kidney injury molecule-1 (kim-1) as early biomarker of ... · differences in urine kim-1 levels and...
TRANSCRIPT
367
Jurnal Info Kesehatan Vol 15, No.2, Desember 2017, pp. 367-379 P-ISSN 0216-504X, E-ISSN 2620-536X Journal homepage: http://jurnal.poltekeskupang.ac.id/index.php/infokes
Kidney Injury Molecule-1 (Kim-1) as Early Biomarker of Diabetic Nephropathy in Diabetes Mellitus Type 2 Patients Kidney Injury Molecule-1 (Kim-1) Sebagai Biomarker Dini Nefropati Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Marni Tangkelangi
Analis Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Kupang Email: [email protected]
ARTICLE INFO: ABSTARCT/ABSTRAK
Keywords: KIM-1 Diabetic nephropathy Albuminuria
Diabetic nephropathy is a chronic complication of type 2 diabetes mellitus (DM). To prevent the onset or progression of nephropathy, a biomarker is needed that can detect kidney problems at an early stage. This study aims to determine differences in urine KIM-1 levels and correlation of levels of KIM-1 with albuminuria in patients with Non-Nephropathy DM, Insipien Nephropathy and Diabetic Nephropathy and the role of KIM-1 as an early biomarker of Diabetic Nephropathy. This research was conducted at Dr. Wahidin Sudirohusodo and his networking hospital. This study used a cross sectional design with the number of type 2 DM patients as many as 78 people who met the inclusion criteria. The results showed that KIM-1 levels in patients with Non-Nephropathy DM (albuminuria [uALB] <20 mg/L), Ineffective Nephropathy (uALB 20-300 mg / L) and Diabetic Nephropathy (uALB> 300 mg/L) respectively is 0.862 ± 0.246 ng / mL, 2.409 ± 0.816 ng/mL and 3.503 ± 0.370 ng / mL. There were differences in mean KIM-1 levels between Non Nephropathy and Nephropathy Insipid (sig = 0.000 p <0.05), Non Nephropathy and Diabetic Nephropathy (sig = 0.000 p <0.05), Insipid Nephropathy and Diabetic Nephropathy (sig = 0.000 p <0.05) Correlation between KIM-1 level with albuminuria concentration in patients with Non Nephropathy DM (r = 0.948; sig <0.05), Nephropathy Insipien (r = 0.969; sig <0.05) and Diabetic Nephropathy (r = 0.911; sig <0.05). There are levels of KIM-1 that exceed the normal limit (> 0.837 ng / mL) in patients with non-nephropathy DM (normoalbuminuria) so that KIM-1 can be considered as an early biomarker of diabetic nephropathy.
Kata Kunci: KIM-1 Nefropati Diabetik Albuminuria
Nefropati Diabetik merupakan komplikasi kronis dari Diabetes Melitus (DM) tipe 2. Untuk mencegah timbulnya atau progresi nefropati maka dibutuhkan biomarker yang dapat mendeteksi adanya gangguan ginjal pada tahap dini. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan kadar KIM-1 urin dan korelasi kadar KIM-1 dengan albuminuria pada pasien DM Non Nefropati, Insipien Nefropati dan Nefropati Diabetik serta peran KIM-1 sebagai biomarker dini Nefropati
368
Diabetik. Penelitian ini dilakukan di Rmah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudirohusodo dan rumah sakit jejaringnya. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah pasien DM tipe 2 sebanyak 78 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar KIM-1 pada pasien DM Non Nefropati (albuminuria [uALB] <20 mg/L), Insipien Nefropati (uALB 20-300 mg/L) dan Nefropati Diabetik (uALB >300 mg/L) berturut-turut adalah 0.862±0.246 ng/mL, 2.409±0.816 ng/mL dan 3.503±0.370 ng/mL. Terdapat perbedaan rerata kadar KIM-1 antara DM Non Nefropati dan Insipien Nefropati (sig=0.000 p<0.05), DM Non Nefropati dan Nefropati Diabetik (sig=0.000 p<0.05), Insipien Nefropati dan Nefropati Diabetik (sig=0.000 p<0.05). Korelasi antara kadar KIM-1 dengan konsentrasi albuminuria pada pasien DM Non Nefropati (r= 0.948; sig<0.05), Insipien Nefropati (r= 0.969; sig<0.05) dan Nefropati Diabetik (r= 0.911; sig<0.05). Terdapat kadar KIM-1 yang melewati batas normal (>0.837 ng/mL) pada pasien DM Non Nefropati (normoalbuminuria) sehingga KIM-1 dapat dipertimbangkan sebagai biomarker dini Nefropati Diabetik.
