karakteristik sosial ekonomi petani miskin dalam

12
MIMBAR, Vol. 29, No. 2 (Desember, 2013): 205-214 205 ‘Terakreditasi’ SK Mendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d. 18-02-2019 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalam Pengelolaan Usaha Mikro “Tourism Souvenir Goods” DUMASARI, 1 WATEMIN 2 1,2 Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl. Raya Dukuh Waluh, Purwokerta. email: 1 [email protected]; 2 [email protected] Abstract. This article aims to consider the socio economic characteristics of poor peasant and profile of micro enterprises tourism souvenir goods made from agricul- tural waste which is managed in the countryside. The research takes place in the rural of Baturaden and Cilongok Tourism Area, Banyumas Regency, Central Java Province. The research method was a descriptive case study with a qualitative and quantitative approach. The research results revealed that poor peasant have certain socio economic characteristics in managing their micro enterprises tourism souvenir goods in the rural of Baturaden and the Cilongok Tourism Area. These certain criterias are they have the power to encourage and motivate potential influence and spirit in managing their micro enterprises. The profile of micro enterprises shows the similari- ties and differences in indicators observed. Poor peasant need some real efforts to increase self reliance and entrepreneurship skills in the development of their own micro enterpreses at rural area Keywords: socio economic characteristics, poor peasant, micro enterpreses Abstrak. Artikel ini bertujuan mengkaji karakteristik sosial ekonomi petani dan profil usaha mikro tourism souvenir goods berbahan limbah hasil pertanian yang dikelolanya di pedesaan. Lokasi penelitian ditetapkan secara purposive area di pedesaan Kawasan Wisata Baturaden dan Kawasan Wisata Cilongok, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah. Metode yang digunakan pada penelitian ialah studi kasus deskriptif dengan pendekatan kualitatif kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa petani miskin memiliki karakteristik sosial ekonomi tertentu dalam mengelola usaha mikro tourism suvenir goods di pedesaan Kawasan Wisata Baturaden dan Kawasan Wisata Cilongok. Beberapa kriteria karakteristik sosial ekonomi petani miskin mempunyai kekuatan pengaruh mendorong dan memotivasi potensi dan semangat petani miskin dalam mengelola usaha mikro. Profil usaha mikro tourism souvenir goods yang dikelola petani miskin menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan dalam beberapa indikator yang diamati. Petani miskin membutuhkan upaya riil untuk peningkatan kemandirian dan kemampuan kewirausahaan dalam mengembangkan usaha mikro produk souvenir untuk pasar wisata di pedesaan. Kata kunci: karakteristik sosial ekonomi, petani miskin, usaha mikro Pendahuluan Pemberdayaan petani miskin di pedesaan tetap penting dilakukan secara intensif. Hal ini didasarkan fakta sosial yang menunjukkan kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki rumahtangga petani miskin relatif rendah ditinjau dari aspek produktivitas, pendidikan, kemandirian, kewirausahaan, melek usaha dan kreativitas. Berbagai upaya pemberdayaan terus dilakukan pemerintah bersama pihak lain untuk mengembangkan kemampuan dan kemandirian petani miskin dalam memanfaatkan potensi sumberdaya alam lokal di pedesaan. Hanya saja hasil yang dicapai seringkali belum optimal terbukti mayoritas (> 50%) dari total jumlah penduduk miskin di Indonesia terdiri dari petani gurem dan nelayan kecil. Daya kreativitas petani miskin yang rendah dalam menekuni berbagai jenis pekerjaan produktif di sektor pertanian dan non pertanian sebenarnya pantas dimaklumi karena akses informasi terhadap ragam inovasi terutama tentang pemanfaatan teknologi modifikasi produk masih minim. Sebagai konsekuensi, petani miskin belum mampu mengolah sumberdaya alam di sekitarnya menjadi

Upload: others

Post on 04-Dec-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalam

MIMBAR, Vol. 29, No. 2 (Desember, 2013): 205-214

205‘Terakreditasi’ SK Mendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d. 18-02-2019

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalamPengelolaan Usaha Mikro “Tourism Souvenir Goods”

DUMASARI,1 WATEMIN 2

1,2 Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl. Raya Dukuh Waluh,Purwokerta.

email: 1 [email protected]; 2 [email protected]

Abstract. This article aims to consider the socio economic characteristics of poorpeasant and profile of micro enterprises tourism souvenir goods made from agricul-tural waste which is managed in the countryside. The research takes place in therural of Baturaden and Cilongok Tourism Area, Banyumas Regency, Central JavaProvince. The research method was a descriptive case study with a qualitative andquantitative approach. The research results revealed that poor peasant have certainsocio economic characteristics in managing their micro enterprises tourism souvenirgoods in the rural of Baturaden and the Cilongok Tourism Area. These certain criteriasare they have the power to encourage and motivate potential influence and spirit inmanaging their micro enterprises. The profile of micro enterprises shows the similari-ties and differences in indicators observed. Poor peasant need some real efforts toincrease self reliance and entrepreneurship skills in the development of their ownmicro enterpreses at rural area

Keywords: socio economic characteristics, poor peasant, micro enterpreses

Abstrak. Artikel ini bertujuan mengkaji karakteristik sosial ekonomi petani danprofil usaha mikro tourism souvenir goods berbahan limbah hasil pertanian yangdikelolanya di pedesaan. Lokasi penelitian ditetapkan secara purposive area dipedesaan Kawasan Wisata Baturaden dan Kawasan Wisata Cilongok, KabupatenBanyumas, Propinsi Jawa Tengah. Metode yang digunakan pada penelitian ialah studikasus deskriptif dengan pendekatan kualitatif kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitiandiketahui bahwa petani miskin memiliki karakteristik sosial ekonomi tertentu dalammengelola usaha mikro tourism suvenir goods di pedesaan Kawasan Wisata Baturadendan Kawasan Wisata Cilongok. Beberapa kriteria karakteristik sosial ekonomi petanimiskin mempunyai kekuatan pengaruh mendorong dan memotivasi potensi dansemangat petani miskin dalam mengelola usaha mikro. Profil usaha mikro tourismsouvenir goods yang dikelola petani miskin menunjukkan adanya persamaan danperbedaan dalam beberapa indikator yang diamati. Petani miskin membutuhkan upayariil untuk peningkatan kemandirian dan kemampuan kewirausahaan dalammengembangkan usaha mikro produk souvenir untuk pasar wisata di pedesaan.

