kajian morfologi, morfometrik, dan status konservasi …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf ·...

98
KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI JENIS - JENIS IKAN HIU YANG DIJUAL DI TPI PANTAI UTARA JAWA TENGAH Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh Erlinda Afra Maulina 4411416059 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020

Upload: others

Post on 24-Mar-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS

KONSERVASI JENIS - JENIS IKAN HIU YANG DIJUAL DI TPI

PANTAI UTARA JAWA TENGAH

Skripsi

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Oleh

Erlinda Afra Maulina

4411416059

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020

Page 2: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul

“Kajian Morfologi, Morfometrik, dan Status Konservasi Jenis-Jenis Ikan Hiu

yang Dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah” disusun berdasarkan hasil penelitian

saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi atau kutipan yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Skripsi ini belum pernah diajukan

untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun.

Semarang, Agustus 2020

Erlinda Afra Maulina

4411416059

Page 3: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Kajian Morfologi, Morfometrik, dan Status Konservasi Jenis-Jenis Ikan Hiu yang

Dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah

disusun oleh :

Erlinda Afra Maulina

4411416059

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada tanggal 9 Juli 2020.

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Dr. Sugianto, M.Si Dr.dr Nugrahaningsih WH, M.Kes

NIP. 196102191993031001 NIP. 196907091998032001

Penguji I Penguji II

Dr. Partaya, M.Si Drs. Bambang Priyono, M.Si

NIP. 196007071988031002 NIP. 195703101988101001

Penguji III/ Pembimbing

Dr. Ning Setiati, M.Si

NIP. 195903101987032001

Page 4: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar

kesanggupannya. - (Q.S. Al-Baqarah : 286)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain. - (Q.S. Al-Insyirah : 4-7)

PERSEMBAHAN

Ayah dan Ibu tercinta.

Untuk keluarga, kerabat dan sahabat-sahabat yang

selalu membantu dan memberi dukungan.

Jurusan Biologi dam Prodi Biologi.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Universitas Negeri Semarang.

Page 5: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

v

PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat الله SWT atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya

yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga bisa menyelesaikan skripsi

dengan judul “Kajian Morfologi, Morfometrik, dan Status Konservasi Jenis-Jenis Ikan

Hiu yang Dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah” sebagai syarat untuk

menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi Universitas Negeri Semarang. Penelitian ini

merupakan bagian dari penelitian payung Dr. Ning Setiati, M.Si.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan serta rintangan yang penulis

hadapi, namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan bantuan

dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan sehingga

penulis dapat menyelesaikan S1.

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atas izin yang diberikan

kepada penulis untuk melakukan penelitian.

3. Ketua Jurusan Biologi yang telah memberikan dukungan dan arahan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi.

4. Dr. Ning Setiati, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus dosen penelitian

payung yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan

skripsi ini.

5. Dr. Partaya, M.Si. dan Drs. Bambang Priyono, M.Si. selaku dosen penguji skripsi

yang telah memberikan saran dan masukan atas skripsi yang penulis susun.

6. Seluruh Staff Dosen dan Pegawai Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang kiranya

telah banyak memberikan pengetahuan pada penulis, selama menimba ilmu di

Jurusan Biologi ini.

7. Keluarga tercinta dan seluruh keluarga besar penulis, terima kasih telah memberikan

dukungan, dorongan doa, motivasi, nasihat dan pengorbanan materialnya selama

Page 6: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

vi

penulis menempuh studi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Semarang.

8. Teman-teman seperjuangan bimbingan skripsi Dr. Ning Setiati, M.Si. yang saling

menguatkan selama proses penyusunan skripsi.

9. Sahabat serta teman-teman Rombel 2 Biologi 2016 yang selalu memberikan

masukan, saran, dan semangat kepada penulis selama belajar dan berjuang bersama

di Universitas Negeri Semarang. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu

persatu yang telah membantu dalam penyelesaian naskah skripsi ini.

Rasa hormat dan terima kasih bagi semua pihak atas segala dukungan dan

doanya semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah mereka berikan

kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis pada khususnya,

lembaga, masyarakat, dan pembaca pada umumnya. Kritik dan saran yang membangun

terkait skripsi ini, akan sangat bermanfaat untuk penulis. Akhir kata penulis ucapkan

terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dan semoga Allah SWT

melimpahkan karunia-Nya dalam setiap amal kebaikan kita dan diberikan balasan.

Aamiin.

Semarang, Agustus 2020

Penulis

Page 7: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

vii

ABSTRAK

Maulina, Erlinda Afra. (2020). Kajian Morfologi, Morfometrik, dan Status Konservasi

Jenis-Jenis Ikan Hiu yang Dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah. Skripsi, Jurusan

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Semarang. Pembimbing Dr. Ning Setiati, M.Si.

Kata Kunci : Morfologi, Morfometrik, Status Konservasi, TPI pantai Utara Jawa

Tengah, Jenis-Jenis Ikan Hiu

Kajian morfologi, morfometrik, dan status konservasi jenis-jenis ikan hiu

sangat diperlukan datanya untuk dapat memberi informasi yang mendasar sebagai

upaya konservasi. Berdasarkan hasil observasi awal jumlah hasil tangkapan hiu

menurun dan semakin kecilnya ukuran yang ditangkap, sehingga perlu dilakukan

penelitian tentang morfologi, morfometrik, dan status konservasi jenis-jenis ikan hiu

yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi jenis ikan hiu, mendeskripsikan morfologi, morfometrik, dan status

konservasi jenis-jenis ikan hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah.

Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut digunakan metode survey yang

bersifat deskriptif. Pengambilan sampel ikan hiu dilakukan secara purposive sampling

pada semua armada penangkapan ikan yang mendapatkan hasil tangkapan berupa ikan

hiu di TPI Pantai Utara Jawa Tengah meliputi TPI Bajomulyo Juwono, TPI Tasik

Agung Rembang, TPI Tanjungsari Rembang, dan TPI Tambaklorok Semarang masing-

masing 1 kali setiap TPI. Kajian morfologi dianalisis menggunakan hubungan

kekerabatan dalam software MVSP 3.2, untuk analisis data morfometrik menggunakan

analisis komponen utama (PCA) dan analisis kelayaktangkapan hiu.

Hasil identifikasi ciri morfologi menunjukkan bahwa terdapat 5 jenis hiu yang

dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah yaitu Carcharhinus brevipinna, Carcharhinus

longimanus, Carcharhinus sealei, Chiloscyllium punctatum, dan Alopias pelagicus.

Berdasarkan kajian morfologi diketahui bahwa bentuk tubuh ikan hiu lonjong dan

memanjang, memiliki celah insang yang terletak di sisi kepala, dan sebagian besar

memiliki ekor berbentuk heterocercal. Analisis hubungan kekerabatan secara

morfologi diketahui bahwa Carcharhinus longimanus dan Carcharhinus sealei

memiliki hubungan kekerabatan yang paling dekat dengan nilai koefisiensi korelasi

sebesar 0,76. Karakter morfometrik yang dianalisis menggunakan analisis komponen

utama (PCA) memiliki kemiripan yang besar pada jenis Carcharhinus brevipinna,

Carcharhinus longimanus, Carcharhinus sealei, dan Chiloscyllium punctatum,

sedangkan pada Alopias pelagicus tidak mirip dengan keempat jenis lainnya.

Berdasarkan hasil analisis data kelayaktangkapan hiu, jenis hiu yang sudah layak

tangkap didominasi oleh hiu jenis Chiloscyllium punctatum dan Carcharhinus sealei.

Status konservasi berdasarkan IUCN, pada hiu Carcharinus longimanus berstatus kritis

(CR), Alopias pelagicus berstatus terancam (EN), Carcharhinus sealei, Carcharhinus

brevipinna dan Chiloscyllium punctatum berstatus hampir terancam (NT). Jenis ikan

hiu yang masuk ke dalam daftar Appendix II CITES yaitu Carcharinus longimanus dan

Alopias pelagicus.

Page 8: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................... ii

PENGESAHAN ....................................................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv

PRAKATA ............................................................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xii

BAB

1. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4

1.3 Tujuan................................................................................................................. 4

1.4 Penegasan Istilah ................................................................................................. 5

1.5 Manfaat ............................................................................................................... 6

2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 7

2.1 Klasifikasi ........................................................................................................... 7

2.2 Morfologi Ikan Hiu ............................................................................................. 8

2.3 Studi Morfometrik..............................................................................................10

2.4 Status Konservasi ...............................................................................................11

2.5 TPI Pantai Utara Jawa Tengah ...........................................................................14

3. METODE PENELITIAN .....................................................................................18

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................................18

Page 9: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

ix

3.2 Populasi Penelitian .............................................................................................18

3.3 Alat dan Bahan Penelitian ..................................................................................19

3.4 Prosedur Penelitian ............................................................................................19

3.5 Metode Pengumpulan Data ................................................................................23

3.6 Analisis Data ......................................................................................................23

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................28

4.1 Jenis Ikan Hiu yang Dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah .............................28

4.2 Kajian Morfologi dan Morfometrik Ikan Hiu ......................................................30

4.3 Status Konservasi ...............................................................................................46

5. PENUTUP ...........................................................................................................52

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................52

5.2 Saran ..................................................................................................................53

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................54

Page 10: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Alat dan bahan penelitian ...................................................................................19

3.2 Pengukuran Bagian-Bagian Morfometrik Ikan Hiu ............................................22

4.1 Jenis Ikan Hiu yang Dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah .............................28

4.2 Matriks Jumlah Pasangan Satuan Taksonomi Operasional .................................38

4.3 Matriks koefisiensi Korelasi Antar Jenis Ikan Hiu .............................................38

4.4 Status Konservasi dan Status Perdagangan .........................................................47

Page 11: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Morfologi Hiu ..................................................................................................... 9

2.2 Morfometrik Hiu ...............................................................................................11

2.3 Kategori Pembagian Status Konservasi ..............................................................12

4.1 Morfologi Carcharhinus brevipinna ...................................................................31

4.2 Morfologi Carcharhinus longimanus .................................................................32

4.3 Morfologi Carcharhinus sealei ..........................................................................33

4.4 Morfologi Chiloscyllium punctatum ...................................................................34

4.5 Morfologi Alopias pelagicus ..............................................................................36

4.6 Fenogram Hasil Pengelompokkan Berdasarkan Koefisisensi Korelasi Antar Jenis

Ikan Hiu ...........................................................................................................38

4.7 Diagram Kelayaktangkapan Ikan Hiu .................................................................41

4.8 Hasil Analisis PCA Karakter Morfometrik .........................................................45

4.9 Diagram Presentase Jenis Ikan Hiu Berdasarkan IUCN ......................................47

Page 12: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Tabel Identifikasi Jenis Ikan Hiu Berdasarkan White et al (2006) ..................... 64

2. Karakter Morfologi yang Dinyatakan dengan Kode Biner ................................ 67

3. Perhitungan Koefisiensi Korelasi ..................................................................... 69

4. Kunci Identifikasi ............................................................................................. 72

5. Studi Morfometrik Ikan Hiu ............................................................................. 73

6. Hasil Analisis Principle Component Analysis (PCA) ........................................ 76

7. Ukuran Panjang Total Jenis Ikan Hiu ............................................................... 81

8. Kelayaktangkapan Hiu ..................................................................................... 83

9. Dokumentasi Jenis Ikan Hiu ............................................................................. 84

10. Dokumentasi Pengukuran Morfometrik ............................................................ 85

11. Dokumentasi Penelitian .................................................................................... 86

Page 13: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Jawa Tengah mempunyai wilayah seluas 32.284,268 km2 atau sekitar

23,97% dari luas wilayah Pulau Jawa, terletak pada koordinat antara 6030’-9030’ LS

dan antara 108030’ 111030’ BT. Panjang garis pantai yang dimiliki Jawa Tengah

adalah 791,76 km, yang terdiri atas pantai utara sepanjang 502,69 km dan pantai selatan

sepanjang 289,07 km. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah (2015),

kondisi Pantai Utara Jawa Tengah yang landai dan perairan yang relatif tenang

menjadikan Pantai Utara Jawa Tengah sebagai daerah yang memiliki cukup banyak

sentra nelayan dan penangkapan ikan terutama dengan skala kecil dan menengah.

Berdasarkan observasi di beberapa TPI Pantai Utara Jawa Tengah,

penangkapan dan perdagangan ikan terus terjadi di Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

Dalam pengamatan, terlihat banyak jenis ikan yang diperjualbelikan di TPI Pantai

Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan termasuk ke dalam

kelas Osteichthyes dan Chondrichthyes. Ikan yang diperjualbelikan dan termasuk ke

dalam kelas Osteichthyes antara lain yaitu ikan tembang (Sardinella fimbriata),

kembung (Rastrelliger kanagurta L.), layang (Decapterus ruselli), lemuru/sero

(Sardinella longiceps), selar/bentong (Selar crumenophthalmus), tengiri

(Scomberomorus commerson), tongkol (Euthynnus affinis), tuna (Thunnus sp), layur

(Trichiurus savala), petek (Leiognathus aquulus), kerapu (Chepalopholis bunack), dsb.

Ikan yang diperjualbelikan di TPI Pantai Utara Jawa Tengah yang termasuk ke dalam

kelas Chondrichthyes adalah ikan pari dan ikan hiu.

Salah satu potensi sumber daya alam yang mempunyai keragaman tinggi di

Pantai Utara adalah jenis ikan hiu. Hiu berperan sebagai top predator di dalam

ekosistem perairan yang berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem. Keberadaan hiu

Page 14: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

2

sangat berpengaruh penting bagi ekosistem, jika hiu mengalami kepunahan maka

ekosistem keseimbangannya menjadi terganggu. Secara global populasi hiu mengalami

penurunan yang cukup signifikan dan jika tidak dilakukan langkah-langkah konservasi

maka dikhawatirkan populasi hiu dapat mengalami kepunahan. Menurut Dharmadi

dan Fahmi (2003), produksi perikanan hiu di Indonesia pada tahun 1987 tercatat

sebesar 36.884 ton, kemudian pada tahun 2000 produksi perikanan hiu meningkat

sebesar 68.366 ton. Menurut catatan FAO, Indonesia menempati urutan teratas sebagai

Negara yang paling banyak memproduksi hiu setiap tahunnya (STEVENS et al. 2000);

(TRAFFIC 2002). Konvensi tentang perdangangan internasional tumbuhan dan satwa

liar (CITES) telah memasukkan beberapa jenis hiu dalam daftar apendiks CITES, hal

ini bertujuan untuk mengatur agar perdagangan internasional hiu tidak menyebabkan

kepunahan jenis tersebut.

Perikanan hiu adalah suatu komoditas perikanan yang cukup menjanjikan di

dalam meningkatkan perekonomian nelayan di Pantai Utara Jawa Tengah. Hiu

memiliki nilai ekologis yaitu berperan penting dalam ekosistem terumbu karang dan

lautan. Hiu merupakan salah satu predator tingkat atas dari rantai makanan yang

menentukan keseimbangan dan mengontrol jaring-jaring makanan yang komplek di

bawah mereka. Berkurangnya jumlah hiu di dalam suatu ekosistem akan berdampak

pada berubahnya tatanan alamiah dalam struktur komunitas yang berakibat pada

terganggunya keseimbangan suatu ekosistem (Graham et al., 2010). Hiu memiliki nilai

ekonomis yang tinggi di pasar domestik maupun internasional. Data FAO melaporkan

bahwa Indonesia merupakan negara penghasil hiu terbesar di dunia dengan kontribusi

sekitar 12,31% dari total produksi dunia (Fahmi dan Dharmadi, 2005). Hiu digunakan

sebagai komoditi ekspor untuk dimanfaatkan sirip, kulit, daging dan organ dalamnya

(Dulvi et al., 2008).

Fahmi dan Dharmadi (2013), menyatakan bahwa ikan hiu yang hidup di

perairan Indonesia berjumlah 114 jenis. Beberapa jenis hiu memiliki nilai ekonomi

tinggi untuk diperdagangkan siripnya di pasaran nasional maupun internasional. Jenis-

jenis hiu dari famili Carcharhinidae, Lamnidae, Alopiidae dan Sphyrnidae merupakan

kelompok hiu yang sering dimanfaatkan siripnya, karena anggota kelompok ikan hiu

Page 15: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

3

tersebut umumnya berukuran besar. Kondisi ini menyebabkan hampir seluruh jenis

ikan hiu yang bernilai ekonomis telah dihadapkan kepada ancaman kepunahan.

Status konservasi ikan hiu berdasarkan data IUCN, 1 jenis termasuk kategori

sangat terancam langka (critically endangered), 5 jenis kategori terancam langka

(endangered), 23 jenis termasuk kategori rawan punah (vulnerable), serta 35 jenis

termasuk kategori hampir terancam (near threatened) (Fahmi dan Dharmadi, 2013).

Berdasarkan Penelitian (Setiati, 2016) terdapat sebanyak 440 ekor ikan hiu

yang didaratkan di TPI Pantai Utara Jawa Tengah. Beragam jenis ikan yang tertangkap

nelayan di Wilayah Perairan Pantai Utara Jawa Tengah menandakan wilayah ini

memiliki potensi perikanan laut yang cukup besar, dalam hal ini termasuk ikan hiu.

Setiap hari nelayan melakukan penangkapan ikan. Anggapan bahwa sumber daya ikan

tidak pernah habis, membuat nelayan berlomba menangkap ikan sebanyak mungkin

tanpa membiarkan ikan yang berukuran kecil untuk tumbuh atau tidak menyisakan ikan

yang masih berpotensi untuk berkembang biak, sehingga dikhawatirkan

keanekaragamannya punah. Menurut Blaber et al., (2009) dan Graham et al., (2010)

sebagian besar hiu memiliki karakteristik pertumbuhan yang lamban, periode matang

gonad yang cukup lama serta fekunditas rendah sehingga penangkapan yang berlebihan

dapat menyebabkan berkurangnya populasi ikan hiu. Informasi mengenai jenis-jenis

ikan hiu yang tertangkap nelayan dan dijual di TPI wilayah Pantai Utara Jawa Tengah

berbasis konservasi masih kurang.

Penelitian mengenai kajian morfologi, morfometrik, dan status konservasi

jenis-jenis ikan hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah penting dilakukan,

karena mengingat banyaknya penangkapan ikan hiu yang tidak terkontrol. Dalam

penelitian ini diperlukan adanya catatan status konservasi jenis-jenis ikan hiu. Kegiatan

yang dapat dilakukan yaitu perlunya meneliti morfologi dan morfometrik jenis ikan hiu

yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah meliputi TPI Bajomulyo Juwono, TPI

Tasik Agung Rembang, TPI Tanjungsari Rembang, dan TPI Tambaklorok Semarang.

Kegiatan yang dilakukan meliputi identifikasi morfologi, morfometrik, dan status

konservasi jenis-jenis ikan hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah. Kegiatan

identifikasi morfologi dilakukan dengan pendataan ikan hiu yang dijual dengan

Page 16: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

4

mengacu pada beberapa buku panduan. Untuk kegiatan pengukuran morfometrik

dilakukan dengan mengukur panjang tubuh menggunakan beberapa variabel

pengukuran tiap individu ikan hiu. Tujuan dari pengukuran morfometrik adalah untuk

menganalisis kelayaktangkapan hiu berdasarkan ukuran panjang yang dijual di TPI

Pantai Utara Jawa Tengah. Data penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran

informasi tentang jenis ikan hiu apa saja yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah

dan bahan untuk selanjutnya dipakai sebagai dasar pengelolaan perikanan, khususnya

perikanan hiu, agar kelestariannya di alam masih dapat terjaga.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis ikan hiu apa saja yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah?

2. Bagaimana kajian morfologi dan morfometrik jenis ikan hiu yang dijual di TPI

Pantai Utara Jawa Tengah?

3. Berdasarkan IUCN dan CITES, bagaimana status konservasi ikan hiu yang

dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi jenis-jenis ikan hiu yang dijual di TPI pantai Utara Jawa

Tengah.

2. Mendeskripsikan morfologi dan morfometrik jenis ikan hiu yang dijual di TPI

Pantai Utara Jawa Tengah.

3. Mendeskripsikan status konservasi ikan hiu yang dijual di TPI Pantai Utara

Jawa Tengah.

Page 17: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

5

1.4 Penegasan Istilah

1.4.1 Morfologi Ikan Hiu

Ikan hiu merupakan ikan bertulang rawan yamg masuk ke dalam subkelas

Elasmobranchii. Pada umumnya ikan hiu bersifat predator. Habitatnya bervariasi dari

perairan dekat pantai (inshore) sampai palung dalam (trench). Ikan hiu mempunyai

ciri-ciri morfologi sebagai berikut (Raharjo, 2009):

1. Bentuk tubuh yang lonjong dan memanjang.

2. Memiliki celah insang yang terletak di sisi kepala dan berjumlah 5-7 celah.

3. Mulut terletak di bagian ujung terdepan bagian bawah.

4. Ekor pada umumnya berbentuk heterocercal yaitu bentuk cagak dengan cuping

bagian atasnya lebih berkembang dibanding bagian cuping bawahnya. Bentuk

ekor demikian sangat membantu pergerakannya sebagai ikan predator sejati.

