ineke sunarjo

89
TESIS PEMBERIAN EKSTRAK PEGAGAN(CENTELLA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH (WISTAR) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK. INEKE SUNARJO PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012

Upload: doanlien

Post on 09-Dec-2016

242 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: ineke sunarjo

TESIS

PEMBERIAN EKSTRAK PEGAGAN(CENTELLA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH (WISTAR) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK

INEKE SUNARJO

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2012

TESIS

PEMBERIAN EKSTRAK PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH (WISTAR) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK

INEKE SUNARJO NIM 09907610014

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2012

i

PEMBERIAN EKSTRAK PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH (WISTAR) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik

Program Pasca Sarjana Universitas Udayana

INEKE SUNARJO NIM 09907610014

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2012

iI

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 26 MARET 2012

Pembimbing I Pembimbing II

ProfDrdrWimpie Pangkahila SpAnd FAACS ProfDrdrAlex PangkahilaMScSpAnd NIP 19461213 197107 1 001 NIP 194402011964091001

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana

Prof Drdr Wimpie PangkahilaSpAndFAACS Prof Dr drAARaka Sudewi Sp S (K) NIP 19461213 197107 1 001 NIP 19590215 198510 2 001

iiI

Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai

Oleh Panitia Penguji pada

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Pada Tanggal 26 Maret 2012

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No 0144 UN 144 HK 2012

Tanggal 16 Januari 2012

Panitia Penguji Tesis adalah

Ketua Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS

Anggota

1 Prof Drdr Alex PangkahilaMSc SpAnd 2 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK 3 Prof Dr dr AA Gede BudhiartaSpPD-KEMD 4 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas karuniaNya tesis yang berjudul

ldquoPemberian Ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) menurunkan kadar MDA

tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokokrdquo dapat diselesaikan dalam

rangka menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh Gelar Magister pada

Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik kekhususan Anti Aging

Medicine Program Pascasarjana Universitas Udayana

Selama penelitian ini penulis mendapat banyak pengalaman yang dapat

memperkaya wawasan serta menjadi pengalaman berharga dalam proses

pembelajaran hidup penulis baik dari segi ilmiah maupun aspek nilai sosial

Semua ini tidak lepas dari peran serta orang-orang disekeliling penulis yang

senantiasa mendukung dan selalu ada pada saat-saat yang sulit Pada kesempatan

ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat penghargaan dan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada

1 ProfDrdr AA Raka SudewiSpS(K) selaku Direktur Pascasarjana

Universitas Udayana ProfDr Made Budiarsa MA selaku Asdir I dan Prof

Dr Ir Ketut Budi Susrusa MS sekalu Asdir II

2 Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku pembimbing I

dan juga selaku ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas

Udayana yang dengan penuh perhatian telah banyak sekali memberikan

dorongan bimbingan dan masukan yang teliti dan sangat dirasakan

manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini

3 ProfDrdr Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing II yang telah

dengan sabar memberikan dorongan semangat masukan dan saran ilmiah

terutama metode penelitian kepada penulis selama penyusunan tesis ini

4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan

bersemangat membimbing dan banyak sekali memberi masukan serta

pengajaran yang sangat dirasakan manfaatnya pada penulis selama

penyusunan tesis ini

5 Prof Dr dr AA Gede Budhiarta SpPD-KEMD selaku penguji yang telah

banyak memberikan perhatian yang begitu besar bimbingan dan masukan

yang sangat teliti kepada penulis selama penyusunan tesis ini

6 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali

membimbing dan member masukan yang kritis serta pengajaran yang sangat

dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyususnan tesis ini

7 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah banyak membantu selama

melakukan penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana

8 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah banyak membantu memberikan

masukan dan saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi

penulis dalam menyusun tesis ini

9 Bapak Khamdan bagian Bioteknologi Universitas Udayana yang telah

membantu dalam pembuatan ekstrak pegagan bagi penulis

10 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi dan

Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-teman

v

mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging Medicine

atas doa semangat dan dorongannya

11 Keluarga besar tercinta suami (Surjadi Widjaya) putra putri tercinta

(Audrey Andrew dan Ashley) orang tua serta mertua atas doa dukungan

pengertian dan selalu memberikan dorongan selama penulis menempuh

pendidikan ini

Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-teman dan semua pihak

yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut

membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini semoga Tuhan Yang

Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada semua pihak

yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis

sekeluarga

Akhir kata semoga hasil penelitian ini akan banyak bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan Semoga Tuhan memberkati kita semua

Denpasar Maret 2012

Penulis

vii

ABSTRAK

PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PEGAGAN (CENTELA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH YANG DIPAPAR ASAP

