kliping 30 mei 2016

Upload: kliping-digital-harian-pembiayaan-perumahan-pupr

Post on 05-Jul-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016

    1/17

  • 8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016

    2/17

    KLIPING

    BERITA

    2016

    DITJEN

    PEMBIAYAAN

    PERUMAHAN

    KEMENTERIAN PEKERJAAN

    UMUM

    DAN

    PERUMAHAN RAKYAT

    Tanggal

    1

    :

    I 30

    Mei 2016

    |

    HalanIan/Rubrik | :

    I 27/Proper

    I

    Media

    I

    :

    I

    Bisnis

    Indonesia

    I

    JuT1111$

    I 3

    I

    Fauzul

    Muna

    '_>

    KEBIJAKAN

    EKONOMI

    Perumahan

    MBRI

    Men'ad

     

    %I

    Pawket

    I

    X

    ll

    I

    Poke?

    Kebiiokon

    Ekonomi

    XIII

    yang

    Fokus

    padc

    se|

  • 8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016

    3/17

    KLIPING

    BERITA

    2016

    DITJEN

    PEMBIAYAAN

    PERUMAHAN

    KEMENTERIAN

    PEKERJAAN UMUM DAN

    PERUMAHAN

    RAKYAT

    Tanggal

    I 1

    |

    30

    Mei 2016

    I

    Halaman/Rubrik

    |

    1 I 27/Properti

    Media

    :

    I

    Bisnis Indonesia | Jumalis

    | ;

    I

    Fauzul

    Mung

    a

    -

    Tantanqan

    dalam Upaya

    , ‘I’

    ;,;;='

    arf: -' i=5_*

    “%~'==&%

  • 8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016

    4/17

    KLIPING

    BERITA

    2016

    DITJEN

    PEMBIAYAAN

    PERUMAHAN

    KEMENTERIAN

    PEKERJAAN

    UMUM

    DAN PERUMAHAN

    RAKYAT

    I Tang_gal

    I

    :

    |

    30

    Mei 2016

    [ Halaman/Rubrik

    \ ;

    | 27/Properti

    \

    Med1a

    |

    : I

    Bisnis

    Indonesia

    [

    Jurnalis

    \ 1 \

    Emanuel

    B.

    P RUMAH

    BERSUBSIDI

    BTN

    Diminta

    Permudah

    Akad

    Kredit

    JAKARTA

    —— Pengembang

    ber-

    Revisi

    taxget

    ini akan

    diumumkan

    harap

    agar

    optimisme

    PT-

    Bank

    secara

    tesmi

    pada

    perubahan

    Tabungan

    Negara

    Tbk.unl1.lk

    me-

    Rencana

    Bisnis

    Bank

    [RBB)

    BTN

    ningkatkan

    target

    penyaluran

    semesterl].

    knedit

    pemilikanperumahan

    atau

    Pasalnya,

    Ape;-si

    mengalami

    KPR

    tahun

    ini

    dapat

    kesulitan

    rnenjual

    unit

    hunian

    dengan

    kemudahan

    pengurusan

    bersubsidi

    sepanjang

    kuartal

    per-

    akad

    knedit

    bagi

    penunahan

    ber-

    tama

    tahun

    ini.

    Menurut

    Eddy,

    subsidi.

    -

    ada

    saja alasan

    perbankan

    untuk

    Ketua

    Umum

    Asosiasi

    Pengem-

    memperlambat

    pelaksanaan

    bang

    Perumahan

    dan

    Permukiman

    akad

    kredit.

    Seluruh

    Indonesia

    (Apersi

    Munas

    Dia

    menduga

    hal

    itu

    terkait

    en-at

    Pontianak)

    Eddy

    Ganefo

    menga-~

    dengan

    utang

    FLPP

    pemerintah

    takan,permimaanpasarperumah-

    yang

    belum

    terbayarkan

    kepada

    an

    saat

    ini

    didominasi

    oleh

    ka-

    perbankan

    tahun

    lalu.