Pengamatan morfologi ikan hiu yang diambil pada penelitian ini meliputi jumlah jenis

yang dijumpai dan ukuran tubuh tiap masing-masing individu ikan hiu. Pengamatan

morfologi juga bertujuan untuk melihat hubungan kekerabatan antar jenis ikan hiu

secara kualitatif.

1.4.2 Morfometrik Ikan Hiu

Morfometrik adalah suatu metode pengukuran bentuk-bentuk luar tubuh yang

dijadikan sebagai dasar membandingkan ukuran ikan, seperti lebar, panjang standar,

tinggi badan dan lain-lain. Pengukuran morfometrik berguna untuk mengetahui pola

pertumbuhan ikan, kebiasaan makan ikan, golongan ikan dan sebagai dasar dalam

melakukan identifikasi ikan. Pengukuran morfometrik pada penelitian ini dilakukan

terhadap 10 variabel pengukuran, antara laian yaitu:

PT : Panjang Total SD : Panjang Sirip Dada

PC : Panjang Cagak EB : Panjang Ekor Bawah

PS : Panjang Standar EA : Panjang Ekor Atas

PK : Panjang Kepala B : Bobot Tubuh

SP : Panjang Sirip Punggung JK : Jenis Kelamin

Page 18: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

6

Standar kelayaktangkapan hiu adalah apabila total length catch (TL catch) ≥ total

length of maturity (TL of maturity). Hiu dikatakan belum layak tangkap apabila total

length catch (TL catch) ≤ total length of maturity (TL of maturity).

1.4.3 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pantai Utara Jawa Tengah

Berdasarkan hasil observasi di lapangan Tempat Pelelangan Ikan merupakan

tempat para penjual dan pembeli melakukan transaksi jual beli ikan melalui pelelangan

dimana proses penjualan ikan dilakukan di hadapan umum dengan cara penawaran

bertingkat.

TPI yang dimaksud pada penelitian ini yaitu TPI yang berada di Pantai Utara

Jawa tengah antara lain: TPI Bajomulyo Unit I Juwono, TPI Tasik Agung Rembang,

TPI Tanjungsari Rembang, dan TPI Tambaklorok Semarang.

1.4.4 Status Konservasi

Status konservasi merupakan indikator yang digunakan untuk menunjukkan

tingkat keterancaman jenis makhluk hidup dari konservasinya. Status konservasi

biasanya dikeluarkan oleh pemerintah atau lembaga non pemerintah yang memiliki

perhatian pada keanekaragaman hayati. Status konservasi yang sering dijadikan

rujukan secara global adalah The IUCN Red List of Threatened Species dan CITES

Appendices.

Status konservasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penetapan status

perlindungan jenis ikan hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah menurut

peraturan perundangan internasional IUCN (International Union for Conservation of

Nature) dan CITES Appendices.

1.5 Manfaat

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah memberikan informasi

yang mendasar mengenai jenis - jenis ikan hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa

Tengah berdasarkan ciri morfologi ikan hiu, sehingga dapat digunakan sebagai

referensi pengelolaan jenis-jenis ikan hiu dan status konservasi secara berkelanjutan.

Page 19: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi

Ikan hiu termasuk ke dalam kelas Chondrichthyes. Berdasarkan FAO

(Compagno, 1984), ikan hiu merupakan ikan bertulang rawan yang terdiri dari sekitar

500 jenis, dan diklasifikasikan dalam 7 ordo serta 30 famili. Adapun klasifikasi ikan

hiu menurut Last et al., (2010) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Vertebrata

Kelas : Chondrichthyes

Sub Kelas : Elasmobranchii

Ordo 1 : Hexanchiformes

Famili : 1.1 Hexanchidae (Hiu Kucing)

Ordo 2 : Squaliformes

Famili : 2.1 Centrophoridae (Hiu Botol)

2.2 Dalatiidae (Hiu Tikus)

2.3 Etmopteriidae

2.4 Somniosidae (Hiu Tikus)

2.5 Squalidae (Hiu Botol)

Ordo 3 : Squantiniformes

Famili : 3.1 Squantinidae (Hiu Kodok)

Page 20: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

8

Ordo 4 : Lamniformes

Famili : 4.1 Pseudocarcharinidae (Hiu Buaya)

4.2 Mitsukurinidae

4.3 Megachasmidae

4.4 Lamnidae (Hiu Tengiri)

4.5 Alopiidae (Hiu Monyet)

Ordo 5 : Heterodontiformes

Famili : 5.1 Heterodontidae

Ordo 6 : Orectolobiformes

Famili : 6.1 Orectolobidae

6.2 Ginglymostomatidae

6.3 Hemiscyllidae

6.4 Stegostomatidae

6.5 Rhincodontidae (Hiu Paus)

Ordo 7 : Carcharhiniformes

Famili : 7.1 Scyliorhinidae (Hiu Tokek)

7.2 Pseudotriakidae (Hiu Tahu)

7.3 Triakidae (Hiu Karang)

7.4 Hemigaleidae (Hiu Kacang)

7.5 Carcharhinidae (Hiu Buas)

7.6 Sphyrnidae (Hiu Martil)

2.2 Morfologi Ikan Hiu

Ikan hiu merupakan jenis ikan vertebrata, memiliki tulang belakang, sirip yang

berpasangan, sisik di kulit, rahang yang dapat digerakkan, ekor berujung runcing dan

pada umumnya berbentuk heterocercal, dan memiliki celah insang yang terletak di sisi

kepala yang berjumlah 5-7 celah (gambar 2.1). Ikan hiu termasuk kedalam kelas

Chondrichthyes, memiliki tulang rawan karena ikan hiu memiliki endoskeleton yang

relatif lentur dan kulit tertutupi struktur sisik yang berbentuk seperti gigi-gigi kecil

(denticle), sisik ini disebut sisik placoid. Ikan hiu memiliki kelenjar pada kulit yang

Page 21: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

9

mensekresikan mucus, sehingga ikan hiu memiliki kulit yang licin dan khas. Ikan hiu

pada umumnya bersifat predator. Habitat ikan hiu di air yang dingin dengan kedalaman

yang tinggi (Awanis, 2015).

Ikan hiu harus terus menerus berenang agar tidak tenggelam karena tidak

memiliki gelembung renang. Hal ini menyebabkan badan ikan hiu menjadi langsing

dan sisik dadanya besar yang berfungsi sebagai hidrofoil, sehingga memberi daya

apung yang besar. Ikan hiu berenang dengan gerakan berkelok-kelok dari badannya

dan siripnya yang tidak lentur berfungsi sebagai pengendali arah. Tubuh ikan hiu

ditutupi oleh sisik plakoid yang berupa duri halus dan tajam dengan posisi yang

condong ke belakang. Bentuk gigi ikan hiu mirip dengan gigi biasa dengan struktur

yang sama dalam beberapa deret. Gigi ikan hiu berganti secara terus menerus selama

hidupnya (Raharjo, 2009).

Gambar 2.1 Morfologi Hiu (sumber: White et al., 2006)

Karakter morfologi dalam biologi perikanan dapat digunakan untuk mengukur

jarak dan hubungan kekerabatan dalam pengkategorian variasi dalam taksonomi. Hal

ini juga dapat membantu melihat populasi stok ikan dalam perairan. Rafsanjani (2011)

menyatakan bahwa, pendekatan morfologi merupakan sifat yang sering digunakan

dalam mempelajari hubungan kekerabatan pada suatu populasi. Kelemahan dari

pendekatan secara morfologi adalah tingkat subjektivitas sangat tinggi, dan kondisi

lingkungan yang harus selalu dijaga (Hu dan Quiros 1991 dalam Rafsanjani 2011).

Page 22: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

10

2.3 Studi Morfometrik

Morfometrik adalah ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh

ikan hiu misalnya panjang total, panjang cagak, panjang standar, panjang kepala,

panjang ekor atas, panjang sirip punggung, panjang sirip dada, dan panjang ekor

bawah. Menurut Afrianto et al. (1996) menyatakan bahwa morfometrik adalah ukuran

dalam suatu panjang atau perbandingan ukuran bagian-bagian tubuh luar organisme.

Ukuran ini merupakan salah satu hal yang dapat digunakan sebagai ciri

taksonomi saat mengidentifikasi ikan hiu. Ukuran yang dimaksud adalah jarak antara

satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Hasil pengukuran morfometrik biasanya

dinyatakan dalam satuan centimeter atau millimeter, ukuran ini disebut ukuran mutlak.

Tiap jenis ikan hiu memiliki ukuran mutlak yang berbeda-beda. Perbedaan ini dapat

disebabkan oleh umur, jenis kelamin, dan lingkungan hidupnya.

Menurut Rahmat (2011) menyatakan bahwa, morfometrik adalah suatu cara

untuk mendeskripsikan jenis ikan dan untuk menentukan unit stok pada suatu perairan

dengan berdasarkan atas perbedaan morfologi jenis yang diamati. Beberapa cara

pengukuran morfometrik yang dapat dilakukan antara lain panjang standar, moncong

atau bibir, sirip punggung, atau tinggi batang ekor.

Secara kuantitatif studi morfometrik mempunyai 3 manfaat antara lain

membedakan jenis kelamin dan jenis, mendeskripsikan pola-pola keragaman

morfologis antar jenis, dan mengklasifikasikan serta menduga hubungan filogenik. Ciri

morfometrik tiap jenis dapat berubah secara kontinu sejalan dengan ukuran dan umur

(Rachmawati, 2009).

Page 23: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

11

Gambar 2.2 Morfometrik Hiu (Last & Stevens, 2009 dalam Santosa et al, 2017)

Gambar 2.2 menunjukkan pengukuran morfometrik dan pengamatan sampel

ikan hiu menggunakan 10 variabel pengukuran, yaitu :

1. Panjang Total (PT)

2. Panjang Cagak (PC)

3. Panjang Standar (PS)

4. Panjang Kepala (PK)

5. Panjang Ekor Atas (EA)

6. Panjang Sirip Punggung (SP)

7. Panjang Sirip Dada (SD)

8. Panjang Ekor Bawah (EB)

9. Bobot (B)

10. Jenis Kelamin (JK)

Menurut White et al (2006), Standar kelayaktangkapan hiu adalah apabila total

length catch (TL catch) ≥ total length of maturity (TL of maturity). Hiu dikatakan

belum layak tangkap apabila total length catch (TL catch) ≤ total length of maturity

(TL of maturity).

2.4 Status Konservasi

Status konservasi merupakan indikator yang digunakan untuk menunjukkan

tingkat keterancaman jenis makhluk hidup dari konservasi. Status konservasi

diterapkan bagi hewan dan tumbuhan. Penetapan status konservasi bertujuan untuk

memberikan perlindungan dan pelestarian terhadap jenis makhluk hidup. Status

konservasi dikeluarkan oleh pemerintah atau lembaga non pemerintah yang memiliki

perhatian pada keanekaragaman hayati. Status konservasi yang biasa dijadikan rujukan

secara global adalah The IUCN Red List of Threatened Species dan CITES Appendices.

Page 24: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

12

2.4.1 IUCN Red List

IUCN adalah singkatan dari International Union for Conservation of Nature.

IUCN merupakan indikator penting kesehatan keanekaragaman hayati. IUCN Red List

of Threatened Species terbagi ke dalam 9 kategori status konservasi makhluk hidup.

Gambar 2.3 menunjukkan kategori-kategori dalam status konservasi IUCN.

Gambar 2.3 Kategori Pembagian Status Konservasi (IUCN Red List, 2019)

1. Extinct / EX (Punah)

Merupakan status kepunahan yang diberikan kepada jenis yang terbukti (tidak ada

keraguan lagi) bahwa individu terakhir jenis tersebut telah punah.

2. Extinct in the Wild / EW (Punah di Alam Liar)

Merupakan status konservasi yang diberikan kepada jenis yang hanya diketahui

berada di tempat penangkaran atau di luar habitat alami mereka.

3. Critically Endangered / CR (Kritis)

Merupakan status konservasi yang diberikan kepada jenis yang menghadapi risiko

konservasi diwaktu dekat.

4. Endangered / EN (Genting atau Terancam)

Merupakan status konservasi yang diberikan kepada jenis yang sedang

menghadapi risiko kepunahan di alam liar yang tinggi pada waktu yang akan

datang.

5. Vulnerable / VU (Rentan)

Merupakan status konservasi yang diberikan kepada jenis yang sedang

menghadapi risiko kepunahan di alam liar pada waktu yang akan datang.

Page 25: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

13

6. Near Threatened / NT (Hampir Terancam)

Merupakan status konservasi yang diberikan kepada jenis yang mungkin berada

dalam keadaan terancam atau mendekati terancam kepunahan, meski tidak masuk

ke dalam status terancam.

7. Least Concern / LC (Berisiko Rendah)

Merupakan status konservasi yang diberikan kepada jenis yang telah dievaluasi

namun tidak masuk ke dalam kategori manapun.

8. Data Deficient / DD (Informasi Kurang)

Merupakan status konservasi yang diberikan kepada jenis yang telah dievaluasi

namun masih kekurangan data untuk dimasukkan ke salah satu kategori.

9. Not Evaluated / NE (Tidak Dievaluasi)

Merupakan status konservasi yang diberikan kepada jenis yang tidak dievaluasi

berdasarkan kriteria kriteria yang ditetapkan IUCN.

2.4.2 CITES (Convention on international Trade in Endangered Species of Wild

Fauna and Flora)

CITES atau konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar jenis

terancam merupakan perjanjian internasional antar Negara dalam perdagangan flora

dan fauna yang disusun berdasarkan resolusi sidang anggota World Conservation

Union (IUCN) tahun 1963. Tujuan perjanjian internasional ini adalah untuk melindungi

tumbuhan dan satwa liar terhadap perdagangan internasional spesimen tumbuhan dan

hewan yang mengakibatkan kelestarian jenis tersebut terancam (CITES, 2019).

CITES menetapkan tiga kategori jenis-jenis jenis yang dapat diperdagangkan

secara internasional. Ketiga kategori ini yang dikenal dengan istilah Apendiks CITES,

antara lain yaitu :

1. Apendiks I : Memuat daftar dan melindungi seluruh spesies tumbuhan dan

satwa liar yang terancam dari segala bentuk perdagangan internasional secara

komersial. Perdagangan spesimen dari spesies yang termasuk Appendix I yang

ditangkap di alam bebas adalah ilegal dan hanya diizinkan hanya dalam keadaan

luar biasa, misalnya untuk penelitian, dan penangkaran. Satwa dan tumbuhan

yang termasuk dalam daftar Apendiks I, namun merupakan hasil penangkaran

Page 26: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

14

atau budidaya dianggap sebagai spesimen dari Apendiks II dengan beberapa

persyaratan.

2. Apendiks II : Memuat daftar dari spesies yang tidak terancam kepunahan,

tetapi mungkin akan terancam punah apabila perdagangan terus berlanjut tanpa

adanya pengaturan. Total jenis satwa yang masuk ke dalam daftar appendix II

di Indonesia sebanyak 546 jenis.

3. Apendiks III : Memuat daftar spesies tumbuhan dan satwa liar yang telah

dilindungi disuatu negara tertentu dalam batas-batas kawasan habitatnya, dan

memberikan pilihan (option) bagi negara-negara anggota CITES bila suatu saat

akan dipertimbangkan untuk dimasukkan ke Appendix II, bahkan mungkin ke

Appendix I. Spesies yang dimasukkan ke dalam Apendiks III adalah spesies

yang dimasukkan ke dalam daftar setelah salah satu negara anggota meminta

bantuan para pihak CITES dalam mengatur perdagangan suatu spesies. Spesies

tidak terancam punah dan semua negara anggota CITES hanya boleh

melakukan perdagangan dengan izin ekspor yang sesuai dan Surat Keterangan

Asal (SKA) atau Certificate of Origin (COO). Di Indonesia saat ini tidak ada

spesies yang masuk dalam Appendix III.

2.5 TPI Pantai Utara Jawa Tengah

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu fasilitas fungsional dari

pelabuhan perikanan. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagai pusat pemasaran hasil

tangkapan.

Dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 8 Tahun 2012 tentang

Pelabuhan Perikanan, memberikan definisi pelabuhan perikanan merupakan tempat

yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai

tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan

sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang

dilengkapi fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Tempat

pelelangan ikan merupakan salah satu fasilitas yang dimiliki pelabuhan perikanan.

Page 27: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

15

Berdasarkan Pasal 4 Ayat (3) huruf a Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

8 Tahun 2012 tentang Pelabuhan Perikanan menyatakan bahwa Tempat Pemasaran

Ikan (TPI) termasuk dalam fasilitas fungsional yang dimiliki oleh pelabuhan perikanan.

Pengertian tempat pelelangan ikan (TPI) sendiri tertuang dalam Pasal 1 Ayat

(8) Peraturan Bupati Banyuwangi No. 62 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksana

Penyelenggaraan Tempat Pelelangan ikan, yang memberikan definisi tempat

pelelangan adalah tempat yang secara khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk

melakukan pelelangan termasuk jasa pelelangan lainnya yang disediakan ditempat

pelelangan termasuk tempat yang dikontrak pemerintah daerah dari pihak lain untuk

dipakai sebagai tempat pelelangan.

2.5.1 TPI Tasik Agung Rembang

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung Rembang adalah satu dari

sembilan Pelabuhan Perikanan Pantai yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas

pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif PPP

Tasik Agung Rembang terletak di Desa Tasik Agung, Kecamatan Rembang,

Kabupaten Rembang dan secara geografis terletak di antara 111’00 s/d 111’30 BT dan

6’30 s/d 7’30 LS. Kawasan PPP Tasik Agung Rembang menempati area seluas 8,2 Ha

(PPP Tasikagung, 2013).

Kabupaten Rembang merupakan kabupaten yang terletak di Pantai Utara

Propinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah sekitar 1.014 km2 dengan panjang garis

pantai 63 km. 35% dari luas wilayah kabupaten Rembang merupakan kawasan pesisir

seluas 355,95 km2. Pelabuhan Rembang yang terletak di desa Tasik Agung, merupakan

satu-satunya pelabuhan perikanan yang ada di Kabupaten Rembang. Kegiatan

utamanya melayani kegiatan perikanan dari mendaratkan kapal di dermaga, bongkar-

muat kapal, ikan diangkut untuk dilelang di TPI (Tempat Pelelangan Ikan).

Wilayah Kabupaten Rembang memiliki potensi perikanan laut yang cukup

potensial yang dimanfaatkan dalam usaha penangkapan ikan, budidaya air payau dan

air tawar. Pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan yang terbanyak berasal dari laut

yang mendominasi 96,53% dari seluruh produksi total yang diperoleh dari 3 potensi:

laut, air payau dan air tawar/perairan umum.

Page 28: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

16

Nelayan yang mendaratkan hasil tangkapannya di TPI Tasikagung tidak

seluruhnya berasal dari Tasikagung, tetapi ada juga yang berasal dari daerah Rembang

yang lain seperti Sarang dan Kragan. Kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya di

TPI Tasikagung adalah mini purse seine dengan ukuran 20 GT-30 GT. Kapal-kapal

tersebut selain dari Tasikagung, Sarang dan Kragan ada juga yang berasal dari daerah

luar seperti Juwana. Fasilitas-fasilitas TPI yang semakin lengkap, menyebabkan

banyak nelayan yang memiliki kapal untuk mendaratkan hasil tangkapannya di TPI.

2.5.2 TPI Tanjungsari Rembang

Desa Tanjungsari memiliki luas wilayah sebesar 224.911 m2, yang berjarak

kurang lebih 6 km dari pusat kota Rembang. Desa Tanjungsari memiliki Tempat

Pelelangan Ikan (TPI) dimana merupakan salah satu Tempat Pelelangan Ikan di

Kabupaten Rembang yang masih aktif dan memiliki prospek pengembangan yang baik

adalah TPI Tanjungsari. Tempat Pelelangan Ikan Tanjungsari terletak di Desa

Tanjungsari Kecamatan Rembang, yang berjarak kurang lebih 6 km dari pusat kota

Rembang. Nelayan yang mendaratkan hasil tangkapannya di TPI Tanjungsari adalah

nelayan dengan daerah penangkapan di perairan Rembang. Nelayan di TPI Tanjungsari

ini pada umumnya adalah nelayan one day fishing. Alat tangkap yang digunakan di TPI

Tanjungsari ada 2 macam yaitu Gill net dan cantrang (Sari et al, 2017).

2.5.3 TPI Bajomulyo Unit I Juwono

Secara geografis PPP Bajomulyo terletak pada koordinat 111°8'30"BT dan

6°42'30" di Desa Bajomulyo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati (Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Jawa Tengah, 2017). Akses jalan ke PPP sekitar 90 Km dari ibu

kota propinsi, 14 Km dari ibu kota kabupaten, serta 1 Km dari ibu kota kecamatan.