ROKOK

Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahluk hidup Pada penuaan terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu sehingga dapat menyebabkan kerusakan gangguan sampai kematian sel Senyawa radikal bebas mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Pada keadaan stress oksidatif diperlukan antioksidan yang cukup dan optimal kedalam tubuh Rokok dapat menimbulkan Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Penelitian ini menggunakan ekstrak pegagan (Centella Asiatica) yang merupakan antioksidan dimana didalamnya terdapat kandungan triterpenoid saponin polifenol dan alkaloid yang dapat memperbaiki peroksidasi lipid yang ditimbulkan oleh asap rokok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Oktober-November 2011 Penelitian menggunakan tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok Dalam penelitian ini digunakan 14 ekor tikus putih sebagai sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok Kelompok 1 adalah kelompok kontrol yang dipapar asap rokok dan diberikan aquabides Kelompok 2 adalah kelompok perlakuan yaitu dipapar asap rokok dan diberikan ekstrak pegagan 300 mgkg bb Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat penurunan kadar MDA dari 600mmollplusmn062 menjadi 552mmollplusmn047 atau 05 sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat penurunan kadar MDA dari 597mmollplusmn053 menjadi 319mmolplusmn034 atau sebesar 4203 Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak pegagan menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia Kata kunci ekstrak pegagan kadar MDA asap rokok tikus

viii

ABSTRACT

PEGAGAN EXTRACT (CENTELLA ASIATICA) DECREASE MDA LEVEL OF ALBINO RATS EXPOSED CIGARETTE SMOKE Aging is a physiological process that will be experienced by all living organisms In aging the accumulation of damage by free radicals in the cell all the time so as to cause damage disruption to cell death Free radical will attack cell membrane which is contain lipid bilayer (lipid peroxidation) In the state of oxidative stress is necessary and sufficient optimal antioxidants into the body Smoking can cause ROS that can cause oxidative stress through the mechanism of cell membrane lipid destruction In this study used extracts of Pegagan (Centella Asiatica) which is the antioxidant content in which there are triterpenoid saponins polyphenols and alkaloids that can improve the lipid peroxidation induced by cigarette smoke This study aims to determine the decrease in MDA levels in albino rats exposed to cigarette smoke This experimental study has been conducted as pre-post test control group design at Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in October-November 2011 The research using albino rats (Wistar) are exposed to cigarette smoke This study using 14 white rats as a sample that is divided into 2 groups Group 1 was the control group which were exposed to cigarette smoke and administered aquabides Group 2 is the treatment group is exposed to secondhand smoke and pegagan extracts administered 300 mg kg bw The results showed that in the control group there were decreased levels of MDA of 600mmoll plusmn 062 to 552mmoll plusmn 047 or 05 while in the treated group there were decreased levels of MDA of 597mmoll plusmn 053 to 319mmoll plusmn 034 or by 4203 This means statistically evaluated that the decrease of MDA in the treated group was significantly different (p lt005) This study concluded that administration of Centella asiatica extract can lower levels of MDA in the rat is exposed to cigarette smoke It is recommended to perform further in vivo studies in experimental animals and in humans Keywords pegagan extract MDA levels cigarette smoke rats

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i

PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii

LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv

UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii

ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

BAB I PENDAHULUAN

11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5

13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

x

212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9

22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13

23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27

253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28

254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30

255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35

2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

xi

31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39

33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43

433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

xii

46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisis Efek Perlakuan 55

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 69

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan

Perlakuan 55

Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan

Perlakuan 56

Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57

xv

DAFTAR SINGKATAN

BHA Butil Hidroksi Anisol

BHT Butil Hidtoksi Toluen

Cat Catalase

DHEA Dihidroepyandrosteron

DNA Deoxyribonucleic Acid

DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl

FSH Follicle Stimulating Hormone

GH Growth Hormone

GPx Gluthathion Peroxidase

H2O2 Hidrogen Peroksida

IGF Insulin Growth Factor

LH Luteineizing Hormone

MDA Malondialdehide

NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

xvi

ROS Reactive Oxygen Species

RNS Reactive Nitrogen Species

RSS Reactive Sulfur Species

TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon

TBARS Thiobarbituric acid reactive substances

WHO World Health Organization

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh

seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat

banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu

Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung

seiring dengan bertambahnya waktu

Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi

organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun

sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)

Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging

Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai

suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali

ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan

begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu

mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila

2007)

Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit

degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan

sehat (Immanuel 2008)

1

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori

penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini

menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi

kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan

merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut

sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA

(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi

oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas

mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau

penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)

lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas

antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan

RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)

Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok

terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok

juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai

patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun

dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles

2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress

oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 2: ineke sunarjo

TESIS

PEMBERIAN EKSTRAK PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH (WISTAR) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK

INEKE SUNARJO NIM 09907610014

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2012

i

PEMBERIAN EKSTRAK PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH (WISTAR) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik

Program Pasca Sarjana Universitas Udayana

INEKE SUNARJO NIM 09907610014

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2012

iI

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 26 MARET 2012

Pembimbing I Pembimbing II

ProfDrdrWimpie Pangkahila SpAnd FAACS ProfDrdrAlex PangkahilaMScSpAnd NIP 19461213 197107 1 001 NIP 194402011964091001

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana

Prof Drdr Wimpie PangkahilaSpAndFAACS Prof Dr drAARaka Sudewi Sp S (K) NIP 19461213 197107 1 001 NIP 19590215 198510 2 001

iiI

Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai

Oleh Panitia Penguji pada

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Pada Tanggal 26 Maret 2012

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No 0144 UN 144 HK 2012

Tanggal 16 Januari 2012

Panitia Penguji Tesis adalah

Ketua Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS

Anggota

1 Prof Drdr Alex PangkahilaMSc SpAnd 2 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK 3 Prof Dr dr AA Gede BudhiartaSpPD-KEMD 4 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas karuniaNya tesis yang berjudul

ldquoPemberian Ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) menurunkan kadar MDA

tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokokrdquo dapat diselesaikan dalam

rangka menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh Gelar Magister pada

Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik kekhususan Anti Aging

Medicine Program Pascasarjana Universitas Udayana

Selama penelitian ini penulis mendapat banyak pengalaman yang dapat

memperkaya wawasan serta menjadi pengalaman berharga dalam proses

pembelajaran hidup penulis baik dari segi ilmiah maupun aspek nilai sosial

Semua ini tidak lepas dari peran serta orang-orang disekeliling penulis yang

senantiasa mendukung dan selalu ada pada saat-saat yang sulit Pada kesempatan

ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat penghargaan dan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada

1 ProfDrdr AA Raka SudewiSpS(K) selaku Direktur Pascasarjana

Universitas Udayana ProfDr Made Budiarsa MA selaku Asdir I dan Prof

Dr Ir Ketut Budi Susrusa MS sekalu Asdir II

2 Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku pembimbing I

dan juga selaku ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas

Udayana yang dengan penuh perhatian telah banyak sekali memberikan

dorongan bimbingan dan masukan yang teliti dan sangat dirasakan

manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini

3 ProfDrdr Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing II yang telah

dengan sabar memberikan dorongan semangat masukan dan saran ilmiah

terutama metode penelitian kepada penulis selama penyusunan tesis ini

4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan

bersemangat membimbing dan banyak sekali memberi masukan serta

pengajaran yang sangat dirasakan manfaatnya pada penulis selama

penyusunan tesis ini

5 Prof Dr dr AA Gede Budhiarta SpPD-KEMD selaku penguji yang telah

banyak memberikan perhatian yang begitu besar bimbingan dan masukan

yang sangat teliti kepada penulis selama penyusunan tesis ini

6 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali

membimbing dan member masukan yang kritis serta pengajaran yang sangat

dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyususnan tesis ini

7 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah banyak membantu selama

melakukan penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana

8 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah banyak membantu memberikan

masukan dan saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi

penulis dalam menyusun tesis ini

9 Bapak Khamdan bagian Bioteknologi Universitas Udayana yang telah

membantu dalam pembuatan ekstrak pegagan bagi penulis

10 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi dan

Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-teman

v

mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging Medicine

atas doa semangat dan dorongannya

11 Keluarga besar tercinta suami (Surjadi Widjaya) putra putri tercinta

(Audrey Andrew dan Ashley) orang tua serta mertua atas doa dukungan

pengertian dan selalu memberikan dorongan selama penulis menempuh

pendidikan ini

Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-teman dan semua pihak

yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut

membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini semoga Tuhan Yang

Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada semua pihak

yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis

sekeluarga

Akhir kata semoga hasil penelitian ini akan banyak bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan Semoga Tuhan memberkati kita semua

Denpasar Maret 2012

Penulis

vii

ABSTRAK

PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PEGAGAN (CENTELA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH YANG DIPAPAR ASAP

ROKOK

Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahluk hidup Pada penuaan terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu sehingga dapat menyebabkan kerusakan gangguan sampai kematian sel Senyawa radikal bebas mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Pada keadaan stress oksidatif diperlukan antioksidan yang cukup dan optimal kedalam tubuh Rokok dapat menimbulkan Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Penelitian ini menggunakan ekstrak pegagan (Centella Asiatica) yang merupakan antioksidan dimana didalamnya terdapat kandungan triterpenoid saponin polifenol dan alkaloid yang dapat memperbaiki peroksidasi lipid yang ditimbulkan oleh asap rokok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Oktober-November 2011 Penelitian menggunakan tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok Dalam penelitian ini digunakan 14 ekor tikus putih sebagai sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok Kelompok 1 adalah kelompok kontrol yang dipapar asap rokok dan diberikan aquabides Kelompok 2 adalah kelompok perlakuan yaitu dipapar asap rokok dan diberikan ekstrak pegagan 300 mgkg bb Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat penurunan kadar MDA dari 600mmollplusmn062 menjadi 552mmollplusmn047 atau 05 sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat penurunan kadar MDA dari 597mmollplusmn053 menjadi 319mmolplusmn034 atau sebesar 4203 Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak pegagan menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia Kata kunci ekstrak pegagan kadar MDA asap rokok tikus

