USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan

kandung kemih

Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air

kemih melalui ginjal

Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara

langsung.

Gambaran radiologi

Gambaran radiologis dari hidronefrosia terbagi berdasarkan

gradenya. Ada 4 grade hidronefrosis, antara lain :

Page 7: LAPKAS HIDRONEFROSIS

7

a. Hidronefrosis derajat 1. Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi

kaliks. Kaliks berbentuk blunting, alias tumpul.

b. Hidronefrosis derajat 2. Dilatasi pelvis renalis dan kaliks

mayor. Kaliks  berbentuk flattening, alias mendatar.

c. Hidronefrosis derajat 3. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor

dan kaliks minor. Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks

berbentuk clubbing, alias menonjol.

d. Hidronefrosis derajat 4.  Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor

dan kaliks minor. Serta adanya penipisan korteks Calices

berbentuk ballooning  alias menggembung. 

1.1.6. Penatalaksanaan

Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki

penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk

mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.

Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui

tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani

dengan agen anti mikrobial karena sisa urin dalam kaliks akan

menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk

pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi

ureter). Jika salah satu fungsi ginjal rusak parah dan hancur maka

nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan (Smeltzer dan

Bare, 2002).

Page 8: LAPKAS HIDRONEFROSIS

8

Pada hidronefrosis akut:

Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri

yang hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas

penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah

jarum yang dimasukkan melalui kulit).

Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau

terdapat batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis

untuk sementara waktu.

Pada Hidronefrosis kronis :

Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi

penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal

bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya

disambungkan kembali. Kadang perlu dilakukan pembedahan

untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa. Jika

sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka

dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan

menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang

berbeda.

Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi: –

terapi hormonal untuk kanker prostat :

Pembedahan

melebarkan uretra dengan dilator.

Page 9: LAPKAS HIDRONEFROSIS

9

1.2. Nefrolithiasis

1.2.1. Pengertian

Batu perkemihan dapat timbul dari berbagai tingkat dari

system perkemihan ( ginjal, ureter, kandung kemih ). tetapi yang

paling sering ditemukan adalah di dalam ginjal (Barbara, 1996).

Batu ginjal adalah istilah umum batu ginjal disembarang

tempat. Batu ini terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat,

sistin, xantin, dan struvit (Patofisiologi Keperawatan, 2000).

Nefrolitiasis adalah adanya timbunan zat padat yang

membatu pada ginjal, mengandung komponen kristal, dan matriks

organik (Soeparman, 2001).

1.2.2. Etiologi

Batu ginjal merupakan konsisi terdapatnya kristal kalsium

dalam ginjal, kristal tersebut dapat berupa kalsium oksalat, kalsium

fosfat maupun kalsium sitrat. Tidak ada penyebab yang bisa

dibuktikan yang sering menjadi predisposisi adalah infeksi saluran

kemih hiperkasiuria, hiperpospaturia, hipervitaminosis D dan

hipertiroidism dan kebanyakan intake kalsium serta alkali

cenderung timbul presipitasi garam kalsium dalam urine ( wong de

jong. 1996 )

Page 10: LAPKAS HIDRONEFROSIS

10

1.2.3. Patofisiologi

Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan

matriks seperti pus darah, jaringan yang tidak vital dan tumor.

Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga perempat dari

batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan

konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan juga

peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau

urin ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu.

Ditambah dengan adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh

produksi ammonium yang berakibat presipitasi kalsium dan

magnesium pospat (long. 1996 : 323)

Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori ;

a. Teori supersaturasi

Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal

mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak

menetap menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian

timbul menjadi batu.

b. Teori matriks

Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein,

10% heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks

menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi

batu.