    Hal

    itu

    pun

    langan

    pengguna

    akhir

    dari

    ma--

    'diakui

    Dirjen

    Pembiayaan

    Peru-

    syarakal

    berpenghasilan

    rendah.

    mahan

    Kementerian

    Pekerjaan

    Akan

    tetapi,

    penyerapan

    unit-

    Umum

    dan

    Perumahan

    Rakyat

    unit

    hunian

    bersubsidi

    saat

    ini

    Maurin

    Sitorus.

    Dia

    menyebutkan

    justru

    terhambat

    karena

    sulitnya

    bahwa

    tunggakan

    FLPP

    tahun

    pengnrusan

    akad

    kredit

    bagi

    kon-

    lalu

    mencapai

    Rp5,1

    triliun.

    sumen

    yang

    hendak

    memanfaat-_

    .

    kan

    fasilitas

    likuiditas

    pembiaya-

    REVISI

    TARGET

    an

    perumahan

    GTLPP].

    Direktur

    Utama

    Bank

    BTN

    Maf-

    Sebaliknya,

    pennintaan

    dari

    yono

    melihat

    potensi

    pasar

    yang

    '

    segmen

    KPR

    kornexsial

    saat

    ini

    akan

    semakin

    baik

    pada

    sisa

    ta-

    masih

    naelemah

    sehingga

    relatif

    hun

    ini

    sehingga

    pihaknya

    akan

    sulit

    untuk

    mernacu

    penyaluran

    lnerevisi

    target

    yang

    semula

    kredit

    tanpa

    strategi

    yang

    tepat.

    dhepapkan.

    ‘-

    Ditambah

    lagi

    dengan

    momen

    “Betul,

    kami

    akan

    tingkatkan

    Ramadan-dan

    pergantian

    tahun

    dengan

    kondisi

    yang

    lebih

    baik

    ajaran

    geliat

    penjualan

    lagi

    naik

    sampai

    620.000

    unit,

    diyakiniakan

    semakin

    melemah.

    Nanti

    akan

    diperbaiki

    RBB-nya

    ébenamya

    demand-nya

    cukup

    pada

    semester

    II,

    katanya

    kepada

    bagus_dan

    bisa

    saja

    itu dltingkatv

    Bisnis,

    Kamis

    (26/5).

    kan.

    Asail,

    BTN

    konsisten

    agar

    se

    Optimisme

    tersebut

    diimbangi

    tiap

    pennintaan

    yang

    masuk

    bisa

    dengan

    upaya

    nyata'Bank

    BTN

    melakukan

    akad

    knedit

    dengan

    melalui

    kerja

    sama

    dengan

    sejum-

    'lebih

    m\1dah.J

  • 8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016

    5/17

    ~

    KLIPING

    BERITA

    2016

    _

    DITJEN PEMBIAYAAN

    PERUMAHAN

    KEMENTERIAN

    PEKERJAAN UMUM

    DAN PERUMAHAN RAKYAT

    i

    rTang_gal

    30

    Mei

    2016

    II Ialaman/Rubrik

    |

    1

    |27/Properti

    Media

    I Bisnis

    Indonesia

    I Jumalis I

    :

    I Emanuel

    B.

     4

  • 8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016

    6/17

    1,32

    M .

    , ¢

    », ~.=:

    KLIPING

    BERITA

    2016

    ii

    »

    DITJEN

    PEMBIAYAAN

    PERUMAHAN

     

    KEMENTERIAN

    PEKERJAAN UMUM

    DAN

    PERUMAHAN

    RAKYAT

    Media

    Tanggal

    I :

    30 Mei

    2016

      Halaman/Rubrik I : I 1/Headline /

    Indopos

    Jurnalis

    I : I Gen/c5/noe

    0

  • 8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016

    7/17

    BI AKUI

    KEBIJAKAN

    RELAKSASI

    LTV

    TAK

    CUKUP

    DONGKRAK

    PERMINTAAN

    Rubrik

    Properti

    28

    Mei 2016

    06:29:00

    WIB

    E

    Online,

    Jakarta

    -

    Bank

    Indonesia mengevaluasi

    bahwa

    kebijakan relaksasi

    dengan menaikkan

    pembiayaan

    perbankan

    terhadap

    nilai agunan

     loan to value/LTV) tidak

    cukup untuk mendongkrak

    permintaan

    kredit,

    namun

    perlu

    bauran kebijakan

    pemerintah agar

    insentif yang diberikan lebih

    komprehensif.

