kak rtsp dan rtj ((buton)

Upload: herdy-pratama-putra

Post on 16-Feb-2018

545 views

Category:

Documents


52 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    1/95

    0 | P a g e

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    2/95

    1 | P a g e

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Dalam UU No 29 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-

    Undang No 15 tahun 1997 tentang Ketransmigrasian dan RPP,

    mengamanatkan bahwa Pembangunan transmigrasi berbasis kawasan

    yang memiliki keterkaitan dengan kawasan disekitarnya, membentuk satu-

    kesatuan dalam sistem pengembangan ekonomi wilayah. Pembangunan

    kawasan transmigrasi dirancang secara holistik dan komprehensif sesuai

    dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW).Pembangunan Kawasan

    Transmigrasi dapat berbentuk Wilayah Pengembangan Transmigrasi

    (WPT) atau Lokasi Permukiman Transmigrasi (LPT).Pembangunan

    Wilayah Pengembangan Transmigrasi diarahkan untuk mewujudkan pusat

    pertumbuhan baru atau sebagai kawasan perkotaan baru. Sedangkan

    Lokasi Permukiman Transmigrasi diarahkan untuk mendukung pusat

    pertumbuhan yang telah ada atau yang sedang berkembang sebagai

    kawasan perkotaan baru.

    Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT) adalah sebagai

    dasar untuk mewujudkan pembangunan kawasan transmigrasi,

    pengembangan masyarakat dan kawasan transmigrasi. Dalam RPP

    pelaksanaan UU 15/1997 yang telah diubah dengan UU 29/2009,

    Penyusunan RKT dilaksanakan secara bertahap mulai dari perencanaan

    WPT dan LPT, kemudian dilanjutkan dengan Penyusunan Rencana Satuan

    Kawasan Pengembangan (RSKP) dan secara lebih rinci dibuat Rencana

    Teknis Satuan Permukiman.

    Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP)menghasilkan dokumen

    perencanaan sebagai pedoman dan arahan untuk pembukaan lahan dan

    pembangunan permukiman transmigrasi. Disamping itu agar kawasasn

    transmigrasi tidak terisolir diperlukan Perencanaan jalan untuk

    menghubungkan pemukiman /kawasan transmigrasi dengan pusat

    pertumbuhan terdekat.

    Kedepan untuk lebih memeratakan hasil pembangunan dan

    mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam di permukiman yang

    sudah ada di luar Jawa,Sumatera dan Bali,pembangunan transmigrasitidak hanya merencanakan pembangunan pemukiman-pemukiman baru

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    3/95

    2 | P a g e

    saja (SP baru), namun sudah saatnya direncanakan pula pembangunan SP

    pugar. Konsep dan pendekatannya adalah, satuan pemukiman baru yang

    direncanakan akan diintegrasikan dengan permukiman penduduk

    lokal/setempat yang akan dipugar menjadi satu kesatuan pemukiman (SP

    Pugar). Disamping itu dalam rangka mewujudkan satu kesatuan

    pengembangan ekonomi wilayah, pemukiman - pemukiman transmigrasi

    akan di integrasikan dengan desa setempat (SP tempatan) masuk dalam

    satu kesatuan SKP.

    Penyusunan RTSP dan Rencana Teknis Jalandiperlukan untuk

    mendukung program pembangunan pemukiman transmigrasi pada tahun

    berikutnya.

    1.2. Maksud ,Tujuan Dan Sasaran Penyusunan RTSP dan RTJ

    Maksud dari penyusunan RTSP dan RTJ adalah mengoptimalkan

    pemanfaatan sumberdaya alam oleh sumberdaya manusia yang

    berkualitas, mengacu kepada keterbatasan lingkungan yang sekaligus

    mendukung terciptanya lingkungan permukiman transmigrasi yang

    terintegrasi dengan penduduk lokal secara aman, produktif dan

    berkelanjutan.

    Tujuannyaadalah menyusun :

    1. Rencana detail pemanfaatan ruang SP.

    2. Rencana Teknis Jalan (struktur dan geometrik jalan) penghubung/poros.

    3. Rencana detail pola usaha pokok dan pengembangan usaha yang dapat

    dikembangkan.

    4. Rencana jenis transmigrasi yang akan dilaksanakan.5. Rencana Kebutuhan Pembangunan SP dan Pembangunan Jalan Poros.

    Sasaran dari perencanaan ini adalah untuk :

    1. Terarahnya pemerataan pembangunan di permukiman transmigrasi.

    2. Terbangunnya jalan penghubung (kolektor primer)/poros (lokal primer)

    sesuai dokumen perencanaan teknis jalan yang disyaratkan secara

    efektif dan efisien.

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    4/95

    3 | P a g e

    3. Tersedianya informasi mengenai jumlah penduduk lokal dan Jumlah

    Transmigran yang bisa ditempatkan.

    4. Berkembangnya komoditas unggulan/potensial di calon permukiman

    transmigrasi untuk mendukung pengembangan ekonomi kawasan.

    5. Terciptanya keselarasan, keserasian, keseimbangan antar lingkungan

    permukiman transmigrasi dan desa-desa setempat dalam kawasan.

    Adapun fungsi /manfaatRTSP ini adalah ;

    1. Mengetahui jumlah transmigran yang dapat ditempatkan di calon

    pemukiman transmigrasi

    2. Mengetahui jumlah rumah untuk transmigran yang perlu dibangun,

    rumah penduduk lokal yang harus dipugar dan dibangun untuk pecahan

    KK.

    3. Sebagai arahan pembukaan lahan , pembangunan jalan dan

    pembangunan rumah untuk calon permukiman transmigrasi

    4. Mengetahui jenis dan volume saprotan yang diperlukan untuk

    pengembangan usaha pertanian sesuai dengan kondisi lahan calon

    permukiman transmigrasi

    5. Mengetahui perkiraan kualifikasi SDM yang dibutuhkan untuk

    pembangunan dan pengembangan permukiman transmigrasi

    1.3. Ruang Lingkup Wilayah

    Lokasi yang akan direncanakan adalah sebagai berikut :

    1. Lokasi Sungai Tekam SP.1, Kab. Sanggau, Prov. Kalimantan Barat.

    2. Lokasi Batubi Jaya SP.2, Kab. Natuna, Prov. Kepulauan Riau.

    3. Lokasi Lito SP.2, Kab. Boalemo, Prov. Gorontalo.4. Lokasi Raut Muara SP.1, Kab. Sanggau, Prov. Kalimantan Barat.

    5. Lokasi Desa Kabera, Kab. Morowali, Prov. Sulawesi Tengah.

    6. Lokasi Rantekarua SP.3, Kab.Toraja Utara, Prov.Sulawesi Selatan.

    7. Lokasi Desa Meok, Kab.Bengkulu Utara, Prov.Bengkulu.

    8. Lokasi Sepa, Kab.Maluku Tengah, Prov.Maluku.

    9. Lokasi Desa Manyoe Peramba, Kab.Morowali Utara, Prov.Sulawesi Tengah.

    10. Lokasi Patlean SP.6, Kab.Halmahera Timur, Prov.Maluku Utara

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    5/95

    4 | P a g e

    1.4. Luaran

    Hasil penyusunan RTSP dan RTJ ada 2 (dua) produk yaitu :

    1. RTSP, terdiri atas :

    a. Dokumen Laporan,

    b. Album Peta dan,

    c. Pilok

    d. RAB

    e. CD

    2. RTJ, terdiri atas :

    a. Dokumen Laporan akhir,

    b. Gambar kerja,c. RKS dan Spesifikasi Teknis,

    d. RAB

    1.5. Landasan Hukum

    Landasan hukum untuk penyusunan RTSP ini adalah:

    1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-

    Undang No.15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 131);

    2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

    3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian

    (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3682,

    Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

    Nomor 37);

    4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

    Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992

    Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    3472);

    5. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan

    Transmigrasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    6/95

    5 | P a g e

    Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    3800).

    II. KRITERIA PEMILIHAN TIPE SP

    Untuk mengetahui type SP yang akan direncanakan terlebih dahulu perlu

    diketahui kriteris untuk setiap type SP.

    2.1. Kriteria Pemilihan SP Baru

    1. Lahan Potensial

    Lahan potensial seluas antara 1.000 Ha1.600 Ha, yang bisa

    dikembangkan untuk 300 500 KK.

    2. Aspek Legalitas1. Desa yang diusulkan SP masuk ke dalam SK Pencadangan Areal

    yang berada diluar kawasan hutan atau ijin lokasi/HGU

    perusahaan;

    2. Diterbitkan SK-HPL;

    3. Lokasi yang dipilih sesuai urutan prioritas dari Rencana Rinci SKP.

    2.2. Kriteria pemilihan SP Pugar

    1. Jumlah Penduduk

    Desa yang dipilih untuk SP Pugar, berpenduduk minimal 100 KK dan

    maksimal 200 KK.

    2. Lahan Potensial

    a. Ada lahan potensial seluas antara 250 Ha 500 Ha, yang bisa

    dikembangkan untuk 100200 KK;

    b. Jarak lahan potensial maksimal 1,5 km dari permukiman penduduk

    setempat (dusun/desa yang di pugar);

    c. Areal survai mencakup desa yang dipugar dan areal lahan

    potensial calon permukiman baru, yang mencakup sebagian atau

    seluruh dari wilayah administrasi desa dengan luasan antara 1.000

    1.600 Ha.

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    7/95

    6 | P a g e

    3. Aspek Legalitas

    a. Desa yang diusulkan SP Pugar masuk ke dalam SK Pencadangan

    Areal yang berada diluar kawasan hutan atau ijin lokasi/HGU

    perusahaan;

    b. Penduduk setempat menginginkan dan mengusulkan adanya

    transmigran di desanya dan telah menyerahkan lahan nya

    (berdasarkan Surat Keterangan Tanah) yang ditanda tangani

    minimal oleh 85 % pemilik tanah dan mencakup luas 85 % dari luas

    yang akan diserahkan yang dituangkan dalam BA;

    c. Telah ada hasil konsolidasi lahan yang diterbitkan oleh Kantor

    Pertanahan Kabupaten dan telah diterbitkan SK HPL untuk

    pembangunan pemukiman transmigrasi.

    2.3. Kriteria Pemilihan SP Tempatan

    1. Lokasi terisolir;

    2. Tidak memiliki lahan untuk pemukiman transmigrasi;

    3. Dapat digabung dengan pemukiman transmigrasi dalam satu satuan

    SKP dengan jarak antara pemukiman /desa penduduk setempat

    dengan pemukiman transmigrasi terdekat < 7 km;

    4. Penyusunan Rencana SP Tempatan berdasarkan hasil kesepakatan

    musyawarah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dengan Kepala

    Desa dan masyarakat setempat.

    III. RUANG LINGKUP KEGIATAN

    Secara singkat penyusunan RTSP dan RTJ mengikuti tahapan sebagai berikut:

    Persiapandata sekunder dan peta-peta pendukung

    Koordinasi

    Musyawarah I

    Orientasi Lapangan

    Survai lapangan :

    Untuk penyusunan RTSP

    o Survai pendahuluan

    - Survai dan pemetaan seluruh areal survai;

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    8/95

    7 | P a g e

    - Survai dan pemetaan penduduk peserta pugar (untuk survai

    pugar);

    - Survai tanah dan evaluasi kesesuaian lahan ;

    - Survai penggunaan lahan dan sumber daya hutan;

    - Survai iklim dan hidrologi ;

    - Survai kependudukan dan sosial budaya;

    - Survei dan pemetaan rumah penduduk,sarana dan

    prasaranayang harus dipugar (untuk SP Pugar);

    - Survai agro ekonomi:

    o Musyawarah II;

    o Survai detail di calon areal permukiman :

    - Survai topografi

    - Survai tanah

    - Survai penggunaan lahan dan sumber daya hutan

    - Pembuatan sumur uji

    o Pengolahan data dan analisa lapang;

    o Penyusunan RTSP Tentative;

    o Rencana pembukaan lahan ;

    o Musyawarah III.