Copyright©2017 Jurnal Info Kesehatan All rights reserved
Corresponding Author: Marni Tangkelangi, Analis - Poltekkes Kemenkes Kupang - 85111 Email: [email protected]
1. PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) adalah
kelompok penyakit metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia yang dihasilkan dari
kerusakan pada sekresi insulin, kerja
insulin, atau keduanya (ADA, 2010).
Konsistensi kadar glukosa darah yang tinggi
dapat menyebabkan penyakit serius yang
mempengaruhi jantung dan pembuluh
darah, mata, ginjal, saraf dan gigi. Dihampir
semua negara-negara berpenghasilan
tinggi, DM merupakan penyebab utama
penyakit kardiovaskular, kebutaan, gagal
ginjal, dan amputasi tungkai bawah (IDF,
2014). World Health Organization (2014),
merilis data jumlah penderita DM diseluruh
dunia tahun 2000 sebanyak 171 juta dan
pada tahun 2030 diperkirakan mencapai
366 juta, indonesia menempati urutan
keempat penderita DM di dunia dengan 8
juta penderita.
Tahun 2008 prevalensi DM
termasuk dalam urutan keempat Penyakit
Tidak Menular (PTM) terbanyak yaitu
sebesar 6,65% dan urutan kelima terbesar
PTM penyebab kematian yaitu sebesar
6,28%, bahkan Tahun 2010 DM menjadi
penyebab kematian tertinggi PTM di
Sulawesi Selatan yaitu sebesar 41,56%
(Dinkes Provinsi Sulsel, 2012). Angka
kejadian penyakit DM di Kota Makassar
pada tahun 2011 yaitu 5.7 ribu kasus pada
Tahun 2012 meningkat menjadi 7 ribu kasus
(Dinkes Kota Makassar, 2012). Nefropati
Diabetik merupakan komplikasi kronik dari
DM Tipe 1 (kerusakan sel beta-kekurangan
insulin absolut) maupun DM Tipe 2
(resistensi insulin dan/atau berkurangnya
369
sekresi insulin) (Vujicic et al., 2012).
Nefropati Diabetik ditetapkan apabila kadar
albumin urin penderita DM >300 mg/24 jam
secara persisten (Rossing, 2007). Tanpa
intervensi spesifik, 20-40% dari
keseluruhan penderita DM akan
berkembang menjadi Nefropati Diabetik
yang ditandai dengan hipertensi,
peningkatan progresif albuminuria, resiko
kardiovaskuler, penurunan Glomelurus
Filtration Rate (GFR) yang berakhir pada
Gagal Ginjal Terminal (Parving et al., 2004;
Obineche & Adem, 2005). Insidensi
nefropati pada penderita DM Tipe 2 berkisar
24-40% dalam durasi 20 tahun, dengan
10% diantara penderita mengalami
gangguan ginjal dalam durasi 10 tahun
(Vora, 2004).
Kidney Injury Molecule 1 (KIM-1)
adalah sebuah protein transmembran
dengan berat molekul berat molekul 80-85
kDa yang mempunyai domain ekstraselular
(terdiri dari domain mirip immunoglobulin
dan domain musin) dan domain sitoplasmik
(Ichimura et al., 2004; Timmeren et al.,
2006). KIM-1 muncul pada membran apikal
dari sel epithelial tubulus ginjal tikus yang
mengalami iskemik atau keracunan tetapi
tidak terdeteksi pada jaringan normal ginjal
(Ichimura et al., 2008).
Penelitian Ichimura et al (2008),
dengan menggunakan epitel tikus
menunjukkan ektodomain KIM-1 berfungsi
sebagai reseptor fagositik yang mengenali
fosfatidilserin di permukaan sel mati. Epitel
tubulus kemudian memfagosit sel mati,
membawanya ke lisosom sehingga dapat
membersihkan lumen tubulus dari debris
untuk mencegah obstruksi. Dengan
bantuan metaloproteinase, ektodomain
KIM-1 dapat dilepaskan secara simultan
namun peran ektodomain KIM-1 yang
dilepaskan ke lumen ini belum diketahui
(Ichimura et al., 2008; Borst et al., 2007).
