lapak biotek isolasi dna kromosom
DESCRIPTION
isolasi DNATRANSCRIPT
ISOLASI DNA KROMOSOM
I. TUJUAN
Memahami metode isolasi DNA kromosom dari sel prokariot berupa bakteri gram negatif menggunakan Gene JETTM Genomic DNA Purification Kit.
II. PRINSIP
Sel bakteri gram negatif dipecahkan menggunakan Proteinase K solution dan Digestion Solution atau Lysis Solution. RNA dihilangkan dengan penambahan RNAse A. Lisat dicampurkan dengan etanol, lalu dituangkan ke dalam kolom purifikasi, sehingga molekul DNA terikat pada membran silika. Kolom dicuci dengan Wash Buffer untuk membuang kontaminan. DNA kromosom dielusi dari membran silika pada kondisi kekuatan ionik yang rendah menggunakan Elution Buffer.
III. TEORI
Asam nukleat dan protein merupakan senyawa polimer utama yang terdapat pada
sel. Asam nukleat berfungsi menyimpan dan mentransmisikan informasi genetic dalam
sel (Gaffar, 2007).
Dua tipe utama asam nukleat adalah asam dioksiribonukleat (DNA) dan asam
ribonukleat (RNA). DNA terutama ditemui dalam inti sel, asam ini merupakan
pengemban kode genetik dan dapat memproduksi atau mereplikasi dirinya dengan tujuan
membentuk sel-sel baru untuk memproduksi organisme itu dalam sebagian besar
organisme, DNA suatu sel mengerahkan sintesis molekul RNA, satu tipe RNA, yaitu
messenger RNA (mRNA), meninggalkan inti sel dan mengarahkan tiosintesis dari
berbagai tipe protein dalam organisme itu sesuai dengan kode DNA-nya (Fessenden,
1990).
DNA dan RNA mempunyai sejumlah sifat kimia dan fisika yang sama sebab
antara unit-unit mononukleotida terdapat ikatan yang sama yaitu melalui jembatan
fosfodiester antara posisi 3′ suatu mononukleotida dan posisi 5′ pada mononukleotida
lainnya (Harper, 1980).
DNA terdiri dari molekul yang disebut nukleotida. Setiap nukleotida mengandung
gugus fosfat, kelompok gula dan basa nitrogen. Empat jenis basa nitrogen adenin (A),
timin (T), guanin (G) dan sitosin (C). Urutan dasar tersebut adalah apa yang menentukan
instruksi DNA, atau kode genetik. Mirip dengan cara urutan huruf dalam alfabet dapat
digunakan untuk membentuk suatu kata, urutan basa nitrogen dalam urutan DNA
membentuk gen, yang dalam bahasa sel, memberitahu sel bagaimana membuat protein.
Tipe lain dari asam nukleat, asam ribonukleat, atau RNA, mentransmisikan informasi
genetik dari DNA menjadi protein. Molekul DNA yang panjang, pada kenyataannya
mereka tidak dapat masuk ke dalam sel tanpa kemasan yang tepat. Untuk muat di dalam
sel, DNA melingkar erat untuk membentuk struktur yang kita sebut kromosom. Setiap
kromosom mengandung molekul DNA tunggal. Manusia memiliki 23 pasang kromosom,
yang ditemukan di dalam inti sel (Rettner, 2013).
Plasmid merupakan molekul DNA sirkular kecil yang dapat masuk ke dalam
bakteri dan bereplikasi sendiri, terpisah dari genom inang. Kebalikan dari virus, plasmid
tidak bersifat menginfeksi, plasmid tidak merubah sel inang menjadi pabrik untuk
memproduksi plasmid. Plasmid biasanya mengode gen yang memberikan sifat tertentu
pada bakteri, misalnya gen pengode resistan antibiotik. Ahli rekayasa genetika
menggunakan plasmid sebagai alat untuk mentransfer gen asing ke dalam bakteri karena
sepotong DNA dengan cepat bergabung dengan DNA plasmid (Gaffar, 2007).
DNA memiliki fungsi sebagai berikut;
a. sebagai pembawa materi genetika dari generasi ke generasi berikutnya.
b. mengontrol aktivitas hidup secara langsung maupun tidak langsung.
c. melakukan sintesis protein.
d. sebagai autokatalis, yaitu kemampuan DNA untuk menggandakan diri (replikasi).
e. sebagai heterokatalis, yaitu kemampuan DNA untuk dapat mensintesis senyawa lain
(Black, 2013).
