jurnal fix dicky
DESCRIPTION
uuuhbTRANSCRIPT
1http://jurnal.fk.unand.ac.id
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)
Profil Pasien Psoriasis Vulgaris di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2011 – Desember 2014
Dicky Zulkarnain1, Sri Lestari2, Abdiana3
AbstrakPsoriasis vulgaris adalah suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat kronis residif. Penderita psoriasis diperkirakan
sekitar 2% - 3% dari populasi dunia. Psoriasis mempengaruhi kualitas hidup penderitanya, membatasi aktivitas sosial,
serta penolakan dari orang yang tidak terbiasa melihatnya. Penyebab psoriasis belum diketahui secara pasti, namun
diduga banyak faktor predisposisi dan faktor presipitasi yang berperan, sehingga prevalensinya berbeda di setiap
daerah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui profil pasien psoriasis vulgaris di Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUP Dr. M. Djamil padang periode 1 januari 2011 – 31 desember 2014. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
menggunakan data rekam medik pasien yang didiagnosis psoriasis vulgaris periode 1 Januari 2011 – 31 Desember
2014. Seluruh anggota populasi dijadikan sampel sesuai kriteria inklusi sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak
43 orang. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu sebesar 51,16% adalah laki-laki, 46,51% merupakan kelompok usia
45 - <65 tahun, 83,72% tidak memiliki riwayat keluarga, 55,81% memiliki faktor pencetus stres psikologis, 34,88 %
memiliki awitan penyakit 25 - <45 tahun, 41,86% memiliki lama menderita 1 - <5 tahun, 76,74% memiliki skor PASI
derajat ringan, 34,88% merupakan pegawai negeri, dan 72,09% bertempat tinggal di kota Padang. Berdasarkan hasil
penelitian ini disimpulakan bahwa pasien psoriasis terbanyak adalah laki-laki, pada kelompok umur 45 - <65 tahun,
tidak memiliki riwayat keluarga, memiliki faktor pencetus stres psikologis, awitan penyakit 25 - <45 tahun, lama
menderita 1 - <5 tahun, skor PASI derajat ringan, pegawai negeri, dan bertempat tinggal di kota Padang.
Kata kunci: Psoriasis vulgaris, profil, faktor predisposisi, faktor presipitasi, kualitas hidup.
AbstractPsoriasis vulgaris is an inflammatory skin diseases that is characterized by chronic recurrent. Patients with psoriasis is
estimated around 2% - 3%. Psoriasis affects the quality of life of sufferers, limiting social activities, as well as rejection
of people who are not used to seeing. The cause of psoriasis is not known, but suspected many predisposing factors
and precipitation factors that play a role, so the prevalence is different in each place. The purpose of this study is to
determine the profile of psoriasis vulgaris patients in Dermatovenerology Clinic of Dr. M. DJamil hospital on January
1st 2011 - December 31st 2014. This is a descriptive study using medical records of patients diagnosed with psoriasis
vulgaris on January 1st 2011 – December 31st 2014. All members of the population sampled corresponding inclusion
criteria in order to obtain the total sample of 43 people.The results obtained in the amount of 51.16% were male,
46.51% is the age group 45 - <65 years, 83.72% do not have a family history, 55.81% had a precipitating factor of
psychological stress, 34.88 % had onset of illness 25 - <45 years, 41.86% have been suffering from 1 - <5 years,
76.74% had a mild degree PASI score, 34.88% are civil servants, and 72.09% live in the Padang city. Based on these
results concluded that the majority psoriasis patients were male, in the age group 45 - <65 years, did not have a family
history, have a precipitating factor of psychological stress, disease onset 25 - <45 years, long-suffering 1 - <5 years,
PASI score mild, civil servants, and resides in the city of Padang.
Keywords: Psoriasis vulgaris, profile, predisposition factor, precipitation factors, quality of life.
