kak rtsp dan rtj ((buton)
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
1/95
0 | P a g e
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
2/95
1 | P a g e
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam UU No 29 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-
Undang No 15 tahun 1997 tentang Ketransmigrasian dan RPP,
mengamanatkan bahwa Pembangunan transmigrasi berbasis kawasan
yang memiliki keterkaitan dengan kawasan disekitarnya, membentuk satu-
kesatuan dalam sistem pengembangan ekonomi wilayah. Pembangunan
kawasan transmigrasi dirancang secara holistik dan komprehensif sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW).Pembangunan Kawasan
Transmigrasi dapat berbentuk Wilayah Pengembangan Transmigrasi
(WPT) atau Lokasi Permukiman Transmigrasi (LPT).Pembangunan
Wilayah Pengembangan Transmigrasi diarahkan untuk mewujudkan pusat
pertumbuhan baru atau sebagai kawasan perkotaan baru. Sedangkan
Lokasi Permukiman Transmigrasi diarahkan untuk mendukung pusat
pertumbuhan yang telah ada atau yang sedang berkembang sebagai
kawasan perkotaan baru.
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT) adalah sebagai
dasar untuk mewujudkan pembangunan kawasan transmigrasi,
pengembangan masyarakat dan kawasan transmigrasi. Dalam RPP
pelaksanaan UU 15/1997 yang telah diubah dengan UU 29/2009,
Penyusunan RKT dilaksanakan secara bertahap mulai dari perencanaan
WPT dan LPT, kemudian dilanjutkan dengan Penyusunan Rencana Satuan
Kawasan Pengembangan (RSKP) dan secara lebih rinci dibuat Rencana
Teknis Satuan Permukiman.
Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP)menghasilkan dokumen
perencanaan sebagai pedoman dan arahan untuk pembukaan lahan dan
pembangunan permukiman transmigrasi. Disamping itu agar kawasasn
transmigrasi tidak terisolir diperlukan Perencanaan jalan untuk
menghubungkan pemukiman /kawasan transmigrasi dengan pusat
pertumbuhan terdekat.
Kedepan untuk lebih memeratakan hasil pembangunan dan
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam di permukiman yang
sudah ada di luar Jawa,Sumatera dan Bali,pembangunan transmigrasitidak hanya merencanakan pembangunan pemukiman-pemukiman baru
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
3/95
2 | P a g e
saja (SP baru), namun sudah saatnya direncanakan pula pembangunan SP
pugar. Konsep dan pendekatannya adalah, satuan pemukiman baru yang
direncanakan akan diintegrasikan dengan permukiman penduduk
lokal/setempat yang akan dipugar menjadi satu kesatuan pemukiman (SP
Pugar). Disamping itu dalam rangka mewujudkan satu kesatuan
pengembangan ekonomi wilayah, pemukiman - pemukiman transmigrasi
akan di integrasikan dengan desa setempat (SP tempatan) masuk dalam
satu kesatuan SKP.
Penyusunan RTSP dan Rencana Teknis Jalandiperlukan untuk
mendukung program pembangunan pemukiman transmigrasi pada tahun
berikutnya.
1.2. Maksud ,Tujuan Dan Sasaran Penyusunan RTSP dan RTJ
Maksud dari penyusunan RTSP dan RTJ adalah mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya alam oleh sumberdaya manusia yang
berkualitas, mengacu kepada keterbatasan lingkungan yang sekaligus
mendukung terciptanya lingkungan permukiman transmigrasi yang
terintegrasi dengan penduduk lokal secara aman, produktif dan
berkelanjutan.
Tujuannyaadalah menyusun :
1. Rencana detail pemanfaatan ruang SP.
2. Rencana Teknis Jalan (struktur dan geometrik jalan) penghubung/poros.
3. Rencana detail pola usaha pokok dan pengembangan usaha yang dapat
dikembangkan.
4. Rencana jenis transmigrasi yang akan dilaksanakan.5. Rencana Kebutuhan Pembangunan SP dan Pembangunan Jalan Poros.
Sasaran dari perencanaan ini adalah untuk :
1. Terarahnya pemerataan pembangunan di permukiman transmigrasi.
2. Terbangunnya jalan penghubung (kolektor primer)/poros (lokal primer)
sesuai dokumen perencanaan teknis jalan yang disyaratkan secara
efektif dan efisien.
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
4/95
3 | P a g e
3. Tersedianya informasi mengenai jumlah penduduk lokal dan Jumlah
Transmigran yang bisa ditempatkan.
4. Berkembangnya komoditas unggulan/potensial di calon permukiman
transmigrasi untuk mendukung pengembangan ekonomi kawasan.
5. Terciptanya keselarasan, keserasian, keseimbangan antar lingkungan
permukiman transmigrasi dan desa-desa setempat dalam kawasan.
Adapun fungsi /manfaatRTSP ini adalah ;
1. Mengetahui jumlah transmigran yang dapat ditempatkan di calon
pemukiman transmigrasi
2. Mengetahui jumlah rumah untuk transmigran yang perlu dibangun,
rumah penduduk lokal yang harus dipugar dan dibangun untuk pecahan
KK.
3. Sebagai arahan pembukaan lahan , pembangunan jalan dan
pembangunan rumah untuk calon permukiman transmigrasi
4. Mengetahui jenis dan volume saprotan yang diperlukan untuk
pengembangan usaha pertanian sesuai dengan kondisi lahan calon
permukiman transmigrasi
5. Mengetahui perkiraan kualifikasi SDM yang dibutuhkan untuk
pembangunan dan pengembangan permukiman transmigrasi
1.3. Ruang Lingkup Wilayah
Lokasi yang akan direncanakan adalah sebagai berikut :
1. Lokasi Sungai Tekam SP.1, Kab. Sanggau, Prov. Kalimantan Barat.
2. Lokasi Batubi Jaya SP.2, Kab. Natuna, Prov. Kepulauan Riau.
3. Lokasi Lito SP.2, Kab. Boalemo, Prov. Gorontalo.4. Lokasi Raut Muara SP.1, Kab. Sanggau, Prov. Kalimantan Barat.
5. Lokasi Desa Kabera, Kab. Morowali, Prov. Sulawesi Tengah.
6. Lokasi Rantekarua SP.3, Kab.Toraja Utara, Prov.Sulawesi Selatan.
7. Lokasi Desa Meok, Kab.Bengkulu Utara, Prov.Bengkulu.
8. Lokasi Sepa, Kab.Maluku Tengah, Prov.Maluku.
9. Lokasi Desa Manyoe Peramba, Kab.Morowali Utara, Prov.Sulawesi Tengah.
10. Lokasi Patlean SP.6, Kab.Halmahera Timur, Prov.Maluku Utara
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
5/95
4 | P a g e
1.4. Luaran
Hasil penyusunan RTSP dan RTJ ada 2 (dua) produk yaitu :
1. RTSP, terdiri atas :
a. Dokumen Laporan,
b. Album Peta dan,
c. Pilok
d. RAB
e. CD
2. RTJ, terdiri atas :
a. Dokumen Laporan akhir,
b. Gambar kerja,c. RKS dan Spesifikasi Teknis,
d. RAB
1.5. Landasan Hukum
Landasan hukum untuk penyusunan RTSP ini adalah:
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-
Undang No.15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 131);
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian
(Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3682,
Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 37);
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3472);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Transmigrasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
6/95
5 | P a g e
Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3800).
II. KRITERIA PEMILIHAN TIPE SP
Untuk mengetahui type SP yang akan direncanakan terlebih dahulu perlu
diketahui kriteris untuk setiap type SP.
2.1. Kriteria Pemilihan SP Baru
1. Lahan Potensial
Lahan potensial seluas antara 1.000 Ha1.600 Ha, yang bisa
dikembangkan untuk 300 500 KK.
2. Aspek Legalitas1. Desa yang diusulkan SP masuk ke dalam SK Pencadangan Areal
yang berada diluar kawasan hutan atau ijin lokasi/HGU
perusahaan;
2. Diterbitkan SK-HPL;
3. Lokasi yang dipilih sesuai urutan prioritas dari Rencana Rinci SKP.
2.2. Kriteria pemilihan SP Pugar
1. Jumlah Penduduk
Desa yang dipilih untuk SP Pugar, berpenduduk minimal 100 KK dan
maksimal 200 KK.
2. Lahan Potensial
a. Ada lahan potensial seluas antara 250 Ha 500 Ha, yang bisa
dikembangkan untuk 100200 KK;
b. Jarak lahan potensial maksimal 1,5 km dari permukiman penduduk
setempat (dusun/desa yang di pugar);
c. Areal survai mencakup desa yang dipugar dan areal lahan
potensial calon permukiman baru, yang mencakup sebagian atau
seluruh dari wilayah administrasi desa dengan luasan antara 1.000
1.600 Ha.
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
7/95
6 | P a g e
3. Aspek Legalitas
a. Desa yang diusulkan SP Pugar masuk ke dalam SK Pencadangan
Areal yang berada diluar kawasan hutan atau ijin lokasi/HGU
perusahaan;
b. Penduduk setempat menginginkan dan mengusulkan adanya
transmigran di desanya dan telah menyerahkan lahan nya
(berdasarkan Surat Keterangan Tanah) yang ditanda tangani
minimal oleh 85 % pemilik tanah dan mencakup luas 85 % dari luas
yang akan diserahkan yang dituangkan dalam BA;
c. Telah ada hasil konsolidasi lahan yang diterbitkan oleh Kantor
Pertanahan Kabupaten dan telah diterbitkan SK HPL untuk
pembangunan pemukiman transmigrasi.
2.3. Kriteria Pemilihan SP Tempatan
1. Lokasi terisolir;
2. Tidak memiliki lahan untuk pemukiman transmigrasi;
3. Dapat digabung dengan pemukiman transmigrasi dalam satu satuan
SKP dengan jarak antara pemukiman /desa penduduk setempat
dengan pemukiman transmigrasi terdekat < 7 km;
4. Penyusunan Rencana SP Tempatan berdasarkan hasil kesepakatan
musyawarah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dengan Kepala
Desa dan masyarakat setempat.
III. RUANG LINGKUP KEGIATAN
Secara singkat penyusunan RTSP dan RTJ mengikuti tahapan sebagai berikut:
Persiapandata sekunder dan peta-peta pendukung
Koordinasi
Musyawarah I
Orientasi Lapangan
Survai lapangan :
Untuk penyusunan RTSP
o Survai pendahuluan
- Survai dan pemetaan seluruh areal survai;
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
8/95
7 | P a g e
- Survai dan pemetaan penduduk peserta pugar (untuk survai
pugar);
- Survai tanah dan evaluasi kesesuaian lahan ;
- Survai penggunaan lahan dan sumber daya hutan;
- Survai iklim dan hidrologi ;
- Survai kependudukan dan sosial budaya;
- Survei dan pemetaan rumah penduduk,sarana dan
prasaranayang harus dipugar (untuk SP Pugar);
- Survai agro ekonomi:
o Musyawarah II;
o Survai detail di calon areal permukiman :
- Survai topografi
- Survai tanah
- Survai penggunaan lahan dan sumber daya hutan
- Pembuatan sumur uji
o Pengolahan data dan analisa lapang;
o Penyusunan RTSP Tentative;
o Rencana pembukaan lahan ;
o Musyawarah III.
Untuk penyusunan RTJ
o Reconaissance Survei;
o PemasanganBench Markdan patok-patok sementara;
o Pengukuran Polygon/Traverse;
o Pengamatan matahari/azimuth geografis;
o Pengukuranbedatinggi;
o Pengukuran Cross Section;
o Pengukuran situasi sungai/jembatan;
o Pembuatan peta tentatifAlinemen HorizontalJalan
o Staking Out;
o Penelitian mekanika tanah dan sumber material;
o Survei hidrologi dan lingkungan ;
o Survei sosial dan ekonomi;
o Foto lapangan. Pengolahan data, analisa dan penyusunan RTSP di Lapangan
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
9/95
8 | P a g e
Penilaian Aksesibilitas;
Penilaian fisik lahan;
Penilaian status lahan;
Penilaian ketersediaan air dan resiko banjir;
Penilaian Kesesuian permukiman;
Penilaian kependudukan dan sosial budaya.
