Download - Kliping 30 Mei 2016
-
8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016
1/17
-
8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016
2/17
KLIPING
BERITA
2016
DITJEN
PEMBIAYAAN
PERUMAHAN
KEMENTERIAN PEKERJAAN
UMUM
DAN
PERUMAHAN RAKYAT
Tanggal
1
:
I 30
Mei 2016
|
HalanIan/Rubrik | :
I 27/Proper
I
Media
I
:
I
Bisnis
Indonesia
I
JuT1111$
I 3
I
Fauzul
Muna
'_>
KEBIJAKAN
EKONOMI
Perumahan
MBRI
Men'ad
%I
Pawket
I
X
ll
I
Poke?
Kebiiokon
Ekonomi
XIII
yang
Fokus
padc
se|
-
8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016
3/17
KLIPING
BERITA
2016
DITJEN
PEMBIAYAAN
PERUMAHAN
KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM DAN
PERUMAHAN
RAKYAT
Tanggal
I 1
|
30
Mei 2016
I
Halaman/Rubrik
|
1 I 27/Properti
Media
:
I
Bisnis Indonesia | Jumalis
| ;
I
Fauzul
Mung
a
‘
-
Tantanqan
dalam Upaya
, ‘I’
;,;;='
arf: -' i=5_*
“%~'==&%
-
8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016
4/17
KLIPING
BERITA
2016
DITJEN
PEMBIAYAAN
PERUMAHAN
KEMENTERIAN
PEKERJAAN
UMUM
DAN PERUMAHAN
RAKYAT
I Tang_gal
I
:
|
30
Mei 2016
[ Halaman/Rubrik
\ ;
| 27/Properti
\
Med1a
|
: I
Bisnis
Indonesia
[
Jurnalis
\ 1 \
Emanuel
B.
‘
P RUMAH
BERSUBSIDI
BTN
Diminta
Permudah
Akad
Kredit
JAKARTA
—— Pengembang
ber-
Revisi
taxget
ini akan
diumumkan
harap
agar
optimisme
PT-
Bank
secara
tesmi
pada
perubahan
Tabungan
Negara
Tbk.unl1.lk
me-
Rencana
Bisnis
Bank
[RBB)
BTN
ningkatkan
target
penyaluran
semesterl].
knedit
pemilikanperumahan
atau
Pasalnya,
Ape;-si
mengalami
KPR
tahun
ini
dapat
kesulitan
rnenjual
unit
hunian
dengan
kemudahan
pengurusan
bersubsidi
sepanjang
kuartal
per-
akad
knedit
bagi
penunahan
ber-
tama
tahun
ini.
Menurut
Eddy,
subsidi.
-
ada
saja alasan
perbankan
untuk
Ketua
Umum
Asosiasi
Pengem-
memperlambat
pelaksanaan
bang
Perumahan
dan
Permukiman
akad
kredit.
Seluruh
Indonesia
(Apersi
Munas
Dia
menduga
hal
itu
terkait
en-at
Pontianak)
Eddy
Ganefo
menga-~
dengan
utang
FLPP
pemerintah
takan,permimaanpasarperumah-
yang
belum
terbayarkan
kepada
an
saat
ini
didominasi
oleh
ka-
perbankan
tahun
lalu.
Hal
itu
pun
langan
pengguna
akhir
dari
ma--
'diakui
Dirjen
Pembiayaan
Peru-
syarakal
berpenghasilan
rendah.
mahan
Kementerian
Pekerjaan
Akan
tetapi,
penyerapan
unit-
Umum
dan
Perumahan
Rakyat
unit
hunian
bersubsidi
saat
ini
Maurin
Sitorus.
Dia
menyebutkan
justru
terhambat
karena
sulitnya
bahwa
tunggakan
FLPP
tahun
pengnrusan
akad
kredit
bagi
kon-
lalu
mencapai
Rp5,1
triliun.
sumen
yang
hendak
memanfaat-_
.
kan
fasilitas
likuiditas
pembiaya-
REVISI
TARGET
’
an
perumahan
GTLPP].
