kti. arie nizar sidqi
DESCRIPTION
KARYA TULIS ILMIAHSTUDI KEPADATAN LALAT DI PASAR RANDUDONGKAL KECAMATAN RANDUDONGKAL KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2010Oleh : ARIE NIZAR SIDQI P17433107104KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN 2010TRANSCRIPT
i
KARYA TULIS ILMIAH
STUDI KEPADATAN LALAT DI PASAR RANDUDONGKAL
KECAMATAN RANDUDONGKAL
KABUPATEN PEMALANG
TAHUN 2010
Oleh :
ARIE NIZAR SIDQI
P17433107104
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN
2010
ii
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Karya Tulis Ilmiah, Juli 2010
Abstrak
Arie Nizar Sidqi([email protected]) STUDI KEPADATAN LALAT DI PASAR RANDUDONGKAL KECAMATAN RANDUDONGKAL KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2010 XIV + 44 halaman: gambar, tabel, lampiran
Kepadatan lalat merupakan suatu indikator kurang baiknya cara pengelolaan sampah atau rendahnya tingkat kondisi sanitasi. Keberadaan lalat dikarenakan adanya faktor yang mendukung kelangsungan hidup bagi lalat. Faktor tersebut antara lain keberadaan sumber makanan bagi lalat, keadaan suhu dan kelembaban yang mendukung perkembangbiakan lalat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kepadatan lalat, mengetahui faktor – faktor yang mendukung tingkat kepadatan lalat dan upaya pengendaliannya.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Pengumpulan data untuk penelitian ini dengan cara pengukuran kepadatan lalat dengan menggunakan fly grill, pengukuran temperatur udara dengan termometer, kelembaban udara menggunakan hygrometer dan pencahayaan menggunakan lux meter. Untuk analisis data, penulis menggunakan analisis tabel dan membandingkan antara hasil pengukuran kepadatan lalat dengan interpretasi data hasil pengukuran kepadatan lalat.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah pengukuran kepadatan lalat di Pasar Randudongkal sebesar 7 ekor per block grill, hal ini menunjukan bahwa kepadatan lalat di Pasar Randudongkal termasuk dalam kategori tinggi/padat karena termasuk dalam range 6-20 ekor. Kepadatan lalat di lokasi penjualan daging 7 ekor per blok grill, di lokasi penjualan ikan 8 ekor per blok griil, di lokasi penjualan sayuran 5 ekor per blok grill, di lokasi penjualan buah 4 ekor per blok grill, di lokasi penjualan makanan jadi 2 ekor per blok grill dan di TPS 15 ekor per blok grill.
Dari kesimpulan penelitian adalah bahwa kepadatan lalat di Pasar Randudongkal sebesar 7 ekor per block grill. Kepadatan lalat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban dan upaya pengendalian lalat yang dilakukan. Penanganan pengelolaan sampah di Pasar Randudongkal sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya tingkat kepadatan lalat. Saran dalam penelitian ini yaitu membuatkan tutup pada TPS, sehingga sampah tidak berserakan disekitar TPS, dan diusahakan sampah dari TPS terangkut habis ke TPA sehingga tidak memberikan kesempatan lalat untuk berkembang biak. Daftar bacaan : 17 (1978-2010) Kata Kunci : Kepadatan lalat Klasifikasi :
iii
Ministry of Health of the Republic of Indonesia Health Polytechnic of Semarang Kemenkes
Environmental Health Programs Purwokerto Diploma III Program of Environmental Health
Studies Scientific Essay, July 2010
Abstract
Arie Nizar Sidqi ([email protected]) FLY IN THE MARKET STUDY DENSITY RANDUDONGKAL SUB DISTRICT RANDUDONGKAL PEMALANG YEAR 2010 XIV + 44 pages: pictures, tables, appendices
Density of flies are an indicator of bad management of low level waste or sanitary. Existence of fly because of existence of factor supporting the continuity of life to fly. The factor for example existence of food source to fly, situation of dampness and temperature supporting propagation of fly. This research objective was to measure the fly density, knowing factor - factor supporting storey, level density of its operation effort and fly.
Types of research used in this research is descriptive. Data collection for this study by measuring the density of flies using fly grill, measuring air temperature with a thermometer, hygrometer and humidity using lighting using lux meter. For data analysis, the author uses charts and analysis comparing the results of measuring the density of flies with the interpretation of measurement data density of flies.
Results obtained in this study is to measure the density of flies in Randudongkal Market for seven larvae per block grill, this shows that the density of flies in the Market Randudongkal included in the high category / solid because included in the range of 60-20 rats. The density of flies in the seventh tail meat sales location per block grill, fish sales griil 8 larvae per block, selling vegetables five larvae per block grill, selling fruit 4 larvae per block grill, food sales so two larvae per block grill and TPS 15 larvae per block grill.
From the conclusion of the study is that the density of flies in Randudongkal Market for seven larvae per block grill. Density of flies was influenced by temperature, humidity and fly control measures carried out. Handling of waste management in the Market Randudongkal affect high and low density level of flies. Suggestions in this experiment were made at the polling stations close, so do not waste scattered around the polling stations, and cultivation of waste transported from polling stations up to the landfill so it does not provide the opportunity to breed flies. Reading list : 17 (1978-2010) Keywords : Density of flies Classification :
iv
KARYA TULIS ILMIAH
STUDI KEPADATAN LALAT DI PASAR RANDUDONGKAL
KECAMATAN RANDUDONGKAL
KABUPATEN PEMALANG
TAHUN 2010
Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan
untuk mencapai derajat Ahli Madya Kesehatan Lingkungan
Oleh :
ARIE NIZAR SIDQI
P17433107104
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN
2010
vi
BIODATA
Nama
Tempat, tanggal lahir
Agama
Jenis kelamin
Alamat
Riwayat pendidikan
:
:
:
:
:
:
Arie Nizar Sidqi
Pemalang, 26 Januari 1989
Islam
Laki-laki
Jl. R.a Kartini 343 Rt 33 Rw 04 Randudongkal
Pemalang
1. Tahun 2001 Lulus SD Negeri 07 Randudongkal
2. Tahun 2004 Lulus SLTP Islam Randudongkal
3. Tahun 2007 Lulus SMA PGRI 3 Randudongkal
4. Tahun 2007 diterima di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Semarang Jurusan Kesehatan
Lingkungan Purwokerto
vii
PERSEMBAHAN
Bukanlah suatu aib jika kamu gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib
adalah jika kamu tidak bangkit dari kegagalan itu
(ali bin abi thalib)
Orang yang paling menyakitkan siksanya di hari kiamat adalah orang yang
punya ilmu tapi Allah tidak mengizinkan memanfaatkan ilmunya
(al-hadist)
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman
(Q.S.AL. Imran 139)
Karya tulis ini kupersembahkan kepada
Bapak dan Ibuku tercinta
Sahabat-sahabat seangkatan yang baik hati
Terimakasih untuk semua
viii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
Tempat, Tanggal Lahir
N I M
Judul KTI
:
:
:
:
Arie Nizar Sidqi
Pemalang, 26 Januari 1989
P17433107104
Studi Kepadatan Lalat Di Pasar Randudongkal
Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang
Tahun 2010
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa karya tulis ilmiah ini adalah betul-
betul hasil karya saya dan bukan hasil penjiplakan dari hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dan apabila kelak dikemudian hari terbukti dalam karya
tulis ilmiah ada unsur penjiplakan, maka saya bersedia
mempertangggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Purwokerto, Juli 2010
Yang menyatakan
Arie Nizar Sidqi
ix
KATA PENGANTAR
Tiada kata terindah yang kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul ” Studi Kepadatan Lalat Di
Pasar Randudongkal Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang
Tahun 2010”.
Maksud dan tujuan penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini
adalah sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir Program
Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik materiil maupun moril sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:
1. Bapak Sugiyanto, S.Pd, M.App.Sc., selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Semarang.
2. Bapak Marsum, BE, S.Pd, MHP., selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan Purwokerto.
3. Bapak Sugeng Abdullah, SST, M.Si., selaku Ketua Prodi Jurusan Kesehatan
Lingkungan Purwokerto.
4. Bapak Sujoto Hernady, M.Sc, selaku pembimbing utama Karya Tulis Ilmiah
yang telah banyak memberikan bimbingan serta saran.
5. Bapak Arif Widyanto S.Pd, M.Si, selaku pembimbing pendamping Karya
Tulis Ilmiah yang telah banyak memberikan bimbingan serta saran.
x
6. Bapak dan Ibu tercinta, yang senantiasa memberikan kasih sayang tiada
terkira sehingga Karya Tulis ini dapat terselesaikan.
7. Untuk teman-teman satu angkatan, terima kasih untuk segala kerja samanya.
8. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu
yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
terdapat kekurangan baik dalam materi, teknik penulisan maupun sistematikanya.
Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca untuk penyempurnaan sangat penulis
harapkan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi
pembaca.
