ismi yukhanid

9
BELAJAR SOSIAL Bagi bandura,walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku,prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorism. Pertama,Bandura berpendapat bahwa manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri,sehingga mereka bukan semata-mata bidak yang menjadi obyek pengaruh lingkungan. Sifat kausal bukan dimiliki sendirian oleh lingkungan,karena orang dan lingkungan saling mempengaruhi. Kedua,Bandura menyatakan banyak aspek fungsi kepribadian melibatkan interaksi orang satu dengan orang yang lain. Dampaknya ,teori kepribadian yang memadai harus memperhitungkan konteks sosial dimana tingkah laku itu diperoleh dan dipelihara. Teori belajar sosial (social learning theory) dari Bandura,didasarkan pada konsep saling menentukan (reciprocal determinism),tanpa penguatan (beyond reinforcement),dan pengaturan diri/berfikir (self-regulation/cognitif) 1.DETERMINIS RESIPROKAL Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan kognitif,behavioral dan lingkungan. Orang menentukan/mempengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol kekuatan lingkungan,tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu. Determinis resiprokal adalah konsep yang penting dalam teoti belajar sosial Bandura,menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah laku. Teori belajar sosial memakai saling-determinis sebagai prinsip untuk menganalisis fenomena psiko-sosial diberbagai tingkat kompleksitas,dari perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan sistem sosial. 2.TANPA REINFORSEMEN Bandura memandang teori Skiner dan Hull terlalu bergantung kepada reinforsemen. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus dipilah-pilah untuk direinforse satu persatu,bisa jadi orang

