bab ii tinjuan pustaka 2.1. karakteristik petani · hal ini disebabkan karena petani yang berumur...

44
25 BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani Karakteristik petani merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimiliki seseorang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungannya. Karakteristik tersebut terbentuk oleh faktor-faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis mencakup genetik, sistem syaraf dan sistem hormonal. Menurut Sampson (Rakhmat, 2001) faktor sosiopsikologis terdiri dari komponen-komponen kongnitif (intelektual) yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia, aspek konatif yang berhubungan dengan kebiasaan dan aspek afektif (faktor emosional) Lionberger dan Gwin (1982) mengemukakan bahwa peubah-peubah yang penting dalam mengkaji masyarakat lokal diantaranya adalah peubah karakteristik individu. Karakteristik individu merupakan sifat atau ciri yang dimiliki seseoang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkunganya. Menurut Bettinghaus (Wahyudi, 2004) demografis merupakan salah satu peubah yang sering digunakan untuk melihat kemampuan komunikasi seseorang dan juga kemampuan untuk memilih media. Sehubungan dengan perilaku komunikasi dan adopsi inovasi, ada beberapa peubah karakteristik sosial ekonomi yang berhubungan dengan perilaku komunikasi antara lain karakteristik demografi seperti umur, pendidikan, pengetahuan, dan pendapatan. Berdasarkan tinjauan diatas, karakteristik petani merupakan ciri-ciri atau sifat-sifat individual yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungan seseorang termasuk dalam perilaku komunikasi dan perilaku pelestarian hutan (Wahyudi, 2004). 2.1.1. Umur Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara berpikir. Pada umumnya petani yang berumur muda dan keadaannya sehat mempunyai kemampuan fisik yang lebih besar dibanding dengan petani yang berumur tua, petani muda juga lebih mudah untuk menerima hal-hal yang dianjurkan penyuluh. Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda umumnya lebih dinamis serta berani menanggung resiko yang mungkin timbul.

Upload: lytruc

Post on 13-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

25

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Petani

Karakteristik petani merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimiliki

seseorang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungannya.

Karakteristik tersebut terbentuk oleh faktor-faktor biologis dan faktor

sosiopsikologis. Faktor biologis mencakup genetik, sistem syaraf dan sistem

hormonal. Menurut Sampson (Rakhmat, 2001) faktor sosiopsikologis terdiri dari

komponen-komponen kongnitif (intelektual) yang berkaitan dengan apa yang

diketahui manusia, aspek konatif yang berhubungan dengan kebiasaan dan aspek

afektif (faktor emosional)

Lionberger dan Gwin (1982) mengemukakan bahwa peubah-peubah yang

penting dalam mengkaji masyarakat lokal diantaranya adalah peubah karakteristik

individu. Karakteristik individu merupakan sifat atau ciri yang dimiliki seseoang

yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkunganya.

Menurut Bettinghaus (Wahyudi, 2004) demografis merupakan salah satu

peubah yang sering digunakan untuk melihat kemampuan komunikasi seseorang

dan juga kemampuan untuk memilih media. Sehubungan dengan perilaku

komunikasi dan adopsi inovasi, ada beberapa peubah karakteristik sosial ekonomi

yang berhubungan dengan perilaku komunikasi antara lain karakteristik demografi

seperti umur, pendidikan, pengetahuan, dan pendapatan. Berdasarkan tinjauan

diatas, karakteristik petani merupakan ciri-ciri atau sifat-sifat individual yang

berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungan seseorang termasuk

dalam perilaku komunikasi dan perilaku pelestarian hutan (Wahyudi, 2004).

2.1.1. Umur

Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara

berpikir. Pada umumnya petani yang berumur muda dan keadaannya sehat

mempunyai kemampuan fisik yang lebih besar dibanding dengan petani yang

berumur tua, petani muda juga lebih mudah untuk menerima hal-hal yang

dianjurkan penyuluh. Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda

umumnya lebih dinamis serta berani menanggung resiko yang mungkin timbul.

Page 2: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

26

Umur petani turut menentukan kecepatan dalam menyerap teknologi,

menurut Feaster (Akib, 2002) ada suatu kecenderungan bahwa perbedaan umur

akan menyebabkan terjadinya perbedaan sikap terhadap inovasi. Sementara

menurut Rakhmat (2001) kelompok orang tua melahirkan pola perilaku yang

pasti berbeda dengan kelompok anak-anak muda. Kemampuan mental tumbuh

lebih cepat pada masa anak-anak sampai dengan puberitas dan agak lambat

sampai awal dua puluhan serta merosot perlahan-lahan sampai tahun-tahun

terakhir.

2.1.2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir petani,

mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat mengadopsi

teknologi, sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah agak sulit untuk

menerima teknologi dengan cepat (Soekartawi, 1988).

Selanjutnya Jahi (1988) dalam rangkumannya mengenai pendapat

ilmuwan menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu faktor yang

menentukan dalam mendapatkan pengetahuan. Seorang yang mempunyai tingkat

pendidikan lebih tinggi umumnya lebih menyadari kebutuhan akan informasi,

sehingga menggunakan lebih banyak jenis informasi dan lebih terbuka terhadap

media massa. Hal ini didukung dengan pandangan Rakhmat (2001) yang menduga

bahwa orang yang berpendidikan rendah jarang membaca surat kabar, tetapi

sering menonton televisi.

2.1.3. Pengalaman Berusahatani

Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi, karena pengalaman

tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

peristiwa yang pernah dihadapi oleh seseorang dalam kurun waktu yang tidak

ditentukan. Secara psikologis seluruh pemikiran manusia, kepribadian, dan

temperamen ditentukan oleh pengalaman indera. Pikiran dan perasaan bukan

penyebab perilaku tetapi disebabkan oleh penyebab masa lalu (Rakhmat, 2001).

Menurut hasil penelitian Yusmasari (2003) dalam (Wahyudi, 2004)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara pengalaman yang

Page 3: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

27

berkaitan dengan hutan terhadap perilaku komunikasi masyarakat terutama pada

keterdedahan terhadap saluran interpersonal.

2.1.4. Kepemilikan Media Massa

Menurut Akib (2002) bahwa peranan utama yang dilakukan oleh media

massa adalah membantu memperkenalkan perubahan sosial. Media massa dapat

dimanfaatkan untuk merangsang pengambilan keputusan, memperkenalkan usaha

modernisasi serta meenyampaikan program pembangunan nasional. Selanjutnya

diperkuat oleh Rogers (Akib, 2002) media massa akan berperan efektif dalam

menambah pengetahuan sedangkan komunikasi interpersonal umumnya lebih

efekif dalam mengubah sikap petani.

2.1.5. Keikutsertaan dalam Kelompok

Menurut Mardikanto (1993) dalam Setiana (2005) yang dimaksud

kelompok adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama sehingga

terdapat hubungan timbal balik dan saling pengaruh-mempengaruhi serta saling

memiliki kesadaran untuk saling tolong menolong. Selanjutnya menurut

Gerungan dalam Setiana (2005) kelompok adalah satu kesatuan sosial yang terdiri

dua atau lebih orang-orang yang mengadakan interaksi secara intensif dan teratur

sehingga di antara mereka terdapat pembagian tugas, struktur, dan norma-norma

tertentu yang khas bagi kesatuan tersebut. Selanjutnya dijelaskan bahwa salah satu

ciri terpenting dalam kelompok adalah kesatuan sosial yang memiliki kepentingan

dan tujuan bersama. Tujuan bersama hanya dapat tercapai apabila ada pola

interaksi yang mantap dan masing-masing individu memiliki perannya masing-

masing dan menjalankan peran tersebut.

Departemen Pertanian RI dalam Setiana (2005) memberikan batasan

bahwa kelompok tani adalah sekumpulan orang-orang tani atau petani, yang

terdiri atas petani dewasa pria dan wanita mapun petani taruna atau pemuda yang

terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan

kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang

kontak tani.

Menurut Soekanto (2002) didalam hubungan antara manusia dengan

manusia lain, yang paling penting adalah reaksi yang timbul sebagai akibat

Page 4: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

28

hubungan-hubungan. Reaksi tersebutlah yang meyebabkan tindakan seseorangan

menjadi bertambah luas. Selanjutnya dijelaskan bahwa didalam memberikan

reaksi tersebut ada suatu kecenderungan manusia untuk memberikan keserasian

dengan tindakan-tindakan orang lain. Maka lahirlah dua hasrat atau keinginan dari

individu tersebut. Kedua keinginan tersebut yaitu: Keinginan untuk menjadi satu

dengan manusia lain di sekelilingnya (yaitu masyarakat) dan keinginan untuk

menjadi satu dengan suasana alam sekitarnya.

Untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut,

manusia menggunakan pikiran, perasaan, dan kehendaknya. Sehingga

menimbulkan kelompok-kelompok sosial atau social group di dalam kehidupan

manusia. Kelompok-kelompok sosial tersebut merupakan himpunan atau

kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama. Hubungan tersebut antara lain

menyangkut kaitan timbal-balik pengaruh-mempengaruhi dan juga suatu kesatuan

untuk saling tolong menolong.

Selanjutnta menurut Asir. dkk (Arifin. 2001) peranan kelembagaan

merupakan penentu kondisi permasalahan suatu daerah aliran sungai (DAS)

apakah masih dalam kondisi normal atau telah mengalami perubahan. Dan

berdampak negatif terhadap pelestarian sumber daya hutan, tanah dan air. Hal ini

dapat dilihat dari beberapa indikator diantaranya adalah faktor fisik (berkaitan

dengan tingkat kelestarian) dan fakor sosial ekonomi dapat dilihat secara visual

dilapangan banyak penduduk yang sangat menggantungkan kehidupan terhadap

lahan.

2.1.6. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan petani yang relatif rendah akibat dari sistem pertanian

bercocok subsisten, sehingga petani tidak mempunyai modal yang cukup untuk

meningkatkan teknik pertaniannya. Bahkan untuk mempertahankan produksi

subsistennya juga tak mampu. Petani tidak mampu membeli sarana produksi

sehingga salah satu bagian dari tindakan konservasi tanah dan air tidak mampu

dilakukan walaupun petani telah meyadari bahwa tindakan tersebut adalah sangat

penting untuk kelestarian pertaniannya. Kondisi ini menyebabkan produktifitas

lahan makin lama makin menurun yang akhirnya lahan tersebut akan ditinggalkan

dan kemudian akan mencari lahan baru yang lebih baik untuk dibuka untuk

Page 5: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

29

menjadi lahan pertanian baru, hal ini menyebabkan terjadinya padang alang-alang

yang luasnya jutaan hektar.

Lionberger dan Gwin (1982) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki

kedudukan pada masyarakat pertanian lebih reaktif terhadap sesuatu gagasan

dan cara-cara baru. Temuan di India misalnya menunjukkan bahwa penghasilan

atau pendapatan berkorelasi rendah dengan indeks keterdedahan terhadap tiga

media massa, yaitu; Radio, Film dan surat kabar. Hasil penelitian Wardhani

(1994) memaparkan bahwa penghasilan atau pendapatan berhubungan dengan

pengadaan dan pemanfaatan sumber informasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan

Soekartawi (1988) yang menyatakan bahwa petani yang berpenghasilan rendah

lambat untuk melakukan difusi inovasi, sebaliknya petani yang berpenghasilan

tinggi mampu untuk melakukan percobaan dan perubahan.

2.1.7. Luas Lahan Garapan

Soekartawi (1988) mengemukakan bahwa ukuran usahatani selalu

berhubungan positif dengan adopsi inovasi. Banyak teknologi baru memerlukan

skala operasi yang besar dan sumberdaya ekonomi yang tinggi untuk keperluan

adopsi inovasi tesebut. Penggunaan teknologi pertanian yang lebih baik akan

menghasilkan manfaat ekonomi yang memungkinkan perluasan usahatani

selanjutnya.

Menurut hasil penelitian Shiddieqy (2001) dalamI (Wahyudi, 2004)

mendapatkan bahwa luas lahan garapan berhubungan dengan perilaku

komunikasi anggota kelompok tani dalam kekosmopolitan dan akses jaringan

komunikasi lokal serta partisipasi sosial.

2.1.8. Status Kepemilikan Tanah

Status kepemilikan tanah kebanyakan petani penggarap. Lahan yang

dipekerjakan bukan miliknya sehingga untuk melakukkan konservasi tanah dan

air hanya sekedar menanam tanaman tahunan karena tidak ada jaminan bahwa

petani tersebut akan menikmati hasil jerih payahnya. Status pemilikan atas tanah

milik petani sendiri akan menyebabkan adanya rasa lebih bertanggung jawab atas

keuntungan dan kerugian pada lahannya. Keadaan ini harus didukung oleh tingkat

Page 6: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

30

pengetahuan tentang pengolahan pertanian yang sesuai dengan kondisi lahan, ini

agar dapat meningkatkan produktivitasnya.