    Untuk penyusunan RTJ

    o Reconaissance Survei;

    o PemasanganBench Markdan patok-patok sementara;

    o Pengukuran Polygon/Traverse;

    o Pengamatan matahari/azimuth geografis;

    o Pengukuranbedatinggi;

    o Pengukuran Cross Section;

    o Pengukuran situasi sungai/jembatan;

    o Pembuatan peta tentatifAlinemen HorizontalJalan

    o Staking Out;

    o Penelitian mekanika tanah dan sumber material;

    o Survei hidrologi dan lingkungan ;

    o Survei sosial dan ekonomi;

    o Foto lapangan. Pengolahan data, analisa dan penyusunan RTSP di Lapangan

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    9/95

    8 | P a g e

    Penilaian Aksesibilitas;

    Penilaian fisik lahan;

    Penilaian status lahan;

    Penilaian ketersediaan air dan resiko banjir;

    Penilaian Kesesuian permukiman;

    Penilaian kependudukan dan sosial budaya.

    Penyusunan Rencana Teknis SP Tentative

    Penataan desa pugar;

    Penyusunan rencana tata ruang pemukiman .

    Musyawarah III

    Penajaman Analisa dan penyusunan Rencana

    Untuk pekerjaan RTSP

    o Penajaman pengolahan Data dan Analisa

    - Telaahan Kebijakan;

    - Identifikasi kedudukan SP dalam hirarki pusat;

    - Penilaian Aksesibilitas;

    - Penilaian fisik lahan;

    - Penilaian status lahan ;

    - Penilaian ketersediaan air dan resiko banjir;

    - Penilaian Kesesuian permukiman ;

    - Penilaian kependudukan dan sosial budaya.

    o Penyusunan RTSP Definitive

    - Luasan SP ;

    - Rencana Detail Pemanfaatan ruang SP;

    - Rencana Pembukaan lahan SP ;

    - Rencana Penyiapan bangunan SP :

    o Rencana detail pola usaha pokok dan pengembangan usaha yang

    dapat dikembangkan;

    o Perhitungan Kelayakan usaha transmigran;

    o Telaahan Lingkungan ;

    o Rencana Daya Tampung Penduduk SP ;

    o Rencana jenis transmigrasi yang akan dilaksanakan;

    o Rencana Kebutuhan Pembangunan SP . Untuk pekerjaan RTJ

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    10/95

    9 | P a g e

    o Perhitungan Volume Pekerjaan Pelaksanaan Fisik Pembuatan

    Jalan;

    o Penyempurnaan Desain Jalan sesuai Standar Geometrik Jalan;

    o Analisis Data;

    o Estimasi Volume Pekerjaan dan Biaya.

    IV. RINCIAN KEGIATAN

    4.1. Persiapan

    Persiapan meliputi:

    1. Literatur

    Studi literatur dimaksudkan untuk mengetahui informasi awal

    mengenai kawasan yang akan di studi.

    2. Peta-peta yang harus dikumpulkan oleh konsultan pada pekerjaan ini

    adalah:

    Peta orientasi lokasi skala 1 : 500.000/1.1.000.000;

    Peta alinemen horisontal jalan berikut struktur WPT/LPT dengan

    batasan administrasi dan SKP/SP yang dilalui skala 1 : 250.000;

    Peta alinemen harisontal jalan berikut striktiur dan SKP yang dilalui

    atau yang berdekatan pada skala 1 : 50.000;

    Hasil studi rencana terdahulu yang berhubungan dengan

    penyusunan RTSP dan RTJ seperti : identifikasi wilayah potensi,

    rencana kerangka jaringan transportasi pemukiman, rencana

    jaringan jalan, Peta RKT, peta RSKP, dll;

    Peta-peta lainnya.

    3. Pembuatan Peta Dasar

    Pembuatan Peta dasar diperlukan agar Peta Tematik yang disajikan

    mempunyai koordinat yang sama dan memiliki unsur dasar yang sama

    seperti garis pantai/pulau, permukiman,sungai, jalan dan batas

    desa / batas administrasi. Pembuatan Peta Dasar menggunakan citra

    penginderaan jauhyang mempunyai ketelitian skala 1: 5.000 namun

    ditampilkan dalam peta 1:10.000.

    4. Interpretasi Citra Satelit

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    11/95

    10 | P a g e

    Untuk mengetahui kondisi penutupan lahan awal areal studi, pola

    drainase dan informasi awal mengenai landform secara perlu

    dilakuakn interpretasi citra satelit.

    5. Pembuatan Peta Rencana Kerja

    Berdasarkan hasil studi literatur, interpretasi citra satelit dan hasil

    pembuatan peta dasar , maka dibuat peta rencana kerja survei di

    lapangan.

    a. Untuk RTSP skala 1 : 10.000 yang meliputi rencana survai:

    Rencana survai topografi;

    Rencana survei posisi rumah-rumah serta lahan penduduk yang

    akan dipugar, serta jalan dan Fasum desa eksisting (bila SP pugar);

    Rencana survai tanah;

    Rencana survai hidrologi;

    Rencana survai penggunaan lahan;

    Rencana survei potensi hutan (bila ada);

    Rencana Chek posisi areal yang telah dllakukankonsolidasi tanah

    untuk pemukiman transmigran.

    b. Untuk RTJ skala 1 : 5.000 mencakup informasi-informasi antara lain :

    Data kemiringan/slope(land unit slope) dan punggung bukit;

    Pola drainase;

    Alinemen horisontal rencana jalan;

    Pusat-pusat pemukiman yang dilalui, nama kampung/kotanya bila

    diketahui;

    6. Persiapan peralatan survai lapangan baik alat, chek list dan persiapan

    administrasi.

    Konsultan harus menyiapkan peralatan survei dan bahan yang memadai

    baik dari segi kualitas maupun kuantitas serta telah mendapat persetujuan

    dari pihak Pemberi Tugas. Konsultan juga harus menyiapkan tenaga

    personil sesuai dengan bidang tugas dan keahliannya.

    4.2. Koordinasi

    Koordinasi dimaksudkan sebagai upaya agar pekerjaan lapang berjalan

    dengan lancar sesuai dengan rencana. Untuk itu perlu disiapkan

    kelengkapan administrasi koordinasi dengan instansi terkait baik intern

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    12/95

    11 | P a g e

    maupun ekstern di tingkat pusat, diantaranya Dinas Transmigrasi Provinsi

    dan Kabupaten, Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/Kab, Dinas

    Perhubungan Prov/Kab, ASDP setempat sehubungan dengan prasarana

    dan pemukiman transmigrasi yang akan direncanakan. Kegiatan ini dapat

    dibantu oleh pengawas lapangan atau asisten pengawas lapangan.

    Hal-hal yang perlu dikoordinasikan:

    1) Pemantapan lokasi kegiatan;

    2) Pencapaian lokasi;

    3) Program Dinas yang menangani Transmigrasi terhadap pembangunan

    fisik yang direncanakan dan UPT-UPT di sekitar lokasi proyek;

    4) Program Pemda dan lintas sektor terkait;

    5) Informasi kemampuan kontraktor di daerah tersebut;

    6) Personil Dinas yang akan mengantar ke lokasi proyek.

    4.3. Musyawarah I

    Musyawarah dilakukan tiga kali bersama dengan kepala desa, tokoh

    masyarakat dan masyarakat, aparat desa dan kecamatan, dinas yang

    membidangi ketransmigrasian kabupaten/kota, pelaksana pekerjaan dan

    wakil dari pusat. Musyawarah dilakukan sebanyak 3 kali:

    Musyawarah tahap I dilaksanakan pada waktu tiba di lapangan :Pada

    tahap ini merupakan pemantapan hasil sosialisasi sebelumnya yang

    dilakukan oleh dinas kabupaten/kota.

    Untuk SP baru, hasil musyawarah ini dituangkan dalam bentuk berita

    acara yang antara lain berisi :

    Persetujuan untuk dilakukan penyusunan tata ruang permukiman;

    Kesepakatan terhadap data atau dokumen legalitas serta pernyataan

    masyarakat;

    Kesediaan menerima warga transmigran dari luar daerah tersebut

    beserta dengan informasi lain yang diperlukan;

    Penentuan waktu survai pendahuluan (inventarisasi calon peserta TPS,

    identifikasi FU, identifikasi prasarana jalan dan identifikasi areal calon

    permukiman baru) beserta pendamping baik dari tingkat kecamatan,

    desa, dan warga desa yang berkepentingan; Penentuan waktu musyawarah II.

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    13/95

    12 | P a g e

    Untuk SP Pugar :

    Sosialisasi konsep pemugaran;

    untuk mengkonfirmasi kesepakatam yang telah dilakukan

    sebelummnya, atas kesediaannya masyarakat untuk menerimatransmigran dalam satu kesatuan pemukiman dan ;

    Kesepakatan terhadap data atau dokumen legalitas serta surat

    penyerahan tanah yang telah mereka tandangani dan telah diterbitkan

    surat persetujuannya dari BPN;

    Menginventariir data rumah yang perlu dipugar;

    Inventarisasi calon TPS ;

    Usulan calon TPA; persetujuan dilakukan penyusunan tata ruang permukiman yang

    terintegrasi dengan desa tersebut;

    Pembuatan Berita Acara.

    4.4. OrientasiLapangan

    Orientasi lapang meliputi Batas areal studi , Batas areal survai sesuai peta

    rencana kerja dan disempurnakan di lapangan, Orientasi calon

    permukiman, penentuan untuk patok awal.

    4.5. SurvaiLapangan

    4.5.1. Untuk Kegiatan Penyusunan RTSP

    Survai Pendahuluan di Seluruh Areal Survai (untuk SP pugar batas

    administrasi desa)

    1. Survai topografi meliputi :

    o

    Penentuan BM 0 dan baseline;o Survai kelerengan pada jalur rintisan per 500 m;

    Untuk SP baru survei kelerengan diseluruh areal survai

    sedangkan untuk SP pugar terbatas pada areal hasil konsolidasi

    lahan untuk SP Pugar, survai dan Pemetaan topografi ada

    tambahan yaitu:

    Pemetaan posisi rumah penduduk, sarana dan prasarana

    yang harus dipugar;

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    14/95

    13 | P a g e

    Pemetaan posisi FU dan jalan yang akan diperbaiki

    (fungsional).

    2. Survai Tanah pada jalur rintisan per-500 m di seluruh areal survai;

    3. Survai Penggunaan Lahan Dan Sumber Daya Hutan pada jalur

    rintisan per-500 m di seluruh areal survai;

    4. Survai Iklim dan Hidrologi ;

    5. Survai dan pemetaan penduduk peserta pugar :

    o Inventarisasi nama-nama penduduk yang akan dipugar rumahnya;

    o Inventarisasi pecahan KK dan lahan miliknya untuk dibangunkan

    rumah;

    o Identifikasi FU dan jalan yang akan diperbaiki (fungsional).

    6. Survai Agro Ekonomi di desa calon pugar.

    4.5.1.1. Survai Pendahuluan Topografi

    A. Survai Kerangka dan Kelerengan ( SP baru di seluruh areal

    survai , SP Pugar di Areal hasil konsolidasi lahan)

    Survai pendahuluan topografi mengacu pada peta dasar sementara

    dibuat Peta Kerja 1: 10.000 yang memuat:

    o Jalur-jalur pengamatan guna penetuan titik-titik sampling lapangan;

    o Patok-patok RSKP (BM dan Patok Areal Terekomendasi);

    o Sejumlah GCP (Ground Control Point) titik control lapangan yang

    menyebar di area survai;

    o Kerangka pemetaan;

    o Letak desa eksisting, jalur rintisan per 500 m dan kelas kemiringan

    lahan sementara.

    B. Pengukuran Pengikatan

    Kerangka pemetaan /Base line harus diikatkan kepada titik referensi

    berupa Titik Kontrol Nasional yang berada didekat lokasi. Apabila

    tidak ditemukan titik kontrol nasional, maka dapat dipilih suatu titik

    pada peta dasar yang dapat dikenali pada peta dan mudah dicari di

    lapangan.

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    15/95

    14 | P a g e

    o Berdasarkan Peta Rencana Kerja Topografi, pengukuran harus

    diikatkan terhadap patok hasil RSKP titik tetap (BM) dan Patok

    areal terekomendasi.

    o Pengukuran Pengikatan menggunakan theodolite ketelitian 30,

    pengukuran sudut horizontal dilakukan bersamaan pengukuran

    vertical (tachimetry).

    o Datum vertikal dapat menggunakan ketinggian permukaan air laut

    rata-rata atau ketinggian Baromatrik atau ketinggian patok BM

    RSKP.

    o Pada setiap BM, GCP dan titik penting lainnya di cek koordinatnya

    dengan GPS.

    o Ketelitian Pengukuran Pengikatan disyaratkan sebagai berikut:

    Ketelitian sudut: 4n (n= jumlah titik polygon)

    Ketelitian linier jarak: 1/2000

    Ketelitian beda tinggi: 60 mmDKm (D= jumlah jarak dalam

    Km).