     Kalau

    saja kami

    punya

    kebijakan

    sektor

    perumahan

    yang komprehensif akan

    lebih

    optimal, jadi bukan

    hanya

    dari sisi

    perbankan tapi perlu

    seperti

    perlindungan

    konsumen dan lainnya

    yang belum

    tercakup,

    Kata Direktur

    Depanemen

    Kebijakan

    Makro

    Prudensial Bl

    Yati Kurniati

    di Jakarta, Jumat  27/5/2016).

    Hal

    tersebut merupakan

    evaluasi

    BI dari

    kebijakan sebelumnya

    yang

    menaikkan

    LTV

    menjadi 80

    persen

    dari

    70

    persen,

    sehingga

    uang

    muka

    yang

    dibayarkan

    nasabah hanya 20 persen

    dari total pembiayaan

    rumah.

    Yati

    mengatakan,

    relaksasi

    yang dikeiuarkan

    pada

    November

    2015 itu

    memang

    belum mampu

    mendongkrak

    pertumbuhan

    kredit dan

    menstimulus

    pertumbuhan

    ekonomi.

    Selain

    karena kebijakan yang

    masih

    parsial, lanjut

    Yanti,

    relaksasi tersebut

     tidak

    laris Karena perlambatan

    ekonomi yang cukup dalam

    pada

    tahun

    Ialu.

    Akibatnya,

    masyarakat

    atau nasabah

    lebih

    memilih

    mengeluarkan

    uang untuk

    keperluan

    utama

    dibandingkan

    membeli

    rumah

    atau kendaraan bermotor.

    Kebijakan relaksasi LTV

    pada

    tahun

    lalu

    itu

    pada

    akhirnya

    hanya

    menahan

    perlambatan

    ekonomi agar tidak

    semakin

    dalam,

    tapi

    belum

    sampai

    mendorong

    ekonomi

    untuk

    tumbuh.

     Jadi

    dampak

    pelonggaran

    LTV tidak terlalu

    signifikan

    utk mem-boost pertumbuhan

    kredit)

    karena

    masih

    ada

    perlambatan

    dari

    sektor

    |ainnya,

    ujarnya.

    Pada

    2015, pertumbuhan

    kredit

    perbankan nasional

    hanya mencapai 10,1

    persen.

    Angka

    tersebut

    lebih

    rendah

    dibandingkan

    batas

    bawah proyeksi

    Bl dan Otoritas

    Jasa

    Keuangan  OJK) yang sebesar

    11

    persen

    -

    13

    persenr

    Tahun

    ini,

    Yati

    mengatakan,

    Bl

    ingin

    mengeluarkan

    kebijakan

    relaksasi

    LTV

    secara menyeluruh.

    Dia

    melihat insentif di

    bidang pembiayaan perumahan

    ini

    akan

    turut

    membuat pemulihan

    ekonomi

    berjalan

    mulus

    pada

    tahun ini. Namun,

    dia

    juga

    meminta pemerintah

    untuk

    turut

    mengeluarkan

    kebijakan

    yang

    sinergis, agar

    industri

    properti

    dan kredit perbankan

    bisa

    tumbuh maksimal.

     Jadi

    bukan hanya dari

    sisi perbankan

    saja, bisa

    juga dari perpajakan,

    yang belum tercakup,

    ujarnya.

     Ant)

    bgp://wartaekonomrco.id/read/2016/O5/28/101661/bi-akui-kebiiakan-relaksasi-ltv-tak-cuku0-dongkrak-

    germintaanhtml

  • 8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016

    8/17

    vs,

    : m:*~:-1

    BI

    Nilai

    Relaksasi

    LTV

    tak

    Cukup

    untuk

    Naikkan

    Kredit

    REPU15LIKA.CO.ID.

    JAKARTA

    --

    Bank

    Indonesia

    mengevaluasi

    bahwa kebijakan

    relaksasi

    dengan

    menaikkan

    pembiayaan

    perbankan

    terhadap

    nilai agunan

    (loan

    to

    value/LTV)

    tidak

    cukup

    untuk

    mendongkrak

    permintaan

    kredit,

    namun

    perlu

    bauran

    kebijakan

    pemerintah

    agar insentif

    yang

    diberikan

    lebih komprehensif.