Menurut Soekartawi (1988) telah dikenal baik bahwa pemilik-pemilik

tanah mempunyai pengawasan yang lebih lengkap atas pelaksanaan usahataninya,

bila dibandingkan dengan para penyewa. Para pemilik dapat membuat keputusan

untuk mengadopsi inovasi sesuai dengan keinginannya tetapi penyewa harus

sering mendapatkan persetujuan dari para pemilik tanah sebelum mencoba atau

mempergunakan teknologi baru yang ia praktekkan. Konsekuensi tingkat adopsi

biasanya lebih tinggi untuk pemilik usahatani daripada orang-orang yang

menyewa. Tetapi perbedaan-perbedaan antara para pemilik mungkin sangat

bervariasi secara lokal ataupun regional karena perbedaan-perbedaan dalam

pengaturan penyewaan dan kebebasan yang menyetujui paara penyewa dalam

pengambilan keputusan.

2.2. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Usahatani Konservasi

Menurut Sumahadi (1993) Usahatani konservasi pada hakekatnya

merupakan pendekatan usahatani terpadu yang menekankan pengembangan

kombinasi teknik budidaya/usahatani lahan kering dengan teknik konservasi tanah

(vegetatif, sipil teknik dan kimiawi) secara efektif untuk menjamin pemanfaatan

lahan, air, vegetasi secara lestari dan menguntungkan. Namun ada beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi usahatani konservasi baik secara pisik maupun sosial

yaitu:

2.2.1. Teknologi Usahatani Konservasi

Menurut Saragih (1993) Pada dasarnya usaha konservasi merupakan suatu

paket teknologi usahatani yang bertujuan di samping meningkatkan produksi dan

pendapatan petani juga melestarikan sumberdaya tanah dan air pada DAS-DAS

kritis. Namun penyebaran teknologi tersebut masih relatif lambat, yang antara lain

disebabkan (1) besarnya modal yang diperlukan untuk penerapannya (khususnya

untuk investasi bangunan konservasi), (2) kurangnya tenaga penyuluh untuk

mengkomunikasikan teknologi tersebut kepada petani, (3) masih lemahnya

kemampuan pemahaman petani untuk menerapakan teknologi usahatani

konservasi sesuai yang diintroduksikan, (4) keragaman komoditas yang

Page 7: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

31

diusahakan di DAS-DAS kritis, dan (5) terbatasnya sarana/prasarana pendukung

penerapan teknologi konservasi.

Hal tersebut mensyaratkan bahwa teknologi usahatani konservasi yang

ada sekarang masih belum memadai, hingga perlu diupayakan penemuan-

pnemuan teknologi usahatani konservasi yang lebih sesuai, baik melalui kegiatan:

(1) penelitian komponen-komponen teknologi yang dapat mendukung paket

teknologi usahatani konservasi, maupun (2) penelitian pengembangan teknologi

yang sudah ada guna memodifikasi teknologi tersebut sesuai dengan kondisi agro-

fisik dan sosial ekonomi wilayah setempat. Kegiatan pencarian teknologi

usahatani konservasi yang lebih sesuai di atas memang mutlak diperlukan, tetapi

umumnya memerlukan waktu yang relatif lama.

2.2.2. Permodalan Usahatani Konservasi

Seperti sudah diketahui secara luas bahwa keterbatasan modal petani

merupakan kendala penting pengembangan usahatani konservasi. Untuk

mengatasi hal tersebut petani perlu diberikan kredit usahatani konservasi. Menurut

Saragih (1993) masalahnya adalah bagaimana mekanisme pengadaan dana kredit

dan lembaga keuangan yang bagaimana yang tepat untuk menyalurkan kredit

tersebut.

Selanjutnya Saragih (1993) mengatakan bahwa untuk itu perlu

dikemukakan ciri-ciri yang melekat pada kredit usahatani konservasi, yaitu: (1)

kredit usahatani konservasi diperlukan oleh masyarakat pedesaan yang

mengusahakan lahan pertanian marjinal dan berisiko tinggi, (2) kredit usahatani

konservasi hanya dapat menjadi kegiatan yang produktif bagi lembaga keuangan,

apabila lembaga yang mengelolanya berorientasi pedesaan, mengetahui seluk

beluk pedesaan, mengenal perilaku petani dan berkepentingan dalam memajukan

derajat hidup petani, (3) kredit usahatani konservasi memerlukan tenaga keuangan

yang selalu dapat berhubungan dengan instansi pemerintah baik karena status

pemilikkan, hubungan kerja maupun hubungan pembinaan, (4) kredit usahatani

konservasi memerlukan lembaga keuangan yang selalu siap melayani petani,

dengan kata lain lembaga keuangan tersebut harus mampu menjangkau dan

dijangkau petani.

Page 8: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

32

Atas dasar keterangan diatas, maka lembaga-lembaga yang mungkin dapat

dikembangkan untuk menjadi lembaga keuangan pedesaan yang menangani

kredit usahatani konservasi adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Lembaga

Dana dan Keuangan Pedasaan (LDKP) dan Koperasi dimana lembaga tersebut

baik karena status kepemilikan maupun motivasi pendirian ditujukan untuk

melayani masyarakat miskin di pedesaan.

2.2.3. Lembaga Sosial

Dalam rangka pengelolaan kawasan taman nasional dan daerah aliran

sungai kritis sudah sering didengar istilah keterpaduan. Dalam hal ini yang

dimaksudkan adalah pengelolaan kawasan taman nasional dan DAS yang

merupakan satu kesatuan kegiatan, dimana di dalamnya terlihat berbagai unsur

kelembagaan formal baik instansi pemerintah maupun nonpemerintah.

Selanjutnya perlu diingat bahwa kemampuan aparat unsur kelembagaan tersebut

(khsusnya pada tingkat daerah) baik dari segi kuantitas maupun kualitas masih

sangat terbatas. Oleh karena itu keterpaduan antar lembaga hanya akan efektif

apabila tuntunan kuantitas dan kualitas aparat unsur kelembagaan dapat

ditingkatkan, baik melalui pendidikan/latihan, pembinaan informal maupun

tambahan jumlah aparat.

2.2.4. Organisasi Usahatani Konservasi

Sudah banyak kegiatan pengelolaan DAS terpadu dan bersifat lintas

sektoral yang pernah dilaksanakan selama ini. Namun sistem organisasi yang

dibuat masih bersifat kegiatan proyek yang ditentukan dari pusat dan struktur

organisasinnyapun terbentang dari pusat sampai kedaerah. Masalah klasik yang

selalu timbul adalah sistem organisasi yang dibuat melalui kegiatan proyek

tersebut ternyata tidak melembaga, khususnya pada tingkat daerah di mana

pelembagaan sangat diharapkan. Hal ini antara lain disebabkan (1) kurangnya

keterlibatan instansi didaerah dalam perencanaan proyek, (2) tidak adanya

kebebasan pemerintah daerah untuk memodifikasi organisasi proyek pada tingkat

daerah hingga sesuai dengan kondisi daerahnya, (3) kurang jelasnya pembagian

fungsi dan tanggung jawab antar instansi di daerah dan (4) terbatasnya kuantitas

dan kualitas aparat instansi di daerah.

Page 9: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

33

2.2.5. Nilai Sosial Budaya

Nilai sosial budaya adalah suatu kesadaran dan emosi yang relatif lama

hilangnya terhadap suatu obyek, gagasan atau orang, dan salah satu cirinya bahwa

nilai itu merupakan unsur penting yang tidak dapat diremehkan oleh masyarakat

penganutnya. Nilai sosial dijunjung tinggi oleh banyak orang karena berdasarkan

konsensus masyarakat nilai itu menyangkut kesejahteraan bersama. Nilai itu

merupakan petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan

tingkah laku manusia (Sujarwo, 2004).

Selanjutnya Padmowihardjo (Sujarwo, 2004) mengatakan bahwa dalam

kehidupan masyarakat, nilai sosial berfungsi: (1) sebagai alat untuk menetapkan

harta sosial suatu masyarakat, (2) mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan

bertingkah laku, (3) sebagai penentu dalam memenuhi peranan sosial manusia, (4)

dan sebagai alat solidaritas di kalangan anggota masyarakat. Dimyati (Sujarwo,

2004) menambahkan lagi bahwa pola sikap dan perilaku seseorang anggota

masyarakat banyak dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor antara lain adalah

lingkungan alam, faktor keturunan, lingkungan sosial, pengalaman, pendidikan

dan pengetahuan.

2.3. Komunikasi

Menurut Laswell (Effendy, 2001) memberikan definisi komunikasi

merupakan sebuah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada

komunikan melalui media yang menimbulkan effek tertentu. Paradigma Laswell

menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur yaitu S-M-C-R—E (Source,

message, channel, receiver dan efec).

Definisi ini menunjukan bahwa yang dijadikan obyek komunikasi bukan

saja pempampaian informasi tetapi juga pembentukan pendapat umum dan sikap

publik yang sangat memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial. Definisi

khusus Havland menyatakan bahwa komunikasi adalah proses merubah sikap

perilaku orang lain.

Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator)

menyampaikan stimuli (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan

mengubah atau membentuk perilaku orang lain. Komunikasi juga merupakan

Page 10: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

34

proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian melalui penggunaan

simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka dan lain-lain.

Komunikasi merupakan sebuah proses sosial di masyarakat, proses sosial

diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai kehidupan bersama.

Semakin majunya peradaban dalam masyarakat, semakin banyak tantangan yang

dihadapi dalam mengkomunikasikan hal-hal baru yang mungkin masuk dalam

sistem sosial masyarakat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

kemajuan pola pikir masyarakat tidak akan bermakna jika tidak disebarluaskan

dan dikomunuikasikan. Hal-hal baru itu kita kenal sebagai inovasi. Suatu inovasi

yang bergerak positif kearah perubahan pada tatanan masyarakat perlu

disebarluaskan hingga dapat diserap oleh masyarakat dan dijadikan perilaku.

Proses penyebaran dan penyerapan ini disebut difusi.

Menurut Berlo (1960) model SMCR merujuk pada perspektif psikologis

dalam peristiwa komuniksi meliputi: sumber (source), pesan (message), saluran

(channel ), dan penerima (receiver) Model komunikasi Berlo (1960) berbeda dari

model linear lainnya yang menekankan pada proses komunikasi diadik, Berlo lebih

menekankan pada peran sumber (source) dan penerima (receiver) sebagai peubah

penting dalam proses komunikasi. Model ini melintasi sekat pengkategorisasian

bentuk komunikasi yang tidak membataskan diri pada komunikasi massa, namun

juga pada komunikasi interpersonal dan bersifat merangsang penelitian

2.4. Intensitas Komunikasi

Intensitas komunikasi merupakan tingkat kedalaman penyampaian pesan

dari individu sebagai anggota keluarga kepada yang lainnya (Djamarah, 2004).

Intensitas komunikasi mencakup aspek-aspek seperti: kejujuran, keterbukaan,

pengertian, percaya, yang mutlak diantara kedua belah pihak dan dukungan,

Intensitas komunikasi dapat diukur dari apap-apa dan siapa yang dibicarakan,

pikiran, perasaan, objek tertentu, orang lain atau dirinya sendiri.

Conner (1993) dalam (Tubbs dan Moss, 2000) mengemukakan bahwa

kebanyakan orang yang disurvey belakangan ini menunjukkan bahwa kehidupan

tampaknya berubah dengan kecepatan yang lebih besar daripada yang pernah

terjadi selama ini. Ketegangan yang ditimbulkan oleh banyaknya tugas dalam

Page 11: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

35

waktu yang teramat sempit, ikut berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas

komunikasi modern masa kini.

Selanjutnya dijelaskan bahwa model ini memperkenalkan unsur-unsur yang

berperan dalam semua komunikasi insani. Komunikasi ini merupakan salah satu

bentuk paling sederhana. Bila jumlah komunikator bertambah, jenis atau jumlah

gangguan berubah, atau pesan yang disampaikan makin beraneka ragam, maka

masalah komukasi menjaddi semakin rumit.

Menurut Mulyana (2004) Komunikasi adalah proses berbagi makna

melalui perilaku verbal dan nonverbal, segala perilaku dapat disebut komunikasi

jika melibatkan dua orang atau lebih. Selanjutnya dikatakan komunikasi terjadi

jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respons pada penerima melalui

penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau simbol, baik bentuk verbal

(kata-kata) atau bentuk nonverbal (nonkata-kata) tanpa harus memastikan

terlebih dahulu bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya sistem simbol

yang sama.