Purwokerto, Juli 2010
Arie Nizar sidqi
NIM: P17433107104
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ ii
HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. iii
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... v
BIODATA ....................................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... viii
KATA PEMGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .................................................................................... 1
B. Masalah .............................................................................................. 3
C. Tujuan penelitian .............................................................................. 3
D. Manfaat .............................................................................................. 3
E. Ruang Lingkup................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PISTAKA
A. Pengertian-pengertian ........................................................................ 5
B. Macam- macam pasar ........................................................................ 6
C. Hubungan pasar dengan penularan penyakit ..................................... 6
xii
D. Lalat dan kehidupannya ..................................................................... 7
E. Pola hidup lalat .................................................................................. 13
F. Upaya pengendalian lalat .................................................................. 17
G. Kerangka teori .................................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangka pikir ................................................................................... 22
B. Jenis penelitian ................................................................................... 24
C. Waktu dan lokasi penelitian ............................................................... 24
D. Subyek penelitian ............................................................................... 24
E. Pengumpulan data .............................................................................. 25
F. Pengolahan data ................................................................................ 26
G. Analisis data ....................................................................................... 26
BAB IV HASIL
A. Gambaran umum pasar ...................................................................... 27
B. Gambaran khusus pasar .................................................................... 32
BAB V PEMBAHASAN
A. Pembahasan umum ............................................................................ 36
B. Pembahasan khusus ........................................................................... 38
BAB VI SIMPULAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Teori
3.1 Kerangka Pikir
4.1 Jumlah Pegawai
4.2 Sarana Kebersihan
4.3 Hasil Pengukuran Temperatur Udara
4.4 Hasil Pengukuran Kelembaban Udara
4.5 Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan
4.6 Hasil Pengukuran Rata-rata Kepadatan Lalat
21
22
29
31
32
33
34
35
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner untuk pengelola pasar
2. Kuesioner untuk petugas kebersihan
3. Cara pengukuran kepadatan lalat
4. Gambar fly grill
5. Hasil Pengukuran rata-rata pengukuran di lokasi
6. Denah titik pengukuran kepadatan lalat
7. Struktur organisasi pasar
8. Monografi pasar randudongkal
9. Dokumentasi kegiatan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui
terciptanya masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia yang ditandai dengan
penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di
seluruh wilayah republik Indonesia (Depkes RI 1999, h. 5).
Untuk mewujudkan kesejahteraan kesehatan yang optimal, salah satu
upaya yang dapat dilaksanakan adalah dengan cara menjaga kesehatan
lingkungan. Karena faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar
pengaruhnya dalam mempengaruhi pembangunan kesehatan. Untuk dapat
meningkatkan pembangunan kesehatan yang baik, kita harus melakukan upaya
upaya kesehatan antara lain dengan melakukan perubahan pada kondisi
lingkungan.
Pasar sebagai bagian dari sarana tempat – tempat umum, dapat menjadi
tempat penularan penyakit. Untuk itu perlu adanya pengawasan terhadap
sanitasinya. Pengawasan yang dilakukan ditujukan untuk mencegah
2
terjadinya penularan penyakit, baik antara pedagang dengan pembeli.
Penularan penyakit tersebut dapat melalui kontak langsung maupun melalui
vektor penyakit.
Lalat merupakan salah satu serangga yang dapat berperan sebagai
vektor penyakit. Penyakit penyakit yang dapat ditularkan diantaranya :
Desentri, Diare, Typhoid, Cholera, dan Myasis. Kepadatan lalat merupakan
suatu indikator kurang baiknya cara pengelolaan sampah atau rendahnya
tingkat kondisi sanitasi, sehingga dapat menimbulkan kemerosotan
kualitasnya
Pasar Randudongkal sebagai salah satu tempat umum terletak di
Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang dengan luas 17,802 m², tidak
terlepas dari permasalahan tersebut diatas. Berdasarkan survai awal di Pasar
Randudongkal terdapat banyak lalat, khususnya pada tempat-tempat tertentu
seperti di tempat penjualan ikan, tempat penjualan sayuran, tempat penjualan
buah-buahan, dan tempat penjualan makanan yang telah masak. Keberadaan
lalat tersebut dikarenakan adanya faktor yang mendukung kelangsungan hidup
bagi lalat. Faktor-faktor tersebut antara lain keberadaan sumber makanan bagi
lalat, keadaan suhu dan kelembaban yang mendukung perkembangbiakan
lalat. Keberadaan lalat dapat dijadikan indikator baik buruknya sanitasi di
suatu tempat.
Sehubungan dengan hal tersebut penulis ingin mengetahui lebih lanjut
tentang kepadatan lalat di Pasar Randudongkal. Untuk itu penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul “ Studi Tentang Kepadatan Lalat Di
Pasar Randudongkal Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang
Tahun 2010”.
3
B. Masalah
Masalah yang terdapat dalam penilitian ini adalah
1. Bagaimana kepadatan lalat di Pasar Randudongkal Kabupaten Pemalang
tahun 2010?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mendukung tingkat kepadatan lalat di
Pasar Randudongkal?
3. Upaya apa yang dilakukan pengelola pasar dalam pengendalian lalat di
Pasar Randudongkal?
C. Tujuan Penilitian
Sesuai dengan masalah tersebut diatas, tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengukur tingkat kepadatan lalat di Pasar Randudongkal
Kabupaten Pemalang tahun 2010.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung tingkat kepadatan lalat
di Pasar Randudongkal.
3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pengelola Pasar dalam
pengendalian lalat di Pasar Randudongkal.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat, sebagai informasi tentang kepadatan lalat di Pasar
Randudongkal.
2. Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan bagi pihak pengelola pasar
Randudongkal dalam pengendalian lalat.
4
3. Bagi almamater, untuk menambah kepustakaan khususnya bidang studi
Pengendalian Vektor Penyakit.
4. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan di bidang
kesehatan lingkungan khususnya masalah kepadatan lalat.
E. Ruang Lingkup
Materi penelitian meliputi kepadatan lalat di sekitar tempat
pengumpulan sampah pasar, tempat penjualan daging, ikan, tempat penjualan
sayuran-sayuran, dan tempat penjualan makanan yang telah dimasak.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian – pengertian
1. Pengertian pasar
Menurut Suparlan (1994, h. 100) pasar adalah:
“Suatu tempat yang mana terdiri atas pelataran terbuka,
sebagian lagi atas bangunan-bangunan, untuk bertemunya
penjual & pembeli termasuk fasilitasnya dimana penjual
dapat memperagakan barang dagangannya dengan
membayar retribusi”.
2. Pengertian Lalat
Menurut Dirjen P2M & PLP (1997) pengertian lalat adalah :
“Salah satu insekta ordo dipthera, yaitu insecta yang
mempunyai sepasang sayap berbentuk membran”.
Menurut Pratiwi Puji Lestari (1992, h.6),
“Lalat adalah serangga ordo diptera (insecta yang dapat
terbang) yang ditandai dengan hanya memiliki sepasang
sayap saja untuk terbang dan sepasang sayap lainnya tidak
berkembang hanya berupa bungkul yang berguna untuk alat
keseimbang. Diperkirakan antara lebih dari 85.000 species
lalat terdapat di dunia”
3. Pengertian kepadatan lalat
Menurut Dirjen PPM dan PLP (1991, h. 11)
“Kepadatan lalat adalah jumlah lalat yang hinggap pada
setiap lokasi atau block grill selama 30 detik dihitung
sedikitnya 10 kali perhitungan dan 5 perhitungan tertinggi
di buat rata-rata kemudian dicatat”.
5
6
4. Sarana tempat – tempat umum
Menurut Suparlan (1994, h. 100)
“Tempat-tempat umum adalah suatu tempat dimana orang
banyak atau masyarakat umum berkumpul untuk
melakukan kegiatan baik secara sementara (insidentil)
maupun secara terus menerus (permanent), baik
membayar maupun tidak membayar”.
B. Macam-macam Pasar
Sesuai barang yang diperdagangkan pasar dibedakan menjadi:
1. Pasar hewan
Pasar yang khusus digunakan untuk menjual hewan.
2. Pasar kembang
Pasar yang khusus digunakan untuk menjual bunga
3. Pasar kelontong
Pasar yang khusus digunakan untuk menjual barang-barang klontong.
4. Pasar biasa
Pasar yang menjual segala macam barang. seperti: pakaian, ikan, daging,
sayuran, buah-buahan, mainan, peralatan sekolah/kantor, dan lain-lain.
C. Hubungan Pasar dengan Penularan Penyakit
Menurut Sujoto Hernady (1993, h. 62), bahaya yang dapat timbul di
pasar apabila pasar tersebut tidak diperhatikan sanitasinya adalah sebagai
berikut:
7
1. Pasar yang kurang diperhatikan kebersihannya baik pembuangan sampah
maupun pembuangan air kotor, dapat menjadi sarana perkembangbiakan
vektor penyakit.
2. Pasar merupakan tempat yang paling baik untuk penularan penyakit dari
pengunjung yang satu dengan lainnya, misalnya : TBC, Influenza,
Frambusia dan lain-lain.
3. Pasar dapat menimbulkan keracunan makanan, khususnya ditimbulkan
oleh warung-warung di dalam pasar.
4. Pasar yang kurang mendapatkan perhatian baik kebersihannya maupun
letaknya akan menimbulkan kecelakaan.
D. Lalat dan Kehidupannya
1. Siklus hidup lalat
Menurut Ditjen PPM dan PLP (1991, h. 1): lalat merupakan insekta
yang mengalami metamorfosa sempurna. Siklus hidupnya memiliki
periode yang bervariasi tergantung pada keadaan lingkungan, seperti
temperature, kelembaban, ada tidaknya makananyang tersedia dan
sebagainya. Tetapi rata-rata periode yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
siklus hidupnya dari stadium telur sampai dewasa adalah 30 hari. Dalam
siklus hidupnya lalat mempunyai empat stadium yaitu:
a. Stadium Telur
Stadium ini lamanya 12 – 24 jam. Bentuk telur lonjong bulat
berwarna putih. Besarnya telur 1 - 2 mm. Telur dikeluarkan oleh yang
betina sekaligus sebanyak 150 - 200 butir. Ditempat kotoran yang
8
panas dan lembab faktor tempat dapat mempengaruhi lamanya stadium
ini, makin panas makin cepat dan makin dingin makin lambat.
(http://www.lalat.pdf.com)
b. Stadium Larva (tempayak)
Menurut Ditjen PPM dan PLP (1991, h. 2): Stadium ini
berlangsung antara 2-8 hari tergantung pada tempatnya. Larva
(tempayak) bergerak sekali dan mengambil makanannya dari bahan-
bahan organik yang terdapat disekitarnya. Larva ini bentuknya bulat
lonjong, stadium beruas-ruas (segmen) sebanyak 13, panjangnya
kurang lebih 8 mm dan warnanya kekuning-kuningan atau keabu-
abuan. Jika larva (tempayak) sudah dewasa, maka mereka akan
berpindah tempat untuk menjadi kepompong. Larva mati atau terbunuh
pada temperatur 73 °C.Temperatur yang sesuai antara 30-35°C.