Penyusunan Rencana Teknis SP Tentative
Penataan desa pugar;
Penyusunan rencana tata ruang pemukiman .
Musyawarah III
Penajaman Analisa dan penyusunan Rencana
Untuk pekerjaan RTSP
o Penajaman pengolahan Data dan Analisa
- Telaahan Kebijakan;
- Identifikasi kedudukan SP dalam hirarki pusat;
- Penilaian Aksesibilitas;
- Penilaian fisik lahan;
- Penilaian status lahan ;
- Penilaian ketersediaan air dan resiko banjir;
- Penilaian Kesesuian permukiman ;
- Penilaian kependudukan dan sosial budaya.
o Penyusunan RTSP Definitive
- Luasan SP ;
- Rencana Detail Pemanfaatan ruang SP;
- Rencana Pembukaan lahan SP ;
- Rencana Penyiapan bangunan SP :
o Rencana detail pola usaha pokok dan pengembangan usaha yang
dapat dikembangkan;
o Perhitungan Kelayakan usaha transmigran;
o Telaahan Lingkungan ;
o Rencana Daya Tampung Penduduk SP ;
o Rencana jenis transmigrasi yang akan dilaksanakan;
o Rencana Kebutuhan Pembangunan SP . Untuk pekerjaan RTJ
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
10/95
9 | P a g e
o Perhitungan Volume Pekerjaan Pelaksanaan Fisik Pembuatan
Jalan;
o Penyempurnaan Desain Jalan sesuai Standar Geometrik Jalan;
o Analisis Data;
o Estimasi Volume Pekerjaan dan Biaya.
IV. RINCIAN KEGIATAN
4.1. Persiapan
Persiapan meliputi:
1. Literatur
Studi literatur dimaksudkan untuk mengetahui informasi awal
mengenai kawasan yang akan di studi.
2. Peta-peta yang harus dikumpulkan oleh konsultan pada pekerjaan ini
adalah:
Peta orientasi lokasi skala 1 : 500.000/1.1.000.000;
Peta alinemen horisontal jalan berikut struktur WPT/LPT dengan
batasan administrasi dan SKP/SP yang dilalui skala 1 : 250.000;
Peta alinemen harisontal jalan berikut striktiur dan SKP yang dilalui
atau yang berdekatan pada skala 1 : 50.000;
Hasil studi rencana terdahulu yang berhubungan dengan
penyusunan RTSP dan RTJ seperti : identifikasi wilayah potensi,
rencana kerangka jaringan transportasi pemukiman, rencana
jaringan jalan, Peta RKT, peta RSKP, dll;
Peta-peta lainnya.
3. Pembuatan Peta Dasar
Pembuatan Peta dasar diperlukan agar Peta Tematik yang disajikan
mempunyai koordinat yang sama dan memiliki unsur dasar yang sama
seperti garis pantai/pulau, permukiman,sungai, jalan dan batas
desa / batas administrasi. Pembuatan Peta Dasar menggunakan citra
penginderaan jauhyang mempunyai ketelitian skala 1: 5.000 namun
ditampilkan dalam peta 1:10.000.
4. Interpretasi Citra Satelit
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
11/95
10 | P a g e
Untuk mengetahui kondisi penutupan lahan awal areal studi, pola
drainase dan informasi awal mengenai landform secara perlu
dilakuakn interpretasi citra satelit.
5. Pembuatan Peta Rencana Kerja
Berdasarkan hasil studi literatur, interpretasi citra satelit dan hasil
pembuatan peta dasar , maka dibuat peta rencana kerja survei di
lapangan.
a. Untuk RTSP skala 1 : 10.000 yang meliputi rencana survai:
Rencana survai topografi;
Rencana survei posisi rumah-rumah serta lahan penduduk yang
akan dipugar, serta jalan dan Fasum desa eksisting (bila SP pugar);
Rencana survai tanah;
Rencana survai hidrologi;
Rencana survai penggunaan lahan;
Rencana survei potensi hutan (bila ada);
Rencana Chek posisi areal yang telah dllakukankonsolidasi tanah
untuk pemukiman transmigran.
b. Untuk RTJ skala 1 : 5.000 mencakup informasi-informasi antara lain :
Data kemiringan/slope(land unit slope) dan punggung bukit;
Pola drainase;
Alinemen horisontal rencana jalan;
Pusat-pusat pemukiman yang dilalui, nama kampung/kotanya bila
diketahui;
6. Persiapan peralatan survai lapangan baik alat, chek list dan persiapan
administrasi.
Konsultan harus menyiapkan peralatan survei dan bahan yang memadai
baik dari segi kualitas maupun kuantitas serta telah mendapat persetujuan
dari pihak Pemberi Tugas. Konsultan juga harus menyiapkan tenaga
personil sesuai dengan bidang tugas dan keahliannya.
4.2. Koordinasi
Koordinasi dimaksudkan sebagai upaya agar pekerjaan lapang berjalan
dengan lancar sesuai dengan rencana. Untuk itu perlu disiapkan
kelengkapan administrasi koordinasi dengan instansi terkait baik intern
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
12/95
11 | P a g e
maupun ekstern di tingkat pusat, diantaranya Dinas Transmigrasi Provinsi
dan Kabupaten, Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/Kab, Dinas
Perhubungan Prov/Kab, ASDP setempat sehubungan dengan prasarana
dan pemukiman transmigrasi yang akan direncanakan. Kegiatan ini dapat
dibantu oleh pengawas lapangan atau asisten pengawas lapangan.
Hal-hal yang perlu dikoordinasikan:
1) Pemantapan lokasi kegiatan;
2) Pencapaian lokasi;
3) Program Dinas yang menangani Transmigrasi terhadap pembangunan
fisik yang direncanakan dan UPT-UPT di sekitar lokasi proyek;
4) Program Pemda dan lintas sektor terkait;
5) Informasi kemampuan kontraktor di daerah tersebut;
6) Personil Dinas yang akan mengantar ke lokasi proyek.
4.3. Musyawarah I
Musyawarah dilakukan tiga kali bersama dengan kepala desa, tokoh
masyarakat dan masyarakat, aparat desa dan kecamatan, dinas yang
membidangi ketransmigrasian kabupaten/kota, pelaksana pekerjaan dan
wakil dari pusat. Musyawarah dilakukan sebanyak 3 kali:
Musyawarah tahap I dilaksanakan pada waktu tiba di lapangan :Pada
tahap ini merupakan pemantapan hasil sosialisasi sebelumnya yang
dilakukan oleh dinas kabupaten/kota.
Untuk SP baru, hasil musyawarah ini dituangkan dalam bentuk berita
acara yang antara lain berisi :
Persetujuan untuk dilakukan penyusunan tata ruang permukiman;
Kesepakatan terhadap data atau dokumen legalitas serta pernyataan
masyarakat;
Kesediaan menerima warga transmigran dari luar daerah tersebut
beserta dengan informasi lain yang diperlukan;
Penentuan waktu survai pendahuluan (inventarisasi calon peserta TPS,
identifikasi FU, identifikasi prasarana jalan dan identifikasi areal calon
permukiman baru) beserta pendamping baik dari tingkat kecamatan,
desa, dan warga desa yang berkepentingan; Penentuan waktu musyawarah II.
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
13/95
12 | P a g e
Untuk SP Pugar :
Sosialisasi konsep pemugaran;
untuk mengkonfirmasi kesepakatam yang telah dilakukan
sebelummnya, atas kesediaannya masyarakat untuk menerimatransmigran dalam satu kesatuan pemukiman dan ;
Kesepakatan terhadap data atau dokumen legalitas serta surat
penyerahan tanah yang telah mereka tandangani dan telah diterbitkan
surat persetujuannya dari BPN;
Menginventariir data rumah yang perlu dipugar;
Inventarisasi calon TPS ;
Usulan calon TPA; persetujuan dilakukan penyusunan tata ruang permukiman yang
terintegrasi dengan desa tersebut;
Pembuatan Berita Acara.
4.4. OrientasiLapangan
Orientasi lapang meliputi Batas areal studi , Batas areal survai sesuai peta
rencana kerja dan disempurnakan di lapangan, Orientasi calon
permukiman, penentuan untuk patok awal.
4.5. SurvaiLapangan
4.5.1. Untuk Kegiatan Penyusunan RTSP
Survai Pendahuluan di Seluruh Areal Survai (untuk SP pugar batas
administrasi desa)
1. Survai topografi meliputi :
o
Penentuan BM 0 dan baseline;o Survai kelerengan pada jalur rintisan per 500 m;
Untuk SP baru survei kelerengan diseluruh areal survai
sedangkan untuk SP pugar terbatas pada areal hasil konsolidasi
lahan untuk SP Pugar, survai dan Pemetaan topografi ada
tambahan yaitu:
Pemetaan posisi rumah penduduk, sarana dan prasarana
yang harus dipugar;
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
14/95
13 | P a g e
Pemetaan posisi FU dan jalan yang akan diperbaiki
(fungsional).
2. Survai Tanah pada jalur rintisan per-500 m di seluruh areal survai;
3. Survai Penggunaan Lahan Dan Sumber Daya Hutan pada jalur
rintisan per-500 m di seluruh areal survai;
4. Survai Iklim dan Hidrologi ;
5. Survai dan pemetaan penduduk peserta pugar :
o Inventarisasi nama-nama penduduk yang akan dipugar rumahnya;
o Inventarisasi pecahan KK dan lahan miliknya untuk dibangunkan
rumah;
o Identifikasi FU dan jalan yang akan diperbaiki (fungsional).
6. Survai Agro Ekonomi di desa calon pugar.
4.5.1.1. Survai Pendahuluan Topografi
A. Survai Kerangka dan Kelerengan ( SP baru di seluruh areal
survai , SP Pugar di Areal hasil konsolidasi lahan)
Survai pendahuluan topografi mengacu pada peta dasar sementara
dibuat Peta Kerja 1: 10.000 yang memuat:
o Jalur-jalur pengamatan guna penetuan titik-titik sampling lapangan;
o Patok-patok RSKP (BM dan Patok Areal Terekomendasi);
o Sejumlah GCP (Ground Control Point) titik control lapangan yang
menyebar di area survai;
o Kerangka pemetaan;
o Letak desa eksisting, jalur rintisan per 500 m dan kelas kemiringan
lahan sementara.
B. Pengukuran Pengikatan
Kerangka pemetaan /Base line harus diikatkan kepada titik referensi
berupa Titik Kontrol Nasional yang berada didekat lokasi. Apabila
tidak ditemukan titik kontrol nasional, maka dapat dipilih suatu titik
pada peta dasar yang dapat dikenali pada peta dan mudah dicari di
lapangan.
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
15/95
14 | P a g e
o Berdasarkan Peta Rencana Kerja Topografi, pengukuran harus
diikatkan terhadap patok hasil RSKP titik tetap (BM) dan Patok
areal terekomendasi.
o Pengukuran Pengikatan menggunakan theodolite ketelitian 30,
pengukuran sudut horizontal dilakukan bersamaan pengukuran
vertical (tachimetry).
o Datum vertikal dapat menggunakan ketinggian permukaan air laut
rata-rata atau ketinggian Baromatrik atau ketinggian patok BM
RSKP.
o Pada setiap BM, GCP dan titik penting lainnya di cek koordinatnya
dengan GPS.
o Ketelitian Pengukuran Pengikatan disyaratkan sebagai berikut:
Ketelitian sudut: 4n (n= jumlah titik polygon)
Ketelitian linier jarak: 1/2000
Ketelitian beda tinggi: 60 mmDKm (D= jumlah jarak dalam
Km).