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo memiliki panjang pantai 60 kilometer

serta berada di sisi barat sungai Juwana sepanjang 1.346 m dengan luas ± 15 Ha.

Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo terletak di Desa Bajomulyo, Pelabuhan

Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo terdiri dari dua unit yaitu Pelabuhan Perikanan

Pantai (PPP) Bajomulyo Unit I yang melayani armada kurang dari 30 GT (jaring

cantrang, pancing mini long line, pancing senggol, jaring cumi, jaring udang, jaring

rajungan, jaring teri, dll) dan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo Unit II

Page 29: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

17

melayani armada kapal yang lebih dari 30 GT (jaring purse seine) (Anggoro et al,

2016).

TPI Bajomulyo menjadi salah satu tulang punggung kekuatan perekonomian di

kecamatan Juwana dengan kunjungan kapal nelayan pada tahun 2008 mencapai 12.633

buah. Hasil laut dibongkar dan dijual di TPI Bajomulyo yang memiliki nilai lelang

terbesar di Kabupaten Pati hingga mencapai 94,14% dari total nilai ikan basah hasil

pelelangan. Bahkan pada tahun 2008, produksi ikan laut segar di TPI Bajomulyo Unit

I mencapai 5.194.677 kg atau senilai 144,98 milyar rupiah (Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Pati, 2009).

2.5.4 TPI Tambaklorok Semarang

Tambaklorok merupakan perkampungan nelayan yang letaknya berada di garis

pantai Laut Jawa. Kampung ini terletak tepat di pinggiran Kota Semarang bagian utara

yang langsung berbatasan dengan perairan Laut Jawa. Tambaklorok merupakan bagian

dari Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara. Kampung Tambaklorok

memiliki potensi yang sangat besar terutama dalam produksi hasil laut. Di kampung

tersebut terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dimana banyak masyarakat dari luar

Tambaklorok yang datang untuk sekedar membeli hasil laut. Pada tahun 2009 Tempat

Pelelangan Ikan tersebut dapat memproduksi sebesar 74.037 kg dengan nilai produksi

Rp 198.183.700,00, lalu pada tahun 2010 terjadi kenaikan nilai produksi yaitu sebesar

Rp 271.668.500,00 dengan jumlah produksi 50.052 kg (Dinas Perikanan dan Kelautan

Kota Semarang, 2011).

Page 30: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

18

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang morfologi (bentuk tubuh, bentuk moncong, bentuk sirip,

warna tubuh dan sirip, jumlah celah insang) dan morfometrik jenis-jenis ikan hiu

dilaksanakan di Beberapa TPI antara lain TPI Bajomulyo Juwana, TPI Tasik Agung

Rembang, TPI Tanjungsari Rembang, dan TPI Tambaklorok Semarang selama kurun

waktu Juni-September 2019. Pada bulan tersebut iklim di laut Jawa sedang memasuki

musim kering dan dipengaruhi oleh angin muson timur. Waktu tersebut berkaitan dengan

pola musim dan kondisi cuaca, dimana laut cenderung tenang dan ombak yang relatif

kecil sehingga memudahkan nelayan untuk beroperasi. Proses identifikasi ikan hiu

dilakukan di Laboratorium Taksonomi Hewan Jurusan Biologi FMIPA Universitas

Negeri Semarang.

3.2 Populasi Penelitian

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis ikan yang dijual di TPI Pantai

Utara Jawa Tengah antara lain TPI Bajomulyo Juwono, TPI Tasik Agung Rembang,

TPI Tanjungsari Rembang, dan TPI Tambaklorok Semarang.

3.2.2 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua jenis ikan hiu yang

dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah antara lain TPI Bajomulyo, TPI Tasik Agung,

TPI Tanjungsari, dan TPI Tambaklorok.

Page 31: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

19

3.3 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Alat dan Bahan Penelitian

No Alat dan Bahan Fungsi

1. Meteran Mengukur morfometrik ikan hiu

2. Timbangan Menimbang berat ikan hiu

3. Gunting Memotong tali untuk label identitas ikan hiu

4. Container box Menyimpan sampel ikan hiu yang belum

teridentifikasi

5. Kamera Mendokumentasikan hasil pengamatan

6. Buku Panduan Identifikasi hiu Mengidentifikasi jenis ikan hiu

7. Laptop Mengolah data hasil pengamatan

8. Millimeter block Mengukur morfometrik ikan hiu

9. Tally Sheet dan Alat tulis Mencatat data pengamatan

10. Pinset/penjepit Mengambil sampel

11. Es batu Mengawetkan sampel

12. Label Memberi identitas ikan hiu yang telah

teridentifikasi

13. Plastic ziplock Menyimpan sampel ikan hiu ukuran kecil

14. Benang Mengikat label identitas pada ikan hiu

15. Gloves Melindungi tangan dari organisme agar tetap

steril

16. Masker Mencegah organisme atau kotoran agar tidak

masuk ke dalam mulut dan hidung

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Persiapan Penelitian

a. Pengumpulan informasi hasil dan jenis ikan hiu yang dijual oleh nelayan di TPI

Pantai Utara Jawa Tengah.

b. Pengumpulan informasi kegiatan bongkar muatan kapal nelayan di TPI Pantai

Utara Jawa Tengah.

Page 32: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

20

c. Observasi TPI yang dilakukan di beberapa TPI antara lain yaitu: TPI

Bajomulyo Unit I Juwono, TPI Tasik Agung Rembang, TPI Tanjungsari

Rembang, dan TPI Tambaklorok Semarang.

d. Studi literatur untuk mengidentifikasi ikan yang akan diteliti.

e. Penggabungan data atau informasi yang diperoleh dari studi literatur.

3.4.2 Pelaksanaan Penelitian

a. Ikan hiu yang diperoleh dalam keadaan utuh dijaga kesegarannya dengan

menggunakan es batu.

b. Ikan dimasukkan ke dalam container box yang berisi es batu.

c. Ikan dibawa ke Laboratorium Biologi Unnes untuk diidentifikasi dan diukur

morfometriknya (Lampiran 10).

d. Identifikasi dan Pengukuran Morfometrik

Kegiatan pengidentifikasian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

mengamati ciri-ciri morfologi yang ada pada ikan hiu, kemudian dicocokkan

dengan kunci identifikasi yang dipakai sebagai acuan (Lampiran 1).

1. Pengidentifikasian dilakukan dengan menggunakan beberapa buku, antara

lain:

1) Economically Important Sharks and Rays of Indonesia (2006).

2) Field Guide To Sharks Of the Southeast Asian Region (2012).

2. Ciri-ciri morfologi yang diamati dalam identifikasi antara lain yaitu: bentuk

tubuh, bentuk moncong, warna tubuh dan sirip, jumlah celah insang, dan

bentuk sirip.

3. Ciri-ciri morfometrik yang diukur dalam identifikasi antara lain yaitu:

Panjang Total (PT), Panjang Cagak (PC), Panjang Standar (PS), Panjang

Kepala (PK), Sirip Punggung (SP), Sirip Dada (SD), Ekor Bawah (EB), Ekor

Atas (EA), dan Bobot (B) (Lampiran 5).

4. Ikan hiu yang telah teridentifikasi dimasukkan ke dalam tabel pengamatan

sebagai berikut:

Page 33: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

21

Tabel Identifikasi Ikan Hiu

No Jenis Nama

Daerah

Jumlah Total Karakter

♂ ♀

5. Hasil pengukuran karakter morfometrik dimasukkan ke dalam tabel

pengamatan sebagai berikut:

Tabel Karakter Morfometrik

Jenis Nama

Daerah JK PT PC PS PK EA SP SD EB B

Keterangan :

JK : Jenis Kelamin SP : Sirip Punggung

PT : Panjang Total SD : Sirip Dada

PC : Panjang Cagak EB : Ekor Bawah

PS : Panjang Standar EA : Ekor Atas

PK : Panjang Kepala B : Bobot

Page 34: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

22

Tabel 3.2 Pengukuran bagian-bagian morfometrik ikan hiu

No. Karakter Morfometrik Keterangan

1 Panjang total (PT) Jarak yang diukur mulai dari bagian terdepan

moncong mulut sampai ujung ekor atas.

2 Panjang cagak (PC) Jarak yang diukur mulai dari bagian terdepan

moncong mulut sampai pangkal cabang ekor.

3 Panjang standar (PS) Jarak yang diukur mulai dari bagian terdepan

moncong mulut sampai ujung gurat sisi.

4 Panjang kepala (PK)

Jarak yang diukur mulai dari bagian terdepan

moncong mulut sampai bagian ujung celah

insang belakang.

5 Panjang ekor atas (EA) Jarak yang diukur dari batang ekor sampai

posterior ekor paling atas.

6 Panjang sirip punggung (SP)

Jarak yang diukur mulai dari bagian ujung

badan atas sampai bagian ujung atas sirip

punggung.

7 Panjang sirip dada (SD)

Jarak yang diukur mulai dari bagian ujung

atas sirip dada sampai bagian ujung bawah

sirip dada.

8 Panjang ekor bawah (EB) Jarak yang diukur dari batang ekor sampai

posterior ekor paling bawah.

9. Bobot (B) Berat tubuh ikan hiu yang ditimbang

menggunakan timbangan.

6. Status konservasi ikan hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah

dimasukkan ke dalam tabel sebagai berikut:

Tabel Status Konservasi & Status Perdagangan

No Jenis Nama Daerah IUCN CITES

e. Dokumentasi

Pengambilan gambar dilakukan pada sisi depan, samping (kanan atau kiri), dan

sisi atas, serta ciri khusus yang ditemukan. Persyaratan lain dalam pengambilan

gambar adalah menyertakan alat ukur atau meteran dan label yang jelas.

Page 35: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

23

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode survey yang

bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan yaitu data primer. Pengumpulan data

primer dilakukan dengan menggunakan metode observasi. Pengumpulan data primer

dilakukan di beberapa TPI Pantai Utara Jawa Tengah antara lain TPI Bajomulyo

Juwono, TPI Tasik Agung Rembang, TPI Tanjungsari Rembang, dan TPI Tambaklorok

Semarang. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini meliputi jumlah dan jenis

ikan hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah. Pengambilan sampel ikan hiu

yang dijual di Tempat Pelelangan Ikan dilakukan secara purposive sampling yaitu

pengambilan sampel ikan hiu dilakukan pada semua armada penangkapan ikan yang

mendapatkan hasil tangkapan berupa ikan hiu dan berlabuh di TPI Pantai Utara Jawa

Tengah pada bulan Juni-September 2019. Masing-masing 1 kali setiap TPI.

Morfometrik ikan hiu diukur menggunakan pita meter dengan ketelitian 1 cm

dan untuk pengukuran berat menggunakan timbangan dengan ketelitian 1 kg.

Pengukuran morfometrik ikan hiu digunakan untuk menganalisa kelayaktangkapan hiu

dan karakter morfometrik hiu.

Data sekunder berupa studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan

seluruh informasi yang berkaitan dengan kajian atau tujuan penelitian, baik yang

berasal dari perpustakaan maupun dari literature lainnya. Data sekunder yang

dikumpulkan meliputi data jenis ikan hiu, ukuran kelayaktangkapan ikan hiu, dsb.

3.6 Analisis Data

Penentuan morfologi jenis ikan hiu dianalisis secara deskripstif kualitatif

berdasarkan hasil identifikasi yang telah diamati. Sedangkan analisis data karakter

morfometrik ikan hiu menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu analisis

komponen utama (PCA).

3.6.1 Analisis Kekerabatan Hiu Berdasarkan Karakter Morfologi

Penelitian ini menggunakan metode karakterisasi untuk pengamatan morfologi

secara kualitatif. Variabel morfologi yang diamati meliputi 47 karakter kualitatif, yang

disusun dalam tabel satuan taksonomi operasional (STO). Pengamatan morfologi

Page 36: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

24

dilakukan secara visual. Hubungan kekerabatan fenetik pada jenis hiu yang didapatkan

ditentukan dengan langkah sebagai berikut:

1. Menentukan Satuan Taksonomi Operasional (STO), dalam hal ini berupa

jenis yang akan dibandingkan;

2. Menyeleksi ciri morfologi dari masing-masing sampel yang dapat

dibandingkan untuk memberi gambaran secara umum dari ciri satuan

taksonomi operasional yang dinyatakan dengan kode biner, artinya yaitu

apabila terdapat karakter yang diamati diberi angka 1 dan apabila tidak

terdapat karakter yang diamati diberi angka 0;

3. Membuat tabel atau matriks berupa ciri-ciri morfologi untuk semua wakil

jenis yang merupakan satuan taksonomi.

4. Data yang diperoleh dari pengamatan berdasarkan karakter morfologi

selanjutnya di analisis menggunakan analisis cluster metode UPGMA pada

aplikasi MVSP 3.2. (Azizah Ulfa Devi Lailatul, et al. 2019);

5. Pengelompokkan jenis berdasarkan nilai persamaan tertinggi menggunakan

rumus koefisiensi korelasi (Sneath & Sokal, 1973)

r(x) . (y) = r (x) + r (y)

√2+2𝑟 (𝑥) . √1+2r (y)

Keterangan:

r(x) . (y) = Koefisiensi korelasi antara hewan yang pertama dengan kedua

atau yang lain

r(x) = Nilai koefisiensi tertinggi dalam tabel

r(y) = Nilai koefisisensi kedua atau yang lain

6. Berdasarkan data koefisiensi korelasi tersebut, langkah selanjutnya yaitu

membuat fenogram yang menggambarkan hubungan kekerabatan jenis ikan

hiu yang diamati.

3.6.2 Kelayaktangkapan Hiu

Untuk menentukan kelayaktangkapan hiu digunakan data panjang total tiap

individu ikan hiu. Setiap jenis hiu memiliki ukuran tubuh yang berbeda-beda, sehingga

Page 37: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

25

untuk mencapai ukuran dewasa (length of maturity) hiu membutuhkan waktu yang

berbeda-beda. Analisis yang digunakan untuk menganalisis kelayaktangkapan

sumberdaya hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah adalah deskriptif

komparatif. Analisis kelayaktangkapan hiu ini dilakukan dengan membandingkan data

primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan berupa ukuran panjang total

(total length) hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah, sedangkan data

sekundernya adalah nilai panjang hiu yang sudah mencapai ukuran dewasa (length of

maturity). Data sekunder ikan hiu dapat dilihat dari buku/studi literature. Buku yang

digunakan sebagai perbandingan kelayaktangkapan hiu adalah “Economically

Important Sharks and Rays Indonesia” (White et al. 2006). Standar kelayaktangkapan

hiu adalah apabila total length catch (TL catch) ≥ total length of maturity (TL of

maturity). Hiu dikatakan belum layak tangkap apabila total length catch (TL catch) ≤

total length of maturity (TL of maturity). Hasil perbandingan antara panjang total (total

length) hiu (data primer) dan panjang total hiu pada saat mencapai ukuran dewasa

(length of maturity) (data sekunder) selanjutnya dianalisis secara deskriptif.

3.6.3 Karakter Morfometrik

Karakter morfometrik pada jenis ikan hiu yang dianalisis adalah panjang total

(PT), panjang cagak (PC), panjang standar (PS), panjang kepala (PK), panjang sirip

punggung (SP), panjang sirip dada (SD), panjang ekor bawah (EB), panjang ekor atas

(EA). Variasi karakter morfometrik dianalisis menggunakan metode analisis

komponen utama atau Pricipal Component Analysis (PCA) yang berfungsi

menyederhanakan variable menjadi beberapa komponen utama agar dapat dijelaskan

hubungan antar variable secara sederhana (Bengen, 2000).

Misalkan X1,X2,…Xp adalah perubah acak yang menyebar menurut sebaran

tertentu dengan vektor nilai tengah µ dan matriks ragam peragam Ʃ. Komponen utama

merupakan kombinasi linier terboboti peubah-peubah asal yang mampu menerangkan

data secara maksimum. Komponen utama ke-j dapi p peubah dapat dinyatakan sebagai

𝑌 𝑗 = 𝑎1𝑗𝑥1 + 𝑎2𝑗𝑥2 + ⋯+ 𝑎𝑝𝑗𝑥𝑝 = 𝒂𝒕𝒙

dan keragaman komponen utama ke-j adalah 𝑉𝑎𝑟(𝑌𝑗 ) = λ𝑗 ; 𝑗 = 1, 2, … , 𝑝 dengan 𝜆1,

𝜆2, … , 𝜆𝑝 adalah akar ciri yang diperoleh dari persamaan |𝜮 − 𝜆𝑰| = 0 dimana 𝜆1 ≥ 𝜆2

Page 38: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

26

≥ … ≥ 𝜆𝑝 ≥ 0. Vektor ciri 𝒂 sebagai pembobot dari transformasi linear peubah asal

diperoleh dari persamaan (𝜮 − 𝜆𝑗 𝑰) = 0 ; 𝑗 = 1, 2, … , 𝑝 dan 𝜮 didefinisikan sebagai

matriks ragam peragam XtX, 𝜆 sebagai akar ciri dari 𝜮 dan I sebagai matriks identitas

yang berukuran 𝑝x𝑝 dimana p adalah banyaknya peubah bebas dalam data. Total

keragaman komponen utama adalah 𝜆1 + 𝜆2 + … + 𝜆𝑝 = (𝜮) dan persentase total

keragaman data yang mampu dijelaskan oleh KU ke-j adalah λj

𝑡𝑟(Σ) 𝑥 100%.

3.6.4 Status Konservasi Ikan Hiu

Data primer berupa data jumlah dan jenis hiu digunakan untuk menganalisa

status konservasi ikan hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah. Analisis yang

digunakan untuk mengetahui status konservasi ikan hiu adalah dengan mengetahui

jumlah dan jenis ikan hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah adalah dengan

pendekatan konservasi. Organisasi internasional yang bergerak di bidang perlindungan

dan konservasi alam (IUCN) telah menyusun beberapa kriteria status konservasi jenis

hewan/biota berdasarkan tingkat kerawanannya terhadap konservasi di dalam suatu

daftar merah (red list). Menurut IUCN (2019), jenis/jenis hiu menurut kategori-

kategori keterancaman adalah sebagai berikut:

1. Punah (Extinct, EX);

2. Punah di alam (Extinct In The Wild, EW);

3. Kritis (Critically Endangered, CR);

4. Genting atau Terancam (Endangered, EN);

5. Rentan (Vulnerable, VU);

6. Hampir Terancam (Near Threatened, NT);

7. Berisiko Rendah (Least Concern, LC);

8. Informasi Kurang (Data Deficient, DD);

9. Tidak Dievaluasi (Not Evaluated, NE).

Analisis yang digunakan untuk menentukan status perdagangan ikan hiu yang

dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah adalah CITES. CITES menetapkan tiga

Page 39: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

27

kategori jenis-jenis jenis yang dapat diperdagangkan secara internasional. Ketiga

kategori ini yang dikenal dengan istilah Apendiks CITES, antara lain yaitu:

1. Apendiks I : Daftar jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilarang segala

bentuk perdagangan internasional.

2. Apendiks II : Daftar jenis yang tidak terancam punah tapi mungkin terancam

punah bila diperdagangkan terus menerus tanpa adanya pengaturan.

3. Apendiks III : Daftar jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi di negara

tertentu dalam batas-batas kawasan habitatnya, dan suatu saat peringkatnya

biasa dinaikkan ke dalam Apendiks II atau Apendiks I.

Page 40: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

28

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis Ikan Hiu yang Dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah

Hasil identifikasi ikan hiu berdasarkan buku White et al., (2006) pada lokasi

penelitian dijumpai sebanyak 5 jenis dan 62 individu ikan hiu yang dijual oleh nelayan

di TPI Pantai Utara Jawa Tengah, tertera pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Jenis Ikan Hiu yang Dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah

No Ordo Famili Spesies Total

1

Carcharhiniformes Carcharinidae

Carcharhinus brevipinna 26

2 Carcharinus longimanus 4

3 Carcharhinus sealei 7

4 Orectolobiformes Hemiscyllidae Chiloscyllium punctatum 19

5 Lamniformes Alopiidae Alopias pelagicus 6

Jumlah 5 jenis 62

Hasil ikan hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah pada bulan Juni-

September 2019 sebagian besar berasal dari jenis Carcharhinus brevipinna (26 ekor).

Carcharhinus brevipinna merupakan jenis hiu yang aktif bergerombol, kadang

melakukan gerakan berputar keluar dari air ketika menangkap gerombolan ikan yang

menjadi mangsanya. (Compagno, 1984), hiu ini melahirkan anak yang berjumlah 3-

15 ekor, dengan lama kandungan yang tidak diketahui. Hasil tangkapan terendah

berasal dari jenis Carcharinus longimanus (4 ekor). Carcharinus longimanus kadang

ditemukan berenang sendiri (soliter) maupun bergerombol dalam kelompok kecil.