Kata kunci: karakteristik sosial ekonomi, petani miskin, usaha mikro

Pendahuluan

Pemberdayaan petani miskin di pedesaantetap penting dilakukan secara intensif. Hal inididasarkan fakta sosial yang menunjukkan kualitassumberdaya manusia yang dimiliki rumahtanggapetani miskin relatif rendah ditinjau dari aspekproduktivitas, pendidikan, kemandirian,kewirausahaan, melek usaha dan kreativitas.Berbagai upaya pemberdayaan terus dilakukanpemerintah bersama pihak lain untukmengembangkan kemampuan dan kemandirianpetani miskin dalam memanfaatkan potensi

sumberdaya alam lokal di pedesaan. Hanya sajahasil yang dicapai seringkali belum optimal terbuktimayoritas (> 50%) dari total jumlah pendudukmiskin di Indonesia terdiri dari petani gurem dannelayan kecil.

Daya kreativitas petani miskin yang rendahdalam menekuni berbagai jenis pekerjaan produktifdi sektor pertanian dan non pertanian sebenarnyapantas dimaklumi karena akses informasi terhadapragam inovasi terutama tentang pemanfaatanteknologi modifikasi produk masih minim. Sebagaikonsekuensi, petani miskin belum mampumengolah sumberdaya alam di sekitarnya menjadi

Page 2: Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalam

206

DUMASARI, DKK. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalam Pengelolaan Usaha Mikro “Tourism ... “

ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499

beragam produk bernilai ekonomi.Aneka jenis l imbah hasi l pertanian

termasuk bagian dari sumberdaya alam dipedesaan, yang belum terolah petani miskinmenjadi ragam produk bernilai tambah. Selamaini, aneka jenis limbah hasil pertanian cenderungmasih dibiarkan terbengkelai hingga rawanmenjadi polutan pencemar lingkungan. Padahaljumlah aneka jenis limbah hasil pertanian tersebutmelimpah tertumpuk dan terserak di berbagaitempat lingkungan sekitar desa. Persoalan iniperlu segera diperhatikan secara serius karenamengingat petani miskin sesungguhnya memilikipotensi dalam memanfaatkan aneka jenis limbahhasil pertanian sebagai bahan baku beragamproduk seperti souvenir tourism goods. Denganmengelola usaha mikro tourism souvenir goods,petani miskin berarti mampu mengembangkandiversifikasi nafkah yang nantinya memberikantambahan berharga bagi pendapatan keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dipedesaan Kabupaten Banyumas yang dilakukanoleh Dumasari, et al., (2007) diketahui bahwausaha mikro tourism souvenir goods berbahanlimbah hasil pertanian yang dikelola wanita taniternyata dapat meningkatkan pendapatanrumahtangga petani miskin 100-200 % setiapbulan. Hanya saja, teknik pengelolaan usaha mikrotourism souvenir goods yang dilakukan petanimiskin belum kreatif dan inovatif. Prosespengolahan yang dilakukan bersifat tradisional.Desain produk yang dihasilkan kurang variatif.Tidak jarang, petani miskin mengolah produk barusetengah jadi langsung dijual ke pedagangpengumpul. Harga tourism souvenir goods hasilproduksi petani miskin jadi jauh lebih rendahdibanding yang berlaku di pasar.

Permasalahan tersebut dalam waktu relatiftidak lama rawan melemahkan posisi tawar danpada akhirnya merugikan petani miskin. Dengandemikian, tujuan penelitian ini dimaksudkanmengkaji karakteristik sosial dan ekonomi petanidan profil usaha mikro tourism souvenir goodsberbahan limbah hasil pertanian yang dikelolanyadi pedesaan.

Lokasi penelitian ditetapkan secara purpo-sive area di pedesaan Kawasan Wisata Baturadendan Kawasan Wisata Cilongok, KabupatenBanyumas, Provinsi Jawa Tengah. Metodepenelitian yang digunakan studi kasus deskriptifdengan kombinasi pendekatan kualitatif dankuantitatif.

Subjek penelitian mencakup semua petaniyang tertarik dan telah mulai mengelola usahamikro tousris souvenir goods berbahan anekajenis limbah pertanian yang bertempat tinggal dipedesaan kedua lokasi penelitian terpilih. Subjekinforman mencakup petani miskin yang telah mulaimengelola usaha mikro tourism souvenir goods

dari limbah hasil pertanian sebagai bentukrealisasi pengembangan diversifikasi nafkahproduktif. Informan dipilih secara purposive sam-pling dengan rincian yang mewakili pedesaanKawasan Wisata Baturaden sebanyak 14 orang dandari pedesaan Kawasan Wisata Cilongok sejumlah12 orang. Jumlah keseluruhan informan yangdiwawancarai ialah 26 orang. Adapun respondenpenelitian ditetapkan dengan teknik simple ran-dom sampling. Responden berasal dari kalanganpetani miskin, yang menyatakan ketertarikanmengelola usaha mikro tourism souvenir goodsuntuk mengembangkan diversifikasi nafkahproduktif. Dari pedesaan Kawasan WisataBaturaden ditetapkan sejumlah 14 orangresponden. Sementara, dari pedesaan KawasanWisata Cilongok dipilih sejumlah 10 orang. Totalresponden penelitian 24 orang.

Data yang dibutuhkan dalam penelitianmencakup data primer dan data sekunder. Teknikpengumpulan data dilaksanakan melaluiwawancara, observasi dan analisis data sekunder.Data kualitatif dianalisis dengan Interactive Modelof Analysis (Miles and Huberman, 1991). Teknikanalisis ini dilakukan secara interaktif pada prosespengumpulan data, reduksi data, penyajian datadan verifikasi atau penarikan kesimpulan.Keempatnya berlangsung secara bersamaandalam satu siklus. Hasil analisis data disajikandalam uraian deskriptif yang sistematis, logis dansaling melengkapi.

Karakteristik Sosial dan Ekonomi

Pemberdayaan petani miskin di pedesaanmerupakan proses yang bersifat dinamis danfleksibel untuk memperluas pilihan bagi wargadalam memeroleh kesempatan kegiatan produktif.Oleh karenanya, warga petani miskin bukan lagidiposisikan sebagai objek namun juga sekaligussebagai subjek pengelo la atau pelakupemberdayaan. Keberadaan petani miskinmenjadi pertimbangan strategis dalam pencapaiantujuan pokok pemberdayaan mulai dari awalhingga akhir (the ultimate end). Pemberdayaanmenjadi suatu proses berkelanjutan yangmencakup sistem sosial masyarakat secarakeseluruhan menuju kehidupan lebih baik, lebihmanusiawi dan lebih beradab. Pemberdayaan jugaperlu disesuaikan dengan karakteristik petanimiskin termasuk dari dimensi sosial ekonomi.