Perilaku adalah segala tindakan atau reaksi individu terhadap rangsangan

atau lingkungan (Depdiknas, 2001). Perilaku juga merupakan hasil interaksi

antara faktor personal berupa instink individu dengan lingkungan psikologinya

(Rakhmat, 2001). Berlo (1960) menyatakan bahwa perilaku komunikasi seseorang

akan menjadi kebiasaan perilakunya. perilaku seseorang terbentuk karena adanya

stimulus yang sering menimpannya dan respon terhadap stimulus baik secara

verbal maupun nonverbal. Sementara itu menurut kamus besar komunikasi. Istilah

perilaku komunikasi (Communication behavior) berarti tindakan atau kegiatan

seseorang, kelompok atau khalayak, ketika terlibat dalam proses komunikasi.

Manusia sebagai makhluk yang berakal dan aktif akan selalu berusaha

untuk mencari kebutuhan yang sesuai dengan dirinya, sebagaimana yang

dinyatakan oleh Freud (Gerungan, 1996) bahwa jiwa manusia bukan merupakan

sesuatu yang abstrak konsisten dan statis, melainkan sesuatu yang dinamis dalam

ruang, waktu dan menyatakan diri sebagai keseluruhan jiwa raga yang aktif serta

kebutuhan seseorang akan informasi akan mampu menggerakan secara aktif usaha

melakukan pencarian terhadap sumber informasi.

Page 12: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

36

Intensitas komunikasi merupakan bagian dari perilaku komunikasi, dapat

didefinisikan sebagai tindakan atau respon seseoranng terhadap sumber dan pesan

bila di tinjau dari pengertian model komunikasi linier. Pendekatan komunikasi

interpersonal, komunikasi ditekankan pada konsep saling berbagi pengalaman

(The sharring of experience) maka tindakan atau respon seseorang terjadi dalam

kapasitasnya sebagai pelaku komunikasi (Tubbs dan Moss, 2001).

Halim (1992) menyatakan bahwa efektifitas komunikasi tatap muka

didapatkan dari berbagai peluang individu untuk menyampaikan pesan dan

mendapatkan umpan balik secara personal. Menurut Rakhmat (2001) Komunikasi

interpersonal dapat dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal

yang menyenangkan bagi komunikan, komunikasi yang efektif ditandai dengan

hubungan interpersonal yang baik. Bentuk komunikasi interpersonal memiliki

kelebihan sendiri. Sejalan dengan itu Havelock (Halim, 1992) mengemukakan

bahwa pada komunikasi tatap muka dapat mengatasi keterbatasan-keterbatasan

dalam menangkap dan memahami materi pesan, juga dapat membangkitkan

minat, dan menyentuh tahap persuasi.

Pada kebanyakan orang, perilaku komunikasinya dapat diamati melalui

kebiasaan berkomunikasi. Mengamati perilaku komunikasi, seyogyanya

dipertimbangkan bahwa pada dasarnya seseorang akan melakukan penalaran

sendiri. Menurut Devito (1997) tujuan dasar komunikasi antar manusia ialah

mengenal diri sendiri dan orang lain serta membina hubungan sesuai dengan

tujuan yang akan dicapai. Memperkuat pendapat ini, Schramm (1982)

menyatakan bahwa setiap komunikator maupun penerima mempunyai

seperangkat tujuan dan penalaran sendiri-sendiri dan perlu mendapatkan

penjelasan yang lebih sistematis dari pada yang dilakukan, selain itu perilaku

komunikasi dapat dideskripsikan dalam porsi yang dapat dipertimbangkan yaitu

sebagian sebagai permainan perilaku alat, dan sebagian lagi sebagai perilaku

egosentris.

Rakhmat (2001) menyatakan bahwa sistem peranan yang ditetapkan dalam

suatu sistem masyarakat, struktur kelompok dan organisasi, karakteristik populasi,

adalah faktor-faktor sosial yang menata perilaku manusia. Perilaku manusia

merupakan hasil interaksi yang menarik antara komunikan individual dengan

Page 13: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

37

keumuman situsional. Adapun Rogers dan Shoemaker (1971) menyatakan bahwa

peubah dalam perilaku komunikasi adalah partisipasi sosial, hubungan dengan

sistem sosial, kontak dengan agen pembaharu, kekosmopolitan,

keterbukaan/keterdedahan terhadap media massa, komunikasi interpersonal, lebih

aktif dalam mencari informasi, pengetahuan tentang informasi, keterbukaan

kepemimpinan dan memiliki hubungan yang tinggi antar sistem.

Ithiel de sola pool (1958) dalam (Onong. U. E, 2005) mengatakan bahwa

Cara-cara komunikasi modern jarang sekali mengganti cara-cara yang sudah ada

sebelumnya. Televisi tidak menyisihkan radio, radio tidak mematikan buku,

penemuan percetakan tidak menghentikan kita menulis surat dengan tinta dan

pena, dan guru-guru yang mengajar menulis dan membaca tidak membuat orang-

orang menjadi kurang terlibat dalam percakapan.

Setiap cara baru berkomunikasi tertempatkan diatas yang lama. Mungkin

saja ia mengambil alih fungsi tertentu, tetapi fungsi lainnya tertahan oleh cara

yang terdahulu. Jadi, dalam sistem komunikasi di masyarakat yang sudah sangat

maju. Terdapat interaksi yang rumit antara sistem media massa yang modern dan

jaringan tradisional komunikasi mulut ke mulut yang bersifat pribadi. Masyarakat

modern bukanlah masyarakat massa yang tanpa kepribadian, kehilangan norma

dan nilai, serta bebas dari kelompok-kelompok primer. Ia dalah sistem yang

merupakan jalinan yang terperinci secara teliti dari kelurga-keluarga,

perkumpulan-perkumpulan, kelompok-kelompok ethis, organisasi-organisasi

politik dan kelompok-kelompok persahabatan.

2.5. Pengaruh Lingkungan Terhadap Intensitas Komunikasi

Menurut Thoha (2004) bahwa komunikasi itu sangat di pengaruhi oleh

beberapa faktor, antaranya orang yang berkomunikasi, motivasinya, latar belakang

pendidikannya, prasangka-prasangka pribadinya. Adapun sifat dari informasi yang

datang sangat dipengaruhi oleh jumlah besar sedikitnya informasi yang diterima,

cara penyajian, dan pemahaman informasi dan proses umpan balik.

Kita agaknya harus mengakui bahwa memang lingkungan fisik tempat

orang hidup mempengaruhi perilaku mereka, termasuk perilaku komunikasi.

Lingkungan fisik ini meliputi letak geografis di bumi, lanskap, iklim, musim,

cuaca, suhu udara, cahaya, jenis dan lokasi bangunan, rancangan arsitektur,

Page 14: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

38

ukuran dan model furnitur, warna hingga ke jarak antarpribadi saat berkomunikasi

(Mulyana, 2004). Asumsi ini sejalan dengan rumusan Lewin bahwa perilaku

(behavior) adalah sebagai fungsi dari orang (person) dan lingkungan

(environment). Dengan rumus sederhana: B = f (P,E). Dalam rumus Lewin,

Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan psikologis. Gudykunst

dan Kim memasukan unsur lingkungan (environment influences) dalam model

komunikasi antarbudaya atau tepatnya komunikasi dengan orang asing.

Selanjutnya Mulyana (2004) menambahkan dalam pandangannya,

lingkungan yang mempengaruhi manusia terdiri dari lingkungan pisik, lingkungan

waktu, dan lingkungan sosial (secara implisit lingkungan psikologis kita sebagai

individu). Ketiganya saling mempengaruhi secara timbal-balik. Pekerjaan suatu

komunitas dan cara mereka berinteraksi akan dipengaruhi oleh geografi tempat

komunitas itu tinggal, apakah di pegunungan atau di dataran rendah, apakah

dipantai atau dipedalaman. Budaya orang yang tinggal di pantai akan lebih cepat

berubah karena pengaruh luar (kedatangan orang dari seberang laut) daripada

orang yang tinggal di pedalaman. Mereka mungkin akan berbicara lebih keras

dengan sesamanya karena suara meraka harus mengatasi suara angin dan ombak.

2.5.1. Intensitas Komunikasi Dengan Sesama Petani

Komunikasi antarpribadi didefinisikan sebagai pengiriman pesan di antara

dua atau lebih individu (Liliweri, 2002). Ada pakar yang menyoroti komunikasi

antarpribadi dalam konteks a dyadic (relasi dua orang). Dijelaskan bahwa

meskipun terdapat kumpulan 3 orang atau lebih, dyads tetap penting karena dalam

kelompok tiga individu (A,B,C) akan tetap muncul dyads antara A-B: A-C; dan

B-C. Jadi, akan terbentuk 3 macam dyads dan demikian seterusnya apabila

anggota kelompok semakin bertambah (Devito, 1997).

Ditegaskan lebih lanjut bahwa komunikasi antarpribadi yang efektif

meliputi banyak unsur tetapi hubungan antarpribadilah yang paling penting.

Hubungan antarpribadi terdiri atas tiga faktor yaitu saling percaya, sikap suportif,

dan sikap terbuka. Selain itu, konsep diri yang meliputi persepsi pribadi, self

image,dan self esteem, menyusul rasa empati, dan simpati merupakan pula faktor

yang cukup menonjol dalam komunikasi antarpribadi (Rahmat, 2001).

Page 15: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

39

Frekuensi dan intensitas komunikasi dengan sesama masyarakat

merupakan bagian dari komunikasi interpersonal yang berupa perilaku tatap

muka. Perilaku ini pada dasarnya sudah mencakup perilaku mencari dan

menyampaikan informasi secara bersamaan. Pada situasi komunikasi

interpersonal, proses umpan balik sangat berkaitan dengan selang waktu yang

mungkin ada dan mungkin tidak ada.

Saluran komunikasi interpersonal yang disampaikan secara tatap muka

memiliki beberapa keunggulan, antara lain: 1) bersifat langsung, pribadi dan

manusiawi, 2) teknik penyampaian fleksibel dan lebih rinci, 3) keterlibatan

khalayak tinggi dan 4) umpan balik dapat langsung diproleh sehingga tingkat

pemahaman pesan akan lebih tinggi. Sebaliknya, keterbatasan media interpersonal

adalah keterbatas cakupan khalayak (DeVito, 1997).

Intensitas komunikasi dengan sesama petani merupakan bagian dari

komunikasi interpersonal yang dapat berupa perilaku membicarakan informasi.

Perilaku ini pada dasarnya sudah mencakup perilaku mencari dan menyampaikan

informasi secara bersamaan. Pada situasi komunikasi interpersonal, dikenal

umpan balik yang bercirikan kedua aspek mencari dan menyampaikan informasi.

Menurut Gonzales (Jahi, 1988) pada komunikasi tatap muka umpan balik

umumnya lebih segera. Di pihak lain, umpan balik memerlukan waktu jika

partisipan-partisipan dalam suatu situasi komunikasi satu sama lain terpisah oleh

suatu jarak.

Kebutuhan seseorang akan informasi mampu menggerakkannya untuk

secara aktif melakukan pencaharian informasi. Paling tidak pada proses pencarian

sampai dengan perolehan informasi tersebut. Yang bersangkutan telah

memberikan berbagai informasi yang dimilikinya yang berkaitan dengan

kebutuhannya akan informasi tersebut. Mempertegas hal ini Soekanto (2001)

menjelaskan bahwa arti penting komunikasi dapat memberikan tafsiran pada

perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau

sikap), perasan-perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut, selanjutnya

orang tersebut memberikan reaksi terhadap perasaan tersebut. Pikiran, perasaan

yang akan disampaikan kepada orang lain.

Page 16: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

40

Perilaku komunikasi khususnya intensitas komunikasi dengan sesama

petani dalam rangka mencari dan menyebarkan informasi dipengaruhi oleh faktor

situsional. (Halim, 1992) mengungkapkan bahwa komunikasi, kognisi, sikap, dan

perilaku dapat dijelaskan secara lebih baik melalui pendekatan peubah situsional,

khususnya mengenai kapan dan bagaimana orang berkomunikasi tentang masalah

khusus yang situsional seperti tentang manfaat dan usaha pelestarian alam.