     Kalau

    saja kami

    punya

    kebijakan

    sektor

    perumahan

    yang komprehensif

    akan

    lebih

    optimal,

    jadi bukan

    hanya

    dari

    sisi

    perbankan

    tapi

    perlu

    seperti

    perlindungan

    konsumen

    dan

    lainnya

    yang

    belum tercakup,

    kata

    Direktur

    Departemen

    Kebijakan

    Makro

    Prudensial

    BI

    Yati Kurniati

    di

    Jakarta,

    Jumat

    (27/5).

    Hal tersebut

    merupakan

    evaluasi B1

    dari kebijakan

    sebelumnya

    yang

    menaikkan

    LTV

    menjadi

    80

    persen

    dari

    70

    persen, sehingga

    uang

    muka yang dibayarkan

    nasabah

    hanya

    20 persen

    dari

    total pembiayaan

    rumah.

    Yati

    mengatakan,

    relaksasi yang

    dikeluarkan

    pada

    November

    2015

    itu

    memang

    belum 1nampu

    mendongkrak

    pertumbuhan

    kredit

    dan

    menstimulus

    pertumbuhan

    ekonomi.

    Selain

    karena kebijakan

    yang

    masih parsial,

    lanjut

    Yanti,

    relaksasi tersebut

     tidak

    laris

    karena perlambatan

    ekonomi

    yang

    cukup

    dalam

    pada

    tahun

    lalu.

    Akibatnya,

    masyarakat

    atau

    nasabah

    lebih

    memi1ih

    mengeluarkan

    uang

    untuk

    keperluan

    utama dibandingkan

    membeli

    rumah

    atau kendaraan

    bermotor.

    Kebijakan

    relaksasi

    LTV pada

    tahun lalu

    itu

    pada

    akhirnya

    hanya menahan

    perlambatan

    akonomi

    agar tidak

    semakin

    dalam, tapi

    belum sampai

    mendorong

    ek0n0mi”untuk

    tumbuh.

     Jadi dampak

    pelonggaran

    LTV

    tidak terlalu signikan

    utk

    mem-b00sl(pertumbuhan

    kredit)

    karena masih

    ada

    peambatan

    dari

    sektor

    lainnya,

    ujamya.

    Pada

    2015,

    pertumbuhan

    kredit

    perbankan

    nasional hanya

    mencapai

    10,1 persen.

    Angka

    tersebut

    lebih rendah

    dibandingkan

    batas bawah

    proyeksi B1

    dan Otoritas Jasa

    Keuangan

    (OJK)

    yang sebesar

    ll

    persen-13

    persen.

  • 8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016

    9/17

    Tahun

    ini

    Yati

    mengatakan

    BI

    ingin

    mengeluarkan

    kebijakan

    relaksasi

    LTV

    secara

    menyelliruh.

    Dia

    melihat

    insentif

    di

    bidang

    pembiayaan

    perumahan

    ini

    akan

    turut

    membuat

    pemulihan

    ekonomi

    berjalan

    mulus

    pada

    tahun

    ini.

    Namun

    diajuga

    meminta

    pemerintah

    untuk

    turut

    mengeluarkan

    kebijakan

    yang

    sinergis

    agar

    industri

    propei

    dan

    kredit

    perbankan

    bisa

    tumbuh

    maksimal.

     Jadi

    bukan

    hanya

    dari

    sisi

    perbankan

    saja

    bisajuga

    dari

    perpajakan

    yang

    belum

    tercakup

    ujarnya.

    http://www.renublika.co.id/berita/ekonomi/keuamzanl16/O5/27/07u3fh382-bi-nHai-reIaksasi-Itv-tak-

    cukuguntuk-naikkan»kredit

    4

  • 8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016

    10/17

    PENJUALAN

    RUMAH:

    REI

    Bertahan

    Dengan

    Target

    Awal

    Emanuel

    B. Caesario

    Jum'aL

    27/05/2016

    21:10

    WIB

    Bisnis.com,

    JAKARTA

    -

    Persatuan

    Perusahaan

    Realestat

    Indonesia

    atau

    REI

    tetap

    mempertahankan

    target pertumbuhan

    penjualan

    properti

    residensial

    sebesar

    10

    hingga

    12

    tahun

    ini

    meski

    pada

    kuartal

    kedua

    tahun

    ini

    dibayang-bayangi

    pelemahan

    penjualan.