Artikel ini mengungkapkan bahwakarakterist ik sos ial ekonomi menunjukkankemampuan dan potensi diri petani miskin dalammengelola usaha produktif tourism souvenir goods.Kemampuan diri yang dimaksud diindikasikan daribeberapa ciri berikut: umur, jenis kelamin, tingkatpendidikan formal, tingkat pendidikan tak formal,dan interaksi sosial. Lebih spesifik lagi, Spencerand Spencer (1993) menyatakan bahwa

Page 3: Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalam

MIMBAR, Vol. 29, No. 2 (Desember, 2013): 205-214

207‘Terakreditasi’ SK Mendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d. 18-02-2019

karakteristik mendasar pada diri seseorang dapatmenentukan kompetensi dalam mencapai hasilkerja terbaik dan efektif berdasarkan kriteria padasuatu pekerjaan atau kondisi tertentu.

Karakteristik sosial dan ekonomi petanimiskin yang mengelola usaha mikro tourism sou-venir goods berbahan baku limbah hasil pertaniandi pedesaan kedua kawasan wisata yang ditelitimemilik i kekhasan tertentu sesuai potensisumberdaya lokal. Berdasarkan hasil pengamatanterhadap karakteristik sosial petani miskin baik diBaturaden maupun Cilongok diketahui mayoritas(83%) berusia produktif. Hanya sedikit yangtergolong berusia tidak produktif (17%). Petanipengelola usaha mikro tourism souvenir goodssebagian besar (88%) berjenis kelamin laki-laki.Sedikit sekali (12%) perempuan yang turutmenekuni usaha ini. Pekerjaan mengolah limbahhasil pertanian menjadi beberapa desain dan jenissouvenir yang dipasarkan di kawasan wisatamembutuhkan keterampilan dan pengalaman yangtelaten. Keikutsertaan perempuan dalam usahaini terbatas pada proses penyiapan danpengeringan bahan baku serta pengemasanproduk dalam kotak/ kardus atau karung plastik.

Tingkat pendidikan formal petani miskinmengelola usaha mikro tourism souvenir goodsternyata masih relatif rendah (SD dan SMP).Keterbatasan kualitas sumberdaya manusia yangdimiliki petani miskin produsen produk souvenirdari limbah hasil pertanian juga terungkap daripendidikan tak formal yang masih tergolongrendah. Jarang sekali ada penyuluhan ataupelatihan dari berbagai pihak luar tentang berbagai

informasi teknologi pertanian dan pengelolaanusaha mikro berbasis kewirausahaan yang diikutipetani miskin baik di Baturaden maupun Cilongok.

Sisi karakteristik sosial lain yang ditelitimenunjukkan bahwa interaksi sosial antara petanipengrajin dengan sesama warga desa dan petanipengrajin dengan pedagang pengumpul souvenirrelatif tinggi. Pertemuan antara petani pengrajindengan warga desa berlangsung dalam berbagaiacara baik rutin maupun tidak rutin. Interaksisosial antara petani pengrajin dengan pedagangpengumpul berlangsung efektif, karena minimalsekali seminggu terjadi pertemuan untukpemesanan sekaligus transaksi pembelian danpembayaran produk tourism souvenir goods.Sebaliknya, interaksi sosial antara petani pengrajindengan penyuluh pertanian cenderung rendahkarena keduanya jarang bertemu untukkepentingan pengembangan pembangunanpertanian.

Pengalaman petani pengrajin dalamusahatani rata-rata > 5 tahun. Sementara,pengalaman mengelola usaha mikro tourism sou-venir good lebih rendah karena baru berkisar 2-4tahun. Penjelasan karakteristik sosial petani miskindi Kawasan Wisata Baturaden dan KawasanWisata Cilongok secara rinci tertera padaGambar 1.

Karakteristik ekonomi petani miskin yangdiwawancarai dalam penelitian ini menunjukkankondisi yang diwarnai ketidakpastian dalammemperoleh pendapatan dari usahatani untukmemenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.Masalah keterdesakan ekonomi yang dihadapi

Gambar 1Karakteristik Sosial Petani Miskin Pengelola Usaha Mikro Tourism Souvenir Goods

Page 4: Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalam

208

DUMASARI, DKK. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalam Pengelolaan Usaha Mikro “Tourism ... “

ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499

petani miskin di kedua kawasan wisata yang ditelitisecara perlahan terselesaikan dengan adanyaperolehan pendapatan tambahan dari usaha mikrotourism souvenir goods dari olahan limbah hasilpertanian. Hanya saja, perolehan tambahanpendapatan belum ajeg karena proses produksibersifat insidental tergantung pesanan (orderan)dari pedagang pengumpul. Pada Gambar 2teramati karakteristik ekonomi petani pengelolausaha mikro tourism souvenir goods yang ditelitidi pedesaan Kawasan Wisata Baturaden danCilongok.

Berdasarkan data tersebut terungkap bahwakarakteristik sosial ekonomi petani miskin baik diKawasan Wisata Baturaden maupun KawasanWisata Cilongok mempunyai keragaman potensikompetensi diri dalam mengelola usaha mikro.Orientasi ekonomi yang dimiliki mayoritas informanmasih rendah karena setiap kesempatan produktifdari keberfungsian l ingkungannya belumdimanfaatkan secara optimal. Tujuan informan

dalam mengelola usaha mikro belum dimaksudkanuntuk memperoleh keuntungan maksimal. Niatpetani miskin mengelola usaha mikro masihsebatas memperoleh tambahan pendapatan agarlebih mampu menutupi biaya pengeluaran bagipemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Dari keragaman karakteristik sosial ekonomiyang tercantuk pada Gambar 1 dan 2 diketahuiada beberapa beberapa kriteria yang menguatkanpotensi petani miskin dalam mengelola usahamikro tourism souvenir goods. Potensi dansemangat kewirausahaan mendapat doronganyang kuat dari deretan pengalaman yang dimilikiselama mengelola usaha mikro. Tidak hanyapengalaman ketika memperoleh kenaikanpendapatan yang menjadi kekuatan potensi dansemangat kewirausahaan tetapi pengalamansewaktu menderita kerugian juga memotivasipetani miskin belajar mengelola usaha mikro agarlebih produktif.