2.5.2. Intensitas Komunikasi dengan Pengelola Taman Nasioanl

Intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional penting diketahui,

karena hal ini akan berkaitan dengan aktivitas pencarian maupun penyampaian

informasi oleh anggota kelompok. Intensitas komunikasi dengan pengelola taman

nasional dimaksudkan sebagai interaksi anggota dengan individu atau kelompok

lain yang mempunyai keterkaitan pembinaan dengan anggota yang bersangkutan

seperti penyuluh lapangan dan tokoh masyarakat lainnya. Menurut Soekanto

(2001) kontak merupakan tahap pertama dari tejadinya interkasi sosial. Interaksi

sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara

individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok, yang hanya

mungkin terjadi apabila dipenuhinya dua syarat, yaitu: a) adanya kontak sosial

(Social contact) dan b) adanya komunikasi.

Komunikasi yang terjadi pada saat intensitas komunikasi dengan pembina

tidak hanya bersifat verbal, melainkan juga nonverbal. Komunikasi nonverbal

menurut Devito (1997) memiliki tingkat kepercayaan antara 60 sampai 65 persen

dari mana yang dikomunikasikan. Selain tersebut tingkat pemahaman komunikan

terhadap pesan yang disampaikan komunikator (pembina) tergantung kepada

persepsi tentang pesan verbal dan noverbal yang disampaikan, karena persepsi

merupakan inti komunikasi (Mulyana, 2001).

Menurut Gonzales (Jahi, 1988) riset jaringan sosial telah menunjukkan

bagaimana hubungan diantara individu-individu yang memiliki banyak persamaan

dan perbedaan memperlancar aliran informasi dan inovasi dari orang-orang yang

lebih banyak berhubungan dengan kelompok-kelompok yang berbeda, cenderung

mempelajari topik-topik tertentu lebih dulu daripada yang lain.

Page 17: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

41

2.5.3. Intensitas Komunikasi dengan Media Massa

Menurut Onong U. E (2004) Komunikasi massa adalah komunikasi melalui

media massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass

media communication). Hal ini berbeda dengan pendapat ahli psikologi sosial

yang menyatakan bahwa komunikasi massa tidak selalu dengan menggunkan

media massa.

Sedangkan menurut Saverin dan Tankard (2004) yang dimaksud

komunikasi masa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni, dan sebagian ilmu.

Keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental

tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi,

mengoperasikan tape recorder, atau mencatat ketika berwawancara. Seni dalam

pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip

untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang ektetis untuk iklan

majalah, atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita.

Dan ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang

bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikukuhkan dan dipergunakan

untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik).

Intensitas komunikasi dengan media massa bagian dari usaha mencari dan

menyebarkan informasi di mana individu atau masyarakat mendapatkan

informasi melalui media massa baik media cetak, maupun media elektronik.

Intensitas komunikasi dengan media massa juga merupakan keterdedahan

masyarakat terhadap media. Menurut Shore (Halim, 1992) keterdedahan adalah

mendengarkan, melihat, membaca atau secara lebih umum mengalami dengan

sedikitnya jumlah perhatian minimal pada pesan media.

Menurut Donald K. Robert (Rakhmat, 2004) menyatakan bahwa efek

hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa. Karena

fokusnya pesan, maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang disampaikan

media massa. Selanjutnya Rogers (1966) menyatakan bahwa keterdedahan

seseorang terhadap media-media massa mempunyai korelasi yang sangat tinggi

antara satu dengan lainnya. Sehingga dapat dibuat suatu indeks keterdedahan pada

media massa. Setiap indikator keterdedahan pada media massa paling tidak

Page 18: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

42

didikotomikan ke dalam: (1) Sedikitnya pernah terdedah (minimalnya membaca

surat kabar dalam seminggu) dan (2) Tidak terdedah.

2.5.4. Intensitas Penyuluhan

Menurut Syahyuti (2006) Penyuluhan pertanian (agricultural extenstion)

diartikan sebagai suatu sistem pendidikan luar sekolah untuk para petani dan

keluarganya dengan tujuan agar mereka mampu, sanggup, dan berswasembada

memperbaiki kesejahteraan hidupnya sendiri serta masyarakatnya. Tujuan

penyuluhan pertanian adalah mengembangkan petani dan keluarganya secara

bertahap agar memiliki kemampuan intelektual yang semakin meningkat,

perbendaharaan informasi yang memadai, serta mampu pula memecahkan serta

memutuskan sesuatu yang terbaik untuk dirinya dan keluarganya. Seluruh

aktivitas penyuluhan berpedoman pada asas pokoknya yaitu ”menolong petani

agar ia mampu menolong dirinya sendiri”

Selanjutnya dijelaskan bahwa ada tiga hal yang menjadi obyek untuk

diubah dalam kegiatan penyuluhan, yaitu pengetahuan (aspek kognitif), sikap

(aspek afektif) dan keterampilan (aspek psikomotorik). Perubahan perilaku adalah

tujuan akhir dari seluruh rangkaian kegiatan, yaitu bertambahnya perbendaharaan

informasi, tumbuhnya keterampilan, serta timbulnya sikap mental dan motivasi

yang lebih kuat sesuai dengan yang dikehendaki.

Khusus untuk penyuluhan dibidang pertanian, maka hal yang pokok yang

dibicarakan adalah pencampuran pengetahuan dan keputusan sehingga faktor-

faktor tanah, air, iklim, dan kapital dapat didayagunakan secara optimal.

penyuluhan pertanian memformulasikan pengetahuan, dan mengajar petani untuk

menjadi manajer di dalam usahanya sendiri (competent decision makers). Karena

itulah, penyuluhan berperan penting dalam pembangunan pertanian. Ia menjadi

bagian dari sistem, yakni sebagai aktor yang mempengaruhi petani dalam

membuat keputusan.

Untuk menambah tingkat pengetahuan dan keterampilan seorang petani

dan keluarganya, maka peranan penyuluh mempunyai andil yang besar.

Penyuluhan pertanian merupakan agen pembangunan pertanian, penyuluh

pertanian memiliki berbagai peran antara lain sebagai guru, penasehat,

Page 19: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

43

penganalisis, organisatoris, pembimbing petani, dinamisator, teknisi dan jembatan

penghubung antar lembaga penelitian dengan petani.

Menurut Slamet (Akib, 2002) menyebutkan penyuluhan pertanian sebagai

ujung tombak pembangunan pertanian. Setidak-tidaknya bila dilihat dalam jajaran

pemerintah yang menangani pertanian. Penyuluhan pertanian membawakan

peranan yang penting dalam pembentukan sikap positif sehingga petani

selanjutnya akan lebih giat dalam mengadopsi teknologi.

2.6. Perilaku Petani (Pengetahuan, Sikap dan Tindakan)

2.6.1. Pengetahuan

Menurut Kilbler (Zahid, 1997) Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai

ingatan mengenai sesuatu yang bersifat spesifik atau umum, ingatan mengenai

metode atau proses, ingatan mengenai pola, susunan atau keadaan. Selanjutnya

Lahlry (Severin dan Tankard, 2005) memberikan definisi persepsi sebagai proses

yang kita gunakan untuk menginterpretasikan data-data sensoris. Data sensoriks

sampai kepada kita melalui lima indra kita. dan hasil penelitian telah

mengidentifikasi dua jenis pengaruh dalam persepsi, yaitu pengaruh struktural

dan pengaruh fungsional

Selanjutnya Berelson dan Steiner (1994) dalam menyatakan bahwa

persepsi merupakan proses yang konpleks di mana orang memilih,

mengorganisasikan, dan menginterpretasikan respon terhadap suatu rangsangan

kedalam situasi masyarakat dunia yang penuh arti dan logis. Bennett, dkk (1989).

menyatakan bahwa persepsi merupakan aktivitas aktif yang melibatkan

pembelajaran tingkah laku yang melibatkan aktivitas kognitif. Persepsi juga

meliputi juga aktivitas pembuatan inferensi. Didalam bentuk-bentuk persepsi,

sebuah rangsangan ditentukan sebagai salah satu kategori khusus berdasarkan

informasi yang tidak lengkap. Akhirnya dapat ditarik pengertian bahwa inferensi-

inferensi ini tidak selalu benar.

2.6.2. Sikap

Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan,

seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu

dalam lingkungannya (Van den Ban dan Hawkins, 1999). Sikap juga adalah

Page 20: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

44

kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki

konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan denagan obyek sikap.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Meyrs (Sarwono, 2002) bahwa sikap adalah

sesuatu atau seseorang yang ditunjukkan dalam kepercayaan, perasaan atau

perilaku seseorang.

Konsep sikap yang telah dideskripsikan oleh Goldon Allport (Severin dan

Tankard, 2005) mungkin adalah yang paling istimewa atau penting dalam

psikologi sosial Amerika komtemporer. Allport menyebutkan bahwa istilah itu

muncul untuk menggantikan istilah-istilah samar dalam psikologi seperti naluri,

adat istiadat, tekanan sosial, dan sentimen.

Menurut Krech dkk. (Severin dan Tankard, 2005) sebuah sistem evaluasi

positif atau negatif yang awet, perasaan-perasaan emosional, dan tendensi

tindakan pro atau kontra terhadap sebuah obyek sosial. Allpot menambahkan

bahwa sikap adalah kesiapan mental dan sistem syaraf, yang diorganisasikan

melalui pengalaman, menimbulkan pengaruh langsung atau dinamis pada respons-

respon seseorang terhadap semua obyek dan situasi terkait. lebih lanjt lagi

Murphy dan Newcomb (Severin dan Tankard, 2005) menyebutkan bahwa sikap

pada dasarnya adalah suatu cara pandang terhadap sesuatu.

Mar’at (1981) meyebutkan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertenttu sebagai suatu penghayatan

terhadap obyek tersebut, selanjutnya memberikan nilai terhadap stimulus dalam

bentuk baik dan buruk, positif negatif, menyenangkan tidak menyenangkan,

setuju tidak setuju kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi tehadap obyek

sikap.

Sikap terbentuk dari pengalaman, melalui proses belajar (Sarwono, 2002)

pengalaman yang dimaksud adalah tentang obyek yang menjadi respon evaluasi

dari sikap. Proses belajar dalam pengalaman adalah sebagai peningkatan

pengetahuan individu terhadap obyek sikap. Proses belajar tersebut didapat

melalu interaksi dengan pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap

penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga

agama serta pengaruh faktor emosional (Azwar, 2003).

Page 21: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

45

2.6.3. Tindakan

Menurut Pouson (Mahmud, 1997). Konsep perilaku merupakan salah satu

faktor yang sangat penting dalam psikologi modern, sikap merupakan mental

kesediaan yang terorganisir melalui pengalaman dan mempunyai pengaruh atas

sesuatu yang dinamis terhadap respon seseorang, obyek dan situasi yang saling

berhubungan. Dengan demikian sikap adalah kecenderungan seseorang dalam

menjawab atau merespon orang lain, suatu ide atau keadaan dalam cara tertentu.

Sikap merupakan suatu yang abstrak, tak terlihat tidak terdengar, dan

tidak tersentuh. Sikap hanya dapat diduga melalui apa yang dikatakan atau

dilakukan seseorang. Cara ini menurut para psikologis disebut hypothctical

construrs. Selanjutnya menurut Heubert Kelmen (Mahmud, 1997) syarat-syarat

perubahan perilaku yang menentukan kepermanenan suatu perubahan adalah:

a) Kerelaan. Seorang merubah perilakunya hanya ia berharap dapat

menerima reaksi yang menyenangkan dari orang lain atau karena ia

berharap dapat terhindar dari hukuman.

b) Identifikasi. Seseorang mungkin mengubah perilakunya terhadap ide-ide

baru karena menemukan kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain

atau sesuatu kelompok yang mengemukakan ide tersebut. Petani yang

bekerjasama dengan sesuatu kelompok diskusi mungkin menerima

banyak ide kelompok tersebut karena ia menikmati hubungan yang ada

dengan anggota-anggota kelompok tersebut dan karena dia menemukan

kepuasan beroganisasi. Pemeliharaan hubungan tergantung apakah

hubungan tersebut memuaskan masing-masing pihak. Walaupun perilaku

dapat dikendalikan, hal ini bergantung pada hubungan antara orang yang

mengarah dan orang atau kelompok yang diidentifikasikan. Jika hubungan

ini berakhir dengan memuaskan maka perilaku dapat dirubah.

c) Internalisasi. Perubahan perilaku akan berlanjut meskipun hubungan

dengan orang lain berubah. Saat petani menginternalisasikan sesuatu

perilaku yang diubah melalui pengaruh penyuluhan dia tidak akan

mengubahnya kembali jika ia tidak berhenti memberikan respek terhadap

penyuluh walaupun telah meninggalkan daerah tersebut.

