kista kongenital dan sinus kepala dan leher
DESCRIPTION
Kista kongenitalTRANSCRIPT
Kista Kongenital dan Sinus Kepala dan Leher
Pendahuluan
Kelainan Perkembangan Embiologis sangat umum pada populasi pediatrik. Kegagalan
dari struktur embriologi yang rumit dan duplikasi pada struktur dapat menyebabkan fistula,
sinus, dan kista. Hal tersebut termasuk juga pada anomali celah bercabang atau branchial cleft
anomalies (BCAs) pertama, kedua, ketiga, dan keempat, serta kista dan sinus preauricular dan
kista pembuluh thyroglosal (TGDCs). Fistula memiliki pembukaan dari tekak (kerongkongan) ke
kulit. Sinus merupakan fistula yang tak lengkap yang memiliki pembukaan ke tekak
(kerongkongan) ataupun kulit. Kista merupakan struktur tertutup yang tak memiliki pembukaan
dari tekak maupun kulit. Kegagalan perpindahan struktur embriologis atau ketidaklengkapan
atau perpindahan yang terlampau besar berakibat pada struktur ectopic seperti halnya thyroid
lidah atau ectopic thyroid. Kegagalan involusi atau kerumitan pada embriologis pembuluh
thyroglossal akan mengarahkan pada pembentukan TGDCs dimana saja di sepanjang jalan dari
pangkal lidah, daerah submental, dan bagian depan leher. Kista dermoid dan epidermoid muncul
dari jaringan ectodermal. Jaringan tersebut menerangkan pemindahan embrio pada sarang epitel.
Anomali kongenital ini dapat meninggalkan asimtomatik, yang tidak jelas pada uji klinis,
dan tidak pernah membutuhkan perawatan apapun. Secara alternatif, pembesaran luka dapat
menyebabkan kemungkinan penyakit ganas atau kelainan bentuk kosmetik. Terbentuknya infeksi
ringan, pengeringan dan bisul juga mungkin terjadi. Luka yang membesar dan terinfeksi serta
luka yang mengganggu fungsi normal merupakan indikasi untuk melakukan operasi
pemotongan.
Kista dan sinus yang terinfeksi dapat ditangani dengan pengobatan antimikrobial oral
maupun lewat pembuluh darah. Infeksi yang lebih parah membutuhkan tusukan jarum
(akupuntur) yang dibantu dengan tomografi terhitung (CT) atau suara ultra. Kegagalan dari luka
tersebut dalam merespon perlawanan tersebut dan infeksi parah dan bisul memerlukan pengirisan
dan pengeringan. Akan tetapi, pengirisan dan pengeringan merupakan langkah terakhir yang
diambil ketika perhitungan lainnya telah gagal. Alasan menghindari pengirisan dan pengeringan
adalah untuk menghindari penghancuran latar jaringan dan penghancuran dinding pada anomali
kongenital, yang mungkin membuat pemotongan di hari berikutnya akan lebih sulit yang
disebabkan oleh bekas luka dan perluasan luka yang tidak jelas. Operasi pemotongan definitif
biasanya ditunda pada usia 3 sampai 4 tahun kecuali tingkat keparahannya memerlukan
pemotongan dini, yang penting pada usia berapapun.
TGDCs merupakan anomali kongenital leher yang paling umum terjadi pada anak.
Sedang pada BCAs, BCAs kedua merupakan yang paling umum. Pada serangkaian 97 BCAs,
18% diantaranya adalah BCAs pertama, 69% diantaranya adalah BCAs kedua, dan 7% lainnya
adalah BCAs ketiga. Tiga puluh dua persen dari luka tersebut memiliki infeksi sebelumnya pada
operasi dan 71% nya memiliki lebih dari satu infeksi. Fistula dan sinus terinfeksi lebih sering
(67%) ketimbang kista (21%).
Terdapat laporan terbaru yang menunjukkan keberhasilan dari tusukan jarum (akupuntur)
dan selerotherapy untuk BCAs kedua dan TGDCs pada orang dewasa dengan OK-432. Dalam
satu rangkaian, 7/12 (58%) BCAs yang diobati dengan OK-432 memiliki resolusi lengkap dari
luka. Pada rangkaian lainnya, 14/23 (63%) memiliki resolusi lengkap dari luka. Luka unilokulus
memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi ketimbang luka multilukolar, yang hanya
sebagian atau tanpa respon sama sekali pada OK-432. Pada rangkaian ketiga, OK-432 berhasil
meresolusi pada 9/18 (50%) BCAs kedua dan 5/11 (45%) TGDCs. Demam, sakit, dan
odynophagia dapat terjadi setelah selerotherapy OK-432.