Hasil Pengamatan Carlsson et al
(2014) dan Nielsen et al (2012),
menyimpulkan terdapat perbedaan yang
signifikan kadar KIM-1 pada kelompok
normoalbuminuria, mikroalbuminuria dan
makroalbuminuria. Penelitian lain
menemukan KIM-1 urin meningkat pada
semua penderita dihubungkan dengan
kadar albumin urinnya (Sang Soo et al,
2012). KIM-1 Urin juga diasosiasikan
dengan progresi Nefropati Diabetik yang
mengarah pada Penyakit Ginjal Stadium
Akhir (Nielsen et al, 2012). Dalam sebuah
review menyebut KIM-1 sebagai “Novel
Biomarkers of Diabetic Nephropathy” selain
enam biomarker ginjal lainnya (Pasific
Biomarker, 2013).
Banyak penelitian yang telah
menunjukkan peran KIM-1 sebagai
Biomarker Tubulus dalam kasus baik DM
Tipe 1 maupun DM Tipe 2, bahkan terdapat
pendapat ahli yang mengatakan KIM-1
dapat memprediksi adanya gangguan pada
ginjal sebelum terjadinya mikroalbuminuria,
hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk
mengetahui perbedaan kadar KIM-1 urin
dan korelasi kadar KIM-1 dengan
albuminuria pada pasien DM Non Nefropati,
Insipien Nefropati dan Nefropati Diabetik
serta peran KIM-1 sebagai biomarker dini
Nefropati Diabetik.
370
2. METODE PENELITIAN
Desain dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain
cross sectional dilaksanakan pada
poliklinik, laboratorium dan ruang rawat inap
RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo (RSWS)
dan RS Jejaring lainnya (RSPTN Unhas, RS
Pelamonia dan RSUD Maros) selama bulan
Juli-September 2016.
Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah
semua pasien DM Tipe 2 yang menjalani
rawat jalan dan rawat inap di RSWS dan RS
Jejaring lainnya yang memenuhi kriteria
inklusi penelitian (penderita DM tipe 2, usia
>30 tahun dan menandatangani Informed
consent). Sampel penelitian ini berjumlah
78 pasien yang terbagi menjadi 3 kelompok
(DM Non Nefropati, Insipien Nefropati dan
Nefropati Diabetik) masing-masing
berjumlah 26 orang.
Pengumpulan Data
Subyek penelitian yang memenuhi
kriteria inklusi melalui tahap
wawancara/anamnesis untuk memperoleh
informasi tentang karakteristik umum
subjek, misalnya umur, riwayat penyakit,
dan seterusnya. Sampel urin pertama dipagi
hari (porsi tengah) pasien, dikumpulkan
secara aseptik ke dalam pot urin dan
disentrifuse. Urin disimpan pada suhu ≤ -20
°C.
Konsentrasi albuminuria dalam urin
pagi (porsi tengah) pasien diperiksa dengan
metode immunoturbidimetri. Konsentrasi
<20 mg/L digolongkan normoalbuminuria,
konsentrasi 20-300 mg/L digolongkan
mikroalbuminuria dan konsentrasi >300
mg/L digolongkan makroalbuminuria,
menggunakan kit Tina-quant Albumin Gen.
2 (Roche, USA).
Kadar KIM-1 diperiksa dari urin pagi
(porsi tengah) pasien Non Nefropati,
Insipien Nefropati dan Nefropati Diabetik
dengan kit Quantikine ELISA Human TIM-
1/KIM-1/HAVCR menggunakan Metode
ELISA Sandwich (R&D Systems, USA).
Kriteria objektif kadar KIM-1 normal apabila
kadarnya 0,006-0,837 ng/mL.
