korelasi renang.doc
TRANSCRIPT
PROPOSAL PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA POWER OTOT LENGAN, POWER OTOT TUNGKAI
DAN PANJANG TUNGKAI DENGAN PRESTASI RENANG GAYA BEBAS
PADA MAHASISWA SEMESTER III FKIP POK UTP
SURAKARTA TAHUN 2008
Oleh:
BAUT SULISTIYO
NIM. D.0506008
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN
SURAKARTA
2009
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal ini telah disetujui sebagai pola minimal dalam penyusunan skripsi
pada Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.
Disetujui :
Pembimbing I
Drs. Herywansyah.
NIPY. 150 153
Pembimbing II
Drs. Teddy Agoeng S.
NIPY. 150 1858
Mengetahui
Ketua Jurusan POK
Drs. Slamet Sudarsono, M.Pd.
NIPY. 150 159
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................. i
......................................................................................................................
Halaman Pengajuan ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 5
D. Perumusan Masalah ................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 8
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 8
1. Renang Gaya Bebas (freestyle) ......................................... 9
2. Power Otot Lengan ........................................................... 16
3. Power Otot Tungkai .......................................................... 17
4. Panjang Tungkai ................................................................ 19
B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 22
C. Perumusan Hipotesis ................................................................ 23
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 24
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 24
B. Metode Penelitian .................................................................... 24
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 25
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 25
E. Teknik Analisis Data ................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Renang adalah merupakan salah satu jenis olahraga yang dilakukan di air,
baik air tawar maupun air asin/laut. Olahraga ini dapat dilakukan mulai dari
kanak-kanak sampai orang tua, baik oleh kaum pria maupun wanita. Olah raga ini
sangat berguna sebagai alat pendidikan, sebagai rekreasi yang sehat bagi keluarga,
menanamkan keberanian percaya diri sendiri, menghilangkan pengaruh takhayul-
takhayul dan sebagai terapi yang kadang-kadang dianjurkan oleh dokter.
Dewasa ini di Indonesia sedang berusaha keras untuk meningkatkan
kualitas disegala bidang kehidupan. Salah satu bidang yang mendasar dan perlu
untuk ditingkatkan adalah sumber daya manusia yakni sebagai usaha untuk
menyongsong era yang penuh dengan tantangan dan persaingan. Sumber daya
manusia yang perlu ditingkatkan untuk saat ini menyangkut berbagai kemampuan
antara lain kemampuan fisik, mental dan spiritual sebagai bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam bentuk manusia seutuhnya.
Oahraga mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya untuk
mencapai tujuan tersebut. Maka, kegiatan perlu mendapat perhatian yang serius,
karena dengan berolahraga keselarasan kehidupan jasmani dan rokhani pada diri
manusia dapat dicapai karena olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis
untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani, rokhani, dan
sosial. Olahraga adalah alat pendidikan yang luar bisaa karena dalam olahraga
baik langsung maupun tidak langsung, aspek-aspek itu meliputi: aspek kognitif,
aspek afektif, dan aspek psikomotor, yang tidak didapat pada alat pendidikan yang
lain.
Olahraga tidak mungkin lepas dari kegiatan fisik, maka dari itu kondisi
fisik dalam olahraga didefinisikan sebagai kapasitas penampilan atlet.
Ungkapan/pernyataan yang digunakan untuk kondisi fisik dalam domain
penampilan olahraga yang tinggi adalah kesegaran jasmani. Peningkatan kondisi
fisik prima olahraga.
iv
Dalam melakukan olahraga tidak sama dengan tujuan antara individu satu
dengan individu yang lain seperti apa yang dikemukakan Mochamad Sajoto
(1999: 2), bahwa “Ada empat dasar manusia melakukan kegiatan olahraga,
pertama olahraga untuk rekreasi, kedua olahraga untuk pendidikan, ketiga
olahraga untuk kesegaran jasmani, keempat olahraga untuk prestasi”.
Dari keempat kegiatan olahraga di atas terbagi lagi lebih rinci kedalam
beberapa cabang olahraga, antara lain: cabang permainan meliputi bulu tangkis,
tenis lapangan, bola voli, tenis meja, bola basket, sepak bola. Cabang atletik
meliputi lari, lempar, lompat; cabang senam meliputi senam irama, dan senam
lantai serta cabang olahraga air yang meliputi renang, loncat indah, dan polo air.
Di dalam cabang olahraga air slah satunya adalah renang. Sedang renang
sendiri terbagi lagi dalam beberapa cabang atau gaya antara lain: renang gaya
bebas, renang gaya dada, renang gaya punggung, dan renang gaya kupu-kupu.
Olahraga renang sangat berbeda dengan olahraga lain, juga gerakan di air sangat
berbeda dengan di darat. Dalam keadaan normal, kita dapat bergerak bebas di
bawah daya tarik bumi, sedangkan di air kita harus dapat menyesuaikan diri
dengan air. Pada permulaan kelihatannya menyebabkan gerakan-gerakan yang
aneh dan lama kelamaan terciptalah gerakan-gerakan yang tertentu dan paling
menguntungkan bagi seseorang pada waktu renang. Renang mempunyai pengaruh
yang menonjol terhadap anak-anak usia muda terdapat pada pertumbuhan badan,
hal ini apabila pada usia muda anak-anak sudah dibisaakan masuk ke air. Bahkan
pernah baca bahwa anak-anak usia muda akan menjadi genius baik pertumbuhan
dan intelegensinya mereka dipersiapkan untuk kepentingan-kepentingan demi
kemajuan dunia yang berhubungan dengan kebutuhan manusia misalnya
persiapan-persiapan manusia untuk ruang angkasa oleh bangsa Soviet.
Renang gaya bebas merupakan gaya renang yang kedua yang
diperlombakan setelah renang gaya dada, kemudian gaya punggung dan baru gaya
kupu-kupu. Dengan gerakan renang gaya bebas yang sedemikian rupa
mempengaruhi sistem pernapasan dan bisa juga sebagai latihan untuk
penyembuhan sehabis cidera.
v
Di dalam cabang yang berbeda-beda akan berbeda pula kapasitas vital
seseorang. Pengaruh renang terhadap otot latihan yang terus menerus
mengakibatkan otot bekerja terus menerus dan dapat relatif lebih berat dan
membuat serabut-serabut otot bertambah banyak dan kuat.