    C. Pengukuran Kerangka Pemetaan/ Base Line

    o Kerangka Pemetaan/Base line direncanakan sedemikian rupadiatas Peta Kerja sehingga membagi areal survai menjadi dua

    bagian yang sama besar.

    o Jarak base line ke batas areal survai tidak boleh lebih dari 3 Km,

    bila lebih harus dibuat base line yang sejajar dengan base line

    pertama.

    o Pemasangan Patok Beton (BM) setiap jarak 3 Km atau sekitar 60

    titik polygon, sebagai titik control pengukuran. Sebagai titik controlbantu dibuat dari Bahan PVC di cor beton (BL), dipasang setiap

    jarak 1 Km.

    o Patok BM dibuat dengan ukuran 15 cm x 15 cmx 80 cm, ditanam

    dengan bagian didalam tanah 60 cm. Patok BL menggunakan pipa

    PVC diameter 4 inchi, panjang 80 cm, ditanam dengan bagian

    didalam tanah 50 cm

    o Pengukuran Base line menggunakan alat ukur theodolite dengan

    kelengkapannya. Ketelitian pembacaan theodolite untuk sudut

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    16/95

    15 | P a g e

    horizontal minimal 30". Untuk pengecekan koordinat BM, BL dan

    titik penting lainnya di cek dengan GPS.

    o Pengukuran base line dilakukan pulang pergi atau merupakan loop

    tertutup.

    o Sudut horizontal diamati dengan pembacaan ke target belakang

    bacaan biasa, lalu ke target depan bacaan biasa, lalu dengan

    posisi teropong luar biasa target depan dibaca luar biasa, kemudian

    diarahkan ke target belakang bacaan luar biasa (B B,LB LB)..

    o Bersamaan dengan pengukuran horizontal dilakukan pengukuan

    beda tinggi dengan metoda tachymetry. Selisih beda tinggi

    pembacaan Biasa dan Luar Biasa ke target belakang tidak boleh

    lebih dari 2 mm, demikian juga untuk target depan.

    o Pengukuran jarak dilakukan dengan pita ukur pulang pergi.

    o Jarak antara dua titik polygon yang berurutan 50 m maksimum

    100m.

    o Tingkat ketelitian pengukuran base line disyaratkan sebagai

    berikut:

    Ketelitian sudut: 4n (n= jumlah titik polygon)

    Ketelitian linier jarak: 1/2000

    Ketelitian beda tinggi: 60 mmDKm (D= jumlah jarak dalam

    Km).

    D. Pengecekan data Kemiringan Lahan

    o Hasil digitasi citra satelit stereo yang telah melalui proses

    pengolahan citra diperoleh data dalam bentuk DEM selanjutnya

    dikonversi menjadi data kemiringan lahan.o Selanjutnya dibuat kelas-kelas kemiringan lahan sementara pada

    seluruh areal survai RTSP pada peta kerja.

    o Berdasarkan peta kerja dilakukan pengecekan kelas kemiringan

    lahan sementara di lapangan, pengamatan merata pada setiap

    kelas kemiringan lahan dan menyebar di seluruh areal survai.

    Setiap kelas kemiringan minimal diamati sebanyak 5 titik.

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    17/95

    16 | P a g e

    o Pengecekan kemiringan lahan dilakukan pada titik-titik tertentu

    dalam jalur rintisan per 250m sesuai dengan peta kerja dengan

    memperhatikan kelas kemiringan yang akan dicek.

    o Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat ukur

    clinometer, kompas , pita ukur dan GPS.

    o Pengamatan kemiringan dilakukan dengan jarak 50 m ke depan,

    ke kanan dan kiri. Dari data prosentase kemiringan (%) yang

    didapat baik positif/tanjakan maupun negatip/lereng, akan diambil

    nilai yang maksimum.

    o Tempat berdiri pengamatan dan titik target diamati koordinatnya

    dengan menggunakan GPS, koordinat dalam UTM .

    o Berdasarkan hasil pengamatan kemiringan lahan tadi di lakukan

    perbaikan terhadap peta kemiringan lahan.

    o Pengelompokan kemiringan lahan berdasarkan bentuk

    topografinya terbagi atas beberapa kelas kemiringan lahan :

    - Datar 03 %- Landai/ berombak 38 %- Bergelombang 815 %- Agak Berbukit 1525 %- Berbukit 2540 %- Bergunung > 40 %.

    o Keberadaan detail alam pada jalur rintisan dan sekitarnya seperti

    sungai, alur, rawa jalan dan sebagainya harus diukur koordinatnya

    menggunakan GPS dan dimensinya di catat. Selanjutnya,

    keberadaan detail-detail tersebut harus dicatat dan dibuat sketsa

    lapangannya dalam buku ukur.

    E. Pemetaan Posisi Rumah Penduduk , Sarana dan Prasarana Yang

    Harus Dipugar

    Dengan menggunakan hasil interpretasi citra satelit resolusi tinggi

    skala 1: 10.000 namun dengan ketajaman skala 1 : 5.000, sangat

    membantu dalam pemetaan tata letak permukiman dan fasilitas

    umum, sebab permukiman akan terlihat jelas namun masih diperlukan

    pengecekan di lapangan yaitu:

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    18/95

    17 | P a g e

    1. Pengecekan tata letak/posisi obyek yang ada di peta dengan skala

    dilakukan:

    Melakukan pengukuran on screen koordinat obyek-obyek yang

    mudah diidentifikasi dengan mencatat dan membuat daftar

    koordinat obyek tersebut.

    Dengan menggunakan peta rencana kerja, posisi obyek-obyek

    tersebut di cek koordinatnya di lapangan dengan menggunakan

    GPS.

    Berdasarkan hasil pengecekan bila terjadi perbedaan, maka

    koordinat di peta disesuaikan dengan koordinat lapangan.

    2. Pengukuran obyek di lapangan menyangkut: Luas bangunan dan luas tanah/ lahan pekarangan dengan

    menggunakan GPS melakukan pengukuran pada setiap pojok

    bangunan dan setiap pojok tanah/ lahan pekarangan.

    Pengukuran ini harus melibatkan pemilik rumah dan tetangga

    yang bersebelahan (sebelah Kanan, kiri dan belakang). Hal ini

    dikaitkan nantinya dengan pemberian sertifikat hak milik atas

    tanah melalui program Transmigrasi dengan luas maksimum 2

    Ha.

    Dengan GPS perlu di ukur letak/posisi, luas dan batas sawah,

    empang, ladang, kebun di permukiman

    Dengan menggunakan alat ukur theodolit dan waterpass

    dilakukan pengukuran panjang dan lebar jalan di permukiman,

    panjang dan lebar sungai/ saluran di permukiman.

    3. Hasil pengukuran lapangan setelah melalui proses pengolahandata akan disajikan peta tata letak permukiman desa eksisting

    dengan menggunakan GIS.

    4.5.1.2. Survai Pendahuluan Tanah

    Survai Pendahuluan Tanah seperti halnya survai topografi untuk

    perencanaan SP baru dilakukan di seluruh areal survai , Sedangkan

    untuk perencanaan SP Pugar terbatas di areal hasil kesepakatankonsolidasi lahan ditambah mengambil beberapa sampel mewakili di

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    19/95

    18 | P a g e

    Lahan yang diusahakan penduduk setempat.

    Survei tanah merupakan kegiatan pengumpulan data kimia, fisik, dan

    biologi dilapangan maupun dilaboratorium, dengan tujuan pendugaan

    penggunaan lahan umum maupun khusus.

    Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan

    memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah, yang

    mempunyai kesamaan sifatkedalam satuan peta tanah tertentu. Sifat

    dari satuan peta secara singkat dicantumkan dalam legenda,

    Sedangkan uraian lebih detail dicantumkan dalam laporan survei

    tanah yang selalu menyertai peta tanah tersebut (Hardjowigeno,1995). Hasil survei tanah ini selanjutnya akan digunakan dalam

    proses penilaian kesesuaian lahan.

    Survei tanah akan memiliki kegunaan yang tinggi jika teliti dalam

    memetakannya, hal itu berarti :

    Tepat mencari site yang representatif, tepat meletakkan site

    pada peta yang harus didukung oleh peta dasar yang baik;

    Tepat dan benar dalam mendeskripsi profil serta menetapkan

    sifat-sifat morfologinya;

    Tepat dalam mengambil contoh tanah yang representatif;

    Benar dalam melakukan analisis laboratorium.

    Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam survei tanah:

    1. Metoda Grid Kaku (Rigid Grid)

    a. Diterapkan pada survei tanah semi detil sampai dengan

    detil, dimana tidak tersedia foto udara.

    b. Kalaupun foto udaranya tersedia, mungkin skalanya terlalu

    kecil dan mutunya sangat rendah

    c. Daerah yg disurvei tertutup awan/kabut

    d. Kenampakan permukaan tidak jelas atau daerahnya sangat

    homogen dan datar

    e. Daerah yang disurvei tertutup vegetasi yg rapat dan lebat

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    20/95

    19 | P a g e

    f. Daerah survei berrawa, padang rumput atau savana yang

    tidak menampakkan gejala permukaan.

    Dalam metoda ini, pengamatan dilakukan dalam pola teratur pada

    interval titik pengamatan yang berjarak sama dalam kedua arah.

    Sangat cocok diterapkan pada daerah-daerah di mana posisi

    pemeta, sukar ditentukan dengan pasti.

    Keuntungan Metoda Grid-Kaku: Tidak memerlukan tenaga

    surveyor yang berpengalaman, karena lokasi titik-titik pengamatan

    sudah di plot pada peta rintisan (peta rencana-pengamatan).

    Kerugian Metoda Grid-Kaku: Perlu waktu sangat lama, terutama

    untuk kondisi lokasi / medan yang berat. Penggunaan titik

    pengamatan tidak efektif. Sebagian dari lokasi pengamatan,

    tidak mewakili satuan peta yang dikehendaki (misal pada tempat

    pemukiman, daerah peralihan satuan lahan dll).

    2. Metoda Fisiografik (dengan bantuan foto udara)

    a. Sangat efektif pada survei tanah berskala < 1 : 25.000, dan

    tersedia foto udara berkualitas cukup tinggi.

    b. Hampir semua batas satuan peta diperoleh dari IFU,

    sedangkan kegiatan lapangan hanya untuk mengecek batas

    satuan peta dan mengidentifikasi sifat dan ciri tanah masing

    masing satuan peta.

    c. Pengamatan dilakukan pada tempat-tempat tertentu pada

    masing-masing satuan peta.

    Gambar Lokasi titik observasi pada metode fisiografik : jumlah

    pengamatan pada tiap-tiap satuan peta tergantung Ketelitian IFU (

    intepretasi foto udara) dan keahlian serta kemampuan surveyor

    dalam memahami hubungan fisiografi dan keadaan

    tanah.Kerumitan (kompleks tidaknya) satuan peta tersebut. Makin

    rumit dan makin banyak luasan satuan peta sehingga jumlah

    pengamatannya pun semakin banyak.

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    21/95

    20 | P a g e

    3. Metoda Grid Bebas

    a. Perpaduan metoda grid-kaku dengan metoda fisiografi.

    b. Digunakan pada survei detil sampai dengan semi-detil, yang

    kemampuan foto udara dianggap terbatas dan di tempat-

    tempat yang orientasi lapangan cukup sulit.

    c. Pengamatan lapangan dilakukan pada titik-titik seperti pada

    grid-kaku, tapi jarak titik-titik pengamatan tidak perlu sama

    dalam dua arah, tetapi tergantung keadaan fisiografi.

    d. Jika terjadi perubahan fisiografi yang menyolok dalam jarak

    dekat pengamatan akan lebih rapat.

    e. Jika bentuk-lahan relatif seragam maka pengamatan akan

    renggang.

    f. Sangat baik diterapkan oleh surveyor yang belum

    berpengalaman dalam IFU.