Kegiatan pendidikan tak formal seperti

Gambar 2 Karakteristik Ekonomi Petani Miskin Pengelola Usaha Mikro Tourism Souvenir Goods

Page 5: Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalam

MIMBAR, Vol. 29, No. 2 (Desember, 2013): 205-214

209‘Terakreditasi’ SK Mendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d. 18-02-2019

penyuluhan, pelatihan, demonstrasi cara danberbagi pengalaman antar sesama petanitermasuk karakteristik sosial yang mendorong danmemotivasi petani miskin meningkatkan potensidan semangat kewiausahaan. Meski jumlah petanimiskin yang mengikuti kegiatan pendidikan takformal relatif sedikit dengan tingkat intensitasrendah, namun mampu memberi kekuatan bagiupaya pengembangan potensi dan semangatkewirausahaan mengelola usaha mikro tourismsuvenir goods dari limbah hasil pertanian.

Tingkat pendidikan tak formal yang rendahmengakibatkan petani pengrajin sulit mengaksesinformasi inovasi teknologi modifikasi produkdengan aneka desain sesuai trend konsumen dipasar wisata. Kelemahan dalam penguasaan

teknologi modifikasi produk menyebabkanmayoritas (75 %) petani pengrajin baru mampumemproduksi satu sampai tiga desain dan jenisproduk tourism souvenir goods dengan motifsederhana dan kurang variatif. Kekuatan beberapakriteria karakteristik sosial yang diteliti berbedadalam menentukan potensi dan semangatkewirausahaan petani miskin dalam mengelolausaha mikro baik di Kawasan Wisata Baturadenmaupun Cilongok. Perbedaan kekuatan tersebutdapat terlihat pada Gambar 3.

Potensi dan Semangat Kewirausahaan

Kriteria karakteristik ekonomi petani miskinyang paling mempunyai kekuatan mendorongpotensi dan semangat kewirausahaan dalam

Gambar 3Tingkat Kekuatan Pengaruh Beberapa Kriteria Karakteristik Sosial Petani Miskin

Gambar 4Tingkat Kekuatan Pengaruh Beberapa Kriteria Karakteristik Ekonomi Petani Miskin

Page 6: Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalam

210

DUMASARI, DKK. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalam Pengelolaan Usaha Mikro “Tourism ... “

ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499

mengelola usaha mikro ialah fungsi usaha mikrosebagai sumber nafkah pendapatan sampingan.Mayoritas petani miskin mengakui ada rasajaminan keamanan sumber pendapatan tambahanketika mulai mengelola usaha mikro tourism sou-venir goods meski sistem pembayaran produkbiasanya berlangsung secara tidak kontan.

Bagi petani miskin ternyata sifat usaha mikroyang masih insidental memberi suatu warna bagikeluwesan dan kelonggaran waktu dalampengumpulan berbagai jenis bahan baku darilingkungan sekitar desa. Ketika ada pesananproduk dari pedagang pengumpul yang menjadilangganan barulah petani miskin mulai melakukanproses produksi. Kriteria lain dari karakteristikekonomi yang mendorong dan memotivasi petanimiskin mengelola usaha mikro ialah tekananpengeluaran rumahtangga yang selalu lebih besardari penerimaan pendapatan setiap bulan. Jumlahpengeluaran yang seringkali menimbulkanketerdesakan ekonomi bagi keluarga petani miskinuntuk mau tidak mau menambah jumlah pinjamandi warung/ pedagang pengumpul erat kaitannyadengan beban tanggungan ekonomi yang relatiftinggi. Informasi tentang kriteria karakteristik sosialyang memiliki kekuatan pengaruh terhadap potensidan semangat kewirausahaan petani miskin dalammengelola usaha mikro terinci pada Gambar 4.

Kondisi karakteristik sosial ekonomi padapetani pengrajin tourism souvenir goods diBaturaden dan Cilongok memberi pengaruh yangkuat terhadap pengembangan produktivitas,kreativitas dan kemandirian dalam mengelolausaha mikro. Realitas sosial ini tidak jauh berbeda

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maris,et all., (2013), yang menemukan beberapakarakteristik sosial ekonomi petani memangmempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkatadopsi teknologi pengendalian hama terpadudalam pengelolaan usahatani tanaman pangan diDesa Metuk, Kecamatan Mojosongo, KabupatenBoyolali. Beberapa karakteristik sosial ekonomibahkan mampu berfungsi menguatkan adopsiteknologi pengendalian hama terpadu pascaSekolah Lapang Pengendalian Hama Terpaduialah: pendidikan tak formal, pengalaman petanimengelola usahatani dan keaktifan keanggotaanpetani (Maris, et all., 2013). Demikian juga yangfakta sosial ditemukan dari hasil penelitian Malta(2011), yang menunjukkan bahwa kompetensimerupakan salah satu karakteristik sosial penentuperilaku dan kinerja dalam mengelola ragamusahatani di pedesaan. Oleh karena itu, padasetiap upaya pemberdayaan termasukpengembangan usaha mikro tourism souvenirgoods perlu terlebih dahulu dilakukan identifikasidan pengenalan karakteristik sosial ekonomi petanimiskin baik di pedesaan Kawasan Wisata Baturadenmaupun Kawasan Wisata Cilongok.

Profil Usaha Mikro

Profil usaha mikro tourism souvenir goodsyang dikelola petani miskin di kedua lokasipenelitian memiliki beberapa persamaan danperbedaan dalam berbagai aspek ditinjau dari:bahan baku, jumlah modal, sumber modal, desainproduk, volume produk, teknologi pengolahan,

Tabel 1Profil Usaha Mikro dengan Beberapa Kesamaan Ciri

Profil

Bahan baku

Tenaga kerja

Sumber modal

Desain dan motifproduk

Sifat usaha

Sistem penjualan

Sistem pembayaran

Penetapan hargaproduk

Keterangan

Aneka jenis limbah hasil pertanian (limbah gergajian/potongan industri kerajinan kayu/bambu,tempurung kelapa, biji//ranting pohon yang mengering, limbah kulit hewan sapi/kambing).