Artikel Penelitian
2http://jurnal.fk.unand.ac.id
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)
Affiliasi penulis : 1. Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas, 2. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, 3. Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Korespondensi : Dicky Zulkarnain, email: [email protected],
Telp: 082382015962
PENDAHULUANPsoriasis adalah suatu penyakit inflamasi
kulit yang termasuk dalam kelompok dermatosis
eritroskuamosa, bersifat kronis residif yang ditandai
dengan proliferasi dan diferensiasi abnormal sel
keratinosit yang diperantarai oleh aktivasi sel T.
Psoriasis ditandai dengan lesi berupa plak eritem
berbatas tegas dengan skuama tebal, kering, dan
berwarna putih keperakan. Predileksinya adalah pada
ekstremitas bagian ekstensor (siku dan lutut), kulit
kepala pada batas rambut, lumbosakral bagian bawah,
bokong, dan genital.1-4
Penyakit psoriasis dapat mengganggu
penderitanya dari segi penampilan fisik secara
psikologis hingga menyebabkan penderita merasa
depresi bahkan bunuh diri karena terdapat perubahan
aktivitas sehari-hari. Penyakit ini tidak menular, tidak
menyebabkan kematian tetapi dapat menyebabkan
gangguan kosmetik sehingga mempengaruhi
penderita secara kejiwaan akibat perubahan kulit
berupa sisik yang tebal.5-6
Pada kulit normal, sel basal di stratum basalis
membelah diri, bergerak keatas secara teratur sampai
menjadi stratum korneum sekitar 28 hari, kemudian
lapisan keratin dipermukaan kulit dilepaskan serta
digantikan yang baru. Namun pada psoriasis, proses
tersebut hanya berlangsung beberapa hari sehingga
terbentuk skuama tebal, berlapis-lapis serta berwarna
keperakan. Penyebab yang pasti psoriasis belum
diketahui dengan pasti, namun, banyak faktor
predisposisi yang memegang peran penting seperti
predisposisi genetik dan kelainan imunologis.7
Prevalensi psoriasis bervariasi berdasarkan
wilayah geografis serta etnis. Prevalensi tertinggi pada
orang berkulit putih dan prevalensi terendah pada
beberapa etnik tertentu seperti Afrika, Alaska,
Amerika, Australia, dan Norwegia. Sementara itu,
psoriasis tidak ditemukan pada suku Aborigin Australia
dan Indian yang berasal dari Amerika Selatan tetapi
lebih sering ditemukan pada daerah beriklim dingin.8-10
Penyebab psoriasis belum diketahui secara
pasti, namun banyak faktor predisposisi yang
memegang peran penting seperti predisposisi genetik
dan kelainan imunologis.7 Secara genetik,
kemungkinan penderita psoriasis diwariskan secara
poligenik. Banyak faktor pemicu seperti yang diduga
sebagai pemicu timbulnya psoriasis seperti: infeksi
bakterial, trauma fisik, stres psikologis, dan gangguan
metabolisme, yang mana semuanya bergabung
menjadi salah satu keadaan yang mempengaruhi
dalam jalur efektor.11
Setiap negara melaporkan prevalensi
psoriasis vulgaris yang berbeda-beda. Sampai saat ini,
belum ada data yang jelas mengenai prevalensi
psoriasis vulgaris di Indonesia, hal ini dikarenakan
setiap daerah melaporkan angka kejadian yang
berbeda pula. Perbedaan ini diduga karena perbedaan
ras dan letak geografis suatu daerah.12-14
Melihat dampak negatif yang ditimbullkan dan
sedikitnya data mengenai psoriasis vulgaris serta
bervariasinya hasil penelitian pada setiap daerah
membuat peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai profil pasien psoriasis vulgaris pada 4 tahun
terakhir.
METODEDesain penelitian ini adalah deskriptif yang
dilakukan dengan melihat status rekam medik pasien
di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
Penelitian dilakukan selama Januari –
Februari 2015 di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Data sekunder tersebut
merupakan data dari Januari 2011 – Desember 2014.
Populasi penelitian ini adalah pasien yang
berobat ke Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan RSUP Dr.