Page 11: LAPKAS HIDRONEFROSIS

11

c. Teori kurang inhibitor

Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah

yang melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat

penghambat pengendapat. Phospat mukopolisakarida dan

dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila

terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi

pengendapan.

d. Teori epistaxi

Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra-

bersama-sama, salah satu batu merupakan inti dari batu yang

merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contohnya

ekskresi asam urayt yanga berlebihan dalam urin akan

mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat

sebagai inti pengendapan kalsium.

e. Teori kombinasi

Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di

atas.

1.2.4. Manifestasi Klinis

1.2.4.1. Nyeri dan pegal di daerah pinggang

Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada. Bila

pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis

Page 12: LAPKAS HIDRONEFROSIS

12

yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama

timbul pada costoverteral. (barbara. 1996:324)

1.2.4.2. Hematuria

Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena

adanya trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau

terjadi kolik (ilmu kesehatan anak, 2002:840)

1.2.4.3. Infeksi

Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius

maupun infeksi asistemik yang dapat menyebabkan

disfungsi ginjal yang progresif.

1.2.4.4. Kencing panas dan nyeri

Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal.

1.2.5. Diagnosis

Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk

menegakkan diagnosis, penyakit batu ginjal perlu didukung dengan

pemeriksaan radiologik, laboratorium, dan penunjang lain untuk

menentukan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi

dan gangguan faal ginjal.

1.2.5.1. Anamnesis

Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan

nyeri harus dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik

nyeri, penyebaran nyeri, aktivitas yang dapat membuat

Page 13: LAPKAS HIDRONEFROSIS

13

bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat

muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang sama

sebelumnya. Penderita dengan riwayat batu sebelumnya

sering mempunyai tipe nyeri yang sama.

1.2.5.2. Pemeriksaan Fisik

Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat

disertai takikardi, berkeringat, dan nausea.

Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita

dengan obstruksi berat atau dengan hidronefrosis.

Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra,

tanda gagal ginjal dan retensi urin.

Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat

ditemukan pada pasien dengan urosepsis.

1.2.5.3. Pemeriksaan Penunjang

Radiologi

Secara radiologi, batu dapat radiopak atau

radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda untuk berbagai jenis

batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa

yang ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu

asam urat murni.

Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos

sudah cukup untuk menduga adanya batu ginjal bila

diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu

Page 14: LAPKAS HIDRONEFROSIS

14

terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput

dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu

ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu

radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan

defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang

menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak

berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal

ini perludilakukan pielografi retrograd.

Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak

mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-

keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang

menurun dan pada wanita yang sedang hamil (3).

Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis batu,

selain itu dapat ditentukan ruang/ lumen saluran kemih.

Pemeriksaan ini juga dipakai unutk menentukan batu

selama tindakan pembedahan untuk mencegah

tertinggalnya batu

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari

kelainan kemih yang dapat menunjang adanya batu di

saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan

penyebab batu.

Page 15: LAPKAS HIDRONEFROSIS

15

1.2.6. Penatalaksanaan

1.2.6.1. Terapi medis dan simtomatik

Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau

melarutkan batu. Terapi simtomatik berusaha untuk

menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum

yang berlebihan/ banyak dan pemberian diuretik.

1.2.6.2. Litotripsi

Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan

bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa tranduser

melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut

nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling

sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal

Shock Wave Lithotripsy) yang adalah tindakan

memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan

menggunakan gelombang kejut.

1.2.6.3. Tindakan Bedah

Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat

litotripsor, alat gelombang kejut, atau bila cara non-bedah

tidak berhasil.

Page 16: LAPKAS HIDRONEFROSIS

16

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Penderita

Nama : An. Dean Rizky N

Usia : 11 th

Jenis kelamin : Laki Laki

Alamat : Samirejo RT 02/ RW 04 Dawe, Kudus

3.2. Anamnesa (Alloanamnesa)

a. Keluhan Utama

sakit pada perut kanan dan nyeri pada bagian pinggang.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Onset : sejak 2 hari yang lalu

Lokasi : perut bagian kanan dan pinggang sampai

belakang

Kualitas : nyeri hilang timbul

Kuantitas : aktivitas sehari-hari pasien terganggu,

pasien hanya bisa istirahat.