Analisis Data
Hasil pemeriksaan berupa
konsentrasi albuminuria dan kadar KIM-1
pada Pasien Non Nefropati, Insipien
Nefropati dan Nefropati Diabetik digunakan
Uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui
perbedaan rerata kadar KIM-1, selanjutnya
menggunakan uji Mann-Whitney sebagai uji
post hoc. Uji korelasi menggunakan uji
Spearman untuk mengetahui korelasi
antara konsentrasi albumin dengan kadar
KIM-1. Untuk melihat perbedaan rerata
kadar KIM-1 pada pasien DM Non Nefropati
antara meninggi dan normal digunakan t-
independent test.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan terhadap 78
pasien rawat jalan dan rawat inap yang
memenuhi kriteria inklusi pada bulan Juli-
September 2016. Tabel 1 menjelaskan
subjek penelitian ini terdiri dari laki-laki
sebanyak 47 orang (60.3%) dan perempuan
sebanyak 31 orang (39.7%), frekuensi usia
371
terbanyak adalah 40-60 tahun (59%),
sedangkan lamanya pasien menderita DM
terbanyak adalah 5-10 tahun (57.7%).
Pengukuran tekanan darah pasien
ditemukan pre hipertensi (sistol 120-139
mmHg; diastol 80-89 mmHg) sebanyak 30
orang (38.5%) dan hipertensi (sistol ≥140
mmHg; diastol ≥80 mmHg) sebanyak 34
orang (43.6%), perhitungan Indeks Massa
Tubuh (IMT) ditemukan pasien over weight
(IMT Lk >25.0; Pr >23.8) sebanyak 37 orang
(47.4%) (Tabel 1).
Subjek penelitian dibagi ke dalam 3
kelompok terdiri dari 26 pasien per
kelompok berdasarkan konsentrasi
albuminuria (uALB) dan data rekam medik.
DM Non Nefropati dengan uALB: <20 mg/L
(normoalbuminuria), Insipien Nefropati
dengan uALB: 20-300 mg/L
(mikroalbuminuria) dan Nefropati Diabetik
dengan uALB >300 mg/L
(makroalbuminuria).
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik n=78 Persentase
(%)
Jenis Kelamin Laki-laki (Lk) 47 60.3
(JK) Perempuan (Pr)
31 39.7
Umur <40 6 7.7
(Tahun) 40-60 46 59
61-80 25 32.1
>80 1 1.3
Lama DM <5 23 29.5
(Tahun) 5-10 45 57.7
11-15 7 9.0
16-20 1 1.3
21-25 2 2.6
Tekanan Darah Normal 14 17.9
(mmHg) Pre hipertensi 30 38.5
(TD) Hipertensi 34 43.6
Indeks Massa Under Weight 8 10
Tubuh (IMT) Normal 33 42
Over Weight 37 48
Analisis statistik dilakukan untuk
mengetahui keterkaitan antara kadar KIM-1
dengan beberapa karakteristik pasien
terpapar pada Tabel 2. Hasil analisis
statistik memperlihatkan karakteristik
subjek penelitian yang korelasi dengan
kadar KIM-1 yaitu tekanan darah sistol, IMT,
dan GDP. Kadar KIM-1 tidak berbeda
bermakna pada laki-laki dan perempuan,
umur dan lama DM juga tidak berkorelasi
dengan KIM-1.
372
Tabel 2. Analisis Statistik Kadar KIM-1 dengan Karakteristik Subjek Penelitian
Rerata kadar KIM-1 (min-max) berturut-turut
pada DM Non Nefropati, Insipien Nefropati
dan Nefropati Diabetik adalah 0.862 (0.399-
1.305) ng/mL, 2.409 (1.258-2.386) ng/mL
dan 3.503 (2.959-3.998) ng/mL. Uji beda
pada 3 kelompok pasien dengan uji Kruskal-
Wallis, nilai significancy: 0,000 (p<0,05)
sehingga disimpulkan setidaknya terdapat
perbedaan kadar KIM-1 yang bermakna
diantara 3 kelompok pasien. Selanjutnya
dilakukan uji Post Hoc dengan uji Mann-
Whitney (Tabel 3) pada tiap uji disimpulkan
terdapat perbedaan bermakna kadar KIM-1
terdapat pada Pasien DM Non Nefropati dan
Insipien Nefropati (p=0.000<0.050), Pasien
DM Non Nefropati dan Nefropati Diabetik
(p=0.000<0.050) serta Pasien Insipien
Nefropati dan Nefropati Diabetik
(p=0.000<0.050).