Anomali Celah Bercabang Pertama
BCAs pertama merupakan BCA yang tidak terlalu umum dan terkadang terkacaukan
dengan luka yang tidak terlalu rumit lainnya. Kelompok lainnya yang terletak di lobulus di dekat
telinga bisa jadi merupakan BCAs pertama. Perbedaan diagnosa termasuk kelenjar limfa, kista
sebum, kista dermoid, malformasi vaskuler limfa, dan parotid serta tumor lainnya. CT dan MRI
sangatlah penting sebelum adanya intervensi operasi apapun ketimbang penusukan jarum
(akupuntur). Luka yang solid kemungkinan besar kelenjar limfa ataupun tumor. Luka
multilokulus kemungkinan besar lymphagiomas. Luka kista yang terisi dengan material solid
ketimbang material cair cenderung manjadi dermoid. Luka kista yang terisi dengan material cair
kemungkinan merupakan kista sederhana; akan tetapi, bisa jadi luka kista yang terisi material
cair tersebut merupakan BCA pertama.
Apabila BCA pertama terduga, dan operasi pelenyapannya juga telah direncanakan,
tahapan kritis yang harus diperhatikan adalah kemungkinan terdapatnya luka dengan porsi dalam
yang dapat menjalankan medial atau lateral ke bagian utama otot wajah atau diantara cabangnya.
Apabila porsi yang dalam dari luka BCA pertama tidak dihilangkan bersamaan dengan porsi
kista, akan terdapat kemungkinan kambuh lagi. Karena daerah luka yang dalam pada BCA
pertama bergerak menuju saraf wajah, cidera pada saraf wajah dapat terjadi kecuali apabila saraf
wajah teridentifikasi dan dirawat terlebih dahulu. Selanjutnya keseluruhan BCA pertama, dapat
dihilangkan secara aman. Uji pengawasan dan intra-operasi pada saraf wajah sangatlah
membantu dalam pembedahan.
Maka, sangat bijak apabila menduga bahwa luka kista apapun didekat lobulus
kemungkinan adalah BCA pertama dengan daerah luka yang dalam yang meluas ke arah saraf
wajah. Lukanya harus didekati dengan hati-hati, dan apabila daerah luka yang dalam ditemukan,
maka saraf wajah diidentifikasi dan ditangani sebelum penghilangan daerah luka yang dalam.
BCA pertama muncul dengan dua jenis seperti yang telah dijelaskan oleh Work. BCA
pertama jenis Work 1 hanya berisi ektoderm, terkadang memiliki lubang pada daerah luar kanal
auditori, dan dianggap duplikasi dari daerah luar kanal auditori. Luka jenis Work 2 akan berisi
turunan dari dua lapisan sel kuman, ektoderm dan mesoderm.
Dikarenakan hubungan antara BCA pertama dengan saraf wajah tidak ditemukan,
sangatlah tidak umum bagi ahli bedah untuk mengatasi luka yang kambuh dari reseksi yang
kurang dari ahli bedah lainnya. Dalam satu rangkaian 18 BCA pertama, 65% diantaranya
mengalami pembedahan yang tidak lengkap sebelum penyerahan. Bekas luka yang disebabkan
oleh perawatan pertama membuat pembedahan dan penanganan saraf wajah menjadi lebih sulit,
yang nmenjadikannya operasi pembedahan yang menantang. Sesekali, BCA pertama dapat
muncul disepanjang batas anterior dari otot sternocleidomastoid yang lebih rendah dari leher
ketimbang aspek rendah dari lobulus. Oleh sebab itu, terdapat kemungkinan untuk mengacaukan
BCA pertama dengan BCA kedua yang biasanya muncul disepanjang batasan anterior otot
sternocleidomastoid dalam area pertengahan leher.
Anomali Celah Bercabang Kedua
BCA kedua merupakan yang paling umum dari ketiga jenis luka celah bercabang . seperti
yang telah dijelaskan di atas, luka ini biasanya muncul disepanjang batasan anterior otot
sternocleidomastoid dalam area pertengahan leher. Seperti halnya BCA pertama, BCA kedua
juga memiliki daerah luka yang dalam. Sangatlah penting untuk mengetahui alur anatomi dari
BCA kedua untuk pemotongan yang aman dan lengkap. Daerah luka yang dalam bergerak
diantara pembuluh nadi kepala eksternal dan internal dan lebih besar pada saraf
glossopharyngeal dan hypoglosal dan akhirnya berakhir di amandel.
Kista atau sinus tertentu bisa atau tidak bisa melakukan perluasan. Para ahli bedah harus
bersiap untuk membedah daerah luka yang dalam yang berakhir di amandel dan kemudian
mengikat daerah luka. Apabila porsi yang dalam tidak dibedah dan dipotong, ada kemungkinan
luka akan kembali kambuh. Pemeriksaan lakrimal yang dilakukan dengan hati-hati dalam kulit
yang membuka sinus atau fistula dapat membantu menentukan arah dan kedalaman daerah luka,
yang mungkin juga akan membantu proses pembedahan, namun perawatan juga harus dilakukan
untuk mencegah pecahnya daerah luka. Beberapa ahli bedah lainnya lebih memilih untuk
menyuntikkan methylene blue ke dalam daerah luka untuk membantu proses pembedahan, tetapi
sekali lagi, pecahnya daerah luka dapat menyebabkan tercemarnya jaringan yang tidak terlibat
serta dapat mempersulit pembedahan. Jika bekas celah terinfeksi, obat antimikrobial dalam
pembuluh darah harus diberikan. Apabila luka yang tak terinfeksi tertembus, kultur bakteri harus
dilakukan dan antimikrobial dalam pembuluh darah harus diberikan. Antimikrobial tidak
dianjurkan untuk kasus bersih tanpa adanya luka yang tembus.
