infanticide referat

38
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah buah hati yang sangat berharga bagi setiap keluarga, sebagai pewaris dan penerus kedua orang tuanya. Sedangkan seorang ibu adalah sosok yang penuh kasih sayang, apapun dikorbankan demi anaknya. Oleh karena itu, seorang anak harus mendapatkan perlindungan baik saat masih dalam kandungan maupun setelah dilahirkan. Namun, sekarang ini berita-berita tentang ditemukannya bayi yang baru lahir dalam keadaan meninggal karena dibunuh oleh ibunya seringkali dijumpai di media massa. Kasus pembunuhan terhadap bayi yang baru lahir telah dikenal sejak dahulu dan terjadi dimana saja. Kejahatan pembunuhan bayi bukan hanya merusak nilai- nilai asas manusia, tetapi telah merendahkan derajat manusia, karena masalah moralitas agama melekat pada seorang manusia juga tidak kalah memegang peranan penting dalam terjadinya tindak pidana pembunuhan bayi. Menurut Resnick (1970) Pembunuhan anak yang sebagian besar dilakukan oleh orang tua dibedakan menjadi dua tipe, yaitu neonaticide dan filicide. Neonaticide didefinisikan sebagai pembunuhan anak pada hari dia

Upload: monickmanda

Post on 27-Nov-2015

428 views

Category:

Documents


70 download

DESCRIPTION

infan

TRANSCRIPT

Page 1: Infanticide Referat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anak adalah buah hati yang sangat berharga bagi setiap keluarga, sebagai

pewaris dan penerus kedua orang tuanya. Sedangkan seorang ibu adalah sosok

yang penuh kasih sayang, apapun dikorbankan demi anaknya. Oleh karena itu,

seorang anak harus mendapatkan perlindungan baik saat masih dalam kandungan

maupun setelah dilahirkan. Namun, sekarang ini berita-berita tentang

ditemukannya bayi yang baru lahir dalam keadaan meninggal karena dibunuh oleh

ibunya seringkali dijumpai di media massa.

Kasus pembunuhan terhadap bayi yang baru lahir telah dikenal sejak

dahulu dan terjadi dimana saja. Kejahatan pembunuhan bayi bukan hanya

merusak nilai-nilai asas manusia, tetapi telah merendahkan derajat manusia,

karena masalah moralitas agama melekat pada seorang manusia juga tidak kalah

memegang peranan penting dalam terjadinya tindak pidana pembunuhan bayi.

Menurut Resnick (1970) Pembunuhan anak yang sebagian besar dilakukan oleh

orang tua dibedakan menjadi dua tipe, yaitu neonaticide dan filicide. Neonaticide

didefinisikan sebagai pembunuhan anak pada hari dia dilahirkan (<24 jam) dan

filicide didefinisikan sebagai pembunuhan terhadap anak berumur lebih dari 24

jam.

Pembunuhan anak sendiri adalah suatu bentuk kejahatan terhadap nyawa

dimana kejahatan ini bersifat unik. Keunikan tersebut dikarenakan pelaku

pembunuhan haruslah ibu kandungnya sendiri dan alasan atau motivasi untuk

melakukan kejahatan tersebut adalah karena ibu kandungnya takut ketahuan

bahwa dia telah melahirkan anak, salah satunya karena anak tersebut adalah hasil

hubungan diluar pernikahan. Selain itu, keunikan lainnya adalah saat

dilakukannya tindakan menghilangkan nyawa anaknya, yaitu saat anak dilahirkan

atau tidak lama kemudian. Patokannya dapat dilihat apakah sudah atau belum ada

tanda-tanda perawatan, dibersihkan, dipotong tali pusat atau diberikan pakaian.

Page 2: Infanticide Referat

2

Saat dilakukannya kejahatan tersebut, dikaitkan dengan keadaan mental

emosional dari ibu, seperti rasa malu, talut, benci serta rasa nyeri bercampur aduk

menjadi satu, sehingga perbuatannya dianggap dilakukan tidak dalam keadaan

mental yang tenang, sadar, serta dengan perhitungan yang matang.

Untuk dapat menuntut seorang ibu telah melakukan tindak pidana

pembunuhan anak sendiri, haruslah terbukti bahwa bayi tersebut hidup pada saat

dilahirkan. Sebagai dokter forensik, tanda-tanda kehidupan sudah tidak ditemukan

lagi pada saat autopsi. Tanda yang masih ditemukan adalah tanda pernah bernapas

di luar rahim. Hal tersebut menjadi sulit bila saat autopsi dilakukan, jenazah bayi

sudah berada dalam keadaan membusuk. Kesulitan juga dijumpai pada saat

menentukan sebab kematian bayi. Pada umumnya tidak terdapat keterangan

apapun mengenai jalannya persalinan dan keadaan bayi setelah dilahirkan. Bila

ditemukan tanda kematian akibat asfiksia, maka penyebabnya harus ditentukan

karena penyebab asfiksia tersebut adalah penyebab kematian bayi.

Page 3: Infanticide Referat

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Infanticide

Infanticide atau pembunuhan anak sendiri menurut undang-undang di

Indonesia adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada

ketika dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan

bahwa ia melahirkan anak.