Tabel 3. Perbandingan Rerata Kadar KIM-1 pada Pasien DM Non Nefropati, Insipien Nefropati, Nefropati Diabetik
Gambar 1 menunjukkan hubungan antara
kadar KIM-1 dengan konsentrasi albumin
pada tiap kelompok pasien. Hasil uji korelasi
Spearman antara kadar KIM-1 dengan
konsentrasi albuminuria pada pasien DM
Non Nefropati (r= 0.948; sig<0.05), pasien
Insipien Nefropati (r= 0.969; sig<0.05) dan
pasien Nefropati Diabetik (r= 0.911; sig
<0.05) disimpulkan terdapat korelasi positif
yang bermakna antara kadar KIM-1 dengan
Konsentrasi Albumin pada masing-masing
kelompok dan kekuatan korelasinya sangat
kuat.
Karakteristik Min. Max. Mean SD Sig. (p)b
r+
JK Lk 0,594a 3,998 a 2,182 a 1,277 a
0.397*
Pr 0,399 a 3,994 a 2,372 a 1,118 a
Umur (Tahun) 30 83 55.42 11.09 0.256#
Lama DM (Tahun) 2 24 7.27 4.20 0.520#
T D Sistol 100 220 146.09 30.04 0.004# 0.323 (mmHg) Diastol 70 100 84.04 6.40 0.190#
IMT 16.3 32 24.56 3.67 0.000# 0.502
Kelompok Albuminuria
Kadar KIM-1 (ng/mL) Sig. (P)
n Min. Max. Mean SD
DM Non Nefropati Insipien Nefropati DM Non Nefropati Nefropati Diabetik Insipien Nefropati Nefropati Diabetik
26 26 26 26 26 26
0,399 1,258 0,399 2,959 1,258 2,959
1,305 2,386 1,305 3,998 2,386 3,998
0,862 2,409 0,872 3,503 2,409 3,503
±0.246 ±0.816 ±0.244 ±0.370 ±1.816 ±0.370
0.000*
0.000*
0.000*
373
Gambar 1. Distribusi Kadar KIM-1 Terhadap Konsentrasi Albumin pada pasien DM Non
Nefropati, Insipien Nefropati dan Nefropati Diabetik
Rentang normal kadar KIM-1 yaitu 0.060-
0.837 ng/mL, rerata kadar KIM-1 normal (n =
14) yaitu 0.663±0.110 ng/mL dan rerata
kadar KIM-1 meninggi (n= 12) yaitu
1.094±0.116 ng/mL (Gambar 2). Hasil
analisa uji t-independent p = 0.000 <0,05
yang berarti terdapat perbedaan bermakna
kadar KIM-1 pada kelompok normal dan
meninggi (Gambar 2). Catatan penting dari
hasil ini adalah pada pasien DM Non
Nefropati (normoalbumin) terdapat kadar
KIM-1 yang meninggi dan hal ini
mengindikasikan kemungkinan besar telah
terjadi kerusakan tahap dini pada organ
ginjal.
Gambar 2. Hubungan Kadar KIM-1 dan Konsentrasi Albumin pada pasien DM Non
Nefropati (Normoalbuminuria).
374
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan
kadar KIM-1 pada pria adalah 2.182±1.277
ng/mL dan wanita 2.372±1.118 ng/mL, uji
beda menyimpulkan tidak ada perbedaan
kadar KIM-1 yang bermakna pada laki-laki
maupun perempuan. Umur rata-rata subjek
dalam penelitian ini adalah 55,42±11,09
tahun dengan umur terbanyak adalah 40-60
tahun, uji korelasi antara umur dengan kadar
KIM-1 sig.>0,05 atau tidak terdapat korelasi
yang bermakna antara umur dengan kadar
KIM-1.
Lamanya pasien menderita DM rata-
rata 7.27 tahun dengan durasi 2 hingga 24
tahun, uji korelasi antara kadar KIM-1
dengan lamanya menderita DM disimpulkan
tidak ada korelasi yang bermakna. Rata-rata
tekanan sistol 146.09 mmHg dan tekanan
diastol 84.04 mmHg, korelasi yang
bermakna terdapat pada kadar KIM-1
dengan tekanan sistol namun kekuatan
korelasinya lemah (r = 0.323), tekanan
diastol tidak berkorelasi bermakna dengan
kadar KIM-1.
Analisa korelasi kadar KIM-1 dengan
IMT pada subjek penelitian. Rerata IMT
adalah 24.56±3.67, hasil analisis dengan uji
korelasi Spearman (p: 0,000) menyimpulkan
terdapat hubungan yang bermakna antara
kadar KIM-1 dengan IMT. Faktor resiko
terjadinya Nefropati Diabetik menurut
Zelmanovitz et al (2009), antara lain usia,
durasi menderita diabetes, tekanan darah
serta IMT, keadaan yang abnormal pada
faktor-faktor tersebut akan memperparah
keadaan nefropati pada penderita diabetes.