Jumlah anak yang dilahirkan pada spesies ini yaitu 1-15 ekor, dengan lama kandungan

12 bulan (Sharkguardian, 2018). Perbedaan setiap jumlah individu yang dijual

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu musim penangkapan, jumlah armada

yang beroperasi di laut, tipe alat tangkap, lokasi penangkapan, dan perilaku ikan

tersebut (Dharmadi et al., 2013).

Jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkapan ikan hiu dan ikan pari

di Laut Jawa antara lain yaitu payang (lampara net), dogol (seine), pukat pantai (beach

Page 41: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

29

seine), jaring insang hanyut (drift gillnet), jaring insang tetap (bottom-set gillnet),

jaring trammel (trammel net), rawai dasar (bottom long line), rawai tuna (tuna long

line), pancing tangan (hand line), sera (guiding barrier) dan bubu (portable traps),

pukat cincin (purse seine) (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2016).

Umumnya alat tangkap cantrang banyak digunakan nelayan untuk menangkap

ikan demersal antara lain ikan hiu, karena cantrang mudah dibuat dan relative tidak

memakan biaya tinggi, baik dalam pembuatan maupun perawatannya. Cantrang

merupakan sejenis pukat yang biasanya digunakan untuk menangkap udang dan ikan

demersal. Cantrang dioperasikan dengan cara dilingkarkan pada perairan dan kemudian

ditarik ke atas kapal dengan menggunakan tenaga manusia ataupun bantuan mesin.

Menurut beberapa penelitian, cantrang diindikasikan sebagai alat tangkap ikan yang

kurang ramah lingkungan karena hampir mirip dengan trawl yang dilarang oleh

pemerintah yang menangkap ukuran ikan kecil maupun sedang matang gonad sehingga

dikhawatirkan akan menghambat keberlanjutan sumberdaya ikan demersal (Tri

Cahyani, 2013).

Penangkapan ikan menggunakan alat tangkap cantrang dalam 1 trip berkisar

antara 15-25 hari dengan jumlah trip maksimal dalam 1 tahun adalah 10 trip.

Pengoperasian cantrang dilakukan dengan 4 tahap yaitu: (1) Persiapan, nelayan

mempersiapkan perbekalan dan pengecekan alat-alat yang digunakan. Nelayan

menentukan daerah penangkapan ikan sesuai dengan daerah yang telah dilakukan

operasi penangkapan sebelumnya; (2) Setting, Pelampung tanda diturunkan kemudian

tali selambar sisi kanan diturunkan dengan arah gerakan kapal membentuk lingkaran,

jaring diturukan kemudian tali selambar sisi kiri mulai diturunkan. Posisi tali selambar

sisi kanan dan sisi kiri sudah berada di garden yang akan mempermudah untuk menarik

jaring tersebut. Waktu yang dibutuhkan untuk setting sekitar 15 menit; (3) Towing,

Penarikan alat tangkap cantrang dengan kecepatan sekitar 5 ± 6 knot. Hal ini dilakukan

agar pada saat penarikan jaring, kapal tidak bergerak mundur karena berat jaring.

Towing dilakukan dengan menarik tali selambar dengan bantuan gardan. Waktu yang

digunakan untuk menarik jaring sekitar 40 ± 50 menit; (4) Hauling, Setelah proses

Page 42: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

30

towing selesai maka tali selambar ditarik dan jaring mulai diangkat. Setelah itu ikan di

sortir sesuai jenis dan ukurannya (Auliya & Trisnani 2014).

Umumnya ikan hiu yang tertangkap di daerah penangkapan pinggir (inshore)

berukuran kecil dan sebagian besar belum dewasa, sedangkan yang tertangkap di

perairan tengah (offshore) umumnya berukuran besar dan sudah dewasa. Armada kapal

yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan di daerah perairan pantai

(inshore) berukuran kecil (6-12 GT) dengan jarak kurang dari 12 mil dari pantai,

sedangkan daerah penangkapan offshore (>12 mil) menggunakan armada penangkapan

dengan ukuran kapal lebih dari 30 GT (Rahardjo, 2007).

Aktivitas penangkapan ikan hiu umumnya berlangsung setiap tahun tanpa

dibatasi oleh musim tertentu, namun pada bulan-bulan tertentu ketika hasil tangkapan

meningkat biasanya ditentukan sebagai musim penangkapannya. Musim yang ideal

untuk menangkap ikan hiu adalah ketika kondisi cuaca baik, dengan ombak dan angin

yang tenang, sehingga nelayan dapat melaut dengan jarak tempuh yang lebih jauh dan

dalam tempo yang lebih lama. Menurut Fahmi & Dharmadi (2013), musim

penangkapan hiu berlangsung antara bulan juni - September.

4.2 Kajian Morfologi dan Morfometrik Jenis Ikan Hiu

4.2.1 Morfologi Ikan Hiu yang Dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah

Dari hasil identifikasi morfologi menggunakan acuan White et al (2006) selama

penelitian, jenis ikan hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah meliputi TPI

Bajomulyo Unit 1 Juwono, TPI Tasik Agung Rembang, TPI Tanjungsari Rembang,

dan TPI Tambaklorok semarang antara lain adalah Carcharhinus brevipinna,

Carcharhinus longimanus, Carcharhinus sealei, Chiloscyllium punctatum, dan

Alopias pelagicus.

1. Carcharhinus brevipinna

Carcharhinus brevipinna merupakan salah satu hiu dari famili Carcharinidae.

Hiu ini mempunyai nama lokal Cucut Lanjaman atau hiu merak bulu. Gambar 4.1

merupakan gambar dari morfologi Carcharhinus brevipinna. Morfologi pada hiu

Carcharhinus brevipinna antara lain adalah bentuk badan fusiform, memiliki bentuk

Page 43: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

31

moncong yang lancip dan panjang dengan jarak antara lubang hidung 1-1.2 kali jarak

antara ujung moncong ke mulut, memiliki mata yang bundar dan cukup kecil, tidak

memiliki gurat diantara sirip punggung tetapi memiliki gurat di sudut bibir yang relatif

panjang (dibandingkan dengan jenis Carcharhinus yang lain), memiliki celah insang

yang relatif panjang dan berjumlah 5 celah, dan tidak memiliki spirakel. Sebagian besar

ujung sirip punggung dan sirip ekor pada hiu dewasa dan remaja berwarna hitam dan

ujung sirip dada berwarna putih, serta perut bagian bawah berwarna putih.

Gambar 4.1 Morfologi Carcharhinus brevipinna (Maulina EA, 2020)

Keterangan:

1. Moncong lancip dan panjang, letak mulut di bawah belakang mata;

2. Ujung sirip dada berwarna putih;

3. Ujung sirip punggung dan ekor berwarna hitam.

Menurut White (2006), ukuran maksimum Carcharhinus brevipinna dapat

mencapai 283 cm. Ikan jantan mencapai dewasa dan siap bereproduksi pada ukuran

antara 190-200 cm, sedangkan untuk ikan betina mencapai dewasa pada ukuran 210-

220 cm. Hiu ini tergolong hewan vivipar dengan kuning telur berupa plasenta. Jumlah

anak yang dilahirkan pada jenis ini yaitu 3-15 ekor, dengan lama kandungan yang tidak

diketahui. Hiu ini tersebar di seluruh perairan tropis mulai daerah pesisir pantai hingga

paparan benua (Compagno, 1998). Umumnya hiu ini tertangkap di perairan Samudera

Hindia, mulai dari barat Sumatera hingga bagian selatan Jawa, Bali, dan Nusa

Tenggara, serta perairan Laut Natuna, Selat Makassar, dan Laut Banda (Fahmi dan

Dharmadi, 2013). Carcharhinus brevipinna ditemukan di perairan dekat pantai

(inshore) hingga kedalaman 75 m (White et al., 2006).

Page 44: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

32

2. Carcharhinus longimanus

Carcharhinus longimanus yang memiliki nama umum Oceanic Whitetip Shark

atau dikenal dengan nama lokal hiu koboi. Hiu ini tergolong jenis hiu oseanik dan

pelagis. Jenis hiu ini adalah satu-satunya hiu pelagis sejati dari genus Carcharhinus.

Carcharhinus longimanus memiliki ciri khas yaitu bentuk siripnya membulat di bagian

ujung dan berwarna putih pada hiu dewasa (berujung hitam pada hiu juvenil), hiu ini

juga memiliki sirip dada yang sangat lebar dan berbentuk dayung, memiliki sirip ekor

besar dan bagian ujungnya berbintik putih. Gambar 4.2 merupakan gambar dari

morfologi Carcharhinus longimanus. Karakter morfologi dari hiu ini antara lain yaitu

bentuk badan fusiform, memiliki moncong pendek dan bulat melebar (tampak dari arah

bawah). Memiliki celah insang yang cukup panjang dan berjumlah 5 celah, dan tidak

memiliki spirakel.

Gambar 4.2 Morfologi Carcharhinus longimanus (White et al., 2006)

Keterangan:

1. Sirip dada lebar dan berbentuk dayung,

2. Ujung sirip membulat di bagian ujung dan berwarna putih,

3. Sirip ekor besar dan ujungnya berbintik putih.

Menurut White (2006), ukuran maksimum hiu koboi dapat mencapai 300 cm.

Ikan jantan mencapai dewasa dan siap bereproduksi pada ukuran antara 190-200 cm,

sedangkan untuk ikan betina mencapai dewasa pada ukuran 180-200 cm. Hiu ini

tergolong hewan vivipar dengan kuning telur berupa plasenta. Jumlah anak yang

dilahirkan pada hiu ini yaitu 1-15 ekor, dengan lama kandungan 12 bulan.

Carcharhinus longimanus biasa dijumpai di jauh lepas pantai di perairan terbuka

Page 45: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

33

hingga pada kedalaman lebih dari 200 m, paparan benua, atau sekitar pulau-pulau di

laut lepas. Sebaran jenis hiu ini sangat luas diseluruh perairan tropis dan subtropis yang

bersuhu hangat. Di perairan Indonesia, biasanya ditemukan di perairan Samudera

Indonesia, mulai dari barat Sumatera hingga selatan Nusa Tenggara (Permen-KP No.

59 tahun 2014).

3. Carcharhinus sealei

Carcharhinus sealei yang memiliki nama umum Blackspot Shark atau lebih

dikenal dengan nama cucut lanjaman (Jawa). Hiu ini memiliki tubuh berukuran kecil

yang bersifat oseanik dan pelagis, umumnya hidup di dasar perairan pantai dari daerah

pantai hingga pada kedalaman 40 m. Gambar 4.3 merupakan gambar dari morfologi

Carcharhinus sealei. Hiu ini memiliki ciri morfologi yaitu bentuk badan fusiform, sirip

punggung pertama agak tinggi dan melengkung lancip, sedangkan sirip punggung

kedua berwarna kehitaman atau hitam pada ujungnya, dan sirip lainnya polos. Warna

tubuh abu kecoklatan. Memiliki celah insang yang berjumlah 5 celah dan tidak

memiliki spirakel. Memiliki gurat diantara sirip punggung, memiliki gigi bawah yang

kecil, ramping, tegak lurus, kadang terdapat tonjolan di sisinya. Ujung gigi bagian atas

tajam dan sangat miring, bagian sisi yang diapit terdapat beberapa tonjolan yang

memiliki tepian halus (White et al., 2006).

Gambar 4.3 Morfologi Carcharhinus sealei (Ali et al., 2013)

Keterangan:

1. Moncong agak panjang dan parabolik menyempit, letak mulut di bawah

belakang mata;

2. Sirip punggung pertama agak tinggi dan melengkung lancip;

3. Sirip punggung kedua kehitaman pada ujungnya

Page 46: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

34

Panjang maksimum hiu ini dapat mencapai 95 cm, ikan hiu jantan mencapai usia

dewasa pada ukuran >80 cm, sedangkan ikan hiu betina antara ukuran 68-75 cm, dan

ukuran ketika lahir antara 33-36 cm. Menurut White (2006), jenis ini tergolong hewan

vivipar dengan kuning telur berupa plasenta. Jumlah anak yang dilahirkan pada hiu ini

yaitu 1-2 ekor, dengan lama kandungan 9 bulan.

4. Chiloscyllium punctatum

Chiloscyllium punctatum memiliki nama umum Brownbanded Bamboo Shark

atau yang memiliki nama lokal hiu batu. Jenis hiu ini merupakan hiu bentik pasir yang

hidup di dasar perairan, padang lamun, pantai berbatu dan sekitar ekosistem terumbu

karang hingga kedalaman 85 meter (White et al., 2006). Hiu ini aktif pada malam hari

(nokturnal) dan dapat bertahan hidup di luar permukaan air selama 12 jam (Compagno,

1984). Gambar 4.4 merupakan gambar dari morfologi Chiloscyllium punctatum.

Karakteristik morfologi lain dari hiu Chiloscyllium punctatum yaitu tidak memiliki

spirakel, memiliki celah insang berjumlah 5 celah dan batas tiap celah insang berwarna

pucat. Pada hiu Chiloscyllium punctatum dewasa memiliki warna tubuh polos atau

garis-garis coklat yang samar, sedangkan pada juvenil terdapat bintik-bintik gelap..

Dasar sirip anal jauh lebih pendek daripada dasar sirip ekor bawah.

Gambar 4.4 Morfologi Chiloscyllium punctatum (White et al., 2006)

Keterangan:

1. Bentuk tubuh dan ekor ramping;

2. Moncong membulat di bagian anterior, terdapat barbel/sungut, letak mulut di

bawah depan mata;

3. Sirip punggung besar, bersudut, dan terpisah satu sama lain

Page 47: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

35

Ukuran panjang maksimum hiu ini adalah 121 cm; ikan jantan mencapai

dewasa pada ukuran sekitar 67-70 cm, sedangkan pada betina belum diketahui (White

et al., 2006). Hiu ini tergolong hewan ovipar dengan kuning telur berupa plasenta.

Jumlah anak yang dilahirkan pada hiu ini yaitu 1-15 ekor, dengan lama untuk menetas

8-15 bulan (Conrath, 2005).

5. Alopias pelagicus

Alopias pelagicus memiliki nama umum Pelagic Thresher Shark atau lebih

dikenal dengan nama hiu monyet atau hiu tikus adalah jenis ikan hiu oseanik yang

hidup di lapisan permukaan hingga kedalaman 152 m (White et al., 2006). Alopias

pelagicus berasal dari famili Alopiidae, hiu jenis ini memiliki ciri khas bentuk sirip

ekornya yang panjang hampir sama atau lebih panjang dari separuh panjang total

tubuhnya, mempunyai cuping (lobe) di bagian atas dari sirip ekor yang sangat panjang,

dan bagian ujung sirip caudal sangat ramping dengan lobus terminal yang sangat

sempit. Menurut Oliver et al (2013) Alopias pelagicus menggunakan cambukan

ekornya untuk melemahkan mangsa. Hiu ini mencari makan pada siang maupun malam

hari. Hewan ini mampu memangsa lebih dari satu ikan sarden dalam satu waktu, hal

ini menunjukkan bahwa mencambuk gerombolan ikan sarden merupakan strategi

mencari makan yang efektif untuk memburu mangsa yang bergerombol. Alopias

pelagicus juga memiliki keunikan lainnya, yaitu ukuran sirip dadanya yang juga relatif

panjang dan kuat. Sirip dada ini berfungsi untuk mengepakkan tubuh hiu agar dia dapat

mencambuk target menggunakan ekor atasnya. Dengan demikian karakteristik sirip

dada dan ekor atasnya diperkirakan adalah hasil evolusi jangka panjang dari teknik

berburu yang digunakan (Santosa K.P, et al. 2017). Gambar 4.5 merupakan gambar

dari morfologi Alopias pelagicus. Morfologi lainnya adalah bentuk badan fusiform.

Moncong mulut relatif pendek dan lonjong, bentuk kepala melengkung di bagian antara

mata, tidak terdapat lekukan yang dalam dibagian tengkuk, tetapi terdapat lekukan

kecil di atas mata. Memiliki mata yang cukup besar, tetapi tidak memanjang ke

permukaan kepala bagian dorsal, posisinya hampir ditengah-tengah bagian sisi kepala.

Memiliki celah insang yang berjumlah 5 celah. Pangkal sirip punggung pertama lebih

Page 48: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

36

dekat dengan ujung belakang sirip dada dari pada dengan dasar perut. Tubuh bagian

dorsal hiu Alopias pelagicus berwarna abu-abu metalik pucat, tubuh bagian ventral

berwarna putih, serta bagian atas dan penutup insang berwarna perak metalik. Di

perairan Indonesia, hiu ini ditemukan di perairan Samudera Hindia, mulai dari barat

Sumatera hingga selatan Nusa Tenggara Laut Cina Selatan, Laut Pasifik, Selat

Makassar, Laut Sulawesi, Laut Banda dan Laut Arafura (White et al., 2006; Fahmi &

Dharmadi, 2013).

Gambar 4.5 Morfologi Alopias pelagicus (Maulina EA, 2020)

Keterangan:

1. Ekor bagian atas hampir sepanjang ukuran tubuhnya;

2. Sirip dada panjang dan kuat;

3. Moncong mulut relatif pendek dan lonjong, letak mulut di bawah belakang

mata.

Menurut White et al. (2006), ukuran panjang maksimum hiu ini adalah 365 cm;

ikan jantan mencapai dewasa pada ukuran sekitar 240 cm, pada betina sekitar 260 cm;

dengan ukuran panjang total pada saat lahir 130-160 cm. Umur maksimal hiu monyet

atau tikusan jantan dapat mencapai 20 tahun dan betina 29 tahun (Compagno, 2002).

Menurut White (2006) jenis ini tergolong hewan vivipar. Jumlah anak yang dilahirkan

pada hiu ini adalah 2 ekor anak (satu ekor di setiap uterus) dengan waktu memijah yang

tidak diketahui. Reproduksi Alopias pelagicus tidak bersifat musiman, namun

diketahui cucut ini maksimal melahirkan 2 kali dalam setahun. Pada jenis ini, hiu jantan

dapat membuahi lebih dari satu betina dalam waktu yang berdekatan, sehingga apabila

rasio betina lebih tinggi dari jantan, maka reproduksi masih bisa berjalan dengan lancer

(Parsons et al., 2008).

Page 49: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

37

4.2.2 Analisis Kekerabatan Hiu Berdasarkan Karakter Morfologi

Hubungan kekerabatan ikan secara morfologi bertujuan untuk mengetahui

kedekatan antara jenis ikan satu dengan jenis ikan lainnya yang terdapat di suatu

perairan, dan juga untuk memberikan informasi ilmiah dalam bidang taksonomi.

Berdasarkan morfologi jenis ikan hiu yang diperoleh, selanjutnya dianalisis

dalam tabel STO dan disusun dalam bentuk matriks jumlah karakter pasangan STO

(Tabel 4.2). Matriks pada tabel 4.2 memperlihatkan jumlah ciri-ciri yang sama dan

yang berbeda dari 5 jenis hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah.

Hasil pengamatan berdasarkan karakter morfologi yang dimiliki oleh setiap

jenis ikan hiu kemudian dihitung nilai koefisien korelasinya. Nilai koefisien korelasi

dapat ditentukan dengan cara membandingkan karakter morfologi yang terdapat pada

semua jenis ikan hiu yang termasuk dalam Operational Taxonomic Unit (Tabel 4.3).

Jumlah karakter morfologi yang digunakan dalam satuan taksonomi operasional adalah

46 ciri meliputi bentuk moncong, letak mulut, bentuk gigi, bentuk dan letak sirip

punggung, dan warna tubuh (Lampiran 2). Berdasarkan karakter morfologi yang telah

teramati, kemudian data tersebut dianalisis menggunakan analisis cluster, maka

diperoleh matriks hubungan kekerabatan antar jenis pada Tabel 4.2 dan fenogram pada

Gambar 4.6

Analisis cluster bertujuan untuk mengelompokkan hubungan kekerabatan antar

jenis berdasarkan karakter atau penciri yang sama untuk mengetahui kekerabatan yang

jauh atau dekat. Hubungan kekerabatan yang jauh atau dekat suatu jenis dapat diketahui

dari nilai koefisien kemiripannya. Semakin besar nilai koefisien kemiripan suatu jenis

menunjukkan bahwa semakin dekat hubungan kekerabatan antar jenis tersebut atau

sebaliknya (Gusmiaty et al., 2016).