    Variasi Penentuan Titik Observasi Dalam Survei Tanah

    1. Penentuan titik observasi dalam Daerah Kunci (Key Area). Fungsi

    Key Areaadalah :

    a. Untuk mempelajari tanah secara lebih detil daripada skala

    peta final.

    b. Untuk membuat definisi satuan peta dengan menyusun

    legenda peta sementara.

    c. Untuk membuat korelasi antara SPT dg citra foto.

    d. Untuk mengumpulkan data SDL (pola tanam, LU, produksi,

    dosis pupuk dll) secara lebih lengkap. Beberapa syarat

    daerah kunci adalah :

    - Dapat mewakili sebanyak mungkin satuan yg ada dibuat

    pada daerah yang hubungan tanah-landskap dapat

    dipelajari dengan mudah.

    - Tidak boleh sejajar dengan batas landform.

    - Usahakan mencakup semua satuan peta yang ada.

    - Jumlahnya harus memadai.

    - Aksesibilitasnya tinggi

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    22/95

    21 | P a g e

    2. Penentuan Titik Observasi Dalam Transek juga merupakan

    daerah pewakil sederhana dalam bentuk jalur/rintisan yang

    mencakup satuan landform, sebanyak mungkin.

    Key Area Metode survei tanah menggunakan dua pendekatan

    utama, yaitu pendekatan sintetik dan analitik:

    o Pendekatan Sintetik Untuk membagi permukaan tanah

    sebagai suatu satuan peta tanah adalah dengan cara

    mengamati, mendeskripsikan dan mengklasifikasikan profil-

    profil tanah sesuai dengan taksonomi yang digunakan

    sebagai acuan untuk memberi batas pada peta tanah yang

    ada, batas tersebut dapat digunakan untuk menggabungkan

    daerah sekitar pengamatan yang memiliki profil serupa atau

    yang berbeda dengan yang lain seusai denga klasifikasi

    taksonomi yang digunakan.

    o Pendekatan analitik dilakukan di daerah survei tersebut

    dengan cara: Hal yang dilakukan pertama adalah interpretasi

    foto udara yang ada atau didapat dari citra satelit, gunakan

    acuan sifat-sifat tanah yang dapat dilihat dengan

    menggunakan foto udara seperti jenis topografi, vegetasi dan

    bahan induk ( warna ) sehingga dapat menentukan jenis

    landformnya. Kemudian memberi batas-batas permukaan

    tanah yang memiliki sifat-sifat tanah yang dianggap berbeda-

    beda. Melaksanakan karakterisasi satuan-satuan yang

    dihasilkan melaluipengamatan dan pengambilan contoh tanah

    di lapangan.

    Pemetaan tanah yang akan dilakukan adalah untuk menghasilkan

    peta tanah di wilayah perencanaan pada skala 1: 10.000 dengan

    menggunakan klasifikasi tanah sistem taksonomi tanah USDA/FAO

    pada kategori famili atau seri dengan fasenya. Satuan peta yang

    diperoleh adalahKonsosiasi, beberapa kompleks dan asosiasi, satuan

    tanah yang ditampilkan adalah Famili atau Seri. Pola penyebaran

    tanah berdasarkan homogenitas karakteristiknya sehingga terbentuk

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    23/95

    22 | P a g e

    soil mapping unit atau satuan peta tanah (SPT).

    Survei Pemetaan dan pengamatan tanah ini dilakukan dengan

    menggunakan unsur-unsur satuan-unsur satuan peta tanah yang

    terdiri dari satuan tanah, landform, relief dan bahan induk. Untuk

    mempermudah dalam pemetaan dan pengamatan tanah serta

    mempercepat waktu pelaksanaan survei , digunakan citra satelit yang

    jenisnya sama dengan digunakan untuk survei topografi yaitu data

    SPOT 5 atau Allos, untuk melakukan identifikasi satuan-satuan peta

    tanah.Sebelum dilakukan survei pengamatan tanah terlebih dahulu

    dibuatkan peta kerja pengamatan tanah/Peta Satuan Lahan Homogen

    sementara yang selanjutnya akan dipergunakan sebagai dasarevaluasi lahan setelah dilakukan revisi delineasi berdasarkan kondisi

    lapangan. Unsur-unsur pembentuk satuan lahan homogen adalah

    suatu lokasi wilayah yang mempunya satuan tanah yang homogen

    terdiri dari relief, landform, bahan induk (peta geologi), penggunaan

    tanah. Peta satuan Lahan Homogen ini selanjutnya akan dilakukan

    proses evaluasi kesesuaian lahan.Peta satuan lahan homogen

    disusun terdiri dari landform, relief, bahan induk dan penggunaan

    tanah.

    Tatacara survei tanah :

    1. Tujuan survei tanah ini dilakukan untuk mengklasifikasikan jenis-

    jenis tanah diwilayah perencanaan pada skala 1:10.000 dan

    mengumpulkan karekteristik dan kualitas tanah untuk tujuan

    evaluasi lahan. Karakteristik lahan yang merupakan gabungan

    dari sifat-sifat lahan danlingkungannya diperoleh dari data yang

    tertera pada legenda peta tanah danuraiannya, peta/data iklim

    dan peta topografi/elevasi.

    2. Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi

    lahan dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu

    topografi, tanah dan iklim. Karakteristik lahan tersebut (terutama

    topografi dan tanah) merupakan unsur pembentuk satuan peta

    tanah.

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    24/95

    23 | P a g e

    3. Penentuan titik Pengamatan dilakukan dengan berdasarkan

    satuan peta lahan homogen dengan jumlah titik pengamatan

    dilakukan proporsional dengan luasan dan tingkat homogenitas

    karakteristik tanah pada masing-masing satuan peta tanah.

    4. Pengamatan tanah dilakukan dengan cara pengamatan

    penampang profil dan pengeboran pada masing-masing titik

    pengamatan yang mewakili masing-masing satuan peta tanah

    homogeny

    5. Pengamatan tanah dilapangan dilakukan berdasarkan petunjuk

    survei soil survey staff/Dokumen Petunjuk Pengamatan tanah

    dari Balai Besar Sumberdaya Lahan/Puslittanak tahun 1993.

    Contoh Tabel deskripsi profil dan pengeboran lihat lampiran.

    Sedangkan pengamatan pengujian kesuburan dilapangan

    dilakukan dengan mengunakan soil test kit kesuburan tanah.

    6. Jumlah profil pewakil masing-masing SPT minimal 2 profil dan

    jumlah titik pengeboran mengikuti jalur transek (sedikitnya

    dilakukan pada beberapa lokasi yaitu pada bagian lereng bawah,

    lereng tengah, lereng atas/puncak, sehingga akan diperoleh 3-5

    titik setiap satuan lahan), atau minimal 1 titik pengamatan untuk

    luasan 12,5 ha di seluruh areal survai ..

    7. Jika extrapolasi berdasarkan kesamaan karakteristik landform,

    bahan induk dan relief.

    8. Setiap SPT akan diambil sampel tanah komposit minimal 2

    sampel komposit, pada kedalaman 0-30 dan 30-60 cm yang

    selanjutnya akan dilakukan analisa laboratorium untuk penilaian

    kesuburan tanah dan penilaian kesesuaian lahan.

    9. Laboratorium analisis disarankan dilakukan dilaboratorium yang

    sudah terakreditasi, misalnyaLaboratorium BBSDL, Laboratorium

    Riset Perkebunan atau Laboratorium Tanah Perguruan Tinggi.

    10. Sebelum dilakukan analisis laboratorium, sampel tanah dan air

    perlu dilakukan pengecekan ulang misalnya, data deskripsi,

    penomoran/label, kondisi contoh tanah utuh.

    11. Untuk tanah gambut hendaknya dilakukan pemboran denganmenggunakan bor gambut terhadap kedalamannya sampai

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    25/95

    24 | P a g e

    dijumpai batuan /lapisan tanah mineral denganserta diamati

    ketebalandan tingkat kematangan bahan organik(Fibrist, Hemist,

    Saprist) serta potensi gambut dengan melakukan analisa Kadar

    Abu di laboratorium.Untuk Gambut di daerah pasang surut dan

    rawa lebak perlu itu diukur kedalaman pirit ( FeS2) serta sifat

    drainasenya.

    Pengamatan pemboran dan diskripsi profil mengikuti

    pedoman Soil survai manual (Soil Survai staff, 1951, 1961)

    atau Pedoman Pengamatan tanah di lapang (Dok LPT,

    1969).

    Pemetaan tanah/satuan lahan dilakukan pada tingkat

    semidetail untuk seluruh areal survai dan tingkat detail untuk

    calon lahan pekarangan/pangan fasilitas umum dengan

    klasifikasi menurut terminologi dari Pusat Penelitian Tanah

    (PPT, 1983) dan disebutkan padanannya menurut sistem Soil

    Taxonomy (USDA, Eighth Edition 1999). Pada setiap macam

    tanah sekurang-kurangnya dibuat 2 profil, salah satu profil

    pewakil diambil contoh tanah setiap lapisan/horizon untuk

    dianalisa di laboratorium.

    Peta Satuan Tanah/satuan lahan disajikan pada skala 1:

    10.000 untuk seluruh areal survai berdasarkan pengamatan di

    lapangan dan jika ada dilengkapi hasil interpretasi foto udara.

    Peta tanah (Peta tanah dan kesesuaian lahan) Skala 1:10.000

    dilengkapi dengan klasifikasi menurut 3 sistem tersebut di

    atas dan penilaian kesesuaian lahan untuk setiap Satuan Peta

    Lahan (SPL) tersebut. Peta Satuan Lahan skala 1 : 10.000

    dan 1 : 5000 dilengkapi dengan legenda satuan tanah/lahan

    dengan menunjukkan deskripsi (skema) yang meliputi :

    kedalaman efektif, tekstur lapisan atas dan bawah, drainase

    tanah, struktur, konsistensi, reaksi tanah (pH), kapasitas tukar

    kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB).P2O5, K2O serta C

    organik. Setiap titik observasi tanah baik pemboran, profil,

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    26/95

    25 | P a g e

    komposit dan contoh fisik/undistrub-sample (jika ada) di

    plotkan pada peta yang disajikan.

    Contoh tanah komposit untuk penilaian kesuburan diambil

    pada lokasi yang dicalonkan untuk pekarangan (LP) dan

    Lahan Usaha I (LU.I), dengan kerapatan satu contoh untuk

    setiap blok/kelompok lahan pekarangan atau minimal per 25

    ha (50 KK) diambil dari kedalaman 0-30 cm. Sedangkan untuk

    Lahan Usaha II dengan kerapatan satu contoh per 50 Ha

    pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm.

    Jenis analisa yang perlu dilakukan untuk contoh profil dan

    kesuburan adalah :

    Tabel

    Analisa Tanah di Lokasi Transmigrasi

    JENIS ANALISACONTOH

    PROFIL

    CONTOH

    KESUBURANKETERANGAN

    Tekstur dalam 3 fraksi

    pH (H2O dan Kel 1 : 1)

    Total P

    Total KKapasitas Tukar Kation

    (KTK)

    Kejenuhan Basa (KB)

    Ca, Mg, K, Na dapat ditukar

    Total N

    C Organik

    P Tersedia

    Toksisitas & kekahatan *

    Al, H dapat ditukar

    V

    V

    V

    VV

    V

    V

    V

    V

    -

    V

    V

    V

    V

    VV

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    Contoh kesuburan

    secara kwalitatif dapat

    dilakukan di lapangan

    (Soil Test Kit)

    Ket : V = Dilakukan

    - = Tidak dilakukan

    * = : Dilakukan terutama untuk tanah-tanah bermasalah

    Penyajian Satuan Peta Lahan (SPL)

    Disajikan pada skala 1 : 10 .000 untuk seluruh areal

    survai

    Dilengkapi dengan Legenda Satuan Lahan yang

    menunjukkan deskripsi yang meliputi : macam tanah,

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    27/95

    26 | P a g e

    kedalaman efektif, tekstur lapisan atas dan bawah,

    struktur, konsistensi, reaksi tanah (pH), Kapasitas Tukar

    Kation (KTK), Kejenuhan Basa (KB), drainase tanah,

    P2O5, K2O, C organik,status kesuburan dan kondisi

    factor pembatas yang menonjol seperti : kejenuhan

    alumunium, gambut, banjir, erosi, sulfat masam dan

    sebagainya.