    Ketua

    Umum

    DPP

    REI Eddy

    Hussy

    mengungkapkan

    sejumlah

    perusahaan

    anggota

    REI

    mencacat

    penurunan

    penjualan

    properti

    residensial

    sepanjang

    awal

    tahun

    ini

    dibandingkan

    dengan

    kinerja

    periode

    yang

    sama

    tahun

    lalu.

    Hingga

    pertengahan

    tahun

    ini, penjualan

    di segmen

    menengah

    ke atas

    terus

    melanjutkan

    tren

    penurunan

    yang

    sudah

    terjadi

    beberapa

    tahun

    terakhir.

    Eddy

    mengatakan,

    REI

    belum

    sepenuhnya

    merangkum

    data penjualan

    dari

    para

    anggota,

    tetapi

    dari

    sejumlah

    anggota

    yang

    telah

    memberikan

    data menunjukkan

    tren

    penurunan

    nyata

    terjadi

    di

    lapangan.

    “Ada

    beberapa

    pengembang

    mengatakan

    turun,

    ada

    yang

    30 ,

    ada

    yang

    20

    dan

    10 .

    Tidak

    sama,

    tergantung

    pengembangnya,

    tetapi

    itu

    lebih

    ke segmen

    menengah

    ke

    atas,

    katanya

    pada

    Bisnis,

    dikutip

    Jumat

    (27/5/2016).

    Penurunan

    di

    segmen

    tersebut

    erat

    terkait

    dengan

    kondisi

    makro

    ekonomi

    yang

    belum

    sepenuhnya membaik sehingga

    arus

    belanja

    publik masih

    tertahan.

    Selain

    itu, Eddy

    mengungkapkan

    tren

    penurunan

    penjualan

    juga

    mulai

    terasa

    dari

    segmen

    menegah

    ke

    bawah

    dan

    perumahan

    subsidi.

    Eddy

    menduga,

    penurunan

    ini

    terjadi

    seiring

    akan

    dimulainya

    masa

    puasa

    jelang

    Lebaran

    dan

    juga

    liburan

    sekolah.

  • 8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016

    11/17

    Meski begitu,

    menurutnya

    tren

    sesaat ini

    tidak

    perlu

    terlalu

    dikuatirkan. RE

    masih akan

    memantau

    tren penjualan

    seusai

    Lebaran dan

    mengupayakan

    stratagi

    penjualan

    untuk

    menggenjot

    penjualan.

    Dirinya

    masih

    berharap

    pertumbuhan

    penjualan

    tahun

    ini dapat

    Iebih

    baik dibandingkan

    realisasi

    pertumbuhan

    tahun

    lalu

    yang

    mencapai

    7%.

    “Kita masih

    punya waktu,

    ini kan

    masih Mei,

    kita

    masih

    optimis

    bahwa

    target 10%

    pertumbuhan

    di tahun

    ini

    masih

    bisa

    tercapai, katanya

    ketika ditanyai

    terkait

    kemungkinan

    tahun

    ini penjualan

    properti

    akan tenggelam Iebih

    dalam dibandingkan

    tahun

    lalu.

    Dalam rapat

    koordinasi

    yang diikutinya,

    ada

    wacana

    regulasi

    penyederhanaan

    perizinan

    untuk

    rumah

    bersubsidi atau

    bagi

    masyarakat

    berpenghasilan

    rendah

    (MBR)

    akan

    terbit antara

    Juli

    atau

    Agustus

    tahun ini,

    meski

    hal tersebut sepenuhnya

    menjadi

    keputusan

    pemerintah.

    Eddy

    mengatakan,

    bila regulasi

    tersebut diterbitkan,

    akan

    ada

    kepastian

    bagi

    pengembang

    terkaitjangka

    waktu pengurusan

    izin

    dan

    biaya yang

    harus dikeluarkan

    sehingga akan

    menolong upaya

    percepatan

    pembangunan.