Stadium ini terdiri dari tiga tingkatan yaitu:
1) Tingkat pertama setelah keluar dari telur belum banyak
bergerak.
2) Tingkat dewasa banyak bergerak
3) Tingkat terakhir tidak banyak bergerak.
c. Stadium pupa atau kepompong
Menurut Ditjen PPM dan PLP (1991, h. 2): Pada masa ini, jaringan
tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa. Stadium ini
berlangsung 3 -9 hari. Temperatur yang disukai ± 35°C. Kalau stadium
ini sudah selesai, melalui celah pada bagian anterior, keluar lalat muda.
9
d. Stadium dewasa
Stadium ini adalah stadium terakhir yang berwujud serangga yaitu
lalat. Dalam keadaan optimum, dari bentuk telur sampai menjadi lalat
dewasa diperlukan waktu antara 8-20 hari. Namun ada pula yang
memerlukan waktu sampai berbulan-bulan tergantung dari macam
lalat, musim, temperatur, kelembaban serta keadaan makanan.
Pada saat terakhir stadium pupa, kulit pupa akan pecah dan keluar
lalat muda. Kemudian lalat muda tersebut merayap untuk
menyesuaikan dengan lingkungan dan menguatkan kulit serta
tubuhnya, sehingga menjadi lalat dewasa, yang siap terbang mencari
makanan dan melanjutkan kehidupannya. Pada temperatur 21-32°C
dan kelembaban antara 70-90% lalat dapat hidup dengan baik. Pada
temperatur rendah lalat tidak dapat hidup dengan baik. Pada
temperatur 0-7°C lalat akan mati. (Kharis Yuniarto, 2003).
2. Peranan Lalat dalam Penularan Penyakit
Menurut Ditjen PPM dan PLP (1991, h.1) Semua bagian tubuh
lalat dapat berperan sebagai alat penularan penyakit. Tubuh lalat berbulu
halus dan pada kakinya terdapat bulu – bulu yang mengandung cairan
semacam perekat, sehingnga benda – benda yang kecil mudah melekat.
Bakteri dapat masuk ke dalam alat pencernaan makanan lalat dan dapat
tinggal di sana selama 4 minggu, bakteri tersebut dapat ditularkan generasi
berikutnya.
10
Insting lalat untuk mempertahankan kehidupannya dan daya
tariknya terhadap bau busuk menuntun lalat untuk mencari sesuatu yang
dapat dimakan dan disukainya. Selanjutnya lalat akan hinggap pada
makanan yang biasa dimakan manusia. Lalat memerlukan makanan dalam
bentuk cair, maka diperlukan baginya untuk merubah bentuk makanan
menjadi makanan cair. Lalat dapat melakukan pekerjaan ini dengan baik,
dengan cara mengeluarkan cairan yang telah ditelannya, seperti cairan dari
saluran air kotor, sampai makanan yang relatif padat tersebut menjadi
lunak untuk ditelan. Disini lalat meninggalkan bekas muntahannya, bibit
penyakit dari kakinya, dan kadang–kadang kotorannya. Apabila dibiarkan,
maka muntahan dan kotoran lalat tersebut dapat termakan oleh manusia
yang selanjutnya dapat menimbulkan penyakit.
Lalat rumah merupakan agent yang penting dalam penyebaran
beberapa penyakit menular, seperti Disentri amoeba, Cholera, Thypus
perut, Diare atau Gastroentritis dan TBC.
3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepadatan Lalat
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepadatan lalat, antara lain :
a. Temperatur
Aktifitas lalat optimum pada temperature 21 0C – 32
0C.
b. Kelembaban
Kelembaban erat hubungannya dengan temperatur setempat.
Aktifitas lalat optimum pada kelembaban 90%.
11
c. Sinar
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik, yaitu selalu
bergerak menuju sinar. Pengaruh sinar tergantung sepenuhnya pada
kelembaban.
4. Hubungan Kepadatan Lalat dengan Kesehatan
Menurut Dirjen P2M & PLP (1991, h. 1) bahwa adanya kepadatan
lalat yang tinggi dapat mengganggu manusia antara lain
a. Mengganggu ketenangan
b. Myasis, menimbulkan penyakit pada manusia dengan jalan meletakkan
telur pada kulit yang terbuka.
c. Menularkan penyakit secara biologis (penyakit tidur, Leishmaniasis,
Bartonelosis)
d. Penularan penyakit secara mekanis (Thyphoid fever, Paratyphoid
fever, Desentri Basiler, Desentri amoeba, dan lain –lain)
5. Pengukuran kepadatan lalat
Menurut Dirjen PPM dan PLP (1991, h.5), pengukuran kepadatan
lalat dilakukan terhadap populasi lalat dewasa. Adapun tujuan dari
pengukuran kepadatan lalat adalah untuk mengetahui tingkat kepadatan
lalat dan untuk mengetahui sumber-sumber tempat perkembangbiakan
lalat.
Pengukuran kepadatan lalat dapat dilakukan dengan beberapa cara,
tetapi cara yang paling murah dan cepat adalah dengan mempergunakan
fly grill. Fly grill dapat dibuat dari bilah-bilah kayu dengan ukuran lebar 1-
12
2 cm, panjang masing-masing bilah 80 cm, dan jumlah bilah sebanyak 16-
24 buah. Bilah-bilah yang telah disiapkan dibentuk berjajar dengan jarak
1-2 cm pada kerangka kayu yang telah disiapkan dan sebaiknya
pemasangan bilah pada kerangkanya menggunakan paku sekrup sehingga
dapat dibongkar pasang setelah dipakai.
Pengukuran kepadatan lalat dengan menggunakan fly grill
didasarkan pada sifat lalat, yaitu keseukaan lalat untuk hinggap pada tepi-
tepi atau tempat yang bersudut tajam. Cara pengukuran dengan meletakan
fly grill pada titik pengukuran pada lokasi yang telah ditentukan. Jumlah
lalat yang hinggap sekama 30 detik dihitung. Disetiap titik pengukuran
dilakukan 10 kali perhitungan dan 5 perhitungan yang tertinggi dibuat
rata-rata. Angka rata-rata ini merupakan hasil kepadatan populasi lalat
dalam satu titik pengukuran.
Interpretasi hasil pengukuran kepadatan lalat di setiap lokasi yaitu
sebagai berikut:
0 – 2 (rendah) : Tidak menjadi masalah
3 – 5 (sedang) : Perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat –
tempat berbiaknya lalat (tumpukan sampah, kotoran
hewan dan lain – lain)
6 – 20 (tinggi) : Populasi padat dan perlu pengamanan terhadap
tempat–tempat berbiaknya lalat dan bila mungkin
direncankan upaya pengendalian
13
>21 (sangat tinggi) : Populasi sangat padat dan perlu dilakukan
pengamanan terhadap tempat – tempat berbiaknya
lalat dan tindakan pengendalian lalat.
E. Pola Hidup Lalat
Diptera merupakan salah satu ordo-ordo yang terbesar dari serangga,
dan anggota-anggotanya secara individual dan jenis adalah banyak dan
terdapat hampir dimana-mana. Kebanyakan diptera dapat dibedakan langsung
dari serangga-serangga lain. Istilah lalat diberikan dengan kenyataan bahwa
mereka memiliki sepasang sayap. Sayap depan dan sayap-sayap belakang
tersusun menjadi struktur-struktur yang disebut halter yang fungsinya sebagai
organ-organ keseimbangan.
Lalat merupakan salah satu organisme dalam kelas insecta dan ordo
diptera yang memiliki sayap berbentuk membran, jumlahnya banyak pada
bulan-bulan musim panas dalam setahun. Lalat tersebar merata di seluruh
dunia, baik lalat yang memiliki daerah penyebaran terbatas di wilayah
tertentu, maupun lalat yang bersifat kosmopolitan. Lalat yang termasuk
kedalam ordo diptera terdiri dari beberapa genus seperti : genus musca,
Glossina, Sarcophaga, Fannia, Calliphora, Stomoxys, Chrysomyia dan lain
sebagainya.
Lalat betina bertelur sebanyak 2.700 butir dalam waktu 30 hari, di
tempat-tempat yang lembab, busuk, atau bahan-bahan busuk yang
mengeluarkan lendir, dalam waktu 4-12 hari menjadi dewasa. Kotoran kuda,
14
babi, ayam, sapi, kotoran manusia dan saluran air kotor, sampah, kotoran got
yang membusuk, buah-buahan dan sayuran busuk, biji-bijian busuk, kertas
dan kotoran lainnya yang busuk menjadi tempat yang baik untuk berkembang
biak lalat (I Made E. Adnyana, 1985, h. 10)
1. Macam-macam Lalat
Menurut Nuraini Devi (2001 h. 1) pada saat ini dijumpai ± 60.000 –
100.000 species lalat, tetapi tidak semua species perlu diawasi karena
beberapa diantaranya tidak berbahaya terhadap kesehatan masyarakat.
Jenis lalat yang banyak sering dijumpai ialah:
a. Lalat Rumah (Mucsa domestica)
b. Lalat Kandang (Stomoxys calcitrans)
c. Lalat Hijau (Phaenicia)
d. Lalat Daging (Sarcophaga)
e. Lalat Kecil (Fannia)
2. Kebiasaan Makan
Lalat amat tertarik oleh makanan yang dimakan oleh manusia sehari
hari seperti gula, susu, dan makanan lainnya. Protein diperlukan untuk
bertelur. Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam
bentuk cair atau yang sudah hancur atau yang sudah dijadikan suspensi
atau emulsi yang mempunyai unsur yang amat halus dengan jalan
menghisap. Bahan makanan padat terlebih dahulu dilunakkan dengan
getah liur dan cairan yang berasal dari tembolok dan menghisapnya
kembali. (Kharis Yuniarto, 2003).