Di negara lain misalnya di Inggris, batasan umur anak yang termasuk dalam kasus

infatisida adalah sampai 12 bulan karena dianggap persalinan dan menyusui anak

dapat menyebabkan gangguan keseimbangan jiwa pada wanita.

2.2. Undang – Undang Yang Berhubungan dengan Infanticide

Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab

kejahatan terhadap nyawa orang.

Pasal 341. Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada

saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja

merapmas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri,

dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.

Pasal 342. Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena

takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak

dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya,

diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana,

dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.

Pasal 343. Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi

orang lain yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau

pembunuhan dengan rencana.

Dari undang-undangdi atas dapat kita lihat adanya 3 faktor penting, yaitu:

Page 4: Infanticide Referat

4

1. Ibu

Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan

anak sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ia kawin atau tidak. Sedangkan

bagi orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut

dihukum karena pembunuhan atau pembunuhan berencana, dengan

hukuman lebih berat, yaitu penjara 15 tahun (ps. 338: tanpa rencana), atau

20 tahun penjara, seumur hidup/hukuman mati (ps. 339 dan 340, dengan

rencana.

2. Waktu

Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat, tetapi

hanya dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian”.

Sehingga boleh dianggap pada saat belum timbul rasa kasih sayanng

seorang ibu terhadap anaknya. Bila rasa kasih saying sudah timbul maka

ibu tersebut akan merawat dan bukan membunuh anaknya.

3. Psikis

Ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan

diketahui orang telah melahirkan anak itu. Biasanya anak yang dibunuh

tersebut didapat dari hubungan yang tidak sah.

Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, ,isalnya tempat

sampah, go, sungai dan sebaginya, maka bayi tersebut mungkin adalah korban

pembunuhan anak sendiri (pasal 341, 342), pembunuhan (pasal 338, 339, 340,

343), lahir mati kemudian dibuang (pasal 181), atau bayi yang ditelantarkan

sampai mati (pasal 308)

Pasal 181 Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau

menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian

atau kelahirannya, diancam dengan pidana penjara selama 9 bulan

atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal 308 Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran

anaknya, tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya

untuk ditemukan atau meninggalkannya dengan maksud untuk

Page 5: Infanticide Referat

5

melepaskan diri dari padanya, maka maksimum pidana tersebut

dalam pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.

Adapun bunyi pasal 305 dan 306 tersebut adalah sebagai berikut:

Pasal 305 Barang siapa yang menempatkan anak yang umurnya belum tujuh

tahun untuk ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud

untuk melepaskan diri daripadanya, diancam dengan pidana

penjara paling lama 5 tahun 6 bulan.

Pasal 306 (1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu

mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan

pidana penjara paling lama 7 tahun 6 bulan.

(2) Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9

tahun.

2.3. Pemeriksaan Forensik

Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, dengan sendirinya

bayi atau anak tersebut harus dilahirkan hidup setelah seluruh tubuhnya keluar

dari tubuh ibu (separate existence). Bila bayi lahir mati kemudian dilakukan

tindakan membunuh, maka hal ini bukanlah pembunuhan anak sendiri ataupun

pembunuhan. Juga tidak dipersoalkan apakah bayi yang dilahirkan merupakan

bayi yang cukup bulan, maupun viable atau non-viable.

Seorang dokter yang memeriksa kasus yang diduga sebagai infanticide, bila

diminta bantuannya oleh penyidik, diharap dapat menjawab pertanyaan-

pertanyaan di bawah ini:

1. Apakah bayi tersebut dilahirkan mati atau hidup?

2. Berapakah umur bayi tersebut (intra atau ekstrauterin)?

3. Apakah bayi tersebut sudah dirawat?

4. Apakah sebab kematiannya?

Page 6: Infanticide Referat

6

2.3.1. Pemeriksaan Mayat Bayi

Pada prinsipnya sama seperti pada orang dewasa, hanya saja harus

lebih memperhatikan hal-hal yang penting berikut:

1. Bayi cukup bulan, premature atau nonviable

Kulit, sudah dibersihkan atau belum, keadaan verniks kaseos, warna,

berkeriput atau tidak.

Mulut, adakah benda asing yang menyumbat.

2. Tali pusat, sudah terputus atau masih melekat pada uri.

Bila terputus periksa apakah terpotong rata atau tidak (dengan

memasukkan ujung potongan ke dalam air), apakah sudah terikat dan

diberi obat antiseptic, adakah tanda-tanda kekerasan pada tali pusat,

hematom dan Wharton’s Jelly berpindah tempat. Apakah terputusnya

dekat uri atau pusat bayi.

3. Kepala, apakah terdapat kaput suksedaneum, molase tulang-tulang

tengkorak.

Pada pemeriksaan kepala bayi abru lahir, kulit kepala disayat dan

dilepaskan seperti pada orang dewasa. Tulang tengkorak dibuka

dengan gunting dengan cara menusuk fontanel mayor 0.5-1 cm dari

garis pertengahan dan dilakukan pengguntingan pada tulang dahi dan

ubun-ubun ke depan dank e belakang pada sisi kiri dan kanan. Ke

depan sampai kira-kira 1 cm di atas lengkung atas rongga mata (margo

superior orbita) dan kebelakang sampai perbatasan dengan tulang

belakang kepala. Kemudian dilakukan pengguntingan kearah lateral

sampai 1 cm di atas basis mastoid dengan menyisakan tulang pelipis di

atas telinga kira-kira sepanjang 2 cm.