Meskipun beberapa ahli bedah menganjurkan pemotongan amandel di dekat luka,
kebanyakan ahli bedah tidak memtotong amandel dan mengikat daerah luka didekat amandel.
Tabel 106.1. Jalur Anatomi Untuk Daerah Luka Mendalam Pada BCA Pertama, Kedua,
Ketiga, dan Keempat
BCA Pertama Daerah luka bergerak ke tengah atau
samping pada batang utama pada saraf
wajah atau diantara cabang
BCA Kedua Daerah Luka bergerak diantara pembuluh
arteri eksternal atau internal dan menuju
ke atas ke saraf glossopharyngeal
hypoglossal dan berakhir pada smsndel
BCA Ketiga Daerah luka bergerak ke belakang menuju
pembuluh arteri eksternal atau internal,
diantara saraf tengkorak ke sembilan dan
ke duabelas, dan berakhir pada puncak
sinus piryform
BCA Keempat Daerah lukanya bermula dari sinus pada
puncak sinus piryform dan bergerah turun
menuju alur tracheosophageal, bergerak
ke belakang menuju kelenjar thyroid, dan
ke dalam thorax. Selanjutnya, bergerak
memutar dibawah aorta di sebelah kiri dan
dan dibawah pembuluh arteri subclavia di
sebelah kanan lalu bergerak turun ke
belakang menuju pembuluh arteri untuk
berputar kembali menuju saraf
hypoglossal dan berakhir pada batas
anterior pada otot sternocleidomastoid.
Anomali Celah Bercabang Ketiga
BCAs ketiga dan keempat merupakan bentuk BCA yang langka, dan seringnya salah
diagnosa, dan juga sering kambuh. Penampakan yang paling sering muncul adalah kista yang
banyak atau bisul disepanjang batas anterior otot sternocleidomastoid di daerah pertengahan
sampai daerah bawah leher. Lebih dari 90% muncul di sisi kiri. Sering terjadi misdiagnosa
terhadap luka tersebut sebagai bisul leher atau bisul atau kista thyroid. Kunci untuk diagnosa
adalah dengan memahami potensi luka tersebut untuk memiliki daerah luka yang dalam yang
meluas sampai di dekat kelanjar thyroid dan beralhir sebagai sinus dalam bentuk sinus
phyriform. Goresan dan pengeringan sederhana seringnya dapat menyebabkan bisul kembali
kambuh. Diagnosa dibuat dengan beberapa mean. Pertama adalah penelitian pharyngoscopy pada
saat pemotongan dan pengeringan yang menampakkan daerah luka sinus pada puncak sinus
pyriform. CT scan juga akan menunjukkan struktur yang terisi udara dipuncak sinus pyriform
atau struktur sinus dengan perluasan mendalam yang mendekati sinus pyriform. Penerimaan
barium yang terubah dapat menampakkan sinus yang terisi barium di puncak sinus pyriform.
Untuk memotong BCA ketiga dengan benar, pelajaran anatomi daerah luka harus
diketahui. Daerah luka dari anomali ini melewati bagian belakang menuju pembuluh nadi
internal dan eksternal dan diantara otot kepala yang ke sembilan dan ke duabelas dan berakhir di
puncak dari sinus pyriform. Catheter kecil yang ditempatkan pada oembukaan sinus dipuncak
dari sinus pyriform sangat membantu sebelum pemotongan karena perabaan catheter membuat
dearah luka lebih mudah untuk diidentifikasi selama pemotongan. Hemithyroidectomy dapat pula
diperukan untuk luka celah bercabang yang bersinggungan dekat dengan kelenjar thyroid.
Beberapa laporan terbaru menunjukkan keberhasialn dalam penanganan BCA ketiga dan
ke empat dengan laser atau elektrokauter pada pembukaan sinus dalam puncak pyriform.
Pendekatan ini sangat membantu bagi anak-anak yang masih sangat kecil dan yang sangat
kesakitan. Pendekatan ini juga membuat perbedaan antara BCA ketiga dan ke empat tidak lagi
relevan karena presentasi klinis dan penanganan endoskopis adalah sama bagi keduanya.
Anomali Celah Bercabang Ke Empat
BCA ke empat yang tak biasa juga memiliki pembukaan sinus dalam sinus pyriform;
akan tetapi, alur anatominya berbeda dengan yang ada pada BCA ketiga. Bahkan, terkadang
sangat mustahil untuk memahami apakah anomali tersebut adalah BCA ketiga atau ke empat
tanpa operasi pembedahan. Sekitar 90% muncul di bagian sebelah kiri. Diagnosa BCA ke empat
bisa saja dibuat dengan metode-metode dibawah ini. Metode-metode tersebut merupakan metode
yang sama yang digunakan untuk mengidentifikasi BCA ketiga. Penelitian pharyngoscopy pada
saat pemotongan dan pengeringan yang menampakkan daerah luka sinus pada puncak sinus
pyriform. CT scan juga akan menunjukkan struktur yang terisi udara dipuncak sinus pyriform
atau struktur sinus dengan perluasan mendalam yang mendekati sinus pyriform. Penerimaan
barium yang terubah dapat menampakkan sinus yang terisi barium di puncak sinus pyriform.