Page 22: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

46

Perilaku merupakan suatu tidakan nyata (action) yang dapat dilihat atau

diamati (Rogers dan Shoemaker,1989). Perilaku tersebut terjadi akibat adanya

proses penyampaian pengetahuan suatu stimulus sampai pada penentuan sikap

atau bertindak, dan hal ini dapat dilihat dengan menggunakan panca indera. Pola

perilaku seseorang bisa saja berbeda satu sama lain, tetapi proses terjadinya

adalah mendasar bagi semua individu, yakni dapat terjadi karena disebabkan,

digerakkan, dan ditujukkan pada sasaran. Kast dan Rosenzweig (Suparta, 2001).

Hal ini berarti bahwa perilaku itu tidak bisa secara spontan dan tanpa tujuan,

melainkan harus ada sasaran baik ekplisit maupun inplisit

2.7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut para ahli perilaku individu dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Suparta (2001) menyatakan bahwa dalam pendekatan interaksionis

perilaku individu secara umum dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar.

Hasil penelitinya menunjukan bahwa kondisi situsional luar mempengaruhi sikap

dalam dan selanjutnya sikap ini dapat mempengruhi perilaku terbuka. Perilaku

dianggap sebagai hasil interaksi antara faktor-faktor yang terdapat didalam diri

sendiri (karakteristik individu) dan faktor luar (faktor eksternal) proses interaksi

itu sendiri terjadi pada kesadaran atau pengetahuan seseorang (Sarwono, 2002).

Menurut Rukminto (2001) dalam (Setiana, 2005) merencanakan

perubahan perilaku pada individu atau pada sekelompok masyarakat melalui

intervensi komunitas tidak mudah. Pada kenyataan di lapangan, ada beberapa

kendala yang sering ditemui, kendala tersebut meliputi kendala yang bersal dari

kepribadian individu dan kendala yang berasal dari sistem sosial yang

berkembang dilingkungan kelompok masyarakat tersebut. Kendala individu

antara lain adalah kestabilan, kebiasaan, hal-hal utama yang diyakini, seleksi

ingatan dan persepsi, ketergantungan, superego, rasa tidak percaya, serta rasa

tidak aman. Kendala sistem sosial antara lain meliputi kesepakatan terhadap

norma tertentu, kesatuan dan kepatuhan terhadap sistem dan budaya, hal-hal yang

bersifat sakral, kelompok kepentingan, penolakan terhadap ’orang luar yang’

datang ke dalam komunitas tersebut.

Page 23: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

47

2.8. Hubungan antara Faktor Karakteristik dan Faktor Lingkungan

Menurut Sunyoto (2004) dinyatakan bahwa ada hubungan timbal balik

antara pola perilaku sosial dan kondisi lingkungan. Pola perilaku sosial

dipengaruhi oleh karakteristik dan kualitas lingkungan, dan sebaliknya pola

perilaku sosial juga mempengaruhi karakteristik dan kualitas lingkungan.

Pernyataan tersebut dapat dijelaskan dengan keterangan sebagai berikut. Manusia,

dalam upaya memenuhi sebagian besar kebutuhan hidup dasarnya (teruma

sandang, pangan, dan papan), tidak dapat dilepaskan dari lingkungan. Secara

umum, lingkungan alam dapat dipilah ke dalam dua kategori: lingkungan fisik

(the physical environment) dan lingkungan biologis (the biological environment).

Lingkungan fisik, antara lain, mencakup tanah, topografi, cuaca dan sumber-

sumber alam (mineral dan minyak). Di samping itu, juga termasuk dalam kategori

tersebut adalah apa yang lazim disebut dengan istilah natural physical-agencies

(seperti angin, air yang bergerak), dan natural physical forces (seperti gravitasi

dan radiasi).

Tanah tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal untuk memenuhi

kebutuhan papan, melainkan juga sebagai tempat sandaran hidup untuk memenuhi

kebutuhan pangan. Sudah banyak bukti memperlihatkan kecenderungan bahwa

daerah-daerah yang tanahnya tergolong tandus dan tidak subur, tidak banyak

dihuni manusia karena tidak dapat memproduksi pangan. Sebaliknya daerah-

daerah yang tanahnya subur cenderung dipadati manusia. Berbagai macam

tanaman tumbuh subur dan hasilnya sangat memuaskan. Karena itu, didaerah-

daerah semacam itu berkembang sistem pertanian. Manusia melakukan budidaya

tanaman, mengarahkan segala macam kemampuan dan keterampilan yang dimiliki

untuk melipatgandakan hasil produksinya. Lahirlah kemudian institusi pertanian

yang dilengkapi dengan organisasi-organisasi sosial yang sistem kerjanya amat

berbeda dengan organisasi-organisasi sosial yang tumbuh atau berkembang di

daerah-daerah tandus.

Sunyoto (2004) selanjutnya menambahkan bahwa sedangkan dalam

hubungannya dengan topografi, bahwa daerah yang berbukit-bukit (pegunungan)

atau daerah-daerah yang berawa-rawa tidak banyak dihuni manusia. Sebaliknya,

banyak daerah datar yang menjadi tempat konsentrasi pemukiman manusia.

Page 24: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

48

Kebanyakan kota juga tumbuh di daerah-daerah semacam itu, terutama karena

memiliki kemudahan akses pada dunia luar. Memang ada pula kota di daerah

pegungnan, tetapi jumlahnya tidak begitu banyak dan biasanya juga lamban

perkembangannya.

Topografi seperti itu juga mempengaruhi sikap dan tindakan sosial.

Bentuk perkampungan di daerah pegunungan biasanya tersebar (scattered).

Banyak rumah tangga yang terisolasi satu sama lain. Maka mudah dimengerti

apabila kemudian interaksi sosial yang terjalin diantara sesama anggota

masyarakat kurang intense. Meskipun tidak berarti terjadi antagonisme (sikap

permusuhan). Mereka melakukan kontak dengan tetangganya hanya tatkala ada

kebutuhan tertentu yang tidak dapat dikerjakan sendiri, dan selebihnya semua

masalah diusahakan untuk diselesaikan di antara anggota keluarganya sendiri.

Dibeberapa daerah bahkan terbentuk the individualistic family, yang hanya

mementingkan kecukupan anggota keluarganya sendiri.

Faktor berikutnya yang juga berpengaruh terhadap kehiddupan manusia

adalah cuaca. Cuaca adalah kondisi yang antara lain ditentukan oleh temperatur,

curah hujan dan arah angin. Cuaca sangat sulit dimodifikasi atau diubah, manusia

hanya dapat menyesuaikan diri terhadapnya. Manusia membangun berbagai

bentuk rumah dan ruangan tempat kerja yang sesuai dengan keadaan cuaca. Yang

tampak kemudian adalah perbedaan arsitektur rumah di daerah-daerah bercuaca

panas dengan yang terdapat di daerah-daerah bercuaca dingin. Bentuk-bentuk

penyesuaian tersebut kemudian mempengaruhi ritme interaksi sosial yang terjalin

diantara para penghuninya.

2.9. Pengaruh Karakteristik Petani terhadap Perilaku Petani (Pengetahuan,Sikap, dan Tindakan) Manusia adalah makhluk sosial, dari proses sosial manusia memproleh

beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya. Terdapat tiga komponen

yang mempengaruhi hal tersebut, yaitu komponen afektif, komponen kongnitif

dan komponen konatif. Komponen afektif merupakan aspek emosional.

Komponen kongnitif merupakan aspek intelektual, yang berkaitan dengan apa

yang diketahui manusia. Komponen konatif adalah aspek volisional, yang

berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak (Rakhmat, 2001).

Page 25: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

49

Komponen afektif merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis.

Komponen afektif terdiri dari motif sosiogenis, sikap dan emosi. Selanjutnya

Rakhmat (2001) merangkum tentang komponen dari pada sikap yaitu: (1) sikap

adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam

menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai, (2) sikap mempuyai daya dorong atau

motivasi, (3) sikap relatif lebiih menetap, (4) sikap mengandung aspek evaluatif

dan 5) sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan

hasil belajar, sehingga sikap dapat diperteguh atau diubah.

Komponen konatif adalah aspek volisional yang berhubungan dengan

kebiasaan dan kemauan bertindak. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia

yang menetap, berlangsung secara otomatis tidak direncanakan sehingga

kebiasaan dapat memberikan pola perilaku yang dapat diramalkan. Adapun

kemauan adalah tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai

tujuan (Rakhmat, 2001).

2.10. Taman Nasional dan Pengelolaannya

Taman Nasional (TN) merupakan aset nasional dan internasional yang

memiliki nilai manfaat penting bagi kehidupan umat manusia, IUCN

(international union for the conservation of nature and natural resources,1994)

dalam (Sarbi, 2006) memberikan kriteria penetapannya yang berfungsi sebagai

upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan lestari. Undang-undang No 5

tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya juga

memberikan panduan dalam pengelolaan taman nasional yang didasarkan pada

sistem zonasi (zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan dan zona lainya).

Selanjutnya Taman Nasional menurut Undang-undang Nomor 5 tahun

1990 menjelaskan juga tentang konservasi sumberdaya alam Hayati dan

Ekosistemnya adalah kawasan pelestaria alam yang mempunyai ekosistem asli,

dikelola dengan sistem zonasi yang diamnfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam.

Fungsi taman nasional adalah: (1) sebagai kawasan perlindungan sistem

penyangga kehidupan, (2) sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuh

dan satwa, (3) sebagai kawasan pemanfaatan secara lestari potensi sumberdaya

alam hayati dan eksistemnya.

Page 26: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

50

Salah satu fungsi dari sebuah taman nasional dan kawasan konservasi

adalah sebagai pengatur tata air atau fungsi hidrologis, apakah itu sebagai

reservoir atau sebagai areal penangkapan air yang ada di hulu. Hal itu sangat tegas

sebagaimana fungsinya dalam siklus air yang terjadi di bumi ini. Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango (TNGP) merupakan kawasan pengatur air bagi kawasan

di sekitarnya yang meliputi Cianjur, Sukabumi, Bogor, Jakarta, Karawang, dan

daerah lainnya di sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP)

termasuk di dalamnya daerah hilir dari sungai-sungai yang bagian hulunya berada

di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP). Dari Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango (TNGP) ini mengalir 60 sungai dari arah hulu yang

kemudian menjadi 4 aliran DAS.

Melihat fungsinya yang sangat besar bagi wilayah sekitarnya, dimana

wilayah-wilayah tersebut bergantung pada kawasan Taman Nasional Gunung

Gede Pangrango (TNGP) ini, seperti halnya sumber air bagi kegiatan kehidupan

termasuk kegiatan perekonomian seperti pertanian, perikanan, dan air untuk

kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Selain itu air yang bersumber dari Taman

Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) diolah menjadi air mineral.

Perusahaan-perusahaan pengolah air mineral tersebut baik yang ada di Jawa Barat,

Banten dan Jakarta, hampir semua sumber airnya berasal dari mata air-mata air di

sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP). Karena fungsinya

yang sangat vital dalam keberlanjutan sumberdaya dan stok. Maka areal taman

nasional harus terjaga kelestariannya demi kepentingan dan kebutuhan masa

depan. Dan salah satu metode untuk menjaga kelestariannya yaitu menerapkan

teknik dan konsep konservasi dalam melakukan usaha pertanian di sekitar

kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP).

2.11. Konservasi Tanah dan Air secara Berkelanjutan

Konservasi berasal dari bahasa inggris ”to converse” yang diartikan

sebagai melestarikan pemanfaatan. Bila ini dikaitkan dengan potensi alam yang

dapat diperbaharui, dibina untuk dapat menguatkan fungsi produktivitas dan

kualitasnya maka akan sangat tepat. Misalnya konservasi flora dan fauna,

konservasi alam, konservasi tanah dan air (Yulianto, 2001) selanjutnya Menurut

Sismomartono (1989). Konservasi diartikan sebagai perlindungan, perbaikan, dan

Page 27: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

51

pemakaian sumberdaya alam menurut prinsip-prinsip yang akan menjamin

keuntungan ekonomi atau sosial yang tinggi secara lestari.

Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada

cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan

memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi

kerusakan tanah,sifat-sifat fisik dan kimia tanah dan keadaan topografi lapangan

menentukan kemampuan tanah untuk suatu penggunaan dan perlakuan yang

diperlukan (Arsyad, 2000). Dikatakan selanjutnya bahwa konservasi tanah

tidaklah berarti penundaan atau pelarangan pengunaan tanah, tetapi menyesuaikan

jenis penggunaannya dengan kemampuan tanah dan memberikan perlakuan sesuai

dengan syarat-syarat yang diperlukan, agar tanah dapat berfungsi secara lestari.