15
3. Kebiasaan Hinggap
Lalat sangat suka hinggap di tempat-tempat kotor seperti di
tanah, lantai, kotoran manusia maupun hewan, dan pada tempat yang
berbau merangsang. Lalat jarang sekali hinggap di dinding. Pada siang
hari yang panas seringkali ada ditempat-tempat yang sejuk, oleh
karena itu rumah yang dekat dengan pembuangan sampah banyak
ditemukan lalat. Pada malam hari lalat hinggap di semak-semak
belukar. Jika udara dingin lalat masuk ke dalam rumah dan hinggap di
tali-tali yang tergantung. Lalat hinggap pada semua makanan dan
minuman di atas meja, merayap di atas peralatan, menyentuh apa saja
dengan lidahnya yang basah dan kakinya yang berbulu. (Kharis
Yuniarto, 2003).
4. Jarak terbang lalat
Dirjen PPM dan PLP (1991, h. 3) menerangkan bahwa jarak
terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan yang tersedia,
rata – rata 6-9 km, kadang-kadang dapat mencapai 19-20 km dari
tempat berbiaknya.
5. Masa hidup lalat
Lama kehidupan lalat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain: makanan, air, dan musim. Ketiga faktor tersebut dapat menjadi
faktor yang menentukan masa hidup lalat.
16
Dengan tersedia cukup makanan pada tempat hidup lalat, akan
mendukung proses perkembangbiakannya. Demikian pula yang
penting dalam kehidupan lalat dewasa. Tanpa adanya air lalat dapat
bertahan hidup tak lebih dari 48 jam.
Keadaan musim juga sangat berpengaruh bagi kehidupan lalat.
Musim yang sesuai dengan kehidupan lalat adalah musim kemarau
atau musim panas. Pada musim panas masa hidup lalat pada umumnya
antara 2-4 minggu, jika semua kebutuhannya tercukupi. Pada musim
dingin bisa mencapai 70 hari.
6. Sifat-sifat Lalat
Sifat-sifat lalat digolongkan menjadi dua yaitu bersifat diurnal
atau aktif pada siang hari dan bersifat nocturnal atau aktif paad malam
hari. Beberapa sifat lalat yang terpenting adalah:
“1. lalat suka hidup di sekitar tempat yang kotor, misal pada kotoran
manusia, kotoran hewan ataupun sampah, 2. untuk perkembangan lalat
membutuhkan udara panas yang lembab serta tersedianya bahan
makanan yang cukup, 3. lalat tertarik pada bau-bauan yang basah dan
bau dari makanan atau minuman yang merangsang, 4. lalat tertarik
pada cahaya lampu, 5. lalat takut pada warna biru”. (Suwarno, 2008)
7. Temperature dan Kelembaban
Menurut Ditjen PPM dan PLP (1991, h.4) Lalat mulai terbang
pada temperature 15°C dan aktifitas optimumnya pada temperature
210C. pada temperature di bawah 7,5°C tidak aktif dan diatas 45°C
17
terjadi kematian pada lalat. Kelembaban erat hubungannya dengan
temperature setempat.
8. Sinar dan Cahaya
Menurut Ditjen PPM dan PLP (1991, h.5) Lalat merupakan
serangga yang bersifat fototropik, yaitu menyukai sinar. Pada malam
hari tidak aktif namun bisa aktif dengan adanya sinar buatan. Efek lalat
pada sinar tergantung sepenuhnya pada temperatur dan kelembaban.
F. Upaya Pengendalian lalat
Upaya pengendalian terhadap lalat cenderung hanya untuk membunuh
lalat saja yang dalam waktu relatif singkat populasi lalat akan menurun. Lalat-
lalat yang masih tertinggal dan hidup apabila menemukan tempat-tempat
untuk berkembangbiak, suatu saat akan mampu membentuk populasi baru
sehingga upaya pengendalian akan sia-sia (Ditjen PPM dan PLP, 1991. h.5)
Pengendalian lalat seharusnya tidak hanya ditujukan pada populasi lalat
dekat manusia saja, tetapi juga harus pada sumber-sumber tempat
berkembangbiaknya lalat. Kepentingan pengendalian lalat adalah berhubungan
dengan kesehatan manusia, maka sasaran yang akan diukur kepadatan lalatnya
adalah lokasi yang berdekatan dengan kehidupan manusia.
Kegiatan pengendalian lalat bertujuan untuk mengadakan upaya atau
mengurangi adanya lalat sampai serendah-rendahnya, sehingga tidak sampai
menyebarkan penyakit. Agar pengendalian dapat memberikan hasil yang
memuaskan maka perlu didahului dengan survey untuk mendapatkan data-data
18
mengenai kepadatan lalat, kerentanan lalat terhadap racun serangga, fluktuasi
dari kepadatan lalat dan perilaku lalat.
Cara-cara mengenai pengendalian lalat antara lain:
1. Dengan sanitasi lingkungan dan hygiene
Perbaikan atau penyempurnaan sanitasi lingkungan merupakan
dasar pengendalian yang sebenarnya dan penggunaan bahan kimia
adalah suatu alat tambahan saja.
Menurut Achmad Isfarain (1992, h. 15) tujuan pengendalian lalat
dengan sanitasi lingkungan sebenarnya adalah untuk mengurangi atau
menghilangkan tempat-tempat perindukan lalat dengan mengurangi
sumber yang memungkinkan bagi lalat untuk berkembangbiak. Upaya
yang dapat dilakukan adalah:
a. Menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan perumahan, TTU
seperti pasar, rumah sakit, bioskop dan lain-lain.
b. Pengaturan sistem pengumpulan sampah pada tempat-tempat
pembuangan sampah sementara dengan cara baik. Melakukan
pembuangan sampah yang memenuhi syarat kesehatan yaitu
dengan cara pembuangan sampah pada tempatnya dan tempat
sampah yang tertutup.
c. Perlindungan makanan, perkakas dan manusia kontak dengan lalat.
Terutama dalam rumah dapat dipasang kassa pada pintu dan
jendela. Setiap lubang pada dinding dan lantai tertutup. Perlu juga
19
diperhatikan untuk toko, pasar (daging, ikan, buah-buahan, gula-
gulaan, susu, minuman).
d. Meningkatkan pendidikan dan peran serta masyarakat dalam
program sanitasi lingkungan dengan kerja sama antara kelompok
masyarakat dan pengumpulan serta pembuangan sampah yang
terorganisir.
2. Dengan cara biologi
Menurut Achmad Isfarain (1992, h.17) pengendalian lalat
dengan cara biologi umumnya dengan menggunakan parasit lalat,
walaupun juga ada predatornya. Parasit lalat yang efektif adalah
bakteri yaitu Bacterium delendae-muscae.
3. Dengan cara non kimia
Menurut Achmad Isfarain (1992, h.13-19) cara ini sangat
sederhana sekali yaitu dengan menangkap lalat mempergunakan
perangkap yang berisi umpan atau lampu sebagai daya tariknya, bisa
juga dengan kertas perekat lalat.
Cara lain membunuh lalat, memakai pembunuh listrik
(electrocutros), yang digabungkan dengan pendaya tarik. Alat ini biasa
dijumpai pada toko-toko penjual daging, ikan dan sebagainya.
Terakhir yang sangat sederhana adalah dengan menggunakan pemukul
lalat (flyswatters).
20
4. Dengan cara kimia atau insektisida
Menurut Yos Sutiyoso dan Achmad Isfarain (1992, h.13-19)
kadangkala populasi lalat sedemikian tinggi dan keseimbangan
biologis belum kunjung tercapai. Salah satu tindakan alternatif adalah
menggunakan insektisida, tanpa meninggalkan konsep pemberantasan
hama secara terpadu, dengan cara budidaya, biologis, maupun cara
lain.
Pengendalian lalat secara kimia dengan menggunakan pstisida
yang dicampur dengan umpan yang menarik lalat, misalnya diberi
gula, tetes tebu dan sebagainya maupun komponen kimia yang telah
diuji dapat meningkatkan tertariknya lalat pada umpan. Bahan-bahan
kimia yang biasa dilakukan antara lain: Diazinon, Malathion,
Chlordane, DDT, Nalet, Dimethoate.
Pengendalian dengan bahan kimia ini diterapkan apabila cara-
cara lain tidak potensial menyelesaikan masalah pengendalian. Sistem
ini bersifat sementara karena kemungkinan timbulnya resistensi
(kekebalan) lalat terhadap insektisida dan timbulnya populasi atau
gangguan pada manusia, hewan serta lingkungan.
21
G. Kerangka teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Studi Kepadata Lalat di Pasar Randudongkal
Faktor
lingkungan
• Suhu
• Kelemba
ban
• Musim
• Pencaha
yaan
Kepadatan lalat
Fly grill
Jenis dagangan
• Daging
• Ikan
• Sayuran
Rendah
Pasar
Sedang Tinggi Sangat tinggi
Upaya pengendalian
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Pikir
1. Kerangka pikir
Gambar 3.1 Kerangka Pikir Studi Kepadata Lalat di Pasar Randudongkal
INPUT
Faktor
lingkungan
- Kelembaban
- Suhu
- Musim
- Cahaya
Jenis dagangan
di Pasar
- Daging
- Ikan
- Sayuran
Kebijaksanaan
- Peraturan
/tata tertib
PROSES
Pelaksanaan
Pengukuran
Kepadatan lalat
- Tempat
- Waktu
- Teknik/Cara
OUTPUT
Kepadatan lalat di Pasar
Randudongkal Kabupaten
Pemalang
- Sangat tinggi
- Tinggi
- Sedang
- Rendah
UPAYA PENGENDALIAN
22
23
2. Difinisi operasional
No Variabel Definisi
Oprasional
Indikator Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
1 Kelembaban Keadaan basah
keringnya
udara di lokasi
tempat
penelitian
Basah keringnya
udara
Pengukuran hygrometer Di
nyatakan
dalam
Satuan
prosen (%)
2 Suhu udara Panas
dinginnya
udara di lokasi
penelitian
Panas dan
dinginnya udara
Pengukuran Termometer Di
nyatakan
dalam
satuan ºC
3 Musim Keadaan iklim
di lokasi
penelitian
Musim panas
atau penghujan
Observasi Melihatkkeadaan
musim yang
terjadi
Penghujan
dan
Kemarau
4 Pencahayaan Jumlah
penyinaran
pada suatu
bidang kerja
Memenuhi
syarat apabila
>100 lux.