Sama halnya dengan BCA ketiga, BCA keempat juga sering salah diagnosa sebagai bisul leher
atau thyroiditis yang kambuh lagi.
Alur anatomi daerah luka pada BCA keempat dimulai dengan sinus pada puncak sinus
pyriform dan bergerak merendah dalam jalur tracheoesophageal, ke belakang sampai kelenjar
thyroid, dan ke dalam thorax (rongga dada). Selanjutnya, bergerak memutar di bawah aorta di
sisi sebelah kiri, dan di bawah arteri subklavia disebelah kanan dan naik dari belakang menuju
pembuluh arteri yang umum untuk bergerak memutar ke arah saraf hypoglossal dan berakhir
pada batas anterior dari otot stemocloidomastoid.
Dalam satu rangkaian, 19/20 dari BCA ketiga dan keempat pada anak diobati dengan
laser endoskopis atau elektrokauter untuk ablasi pembukaan sinus pada sinus pyriform. Tigabelas
dari sembilanbelas (68%) berhasil dengan prosedur tunggal, 78% berhasil dengan 2 prosedur,
dan 89% berhasil dengan 3 prosedur. Dalam dua dari lima kasus neonatal, operasi pemotongan
terbuka dilakukan untuk membebaskan jalan udara yang terhalang, satu perawatan endoskopis
yang gagal.
Sinus dan Kista Preauricular
Secara embriologis, keenam bukit kecil –Nya, diambil dari busur bercabang pertama dan
kedua, melebur manjadi daun telinga. Sinus atau kista preauricular muncul dari kegagalan
sebagian dari kerumitan epithel antara bukit kecil pertama dan kedua. Luka kongenital umum ini
biasanya memiliki titik anterior sampai pangkal spiral.
Luka tersebut seringkali menyisakan asimtomatik. Akan tetapi, sangat tidak biasa bagi
luka tersebut untuk membocorkan pelepasan lendir dalam jumlah yang amat sedikit, atau
menjadi terinfeksi. Pengobatan sinus preauricular termasuk antimikroba oral, namun penusukan
jarum atau pengirisan dan pengeringan mungkin akan diperlukan untuk beberapa infeksi atau
bisul. Pencegahan pengirisan dan pengeringan bisa jadi lebih baik apabila memungkinkan karena
kerusakan sinus dapat memberikan operasi pemotongan definitif lebih sulit dikarenakan bekas
luka dan kurang jelasnya jaringan.
Sekitar 6 minggu diperlukan bagi infeksi pada sinus preauricular untuk membuat resolusi
dari peradangan. Operasi pemotongan selanjutnya dapat dimulai dengan pemasukan satelit
lakrimal kecil ke dalam titik punctum untuk mengidentifikasi arah dari rongga sinus, yang
seringnya menuju pangkal perichondrium dari spiral helix. Titik punctum harus dipotong
menggunakan pemotongan elliptical. Daerah luka lalu setelah itu sinus selanjutnya diikuti
jejaknya menuju pangkal perichondrium dari spiral helix. Perichondrium tersusun secara tajam
dan terkupas tulang mudanya pada pangkal spiral helix. Bekas luka jaringan atau jaringan
granulasi dipotong bersamaan dengan luka. Tidak ada perhatian untuk cidera pada saraf wajah
selama pembedahan dalam area preauricular. Saraf wajah cenderung lebih dalam dan lebih
rendah ketimbang area pembedahan.
Tidaklah aneh melihat pasien mengalami kambuh pada kista atau sinus preauricular
selama operasi selanjutnya. Posi dari sinus dapat ditinggalkan ditempat asal operasi lanjutan
yang diperumit dengan adanya jaringan bekas luka, peradangan, dan granulasi. Sangatlah umum
apabila menempelnya sinus pada pangkal spiral helix tertinggal, dan ini merupakan fokus dari
kambuhnya suatu infeksi. Pada kasus revisi pada perseberangan bisul atau peradangan pada
pangkal spiral helix, sangatlah sulit untuk mengupas perichondrium pada area ini lepas dari
spiral helix tulang muda. Oleh sebab itu, sangatlah dianjurkan bahwa ketebalan penuh dari tulang
lunak dipotong untuk meyakinkan pelenyapan total.
Sesekali, ahli bedah menghadapi kasus sinus preauricular yamg terinfeksi yang telah
mengalami berbagai percobaan sebelum pada pemotongan. Untuk beberapa kasus tersebut,
pembedahan memalang dilakukan pada area sinus preauricular dengan pemotongan pada seluruh
jaringan yang terluka dan terradang kebawah menuju jalur kelenjar atau preauricular. Seperti
yang telah dijelaskan di atas, area tulang lunak dari pangkal spiral helix harus ditunjukkan.