    Harga

    unit

    pun

    tentu akan

    Iebih

    terjangkau sehingga

    diharapkan

    akan Iebih cepat terserap

    pasar.

    Di awal

    tahun ini,

    REI

    menargetkan

    mampu

    membangun

    sekitar

    250.000

    unit

    rumah

    sepanjang

    tahun

    ini, baik

    tapak

    maupun

    vertikal. Dirinya

    masih

    optimis target tersebut

    tercapaigeiring

    berbagai

    upaya

    pemerintah, termasuk

    realisasi kebijakan

    pengampunan

    pajak

    atau

    tax amnesty.

    Data

    Bank

    [Indonesia

    menunjukkan

    pertumbuhan

    pejualan residensial secara

    triwulanan

    pada

    kuartal

    pertama tahun

    ini hanya 1,51%. Padahal,

    pertumbuhan kuartal

    sebelumnya

    masih

    bisa

    6,02%,

    Perlambatan penjualan

    juga

    tercermin

    dari

    melambatnya penyaluran

    kredit aemilikan rumah/apartemen

    (KPR/KPA).

  • 8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016

    12/17

    Penyaluran

    KPR dan

    KPA

    kuartal

    I/2016

    hanya tumbuh

    0,38

    secara

    triwulanan,

    mencapai

    Rp342,16

    triliun,

    melambat

    dibandingkan

    kuartal

    sebelumnya

    yang

    tumbuh

    2,21 .

    Padahal,

    pengguanaan

    KPR

    masih

    menjadi

    sumber

    pembiayaan

    dominan

    bagi

    konsumen, yakni

    77,82 .

    Bl mencatat,

    dari total

    KPR

    yang

    dikucurkan

    bank

    sejak

    Januari

    2016

    hingga Maret

    2016,

    sebanyak

    2,02

    MBR

    memanfaatkan

    fasilitas

    Iikuiditas

    pembiayaan

    perumahan

    (FLPP)

    dari

    pemerintah.

    Pencairan

    FLPP

    kuartal

    I/2016

    hanya

    sebesar

    RpO,37

    triliun

    dari daftar

    isian

    pelaksanaan

    anggaran

    (DIPA)

    FLPP

    2016

    Rp10,58

    triliun.

    Penyaluran

    FLPP tersebut

    mencakup

    pembiayaan

    untuk

    3.851 unit

    rumah.

    capaian ini

    Iebih

    rendah

    dibandingkan

    periode

    yang

    sama

    tahun

    sebelumnya

    yang mencapai

    4.253

    unit.

    http://properti.bisnis.c0m/read/20160527/48/552085/peniualan~rumah-rei~bertahan-dengan-ta

    r2et

    awal

  • 8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016

    13/17

    .lum‘al,

    27

    Mei 20l6

    ~ 18:55

    wib

    BI:

    Kebijakan

    Relaksasi

    LTV

    Tidak

    Cukup

    JAKARTA

    - Bank Indonesia

    mengevaluasi

    bahwa

    kebijakan

    relaksasi

    dengan menaikkan

    pembiayaan perbankan terhadap

    nilai

    agunan

     loan to

    value/LTV)

    tidak

    cukup untuk

    mendongkrak

    permintaan

    krcdit,

    namun

    pcrlu

    bauran kcbijakan

    pcmcrintah

    agar

    inscntif

    yang

    diberikan

    lebih komprehensif.

     Kalau

    saja

    kami

    punya kebijakan

    sektor perumahan yang

    komprehensif

    akan

    lebih

    optimal,

    jadi bukan

    hanya

    dari sisi perbankan

    tapi perlu

    seperti perlindungan konsumen

    dan lainnya yang

    belum

    tercakup,

    kata

    Direktur Departemen Kebijakan Makro

    Prudensial

    Bl

    Yati Kurniati

    di Jakarta.

    Hal

    tersebut

    merupakan

    evaluasi

    Bl

    dari

    kebijakan

    sebelumnya

    yang

    menaikkan

    LTV

    menjadi

    80 persen dari

    70 persen, sehingga uang muka yang

    dibayarkan

    nasabah

    hanya

    20

    pcrscn dari total pcmbiayaan

    run1ah. Baca

    juga: Gara-Gara Ekonomi

    Melambat,

    Kebiiakan

    LTV

    Tak

    Maksimal)

    Yati mengatakan.

    relaksasi

    yang

    dikeluarkan pada

    November

    2015

    itu memang

    belum

    mampu

    mendongkrak

    pertumbuhan

    kredit

    dan menstimulus pertumbuhan ekonomi.