Salah satu cabang dalam renang adalah renang gaya bebas. Gaya bebas
merupakan gaya yang cukup efektif. Yang dimaksudkan gaya bebas di sini adalah
gaya bebas dalam perlombaan renang, yang selalu dilakukan dengan gaya rimau.
Kemajuan yang banyak dalam renang gaya bebas akhir-akhir ini bukanya
disebabkan karena perenang-perenang sekarang lebih besar dan lebih kuat dan
mampu memberikan dorongan yang besar, tetapi mereka berenang sedemikian
rupa sehingga tahanan air menjadi kecil. Posisi badan dalam gaya bebas sebaiknya
streamline (sedatar) mungkin.
Setiap tahanan karena letak badan yang tidak tetap, akan mengurangi
kecepatan perenang. Pada umumnya supaya badan tetap streamline dikemudikan
oleh kepala. Bila kepala terangkat terlalu tinggi dari permukaan air maka bagian
belakang dari badan (pantat dan kaki) akan turun terlalu bawah dari permukaan
air. Bila kepala masuk ke dalam air, sehingga sebagian besar kepala masuk ke
dalam permukaan air, maka sikap badan perenang akan menjadi sangat datar.
Dalam posisi ini pernapasan akan sangat sulit dilakukan. Posisi yang paling baik
adalah apabila sikap kepala sedemikian rupa sehingga permukaan air tepat pada
batas antara rambut dan dahi.
Disamping menguasai unsur-unsur pokok yang perlu dipahami oleh
perenang, ada juga faktor-faktor lain yang sangat mempengaruhi. Suharno H.P
(1983: 2-4) faktor tersebut adalah:
1. Faktor endogen- kesehatan fisik dan mental yang baik- bentuk tubuh dan proporsi tubuh- kondisi dan kemampuan fisik- penguasaan teknik yang sempurna- menguasai masalah taktik- memiliki aspek kejiwaan dan kepribadian yang baik- memiliki kematangan jiwa
vi
2. Faktor eksogen- coach (pelatih), asisten coach, trainer- tempat, alat, perlengkapan, kemampuan- organisasi- lingkungan- partisipasi pemerintah- metode dan sistem latihan
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa faktor kondisi fisik dapat
memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan prestasi olahraga. Faktor
kondisi fisik tersebut antara lain adalah kekuatan dan kecepatan otot. Kekuatan
dan kecepatan otot apabila dipadukan secara bersama-sama akan menghasilkan
daya explosive (daya ledak) yang dikenal dengan istilah power otot. Hatfielt
(1989) dalam Ismaryati dkk. (1999:55) menjelakan bahwa, “Power merupakan
hasil perkalian antara gaya (force) dan jarak (distance) dibagi dengan waktu (time)
atau dapat dikatakan sebagai kerja dibagi waktu (Kirkendall, 1987).
Selain dipengaruhi oleh power otot, renang juga dipengaruhi oleh postur
tubuh karena renang gaya bebas banyak menggunakan lengan dan tungkai pada
saat bergerak, maka antara bentuk lengan dan tungkai dengan kecepatan dalam
berenang tentunya ada hubungannya. Seperti halnya hukun Newton 3 tentang aksi
dan reaksi. Hukum Newton yang ketiga menyatakan bahwa setiap aksi akan
menimbulkan reaksi yang sama dan berlawanan arah.
Renang gaya bebas di Universitas Tunas Pembangunan Surakarta Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
khususnya mahasiswa putra semester III rata-rata sudah menguasai teknik renang
gaya bebas. Maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang renang
gaya bebas serta unsur-unsur kondisi fisik yang berhubungan dengan kemampuan
renang gaya bebas.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan renang khususnya renang gaya
bebas pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan Universitas Tunas Pembangunan Surakarta, perlu diuji
mengenai unsur-unsur kondisi fisik seperti: power otot lengan, power otot
tungkai, dan panjang tungkai. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian mengenai
vii
“Hubungan antara power otot lengan, power otot tungkai, dan panjang tungkai
dengan prestasi renang gaya bebas pada mahasiswa putra semester III FKIP POK
UTP Surakarta tahun 2008”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas maka akan diidentifikasikan masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Peranan olahraga dalam meningkatkan sumber daya manusia
2. Cabang olahraga air dalam renang dan khususnya renang gaya bebas
3. Posisi badan dalam gaya bebas sebaiknya streamline (sedatar) mungkin
4. Unsur antropometri tubuh yakni panjang tungkai, panjang lengan
merupakan unsur fisik penting yang berhubungan dengan preatasi renang
5. Unsur kondisi fisik seperti: kekuatan, kecepatan dan daya tahan
6. Kecepatan dan kekuatan (power) merupakan unsur penting untuk
meningkatkan pretasi renang
7. Prestasi renang gaya bebas mahasiswa FKIP POK UTP Surakarta
C. Pembatasan Masalah
Dari berbagai permasalahan yang ada maka perlu ada pembatan masalah
agar dalam pembatasannya tidak menyimpang dari judul penelitian ini.
Pembatasan masalahnya adalah:
1. Power otot lengan sebagai unsur fisik yang diperlukan dalam
renang gaya bebas
2. Power otot tungkai sebagai unsur fisik yang diperlukan dalam
renang gaya bebas
3. Panjang tungkai sebagai unsur fisik yang diperlukan dalam
renang gaya bebas
4. Teknik dan gaya dalam renang gaya bebas
5. Prestasi renang gaya bebas mahasiswa FKIP POK UTP
Surakarta tahun 2008
viii
D. Perumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah, identfikasi masalah dan pembatasan
masalah, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Adakah hubungan antara power otot lengan dengan prestasi renang gaya
bebas?
2. Adakah hubungan antara power otot tungkai dengan prestasi gaya renang
bebas?
3. Adakah hubungan antara panjang tungkai dengan prestasi gaya renang bebas?
4. Adakah hubungan antara power otot lengan, power otot tungkai dan panjang
tungkai dengan prestasi renang gaya bebas?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan:
1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara power otot lengan
dengan prestasi renang gaya bebas pada mahasiswa putra semester III FKIP
POK UTP Surakarta tahun 2009.
2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara power otot tungkai
dengan prestasi renang gaya bebas pada mahasiswa putra semester III FKIP
POK UTP Surakarta tahun 2009.
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara panjang tungkai
dengan prestasi renang gaya bebas pada mahasiswa putra semester III POK
FKIP UTP Surakarta tahun 2009.
4. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara power otot lengan,
power otot tungkai, dan panjang tungkai dengan prestasi renang gaya bebas
pada mahasiswa putra semester III FKIP POK UTP Surakarta tahun 2009.
ix
F. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan teoritis:
a. Menambah pengetahuan dan perbandaharaan peneliti dalam cabang
olahraga pada umumnya dan unsur-unsur yang berhubungan dengan
kemampuan renang gaya bebas
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai perbandingan terhadap faktor
fisiologi dan anatomis yang lain yang dapat dikaitkan dengan peningkatan
prestasi renang gaya bebas.
c. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pembanding terhadap faktor
power otot lain yang ada kaitannya dengan prestasi renang gaya bebas.
2. Kegunaan Praktis
a. Dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dan calon guru
pendidikan jasmani pada umumnya dan khususnya bagi pelatih renang
dalam memilih atlet serta memberikan pertimbangan dalam penyusunan
program latihan.
b. Memberi rangsangan bagi calon peneliti lain agar berpartisipasi
dalam memecahkan masalah keolahragaan secara umum dan khususnya
cabang olahraga renang, pada renang gaya bebas.
x
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Sudah dahulu kala renang merupakan suatu kegiatan manusia di dalam
kehidupannya. Di Yunani Kuno olahraga renang merupakan salah satu pokok
yang terpenting di dalam pendidikan keseluruhan. Di Romawi kuno renang
digunakan untuk mendidik keprajuritan.
Dengan timbulnya agama Kristen di Eropa, olahraga renang mengalami
kemunduran, karena pada jaman itu orang berpendapat bahwa pendidikan
rokhaniyah yang akan membawa kepada kehidupan kekal.
Setelah renaissance perhatian terhadap olahraga renang timbul kembali,
pada kira-kira tahun 1800 timbullah kolam renang yang pertama kali di Jerman
dan Austria. Sejak itulah olahraga renang dimasukkan dalam suatu mata pelajaran
olahraga di sekolah-sekolah. Pada tahun 1988 di Negara Belanda berdiri
Nederlandse Zwembond.
Di negara Eropa, olahraga renang dibawa oleh orang kulit putih, ke
Negara-negara jajahannya, di seluruh penjuru dunia. Pada tahun 1908 berdirilah
perserikatan renang Internasional (Federation Internationale de Natation Amateur
disingkat dengan F.I.N.A). Dengan berdirinya F.I.N.A olahraga renang maju
dengan pesatnya, dan selalu ada di dalam pesta-pesta olahraga dunia misalnya:
Olympiade, Asian Games, Sea Games, Empire Games, World Youth Festival,
Universiade dan lain-lainnya.
Sebelum perang kemerdekaan tahun 1945 olahraga renang di Indonesia
hanya dilakukan oleh orang-orang kulit putih saja. Hampir semua kolam renang
yang didirikan pada waktu itu milik orang kulit putih semua. Memang ada satu
dua kolam renang yang dibuka untuk umum, tetapi biaya masuk demikian
mahalnya sehingga bangsa kita tidak mampu membayarnya.
Kolam renang yang pertama didirikan di Indonesia adalah Ciampelas di
Bandung tahun 1904, sesudah itu menyusul kolam renang Cikini dan Brantas.
xi
Kolam renang yang agak modern didirikan setelah tahun 1930 misalnya
Manggarai (Jakarta), Tegalsari (Surabaya).
Pada tahun 1956 di Yogyakarta didirikan kolam renang modern dalam
rangka Colomba Plan, tahun 1957 di Maksar dibuat juga suatu kolam renang yang
modern untuk keperluan Pekan Olahraga Nasional (PON) yang ke IV. Di Jakarta
(Senayan) didirikan kolam renang yang modern untuk keperluan Asian Games ke
IV tahun 1962.
Pada tahun 1954 di Indonesia telah ada 29 perkumpulan-perkumpulan
olahraga renang yang tersebar seluruh tanah air. Maka mulailah berdiri
perkumpulan-perkumpulan renang daerah. Mulai tahun 1955 perkembangan
olahraga renang di Indonesia sudah mengalami kemajuan dengan pesatnya, baik
ditinjau dari segi organisasi maupun dari segi prestasinya. Sejak tahun itu P.B.S.I
(Perserikatan Berenang Seluruh Indonesia) telah menyusun suatu daftar rekor
yang berbentuk nasional. Pemegang rekor harus warga Negara Indonesia.
Dalam renang dikenal 4 gaya yaitu gaya bebas, gaya dada, gaya punggung,
dan gaya kupu-kupu. Peningkatan prestasi renang ini diperoleh dengan jalan
latihan yang teratur dan kontinyu dengan menggunakan teknik-teknik gaya yang
baik dan sempurna.
Pada perlombaan renang, prestasi dinyatakan dalam waktu dengan
menggunakan alat stop watch atau waktu elektronik.
1. Renang Gaya Bebas (freestyle)
Sebelum kita membicarakan teknik renang gaya bebas secara mendetail
terlebih dahulu kita harus mengerti apa arti istilah renang gaya bebas (freestyle)
itu. Sesuai dengan peraturan F.I.N.A (Federation Internationale de Natation
Amateur) yang ada, yang dimaksud dengan renang gaya bebas adalah renang
dengan gaya yang sebebas-bebasnya. Tidak terikat di dalam satu macam gaya.
Tetapi pada umumnya orang melakukan gaya bebas itu dengan gaya rimau
telungkup atau gaya crawl. Dan renang gaya bebas yang akan kita bicarakan
disini adalah khusus renang gaya crawl. Teknik renang gaya crawl ini terdiri dari
unsur-unsur seperti di bawah ini:
xii
1. Posisi badan
2. Gerakan kaki
3. Gerakan lengan
4. Pengambilan napas
5. Koordinasi
Mekanika gaya yang baik sering kali terjadi pada orang-orang berbakat
yang mungkin melakukan tanpa disadari. Jika kurang memahami mekanika gaya,
orang mungkin mengabaikan sesuatu yang penting dalam gaya, seperti misalnya
dorongan menyamping dari kaki. Banyak pengertian yang salah mengenai metode
renang gaya lamban yang betul disebabkan karena tidak mengetahui mengapa
suatu gerakan tertentu dilakukan.
a. Posisi Badan
Kemajuan yang banyak dalam renang gaya bebas akhir-akhir ini bukanya
disebabkan karena perenang-perenang sekarang ini lebih besar dan lebih kuat dan
mampu memberikan dorongan yang besar, tetapi mereka berenang sedemikian
rupa sehingga tahanan air menjadi kecil. Posisi badan dalam gaya bebas sebaiknya
streamline (sedatar) mungkin.