Dari kalangan anggota keluarga sendiri. Bila pesanan sedang banyak ditambah tenaga kerja darikalangan tetangga/kerabat desa. Jumlah tenaga kerja 3-4 orang setiap proses produksi.

Milik sendiri dan pinjaman dari: pedagang pengumpul, simpan pinjam RT/RW dan bank plecit desa.

Tidak variatif. Baru memproduksi satu sampai tiga jenis produk tourism souvenir goods. Misalnya:asbak, celengan dan gasing dari limbah industri kerajinan bambu. Bingkai foto, gantungan kuncidan vas bunga dari limbah industri kerajinan kayu.

Proses produksi bersifat insidental tergantung pesanan dari pedagang pengumpul langganan.

Setor produk secara borongan (kulakan) ke pedagang pengumpul sesuai jumlah pesanan.

Langsung tunai, cicilan (ngebon) dengan sistem pelunasan saat pengambilan pesanan produkberikutnya.

Pedagang pengumpul

Sumber: Diolah dari data primer Tahun 2011

Page 7: Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalam

MIMBAR, Vol. 29, No. 2 (Desember, 2013): 205-214

211‘Terakreditasi’ SK Mendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d. 18-02-2019

sistem penjualan, sistem pembayaran danjangkauan pasar. Pada Tabel 1 teramati profilusaha mikro petani miskin di pedesaan KawasanWisata Baturaden dan Kawasan Wisata Cilongokdengan beberapa kesamaan ciri.

Profil usaha mikro yang dikelola petanimiskin di kedua kawasan wisata yang diteliti jugamenunjukkan beberapa perbedaan ciri. PadaTabel 2 tercantum profil usaha mikro yang dikelolapetani miskin di pedesaan Kawasan WisataBaturaden dan Kawasan Wisata Cilongok ditinjaudari perbedaan beberapa ciri.

Profil usaha mikro yang dikelola petanimiskin menunjukkan eksistensi yang lemah dalamhal yang terkait khusus dengan kemandirian,kemampuan kewirausahaan dan adopsi teknologi

modifikasi produk. Selama ini, petani miskin barumemiliki potensi dan semangat kewirausahaan.Sementara, kemampuan masih kurang optimaldalam memanfaatkan berbagai kesempatan bisnistourism souvenir goods . Pengembangankemandirian dan kemampuan kewirausahaanserta adopsi teknologi pada petani miskin tidakdapat terlepas dari respon sekaligus dukungansumberdaya lokal di sekitar lingkungan desa. Halini sesuai dengan hasil penelitian Indratno danAgustina (2005), yang mengemukakan bahwakemampuan masyarakat desa termasuk petanimiskin mengembangkan ekonomi lokal tergantungpada kesiapan dalam proses produksi,pembentukan modal dan peningkatan kualitassumberdaya manusia.

Tabel 2Profil Usaha Mikro dengan Beberapa Perbedaan Ciri

No. Ragam Faktor Penyebab Sifat Internal Eksternal

1. Aksesibilitas rendah terhadap informasi aneka produk sesuai trend pasar wisata

2. Kreativitas dalam penentuan jenis, bentuk, desain dan motif produk rendah

3. Pengetahuan dan ketrampilan informan rendah dalam proses pengolahan produk berkualitas sesuai trend pasar wisata

4. Fasilitas pelayanan informasi permintaan produk sesuai trend pasar wisata langka

5. Penentuan jenis dan bentuk produk (desain dan motif) cenderung didominasi pedagang pengumpul

6. Jaringan kerjasama dengan pasar wisata lemah √ √ 7. Bengkel produksi belum memadai √ 8. Proses pengolahan produk cenderung tanpa melalui tahap finishing √

Tabel 3Ragam Faktor Penyebab Sensitivitas Informan Lemah dalam Pengelolaan Usaha Mikro

Profil Pedesaan

Kawasan Wisata Baturaden Kawasan Wisata Cilongok

Jumlah modal Rata-rata Rp 650.000-Rp 1.000.000. Rata-rata Rp 450.000-Rp 650.000.

Volume produk Rata-rata > 25 buah per hari kerja Rata-rata < 25 buah per hari kerja

Teknologi pengolahan

Sudah ada sebagian (25 %) dari petani miskin yang memggunakan teknologi semi manual pada pra produksi dan proses produksi. Hanya 10 % petani miskin yang melakukan tahap finishing dan pengemasan.

Semua petani miskin menggunakan teknologi dengan cara manual baik pada tahap pra produksi dan proses produksi. Jarang sekali petani miskin melakukan tahap finishing dan pengemasan.

Jangkauan pasar Kawasan Wisata Banyumas dan luar Banyumas

Kawasan Wisata Banyumas

Sumber: Diolah dari data primer Tahun 2011

Page 8: Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalam

212

DUMASARI, DKK. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalam Pengelolaan Usaha Mikro “Tourism ... “

ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499

Pengelolaan Usaha Mikro Tourism Sou-venir Goods

Di samping kemandirian, kemampuankewirausahaan dan adopsi teknologi modifikasiproduk ternyata unsur lain yang turut menentukanpeningkatan produktivitas petani miskin dalammengelola usaha mikro tourism souvenir goods diBaturaden dan Cilongok adalah sensitivitas dalammengidentifikasi produk sesuai trend permintaankonsumen di pasar wisata. Mayoritas (88%)informan masih memiliki sensitivitas yang lemahdalam menyesuaikan jenis, bentuk, desain danmotif produk dengan trend pasar wisata.Kelemahan informan dalam sensitivitas usahamikro disebabkan beberapa faktor yang bersifatinternal dan eksternal.

Faktor internal bersumber dari lingkunganpribadi dan keluarga informan. Sementara,cakupan faktor eksternal berasal dari sistem sosialdi luar lingkungan pribadi dan keluarga.Penjelasan beberapa faktor penyebab kelemahansensitivitas usaha mikro petani miskin baik yangbersifat internal maupun eksternal di Kawasan

Wisata Baturaden dan Cilongok tercantum padaTabel 3.