Page 50: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

38

Tabel 4.2 Matriks Jumlah Pasangan Satuan Taksonomi Operasional (Pair number

matrices of operational taxonomy unit)

E D C B A

A (Carcharhinus brevipinna) 16 11 17 17

B (Carcharinus longimanus) 15 12 19 12*

C (Carcharhinus sealei) 16 12 6* 10*

D (Chiloscyllium punctatum) 12 19* 22* 23*

E (Alopias pelagicus) 20* 11* 15* 13*

Keterangan:

Tanpa tanda * = Jumlah ciri-ciri yang sama

Dengan tanda * = Jumlah ciri-ciri yang berbeda

Tabel 4.3 Matriks koefisiensi Korelasi Antar Jenis Ikan Hiu

Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi dan fenogram hubungan

kekerabatan (gambar 4.6) yang terbentuk, diperoleh bahwa kelima jenis hiu yang telah

diamati menunjukkan 3 kelompok kekerabatan dengan nilai koefisiensi korelasi

Takson A B C D E

A (Carcharhinus brevipinna) 1

B (Carcharhinus longimanus) 0,586 1

C (Carcharhinus sealei) 0,63 0,76 1

D (Chiloscyllium punctatum) 0,324 0,364 0,387 1

E (Alopias pelagicus) 0,552 0,5 0,593 0,375 1

Gambar 4.6 Fenogram Hasil Pengelompokkan Berdasarkan Koefisisensi Korelasi

Antar Jenis Ikan Hiu

Page 51: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

39

sebesar 0,1692. Kelompok I terdiri dari Carcharhinus longimanus dan Carcharhinus

sealei dengan nilai koefisiensi korelasi tertinggi sebesar 0,76. Kedua jenis ini memiliki

hubungan kekerabatan terdekat. Secara morfologi kedua jenis ini memang hampir

mirip secara keseluruhan dan keduanya termasuk ke dalam satu genus. Ciri yang

menunjukkan kesamaan antara kedua jenis ini antara lain yaitu bentuk moncong yang

membulat, memiliki kelopak mata, mulut berada dibawah belakang mata, bentuk gigi

bawah kecil, ramping dan tegak, memiliki gurat diantara sirip punggung, memiliki 5

celah insang dan posisi celah insang berada di sisi kepala, kedua sirip punggung tidak

sama besar, pangkal sirip punggung pertama lebih dekat dengan ujung sirip dada, serta

warna tubuh keabuan. Perbedaan antara kedua jenis ini adalah pada Carcharhinus

longimanus memiliki gigi atas berbentuk segitiga lebar dan tegak, memiliki gurat

diantara sirip punggung, sirip punggung pertama dan sirip dada sangat lebar dan

membundar di bagian ujungnya, dan ujung sirip berwarna putih. Pada Carcharhinus

sealei memiliki gigi atas yang tajam dan sangat miring, sirip punggung pertama agak

tinggi dan melengkung lancip, sirip punggung kedua berwarna kehitaman atau hitam

pada ujungnya sedangkan sirip lainnya polos, serta bagian sisi yang diapit terdapat

beberapa tonjolan yang memiliki tepian halus. Carcharhinus longimanus dan

Carcharhinus sealei termasuk kedalam satu ordo yaitu Carcharhiniformes.

Berdasarkan pernyataan Ali et al (2013), persamaan ciri morfologi yang

mengelompokkan jenis tersebut ke dalam ordo Carcharhiniformes antara lain yaitu

terdapat kelopak mata dan letak mulut berada di bawah belakang mata.

Kelompok II Carcharhinus brevipinna dan Alopias pelagicus dengan nilai

koefisiensi korelasi sebesar 0,552. Kedua jenis ini memiliki hubungan kekerabatan

tingkat sedang. Ciri yang menunjukkan kesamaan antara kedua jenis ini antara lain

yaitu warna tubuh keabuan, memiliki moncong yang panjang, mulut berada di bawah

belakang mata, kedua sirip punggung tidak sama besar, serta pangkal sirip punggung

pertama lebih dekat dengan ujung sirip dada. Perbedaan kedua jenis ini adalah pada

Carcharhinus brevipinna terdapat kelopak mata sedangkan pada Alopias pelagicus

tidak ada. Carcharhinus brevipinna memiliki mata bundar dan kecil, sedangkan

Alopias pelagicus memiliti mata agak lebar. Carcharhinus brevipinna tidak memiliki

Page 52: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

40

spirakel, sedangkan pada Alopias pelagicus memiliki spirakel. Alopias pelagicus

memiliki ekor atas hampir sepanjang tubuhnya serta ujung sirip ekor sangat ramping

dengan lobus terminal yang sangat sempit. Berdasarkan Ali et al (2013), kedua jenis

ini termasuk ke dalam ordo yang berbeda yaitu ordo Carcharhiniformes dan

Lamniformes. Ciri yang membedakan kedua ordo ini yaitu pada ordo

Carcharhiniformes memiliki kelopak mata, sedangkan pada ordo Lamniformes tidak

memiliki kelopak mata.

Chiloscyllium punctatum memiliki nilai koefisiensi korelasi sebesar 0,16.

Chiloscyllium punctatum memiliki hubungan kekerabatan terjauh dengan 4 jenis

lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa Chiloscyllium punctatum memiliki karakter

yang jauh berbeda dengan jenis lainnya terutama pada bentuk tubuh dan ekor yang

ramping, bentuk moncong membulat, letak mulut berada di bawah depan mata,

terdapat barbel/sungut di dekat hidung, adanya cuping dan celah di sekitar batas lubang

hidung, warna tubuh kecoklatan dan terdapat bintik-bintik gelap, serta bentuk sirip

punggung pertama dan kedua sama besar. Chilloscyllium punctatum termasuk kedalam

ordo Orectolobiformes. Hal ini didukung oleh pernyataan Ali et al (2013), bahwa ordo

Orectolobiformes memiliki ciri khas yaitu mulut berada di bawah depan mata dan

memiliki barbel/sungut di dekat hidung.

4.2.3 Kelayaktangkapan Hiu

Kelayaktangkapan hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah diperoleh

berdasarkan data ukuran panjang hiu yang diukur menggunakan pita meter. Gambar

4.7 menunjukkan bahwa jenis hiu yang dijual sebagian besar masih belum layak

tangkap.

Page 53: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

41

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Carcharhinus

brevipinna

Chiloscyllium

punctatum

Carcharinus

longimanus

Carcharhinus

sealei

Alopias

pelagicus

Belum layak tangkap Layak tangkap

Gambar 4.7 Diagram Kelayaktangkan Ikan Hiu

Setiap jenis ikan hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah memiliki

struktur ukuran panjang tubuh yang berbeda-beda. Data ukuran panjang total ikan hiu

yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah berdasarkan jenis kelaminnya tertera pada

Lapiran 7. Ukuran ikan pertama kali matang gonad ada hubungannya dengan

pertumbuhan ikan dan pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhannya (Sjafei et al.,

1992). Tingkat kematangan gonad ikan hiu dapat diketahui dengan mengukur panjang

total tubuh dari ikan tersebut. Menurut Effendi (2002), pengamatan kematangan gonad

dapat diketahui dengan 2 cara yaitu secara histologi dan morfologi. Untuk mengetahui

kematangan gonad secara morfologi adalah dengan menggunakan ukuran panjang total

tubuh dan berat tubuh. Kelayaktangkapan yang dimaksud adalah ikan yang dijual

sudah mencapai ukuran matang gonad. Untuk mencapai dewasa, setiap jenis hiu

memiliki ukuran panjang tubuh yang berbeda-beda. Hasil analisis perbandingan

panjang total (total length) hiu dengan ukuran panjang hiu saat mencapai dewasa

berdasarkan jenis kelamin tertera pada Lampiran 8.

Kelayaktangkapan hiu berdasarkan ukuran panjang total (total lenght) hiu yang

dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah cenderung bervariasi. Sebagian besar jenis hiu

yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah belum layak tangkap, karena ukuran

Page 54: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

42

panjang total (total lenght) pada hiu tersebut masih dibawah ukuran panjang total hiu

pada saat mencapai dewasa atau belum mencapai ukuran matang gonad. Last dan

Stevens (1994), menyatakan bahwa ikan hiu membutuhkan waktu enam hingga

delapan belas tahun lebih untuk mencapai dewasa. Lamanya waktu tersebut

memberikan peluang yang besar hiu tereksploitasi sebelum mencapai dewasa.

Menurut Nikolsky (1963), terdapat beberapa hal yang mempengaruhi ukuran ikan

untuk mencapai dewasa/matang gonad antara lain yaitu kelimpahan dan ketersediaan

makanan, suhu, periode, cahaya, dan faktor lingkungan pada suatu habitat atau perairan

yang berbeda-beda.

Berdasarkan gambar 4.7 kelayaktangkapan hiu menunjukkan bahwa jenis ikan

hiu yang belum layak tangkap dan memiliki status konservasi kritis, langka, dan hampir

terancam memiliki potensi yang tinggi terhadap konservasi di alam. Banyaknya ukuran

ikan hiu yang berada dibawah ukuran dewasa juga dapat mengindikasikan semakin

sedikit ikan hiu yang berukuran dewasa di alam. Penangkapan ikan hiu belum

mencapai dewasa berpotensi mempercepat kepunahan ikan hiu di alam. Menurut

Karman (2016), ikan yang tertangkap sebelum matang gonad, diduga ikan tersebut

belum sempat memijah sehingga hal ini akan mempengaruhi rekruitmen di daerah

penangkapan tersebut. Keberlanjutan perikanan tangkap sebaiknya didukung oleh

peraturan yang menetapkan ukuran ikan yang layak tangkap. Salah satu kriteria ikan

yang layak untuk ditangkap adalah memiliki panjang yang lebih besar dari panjang

pertama kali ikan matang gonad.

Banyaknya penangkapan hiu sebelum hiu sempat tumbuh mencapai ukuran

dewasa atau belum layak tangkap dapat menyebabkan overfishing (growth

overfishing). Atmaja, S.B., et al (2011) menjelaskan bahwa overfishing dapat

dikategorikan menjadi beberapa jenis antara lain yaitu economic overfishing,

biological overfishing, growth overfishing, recruitment overfishing, ecosystem

overfishing, dan malthusian overfishing. Fauzi (2005) meyatakan bahwa, growth

overfishing merupakan situasi dimana ikan yang ditangkap memiliki ukuran yang kecil

daripada ukuran yang seharusnya untuk bereproduksi, atau ikan belum memiliki

kesempatan untuk tumbuh. Terdapat beberapa cara pencegahan untuk menanggulangi

Page 55: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

43

kondisi perikanan yang mengalami growth overfishing misalnya yaitu pembatasan

upaya penangkapan, pengaturan ukuran mata jaring, dan penutupan musim atau daerah

penangkapan. Ali Suman (2014), menyatakan bahwa tujuan penutupan daerah dan

musim penangkapan adalah untuk melindungi ikan yang masih muda serta

meningkatkan ukuran ikan pertama kali matang gonad dan akhirnya meningkatkan

produksi. Irfan Hanifa (2017), menyatakan bawah indikator yang dapat dipakai untuk

menunjukkan waktu penutupan atau pembukaan kegiatan penangkapan ikan adalah

status siklus hidup dari sumber daya ikan itu sendiri, sehingga apabila bukti-bukti

ilmiah terhadap waktu ikan kawin, memijah, atau mengasuh anaknya, maka waktu itu

harus dipertimbangkan sebagai musim penangkapan ikan. Penutupan daerah dan

musim penangkapan dapat dilakukan ketika hiu mengalami puncak pemijahan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, masih jarangnya informasi terhadap waktu hiu

kawin, memijah, atau mengasuh anaknya, sehingga untuk daerah dan musim

penangkapan hiu di Indonesia masih belum diperkirakan dengan baik.

4.2.3 Karakter Morfometrik

Enjah Rahmat (2011) menyatakan bahwa, salah satu cara untuk

mendeskripsikan jenis ikan dan menentukan unit stok pada suatu perairan berdasarkan

atas perbedaan morfologi jenis yang diamati adalah dengan menggunakan pengukuran

morfometrik. Pengukuran morfometrik dapat dilakukan dengan mengukur panjang

total, panjang standar, panjang ekor atau panjang sirip punggung.

Hasil pengukuran karakter morfometrik merupakan salah satu parameter yang

dapat digunakan sebagai ciri taksonomik saat mengidentifikasi ikan. Setiap jenis ikan

memiliki ukuran tubuh yang berbeda-beda (Affandi dkk., 1992). Ukuran tubuh suatu

jenis dapat dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, genetik, dan lingkungan

hidupnya. Perbedaan karakter morfometrik tersebut berbeda antara jantan dan betina

akibat interaksi dengan lingkungan (Gustiano, 2003). Faktor lingkungan

mempengaruhi struktur morfologi dan genetik ikan (Turan et al.,2004). Selain itu,

isolasi geografis juga dapat mengakibatkan perubahan morfologi dan genetik,

(Wibowo et al.,2009). Nugroho, et al. (2015) menyatakan bahwa distribusi dan variasi

morfologi yang muncul merupakan respons dari kondisi lingkungan tempat ikan hidup.

Page 56: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

44

Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi karakteristik morfologi adalah

temperatur, salinitas, oksigen terlarut, radiasi, kedalaman air, kecepatan arus, dan

ketersediaan makanan (Antonucci et al., 2012). Faktor lingkungan di alam tersebut

bersifat dinamis, karena faktor tersebut juga dapat menyebabkan ikan memiliki ukuran

tubuh yang berbeda-beda. Teletchea (2009) menyatakan bahwa, perubahan morfologi

yang terjadi pada ikan diakibatkan dari faktor lingkungan terkadang menjadi kesulitan

bagi peneliti dan mengidentifikasi suatu jenis spesies ikan. Diperlukan adanya

pendekatan/metode tambahan lainnya untuk mendalami taksonomi suatu jenis spesies

ikan berupa analisis gen (Dawnay et al., 2007).

Secara keseluruhan jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 62 sampel hiu.

Pengukuran karakter morfometrik dalam penelitian ini menggunakan 9 variabel

pengukuran (Lampiran 5), diantaranya ukuran panjang total yang merupakan pembeda

utama jenis diantara golongan ikan hiu. Kisaran panjang total jenis Carcharhinus

brevipinna (150 ± 45,7), Carcharhinus longimanus (77 ± 61,3), Carcharhinus sealei

(83 ± 44,7), Chiloscyllium punctatum (77,2 ± 15,2), dan Alopias pelagicus (179,8 ±

160,5). Karakter morfometrik dianalisis menggunakan analisis komponen utama

(PCA). Analisis Komponen Utama (PCA) dapat digunakan untuk menentukan

hubungan kekerabatan menggunakan data morfometrik, seperti yang dikemukakan

oleh Bengen (2000) bahwa Analisis Komponen Utama dapat digunakan untuk

mempelajari matriks data dari sudut pandang kemiripan antar individu. Semakin mirip

atau jarak yang dekat suatu individu maka semakin dekat hubungan kekerabatannya.

Tujuan penggunaan PCA adalah penyederhanaan data dengan mengurangi jumlah

variabel yang tidak penting (Sudarto dan Rizal, 2007). Morfometrik hiu dipengaruhi

oleh karakteristik lingkungan dan genetiknya. Perbedaan ukuran karakter morfometrik

pada jenis hiu dianalisis menggunakan analisis komponen utama untuk melihat sebaran

karakter morfometriknya.

Page 57: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

45

Gambar 4.8 Hasil Analisis PCA Karakter Morfometrik

Hasil plot PCA (gambar 4.8) yang telah dilakukan, dapat diamati terdapat

kecenderungan bersetangkupan antar populasi meskipun ada beberapa yang

mengalami pemisahan, dapat dilihat bahwa terdapat tiga populasi yang penyebaran

individu-individunya menjauhi populasi kesetangkupan, yaitu populasi Carcharhinus

brevipinna, Chiliscyllium punctatum, dan Alopias pelagicus. Hal ini terbukti bahwa

tingginya variasi morfologi pada beberapa individu-individu pada populasi tersebut.

Hasil analisis menunjukkan kemiripan karakter morfometrik yang besar pada

jenis Carcharhinus brevipinna, Carcharhinus longimanus, Carcharhinus sealei, dan

Chiloscyllium punctatum. Hal ini disebabkan karena ukuran tubuh pada 4 jenis tersebut

hampir sama panjangnya, sedangkan pada jenis Alopias pelagicus memiliki ukuran

tubuh yang relative besar dan juga memiliki ukuran ekor atas yang panjangnya hampir

sama dengan panjang totalnya. Pada umumnya, ikan hiu memiliki panjang ekor atas

dan ekor bawah yang hampir sama, sedangkan pada jenis Alopias pelagicus ekor

bagian atas berukuran jauh lebih panjang dibandingkan dengan ekor bawah. Hal ini

karena tingkah laku Alopias pelagicus dalam mencari makan berbeda. Alopias

pelagicus memangsa ikan-ikan kecil yang hidupnya bergerombol, Alopias pelagicus

menggunakan ekor atasnya untuk mencambuk gerombolan mangsanya, sehingga ikan

yang terkena cambukannya menjadi lemas dan mudah untuk dimangsa.

Page 58: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

46

Brown dan Gibson (1983) dalam Haryono (2001) menyatakan bahwa, setiap

jenis ikan memiliki sebaran geografi tertentu yang dikontrol oleh kondisi fisik

lingkungannya. Menurut Stiassny dan Meyer (1999), perbedaan yang mendasar baik

secara morfologi maupun genetik merupakan suatu mekanisme yang dapat diinduksi

oleh adanya faktor eksternal seperti isolasi geografis, perbedaan faktor lingkungan

selama ontogeni, keberadaan predator dan keterbatasan makanan. Maka dari itu

sebaran dan variasi morfometrik yang muncul merupakan respon terhadap lingkungan

fisik tempat hidup jenis tersebut. Futuyama (1986) menyatakan bahwa, variasi secara

geografi dapat muncul diantara populasi dengan daerah distribusi yang luas.

Umumnya, semakin jauh jarak antar populasi, semakin besar perbedaan karakter

morfologinya. Variasi karakter morfometrik dapat disebabkan oleh perbedaan faktor

genetik maupun lingkungannya. Menurut Mayr (1977), perubahan secara morfologi

maupun genetik merupakan suatu mekanisme yang dapat terjadi karena adanya faktor

eksternal seperti perbedaan geografis yang biasanya diikuti oleh perbedaan lingkungan.

Hewit (2004) menyimpulkan bahwa antar populasi yang terisolasi secara geografi

dapat mengalami perbedaan genetik yang dapat teramati secara morfologi. Oleh karena

itu pengujian genetik juga diperlukan untuk melihat perbedaan jenis ikan dan populasi

ikan berdasarkan variasi morfometrik. Bukti genetik bertujuan untuk mengkonfirmasi

bahwa variasi tersebut juga menggambarkan isolasi reproduksi dan bukan karena

perbedaan lingkungan saja (Tzeng, 2000).

4.3 Status Konservasi

Hasil jenis hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah berdasarkan status

konservasi International Union for Conservation of Nature (IUCN) termasuk kedalam

kategori Near Threatened (hampir terancam), Endengered (langka), dan Critically

Endangered (kritis). Daftar merah (red list) IUCN terdapat beberapa status yang

diberikan terhadap jenis-jenis hiu sesuai kondisi sumber dayanya di dunia ataupun di

negara-negara tertentu yang memberikan status tersebut. Berdasarkan status

perdagangan Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna

and Flora (CITES) beberapa jenis hiu yang dijual termasuk kedalam kategori apendiks

Page 59: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

47

Kritis6% Langka

10%

Hampir terancam84%

II. Jenis hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah berdasarkan status konservasi

IUCN dan status perdagangan CITES disajikan pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Status Konservasi dan Status Perdagangan

No Nama Jenis Nama Lokal IUCN CITES

1. Carcharinus longimanus Hiu Koboi CR Appendix II

2. Alopias pelagicus Hiu tikus, Hiu monyet EN Appendix II

3. Carcharhinus sealei Hiu kejen NT Belum dievaluasi

4. Chiloscyllium punctatum Hiu batu, cucut dolok NT Belum dievaluasi

5. Carcharhinus brevipinna Hiu merak bulu NT Belum dievaluasi

Presentase hasil jenis hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah

berdasarkan status konservasi IUCN disajikan pada gambar 4.9

Gambar 4.9 Diagram Presentase Ikan Hiu yang Berdasarkan IUCN

Gambar 4.9 menunjukkan diagram presentase hasil hiu yang dijual di TPI

Pantai Utara berdasarkan status konservasi IUCN. Berdasarkan kategori kritis

(Critically Endangered) hiu yang didapat berjumlah 4 ekor yaitu dari jenis

Carcharhinus longimanus. Berdasarkan kategori langka (Endangered) hiu yang

didapat berjumlah 6 ekor yaitu dari jenis Alopias pelagicus. Berdasarkan kategori

hampir terancam (Near threatened) hiu yang didapat berjumlah 52 ekor, dimana 26

ekor dari jenis Carcharhinus brevipinna, 19 ekor dari jenis Chiloscyllium punctatum,

dan 7 ekor dari jenis Carcharhinus sealei.

Page 60: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

48

Hasil jumlah hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah pada saat

penelitian sebagai besar memiliki status konservasi dalam kategori hampir terancam

(84%). Status konservasi dalam kategori hampir terancam di TPI Pantai Utara Jawa

Tengah ada kaitannya dengan tingginya tingkat eksploitasi/aktifitas penangkapan

(target dan by catch) di daerah perairan tersebut.