Sel prokariot seperti bakteri mengandung lebih banyak DNA dibanding virus.
Misalnya saja bakteri E.Coli. Escherichia coli adalah bakteri gram negatif berbentuk
batang dalam sel tunggal atau berpasangan, merupakan anggota family
Enterobacteriacea dan flora normal intestinal yang mempunyai kontribusi pada fungsi
normal intestine dan nutrisi tetapi bakteri ini akan menjadi pathogen bila mencapai
jaringan di luar jaringan intestinal. Spesies E.coli bersifat motil dengan flagel peritrik
yang dimilikinya, tetapi beberapa ada yang nonmotil (Noviana, 2004).
Kromosom E. Coli merupakan molekul DNA sirkular rantai ganda. Disamping
DNA kromosom, beberapa bakteri juga mengandung DNA ekstrakromosom yang
disebut DNA plasmid. DNA plasmid juga berbentuk sirkular dengan ukuran yang jauh
lebih kecil dibanding DNA kromosom. Beberapa plasmid dapat bergabung dengan DNA
kromosom dan kemudian dapat dipotong lagi dengan tepat pada peristiwa rekombinasi.
DNA plasmid hanya berukuran 1.000-100.000 pasang basa. Plasmid membawa informasi
genetik dan mengalami replikasi untuk menghasilkan plasmid yang identik dan
diturunkan selama pembelahan sel. Beberapa plasmid tidak memberikan manfaat pada
inangnya, namun beberapa plasmid yang lain membawa gen yang mengakibatkan bakteri
resistan terhadap antibiotik. Sebagai contoh plasmid yang membawa gen pengkode
enzim β-laktamase, menyebabkan bakteri resistan terhadap antibiotik yang mengandung
cincin β-laktam, seperti penisilin dan amoxicillin (Gaffar, 2007).
Prinsip isolasi DNA kromosom adalah memisahkan DNA kromosom atau DNA
genom dari komponen-komponen sel lain. Sumber DNA bisa dari tanaman, kultur
mikroorganise, atau sel manusia. Membran sel dilisis dengan menambahkan detergen
untuk membebaskan isinya, kemudian pada ekstrak sel tersebut ditambahkan protease
(yang berfungsi mendegradasi protein) dan RNase (yang berfungsi untuk mendegradasi
RNA), sehingga yang tinggal adalah DNA. Selanjutnya ekstrak tersebut dipanaskan
sampai suhu 90ºC untuk menginaktifasi enzim yang mendegradasi DNA (DNase).
Larutan DNA kemudian di presipitasi dengan etanol dan bisa dilarutkan lagi dengan air
(Albert, 1994).
Isolasi DNA kromosom bakteri secara garis besar meliputi tahap-tahap perusakan
dan pembuangan dinding sel, lisis sel, pembuangan remukan sel, serta pemisahan DNA
dari protein dan RNA. Perusakan dinding sel antara lain dapat dilakukan dengan
pemberian lisozim, sedangkan untuk lisis sel biasanya digunakan triton X-100 atau
sodium dodesil sulfat (SDS). Pembuangan remukan sel dilakukan dengan cara
sentrifugasi, sedangkan protein dan RNA masing-masing dihilangkan menggunakan
kloroform dan RNAse. Molekul DNA yang telah diisolosi tersebut kemudian
dimurnikan, misalnya dengan penambahan amonium asetat dan alkohol. DNA hasil
isolasi dikatakan baik apabila mempunyai tingakt kemurnian yang tinggi dan tidak
mengalami fragmentasi (Albert, 1994).
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat1. Beaker glass.
2. Freezer atau wadah berisi balok-balok es
3. GeneJETTM Genomic DNA Purification Column
4. Inkubator
5. Mikropipet ukuran 2—20 µL, 10—100 µL, 100—1000 µL
6. Pembakar spiritus
7. Sarung tangan dan masker
8. Sentrifugator
9. Tabung eppendorf
10. Tabung reaksi
11. Tip mikropipet biru dan kuning.
12. Vortex
B. Bahan1. Ampicillin 2. Aqua bidestilata steril 3. Biakan bakteri Escherichia coli 4. Etanol 50%5. GeneJETTM Genomic DNA Purification Kit: Proteinase K solution, Rnase A
solution, Digestion solution, Lysis Solution, Wash Buffer I,Wash Buffer II, Elution Buffer (10mM TrisCl, pH 9 0,5 mM, EDTA), GeneJETTM Genomic DNA Purification Column, tabung kolektor 2 mL.