Kedua keping tulang atap tengkorak dipatahkan kea rah lateral.

Biasanya durameter ikut tergunting karena melekat erat pada tulang.

Perhatikan apakah terdpat perdarahan subdural atau subaraknoid.

Perhatikan keadaan falks sereberi dan tentorium sereberi terutama pada

perbatasannya (sinus rektus dan sinus transversus) apakah terdapat

Page 7: Infanticide Referat

7

robekan. Selanjutnya dilakukan pengeluaran otak seperti pada orang

dewasa.

Tujuan pembukaan tengkorak seperti ini adalah supaya falks

serebri serta tentorium tetap dalam keadaan utuh sehingga setiap

kelainan dapat ditentukan dengan jelas.

4. Tanda-tanda kekerasan. Perhatikan tanda pembekapan di sekitar mulut

dan hisung, serta memar pada mukosa bibir dan pipi, tanda

pencengkikan atau jerat pada leher, memar atau lecet pada tengkuk dan

lain-lain.

5. Pada pembedahan jenazah perhatikan pada leher, adakah tanda-tanda

penekanan, resapan darah pada kulit sebelah dalam. Pada bayi, karena

jaringan lebih elastis di bandingkan dengan orang dewasa maka tanda-

tanda kekerasan tersebut lebih jarang terdapat. Perhatikan apakah

terdapat benda asing dalam jalan napas.

Mulut, apakah terdapat benda asing dan perhatikan palatun mole

apakah terdapat robekan.

Rongga dada. Pengeluaran rongga mulut, leher dan dada dilakukan

dengan teknik tanpa sentuhan. Perhatikan makroskopik paru dan

setelah itu sebaiknya satu paru disiksasi dalam larutan formalin

10% untuk pemeriksaan histopatologik dan pada paru yang lain

dilakukan uji apung paru.

Tanda asfiksia berupa Tardieu’s spots pada permukaan paru,

jantung, timus dan epiglotis.

Tulang belakang, apakah terdapat kelainan kongenital dan tanda

kekerasan.

Periksa pusat penulangan femur, tibia, kalkaneus, talus dan kuboid.

Page 8: Infanticide Referat

8

2.3.2. Pemeriksaan Bayi Lahir Mati

Pada pemeriksaan mayat bayi baru lahir, harus dibedakan apakah

ia lahir mati atau lahir hidup.

Bila bayi lahir mati maka kasus tersebut bukan merupakan kasus

pembunuhan atau penelantaran anak hingga menimbulkan kematian.

Pada kasus seperti ini, si ibu hanya dapat dikenakan tuntutan

menyembunyikan kelahiran ata kematian orang.

Lahir mati (still birth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar

atau dikeluarkan dari ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan

(baik sebelum ataupun setelah kehamilan berumur 28 minggu dalam

kandungan). Kematian ditandai oleh janin yang tidak bernapas atau

tidak menunjukkan tanda kehidupan lain, seperti denyut jantung,

denyut nadi tali pusat atau gerakan otot rangka.

Tanda-tanda maserasi (aseptic decomposition) merupakan proses

pembusukan intrauterine, yang berlangsung dari luar ke dalam

(berlainan dengan proses pembusukan yang berlangsung dari dalam ke

luar). Tanda maserasi baru terlihat setelah setelah 8-10 hari kematian

intrautero. Bila kematian baru terjadi 3 atau 4 hari, hanya trelihat

perubahan pada kulit saja, berupa vesikel atau bula memecah akan

terlihat kulit berwarna merah kecoklatan. Tanda-tanda lain adalah

epidermis berwarna putih dan berkeriput, bau tengik (bukan bau

busuk), tubuh mengalami perlunakan sehingga dada terlihat mendatar,

sendi lengan dan tungkai lunak, sehingga dapat dilakukan

hiperekstensi, otot atau tendon terlepas dari tulang. Pada bayi yang

mengalami maserasi, organ-organ tampak basah tetapi tidak berbau

busuk. Bila janin telah lama sekali meninggal dalam kandungan, maka

akan terbentuk litoedion.

Page 9: Infanticide Referat

9

Dada belum mengembang. Iga masih datar dan diafragma masih

setinggi iga ke 3-4. Sering sukar dinilai bila mayat telah membusuk.

2.3.3. Pemeriksaan Makroskopik Bayi Lahir Mati

Pemeriksaan makroskopik paru. Paru-paru mungkin masih

tersembunyi di belakang kandung jantung atau telah mengisi rongga dada.

Osbron (1953) menemukan 75% kasus, ternyata paru-paru telah mengisi

rongga dada, baik pada bayi yang baru lahir mati maupun lahir hidup.

Paru-pari berwarna kelabu ungu mrata seperti hati, konsistensi padat, tidak

teraba derik udaradan pleura yang longgar (slack pleura). Berat paru-paru

kira-kira 1/70 x berat badan.