Pada Penelitian ini urutan rerata
kadar KIM-1 tertinggi hingga terendah
adalah Nefropati Diabetik (3.503±0.370
ng/mL), Insipien Nefropati (2.409±0.816
ng/mL) dan pasien DM Non Nefropati
(0.862±0.246 ng/mL), hasil uji statistik
disimpulkan terdapat perbedaan yang
bermakna kadar KIM-1 pada pasien DM Non
Nefropati, Insipien Nefropati dan Nefropati
Diabetik. Hal ini sesuai dengan pengamatan
Carlsson et al (2014) dan Nielsen et al
(2012), yang juga menyimpulkan terdapat
perbedaan yang signifikan kadar KIM-1 pada
kelompok normoalbuminuria,
mikroalbuminuria dan makroalbuminuria.
Kesepakatan penelitian ini dapat
disimpulkan terdapat kadar KIM-1 tertinggi
pada Nefropati Diabetik, kemudian disusul
pada Insipien Nefropati dan terendah pada
DM Non Nefropati.
Pengujian terhadap hubungan antara
kadar KIM-1 dan konsentrasi albumin pada
kelompok pasien DM Non Nefropati, Insipien
Nefropati dan Nefropati Diabetik, hasil uji
korelasi disimpulkan terdapat korelasi positif
yang bermakna antara kadar KIM-1 dengan
konsentrasi albumin yang berarti kadar KIM-
1 mengalami peningkatan searah dengan
peningkatan konsentrasi albumin. Hasil
tersebut sejalan dengan penelitian oleh
Ahmed & Hamed yang menyimpulkan terjadi
peningkatan signifikan kadar KIM-1 pada
pasien diabetes dan nefropati diabetes.
Penelitian Sang Soo et al (2012) dan Nielsen
et al (2012), juga menyimpulkan hal yang
sama. Hasil yang kontas ditunjukkan oleh
Nauta et al (2011), yang menyimpulkan
konsentrasi marker kerusakan urin lainnya
375
yaitu NAG, NGAL, and H-FABP meningkat
menurut strata albuminuria dan
berhubungan signifikan dengan albuminuria
kecuali marker KIM-1.
Disfungsi glomelurus diduga menjadi
faktor utama untuk perkembangan dan
progresi Nefropati Diabetik namun
kerusakan tubulointestinal juga
memerankan peran penting dalam
pathogenesis Nefropati Diabetik (Bangstad
et al., 2009; Philips & Steadman, 2002;
Wolkow et al., 2008). Salah satu parameter
kerusakan tubulointestinal adalah marker
KIM-1 (Bonventre, 2009).
KIM-1 adalah reseptor fosfatidilserin
yang mengenali sel apoptosis dan
mengarahkannya ke lisosom, juga bertugas
sebagai reseptor untuk lipoprotein
teroksidasi dengan mudah mengenali signal
sel apoptosis (Ichimura et al., 2008). KIM-1
memegang peran dalam membatasi respon
autoimmun terhadap cedera. Pasien dengan
gagal ginjal kronis mengekspresi protein
Kim-1 pada tubulus proksimalnya (Vaidya et
al., 2007). Ektodomain KIM-1 ‘tumpah’ ke
dalam urin setelah cedera pada tubulus
proksimal (Han et al., 2002). Diregulasi oleh
MAP kinase signalling pathways yang
diaktivasi oleh stress, aktifitas
Metalloproteinase menghasilkan pelepasan
soluble KIM-1 (Zhang et al., 2007).