    Setiap titik pengamatan tanah dan pemboran profil di

    plotkan pada peta SPL yang dilengkapi dengan macam

    tanah, kedalaman efektif, tekstur lapisan atas dan bawah

    serta kedalaman drainase.

    Evaluasi Kesesuaian Lahan

    Penilaian kesesuaian lahan harus dilakukan berdasarkan

    prinsip sesuai seperti yang diterapkan dalam A Frame Work

    Land Evaluation (FAO.1976).

    Kesesuaian lahan dinilai pada tingkat Sub Kelas dan tingkat

    Unit. Tingkat Sub kelas untuk 3 tipe penggunaan lahan yaitu

    padi sawah, tanaman pangan lahan kering dan tanaman

    tahunan terhadap seluruh areal survai (Skala 1 : 10.000).

    Penilaian ini dimaksudkan untuk :

    Penentuan lahan-lahan yang memiliki potensi Tanaman

    Pangan dan Tanaman Tahunan.

    Evaluasi kesesuaian lahan tanaman Pangan dan

    Tahunan (jika berdasarkan perhitungan analisa ekonomi

    terhadap alternatif tanaman pangan dan tahunan memiliki

    kelayakan yang lebih tinggi, Konsultan dapat menyusun

    evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman lain sesuai

    yang direkomendasikan).

    Penilaian kesesuaian lahan pada tingakt unit, khusus dinilai

    tipe penggunaan komoditi tanaman pangan pokok dan

    tanaman pangan yang diusulkan dinilai secara aktual dengan

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    28/95

    27 | P a g e

    masukan input teknologi, tingkat rendah yang diperlukan

    sehingga didapat kesesuaian lahan potensial. Begitu pula

    untuk tipe penggunaan lain, juga untuk tanaman tahunan

    yang diusulkan. Kesesuaian lahan tingkat unit disajikan pada

    peta skala 1 : 10.000.

    Jika dari hasil evaluasi kesesuaian lahan seperti tersebut

    diatas (standar rata-rata) lokasi studi tidak dapat

    dikembangkan untuk usaha tani tanaman pangan konsultan

    diharuskan membuat penilaian kesesuaian lahan secara

    standar tidak di rata-rta (STR) atau dengan

    mempertimbangkan input teknologi pada tingkat sedang. Hasilevaluasi kesesuaian lahan disajikan pada peta skala 1 :

    10.000 untuk seluruh daerah survai

    Penilaian kesesuaian lahan secara spesifik untuk setiap

    komoditi tanaman pangan pokok dan tanaman lainnya pangan

    pokok dan tanaman lainnya yang direkomendasikan oleh

    konsultan berpedoman menurut sistem Atlas Format

    Procedures (CSR/FAO-Staff, 1983).

    Penilaian Kesesuaian Lahan

    Penilaian kesesuaian lahan dilakukan pada masing-

    masing SPL di seluruh areal survai.

    Konsultan diharuskan untuk memilih Pedoman

    Pengelompokkan Kelas Kesesuaian Lahan tersebut untuk

    berbagai komoditas yang direkomendasikan dengandisesuaikan kondisi fisik lokasi. Jika masih diperlukan

    Pedoman Pengelompokkan lainnya, harap

    dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Direktorat

    Perencanaan Pembangunan dan Pengembangan

    Kawasan Transmigrasi.

    Penilaian kesesuaian lahan tersebut minimal diarahkan

    untuk penggunaan Padi Sawah (PS), Tanaman Pangan

    Lahan Kering (TPLK) dan Tanaman Tahunan (TT) dan

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    29/95

    28 | P a g e

    Tanaman Perkebunan. Selanjutnya dilakukan penilaian

    kesesuaian lahan untuk beberapa komoditi, sehingga

    dapat ditentukan jenis komoditi yang paling sesuai.

    Penilaian kesesuaian lahan dinilai terhadap :

    a. Kesesuaian Lahan Aktual

    Yaitu dinilai berdasarkan kondisi saat ini dengan

    berdasarkan kriteria standar dari Pedoman

    Pengelompokkan Kelas Kesesuaian Lahan.

    b. Kesesuaian Lahan Potensial

    Yaitu dinilai setelah mempertimbangkan masukan

    (input) baik Rendah, Sedang atau Tinggi (Low Input,Medium Input, High Input). Dalam hal ini (pembatas

    utama) yang perlu diperhatikan adalah faktor kunci

    penentuan kelas kesesuaian lahan yang secara

    potensial dapat ditingkatkan menjadi kelas yang

    lebih tinggi.

    Lahan yang dapat direkomendasikan untuk perencanaan

    tata ruang adalah yang memiliki kelas sesuai secara

    aktual. Dalam hal tertentu jika Konsultan akan

    merekomendasikan lahan kelas sesuai secara potensial,

    terlebih dahulu perlu mendapat persetujuan dari Direktorat

    Perencanaan Pembangunandan Pengembangan

    Kawasan Transmigrasi, Ditjen PKP2Trans.

    Penyajian Peta Kesesuaian Lahan pada skala 1 : 10.000

    untuk seluruh areal survai dengan kesesuaian lahanactual dan potensial.

    4.5.1.3. Survai Penggunaan Lahan Dan Sumber Daya Hutan

    A. Penggunaan Lahan

    Survai penggunaan lahan mengikuti survai Topografi dan Tanah

    Peta penggunaan lahan harus disajikan pada skala 1:10.000 yang

    menunjukkan jenis penggunaan lahan. Peta harus berdasarkan

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    30/95

    29 | P a g e

    pengamatan yang terbaru di lapangan dan data-data penunjang lain

    yang ada.

    Pengamatan di lapangan harus dibuat dan dicatat pada semua

    katagori yang diidentifikasikan dengan satu pengamatan setiap 50

    meter sepanjang semua rintisan dan poligon yang dipakai untuk

    survai tanah.

    Peta penggunaan lahan harus menunjukkan juga batas-batas HPH,

    Long Yard dan Camp serta jalan angkutan kayu utama (main

    logging road) dengan cabang-cabangnya, dan jembatan yang ada;

    kesemuanya meliputi yang sedang direncanakan maupun yang

    sudah ada.

    Untuk kelengkapan data, harus menghubungi Instansi

    Perhubungan, Pertanian, BPN, Kehutanan, Pekerjaan Umum serta

    Camat setempat mengenai keadaan lahan pada saat diadakan studi

    serta rencana dari instansi-instansi tersebut yang berkaitan dengan

    masalah penggunaan lahan daerah studi. Wawancara dengan lurah

    dan petani-petani setempat diperlukan antara lain untuk mengetahui

    status pemilikan lahan di aerah studi. Wawancara dengan lurah dan

    petani-petani setempat diperlukan antara lain untuk mengetahui

    status pemilikan lahan di daerah tersebut.

    B. Sumber Daya Hutan

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi tegakan kayu, kelas

    hutan dan status hutan, serta penelitian jenis flora dan fauna. Hasil

    penelitian potensi/tegakan kayu dimaksudkan untuk menjadi masukan

    dalam penentuan kelas hutan yang berguna dalam pengurusan Ijin

    Pemanfaatan Kayu. Penelitian kelas hutan dimaksudkan untuk

    mengetahui kelas hutan dikaitkan dengan biaya pembukaan lahan

    (menurut standar pembukaan lahan pemukiman transmigrasi) serta

    dalam penentuan kelas hutan yang akan dibuka. Penelitian status hutan

    dimaksudkan sebagai masukan bagi penyelesaian status calon lokasi

    (pelepasan hutan).

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    31/95

    30 | P a g e

    Penelitian flora dan fauna dimaksudkan sebagai masukan dalam

    telaahan lingkungan.

    Hasil penelitian hutan harus dipetakan yang dapat menunjukkan

    potensi tegakan;

    Status dan fungsi kawasan hutan menunjukkan sebagai hutan

    produksi, hutan produksi konservasi dan hutan lindung serta izin-izin

    kehutanan. Data tersebut harus dikonsultasikan dengan Dinas

    Kehutanan dan atau Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH)

    Setempat;

    Inventarisasi hutan primer harus memberikan data jumlah volume

    kayu yang biasa digunakan, untuk semua spesies yang mempunyaiDBH sama dengan atau lebih dari 35 cm, dengan kesalahan

    penarikan contoh 10% atau kurang pada tingkat kenyataan 95%;

    Bila klasifikasi ini cukup baik, maka persentase penarikan contoh

    tersebut bisa dicapai dengan contoh kurang dari 1% luasnya, tetapi

    harus ada lebih dari 0,5% luasnya;

    Dalam setiap satuan contoh, semua pohon yang hidup, dengan

    DBH 35 cm atau lebih harus dicatat bersama dengan pohon yang

    lebih jelas sudah rusak. Pohon-pohon harus dicatat menggunakan

    nama jenis (spesies), atau kelompok jenisnya dan 6 (enam) kelas

    garis tengah 35-50 cm, 51-60 cm, 60-70-80, 81-90 cm dan lebih

    besar dari 91 cm ditambah 20% dari hasil satuan pencatatan

    inventarisasi kecuali yang mempunyai DBH 10-34 cm, untuk

    perhitungan ongkos pembukaan lahan;

    Inventarisasi terperinci tidak perlu untuk hutan sekunder, kecuali

    survai pendahuluan menunjukkan bahwa ada 20 M3 per ha atau

    lebih kayu yang bisa dipakai dengan DBH lebih dari 60 cm. Untuk

    perhitungan ongkos pembukaan lahan, data yang diperlukan pada

    hutan sekunder adalah jumlah batang, dalam 9 (sembilan) kelas

    garis tengah: 10-20, 21-30, 31-40, 41-50, 51-60 cm, 61-70 cm, 71-

    80 cm, 81-90 cm dan > 91. Data ini adalah data garis tengah saja

    dan klasifikasi dalam jenis tidak diperlukan.

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    32/95

    31 | P a g e

    Penelitian potensi tegakan kayu dilakukan dengan cara sampling,

    yaitu dengan membuat plot sample 0,1 Ha (50 x 20 meter),

    mengikuti jalur rintisan Topografi dilakukan secara random (acak).

    Penelitian ini dilakukan hanya meliputi 1% dari areal yang akan

    digunakan bagi peruntukan transmigrasi. Penentuan pembuatan

    plot sample dengan cara lain diperbolehkan setelah dikonsultasikan

    dengan Direktorat Perencanaan Pembangunan dan Pengembangan

    Kawasan Transmigrasi.

    Garis tengah pohon yang diukur adalah 1,3 meter di atas

    permukaan tanah (DBH)/10 Cm di atas banjir, untuk semua jenis

    pohon yang tidak rusak dan dikelompokkan dengan garis tengah :

    7-30 Cm, 31-60 Cm, 61-90 Cm, 91-120 Cm dan di atas 120 Cm.

    Kesalahan penarikan contoh 10% atau kurang pada tingkat

    kenyataan 95%. Kelas hutan 1 s.d 10 dikelompokkan menjadi kelas

    hutan primer, sekunder.

    Inventarisasi terinci tidak perlu untuk hutan sekunder, kecuali survai

    pendahuluan menunjukkan bahwaada 20 M3/Ha atau lebih kayu

    yang bisa dipakai dengan DBH lebih dari 60 Cm. Untuk keadaan itu

    cukup dihitung jumlah pohon beserta diameternya.

    Buku Hijau Departemen Kehutanan sangat diperlukan konsultan

    untuk masukan identifikasi jenis pohon dan sebagai panduan untuk

    mentransfer nama pohon lokal ke mana botanisnya.

    Dalam penentuan klasifikasi hutan tersebut perlu diinformasikan

    kondisi lahan (basah, kering, rawa) sebagai masukan cara apa yang

    terbaik dalam rangkaian pembukaan lahan (cara mekanis, manual

    dan sebagainya).

    Status hutan perlu diinformasikan menurut Peta Kawasan Hutan

    dan Perairan , Kategori hutan (basah,kering,rawa) dan pemegang

    konsesi hutan (HPH).

    Penelitian flora dilakukan berdasarkan pengamatan jenis flora yang

    terdapat selama penelitian potensi tegakan kayu, sedangkan

    penelitian fauna dilakukan berdasarkan wawancara dengan dinas

    kehutanan setempat dan penduduk/tokoh masyarakat setempat.

