interpretivist hermeneutic

36
Interpreti vist Hermeneuti c Emy Auliyana Sulton Arfiansyah

Upload: sulton-arfiansyah

Post on 20-Jan-2017

396 views

Category:

Science


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Interpretivist Hermeneutic

Interpretivist

Hermeneutic

Emy AuliyanaSulton Arfiansyah

Page 2: Interpretivist Hermeneutic

Pembahasan

a. Paradigma Interpretiveb. Sejarah Perspektif Interpretivec. Definisi Hermeneuticsd. Konsep Dasar Hermeneuticse. Dimensi Hermeneutics f. Metode Hermeneutics g. Aplikasi Penelitian Hermeneutics

- Jurnal Internasional- Jurnal Nasional

Page 3: Interpretivist Hermeneutic

Video Interpretasi

Page 4: Interpretivist Hermeneutic

Paradigma Interpretivist

Chua (1986)paradigma ini berakar dari filusuf Jerman yang menitik beratkan pada

peran bahasa, interpretasi, dan pemahaman dalam ilmu sosial.

Burrell & Morgan (1976)paradigma interpretif menggunakan cara pandang para nominalis yang

melihat realitas sosial sebagai sesuatu hanya sebagai label, nama, atau konsep yang digunakan untuk membangun realitas,

dan bukanlah sesuatu yang nyata, melainkan hanyalah penamaan atas sesuatu yang diciptakan oleh manusia atau

merupakan produk manusia itu sendiri

Page 5: Interpretivist Hermeneutic

Paradigma Interpretivist

Thomas A. Schwandt mengungkapkan secara historis argumentasi pengikut faham interpretive, menjelaskan

bahwa interpretive digunakan untuk penelitian manusia yang

bersifat unik.

Page 6: Interpretivist Hermeneutic

Sejarah Perspektif Interpretivist

Akar sejarah dari perpektif interpretif diawali oleh filosofis Rene Descartes (1596-1650). Pada bukunya The Principles of

Philosophy, ia berpendapat bahwa semua penjelasan dapat didasarkan

pada observasi benda dan gerak.

Page 7: Interpretivist Hermeneutic

Sejarah Perspektif Interpretivistpertengahan abad 18 timbul beberapa keberatan terhadap gagasan pencerahan tentang objektivitas, rasionalitas dan pengetahuan yang

mendasari observasi eksternal.

Yang paling berpengaruh yaitu Immanuel Kant filsuf sentral dalam aliran pemikiran Idealisme Jerman.

Ia berpendapat bahwa manusia mempunyai pengetahuan yang apriori dan bersifat independen dari dunia luar

Page 8: Interpretivist Hermeneutic

Sejarah Perspektif Interpretivist

Pada pertengahan abad ke 19, Idelisme Jerman menemui jalan berat namun kembali bangkit awal abad 20 yang menimbulkan

gerakan Neo-Kantian.Menurut Max Weber, prosedur positivisme yang ada dalam ilmu

alam tidak tepat dijadikan metode pemahaman, dan ia menyokong gerakan interprestasi ilmu sosial yang dapat mencatat

makna subjektif individu yang tercakup dalam perilaku sosial.

Page 9: Interpretivist Hermeneutic

Hermeneutik dalam pandangan klasik

Aristoteles dalam Peri Hermeneias atau De Interpretatione. Mengatakan bahwa

kata-kata yang kita ucapkan adalah simbol dari pengalaman mental kita, dan kata-kata yang kita tulis adalah simbol dari kata-kata yang kita ucapkan

Page 10: Interpretivist Hermeneutic

Definisi Hermeneutics

bahasa Yunani hermeneuin yang berarti menafsirkan. Maka kata benda hermeneia secara harfiah dapat diartikan

penafsiran atau interpretasi.

Page 11: Interpretivist Hermeneutic

Definisi Hermeneuticshermeneia secara harfiah dapat diartikan penafsiran atau

interpretasi.

Page 12: Interpretivist Hermeneutic

Definisi Hermeneutics

Secara historis “hermeneutika” merujuk pada nama dewa Yunani kuno, Hermes, yang tugasnya menyampaikan

berita dari Sang Maha Dewa kepada manusia. Fungsi Hermes dipandang penting karena ia harus mampu menginterpretasikan sebuah pesan ke dalam bahasa

yang digunakan pendengarnya.

Page 13: Interpretivist Hermeneutic

Definisi Hermeneutics

Who is Hermes vs What is Hermes now

vs

Page 14: Interpretivist Hermeneutic

Definisi Hermeneutics

Menurut Burrell dan Morgan (1979 : 235) metode hermeneutika berkaitan dengan menafsirkan dan memahami produk-produk dari

manusia yang mencirikan dunia sosial dan budaya. Secara ontologi, mengadopsi pandangan idealisme objektif

dari lingkungan sosial budaya, memandangnya sebagai suatu fenomena.