Setiap tahanan karena letak badan yang tidak tepat, akan mengurangi
kecepatan perenang. Pada umumnya supaya badan tetap streamline dikemudikan
oleh kepala. Bila kepala terangkat terlalu tinggi dari permukaan air maka bagian
belakang dari badan (pantat dan kaki) akan turun terlalu bawah dari permukaan
air. Bila kepala masuk ke dalam air, sehingga sebagian besar kepala masuk ke
dalam permukaan air, maka sikap badan perenang akan menjadi sangat datar.
Dalam posisi ini pernapasan akan sangat sulit dilakukan. Posisi yang paling baik
adalah apabila sikap kepala sedemikian rupa sehingga permukaan air tepat pada
batas antara rambut dan dahi.
Banyak perbaikan dalam mekanika gaya crawl pada tahun-tahun terakhir
ini, terutama bagaimana cara mengurangi hambatan yang ditimbulkan perenang
dan tidak untuk menambah dorongan ke depan. Apa yang dulunya tidak pernah
diimpikan, yaitu renang 1500 meter dalam waktu kurang dari 17 menit menjadi
xiii
suatu hal yang umum, bukan karena perenang-perenangnya lebih besar dan kuat
daripada sebelumnya, melainkan mereka dalam kondisi yang lebih baik.
b. Gerakan kaki
Fungsi kaki yang utama adalah sebagai stabilisator dan sebagai alat untuk
menjadikan kaki tetap tinggi dalam keadaan streamline. “Penyelidikan
menunjukkan bahwa pada kecepatan rendah kaki membantu menghasilan
luncuran ke depan, tapi pada kecepatan tinggi, kaki tidak memberi tambahan
luncuran”. Sumanto Y. (1996: 15). Ada dua macam pukulan kaki pada gaya
bebas, yaitu dua kali pukulan dan enam kali pukulan dalam satu kali putaran
lengan. Dua kali pukulan kaki umumnya untuk perenang jarak jauh, sedang enam
kali pukulan untuk jarak dekat (sprint). Gerakan kaki diusahakan dalam sikap
lurus, gerakan dimulai dari pangkal paha dan terjadi tekukan sedikit pada lutut,
untuk kemudian diluruskan (gerakan kaki ke bawah), ini dilakukan dengan kuat.
Pada waktu mengangkat kaki ke atas dilakukan dalam keadaan lurus, gerakan ini
lebih lemah.
Amplitudo gerakan, yaitu jarak antara satu kaki maksimal di atas sedang kaki
yang lain maksimal di bawah kira-kira 25-40 cm. gerakan kaki ini dilakukan
dengan lemas tanpa ketegangan dengan pukulan yang kuat, terutama kecepatan
dan amplitudo gerakan sangat tergantung dari keadaan tubuh perenang.
xiv
Gambar 1. Posisi Badan (Arma Abdoellah, 1981 : 28)
c. Gerakan Tangan
Gerakan tangan dalam gaya bebas dibagi dalam dua bagian, yaitu tarikan
(dayungan) tangan dan rekaveri tangan. Tarikan tangan dibagi dalam gerakan
menarik (pull) dan gerakan mendorong (push), rekaveri dilakukan dengan sikap
siku tinggi.
Pada waktu rekaveri, siku yang pertama keluar dari permukaan air dalam
suatu gerakan ke atas dan ke depan, sedang telapak tangan hanya membututinya.
Gerakan rekaveri ini dilakukan dengan lemas dan hanya membutuhkan tenaga
yang sedikit sekali, sebagai kelanjutan saja dari gerakan mendorong (push) dari
tangan. Jangan sampai tangan dilemparkan ke samping sebab ini akan
mengganggu sikap dari renangnya. Untuk melatih gerakan rekaveri dengan siku
tinggi ada beberapa cara antara lain:
- Pada waktu rekaveri, ibu jari perenang supaya mengepal dari
paha dan bergerak maju dalam keadaan tetap menempel melalui samping
badan sampai ketiak baru lepas untuk diluruskan ke depan.
- Perenang diminta berlatih renang dipinggir kolam + 20 cm dari
tepi kolam, dengan demikian terpaksa melakukan rekaveri dengan siku tinggi
sebab apabila ia membuat gerakan rekaveri dengan melemparkan tangan ke
samping, maka tangannya akan memukul tepi kolam.
xv
Gambar 2. Gerakan Gaya Crawl (Arma Abdoellah, 1981: 283)
d. Tarikan Tangan
Akhir dari rekaveri jari-jari tangan mulai masuk ke dalam air disebut entry.
Entry haruslah pada suatu titik di depan bahu dan kepala, agak di luar garis tengah
badan, tetapi di dalam garis lebarnya kedua bahu. Entry di luar garis tengah badan
ini penting, karena dengan olengnya bahu, tangan akan bergerak tepat ke bawah
garis tengah badan. Entry dengan tangan hampir lurus dengan ujung jari masuk
lebih dahulu ke dalam air. Siku lebih tinggi sedikit dari jari tangan. Bahu oleng
sedikit sehingga jari, siku dan bahu masuk ke dalam air melalui satu lubang yang
sama. Tarikan tangan harus dilakukan di bawah badan dengan siku tertekuk yang
kurang lebih antara 45 – 90 derajat. Tarikan dimulai dari gerakan pelan ke arah
gerakan cepat, sehingga tarikan menghasilkan dorongan yang efektif. Usahakan
jangan terlalu cepat menekuk siku. Letak siku lebih tinggi dari pergelangan tangan
dan telapak tangan. Tarikan tangan menuju ke arah pinggang sebelah. Tangan
terus menekan air dan akan berubah arah sepanjang tarikan yang merupakan
tarikan garis “S” di bawah permukaan air (dalil Bernouli). Tahap tarikan berakhir
tepat di bawah badan atau paha waktu siku mencapai tekukan yang paling besar.
xvi
Gambar 3. Gerakan lengan (Arma Abdoellah, 1981 : 284)
e. Dorongan ( push )
Setelah tarikan (pull) dari lengan berakhir maka dimulai dorongan terutama
telapak tangan dan lengan bawah. Telapak tangan kembali merubah arah tertuju
pada paha. Dorongan berakhir pada saat ibu jari menyentuh paha, dan dimulailah
saat permulaan rekaveri.
f. Pernafasan
Pernapasan pada gaya bebas sangat mempengaruhi posisi badan dalam sikap
streamline. Harus ada suatu irama tertentu antara putaran tangan, tendangan kaki
dan olengnya badan. Pada waktu berenang permukaan air berada pada dahi. Putar
kepala untuk mengambil nafas pada saat mulai menarik lengan (pull) dan selama
dorongan lengan (push). Kepala menoleh ke bawahg pada saat rekaveri.