Meskipun masih memiliki sensitivitas yanglemah dalam mengelola usaha mikro namun petanimiskin merasa yakin tetap mampu bertahanmelanjutkan produksi karena alasan permintaanpasar wisata terhadap produk tourism souvenirgoods terus meningkat secara perlahan dari tahunke tahun. Selain dipasarkan di beberapa lokasikawasan wisata wilayah Banyumas, jangkauanpemasaran souvenir yang dihasilkan petani miskindari Kawasan Wisata Baturaden dan Cilongok jugamenyebar di berbagai objek wisata luar Banyumasseperti: Yogyakarta, Bandung, Semarang,Purbalingga, Tegal, Kebumen, Pekalongan, Cilacap,Pangandaran dan lain-lain. Sesuatu realitas sosialyang menarik diperhatikan, ketika menyadari sou-venir yang dibawa ke luar wilayah Banyumas suatuwaktu kembali lagi dipasarkan ke Kawasan WisataBaturaden setelah mengalami proses finishing ditempat lain oleh pedagang pengumpul.Peningkatan permintaan yang datang melaluipedagang pelanggan terhadap beberapa jenis dan

Tabel 4Peningkatan Transaksi Penjualan Aneka Produk Tourism Souvenir Goods

antara Tahun 2010-2011

Jenis Tourism Souvenir Goods Jumlah Penjualan (Buah)

Tingkat Kenaikan

Tahun 2010 Tahun 2011 Jumlah (Buah)

%tase (%)

• Aneka Miniatur Kendaraan dari Kayu • Aneka Gantungan Kunci dari Kayu dan Tempurung

Kelapa • Celengan Bunga dari Tempurung Kelapa dan Bunga

Pinus • Celengan Gantung dari Tempurung Kelapa • Wayang Kulit dari Kulit Hewan Sapi • Seruling Jawa (5 lubang) dari Bambu Wuluh • Vas Bunga Meja dari Irisan Bambu Tutul • Seruling Nasional (6 lubang) dari Bambu Wuluh • Senjata Hiasan Ukiran Bawor dari Kayu • Kipas dari Irisan Bambu Wuluh • Vas Bunga Gantung dari Bambu dan Bunga Pinus • Gangsing Puteran dari Bambu • Figura Photo (Gantung) dari Kayu Albazia dan Bunga

Pinus • Wayangan Mini dari Kulit Ternak • Kututan dari Bambu Wuluh • Asbak dari Bambu TutulTempurung Kelapa • Aneka Patung dari Sisa Kayu Gergajian • Gangsing Puteran dari Bambu Tutul • Aneka Bentuk Anyaman dari Bambu

750 2100

1525

750 300 2500 800 2250 750 2700 650

3250 1350 850 2750 1600 775 2400 3750

875 2400

1800

825 400 2700 1020 2500 950 2950 800

3600 1575 1100 3200 2000 1150 2650 4200

125 300

275

75 100 200 220 250 200 250 150

350 225 250 450 400 375 250 450

17 14

18

10 33 8 28 11 27 9 23

11 17 29 16 25 48 10 12

Sumber: Diolah dari data primer Tahun 2011

Page 9: Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalam

MIMBAR, Vol. 29, No. 2 (Desember, 2013): 205-214

213‘Terakreditasi’ SK Mendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d. 18-02-2019

Jenis Tourism Souvenir Goods Tingkat Harga (Rp/buah)

Tingkat Kenaikan Harga

Tahun 2010 Tahun 2011 Kenaikan Harga

(Rp/Buah)

%tase (%)

• Aneka Miniatur Kendaraan dari Kayu • Aneka Gantungan Kunci dari Kayu dan

Tempurung Kelapa • Celengan Bunga dari Tempurung Kelapa dan

Bunga Pinus • Celengan Gantung dari Tempurung Kelapa • Wayang Kulit dari Kulit Hewan Sapi • Seruling Jawa (5 lubang) dari Bambu Wuluh • Vas Bunga Meja dari Irisan Bambu Tutul • Seruling Nasional (enam lubang) dari Bambu

Wuluh • Senjata Hiasan Ukiran Bawor dari Kayu • Kipas dari Irisan Bambu Wuluh • Vas Bunga Gantung dari Bambu dan Bunga

Pinus • Gangsing Puteran dari Bambu • Figura Photo (Gantung) dari Kayu Albazia dan

Bunga Pinus • Wayangan Mini dari Kulit Ternak • Kututan dari Bambu Wuluh • Asbak dari Bambu TutulTempurung Kelapa • Aneka Patung dari Sisa Kayu Gergajian • Gangsing Puteran dari Bambu Tutul • Aneka Bentuk Anyaman dari Bambu Wuluh

25.000-34.000 1.000-3.000

4.000

5.000

35.000 4.000 6.250 5.300

25.000 3.000 6.250

4.250 5.500

12.000 5.000 3.200

12.000-32.000 5.200

6.500-21.000

26.000-35.000 1.250-3.250

4500

5.250

37.500 4.500 6.500 5.500

27.500 3.750 6.500

4.750 5.750

12.500 5.200 3.600

15.000-35.000 5.700

8.000-22.500

1.000 250

500

250

2.500 500 250 200

2.500 750 250

500 250

500 200 400

3.000 500

1.500

3 13

13

5 7 13 4 4

10 25 4

12 5

4 4 13 14 10 11

bentuk tourism souvenir goods di Kawasan WisataBaturaden dan Cilongok pada selang waktu 2010-2011 teramati pada Tabel 4.

Berbagai produk yang mengalami kenaikanpenjualan seperti terlihat pada Tabel 4 menjadipilihan bagi informan dalam melanjutkan usahamikro. Menurut penjelasan mayoritas informan(92 %) diketahui bahwa keputusan yang diambildalam setiap kali melakukan proses produksi ialahmenetapkan jenis dan bentuk produk tourism sou-venir goods tertentu yang sudah memiliki jaminanpasar. Setiap informan mempunyai keahlian dalammenghasilkan satu sampai tiga jenis produkdengan bentuk, desain dan motif yang tidakberbeda dari waktu ke waktu. Teknik pemasaranyang dilakukan informan melalui pemanfaatan jasapedagang pengumpul. Para informan yangmerintis usaha mikro tourism souvenir goods

jarang sekali mendapat penawaran dari pihak lainsecara langsung misal konsumen perorangan ataukelompok wisatawan.