Upload: agieb-bagraf

Post on 12-Nov-2015

224 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

akc

TRANSCRIPT

BELAJAR SOSIALBagi bandura,walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku,prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorism.Pertama,Bandura berpendapat bahwa manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri,sehingga mereka bukan semata-mata bidak yang menjadi obyek pengaruh lingkungan. Sifat kausal bukan dimiliki sendirian oleh lingkungan,karena orang dan lingkungan saling mempengaruhi.Kedua,Bandura menyatakan banyak aspek fungsi kepribadian melibatkan interaksi orang satu dengan orang yang lain. Dampaknya ,teori kepribadian yang memadai harus memperhitungkan konteks sosial dimana tingkah laku itu diperoleh dan dipelihara.Teori belajar sosial (social learning theory) dari Bandura,didasarkan pada konsep saling menentukan (reciprocal determinism),tanpa penguatan (beyond reinforcement),dan pengaturan diri/berfikir (self-regulation/cognitif)1.DETERMINIS RESIPROKALPendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan kognitif,behavioral dan lingkungan. Orang menentukan/mempengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol kekuatan lingkungan,tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu. Determinis resiprokal adalah konsep yang penting dalam teoti belajar sosial Bandura,menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah laku. Teori belajar sosial memakai saling-determinis sebagai prinsip untuk menganalisis fenomena psiko-sosial diberbagai tingkat kompleksitas,dari perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan sistem sosial.2.TANPA REINFORSEMENBandura memandang teori Skiner dan Hull terlalu bergantung kepada reinforsemen. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus dipilah-pilah untuk direinforse satu persatu,bisa jadi orang malah orang tidak belajar apapun. Menurutnya,reinforsemen penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjai atau tidak,tetapi itu bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya belajar melalui observasi tanpa ada reinforsemen yang terlibat,bertingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi,itu merupakan pook teori belajar sosial.3.KOGNISI DAN REGULASI DIRIKonsep Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (self regulation),mempengaruhi tingka laku dengan cara mengatur lingkungan,menciptakan dukungan kognitif,mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri. Kemampuan kecerdasan untuk berfikir simbolik menjadi sarana yang kuat untuk menangani lingkungan,misalnya dengan menyimpan pengalaman (dalam ingatan) dalam wujud verbal dan gambaran imaginasi untuk kepentingan tingkah laku pada masa yang akan datang. Kemampuan untuk menggambarkan secara imaginatif hasil yang diinginkan pada masa yang akan datang mengambangkan strategi tingkah laku yang membimbing kearah tujuan jangka panjang.STRUKTUR KEPRIBADIANSISTEM SELF (Self system)Tidak seperti Skiner ang teorinya tidak memiliki konstruk self,Bandura yakin bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh self sebagai salah satu determinan tingkah laku tidak dapat dihilangkan tanpa membahayakan penjelasan dan kekuatan peramalan. Dengan kata lain,self diakui sebagai unsur struktur kepribadian. Saling determinis menempatkan semua hal saling berinteraksi,dimana pusat atau pemulanya adalah sistem self. Sistem self itu bukan unsur psikis yang mengontrol tingkah laku,tetapi mengacu ke struktur kognitif yang memberi pedoman mekanisme dan seperangkat fungsi-fungsi presepsi,evaluasi,dan pengaturan tingkah laku. Pengaruh self tidak otomatis atau mengatur tingkah laku secara otonom,tetapi self menjadi menjadi bagian dari sistem iteraksi resiprokal.REGULASI DIRI Manusi mempunyai kemampuan berfikir,dan dengan kemampuan itu mereka memanipulasi lingkungan,sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia. Menurut Bandura,akan terjadi strategi reaktif dan proaktif dalam regulasi diri. Strategi reaktif dipai untuk mencapai tujuan,namun ketika tujuan hampir tercapai strategi proaktif menentukan tujuan baru yang lebih tinggi. Ada tiga proses yang dapat dipakai untuk melakukan pengaturan diri : memanipulasi faktor eksternal,memonitor dan mengavaluasi tingkah laku internal. Tingkah laku manusia adalah hasil pengaruh resiprokal faktor eksternal dan faktor internal itu.Faktor Eksternal dalam Regulasi DiriFaktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara,pertama faktor eksternal memberi standar untuk mengevaluasi tingkah laku. Faktor lingkungan berinteraksi dengan pengaruh-pengaruh pribadi,membentuk standar evaluasi diri seseorang. Melalui orang tua dan guru anak-anak belajar baik buruk,tingkah laku yang dikehendaki dan tidak dikehendaki. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas anak kemudian mengembangkan standar yang dapat dipakai untuk menilai prestasi diri.Kedua,faktor eksternal mempangaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement). Hadiah instrinsik tidak selalu memberi kepuasaan,orang membutuhkan intensif yang berasal dari lingkungan eksternal. Standar tingkah laku dan penguatan biasanya bekerja sama,ketika orang dapat mencapai standar tingkah laku tertentu,perlu penguatan agar tingkah laku semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan lagi.Faktor internal dalam regulasi diria. Obsevasi diri (self observation) :dilakukan berdasarkan faktor kualitas penampilan,kuantitas penampilan,orisinalitas tingkah laku diri,dan seterusnya. Orang harus memonitor performansinya,walaupun tidak sempurna karena orang cenderung memilih beberapa aspek dari tingkahlakunya dan mengabaikan tingkah laku lainnya. Apa yang diobservasi seeorang tergantung kepada minat dan konsep dirinya.b. Proses penilian atau mengdili tingkah laku (judgmental process) adalah melihat kesesuaian tingkahlaku dengan standar pribadi,membandingkan tingkah laku dengan norma standar atau dengan tingkah laku orang lain,menilai berdasarkan pentingnya suatu aktifitas,dan memberi atribusi permormansi.c. Reaksi-diri-afektif(self respon) : akhirnya berdasarkan dan judgement itu,orang mengevaluasi diri sendiri positif atau negatif,dan kemudian menghadiai atau menghukum diri sendiri. Bisa terjadi tidak muncul reaktsi afektif,karena fungsi kognitif membentuk keseimbangan yang mempengaruhi evaluasi positif atau negatif menjadi kurang bermakna secara individual.