Konservasi tanah berhubungan erat dengan konservasi air. Setiap perlakuan yang

diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air, dan usaha untuk

mengkonservasi tanah juga merupakan konservasi air. Salah satu tujuan

konservasi tanah adalah meminimumkan erosi pada suatu lahan. Laju erosi yang

masih lebih besar dari erosi yang dapat ditoleransikan merupakan masalah yang

bila tidak ditanggulangi akan menjebak petani kembali ke dalam siklus yang

saling memiskinkan. Tindakan konservasi tanah merupakan cara untuk

melestarikan sumberdaya alam.

Konservasi tanah dan air merupakan hal yang esensial untuk melanjutkan

produktivitas lahan pada pertanian tanaman semusim, terutama pada lahan-lahan

berbukit yang mempunyai kemiringan lereng curam. Tanpa tindakan konservasi

tanah akan terjadi erosi yang serius, menghasilkan lahan-lahan yang terdegradasi,

sehingga produktivitas lahan menurun, aliran permukaan meningkat dan disisi

lain akan menimbulkan masalah sedimentasi (Meyer, 1981).

Konservasi air adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah untuk pertanian

se-efisien mungkin, dan pengaturan waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir

yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau. Setiap

perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air pada

tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya. Oleh karena itu, konservasi tanah dan

konservasi air merupakan dua hal yang berhubungan erat sekali, berbagai

Page 28: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

52

tindakan konservasi tanah merupakan juga tindakan konservasi air (Arsyad,

2000).

Upaya memperbaiki produktivitas lahan kering dan lahan-lahan marginal

sebenarnya telah dilakukan pemerintah sejak lama melalui reboisasi dan

penghijauan, akan tetapi upaya tersebut masih jauh dari berhasil. Pada dasarnya

usahatani konservasi merupakan suatu paket teknologi usahatani yang bertujuan

meningkatkan produksi dan pendapatan petani, serta melestarikan sumberdaya

tanah dan air (Saragih, 1996), akan tetapi penyerapan teknologi tersebut masih

relatif lambat yang disebabkan karena: (1) besarnya modal yang diperlukan untuk

penerapannya (khususnya untuk investasi bangunan konservasi); (2) kurangnya

tenaga penyuluh untuk mengkomunikasikan teknologi tersebut kepada petani; (3)

masih lemahnya kemampuan dan pemahaman petani untuk menerapkan teknologi

usahatani konservasi sesuai yang diintroduksikan; (4) keragaman komoditas yang

diusahakan di DAS-DAS kritis; dan (5) terbatasnya sarana-prasarana pendukung

penerapan teknologi usahatani konservasi.

Konservasi bertujuan untuk; (1) mencegah kerusakan tanah oleh erosi; (2)

memperbaiki tanah yang rusak, dan (3) memelihara serta meningkatkan

produktivitas tanah agar dapat digunakan secara lestari. Konservasi tanah

mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konservasi air yang pada

prinsipnya adalah penggunaan air se-efisien mungkin, dan melakukan pengaturan

waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air

pada waktu musim kemarau. Sehingga setiap tindakan konservasi terhadap tanah

juga merupakan konservasi terhadap air.

Dalam usaha konservasi tanah dan air, ada tiga cara pendekatan yang

dapat dilakukan, yaitu (1) metode vegetatif; (2) metode mekanik; dan (3) metode

kimia. Tiap-tiap metode ini mempunyai kelebihan masing-masing. Dalam tulisan

ini, akan ditekankan pada metode vegetatif dan kimia, sedangkan metode mekanik

akan dibahas lebih khusus pada bangunan konservasi.

2.11.1. Metode Vegetatif Konservasi Tanah dan Air

Teknik konservasi tanah dan air dapat dilakukan secara vegetatif dalam

bentuk pengelolaan tanaman berupa pohon atau semak, baik tanaman tahunan

Page 29: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

53

maupun tanaman setahun dan rumput-rumputan. Teknologi ini sering dipadukan

dengan tindakan konservasi tanah dan air secara pengelolaan (Sinukaban, 1989).

Pengelolaan tanah secara vegetatif dapat menjamin keberlangsungan

keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat: (1) memelihara kestabilan struktur

tanah melalui sistem perakaran dengan memperbesar granulasi tanah, (2)

penutupan lahan oleh seresah dan tajuk mengurangi evaporasi, (3) disamping itu

dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan

porositas tanah, sehingga memperbesar jumlah infiltrasi dan mencegah terjadinya

erosi. Fungsi lain daripada vegetasi berupa tanaman kehutanan yang tak kalah

pentingnya yaitu memiliki nilai ekonomi sehingga dapat menambah penghasilan

petani (Hamilton, 1997).

Metode vegetatif merupakan metode yang menggunakan tanaman dan

sisa-sisa tanaman yang bertujuan untuk: (1) melindungi tanah terhadap daya

perusak butir-butir hujan; (2) melindungi tanah terhadap daya perusak aliran air di

atas permukaan tanah; (3) menurunkan kecepatan aliran dengan meningkatkan

tahanan hidrolik pada saluran sehingga akan sangat mengurangi daya rusak dan

abrasi dari aliran. Jika kecepatan aliran dapat dikurangi, maka sedimen dapat

diendapkan; dan (3) memperbaiki kapasitas infiltrasi dan penahanan air yang

langsung mempengaruhi besarnya aliran permukaan.

Teknik pengelolaan tanah dan tanaman yang termasuk dalam metode

vegetatif ini adalah: (a) Penanaman tanaman penutup tanah, (b) Penanaman dalam

strip (strip cropping), (c) Pergiliran tanaman dengan tanaman pupuk hijau atau

tanaman penutup tanah (Conservation rotation), (d) Pemanfaatan sisa tanaman

(crop residue management), dan (e) Tanaman lorong (Alley cropping) .

Tanaman Penutup Tanah

Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang khusus ditanam untuk

mengurangi daya rusak butir hujan dan aliran permukaan sehingga dapat

melindungi tanah dari ancaman kerusakan karena erosi, menambah bahan organik

tanah dan melakukan transpirasi yang mengurangi kadar air tanah yang

berlebihan.

Tanaman yang digunakan sebagai penutup tanah harus memenuhi syarat-

syarat: (1) mudah diperbanyak, terutama dengan biji; (2) mempunyai sistem

Page 30: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

54

perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi yang berlebihan terhadap tanaman

pokok tetapi malah mampu menekan pertumbuhan gulma; (3) pertumbuhannya

cepat dan banyak menghasilkan daun dan toleran terhadap pemangkasan; (4)

tahan terhadap serangan hama dan penyakit dan kekeringan; (5) sesuai dengan

fungsinya untuk reklamasi tanah.

Tanaman penutup tanah yang paling banyak digunakan adalah dari jenis

Leguminosa, karena dapat menambah nitrogen tanah dan perakarannya tidak

menyebabkan kompetisi yang berat terhadap tanaman pokok. Secara umum,

tanaman penutup tanah dapat digolongkan dalam:

1) Tanaman penutup tanah rendah; jenis rumput-rumputan dan tanaman

merambat atau menjalar. Jenis ini dapat digunakan pada pola tanam rapat,

barisan dan juga untuk penggunaan perlindungan khusus seperti tebing, talud

terras, dinding saluran draenase dan irigasi.

2) Tanaman penutup tanah sedang; berupa semak. Umumnya digunakan pada

pola pertanaman teratur diantara barisan tanaman utama, barisan pagar,

sebagai sumber mulsa atau pupuk hijau diluar tanaman utama.

3) Tanaman penutup tanah tinggi; jenis pohon-pohonan. Tanaman ini digunakan

pada pertanaman teratur diantara barisan tanaman utama dan di dalam barisan,

digunakan untuk reboisasi dan sebagai cover tebing.

4) Tumbuhan rendah alami. Umumnya diterapkan pada perkebunan terutama

perkebunan karet.

5) Tanaman atau rumput pengganggu yang tidak disukai.

Strip Cropping

Merupakan suatu sistem bertanam dimana beberapa jenis tanaman ditanam

dalam strip-strip yang berselang-seling pada sebidang tanah dan disusun

memotong lereng atau menurut garis kontur. Ada tiga tipe strip cropping, yaitu:

(a) strip cropping menurut kontur dengan urutan pergiliran tanaman yang tepat;

(b) strip cropping lapangan yang terdiri atas strip tanaman yang lebarnya seragam

yang disusun melintang arah lereng; (c) strip cropping berpenyangga yang terdiri

atas strip rumput atau leguminosa yang dibuat di antara strip tanaman pokok

menurut kontur.

Page 31: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

55

Strip cropping umumnya diterapkan pada tanah-tanah dengan klasifikasi

kemampuan tanah kelas II-IV, dengan kelerengan 6-15%. Lebar strip antara 20-50

m tergantung dari curah hujan, sifat tanah, topografi dan jenis tanaman yang

digunakan.

Pergiliran Tanaman

Pergiliran tanaman adalah sistem penanaman berbagai tanaman secara

bergilir dalam urutan waktu tertentu pada satu bidang tanah. Pergiliran merupakan

suatu cara yang penting dalam sistem konservasi tanah dan mempunyai peranan

mengurangi atau menghindarkan terhadap bahaya erosi dan penting artinya dalam

meningkatkan produksi tanaman. Pada tanah-tanah berlereng, pergiliran sangat

efektif untuk pencegahan erosi. Pergiliran tanaman dapat memperbaiki sifat fisika

dan kesuburan tanah jika sisa atau potongan tanaman gilir dijadikan mulsa atau

dibenamkan, sehingga mempertinggi kemampuan tanah menahan dan menyerap

air, mempertinggi stabilitas agregat dan kapasitas infiltrasi tanah

Pergiliran tanaman dengan menggilirkan antara tanaman pangan dan

tanaman penutup tanah/pupuk hijau adalah salah satu cara penting dalam

konservasi tanah. Pergiliran tanaman mempengaruhi lamanya pergantian

penutupan tanah oleh tajuk tanaman. Selain berfungsi sebagai pencegahan erosi,

pergiliran tanaman memberikan keuntungan-keuntungan lain seperti:

1. Pemberantasan hama penyakit, menekan populasi hama dan penyakit

karena memutuskan si klus hidup hama dan penyakit atau mengurangi

sumber makanan dan tempat hidupnya

2. Pemberantasan gulma, penanaman satu jenis tanaman tertentu terus

menerus akan meningkatkan pertumbuhan jenis-jenis gulma tertentu

3. Mempertahankan dan memperbaiki sifat-sifat fisik dan kesuburan tanah,

jika sisa tanaman pergiliran dijadikan mulsa atau dibenamkan dalam

tanah akan mempertinggi kemampuan tanah menahan dan menyerap air,

mempertinggi stabilitas agregat dan kapasitas infiltrasi tanah dan

tanaman tersebut adalah tanaman leguminosa akan menambah

kandungan nitrogen tanah, dan akan memelihara keseimbangan unsur

hara karena absorpsi unsur dari kedalaman yang berbeda

Page 32: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

56

Pemanfaatan sisa tanaman (Crop residue management)

Penggunaan sisa tanaman untuk konservasi tanah dapat dalam bentuk

mulsa atau pupuk hijau. Mulsa mengurangi erosi dengan cara meredam energi

hujan yang jatuh sehingga tidak merusak struktur tanah, mengurangi kecepatan

dan jumlah aliran permukaan dan mengurangi daya kuras aliran permukaan.

Mulsa sebagai sumber energi akan meningkatkan kegiatan biologi tanah dan

dalam proses perombakannya akan terbentuk senyawa-senyawa organik yang

penting dalam pembentukan struktur tanah.

Pengaruh mulsa selain mengurangi erosi juga mempengaruhi suhu tanah

dan aerasi. Suhu tanah maksimum pada kedalaman 5 cm turun 6-12oC, dan pada

kedalaman 10 cm turun 4-6oC, sedangkan suhu minimum rata-rata naik 1oC.

Dengan menurunnya suhu maksimum, maka kecepatan perombakan bahan

organik akan menurun, hal ini penting karena menurunnya kadar bahan organik

dapat mempengaruhi laju erosi.

Pemanfaatan sisa-sisa panen sebagai sebagai pupuk juga telah dilakukan

sebagian petani di beberapa daerah sejak jaman dulu. Sisa-sisa panen yang

dibiarkan atau ditinggalkan di lahan pertanian mempunyai banyak fungsi dalam

menunjang usaha tani, diantaranya adalah sebagai mulsa yang dapat

menghindarkan pengrusakan permukaan tanah oleh energi hujan,

mempertahankan kelembaban tanah mengurangi penguapan, sisa panen lambat

laun akan terdekomposisi terjadi mineralisasi yaitu perubahan bentuk organik

menjadi anorganik sehingga unsur hara yang dilepaskan akan menjadi tersedia

untuk tanaman, disamping itu asam-asam organik yang dihasilkan dapat berfungsi

sebagai bahan pembenah tanah atau soil conditioner.