Tingkat harga produk souvenir yangdihasilkan petani miskin di kedua lokasi penelitianjauh dibawah standar harga yang berlaku di pasarwisata. Jika terjadi kenaikan harga produk makakeputusan tersebut selalu berasal dari pihakpedagang pengumpul yang menjadi pelanggan.Petani pengrajin belum merasa perlu turut sertadalam penetapan harga produk karena yangterpenting baginya ialah segera dapat menjualproduk tanpa melalui proses tawar menawar.Kondisi ini menunjukkan posisi tawar petani miskinmasih lemah karena penetapan harga produkberada pada satu pihak yakni pedagangpengumpul. Petani miskin enggan bernegoisasitentang ketetapan harga karena merasa ewuh

Tabel 5Kenaikan Harga Berbagai Jenis Tourism Souvenir Goods

antara Tahun 2010-2011

Sumber: Diolah dari data primer Tahun 2011

Page 10: Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalam

214

DUMASARI, DKK. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalam Pengelolaan Usaha Mikro “Tourism ... “

ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499

pekewuh atau sungkan dengan pedagangpelanggan, yang telah bertahun-tahun maumemborong produk olahannya dalam bentuk apaadanya tanpa pernah mempersoalkan masalahkual itas. Para informan khawatir bilamemersoalkan harga produk maka menimbulkankondisi kurang kondusif pada pedagang pelangganmisal menjadi tersinggung hingga pada akhirnyatidak mau lagi membeli produk tourism souvenirgoods. Pada Tabel 5 terlihat kenaikan hargaberbagai jenis tourism souvenir goods.

Berdasarkan informasi yang tertera padaTabel 5 diketahui kenaikan harga produk yangdihasilkan para informan terjadi secara perlahanantara 3-25 %. Dengan rentang harga yangdemikian, pesanan produk tidak datang setiap hari.Akan tetapi, pesanan berlangsung antara sekalidalam seminggu sampai sekali dalam dua bulan.Dalam setahun pemesanan terjadi enam sampaidua puluh empat kali. Sistem pemesanan yangdemikian, membuat petani miskin agak santaidalam mengelola usaha mikro tourism souvenirgoods.

Petani miskin mengumpulkan bahan bakuberupa ragam jenis limbah hasil pertanian darilingkungan desa setempat. Pekerjaan sebagaipengrajin tourism souvenir goods merupakan polanafkah sampingan bagi informan karena dilakukanterutama saat kegiatan bertani sedang senggangatau sewaktu sore/malam hari pulang dari sawah/kebun. Tak jarang, semua anggota keluarga ikutterlibat dalam kegiatan proses produksi. Jenispekerjaan ini disenangi karena tidak mengikatwaktu. Bahan baku yang dibutuhkan untukmembuat berbagai jenis souvenir tidak sulit karenadapat dikumpulkan sambil berangkat ke sawah/kebun. Para informan sering menyempatkan dirimengumpulkan ragam jenis bahan baku berbagai

jenis limbah hasil pertanian yang berserakan disekeliling lahan pertaniannya. Beberapa bahanbaku didapatkan juga dari limbah usaha pertanianyang ada di lingkungan desa sekitar. Pengumpulanbahan baku limbah hasil pertanian dikerjakan tanpamenunggu pesanan souvenir dari pedagangpelanggan. Semua bahan baku dikumpulkan didapur rumah tinggal. Saat matahari terik, dijemuruntuk pengeringan agar lebih awet. Sebelumdijemur, bahan baku dicuci bersih di sumur. Petanitak perlu mengeluarkan biaya pembelian bahanbaku.

Biaya produksi pengolahan limbah hasilpertanian menjadi aneka souvenir setengah jadidapat menjadi irit. Dengan modal usaha yangminim, para informan bisa bertahan meneruskanpengelolaan usaha mikro dengan menggunakanperalatan kerja atau perkakas yang terbatas.Kadang kala perkakas aus juga terus dimanfaatkansetelah terlebih dahulu diperbaiki oleh informan.Beberapa bahan pelengkap dan alat kerja yangdipakai untuk kepentingan proses produksi souve-nir mencakup: lem perekat, amplas dan mata kikir.Bahan dan alat diperoleh dengan cara menitip belikepada warga tetangga, yang kebetulanberangkat untuk suatu kepentingan ke KotaPurwokerto.

Petani miskin memiliki kemampuanbertahan mengelola usaha mikro tourism souve-nir goods di Kawasan Wisata Baturaden danCilongok karena dorongan kemanfaatannya baikdari dimensi ekonomi, sosial budaya danlingkungan. Berdasarkan penjelasan parainforman, beberapa kemanfaatan yang dimaksudtercantum secara rinci pada Tabel 6.

Beberapa kemanfaatan usaha mikro sepertiteramati pada Tabel 6 memberikan kesempatanbagi para informan dalam meningkatkan ekonomi

Tabel 6Ragam Kemanfaatan Usaha Mikro Tourism Souvenir Goods bagi Rumahtangga Informan

Ragam Kemanfaatan Dimensi Ekonomi Sosial

Budaya Lingkungan

Sumber tambahan pendapatan rumahtangga √ Pola nafkah sampingan √ Penyerap tenaga kerja dari anggota keluarga inti dan kerabat serta lingkungan ketetanggaan terdekat

Pereduksi polutan pencemar lingkungan karena memanfaatkan limbah hasil pertanian sebagai bahan baku

Wadah interaksi sosial petani pengrajin dengan pedagang pengumpul

Sumber: Diolah dari data primer Tahun 2011

Page 11: Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalam

MIMBAR, Vol. 29, No. 2 (Desember, 2013): 205-214

215‘Terakreditasi’ SK Mendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d. 18-02-2019

rumahtangga petani miskin baik di Kawasan WisataBaturaden maupun Cilongok. Realisasi beberapakemanfaatan usaha mikro tourism souvenir goodsdari olahan limbah hasil pertanian juga memotivasiperilaku petani miskin dalam upaya pengembangandiversifikasi nafkah produktif di pedesaan(Dumasari dan Watemin, 2008).

Simpulan dan SaranPetani miskin memiliki karakteristik sosial

ekonomi tertentu dalam mengelola usaha mikrotourism suvenir goods di pedesaan KawasanWisata Baturaden dan Kawasan Wisata Cilongok.Beberapa kriteria yang mencerminkan karakteristiksosial ekonomi petani miskin ternyata mempunyaikekuatan pengaruh mendorong dan memotivasipotensi dan semangat petani miskin dalammengelola usaha mikro.

Kriteria karakteristik sosial yang memberidorongan dan motivas i ialah: pengalamanmengelola usaha mikro, pendidikan tak formal,nteraksi dengan pedagang pengumpul langganandan umur produktif. Adapun kriteria karakteristikekonomi yang memberi dorongan dan motivasiadalah: fungsi usaha mikro sebagai sumber nafkahsampingan, jaminan tambahan pendapatan dariusaha mikro, sifat usaha mikro memberi keluwesanbagi petani miskin dalam berproduksi, tekananpengeluaran rumahtangga setiap bulan dantekanan jumlah tanggungan ekonomi keluarga.