Sekali lagi, saraf wajah tidak berisiko karena saraf sangatlah dalam dari jalur lebih rendah dari
area pembedahan. Penutup lanjutan pipi biasanya cukup untuk menutup luka memar. Penutup
kulit postauricular pedikel berputar untuk mengisi kekurangan pada area prearuricular.
Sindrom Branchiootorenal (Melnick-Fraser)
Pasien dengan kombinasi sinus preauricular bilateral, bilateral kedua atau BCA ketiga
pada leher, dan penyakit ginjal sangat mungkin memiliki sindrom Branchiootorenal (BOR). Ini
merupakan sindrom genetik atusomal dominan dengan penetrasi gen variabel. Hal tersebut dapat
dideteksi sebalum kelahiran dengan uji genetis. Hilangnya pendengaran dapat terjadi atau
sensorineural. Telinga mungkin normal, sedikit ganjil, mikrotia juga mungkin muncul. Ginjal
juga mungkin normal, ganjil namun berfungsi, atau absen.
Apabila seorang anak ditemukan hanya memiliki sinus preauricular bilateral,
kemungkinan kehilangan pendengaran adalah 1 dari 200. Jika ditemukan sinus preauricular
bilateral dan BCA bilateral pada leher, kemungkinan hilangnya pendengaran sangatlah tinggi dan
penelitian tentang ginjal terindikasi. Anggota keluarga juga harus diuji dan diperiksa, ketika
diperlukan.
Kista Pembuluh Triglosus
Embrionik kelenjar thyroid muncul pada lubang usus buntu pada persimpangan anterior
dua pertiga dan posterior satu pertiga dari lidah. Kelenjar kemudian biasanya menuju bawah
melewati pangkal lidah. Selanjutnya, bergerak secara anterior maupun posterior menuju ke
tengah tulang hyoid. Selanjutnya bergerak menuju kebawah kedalam bagian bawah leher sampai
dengan tujuan terakhirnya. Jalur embriologi dari kelenjar thyroid diketahui sebegai pembuluh
triglosus. Kegagalan dari kerumitan dari porsi pembuluh triglosus menyebabkan TGDC.
TGDC mungkin saja kecil dan misterius. Secara alternatif, hal tersebut dapat dengan
mudah ditemukan lewat pemeriksaan fisik secara rutin. Presentasi lainnya yang termasuk
pembesaran yang lamban dari garis tengah leher, atau infeksi yang banyak dengan pembesaran
yang cepat. Anak dengan TGDC biasanya euthyroid. Namun apabila hypothyroidsm ditemukan,
uji fungsi thyroid dapat didapatkan dengan konsultasi endokrinologis saat terindikasi.
Perbedaan diagnosa dari garis tengah leher termasuk TGDC, kista dermoid, dan kelenjar
limfa. CT dan ultra-suara untuk menentukan apakah perkumpulan solid ataupun kista. Secara
jelas, luka solid kemungkinan besar adalah kelenjar limfa dan luka kista kemungkinan menjadi
TGDC atau dermoid. TGDC yang terisi cairan umumnya memiliki tingkat kepadatan rendah jika
dibandingkan dengan kista dermoid, yang biasanya terisi dengan material jelek yang tebal.
Penampakan kelenjar thyroid normal dalam lokasi normal juga penting untuk diteliti pada suara
ultranya atau uji CTnya untuk mengetahui kelompok dalam pertanyaan bukanlah kelenjar
thyroid ektopik. Ultrasound atau suara ultra memiliki keunggulan dari tidak adanya paparan
radiasi jika dibandingkan dengan CT scan.
Pemotongan TGDC sangatlah dianjurkan. Hal tersebut dianjurkan untuk konfirmasi
diagnosa mencegah kambuhnya infeksi, dan meyakinkan bahwa lukanya tidak berisi kanker
thyroid. Operasi standar pada TGDC telah dideskripsikan oleh Walter Sistrunk pada tahun 1920.
Sistrunk memahami jalur embriologis dari kelenjar thyroid dan TGDC serta menyertakannya
dalam operasi definitif yang telah ia sebutkan. “Prosedur Sistunk” menyertakan reseksi
kelompok kista, daerah luka yang dalam yang berhubungan, bagian tengah ketiga dari tulang
hyoid, serta porsi dari pangkal lidah yang mendalam sampai lubang usus buntu. Ketika metode
pemotongan ini digunakan, resiko kambuhnya luka ini berkurang juka dibandingkan dengan
pemotongan kista yang sederhana. Pada Rumah Sakit Toronto untuk Anak Sakit, mereka
meninjau ulang 143 pasien dengan TGDC yang telah melewati 214 prosedur operasi. Seratus
lima pasien hanya memrlukan sekali operasi. Tigapuluh delapan mengalami kambuhnya
penyakit dan harus menjalani 109 prosedur penyembuhan. Pembedahan yang tidak cukup
merupakan penyebab kambuhnya penyakit. Penulis memiliki 6,5% tingkat kambuh
menggunakan prosedur Sistunk dibanding ahli bedah umum yang melakukan pembedahan
kurang dari itu dan memiliki 23% tingkat kambuh.