Direktur
Utama
Bank
BTN
Maf-
Sebaliknya,
pennintaan
dari
yono
melihat
potensi
pasar
yang
'
segmen
KPR
kornexsial
saat
ini
akan
semakin
baik
pada
sisa
ta-
masih
naelemah
sehingga
relatif
hun
ini
sehingga
pihaknya
akan
sulit
untuk
mernacu
penyaluran
lnerevisi
target
yang
semula
kredit
tanpa
strategi
yang
tepat.
dhepapkan.
‘-
Ditambah
lagi
dengan
momen
“Betul,
kami
akan
tingkatkan
Ramadan-dan
pergantian
tahun
dengan
kondisi
yang
lebih
baik
ajaran
geliat
penjualan
lagi
naik
sampai
620.000
unit,
diyakiniakan
semakin
melemah.
Nanti
akan
diperbaiki
RBB-nya
ébenamya
demand-nya
cukup
pada
semester
II,
katanya
kepada
bagus_dan
bisa
saja
itu dltingkatv
Bisnis,
Kamis
(26/5).
‘
kan.
Asail,
BTN
konsisten
agar
se
Optimisme
tersebut
diimbangi
tiap
pennintaan
yang
masuk
bisa
dengan
upaya
nyata'Bank
BTN
‘
melakukan
akad
knedit
dengan
melalui
kerja
sama
dengan
sejum-
'lebih
m\1dah.J
-
8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016
5/17
~
KLIPING
BERITA
2016
_
DITJEN PEMBIAYAAN
PERUMAHAN
KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM
DAN PERUMAHAN RAKYAT
i
rTang_gal
30
Mei
2016
II Ialaman/Rubrik
|
1
|27/Properti
Media
I Bisnis
Indonesia
I Jumalis I
:
I Emanuel
B.
4
-
8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016
6/17
1,32
M .
, ¢
», ~.=:
KLIPING
BERITA
2016
ii
»
DITJEN
PEMBIAYAAN
PERUMAHAN
KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM
DAN
PERUMAHAN
RAKYAT
Media
Tanggal
I :
30 Mei
2016
Halaman/Rubrik I : I 1/Headline /
Indopos
Jurnalis
I : I Gen/c5/noe
0
-
8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016
7/17
BI AKUI
KEBIJAKAN
RELAKSASI
LTV
TAK
CUKUP
DONGKRAK
PERMINTAAN
Rubrik
Properti
28
Mei 2016
06:29:00
WIB
E
Online,
Jakarta
-
Bank
Indonesia mengevaluasi
bahwa
kebijakan relaksasi
dengan menaikkan
pembiayaan
perbankan
terhadap
nilai agunan
loan to value/LTV) tidak
cukup untuk mendongkrak
permintaan
kredit,
namun
perlu
bauran kebijakan
pemerintah agar
insentif yang diberikan lebih
komprehensif.
Kalau
saja kami
punya
kebijakan
sektor
perumahan
yang komprehensif akan
lebih
optimal, jadi bukan
hanya
dari sisi
perbankan tapi perlu
seperti
perlindungan
konsumen dan lainnya
yang belum
tercakup,
Kata Direktur
Depanemen
Kebijakan
Makro
Prudensial Bl
Yati Kurniati
di Jakarta, Jumat 27/5/2016).
Hal
tersebut merupakan
evaluasi
BI dari
kebijakan sebelumnya
yang
menaikkan
LTV
menjadi 80
persen
dari
70
persen,
sehingga
uang
muka
yang
dibayarkan
nasabah hanya 20 persen
dari total pembiayaan
rumah.
Yati
mengatakan,
relaksasi
yang dikeiuarkan
pada
November
2015 itu
memang
belum mampu
mendongkrak
pertumbuhan
kredit dan
menstimulus
pertumbuhan
ekonomi.
Selain
karena kebijakan yang
masih
parsial, lanjut
Yanti,
relaksasi tersebut
tidak
laris Karena perlambatan
ekonomi yang cukup dalam
pada
tahun
Ialu.