Efikasi Diri (Self Effication)Bagaimana orang bertingkah lakudalam situasi tertentu tertgantung kepada resipokal antara lingkungan dengan kondisi kognitif,khususnya faktor kognitif yang berhubungan dengan keyakinannya bahwa dia mampu atau tidak mampu melakukan tindakan yang memuaskan. Bandura menyebut keyakinan atau harapan hasilnya disebut ekspetasi.1. Efikasi diri atau efikasi ekspektasi (self effication efficacy expectation) adalah presepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi ter tentu. Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan2. Ekspektasi hasil (outcome expectations) : perkiraan atau etimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu.Efikasi adalah penilaian diri,apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk,tepat atau salah,bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita),karena cita-cita meggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya (dapat dicapai),sedang efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri.Sumber Efikasi DiriPerubahan tingkah laku,dalam sistem Bandura kuncinya adalah perubahan efikasi (efikasi diri). Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh,diubah,dir=tingkatkan atau diturunkan,melalui salah satu atau kombinasi empat sumber,yakni pengalaman menguasai sesuatu prestasi (performence accomplishment),pengalaman vikarius (vicarious experience),persuasi sosial (social persuation) dan pembangkitan emosi (emotional physiological states).Pengalaman PerformansiAdalah prestasi yang telah dicapai pada masa yang telah lalu. Sebagai sumber,performansi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat pengruhnya. Mencapai keberhasilan akan memberi dampak efikasi yang berbeda-beda,tergantung proses pencapaiannya :1. Semakin sulit tugasnya,keberhasilan akan membua efikasi semakin tinggi.2. Kerja sendiri,lebih meningkatkan efikasi dibanding kerja kelompok,dibantu orang lain.3. Kegagalan menurunkan efikasi,kalau orang merasa sudah berusaha sebik mungkin.4. Kegagalan dalam suasana emosional/stress,dampaknya tidak seburuk kalau kondisinya optimal.5. Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang kuat,dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang yang keyakinan efikasinya belom kuat.6. Orang yang biasa berhasi,sesekali gagal tidak mempengaruhi efikasi.Pengalaman VikariusDiperoleh dari model sosial. Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain,sebaliknya efikasi akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figur yang diamati berbeda dengan diri sipengamat,pengaruh vikarius tidak besar. Sebaliknya ketika mengamati kegagagalan figur yang setara dengan dirinya,bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamati itu dalam jangka waktu yang lama.Persuasi SosialEfikasi diri juga dapat diperoleh,diperkuat atau dilemahkan melalui persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas,tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi,dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan.Keadaan EmosiKeadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi dibidang kegiatan itu. Emosi yang kuaat,takut,cemas,stress,dapat mengurangi efikasi diri. Namun bisa terjadi,peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat meningkatkan efikasi diri.Perubahan tingkah laku akan terjadi kalau sumber ekspektasi efikasinya berubah. Pengubahan self-efficacy banyak dipakai untuk memperbaiki kesulitan dan adaptasi tingkah laku orang yang mengalami berbagai masalah behavioral. Efikasi Diri sebagai Prediktor Tingkah LakuMenurut Bandura,sember pengontrol tingkah laku adalah resipriokal antara lingkungan,tingkah laku,dan pribadi. Efikasi diri merupakan variabel pribadi yang penting,yang kalau digabung dengan tujuan-tujuan spesifik dan pemahaman mengenai prestasi,akan menjadi penentu tingkah laku mendatang yang penting. Berbeda dengan konsep-diri (Rogers) yang bersifat kesatuan umum,efikasi diri bersifat fragmental. Setiap individu mempunyai efikasi diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda, tergantung pada :1. Kemampuan yang dituntut oleh situasi yang berbeda itu.2. Kehadiran orang lain,khususnya saingan dalam situasi itu.3. Keadaan fisiologis dan emosional,kelelahan,kecemasan,apatis,murung.

Efikasi Kolektif (Collective Efficacy)Keyakinan masyarakat bahwa usaha mereka secara bersama-sama dapat menghasilkan perubahan sosial tertentu,disebut efikasi kolektif. Ini bukan jiwa kelompok tetapi lebih sebagai efikasi pribadi dari banyak orang yang bekerja bersama. Bandura berpendapat,orang berusaha mengontrol kehiupan dirinya bukan hanya melalui efikasi diri individual,tetapi juga melalui efikasi kolektif.Bandura setuju bahwa penguatan menjadi penyebab belajar. Namun orang juga dapat belajar dengan oeguatan yang diwakilkan (vicarious reinforcement),penguatan yang ditunda (expectation reinforcement),atau bahkan tanpa penguatan (beyond reinforcement) :1. Penguatan vikarius (vicarious reinforcement):mengamati orang lain yang mendapat penguatan,membuat orang ikut puas dan berusaha belajar gigih agar menjadi seperti orang itu.2. Penguatan yang ditunda (expectation reinforcement):orang terus menerus berbuat tanpa mendapat penguata,karena yakin akan mendapat penguatan,karena yakin akan mendapat penguatan yang sangat memuaskan pda masa yang akan datang.3. Tanpa penguatan (beyond reinforcement):belajar tanpa ada reinforsemen sama sekali,mirip dengan konsep otonomi fugsional dari Allport.

Dalam penelitian ditemukan,anak-anak yang diganjar dan dipuji untuk pencapaian yang relatif rendah akan tumbuh dan mengembangkan self-reward yang murah dibanding anak yang standar pencapaiannya tinggi. Begitu pula anak yang mengamati model yang diganjar pada standar pencpaian yang rendah akan menjadi orang dewasa yang murah dalam mengganjar diri sendiri dibanding anak yang mengamati model dengan standar ganjaran tinggi.Belajar Melalui ObservasiMenurut Banduri,kebanyakan belajar terjadi tanpa reinforsemen yang nyata. Dalam penelitiannya,ternyata orang dapat mempelajari respon baru dengan melihat respon orang lain,bahkan belajar tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal yang dipelajari itu,dan model yang diamatinya juga tidak mendapat reinforsemen dari tingkah lakunya. Belajar melalui observasi jauh lebih efisien dibanding belajar melalui pengalaman langsung. Melalui observasi orang dapat memperoleh respon yang tidak terhingga banyaknya,yang mungkn diikuti dengan hubungan atau penguatan.

Peniruan (Modelling)Peniruan (Modelling)Inti dari belajar melalui observasi adalah modelling. Peniruan atau meniru sesungguhnya tidak tepat untuk mengganti kata modelling, karena modelling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan orang model (orang lain), tetapi modelling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan proses kognitif.Penelitian terhadap tiga kelompok anak taman kanak-kanak: kelompok pertama disuruh mengobservasi model orang dewasa yang bertingkah laku agresif, fisik dan verbal, terhadap boneka karet. Kelompok kedua diminta mengobservasi model orang dewasa yang duduk tenang tanpa menaruh perhatian terhadap boneka karet di dekatnya. Kelompok ketiga menjadi kelompok kontrol yang tidak ditugasi mengamati dua jenis model itu. Ketiga kelompok anak itu kemudian dibuat mengalami frustrasi ringan, dan setiap anak sendirian ditempatkan dikamar yang ada boneka karet yang dipakai penelitian. Ternyata tingkah laku setiap kelompok cenderung mirip dengan tingkah laku model yang diamatinya. Kelompok pertama bertingkah laku lebih agresif terhadap boneka di banding kelompok lain. Kelompok kedua sedikit lebih agresif dibanding kelompok kontrol.Modeling Tingkah Laku BaruMelalui modelling orang dapat memperoleh tingkah laku baru. Ini dimungkinkan karena adanya kemampuan kognitif. Stimuli berbentuk tingkah laku model ditransformasi menjadi gabara mental, dan yang lebih penting lagi ditransformasi menjadi simbol verbal yang dapat diingat kembali suatu saat nanti. Keterampilan kognitif yang bersifat simbolik ini, membuat orang dapat mentransform apa yang dipelajarinya atau menggabung-gabung apa yang diamatinya dalam berbagai situasi menjadi pola tingkah laku baru.Modelling Mengubah Tingkah Laku LamaDisamping dampak mempelajari tingkah laku baru, modelling mempunyai dua macam dampak terhadap tingkah laku lama. Pertama, tingkah laku model yang diterima secara sosial dapat memperkuat respon yang sudah dimiliki pengamat. Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima secara sosial dapat memperkuat atau memperlemah pengamat untuk melakukan tingkah laku yang tidak diterima secara sosial, tergantung apakah tingkah laku model itu diganjar atau dihukum. Kalau tingkah laku yang tidak dikehendaki itu justru diganjar, pengamat cenderung meniru tingkah laku itu, sebaliknya kalau tingkah laku yang tidak dikehendaki itu dihukum, respon pengamat menjadi semakin lemah.Modelling SimbolikDewasa ini sebagian besar modelling tingkah laku berbentuk simbolik. Film dan televisi menyajikan tingkah laku yang tak terhitung yang mungkin mempengaruhi pengamatnya. Sajian itu berpotensi sebagai sumber model tingkah laku.Modelling KondisioningModelling dapat digabung dengan kondisioning klasik menjadi kondisioning klasik vikarius (vicarious classical conditioning)