Kambuhnya TGDC pasca operasi dapat saja terjadi apabila terdapat diagnosa inisial yang
kurang akurat, infeksi sebelumnya, pengirisan dan pengeringan dengan luka dan distorsi
jaringan, kemunculan yang tak lazim (leher bagian samping, pangkal lidah), atau kurangnya
pelenyapan pada otot pangkal lidah. Karena daerah luka dari TGDC dapat melewati posterior
menuju tulang hyoid, pembedahan pada tulang hyoid dan “ tempat hyoid posterior” telah
dianjurkan dengan pelenyapan dari seluruh jaringan posterior dari bagian tengah porsi pada
tulang hyoid dan anterior pada membran thyrohyoid untuk mengurangi kambuh.
Pada kasus kambuhnya TGDC, dilakukan pembedahan yang disebut dengan pembedahan
leher dengan kompartemen tengah. Prosedur ini membutuhkan seluruh standar aspek pada
prosedur Sistrunk serta pemotongan pada seluruh jaringan antara kulit dan jalur lewat otot
pengikat dan otot mylohyoid yang muncul ditengah pada otot sternocleidomastoid dan otot
digastrikus. Kulit yang mengikuti kelompok juga akan dipotong.
Jahitan terpandu transhyoid pharyngotonomy dijelaskan sebagai prosedur yang sangat
membantu untuk melacak TGDC yang kambuh. Dalam prosedur ini, jarum spinal ukuran 20
melewati area dari kambuhnya TGDC dalam leher sampai lubang usus buntu pada lidah. Jahitan
yang keras dan permanen melewati jarum spinal dan dan kembali lewat rongga mulut. Jarum
spinal dihilangkan. Seporsi catheter karet merah diikat pada sisi mulut dari jahitan. Pembedahan
leher dengan kopartemen temgah dan revisi dari prosedur Sistunk juga dilakukan. Setelah porsi
tengah dari tulang hyoid dipotong, jahitan dan catheter karet merah ditarik untuk daya tarik yang
memungkinka pemotongan pada otot-otot pangkal lidah dan lubang usus buntu untuk
menghilangkan pembuluh triglosus yang tersisa. Lubang usus buntu kemudian tertutup dengan
eversi pinggiran mukosa. Tingkat keberhasilan dari prosedur revisi ini adalah 8/8 (100%).
TGDC di wilayah lidah dapat ditemukan secara kebetulan dan dapat dihubungkan dengan
penghalang jalur udara yang mengancam kehidupan. Mikrosuspensi laryngoskopis dengan
intubasi endotrakeal telah dilaporkan berhasil dalam manajemen kasus tersebut dengan
elektrokauter, pembedahan dingin, dan mikrodebinder.
Antimikrobial tidak biasanya dilakukan terkecuali jika lukanya benar-benar terinfeksi.
Kultur harus didapatkan sebelum dilakukannya antimikrobial pada kasus tersebut. Apabila luka
pecah secara intraoperatif, atau tekak dimasuki, lukanya akan menutup, langkah kultur akan
diambil, dan antimikrobial dilaksanakan. Jika tekak dimauki secara tidak sengaja, mukosa
tertutup dan tabung makan akan terpasang. Pemasukan secara tidak sengaja ke dalam tekak
mungkin terjadi selama revisi kasus atau kasus yang berhubungan dengan bermacam infeksi
ketika luka dalam jumlah besar dan distorsi anatomik muncul. Penelitian tentang penerimaan
radiografis yang kontras didapatkan setelah 3 sampai 5 hari untuk memastikan penerusan
pemberian makan. Berbeda dengan pasien kanker dewasa dengan cidera tertentu, anak sembuh
lebih cepat karena tidak adanya kanker atau radiasi yang mengganggu penyembuhan.
Resiko adanya kanker di dalam TGDC hanyalah 1 dari seratus. Hal tersebut biasanya
ditemukan secara tidak sengaja pada saat operasi pembedahan. Distribusi thyroid yang ganas
ditemukan tercermin dari distribusi penyakit ganas yang terlihat pada kelenjar thyroid pertama
dengan papiler dan jenis folikel sebagi bentuk yang paling umum. Kriteria untuk diagnosa bisul
kanker thyroid yang meningkat dalam TGDC termasuk sisa triglosus yang dapat dibedakan
dengan kista kelenjar limfa metastasis dan kelenjar thyroid normal. Ketika kanker thyroid
ditemukan sehubungan dengan TGDC, scan pengobatan nukleus thyroid sangatlah dianjurkan.