C. Pengukuran Kerangka Pemetaan/ Base Line
o Kerangka Pemetaan/Base line direncanakan sedemikian rupadiatas Peta Kerja sehingga membagi areal survai menjadi dua
bagian yang sama besar.
o Jarak base line ke batas areal survai tidak boleh lebih dari 3 Km,
bila lebih harus dibuat base line yang sejajar dengan base line
pertama.
o Pemasangan Patok Beton (BM) setiap jarak 3 Km atau sekitar 60
titik polygon, sebagai titik control pengukuran. Sebagai titik controlbantu dibuat dari Bahan PVC di cor beton (BL), dipasang setiap
jarak 1 Km.
o Patok BM dibuat dengan ukuran 15 cm x 15 cmx 80 cm, ditanam
dengan bagian didalam tanah 60 cm. Patok BL menggunakan pipa
PVC diameter 4 inchi, panjang 80 cm, ditanam dengan bagian
didalam tanah 50 cm
o Pengukuran Base line menggunakan alat ukur theodolite dengan
kelengkapannya. Ketelitian pembacaan theodolite untuk sudut
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
16/95
15 | P a g e
horizontal minimal 30". Untuk pengecekan koordinat BM, BL dan
titik penting lainnya di cek dengan GPS.
o Pengukuran base line dilakukan pulang pergi atau merupakan loop
tertutup.
o Sudut horizontal diamati dengan pembacaan ke target belakang
bacaan biasa, lalu ke target depan bacaan biasa, lalu dengan
posisi teropong luar biasa target depan dibaca luar biasa, kemudian
diarahkan ke target belakang bacaan luar biasa (B B,LB LB)..
o Bersamaan dengan pengukuran horizontal dilakukan pengukuan
beda tinggi dengan metoda tachymetry. Selisih beda tinggi
pembacaan Biasa dan Luar Biasa ke target belakang tidak boleh
lebih dari 2 mm, demikian juga untuk target depan.
o Pengukuran jarak dilakukan dengan pita ukur pulang pergi.
o Jarak antara dua titik polygon yang berurutan 50 m maksimum
100m.
o Tingkat ketelitian pengukuran base line disyaratkan sebagai
berikut:
Ketelitian sudut: 4n (n= jumlah titik polygon)
Ketelitian linier jarak: 1/2000
Ketelitian beda tinggi: 60 mmDKm (D= jumlah jarak dalam
Km).
D. Pengecekan data Kemiringan Lahan
o Hasil digitasi citra satelit stereo yang telah melalui proses
pengolahan citra diperoleh data dalam bentuk DEM selanjutnya
dikonversi menjadi data kemiringan lahan.o Selanjutnya dibuat kelas-kelas kemiringan lahan sementara pada
seluruh areal survai RTSP pada peta kerja.
o Berdasarkan peta kerja dilakukan pengecekan kelas kemiringan
lahan sementara di lapangan, pengamatan merata pada setiap
kelas kemiringan lahan dan menyebar di seluruh areal survai.
Setiap kelas kemiringan minimal diamati sebanyak 5 titik.
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
17/95
16 | P a g e
o Pengecekan kemiringan lahan dilakukan pada titik-titik tertentu
dalam jalur rintisan per 250m sesuai dengan peta kerja dengan
memperhatikan kelas kemiringan yang akan dicek.
o Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat ukur
clinometer, kompas , pita ukur dan GPS.
o Pengamatan kemiringan dilakukan dengan jarak 50 m ke depan,
ke kanan dan kiri. Dari data prosentase kemiringan (%) yang
didapat baik positif/tanjakan maupun negatip/lereng, akan diambil
nilai yang maksimum.
o Tempat berdiri pengamatan dan titik target diamati koordinatnya
dengan menggunakan GPS, koordinat dalam UTM .
o Berdasarkan hasil pengamatan kemiringan lahan tadi di lakukan
perbaikan terhadap peta kemiringan lahan.
o Pengelompokan kemiringan lahan berdasarkan bentuk
topografinya terbagi atas beberapa kelas kemiringan lahan :
- Datar 03 %- Landai/ berombak 38 %- Bergelombang 815 %- Agak Berbukit 1525 %- Berbukit 2540 %- Bergunung > 40 %.
o Keberadaan detail alam pada jalur rintisan dan sekitarnya seperti
sungai, alur, rawa jalan dan sebagainya harus diukur koordinatnya
menggunakan GPS dan dimensinya di catat. Selanjutnya,
keberadaan detail-detail tersebut harus dicatat dan dibuat sketsa
lapangannya dalam buku ukur.
E. Pemetaan Posisi Rumah Penduduk , Sarana dan Prasarana Yang
Harus Dipugar
Dengan menggunakan hasil interpretasi citra satelit resolusi tinggi
skala 1: 10.000 namun dengan ketajaman skala 1 : 5.000, sangat
membantu dalam pemetaan tata letak permukiman dan fasilitas
umum, sebab permukiman akan terlihat jelas namun masih diperlukan
pengecekan di lapangan yaitu:
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
18/95
17 | P a g e
1. Pengecekan tata letak/posisi obyek yang ada di peta dengan skala
dilakukan:
Melakukan pengukuran on screen koordinat obyek-obyek yang
mudah diidentifikasi dengan mencatat dan membuat daftar
koordinat obyek tersebut.
Dengan menggunakan peta rencana kerja, posisi obyek-obyek
tersebut di cek koordinatnya di lapangan dengan menggunakan
GPS.
Berdasarkan hasil pengecekan bila terjadi perbedaan, maka
koordinat di peta disesuaikan dengan koordinat lapangan.
2. Pengukuran obyek di lapangan menyangkut: Luas bangunan dan luas tanah/ lahan pekarangan dengan
menggunakan GPS melakukan pengukuran pada setiap pojok
bangunan dan setiap pojok tanah/ lahan pekarangan.
Pengukuran ini harus melibatkan pemilik rumah dan tetangga
yang bersebelahan (sebelah Kanan, kiri dan belakang). Hal ini
dikaitkan nantinya dengan pemberian sertifikat hak milik atas
tanah melalui program Transmigrasi dengan luas maksimum 2
Ha.
Dengan GPS perlu di ukur letak/posisi, luas dan batas sawah,
empang, ladang, kebun di permukiman
Dengan menggunakan alat ukur theodolit dan waterpass
dilakukan pengukuran panjang dan lebar jalan di permukiman,
panjang dan lebar sungai/ saluran di permukiman.
3. Hasil pengukuran lapangan setelah melalui proses pengolahandata akan disajikan peta tata letak permukiman desa eksisting
dengan menggunakan GIS.
4.5.1.2. Survai Pendahuluan Tanah
Survai Pendahuluan Tanah seperti halnya survai topografi untuk
perencanaan SP baru dilakukan di seluruh areal survai , Sedangkan
untuk perencanaan SP Pugar terbatas di areal hasil kesepakatankonsolidasi lahan ditambah mengambil beberapa sampel mewakili di
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
19/95
18 | P a g e
Lahan yang diusahakan penduduk setempat.
Survei tanah merupakan kegiatan pengumpulan data kimia, fisik, dan
biologi dilapangan maupun dilaboratorium, dengan tujuan pendugaan
penggunaan lahan umum maupun khusus.
Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan
memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah, yang
mempunyai kesamaan sifatkedalam satuan peta tanah tertentu. Sifat
dari satuan peta secara singkat dicantumkan dalam legenda,
Sedangkan uraian lebih detail dicantumkan dalam laporan survei
tanah yang selalu menyertai peta tanah tersebut (Hardjowigeno,1995). Hasil survei tanah ini selanjutnya akan digunakan dalam
proses penilaian kesesuaian lahan.
Survei tanah akan memiliki kegunaan yang tinggi jika teliti dalam
memetakannya, hal itu berarti :
Tepat mencari site yang representatif, tepat meletakkan site
pada peta yang harus didukung oleh peta dasar yang baik;
Tepat dan benar dalam mendeskripsi profil serta menetapkan
sifat-sifat morfologinya;
Tepat dalam mengambil contoh tanah yang representatif;
Benar dalam melakukan analisis laboratorium.
Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam survei tanah:
1. Metoda Grid Kaku (Rigid Grid)
a. Diterapkan pada survei tanah semi detil sampai dengan
detil, dimana tidak tersedia foto udara.
b. Kalaupun foto udaranya tersedia, mungkin skalanya terlalu
kecil dan mutunya sangat rendah
c. Daerah yg disurvei tertutup awan/kabut
d. Kenampakan permukaan tidak jelas atau daerahnya sangat
homogen dan datar
e. Daerah yang disurvei tertutup vegetasi yg rapat dan lebat
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
20/95
19 | P a g e
f. Daerah survei berrawa, padang rumput atau savana yang
tidak menampakkan gejala permukaan.
Dalam metoda ini, pengamatan dilakukan dalam pola teratur pada
interval titik pengamatan yang berjarak sama dalam kedua arah.
Sangat cocok diterapkan pada daerah-daerah di mana posisi
pemeta, sukar ditentukan dengan pasti.
Keuntungan Metoda Grid-Kaku: Tidak memerlukan tenaga
surveyor yang berpengalaman, karena lokasi titik-titik pengamatan
sudah di plot pada peta rintisan (peta rencana-pengamatan).
Kerugian Metoda Grid-Kaku: Perlu waktu sangat lama, terutama
untuk kondisi lokasi / medan yang berat. Penggunaan titik
pengamatan tidak efektif. Sebagian dari lokasi pengamatan,
tidak mewakili satuan peta yang dikehendaki (misal pada tempat
pemukiman, daerah peralihan satuan lahan dll).
2. Metoda Fisiografik (dengan bantuan foto udara)
a. Sangat efektif pada survei tanah berskala < 1 : 25.000, dan
tersedia foto udara berkualitas cukup tinggi.
b. Hampir semua batas satuan peta diperoleh dari IFU,
sedangkan kegiatan lapangan hanya untuk mengecek batas
satuan peta dan mengidentifikasi sifat dan ciri tanah masing
masing satuan peta.
c. Pengamatan dilakukan pada tempat-tempat tertentu pada
masing-masing satuan peta.
Gambar Lokasi titik observasi pada metode fisiografik : jumlah
pengamatan pada tiap-tiap satuan peta tergantung Ketelitian IFU (
intepretasi foto udara) dan keahlian serta kemampuan surveyor
dalam memahami hubungan fisiografi dan keadaan
tanah.Kerumitan (kompleks tidaknya) satuan peta tersebut. Makin
rumit dan makin banyak luasan satuan peta sehingga jumlah
pengamatannya pun semakin banyak.
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
21/95
20 | P a g e
3. Metoda Grid Bebas
a. Perpaduan metoda grid-kaku dengan metoda fisiografi.
b. Digunakan pada survei detil sampai dengan semi-detil, yang
kemampuan foto udara dianggap terbatas dan di tempat-
tempat yang orientasi lapangan cukup sulit.
c. Pengamatan lapangan dilakukan pada titik-titik seperti pada
grid-kaku, tapi jarak titik-titik pengamatan tidak perlu sama
dalam dua arah, tetapi tergantung keadaan fisiografi.
d. Jika terjadi perubahan fisiografi yang menyolok dalam jarak
dekat pengamatan akan lebih rapat.
e. Jika bentuk-lahan relatif seragam maka pengamatan akan
renggang.
f. Sangat baik diterapkan oleh surveyor yang belum
berpengalaman dalam IFU.