Tidak memenuhi
syarat apabila
<100 lux
Pengukuran Lux meter Di
nyatakan
dalam
satuan lux
5 Kepadatan
lalat
Per ekor per
block grill 30
detik, dihitung
5 perhitungan
tertinggi dan
di jadikan rata-
rata
Rendah: 0-2
Sedang: 3-5
Tinggi : 6-20
Sangat tinggi :
>21
Pengukuran Fly grill Jumlah
lalat yang
hinggap di
fly grill
6 Kebijakan
atau peraturan
peraturan yang
dibuat oleh
pihak pasar
dan sudah
disetujui oleh
para pedagang
dan harus
ditaati oleh
pedagang
a).Peraturan
b).perundangan
Wawancara Kueswioner a). Ada
b).Tidak
ada
24
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan melakukan
pengukuran kepadatan lalat, menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dan
merumuskan upaya pengendalian lalat.
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Waktu penelitian
a. Tahap persiapan
Tanggal Desember 2009 - Februari 2010.
b. Tahap pelaksanaan
Tanggal Maret 2010 - April 2010.
c. Tahan penyelesaian
Tanggal Mei 2010 - Juni 2010.
2. Lokasi penelitian
Pada penelitian ini penulis mengambil lokasi di Pasar
Randudongkal Jl. Gatot Subroto Randudongkal Pemalang.
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah kepadatan lalat di tempat penjualan
daging, ikan, sayuran-sayuran, makanan masak, dan TPS serta pengukuran
dilakukan pada jam yang sama yaitu jam 09.00 – 11.00 WIB di Pasar
Randudongkal Kabupaten Pemalang.
25
E. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Kepadatan lalat
b. Suhu
c. Kelembaban
d. Pencahayaan
e. Upaya pengendalian lalat
2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Diperoleh secara langsung pada saat kegiatan dilakukan, meliputi
1) Pengamatan kepadatan lalat
2) Pengukuran temperature udara dan kelembaban
b. Data Sekunder
Diperoleh dari hasil wawancara dengan kepala pasar Randudongkal
dan petugas, meliputi
1) Luas pasar
2) Jumlah petugas pasar
3) Jumlah pedagang
4) Jumah peralatan kebersihan
5) Denah pasar
6) Lokasi
7) Struktur organisasi
26
3. Cara Pengumpulan data
a. Wawancara
Wawancara dilakukan langsung oleh peneliti dengan bantuan
kuesioner yang ditujukan kepada petugas pasar.
b. Observasi dan Pengukuran
Observasi dilakukan dengan bantuan check list, sedangkan pengukuran
dilakukan dengan cara : Fly grill dilempar pada tempat – tempat yang
telah ditentukan pada daerah yang akan diukur. Sedikitnya pada setiap
lokasi dilakukan 10 kali perhitungan per 30 detik dan 5 perhitungan
yang tertinggi dibuat rata –ratanya dan dicatat dalam kartu pencatat.
Pengukuran dilakukan pada jam 09.00 - 11.00 WIB.
4. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Kuesioner
b. Checklist
F. Pengolahan data
Pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabulating,
yaitu memasukan data yang telah dikelompokkan dalam tabel.
G. Analisis Data
Analisis data penelitian ini menggunakan analisis tabel dan
membandingkan antara hasil pengukuran kepadatan lalat yang telah dilakukan
dengan interpretasi data hasil pengukuran kepadatan lalat.
27
BAB IV
HASIL
A. Gambaran Umum Pasar
1. Keadaan Geografis
Pasar Randudongkal merupakan salah satu pasar di Kabupaten
Pemalang yang berada di wilayah Desa randudongkal Kecamatan
Randudongkal Kabupaten Pemalang. Pasar Randudongkal merupakan
pasar yang cukup ramai karena di samping lokasinya sangat strategis yaitu
di pinggir jalan raya jurusan Pemalang - Purwokerto, sarana
transportasinya juga mudah dan lancar, sehingga masyarakat umum mudah
mencapai pasar dengan berbagai macam sarana transportasi.
Berdasarkan tingkat pendapatan / retribusi pasar, kondisi bangunan dan
lokasi bangunan, pasar tersebut termasuk dalam klasifikasi pasar Kelas I,
dibangun di atas tanah seluas 17.802 m², status kepemilikan pasar adalah
milik Pemerintah Kabupaten Pemalang. Bangunannya terdiri atas
bangunan petak toko dan los disamping areal parkir yang cukup, dengan
perincian:
1) Petak toko, sebanyak : 264 unit.
2) Los, terdiri dari :
a) Los inpres, sebanyak : 3 unit
b) Los APBD, sebanyak : 7 unit
c) Los Swadaya, sebanyak : 8 unit
28
Kegiatan pasar dimulai dari pukul 04.30 - 17.30 W1B dan setiap
harinya buka, kecuali pada hari selasa, jum’at dan minggu yang
merupakan hari pasaran dimulai pikul 04.00 WIB. Adapun batas - batas
wilayah Pasar Randudongkal sebagai berikut :
Sebelah Utara : Pertokoan dan pemukiman penduduk
Sebelah Timur : Jalan Raya Randudongkal – Belik dan pertokoan
Sebelah Selatan : Terminal lama Randudongkal dan pertokoan
Sebelah Barat : Pertokoan dan pemukiman penduduk
2. Struktur Organisasi dan Ketenagaan di Pasar Randudongkal
Jumlah keseluruhan tenaga yang ada di Pasar Randudongkal
sebanyak 36 orang. Dengan status kepegawaiannya terdiri dari Pegawai
Negeri Sipil 28 orang dan harian lepas (Honorer) 8 orang, diantara 36
orang pegawai tersebut 20 orang sebagai tenaga kebersihan, yang bertugas
menyapu, membersihkan pasar, mengumpulkan dan mengangkut sampah
dari pasar ke TPS.
Keadaan pegawai berdasarkan jenis pekerjaan dan status
kepegawaiannya dapat dilihat pada tabel 4.1.
29
Tabel 4.1
JUMLAH PEGAWAI BERDASARKAN JENIS PEKERJAAN DAN
STATUS KEPEGAWAIAN DI PASAR RANDUDONGKAL KECAMATAN
RANDUDONGKAL KABUPATEN PEMALANG
TAHUN 2010
NO
TINGKAT
PENDIDIKAN
STATUS
JUMLAH PNS HONORER
1
2
3
4
Kepala Pasar
Petugas Retribusi
Petugas Kebersihan
Petugas Satpam
1
4
16
7
-
-
4
4
1
4
20
11
JUMLAH 28 8 36
Sumber: Kantor Pasar Randudongkal
3. Jumlah Pedagang
Secara keseluruhan jumlah pedagang di Pasar Randudongkal
sebanyak 1.395 pedagang dengan 14 jenis usaha dan jasa. Jumlah
pedagang dibagi menjadi 2 jenis yaitu pedagang tetap dan pedagang tidak
tetap. Jenis dagangan yang diperjualbelikan di Pasar Randudongkal
meliputi kebutuhan pokok sehari-hari seperti ikan basah, ikan asin, daging,
ayam potong, sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, makanan matang,
bumbu-bumbu, barang kelontong bahkan pakaian dan masih banyak yang
lain.
4. Pengangkutan Sampah di Pasar Randudongkal
Sampah di Pasar Randudongkal dihasilkan oleh pedagang dan
pengunjung pasar yang ada di Pasar Randudongkal. Jenis sampah yang
dihasilkan adalah sampah basah dan sampah kering. Sampah basah berupa
sisa makanan dan sisa penjualan sayuran (daun - daunan), sedangkan
30
sampah kering berupa kertas, plastik dan kaleng bekas. Type tempat
sampah yang ada terbuka dan terbuat dari bahan kayu.
Tenaga kebersihan yang bekerja di Pasar Randudongkal jumlahnya
20 orang untuk membersihkan pasar yang luasnya 17.802m² dengan
frekuensi pengumpulan sampah satu kali sehari. Adapun waktu
pengumpulan sampah antara pukul 08.00 - 11.00 WIB dan 13.00 - 05.00
WIB.
Pengumpulan sampah dilakukan dengan mengumpulkan sampah -
sampah yang berserakan di sekitar tempat berjualan kemudian dimasukkan
ke dalam keranjang bambu. Pengangkutan sampah dari pasar ke tempat
penampungan sampah sementara tidak menggunakan gerobak sampah
tetapi dengan keranjang bambu yang dibawa oleh petugas kebersihan.
Tempat pembuangan sampah sementara Pasar Randudongkal lokasi di
sebelah Selatan Pasar dengan volume penampungan 5x10m².
Pengangkutan sampah dari tempat pembuangan sampah sementara
ke tempat pembuangan akhir sampah bukan tanggung jawab Pasar
Randudongkal melainkan tanggung jawab Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Pemalang. Alat angkut yang digunakan berupa
truk sampah yang tidak tertutup dengan kapasitas 6m³ yang jumlahnya 1
buah.
31
5. Sarana Kesehatan Lingkungan
Pasar Randudongkal dilengkapi dengan sarana kesehatan
lingkungan berupa kamar mandi dan WC yang jumlahnya 3 buah.