M. Djamil Padang selama Januari 2011 – Desember
2014 dan telah didiagnosis psoriasis vulgaris secara
klinis dan histopatologi. Sampel penelitian adalah
semua populasi yang memenuhi syarat kriteria inklusi
untuk melakukan penelitian.
Teknik pengambilan sampel adalah total
sampling dengan mengambil seluruh sampel yang
memenuhi kriteria inklusi mulai dari Januari 2011 –
Desember 2014.
3http://jurnal.fk.unand.ac.id
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)
HASILTelah dilakukan penelitian di Instalasi Rekam
Medik RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan
mengumpulkan data sekunder berupa data pasien
psoriasis vulgaris di RSUP Dr. M. Djamil Padang
periode Januari 2011 – Desember 2014. Berdasarkan
data yang diperoleh, didapatkan 43 orang pasien
psoriasis vulgaris di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Grafik 1. Angka kejadian psoriasis vulgaris periode
Januari 2011 – Desember 2014
Berdasarkan grafik 1 dapat dilihat bahwa
angka kejadian psoriasis vulgaris periode 1 Januari
2011 – 31 Desember 2014 tidak mengalami
peningkatan yang berarti dari tahun ke tahun. Angka
kejadian psoriasis vulgaris tertinggi terjadi pada tahun
2012, tahun 2013, dan 2014 yaitu sebanyak 11 orang,
sedangkan tahun 2011 sebanyak 10 orang.
Diagram 1. Distribusi jenis kelamin pasien psoriasis
vulgaris
Berdasarkan diagram 1 dapat dilihat bahwa
pasien psoriasis vulgaris terbanyak berjenis kelamin
laki – laki yaitu sebanyak 51,16%, sedangkan
perempuan sebanyak 48,84%.
Grafik 2. Distribusi kejadian psoriasis vulgaris
berdasarkan tahun ditinjau dari segi usia
Berdasarkan grafik 2 dapat dilihat bahwa
mayoritas pasien adalah pada kelompok umur 45 -
<65 tahun sebanyak 20 orang, diikuti oleh umur ≥65
tahun sebanyak 9 orang, umur 25 - <25 tahun
sebanyak 8 orang, umur 15 - <25 tahun sebanyak 5
orang, dan umur 0 - <15 tahun sebanyak 1 orang.
Diagram 2. Distribusi riwayat keluarga pada pasien
psoriasis vulgaris
Berdasarkan diagram 2 dapat dilihat bahwa
Mayoritas terbanyak yaitu tidak memiliki riwayat
keluarga sebanyak 36 orang (83,72%), sedangkan
yang memiliki riwayat keluarga sebanyak 7 orang,
meliputi riwayat dari ibu sebanyak 9,30%, dari ayah
sebanyak 4,65%, dari saudara kandung sebanyak
2,23%.
Diagram 3. Distribusi awitan berdasarkan riwayat
keluarga
Berdasarkan diagram 3 dapat dilihat bahwa
riwayat keluarga terbanyak adalah awitan <40 tahun
4http://jurnal.fk.unand.ac.id
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)
yaitu 16,66%, sedangkan awitan <40 tahun yaitu
16,66%.
Grafik 3. Distribsusi pasien psoriasis vulgaris
berdasarkan faktor pencetus.
Berdasarkan grafik 3 dapat dilihat bahwa
Stres psikologis merupakan faktor pencetus terbanyak
yaitu 24 orang. Faktor pencetus lainnya berupa papara
matahari sebanyak 8 orang, hipertensi sebanyak 4
orang, infeksi saluran pernapasan sebanyak 3 orang,
merokok sebanyak 2 orang, trauma sebanyak 1 orang,
dan diabetes melitus tipe 2 sebanyak 1 orang.
Grafik 4. Distribusi awitan penyakit pada pasien
psoriasis vulgaris
Berdasarkan grafik 4 dapat dilihat bahwa
awitan terbanyak pada kelompok umur 25 - <45 tahun
yaitu 16 orang, diikuti oleh umur 45 - <65 tahun
sebanyak 13 orang, umur 15 - <25 tahun sebanyak 7
orang, umur ≥65 tahun sebanyak 6 orang, dan umur 0
- <15 tahun sebanyak 1 orang.