Uji apung paru. Uji ini harus dilakukan dengan teknik tanpa sentuh

(no touch technique), paru-paru tidak disentuh untuk mengindati

kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan histopatologik jaringan paru

akibat manipulasi berlebihan.

Lidah dikeluarkan seperti biasa di bawah rahang bawah, ujung

lidah dijepit dengan pinset atau klem, kemudian ditarik kearah

ventrokaudal sehingga tampak palatum mole. Dengan scalpel yang tajam,

palatum mole disayat sepanjang perbatasannya dengan palatum durum.

Faring, laring, esophagus bersama dengan trakea dilepaskan dari tulang

belakang. Esophagus bersama dengan trakea diikat di bawah kartilago

krikoid dengan benang. Pengikatan ini dimaksudkan agar pada manipulasi

brikutnya cairan ketuban, meconium atau benda asing lain tidak megalir

ke luar melalui trakea bukan untuk mencegah masuknya udara ke dalam

paru.

Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep

atau pinset bedah dan scalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan.

Kemudian esophagus diikat di atas diafragma dan dipotong di atas ikatan.

Pengikatan ini dimaksudkan agar dara tidak masuk ke dalam lambung dan

uji lambung-usu (uji Breslau) tidak memberikan hasil yang meragukan.

Page 10: Infanticide Referat

10

Setelah semua organ leher dan dada dikelurkan dari tubuh lalu

dimasukkan ke dalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam,

kemudain paru-paru kiri dan kanan dilepaskan dan dimasukkan kembali ke

dalam air, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Setelah itu tiap

lobus dipisahkan dan dimasukkan ke dalam air dan dilihat apakah

mengapung atau tenggelam. 5 potong kecil dari bagian perifer tiap lobus

dimasukkan ke dalam air, dan diperhatikan apakah mnegapung atau

tenggelam.

Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dpat mengapung

oleh karena kemungkinan adanya gas pembusukkan. Bila potongan kecil

itu mengapung, letakkan di antara 2 karbon dan diletakkan (dengan arah

tekanan yang agak lurus, jangan bergeser) untuk mengeluarkan gas

pembusukkan yang terdapat pada jaringan interstisial paru, lalu masukkan

kembali ke dalama ir dan diamati apakah masih mengapung atau

tenggelam. Bila masih megapung berarti paru tersebut berisi udara residu

yang tidak akan keluar.

Kadang-kadang dengan penekanan, dinding alveoli pada mayat

bayi yang telah membusuk lanjut akan pecah juga dan udara residu keluar

dan memperlihatkan hasil uji apung paru negative.

Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil

paru mengingat adanya pernafasan sebagian (partial respiration) yang

dapat bersifat butaan (pernafasan buatan) ataupun alamiah (vagitus

uterinus tau vagitus vaginalis, yaitu bayi sudah bernafas walaupun kepala

masih dalam uterus atau dalam vagina).

Hasil negatif belum berarti pasti lahir mati karena adanya

kemungkinan bayi dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti bernafas

meskipun jantung masih berdenyut, sehingga udara dalam alveoli

diresorpsi. Pada hasil uji negatif ini, pemeriksaan histopatologik paru

harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau lahir hidup. Hasil

uji apung paru positip berarti pasti lahir hidup.

Page 11: Infanticide Referat

11

Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru kurang

dapat dipercaya, sehingga tidak dianjurkan untuk dilakukan. Biasanya paru

dengan perangai makroskopik lahir mati akan memberikan hasil uji apung

paru negatif ( tenggelam).

Mikroskopik paru-paru. Setelah paru-paru dikeluarkan dengan

teknik sentuh, dilakukan fiksasi dengan larutan formalin 10%. Sesudah 12

jam, dibuat irisan-irisan melintang untuk memungkinkan cairan fiksatif

meresap dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi selama 48 jam,

kemudian dibuat sediaan histopatologik. Biasanya digunakan pewarnaan

HE dan bila paru telah membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau

Ladewig.

Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang

belum bernafas, tetapi merupakan ciri paru janin yang belum mencapi usia

gestasi 26 minggu. Tanda khas untuk paru bayi belum bernafas adalah

adanya tonjolan (projection) yang berbentuk seperti bantal (cushion-like)

yag kemudian akan bertamabh tinggi dengan dasar menipis sehingga

tampak seperti gada (club-like). Pada permukaan ujung bebas projection

tampak kapiler yang berisi banyak darah. Pada paru bayi belum bernafas

yang sudah membusuk dengan pewarnaan Gomori atau Ladewig, tampak

serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding alveoli berkelak kelok

seperti rambut yang keriting, sedangkan pada projection berjalan di bawah

kapiler sejajar dengan permukaan projection dan membentuk gelung-

gelung terbuka (open loops).

Serabut-serabut elastin pada dinding alveoli belum terwarnai

dengan jelas, masih merupakan fragmen-fragmen yang tersusun dan belum

membentuk satu lapisan yang mengelilingi seluruh alveoli. Serabut

tersebut tegang, tidak bergelombang dan tidak terdapat di daerah basis

projection.