Variasi Penentuan Titik Observasi Dalam Survei Tanah
1. Penentuan titik observasi dalam Daerah Kunci (Key Area). Fungsi
Key Areaadalah :
a. Untuk mempelajari tanah secara lebih detil daripada skala
peta final.
b. Untuk membuat definisi satuan peta dengan menyusun
legenda peta sementara.
c. Untuk membuat korelasi antara SPT dg citra foto.
d. Untuk mengumpulkan data SDL (pola tanam, LU, produksi,
dosis pupuk dll) secara lebih lengkap. Beberapa syarat
daerah kunci adalah :
- Dapat mewakili sebanyak mungkin satuan yg ada dibuat
pada daerah yang hubungan tanah-landskap dapat
dipelajari dengan mudah.
- Tidak boleh sejajar dengan batas landform.
- Usahakan mencakup semua satuan peta yang ada.
- Jumlahnya harus memadai.
- Aksesibilitasnya tinggi
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
22/95
21 | P a g e
2. Penentuan Titik Observasi Dalam Transek juga merupakan
daerah pewakil sederhana dalam bentuk jalur/rintisan yang
mencakup satuan landform, sebanyak mungkin.
Key Area Metode survei tanah menggunakan dua pendekatan
utama, yaitu pendekatan sintetik dan analitik:
o Pendekatan Sintetik Untuk membagi permukaan tanah
sebagai suatu satuan peta tanah adalah dengan cara
mengamati, mendeskripsikan dan mengklasifikasikan profil-
profil tanah sesuai dengan taksonomi yang digunakan
sebagai acuan untuk memberi batas pada peta tanah yang
ada, batas tersebut dapat digunakan untuk menggabungkan
daerah sekitar pengamatan yang memiliki profil serupa atau
yang berbeda dengan yang lain seusai denga klasifikasi
taksonomi yang digunakan.
o Pendekatan analitik dilakukan di daerah survei tersebut
dengan cara: Hal yang dilakukan pertama adalah interpretasi
foto udara yang ada atau didapat dari citra satelit, gunakan
acuan sifat-sifat tanah yang dapat dilihat dengan
menggunakan foto udara seperti jenis topografi, vegetasi dan
bahan induk ( warna ) sehingga dapat menentukan jenis
landformnya. Kemudian memberi batas-batas permukaan
tanah yang memiliki sifat-sifat tanah yang dianggap berbeda-
beda. Melaksanakan karakterisasi satuan-satuan yang
dihasilkan melaluipengamatan dan pengambilan contoh tanah
di lapangan.
Pemetaan tanah yang akan dilakukan adalah untuk menghasilkan
peta tanah di wilayah perencanaan pada skala 1: 10.000 dengan
menggunakan klasifikasi tanah sistem taksonomi tanah USDA/FAO
pada kategori famili atau seri dengan fasenya. Satuan peta yang
diperoleh adalahKonsosiasi, beberapa kompleks dan asosiasi, satuan
tanah yang ditampilkan adalah Famili atau Seri. Pola penyebaran
tanah berdasarkan homogenitas karakteristiknya sehingga terbentuk
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
23/95
22 | P a g e
soil mapping unit atau satuan peta tanah (SPT).
Survei Pemetaan dan pengamatan tanah ini dilakukan dengan
menggunakan unsur-unsur satuan-unsur satuan peta tanah yang
terdiri dari satuan tanah, landform, relief dan bahan induk. Untuk
mempermudah dalam pemetaan dan pengamatan tanah serta
mempercepat waktu pelaksanaan survei , digunakan citra satelit yang
jenisnya sama dengan digunakan untuk survei topografi yaitu data
SPOT 5 atau Allos, untuk melakukan identifikasi satuan-satuan peta
tanah.Sebelum dilakukan survei pengamatan tanah terlebih dahulu
dibuatkan peta kerja pengamatan tanah/Peta Satuan Lahan Homogen
sementara yang selanjutnya akan dipergunakan sebagai dasarevaluasi lahan setelah dilakukan revisi delineasi berdasarkan kondisi
lapangan. Unsur-unsur pembentuk satuan lahan homogen adalah
suatu lokasi wilayah yang mempunya satuan tanah yang homogen
terdiri dari relief, landform, bahan induk (peta geologi), penggunaan
tanah. Peta satuan Lahan Homogen ini selanjutnya akan dilakukan
proses evaluasi kesesuaian lahan.Peta satuan lahan homogen
disusun terdiri dari landform, relief, bahan induk dan penggunaan
tanah.
Tatacara survei tanah :
1. Tujuan survei tanah ini dilakukan untuk mengklasifikasikan jenis-
jenis tanah diwilayah perencanaan pada skala 1:10.000 dan
mengumpulkan karekteristik dan kualitas tanah untuk tujuan
evaluasi lahan. Karakteristik lahan yang merupakan gabungan
dari sifat-sifat lahan danlingkungannya diperoleh dari data yang
tertera pada legenda peta tanah danuraiannya, peta/data iklim
dan peta topografi/elevasi.
2. Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi
lahan dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu
topografi, tanah dan iklim. Karakteristik lahan tersebut (terutama
topografi dan tanah) merupakan unsur pembentuk satuan peta
tanah.
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
24/95
23 | P a g e
3. Penentuan titik Pengamatan dilakukan dengan berdasarkan
satuan peta lahan homogen dengan jumlah titik pengamatan
dilakukan proporsional dengan luasan dan tingkat homogenitas
karakteristik tanah pada masing-masing satuan peta tanah.
4. Pengamatan tanah dilakukan dengan cara pengamatan
penampang profil dan pengeboran pada masing-masing titik
pengamatan yang mewakili masing-masing satuan peta tanah
homogeny
5. Pengamatan tanah dilapangan dilakukan berdasarkan petunjuk
survei soil survey staff/Dokumen Petunjuk Pengamatan tanah
dari Balai Besar Sumberdaya Lahan/Puslittanak tahun 1993.
Contoh Tabel deskripsi profil dan pengeboran lihat lampiran.
Sedangkan pengamatan pengujian kesuburan dilapangan
dilakukan dengan mengunakan soil test kit kesuburan tanah.
6. Jumlah profil pewakil masing-masing SPT minimal 2 profil dan
jumlah titik pengeboran mengikuti jalur transek (sedikitnya
dilakukan pada beberapa lokasi yaitu pada bagian lereng bawah,
lereng tengah, lereng atas/puncak, sehingga akan diperoleh 3-5
titik setiap satuan lahan), atau minimal 1 titik pengamatan untuk
luasan 12,5 ha di seluruh areal survai ..
7. Jika extrapolasi berdasarkan kesamaan karakteristik landform,
bahan induk dan relief.
8. Setiap SPT akan diambil sampel tanah komposit minimal 2
sampel komposit, pada kedalaman 0-30 dan 30-60 cm yang
selanjutnya akan dilakukan analisa laboratorium untuk penilaian
kesuburan tanah dan penilaian kesesuaian lahan.
9. Laboratorium analisis disarankan dilakukan dilaboratorium yang
sudah terakreditasi, misalnyaLaboratorium BBSDL, Laboratorium
Riset Perkebunan atau Laboratorium Tanah Perguruan Tinggi.
10. Sebelum dilakukan analisis laboratorium, sampel tanah dan air
perlu dilakukan pengecekan ulang misalnya, data deskripsi,
penomoran/label, kondisi contoh tanah utuh.
11. Untuk tanah gambut hendaknya dilakukan pemboran denganmenggunakan bor gambut terhadap kedalamannya sampai
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
25/95
24 | P a g e
dijumpai batuan /lapisan tanah mineral denganserta diamati
ketebalandan tingkat kematangan bahan organik(Fibrist, Hemist,
Saprist) serta potensi gambut dengan melakukan analisa Kadar
Abu di laboratorium.Untuk Gambut di daerah pasang surut dan
rawa lebak perlu itu diukur kedalaman pirit ( FeS2) serta sifat
drainasenya.
Pengamatan pemboran dan diskripsi profil mengikuti
pedoman Soil survai manual (Soil Survai staff, 1951, 1961)
atau Pedoman Pengamatan tanah di lapang (Dok LPT,
1969).
Pemetaan tanah/satuan lahan dilakukan pada tingkat
semidetail untuk seluruh areal survai dan tingkat detail untuk
calon lahan pekarangan/pangan fasilitas umum dengan
klasifikasi menurut terminologi dari Pusat Penelitian Tanah
(PPT, 1983) dan disebutkan padanannya menurut sistem Soil
Taxonomy (USDA, Eighth Edition 1999). Pada setiap macam
tanah sekurang-kurangnya dibuat 2 profil, salah satu profil
pewakil diambil contoh tanah setiap lapisan/horizon untuk
dianalisa di laboratorium.
Peta Satuan Tanah/satuan lahan disajikan pada skala 1:
10.000 untuk seluruh areal survai berdasarkan pengamatan di
lapangan dan jika ada dilengkapi hasil interpretasi foto udara.
Peta tanah (Peta tanah dan kesesuaian lahan) Skala 1:10.000
dilengkapi dengan klasifikasi menurut 3 sistem tersebut di
atas dan penilaian kesesuaian lahan untuk setiap Satuan Peta
Lahan (SPL) tersebut. Peta Satuan Lahan skala 1 : 10.000
dan 1 : 5000 dilengkapi dengan legenda satuan tanah/lahan
dengan menunjukkan deskripsi (skema) yang meliputi :
kedalaman efektif, tekstur lapisan atas dan bawah, drainase
tanah, struktur, konsistensi, reaksi tanah (pH), kapasitas tukar
kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB).P2O5, K2O serta C
organik. Setiap titik observasi tanah baik pemboran, profil,
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
26/95
25 | P a g e
komposit dan contoh fisik/undistrub-sample (jika ada) di
plotkan pada peta yang disajikan.
Contoh tanah komposit untuk penilaian kesuburan diambil
pada lokasi yang dicalonkan untuk pekarangan (LP) dan
Lahan Usaha I (LU.I), dengan kerapatan satu contoh untuk
setiap blok/kelompok lahan pekarangan atau minimal per 25
ha (50 KK) diambil dari kedalaman 0-30 cm. Sedangkan untuk
Lahan Usaha II dengan kerapatan satu contoh per 50 Ha
pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm.
Jenis analisa yang perlu dilakukan untuk contoh profil dan
kesuburan adalah :
Tabel
Analisa Tanah di Lokasi Transmigrasi
JENIS ANALISACONTOH
PROFIL
CONTOH
KESUBURANKETERANGAN
Tekstur dalam 3 fraksi
pH (H2O dan Kel 1 : 1)
Total P
Total KKapasitas Tukar Kation
(KTK)
Kejenuhan Basa (KB)
Ca, Mg, K, Na dapat ditukar
Total N
C Organik
P Tersedia
Toksisitas & kekahatan *
Al, H dapat ditukar
V
V
V
VV
V
V
V
V
-
V
V
V
V
VV
V
V
V
V
V
V
Contoh kesuburan
secara kwalitatif dapat
dilakukan di lapangan
(Soil Test Kit)
Ket : V = Dilakukan
- = Tidak dilakukan
* = : Dilakukan terutama untuk tanah-tanah bermasalah
Penyajian Satuan Peta Lahan (SPL)
Disajikan pada skala 1 : 10 .000 untuk seluruh areal
survai
Dilengkapi dengan Legenda Satuan Lahan yang
menunjukkan deskripsi yang meliputi : macam tanah,
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
27/95
26 | P a g e
kedalaman efektif, tekstur lapisan atas dan bawah,
struktur, konsistensi, reaksi tanah (pH), Kapasitas Tukar
Kation (KTK), Kejenuhan Basa (KB), drainase tanah,
P2O5, K2O, C organik,status kesuburan dan kondisi
factor pembatas yang menonjol seperti : kejenuhan
alumunium, gambut, banjir, erosi, sulfat masam dan
sebagainya.