Mengambil nafas melalui mulut pada ketinggian permukaan air di belakang
gelombang yang ditimbulkan oleh kepala karena melaju ke depan. Keluarkan
nafas tepat sebelum atau pada saat kepala diputarkan untuk mengambil nafas
kembali. Putaran nafas ini dengan as (sumbu putar) garis sepanjang badan.
Untuk lebih jelasnya serangkaian gerakan renang gaya bebas dapat dilihat
pada gambar di bawah ini :
xvii
xviii
2. Power Otot Lengan
Power atau daya ledak disebut juga sebagai kekuatan eksplosif. Power
menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan eksplosif
serta melibatkan pengeluaran otot yang maksimal dalam waktu yang secepat
mungkin. Batasan yang baku dikemukakan oleh Hatfield (1989) dalam Ismaryati
dkk. Mengatakan bahwa, “Power merupakan hasil perkalian antara gaya (force)
dan jarak (distance) dibagi dengan waktu (time) atau dapat juga power
dinyatakan sebagai kerja dibagi waktu (Kirkendall, 1987). Dengan demikian tes
yang bertujuan untuk mengukur power seharusnya melibatkan komponen gaya,
jarak, dan waktu.
xix
Gambar 4. Rangkaian Renang Gaya Bebas (Soemanto Y., 1996: 17-19)
Power/ daya ledak otot merupakan komponen fisik yang sangat penting
untuk melakukan suatu aktifitas gerak dalam setiap cabang olahraga. Daya ledak
otot akan menentukan seberapa keras seseorang memukul, seberapa jauh
seseorang melompat, seberapa cepat lari dan sebagainya. Menurut Suharno H. P.
(1983: 33) menyebutkan daya ledak adalah, “Kemampuan sebuah atau
segerombolan otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam
satu gerakan yang utuh”.
Daya ledak dalam praktek olahraga untuk melompat, meloncat, melempar,
menendang, dan sebagainya. Daya ledak sangat bermanfaat bagi atlet dalam
mencapai prestasi maksimal. Daya ledak otot merupakan hasil antara kekuatan
dan kecepatan, yang ditulis dalam rumus: P = F x V
Dimana P = Power
F = Force (kekuatan)
V = Velocity (kecepatan)
Untuk meningkatkan kemampuan daya ledak diperlukan peningkatan
kekuatan dan kecepatan secara bersama-sama sehingga seorang olahragawan
dilatih kecepatan kemudian dilatih kekuatansecara khusus, maka kemampuan
daya ledaknya akan cepat. Alat ukur untuk melihat besarnya kemampuan daya
eksplosive power otot lengan seorang perenang dapat diukur dengan cara test
Two-hand Medicine Ball Put.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa power otot sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan prestasi olahraga. Dalam cabang renang kualitas power otot
lengan akan sangat berpengaruh ketika seorang perenang dalam posisi gerakan
tangan, saat melakukan tarikan. Tarikan lengan yang disertai dengan power otot
yang tinggi akan menghasilkan daya dorong kedepan yang lebih cepat. Isaa
Newton dalam Sumanto Y, (1996: 9) berpendapat bahwa, “ setiap aksi akan
menghasilkan reaksi yangberlawanan yang besarnya sama”.
3. Power Otot Tungkai
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa, daya ledak otot merupakan
komponen fisik yang sangat penting untuk melakukan suatu aktifitas gerak dalam
xx
setiap cabang olahraga. Daya ledak otot akan menentukan seberapa keras
seseorang memikul, seberapa jauh seseorang melompat, seberapa cepat lari dan
sebagainya. Menurut Suharno H. P. (1983: 33) menyebutkan daya ledak adalah,
“Kemampuan sebuah atau segerombolan otot untuk mengatasi tahanan beban
dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan utuh”
Daya ledak dalam praktek olahraga untuk melompat, meloncat, melempar,
menendang dan sebagainya. Daya ledak sangat bermanfaat bagi atlet dalam
mencapai prestasi maksimal.
Salah satu alat ukur untuk melihat besarnya kemampuan daya eksplosive
power otot kaki seorang perenang dapat diukur dengan tes standing broad jump.
Dari A. Hamidsyah Noer (1996: 140) menyebutkan, “Explosive Power adalah
merupakan kemampuan otot atau segerombolan otot untuk melawan beban atau
tahanan dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan”.
Peranan power otot tungkai pada cabang olahraga renang khususnya renang
gaya bebas mempunyai peranan yaitu, ketika perenang melakukan gerakan start.
Gerakan start dalam renang menurut Soedarminto dkk. (2002: 6.30) dijelaskan
sebagai berikut.
Start merupakan pembatasan keseimbangan dan memberikan gaya yang terbesar melalui jarak yang terjauh. Kaki rapat, jari-jari kaki melewati tepi tembok start dan berat badan terletak diujung telapak kaki. Perenang akan mendapatkan keuntungan dalam start apabila ia berayun ke belakang pada tumitnya pada waktu start. Gerakan ini melemparkan titik berat badan ke depan ke luar dari dasar penumpu dan menyebabkan badan jatuh karena gravitasi bumi. Eksperimen menunjukkkan bahwa gerakan ini menghasilkan start yang cepat. Ini memberikan keuntungan sebesar tiga kali lipat dalam start. Maka dari itu teknik ini berguna sekali untuk dikuasai. Kaki dalam posisi yang baik untuk dapat bertolak dengan kuat. Tekukan lutut harus sesuai dengan kekuatan otot-otot kaki. Lengan harus diayunkan kuat-kuat ke depan di atas kepala untuk menambah daya dorong kaki ke belakang dan memberikan momentum kepada badan. Hal ini sesuai hukum Newton ketiga dan prinsip bahwa momentum dari bagian diteruskan ke seluruhan.