Pada paru bayi lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi

cairan amnion yang luas karena asfiksia intrauterine, miaslnya akibat

Page 12: Infanticide Referat

12

tertekannya tali pusat atau solusio plasenta sehingga terjadi pernafasan

janin premature (intrauterine submersion). Tampak sel-sel verniks akibat

deskuamasi sel-sel permukaan kulit, berbentuk persegi panjang dengan inti

piknotik berbentuk huruf “S”, bila dilihat dari atas samping terlihat seperti

bawang (onion bulb). Juga tampak sedikit sel-sel amnion yang bersifat

asidofilik dengan batas yang tidak jelas dan inti terletak aksentrik dengan

batas yang juga tidak jelas.

Meconium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua

mungkin terlihat dalam bronkioli dan alveoli. Kadang-kadang ditemukan

deskuamasi sel-sel epitel bronkus yang merupakan tanda dari maserasi

dini atau fagositosis meconium oleh sel-sel dinding alveoli. Kolon dapat

menggelembung berisi meconium, yang merupakan tanda usaha untuk

bernafas (struggle to breath).

Gambar 1

Mikroskopis Paru Bayi Lahir Mati (Still Born)

Page 13: Infanticide Referat

13

2.3.4. Pemeriksaan Bayi Lahir Hidup

Lahir hidup (live birth) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil

konsepsi yang lengkap yang setelah pemisahan bernafas atau

menunjukkan tanda kehidupan lain, tanpa mempersoalkan usia gestasi

sudah atau belumnya tali pusat dipotong atau uri dilahirkan.

Pada pemeriksaan ditemukan dada sudah mengembang dan

diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5, terutama pada bayi yang telah

lama hidup.

2.3.5. Pemeriksaan Makroskopik Bayi Lahir Hidup

Pemeriksaan makroskopik paru. Paru sudah mengisi rongga dada

dan menutupi sebagian kandung jantung. Paru berwana merah muda tidak

merata dengan pleura yang tegang (paut pleura) dan menunjukkan

gambaran mozaik karena alveoli sudah terisi udara. Apeks paru kanan

paling dulu atau jelas terisi karena halangan paling minimal. Gambaran

marmer terjadi akibat pembuluh darah interstisial berisi darah. Konsistensi

seperti spons, teraba derik udara. Pada pengirisan paru dalam air terlihat

jelas keluarnya gelembung udara dan darah. Berat paru bertambah hingga

dua klai atau kira-kira 1/35 x berat badan karena berfungsinya sirkulasi

darah jantung-paru.

Uji apung paru memberikan hasil positif. (Hasil negatif harus

dilanjutkan dengan makroskopik paru).

Pemeriksaan mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yang

mengembang sempurna dengan atau tanpa emfisema obstruktif serta tidak

terlihat adanya projection. Pada pewarnaan Gomori atau Ladewig, serabut

retikulin akan tampak tegang.

Pada pernafasan parsial yang singkat mungkin hasil uji apung paru

negatif dan mikroskopik memperlihatkan gambaran alveoli yang kolaps

dengan dinding yang berhimpitan atau hamper berhimpitan. Kadang-

Page 14: Infanticide Referat

14

kadang dapat ditemukan edema yang luas dalam jaringan paru, membrane

duktus alveolaris yang tersebar dalam jaringan paru, yang mungkin berasal

dari lemak verniks (membrane hialin yang akan terlihat bila bayi telah

hidup dari 1 jam) atau atelectasis paru akibat obstruksi oleh membrane

duktus alveolaris.

Adanya udara dalam saluran cerna dapat dilihat dengan foto

rontgen. Udara dalam duodenum atau saluran yang lebih distal

menunjukkan lahir hidup dab telah hidup 6-12 jam. Bila dalam usus besar

berarti telah 12-24 jam, tetapi harus diingat kemungkinan adanya

pernafasan buatan atau gas pembusukan.

Gambar 2

Mikroskopis Paru Bayi Lahir Hidup ( Live Born)

Dari uraian di atas, haruslah sangat hati-hati dalam menyimpulkan

bayi lahir hidup, lebih-lebih bila mayat bayi telah membusuk.

Page 15: Infanticide Referat

15

2.3.6. Menentukan Umur Bayi Intra dan Ekstra Uterin.

a. Penentuan umur janin/embrio dalam kandungan rumus De

Haas, dalah untuk 5 bulan pertama, panjang kepala-tumit

9cm)=kuadrat umur gestasi (bulan) x 5.

Umur

1 bulan

Panjang badan (kepala tumit)

1 x 1 = 1 cm

2 bulan 2 x 2 = 4 cm

3 bulan 3 x 3 = 9 cm

4 bulan

5 bulan

4 x 4 = 16 cm

5 x 5 = 25 cm

6 bulan 6 x 5 = 30 cm

7 bulan 7 x 5 = 35 cm

8 bulan 8 x 5 = 40 cm

9 bulan 9 x 5 = 45 cm

b. Perkiraan umur janin dapat pula dilakukan dengan melihat

pusat penulangan (ossification centers) sebagai berikut:

Pusat penulangan pada: Umur (bulan)

Klavikula 1.5

Tulang panjang

(diafisis)

2

Iskium 3

Pubis 4

Kalkaneus 5 – 6

Manubrium sterni 6

Talus Akhir 7

Sternum bawah Akhir 8

Distal femur Akhir 9 / setelah lahir

Proksimal tibia Akhir 9 / setelah lahir

Page 16: Infanticide Referat

16

Kuboid Akhir 9/ setelah lahir

Bayi wanita lebih cepat

Pemeriksaan pusat penulangan dapat dilakukan secara radiologis

atau pada saat autopsi dengan cara sebagai berikut:

1. Kalkaneus dan kuboid

Lakukan dorsofleksi kaki dan buat insisi mulai dari antara jari kaki ke

3 dan ke 4 ke arah tengah tumit. Dengan cara ini dapat dilihat pusat

penulangan pada kalkaneus dan kuboid serta talus.