Tanaman Lorong (Alley cropping)

Tanaman lorong adalah suatu bentuk usahatani agroforestry dimana tanaman

semusim atau pangan ditanam di antara lorong-lorong yang ada di antara barisan

pagar tanaman pohonan. Pertanaman lorong sangat tepat dilakukan baik pada

lahan usaha tani yang datar maupun berlereng. Pada lahan berlereng, barisan

tanaman harus ditanam menurut kontur agar dapat mencegah erosi.

Efektivitas tanaman lorong sangat ditentukan oleh jenis tanaman yang

digunakan, jarak tanam dan kemiringan. Tanaman lorong mampu menahan

Page 33: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

57

kehilangan tanah sampai dengan 93% dan kehilangan air hingga 83%

dibandingkan dengan pertanaman semusim. Selain itu efektivitasnya didukung

karena terbentuknya terras alami yang mencapai ketinggian 25-30 cm pada dasar

tanaman pagar.

2.11.2. Metode Mekanik Konservasi Tanah dan Air

Metode mekanik adalah semua perlakuan fissik mekanis yang diberikan

terhadap tanah dan pembuatan pembangunan untuk mengurangi aliran permukaan

dan erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. (Arsyad, 2000).

Metode mekanik dalam konservasi tanah berfungsi; (a) memperlambat

aliran permukaan, (b) menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengaaan

kekuatan yang tidak merusak, (c) memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air ke

dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah, dan (d) penyedian air bagi tanaman.

Termasuk ke dalam metode mekanik adalah; (1) pengolahan tanah (tillage), (2)

pengolahan tanah menurut kontur (countur cultivation), (3) guludan dan guludan

bersaluran menurut kontur, (4) terras, (5) dam penghambat (chek dam), waaduk,

(balong) (farm pond), rorak, tanggul, dan (6) perbaikan drainase dan irigasi

Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah merupakan kebudayaan yang tertua dalam pertanian dan

tetap diperlukan dalam pertanian modern. Pengolahan tanah bagaimana yang tepat

untuk kelestarian sumberdaya tanah? (Arsyad, 2000) mendefinisikan pengolahan

tanah sebagai setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk

menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan

pengolahan tanah adalah untuk menyiapkan tempat pesemaian, tempat bertanam,

menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa tanaman, dan

memberantas gulma.

Soepardi (1979) mengatakan mengolah tanah adalah untuk menciptakan

sifat olah yang baik, dan sifat ini mencerminkan keadaan fisik tanah yang sesuai

untuk pertumbuhan tanaman. Cara pengolahan tanah sangat mempengaruhi

struktur tanah alami yang baik yang terbentuk karena penetrasi akar atau fauna

tauna, apabila pengolahan tanah terlalu intensif maka struktur tanah akan rusak.

Kebiasaan petani yang mengolah tanah secara berlebihan dimana tanah diolah

Page 34: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

58

sampai bersih permukaannya merupakan salah satu contoh pengolahan yang

keliru karena kondisi seperti ini mengakibatkan surface sealing yaitu butir tanah

terdispersi oleh butir hujan, menyumbat pori-pori tanah sehingga terbentuk

surface crusting. Untuk mengatasi pengaruh buruk pengolahan tanah, maka

dianjurkan beberapa cara pengolahan tanah konservasi yang dapat memperkecil

terjadinya erosi. Cara yang dimaksud adalah:

1. Tanpa olah tanah (TOT), tanah yang akan ditanami tidak diolah dan sisa-

sisa tanaman sebelumnya dibiarkan tersebar di permukaan, yang akan

melindungi tanah dari ancaman erosi selama masa yang sangat rawan

yaitu pada saat pertumbuhan awal tanaman. Penanaman dilakukan

dengan tugal. Gulma diberantas dengan menggunakan herbisida.

2. Pengolahan tanah minimal, tidak semua permukaan tanah diolah, hanya

barisan tanaman saja yang diolah dan sebagian sisa-sisa tanaman

dibiarkan pada permukaan tanah.

3. Pengolahan tanah menurut kontur, pengolahan tanah dilakukan

memotong lereng sehingga terbentuk jalur-jalur tumpukan tanah dan alur

yang menurut kontur atau melintang lereng. Pengolahan tanah menurut

kontur akan lebih efektif jika diikuti dengan penanaman menurut kontur

juga yang memungkinkan penyerapan air dan menghindarkan

pengangkutan tanah.

Sebagian dari praktek pengolahan tanah seperti ini sebenarnya sudah ada

sejak dulu dan telah dilakukan oleh petani di beberapa daerah di Indonesia. Petani

mungkin menganggapnya sebagai tradisi nenek moyangnya yang perlu

dipertahankan. Walaupun saat itu belum ada penyuluh pertanian ataupun literatur

tentang konservasi tanah, tetapi para petani telah menerapkan cara bertani yang

berasaskan konservasi tanah. Mengolah tanah secara konservasi telah dilakukan

oleh orang jaman dulu dengan tujuan untuk mendapatkan hasil dari usahataninya

guna memenuhi kebutuhan hidup jangka pendek, dan mungkin belum terpikirkan

oleh mereka untuk melestarikan sumberdaya tanah.

Pengolahan Tanah Menurut Kontur

Pada pengolahan tanah menurut kontur maka pembajakan dilakukan

meurut kontur atau memotong lorong, sehingga terbentuk jalur-jalur tumpukan

Page 35: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

59

tanah dan alur yang menurut kontur atau melintang lereng. Pengolahan tanah

meurut kontur akan lebih efektif jika diikuti dengan penanaman menurut kontur

juga, yaitu barisan tananaman dibuat sejalan dengan arah garis kontur.

Keuntungan utama pengolahan menurut kontur adalah terbentuknya

penghambat aliran permukaan yang memungkinkan penyerapan air dan

menghindarkan pengangkutan tanah. Oleh karena itu, terutama di daerah beriklim

kering, pengolahan menurut kontur juga sangat efektif untuk konservasi air.

Guludan dan Guludan Bersaluran

Guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut arah

garis kontur atau memotong arah lereng. Tinggi tumpukan tanah dibuat sekitar

25-30 cm dengan lebar sekitar 25 sampai 30 cm. Jarak antara guludan

tergantungpada kecuraman lereng, kepekaan erosi tanah dan erosivitas hujan.

Untuk tanah yang kepekaan erosinya rendah guludan dapat diterapkan pada tanah

dengan kemiringan sampai 6 persen.

Guludan bersaluran juga dibuat memanjang menurut arah garis kontur

atau memotong lereng. Pada guludan yang bersaluran, di sebelah atas lereng dari

guludan dibuat saluran yang memanjang mengikuti guludan. Ukuran guludan

bersaluran sama seperti guludan biasa, sedangkan kedalaman saluran adalah 25

sampai 30 cm, lebar permukaan 30 cm. Pada metode ini guludan diperkuat dengan

menanam rumput, perdu atau pohonan yang tidak begitu tinggi dan rindang.

Guludan bersaluran dapat dibuat pada tanah dengan lereng sampai 12 persen.

Terras

Terras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah. Dengan demikian maka erosi berkurang. Terdapat dua

tipe terras yaitu (a) terras tangga atau terras bangku (bencch terrace) dan (b) terras

berdasar lebar (broadbase terrace).

Terras bangku atau tangga. Terras tangga dibuat dengan jalan memotong

lereng dan meratakan tanah di bagian bawah sehingga terjadi suatu deretan bentuk

tangga atau bangku. Terras bangku dapat dibuat pada tanah berlereng dua persen

sampai jauh lebih lebar. Terras tangga dapat datar atau miring ke dalam . terras

Page 36: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

60

bangku berlereng ke dalam dipergunakan untuk tanah-tanah yang

permealibilitasnya rendah, dengan tujuan agar air tidak segera terinfiltrasi tidak

mengalir keluar melalui talud.

Terras berdasar lebar. Terras berdasar lebar merupakan suatu saluran

yang permukaannya lebar atau galengan yang dibuat memotong lereng pada

tanah-tanah yang berombak dan bergelombang. Berdasarkan fungsi utamanya

terras berdasar lebar ada dua macam yaitu terras berlereng dan terras datar. Terras

berdasar lebar dapat di gunakan pada tanah berlereng antara 2 sampai 8 persen

yaitu tanah-tanah klas II dan III.

Waduk, Dam Penghambat, Rorak dan Tanggul

Konservasi tanah, seperti telah dikemukakan sebelumnya, juga tergantung

pada pengendalian air yang mengalir secara berlebihan di atas permukaan tanah.

Dam penghambat (check dam), balong/waduk, rorak dan tanggul merupakan

bangunan-bangunan yang dapat dipergunakan sebagai metode mekanik dalam

konservasi tanah dan air. Bangunan tersebut selain mengurangi jumlah dan

kecepatan aliran permukaan juga memaksa air masuk kedalam tanah yang kan

menambah atau mengganti aair tanah dan air bawah tanah. Air yang tertampung

dalam waduk atau balong dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti irigasi,

ternak, perikanan dan lebutuhan manusia sendiri.

Drainase dan Irigasi

Pembangunan fasilitas-fasilitas drainase dan irigasi adalah usaha-usaha

pengaturan air sehingga tanah lebih dapat memenuhi kebutuhan manusia. Usaha-

usaha ini sesuai dangan dasar konservasi tanah yaitu memperlakukan setiap

bidang tanah sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat

dipergunakan dalam produksi dan tidak terjadi kerusakan tanah. Jones, (Arsyad,

2000).

Drainase berarti keadaan dan cara keluarnya air lebih (excess water). Air

lebih adalah air yang tidak dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan

memenuhi atau menjenuhi pori-pori tanah. Dalam arti keadaan air lebih, drainase

menunjukkan frekuensi dan lamanya tanah bebas dari air lebih, dan

mencerminkan kecepatan air lebih keluar dari tanah. Sebagai contoh, pada tanah

Page 37: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

61

berdrainasebaik, air lebih segera keluar dari tanah tetapi tidak terlalu cepat, pada

tanah berdrainase buruk air lebih tidak segera keluar akan tetapi tetap menjenuhi

tanah pada daerah perakaran untuk waktu yang lama sehingga akar tidak dapat

mengambil oksigen, sedangkan pada tanah berdrainase berlebihan (excessively

drained) semua air keluar dari tanah dengan cepat sehingga tanaman menderita

kekurangan air.

Irigasi berarti pemberian air kepada tanah untuk memenuhi kebutuhan air

bagi pertumbuhan tanaman. Pekerjaan irigasi meliputi penampungan dan

pengambilan air dari sumbernya, pengaliran air melaluio saluran atau pipa ke

tanah, dan pembuangan air yang berlebihan. Tujuan irigasi adalah memberikan

tambahan air terhadap air hujan, dan memberikan air kepada tanaman dalam

jumlah yang cukup dan pada waktu diperlukan. Selain dari kegunaan untuk

memenuhi kebutuhan air tanaman, air irigasi mempunyai kegunaan lain, seprti; (a)

mempermudah pengolahan tanah, (b) mengatur suhu tanah dan iklim mikro, (c)

membersihkan tanah dari kadar garam atau asam yang terlalu tinggi, (d)

membersihkan kotoran-kotoran dari selokan(sanitasi), (e) menggenangi tanah

untuk memberantas tumbuhan pengganggu dan hama/penyakit tanaman. (Arsyad,

2000).

2.11.3. Metode Kimia Konservasi Tanah dan Air

Metode kimia dalam konservasi tanah dan air adalah dengan penggunaan

preparat kimia sintetis atau alami. Awal tahun 1950 telah dikembangkan preparat

kimia yang digunakan untuk pembentukan struktur tanah yang stabil. Preparat

kimia tersebut secara umum disebut Soil Conditioner. Sarief (1985) dalam Suripin

(2004) mengemukakan bahwa usaha pemantapan tanah yang bertujuan untuk sifat

fisik tanah dengan menggunakan preparat-preparat kimia baik secara buatan atau

alami, telah dikemukakan pertama kali pada simposium di Philadelpia pada tahun

1951. Pada saat itu diperkenalkan krilium sebagai bahan pemantap tanah pertama

oleh perusahaan Amerika Serikat. Krilium adalah senyawa garam natrium dari

polycrylonitrile. Salah satu usaha pertama dalam penggunaan senyawa kimia

tersebut dilakukan oleh Bavel pada tahun 1950 yang menyatakan bahwa senyawa

organik tertentu dapat memperbaiki stabilitas agregat terhadap pengaruh merusak

air hujan secara efektif, akan tetapi penggunaannya terlalu mahal bila digunakan

Page 38: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

62

secara luas (Suripin, 2004). Bahan yang digunakan adalah campuran dimethyl

dichlorosilane yang dinamai MSC. Bahan kimia ini merupakan cairan yang

mudah menguap, dimana gas yang terbentuk bercampur dengan air tanah.