Profil usaha mikro tourism souvenir goodsyang dikelola petani miskin menunjukkan adanyapersamaan dan perbedaan ciri. Persamaanbeberapa ciri terungkap dari bahan baku, tenagakerja, sumber modal, desain produk, sifat usaha,sistem penjualan dan sistem pembayaran.Sebaliknya, perbedaan beberapa ciri teramati dari:jumlah modal, vo lume produk, teknologipengolahan dan jangkauan pasar.

Penyelesaian permasa lahan darikelemahan karakteristik sosial ekonomi petanimiskin pengelola usaha mikro tourism souvenirgoods dalam kemand irian, kemampuankewirausahaan dan adopsi teknologi modifikasiproduk perlu segera dilaksanakan khususnyamelalui berbagai kegiatan pendidikan tak formalpartisipatif. Beberapa upaya lain yang urgendilakukan ialah melalui penyediaan fasilitaspelayanan informasi teknologi, modal tambahan,harga dan pasar di level desa. Selain itu, perlujuga mengadakan transfer teknologi dariberbagai pihak yang memiliki keahlian danketrampilan mengelola usaha souvenir darilimbah hasil pertanian kepada petani pengrajinguna meningkatkan akses terhadap informasidesain dan jenis produk serta motif yangbervariasi sesuai trend konsumen di pasarwisata.

Daftar Pustaka

Dumasari, Watemin dan Sumadi Sudrijat. (2007).Pengembangan Model Pemberdayaan WanitaTani Miskin melalui Pengelolaan TeknologiModifikasi Produk Limbah Industri Pertanianmenjadi Tourism Souvenur Goods KhasPariwisata Banyumas. Laporan Hasil PenelitianHibah Bersaing Tahun 2007. DP2M DiktiDepdiknas RI. Fakultas Pertanian. UniversitasMuhammadiyah Purwokerto.

Dumasari dan Watemin. (2007). Kajian Gendertentang Trend Pergeseran Kerja dari PertanianKe Non Pertanian dan Kontribusinya terhadapEksistensi Rumahtangga Buruh Tani. JurnalSiasat. Volume 16 Nomor 2 Oktober 2007.

Dumasari dan Watemin. (2008). PemberdayaanPetani Miskin melalui Pengembangan UsahaMikro Tourism Souvenir Goods dari LimbahPertanian dengan Pemanfaatan TeknologiModifikasi Produk Ramah Lingkungan.Pemberdayaan Petani Miskin melaluiPengembangan Usaha Mikro Tourism Souve-nir Goods dari Limbah Pertanian denganPemanfaatan Teknologi Modifikasi ProdukRamah Lingkungan.

Indratno, Imam dan Ina Helena Agustina. (2005).Studi Kemampuan Masyarakat dalamPengembangan Ekonomi Lokal sebagai UpayaPengentasan Kemiskinan (Studi Kasus DesaTegalurung, Kecamatan Legon Kulon,Kabupaten Subang). Jurnal Mimbar VolumeXXI Nomor 3 Edisi Juli-September 2005. Hal427-428. Bandung: P2U LPPM Unisba.

Malta. (2011). Faktor-Faktor yang Berhubungandengan Kinerja Petani Jagung di LahanGambut. Jurnal Mimbar Volume XXVII Nomor1 Edisi Juni 2011. Hal 70-71.

Maris, Paramesti, Sapja Anantanyu dan Suprapto.(2013). Hubungan antara Karakteristik SosialEkonomi Petani dengan Tingkat AdopsiTeknologi PHT Pasca SLPHT Padi di DesaMetuk, Kecamatan Mojosongo, KabupatenBoyolali. E-Jurnal Agrista Volume 1 Nomor 1Tahun 2013. Hal 8-10.

Midgley, James. (1995). Social Welfare in GlobalContext. Sage Publication. London and NewDelhi.

Miles, M. B., and A. M., Huberman. (1991). De-signing Qualitative Research. Mac Graw HillCompany. New York.

Spencer, L. M., and Spencer A. M., (1993). Com-petence at Work. Models for Superior Per-formance. John Wiley and Son, Inc.

Page 12: Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalam

216

DUMASARI, DKK. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Miskin dalam Pengelolaan Usaha Mikro “Tourism ... “

ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499

Formulir Berlangganan MIMBAR

Saya ingin berlangganan untuk (lingkari yang diperlukan):

Edisi sekarang dan sebelumnya Jumlah eksemplar

Volume 28, Nomor 1 - 2012 ……… eksemplar.

Volume 28, Nomor 2 - 2012 ……… eksemplar.

Volume 29, Nomor 1 - 2013 ……… eksemplar.

Volume 29, Nomor 2 - 2013……… eksemplar.

Edisi selanjutnya, Jumlah eksemplar

>> Selama satu tahun ……… eksemplar.

>> Selama dua tahun ……… eksemplar.

>> Selama tiga tahun ……… eksemplar.

Pembayaran dilakukan melalui:

Transfer (Fotokopi bukti transfer dilampirkan bersama Formulir ini). Rekening: Bank BNI No. 0302265182 Cabang Dago (Perguruan Tinggi)

atas nama: Dadi Ahmadi

Data Pelanggan

Nama : ………………………………………………………………................................

Alamat : ………………………………………………………………................................

: ………………………………………………………………................................

Telp/HP : ………………………………………………………………...............................

E-mail : ………………………………………………………………................................

Keterangan:Harga langganan untuk Volume 29 No.1 dan Sebelumnya per eksemplar adalah Rp 80.000,00. Untuk edisi29 No.2 dan seterusnya adalah 100.000,- (belum termasuk ongkos kirim).

Cara Berlangganan Bila telah diisi lengkap, mohon Formulir ini dimasukkan amplop beserta bukti pembayarandan dikirimkan ke alamat: Jurnal Sosial dan Pembangunan MIMBAR. Jl. Tamansari No. 20, Lantai 4. Bandung40116, Telp. (022) 4203368, Pes. 155 Faks. (022) 4263895. surel: [email protected] [email protected]. Permohonan langganan dapat juga dilakukan via pos, e-mail, atau telepon.

Tanda Tangan Pelanggan

_______________________