Kadar KIM-1 pada pasien DM Non
Nefropati yaitu 0.872±0.243 ng/mL,
penelitian pada subjek yang sama dengan
hasil yang lebih tinggi diperoleh dari
penelitian Tecke et al (2014), yaitu
1.847±0.486 ng/mL. Hasil uji t-independent
terhadap kadar KIM-1 normal dengan
meninggi menyimpulkan terdapat perbedaan
bermakna. Kedua penelitian ini menemukan
adanya kadar KIM-1 yang melebihi batas
atas rentang normal (>0.837 ng/mL) pada
pasien dengan normoalbumin. Chaudhary et
al (2010) dan Rossing (2007), menyatakan
early renal tubular damage biomarker levels
(termasuk kadar KIM-1 urin) meningkat pada
pasien diabetes, bahkan pada pasien
dengan normoalbuminuria. Kadar KIM-1
berguna untuk memprediksi progresi
nefropati pada DM Tipe 2 dan merupakan
biomarker yang menjanjikan untuk deteksi
dini Nefropati Diabetik (Tecke et al., 2014;
Alter et al., 2010; Nielsen et al., 2012).
Mikroalbumin secara umum
digunakan sebagai marker dini non-invasif
untuk perkembangan Nefropati Diabetik
(Narita et al., 2006). Akan tetapi
mikroalbuminuria baru terdignosa setelah
terjadinya kerusakan signifikan pada
glomelurus (Barratt & Topham, 2007) dan
tidak dapat memperlihatkan disfungsi ginjal
karena nefropati kadang terjadi pada pasien
normoalbuminuria (Retnakaran et al., 2006).
Hasil dari penelitian ini
menyimpulkan KIM-1 dapat dipertimbangkan
sebagai salah satu biomarker sensitif untuk
memprediksi nefropati pada tahap dini
dibuktikan pada keadaan normoalbuminuria
(Pasien DM Non Nefropati) ditemukan
adanya peningkatan kadar KIM-1 yang
melebihi normal, hal ini dapat membantu
para klinisi untuk mengambil langkah
penanganan yang lebih baik untuk kejadian
nefropati pada pasien DM tipe 2.
Keterbatasan penelitian ini antara lain
kurang akuratnya informasi/data mengenai
lamanya pasien menderita DM, tidak
dilakukan pemeriksaan kadar kreatinin urin
376
(hanya kreatinin serum/plasma) yang dapat
dijadikan pembanding kadar KIM-1.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Disimpulkan terdapat perbedaan
bermakna kadar KIM-1 dan terdapat korelasi
positif yang bermakna kadar KIM-1 dengan
konsentrasi albuminuria maka kadar KIM-1
semakin meninggi pada Pasien DM Non
Nefropati, Insipien Nefropati dan Nefropati
Diabetik, serta ditemukan kadar KIM-1 yang
meninggi pada pasien DM Non Nefropati
(normoalbuminuria), sehingga KIM-1 dapat
dipertimbangkan sebagai biomarker dini
Nefropati Diabetik. Perlu dilakukan penelitian
lanjutan yang membandingkan kadar KIM-1
dengan kadar kreatinin urin, sehingga dapat
mempertegas diagnosa terutama pada
pasien Nefropati Diabetik.
377
REFERENCES Ahmed SA. & Hamed MA. (2015). Kidney Injury Molecule-1 as a predicting factor for inflamed
kidney, diabetic and diabetic nephropathy in egypthian patients. Diabetes Care
Alter Ml. et al. (2010). Early Urinary and Plasma Biomarkers for Experimental Diabetic
Nephropathy. Clin. Lab. 58:659-671
American Diabetes Association (ADA). (2010). Standart of Medical Care in Diabetes. Diabetes
Care Journals.
Bangstad HJ., Seljeflot I., Berg TJ., & Haussen KF. (2009). Tubulointersitial expansion is
associated endhotelial dysfunction and infalammation in Type 1 Diabetes. Scand J Clin
Lab Invest 69:138-49
Barratt J. & Topham P. (2007). Urine proteomics: the present and future of measuring urinary
protein components in disease. CMAJ 177:361-8
Bonventre JV. (2009). Kidney injury molecule-1 (KIM-1): a urinary biomarker and much more.
Nephrol Dial Transplant.
Borst MHd. et al. (2007). Induction of kidney injury molecule-1 in homozygous Ren2 rats is
attenuated by blockade of the renin- angiotensin system or p38 MAP kinase. Am J Physiol
Renal Physiol.
Carlsson AC. et al. (2014). Kidney injury molecule (KIM)-1 is associated with insulin resistance:
Results from two community-based studies of elderly individuals. Diab Resh Clin Pract.
Chaudhary K. et al. (2010). The emerging role of biomarkers in diabetic and hypertensive chronic
kidney disease. Curr Diabetes Rep.