Setiap titik pengamatan tanah dan pemboran profil di
plotkan pada peta SPL yang dilengkapi dengan macam
tanah, kedalaman efektif, tekstur lapisan atas dan bawah
serta kedalaman drainase.
Evaluasi Kesesuaian Lahan
Penilaian kesesuaian lahan harus dilakukan berdasarkan
prinsip sesuai seperti yang diterapkan dalam A Frame Work
Land Evaluation (FAO.1976).
Kesesuaian lahan dinilai pada tingkat Sub Kelas dan tingkat
Unit. Tingkat Sub kelas untuk 3 tipe penggunaan lahan yaitu
padi sawah, tanaman pangan lahan kering dan tanaman
tahunan terhadap seluruh areal survai (Skala 1 : 10.000).
Penilaian ini dimaksudkan untuk :
Penentuan lahan-lahan yang memiliki potensi Tanaman
Pangan dan Tanaman Tahunan.
Evaluasi kesesuaian lahan tanaman Pangan dan
Tahunan (jika berdasarkan perhitungan analisa ekonomi
terhadap alternatif tanaman pangan dan tahunan memiliki
kelayakan yang lebih tinggi, Konsultan dapat menyusun
evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman lain sesuai
yang direkomendasikan).
Penilaian kesesuaian lahan pada tingakt unit, khusus dinilai
tipe penggunaan komoditi tanaman pangan pokok dan
tanaman pangan yang diusulkan dinilai secara aktual dengan
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
28/95
27 | P a g e
masukan input teknologi, tingkat rendah yang diperlukan
sehingga didapat kesesuaian lahan potensial. Begitu pula
untuk tipe penggunaan lain, juga untuk tanaman tahunan
yang diusulkan. Kesesuaian lahan tingkat unit disajikan pada
peta skala 1 : 10.000.
Jika dari hasil evaluasi kesesuaian lahan seperti tersebut
diatas (standar rata-rata) lokasi studi tidak dapat
dikembangkan untuk usaha tani tanaman pangan konsultan
diharuskan membuat penilaian kesesuaian lahan secara
standar tidak di rata-rta (STR) atau dengan
mempertimbangkan input teknologi pada tingkat sedang. Hasilevaluasi kesesuaian lahan disajikan pada peta skala 1 :
10.000 untuk seluruh daerah survai
Penilaian kesesuaian lahan secara spesifik untuk setiap
komoditi tanaman pangan pokok dan tanaman lainnya pangan
pokok dan tanaman lainnya yang direkomendasikan oleh
konsultan berpedoman menurut sistem Atlas Format
Procedures (CSR/FAO-Staff, 1983).
Penilaian Kesesuaian Lahan
Penilaian kesesuaian lahan dilakukan pada masing-
masing SPL di seluruh areal survai.
Konsultan diharuskan untuk memilih Pedoman
Pengelompokkan Kelas Kesesuaian Lahan tersebut untuk
berbagai komoditas yang direkomendasikan dengandisesuaikan kondisi fisik lokasi. Jika masih diperlukan
Pedoman Pengelompokkan lainnya, harap
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Direktorat
Perencanaan Pembangunan dan Pengembangan
Kawasan Transmigrasi.
Penilaian kesesuaian lahan tersebut minimal diarahkan
untuk penggunaan Padi Sawah (PS), Tanaman Pangan
Lahan Kering (TPLK) dan Tanaman Tahunan (TT) dan
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
29/95
28 | P a g e
Tanaman Perkebunan. Selanjutnya dilakukan penilaian
kesesuaian lahan untuk beberapa komoditi, sehingga
dapat ditentukan jenis komoditi yang paling sesuai.
Penilaian kesesuaian lahan dinilai terhadap :
a. Kesesuaian Lahan Aktual
Yaitu dinilai berdasarkan kondisi saat ini dengan
berdasarkan kriteria standar dari Pedoman
Pengelompokkan Kelas Kesesuaian Lahan.
b. Kesesuaian Lahan Potensial
Yaitu dinilai setelah mempertimbangkan masukan
(input) baik Rendah, Sedang atau Tinggi (Low Input,Medium Input, High Input). Dalam hal ini (pembatas
utama) yang perlu diperhatikan adalah faktor kunci
penentuan kelas kesesuaian lahan yang secara
potensial dapat ditingkatkan menjadi kelas yang
lebih tinggi.
Lahan yang dapat direkomendasikan untuk perencanaan
tata ruang adalah yang memiliki kelas sesuai secara
aktual. Dalam hal tertentu jika Konsultan akan
merekomendasikan lahan kelas sesuai secara potensial,
terlebih dahulu perlu mendapat persetujuan dari Direktorat
Perencanaan Pembangunandan Pengembangan
Kawasan Transmigrasi, Ditjen PKP2Trans.
Penyajian Peta Kesesuaian Lahan pada skala 1 : 10.000
untuk seluruh areal survai dengan kesesuaian lahanactual dan potensial.
4.5.1.3. Survai Penggunaan Lahan Dan Sumber Daya Hutan
A. Penggunaan Lahan
Survai penggunaan lahan mengikuti survai Topografi dan Tanah
Peta penggunaan lahan harus disajikan pada skala 1:10.000 yang
menunjukkan jenis penggunaan lahan. Peta harus berdasarkan
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
30/95
29 | P a g e
pengamatan yang terbaru di lapangan dan data-data penunjang lain
yang ada.
Pengamatan di lapangan harus dibuat dan dicatat pada semua
katagori yang diidentifikasikan dengan satu pengamatan setiap 50
meter sepanjang semua rintisan dan poligon yang dipakai untuk
survai tanah.
Peta penggunaan lahan harus menunjukkan juga batas-batas HPH,
Long Yard dan Camp serta jalan angkutan kayu utama (main
logging road) dengan cabang-cabangnya, dan jembatan yang ada;
kesemuanya meliputi yang sedang direncanakan maupun yang
sudah ada.
Untuk kelengkapan data, harus menghubungi Instansi
Perhubungan, Pertanian, BPN, Kehutanan, Pekerjaan Umum serta
Camat setempat mengenai keadaan lahan pada saat diadakan studi
serta rencana dari instansi-instansi tersebut yang berkaitan dengan
masalah penggunaan lahan daerah studi. Wawancara dengan lurah
dan petani-petani setempat diperlukan antara lain untuk mengetahui
status pemilikan lahan di aerah studi. Wawancara dengan lurah dan
petani-petani setempat diperlukan antara lain untuk mengetahui
status pemilikan lahan di daerah tersebut.
B. Sumber Daya Hutan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi tegakan kayu, kelas
hutan dan status hutan, serta penelitian jenis flora dan fauna. Hasil
penelitian potensi/tegakan kayu dimaksudkan untuk menjadi masukan
dalam penentuan kelas hutan yang berguna dalam pengurusan Ijin
Pemanfaatan Kayu. Penelitian kelas hutan dimaksudkan untuk
mengetahui kelas hutan dikaitkan dengan biaya pembukaan lahan
(menurut standar pembukaan lahan pemukiman transmigrasi) serta
dalam penentuan kelas hutan yang akan dibuka. Penelitian status hutan
dimaksudkan sebagai masukan bagi penyelesaian status calon lokasi
(pelepasan hutan).
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
31/95
30 | P a g e
Penelitian flora dan fauna dimaksudkan sebagai masukan dalam
telaahan lingkungan.
Hasil penelitian hutan harus dipetakan yang dapat menunjukkan
potensi tegakan;
Status dan fungsi kawasan hutan menunjukkan sebagai hutan
produksi, hutan produksi konservasi dan hutan lindung serta izin-izin
kehutanan. Data tersebut harus dikonsultasikan dengan Dinas
Kehutanan dan atau Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH)
Setempat;
Inventarisasi hutan primer harus memberikan data jumlah volume
kayu yang biasa digunakan, untuk semua spesies yang mempunyaiDBH sama dengan atau lebih dari 35 cm, dengan kesalahan
penarikan contoh 10% atau kurang pada tingkat kenyataan 95%;
Bila klasifikasi ini cukup baik, maka persentase penarikan contoh
tersebut bisa dicapai dengan contoh kurang dari 1% luasnya, tetapi
harus ada lebih dari 0,5% luasnya;
Dalam setiap satuan contoh, semua pohon yang hidup, dengan
DBH 35 cm atau lebih harus dicatat bersama dengan pohon yang
lebih jelas sudah rusak. Pohon-pohon harus dicatat menggunakan
nama jenis (spesies), atau kelompok jenisnya dan 6 (enam) kelas
garis tengah 35-50 cm, 51-60 cm, 60-70-80, 81-90 cm dan lebih
besar dari 91 cm ditambah 20% dari hasil satuan pencatatan
inventarisasi kecuali yang mempunyai DBH 10-34 cm, untuk
perhitungan ongkos pembukaan lahan;
Inventarisasi terperinci tidak perlu untuk hutan sekunder, kecuali
survai pendahuluan menunjukkan bahwa ada 20 M3 per ha atau
lebih kayu yang bisa dipakai dengan DBH lebih dari 60 cm. Untuk
perhitungan ongkos pembukaan lahan, data yang diperlukan pada
hutan sekunder adalah jumlah batang, dalam 9 (sembilan) kelas
garis tengah: 10-20, 21-30, 31-40, 41-50, 51-60 cm, 61-70 cm, 71-
80 cm, 81-90 cm dan > 91. Data ini adalah data garis tengah saja
dan klasifikasi dalam jenis tidak diperlukan.
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
32/95
31 | P a g e
Penelitian potensi tegakan kayu dilakukan dengan cara sampling,
yaitu dengan membuat plot sample 0,1 Ha (50 x 20 meter),
mengikuti jalur rintisan Topografi dilakukan secara random (acak).
Penelitian ini dilakukan hanya meliputi 1% dari areal yang akan
digunakan bagi peruntukan transmigrasi. Penentuan pembuatan
plot sample dengan cara lain diperbolehkan setelah dikonsultasikan
dengan Direktorat Perencanaan Pembangunan dan Pengembangan
Kawasan Transmigrasi.
Garis tengah pohon yang diukur adalah 1,3 meter di atas
permukaan tanah (DBH)/10 Cm di atas banjir, untuk semua jenis
pohon yang tidak rusak dan dikelompokkan dengan garis tengah :
7-30 Cm, 31-60 Cm, 61-90 Cm, 91-120 Cm dan di atas 120 Cm.
Kesalahan penarikan contoh 10% atau kurang pada tingkat
kenyataan 95%. Kelas hutan 1 s.d 10 dikelompokkan menjadi kelas
hutan primer, sekunder.
Inventarisasi terinci tidak perlu untuk hutan sekunder, kecuali survai
pendahuluan menunjukkan bahwaada 20 M3/Ha atau lebih kayu
yang bisa dipakai dengan DBH lebih dari 60 Cm. Untuk keadaan itu
cukup dihitung jumlah pohon beserta diameternya.
Buku Hijau Departemen Kehutanan sangat diperlukan konsultan
untuk masukan identifikasi jenis pohon dan sebagai panduan untuk
mentransfer nama pohon lokal ke mana botanisnya.
Dalam penentuan klasifikasi hutan tersebut perlu diinformasikan
kondisi lahan (basah, kering, rawa) sebagai masukan cara apa yang
terbaik dalam rangkaian pembukaan lahan (cara mekanis, manual
dan sebagainya).
Status hutan perlu diinformasikan menurut Peta Kawasan Hutan
dan Perairan , Kategori hutan (basah,kering,rawa) dan pemegang
konsesi hutan (HPH).
Penelitian flora dilakukan berdasarkan pengamatan jenis flora yang
terdapat selama penelitian potensi tegakan kayu, sedangkan
penelitian fauna dilakukan berdasarkan wawancara dengan dinas
kehutanan setempat dan penduduk/tokoh masyarakat setempat.