2. Distal femur dan proksimal tibia

Lakukam fleksi tungkai bawah pada sendi lutut dan buat insisi

melintang pada lutut.

Patella dilepas dengan memotong ligamentum patella. Buat irisan

pada femur dari arah distal ke proksimal sampai terlihat pusat

penulangan terletak pada epifisis distal femur (bukan penulangan

diafisis). Hal yang sama dilakukan terhadap ujung proksimal tibia

dengan irisan dari proksimal kea rah distal. Pusat penulangan pada

epifisis distal femur (bukan penulangan diafisis). Hal yang sama

dilakukan terhadap ujung proksimal tibia dengan irisan dari proksimal

kea rah distal. Pusat penulangan terletak di bagian tengah berbentuk

oval berwarna merah dengan diameter 4-6 mm.

Walaupun dalam undang-undang tidak dipersoalkan umur bayi,

tetapi kita harus menentukan apakah bayi tersebut cukup bulan

(premature) apakah non-viable, kemungkinan mati akibat pembunuhan

anak sendiri adalah kecil.

Viable adalah keadaan bayi/janin yang dapat hidup di luar

kandungan lepas dari ibunya. Kriteria untuk itu adalah umur kehamilan

lebih dari 28 minggu dengan panjang badan (kepala-tungging) lebih

dari 32 cm dan tidak ada cacat bawaan yang fatal.

Bayi cukup bulan (matur) bila umur kehamilan > 36 minggu d

engan panjang badan kepala-tumit lebih dari 48 cm, panjang badan

Page 17: Infanticide Referat

17

kepala tungging 30-33 cm, berat badan 2500-3000 gram dan lingkar

kepala 33 cm.

Pada bayi cukup bulan, hampir selalu terdapat pusat penulangan

pada distal femur sedangkan pada proksimal tibia kadang-kadang

terdapat atau baru terdapat sesudah lahir, juga pada tulang kuboid.

Pada bayi wanita, pusat penulangan timbul lebih cepat.

Ciri-ciri lain dari cukup bulan adalah: lanugo sedikit, terdapat pada

dahi, punggung dan bahu; pembentukan tulang rawan telinga telah

sempurna 9bila daun telinga dilipat akan cepat kembali ke keadaan

semula); diameter tonjolan susu 7 mm atau lebih; kuku-kuku jari telah

melewati ujung-ujung jari; garis-garis telapak kaki telah terdapat

melebihi 2/3 bagian depan kaki; testis sudah turun ke dalam skrotum;

labia minora sudah tertutup oleh labia mayora yang telah berkembang

sempurna; kulit berwarna merah muda (pada kulit putih) atau merah

kebiru-biruan (pada kulit berwarna) yang setelah 1-2 mnggu beubah

menjadi lebih pucat atau cokelat kehitam-hitaman; lemak bawah kulit

cukup merata sehingga kulit tidak berkeriput (kulit pada bayi

premature berkeriput).

Penentuan umur bayi ekstra uterin didasarkan atas perubahan-

perubahan yang terjadi setelah bayi dilahirkan, misalnya:

Udara dalam saluran cerna. Bila hanya terdapat dalam lambung atau

duodenum berarti hidup berarti saat, dalam usus halus berarti telah

hidup 1-2 jam, bila dalam usus besar, telah hidup 5-6 jam dan bila

telah terdapat dalam rectum berarti telah hidup 12 jam.

Mekonium dalam kolon. Meconium akan keluar kira-kira dalam waktu

24 jam setelah lahir.

Perubahan tali pusat setelah bayi keluar akan terjadi proses

pengeringan tali pusat baik di lahirkan hidup maupun mati. Pada

tempat lekat akan terbentuk lingkaran merah setelah bayi hidup kira-

kira 36 jam. Kemudian tali pusat akan mnegering menjadi seperti

benang dalam waktu 6 hingga 8 hari dan akan terjadi peneymbuhan

Page 18: Infanticide Referat

18

luka yang sempurna bila tidak terjadi infeksi dalam waktu 15 hari.

Pada pemeriksaan mikroskopik daerah yang akan melepas akan

tampak reaksi inflamasi yang mulai timbul setelah 24 jam berupa

sebukan sel-sel leukosit berisi banyak, kemudian akan terlihat sel-sel

limfosit dan jaringan granulasi.