    Selain

    karena

    kebijakan

    yang

    masih parsial, lanjut Yanti, relaksasi tersebut  tidak laris

    karena

    pcrlambatan

    ekonomi

    yang cukup

    dalam

    pada

    tahun

    lalu.

    Akibatnya.

    masyarakat

    atau nasabah

    lebih

    memilih mcngeluarkan uang untuk

    kcpcrluan

    utama

    dibandingkan

    membeli

    rumah

    atau kendaraan bermotor.

    Kebijakan

    relaksasi LTV

    pada

    tahun lalu itu

    pada

    akhirnya

    hanya

    menahan

    perlambatan

    ekonomi

    agar yidak scmakin dalam. tapi belum

    sampai mcndorong

    ekonomi untuk tumbuh.

     Jadi dampak pelonggaran

    LTV tidak

    terlalu

    signikan

    utk mem-boost

     pertumbuhan

    kredit) karena

    masih ada

    perlambatan dari

    sektor lainnya.

    ujarnya,

    Jumat  27/5/2016)

    Pada 2015,

    pcrlumbuhan krcdit

    pcrbankan

    nasional hanya mencapai

    10,1

    perscn.

    Angka

    tersebut lebih

    rendah

    dibandingkan

    batas

    bawah

    proyeksi Bl dan Otoritas Jasa Keuangan

     OJK)

    yang scbesar ll person

    - 13 pcrsen.

  • 8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016

    14/17

    Tahun

    ini,

    Yati

    mcngalakan,

    BI ingin

    mcngcluarkan

    kebijakan

    relaksasi LTV secara

    menyeluruh.

    Dia

    melihat

    insentifdi

    bidang pembiayaan

    perumahan

    ini

    akan

    tumt

    membuat

    pemulihan

    ekonomi

    bcrjalan

    mulus pada

    tahun

    ini.

    Namun,

    dia

    juga

    meminla

    pemerintah untuk

    turul

    mcngcluarkan

    kebijakan

    yang sinergis.

    agar

    industri properti

    dan

    kredit

    perbankan

    bisa tumbuh maksimal‘

     Jadi

    bukan

    hanya

    dari

    sisi perbankan

    saja, bisa

    juga

    dari perpajakan,

    yang

    belum

    tercakup,

    ujamya.

    (rzk)

    http://ec0nomv.okezone.c0m/read/2016/O5/27/470/1399613/bi-kebiiakanlrelaksasi-Itv—tidak-cukug

     .

  • 8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016

    15/17

    Kamis,

    26

    Mei

    2016 -13:54

    WIB

    lndustri

    Properti

    Mulai

    Gairahkan

    Ekonomi

    AKARTA

    - Bank

    Indonesia

     Bl)

    berdalih

    pelonggaran

    loan

    to value

     LTV)

    didasari

    permintaan

    properti

    masih

    tinggi.

    Di

    mana,

    geliat

    industri

    properti

    diyakini

    bakal

    menjadi

    salah

    satu

    penggerak

    roda

    perekonomian

    nasional.

    Karena

    itu,

    rencana

    pelonggaran

    regulasi

    pembiayaan

    perumahan

    akanberdampak

    positif

    untukjangka

    panjang.

    Prospek

    properti

    ke depan

    diprediksi

    masih

    menjanjikan.

    Menyimpan

    potensi

    besar

    untuk

    terus

    mengalami

    perkembangan

    secara

    signikan.

    Apalagi,

    penduduk

    kelas

    menengah

    tengah

    meledak

    dan

    butuh hunian

    Iayak.

     Sektor

    properti

    dari segi

    peminat

    masih

    sangat

    tinggi,

    beber

    Deputi

    Gubernur

    Bl

    Erwin

    Rijanto.

    Erwin

    melanjutkan

    kalau

    penjualan

    propeni

    meningkat,

    akan mernberi

    efek

    domino

    lebih

    Iuas

    pada

    sektor

    Iain.