Grafik 5. Distribusi awitan berdasarkan lama
menderita.
Berdasarkan grafik 5 dapat dilihat bahwa
lama menderita psoriasis vulgaris yang terbanyak
adalah 1-5 tahun sebanyak 18 orang, lama menderita
>5 – 10 tahun sebanyak 9 orang, sedangkan lama
menderita <1 tahun dan >10 tahun sebanyaak 8
orang.
Grafik 6. Distribusi awitan penyakit pada pasien
psoriasis vulgaris
Psoriasis Area and Severity Index (PASI)
adalah metode yang paling sering digunakan untuk
menilai keparahan psoriasis. Dibagi atas derajat
ringan (skor <8), sedang (skor 8-12), dan derajat berat
(skor >12). Berdasarkan grafik 6 dapat dilihat bahwa
mayoritas adalah skor PASI <8 (ringan) sebanyak 33
orang, sedangkan derajat sedang sebanyak 6 orang,
dan derajat berat sebanyak 4 orang.
Grafik 7. Distribusi pasien psoriasis vulgaris
berdasarkan jenis pekerjaan
Berdasarkan grafik 7 dapat dilihat bahwa
Mayoritas adalah pegawai negeri sebanyak 15 orang.
5http://jurnal.fk.unand.ac.id
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)
Grafik 8. Distribusi daerah tempat tinggal pasien
psoriasis vulgaris
Berdasarkan grafik 8 dapat dilihat bahwa
Terbanyak berasal dari kota Padang yaitu 31 orang
(72,09%).
PEMBAHASANPada penelitian ini terbanyak yaitu laki – laki
sebanyak 22 orang (51,16%), perempuan sebanyak
21 orang (48,84%). Penelitian ini sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Icen dkk. pada tahun
2009 di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa 828
orang (51%) adalah laki-laki dan 805 orang (49%)
perempuan.15 Penelitian ini juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sari16 pada tahun 2007,
Primawati pada tahun 200717, dan Tanojo18 pada tahun
2013 di RSUP Dr. M. Djamil Padang yang
mendapatkan pria lebih banyak. Namun, penelitian ini
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suwarsa pada tahun 2002 di Bandung didapatkan
perempuan lebih banyak.19 Selain itu penelitian yang
dilakukan oleh Ekarini dkk. pada tahun 1999 di RSUP
Dr. Kariadi Semarang juga mendapatkan perempuan
lebih banyak.20 Sementara itu, beberapa kepustakaan
menyebutkan insiden psoriasis pada laki-laki hampir
sama dengan perempuan.17,18
Penelitian ini mendapatkan bahwa mayoritas
pasien psoriasis vulgaris terjadi pada kelompok umur
45 - < 65 tahun yaitu sebanyak 20 orang (46,51%).
Rata – rata umur pasien psoriasis vulgaris adalah
49,16 ± 16,94 tahun. Penelitian ini juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tanojo18 pada tahun
2013 dan Sari16 pada tahun 2007 di RSUP Dr. M.
Djamil Padang yang mendapatkan hasil yang sama
yaitu umur 45-64 (47,5%) merupakan yang terbanyak.
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sakai dkk. pada tahun 2005 di Jepang,
menyimpulkan bahwa umur rata-rata pasien adalah 51
tahun atau pada kelompok umur 45-64 tahun.21
Sementara itu berbeda dengan Susilowati dkk. pada
tahun 2000 di Semarang, kelompok umur terbanyak
yaitu 20-29 tahun (34,78%).22 Suwarsa pada tahun
2002 di Bandung, terbanyak umur20-39 tahun (50%).19
Nijsten dkk. pada tahun 2001 di Boston melaporkan
yang terbanyak adalah <45 tahun yaitu 45,61%.23
Pada penelitian ini didapatkan mayoritas dari
pasien psoriasis vulgaris yaitu tidak memiliki riwayat
keluarga yang menderita psoriasis vulgaris sebanyak
36 orang (83,72%). Berdasarkan awitan, awitan <40
tahun ditemukan adanya riwayat keluarga sebanyak 6
orang (16,22%) dan awitan ≥40 tahun sebanyak 1
orang (2,70%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian
oleh Anca dkk. pada tahun 2014 di Romania, pasien
yang tidak memiliki riwayat keluarga sebanyak
70,47%.24 Hasil berbeda dengan penelitian Bahcetepe
dkk. pada tahun 2013 mendapat riwayat keluarga
sebanyak 56%.25 Riwayat keluarga pada psoriasis
disebabkan lokus PSORS1 (psoriasis susceptibility
gene 1) yang berkaitan lebih dari 50% kasus psoriasis.