Akibatnya,
masyarakat
atau nasabah
lebih
memilih
mengeluarkan
uang untuk
keperluan
utama
dibandingkan
membeli
rumah
atau kendaraan bermotor.
Kebijakan relaksasi LTV
pada
tahun
lalu
itu
pada
akhirnya
hanya
menahan
perlambatan
ekonomi agar tidak
semakin
dalam,
tapi
belum
sampai
mendorong
ekonomi
untuk
tumbuh.
Jadi
dampak
pelonggaran
LTV tidak terlalu
signifikan
utk mem-boost pertumbuhan
kredit)
karena
masih
ada
perlambatan
dari
sektor
|ainnya,
ujarnya.
Pada
2015, pertumbuhan
kredit
perbankan nasional
hanya mencapai 10,1
persen.
Angka
tersebut
lebih
rendah
dibandingkan
batas
bawah proyeksi
Bl dan Otoritas
Jasa
Keuangan OJK) yang sebesar
11
persen
-
13
persenr
Tahun
ini,
Yati
mengatakan,
Bl
ingin
mengeluarkan
kebijakan
relaksasi
LTV
secara menyeluruh.
Dia
melihat insentif di
bidang pembiayaan perumahan
ini
akan
turut
membuat pemulihan
ekonomi
berjalan
mulus
pada
tahun ini. Namun,
dia
juga
meminta pemerintah
untuk
turut
mengeluarkan
kebijakan
yang
sinergis, agar
industri
properti
dan kredit perbankan
bisa
tumbuh maksimal.
Jadi
bukan hanya dari
sisi perbankan
saja, bisa
juga dari perpajakan,
yang belum tercakup,
ujarnya.
Ant)
bgp://wartaekonomrco.id/read/2016/O5/28/101661/bi-akui-kebiiakan-relaksasi-ltv-tak-cuku0-dongkrak-
germintaanhtml
-
8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016
8/17
vs,
: m:*~:-1
BI
Nilai
Relaksasi
LTV
tak
Cukup
untuk
Naikkan
Kredit
REPU15LIKA.CO.ID.
JAKARTA
--
Bank
Indonesia
mengevaluasi
bahwa kebijakan
relaksasi
dengan
menaikkan
pembiayaan
perbankan
terhadap
nilai agunan
(loan
to
value/LTV)
tidak
cukup
untuk
mendongkrak
permintaan
kredit,
namun
perlu
bauran
kebijakan
pemerintah
agar insentif
yang
diberikan
lebih komprehensif.
Kalau
saja kami
punya
kebijakan
sektor
perumahan
yang komprehensif
akan
lebih
optimal,
jadi bukan
hanya
dari
sisi
perbankan
tapi
perlu
seperti
perlindungan
konsumen
dan
lainnya
yang
belum tercakup,
kata
Direktur
Departemen
Kebijakan
Makro
Prudensial
BI
Yati Kurniati
di
Jakarta,
Jumat
(27/5).
Hal tersebut
merupakan
evaluasi B1
dari kebijakan
sebelumnya
yang
menaikkan
LTV
menjadi
80
persen
dari
70
persen, sehingga
uang
muka yang dibayarkan
nasabah
hanya
20 persen
dari
total pembiayaan
rumah.
Yati
mengatakan,
relaksasi yang
dikeluarkan
pada
November
2015
itu
memang
belum 1nampu
mendongkrak
pertumbuhan
kredit
dan
menstimulus
pertumbuhan
ekonomi.
Selain
karena kebijakan
yang
masih parsial,
lanjut
Yanti,
relaksasi tersebut
tidak
laris
karena perlambatan
ekonomi
yang
cukup
dalam
pada
tahun
lalu.
Akibatnya,
masyarakat
atau
nasabah
lebih
memi1ih
mengeluarkan
uang
untuk
keperluan
utama dibandingkan
membeli
rumah
atau kendaraan
bermotor.
Kebijakan
relaksasi
LTV pada
tahun lalu
itu
pada
akhirnya
hanya menahan
perlambatan
akonomi
agar tidak
semakin
dalam, tapi
belum sampai
mendorong
ek0n0mi”untuk
tumbuh.