    Misalnya,

    mendongkrak

    penjualan

    semen,

    menyerap

    tenaga

    kerja,

    meningkatkan

    penjualan

    perkakas

    dan

    perangkat

    elektronik

    rumah

    tangga.

    “Sektor

    propeni

    menjadi

    perhatian.

    Karena

    linkage

    ke

    depan

    sangat

    besar,

    imbuh

    En/vin.

    Di samping

    itu,

    pelonggaran

    kebijakan

    makroprudensial

    itu

    bisa

    mengatrol

    penyaluran

    kredit.

    Apalagi,

    rasio

    kredit

    bermasaiah

     NPL)

    perbankan

    segmen

    kredit

    pemilikan

    rumah

     KPR)

    masih

    rendah.

    Dengan

    begitu,

    ruang

    untuk

    terus

    menggenjot

    sektor

    kredit

    masih

    aman.

    Per

    Maret,

    jumiah

    kredit

    bermasalah

    sektor

    KPR

    berada

    di

    level

    2,58

    persen.

     Karena

    masih

    relatif

    rendah,

    asa untuk

    menggenjotnya

    masih

    amat

    terbuka,”

    lanjut

    Erwin.

    Sebelum

    mengeluarkan

    kebijakan

    pelonggaran

    pembiayaan

    perumahan,

    BI

    terus

    berdiskusi

    dengan

    Perhimpunan

    Bank~bank

    Umum

    Nasional

     Perbanas)

    dan

    Asosiasi

    terkait

    guna

    memperoleh

    masukan.

    Kebijakan

    pelenturan

    juga

    tetap

    akan

    diseimbangkan

    dengan

    pengawasan

    kebijakan

    berprinsip

    kehati-hatian.

     Kami

    berdiskusi

    dengan

    berbagai

    pihak

    untuk

    mendapat

    masukan

    pengembangan

    dari

    sisi bank

    dan

    juga

    NPL, ucapnya.

     far/zul/jpg)

    1

  • 8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016

    16/17

    Sabtu,

    28 Mei

    2016

    -10:59 WIB

    Penjualan

    Rumah

    Subsidi

    Seret

    5161115111

    JAKARTA

    - Pembatasan

    kredit yang

    dilakukan perbankan

    berdampak

    pada

    realisasi

    penjualan

    rumah

    bersubsidi.

    Dari

    40

    ribu rumah

    yang telah

    terbangun,

    sekitar

    20 ribu

    rumah baru

    terjual.

    Ketua Asosiasi

    Pengembang

    Perumahan

    dan

    Permukiman

    Seluruh

    Indonesia

     Apersi)

    Eddy

    Ganefo

    menyatakan,

    tahun ini pembangunan

    rumah

    bersubsidi

    ditargetkan

    120 ribu

    unit.

    Pengembang

    siap

    merealisasi,

    tapi

    meminta

    bank untuk

    melonggarkan

    kebijakan

    kredit

    pemilikan

    rumah

     KPR)4

    Eddy

    menyebut

    kondisi

    tahun ini

    berbeda

    dengan tahun

    Ialu, Meski

    terjadi

    perlambatan

    kondisi

    ekonomi,

    semua

    rumah

    bersubsidi

    habis

    terjual

    pada

    tahun

    lalu.

    Karena

    itu, dia

    menduga

    faktornya

    bukan

    daya

    beli, tapi persyaratan

    bank.

     Bank

    makin ketat,

    mungkin

    takut banyak

    PHK,

    tambahnya.

    Berdasar

    informasi

    yang

    dia terima,

    bank

    menetapkan

    syarat

    Iebih

    ketat

    saat

    menerima

    pengajuan

    kredit

    oleh masyarakat

    yang

    berpenghasilan

    rendah.  Dulu

    syarat

    kurang-kurang

    sedikit

    rnasih

    bisa.

    Sekarangsemua

    syarat

    harus

    dipenuhi.

    Memang

    bisa

    dipenuhi,

    tapi

    kami perlu

    waktu,

    terangnya.

     wir/c5/noe/jpg)

    hip://radarteqal.com/news/6002-Deniualan-rumah-subsidi-seret

  • 8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016

    17/17