Eritrosit berini akan hilang dalam 24 jam pertama setelah lahir,

namun kadangkala masih dapat ditemukan dalam sinusoid hati,

Ginjal. Pada hari ke 2-4 akan terdapat deposit asam urat yang

berwarna jingga berbentuk kipas (fan-shaped) lebih banyak dalam

pyramid daripada medulla ginjal. Hal ini akan menghilang setelah hari

ke 4 saat metabolisme telah terjadi.

Perubahan sirkulasi darah. Setelah bayi lahir, akan terjadi

obliterasi aterti dan vena umbilikus dalam waktu 3-4 hari. Duktus

venosus akan tertutup setlah 3-4 minggu dan foramen ovale akan

tertutup setelah 3 minggu-1 bulan tetapi kadang-kadang tidak menutup

walaupun sudah tidak berfungsi lagi. Duktus arteriousus akan tertutup

setelah 3 minggu-1 bulan.

Sudah atau belum dirawat. Pada bayi yang telah dirawat dapat

ditemukan hal-hal sebagai berikut:

Tali pusat telah terikat diputuskan dengan gunting atau pisau lebih

kurang 5 cm dari pusat bayi dan diberi obat antiseptik. Bila tali

pusat dimasukkan ke dalam air akan terlihat ujungnya terpotong

rata. Kadang-kadang ibu menyangkal melakukan pembunuhan

dengan menyatakan telah terjadi partus presipitatus atau

keberojolan. Pada keadaan ini tali pusat akan terputus dekat

perlekatannya pada uri atau pusat bayi dengan ujung yang tidak

rata. Hal lain yang tidak sesuai dengan partus presipitatus adalah

terdapatnya caput suksedaneum, molase hebat dan fraktur tulang

tengkorak serta ibu yang primipara.

Page 19: Infanticide Referat

19

Verniks kaseosa atau lemak bayi telah dibersihkan, demikian pula

bekas-bekas darah. Pada bayi yang dibuang ke dalam air verniks

tidak akan hilang seluruhnya dan masih dapat ditemukan di daerah

lipatan kulit, ketiak, belakang telinga, lipat paha dan lipat leher.

Pakaian. Perawatan pada bayi antara lain adalah memberikan

pakaian atau penutup tubuh bayi.

2.4. Penyebab Kematian

Penyebab kematian tersering pada pembunuhan anak sendiri adalah mati

lemas atau asfiksia.

Kematian dapat pula diakibatkan oleh proses persalinan (trauma lahir);

kecelakaan (misalnya bayi terjatuh, partus precipitatus); pembunuhan atau

alamiah (penyakit).

1. Trauma lahir. Trauma lahir dapat menyebabkan timbulnya tanda-tanda

kekerasan seperti:

Kaput suksedaneum

Kaput suksedaneum dapat memberikan gambaran mengenai lamanya

persalinan. Makin lama persalinan berlangsung, timbul kaput seksedaneum

yang makin hebat.

Secara makroskopik akan terlihat sebagai edema pada kulit kepala

bagian di daerah presentasi terendah yang berwarna kemerahan. Kaput

suksedaneum dapat melewati perbatasan antar-sutura tulang tengkorak dan

tidak terdapat perdarahan di bawah periosteum tulang tengkorak.

Mikroskopik terlihat jaringan yang mengalami edema dengan perdarahan-

perdarahan di sekitar pembuluh darah.

Sefalhematom

Perdarahan setempat di antara periosteum dan permukaan luar tulang

atap tengkorak dan tifak melampaui sutura tulang tengkorak dan tifak

melampaui sutura tulang tengkorak akibat molase yang hebat.

Page 20: Infanticide Referat

20

Umumnya terdapat pada tulang parietal dan skuama tulang oksipital.

Makroskopik terlihat sebagai perdarahan di bawah periosteum yang terbatas

pada satu tulang dan tidak melewati sutura.

Fraktur tulang tengkorak. Patah tulang tengkorak jarang terjadi pada

trauma lahir, biasanya hanya berupa cekungan tulang saja pada tulang

ubun-ubun (celluloid ball fracture).

Penggunaan forceps dapat menyebabkan fraktur tengkorak dengan

robekan otak.

Perdarahan intracranial yang sering terjadi adalah perdarahan subdural

akibat laserasi tentorium serebeli dan falsk serebri; robekan vena galena

di dekat pertemuannya dengan sinus rektus; robekan sinus sagitalis

superior dan sinus transversus dan robekan bridging veins dekat sinus

sagitalis superior. Perdarahan ini timbul pada molase kepala yang hebat

atau kompresi kepala yang hebat atau kompresi kepala yang cepat dan

mendadak oleh jalan lahir yang belum melemas (pada partus

presipitatus).

Perdarahan subaraknoid atau interventrikuler jarang terjadi. Umumnya

terjadi pada bayi-bayi premature akibat belum sempurna

berkembangnya jaringan-jaringan otak.

Perdarahan epidural sangat jarang terjadi karena durameter melekat

dengan erat pada tulang tengkorak bayi.