viii

ABSTRACT

PEGAGAN EXTRACT (CENTELLA ASIATICA) DECREASE MDA LEVEL OF ALBINO RATS EXPOSED CIGARETTE SMOKE Aging is a physiological process that will be experienced by all living organisms In aging the accumulation of damage by free radicals in the cell all the time so as to cause damage disruption to cell death Free radical will attack cell membrane which is contain lipid bilayer (lipid peroxidation) In the state of oxidative stress is necessary and sufficient optimal antioxidants into the body Smoking can cause ROS that can cause oxidative stress through the mechanism of cell membrane lipid destruction In this study used extracts of Pegagan (Centella Asiatica) which is the antioxidant content in which there are triterpenoid saponins polyphenols and alkaloids that can improve the lipid peroxidation induced by cigarette smoke This study aims to determine the decrease in MDA levels in albino rats exposed to cigarette smoke This experimental study has been conducted as pre-post test control group design at Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in October-November 2011 The research using albino rats (Wistar) are exposed to cigarette smoke This study using 14 white rats as a sample that is divided into 2 groups Group 1 was the control group which were exposed to cigarette smoke and administered aquabides Group 2 is the treatment group is exposed to secondhand smoke and pegagan extracts administered 300 mg kg bw The results showed that in the control group there were decreased levels of MDA of 600mmoll plusmn 062 to 552mmoll plusmn 047 or 05 while in the treated group there were decreased levels of MDA of 597mmoll plusmn 053 to 319mmoll plusmn 034 or by 4203 This means statistically evaluated that the decrease of MDA in the treated group was significantly different (p lt005) This study concluded that administration of Centella asiatica extract can lower levels of MDA in the rat is exposed to cigarette smoke It is recommended to perform further in vivo studies in experimental animals and in humans Keywords pegagan extract MDA levels cigarette smoke rats

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i

PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii

LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv

UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii

ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

BAB I PENDAHULUAN

11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5

13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

x

212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9

22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13

23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27

253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28

254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30

255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35

2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

xi

31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39

33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43

433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

xii

46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisis Efek Perlakuan 55

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 69

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan

Perlakuan 55

Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan

Perlakuan 56

Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57

xv

DAFTAR SINGKATAN

BHA Butil Hidroksi Anisol

BHT Butil Hidtoksi Toluen

Cat Catalase

DHEA Dihidroepyandrosteron

DNA Deoxyribonucleic Acid

DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl

FSH Follicle Stimulating Hormone

GH Growth Hormone

GPx Gluthathion Peroxidase

H2O2 Hidrogen Peroksida

IGF Insulin Growth Factor

LH Luteineizing Hormone

MDA Malondialdehide

NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

xvi

ROS Reactive Oxygen Species

RNS Reactive Nitrogen Species

RSS Reactive Sulfur Species

TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon

TBARS Thiobarbituric acid reactive substances

WHO World Health Organization

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh

seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat

banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu

Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung

seiring dengan bertambahnya waktu

Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi

organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun

sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)

Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging

Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai

suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali

ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan

begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu

mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila

2007)

Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit

degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan

sehat (Immanuel 2008)

1

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori

penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini

menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi

kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan

merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut

sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA

(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi

oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas

mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau

penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)

lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas

antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan

RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)

Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok

terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok

juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai

patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun

dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles

2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress

oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 3: ineke sunarjo

PEMBERIAN EKSTRAK PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH (WISTAR) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik

Program Pasca Sarjana Universitas Udayana

INEKE SUNARJO NIM 09907610014

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2012

iI

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 26 MARET 2012

Pembimbing I Pembimbing II

ProfDrdrWimpie Pangkahila SpAnd FAACS ProfDrdrAlex PangkahilaMScSpAnd NIP 19461213 197107 1 001 NIP 194402011964091001

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana

Prof Drdr Wimpie PangkahilaSpAndFAACS Prof Dr drAARaka Sudewi Sp S (K) NIP 19461213 197107 1 001 NIP 19590215 198510 2 001

iiI

Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai

Oleh Panitia Penguji pada

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Pada Tanggal 26 Maret 2012

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No 0144 UN 144 HK 2012

Tanggal 16 Januari 2012

Panitia Penguji Tesis adalah

Ketua Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS

Anggota

1 Prof Drdr Alex PangkahilaMSc SpAnd 2 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK 3 Prof Dr dr AA Gede BudhiartaSpPD-KEMD 4 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas karuniaNya tesis yang berjudul

ldquoPemberian Ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) menurunkan kadar MDA

tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokokrdquo dapat diselesaikan dalam

rangka menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh Gelar Magister pada

Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik kekhususan Anti Aging

Medicine Program Pascasarjana Universitas Udayana

Selama penelitian ini penulis mendapat banyak pengalaman yang dapat

memperkaya wawasan serta menjadi pengalaman berharga dalam proses

pembelajaran hidup penulis baik dari segi ilmiah maupun aspek nilai sosial

Semua ini tidak lepas dari peran serta orang-orang disekeliling penulis yang

senantiasa mendukung dan selalu ada pada saat-saat yang sulit Pada kesempatan

ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat penghargaan dan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada

1 ProfDrdr AA Raka SudewiSpS(K) selaku Direktur Pascasarjana

Universitas Udayana ProfDr Made Budiarsa MA selaku Asdir I dan Prof

Dr Ir Ketut Budi Susrusa MS sekalu Asdir II

2 Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku pembimbing I

dan juga selaku ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas

Udayana yang dengan penuh perhatian telah banyak sekali memberikan

dorongan bimbingan dan masukan yang teliti dan sangat dirasakan

manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini

3 ProfDrdr Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing II yang telah

dengan sabar memberikan dorongan semangat masukan dan saran ilmiah

terutama metode penelitian kepada penulis selama penyusunan tesis ini

4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan

bersemangat membimbing dan banyak sekali memberi masukan serta

pengajaran yang sangat dirasakan manfaatnya pada penulis selama

penyusunan tesis ini

5 Prof Dr dr AA Gede Budhiarta SpPD-KEMD selaku penguji yang telah

banyak memberikan perhatian yang begitu besar bimbingan dan masukan

yang sangat teliti kepada penulis selama penyusunan tesis ini

6 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali

membimbing dan member masukan yang kritis serta pengajaran yang sangat

dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyususnan tesis ini

7 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah banyak membantu selama

melakukan penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana

8 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah banyak membantu memberikan