Pembedahan selanjutnya menyebabkan kontraindikasi apabila scan thyroid normal. Pasien
seharusnya dirujuk pada ahli bedah spesialis onkologi kepala dan leher. I scan diindikasikan
untuk membuktikan bahwa kelenjar thyroid ada dan untuk mengeluarkan tumor lainnya dalam
kelenjar. Thyroidectomy total dilakukan apabila tumor tambahan ditemukan. I scan dilakukan
setelah operasi pembedahan apabila kanker yang berbeda ditemukan. Synthroid dilakukan untuk
penggantian dan penekanan hormon rangsang thyroid.
Thyroid Ectopic dan Thyroid Lidah
Seperti yang telah dijelaskan diatas tentang TGDC, kelenjar thyroid dimulai dari lubang
usus buntu pada persimpangan pada anterior satu pertiga dan posterior dua pertiga dari lidah.
Selanjutnya bergerak ke bawah melewati pangkal lidah dan kemudian bergerak secara anterior
dan keberlakang melewati posi tengah dari tulang hyoid. Setelah itu, proses penurunan tersebut
masih berlanjut menuju pusat leher bagian bawah. Thyroid ektopis dapat muncul dimana saja
disepanjang jalur embriologis yang menurun ketika terjadi migrasi. Jaringan ektopis bisa saja
berada di pangkal lidah (90%), di dalam lidah, area submental, aspek anterior pada leher. Situs
langka ektopik thyroid lainnya termasuk trachea dan mediastinum. Kasus dengan dua thyroid
ektopis telah dilaporkan dengan lebih dari satu fokus pada thyroid ektopis. Hypothyroidsm yang
berhubungan dengan thyroid ektopis memang tak lazim dan uji fungsi thyroid juga
diindikasikan.
Thyroid ektopis yang tersisa pada pangkal lidah sering disebut sebagai “thyroid lingual”
atau thyroid lidah. Thyroid lingual muncul pada 1:100.000 orang. Rasio perbandingan wanita
dibanding pria adalah 4:1. Tujuhbelas sampai seratus persen dari mereka yang terjankit tidak
memiliki jaringan thyroid, dan 14% sampai 33% pasien thyroid lingual juga secara klinis
hypothyroid.
Mayoritas dari pemotongan thyroid lingual membedah secara histologis jaringan thyroid
normal. Thyoid lingual dapat menyebabkan dysphagia, dysphonia, penghalangan udara, atau
pendarahan. Thyroid lingual dan ektopis ketika simptomatik membutuhkan perawatan.
Konsultasi endokrinologi untuk penekanan thyroid lumayan membantu pada kasus pertengahan.
Kasus yang lebih parah dengan penghalangan jalur udara dan pendarahan memerlukan operasi
pemotongan lewat pendekatan transoral, transhyoid pharyngotomy, pharyngotomy samping, atau
labiomandibulotomy yang amat langka. Selain itu, peletakan jahitan yang mengelilingi jaringan
thyroid lingual sebelum sebelum pemotongan memanjang dan diikat setelah kelompok dipotong
juga berguna untuk mengurangi pendarahan. Auto-transpantasi dari pemotongan thyroid ektopis
tidak dianjurkan dikarenakan kecilnya resiko munculnya tumor kanker thyroid.
Kista Dermoid
Epidermoid hanya berisi jaringan epidermis, sedangkan dermoid juga berisi kantung
rambut dan kelenjar minyak. Kista epidermoid dan dermoid dari kepala dan leher biasanya
muncul dalam distribusi T yang melibatkan garis tengah dari wajah dan leher anterior dan
orbitnya serta area preauricular. Ketika kelompok yang mengelilingi tersebut muncul pada
anterior leher anak, perbedaan diagnosis termasuk TGDC, dermoid dan kelenjar limfa. Pada uji
ultrasound dan CT scan, TGDC biasanya memiliki penampakan kista dan kepadatan yang
rendah, berisi cairan, sedangkan dermoid akan meiliki pendampakan kista namun dengan pusat
yang lebih padat. Kelenjar limfa memiliki pusat jaringan yang padat.
Dermoid biasanya muncul pada permukaan hidung atau nasal dorsum. Bagain depan
hidung primitif atau neuropore anterior mengembangkan bagian tengah optik yang akan selesai
setelah minggu ketiga dari janin. Lewat 8 minggu, fontanelle sementara yang disebut lubang
usus buntu muncul diantara bagian bawah tulang depan dan tulang hidung. Proyeksi dural
melebar menuju ke bawah lewat pembukaan anterior pada kista galli pada tulang ethimoid.
Puncak dari proyeksi dural memastikan bagian sub-wilayah kulit posterior menuju tulang depan
dan tulang hidung dan anterior menuju tulang muda hidung. Kegagalan involusi dari struktur ini
menyebabkan dermoid, glioma, dan encephalochele.
Sehingga, ketika kemunculan kista berkelompok terjadi dalam permukaan hidung dan
daerah bagian dalam hidung pada anak, perbedaan diagnosa termasuk dermoid, glioma, dan
encephalochele. Karena kelompok memiliki perluasan di dalam tengkorak, biopsy dan
pemotongan kelompok tanpada adanya CT scan dan MRI yang memungkinkan akan dianggap
menyebabkan cairan cerebrospinal bocor dan mengititis. Glioma merupakan jaringan otak
heterotopis. Untuk dermoid bagian hidung dan glioma tanpa perluasan di dalam tengkorak,
pendekatan operasi hidung terbuka atau pengirisan langsung pada kelompok dicukupkan.