6. Media Lurea Bertani (LB) cair.
V. PROSEDUR
Semua alat dan bahan disiapkan meliputi tip mikropipet, mikropipet, bunsen,
eppendorf, vortex, kolom, mikrosentrifuga, waterbath, lemari pendingin, biakan bakteri
Escherichia colli T 10, ddH2O, digestion solution, proteinase K, RNAse, etanol 50%,
wash buffer I dan II, elution buffer. Bakteri dari media diremajakan pada media LB baru
dengan cara 1 koloni bakteri dari plate biakan berumur 18-24 jam diinokulasikan dalam
5 ml media LB yang telah ditambahkan kloramfenikol 100µg/ml (dilakukan oleh selain
praktikan). Langkah berikutnya yaitu panensel. Suspensi bakteri dipindahkan pada
eppendorf 1.5 ml dan dilakukan sentrifugasi pada 5000g selama 5 menit, pengerjaan
dilakukan sampai suspensi habis disentrifugasi semuanya. Supernatan yang dihasilkan
kemudian dibuang dan pelet disatukan dalam satu eppendorf dengan cara menambahkan
larutan 500µl ddH20 sehingga pelet mudah dipindahan. Kumpulan pelet setelah panen sel
disatukan dalam satu eppendorf lalu disentrifugasi lagi pada 5000g selama 5 menit.
Supernatan yang dihasilkan kemudian dibunang. Pelet yang tersisa ditambahkan lagi
500µl ddH2O lalu diresuspensi dengan cara pipeting sampai pelet tersuspensikan dalam
ddH2O. Setelah homogen tambahkan 45µl digestion solution lalu lakukan resuspensi
ulang kemudian tambahkan 5µl proteinase K setelah itu tabung tersebut divortex hingga
homogen. Hasil dari perlakuan tersebut adalah suspensi sel yang telah pecah. Perlakuan
selanjutnya yaitu proses ekstrasi dengan cara suspensi tersebut diinkubasi pada suhu
56oC selama 30 menit. Hasil ekstrasi kemudian ditambahkan 5µl RNAse lalu dvortex
hingga homogen selama 10 detik. Setela itu ditambahkan lagi 50µl lisis solution dan
dihomogenkan kembali dengan cara di vortex selama 15 detik. Ekstrak lalu ditambahkan
etanol 50% kemudian di vortex lagi. Ekstrak dalam eppendorf lalu dituangkan kedalam
kolom yang sudah terpasang dengan tabung kolektor. Kemudian kolom disentrifugasi
selama 1 menit pada 6000G. Supernatan yang dihasilkandalam tabung kolektor
kemudian dibunang. Kolom dimasukan kembali ke dalam tabung kolektor yang sama.
Setela itu ditambahkan 250µl Wash Buffer I ke dalam kolom. Lalu disentrifugasi selama
1 menit pada 8000g. Supernatan yang dihasilkan didalam tabung kolektor dibuang, lalu
kolom purifikasi ditempatkan kembali dalam tabung kolektor yang sama. Sebanyak
250µl Wash buffer II (dengan penambahan etanol) ditambahkan ke dalam kolom, lalu
disentrifugasi selama 3 menit pada 12000g. jika larutan residu masih ada dalam kolom,
maka tabung kolektor dikosongkan dan disentrifugasi kembali pada 12000g selama 1
menit. Supernatant pada tabung kolektor dibuang dan kolom dipindahkan ke dalam
tabung eppendorf 1,5 mL baru. Sebanyak 50µl Elution Buffer ditambahkan ke dalam
bagian tengah membran kolom plasmid (tip mikropipet tidak boleh menyentuh membran
kolom) untuk mengelusi DNA kromosom. Kemudian kolom diinkubasi selama 2 menit
pada suhu ruang, lalu disentrifugasi pada 8000g selama 1 menit dilakukan sebanyak 2
kali. Kolom purifikasi dilepaskan dari tabung eppendorf, tabung eppendorf diberi simbol
1 fraksi A, DNA murn disimpan pada suhu -20oC. Kemudian kolom dipasang ke dalam
eppendorf 1,5 mL baru, lalu lakukan teknik yang sama seperti diatas, setelah selesai
lepas kolom dan eppendorf diberi simbol 2 fraksi B, DNA murni disimpan pada suhu -
20oC.
VI. DATA PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil
1. Dibiakan bakteri E. coli top 10 dalam 5 ml
LB cair steril ditambah
Diperoleh suspensi bakteri E. coli
ampicilin/kloramfenikol sebanyak 5 ml.