Jadi dampak
pelonggaran
LTV
tidak terlalu signikan
utk
mem-b00sl(pertumbuhan
kredit)
karena masih
ada
peambatan
dari
sektor
lainnya,
ujamya.
Pada
2015,
pertumbuhan
kredit
perbankan
nasional hanya
mencapai
10,1 persen.
Angka
tersebut
lebih rendah
dibandingkan
batas bawah
proyeksi B1
dan Otoritas Jasa
Keuangan
(OJK)
yang sebesar
ll
persen-13
persen.
-
8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016
9/17
Tahun
ini
Yati
mengatakan
BI
ingin
mengeluarkan
kebijakan
relaksasi
LTV
secara
menyelliruh.
Dia
melihat
insentif
di
bidang
pembiayaan
perumahan
ini
akan
turut
membuat
pemulihan
ekonomi
berjalan
mulus
pada
tahun
ini.
Namun
diajuga
meminta
pemerintah
untuk
turut
mengeluarkan
kebijakan
yang
sinergis
agar
industri
propei
dan
kredit
perbankan
bisa
tumbuh
maksimal.
Jadi
bukan
hanya
dari
sisi
perbankan
saja
bisajuga
dari
perpajakan
yang
belum
tercakup
ujarnya.
http://www.renublika.co.id/berita/ekonomi/keuamzanl16/O5/27/07u3fh382-bi-nHai-reIaksasi-Itv-tak-
cukuguntuk-naikkan»kredit
4
-
8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016
10/17
PENJUALAN
RUMAH:
REI
Bertahan
Dengan
Target
Awal
Emanuel
B. Caesario
Jum'aL
27/05/2016
21:10
WIB
Bisnis.com,
JAKARTA
-
Persatuan
Perusahaan
Realestat
Indonesia
atau
REI
tetap
mempertahankan
target pertumbuhan
penjualan
properti
residensial
sebesar
10
hingga
12
tahun
ini
meski
pada
kuartal
kedua
tahun
ini
dibayang-bayangi
pelemahan
penjualan.
Ketua
Umum
DPP
REI Eddy
Hussy
mengungkapkan
sejumlah
perusahaan
anggota
REI
mencacat
penurunan
penjualan
properti
residensial
sepanjang
awal
tahun
ini
dibandingkan
dengan
kinerja
periode
yang
sama
tahun
lalu.
Hingga
pertengahan
tahun
ini, penjualan
di segmen
menengah
ke atas
terus
melanjutkan
tren
penurunan
yang
sudah
terjadi
beberapa
tahun
terakhir.
Eddy
mengatakan,
REI
belum
sepenuhnya
merangkum
data penjualan
dari
para
anggota,
tetapi
dari
sejumlah
anggota
yang
telah
memberikan
data menunjukkan
tren
penurunan
nyata
terjadi
di
lapangan.
“Ada
beberapa
pengembang
mengatakan
turun,
ada
yang
30 ,
ada
yang
20
dan
10 .
Tidak
sama,
tergantung
pengembangnya,
tetapi
itu
lebih
ke segmen
menengah
ke
atas,
katanya
pada
Bisnis,
dikutip
Jumat
(27/5/2016).
Penurunan
di
segmen
tersebut
erat
terkait
dengan
kondisi
makro
ekonomi
yang
belum
sepenuhnya membaik sehingga
arus
belanja
publik masih
tertahan.
Selain
itu, Eddy
mengungkapkan
tren
penurunan
penjualan
juga
mulai
terasa
dari
segmen
menegah
ke
bawah
dan
perumahan
subsidi.
Eddy
menduga,
penurunan
ini
terjadi
seiring
akan
dimulainya
masa
puasa
jelang
Lebaran
dan
juga
liburan
sekolah.
-
8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016
11/17
Meski begitu,
menurutnya
tren
sesaat ini
tidak
perlu
terlalu
dikuatirkan. RE
masih akan
memantau
tren penjualan
seusai
Lebaran dan
mengupayakan
stratagi
penjualan
untuk
menggenjot
penjualan.