Faktor memperberat : Aktivitas

Faktor memperingan : -

Gejala penyerta : kencing keruh (+), hematuria (-), demam

(+), muntah (-) , mual (-) , BAB (+) , BAK (+)

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat Asma disangkal

16

Page 17: LAPKAS HIDRONEFROSIS

17

Riwayat Alergi obat disangkal

Riwayat sakit jantung disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Ayah pasien menderita batu ginjal

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat DM disangkal

e. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien seorang siswa sekolah dasar, tinggal bersama kedua orang tua

serta adik perempuannya, pasien merupakan anak pertama. Biaya

pengobatan oleh orang tua pasien.

3.3. Pemeriksaan Fisik

a) KU : Composmentis

b) Kepala : Mesocephal

c) Tekanan darah: 110 / 70 mmHg

d) Nadi : 98 x/menit

e) RR : 24 x/menit

f) Suhu : 37°C

g) Pemeriksaan Fisik Abdomen

Inspeksi : bentuk sedikit cembung, warna sawo matang, tidak terdapat

sikatrik,strie dan tidak terdapat nodul di permukaan kulit,

Auskultasi: peristaltik dbn, bising usus (-)

Palpasi: NT (+) pada hipokondrium dextra, nyeri ketok (+) kostovertebra

dextra, massa (-)

Perkusi: timpani seluruh regio abdomen (+), batas hepar dbn, area troube

(-).

Page 18: LAPKAS HIDRONEFROSIS

18

3.4. Pemeriksaan Penunjang

3.2.1. Pemeriksaan Radiologi

3.2.1.1. Gambaran Thorak

3.2.1.2. Gambaran Foto Polos Abdomen

Page 19: LAPKAS HIDRONEFROSIS

19

3.2.1.2. Gambaran UIV

Page 20: LAPKAS HIDRONEFROSIS

20

3.2.1.2. Pembacaan Hasil Foto Thorak

COR : CTR < 50%

PULMO :

Corakan vasculer normal.

Tak tampak bercak kedua paru.

Page 21: LAPKAS HIDRONEFROSIS

21

Diafragma dan sinus kostofrenikus baik.

3.2.1.3. Pembacaan Hasil FPA dan UIV

FPA :

Tampak opasitas multiple pada paravertebralis kanan

setinggi VL1-3, terbesar bentuk staghorn (ukuran

sekitar 5,7 cm X 4,7 cm ) dan tampak pula opasitas

bentuk oval pada kavum pelvis sebelah kanan ( ukuran

sekitar 1,7 cm X 0,8 cm )

UIV :

GINJAL KANAN :

Bentuk, letak , ukuran dan aksis normal.

Pada menit ke 7 tampak ekskresi kontras tipis ,

PCS melebar , kaliks minor bentuk clubing ,

tampak filling defect.

URETER KANAN :

Melebar pada bagian distal , tampak bendungan

pada bagian distal.

Opasitas yang pada foto polos terletak pada

kavum pelvis sebelah kanan, berada pada

struktur ureter kanan distal.

GINJAL KIRI :

Bentuk , letak , ukuran dan aksis normal.

Page 22: LAPKAS HIDRONEFROSIS

22

Pada menit ke 7 tampak ekskresi kontras .

PCS tak melebar , tak tampak filling defect .

URETER KIRI :

Tak melebar , tak tampak bendungan .

Vesica urinaria :

Dinding reguler ,

Tak tampak : filling defect , identasi dan

additional shadow .

Post Miksi :

Sisa kontras pada vesica urinaria sedikit .

Tampak retensi kontras pada PCS kanan.

3.2.1.3. Kesan

HIDRONEFROSIS KANAN ( GRADE 3 ) EC

NERFOLITHIASIS KANAN OPAC MULTIPLE , TERBESAR

BENTUK STAGHORN ( ukuran sekitar 5,7 cm X 4,7 cm ) .