Dabla PK. (2010). Renal function in diabetic nephropathy. World J Diabetes
Dinas Kesehatan Kota Makassar. (2012). Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Makassar
Tahun 2012. Makassar: Dinkes Kota Makassar
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. (2012). Prevalensi Penderita Diabetes Mellitus Kota
Makassar. Makassar: Dinkes Prov Sulsel.
Han WK. et al. (2002). Kidney Injury Molecule-1 (KIM-1): a novel biomarker for human renal
proximal tubule injury. Kidney Int.
Ichimura T., Hung CC., Yang SA., Stevens JL., & Bonventre JV. (2004). Kidney Injury Molecule-
1: A Tissue and Urinary Biomarker for Nephrotoxicant-Induced Renal Injury. Am J Physiol
Renal Physiol.
Ichimura T. et al. (2008). Kidney injury molecule–1 is a phosphatidylserine receptor that confers a
phagocytic phenotype on epithelial cells. J Clin Invest.
378
International Diabetes Federation (IDF). (2014). Complications of Diabetes. Akses:
www.idf.org.com
Narita T., Hosoba M., Kakei M., & Ito S. (2006). Increased urinary biomarker of immunoglobulin
G, ceruloplastin, and transferrin predict development of microalbuminuria in patients with
type 2 diabetes mellitus. Diabetes care 29:142-4
Nauta FL. et al. (2011). Glomerular and tubular damage markers are elevated in patients with
diabetes. Diabetes Care. 34:975–81.
Nielsen SE. et al. (2012). Tubular Markers Are Associated with Decline in Kidney function in
Proteinuric type 2 Diabetic patients. Diabetic Reseacrh and Clinical Practice.
Obineche EN. & Adem A. (2005). Update in Diabetic Nephropathy. Int J Diabetes & Metabolism
(2005) 13: 1-9
Pacific Biomarkers. (2013). Novel Biomarkers of Diabetic Nephropathy. Pacific Biomarker Press
Release
Parving H. et al. (2004). Diabetic Nephropathy, chap. 38, in Brenner and Rector's the Kidney, 7th
ed., edited by Brenner BM, Philadelphia, WB Saunders, pp 1777-1818.
Philips AO. & Steadman R. (2002). Diabetic Nephropathy: the central role of renal tubulus proximal
cells in tubulointersitial injury. Histo Histopathol 17:247-52
Retnakaran R., Cull CA., thorne KI., Adler AI., & Holman R. (2006). Risk factor of renal dysfuction
in type 2 diabetes: UK prospective diabetes study 74. Diabetes 55:1832-9
Rossing K. (2007). Progression and remission of nephropathy in type 2 diabetes: new strategies
of treatment and monitoring. Dan Med Bull.
Sang Soo K. et al. (2012). Clinical implication of urinary tubular markers in early stage of
nephropathy with type 2 diabetes patients. Diabetes research and Clinical Practice 97 251-
257
Tecke BK., Tecke H., Aktas G., & Sit M. (2014). Evaluation of the kidney injury molecule (KIM--1)
levels in patients with nephropathy diabetic. Clin Invest Med Vo. 37 No. 6
Timmeren MMv. et al. (2006). Tubular Kidney Injury Molecule-1 In Protein Overload Nephropathy.
Am J Physiol Renal Physiol.
Vaidya VS. et al. (2007). Urinary kidney injury molecule-1: a sensitive quantitative biomarker or
early detection of kidney tubular injury. Am J Physiol Renal Physiol.
Vora J. (2004). Diabetic Nephropathy: Detection and Treatment of RenalDisease In Patients with
Diabetes. Proceeding presented on 12th International Congress of Endocrinology Vol. 4
Vujicic B. et al. (2012). Diabetic Nephropathy. Intech Open Acess.
Wolkow PP., Niewczas MA., & Perkins B. (2008). Association of urinary inflammatory and renal
decline in microalbuminuric type 1 diabetics. J Am Soc Nephrol 19:789-97
379
World Health Organization (WHO). (2014). Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus. Akses:
www.who.int
Zelmanovitz T. et al. (2009). Diabetic nephropathy. Diabetology and Metabolic Syndrome.
Zhang Z., Humpreys BD., & Bonventre JV. (2007). Shedding of urinary biomarker kidney injury
molecule-1 (KIM-1) is regulated by MAP kinase and Juxtamembrane region. J Am Soc
Nephrol 18: 2704–2714