Page 21: Infanticide Referat

21

Gambar 3

Fraktur Tulang Tengkorak Pada Bayi

2. Pembekapan

Penekanan yang ringan pada mulut dan hidung bayi yang baru saja

dilahirkan dengan menggunakan bantal atau telapak tangan sebenarnya sudah

cukup untuk mematikkannya tanpa meninggalkan jejas. Namun umunya si

ibu menjadi panik pada saat mendengar tangisan bayi sehingga ia cepat –

cepat membekap hidung dan mulut bayi. Tindakan yang tergesa-gesa dengan

tenaga yang berlebihan itu dapat meninggalkan jejas pada muka bayi. Pada

pembekapan dengan tangan dapat ditemukan luka-luka memar dan lecet yang

masing-masing disebabkan oleh tekanan bagian lunak ujung jari dan oleh

tekanan kuku. Pembekapan dengan menggunakan selimut atau bantal

mungkin tidak menimbulkan luka namun serabut – serabut benang atau

kapuk dapat tertinggal pada muka bayi.

Page 22: Infanticide Referat

22

Gambar 4

Korban pembekapan

3. Penyumbatan

Penyumbatan mulut dan saluran napas bagian atas dengan

menggunakan kertas atau bahan pakaian kadang-kadang dijumpai.

Umumnya benda tersebut ditinggalkan di tempat dan penentuan penyebab

kematian bayi menjadi mudah. Kerusakan mukosa mulut dapat ditemukan.

Kadang – kadang benda penyumbat disingkirkan si ibu setelah bayi

meninggal, maka pada setiap autopsy forensik bayi baru lahir harus diteliti

apakah terdapat kerusakan mukosa mulut dan adakah benda asing di dalam

mulut, misalnya secarik kertas atau serabut-serabut lain. Mulut dan hidung

bayi dapat juga diikat dengan bahan pakaian. Pada umumnya ikatan masih

terdapat pada mayat bayi dan luka lecet dapat ditemukan pada sudut mulut.

Seorang ibu dapat pula menggunakan jari-jari tangannya untuk menyumbat

mulut dan faring bayi. Luka lecet dan memar mungkin ditemukan pada

mukosa mulut dan faring.

Page 23: Infanticide Referat

23

Gambar 5

Korban Penyumbatan

4. Pencekikan

Pada pemeriksaan mayat baru lahir, daerah leher dan tengkuk harus

diperiksa dengan teliti karena pencekikan merupakan cara yang sering

dilakukan dalam pembunuhan anak sendiri. Pada pencekikan dengan kedua

tangan dan dari depan dapat ditemukan luka-luka lecet di daerah tengkuk

dan luka memar di daerah leher. Luka lecet bekas tekanan kuku dapat

berbentuk garis lengkung atau garis lurus. Untuk meredam tangisan bayi, si

ibu mungkin akan membekap mulut bayinya sehingga luka-luka memar dan

lecet dapat ditemukan disekitar mulut.

Page 24: Infanticide Referat

24

Gambar 6

Korban pencekikan manual

(tampak bekas kuku pelaku pada leher korban)

5. Penjeratan

Jerat umunya terdapat in situ pada mayat bayi dan biasanya adalah

suatu benda yang terdapat dekat dengan si ibu. Pada jejas jerat dapat

ditemukan perdarahan kecil-kecil disekitarnya. Sedangkan pada leher dan

muka dapat ditemukan luka lecet akibat tergores kuku si ibu. Tali pusat

juga dapat digunakan untuk menjerat leher bayi, setelah bayi lahir dan tali

pusat belum lahir maka tali pusat diputuskan dan dililitkan erat-erat pada

leher bayi. Namun apabila tali pusat lahir bersamaan dengan bayi maka

tali pusat dililitkan pada leher bayi tanpa diputuskan terlebih dahulu. Tali

pusat menunjukkan tanda bekas digenggam dan ditarik berupa

tertinggalnya Wharton’s Jelly ditempat yang tergenggam serta terdapat

perdarahan. Pemeriksaan paru – paru menunjukkan bayi telah bernapas.

Page 25: Infanticide Referat

25

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Infantisida adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas

anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama setelah

dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.

2. Bahwa kematian bayi tidak selamanya merupakan pembunuhan anak,

akan tetapi selalu mempunyai dimensi yang lain, seperti kemungkinan

akibat proses alamiah atau suatu kecelakaan.

3. Perlu dibuktikan apakah kematian bayi tersebut adalah akibat

tindakan kejahatan atau suatu kematian wajar atau suatu kecelakaan

dan hal ini adalah penting untuk menegakkan hukum.

4. Dalam hubungannya dengan badan penegak hukum, disamping

pentingnya pemeriksaan jenazah bayi perlu juga dilakukan

pemeriksaan terhadap si ibu yang meliputi tanda-tanda bekas

kehamilan, bekas persalinan dan hubungan genetika antara ibu

dengan korban.

5. Penegakan Hukum Pidana dalam penanggulangan pembunuhan bayi

yang dirumuskan dalam perundang-undangan dewasa ini adalah :

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sudah mengatur mengenai

penanggulangan pembunuhan bayi yaitu pasal 341, pasal 342 dan

pasal 343, sedangkan pasal yang berkaitan dengan penelantaran anak

diatur dalam pasal 306 s/d 308 dan pasal 338. Selain itu masih ada

pasal 80 ayat (3) Undang-Undang Perlindungan Anak yang ancaman

hukumannya lebih berat dibandingkan dengan KUHP.