Pada onset awal yang merupakan psoriasis tipe I
diperoleh hubungan dengan HLA-Cw6 (human
leukocyte antigen), HLA-B57, dan HLA-DR7. Onset
lanjutan merupakan tipe 2 didapatkan gambaran HLA-
Cw2 menonjol.9 Penelitian ini sesuai dengan
kepustakaan yaitu lebih banyak ditemukan awitan <40
tahun pada pasien yang memiliki riwayat keluarga.
Pada penelitian ini, faktor pencetus pasien
psoriasis terbanyak adalah stres psikologis sebanyak
(55,80%), lainnya berupa sering terpapar matahari
(18,60%), hipertensi (9,30%), infeksi saluran
pernapasan (6,98%), merokok (4,65%), trauma
(2,33%), dan diabetes (2,33%). Penelitian ini sesuai
dengan penelitian Szepietowskipada tahun 2004 di
Eropa melaporkan bahwa pasien psoriasis vulgaris
mengalami stres psikologis sebanyak 60%.26
Penelitian ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyebutkan bahwa stres psikologis merupakan
faktor pencetus utama dari psoriasis vulgaris. Stimulus
stres akan diterima di sistem limbik, yang akhirnya
mengaktifkan korteks adrenal untuk memproduksi
kortisol. Seperti diketahui kortisol merupakan mediator
imunosupresan dan anti-inflamasi. Medula adrenal
akan melepaskan norepinefrin. Kortisol dan
norepinefrin akan meyebabkan terganggunya
6http://jurnal.fk.unand.ac.id
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)
keseimbangan sel Th1 dan Th2 dengan berbagai
dampak klinisnya.27
Kelompok umur awitan terbanyak adalah
pada kelompok umur 25 - <45 tahun sebanyak 15
orang (34,88%). Pada penelitian ini didapatkan yang
memiliki awitan dini (<40 tahun) sebanyak 14 orang
(32,56%) sedangkan yang memiliki awitan lambat (≥40
tahun) sebanyak 29 orang (67,44%). Pada penelitian
ini, umur awitan atau waktu pertama kali timbulnya lesi
adalah antara 12 tahun yang paling dini dan 76 tahun
yang tertua. Rata-rata awitan adalah 43,45 tahun.
Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Icen dkk. pada tahun 2009 di
Amerika Serikat, menyimpulkan rata-rata umur awitan
adalah 43,2 tahun.15 Telah disebutkan sebelumnya,
awitan psoriasis dikenal dua tipe yaitu psoriasis tipe I
dengan awitan dini (<40 tahun) dan bersifat familial
dan psoriasis tipe II dengan awitan lambat (≥40 tahun)
dan bersifat nonfamilial kebanyakan penderita
mengalami kelainan awal psoriasis vulgaris pada
dekade ketiga kehidupan (<40 tahun).28 Penelitian ini
tidak sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan
bahwa awitan psoriasis kebanyakan timbul pada
dekade ke 3 kehidupan atau sebelum umur 40 tahun.