Dari uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa keuntungan akan diperoleh
seorang perenang ketika melakukan teknik gerakan start yang benar yang
didukung dengan power otot tungkai yang kuat. Karena dengan teknik gerak start
xxi
yang benar dan power otot kaki yang kuat, maka akan menghasilkan luncuran
yang cepat dan jauh.
4. Panjang Tungkai
Komponen fisik lain yang berpotensi dalam prestasi olahraga adalah
struktur dan bentuk tubuh. M. Sajoto (1995: 2) berpendapat bahwa “ Salah satu
aspek biologis yang ikut menentukan pencapaian prestasi dalam olahraga adalah
struktur dan postur tubuh. Struktur dan postur tubuh tersebut meliputi : a) ukuran
tinggi dan panjang tubuh, b) ukuran besar, lebar dan berat badan, serta c)
somatootype (bentuk tubuh)”.
Prestasi tinggi dalam olahraga memerlukan atlet dengan postur tubuh
tertentu sesuai dengan karakteristik nomor olahraga tersebut. Dengan kata lain
bahwa untuk mencapai prestasi yang tinggi diperlukan ciri-ciri fisik tertentu
sesuai dengan tuntutan cabang olahraga yang diikutinya.
Bentuk tubuh pada perenang yang idial pada umumnya adalah bentuk tubuh
yang atletis dan cenderung pada tungkai yang panjang. Panjang tungkai
merupakan salah satu unsur yang ikut menentukan prestasi olahraga renang.
xxii
Gambar 5. Teknik Start(Soedarminto dkk. 2002: 6.32)
a. Anatomi Tungkai
Panjang tungkai disini adalah panjang tungkai seorang perenang. Tungkai
yang dimaksud adalah tentang anggota gerak bawah yang terdiri dari seluruh kaki,
mulai dari pangkal paha sampai dengan jari kaki. Tungkai tersebut dapat dibagi
dua macam, yaitu tungkai atas dan tungkai bawah. Panjang tungkai atas yaitu
panjang tungkai pada paha, sedangkan panjang tungkai bawah adalah panjang
tungkai pada betis.
Dalam buku mata kuliah Anatomi Manusia 2 (2003: 30-31) struktur anatomi
gerak bawah yang bebas terdiri dari:
1. Osfemoris (femur, tulang paha)2. Ossa eruris (tulang tungkai bawah) ialah ostibra
(tulang kering) dan fibula (tulang betis)3. Patella (tulang tempurung lutut)4. Ossa pedis terdiri dari :
a) Ossa tarsalia (tulang-tulang pergelangan kaki)(1) talus(2) calcaneus(3) ossa naviculare pedis(4) assa cuneifonnia I, II dan III(5) ossa cubodeum (tulang-tulang
telapak kaki)b) Ossa metatarsalia : lima buahc) Ossa digitorum pedis (tulang-tulang jari
kaki) tiap jari kaki terdiri dari 3 phalanges, kecuali ibu jari kaki (hallux) hanya terdiri dari 2 phalanges.
Tulang-tulang pada tungkai tersebut dilapisi berbagai macam otot-otot yang
ada di tungkai antara lain:
a) Mosculus rektus femorisb) Mosculus lateralisc) Mosculus intermedialisd) Mosculus medialise) Mosculus gastronemiusf) Mosculus soleusg) Mosculus peronius longush) Mosculus arteriol tibiali) Mosculus ekstensorj) Mosculus peroniusbrevisk) Mosculus peronius tertius
xxiii
Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
xxiv
xxv
Gambar 6.Otot-otot tungkai dilihat dari depan
(Tedy Agoeng S. dan Teguh Santosa, 2003 : 30)
Gambar 7.Otot-otot tungkai dilihat dari belakang
(Tedy Agoeng S. dan Teguh Santosa, 2003 : 31)
Bentuk tubuh perenang yang ideal pada umumnya adalah bentuk yang
atletis dan kecenderungan pada bentuk tubuh dengan memiliki tungkai yang
panjang dan kuat. Perenang yang memiliki panjang tungkai akan memperoleh
keuntungan pada prestasi renangnya.
Dengan tungkai yang panjang akan menghasilkan daya yang besar apabila
gerakan tungkai tersebut dikembangkan dari pukulan lutut dan pergelangan kaki
secara fleksibel dan tidak kaku. Sudarminto (1995: 40) berpendapat bahwa
“makin panjang pengungkit makin besar usaha yang digunakan. Sebagaimana
telah dijelaskan di atas gerakan kaki/ tungkai pada renang sprint hanya akan
berfungsi sebagai stabilisator, namun demikian stabilis badan akan tercapai
apabila pada gerakan kaki/ tungkai tersebut didukung dengan tungkai yang
panjang dan kuat. Dengan kondisi yang demikian maka hasil dari pukulan kaki
yang panjang dan kuat akan lebih mudah mengangkat badan pada posisi
streamline.
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian teori sebagaimana tersebut di atas maka dapat diuraikan
kerangka berpikir sebagai berikut:
Pengetahuan dari teknik yang termasuk di dalam gaya renang harus di
dasarkan pada prinsip-prinsip mekanik tertentu yang menyokong langsung pada
prestasi renang. Penguasaan teknik renang yang baik akan memberikan dorongan
ke depan yang baik, dan dorongan ini diasilkan oleh tangan atau kaki, sewaktu
menekan air ke belakang.
Mengacu pada hukum aksi reaksi bahwa setiap aksi akan menghasilkan
reaksi yang berlawanan yang besarnya sama, maka dapat diartikan bahwa aksi
dari gerakan teknik renang gaya bebas apabila didukung dengan komponen-
komponen fisik yang baik, maka akan menghasilkan prestasi renang yang baik
pula.
Peranan power otot lengan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi
renang. Dalam cabang renang kualitas power otot lengan akan sangat berpengaruh
xxvi
ketika seorang perenang dalam posisi gerakan tangan (saat melakukan tarikan).
Tarikan lengan yang disertai dengan power otot lengan yang kuat akan
menghasilkan daya dorong ke depan yang lebih cepat.
Power otot tungkai pada cabang olahraga renang khususnya renang sprint
gaya bebas mempunyai peranan ketika perenang melakukan gerakan start. Pada
gerakan start ini apabila disertai dengan kaki yang kuat dan cepat akan
menghasilkan luncuran yang cepat dan jauh.