Senyawa yang terbentuk menyebabkan agregat tanah menjadi stabil.

PAM direaksikan dengan air dengan perbandingan volume tertentu,

dicampurkan dengan tanah dengan cara menyemprotkan emulsi tersebut ke

permukaan tanah yang kemudian diratakan dengan cangkul dan digaru. Pengaruh

soil conditioner ini dalam perbaikan struktur tanah dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain: berat molekul PAM, lengas tanah dan konsentrasi emulsi.

Soil conditioner yang paling murah adalah Emulsi bitumen. Reaksi bahan

ini dipengaruhi oleh modus bahan aktif bergerak ke arah titik pertemuan antara

butir-butir liat. Emulsi bitumen yang belum dirombak menyebabkan tanah bersifat

lebih hidrophobik, yang sangat bermanfaat bagi pembentukan agregat tanah yang

mudah mengeras dan mengurangi penguapan air jika dicampurkan pada

kedalaman 5-8 cm dari permukaan tanah. Untuk membuat tanah menjadi lebih

hidrophilik maka bagian aktif (karboksil) harus diberikan asam kuat melalui

sulfonasi atau penggunaan pengemulsi yang mengandung asam sulfonik sehingga

gugus aktif mengandung –HSO3-.

2.12. Pembangunan Berkelanjutan

Menurut komisi Brundtland (Soerjani dkk, 2006) mendefinisikan

pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah ”pembangunan

yang mencukupi kebutuhan generasi sekarang tanpa berkompromi (mengurangi)

kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi aspirasi dan mencukupi

kebutuhan mereka sendiri” di samping itu kemudian muncul berbagai batasan

tentang pembangunan yang terdukung dan berkelanjutan itu. Word Consevation

Society (WCS), IUCN bersama UNEP dan WWP yang antara lain menekankan

makna pembangunan pada perbaikan social-ekonomi, pemanfaatan secara lestari

sumberdaya alam serta perhatian pada daya dukung dan keanekaragamannya

dalam jangka panjang.

International Institute for Sustainable development (IISD) di Naitoba

(Kanada) pimpinan Dr. Arthur Hanson merumuskan: “Sustainable development

means conducting business in a way which meet the need of the enterprice and its

Page 39: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

63

stakehorders today while protecting, sustaining, and enhanding the human and

natural resourses needed tomorrow” (Soerjani, 2006).

Selanjutnya pembangunan baru dikatakan sustainable apabila pemanfaatan

sumberdaya alam dilaksankan sehemat mungkin, seefisien dan seefektif mungkin.

Di samping itu perlu diupayakan nilai tambah sumberdaya alam itu melalui

rekayasa teknologi jasa, budaya dan seni. Andaikata kita memerlukan sumberdaya

alam sebesar 17-18%, kalau hal itu direkayasa dengan memberikan nilai tambah,

tabungan kita cukup besar, sehingga sisa yang dikonsumsi masih cukup untuk

merehabilitasi atau memulihkan sumber daya alam yang kita pergunakan.

Syahyuti (2006) meberikan makna secara umum tentang pembangunan

yang berkelanjutan yaitu “upaya menciptakan suatu kondisi, berbagai

kemungkinan, dan peluang bagi tiap anggota atau kelompok masyarakat dari tiap

lapisan sosial, ekonomi dan budaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya

tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap alam”. Selanjutnya dikatakan

pembangunan berkelanjutan terdapat tiga aspek penting yang membangunnya

yaitu pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, pembangunan sosial yang

berkelanjutan dan pengelolaan kualitas lingkungan hidup yang berkelanjutan.

Emil Salim (Syahyuti, 2006) memberikan definisi pembangunan

berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat

dari sumberdaya alam dan sumberdaya manusia dalam pembangunan.

Pembangunan berkelanjutan menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia

untuk meningkatkan hidupnya di satu sisi, dengan pemeliharaan sumberdaya

alam dan ekosistem di sisi lainnya. Jadi pertumbuhan ekonomi tetap berjalan,

namun bersama-sama dengan proteksi terhadap kualitas lingkungan. Satu sama

lain harus saling bersinergi. Agar lingkungan tetap terjaga, maka manusia jangan

mengambil lebih dari apa yang dia berikan ke alam.

Selanjutnya Suripin (2004) mengemukakan bahwa konsep pembangunan

yang berkelanjutan menjadikan konservasi sumberdaya alam sebagai pusat

perhatian. Hampir semua dari kita setuju konsep dasar konservasi adalah ”Jangan

membuang-buang sumberdaya alam”.

Page 40: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

64

2.13. Kerangka Berpikir dan Hipotesis

2.13.1. Kerangka Berpikir

Tanah dan air merupakan sumberdaya alam karunia Tuhan. Manusia

diberikan mandat untuk memeliharanya, bukan dengan tidak menjamahnya tetapi

mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam tersebut berdasarkan azas

kelestarian untuk mencapai kemakmuran yang dapat memenuhi kebutuhan

sekarang dan generasi yang akan datang. Hal ini sesuai dengan inti dari

pembangunan berkelanjutan, yang adalah isu pokok seluruh permasalahan

pembangunan, yaitu pembangunan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan

hidup, pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana, kelestarian produksi

terhadap konsumsi dan penanggulangan kemiskinan.

Sebagai suatu bangsa yang mendapat karunia, maka bangsa Indonesia

mempunyai kewajiban untuk memanfaatkan sumber daya alam berdasarkan asas

kelestarian untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, kesejahteraan

masyarakat dan negara. Disamping kesadaran masyarakat/petani untuk melakukan

konservasi tanah dan air, perlu adanya kaidah-kaidah konservasi tanah yang

diwujudkan dalam suatu kebijakan pemerintah yang secara operasional dapat

diterapkan di lapangan.

Apabila pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan lahan tidak

diimbangi dengan pemanfaatan yang baik dan benar menurut kaidah-kaidah

konservasi tanah dan air, maka hal ini akan mengancam kehidupan manusia

untuk masa yang akan datang

Menurut School (Sahaka, 1998) mengemukakan bahwa pada umumnya

pembangunan Agraria itu di pandang sebagai tujuan utama dari perkembangan

pedesaan. Faktor-faktor yang penting yang berpengaruh menentukan dalam

realisasi tujuan itu adalah: (a) Perbandingan manusia dengan tanah, luas lahan

yang tersedia bagi seorang petani untuk keperluan pertanian, (b) Kepadatan dan

pertambahan penduduk, (c) Perkembangan industri dan urbanisai, (d) Sistem

kebudayaan yang cocok, (e). Struktur sosial yang cocok, (f) Struktur agraria yang

baik, (g) Penggunaan metode dan teknik yang baru, jenis tanaman baru, pendek

kata penerapan gagasan baru (inovasi baru), (h) Adanya fasilitas informasi dan

Page 41: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

65

komunikasi yang baik, (i) Faktor infrastruktur agraria yang baik, jalan, pasar, dan

sistem kredit.

Konservasi sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) adalah pengelolaan

sumber daya alam yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk

menjamin kesinambungan persediaannya, dengan tetap memelihara dan

meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya. Hal ini dimaksudkan untuk

terwujudnya kelestarian sumber daya alam serta kesinambungan ekosistemnya

sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan petani dan

kehidupan manusia.

Dalam kontek pembangunan berkelanjutan maka upaya konservasi tanah

dan air perlu dimaknai dengan pemanfaatan sumber daya alam, tanah dan air yang

bertanggung jawab dengan prinsip akan menjamin persediaan sumber daya alam

tersebut agar tidak akan habis.

Menurut Arifin (2001) bahwa umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota

keluarga, tingkat pendapatan di luar usahatani, jarak kejalan (pasar), faktor

kelembagaan, status kepemilikkan lahan, keanggotaan dalam suatu organisasi dan

akses dalam bantuan teknis dapat mempengaruhi petani dalam melakukan

konservasi tanah dan air.

Selanjutnya ada beberapa yang dapat mempengaruhi petani dalam

melakukan konservasi tanah dan air yang bersifat internal/karakteristik petani

yaitu umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, kepemilikan media

massa, keikutsertaan dalam kelompok, pendapatan, luas lahan serta status

kepemilikan lahan dan faktor lingkungan yang bersifat eksternal yang dapat

mempengaruhi petani dalam melakukan konservasi tanah dan air yaitu faktor pisik

dan faktor sosial diantaranya: Tersedianya teknologi usahatani konservasi,

tersedianya permodalan usahatani konservasi, lembaga sosial, adanya organisasi

usahatani konservasi dan nilai sosial budaya. yang tidak kalah pentingnya adanya

interaksi dan intensitas komunikasi yang efektif antara pelaku pembangunan

(stakeholder) yang bermakna konservasi seperti intensitas komunikasi sesama

petani, intensitas komunikasi dengan pengelola taman nasional, intensitas

komunikasi dengan media massa dan intensitas penyuluhan serta yang terakhir

adalah perilaku petani itu sendiri yang terdiri dari aspek pengetahuan, sikap dan

Page 42: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

66

tindakan yang memadai sehingga usahatani yang bermakna konservasi tanah dan

air dapat dipahami yang selanjutnya dapat diterapkan dalam usahataninya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka berpikir penelitian ini secara

skematis disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Model kerangka berpikir penelitian Intensitas komunikasi petani di daerah penyangga kawasan taman nasional dalam melakukan konservasi tanah dan air secara berkelanjutan di daerah penyangga kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Karakteristik Petani (X1)

(X1.1) Umur

(X1.2) Tingkat Pendidikan

(X1.3) Pengalaman berusahatani

(X1.4) kepemilikkan Media massa

(X1.5) Keikutsertaan dalam kelompok

(X1.6) Pendapatan

(X1.7) Luas lahan garapan

(X1.8) Status kepemilikan lahan

Faktor Lingkungan (X2)

(X 1.2 ) Teknologi Usahatani konservasi

(X 2.2 ) Permodalan Usahatani konservasi

(X 3.2 ) Lembaga Sosial

(X 4.2 ) Organisasi Usahatani konservasi

(X 5.2 ) Nilai sosial budaya

Intensitas Komunikasi (Y1)

(Y 1.1 ) Intensitas komunikasi dengan sesama petani

(Y 2.1 ) Intensitas komunikasi dengan pengelola TNGP

(Y 3.1 ) Intensitas komunikasi dengan media massa/ keterpaan media massa

(Y 4.1 ) Intensitas Penyuluhan

(Y 1.2 ) Pengetahuan (Y 2.2 ) Sikap

(Y 3.2 )

Tindakan

Perilaku Petani Dalam Melakukan Konservasi Tanah dan Air Secara Berkelanjutan (Y2)

Page 43: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

67

2.13.2. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran, maka hipotesis

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Intensitas komunikasi petani (Y1) daerah penyangga kawasan taman

nasional secara signifikan dipengaruhi oleh karakteristik petani (X1) dan

faktor lingkungan (X2). Adapun model konseptual hipotesis pertama

disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Model konseptual hipotesis kedua

2. Faktor karakteristik petani (X1) daerah penyangga kawasan taman

nasional dan faktor lingkungan (X2) secara signifikan mempengaruhi

perilaku petani dalam melakukan konservasi tanah dan air secara

berkelanjutan. Adapun model konseptual hipotesis kedua disajikan pada

Gambar 3.

Gambar 3. Model konseptual hipotesis pertama

Karakteristik Petani (X1)

Faktor Lingkungan

(X2)

Perilaku Petani (Y2)

Karakteristik Petani (X1)

Faktor Lingkungan

(X2)

Intensitas Komunikasi

(Y1)

Page 44: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Petani · Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda ... tidak selalu lewat proses belajar formal dan selalu bertambah melalui rangkaian

68

3. Perilaku petani daerah penyangga kawasan Taman Nasional Gunung Gede

Pangrango (TNGP) dalam melakukan konservasi tanah dan air secara

berkelanjutan (Y2) secara signifikan dipengaruhi oleh intensitas

komunikasi (Y1). Adapun model konseptual hipotesis ketiga disajikan

pada Gambar 4.

Gambar 4 Model konseptual hipotesis ketiga

Intensitas Komunikasi

(Y1)

Perilaku Petani (Y2)