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
33/95
32 | P a g e
Konsultan hatus mencatat jenis-jenisnya yang dominant, spesifik
dan yang dilindungi sebagai masukan dalam telaahan lingkungan.
Pengamatan flora dan fauna.
Flora dan faunan (perlu diamati apakah ada flora dan faunan
langka yang dilindungi, yang merupaka makanan satwa liar dan
yang potensial untuk pengembangan ekonomi masyarakat)
perekonomian.
4.5.1.4. Survai Iklim danHidrologi
A. Iklim
Data dan analisa iklim yang dibuat pada tahap RSKPharus dilihat
lagi dan dipertimbangkan kembali hubungannya dengan model
usaha tani (Farm Model) yang diusulkan pada daerah tersebut;
Tipe iklim lokasi studi dianalisa berdasarkan Koppen, Schmidth dan
Fergusson dan Oldeman;
Analisa curah hjan bulanan dan variasi mengenai awal dan akhir
musim kering;
Analisa data-data curah hujan harian untuk mendapatkan frekuensi
hari hujan (> 1 mm) tiap bulan dan terjadinya periode kering selama
5, 10, 15 dan 20 hari (< 5 mm hujan/hari);
Suatu perkiraan evaporasi potensial dalam batas-batas data-data
yang ada dan di plot terhadap curah hujan bulan rata-rata. Suatu
perkiraan harus dibuat mengenai kegawatan masa keringd alam 1
dan 5 tahun kering.
B. Hidrologi
Penyelidikan sumber daya air perlu melihat semua Sub Wilayah
Aliran Sungai yang akan mempengaruhi daerah studi tersebut,
berdasarkan pada Laporan tahap RSKP, Interpretasi Foto Udara
dan peta WAS.
Penyelidikan hidrologi harus dilakukan untuk semua daerah aliran
sungai yang akan mempengaruhi daerah tersebut, berdasarkan
pada Laporan tahap RSKP, Interpretasi Foto Udara, dan peta yang
ada.
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
34/95
33 | P a g e
Peta harus disajikan pada skala 1: 10.000 dimana pada peta
tersebut digambarkan pola drainase, batas daerah sungai utama,
daerah genangan dan daerah bahaya banjir. Semua sungai harus
diteliti mengenai lebar, kedalaman, dan debitnya yang kemudian
diplot pada peta.
Daerah bahaya banjir harus diperkirakan berdasarkan data luas
daerah sungai, perkiraan penyaluran, bentuk sungai, dan informasi
dari survai topografi, tanah, dan tata guna lahan;
Pada survai pendahuluan ketersediaan bersih dilakukan dengan
mengecek sumur air dangkal dari pemukiman penduduk setempat,
Daerah bahaya banjir harus diperkirakan berdasarkan data luas
daerah sungai, perkiraan pengaliran, bentuk sungai dan informasi
dari survai topografi, tanah dan tata guna lahan serta informasi
penduduk-penduduk daerah sekitar.
4.5.1.5. Survai prasarana dan sarana
Berdasarkan hasil pencermatan terhadap perencanaan SKP, di
lapangan dilihat kembali interaksi SP yang direncanakan dengan SP
SP lainnya dan melakukan pengecekan dilapangan sehingga
dapat dipastikan arah orientasi dari SP yang direncanakan
Juga diiidentifikasi prasarana dan sarana sosialbudaya dan sosial
ekonomi yang ada di desa pugar.
Mengidentifikasi rumah-rumah yang perlu dipugar
Mengidentifiksi kelengkapan rumah nya. apakah pemukiman
penduduk setempat sudah meiliki jamban keluarga pada setiap
rumahnya
4.5.1.6. Survai Agro Ekonomi
Survei agro ekonomi meliputi:
a. Cara pengalokasian sumberdaya alam dan membuat kebijakan
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
b. Potensi penguatan modal ekonomi dengan memfokuskan upaya
membuat sesuatu kelebihan dari kekurangan sumberdaya alam dan
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
35/95
34 | P a g e
sumberdaya manusia eksisting, sehingga nilai guna di SP Pugar
menjadi maksimal.
c. Identifikasi potensi limbah menjadi barang yang mempunyai nilai
tambah. Penggunaan limbah sebagai sumber ekonomi antara lain;
kompos, biogas, biomass, dan pupuk organik.
Data yang dikumpulkan antara lain:
Luas dan jenis pemilikan lahan usaha dan;
Cara mengusahakannya (pola tanam termasuk rotasi tanam dan
intensitas tanam bercocok tanam yang umum dsb);
Cara memperoleh bibit dan saprotan lainnya;
Jenis-jenis tanaman serta tingkat produktifitas/Ha yang memberi
indikasi dapat dikembangkan dan alasannya;
Kendala-kendala yang pernah dialami dan berapa besar kerugian
tanaman karena hama penyakit disertai habitat hama dsb;
Teknik budidaya pertanian yang sudah diterapkan oleh penduduk
setempat. Ketersediaan sarana produksi pertanian;
Kegiatan pasca pertanian yang telah dikembangkan;
Pemasaran hasil pertanian yang ada, Bagaimana jalur pemasaran
hasil-hasil usaha tani dan bagaimana keadaan prasarana dan
sarana angkutan;
Peranan KUD;
penyuluhan pertanian yang ada;
Hasil-hasil uji coba pertanian lapangan yang telah ada/demplot;
Keadaan swasembada pangan daerah studi;
Data sekunder yang mendukung/melengkapi data-data tersebut
dalam butir-butir dapat diperoleh dari :
o Desa/kampung yang bersangkutan;
o Kecamatan-kecamatan yang bersangkutan;
o Tingkat kabupaten.
Survai Agro Ekonomi di desa calon pugar
Survei agro-ekonomi meliputi :
a. cara pengalokasian sumberdaya alam dan membuat kebijakan untukmeningkatkan pendapatan masyarakat.
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
36/95
35 | P a g e
b. Potensi penguatan modal ekonomi dengan memfokuskan upaya
membuat sesuatu kelebihan dari kekurangan sumberdaya alam dan
sumberdaya manusia eksisting, sehingga nilai guna di SP Pugar
menjadi maksimal.
c. Identifikasi potensi limbah menjadi barang yang mempunyai nilai
tambah. Penggunaan limbah sebagai sumber ekonomi antara lain;
kompos, biogas, biomass, dan pupuk organic.
4.5.1.7. Survai dan Pemetaan penduduk peserta TPS/Pugar
Survai dan pemetaan penduduk dimaksudkan untuk mengetahui jumlah
penduduk yang akan akan menjadi peserta TPS atau yang masuk dalamSP pugar dan mengetahui kualitas SDM yang ada, survai ini dilakukan
dengan caramelakukan:
a. Inventarisasi nama-nama penduduk yang rumahnya (SP Pugar), atau
inventarisasi penduduk setempat yang akan masuk sebagai TPS ke
pemukiman transmigrasi ( SP Baru);
b. Inventarisasi pecahan KK dan lahan miliknya untuk dibangunkan
rumah (SPPugar);
c. Inventarisasi penduduk yang memiliki lahan dan tidak memiliki lahan;
d. Jumlah penduduk dan kepadatan per Km2;
e. Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur, dengan tekanan
pada kelompok usiakerja;
f. Tingkat perkembangan jumlah penduduk;
g. Komposisi penduduk berdasarkan agama/kepercayaan;
h. Komposisi penduduk berdasarkan pekerjaan/mata pencaharian;i. Kemungkinan pemanfaatan tenaga kerja penduduk lokal untuk
pembangunan lokasi transmigrasi.
4.5.1.8. Survei Sosial Budaya
Maksud dan tujuan survei aspek sosial budaya adalah untuk mengetahui
adat istiadat penduduk setempat serta transmigran yang sudah ada, baik
di dalam maupun sekitar daerah penelitian sebagai masukan di dalammemprediksi akan terjadi gesekan sosial atau konflik sosial dengan akan
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
37/95
36 | P a g e
disatukannya penduduk pendatang dengan penduduk setempat dan juga
sebagai masukan di dalam penyusunan rekomendasi penyiapan
pemukiman, penempatan, pengembangan pertanian transmigran dan
telaahan lingkungan.
Penelitian ini dilakukan dengan cara kuesioner terhadap penduduk
setempat ditambah wawancara serta survai instansional di desa dan
Kecamatan. Data yang diambil berupa:
Suku bangsa yang ada di desa studi saat ini
Adat istiadat dan hukum adat atas pemilikan/penggunaan lahan;
Tanggapan penduduk terhadap rencana transmigrasi.
Fasilitas pelayanan sosial yang ada (seperti fasilitas Pendidikan,
Kesehatan, Peribadatan, KUD dsb),
Identifikasi FU dan jalan yang akan diperbaiki (fungsional
Penelitian kegiatan sosial-ekonomi dimaksudkan untuk mengetahui antara
lain :
Jenis pekerjaan utama dan sampingan penduduk
Rata-rata tingkat pengeluaran keluarga,
Harga sembilan bahan pokok
Harga produksi pertanian di pasar terdekat
Analisa usaha tani saat ini
4.5.1.9. Musyawarah tahap II
Musyawarah tahap II merupakan penyampaian hasil inventarisasi dan
identifikasi yang telah dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan pada
musyawarah I dan hasil penyusunan RTSP tentative.
a. Untuk Perencanaan SP baru ditujukan untuk:
Membuat kesepakatan nama-nama calon peserta TPS yang tidak
pindah dan yang pindah ke permukiman baru;
Kesepakatan letak lahan yang diserahkan untuk permukiman
baru;
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
38/95
37 | P a g e
Penentuan waktu survai lapang (topografi, kemiringan, tanah,
jalan, penggunaan lahan, sumber daya air, kehutanan, sosial
ekonomi dan budaya) beserta pendamping dari desa dan warga
yang berkepentingan;
Penentuan waktu musyawarah III.
Hasil musyawarah II dituangkan dalam bentuk berita acara.
b. Untuk Perencanaan SP pugar, ditujukan untuk :
Mensosialisasikan hasil survai lapangan
Menyepakati peserta pugar baik yang berasal desa pugar sendiri
maupun dari luar desa.
Persetujuan objek pemugaran ( Rumah penduduk setempat,
SaranaFU dan SAB Desa, Prasarana (Jalan dan Jembatan,serta
pendukung lainnya) Desa dan Lahan penduduk setempat
(sertifikasi)
Persetujuan pengelompokan tingkat pemugaran (Perlakuan yang
akan diberikan pada penduduk setempat)
Persetujuan volume pemugaran (Jumlah rumah yang akan
dipugar beserta nama pemikiknya dan Jumlah transmigran yang
akan ditempatkan)
Kesesuaian lahan yang diberikan untuk transmigran
Hasil musyawarah II dituangkan dalam bentuk berita acara
4.5.1.10. Survai Detail Di Calon Permukiman Transmigran Dan LU - I
Survei detail di calon permukiman transmigran dan LU I dilakukan baik
untuk SP maupun SP Pugar, meliputi:
Survai Topografi
Survai Tanah
Survai penggunaan Lahan
Survei Hidrologi
A. Survai Detail Topografi
Survai detail topografi terdiri survei kelerengan di rintisan per 250 M dan
pengukuran situasi. Survaiini dilakukan baik untuk perencanaan SP baru
maupun perencanaan SP pugar.Untuk SP Pugar ditambah survai
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
39/95
38 | P a g e
pengukuran jalan desa yang menghubungkan desa induk dengan calon
permukiman baru transmigran.