Dirinya
masih
berharap
pertumbuhan
penjualan
tahun
ini dapat
Iebih
baik dibandingkan
realisasi
pertumbuhan
tahun
lalu
yang
mencapai
7%.
“Kita masih
punya waktu,
ini kan
masih Mei,
kita
masih
optimis
bahwa
target 10%
pertumbuhan
di tahun
ini
masih
bisa
tercapai, katanya
ketika ditanyai
terkait
kemungkinan
tahun
ini penjualan
properti
akan tenggelam Iebih
dalam dibandingkan
tahun
lalu.
Dalam rapat
koordinasi
yang diikutinya,
ada
wacana
regulasi
penyederhanaan
perizinan
untuk
rumah
bersubsidi atau
bagi
masyarakat
berpenghasilan
rendah
(MBR)
akan
terbit antara
Juli
atau
Agustus
tahun ini,
meski
hal tersebut sepenuhnya
menjadi
keputusan
pemerintah.
Eddy
mengatakan,
bila regulasi
tersebut diterbitkan,
akan
ada
kepastian
bagi
pengembang
terkaitjangka
waktu pengurusan
izin
dan
biaya yang
harus dikeluarkan
sehingga akan
menolong upaya
percepatan
pembangunan.
Harga
unit
pun
tentu akan
Iebih
terjangkau sehingga
diharapkan
akan Iebih cepat terserap
pasar.
Di awal
tahun ini,
REI
menargetkan
mampu
membangun
sekitar
250.000
unit
rumah
sepanjang
tahun
ini, baik
tapak
maupun
vertikal. Dirinya
masih
optimis target tersebut
tercapaigeiring
berbagai
upaya
pemerintah, termasuk
realisasi kebijakan
pengampunan
pajak
atau
tax amnesty.
Data
Bank
[Indonesia
menunjukkan
pertumbuhan
pejualan residensial secara
triwulanan
pada
kuartal
pertama tahun
ini hanya 1,51%. Padahal,
pertumbuhan kuartal
sebelumnya
masih
bisa
6,02%,
Perlambatan penjualan
juga
tercermin
dari
melambatnya penyaluran
kredit aemilikan rumah/apartemen
(KPR/KPA).
-
8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016
12/17
Penyaluran
KPR dan
KPA
kuartal
I/2016
hanya tumbuh
0,38
secara
triwulanan,
mencapai
Rp342,16
triliun,
melambat
dibandingkan
kuartal
sebelumnya
yang
tumbuh
2,21 .
Padahal,
pengguanaan
KPR
masih
menjadi
sumber
pembiayaan
dominan
bagi
konsumen, yakni
77,82 .
Bl mencatat,
dari total
KPR
yang
dikucurkan
bank
sejak
Januari
2016
hingga Maret
2016,
sebanyak
2,02
MBR
memanfaatkan
fasilitas
Iikuiditas
pembiayaan
perumahan
(FLPP)
dari
pemerintah.
Pencairan
FLPP
kuartal
I/2016
hanya
sebesar
RpO,37
triliun
dari daftar
isian
pelaksanaan
anggaran
(DIPA)
FLPP
2016
Rp10,58
triliun.
Penyaluran
FLPP tersebut
mencakup
pembiayaan
untuk
3.851 unit
rumah.
capaian ini
Iebih
rendah
dibandingkan
periode
yang
sama
tahun
sebelumnya
yang mencapai
4.253
unit.
http://properti.bisnis.c0m/read/20160527/48/552085/peniualan~rumah-rei~bertahan-dengan-ta
r2et
awal
-
8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016
13/17
.lum‘al,
27
Mei 20l6
~ 18:55
wib
BI:
Kebijakan
Relaksasi
LTV
Tidak
Cukup
JAKARTA
- Bank Indonesia
mengevaluasi
bahwa
kebijakan
relaksasi
dengan menaikkan
pembiayaan perbankan terhadap
nilai
agunan
loan to
value/LTV)
tidak
cukup untuk
mendongkrak
permintaan
krcdit,
namun
pcrlu
bauran kcbijakan
pcmcrintah
agar
inscntif
yang
diberikan
lebih komprehensif.