Diinkubasi pada suhu 37 o selama 12-16 jam
2. Larutan biakan suspensi E. coli diambil
masing-masing 1 ml dipindahkan pada 2
tabung eppendrof 1,5 ml. Disentrifugasi
pada kecepatan 6000 rpm (5000 x g) selama
5 menit. Lakukan sampai larutan suspensi
habis.
Diperoleh pelet dan supernatan
(dibuang).
3. Pelet ditambahkan 500 µl ddH2O kepada
salah satu tabung diresuspensi. Kemudian
dipindahkan pada tabung eppendrof lainnya.
Pelet dan ddH2O bercampur homogen.
Diperoleh 1 tabung eppendrof.
4. Tabubng eppendrof di sentrifugasi
kecepatan 6000 rpm (5000 x g) selama 5
menit
Diperoleh pelet dan supernatan
( dibuang).
5. Ditambahkan 45 µl digest solution,
kemudian dipipeting, ditambah 5 µl
proteinase K, di vortex
Larutan tercampur homogen. Suspensi
sel yang pecah
6. Dipanaskan diatas penangas air 56 0 C
selama 30 menit.
diperoleh Ekstrak sel , suspensi menjadi
panas
7. Ditambahkan 5 µl RNAse A, divortex,
disimpan pada suhu ruangan
Ekstrak sel
8. Ditambahkan 50 µl lisis solution, divorteks Suspensi menjadi homogen
9. Ditambahkan 100 µl etanol 50 % dan di
vortex
Suspensi menjadi homogen
10. Dipindahkan pada GeneJETTM Genomic
DNA Purification Column dalam tabung
kolektor. Disentrifugasi pada 6000 g selama
1 menit.
Supernatan dalam tabung kolektor
dibuang.
11. Ditambahkan 250 µl wash buffer I ke dalam Supernatan dalam tabung kolektor
kolom. Kemudian disentrifugasi dengan
kecepatan 8000 g dalam 1 menit.
dibuang.
12. Ditambahkan 250 µl wash buffer II ke dalam
kolom. Kemudian disentrifugasi dengan
kecepatan 1200 g dalam 3 menit.
Supernatan dalam tabung kolektor
dibuang.
13. Kolom dipindahkan pada tabung eppendorf
baru.
14. Ditambahkan 50 µl elution buffer,
diinkubasi pada suhu ruang selama 2 menit .
kemudian disentrifugasi dengan kecepatan
8000 g selama 1 menit dilakukan dua kali
sentrifugasi.
Kolom dilepas, supernatan pada tabung
eppendorf diambil dan disimpan pada
suhu -200 C.
VII. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini adalah isolasi DNA Kromosom. Tujuannya adalah untuk
memahami metode isolasi DNA kromosom dari sel prokariot berupa bakteri Gram
negatif menggunakan GeneJETTM Genomic DNA Purification Kit. Pada prinsipnya
bakteri gram negatif dipecahkan menggunakan Proteinase K dan Digestion Solution atau
Lysis Solution. RNA dihilangkan dengan penambahan RNase A. Lisat dicampurkan
dengan etanol, lalu dituangkan ke dalam kolom purifikasi, sehingga molekul DNA
terikat pada membran silika. Kolom dicuci dengan Wash Buffer untuk membuang
kontaminan. DNA kromosom dielusi dari membran silika pada kondisi kekuatan ionik
rendah menggunakan Elution Buffer.
Ada lima tahap untuk melakukan isolasi DNA, yaitu : isolasi sel, pelisisan
dinding sel dan membran sel, pengekstraksian dalam larutan, purifikasi, dan presipitasi.
Tahap pertama yang dilakukan yaitu mengisolasi sel yang ingin digunakan. Pada
praktikum kali ini sudah disediakan Escherichia coli top 10 yang diambil dari pelet
biakan berumur 18-24 jam, lalu diinokulasikan ke dalam medium LB (Lurea Bertani)
yang telah ditambahkan antibiotik kloramfenikol 100 μg/ml. Biakan di inkubasi selama
12-16 jam pada suhu 37oC dengan pengocokan 200-250 rpm.
Sebanyak 1,5 ml biakan bakteri dimasukkan ke dalam tabung Eppendrof 1,5 ml.