Page 15: Interpretivist Hermeneutic

Definisi HermeneuticsRichard Palmer, 3 (tiga) bentuk arti dari hermeneuein  atau hermeneutika

yaitu :

1. Hermeneuein sebagai “say”, yang merupakan signifikansi teologis hermeneutika merupakan etimologi yang berbeda yang mencatat bahwa bentuk dari herme berasal dari bahasa Latin sermo, “to say” (menyatakan), dan bahasa Latin lainnya verbum, “word” (kata).

Ini mengasumsikan  bahwa hermeneutik didalam memberitakan kata, adalah “mengumumkan” dan “menyatakan”.

Page 16: Interpretivist Hermeneutic

Definisi Hermeneutics

2. Hermeneuein sebagai “to explain”,  interpretasi sebagai penjelasan menekankan aspek pemahaman

Richard Palmer, 3 (tiga) bentuk arti dari hermeneuein  atau hermeneutika yaitu :

Page 17: Interpretivist Hermeneutic

Definisi Hermeneutics

3. Hermeneuein sebagai “to translate”, yang mempunyai dimensi  “to interpret” (menafsirkan) bermakna “to translate” (menerjemahkan), yang merupakan bentuk khusus dari proses interpretatif dasar “membawa sesuatu untuk dipahami”.

Richard Palmer, 3 (tiga) bentuk arti dari hermeneuein  atau hermeneutika yaitu :

Page 18: Interpretivist Hermeneutic

Konsep Dasar HermeneuticsTeori Richard E. Palmer dalam Sulasman (2014:277),

memetakan enam teori modern hermeneutic, sebagai berikut :

1. Hermeneutik sebagai teori penafsiran kitab suci. Bentuk ini terdapat dalam tradisi gereja yang mendiskusikan tentang kejelasan makna dari kitab, hal ini identik dengan prinsip interpretasi.

2. Hermeneutik sebagai metode filologi yaitu hermeneutik difungsikan sebagai metode pengkajian teks. Kajian terpenting adalah hermeneutik menuntut sang penafsir untuk memahami latar belakang sejarah dari teks yang ditafsirkannya.Bentuk ini mulai tampak abad ke 19 masehi dengan para tokohnya Scheiemarcher, Frederich August Wolf, dan Freiderich Ast.

Page 19: Interpretivist Hermeneutic

Konsep Dasar HermeneuticsTeori Richard E. Palmer dalam Sulasman (2014:277),

memetakan enam teori modern hermeneutic, sebagai berikut :

3. Hermeneutik sebagai ilmu pemahaman linguistik. Scheiemarcher membedakan hermeneutik bisa dikatakan semacam sintesa antara “ilmu” sekaligus “seni” untuk memahami bahasa.

4. Hermeneutik sebagai fondasi ilmu kemanusiaan. Tokohnya Wilhelm Dilthey yang berusaha membawa hermeneutik dalam menafsirkan ilmu kemanusiaan, seperti menginterpretasikan ekspresi kehidupan manusia, dan berusaha menginterpretasikan psikologi dalam memahami serta menginterpretasikannya.

Page 20: Interpretivist Hermeneutic

Konsep Dasar HermeneuticsTeori Richard E. Palmer dalam Sulasman (2014:277),

memetakan enam teori modern hermeneutic, sebagai berikut :

5. Hermeneutik sebagai fenomena dan pemahaman eksistensial. Tokohnya adalah Martin Heiddegger yang berangkat dari filsafat eksistensialis. Kemudian dikembangkan oleh Gadamer yang memandang hermeneutik dalam kaitannya dengan filsafat.

6. Hermeneutik sebagai sistem penafsiran/ interpretasi, merupakan teori tentang seperangkat aturan interpretasi suatu bagian dari teks atau sekumpulan yang dianggap sebuah teks. Tokohnya adalah Paul Ricoeur.

Page 21: Interpretivist Hermeneutic

Dimensi Hermeneutics

Ada dua dimensi besar yaitu hermeneutika intensionalisme dan hermeneutika gadamerian.