Kalau
saja
kami
punya kebijakan
sektor perumahan yang
komprehensif
akan
lebih
optimal,
jadi bukan
hanya
dari sisi perbankan
tapi perlu
seperti perlindungan konsumen
dan lainnya yang
belum
tercakup,
kata
Direktur Departemen Kebijakan Makro
Prudensial
Bl
Yati Kurniati
di Jakarta.
Hal
tersebut
merupakan
evaluasi
Bl
dari
kebijakan
sebelumnya
yang
menaikkan
LTV
menjadi
80 persen dari
70 persen, sehingga uang muka yang
dibayarkan
nasabah
hanya
20
pcrscn dari total pcmbiayaan
run1ah. Baca
juga: Gara-Gara Ekonomi
Melambat,
Kebiiakan
LTV
Tak
Maksimal)
Yati mengatakan.
relaksasi
yang
dikeluarkan pada
November
2015
itu memang
belum
mampu
mendongkrak
pertumbuhan
kredit
dan menstimulus pertumbuhan ekonomi.
Selain
karena
kebijakan
yang
masih parsial, lanjut Yanti, relaksasi tersebut tidak laris
karena
pcrlambatan
ekonomi
yang cukup
dalam
pada
tahun
lalu.
Akibatnya.
masyarakat
atau nasabah
lebih
memilih mcngeluarkan uang untuk
kcpcrluan
utama
dibandingkan
membeli
rumah
atau kendaraan bermotor.
Kebijakan
relaksasi LTV
pada
tahun lalu itu
pada
akhirnya
hanya
menahan
perlambatan
ekonomi
agar yidak scmakin dalam. tapi belum
sampai mcndorong
ekonomi untuk tumbuh.
Jadi dampak pelonggaran
LTV tidak
terlalu
signikan
utk mem-boost
pertumbuhan
kredit) karena
masih ada
perlambatan dari
sektor lainnya.
ujarnya,
Jumat 27/5/2016)
Pada 2015,
pcrlumbuhan krcdit
pcrbankan
nasional hanya mencapai
10,1
perscn.
Angka
tersebut lebih
rendah
dibandingkan
batas
bawah
proyeksi Bl dan Otoritas Jasa Keuangan
OJK)
yang scbesar ll person
- 13 pcrsen.
-
8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016
14/17
Tahun
ini,
Yati
mcngalakan,
BI ingin
mcngcluarkan
kebijakan
relaksasi LTV secara
menyeluruh.
Dia
melihat
insentifdi
bidang pembiayaan
perumahan
ini
akan
tumt
membuat
pemulihan
ekonomi
bcrjalan
mulus pada
tahun
ini.
Namun,
dia
juga
meminla
pemerintah untuk
turul
mcngcluarkan
kebijakan
yang sinergis.
agar
industri properti
dan
kredit
perbankan
bisa tumbuh maksimal‘
Jadi
bukan
hanya
dari
sisi perbankan
saja, bisa
juga
dari perpajakan,
yang
belum
tercakup,
ujamya.
(rzk)
http://ec0nomv.okezone.c0m/read/2016/O5/27/470/1399613/bi-kebiiakanlrelaksasi-Itv—tidak-cukug
.
-
8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016
15/17
Kamis,
26
Mei
2016 -13:54
WIB
lndustri
Properti
Mulai
Gairahkan
Ekonomi
AKARTA
- Bank
Indonesia
Bl)
berdalih
pelonggaran
loan
to value
LTV)
didasari
permintaan
properti
masih
tinggi.
Di
mana,
geliat
industri
properti
diyakini
bakal
menjadi
salah
satu
penggerak
roda
perekonomian
nasional.
Karena
itu,
rencana
pelonggaran
regulasi
pembiayaan
perumahan
akanberdampak
positif
untukjangka
panjang.
Prospek
properti
ke depan
diprediksi
masih
menjanjikan.