Penelitian ini mendapatkan bahwa lama
menderita yang terbanyak adalah 1 - <5 tahun
sebanyak 18 orang (41,86%), diikuti 5 - <10 tahun
sebanyak 9 orang (20,93%), >10 tahun sebanyak 8
orang (18,60%), dan <1 tahun sebanyak 8 orang
(18,60%). Lama menderita penyakit psoriasis vulgaris
sangat bervariasi dari beberapa minggu sampai
seumur hidup dan tidak dapat diprediksi. Papp dkk.29
pada tahun 2003 di Amerika Serikat, rata-rata lama
menderita adalah 19,01 tahun. Wiryadi 2004 di RSCM,
Jakarta mendapatkan rerata lama sakit pasien
psoriasis adalah 6,8 tahun. Penelitian ini didapatkan
lama menderita antara 2 minggu hingga 27 tahun dan
yang terbanyak 1 - <5 tahun sebanyak 18 orang
(41,86%) dengan rata-rata 43,30 ± 17,43 tahun.30
Penelitian ini mendapatkan bahwa pasien
psoriasis vulgaris terbanyak adalah kelompok skor
PASI <8 atau derajat ringan yaitu 33 orang (76,74%),
sedangkan derajat sedang sebanyak 6 orang
(13,95%), dan derajat berat sebanyak 4 orang
(9,30%). Rata – rata adalah 5,98 ± 3,84. Penelitian ini
sesuai dengan suatu survei di Amerika Serikat tahun
2003 yang melaporkan 42% mempunyai derajat
keparahan penyakit ringan, 24% sedang, dan 9%
berat.31 Berbeda dengan Sugianto dkk. pada tahun
2009 di Semarang menyimpulkan bahwa 11,5%
derajat ringan, 15,4% derajat sedang, dan 73,1%
derajat berat.32 Arican dkk. (2005) di Turki, dengan
sampel 30 orang penderita psoriasis, rata-rata PASI
9,3.30 Leonardi dkk. pada tahun 2003 di Amerika
Serikat melakukan penelitian pada 672 pasien
psoriasis, mendapatkan rata-rata PASI 18,35 (berat) ±
0,7 tahun.33 Suwarsa pada tahun 2002 di Bandung
mendapatkan rerata 18,4.19
Pekerjaan pasien pada penelitian ini
ditemukan cukup beragam, antara lain: pegawai
negeri, buruh, nelayan, pedagang, pegawai swasta,
petani, dan wiraswasta. Pekerjaan terbanyak pasien
adalah pegawai negeri (34,88%). Sebagian pasien
yang lain tidak bekerja sebanyak 40,54% antara lain:
ibu rumah tangga (IRT), mahasiswa, pelajar, dan
pensiunan. Pasien yang bekerja lebih merasakan stres
psikis dan penurunan ketahanan tubuh, sehingga
dapat memicu timbulnya gejala psoriasis. Pada
penelitian ini, didapatkan mayoritas pekerjaan pasien
adalah pegawai negeri. Belum ditemukan penelitian
secara pasti yang membuktikan adanya hubungan
antara jenis pekerjaan penderita dengan prevalensi
psoriasis hingga saat ini.
Pada penelitian ini mayoritas pasien psoriasis
vulgaris adalah pasien yang berasal dari kota Padang
sebanyak 31 orang (72,09%). Hal ini mungkin
disebabkan karena lokasi penelitian yang terletak di
RSUP Dr. M. Djamil yang berlokasi di kota Padang
dan RSUP Dr. M. Djamil dijadikan sebagian pusat
rujukan untuk kasus ini serta akses untuk ke rumah
sakit juga lebih besar berkesempatan bagi pasien
yang berada di kota Padang daripada pasien yang
berada di luar Padang.
KESIMPULAN1. Tidak terdapat peningkatan jumlah pasien
psoriasis vulgaris yang signifikan pada periode 1
Januari 2011 – 31 Desember 2014.
2. Jenis kelamin pasien psoriasis vulgaris yang
terbanyak adalah laki-laki.
3. Usia pasien psoriasis vulgaris yang terbanyak
adalah pada rentang usia 45-<65 tahun.
4. Didapatkan pasien psoriasis vulgaris terbanyak
tidak memiliki riwayat keluarga, riwayat keluarga
7http://jurnal.fk.unand.ac.id
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)
pasien psoriasis vulgaris yang terbanyak adalah
berasal dari ayah, dan awitan pasien psoriasis
vulgaris yang memiliki riwayat keluarga
terbanyak adalah usia awitan ≥40 tahun.