Kebutuhan air bersih berasal dari air PDAM dan sumur gali. Kondisi
saluran pembuangan air limbah yang masih terbuka sehingga dapat dilihat
aliran yang tidak lancer dan terlihat adanya genangan air kotor sehingga
mempengaruhi kepadatan lalat karena genangan air tersebut menimbulkan
bau kurang sedap yang menarik lalat untuk dating dan hinggap di tempat
tersebut.
Sarana kebersihan yang tersedia di Pasar Randudongkal berupa sapu lidi,
sekop, cikrak, cangkul, keranjang sampah dan TPS untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dalam tabel 4.2
Tabel 4.2
SARANA KEBERSIHAN DI PASAR RANDUDONGKAL
KEC. RANDUDONGKAL KAB. PEMALANG
TAHUN 2010
NO JENIS ALAT JUMLAH (BUAH) KONDISI
1
2
3
4
5
Gerobak
Sekop
Cangkul
Cikrak
Sapu lidi
6
4
3
4
12
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
JUMLAH 29 Baik
Sumber : Kantor Pasar Randudongkal
32
B. Gambaran Khusus Pasar
Data khusus ini memuat data - data mengenai kepadatan lalat yang
diperoleh dan hasil pengukuran pada masing - masing titik pengukuran di
Pasar Randudongkal dan data - data kondisi fisik yang meliputi temperatur
udara, pencahayaan dan kelembaban udara di Pasar Randudongkal.
Tempat - tempat yang menjadi titik - titik pengukuran yaitu pada lokasi
penjualan daging (A), lokasi penjualan ikan (B), lokasi penjualan buah -
buahanan (C), lokasi penjualan sayuran (D), lokasi penjualan masakan jadi
(E), lokasi pembuangan sampah sementara (F).
1. Kepadatan Lalat di Pasar Randudongkal
Pengukuran kepadatan lalat di Pasar Randudongkal dilakukan
dengan menggunakan Fly Grill ukuran 80cm2. Hasil pengukuran yang
dilakukan selama 4 hari pengamatan pada masing - masing lokasi
pengukuran diperoleh hasil pengukuran rata - rata seperti yang ada dalam
tabel 4.3
Tabel 4.3
PENGUKURAN RATA - RATA KEPADATAN LALAT
DI PASAR RANDUDONGKAL KABUPATEN PEMALANG
TAHUN 2010 NO TEMPAT PENJUALAN TINGKAT KEPADATAN
LALAT
(ekor/blok grill)
RATA-
RATA
(ekor/bl
ok grill) I II III IV
1 Daging 7 5 7 8 7
2 Ikan 6 9 6 11 8
3 Buah – buahan 3 4 3 4 4
4 Sayuran 4 4 4 5 5
5 Makanan jadi 2 2 2 2 2
33
6 TPS 14 15 10 20 15
Rata-rata 6 7 6 9 7
Keterangan :
I
II
III
IV
:
:
:
:
Pengukuran hari ke-1: 7 April 2010
Pengukuran hari ke-2: 8 April 2010
Pengukuran hari ke-3: 9 April 2010
Pengukuran hari ke-4: 10 April 2010
2. Temperatur Udara di Pasar Randudongkal
Pengukuran temperatur udara dilakukan pada pukul 09.00 - 11.00
WIB. Pengukuran dilakukan pada tempat penjualan dengan titik - titik
yang berubah. Hasil pengukuran temperatur udara dapat dilihat pada tabel
4. 4
Tabel 4.4
HASIL PENGUKURAN TEMPERATUR UDARA
DI PASAR RANDUDONGKAL KABUPATEN PEMALANG
TAHUN 2010 NO TEMPAT PENJUALAN KEADAAN SUHU UDARA
(°C) RATA-
RATA
I II III IV
1 Daging 28 29 28 29 29
2 Ikan 29 29 29 28 29
3 Buah – buahan 30 29 30 29 30
4 Sayuran 29 28 28 30 29
5 Makanan jadi 30 30 30 29 30
6 TPS 29 28 28 30 29
Rata-rata 29 28 28 29 29
Keterangan :
I
II
III
IV
:
:
:
:
Pengukuran hari ke-1: 7 April 2010
Pengukuran hari ke-2: 8 April 2010
Pengukuran hari ke-3: 9 April 2010
Pengukuran hari ke-4: 10 April 2010
34
3. Kelembaban Udara di Pasar Randudongkal
Pengukuran kelembaban udara dilakukan bersamaan dengan
pengukuran temperatur. Pengukuran ini dilakukan pada masing - masing
kelompok penjualan selama 4 hari pengamatan.
Tabel 4.5
HASIL PENGUKURAN KELEMBABAN UDARA
DI PASAR RANDUDONGKAL KABUPATEN PEMALANG
TAHUN 2010 NO TEMPAT PENJUALAN KELEMBABAN UDARA (%) RATA-
RATA I II III IV
1 Daging 85 86 85 91 89
2 Ikan 90 91 85 86 88
3 Buah – buahan 84 92 91 83 88
4 Sayuran 91 83 85 85 86
5 Makanan jadi 87 85 85 92 88
6 TPS 85 86 85 91 87
Rata-rata 87 87 86 88 88
Keterangan :
I
II
III
IV
:
:
:
:
Pengukuran hari ke-1: 7 April 2010
Pengukuran hari ke-2: 8 April 2010
Pengukuran hari ke-3: 9 April 2010
Pengukuran hari ke-4: 10 April 2010
4. Hasil pengukuran pencahayaan (lux)
Pengukuran pencahayaan pada saat pengukuran kepadatan lalat di
Pasar Randudongkal dilakukan selama 4 (empat) hari berturut-turut. Hasil
pengukuran pencahayan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6
35
Tabel 4.6
HASIL PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN
DI PASAR RANDUDONGKAL KABUPATEN PEMALANG
TAHUN 2010 NO TEMPAT PENJUALAN INTENSITAS CAHAYA (lux) RATA-
RATA I II III IV
1 Daging 552 560 558 561 557
2 Ikan 108 108 110 110 109
3 Buah – buahan 596 601 603 597 559
4 Sayuran 156 170 160 170 164
5 Makanan jadi 503 502 505 505 503
6 TPS 3400 3410 3435 3400 3411
Rata-rata 885 891 895 890 890
Keterangan :
I
II
III
IV
:
:
:
:
Pengukuran hari ke-1: 7 April 2010
Pengukuran hari ke-2: 8 April 2010
Pengukuran hari ke-3: 9 April 2010
Pengukuran hari ke-4: 10 April 2010
36
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Umum
Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan yang dilakukan diperoleh
hasil sebagai mana yang telah diuraikan di atas, maka penulis membahas hasil
penelitian menjadi dua pokok pembahasan umum dan pembahasan khusus.
1. Kondisi Geografis
Dengan melihat keadaan wilayah Pasar Randudongkal yang
berdekatan dengan pemukiman penduduk maka sebaiknya penduduk
sekitar Pasar Randudongkal dan pedagang untuk menjaga kebersihan
lingkungan sekitar karena lalat sangat suka hinggap di tempat – tempat
yang kotor seperti: kotoran manusia, kotoran hewan, ataupun tumpukan
sampah.
2. Struktur Organisasi dan Ketenagaan
Struktur organisasi Pasar Randudongkal sudah ada, tetapi struktur
organisasi pengelolaan sampah Pasar Randudongkal belum ada. Sebaiknya
struktur organisasi pengelolaan sampah juga dibentuk sehingga kegiatan
pengelolaan sampah pasar akan lebih terorganisasi dan terkontrol.
Tabel 4.1 diketahui jumlah tenaga kebersihan yang ada di Pasar
Randudongkal sebanyak 20 orang.
37
3. Jumlah Pedagang
Jumlah pedagang yang berjualan di Pasar Randudongkal sebanyak
1.395 pedagang yang menempati kios - kios dan los. Pada kenyataan
masih banyak pedagang yang berjualan di luar kios ataupun los pasar yaitu
dipinggir jalan sekitar pasar sehingga menyebabkan kemacetan lalu lintas
dan terlihat kesan semrawut. Sebaiknya para pedagang yang berjualan di
jalan sekitar paar direlokasikan dan diberi tempat untuk bejualan, sehingga
tidak menyebabkan kemacetan dan tidak terlihat kesan semrawut.
4. Pengangkutan Sampah di Pasar Randudongkal
Pengangkutan sampah di Pasar Randudongkal dimulai setelah dilakukan
pengumpulan sampah. Semua sampah dimasukkan ke truk sampah
kemudian dilakukan pengangkutan ke tempat pembuangan akhir sampah
dengan menggunakan truk sampah yang tidak tertutup. Hal ini dapat
menimbulkan tercecernya sampah dalam truk.
Pengangkutan sampah di Pasar Randudongkal masih perlu diperhatikan
terutama pada kendaraan pengangkut yang digunakan. Pengangkutan
sampah dilakukan dengan alat - alat pengangkut sampah termasuk truk dan
gerobak sampah. Dasar- dasar pengangkutan sampah adalah :
a. Alat atau kendaraan pengangkut harus tertutup agar sampah tidak
tercecer.
b. Pengangkutan harus disesuaikan dengan besarnya kendaraan pengakut
dan banyaknya sampah yang harus diangkut.
38
5. Sarana Sanitasi Lingkungan
Kamar mandi dan WC yang tersedia di Pasar Randudongkal sebaiknya
dibersihkan setiap hari dan lantai yang rusak segera diperbaiki sehingga air
tidak tergenang karena genangan air tersebutdapat digunakan sebagai
tempat perindukan lalat.
Saluran pembuangan air kotor sebaiknya dibuat tertutup karena
saluran tersebut digunakan untuk membuang limbah cair yang berasal dari
los daging, ikan, warung makan dan kamar mandi atau WC.
Sarana kebersihan yang telah tersedia sebaiknya dijaga dengan baik
dan untuk TPS diusahakan sampah terangkut habis ke TPA, dibuatkan
tutup sehingga sampah tidak tercecer dan tidak menimbulkan bau.