Menyimpan
potensi
besar
untuk
terus
mengalami
perkembangan
secara
signikan.
Apalagi,
penduduk
kelas
menengah
tengah
meledak
dan
butuh hunian
Iayak.
Sektor
properti
dari segi
peminat
masih
sangat
tinggi,
beber
Deputi
Gubernur
Bl
Erwin
Rijanto.
Erwin
melanjutkan
kalau
penjualan
propeni
meningkat,
akan mernberi
efek
domino
lebih
Iuas
pada
sektor
Iain.
Misalnya,
mendongkrak
penjualan
semen,
menyerap
tenaga
kerja,
meningkatkan
penjualan
perkakas
dan
perangkat
elektronik
rumah
tangga.
“Sektor
propeni
menjadi
perhatian.
Karena
linkage
ke
depan
sangat
besar,
imbuh
En/vin.
Di samping
itu,
pelonggaran
kebijakan
makroprudensial
itu
bisa
mengatrol
penyaluran
kredit.
Apalagi,
rasio
kredit
bermasaiah
NPL)
perbankan
segmen
kredit
pemilikan
rumah
KPR)
masih
rendah.
Dengan
begitu,
ruang
untuk
terus
menggenjot
sektor
kredit
masih
aman.
Per
Maret,
jumiah
kredit
bermasalah
sektor
KPR
berada
di
level
2,58
persen.
Karena
masih
relatif
rendah,
asa untuk
menggenjotnya
masih
amat
terbuka,”
lanjut
Erwin.
Sebelum
mengeluarkan
kebijakan
pelonggaran
pembiayaan
perumahan,
BI
terus
berdiskusi
dengan
Perhimpunan
Bank~bank
Umum
Nasional
Perbanas)
dan
Asosiasi
terkait
guna
memperoleh
masukan.
Kebijakan
pelenturan
juga
tetap
akan
diseimbangkan
dengan
pengawasan
kebijakan
berprinsip
kehati-hatian.
Kami
berdiskusi
dengan
berbagai
pihak
untuk
mendapat
masukan
pengembangan
dari
sisi bank
dan
juga
NPL, ucapnya.
far/zul/jpg)
1
-
8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016
16/17
Sabtu,
28 Mei
2016
-10:59 WIB
Penjualan
Rumah
Subsidi
Seret
5161115111
JAKARTA
- Pembatasan
kredit yang
dilakukan perbankan
berdampak
pada
realisasi
penjualan
rumah
bersubsidi.
Dari
40
ribu rumah
yang telah
terbangun,
sekitar
20 ribu
rumah baru
terjual.
Ketua Asosiasi
Pengembang
Perumahan
dan
Permukiman
Seluruh
Indonesia
Apersi)
Eddy
Ganefo
menyatakan,
tahun ini pembangunan
rumah
bersubsidi
ditargetkan
120 ribu
unit.
Pengembang
siap
merealisasi,
tapi
meminta
bank untuk
melonggarkan
kebijakan
kredit
pemilikan
rumah
KPR)4
Eddy
menyebut
kondisi
tahun ini
berbeda
dengan tahun
Ialu, Meski
terjadi
perlambatan
kondisi
ekonomi,
semua
rumah
bersubsidi
habis
terjual
pada
tahun
lalu.
Karena
itu, dia
menduga
faktornya
bukan
daya
beli, tapi persyaratan
bank.
Bank
makin ketat,
mungkin
takut banyak
PHK,
tambahnya.
Berdasar
informasi
yang
dia terima,
bank
menetapkan
syarat
Iebih
ketat
saat
menerima
pengajuan
kredit
oleh masyarakat
yang
berpenghasilan
rendah. Dulu
syarat
kurang-kurang
sedikit
rnasih
bisa.
Sekarangsemua
syarat
harus
dipenuhi.
Memang
bisa
dipenuhi,
tapi
kami perlu
waktu,
terangnya.
wir/c5/noe/jpg)
hip://radarteqal.com/news/6002-Deniualan-rumah-subsidi-seret
-
8/16/2019 Kliping 30 Mei 2016
17/17