5. Faktor pencetus pasien psoriasis vulgaris yang
terbanyak adalah stres psikologis.
6. Awitan penyakit psoriasis vulgaris pada pasien
psoriasis vulgaris yang terbanyak adalah pada
rentang usia 25-<45.
7. Lama menderita sakit pada pasien psoriasis
vulgaris yang terbanyak adalah selama 1-5
tahun.
8. Skor PASI pada pasien psoriasis vulgaris yang
terbanyak adalah Skor PASI derajat ringan (<8).
9. Pekerjaan pasien terbanyak adalah pegawai
negeri.
10. Daerah tempat tinggal pasien psoriasis vulgaris
yang terbanyak berasal dari kota Padang.
UCAPAN TERIMA KASIHPenulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Sri
Lestari, Sp.KK (K) dan Abdiana, SKM., M.Epid
sebagai pembimbing atas masukan dan bimbingan
dalam penyelesaian penelitian ini. Terima kasih
kepada staf poliklinik Kulit dan Kelamin dan staf rekam
medis RSUP Dr. M. Djamil Padang atas kerja
samanya dalam peneltian ini.
DAFTAR PUSTAKA1. Deny Fitra, Sri Lestari KS, Isramiharti, Zainal H,
Salmiah A. Respon Klinis dan Histologik pada
Psoriasis Vulgaris Tipe Plak Rekalsitran yang
Diterapi Metotreksat di RS Dr. M. Djamil Padang.
Majalah Kedokteran Andalas; 2004
2. Schon MP, Boehncke WH. Psoriasis. N Eng J.
Med. 2005; 352(18): 1899-1909
3. Simmons A. Psoriasis. Am Ost Col of Dermatol.
2007; 41: 15-20
4. Gudjonsson J, Elder J. Psoriasis Vulgaris. In:
Wolff K., Goldsmith L., Katz S., Gilchrest B., Paller
A., Leffell D. editors Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine8th ed. New York: McGraw-Hill.
2012: 169–193.
5. Assourence MN, Bellujali H, Albes B, Marguery
MC, Fouriwe B, Bazi. Psoriasis, relastionships
Between junt and skin Disease in 20th world
congres of Dermatology Paris. 2002; 2: 4 - 5
6. Goodheart HP. Psoriasis. Diagnosis Fotografik
dan Penatalaksaan Penyakit Kulit. FKUI. 2009; 3:
87-113
7. Nestle FO, Kaplan DH. and Barker J..
Mechanisme of Disease Psoriasis. N Engl J Med.
2009; 361(5): 496-509.
8. Raychaudhuri SP, Farber EM. The Pravalence of
Psoriasis in the World. J Eur Acad Dermatol
Venereol. 2001; 15: 16-17
9. Christopers E. Psoriasis-Epidemiology and
Clinical Spectrum. Clin Exp Dermatol. 2001; 26:
314-320
10. Gelfand JM, Stern RS, Nijsten T. The Prevalensi
of Psoriasis in African Americans: Result from A
Population-Based Study. J Am Acad Dermatol.
2005; 52(1): 23-26
11. Kourosh AS, Miner A, Menter A.Psoriasis as the
marker of underlying systemic disease. Skin
Therapy Lett. 2008; 13: 1-5.
12. Basko JL, Plluska VP, Rosic. Psoriasis:
Epidemiology, Natural History, and Differential
Diagnosis. Dove Medical Press. USA. 2012; 2:
67-76
13. Langley RGB, Krueger, Griffiths. Psoriasis:
Epidemiology, Clinical Features, and Quality of
Life. Group BMJ Com. 2013; 2: 18-23
14. Mirawati S, Wieke T, Benny EW, Tjut N. Proporsi
sindrom metabolik pada pasien psoriasis vulgaris
berdasarkan kriteria National Cholesterol
Education Program Adult Treatment panel III Di
RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan sebuah klinik
swasta di Jakarta. MDVI. 2012; 39(1): 2-9
15. Icen M, Crowson CS, McEvoy MT, Dann FJ,
Gabriel SE, Kremers HM. Trends in incidence of
adult-onset psoriasis over three decades: a
population-based study. J Am Acad Dermatol.