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    33/95

    32 | P a g e

    Konsultan hatus mencatat jenis-jenisnya yang dominant, spesifik

    dan yang dilindungi sebagai masukan dalam telaahan lingkungan.

    Pengamatan flora dan fauna.

    Flora dan faunan (perlu diamati apakah ada flora dan faunan

    langka yang dilindungi, yang merupaka makanan satwa liar dan

    yang potensial untuk pengembangan ekonomi masyarakat)

    perekonomian.

    4.5.1.4. Survai Iklim danHidrologi

    A. Iklim

    Data dan analisa iklim yang dibuat pada tahap RSKPharus dilihat

    lagi dan dipertimbangkan kembali hubungannya dengan model

    usaha tani (Farm Model) yang diusulkan pada daerah tersebut;

    Tipe iklim lokasi studi dianalisa berdasarkan Koppen, Schmidth dan

    Fergusson dan Oldeman;

    Analisa curah hjan bulanan dan variasi mengenai awal dan akhir

    musim kering;

    Analisa data-data curah hujan harian untuk mendapatkan frekuensi

    hari hujan (> 1 mm) tiap bulan dan terjadinya periode kering selama

    5, 10, 15 dan 20 hari (< 5 mm hujan/hari);

    Suatu perkiraan evaporasi potensial dalam batas-batas data-data

    yang ada dan di plot terhadap curah hujan bulan rata-rata. Suatu

    perkiraan harus dibuat mengenai kegawatan masa keringd alam 1

    dan 5 tahun kering.

    B. Hidrologi

    Penyelidikan sumber daya air perlu melihat semua Sub Wilayah

    Aliran Sungai yang akan mempengaruhi daerah studi tersebut,

    berdasarkan pada Laporan tahap RSKP, Interpretasi Foto Udara

    dan peta WAS.

    Penyelidikan hidrologi harus dilakukan untuk semua daerah aliran

    sungai yang akan mempengaruhi daerah tersebut, berdasarkan

    pada Laporan tahap RSKP, Interpretasi Foto Udara, dan peta yang

    ada.

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    34/95

    33 | P a g e

    Peta harus disajikan pada skala 1: 10.000 dimana pada peta

    tersebut digambarkan pola drainase, batas daerah sungai utama,

    daerah genangan dan daerah bahaya banjir. Semua sungai harus

    diteliti mengenai lebar, kedalaman, dan debitnya yang kemudian

    diplot pada peta.

    Daerah bahaya banjir harus diperkirakan berdasarkan data luas

    daerah sungai, perkiraan penyaluran, bentuk sungai, dan informasi

    dari survai topografi, tanah, dan tata guna lahan;

    Pada survai pendahuluan ketersediaan bersih dilakukan dengan

    mengecek sumur air dangkal dari pemukiman penduduk setempat,

    Daerah bahaya banjir harus diperkirakan berdasarkan data luas

    daerah sungai, perkiraan pengaliran, bentuk sungai dan informasi

    dari survai topografi, tanah dan tata guna lahan serta informasi

    penduduk-penduduk daerah sekitar.

    4.5.1.5. Survai prasarana dan sarana

    Berdasarkan hasil pencermatan terhadap perencanaan SKP, di

    lapangan dilihat kembali interaksi SP yang direncanakan dengan SP

    SP lainnya dan melakukan pengecekan dilapangan sehingga

    dapat dipastikan arah orientasi dari SP yang direncanakan

    Juga diiidentifikasi prasarana dan sarana sosialbudaya dan sosial

    ekonomi yang ada di desa pugar.

    Mengidentifikasi rumah-rumah yang perlu dipugar

    Mengidentifiksi kelengkapan rumah nya. apakah pemukiman

    penduduk setempat sudah meiliki jamban keluarga pada setiap

    rumahnya

    4.5.1.6. Survai Agro Ekonomi

    Survei agro ekonomi meliputi:

    a. Cara pengalokasian sumberdaya alam dan membuat kebijakan

    untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

    b. Potensi penguatan modal ekonomi dengan memfokuskan upaya

    membuat sesuatu kelebihan dari kekurangan sumberdaya alam dan

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    35/95

    34 | P a g e

    sumberdaya manusia eksisting, sehingga nilai guna di SP Pugar

    menjadi maksimal.

    c. Identifikasi potensi limbah menjadi barang yang mempunyai nilai

    tambah. Penggunaan limbah sebagai sumber ekonomi antara lain;

    kompos, biogas, biomass, dan pupuk organik.

    Data yang dikumpulkan antara lain:

    Luas dan jenis pemilikan lahan usaha dan;

    Cara mengusahakannya (pola tanam termasuk rotasi tanam dan

    intensitas tanam bercocok tanam yang umum dsb);

    Cara memperoleh bibit dan saprotan lainnya;

    Jenis-jenis tanaman serta tingkat produktifitas/Ha yang memberi

    indikasi dapat dikembangkan dan alasannya;

    Kendala-kendala yang pernah dialami dan berapa besar kerugian

    tanaman karena hama penyakit disertai habitat hama dsb;

    Teknik budidaya pertanian yang sudah diterapkan oleh penduduk

    setempat. Ketersediaan sarana produksi pertanian;

    Kegiatan pasca pertanian yang telah dikembangkan;

    Pemasaran hasil pertanian yang ada, Bagaimana jalur pemasaran

    hasil-hasil usaha tani dan bagaimana keadaan prasarana dan

    sarana angkutan;

    Peranan KUD;

    penyuluhan pertanian yang ada;

    Hasil-hasil uji coba pertanian lapangan yang telah ada/demplot;

    Keadaan swasembada pangan daerah studi;

    Data sekunder yang mendukung/melengkapi data-data tersebut

    dalam butir-butir dapat diperoleh dari :

    o Desa/kampung yang bersangkutan;

    o Kecamatan-kecamatan yang bersangkutan;

    o Tingkat kabupaten.

    Survai Agro Ekonomi di desa calon pugar

    Survei agro-ekonomi meliputi :

    a. cara pengalokasian sumberdaya alam dan membuat kebijakan untukmeningkatkan pendapatan masyarakat.

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    36/95

    35 | P a g e

    b. Potensi penguatan modal ekonomi dengan memfokuskan upaya

    membuat sesuatu kelebihan dari kekurangan sumberdaya alam dan

    sumberdaya manusia eksisting, sehingga nilai guna di SP Pugar

    menjadi maksimal.

    c. Identifikasi potensi limbah menjadi barang yang mempunyai nilai

    tambah. Penggunaan limbah sebagai sumber ekonomi antara lain;

    kompos, biogas, biomass, dan pupuk organic.

    4.5.1.7. Survai dan Pemetaan penduduk peserta TPS/Pugar

    Survai dan pemetaan penduduk dimaksudkan untuk mengetahui jumlah

    penduduk yang akan akan menjadi peserta TPS atau yang masuk dalamSP pugar dan mengetahui kualitas SDM yang ada, survai ini dilakukan

    dengan caramelakukan:

    a. Inventarisasi nama-nama penduduk yang rumahnya (SP Pugar), atau

    inventarisasi penduduk setempat yang akan masuk sebagai TPS ke

    pemukiman transmigrasi ( SP Baru);

    b. Inventarisasi pecahan KK dan lahan miliknya untuk dibangunkan

    rumah (SPPugar);

    c. Inventarisasi penduduk yang memiliki lahan dan tidak memiliki lahan;

    d. Jumlah penduduk dan kepadatan per Km2;

    e. Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur, dengan tekanan

    pada kelompok usiakerja;

    f. Tingkat perkembangan jumlah penduduk;

    g. Komposisi penduduk berdasarkan agama/kepercayaan;

    h. Komposisi penduduk berdasarkan pekerjaan/mata pencaharian;i. Kemungkinan pemanfaatan tenaga kerja penduduk lokal untuk

    pembangunan lokasi transmigrasi.

    4.5.1.8. Survei Sosial Budaya

    Maksud dan tujuan survei aspek sosial budaya adalah untuk mengetahui

    adat istiadat penduduk setempat serta transmigran yang sudah ada, baik

    di dalam maupun sekitar daerah penelitian sebagai masukan di dalammemprediksi akan terjadi gesekan sosial atau konflik sosial dengan akan

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    37/95

    36 | P a g e

    disatukannya penduduk pendatang dengan penduduk setempat dan juga

    sebagai masukan di dalam penyusunan rekomendasi penyiapan

    pemukiman, penempatan, pengembangan pertanian transmigran dan

    telaahan lingkungan.

    Penelitian ini dilakukan dengan cara kuesioner terhadap penduduk

    setempat ditambah wawancara serta survai instansional di desa dan

    Kecamatan. Data yang diambil berupa:

    Suku bangsa yang ada di desa studi saat ini

    Adat istiadat dan hukum adat atas pemilikan/penggunaan lahan;

    Tanggapan penduduk terhadap rencana transmigrasi.

    Fasilitas pelayanan sosial yang ada (seperti fasilitas Pendidikan,

    Kesehatan, Peribadatan, KUD dsb),

    Identifikasi FU dan jalan yang akan diperbaiki (fungsional

    Penelitian kegiatan sosial-ekonomi dimaksudkan untuk mengetahui antara

    lain :

    Jenis pekerjaan utama dan sampingan penduduk

    Rata-rata tingkat pengeluaran keluarga,

    Harga sembilan bahan pokok

    Harga produksi pertanian di pasar terdekat

    Analisa usaha tani saat ini

    4.5.1.9. Musyawarah tahap II

    Musyawarah tahap II merupakan penyampaian hasil inventarisasi dan

    identifikasi yang telah dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan pada

    musyawarah I dan hasil penyusunan RTSP tentative.

    a. Untuk Perencanaan SP baru ditujukan untuk:

    Membuat kesepakatan nama-nama calon peserta TPS yang tidak

    pindah dan yang pindah ke permukiman baru;

    Kesepakatan letak lahan yang diserahkan untuk permukiman

    baru;

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    38/95

    37 | P a g e

    Penentuan waktu survai lapang (topografi, kemiringan, tanah,

    jalan, penggunaan lahan, sumber daya air, kehutanan, sosial

    ekonomi dan budaya) beserta pendamping dari desa dan warga

    yang berkepentingan;

    Penentuan waktu musyawarah III.

    Hasil musyawarah II dituangkan dalam bentuk berita acara.

    b. Untuk Perencanaan SP pugar, ditujukan untuk :

    Mensosialisasikan hasil survai lapangan

    Menyepakati peserta pugar baik yang berasal desa pugar sendiri

    maupun dari luar desa.

    Persetujuan objek pemugaran ( Rumah penduduk setempat,

    SaranaFU dan SAB Desa, Prasarana (Jalan dan Jembatan,serta

    pendukung lainnya) Desa dan Lahan penduduk setempat

    (sertifikasi)

    Persetujuan pengelompokan tingkat pemugaran (Perlakuan yang

    akan diberikan pada penduduk setempat)

    Persetujuan volume pemugaran (Jumlah rumah yang akan

    dipugar beserta nama pemikiknya dan Jumlah transmigran yang

    akan ditempatkan)

    Kesesuaian lahan yang diberikan untuk transmigran

    Hasil musyawarah II dituangkan dalam bentuk berita acara

    4.5.1.10. Survai Detail Di Calon Permukiman Transmigran Dan LU - I

    Survei detail di calon permukiman transmigran dan LU I dilakukan baik

    untuk SP maupun SP Pugar, meliputi:

    Survai Topografi

    Survai Tanah

    Survai penggunaan Lahan

    Survei Hidrologi

    A. Survai Detail Topografi

    Survai detail topografi terdiri survei kelerengan di rintisan per 250 M dan

    pengukuran situasi. Survaiini dilakukan baik untuk perencanaan SP baru

    maupun perencanaan SP pugar.Untuk SP Pugar ditambah survai

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    39/95

    38 | P a g e

    pengukuran jalan desa yang menghubungkan desa induk dengan calon

    permukiman baru transmigran.