Tabung Eppendrof adalah mikrotabung sentrifuga yang berfungsi untuk sentrifugasi
sampel dalam ukuran mikroliter. Sampel disentrifugasi pada kecepatan 6000 rpm (5000 x
g) selama 5 menit. Sentrifugasi adalah suatu teknik atau metode pemisahan melalui
proses pengendapan dengan memberikan gaya sentrifuga atau kecepatan sentrifuga pada
partikel-partikelnya.
Campuran heterogen yang terdapat dalam sampel dengan berat jenis berdekatan
akan sangat sulit untuk dipisahkan sehingga dilakuakn metode sentrifugasi untuk
memisahkan bakteri dari media dan pengotornya, atau disebut panen sel. Membiarkan
senyawa tersebut terendapkan karena adanya gravitasi yang berjalan sangat lambat.
Setelah dilakukan sentrifugasi selama 5 menit, supernatannya dibuang.
Supernatan adalah bagian dari cairan yang berada diatas fase endapan, biasanya berisi
pengotor dan dibuang karena yang dibutuhkan adalah bakteri yang mengendap pada
dasar tabung Eppendorf. Langkah diatas dilakukan sampai biakan bakteri yang berada
dalam tabung habis sehingga didapat endapan atau pelet sel bakteri dari semua biakan.
Kemudian pelet bakteri ditambahkan 1,0 ml aquabidest. Aquabidest adalah air
yang telah melaui proses destilasi sebanyak dua kali sehingga steril. Aquabidest ini
ditambahkan untuk pencucian. Setelah aquabidest dimasukkan, dilakukan pipeting
dengan menggunakan mikropipet, dengan cara dipipet dan dibuang pada tabung tersebut
sehingga aquabidest dengan pelet menjadi suspensi. Kemudian disentrifugasi pada
kecepatan 8000 rpm (5000 x g) agar pelet kembali terbentuk. Kemudian supernatannya
dibuang. Tahap pencucian ini dilakukan sebanyak dua kali.
Setelah selesai dengan pencucian, pelet ditambahkan 45 μl Digest Solution.
Kemudian dilakuakn pipeting sehingga digest solution mengenai smeua pelet sel dan sel
akan lisis. Digest Solution adalah larutan yang berfungsi untuk melisis sel sehingga
komponen-komponennya akan lisis. Digest solution ini bersifat merusak dinding dan
membran sel bakteri dan menghasilkan komponen-komponen sel, seperti DNA, RNA,
protein dan lain-lain. Kemudian untuk menghilangkan protein dari hasil lisis sel
ditambahkan Proteinase. Proteinase merupakan enzim yang mendenaturasi protein atau
bersifat merusak protein dengan cara mengubah proteosa, pepton dan polipeptida
menjadi asam amino. Setelah dimasukan proteinase, dugunakan alat vortex yang
berfungsi untuk menggetarkan bagian bawah tabung eppendorf sehingga pelet yang
menempel dan tidak terangkat pada proses pipeting akan terangkat dan bergabung
menjadi suspensi. Vortex digunakan hanya beberapa detik karena getarannya sudah
cukup mencampurkan pelet menjadi suspensi sel yang pecah.
Suspensi sel yang pecah diinkubasi pada suhu 56oC selama 30 menit untuk
mendapat ekstrak sel. Setelah itu, suspensi sel yang telah pecah di inkubasi pada suhu 56o
C selama 30 menit untuk mengoptimalkan kerja enzim yang sangat dipengaruhi oleh
suhu. Kemudian, ekstrak sel yang diperoleh ditambahkan 5 µl RNase A untuk
menghancurkan RNA sehingga yang tertinggal dalam ekstrak hanya DNA dan hasil yang
diisolasi berupa DNA murni. Lalu, ekstrak tersebut dikocok menggunakan vortex agar
larutannya homogen. Selanjutnya, campuran tersebut diisolasi selama 10 menit pada
suhu ruangan untuk menginaktivasi enzim yang mendegradasi DNA (DNAase).
Kemudian 50 µl Lysis Solution ditambahkan ke dalam campuran untuk melisis
dinding dan membran sel bakteri. Lalu, campuran ini dihomogenkan dengan pengocokan
menggunakan vortex selama 15 detik. Ekstrak tersebut kemudian ditambahkan dengan
100 µl etanol 50 % untuk membantu presipitasi DNA karena adanya perbedaan polaritas.