Status konservasi merupakan indikator yang digunakan untuk menunjukkan

tingkat keterancaman jenis makhluk hidup dari konservasi. Status konservasi

diterapkan bagi hewan dan tumbuhan. Penetapan status konservasi ini bukan hanya

berdasarkan jumlah populasi yang tersisa saja, melainkan peningkatan atau penurunan

jumlah populasi dalam periode tertentu laju sukses penangkaran, ancaman yang

diketahui dan sebagainya. Status konservasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah IUCN Red List. IUCN Red List merupakan suatu daftar jenis tumbuhan dan

satwa liar yang memiliki status terancam punah di dunia dan bertujuan untuk

memfokuskan perhatian kepada jenis terancam punah tersebut melalui upaya

konservasi langsung (IUCN, 2020).

Status konservasi dan status perdagangan ikan hiu yang dijual di TPI pantai

Utara Jawa Tengah berdasarkan IUCN Red List of Threatened Species dan CITES

tersaji pada tabel 4.2 Terdapat 2 jenis yang termasuk kedalam kategori near threatened

(NT), yaitu Carcharhinus brevipinna (IUCN, 2005), Chiloscyllium punctatum (IUCN,

2015), dan Carcharhinus sealei. Hal ini dikarenakan jumlah ketiga jenis tersebut masih

terbilang cukup banyak di alam bebas. Jenis hiu yang berstatus NT (hampir terancam)

menurut Fahmi dan Dharmadi (2005) jenis yang diyakini akan terancam

keberadaannya di masa mendatang, apabila tidak ada usaha pengelolaan terhadap jenis

tersebut. Jenis hiu dengan status konservasi Endangered/EN (terancam), Fahmi dan

Dharmadi (2005) menjelaskan bahwa jenis hiu yang memiliki status konservasi EN

adalah jenis hiu yang memiliki resiko kepunahan yang tinggi di alam liar akibat dari

besarnya tekanan terhadap populasi jenis dalam kategori ini. Jenis hiu yang dijual di

TPI Pantai Utara dan berstatus Endangered adalah Alopias pelagicus atau hiu tikus

(IUCN, 2018). Alopias pelagicus merupakan jenis hiu pelagis dengan distribusi hiu

yang luas, hiu ini tersebar di perairan laut Tropik hingga Atlantik (Compagno, 2002).

Page 61: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

49

Jenis ini memiliki kebiasaan hidup secara berkelompok dalam mencari mangsa

(Dharmadi et al, 2013). Alopias pelagicus juga memiliki kebiasaan hidup di perairan

yang lebih dalam pada siang hari dan lebih dekat dipermukaan pada malam hari

(berkaitan dengan feeding behavior) (Carrier et al., 2010). Jumlah individu Alopias

Pelagicus sangat mengkhawatirkan, hiu ini lebih rentan terhadap eksploitasi berlebihan

dengan tingkat populasi yang rendah sekitar 2 sampai 7% pertahun (Fordham et al.,

2016). Menurut Fahmi dan Dharmadi (2013), sejak tahun 2012, Indonesia telah

mengadopsi resolusi IOTC 10/12 untuk melarang penangkapan ikan dari suku

Alopiidae. Upaya tersebut telah mulai diterapkan dengan menempelkan baliho-baliho

berisi himbauan untuk tidak menangkap kelompok ikan tersebut.

Satu jenis hiu tercatat memiliki status konservasi kritis (Critically Endangered)

yaitu Carcharhinus longimanus (Hiu koboi). Kategori status ini diberikan kepada jenis

hiu yang diyakini mendekati kepunahan di alam. Carcharhinus longimanus merupakan

jenis hiu pelagis yang memiliki sebaran distribusi sangat luas di seluruh perairan tropis

dan subtropis yang bersuhu hangat. Carcharhinus longimanus sering ditemukan di jauh

lepas pantai di perairan terbuka pada kedalaman >200 m, paparan kontinental, atau di

laut-laut dalam sekitar pulau-pulau di laut lepas. Jenis ini memiliki tingkat migrasi yang

cukup tinggi di sepanjang daerah tropis, yang seringkali tertangkap sebagai bycatch

atau tangkapan sampingan pada perikanan tuna dan ikan pedang (swordfish) (Baum et

al., 2006).

Selain IUCN, upaya konservasi lainnya untuk melakukan perlindungan dan

pemanfaatan terhadap keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa juga dilakukan

melalui mekanisme Appendix CITES. CITES merupakan perjanjian internasional antar

negara dalam mengatur perdagangan flora dan fauna (dalam hal ini ikan hiu) dan

bagian-bagiannya secara internasional. Tujuan perjanjian internasional ini untuk

menjamin bahwa perdagangan hiu secara internasional tidak akan mengancam

kelestarian jenis-jenis ikan hiu yang diperdagangkan. Tiga jenis ikan hiu yang dijual di

TPI Pantai Utara Jawa Tengah dan masuk ke dalam daftar Appendix II CITES antara

lain yaitu hiu koboi (Carcharinus longimanus) dan hiu tikus (Alopias pelagicus).

Page 62: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

50

Kategori Appendix II berarti bahwa perdagangan hiu ke luar negeri harus melalui

pengawasan yang ketat dari pemerintah.

Carcharhinus longimanus atau hiu yang memiliki nama lokal hiu koboi

merupakan salah satu jenis hiu yang masuk kedalam daftar Appendix II pada CoP ke

16 CITES yang diselenggarakan pada tanggal 3-14 Maret 2013 di Bangkok, Thailand.

Status hiu ini dalam Daftar Merah IUCN adalah Critically Endangered (kritis).

Masuknya hiu koboi ke dalam daftar Appendix II CITES pada tahun 2013 mengindikasi

bahwa populasi hiu koboi secara global mengalami ancaman yang cukup serius,

terutama disebabkan karena tingginya volume perdagangan internasional. Pemanfaatan

jenis hiu koboi di Indonesia diatur sejak tahun 2014 dengan Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan (Permen-KP) Nomor 59 dan Permen-KP Nomor 48 tahun 2016

tentang larangan pengeluaran kedua jenis ini dari wilayah Indonesia (Permen KP,

2014). Peraturan ini diperbaharui dengan Permen-KP Nomor 48 tahun 2016 dan

Nomor 5 tahun 2018 (Permen KP, 2016; Permen KP, 2018). Penerbitan peraturan-

peraturan ini diharapkan dapat menjaga keberadaan kedua jenis ini yang telah

mengalami penurunan populasi (Jatmiko,I., et al. 2018). Jenis hiu ini kadang

tertangkap oleh pancing rawai hiu, rawai tuna, dan jarring insang tuna.

Hiu tikus Alopias pelagicus merupakan jenis ikan hiu oseanik yang hidup di

lapisan permukaan hingga kedalaman 152 m. Alopias pelagicus adalah jenis hiu yang

masuk kedalam daftar Appendix II pada CoP ke 17 CITES tanggal 24 September – 5

Oktober 2016 di Johannesburg, Afrika Selatan. Status hiu ini dalam Daftar Merah

IUCN adalah Endangered (Genting atau terancam). Indonesia telah mengatur

pengelolaannya dengan Permen-KP No. PER.18/MEN/ 2010; Permen-KP No. PER.12/

MEN/2012; dan Permen-KP No. 26/PERMEN-KP/2013. Menurut Fahmi dan

Dharmadi (2013), secara nasional Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.12/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Laut Lepas, pada pasal 43

telah mewajibkan setiap nakhoda kapal untuk melepaskan ikan hiu tikus dan tertangkap

serta melarang memperdagangkannya. Permen-KP No. 26 tahun 2013 menyebutkan

bahwa tindakan konservasi terhadap ikan hiu tikus/monyet sebagai hasil tangkapan

sampingan (bycatch) meliputi: melepaskan ikan hiu monyet kembali ke laut yang

Page 63: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

51

tertangkap dalam keadaan hidup, melakukan penanganan/atau menyiangi ikan yang

tertangkap dalam keadaan mati dan mendaratkannya dalam keadaan utuh, dan

melakukan pencatatan jenis ikan yang tertangkap dalam keadaan mati dan melaporkan

kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap melalui kepala pelabuhan pangkalan

sebagaimana tercantum dalam Surat Ijin Penangkapan Ikan (SIPI). Jenis hiu ini sering

tertangkap dengan alat tangkap pancing rawai tuna dan rawai hiu, dan jaring tuna

permukaan.

Page 64: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

52

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa:

1. Hasil identifikasi jenis ikan hiu yang dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah

antara lain yaitu Carcharhinus brevipinna (Hiu merak bulu), Carcharinus

longimanus (hiu koboi), Carcharhinus sealei (hiu kejen), Chiloscyllium

punctatum (hiu batu), dan Alopias pelagicus (Hiu tikus).

2. Berdasarkan kajian morfologi diketahui bahwa bentuk tubuh ikan hiu umumnya

lonjong dan memanjang, memiliki celah insang yang terletak di sisi kepala dan

berjumlah 5-7 celah, sebagian besar memiliki ekor berbentuk heterocercal yaitu

bentuk cagak dengan cuping bagian atasnya lebih berkembang dibanding

bagian cuping bawahnya. Analisis hubungan kekerabatan secara morfologi

diketahui bahwa Carcharhinus longimanus dan Carcharhinus sealei memiliki

hubungan kekerabatan yang paling dekat dengan nilai koefisiensi korelasi

sebesar 0,76. Karakter morfometrik jenis ikan hiu yang menunjukkan

kemiripan terbesar terdapat pada jenis Carcharhinus brevipinna, Carcharhinus

longimanus, Carcharhinus sealei, dan Chiloscyllium punctatum, namun pada

jenis Alopias pelagicus karakter morfometriknya tidak mirip dengan keempat

jenis lainnya. Berdasarkan hasil analisis data kelayaktangkapan hiu, jenis hiu

yang belum layak tangkap didominasi oleh hiu jenis Carcharhinus brevipinna,

Carcharinus longimanus, Carcharhinus sealei, dan Alopias pelagicus.

Sebagian besar ukuran panjang total pada hiu tersebut masih dibawah ukuran

panjang total hiu pada saat matang gonad/mencapai dewasa.

3. Status konservasi berdasarkan IUCN dari hiu yang dijual di TPI Pantai Utara

Jawa Tengah adalah pada hiu Carcharinus longimanus (hiu koboi) berstatus

kritis (CR), Alopias pelagicus (Hiu tikus) berstatus terancam (EN),

Page 65: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

53

Carcharhinus sealei (cucut lanjaman), Carcharhinus brevipinna (hiu merak

bulu) dan Chiloscyllium punctatum (hiu batu) berstatus hampir terancam (NT).

Berdasarkan CITES, jenis hiu yang masuk kedalam daftar Appendix II adalah

Carcharinus longimanus (hiu koboi) dan Alopias pelagicus (Hiu tikus).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 5 jenis hiu yang berstatus satu kritis, satu

terancam, dan 3 hampir terancam. Diperlukan kebijakan pemerintah mengenai aturan

penangkapan hiu yang bernilai ekonomi. Diperlukan juga pengujian genetik untuk

melihat perbedaan jenis ikan dan populasi ikan berdasarkan variasi morfometrik.

Page 66: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

54

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, Djadja S.S, Rahardjo M.F, Sulistiono. 1992. Iktiologi, suatu pedoman kerja

laboratorium. IPB. 344 hlm.

Afrianto, E., S.A. Rifai, E. Liviawaty, dan H. Hamdhani. 1996. Kamus Istilah

Perikanan. Kanisius. Yogyakarta. 148 Hal.

Ali Ahmad., ALP Khiok. 2012. Field guide to sharks of the Southeast Asian Region.

SEAFDEC/MFRDMD. Malaysia. 210 pp.

Allen, G. R., & Erdmann, M. V. 2012. Reef Fishes of the East Indies. (Volume I, II,

III).

Anggoro BP, Trisnani DH, Indradi S. 2016. Analisis Kelayakan Finansial Usaha

Penangkapan Ikan Dengan Kapal Purse Seine Berpendingin Freezer

Dibandingkan Dengan Es di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo,

Juwana, Kabupaten Pati. PENA Akuatika, 14 (1), 1-23.

Antonucci, F., Boglione, C., Cerasari, V., Caccia, E., Costa, C. 2012. External shape

analyses in Atherina boyeri (Risso, 1810) from different environ-ments.

Italian journal of zoology, 79(1), 60-68.

Atmaja Suherman Banon, Bambang Sadhotomo, Duto Nugroho. 2011. Overfishing

Pada Perikanan Pukat Cincin Semi Industri di Laut Jawa dan Implikasi

Pengelolaannya. Jurnal Kebijakan Perikanan Industri, 3 (1). Hal 51-60

Auliya Al Bayyinah, Ismail dan Trisnani Dwi Hapsari. 2014. Analisis Finansial Usaha

Perikanan Tangkap Cantrang 30 GT di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)

Taik Agung Rembang. Journal of Fisheries Resources Utilization

Management and Technology, 3 (3). Hal 218-227

Awanis, H. 2015. Status Konservasi Jenis Ikan Hiu Yang di Perjualbelikan di TPI

Lampulo dan Pasar Peunayong Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh.

Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

AWI. 2009. Sharks at Risk. Factsheet. Washington DC.: Animale Welfare Institute.

Ayotte, L. 2005. Sharks-educator’s Guide. 3D Entertainment ltd. And United Nations

Environment Program

Azizah, Ulfa Devi Lailatul et all. 2019. Analisis Kekerabatan Plasma Nutfah Tanaman

Stroberi (Fragaria sp) Berdasarkan Karakter Morfologi dan Random

Page 67: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

55

Amplified Polymorphic DNA (RAPD). Plantropica Journal of Agricultural

Science, 4 (1): 77-85

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. 2015. Produksi Perikanan Laut yang

Dijual di Tempat Pelelangan Ikan Jawa Tengah 2015. CV. Pelita. Semarang.

78 p

Baum, J., Medina, E., Musick, J.A. & Smale, M. 2006. Carcharhinus longimanus. In:

IUCN 2012. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.2.

<www.iucnredlist.org>. Downloaded on 19 April 2020

Bengen DG. 2000. Sinopsis Teknik Pengambilan Contoh dan Analisa Data Biofisik

Sumberdaya Pesisir. Bogor (ID): Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan

Lautan (PKSPL), Institut Pertanian Bogor.

Bhagawati, Dian., Tri Nurani., Muh Nadjmi A. 2017. Jenis, Nisbah, dan Nisbah

Kelamin Ikan Hiu yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap.

Jurnal Ikhtiologi Indonesia, 17 (2), 185-200.

Blaber SJM, Dichmont CM, White W, Buckworth R, Sadiyah L, Iskandar B, Nurhakim

S, Pillans R, Andamari R, Dharmadi, Fahmi. 2009. Elasmobranchs in southern

Indonesian fisheries:the fisheries, the status of the stocks and management

options. Rev Fish Biol Fisheries, 19:367-391.

Carrier JC, Musick JA, Heithaus MR. 2010. Sharks and Their Relatives II:

Biodiversity, Adaptive Physiology and Conservation. London: CRC Press.

Compagno, L. J. V. (1984). Sharks of the world. An annotated and illustrated catalogue

of shark species known to date. Food and Agricultural Organization.pp.470-

472. (125)Vol.4. Pt.250-655.

Compagno, L. J. V. 2002. Sharks of the World: an Annotated and Illustrated Catalogue

of Shark Species Known to Date. Volume ke-2. Roma:FAO.

Conrath CL. 2005. Reproductive Biology. In : Management Techniques For

Elasmobranch Fisheries (ed. John A. Musick). FAO Fisheries Technical

Paper 474. Rome. Vii + 251 page.

CITES. 2019. Convention on the International Trade in Endangered Species of Wild

Flora and Fauna Appendise I, II, and III. Geneva

Dawnay N, Ogden R, McEwing R, Carvalho GR, Thorpe RS (2007) Validation of the

barcoding gene COI for use in forensic genetic species identification. Forensic

science international, 173(1): 1 – 6.

Page 68: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

56

Department of Environment. (1999). Australia Government (2014, November 30).

DHARMADI and FAHMI 2003. Fisheries characteristic of artisanal sharks and rays in

Indonesian waters. In : Proceeding of the Seminar on Marine and Fisheries

Jakarta, 15-16 December 2002. Agency for Marine and Fisheries Research,

MMAF. p.122- 129.

Dharmadi. 2013. Biological aspects and catch fluctuation of the pelagic thresher shark,

Alopias pelagicus from the Indian Ocean. Di Dalam: Dharmadi, Fahmi,

Wiadnyana NN, editor. Proceedings of the Design Symposium on

Concervation of Ecosystem 2013 [Internet]. 2012 February 20-21; Bangkok,

Thailand. Kyoto University Design School. hlm 77-85.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Tegal. 2009. Produksi per Jenis Ikan per TPI.

Laporan Kepala dinas Perikanan Kota Daerah TK II Tegal.

Dulvy NK, Fowler SL, Musick JA, Cavanagh RD, Kyne PM, Harrison LR, Carlson

JK, Davidson LNK, Fordham SV, Francis MP, Pollock CM, Simpfendorfer

CA, Burgess GH, Carpenter KE, Compagno LJV, Ebert DA, Gibson C,

Heupel MR, Heupel SR, Sanciangco JC, Stevens JD, Valenti S, White WT.

2014. Extinction risk and conservation of the world’s sharks and rays. eLife,

3:1-34.

Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama. 163

hlm.

FAO-FishStatJ. 2015. Fisheries and Aquaculture Software. Retrieved from Rome

Fahmi dan Dharmadi. 2005. Status Perikanan Hiu dan Aspek Pengelolaanya. Oseana,

Volume xxx, Nomor 1, 2005 : 1-8.

Fahmi & Dharmadi. 2013. Tinjauan Status Perikanan Hiu dan Upaya Konservasinya

di Indonesia. Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Direktorat

Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Jakarta. 179 pp.

Fauzi A, Anna S. 2005. Pemodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan.

PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Fishbase 2017. All fishes reported from Indonesia. www.Fishbase.org. Diakses tanggal

3 Agustus 2019.

Fordham, S., Fowler, SL, Coelho, RP, Goldman, K. & Francis, MP. 2016. Squalusan

acanthias. IUCN Red List of Threatened Jenis 2016: e. T91209505A2898271

Page 69: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

57

Futuyama, D. J. 1986. Evolutionary biology. Sunderland, Mass: Sinauer Associates,

Inc. Itaca.

Graham NA, Spalding MD, Sheppard CRC. 2010. Reef shark declines in remote atolls

highlight the need for multi-faceted conservation action. Aquatic Conserv:

Mar. Freshw. Ecosys, 20:543-548.

Gusmiaty, M. Restu., Asrianny, S. H. Larekeng. 2016. Polimorfisme Penanda RAPD

untuk Analisis Keragaman Genetik Pinus merkusii di Hutan Pendidikan

Unhas. Jurnal Natur Indonesia 16 (2): 47-53

Hanan DA, Hoks DB, Coan AL Jr.1993.The California drift gill net fishery for sharks

and swordfish, 1981-82 through 1990-91. Fish Bulletin California

Department of Fish and Game 175: 1 93

Hanifa, Irfan. 2017. Komposisi Hasil Tangkapan Hiu yang Didaratkan di Pelabuhan

Perikanan Samudera (PPS) Cilacap. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Henningsen, A.D & R.T. Leaf. 2010. Observations on the Captive Biology of the

Southern Stingray. Transactions of the American Fisheries Society 139:783–

791.

Hewitt, G. M. 2004. Genetic consequences of climatic oscillations in the quaternary.

Phil. Trans. Royal Soc. Lond. Series B, Biol. Sci. 359:183-195.

[IUCN] International Union for Conservation of Nature .(2019). IUCN Red List of

Threatened Species. http://www.iucnredlist.org/. Diakses Februari 2020

Jatmiko Irwan., Fathur Rochman., Arief Wujdi. 2018 Komposisi, CPUE dan Status

Konservasi Ikan Hiu Hasil Tangkapan Rawai Tuna di Perairan Samudera

Hindia Selatan Jawa. Prosiding Simposium Nasional Hiu Pari Indonesia Ke-

2, 129-136

Kariyam. 2010. Kesamaan Data Biner Berdasarkan Kategori Nilai Entropy dan Pola

Struktur. Jurnal Ilmu Dasar, 11 (2): 177-182

Karman A, Martasuganda S, Sondita MFA, Baskoro MS. 2016. Basis biologi cakalang

sebagai landasan pengelolaan perikanan berkelanjutan di Provinsi Maluku

Utara. J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 8(1): 159-173.

Kementerian Kelautan dan Perikanan dan WWF Indonesia. 2016. Prosiding

Simposium Hiu dan Pari di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kelautan dan

Perikanan.

Page 70: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

58

Last, P.R & J.D. Stevens. 2009. Sharks and Rays of Australia Second Edition. CSIRO.