    1. Survai Detail Topografi Terdiri Survei Kelerengan Di Rintisan Per 250 M

    Dan Pengukuran Situasi

    Berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah II maka selanjutnya

    dilakukan Survai topografi detail dilakukan pada lokasi calon LP, LU I,

    PD pemukiman transmigrasi baru dengan skala perencanaan 1:

    5.000, untuk mendapatkan data lebih akurat,sehingga peletakan calon

    Lahan Pekarangan dan Pusat Desa sesuai kriteria perencanaan

    permukiman transmigrasi.. Survai topografi detail dilakukan ebagai

    berikut:

    a. Membuat Peta Rencana Kerja skala 1: 5.000 yang

    menggambarkan letak calon LP, LU I, PD dan desa eksisting,

    arah dan panjang rintisan 250 m;

    b. Rintisan direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat

    mengcover calon LP, LU I, PD dan Desa Eksisting. Rintisan 250

    m mengcover calon LP,dan PD di areal permukiman baru;

    c. Berdasarkan base line yang ada, dibuat rintisan tegak lurus baseline dan saling sejajar satu sama lain berupa loop tertutup agar

    memudahkan interpolasi data di atas peta. Bila letak calon LP, LU

    I dan PD jauh dari base line, maka harus dibuat kerangka

    pengukuran tersendiri berupa polygon tertutup/loop, yang terikat

    kepada base line;

    d. Survai topografi detail menggunakan alat ukur theodolite untuk

    pengukuran situasi sehingga dapat diketahui leatak/posisi detail-

    detail topografinya dan bentuk kontur, agar peletakkan LP dan

    Pusat desa benar-benar pada daerah datar, bukan pada areal

    yang curam/terjal;

    e. Jarak antara dua titik pengamatan yang berurutan maksimum 50

    meter Pada awal jalur rintisan, di tengah jalur rintisan dan tepi

    batas LP dilakukan pengukuran koordinat dengan GPS;

    f. Tingkat ketelitian pengukuran rintisan disyaratkan sebagai berikut:

    Ketelitian sudut: 4n (n= jumlah titik polygon)

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    40/95

    39 | P a g e

    Ketelitian linier jarak: 1/2000

    Ketelitian beda tinggi: 60 mmDKm (D= jumlah jarak dalam

    Km).

    2. Identifikasi DanPemetaan Alinemen Jalan Desa Yang

    Menghubungkan Desa Induk Dengan Permukiman Baru

    Oleh karena pada pekerjaan RTSP hanya menyajikan trace jalan

    poros tidak sampai kepada pengukuran profil memanjang, profil

    melintang, situasi jalan dan daya dukung tanah, maka untuk

    memperoleh trace jalan poros yang menghubungkan desa induk

    dengan permukiman baru dapat dilakukan sebagai berikut:

    a. Pada Peta rencana kerja diidentifikasi letak pusat desa induk,

    letak pusat desa permukiman baru dan trace jalan poros yang

    menghubungkan desa induk dengan permukiman baru;

    b. Melakukan pengukuran on screen koordinat titik pusat desa induk,

    koordinat pusat desa permukiman baru dan melakukan identifikasi

    trace jalan desa dengan mempertimbangkan tingkat kelandaian

    jalan, daerah yang sedikit dilalui sungai, mencari jarak terpendek,

    menghindari bangunan-bangunan dan menghindari areal enclave;

    c. Melakukan pengukuran dengan menggunakan GPS di lapangan

    terhadap titik pusat desa induk, titik pusat permukiman baru dan

    perpotongan dengan sungai pada kedua tepi sungai;

    d. Bila terjadi perbedaan antara peta rencana kerja hasil identifikasi

    peta citra dengan keadaan lapangan, maka peta tersebut

    diperbaiki sesuai keadaan lapangan.

    3. Penghitungan Dan Penggambaran

    a. Penghitungan titik-titik pada kerangka pemetaan, titik titik tetap

    serta titik-titik dalam jalur rintisan 500 m dan rintisan 250 m

    dalam system koordinat UTM harus diselesaikan di lapangan;

    b. Penggambaran detail topografi (sungai, jalan, permukiman dan

    sebagainya),pengeplotan titik tinggi (dalam jalur base line, jalur

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    41/95

    40 | P a g e

    rintisan 500 m, jalur rintisan 250 m) dan penarikan kontur harus

    dilakukan di lapangan;

    c. Hasil survai detail rintisan 500 m dan rintisan 250 m harus

    menghasilkan:

    Peta Topografi skala 1: 5.000 dengan interval kontur 2,5m

    sebagai dasar untuk Peta Detail Tata Ruang yang

    menggambarkan peletakkan LP,LU I, PD

    Peta topografi 1: 2.500 dengan interval 1m, sebagai dasar

    untuk Peta Pusat Desa yang menggambarkan tata letak

    bangunan di Pusat Desa.

    B. Survai Detail Tanah

    1. Survai detail tanah dilakukan di lahan calon LP dan LU I, :dengan titik

    pengamatan1/6,25 Ha.

    2. Contoh tanah komposit untuk penilaian kesuburan diambil pada lokasi

    yang dicalonkan untuk pekarangan (LP) dan Lahan Usaha I (LU.I),

    dengan kerapatan satu contoh untuk setiap blok/kelompok lahan

    pekarangan atau minimal per 25 ha (50 kk) diambil dari kedalaman 0-

    30 cm. Sedangkan untuk Lahan Usaha II dengan kerapatan satu

    contoh per 50 Ha pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm.Jenis

    analisa yang perlu dilakukan untuk contoh profil dan kesuburan

    adalah:

    Tabel

    Analisa Tanah di Lokasi Transmigrasi

    JENIS ANALISACONTOH

    PROFIL

    CONTOH

    KESUBURANKETERANGAN

    Tekstur dalam 3 fraksi

    pH (H2O dan Kel 1 : 1)

    Total P

    Total K

    Kapasitas Tukar Kation

    (KTK)

    Kejenuhan Basa (KB)

    Ca, Mg, K, Na dapatditukar

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    Contoh kesuburan

    secara kwalitatif dapat

    dilakukan di lapangan

    (Soil Test Kit)

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    42/95

    41 | P a g e

    Total N

    C Organik

    P Tersedia

    Toksisitas & kekahatan *

    A1, H dapat ditukar

    V

    V

    -

    V

    -

    V

    V

    V

    V

    V

    Ket : V = Dilakukan

    - = Tidak dilakukan

    * = : Dilakukan terutama untuk tanah-tanah bermasalah

    Laboratorium analisis disarankan dilakukan dilaboratorium yang sudah

    terakreditasi, misalnya, Laboratorium BBSDL, Laboratorium Riset

    Perkebunan, atau Laboratorium Tanah Perguruan Tinggi.Sebelum

    dilakukan analisis laboratorium, sampel tanah dan air perlu dilakukan

    pengecekan ulang misalnya, data deskripsi, penomoran/label, kondisi

    contoh tanah utuh.

    3. Peta Satuan Tanah/satuan lahan untuk LP dan LU I disajikan pada skala

    1: 5.000dilengkapi dengan legenda satuan tanah/lahan dengan

    menunjukkan deskripsi (skema) yang meliputi kedalaman efektif, tekstur

    lapisan atas dan bawah, struktur, konsistensi, reaksi tanah (pH), kapasitas

    tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB). Drainase tanah, P2O5, K2O

    serta C Organik. Setiap titik observasi tanah baik pemboran, profil,

    komposit dan contoh fisik/undistrub-sample (jika ada) di plotkan pada peta

    yang disajikan.

    C. Survai Detail Penggunaan Lahan

    Survei detail penggunaan lahan dilakukan bersama sama dengan survei

    topografi.

    D. Survei Hidrologi

    Survei detail hidrologi dimaksudkan untuk mengetahui kepastian

    Ketersediaan Air Bersih di Lahan Pekarangan /pemukiman. Ketersediaan

    air bersih dapat berupa air permukaan , air tanah atau air hujan

    1. Air tanah yang dapat diperoleh dari air sumur yang dangkal harus

    diuji, yaitu dengan membuat sumur uji pada lahan pekarangan dan

    pusat SP, sekurang-kurangnya 2 buah pada tempat yang mewakilidaerah yang diteliti. Sumur uji dibuat sampai kedalaman 10 meter

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    43/95

    42 | P a g e

    dengan menggunakan Portable Hand bor/borhydral/peralatan lain

    yang memungkinkan untuk mengetahui kedalaman aquifer.

    Sedangkan untuk menghitung debit sumur uji digunakan metode

    Recovery Test, kondisi setempat pada waktu pembuatan sumur

    dicatat (misal: keadaan hujan, dekat sungai, dsb).

    2. Posisi/letak sumur uji ditandai dengan patok pralon/PVC dicat merah

    dan diberi nomor urut, dan diikatkan kerintisan T0 terdekat. Air sumur

    uji harus di ukur DHL-nya untuk membedakan air jebakan atau air

    tanah dangkal.

    3. Variasi kedalaman air tanah harus ditentukan dengan alat portable

    hand bor/borhydral/peralatan lain yang memungkinkan dan dengan

    mengamati permukaan air selama studi untuk dapat mengetahui

    fluktuasi air tanah.

    Jika sumur air tanah dangkal tidak tersedia, maka sumur air lain

    yang biasanya digunakan untuk pemukiman transmigrasi harus

    diteliti , seperti:

    o Kolam tandon air atau yang berasal dari mata air. Jika

    Konsultan merekomendasikan pemanfaatan sumber-sumberini, maka harus digambarkan letak air permukaan yang akan

    digunakan sebagai sumber (dalam text map), ditentukan cara

    pengambilan sumbernya, manual atau pompanisasi dan

    pipanisasi. Jika bersifat pipanisasi dan pompanisasi maka

    harus jelas letak Bendalinya, perkiraan panjang pipa yang

    dibutuhkan, jenis pompa dan perkiraan biaya dan sumber

    untuk operasional dan harus diteliti kualitas, kuantitas dan

    kontinuitasnya.

    o Sumber air yang berasal dari air hujan pada dasarnya tidak

    dihendaki sebagai sumber utama, karena sifatnya (yang tidak

    mengandung mineral) yang dalam penggunaan jangka

    panjang dapat merusak kesehatan transmigrasi. Sumber air

    atap ini sifatnya hanya merupakan pelengkap dari sumber air

    lain yang direkomendasikan.

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    44/95

    43 | P a g e

    Analisis terperinci data hujan harus dibuat untuk menentukan

    volume air yang harus dikumpulkan dari atap rumah

    transmigran yang standar (+36 m2) Kebutuhan penerimaan

    air harus dihitung, bentuk dan spsesifikasi standar harus

    disiapkan untuk suatu sistem pengumpulan dan penyimpanan

    air atap;

    Jika sumber-sumber tersebut di atas tidak tersedia, atau tersedia

    tapi tidak mencukupi, maka Konsultan harus merekomendasikan

    perlunya penelitian sumber air tanah dalam, dan

    direkomendasikan penelitian lebih lanjut. Dalam kaitan ini perlu

    ditekankan bahwa rencana tata ruang yang disusun tidak dapat

    diprogramkan pembangunannya sebelum penelitian air tanah

    dalam (pada tahap yang telah lanjut) menjamin ketersediaan

    sumber air untuk transmigran.

    Hasil Analisa Laboratorium kualitas air minum yang

    direkomendasikan dibandingkan terhadap: Peraturan Menteri

    Kesehatan RI Nomor: 907/Menkes/SK/VII/2002. Dalam hal

    kualitas air minum kurang memenuhi syarat konsultan harus

    merekomendasikan penanganan pengelolaan air minum yang

    dapat diterapkan di lokasi Transmigrasi.

    Sedangkan untuk air pertanian dibandingkan terhadap standar

    kriteria FAO dan US Salinity Staf. Laboratorium air diarahkan ke

    Balai POM dan Pusat POM (Pengawasan Obat dan Makanan).

    Hasil lab yang asli dikirim ke Direktorat Perencanaan

    Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi

    Ditjen PKP2Trans.

    Untuk daerah studi yang terpengaruh oleh adanya intrusi air laut

    konsultan harus meneliti batas intrusinya. Penelitian EC harus

    dilakukan secara lebih mendalam. Pengukuran kualitas air (EC

    dan pH) harus dilakukan di lapangan dan di laboratorium untuk

    sumber-sumber air tanah dan air permukaan.

    Dalam hal lokasi survai terpengaruh pasang surut konsultan

    harus mencatat fluktuasi pasang surut selama survai.

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    45/95

    44 | P a g e

    Perlu penelitian lokasi-lokasi sumber air yang dapat

    dilaksanakan untuk mikro hidro.

    Perkiraan terinci biaya harus disiapkan untuk sistem pengadaan

    air yang direncanakan

    Penyimpanan air hujan dari atap harus diteliti. Analisis terperinci

    data hujan harus dibuat untuk menentukan volume air yang

    harus dikumpulkan dari atap rumah transmigran yang standar (+

    36 m2) Kebutuhan penerimaan air harus dihitung, bentuk dan

    spsesifikasi standar harus disiapkan untuk suatu sistem

    pengumpulan dan penyimpanan air atap;

    Jika ada kemungkinan sistem pengadaan air bersih yang lebih

    baik harus dikemukakan untuk pemakaian yang akan datang;

    Perkiraan terinci biaya harus disiapkan untuk sistem pengadaan

    air yang direncanakan.

    4.5.1.11. Pengolahan Data dan Analisa Sementara di Lapangan

    Kegiatan pengolahan data dan analisa di lapangan sebagai masukan

    untuk penyusunan Rencana Tata Ruang SP Pendahuluan / tentative.

    A. Penilaian Fisik Lahan

    Untuk perencanaan calon pemukiman baru baik untuk SP baru

    maupun SP pugar salah satu penilaian fisik lahan utama adalah Kelas

    kesesuaian lahan untuk pengembangan pertanian. Yang

    direkomendasikan untuk penggunaan lahan pangan dan tanaman

    keras diperbolehkan sampai kelas kesesuaian lahan S3. Kesesuiaian

    lahan untuk mengetahui areal mana saja yang dapat dibangun untukpemukiman transmigrasi, berdasarkan hasil kesesuaian lahan di

    deliniasi :

    SPL yang sesuai untuk segala jenis penggunaan (Lahan

    Pekarangan, Lahan Usaha I / lahan pangan dan Lahan Usaha II/

    bisa lahan pangan lagi atau lahan perkebunan)

    SPL yang sesuai Lahan Pekarangan dan Lahan Usaha I/lahan

    pangan

    SPL yang hanya sesuai Lahan Perkebunan

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    46/95

    45 | P a g e

    SPL yang tidak sesuai untuk pengguna apapun saat ini, dan dapat

    sesuai bila terlebih dahulu diperbaiki kondisi lahannya (misalnya

    perlu dibuat saluran drainase terlebih dahulu, lahan harus dibuat

    teras bangku, dll)

    SPL yang selamanya tidak dapat digunakan apapun, harus

    dikonservasi

    Kesesuaian lahan yang direkomendasikan untuk pemukiman

    transmigrasi adalah Kesesuaian lahan actual, namun kesesuaian

    lahan potensial dapat direkomendasikan sepanjang perbaikan yang

    diusulkan dapat dikerjakan oleh sektor terkait.

    Untuk perencanaan SP Pugar , kondisi fisik yang menjadi perhatianutama adalah kondisi rumah penduduk di desa yang di studi.

    berdasarkan hasil survei kondisi rumah penduduk , dinilai dan di

    hitung berapa jumlah rumah yang harus dipugar .

    B. Penilaian Status Lahan

    Tahap kedua adalah melakukan penilaian areal calon pemukiman

    ditinjau dari status lahannya. Menurut kriteria perencanaan,areal yang

    direncanakan untuk areal pemukiman baru transmigran adalah areal

    yang terbebas dari penggunaan lain, seperti penggunaan HPH, ladang

    penduduk dan sebagainya. Secara status Hutan harus merupakan

    Araeal Penggunaan lain (APL). Dalam hal menggunakan Hutan

    Produksi yang dapat di Konversi (HPK) harus ada persetujuan dari

    Kementerian Kehutan (IPPKH);

    Namun bila SP merupakan SP Pugar Ladang penduduk tidak

    dikeluarkan, karena akan bersama-sama dengan pemukimantransmigrasi untuk dikembangkan sebagai satu kesatuan

    pegembangan pertanian, namun tetap harus di deliniasi lahan yang

    diberikan untuk pemukiman transmigrasi baru dan lahan yang tetap

    merupakan lahan milik penduduk setempat. Berdasarkan kriteria

    tersebut dikaji ldan didelineasi ; lahan mana yang dapat dikembangkan

    dan dapat disusun RTSP Pugar.

    C. Penilaian Ketersediaan Air dan Resiko Banjir.

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    47/95

    46 | P a g e

    Berdasarkan hasil pembuatan sumur uji yang telah dilakukan pada

    saat penyusunan RK-SKP apakah potensi air yang terdapat di areal

    studi dapat memenuhi kebutuhan air penduduk secara terus menenrus

    yaitu sebesar 300 liter/hari/KK dan apakah di areal calon LP

    merupakan daerah yang aman , bukan daerah rawan banjir.

    D. Penilaian Kesesuian Permukiman / Analisa Tata Ruang

    Penilaian kesesuaian pemukiman dilakukan dengan mensuper impose

    hasil penilaian fisik lahan, penialain status lahan dan penilaian

    ketersediaan air . Berdasarkan hasil super impose akan dihasilkan

    Lahan sesuai dikembangkan untuk pemukiman transmigrasi:

    Lahan yang akan direncanakan untuk PD, LP dan LU I baik

    untuk transmigran maupun untuk penduduk desa setempat

    yang ada, berada pada Lahan kemiringan < 8 %, lahan diatas 8

    15 % dapat direkomendasikan namun harus ada perlakuan

    teknis.

    Kesesuaian lahan dapat dikembangkan tanaman pangan

    termasuk klas kesesuaian S1S3,

    bukan daerah rawan banjir dan tersedia air bersih untuk

    keperluan Rumah tangga secara terus menerus minimal 300

    liter/hari/KK.

    Lahan yang akan direncanakan untuk LU II . baik untuk

    transmigran maupun untuk penduduk desa setempat yang ada,

    berada pada Lahan kemiringan < 15 %, lahan antara 16 25

    dapat direkomendasikan untuk pengembangan areal

    perkebunan namun lahan yang kemiringan diatas 15 % harus

    dilakukan terasering dan kelas Kesesuaian lahan S1S3,

    Hasil penilaian sudah harus memprediksi daya tampung SP antara

    300 500 KK minimal yang dapat diterima adalah 200 KK, dengan

    pertimbangan jumlah tersebut dinilai cukup memenuhi syarat untuk

    pembangunan 1 unit Sekolah Dasar.

    E. Penilaian Kependudukan dan Sosial Budaya.

    Berdasarkan hasil survai kependudukan dan sosbud disimpulkanapakah ada kemungkinan konflik antara penduduk setempat dengan

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    48/95

    47 | P a g e

    transmigran. Bila ada disusun rekomendasi untuk mengantisipasi

    terjadinya konflik tersebut.

    4.5.1.12. Penyusunan RTSPPendahuluan /Tentative

    Berdasarkan hasil survai lapangan dan analisa kesesuaian pemukiman

    disusun Rencana pemanfaatan ruang SP Pugar tentative mengacu pada

    prinsip dan kriteria perencanaan.

    A. Prinsip Perencanaan

    Prinsip Perencanaan dalam menyusun Rencana Detail pemanfaatan

    ruang SP , adalah sebagai berikut:

    Penggunaan lahan direncanakan untuk Lahan pekarangan, Lahan

    Usaha untuk lahan tanaman Pangan dan Tanaman Tahunan) harus

    berdasarkan kesesuaian lahan;

    Pemukiman harus menyediakan suatu lingkungan sosial yang serasi

    dan sesuai dengan kebutuhan pemukiman;

    RTSP disusun dengan mempertimbangkan aksesibilitas

    (kemudahan hubungan), baik hubungan di dalam SP maupun

    hubungan SP dengan daerah luar;

    Prasarana harus efisien dan mengutamakan kemudahan fungsi

    pelayanan;

    Harus mempertimbangkan kelestarian alam antara lain dengan

    merencanakan penggunaan lahan untuk konservasi alam pada

    lokasi yang kritis;

    Areal yang direncanakan hurus memiliki ketersediaan air bersih yang

    cukup untuk memenuhi kebutuhan air transmigran dengan kapasitas

    60 liter/orang/hari;

    Pola pemukiman harus mempertimbangkan:

    o Kemudahan transmigran dalam mencapai pusat fasilitas umum;

    o Kemudahan transmigran dalam mencapai lahan usaha

    o Kemudahan transmigran untuk melakukan mobilitas baik

    didalam maupun ke luar permukiman.

    Alokasi lahan

    Lahan pada SP Pugar terdiri dari lahan yang diberikan kepadatransmigran (kapling) dan lahan yang dialokasikan kepada fasiliats

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    49/95

    48 | P a g e

    umum atau penggunaan masyarakat (tabel 1) dan Lahan penduduk

    setempat.

    Lahan yang diserahkan menjadi milik tansmigran terdiri dari :

    o Lahan Pekarangan 0,1 - 0,25 Ha/KK;

    o Lahan Usaha I 0,750,9 Ha/KK;

    o Lahan Usaha II 1,00 Ha /KKuntuk transmigran.

    Sedangkan alokasi lahan penduduk setempat tidak ditentukan

    mengikuti kepemilikan yang ada, kecuali mereka bersedia dilakukan

    konsolidasi lahan sehingga alokasi lahan penduduk setempat akan

    sama dengan alokasi lahan untuk transmigran.

    Lahan yang tidak diserahkan menjadi milik transmigran terdiri dari:

    o Lahan Fasilitas Umum di Pusat desa, 8-12 Ha/SP;

    o Lahan Kas Desa, 10 Ha/SP;

    o Lahan Kuburan, 2 Ha/SP;

    o Test Farm, 4 Ha/SP;

    o Seed Farm, 46 Ha/SP (pusat SKP);

    o Lahan Penggembalaan, 10 Ha/SP

    B. Kriteria Perencanaan RTSP

    Dalam penyusunan RTSP tentative ini yang perlu diperhatikan :

    KemiringanLahan

    Batas kemiringan maksimum untuk setiap penggunaan yang

    diperkenankan adalah sebagai berikut:

    Peruntukan Standar Rata-RataStandar tidak Rata-

    Rata Keterangan

    LP

    LU I

    LU II

    Lahan

    Konservasi

    08 %

    0 8 %

    015 %

    25 %

    0 15 %

    015 %

    025 %

    Diatas 8 %

    memerlukan

    perlakuan

    Diatas 8 % perlu

    dibuat teras bangku

    Diatas 15 % perlu

    dibuat teras bangku

    Di pemukiman penduduk setempat bila ditemukan berada pada lahan

    >8 % dan kondisinya membahayakan perlu di relokasi ke daerah aman.

    Kesesuaian lahan

  • 7/23/2019 Kak Rtsp Dan Rtj ((Buton)

    50/95

    49 | P a g e

    Kesesuaian lahan yang dapat direkomendasikan untuk pengembangan

    usaha transmigran masuk kedalam klas S1 S3. Lahan yang

    dikategorikan N1 dapat direkomendasikan, namun perlu harus ada

    perbaikan terlebih dahulu menjadi klas S, sebelum dilakukan

    penyiapan lahan dan pembangunan rumah (Lihat lampiran ).

    Ukuran Kapling

    Bentuk kapling harus persegi empat,denganukuran kapling yang efektif

    dan efisien dari segi pengadaan prasarana disarankan:

    LP

    25 m X 40 m = 1.000 m2

    25 m x 100 m = 2.500 m2

    LU

    I 75 m x 100 m = 7.500 m2

    90 m X 100 m = 9.000 m2

    LU II

    100 m X 100 m = 10.000 m2

    Jarak Tempuh

    Jarak sasaran maksimum dari lahan pekarangan kebeberapa

    penggunaan sebagai berikut, dari lahan pekarangan ke:

    Fasilitas Umum / Pusat Desa, 0,5 - 1,5 km

    Lahan Usaha I, 1,52,5 Km

    Lahan Usaha II, 2,53,5 Km

    Daya Tampung

    Jumlah kepala keluarga pada setiap Satuan Permukiman (SP) 300 -

    500 Kepala Keluarga. Jumlah tersebut dipertimbangkan sebagai

    jumlah yang ideal, karena jumlah ini membenarkan adanya 1 unit

    Sekolah Dasar. Jumlah lebih kecil bisa diterima dengan permukiman

    baru sebanyak 200 KK dan yang terintegrasi 100 KK, sehingga daya

    tampung menjadi 300 KK

    Bedasarkan hasil super impose direkomendasi