B. Pembahasan Khusus
1. Kepadatar lalat di Pasar Randudongkal
a. Kepadatan lalat per lokasi
1) TPS
Pada tabel 4.3 dapat diketahui hasil pengukuran kepadatan
lalat pada masing-masing lokasi pengukuran. Pada tempat
penampungan sampah sementara (TPS) diperoleh kepadatan lalat
15 ekor per block grill. Kepadatan lalat pada lokasi ini termasuk
dalam kategori padat (tinggi), karena berkisar 6-20 ekor sehingga
perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat berkembangnya
Ialat seperti pada tumpukan sampah dengan cara membuatkan
39
tutup pada TPS yang ada serta diusahakan setiap hari sampah
terangkut habis ke TPA agar tidak memberikan kesempatan lalat
untuk bekembang biak. dan bila perlu direncanakan upaya
pengendalian, dengan cara penyemprotan residual. (Ditjen PPM
dan PLP 1991, h. 10)
2) Lokasi Penjualan Daging
Pada los daging diperoleh rata - rata kepadatan Ialat 7 ekor per
block grill. Hal ini menunjukkan kepadatan Ialat di lokasi
penjualan daging masuk dalam kategori padat/tinggi. Kepadatan
lalat di penjualan daging tinggi karena jenis sampah yang
dihasilkan sisa-sisa potongan dan kotoran yang menyebabkan
lalat untuk datang dan hinggap serta berkembang biak.
Hal ini perlu diatasi dengan cara menjaga kebersihan
lingkungan di sekitar lokasi penjualan daging. (Ditjen PPM dan
PLP 1991, h. 9)
3) Lokasi Penjualan Ikan
Pada los ikan diperoleh rata - rata kepadatan Ialat 8 ekor per
block grill. Hal ini menunjukan kepadatan Ialat di lokasi
penjualan ikan masuk dalam kategori padat/tinggi. Kepadatan
lalat tinggi karena bau ikan dan kotoran yang khas sehingga lalat
suka pada tempat tersebut dan hinggap.
40
Hal ini perlu diatasi dengan cara menjaga kebersihan
lingkungan di sekitar lokasi penjualan ikan. (Ditjen PPM dan PLP
1991, h. 9)
4) Lokasi Penjualan Sayur - sayuran
Kepadatan Ialat di lokasi penjualan sayuran diperoleh rata - rata
5 ekor per block grill, yang berarti di lokasi ini termasuk kategori
sedang karena kepadatannya antara 3-5 ekor. Di lokasi ini
kepadatannya sedang karena adanya sampah-sampah sayuran
yang mudah membusuk terutama pada lokasi penjualan sayur kol.
(Ditjen PPM dan PLP 1991, h. 9)
5) Lokasi Penjualan Buah - buahan
Buah-buahan yang dijual pada lokasi ini sebagian besar buah
jeruk dan pisang. Kepadatan lalat di lokasi penjualan buah-buahan
rata-rata 4 ekor per block grill. Di lokasi ini kepadatannya sedang
karena adanya sampah buah-buahan membusuk yang terdapat
dalam tempat sampah yang masih terbuka, sehingga perlu
dibuatkan tutup pada tempat sampah. (Ditjen PPM dan PLP 1991,
h. 9)
6) Lokasi Penjualan Makanan Jadi
Pada lokasi ini diperoleh rata - rata kepadatan lalat 2 ekor per
block grill. Kepadatan lalat di lokasi ini tidak menjadi masalah,
karena masuk dalam kategori rendah. Pada lokasi ini semua
makanan masak yang dijual dimasukkan dalam tempat-tempat
41
yang tertutup kaca dan sampah sisa makanan segera dibuang
sehingga lalat relatif sedikit pada lokasi ini. (Ditjen PPM dan PLP
1991, h. 9)
b. Kepadatan Lalat secara umum
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil pengukuran kepadatan
lalat selama pelaksanaan pengukuran yang dilanjutkan dengan
perhitungan rata - rata kepadatan lalat selama 4 hari dan rata – rata
pada masing - masing lokasi pengukuran, maka diperoleh hasil rata -
rata kepadatan lalat di Pasar Randudongkal Kec. Randudongkal Kab.
Pemalang sebesar 7 ekor per block grill. Kepadatan lalat tersebut
termasuk dalam kategori padat/tinggi, unluk itu perlu dilakukan upaya
pengamanan terhadap tempat berbiaknya lalat seperti pada tumpukan
sampah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan di
sekitar pasar, penyediaan sarana kebersihan seperti tempat sampah
yang tertutup, memperbesar volume TPS sehingga sampah tidak
berserakan di luar TPS, membuat tutup pada TPS, serta pemasangan
slogan yang berisi anjuran untuk menjaga kebersihan agar tumbuh
kesadarah penjual dan pembeli untuk ikut menjaga kebersihan.
2. Faktor - faktor yang mempengaruhi kepadatan lalat di Pasar Randudongkal
Setelah diadakan pengamatan dan pengukuran kepadatan lalat
diketahui faktor - faktor yang mempengaruhi kepadatan lalat di Pasar
Randudongkal adalah :
42
a. Cuaca (temperatur udara dan kelembaban udara)
Suhu udara rata-rata di pasar mencapai 29 °C sehingga lalat pada
suhu tersebut dapat beraktifitas secara optimum, karena temperatur
yang disukai lalat berkisat antara 21 °C – 32 °C. Kelembaban udara
antara 88% mendekati 90% karena pada temperatur tsb lalat beraktifitas
secara optimum. (Ditjen PPM dan PLP 1991, h. 5)
b. Kondisi Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan di Pasar Randudongkal perlu diperhatikan
oleh pihak pengelola pasar maupun pengunjung. Kesadaran untuk
membuang sampah pada terapatnya dan menjaga kebersihan di
lingkungan sekitar pasar masih perlu ditingkatkan. Pembuangan sampah
yang sembarangan berakibat lingkungan kotor yang dapat mengundang
lalat. Kondisi sanitasi lingkungan yang baik akan mengurangi
kepadatan lalat.
3. Upaya pengendalian lalat
Upaya pengelola pasar dalam pengendalian lalat dengan menangani
sampah dengan baik dan benar juga merupakan usaha dalam pengendalian
lalat yang cukup baik, akan lebih optimal jika pihak pengelola pasar
bekerja sama dengan insntansi terkait untuk melakukan pengendalian lalat
dengan cara penyemprotan dengan menggunakan bahan kimia/insektisida.
43
BABVI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kepadatan lalat rata - rata di Pasar Randudongkal adalah 7ekor/block grill
sehingga termasuk dalam katogori tinggi.
2. Kepadatan lalat di TPS 15 ekor/block grill, di lokasi penjualan daging 7
ekor/block grill, di lokasi penjualan ikan 8 ekor/block grill, di lokasi
penjualan sayur - sayuran 5 ekor/block grill, dan di lokasi penjualan buah -
buahan 4 ekor/block grill.
3. Faktor-faktor yang mendukung tingkat kepadatan lalat di Pasar
Randudongkal meliputi Suhu udara rata-rata mencapai 29 °C sehingga
lalat pada suhu tersebut dapat beraktifitas secara optimum, karena
temperatur yang disukai lalat berkisat antara 21 °C – 32 °C. Kelembaban
udara antara 88% mendekati 90% karena pada temperatur tsb lalat
beraktifitas secara optimum.
4. Upaya pengendalian yang dilakukan dalam memgendalikan lalat di Pasar
Randudongkal dengan cara memelihara kebersihan lingkungan yaitu
dengan mengumpulkan dan membersihkan sampah yang ada dengan
gerobag yang langsung ditampung di TPS, kemudian langsung dibuang ke
TPA dalam sehari 1 (satu) kali pembuangan.
44
B. Saran
1. Membuatkan tutup pada TPS, sehingga sampah tidak berserakan disekitar
TPS, dan diusahakan sampah dari TPS terangkut habis ke TPA sehingga
tidak memberikan kesempatan lalat untuk berkembang biak.
2. Perbaikan sarana sanitasi lingkungan di Pasar Randudongkal, seperti
menutup saluran air kotor yang masih terbuka.
3. Bagi pedagang dan pengunjung pasar untuk ikut serta menjaga kebersihan
pasar dengan tidak membuang sampah sembarangan.
4. Pemasangan slogan yang berisi anjuran untuk menjaga kebersihan agar
tumbuh kesadaran penjual dan pembeli untuk ikut menjaga kebersihan
pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Isfarain. 1992. Pengendalian Lalat Pest Control Indonesia Edisi
Februari. Jakarta: Rineka Cipta
_______ . 1992. Pest Control Indonesia. Jakarta : IPPHAMI
Adang Iskandar. et.al. 1985. Pemberantasan Serangga dan Binatang
Pengganggu. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Anonim. 2010. Pasar. http://www.id.wikipedia.org/.wiki/pasar. Diakses 29
Januari 2010
Azrul Azwar. 1987. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Mutiara
Sumber Widya
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Dewi Nur Janah. 2010. Perbedaan Kepadatan Lalat. Http://
http://www.wikipedia.org/wiki/Perbedaan_.Kepadatan_Lalat. Diakses
tanggal 1 Januari 2010
Indonesia. 1991. Direktorat Jenderal PPM&PL Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 1994. Petunjuk Teknis Tentang Pemberantasan Lalat. Jakarta:
Depkes RI.
Nurmaini. 2010. Identifikasi Vektor dan Binatang Pengganggu serta
Pengendalian Anopheles Achonitus Secara Sederhana.
Http://www.edukasi.net. Diakses tanggal 11 Januari 2010
Reksosoebroto, Soebagio. 1978. Hygiene dan Sanitasi. Jakarta : Akademi
Kesehatan Teknologi Sanitasi
Saruji, Didik. 1982. Pengelolaan Sampah. Surabaya: Instalasi Penerbit Akademi
Penilik Kesehatan Surabaya
Sudarmono dan Pratiwi Puji Lestari. 1992. Pest Control Indonesia. Jakarta:
IPPKHAMI
Sujoto Hernady. 1993. Buku Pedoman Sanitasi Tempat - Tempat Umum – A.