masukan dan saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi

penulis dalam menyusun tesis ini

9 Bapak Khamdan bagian Bioteknologi Universitas Udayana yang telah

membantu dalam pembuatan ekstrak pegagan bagi penulis

10 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi dan

Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-teman

v

mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging Medicine

atas doa semangat dan dorongannya

11 Keluarga besar tercinta suami (Surjadi Widjaya) putra putri tercinta

(Audrey Andrew dan Ashley) orang tua serta mertua atas doa dukungan

pengertian dan selalu memberikan dorongan selama penulis menempuh

pendidikan ini

Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-teman dan semua pihak

yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut

membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini semoga Tuhan Yang

Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada semua pihak

yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis

sekeluarga

Akhir kata semoga hasil penelitian ini akan banyak bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan Semoga Tuhan memberkati kita semua

Denpasar Maret 2012

Penulis

vii

ABSTRAK

PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PEGAGAN (CENTELA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH YANG DIPAPAR ASAP

ROKOK

Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahluk hidup Pada penuaan terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu sehingga dapat menyebabkan kerusakan gangguan sampai kematian sel Senyawa radikal bebas mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Pada keadaan stress oksidatif diperlukan antioksidan yang cukup dan optimal kedalam tubuh Rokok dapat menimbulkan Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Penelitian ini menggunakan ekstrak pegagan (Centella Asiatica) yang merupakan antioksidan dimana didalamnya terdapat kandungan triterpenoid saponin polifenol dan alkaloid yang dapat memperbaiki peroksidasi lipid yang ditimbulkan oleh asap rokok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Oktober-November 2011 Penelitian menggunakan tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok Dalam penelitian ini digunakan 14 ekor tikus putih sebagai sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok Kelompok 1 adalah kelompok kontrol yang dipapar asap rokok dan diberikan aquabides Kelompok 2 adalah kelompok perlakuan yaitu dipapar asap rokok dan diberikan ekstrak pegagan 300 mgkg bb Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat penurunan kadar MDA dari 600mmollplusmn062 menjadi 552mmollplusmn047 atau 05 sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat penurunan kadar MDA dari 597mmollplusmn053 menjadi 319mmolplusmn034 atau sebesar 4203 Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak pegagan menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia Kata kunci ekstrak pegagan kadar MDA asap rokok tikus

viii

ABSTRACT

PEGAGAN EXTRACT (CENTELLA ASIATICA) DECREASE MDA LEVEL OF ALBINO RATS EXPOSED CIGARETTE SMOKE Aging is a physiological process that will be experienced by all living organisms In aging the accumulation of damage by free radicals in the cell all the time so as to cause damage disruption to cell death Free radical will attack cell membrane which is contain lipid bilayer (lipid peroxidation) In the state of oxidative stress is necessary and sufficient optimal antioxidants into the body Smoking can cause ROS that can cause oxidative stress through the mechanism of cell membrane lipid destruction In this study used extracts of Pegagan (Centella Asiatica) which is the antioxidant content in which there are triterpenoid saponins polyphenols and alkaloids that can improve the lipid peroxidation induced by cigarette smoke This study aims to determine the decrease in MDA levels in albino rats exposed to cigarette smoke This experimental study has been conducted as pre-post test control group design at Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in October-November 2011 The research using albino rats (Wistar) are exposed to cigarette smoke This study using 14 white rats as a sample that is divided into 2 groups Group 1 was the control group which were exposed to cigarette smoke and administered aquabides Group 2 is the treatment group is exposed to secondhand smoke and pegagan extracts administered 300 mg kg bw The results showed that in the control group there were decreased levels of MDA of 600mmoll plusmn 062 to 552mmoll plusmn 047 or 05 while in the treated group there were decreased levels of MDA of 597mmoll plusmn 053 to 319mmoll plusmn 034 or by 4203 This means statistically evaluated that the decrease of MDA in the treated group was significantly different (p lt005) This study concluded that administration of Centella asiatica extract can lower levels of MDA in the rat is exposed to cigarette smoke It is recommended to perform further in vivo studies in experimental animals and in humans Keywords pegagan extract MDA levels cigarette smoke rats

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i

PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii

LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv

UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii

ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

BAB I PENDAHULUAN

11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5

13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

x

212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9

22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13

23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27

253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28

254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30

255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35

2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

xi

31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39

33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43

433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

xii

46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisis Efek Perlakuan 55

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 69

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan

Perlakuan 55

Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan

Perlakuan 56

Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57

xv

DAFTAR SINGKATAN

BHA Butil Hidroksi Anisol

BHT Butil Hidtoksi Toluen

Cat Catalase

DHEA Dihidroepyandrosteron

DNA Deoxyribonucleic Acid

DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl

FSH Follicle Stimulating Hormone

GH Growth Hormone

GPx Gluthathion Peroxidase

H2O2 Hidrogen Peroksida

IGF Insulin Growth Factor

LH Luteineizing Hormone

MDA Malondialdehide

NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

xvi

ROS Reactive Oxygen Species

RNS Reactive Nitrogen Species

RSS Reactive Sulfur Species

TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon

TBARS Thiobarbituric acid reactive substances

WHO World Health Organization

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh

seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat

banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu

Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung

seiring dengan bertambahnya waktu

Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi

organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun

sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)

Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging

Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai

suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali

ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan

begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu

mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila

2007)

Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit

degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan

sehat (Immanuel 2008)

1

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori

penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini

menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi

kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan

merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut

sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA

(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi

oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas

mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau

penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)

lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas

antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan

RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)

Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok

terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok

juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai

patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun

dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles

2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress

oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 4: ineke sunarjo

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 26 MARET 2012

Pembimbing I Pembimbing II

ProfDrdrWimpie Pangkahila SpAnd FAACS ProfDrdrAlex PangkahilaMScSpAnd NIP 19461213 197107 1 001 NIP 194402011964091001

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana

Prof Drdr Wimpie PangkahilaSpAndFAACS Prof Dr drAARaka Sudewi Sp S (K) NIP 19461213 197107 1 001 NIP 19590215 198510 2 001

iiI

Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai

Oleh Panitia Penguji pada

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Pada Tanggal 26 Maret 2012

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No 0144 UN 144 HK 2012

Tanggal 16 Januari 2012

Panitia Penguji Tesis adalah

Ketua Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS

Anggota

1 Prof Drdr Alex PangkahilaMSc SpAnd 2 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK 3 Prof Dr dr AA Gede BudhiartaSpPD-KEMD 4 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas karuniaNya tesis yang berjudul

ldquoPemberian Ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) menurunkan kadar MDA

tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokokrdquo dapat diselesaikan dalam

rangka menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh Gelar Magister pada

Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik kekhususan Anti Aging

Medicine Program Pascasarjana Universitas Udayana

Selama penelitian ini penulis mendapat banyak pengalaman yang dapat

memperkaya wawasan serta menjadi pengalaman berharga dalam proses

pembelajaran hidup penulis baik dari segi ilmiah maupun aspek nilai sosial

Semua ini tidak lepas dari peran serta orang-orang disekeliling penulis yang

senantiasa mendukung dan selalu ada pada saat-saat yang sulit Pada kesempatan

ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat penghargaan dan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada

1 ProfDrdr AA Raka SudewiSpS(K) selaku Direktur Pascasarjana

Universitas Udayana ProfDr Made Budiarsa MA selaku Asdir I dan Prof

Dr Ir Ketut Budi Susrusa MS sekalu Asdir II

2 Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku pembimbing I

dan juga selaku ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas

Udayana yang dengan penuh perhatian telah banyak sekali memberikan

dorongan bimbingan dan masukan yang teliti dan sangat dirasakan

manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini

3 ProfDrdr Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing II yang telah

dengan sabar memberikan dorongan semangat masukan dan saran ilmiah

terutama metode penelitian kepada penulis selama penyusunan tesis ini

4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan

bersemangat membimbing dan banyak sekali memberi masukan serta

pengajaran yang sangat dirasakan manfaatnya pada penulis selama

penyusunan tesis ini

5 Prof Dr dr AA Gede Budhiarta SpPD-KEMD selaku penguji yang telah

banyak memberikan perhatian yang begitu besar bimbingan dan masukan

yang sangat teliti kepada penulis selama penyusunan tesis ini

6 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali

membimbing dan member masukan yang kritis serta pengajaran yang sangat

dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyususnan tesis ini

7 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah banyak membantu selama

melakukan penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana

8 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah banyak membantu memberikan

masukan dan saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi

penulis dalam menyusun tesis ini

9 Bapak Khamdan bagian Bioteknologi Universitas Udayana yang telah

membantu dalam pembuatan ekstrak pegagan bagi penulis

10 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi dan

Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-teman

v

mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging Medicine

atas doa semangat dan dorongannya

11 Keluarga besar tercinta suami (Surjadi Widjaya) putra putri tercinta

(Audrey Andrew dan Ashley) orang tua serta mertua atas doa dukungan

pengertian dan selalu memberikan dorongan selama penulis menempuh

pendidikan ini

Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-teman dan semua pihak

yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut

membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini semoga Tuhan Yang

Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada semua pihak

yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis

sekeluarga

Akhir kata semoga hasil penelitian ini akan banyak bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan Semoga Tuhan memberkati kita semua

Denpasar Maret 2012

Penulis

vii

ABSTRAK

PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PEGAGAN (CENTELA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH YANG DIPAPAR ASAP