Disamping power, postur tubuh seperti tungkai yang panjang juga
mempunyai peran untuk meningkatkan prestasi renang gaya bebas. Dengan
tungkai yang panjang akan menghasilkan daya yang besar apabila gerakan tungkai
tersebut dikembangkan dari pinggul sampai pergelangan kaki secara fleksibel dan
tidak kaku. Dalam mekanika gerak dijelaskan pula bahwa makin panjang
pengungkit makin besar usaha yang digunakan. Tungkai panjang yang disertai
dengan power yang kuat pada renang sprint akan berperan sebagai stabilisator
yang lebih baik. Stabilitas yang baik akan efektif dalam mempertahankan posisi
streamline.
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan,
maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara power otot lengan dengan prestasi renang
gaya bebas pada mahasiswa putra semester III POK-UTP Surakarta tahun
2009.
2. Ada hubungan antara power otot tungkai dengan prestasi renang
gaya bebas pada mahasiswa putra semester III POK-UTP Surakarta tahun
2009.
3. Ada hubungan antara panjang tungkai dengan prestasi renang gaya
bebas pada mahasiswa putra semester III POK-UTP Surakarta tahun 2009.
xxvii
4. Ada hubungan antara power otot lengan, power otot tungkai dan
panjang tungkai dengan prestasi renang gaya bebas pada mahasiswa putra
semester III POK-UTP Surakarta tahun 2009.
xxviii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kolam renang Tirtomoyo Manahan. Komplek
Stadion Manahan Solo.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan ……………………. sampai dengan
bulan …………………… 2009. Adapun jadual selengkapnya sebagaimana pada
tabel dibawah ini:
Tabel 1. Jadual Kegiatan Penelitan
No. Nama Kegiatan
Bulan / Minggu
Oktober Nopember Desember Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
Persiapan
Pengumpulan data
Analisis data
Penyusunan laporan
X X X X
X X X X
X X X X
X X X X
B. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan study korelasional, yang pada dasarnya membuat gambaran atau
menjelaskan peristiwa dan kejadian suatu hubungan antara variabel yang satu
dengan variabel yang lainnya. Menurut suharsimi Arikunto (1995: 326)
mengatakan sebagai berikut : “Penelitian korelasional merupakan penelitian yang
xxix
dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa
varibel”.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sutrisno Hadi (1994: 220) mengatakan “Populasi adalah seluruh penduduk
yang dimaksudkan untuk diselidiki”. Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk
atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Berdasarkan
pengertian tersebut populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa putra semester
III FKIP POK UTP Surakarta tahun 2009 yang berjumlah 150 mahasiswa.
2. Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan teknik purposive sample
yang berjumlah 30 mahasiswa. Teknik ini digunakan karena peneliti hanya
mengambil sampel dari mahasiswa putra semester III FKIP POK UTP Surakarta
yang mampu berenang, hal tersebut sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto
(1998: 128) yang mengatakan bahwa, “purposive sample” (sampel bertujuan)
yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampel”.
D. Teknik Pengumpulan
Data
Untuk mendapatkan data yang obyektif diperlukan teknik pengumpulan data
yang tepat sebagai landasan pemecahan masalah. Dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan pengukuran yang terdiri
dari :
1. Tes Power Otot
Lengan
Tho-Hand Medicine ball put (Ismaryani & Sarwono, 1999: 61)
Tujuan : Mengukur power lengan dan bahu
Sasaran : Laki-laki dan perempuan yang berusia 12 tahun sampai
xxx
mahasiswa
Perlengkapan : - 1 bola medisin seberat 2,7216 (6 pound)
- Kapur atau isolasi warna, tali yang lunak
untuk menahan tubuh.
- Bangku, meteran
Pelaksanaan : - Testi duduk di bangku dengan punggung
lurus
- Testi memegang bola medisin dengan dua
tangan, didepan dada dan di bawah dagu
- Testi mendorong bola ke depan sejauh
mungkin, punggung tetap menempel di sandaran bangku.
Agar punggungnya tetap menempel sandaran kursi, ketika
mendorong bola, tubuh Testi ditahan dengan menggunakan
tali oleh pembantu tester.
- Testi melakukan ulangan sebanyak 3 kali.
- Sebelum melakukan tes, Testi boleh
mencoba melakukannya 1 kali.
Penilaian : - Jarak diukur dari tempat jauhnya bola
hingga ujung bangku
- Nilai yang diperoleh adalah jarak yang
terjauh dari ketiga ulangan yang dilakukan.
2. Tes Power Otot Tungkai
Test standing broad jump (A. Hamidsyah Noer dkk. 1996: 66)
Tujuan : Untuk mengukur kemampuan exsplosive power kaki
Pelaksanaan : - Orang coba berdiri di belakang garis start
- Setelah ada aba-aba “ya” maka orang coba
sambil mengayun kedau lengannya bersama-sama melompat
ke depan sejahuh mungkin. Menolakkan kaki bersama-sama
dan mendaratpun dengan kedua kaki harus secara bersama-
sama pula.
xxxi
- Setiap orang coba diberi kesempatan melakukan
2 kali.
Penilaian : - Hasil lompatan yang diukur adalah garis start
sampai pada pendaratan bagian tubuh yang terdekat dengan
garis start.
- Hasil lompatan yang diukur adalah dari garis
start sampai pada pendaratan bagian tubuh yang terdekat
dengan garis start.
3. Pengukuran Panjang Tungkai
(PPKORI. 1974: 10)
Tujuan : Untuk mengukur panjang tungkai
Alat atau Perlengkapan : - Alat ukur tinggi badan
(meteran)
- Tempat untuk pengukuran
- Alat tulis/ blangko-
blangko
Pelaksanaan : - Pengukuran tinggi badan
- Testee berdiri
membelakangi tembok yang ada ukurannya
sentimeter kemudian tester mengukur tinggi
badan testee kemudian dicatat
- Pengukuran tinggi badan
saat duduk
- Testee duduk dengan kaki
lurus kedepan kemudian diukur tinggi dari sikap
duduk dilakukan 1 kali dan dicatat.
Pencatatan hasil : - Catat tinggi badan atlet
pada waktu berdiri dan tinggi pada waktu duduk
- Hitung panjang tungkai
dengan cara tinggi badan pada waktu berdiri
xxxii
dikurangi tinggi badan saat duduk.
- Hasil selisih antara tinggi
badan pada waktu berdiri dan tinggi pada saat
duduk merupakan panjang tungkai.