2009; 60: 394-401
16. Sari Q. Perbandingan ekspresi limfosit CD4+ dan
CD8+ pada lesi dengan non lesi kulit penderita
psoriasis vulgaris. [Tesis] Padang; Universitas
Andalas; 2007
17. Primawati I. Perbandingan ekspresi tumor
necrosis factor-α pada lesi dengan non lesi kulit
penderita psoriasis vulgaris. [Tesis] Padang:
Universitas Andalas. 2007
8http://jurnal.fk.unand.ac.id
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)
18. Tanojo H. Korelasi antara kadar cotinine serum
dengan derajat keparahan psoriasis vulgaris.
[Tesis] Padang: Universitas Andalas. 2013
19. Suwarsa O. Penurunan jumlah limfosit pada lesi
kulit penderita psoriasis vulgaris setelah diobati
dengan krim klobetasol propionat 0,05%. [Tesis]
Bandung: Universitas Padjajaran. 2002
20. Ekarini D, Hadi S, Budiastuti A, Indrayanti
SPsoriasis di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Kumpulan naskah ilmiah kongres nasional
PERDOSKI IX Jilid I. Surabaya: Airlangga
University Press. 1999: 45-47
21. Sakai R, Matsui S, Fukushima M, Yasuda H,
Miyauchi H, Miyachi Y. Prognostic factor analysis
for plaque psoriasis. Dermatology . 2005; 11: 103-
6
22. Susilowati, Dewi TC, Budiastuti A, Indrayanti S.
Psoriasis di poliklinik Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang. PIT IV
PERDOSKI. 2000: 2-4
23. Nijsten T, Margolis DJ, Keldman SR, Rolstad T,
Stern RS. Traditional systemic treatment have not
fully met the needs of psoriasis patients: result
from a national survey. J Am Acad Dermatology.
2001; 52(3): 434-44
24. Anca C, Caius S, Anca EC, Liliana F, Piotr B. A
case-control study of epidemiological importance
risk of family history of psoriasis. Our Dermatol
Online. 2014; 5(1): 90-91.
25. Bahcetepe N, Kutlubay Z, Yilmaz E, Tuzun Y,
Eren B. The role of HLA antigens in the aetiology
of psoriasis. Med Glas (Zenica) . 2013; 10: 339-
42.
26. Szepietowski JC. Psoriasis: Stress, Depression
and Pruritus. Acta Dermatovenerologica Croatica.
2004; 12: 199-200.
27. Naldi L, Chatenoud L, Linder D, Fortina AB,
Paserico A, Virgili AR. Cigarette smoking, body
mass index, and stressful life events as risk factor
for psoriasis; result from an Italian case-control
study. J Invest Dermatol. 2005; 126: 61-7
28. Huerta C, Rivero E. Incidence and risk actors for
psoriasis in general population. Arch Dermatol.
2007; 143(12): 1559-65
29. Papp KA, Leonardi CL, Gordon KB, Feldman SR.
Extended efalizumab therapy improve chronic
plaque psoriasis. J Am Acad Dermatology. 2003;
52(4): 425-33
30. Wiryadi BE. Epidemiologic data of psoriatic
patient in Dr. Cipto Mangunkusumo General
Hospital (2000-2001). Psoriasis CLEAR Study
Group inaugural meeting May 7, 2004, Singapore.
31. Lebwohl M. Psoriasis. Lancet. 2003; 361: 1197-
204
32. Sugianto R. Hubungan Umur dan Lama Sakit
terhadap Derajat Keparahan Penderita Psoriasis.
[Tesis] Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. 2009
33. Leonardi GL, Powers JL, Matheson RI, Goffe BS,
Zitruk R, Wang A, et al. Etanercept as
monotherapy in patients with psoriasis. N Engl J
Med. 2003; 349: 2014-22