Dua dimensi ini memiliki implikasi metodologis yang sangat berbeda

hermeneut

ika intensionalisme

hermeneut

ika gadameria

n

Page 22: Interpretivist Hermeneutic

Dimensi Hermeneutics

Intensionalisme Gadamerian

Tokoh : Schleiermacher (1768-1834)

Bapak Hermeneutika modern Wilhelm Dilthey (1833-1911) dengan Hermeneutika metodisnyaEdmund Husserl (1889-1938) dengan Hermeneutika fenomenologisnyaMartin Heidegger (1889-1976) dengan Hermeneutika dialektisnya

Behind a word, there exists the meaning

Memahami makna harus ditelusur ke pengarangnya

Makna suatu kata sudah ada, tinggal menunggu diinterpretasikan oleh penafsir

Tokoh Hans-Georg Gadamer (1900- 2002)

In front of a word, there exist a

meaning Makna teks bersifat terbuka bagi

pembaca Makna suatu kata tak pernah baku,

tergantung pembaca

Page 23: Interpretivist Hermeneutic

Metode HermeneutikaDalam mengoperasikan Hermeneutiknya, Wilhelm Dilthey menyebutkan 2

metode berikut (Sulasman : 2014, 289) :

1. Interpretasi DataCara kerja interpretasi ini adalah dimulai dengan mengumpulkan teks sebanyak-banyaknya, setelah itu diperbandingkan satu sama lain, sehingga bisa ditemukan perbedaan pada kata atau kalimat atau bagian-bagian antara satu teks dengan teks lain.

Page 24: Interpretivist Hermeneutic

Metode Hermeneutika

2. Interpretasi SejarahInterpretasi sejarah dalam filsafat memunculkan dua kelompok yaitu :a. Interpretasi Monistik,

yaitu interpretasi yang bersifat tunggal atau suatu penafsiran yang hanya mencatat peristiwa besar dan perbuatan orang yang terkemuka.

b. Interpretasi PluralistikSejarah akan mengikuti perkembangan sosial, budaya, politik dan ekonomi yang menunjukkan pola peradaban yang multikompleks

Dalam mengoperasikan Hermeneutiknya, Wilhelm Dilthey menyebutkan 2 metode berikut (Sulasman : 2014, 289) :

Page 25: Interpretivist Hermeneutic

Metode Hermeneutika

proses pemahamam dan penafsiran hermenenutik tidak melalui metode induksi dan deduksi,

tetapi dengan metode alternatif yang disebut abduksi, yaitu menjelaskan data berdasarkan asumsi dan analogi penalaran

serta hipotesis yang memiliki berbagai kemungkinan kebenaran.

Page 26: Interpretivist Hermeneutic

Aplikasi Penelitian Hermeneutika1. Jurnal Nasional

2. Jurnal Internasional

Page 27: Interpretivist Hermeneutic

Aplikasi Penelitian Hermeneutika1. Jurnal Nasional

Judul Penelitian : Tafsir Hermeneutika Intensionalisme atas “Laba” Yayasan Pendidikan

Peneliti : Dian Purnamasari (Universitas Katolik Widya Mandala), dan Iwan Triwiyuwono (Universitas Brawijaya)

Latar Belakang Penelitian : Laba seringkali dipandang sebagai indikasi penting dalam keberhasilan

kinerja perusahaan. Laba bersifat materi. Terdapat penelitian yang menemukan adanya laba non-material misalnya

yang terjadi pada organisasi nirlaba. Untuk mencari makna “laba” bagi sebuah yayasan

Page 28: Interpretivist Hermeneutic

Aplikasi Penelitian Hermeneutika1. Jurnal Nasional

Teknik pengumpulan data :Observasi, peneliti melakukan pengamatan terhadap sistem pengelolaan keuangan Sekolah Bintang.

DokumentasiWawancara mendalam, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan pihak intern sekolah dan pihak luar

Teknik Analisis Data : menggunakan metode hermeneutika intensionalisme. “Teks” dalam konteks penelitian ini akan diproxikan dengan informasi dari informan. Penafsir ini harus melihat dan mendalami konteks historis maupun kultural dalam “teks”. Setelah seluruh konteks dihubungkan dan didalami, maka penafsir akan menafsirkan makna yang terkandung dalam “teks”

Page 29: Interpretivist Hermeneutic

Aplikasi Penelitian Hermeneutika1. Jurnal Nasional

Hasil Penelitian : Makna yang terkandung dalam “laba” Sekolah Bintang adalah “laba” materi, “laba” sosial serta “laba” kenangan. “Laba” materi mengharuskan Sekolah Bintang untuk memenuhi kebutuhannya melalui bentuk materi. “Laba” sosial selain untuk membatasi gerak “laba” materi, “laba” ini juga menunjukkan arah bagi Sekolah Bintang dalam menjalankan usahanya. “ Laba” kenangan menunjukkan keberhasilan Sekolah Bintang dalam menjalankan kegiatannya. Dengan adanya lingkaran “laba” dalam sekolah bintang menunjukkan bahwa keseimbangan antar “laba” menjadi pokok bagi sekolah Bintang dalam menjalankan aktivitasnya