4. Test Prestasi Renang Gaya Bebas
25 yard (22,86 meter) Crawl Sprint (Don R. Kirkendall, et. Al. 1982 : 500)
Tujuan : Mengukur tingkat kecepatan maksimal dalam satuan
detik
Petugas : 1 timers, 1 pencatat hasil, 1 pemanggil dan 1 starter
Pelaksanaan : Testi yang dipanggil menempatkan diri di belakang
tempat start sesuai nomor urut, pada aba-aba “bersedia”
testee menempatkan diri di tempat start. Pada aba-aba
“ya” para testee meluncur (berenang) menggunakan gaya
bebas dengan kecepatan maksimal dengan menempuh
jarak 22,86 meter.
Pencatatan hasil : Waktu yang tercepat pada saat melakukan renang gaya
bebas dalam satuan detik
E Teknis Analisis Data
1. Uji Reliabilitas Tes
Teknik uji realibilitas tes digunakan untuk menguji data tes dan re-tes pada
variabel pengambilan data power otot lengan (X1), power otot tungkai (X2)
panjang tungkai (X3) dan prestasi renang gaya bebas (Y). Untuk menguji kadar
realibilitas variabel digunakan rumuas ANAVA dari Nuruddin Priyo Budi
Santoso (2002 : 169-173) dengan rumus:
R =
2. Uji Persyaratan Analisis Data
xxxiii
a. Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data yang
dikumpulkan termasuk normal atau tidak. Untuk menguji normalitas distribusi
data rumus Chi Kuadrat dari Sutrisno Hadi (200 : 278) dengan rumus sebagai
berikut :
X2 =
Keterangan :
X2 = nilai Chi Kuadrat
Fo = frekwensi yang diharapkan
Fh = frekwensi yang diperoleh
b. Uji Linieritas
Untuk uji kelinieran regresi dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis varians sebagai berikut :
Fobs =
Keterangan :
Fobs = Nilai Linieritas
RKTC = Rataan Kwadrat Tuna Cocok
RKGM = Rataan Kwadrat Galat Murni
Budiyono (2004 : 260-262)
3. Analisis Korelasi dan Regresi
Teknik analisa data ini digunakan untuk pengujian hipotesis. Dalam
penelitian ini dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi masing-masing
predictor terhadap kriterium dan menghitung korelasi regresi ganda antara
predictor dan kriterium.
a. Uji Hipotesis Korelasi Antara Prediktor dan Kriterium
xxxiv
Analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini
dilakukan dengan menghitung korelasi antara predictor dan kriterium digunakan
rumus Product Moment dari Suharsimi Arikunto (1993 : 138) dengan rumus
sebagai berikut :
rxy =
rxy : Jumlah skor korelasi antara prediktor dengan kriterium
X : Jumlah skor prediktor
Y : Jumlah skor kriterium
X2 : Jumlah kuadrat prediktor
Y2 : Jumlah kuadrat skor kriterium
XY : Jumlah hasil perkalian perdiktor dan kriterium
N : Jumlah subyek
b. Uji Korelasi Ganda
Analisis korelasi ganda 3 prediktor menggunakan teknik analisis regresi
dari Sutrisno Hadi (2000 : 38) dengan rumus sebagai berikut :
R(1,2,3) =
1) Menentukan Persamaan Regresinya
Adapun rumus untuk menentukan persamaan regresi adalah sebagai
berikut:
Y = a1 X1 + a2 X2 + a3 X3
Sutrisno Hadi (2000 : 37)
2) Menentukan Sumbangan Relatif
Dari tiap-tiap perdiktor dengan kriterium dapat diketahui prosentase
sumbangan relatifnya dengan cara sebagai berikut :
1. Sumbangan relatif (SR %) variabel power otot lengan (X1)
xxxv
X1 = SR % =
2. Sumbangan relatif (SR %) variabel power otot tungkai (X2)
X2 = SR % =
3. Sumbangan relatif (SR %) variabel panjang tungkai (X3)
X3 = SR % =
Sutrisno Hadi (2000 : 45)
3) Menentkan Sumbangan Efektif
Dari tiap-tiap perdiktor dengan kriterium juga dapat diketahui prosentase
sumbangan efektifnya dengan cara sebagai berikut:
1. SE prediktor X1 = SE % X1 = SR % X1R2
2. SE prediktor X2 = SE % X2 = SR % X2R2
3. SE prediktor X3 = SE % X3 = SR % X3R2
Sutrisno Hadi (2000 : 46)
DAFTAR PUSTAKA
A. Hamidsyah Noer. 1996. Kepelatihan Dasar. Pusat Penelitian. Universitas Terbuka.
Andi Suhendro. 2000. Dasar-dasar Kepelatihan. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Arma Abdoellah. 1981. Olahraga Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Sastra Husada.
Budiyono. 2004. Statiska Untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret Press.
Ismaryati dan Sarwono. 1999. Pengukuran dan Evaluasi Olahraga. Surakarta: UNS Press.
Mamin Suparmin dan Nurudin PBS. 1997. Metodologi Penelitian I. Surakarta: FKIP-UTP.
_______________________________. 2000. Penelitian Pengajaran. Surakarta: FKIP-UTP.
xxxvi
M. Sajoto. 1986. Pembinaan dan Peningkatan Kondisi Fisik. Jakarta: Depdikbud-Dikti.
Nurudin PBS. 2002. Spirit. Surakarta: FKIP-UTP, Vol. 2, Nomor 2 halaman 166-173.
PPKORI. 1974. Kursus Dasar Kesehatan Olahraga Perhimpunan Pembinaan Kesehatan Olahraga (PPKORI). Jakarta. Kesehatan Olahraga.
Soekarno. 1984. Renang Dasar. Yogyakarta : IKIP
Y. Soemanto. 1996. Teori dan Praktek Renang I dan II. Surakarta: POK-FKIP UTP.
Soedarminto dan Herywansyah. 2001. Analisis Mekanik Cabang Olahraga. Surakarta: POK-UTP.
Sugiyanto. 1993. Belajar Gerak. Jakarta : KONI Pusat.
Suharsimi Arikunto, 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
_________________ 1995. Menegemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutrisno Hadi. 2001. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.
____________ 2004. Statistika Jilid 1. Yogyakarta: Andi.
Sutrisno Hadi. 2004. Statistika Jilid 2. Yogyakarta: Andi.
____________ 2004. Statistika Jilid 3. Yogyakarta: Andi.
UNS. 1997. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: FKIP-UNS.
xxxvii
xxxviii