Lalu, laurtan dihomogenkan lagi dengan vortex. Kemudian larutan dipipet ke kolom
dalam tabung kolektor dengan menggunakan mikropipet. Pemipetan ini dilakukan tegak
lurus dan hati-hati agar tidak meusak kolom. Lalu kolom disentrifugasi selama 1 menit
pada kecepatan 6.000 x g. Hal ini bertujuan untuk memisahkan kontaminan yang
mungkin masih terdapat pada supernatan. Kemudian supernatan dalam tabung kolektor
dibuang. Dan kolom dimasukkan kembali ke dalam tabung kolektor yang sama.
Kemudian sebanyak 250 µl Wash buffer I dimasukkan ke dalam kolom, lalu
disentrifugasi selama 1 menit pada kecepatan 9400 rpm ( 8000 x g ) . Teknologi Wash
Buffer adalah sebuah formulasi optimal buffer dan garam yang memaksimalkan
penyerapan antibodi dan antigen ke piring plastik. Selama proses adsorpsi, kinerjanya
untuk menstabilkan protein yang terlapisi, memungkinkan untuk mengikat reaktivitas
yang lebih besar dengan molekul deteksi, sehingga meningkatkan sinyal tertentu. Dengan
menghasilkan sinyal tertentu yang lebih tinggi, konsentrasi yang lebih rendah dari
protein mantel mungkin diperlukan ketika buffer ini digunakan, sehingga menghemat
reagen. Tujuan dari sentrifugasi ini adalah untuk mendapatkan pellet yang akan
mengendap di dasar kolom. pada saat kontak langsung dengan wash buffer , diharapkan
berhati – hati , karena zat ini dapat menimbulkan iritasi terhadap kulit. Setelah itu,
supernatan dalam tabung kolektor dibuang. Supernatan adalah substansi hasil
sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang lebih rendah. Posisi dari substansi ini berada
pada lapisan atas dan warnanya lebih jerbih. Sementara pelet adalah substansi hasil
sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang lebih tinggi. Posisinya berada pada bagian
bawah (berupa endapan) dan warnanya lebih keruh. Lalu, kolom purifikasi ditempatkan
kembali dalam tabung kolektor yang sama.
Langkah selanjutnya adalah sebanyak 250 µL Wash Buffer II (dengan
penambahan etanol) ditambahkan ke dalam kolom, lalu disentrifugasi selama 3 menit
pada kecepatan 14.000 rpm (12.000 x g). Supernatan pada tabung kolektor dibuang dan
kolom dipindahkan ke dalam tabung Eppendorf 1,5 mL baru. Tabung Eppendorf ini
berguna untuk mengisolasi DNA kromosom yang dilakukan.
Kemudian sebanyak 250 µL Elution Buffer ditambahkan ke bagian tengah
membran kolom plasmid untuk mengelusi DNA kromosom, tip mikropipet tidak boleh
menyentuh membran kolom karena akan menimbulkan kontaminasi. Kolom diinkubasi
selama 2 menit pada suhu ruang, lalu disentrifugasi pada kecepatan 9.400 rpm (8000 x g)
selama 1 menit, tahap ini dilakukan 2 kali agar mendapatkan kemurnian yang baik.
Kolom purifikasi dilepaskan dari tabung Eppendorf. DNA murni disimpan pada suhu -
20° C.
VIII. KESIMPULAN
Telah dipahami prinsip isolasi DNA kromosom dan telah dilakukan metode isolasi DNA kromosom dari sel prokariot berupa bakteri gram negatif menggunakan Gene JETTM Genomic DNA Purification Kit.
DAFTAR PUSTAKA
Albert, Brush. 1994. Biologi Molekular Sel Edisi ke-2. Jakarta: Gramedia.
Black, Rahmatdi. 2013. Fungsi serta Peranan DNA. Tersedia di http://www.csbioinformatika.us/2013/07/fungsi-serta-peranan-dna.html [Diakses tanggal 25 September 2013].
Fessenden, Ralph J. 1990. Kimia Organik Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Gaffar, Shabarin. 2007. Buku Ajar Bioteknologi Molekul. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Harper, et al. 1980. Biokimia Review of Physiological Chemistry Edisi 17. Jakarta: EGC.
Noviana, Hera. 2004. Pola Kepekaan Antibiotik E.Coli yang diisolasi dari Berbaga Spesimen
Klinis. Tersedia di http://www.univmed.org/wpcontent/uploads/2011/02/Hera.pdf
[Diakses taggal 25 September 2013].
Rettner, Rachael. 2013. DNA: Definition, Structure and Discovery. Available online at
http://www.livescience.com/37247-dna.html [Diakses tanggal 25 September 2013].