Victoria Asutralia

Lutfika P.S., Sulistyani D.P., Indradi S. 2017. Analisis Keramahlingkungan Alat

Tangkap di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tanjungsari Kecamatan Rembang

Kabupaten Rembang. Jurnal Perikanan Tangkap. 1 (1) : 1-10

Mayr E. 1977. Population, Species, and Evolution an Abridgment of Animal Spescies

and Evolution. The Belknap Press of Harvard University Press Cambridge,

Massachusetts and London. England

Nelson, J.S. 2006. Fishes of The World. John Wiley and Sons Inc. New Jersey: 622 p.

Nikolsky GV. 1963. The Ecology of Fishes. New York: Academic Press. 352 hlm.

Nugroho E.D., D.A. Rahayu., M. Amin and U. Lestari. 2015.Morphometric Characters

of Marine Local Fish (Harpodon sp) From Tarakan, Northern Borneo. Jurnal

of Biological Researches.Volume.21 No.1 Desember 2015. E-ISSN:

08526834: 2337-389X

Nurhakim, S., V. P. H. Nikijuluw, D. Nugroho, & B. I. Prisantoso. 2007. Wilayah

pengelolaan perikanan, status perikanan menurut wilayah pengelolaan.

Informasi Dasar Pemanfaatan Berkelanjutan. Buku 2. Pusat Riset Perikanan

Tangkap. Badan Riset Kelautan dan Perikanan.Departemen Kelautan dan

Perikanan. 47 pp.

Nurhakim, S.,A. A. Widodo, & B. I. Prisantoso. 2009. Penggunaan Alat Tangkap

Selektif Untuk Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Pari Di Laut Jawa. BAWAL,

Widya Riset Perikanan Tangkap. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset

Kelautan dan Perikanan. 2 (4). 185-192.

Oshitani, S. H. Nakano, & S. Tanaka. 2003. Age and growth of the silky shark

Carcharhinus sealei from the Pacific Ocean. Fisheries Science. 69: 456-464.

Parsons, G.R., Hoffmayer, E.R., Frank, J. And Bet-Sayad W. (2008). A Review of

Shark Reproductive Ecology: Life History and Evolutionary Implications.

Fish Reproduction: 1. Taylor and Francis Pub. USA.

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP). 2013. Profil Pelabuhan Perikanan Pantai

Tasikagung Rembang Tahun 2013. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi

Jawa Tengah. Semarang.

Page 71: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

59

Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan No 8/Men/2012. Tentang Pelabuhan

Perikanan. Kementrian Perikanan dan Kelautan Republik Indonesia. Jakarta.

(pdf. 20 hal)

Permen-KP. (2014). Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 59 tentang

larangan pengeluaran ikan hiu koboi (Carcharhinus longimanus) dan hiu

martil (Sphyrna spp.) dari wilayah negara Republik Indonesia ke luar wilayah

negara Republik Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Permen-KP. (2016). Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 48 tentang

Perubahan kedua tentang larangan pengeluaran ikan hiu koboi (Carcharhinus

longimanus) dan hiu martil (Sphyrna spp.) dari wilayah negara Republik

Indonesia ke luar wilayah negara Republik Indonesia. Kementerian Kelautan

dan Perikanan, Jakarta.

Permen-KP. (2018). Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 5 tentang

larangan pengeluaran ikan hiu koboi (Carcharhinus longimanus) dan hiu

martil (Sphyrna spp.) dari wilayah negara Republik Indonesia ke luar wilayah

negara Republik Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Prasetyo, Anggoro Bagus, Indradi Setiyanto, dan Trisnani Dwi Hapsari. 2016. Analisis

Usaha Perikanan Tangkap Kapal Purse Seine Berpendingin Freezer

Dibandingkan Dengan Es Di Pelabuhan Perikanan Pantai (Ppp) Bajomulyo,

Juwana, Kabupaten Pati. Journal of Fisheries Resources Utilization

Management and Technology. 5 (1). 67-77.

Puckridge, M., P.R. Last, W.T. White & N. Andreakis. 2013. Phylogeography of the

Indo-West Pacific maskrays (Dasyatidae, Neotrygon): A complex example of

chondrichthyan radiation in the Cenozoic. Jurnal Ecology 3:21–32.

Rachmawati, P, F. 2009. Analisa Variasi Karakter Morfometrik dan Meristik Kepiting

Bakau (Scylla Sp) di Perairan Indonesia. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Bogor

Rafsanjani, A.A.H. 2011. Analisis Keragaman Genetik Ikan Mas (Cyprinus carpio) di

Waduk Saguling Dengan menggunakan Metode RAPD PCR. Skripsi.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Rahmat, E. 2011. Teknik Pengukuran Morfometrik Pada Ikan Cucut Di Perairan

Samudera Hindia. Jurnal Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara

Baru Jakarta 9 (2): 2-3.

Rahardjo P. 2007. Pemanfaatan dan Pengelolaan Perikanan Cucut dan Pari

(Elasmobranchii) di Laut Jawa. Disertasi. Departemen Pemanfaatan dan

Page 72: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

60

Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut

Pertanian Bogor. vi + 307 hlm.

Raharjo, P. 2009. Hiu dan Pari Indonesia. Balai Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Sadili, D., Dharmadi, Fahmi, Sarmintohadi, I. Ramli, Tania, B.A. Noor, Prabowo,.

Rasdiana, 89 Y. Miasto, R. Puspitasari, N. Terry, M. Monintja dan S. Annisa.

2015a. Pedoman Umum Monitoring Hiu Paus di Indonesia. Kementrian

Kelautan dan Perikanan, 2015. Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis

Ikan. Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Kementrian

Kelautan dan Perikanan.

Sadili, D., Fahmi, Dharmadi, Sarmintohadi dan R. Ihsan. 2015b. Pedoman identifikasi

dan Pendataan Hiu Apendiks II CITES. Direktorat Konservasi Kawasan dan

Jenis Ikan. Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Kementrian Kelautan dan Perikanan.

Sangadji, I. M. 2014. Survei Monitoring Hiu. Denpasar: Badan Pengelolaan

Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL).

Santosa, Kenichi Prabowo., Norma A., Pujiono W.P. 2017. Studi Morfometrik Hiu

Tikusan (Alopias pelagicus Nakamura, 1935) Berdasarkan Hasil Tangkapan

Di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap, Jawa Tengah. Prosiding Seminar

Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan

Rehabilitasi Pesisir, Undip, Semarang : 12 November 2016. Hal. 503-514.

Sembiring, A., Pertiwi, N. P. D., Mahardini, A., Wulandari, R., Kurniasih, E. M.,

Kuncoro, A. W., Cahyani, N. K. D., Anggoro, A. W., Ulfa, M., Madduppa, H.

H., Carpenter, K. E., Barber, P. H. & Mahardika, G. N. (2015). DNA

barcoding reveals targeted fisheries for endangered sharks in Indonesia.

Fisheries Research, 164, 130-134.

Setiati, Ning. 2016. Keanekaragaman Species dan Tata Kelola Ikan Condricthyes yang

Didaratkan di TPI Wilayah Pantai Utara Berbasis Konservasi. Prosiding

Seminar Nasional Biologi V Hilirisasi Hasil Penelitian Biologi dan

Pendidikan Biologi Memalui Akselerasi Inovasi Berwawasan Konservasi. Hal

546-551

Schwartz, F.J. 2007. A Survey of Tail Spine Characteristics of Stingrays Frequenting

25 African, Arabian to Chagos-Maldive Archipelago Waters. Smithiana

Bulletin 8: 41-52.

Page 73: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

61

[SEAFDEC] South East Asian Fisheries Development Center. (2015). Fishery

Statistical Bulletin of Southeast Asia 2013.

Sharkguardian, 2018. Oceanic Whitetip Shark. (Online) Available at:

https://www.sharkguardian.org/post/2018/10/17/oceanic-whitetip-shark.

Accesed 28 July 2020

Sneath ,PHA & R.R. Sokal, 1973. Numercal Taxonomy: The Principles and Practical

of Numerical Classification. W.H. Freeman and Company. Dan Francisco.

Sjafei D et al. 1992. Fisiologi Ikan II Reproduksi Ikan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

213 hal.

STEVENS, J.D., BONFIL, R., DULVY, N.K., and WALKER, P.A. 2000. The effects

of fishing on sharks, rays and chimaeras (chondrichthyans), and the

implications for marine ecosystem. ICES Journal of Marine Science, 57:476-

494.

Stiassny, M. L. J., A. Meyer. 1999. Cichlids of the Rift Lakes: the Extraordinary

Diiversity of Cichlid Fishes Challenges Enternched Ideas of How Quickly

New Speceis can Arise. Scientific Amerikan Publishes.

Teletchea F (2009). Molecular identification methods of fish species: reassessment and

possible applications. Reviews in Fish Biology and Fisheries, 19 (3): 265.

TRAFFIC 2002. A CITES priorities: Sharks and the twelfth meeting of the conference

of the parties to CITES, Santiago Chile. IUCN and TRAFFIC Briefing

document, page 2. (Online) Available at : http://www.traffic.org/news/ Sharks

CoP12.pdf. Accessed 6 February 2004.

Tri Cahyani, Rochmah. 2013. Kajian Penggunaan Cantrang Terhadap Kelestarian

Sumberdaya Ikan Demersal (Analisis Hasil Tangkapan Dominan yang

Didaratkan di TPI Wedung Demak. Tesis. Semarang. Universitas Diponegoro

Turan, C., D. Ergoden, M. Gurlek, N. Basusta and F. Turan. 2004. Morphometrics

Structuring of The Anchovy (Engraulis encrasiculus L.) in The Vlack Aegean

& Northeastein Mediterranean Seas. Turkey J. Veter. Anim. Sci. 28: 865-871.

White, W.T. 2003. Aspect of the Biology of Elasmobranchs in a Subtropical

Embayment in Western Australia and of Chondrichthyan Fisheries in

Indonesia. Western Australia Mordoch University

Page 74: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

62

White, W. T., P. R. Last, J. D. Stevens, G. K. Yearsley, Fahmi and Dharmadi. 2006.

Economically Important Sharks and Rays of Indonesia. Australian Centre for

International Agricultural Research (ACIAR).

Page 75: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

63

LAMPIRAN

Page 76: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

64

Lampiran 1. Tabel Identifikasi Jenis Ikan Hiu Berdasarkan White et al (2006).

No Jenis Nama

Daerah

Jumlah Total Karakter

♀ ♂

1. Carcharhinus brevipinna

Hiu merak

bulu

15 11 26 1. Bagian ujung sirip

punggung dan ekor

berwarna hitam pada

ikan dewasa (polos pada

juvenile) punggungnya.

2. Letak pangkal sirip

punggung pertama di

atas ujung celah sirip

dada

3. Tidak memiliki gurat

diantara sirip punggung

4. Bentuk moncong lancip

dan panjang (tampak dari

arah bawah), jarak antara

lubang hidung 1-1.2 kali

jarak antara ujung

moncong ke mulut

5. Memiliki celah insang

yang berjumlah 5 celah

2. Carcharinus longimanus

Hiu Koboi 2 2 4 1. Hiu ini berwarna Hitam

keabuan, dan bagian

bawah (perut) berwarna

putih

2. Sirip punggung pertama

dan sirip dada sangat

lebar dan bentuknya

membundar di bagian

ujungnya

3. Bagian ujung sirip

punggung kedua

berwarna bintik hitam

4. Ujung sirip anal

berwarna hitam

5. Memiliki gurat diantara

sirip punggung

6. Bentuk moncong pendek

dan bulat melebar

7. Memiliki celah insang

yang berjumlah 5 celah

Page 77: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

65

3. Carcharhinus sealei

Cucut

lanjaman

4 3 7 1. Sirip punggung pertama

agak tinggi, melengkung

lancip.

2. Moncong agak panjang,

parabolik menyempit

(tampak dari arah bawah)

3. Sirip punggung kedua

berwarna hitam, dan sirip

lainnya polos.

4. Warna tubuh abu

kecoklatan.

5. Celah insang berjumlah 5

celah.

4. Chiloscyllium punctatum

Hiu Batu 9 10 19 1. Tubuh dan ekor ramping

2. Moncong membulat di

bagian depan

3. Memiliki sirip punggung

besar dan bersudut

4. Warna tubuh polos atau

garis-garis coklat yang

samar. Pada juvenile

terdapat bintik bintik

gelap

5. Memiliki celah insang

yang berjumlah 4 celah

5. Alopias pelagicus

Hiu Tikus 2 4 6 1. Sirip punggung pertama

lebih dekat dengan ujung

belakang sirip dada dari

pada dengan dasar

siripmperut

2. Bentuk kepala

melengkung di bagian

antara mata, tidak

terdapat lekukan yang

dalam di bagian tengkuk

3. Memiliki mata yang

cukup besar, tetapi tidak

memanjang ke

permukaan kepala.

Posisinya hampir

ditengah-tengah sisi

kepala

Page 78: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

66

4. Ekor bagian atas hampir

sepanjang ukuran

tubuhnya

5. Memiliki celah insang

yang berjumlah 4 celah.

Page 79: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

67

Lampiran 2. Karakter Morfologi yang Dinyatakan dengan Kode Biner

No Ciri Morfologi A B C D E

Warna tubuh

1. Warna tubuh keabuan 1 1 1 0 1

2. Warna tubuh kecoklatan 0 0 0 1 0

3. Warna tubuh abu metalik 0 0 0 0 1

4. Terdapat bintik gelap pada tubuh 0 0 0 1 0

5. Warna putih pada bagian perut tidak sampai ke dasar sirip dada 0 0 0 0 1

Bagian Kepala

6. Moncong 1 1 1 1 1

7. Moncong panjang 1 0 1 0 1

8. Moncong membulat 0 1 1 1 0

9. Barbel/sungut di dekat hidung 0 0 0 1 0

10. Cuping dan celah di sekitar batas lubang hidung 0 0 0 1 0

11. Mulut 1 1 1 1 1

12. Mulut berada dibawah belakang mata 1 1 1 0 1

13. Mulut berada dibawah depan mata 0 0 0 1 0

14. Ujung gigi bagian atas tajam dan sangat miring 0 0 1 0 0

15. Gigi bawah kecil, ramping, dan tegak 0 1 1 0 0

16. Gigi atas berbentuk segitiga lebar dan tegak 0 1 0 0 0

17. Gigi atas dan bawah sama, simetris 1 0 0 0 0

18. mata 1 1 1 1 1

19. Terdapat kelopak mata 1 1 1 0 0

20. Mata agak lebar 0 0 0 0 1

21. Mata bundar dan kecil 1 0 0 0 0

22. Spirakel 0 0 0 1 1

23. 5 celah insang 1 1 1 1 1

24. posisi celah insang di sisi kepala 1 1 1 1 1

25. Celah insang relative panjang 1 1 0 0 0

Page 80: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

68

26. Gurat di sudut bibir relatif panjang 1 0 0 0 0

27. Gurat diantara sirip punggung 0 1 1 0 0

28. Tanpa guratan-guratan kulit di sepanjang tubuh 0 0 0 1 0

Bagian Dada, Punggung, dan Perut

29. 2 sirip punggung 1 1 1 1 1

30. Duri sirip punggung 0 0 0 0 0

31. Sirip punggung tanpa tulang belakang 1 1 1 1 1

32. Kedua sirip punggung besar dan terpisah 0 0 0 1 0

33. sirip punggung 1 besar sirip punggung 2 kecil 1 1 1 0 1

34. Pangkal sirip punggung pertama lebih dekat dengan ujung sirip dada 1 1 1 0 1

35. Pangkal sirip punggung pertama lebih dekat dengan sirip perut 0 0 0 1 0

36. Sirip punggung pertama & sirip dada sangat lebar, membundar di bagian ujungnya 0 1 0 0 0

37. Ujung sirip punggung dan ekor berwarna hitam 1 0 0 0 0

38. Ujung sirip berwarna putih 0 1 0 0 0

39. Warna hitam membulat pada sirip punggung kedua 1 0 0 0 0

40. 2 sirip dada 1 1 1 1 1

41. 2 Sirip perut 1 1 1 1 1

42. 2 sirip anal 1 1 1 1 1

Bagian Ekor

43. Dasar sirip anal jauh lebih pendek daripada dasar sirip ekor bawah 0 0 0 1 0

44. Sirip ekor 1 1 1 1 1

45. Ekor atas hampir sepanjang tubuhnya 0 0 0 0 1

46. Ujung sirip ekor sangat ramping dengan lobus terminal yang sangat sempit 0 0 0 0 1

Keterangan:

A. Carcharhinus brevipinna D. Chiloscyllium punctatum

B. Carcharinus longimanus E. Alopias pelagicus

C. Carcharhinus sealei

Page 81: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

69

Lampiran 3. Perhitungan Koefisiensi Korelasi

r (BC) . A = r (BA) + r (CA)

√2+2𝑟 (𝐵𝐶) . √1+2r (A)

= 0,586+ 0,63

√2+ 2(0,76) . √1 + 2.(1)

= 1,216

√3,52 . √3

= 1,216

1,87617 . 1,73205

= 1,216

3,24962

= 0,3742

r (BC) . D = r (BD) + r (CD)

√2+2𝑟 (𝐵𝐶) . √1+2r (D)

= 0,364+0,387

√2+ 2(0,76) . √1 + 2.(1)

= 0,751

√3,52 . √3

= 0,751

1,87617 . 1,73205

A B C D E

A (Carcharhinus brevipinna) 1

B (Carcharhinus longimanus) 0,586 1

C (Carcharhinus sealei) 0,63 0,76 1

D (Chiloscyllium punctatum) 0,324 0,364 0,387 1

E (Alopias pelagicus) 0,552 0,5 0,593 0,375 1

A B C D E

Takson BC A D E

BC 1

A 0,3742 1

D 0,2311 0,324 1

E 0,3364 0,552 0,375 1

Page 82: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

70

= 0,751

3,24962

= 0,2311

r (BC) . E = r (BE) + r (CE)

√2+2𝑟 (𝐵𝐶) . √1+2r (E)

= 0,5+0,593

√2+ 2(0,76) . √1 + 2.(1)

= 1,093

√3,52 . √3

= 1,093

1,87617 . 1,73205

= 1,093

3,24962

= 0,3364

Takson BC EA D

BC 1

EA 0,2329 1

D 0,2311 0,2291 1

r (EA) . (BC) = rE.(BC)+ rA.(BC)

√2+2r (EA) . √1+2r (BC)

= 0,3364+0,3742

√2+2.(0,552) . √1+2.(1)

= 0,7106

√3,104 . √3

= 0,7106

1,7618 . 1,73205

= 0,7106

3,0516

= 0,2329

Page 83: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

71

r(EA) . D = r.(ED)+ r.(AD)

√2+2r (EA) . √1+2r (D)

= 0,375 + 0,324

√2+2 (0,552) . √1+2 (1)

= 0,375 + 0,324

√2+2 (0,552) . √1+2 (1)

= 0.699

√3,104 . √3

= 0.699

1,7618 . 1,73205

= 0.699

3,0516

= 0,2291

Takson BCEA B

BCEA 1

D 0,1692 1

r(BCEA) . D = rBC (D) + rEA (D)

√2+2r (BCEA) . √1+2r (D)

= 0,2311 + 0,2291

√2+2 (0,2329) . √1+2 (1)

= 0,4602

√2,4658 . √3

= 0,4602

1,5703 . 1,73205

= 0,4602

2,7198

= 0,1692

Page 84: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

72

Lampiran 4. Kunci Identifikasi

Kunci Identifikasi Sederhana untuk Hiu Dewasa

No Deskripsi Menuju

1. (a) Bentuk tubuh fusiform. Tidak memiliki barbel/sungut di

dekat hidung. 2

(b) Bentuk tubuh silindris. Memiliki barbel/sungut di dekat

hidung dan terdapat spirakel.

Hemiscyllidae -

Chiloscyllium punctatum

2. (a)

Panjang sirip ekor bagian atas hampir sama atau lebih

panjang daripada separuh panjang total tubuhnya, bagian

bawah berbeda.

Alopiidae -

Alopias pelagicus

(b)

Panjang sirip ekor bagian atas tidak sama dengan

panjang tubuhnya, bagian bawah berbeda. Tidak

terdapat spirakel.

3, 4, 5 Carcharinidae

3.

Warna hitam pada ujung sirip punggung kedua dan sirip

lainnya polos. Sirip punggung pertama agak tinggi dan

melengkung lancip.

Carcharhinus sealei

4.

Warna putih pada ujung sirip. Sirip punggung pertama

membundar di bagian ujungnya, dan membentuk seperti

dayung.