Endoskopis terbantu, menutup pendekatan operasi hidung telah dijelaska baru baru ini. Tulang
hidung osteotomy yang sangat penting untuk pemaparan yang cukup, dan deformitas nasal
secara permanen umumnya tidak aneh. Sangat bijak untuk menganjurkan para orangtua pada
kemungkinan deformitas hidung yang signifikan dan operasi hidung kedua diperlukan ketika
anak sudah lebih tua.
Apabila peluasan dalam tengkorak dari kelompok terdeteksi pada scan CT atau MRI,
konsultasi untuk operasi saraf atau pembedahan spesial pada pedekatan perluasan endonasal
endoskopis juga diperlukan.
Penghargaan
Penulis ingin mengucapkan terimakasih pada Dr. Eugene Myers atas jasanya
menyediakan beberapa fotografi yang sangat bagus.
Hal-hal penting
Kista dan sinus kongenital yang terinfeksi dan BCA dapat diobati dengan obat
antimikroba dan mungkin juga dengan tusukan jarum. Pengirisan dan pengeringan
harus dihindari jika memungkinkan karena bekas luka akan menyebabkan proses
pemotongan menjadi lebih sulit.
Laporan terbaru telah menunjukkan efektivitas dari penusukan jarum dan
sclrotherapy pada BCA kedua terpilih dan TGDC dengan OK-432
Sangat bijak untuk menduga bahwa setiap luka kista di sekitar lobulus mungkin
saja adalah BCA pertama dengan daerah luka yang dalam yang meluas menuju
saraf wajah. Lukanya harus didekati dengan hati-hati, dan ketika daerah luka yang
dalam ditemukan, saraf wajah diidentifikasi dan dirawat.
BCA kedua, BCA yang paling umum, terjadi di sepanjang batas anterior dari otot
sternocleidomastoid pada daerah tengah leher. BCA kedua memiliki daerah luka
yang dalam yang bergerak diantara pembuluh arteri eksternal dan internal dan
bergerak ke atas menuju saraf glossopharyngeal dan hypoglossal dan berakhir
pada amandel.
BCA ketiga merupakan BCA yang langka dan sering salah diagnosa, dan juga
sering kambuh. Lebih dari 90% terjadi di sisi sebelah kiri.luka tersebut biasanya
muncul sebagai bisul leher atau kista thyroid yang kambuh. Daerah luka bergerak
ke bawah kedalam pembuluh arteri internal dan eksternal, diantara saraf
tengkorak kesembilan dan keduabela dan berakhirpada sinus pyriform.
BCA keempat yang amat langka juga memiliki pembukaan sinus ke dalam sinus
pyriform. Sekitar 90% terjadi di sebelah kiri.daerah luka dimulai dengan
pembukaan sinus dalam sinus pyriform, mengambil jalur intrathorakis, dan
berakhir pada batas anterior otot sternocleidomastoid. BCA ketiga dan keempat
dapat diobati secara selektif dengan elektrokauter atau ablasi laser pada sinus
dalam sinus pyriform. Operasi pemotongan dibutuhkan untuk penghalang jalur
udara.
Ketika pemotongan sangat penting untuk sinus prearicular, daerah luka dan sinus
ditapaki pada perichondrium pada pangkal spiral helix, yang dipotong secara
tajam dan dikupas dari tulang lunak. Sangat umum melihat pasien yang kambuh
ketika perichondrium tidak dipotong. Ketebalan penuh pada tulang muda
kemudaian dipotong untuk meyakinkan pelenyapan.
Pasien dengan kombinasi sinus prearicular bilateral, BCA kedua dan ketiga
bilateral dalam leher, dan penyakit ginjal, biasanya memiliki sindrom BOR. Hal
tersebut merupakan sindrom genetik autosomal dominan.
TGDC merupakan anomali kongenital leher yang paling umum. Operasi definitif
yang disebut “Prosedus Sistunk”, yang termasuk reseksi kelompok, daerah luka
yang dalam, bagian tengah ketiga dari tulang hyoid, dan seporsi dari pangkal lidah
Thyroid ektopis dapat muncul pada pangkal lidah (90%), dalam lidah, area
submental, leher anterior, intratracheal, atau mediastinum, dan seringnya hanya
jaringan thyroid. Hypothyroidsm merupakan hal yang umum dan konsultasi
endikronologis juga sangat membantu. Kasus yang lebih parah yang
menyebabkan terhalangnya jalur udara dan pendarahan memerlukan operasi
pemotongan.
Perbeddaan diagnosa pada kelompok dalam permukaan hidung atau daerah
bagian dalam hidung termasuk dermoid, glioma dan encephalocele. Kemungkinan
akan terdapat perluasan didalam tengkorak, dan biopsy tanpa scan CT atau MRI
akan menyebabkan kebocoran cairan cerebrospinal dan mengititis.