HIDROURETER KANAN DISTAL EC URETEROLITHIASIS

KANAN DISTAL OPAC ( ukuran sekitar 1,7 cm X 0,8 cm ).

DELAYED FUNCTION GINJAL KANAN.

FUNGSI EKSKRESI GINJAL KIRI BAIK.

Page 23: LAPKAS HIDRONEFROSIS

23

BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang pasien laki-laki dengan usia 11 tahun tahun

datang ke UGD pada tangal 5 januari 2013. ± 2 hari sebelum

pasien dirawat di Rumah sakit, pasien merasa sakit pada perut

kanan dan nyeri pada bagian pinggang. Dirasakan sekitar 3 hari,

sakit dirasakan pada bagian perut kanan dan menjalar sampai ke

bagian belakang. Saat sakit pasien hanya tiduran dan tidak

melakukan aktivitas seperti biasa. Sakit dirasa tidak berkurang

meskipun sudah diberi obat sakit perut. Pasien merasa kencingnya

agak sedikit berwarna keruh, sedikit dan tidak ada darah. Keluhan

lain yang dirasa : muntah (-) , mual (-) , BAB (+) , BAK (+). Sore

harinya pasien juga mengerasakan demam .

Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/70

mmHg, suhu 37º C , RR : 24 kali/menit , nadi : 98 kali/menit. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran composmentis,

pemeriksaan abdomen : cembung (+), NT (+) di hipokondrium

kanan, nyeri ketok kostovertebra kanan (+).

Dari hasil pemeriksaan radiologi foto thoraks, foto polos

abdomen dan UIV didapatkan gambaran. Pada foto thoraks : Cor :

23

Page 24: LAPKAS HIDRONEFROSIS

24

CTR < 50% .Pulmo : Corakan vasculer normal, Tak tampak bercak

kedua paru, Diafragma dan sinus kostofrenikus baik.

Pada foto polos abdomen: Tampak opasitas multiple pada

paravertebralis kanan setinggi VL1-3, terbesar bentuk staghorn

(ukuran sekitar 5,7 cm X 4,7 cm ) dan tampak pula opasitas bentuk

oval pada kavum pelvis sebelah kanan ( ukuran sekitar 1,7 cm X

0,8 cm ).

Sedangkan pada pemeriksaan UIV didapatkan:

hidronefrosis dextra e.c nefrolithiasis dextra, hidroureter dextra e.c

ureterolithiasis dextra, dan adanya delayed function ginjal kanan.

Page 25: LAPKAS HIDRONEFROSIS

25

BAB V

KESIMPULAN

Hidronefrosis adalah bendungan dalam ginjal yang di sebabkan

oleh obstruksi yang terdapat pada ureter yang di sebabkan karena adanya

batu ureter, sehingga terjadi tekanan balik ke ginjal.

Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin di piala ginjal akan

menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal

terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap,

maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertropi

kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu.

Tujuan penatalaksanaan hidronefrosis untuk mengaktivasi dan

memperbaiki penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk

mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.

25

Page 26: LAPKAS HIDRONEFROSIS

26

DAFTAR PUSTAKA

Brunner,L dan Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (H.Kuncara, A. Hartono, M. Ester, Y. Asih, Terjemahan), Edisi 8, Volume 1, Penerbit EGC, Jakarta

Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan Nasional republik Indonesia. 2003. 62-65.

Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran – EGC. 2004. 756-763.

Sylvia A.Price dkk, 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Jilid 2, Penerbit EGC, Jakarta

Tanagho EA, McAninch JW. Smith’s General Urology. Edisi ke-16. New York : Lange Medical Book. 2004. 256-283.

http://runtah.com/gejala-dan-penyebab-penyakit-hidronefrosis/

http:// coass-kita.blogspot.com/2012/06/hidronefrosis.html

http://x-asuhankeperawatan.blogspot.com/2012/06/askep-nefrolitiasis.html

26