Purwokerto: APK - TS
Suparlan. 1994. Pedoman Pengawasan Sanitasi Tempat-tempat Umum dan
Wisata. Ujungpandang : PAM-JKL
Sutiyoso. Pengendalian Lalat dan Gangguan Terhadap Manusia dan Hewan,
Pest Control Indonesia, Edisi 2 Februari 1992
Tri Cahyono. 2009. Pedoman Penulisan Proposal Penelitian Dan Karya Tulis
Ilmiah (Edisi Revisi Pertama). Purwokerto: Jurusan Kesehatan
Lingkungan.
Wasito Sidik. 1979. Sanitasi Pembuangan Sampah Dalam Masyarakat
Perkotaan. Jakarta : Akademi Penilik Kesehatan
Lampiran 1
STUDI TENTANG KEPADATAN LALAT DI PASAR RANDUDONGKAL
KECAMATAN RANDUDONGKAL
KABUPATEN PEMALANG
TAHUN 2010
Responden : Pengelola Pasar
KUESIONER
A. DATA UMUM
1. Nama Pasar :
2. Alamat Pasar :
3. Tahun Berdiri :
4. Dasar Hukum :
5. Barang yang di jual :
6. Batas-batas wilayah Pasar
a. Batas utara :
b. Batas selatan :
c. Batas barat :
d. Batas timur :
7. Barapa luas area pasar tersebut?
8. Berapa jumlah los yang terdapat di pasar tersebut?
9. Berapa kios yang ada di pasar tersebut?
10. Berapa jumlah pedagang tetap yang ada di pasar tersebut?
11. Berapa jumlah pedagang tidak tetap yang ada di pasar tersebut?
12. Pukul berapakah aktifitas pasar tersebut dimulai?
13. Pukul berapakah akfitas pasar tersebut ditutup?
14. Pernahkah dilakukan kegiatan pengawasan lalat oleh pihak DKK setempat?
Jika dilakukan, berapa frekuensinya tiap bulan?
B. DATA KHUSUS
1. Pembuangan sampah
a. Berapa petugas yang melaksanakan pembersihan di pasar tersebut?
b. Berapa gerobak, sampah yang dihasilkan tiap harinya?
c. Apakah tersedia TPS dari pasar tersebut?
d. Berapa kali sehari pengangkutan sampah dari TPS tersebut ke TPA?
2. Peralatan kebersihan
a. Bagimana macam dan jenis peralatan kebersihan yang ada di pasar
tersebut?
b. Berapa jumlah masing-masing peralatan kebersihan yang ada di pasar
tersebut?
c. Bagaimana keadaan atau kondisi masing-masing peralatan kebersihan
yang ada di pasar tersebut?
3. Lain-lain
a. Apakah terdapat pengeras suara dan slogan tentang kesehatan lingkungan
sebagai alat penyuluhan di pasar tersebut?
Lampiran 2
STUDI TENTANG KEPADATAN LALAT DI PASAR RANDUDONGKAL
KECAMATAN RANDUDONGKAL
KABUPATEN PEMALANG
TAHUN 2010
Responden : Petugas Kebersihan
KUESIONER
A. DATA UMUM
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Mulai bekerja :
5. Alamat :
6. Pendidikan :
B. DATA KHUSUS
1. Berapa kali anda membersihkan sampah pasar?
a. 1 kali, jam…..
b. 2 kali, jam…..
c. 3 kali, jam…..
d. Lebih dari 3 kali, jam……
2. Jika gerobak penuh, apakah sampah langsung dibuang ke TPS?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah ada tempat sampah di pasar ini?
a. Ya
b. Tidak
4. Bahan tempat sampah terbuat dari apa?
a. Plastik
b. Kayu
c. Seng
d. Karet
e. Lain-lain….
5. Bagaimana type tempat sampah yang ada?
a. Terbuka
b. Tertutup
6. Apakah tempat sampah mudah untuk dilakukan pengosongan?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah ada pemisahan antara sampah basah dan sampah kering?
a. Ada
b. Tidak ada
8. Apakah anda sering menjumpai sampah berserakan di lantai atau sekitar
tempat sampah?
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah sama sekali
9. Jenis sampah apa saja yang banyak dihasilkan?
a. Sisa sayuran
b. Kulit buah
c. Sisa makanan
d. Kertas
e. Lain-lain………
10. Bagaimana type selokan air yang ada?
a. Terbuka
b. Tertutup
11. Bagaimana kondisi selokan air tersebut?
a. Baik
b. Cukup baik
c. Rusak/jelek
12. Bagaimana aliran air selokan tersebut?
a. Lancar
b. Tidak lancar
13. Apakah anda sering menjumpai sampah masuk ke dalam selokan air?
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah sama sekali
14. Jika sering/kadang-kadang, jenis sampah apa saja yang masuk ke dalamnya?
a. Sisa sayuran
b. Kulit buah
c. Sisa makanan
d. Kertas
e. Plastik
f. Lain-lain……
Lampiran 3
Cara Pengukuran Kepadatan Lalat
A. Alat
1. Fly grill
2. Stop watch
3. Alat tulis
4. Kalkulator
B. Bahan
Lalat yang akan diukur kepadatannya.
C. Cara kerja
1. Tentukan titik atau lokasi yang akan diukur.
2. Letakkan fly grill di titik yang telah ditentukan.
3. Lakukan pengukuran selama 30 detik untuk 1 kali pengukuran.
4. Hitung jumlah lalat yang hinggap di fly grill.
5. Ulangi sampai 10 kali pengukuran.
6. Hitung rata-rata jumlah lalat dari lima pengukuran tertinggi, kemudian dibagi
lima.
Lampiran 4
Fly grill
Keterangan :
Panjang fly grill : 80 cm
Lebar fly grill : 80 cm
Lebar bilah : 2 cm
Tebal bilah : 1 cm
HASIL PENGUKURAN KEPADATAN LALAT DI PASAR
RANDUDONGKAL KECAMATAN RANDUDONGKAL
KABUPATEN PEMALANG 7 APRIL s/d
10 APRIL 2010
HARI/TGL LOKASI
PENGUKURAN 30 DETIK KE… RATA-
RATA
PENGUK
URAN 5
TERTING
GI
KELEMBA
BAN (%)
TEMPE
RATUR (°
C)
CAHAYA
(lux) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KAMIS
07-4-2010
A
B
C
D
E
F
4
5
3 2
1
10
2
3
5 1
0
7
6
2
2
3
0
15
5
5
1
3
1
11
4
4
1
2
0
14
0
2
0
4
1
12
0
6
2
5
1
9
1
2
0
2
0
15
4
5
1
4
2
11
4
6
1
1
0
14
5
6
3
4
2
14
85
90
84
91
87
85
28
29
30
29
30
29
552
108
596
156
503
3400
JUMAT
08-4-2010
A
B
C
D
E
F
6
12
3
2
1
16
5
14
4
5
0
9
3
8 0
4
0
6
4
5
2
0
2 10
2
3
3
1
1
14
9
6 0
0
1
13
3
5 0
0
0
15
6
3
2
2
0
14
5
4
3
4
1 13
5
3
6
3
6 10
7
9
4
4
2
15
86
91
92
83
85
86
29
29
29
28
30
28
560
108
601
170
502
3410
SABTU
09-4-2010
A
B
C
D
E
F
5
3
1
2
3
6
9
4
3
0
2
7
7 2
2
1
1
9
6
6
2
4 0
6
8
5
2
2 1
14
2
4
3
4 0
6
3
2
1
3 1
14
5
2
0
1
1
5
4
3
1
1
1
5
2
7
0
5
3
3
7
6
3
4
2
10
85
85
91
85
85
85
28
29
30
28
30
28
558
110
603
160
505
3435
MINGGU
10-4-2010
A
B
C
D
E
F
6
12
3
6
3
15
4
13
3
3
1
19
5
10
0
6 0
15
9
9
1
5 0
17
7
7
2
5 0
20
6 5
2
2
2
19
8 3
0
1
1
15
5
5
1
0
0
18
2
2
3
3
1
19
2
3
5
2
1
20
8
11
4
5
2
20
91
86
83
85
92
91
29
28
29
30
29
30
561
110
597
170
505
3400
Keterangan : A
B
C
D
E
F
:
:
:
:
:
:
Lokasi penjualan daging
Lokasi penjualan ikan
Lokasi penjualan buah - buahan
Lokasi penjualan sayuran
Lokasi penjualan makanan jadi
TPS
STRUKTUR ORGANISASI PASAR RANDUDONGKAL
KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2010
Kepala
Unit Pengelola Pasar
Sri Wahyono, S.IP
Petugas Operasional
Satuan Pengamanan
Administrasi
1. Sugemi Suryaningsih
2. Ernawati
3. Indah Sushanti
Bendahara
Riyanto
Retribusi
1. Moch. Akrom
2. Sunarwi
1. Ibana Jai
2. Tapip Subagio
3. Durohman
4. Suhartono
5. Dahroni
6. Raono
7. Thokhirirn
Satgas K3
Kasmui
GAMBAR PENGUKURAN KEPADATAN LALAT
Gambar pengukuran cahaya Gambar Pengukuran kepadatan lalat
Gambar pencatatan lalat yang hinggap Gambar pengukuran cahaya
Gambar pengukuran suhu
GAMBAR LOKASI TITIK PENGUKURAN KEPADATAN LALAT
Gambar TPS Gambar lokasi penjualan sayuran
Gambar lokasi penjualan buah Gambar lokasi penjualan ikan
GAMBAR SARANA SANITASI DI PASAR RANDUDONGKAL
Gambar becak sampah Gambar gerobag sampah
Gambar WC umum Gambar TPS