1. Survai Detail Topografi Terdiri Survei Kelerengan Di Rintisan Per 250 M
Dan Pengukuran Situasi
Berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah II maka selanjutnya
dilakukan Survai topografi detail dilakukan pada lokasi calon LP, LU I,
PD pemukiman transmigrasi baru dengan skala perencanaan 1:
5.000, untuk mendapatkan data lebih akurat,sehingga peletakan calon
Lahan Pekarangan dan Pusat Desa sesuai kriteria perencanaan
permukiman transmigrasi.. Survai topografi detail dilakukan ebagai
berikut:
a. Membuat Peta Rencana Kerja skala 1: 5.000 yang
menggambarkan letak calon LP, LU I, PD dan desa eksisting,
arah dan panjang rintisan 250 m;
b. Rintisan direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat
mengcover calon LP, LU I, PD dan Desa Eksisting. Rintisan 250
m mengcover calon LP,dan PD di areal permukiman baru;
c. Berdasarkan base line yang ada, dibuat rintisan tegak lurus baseline dan saling sejajar satu sama lain berupa loop tertutup agar
memudahkan interpolasi data di atas peta. Bila letak calon LP, LU
I dan PD jauh dari base line, maka harus dibuat kerangka
pengukuran tersendiri berupa polygon tertutup/loop, yang terikat
kepada base line;
d. Survai topografi detail menggunakan alat ukur theodolite untuk
pengukuran situasi sehingga dapat diketahui leatak/posisi detail-
detail topografinya dan bentuk kontur, agar peletakkan LP dan
Pusat desa benar-benar pada daerah datar, bukan pada areal
yang curam/terjal;
e. Jarak antara dua titik pengamatan yang berurutan maksimum 50
meter Pada awal jalur rintisan, di tengah jalur rintisan dan tepi
batas LP dilakukan pengukuran koordinat dengan GPS;
f. Tingkat ketelitian pengukuran rintisan disyaratkan sebagai berikut:
Ketelitian sudut: 4n (n= jumlah titik polygon)
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
40/95
39 | P a g e
Ketelitian linier jarak: 1/2000
Ketelitian beda tinggi: 60 mmDKm (D= jumlah jarak dalam
Km).
2. Identifikasi DanPemetaan Alinemen Jalan Desa Yang
Menghubungkan Desa Induk Dengan Permukiman Baru
Oleh karena pada pekerjaan RTSP hanya menyajikan trace jalan
poros tidak sampai kepada pengukuran profil memanjang, profil
melintang, situasi jalan dan daya dukung tanah, maka untuk
memperoleh trace jalan poros yang menghubungkan desa induk
dengan permukiman baru dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Pada Peta rencana kerja diidentifikasi letak pusat desa induk,
letak pusat desa permukiman baru dan trace jalan poros yang
menghubungkan desa induk dengan permukiman baru;
b. Melakukan pengukuran on screen koordinat titik pusat desa induk,
koordinat pusat desa permukiman baru dan melakukan identifikasi
trace jalan desa dengan mempertimbangkan tingkat kelandaian
jalan, daerah yang sedikit dilalui sungai, mencari jarak terpendek,
menghindari bangunan-bangunan dan menghindari areal enclave;
c. Melakukan pengukuran dengan menggunakan GPS di lapangan
terhadap titik pusat desa induk, titik pusat permukiman baru dan
perpotongan dengan sungai pada kedua tepi sungai;
d. Bila terjadi perbedaan antara peta rencana kerja hasil identifikasi
peta citra dengan keadaan lapangan, maka peta tersebut
diperbaiki sesuai keadaan lapangan.
3. Penghitungan Dan Penggambaran
a. Penghitungan titik-titik pada kerangka pemetaan, titik titik tetap
serta titik-titik dalam jalur rintisan 500 m dan rintisan 250 m
dalam system koordinat UTM harus diselesaikan di lapangan;
b. Penggambaran detail topografi (sungai, jalan, permukiman dan
sebagainya),pengeplotan titik tinggi (dalam jalur base line, jalur
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
41/95
40 | P a g e
rintisan 500 m, jalur rintisan 250 m) dan penarikan kontur harus
dilakukan di lapangan;
c. Hasil survai detail rintisan 500 m dan rintisan 250 m harus
menghasilkan:
Peta Topografi skala 1: 5.000 dengan interval kontur 2,5m
sebagai dasar untuk Peta Detail Tata Ruang yang
menggambarkan peletakkan LP,LU I, PD
Peta topografi 1: 2.500 dengan interval 1m, sebagai dasar
untuk Peta Pusat Desa yang menggambarkan tata letak
bangunan di Pusat Desa.
B. Survai Detail Tanah
1. Survai detail tanah dilakukan di lahan calon LP dan LU I, :dengan titik
pengamatan1/6,25 Ha.
2. Contoh tanah komposit untuk penilaian kesuburan diambil pada lokasi
yang dicalonkan untuk pekarangan (LP) dan Lahan Usaha I (LU.I),
dengan kerapatan satu contoh untuk setiap blok/kelompok lahan
pekarangan atau minimal per 25 ha (50 kk) diambil dari kedalaman 0-
30 cm. Sedangkan untuk Lahan Usaha II dengan kerapatan satu
contoh per 50 Ha pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm.Jenis
analisa yang perlu dilakukan untuk contoh profil dan kesuburan
adalah:
Tabel
Analisa Tanah di Lokasi Transmigrasi
JENIS ANALISACONTOH
PROFIL
CONTOH
KESUBURANKETERANGAN
Tekstur dalam 3 fraksi
pH (H2O dan Kel 1 : 1)
Total P
Total K
Kapasitas Tukar Kation
(KTK)
Kejenuhan Basa (KB)
Ca, Mg, K, Na dapatditukar
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Contoh kesuburan
secara kwalitatif dapat
dilakukan di lapangan
(Soil Test Kit)
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
42/95
41 | P a g e
Total N
C Organik
P Tersedia
Toksisitas & kekahatan *
A1, H dapat ditukar
V
V
-
V
-
V
V
V
V
V
Ket : V = Dilakukan
- = Tidak dilakukan
* = : Dilakukan terutama untuk tanah-tanah bermasalah
Laboratorium analisis disarankan dilakukan dilaboratorium yang sudah
terakreditasi, misalnya, Laboratorium BBSDL, Laboratorium Riset
Perkebunan, atau Laboratorium Tanah Perguruan Tinggi.Sebelum
dilakukan analisis laboratorium, sampel tanah dan air perlu dilakukan
pengecekan ulang misalnya, data deskripsi, penomoran/label, kondisi
contoh tanah utuh.
3. Peta Satuan Tanah/satuan lahan untuk LP dan LU I disajikan pada skala
1: 5.000dilengkapi dengan legenda satuan tanah/lahan dengan
menunjukkan deskripsi (skema) yang meliputi kedalaman efektif, tekstur
lapisan atas dan bawah, struktur, konsistensi, reaksi tanah (pH), kapasitas
tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB). Drainase tanah, P2O5, K2O
serta C Organik. Setiap titik observasi tanah baik pemboran, profil,
komposit dan contoh fisik/undistrub-sample (jika ada) di plotkan pada peta
yang disajikan.
C. Survai Detail Penggunaan Lahan
Survei detail penggunaan lahan dilakukan bersama sama dengan survei
topografi.
D. Survei Hidrologi
Survei detail hidrologi dimaksudkan untuk mengetahui kepastian
Ketersediaan Air Bersih di Lahan Pekarangan /pemukiman. Ketersediaan
air bersih dapat berupa air permukaan , air tanah atau air hujan
1. Air tanah yang dapat diperoleh dari air sumur yang dangkal harus
diuji, yaitu dengan membuat sumur uji pada lahan pekarangan dan
pusat SP, sekurang-kurangnya 2 buah pada tempat yang mewakilidaerah yang diteliti. Sumur uji dibuat sampai kedalaman 10 meter
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
43/95
42 | P a g e
dengan menggunakan Portable Hand bor/borhydral/peralatan lain
yang memungkinkan untuk mengetahui kedalaman aquifer.
Sedangkan untuk menghitung debit sumur uji digunakan metode
Recovery Test, kondisi setempat pada waktu pembuatan sumur
dicatat (misal: keadaan hujan, dekat sungai, dsb).
2. Posisi/letak sumur uji ditandai dengan patok pralon/PVC dicat merah
dan diberi nomor urut, dan diikatkan kerintisan T0 terdekat. Air sumur
uji harus di ukur DHL-nya untuk membedakan air jebakan atau air
tanah dangkal.
3. Variasi kedalaman air tanah harus ditentukan dengan alat portable
hand bor/borhydral/peralatan lain yang memungkinkan dan dengan
mengamati permukaan air selama studi untuk dapat mengetahui
fluktuasi air tanah.
Jika sumur air tanah dangkal tidak tersedia, maka sumur air lain
yang biasanya digunakan untuk pemukiman transmigrasi harus
diteliti , seperti:
o Kolam tandon air atau yang berasal dari mata air. Jika
Konsultan merekomendasikan pemanfaatan sumber-sumberini, maka harus digambarkan letak air permukaan yang akan
digunakan sebagai sumber (dalam text map), ditentukan cara
pengambilan sumbernya, manual atau pompanisasi dan
pipanisasi. Jika bersifat pipanisasi dan pompanisasi maka
harus jelas letak Bendalinya, perkiraan panjang pipa yang
dibutuhkan, jenis pompa dan perkiraan biaya dan sumber
untuk operasional dan harus diteliti kualitas, kuantitas dan
kontinuitasnya.
o Sumber air yang berasal dari air hujan pada dasarnya tidak
dihendaki sebagai sumber utama, karena sifatnya (yang tidak
mengandung mineral) yang dalam penggunaan jangka
panjang dapat merusak kesehatan transmigrasi. Sumber air
atap ini sifatnya hanya merupakan pelengkap dari sumber air
lain yang direkomendasikan.
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
44/95
43 | P a g e
Analisis terperinci data hujan harus dibuat untuk menentukan
volume air yang harus dikumpulkan dari atap rumah
transmigran yang standar (+36 m2) Kebutuhan penerimaan
air harus dihitung, bentuk dan spsesifikasi standar harus
disiapkan untuk suatu sistem pengumpulan dan penyimpanan
air atap;
Jika sumber-sumber tersebut di atas tidak tersedia, atau tersedia
tapi tidak mencukupi, maka Konsultan harus merekomendasikan
perlunya penelitian sumber air tanah dalam, dan
direkomendasikan penelitian lebih lanjut. Dalam kaitan ini perlu
ditekankan bahwa rencana tata ruang yang disusun tidak dapat
diprogramkan pembangunannya sebelum penelitian air tanah
dalam (pada tahap yang telah lanjut) menjamin ketersediaan
sumber air untuk transmigran.
Hasil Analisa Laboratorium kualitas air minum yang
direkomendasikan dibandingkan terhadap: Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor: 907/Menkes/SK/VII/2002. Dalam hal
kualitas air minum kurang memenuhi syarat konsultan harus
merekomendasikan penanganan pengelolaan air minum yang
dapat diterapkan di lokasi Transmigrasi.
Sedangkan untuk air pertanian dibandingkan terhadap standar
kriteria FAO dan US Salinity Staf. Laboratorium air diarahkan ke
Balai POM dan Pusat POM (Pengawasan Obat dan Makanan).
Hasil lab yang asli dikirim ke Direktorat Perencanaan
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi
Ditjen PKP2Trans.
Untuk daerah studi yang terpengaruh oleh adanya intrusi air laut
konsultan harus meneliti batas intrusinya. Penelitian EC harus
dilakukan secara lebih mendalam. Pengukuran kualitas air (EC
dan pH) harus dilakukan di lapangan dan di laboratorium untuk
sumber-sumber air tanah dan air permukaan.
Dalam hal lokasi survai terpengaruh pasang surut konsultan
harus mencatat fluktuasi pasang surut selama survai.
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
45/95
44 | P a g e
Perlu penelitian lokasi-lokasi sumber air yang dapat
dilaksanakan untuk mikro hidro.