Carcharhinus longimanus

5. Warna hitam pada ujung sirip punggung dan ekor. Carcharhinus brevipinna

Page 85: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

73

Lampiran 5. Studi Morfometrik Ikan Hiu

Species Nama

Daerah JK PT PC PS PK SP 1 SP 2 SD EA EB B

Carcharhinus

brevipinna

Hiu

merak

bulu

50 40.7 37 10.5 5.4 - 5.9 12.6 4.9 1

46.4 37.8 33.8 10 5.5 - 5.2 12.5 4.8 0.9

45.7 37 33.4 10 5.5 - 5.8 12.1 5.4 0.9

90 79.2 75.4 14.3 8.2 - 9.8 14.9 6.8 2.6

150 140.7 137.3 24 18.4 - 17 24.8 9.2 5.1

75 66 62.4 14.3 7.3 - 8.5 14.2 6.4 1.7

145 136 133.4 23.5 17 - 16.5 24.5 9 4.9

70 61.3 58.8 12.7 7.1 - 7.9 14 6.2 1.7

55 46.5 42.4 11 5.6 - 6.4 12.9 5.7 1.2

53 45 40.7 9.5 5.6 - 6.2 12.7 5.2 1.1

57 48.4 44 12.7 5.7 - 6.7 13 5.5 1.6

60.3 50.1 47 11.5 6.8 - 6.9 13.5 5.8 1.4

76 65.6 61.3 13 7.3 - 8.2 14.4 6.5 1.7

120 110.2 106 19 10.3 - 12.4 17 8 4

80 70.5 67 14.8 7.6 - 8.8 14.5 6.7 1.9

122 110.3 106.5 19.2 10.5 - 12.8 17.1 8.2 4.2

124 115.2 112 19.2 10.6 - 13 17.4 8.2 4.3

65 57 53.7 12 7 - 7.4 13.8 6 1.8

81 72.4 69 13.4 7.6 - 9 14.7 6.5 1.8

77 67.8 63 13 7.5 - 8.7 14.3 6.6 1.7

95 85 81.2 14.8 8.5 - 10.4 15.3 7 2.3

82 73.5 69.6 13.4 7.7 - 9 14.6 6.6 2

110 101 97.7 17.8 9.8 - 11.5 16.7 7.7 3

115 106 102.2 18.2 10.2 - 11.9 16.8 7.7 3.2

101 92.4 89.5 15 9.1 - 10.8 16 7.3 2.5

97 88 84.7 14.8 8.8 - 10.2 15.4 7 2.5

Carcharinus

longimanus

Hiu

Koboi ♂

61.3 50.1 46.2 17.4 5.5 - 9.2 19.1 6.4 1.7

65.7 53.2 49.1 19 5.8 - 10.3 20.2 7.2 1.8

Page 86: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

74

♀ 75 62.1 58.2 20 7.4 - 11.1 21 8.8 2.3

77 64.2 60.4 22 7.7 - 13.2 23 10.5 2.4

Carcharhinus

sealei

Cucut

lanjaman

73 60.6 53.7 15.5 10.6 - 11.1 18.2 9.2 1.5

53 44.2 40.1 10.7 5.5 - 6 13.8 6.3 0.5

68 59.1 55.5 12.3 9.1 - 10.3 15.6 7.7 1.2

44.7 35.3 31.5 9.6 6.6 - 7 11.8 5.4 0.9

77 68.6 64.2 18.6 13.3 - 14.1 22.3 11.5 1.8

71 62.8 58.5 14.2 9.6 - 10.7 17 8.1 1.5

83 74.2 69.1 22.6 18.7 - 19.3 26.4 14.5 2.1

Chiloscyllium

punctatum

Hiu

Batu.

Cucut

Dolok

♀ 75.4 61.4 55.2 15.6 9.3 9.2 8.7 16.3 7.9 1.7

♂ 72.7 58.4 53.6 13.4 10 9.2 8.3 14.8 7.4 1.5

♀ 15.2 14.8 12.4 3.5 2 2.1 1.9 4 0.5 0.2

♀ 22.3 21.3 17.1 4.6 2.9 2.6 1.5 4.5 4 0.4

♀ 19 18.1 15 4.5 2.7 2.6 2.5 4.8 3.8 0.3

♂ 14.2 13.8 10.8 3.5 2.7 2.4 1.3 3.2 2.6 0.2

♀ 63.7 51.7 46.5 10.6 6.3 5.7 7.5 13.8 6.3 1.2

♂ 59 47.2 42 10.7 6 5.4 6.3 13.5 6.5 0.9

♀ 61.3 49.4 45.2 7.5 5.1 5.5 6.5 13.6 6.2 1

♂ 80.1 71 63.2 20.6 14.3 14.2 13.5 20.8 9.3 2.2

♀ 67.4 60 55.4 9 7.5 6.8 5.5 12.6 6.6 1.3

♀ 68.7 60.8 55.8 9.4 8 7.4 6.8 13.5 6.8 1.2

♂ 70.2 67.5 55.6 11.8 8.8 7.6 6.2 11.5 5.6 1.6

♀ 73.2 59 54.1 15.9 9.8 9.7 9.3 18.6 8.5 1.5

♂ 49.5 37.5 32.3 6.4 4.7 3.5 3.1 8.8 5.6 0.4

♂ 64.7 52.2 48.6 8.3 6 6.4 6.9 14.1 6.8 0.9

♀ 76.7 62.2 56.1 16.6 10.3 10.2 9.5 18.1 8.8 1.7

♂ 70.1 57.5 52.3 12.6 9 8.6 8.8 15.2 7.6 1.5

♂ 77.2 63 56.7 17 10.8 10.6 9.7 18.6 7.7 2.1

Alopias

pelagicus

Hiu

Tikus ♂

160.5 62.8 57.2 21.4 5.7 - 16.5 85.2 6.1 5.9

175.3 76.1 72.5 27.6 8.8 - 24.6 92.7 8.8 7.7

Page 87: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

75

170 72.3 68.6 25.7 7.2 - 21.5 89.7 7.4 7.5

185 85.4 81.2 36 13.5 - 29.7 105.5 13.6 10.6

♀ 175 76.5 73.3 28 9.1 - 25.2 93 8.9 8

179.8 80.2 76.6 30.5 11.5 - 26.8 99.8 11.6 9.5

Page 88: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

76

Lampiran 6. Hasil Analisis Principle Component Analysis (PCA).

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9

Eigenvalue 2847.052 666.874 17.914 2.761 2.157 0.818 0.482 0.281 0.131

Variability (%) 80.460 18.846 0.506 0.078 0.061 0.023 0.014 0.008 0.004

Cumulative % 80.460 99.306 99.813 99.891 99.952 99.975 99.988 99.996 100.000

Squared cosines of the variables:

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9

PT 0.968 0.030 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

PC 0.733 0.266 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

PS 0.733 0.265 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

PK 0.792 0.038 0.137 0.008 0.024 0.001 0.000 0.000 0.000

SP 1 0.456 0.123 0.278 0.117 0.011 0.006 0.007 0.001 0.000

SD 0.794 0.103 0.092 0.000 0.002 0.004 0.001 0.005 0.000

EA 0.526 0.471 0.002 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000

EB 0.443 0.000 0.417 0.042 0.004 0.059 0.028 0.007 0.001

B 0.812 0.143 0.001 0.011 0.003 0.004 0.000 0.000 0.026

Values in bold correspond for each variable to the factor for which the squared cosine

is the largest

*Keterangan : PT : Panjang Total, PC : Panjang Cagak, PS: Panjang Standar, PK:

Panjang Kepala, SP: panjang Sirip Punggung, SD: panjang Sirip Dada, EA: panjang

Ekor Atas, EB: panjang Ekor Bawah, B: Bobot Tubuh.

0

20

40

60

80

100

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9

Cum

ula

tive v

ariabili

ty (

%)

Eig

envalu

e

axis

Scree plot

Page 89: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

77

Factor scores:

Observation F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9

A1 -47.973 8.448 -0.563 -0.833 0.046 -0.386 -0.576 -0.084 -0.076

A2 -53.255 10.435 -0.317 -0.637 -0.244 -0.854 -0.365 -0.391 -0.096

A3 -54.312 10.645 0.191 -0.522 -0.201 -0.030 -0.439 -0.231 0.065

A4 14.457 -18.025 -2.821 -0.108 0.395 0.643 -0.263 0.434 0.373

A5 114.289 -57.695 1.186 0.717 -2.456 -1.989 -1.098 -0.613 -0.108

A6 -7.652 -9.267 -0.672 -1.087 0.666 0.045 -0.279 -0.114 -0.223

A7 106.848 -54.862 1.090 -0.421 -2.587 -1.619 -0.880 -0.744 -0.230

A8 -15.009 -6.633 -0.886 -1.192 -0.645 0.275 -0.403 -0.530 -0.099

A9 -39.505 4.351 -0.544 -0.817 -0.004 -0.142 0.164 -0.073 -0.006

A10 -42.540 5.222 -1.211 -0.426 -1.005 -0.325 0.242 0.272 -0.071

A11 -36.355 3.287 0.102 -1.327 1.098 -0.613 -0.191 0.037 0.240

A12 -31.919 1.999 -0.691 -0.261 -0.165 0.103 -0.772 -0.491 0.085

A13 -7.634 -8.197 -1.942 0.009 0.472 0.232 0.052 0.067 -0.066

A14 63.171 -39.558 -3.236 -0.826 1.148 0.241 0.257 0.395 0.580

A15 -0.069 -12.319 -1.063 -0.981 0.832 0.218 -0.251 -0.237 -0.141

A16 64.996 -39.230 -3.495 -0.406 1.604 0.810 -0.280 0.440 0.876

A17 70.827 -43.767 -3.158 -1.461 0.176 0.478 0.286 0.221 0.608

A18 -22.701 -3.389 -0.553 -0.899 -0.831 -0.220 -0.114 -0.370 0.140

A19 2.178 -13.960 -1.831 -0.879 -0.601 0.301 0.126 0.092 -0.350

A20 -5.284 -9.945 -1.663 0.061 0.168 0.157 0.352 0.506 -0.138

A21 23.100 -22.275 -2.883 -0.306 0.094 0.694 0.012 0.540 -0.165

A22 3.585 -14.617 -1.993 -0.612 -0.448 0.192 0.316 0.215 -0.139

A23 48.328 -33.676 -2.455 -1.189 0.305 0.289 0.152 -0.118 -0.184

A24 56.004 -37.059 -2.917 -0.910 0.479 0.129 0.207 0.152 -0.130

A25 34.228 -28.175 -3.002 -0.831 -1.162 0.689 0.299 0.077 -0.339

A26 27.249 -24.997 -3.015 -0.620 -0.555 0.455 0.118 0.094 -0.140

B1 -28.861 6.754 4.175 -3.908 1.879 -0.781 0.093 0.054 -0.453

B2 -22.515 5.731 5.061 -3.908 2.746 -0.314 0.124 0.227 -0.440

B3 -7.785 -0.359 5.416 -2.968 2.615 0.272 0.425 -0.469 -0.050

B4 -3.433 -0.498 8.220 -3.609 2.722 1.233 1.038 -0.151 -0.090

C1 -12.979 -0.018 3.974 2.764 1.159 0.419 0.294 0.731 0.027

C2 -42.639 6.660 -0.160 -0.653 -0.292 0.048 0.774 -0.623 -0.625

C3 -17.901 -3.314 1.910 0.844 -1.801 1.125 -0.212 0.568 -0.361

C4 -56.490 12.031 0.921 0.689 -0.454 0.377 -1.295 0.629 0.256

C5 -0.355 -5.477 9.906 0.961 -1.837 0.704 0.692 -0.395 -0.468

C6 -12.229 -4.913 3.302 0.338 -1.336 0.378 0.229 0.368 -0.369

C7 10.913 -6.262 17.248 3.332 -2.488 1.330 -0.260 0.388 -0.350

D1 -11.206 -1.853 0.868 2.134 2.878 -0.137 -0.376 -0.331 0.257

Page 90: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

78

D2 -15.813 -1.370 -0.198 3.162 1.560 0.403 -1.441 -0.556 0.335

D3 -98.295 18.808 -2.425 -2.600 -2.758 -1.607 -1.553 0.924 -0.003

D4 -88.143 15.329 -1.945 -0.654 -1.297 -0.598 0.666 -0.450 0.567

D5 -92.555 17.400 -0.908 -1.367 -2.016 -0.040 0.101 0.038 0.442

D6 -100.319 19.275 -1.693 -1.092 -2.031 -0.762 -0.664 -0.099 0.503

D7 -28.938 2.556 -2.056 1.119 0.518 0.700 0.169 0.732 0.093

D8 -36.273 5.598 -1.641 1.020 1.013 0.424 0.408 -0.119 -0.025

D9 -32.720 3.437 -4.240 1.005 -1.414 1.437 0.963 0.427 0.010

D10 2.149 -6.285 9.139 2.246 1.261 -1.947 -0.611 0.785 -0.153

D11 -19.907 -6.217 -3.385 1.413 -1.797 -0.276 1.242 -1.133 -0.034

D12 -17.981 -5.819 -2.505 1.733 -1.926 -0.038 1.103 -0.368 -0.196

D13 -14.674 -9.927 -1.757 2.937 1.126 -3.860 2.509 1.576 0.022

D14 -13.375 0.823 2.737 1.515 1.515 0.095 -0.326 -0.959 -0.124

D15 -53.544 9.517 -5.480 2.718 1.187 0.891 0.204 -0.619 0.394

D16 -27.362 1.541 -3.687 1.318 -1.371 1.736 0.657 -0.090 -0.141

D17 -8.722 -1.165 2.571 2.356 2.579 -0.050 -0.253 -0.668 0.147

D18 -18.560 -0.652 0.111 2.390 0.620 0.664 -0.375 0.155 0.267

D19 -7.555 -1.398 2.778 2.076 2.302 -1.114 -0.898 -0.292 0.268

E1 76.264 64.055 -10.256 1.992 1.611 -1.079 0.206 -0.968 -1.003

E2 102.938 59.067 -2.506 0.043 0.113 0.698 -0.741 0.904 -0.353

E3 94.320 59.402 -5.395 -0.315 0.526 -0.194 -0.504 0.106 -0.313

E4 123.385 61.316 8.967 -1.642 -1.456 -0.738 1.202 -0.583 1.099

E5 103.434 58.627 -1.585 -0.343 -0.310 0.721 -0.903 1.012 -0.157

E6 112.672 60.854 2.859 -0.282 -1.923 0.106 0.643 -0.297 0.755

*Keterangan : A : Carcarhinus brevipinna; B : Carcharhinus longimanus;

C : Carcharhinus sealei; D : Chiloscyllium punctatum;

E : Alopias pelagicus

Squared cosines of the observations:

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9

A1 0.969 0.030 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

A2 0.963 0.037 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

A3 0.963 0.037 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

A4 0.385 0.599 0.015 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000

A5 0.796 0.203 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

A6 0.399 0.586 0.003 0.008 0.003 0.000 0.001 0.000 0.000

A7 0.791 0.208 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

A8 0.827 0.161 0.003 0.005 0.002 0.000 0.001 0.001 0.000

Page 91: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

79

A9 0.987 0.012 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

A10 0.984 0.015 0.001 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000

A11 0.989 0.008 0.000 0.001 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000

A12 0.995 0.004 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000

A13 0.450 0.519 0.029 0.000 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000

A14 0.717 0.281 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

A15 0.000 0.981 0.007 0.006 0.004 0.000 0.000 0.000 0.000

A16 0.731 0.266 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

A17 0.722 0.276 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

A18 0.974 0.022 0.001 0.002 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000

A19 0.023 0.954 0.016 0.004 0.002 0.000 0.000 0.000 0.001

A20 0.215 0.761 0.021 0.000 0.000 0.000 0.001 0.002 0.000

A21 0.514 0.478 0.008 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

A22 0.056 0.924 0.017 0.002 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000

A23 0.672 0.326 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

A24 0.694 0.304 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

A25 0.593 0.402 0.005 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000

A26 0.539 0.454 0.007 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

B1 0.910 0.050 0.019 0.017 0.004 0.001 0.000 0.000 0.000

B2 0.861 0.056 0.044 0.026 0.013 0.000 0.000 0.000 0.000

B3 0.571 0.001 0.276 0.083 0.064 0.001 0.002 0.002 0.000

B4 0.115 0.002 0.658 0.127 0.072 0.015 0.011 0.000 0.000

C1 0.868 0.000 0.081 0.039 0.007 0.001 0.000 0.003 0.000

C2 0.975 0.024 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

C3 0.940 0.032 0.011 0.002 0.010 0.004 0.000 0.001 0.000

C4 0.956 0.043 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000

C5 0.001 0.224 0.733 0.007 0.025 0.004 0.004 0.001 0.002

C6 0.800 0.129 0.058 0.001 0.010 0.001 0.000 0.001 0.001

C7 0.251 0.083 0.626 0.023 0.013 0.004 0.000 0.000 0.000

D1 0.879 0.024 0.005 0.032 0.058 0.000 0.001 0.001 0.000

D2 0.936 0.007 0.000 0.037 0.009 0.001 0.008 0.001 0.000

D3 0.962 0.035 0.001 0.001 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000

D4 0.970 0.029 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

D5 0.965 0.034 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

D6 0.964 0.036 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

D7 0.984 0.008 0.005 0.001 0.000 0.001 0.000 0.001 0.000

D8 0.973 0.023 0.002 0.001 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000

D9 0.967 0.011 0.016 0.001 0.002 0.002 0.001 0.000 0.000

D10 0.033 0.284 0.601 0.036 0.011 0.027 0.003 0.004 0.000

D11 0.872 0.085 0.025 0.004 0.007 0.000 0.003 0.003 0.000

D12 0.870 0.091 0.017 0.008 0.010 0.000 0.003 0.000 0.000

Page 92: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

80

D13 0.614 0.281 0.009 0.025 0.004 0.043 0.018 0.007 0.000

D14 0.928 0.004 0.039 0.012 0.012 0.000 0.001 0.005 0.000

D15 0.956 0.030 0.010 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

D16 0.970 0.003 0.018 0.002 0.002 0.004 0.001 0.000 0.000

D17 0.786 0.014 0.068 0.057 0.069 0.000 0.001 0.005 0.000

D18 0.979 0.001 0.000 0.016 0.001 0.001 0.000 0.000 0.000

D19 0.726 0.025 0.098 0.055 0.067 0.016 0.010 0.001 0.001

E1 0.580 0.409 0.010 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

E2 0.752 0.248 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

E3 0.714 0.283 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

E4 0.798 0.197 0.004 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

E5 0.757 0.243 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

E6 0.774 0.226 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

Values in bold correspond for each observation to the factor for which the squared cosine is the

largest

*Keterangan : A : Carcarhinus brevipinna; B : Carcharhinus longimanus;

C : Carcharhinus sealei; D : Chiloscyllium punctatum;

E : Alopias pelagicus

Page 93: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

81

Lampiran 7. Ukuran Panjang Total Jenis Ikan Hiu

No Jenis Hiu Jenis Kelamin Total Lenght

(cm)

Total Length Of

Maturity (cm)

1. Carcharhinus brevipinna

Jantan

50

190-200

46.4

45.7

90

150

75

145

70

55

53

57

Betina

60.3

210-220

76

120

80

122

124

65

81

77

95

82

110

115

101

97

2. Carcharinus longimanus Jantan

61.3 190-200

65.7

Betina 75

195 77

3. Carcharhinus sealei

Jantan

73

>80 53

68

Betina

44.7

68-75 77

71

83

4. Chiloscyllium punctatum

Jantan

72.7

67-70 14.2

59

Page 94: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

82

80.1

70.2

49.5

64.7

70.1

77.2

Betina

75.4

N/A

15.2

22.3

19

63.7

61.3

67.4

68.7

73.2

76.7

5. Alopias pelagicus

Jantan

160.5

240.0 175.3

170

185

Betina 175

260.0 179.8

Page 95: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

83

Lampiran 8. Kelayaktangkapan Hiu yang Dijual di TPI Pantai Utara Jawa Tengah

No Jenis

Jantan (ekor) Betina (ekor) (White et al, 2006)

Belum

Layak

Tangkap

Layak

Tangkap

Belum

Layak

Tangkap

Layak

Tangkap

Jantan

(cmTL)

Betina

(cmTL)

1. Carcharhinus brevipinna 11 0 15 0 190-200 210-220

2. Carcharinus longimanus 2 0 2 0 190-200 195

3. Carcharhinus sealei 3 0 2 2 >80 68-75

4. Chiloscyllium punctatum 4 5 N/A N/A 67-70 N/A

5. Alopias pelagicus 4 0 2 0 240.0 260.0

Keterangan :

N/A : Belum Diketahui

Page 96: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

84

Lampiran 9. Dokumentasi Jenis Ikan Hiu yang Dijual di TPI Pantai Utara Jawa

Tengah

Carcharhinus brevipinna

Carcharhinus longimanus Alopias pelagicus

Carcharhinus sealei

Chiloscyllium punctatum

Page 97: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

85

Lampiran 10. Dokumentasi Pengukuran Morfometrik

Pengukuran Panjang Total Pengukuran Panjang Cagak

Pengukuran Panjang Standar Pengukuran Panjang Kepala

Pengukuran Panjang Sirip Punggung Pengukuran Panjang Sirip Dada

Pengukuran Panjang Ekor atas Pengukuran Panjang Ekor bawah

Penimbangan Bobot Tubuh

Page 98: KAJIAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN STATUS KONSERVASI …lib.unnes.ac.id/42025/1/4411416059.pdf · 2020. 12. 11. · Utara Jawa Tengah. Jenis ikan yang diperjualbelikan kebanyakan

86

Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian