kajian puisi (kayo dan waka)

18
KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena Berkat Rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Kayo dan Waka” ini tepat pada waktunya. Dalam mempelajari Kajian Puisi tentunya kita tak dapat terlepas dari puisi, khususnya puisi Jepang. Karena itu dalam makalah ini kami memberikan penjelasan tentang puisi Jepang khususnya tentang Kayo dan Waka. Kami berharap makalah ini dapat dimanfaatkan sebaik- baiknya, khususnya bagi kami yang menulis makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, karena itu kami sangat menerima saran dan kritikan yang membangun agar di masa mendatang menjadi lebih baik.

Upload: fitrina-dewi

Post on 21-Dec-2015

251 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

kajian puisi

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Puisi (Kayo Dan Waka)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena Berkat Rahmat dan

hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Kayo dan Waka” ini tepat pada

waktunya. Dalam mempelajari Kajian Puisi tentunya kita tak dapat terlepas dari puisi,

khususnya puisi Jepang. Karena itu dalam makalah ini kami memberikan penjelasan

tentang puisi Jepang khususnya tentang Kayo dan Waka. Kami berharap makalah ini

dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, khususnya bagi kami yang menulis makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak

kekurangan, karena itu kami sangat menerima saran dan kritikan yang membangun

agar di masa mendatang menjadi lebih baik.

Padang, 29 Agustus 2014

Penulis

Page 2: Kajian Puisi (Kayo Dan Waka)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu jenis karya sastra yaitu puisi. Puisi yang akan penulis bahas

adalah puisi jepang serta perjalanan dan sejarahnya. Pada makalah ini,

penulis membahas tentang kayo dan waka. Pada makalah ini, akan lebih

memperdalam pengetahuan tentang Kayo dan Waka.

1.2 RumusanMasalah

Menjelaskan tentang Kayo dan Waka.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini agar pembaca maupun

penulis dapat menambah pengetahuan tentang Kayo dan Waka.

BAB II

Page 3: Kajian Puisi (Kayo Dan Waka)

PEMBAHASAN

A. KAYOOKayoo adalah nyanyian yang disampaikan dengan mulut dan dinikmati

melalui indra pendengaran. Kayoo zaman Joodai ini diceritakan dari mulut

ke mulut dan mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya kesusastraan

Jepang. Nyanyian kayoo ini yang 11, menjadi titik tolak terciptanya waka.

Kayoo yang masih ada sampai sekarang terdapat dalam Kojiki, Nihonshoki,

Fudoki, Shoku Nihongi, Kinkafu yang kira-kira terdapat 300 buah nyanyian.

Istana, terutama pada pesta minum sake adalah tempat yang mempunyai

kedudukan penting untuk menyanyikan Kayoo. Tetapi ada pula tempat

menyanyikan kayoo bagi rakyat biasa disebut Utagaki atau Kagai.

Isi nyanyian bertemakan nyanyian percintaan. Bentuk susunan kayoo

dimulai dari bait yang pendek diakhiri dengan bait panjang, atau kadang

sebaliknya. Bentu susunan keseluruhan yaitu:

- Kata uta 5.7.7

- Shiku taika 5.7.5.7 atau 7.5.7.5

- Tanka 5.7.5.7.7

- Sedoka 5.7.7.5.7.7

- Choka 5.7.5.7

- Butsusokusekikatai 5.7.5.7.7.7

Kayoo bermula dari gerak hati dan dirangkap dengan kata yang

sederhana, kayoo isinya beraneka ragam seperti binantang, tumbuh-

tumbuhan dan yang berhubungan erat dengan manusia,pada umumnya

ditampilakan pada waktu perayaan memuja dewa, istana dan pesta minum

sake adalah tempat penting untuk menyanyikan kayoo,dan rakyat biasapun

menyanyikan kayoo ini disaat mereka bekerja. Kayoo tidak begitu jelas siapa

pencetus awalnya, tapi dalam kojiki dan nihonshiki ,dalam kojiki kayoo

dibuat oleh Yamato Takerunomikato dan dalam nihonshiki dibuat oleh Keiko

Tenno.

Kayoo terdiri atas dua aspek yaitu kesusasteraan dan seni. Bentuk kayoo

Page 4: Kajian Puisi (Kayo Dan Waka)

dapat dilihat dari:

Kojiki

Nihon shoki

Fudoki

Manyoshu

Kayo zaman heian

Kayoo pada Zaman heian ini sedikit mengalami perkembangan yang

dahulunya antar kayoo dan waka tidak ada pembagian,sekarang berkambang

masing-masing.Kayoo zaman heian jenis nya yaitu “Kagura Uta” disebut juga

nyanyian yang dipakai untuk tarian (kayoo ritual) dan sedangkan” Kami

Asobi” disebut juga tarian yang dipakai untuk mengadakan sembahyang untuk

dewa-dewa(Kayoo hiburan). Kayoo Zaman dahulu dibaca dengan suara

keras.tetapi sekarang diiringi dengan irama music. Pada akhir Zaman Heian

kayoo semakin popular.

Jenis kayoo yaitu:

Kagura uta (kami asobi)

Dipakai pada waktu sembahyang (kayoo ritual)

Saibara

Dari cina, tarian dan nyanyian di istana jepang (kayoo hiburan)

Azuma asobi no uta

Nyanyian rakyat bagian timur Tokyo (tohoku) mencerminkan

kehidupan masyarakat masa itu kayoo ritual

Fuuzoka uta

Nyanyian di kalangan masyarakat biasa.

B. WAKA

Waka (和歌) adalah salah satu bentuk puisi Jepang yang sudah ada sejak

zaman Asuka dan zaman Nara (akhir abad ke-6 hingga abad ke-8). Penyair

Page 5: Kajian Puisi (Kayo Dan Waka)

waka disebut kajin (歌人 ). Istilah waka (arti harfiah: puisi Jepang) dipakai

untuk membedakannya dengan puisi Cina (漢詩 kanshi). Waka juga disebut

yamato uta (大和歌・倭歌) atau cukup sebagai uta. Pada zaman Nara, puisi

ini disebut waka (倭歌) atau washi (倭詩) yang juga berarti puisi Jepang.

Dalam pengertian sempit, waka sering hanya berarti tanka yang secara

keseluruhan terdiri dari 31 suku kata (aksara). Oleh karena itu, waka juga

disebut misohitomoji (arti harfiah: 31 aksara).

Seni puisi Jepang disebut kadō atau yakumo no michi. Dalam mitologi

Jepang, Susanoo dipercaya sebagai penyair waka yang pertama. Waka ini

dikenal dengan judul Yakumo, karena diawali dengan kata yakumo. Isinya

memuji keindahan alam Provinsi Izumo.

Jenis-jenis Waka :

a. Katauta (arti harfiah: sajak setengah)

Katauta terdiri dari 3 baris dengan pola mora: 5-7-7, dan merupakan

setengah bagian dari puisi dua bagian yang disebut sedōka.

b. Sedōka

Bentuk puisi dua bagian dengan pola mora 5-7-7 dan 5-7-7, atau dua

bagian katauta. Sebagian besar isinya mengenai tanya-jawab.

c. Chōka

Bentuk puisi dengan pola mora 5-7, 5-7, .., 5-7, dan 7. Bagian 5-7 diulang

lebih dari 3 kali, dan ditutup dengan 7 mora. DalamMan'yōshū terdapat

banyak sekali bentuk puisi seperti ini, namun sekarang tidak lagi ditulis

orang. Ketika dibacakan di muka umum, chōka sering disertai dengan

hanka.

d. Tanka

Bentuk puisi dengan pola mora 5-7-5-7-7. Di kemudian hari, tanka dibagi

Page 6: Kajian Puisi (Kayo Dan Waka)

menjadi dua bagian: 5-7-5 dan 7-7, dan tercipta renga dan haikai.

e. Bussokusekika

Bentuk puisi dengan pola mora 5-7, 5-7, 7-7.

f. Imayō

Bentuk puisi dengan pola mora 7-5, 7-5, 7-5, 7-5, dan berasal dari

pertengahan zaman Heian.

g. Jinku (dodoitsu)

Bentuk puisi dengan pola mora 7-7, 7-5. Bentuk puisi ini berasal dari

zaman Edo, dan banyak digunakan sebagai lirik minyō di berbagai

tempat di Jepang. Ke dalam puisi ini sering dimasukkan ungkapan

kegembiraan (hayashi kotoba).

SEJARAH WAKA

Zaman nara

Waka pada zaman nara disebut jodai kayo (上代歌謡). Pada waktu

itu, waka belum terikat oleh penyusunan mora. Waka dibacakan sewaktu

ada matsuri dan melakukan pekerjaan secara bersama-sama. Pada zaman

itu, waka masih berupa bahasa lisan dan sebagian besar diantaranya sudah

tidak ada lagi. Hanya sekitar 300 buah waka yang tersisa dari zaman nara,

terutama waka dikumpulkan dalam kojiki, nihon shoki, fudoki,

man’yoshu, kogo shui dan kinkafu.

Kikikayo

Waka yang dikumpulkan kojiki dan nihon shoki disebut kikikayo (記

紀歌謡). Kikikayo bukan merupakan bentuk waka tersendiri, melainkan

ditulis untuk mendramatisasi buku sejarah kojiki dan nihon shoki. Pada

waktu itu, kikikayo sudah memiliki bentuk-bentuk tersendiri, seperti

katauta, sedoka, tanka dan choka.

Man’yoshu

Setelah kanshi (puisi china) masuk ke jeoang dan mempengaruhi

sastra jepang. Penyair jepang beramai-ramai mulai membuat puisi sendiri

Page 7: Kajian Puisi (Kayo Dan Waka)

yang khas jepang. Puisi (waka) tersebut dikumpulkan dalam man’yoshu

yang terdiri dari 20 volume. Penyunting man’yoshu diperkirakan bernama

otomo no yakamochi.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kayoo adalah nyanyian yang disampaikan dengan mulut dan dinikmati

melalui indra pendengaran, dan mempunyai hubunga yang erat dengan timbulnya

kesusasteraan Jepang. Kayou juga merupakan awal terbentuknya waka. Waka

meruakan puisi Jepang yang sudah ada sejak zaman Asuka dan zaman Nara.

Waka terdiri dari katauta, sedōka, chōka, tanka, bussokusekika, imayō, dan jinku

(dodoitsu).

Saran

Semoga makalah ini diharapkan dapat berguna bagi penulis maupun pembaca

dan dapat menambah wawasan pengetahuan kita mengenai puisi jepang. Semoga

makalah ini dapat menambah ilmu bagi penulis dan pembaca sehingga dapat

berguna dalam kehidupan. Apabila dalam penulisan makalah ini ada kesalahan,

Kami atas nama penulis memohon untuk memberikan kritik, dan masukannya

yang bersifat untuk membangun agar menuju kepada kesempurnaan.

Page 9: Kajian Puisi (Kayo Dan Waka)

SASTRA JEPANG

FAKULTAAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ANDALAS

2014/2015

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki.waka (puisi)

diktat mata kuliah sastra jepang.pdf

http://catatanmia.wordpress.com/2013/04/11

sejarah kesusasteraan jepang