Page 30: Interpretivist Hermeneutic

Aplikasi Penelitian Hermeneutika1. Jurnal Nasional

Pembahasan : Terdapat beberapa hal yang menjadikan penelitian ini memang merupakan penelitian dengan metode kualitatif dengan pendekatan interpretivist hermeneutik intensionalisme, antara lain,

a) Dari judul dan teknik analisis data, peneliti sudah menyebutkan bahwa penelitian ini menggunakan metode kualitatif hermeneutik intensionalisme

b) Penelitian hermeneutik, merupakan penelitian yang menafsirkan suatu “teks”. “Teks” dalam penelitian ini adalah “laba”

c) Penelitian ini menjelaskan konteks kultural dan konteks historis terkait “teks” yang kedua hal tersebut merupakan ciri utama dari penelitian hermeneutik. Konteks kultural dalam penelitian ini adalah Sekolah Bintang yang berdiri didasarkan pada semangat dan budaya kristiani. Sedangkan dari konteks historis, dijelaskan mengenai latar belakang informan yang antara lain adalah orang tua murid, dan orang-orang yang bekerja di lingkungan sekolah tersebut.

Page 31: Interpretivist Hermeneutic

Aplikasi Penelitian Hermeneutika2. Jurnal Internasional

Judul Penelitian : Long-Term Travellers Return, ‘Home’?Peneliti : Naomi Pocock, Alison McIntosh (University Waikato, New Zealand)

Latar Belakang : ‘Rumah’ dalam konteks pariwisata memiliki banyak makna Makna ‘Rumah’ dapat diartikan sebagai suatu tempat tetap Makna ‘Rumah’ sebagai suatu ruang atau aspek fisik secara simbolis dan

memiliki ikatan emosional baik secara nyata maupun imajinasi bagi seseorang.

Page 32: Interpretivist Hermeneutic

Aplikasi Penelitian Hermeneutika2. Jurnal Internasional

Teknik Pengumpulan data : Wawancara dengan 5 long-term traveler yang baru saja kembali ke New

Zealand setelah tinggal dan bekerja di luar negeri selama 9 bulan s/d 5 tahun. Di sesi wawancara ini para partisipan dapat mendeskripsikan pengalaman mereka setelah kembali. Wawancara dilakukan secara berulang.

Dokumentasi berupa video yang merekam kegiatan para traveler di tempat yang mereka sebut ‘Rumah’.

Teknik analisis data : Di dalam jurnal disebutkan menggunakan metode philosophical hermeneutics

atau Hermeneutika Gadamerian. Dimana para partisipan diberi hak mendefinisikan arti ‘rumah’ bagi masing-masing.

Page 33: Interpretivist Hermeneutic

Aplikasi Penelitian Hermeneutika2. Jurnal Internasional

Hasil Penelitian :Terdapat arti non ruang dalam kata ‘ Rumah’ bagi para 3 traveler :a) Meaningful Home : bagi partisipan pertama bernama Kylie, ‘Rumah’ adalah

suatu tempat dimana dia menetap dan tidak akan pernah pindah, tempat dimana dia bisa menjadi ibu rumah tangga yang seutuhnya, tempat untuk bekerja melakukan proses kreatifnya dan tempat dia kembali setelah pergi. ‘Rumah’ disini diartikan bukan tempat melainkan saat dimana dia bisa melakukan aktivitas penting.

b) Blurred Home : bagi partisipan kedua bernama Simon, ‘Rumah’ merefleksikan sisi emosional, hubungan, dan historis. Dia tidak merasa di “rumah”, karena sudah merasa tidak nyaman dengan situasi di New Zealand, di merasa tidak menjadi dirinya sendiri. Tapi di lain sisi dia tetap menganggap New Zealand rumahnya, karena banyak kenangan masa kecilnya terjadi disitu.

c) (Re)negotiated Home : bagi partisipan ketiga Dillon ‘Rumah’ bisa dimana saja.

Page 34: Interpretivist Hermeneutic

Aplikasi Penelitian Hermeneutika2. Jurnal Internasional

Pembahasan :Terdapat beberapa hal yang menjadikan penelitian ini memang merupakan penelitian dengan metode kualitatif dengan pendekatan interpretivist hermeneutik gadamerian, antara lain

Dari bagian Study Method disebutkan bahwa penelitian ini menggunakan metode philosophical hermeneutics yang digagas oleh Hans Gadamer.

Dari cara peneliti menafsirkan arti ‘Rumah ‘ dengan mengamati aktivitas beberapa traveler hal ini menjadi sangat subjektif, makna ‘rumah’ tersebut tidak baku dan tergantung penafsiran pembacanya dalam hal ini sang peneliti.

Page 35: Interpretivist Hermeneutic

Thank Youfor the Attention

Page 36: Interpretivist Hermeneutic

putihnya beras ternyata karena bergesekan dengan beras yang lain dalam satu wadah mereka

Let’s Share...