Perkiraan terinci biaya harus disiapkan untuk sistem pengadaan
air yang direncanakan
Penyimpanan air hujan dari atap harus diteliti. Analisis terperinci
data hujan harus dibuat untuk menentukan volume air yang
harus dikumpulkan dari atap rumah transmigran yang standar (+
36 m2) Kebutuhan penerimaan air harus dihitung, bentuk dan
spsesifikasi standar harus disiapkan untuk suatu sistem
pengumpulan dan penyimpanan air atap;
Jika ada kemungkinan sistem pengadaan air bersih yang lebih
baik harus dikemukakan untuk pemakaian yang akan datang;
Perkiraan terinci biaya harus disiapkan untuk sistem pengadaan
air yang direncanakan.
4.5.1.11. Pengolahan Data dan Analisa Sementara di Lapangan
Kegiatan pengolahan data dan analisa di lapangan sebagai masukan
untuk penyusunan Rencana Tata Ruang SP Pendahuluan / tentative.
A. Penilaian Fisik Lahan
Untuk perencanaan calon pemukiman baru baik untuk SP baru
maupun SP pugar salah satu penilaian fisik lahan utama adalah Kelas
kesesuaian lahan untuk pengembangan pertanian. Yang
direkomendasikan untuk penggunaan lahan pangan dan tanaman
keras diperbolehkan sampai kelas kesesuaian lahan S3. Kesesuiaian
lahan untuk mengetahui areal mana saja yang dapat dibangun untukpemukiman transmigrasi, berdasarkan hasil kesesuaian lahan di
deliniasi :
SPL yang sesuai untuk segala jenis penggunaan (Lahan
Pekarangan, Lahan Usaha I / lahan pangan dan Lahan Usaha II/
bisa lahan pangan lagi atau lahan perkebunan)
SPL yang sesuai Lahan Pekarangan dan Lahan Usaha I/lahan
pangan
SPL yang hanya sesuai Lahan Perkebunan
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
46/95
45 | P a g e
SPL yang tidak sesuai untuk pengguna apapun saat ini, dan dapat
sesuai bila terlebih dahulu diperbaiki kondisi lahannya (misalnya
perlu dibuat saluran drainase terlebih dahulu, lahan harus dibuat
teras bangku, dll)
SPL yang selamanya tidak dapat digunakan apapun, harus
dikonservasi
Kesesuaian lahan yang direkomendasikan untuk pemukiman
transmigrasi adalah Kesesuaian lahan actual, namun kesesuaian
lahan potensial dapat direkomendasikan sepanjang perbaikan yang
diusulkan dapat dikerjakan oleh sektor terkait.
Untuk perencanaan SP Pugar , kondisi fisik yang menjadi perhatianutama adalah kondisi rumah penduduk di desa yang di studi.
berdasarkan hasil survei kondisi rumah penduduk , dinilai dan di
hitung berapa jumlah rumah yang harus dipugar .
B. Penilaian Status Lahan
Tahap kedua adalah melakukan penilaian areal calon pemukiman
ditinjau dari status lahannya. Menurut kriteria perencanaan,areal yang
direncanakan untuk areal pemukiman baru transmigran adalah areal
yang terbebas dari penggunaan lain, seperti penggunaan HPH, ladang
penduduk dan sebagainya. Secara status Hutan harus merupakan
Araeal Penggunaan lain (APL). Dalam hal menggunakan Hutan
Produksi yang dapat di Konversi (HPK) harus ada persetujuan dari
Kementerian Kehutan (IPPKH);
Namun bila SP merupakan SP Pugar Ladang penduduk tidak
dikeluarkan, karena akan bersama-sama dengan pemukimantransmigrasi untuk dikembangkan sebagai satu kesatuan
pegembangan pertanian, namun tetap harus di deliniasi lahan yang
diberikan untuk pemukiman transmigrasi baru dan lahan yang tetap
merupakan lahan milik penduduk setempat. Berdasarkan kriteria
tersebut dikaji ldan didelineasi ; lahan mana yang dapat dikembangkan
dan dapat disusun RTSP Pugar.
C. Penilaian Ketersediaan Air dan Resiko Banjir.
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
47/95
46 | P a g e
Berdasarkan hasil pembuatan sumur uji yang telah dilakukan pada
saat penyusunan RK-SKP apakah potensi air yang terdapat di areal
studi dapat memenuhi kebutuhan air penduduk secara terus menenrus
yaitu sebesar 300 liter/hari/KK dan apakah di areal calon LP
merupakan daerah yang aman , bukan daerah rawan banjir.
D. Penilaian Kesesuian Permukiman / Analisa Tata Ruang
Penilaian kesesuaian pemukiman dilakukan dengan mensuper impose
hasil penilaian fisik lahan, penialain status lahan dan penilaian
ketersediaan air . Berdasarkan hasil super impose akan dihasilkan
Lahan sesuai dikembangkan untuk pemukiman transmigrasi:
Lahan yang akan direncanakan untuk PD, LP dan LU I baik
untuk transmigran maupun untuk penduduk desa setempat
yang ada, berada pada Lahan kemiringan < 8 %, lahan diatas 8
15 % dapat direkomendasikan namun harus ada perlakuan
teknis.
Kesesuaian lahan dapat dikembangkan tanaman pangan
termasuk klas kesesuaian S1S3,
bukan daerah rawan banjir dan tersedia air bersih untuk
keperluan Rumah tangga secara terus menerus minimal 300
liter/hari/KK.
Lahan yang akan direncanakan untuk LU II . baik untuk
transmigran maupun untuk penduduk desa setempat yang ada,
berada pada Lahan kemiringan < 15 %, lahan antara 16 25
dapat direkomendasikan untuk pengembangan areal
perkebunan namun lahan yang kemiringan diatas 15 % harus
dilakukan terasering dan kelas Kesesuaian lahan S1S3,
Hasil penilaian sudah harus memprediksi daya tampung SP antara
300 500 KK minimal yang dapat diterima adalah 200 KK, dengan
pertimbangan jumlah tersebut dinilai cukup memenuhi syarat untuk
pembangunan 1 unit Sekolah Dasar.
E. Penilaian Kependudukan dan Sosial Budaya.
Berdasarkan hasil survai kependudukan dan sosbud disimpulkanapakah ada kemungkinan konflik antara penduduk setempat dengan
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
48/95
47 | P a g e
transmigran. Bila ada disusun rekomendasi untuk mengantisipasi
terjadinya konflik tersebut.
4.5.1.12. Penyusunan RTSPPendahuluan /Tentative
Berdasarkan hasil survai lapangan dan analisa kesesuaian pemukiman
disusun Rencana pemanfaatan ruang SP Pugar tentative mengacu pada
prinsip dan kriteria perencanaan.
A. Prinsip Perencanaan
Prinsip Perencanaan dalam menyusun Rencana Detail pemanfaatan
ruang SP , adalah sebagai berikut:
Penggunaan lahan direncanakan untuk Lahan pekarangan, Lahan
Usaha untuk lahan tanaman Pangan dan Tanaman Tahunan) harus
berdasarkan kesesuaian lahan;
Pemukiman harus menyediakan suatu lingkungan sosial yang serasi
dan sesuai dengan kebutuhan pemukiman;
RTSP disusun dengan mempertimbangkan aksesibilitas
(kemudahan hubungan), baik hubungan di dalam SP maupun
hubungan SP dengan daerah luar;
Prasarana harus efisien dan mengutamakan kemudahan fungsi
pelayanan;
Harus mempertimbangkan kelestarian alam antara lain dengan
merencanakan penggunaan lahan untuk konservasi alam pada
lokasi yang kritis;
Areal yang direncanakan hurus memiliki ketersediaan air bersih yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan air transmigran dengan kapasitas
60 liter/orang/hari;
Pola pemukiman harus mempertimbangkan:
o Kemudahan transmigran dalam mencapai pusat fasilitas umum;
o Kemudahan transmigran dalam mencapai lahan usaha
o Kemudahan transmigran untuk melakukan mobilitas baik
didalam maupun ke luar permukiman.
Alokasi lahan
Lahan pada SP Pugar terdiri dari lahan yang diberikan kepadatransmigran (kapling) dan lahan yang dialokasikan kepada fasiliats
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
49/95
48 | P a g e
umum atau penggunaan masyarakat (tabel 1) dan Lahan penduduk
setempat.
Lahan yang diserahkan menjadi milik tansmigran terdiri dari :
o Lahan Pekarangan 0,1 - 0,25 Ha/KK;
o Lahan Usaha I 0,750,9 Ha/KK;
o Lahan Usaha II 1,00 Ha /KKuntuk transmigran.
Sedangkan alokasi lahan penduduk setempat tidak ditentukan
mengikuti kepemilikan yang ada, kecuali mereka bersedia dilakukan
konsolidasi lahan sehingga alokasi lahan penduduk setempat akan
sama dengan alokasi lahan untuk transmigran.
Lahan yang tidak diserahkan menjadi milik transmigran terdiri dari:
o Lahan Fasilitas Umum di Pusat desa, 8-12 Ha/SP;
o Lahan Kas Desa, 10 Ha/SP;
o Lahan Kuburan, 2 Ha/SP;
o Test Farm, 4 Ha/SP;
o Seed Farm, 46 Ha/SP (pusat SKP);
o Lahan Penggembalaan, 10 Ha/SP
B. Kriteria Perencanaan RTSP
Dalam penyusunan RTSP tentative ini yang perlu diperhatikan :
KemiringanLahan
Batas kemiringan maksimum untuk setiap penggunaan yang
diperkenankan adalah sebagai berikut:
Peruntukan Standar Rata-RataStandar tidak Rata-
Rata Keterangan
LP
LU I
LU II
Lahan
Konservasi
08 %
0 8 %
015 %
25 %
0 15 %
015 %
025 %
Diatas 8 %
memerlukan
perlakuan
Diatas 8 % perlu
dibuat teras bangku
Diatas 15 % perlu
dibuat teras bangku
Di pemukiman penduduk setempat bila ditemukan berada pada lahan
>8 % dan kondisinya membahayakan perlu di relokasi ke daerah aman.
Kesesuaian lahan
-
7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)
50/95
49 | P a g e
Kesesuaian lahan yang dapat direkomendasikan untuk pengembangan
usaha transmigran masuk kedalam klas S1 S3. Lahan yang
dikategorikan N1 dapat direkomendasikan, namun perlu harus ada
perbaikan terlebih dahulu menjadi klas S, sebelum dilakukan
penyiapan lahan dan pembangunan rumah (Lihat lampiran ).
Ukuran Kapling
Bentuk kapling harus persegi empat,denganukuran kapling yang efektif
dan efisien dari segi pengadaan prasarana disarankan:
LP
25 m X 40 m = 1.000 m2
25 m x 100 m = 2.500 m2
LU
I 75 m x 100 m = 7.500 m2
90 m X 100 m = 9.000 m2
LU II
100 m X 100 m = 10.000 m2
Jarak Tempuh
Jarak sasaran maksimum dari lahan pekarangan kebeberapa
penggunaan sebagai berikut, dari lahan pekarangan ke:
Fasilitas Umum / Pusat Desa, 0,5 - 1,5 km
Lahan Usaha I, 1,52,5 Km
Lahan Usaha II, 2,53,5 Km
Daya Tampung
Jumlah kepala keluarga pada setiap Satuan Permukiman (SP) 300 -
500 Kepala Keluarga. Jumlah tersebut dipertimbangkan sebagai
jumlah yang ideal, karena jumlah ini membenarkan adanya 1 unit
Sekolah Dasar. Jumlah lebih kecil bisa diterima dengan permukiman
baru sebanyak 200 KK dan yang terintegrasi 100 KK, sehingga daya
tampung menjadi 300 KK
Bedasarkan hasil super impose direkomendasi