ROKOK

Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahluk hidup Pada penuaan terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu sehingga dapat menyebabkan kerusakan gangguan sampai kematian sel Senyawa radikal bebas mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Pada keadaan stress oksidatif diperlukan antioksidan yang cukup dan optimal kedalam tubuh Rokok dapat menimbulkan Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Penelitian ini menggunakan ekstrak pegagan (Centella Asiatica) yang merupakan antioksidan dimana didalamnya terdapat kandungan triterpenoid saponin polifenol dan alkaloid yang dapat memperbaiki peroksidasi lipid yang ditimbulkan oleh asap rokok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Oktober-November 2011 Penelitian menggunakan tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok Dalam penelitian ini digunakan 14 ekor tikus putih sebagai sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok Kelompok 1 adalah kelompok kontrol yang dipapar asap rokok dan diberikan aquabides Kelompok 2 adalah kelompok perlakuan yaitu dipapar asap rokok dan diberikan ekstrak pegagan 300 mgkg bb Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat penurunan kadar MDA dari 600mmollplusmn062 menjadi 552mmollplusmn047 atau 05 sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat penurunan kadar MDA dari 597mmollplusmn053 menjadi 319mmolplusmn034 atau sebesar 4203 Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak pegagan menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia Kata kunci ekstrak pegagan kadar MDA asap rokok tikus

viii

ABSTRACT

PEGAGAN EXTRACT (CENTELLA ASIATICA) DECREASE MDA LEVEL OF ALBINO RATS EXPOSED CIGARETTE SMOKE Aging is a physiological process that will be experienced by all living organisms In aging the accumulation of damage by free radicals in the cell all the time so as to cause damage disruption to cell death Free radical will attack cell membrane which is contain lipid bilayer (lipid peroxidation) In the state of oxidative stress is necessary and sufficient optimal antioxidants into the body Smoking can cause ROS that can cause oxidative stress through the mechanism of cell membrane lipid destruction In this study used extracts of Pegagan (Centella Asiatica) which is the antioxidant content in which there are triterpenoid saponins polyphenols and alkaloids that can improve the lipid peroxidation induced by cigarette smoke This study aims to determine the decrease in MDA levels in albino rats exposed to cigarette smoke This experimental study has been conducted as pre-post test control group design at Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in October-November 2011 The research using albino rats (Wistar) are exposed to cigarette smoke This study using 14 white rats as a sample that is divided into 2 groups Group 1 was the control group which were exposed to cigarette smoke and administered aquabides Group 2 is the treatment group is exposed to secondhand smoke and pegagan extracts administered 300 mg kg bw The results showed that in the control group there were decreased levels of MDA of 600mmoll plusmn 062 to 552mmoll plusmn 047 or 05 while in the treated group there were decreased levels of MDA of 597mmoll plusmn 053 to 319mmoll plusmn 034 or by 4203 This means statistically evaluated that the decrease of MDA in the treated group was significantly different (p lt005) This study concluded that administration of Centella asiatica extract can lower levels of MDA in the rat is exposed to cigarette smoke It is recommended to perform further in vivo studies in experimental animals and in humans Keywords pegagan extract MDA levels cigarette smoke rats

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i

PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii

LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv

UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii

ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

BAB I PENDAHULUAN

11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5

13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

x

212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9

22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13

23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27

253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28

254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30

255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35

2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

xi

31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39

33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43

433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

xii

46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisis Efek Perlakuan 55

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 69

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan

Perlakuan 55

Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan

Perlakuan 56

Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57

xv

DAFTAR SINGKATAN

BHA Butil Hidroksi Anisol

BHT Butil Hidtoksi Toluen

Cat Catalase

DHEA Dihidroepyandrosteron

DNA Deoxyribonucleic Acid

DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl

FSH Follicle Stimulating Hormone

GH Growth Hormone

GPx Gluthathion Peroxidase

H2O2 Hidrogen Peroksida

IGF Insulin Growth Factor

LH Luteineizing Hormone

MDA Malondialdehide

NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

xvi

ROS Reactive Oxygen Species

RNS Reactive Nitrogen Species

RSS Reactive Sulfur Species

TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon

TBARS Thiobarbituric acid reactive substances

WHO World Health Organization

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh

seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat

banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu

Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung

seiring dengan bertambahnya waktu

Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi

organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun

sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)

Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging

Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai

suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali

ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan

begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu

mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila

2007)

Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit

degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan

sehat (Immanuel 2008)

1

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori

penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini

menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi

kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan

merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut

sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA

(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi

oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas

mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau

penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)

lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas

antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan

RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)

Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok

terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok

juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai

patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun

dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles

2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress

oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 5: ineke sunarjo

Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai

Oleh Panitia Penguji pada

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Pada Tanggal 26 Maret 2012

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No 0144 UN 144 HK 2012

Tanggal 16 Januari 2012

Panitia Penguji Tesis adalah

Ketua Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS

Anggota

1 Prof Drdr Alex PangkahilaMSc SpAnd 2 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK 3 Prof Dr dr AA Gede BudhiartaSpPD-KEMD 4 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas karuniaNya tesis yang berjudul

ldquoPemberian Ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) menurunkan kadar MDA

tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokokrdquo dapat diselesaikan dalam

rangka menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh Gelar Magister pada

Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik kekhususan Anti Aging

Medicine Program Pascasarjana Universitas Udayana

Selama penelitian ini penulis mendapat banyak pengalaman yang dapat

memperkaya wawasan serta menjadi pengalaman berharga dalam proses

pembelajaran hidup penulis baik dari segi ilmiah maupun aspek nilai sosial

Semua ini tidak lepas dari peran serta orang-orang disekeliling penulis yang

senantiasa mendukung dan selalu ada pada saat-saat yang sulit Pada kesempatan

ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat penghargaan dan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada

1 ProfDrdr AA Raka SudewiSpS(K) selaku Direktur Pascasarjana

Universitas Udayana ProfDr Made Budiarsa MA selaku Asdir I dan Prof

Dr Ir Ketut Budi Susrusa MS sekalu Asdir II

2 Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku pembimbing I

dan juga selaku ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas

Udayana yang dengan penuh perhatian telah banyak sekali memberikan

dorongan bimbingan dan masukan yang teliti dan sangat dirasakan

manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini

3 ProfDrdr Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing II yang telah

dengan sabar memberikan dorongan semangat masukan dan saran ilmiah

terutama metode penelitian kepada penulis selama penyusunan tesis ini

4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan

bersemangat membimbing dan banyak sekali memberi masukan serta

pengajaran yang sangat dirasakan manfaatnya pada penulis selama

penyusunan tesis ini

5 Prof Dr dr AA Gede Budhiarta SpPD-KEMD selaku penguji yang telah

banyak memberikan perhatian yang begitu besar bimbingan dan masukan

yang sangat teliti kepada penulis selama penyusunan tesis ini

6 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali

membimbing dan member masukan yang kritis serta pengajaran yang sangat

dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyususnan tesis ini

7 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah banyak membantu selama

melakukan penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana

8 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah banyak membantu memberikan

masukan dan saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi

penulis dalam menyusun tesis ini

9 Bapak Khamdan bagian Bioteknologi Universitas Udayana yang telah

membantu dalam pembuatan ekstrak pegagan bagi penulis

10 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi dan

Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-teman

v

mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging Medicine

atas doa semangat dan dorongannya

11 Keluarga besar tercinta suami (Surjadi Widjaya) putra putri tercinta

(Audrey Andrew dan Ashley) orang tua serta mertua atas doa dukungan

pengertian dan selalu memberikan dorongan selama penulis menempuh

pendidikan ini

Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-teman dan semua pihak

yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut

membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini semoga Tuhan Yang

Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada semua pihak

yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis

sekeluarga

Akhir kata semoga hasil penelitian ini akan banyak bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan Semoga Tuhan memberkati kita semua

Denpasar Maret 2012

Penulis

vii

ABSTRAK

PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PEGAGAN (CENTELA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH YANG DIPAPAR ASAP

ROKOK

Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahluk hidup Pada penuaan terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu sehingga dapat menyebabkan kerusakan gangguan sampai kematian sel Senyawa radikal bebas mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Pada keadaan stress oksidatif diperlukan antioksidan yang cukup dan optimal kedalam tubuh Rokok dapat menimbulkan Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Penelitian ini menggunakan ekstrak pegagan (Centella Asiatica) yang merupakan antioksidan dimana didalamnya terdapat kandungan triterpenoid saponin polifenol dan alkaloid yang dapat memperbaiki peroksidasi lipid yang ditimbulkan oleh asap rokok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Oktober-November 2011 Penelitian menggunakan tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok Dalam penelitian ini digunakan 14 ekor tikus putih sebagai sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok Kelompok 1 adalah kelompok kontrol yang dipapar asap rokok dan diberikan aquabides Kelompok 2 adalah kelompok perlakuan yaitu dipapar asap rokok dan diberikan ekstrak pegagan 300 mgkg bb Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat penurunan kadar MDA dari 600mmollplusmn062 menjadi 552mmollplusmn047 atau 05 sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat penurunan kadar MDA dari 597mmollplusmn053 menjadi 319mmolplusmn034 atau sebesar 4203 Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak pegagan menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia Kata kunci ekstrak pegagan kadar MDA asap rokok tikus

viii

ABSTRACT

PEGAGAN EXTRACT (CENTELLA ASIATICA) DECREASE MDA LEVEL OF ALBINO RATS EXPOSED CIGARETTE SMOKE Aging is a physiological process that will be experienced by all living organisms In aging the accumulation of damage by free radicals in the cell all the time so as to cause damage disruption to cell death Free radical will attack cell membrane which is contain lipid bilayer (lipid peroxidation) In the state of oxidative stress is necessary and sufficient optimal antioxidants into the body Smoking can cause ROS that can cause oxidative stress through the mechanism of cell membrane lipid destruction In this study used extracts of Pegagan (Centella Asiatica) which is the antioxidant content in which there are triterpenoid saponins polyphenols and alkaloids that can improve the lipid peroxidation induced by cigarette smoke This study aims to determine the decrease in MDA levels in albino rats exposed to cigarette smoke This experimental study has been conducted as pre-post test control group design at Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in October-November 2011 The research using albino rats (Wistar) are exposed to cigarette smoke This study using 14 white rats as a sample that is divided into 2 groups Group 1 was the control group which were exposed to cigarette smoke and administered aquabides Group 2 is the treatment group is exposed to secondhand smoke and pegagan extracts administered 300 mg kg bw The results showed that in the control group there were decreased levels of MDA of 600mmoll plusmn 062 to 552mmoll plusmn 047 or 05 while in the treated group there were decreased levels of MDA of 597mmoll plusmn 053 to 319mmoll plusmn 034 or by 4203 This means statistically evaluated that the decrease of MDA in the treated group was significantly different (p lt005) This study concluded that administration of Centella asiatica extract can lower levels of MDA in the rat is exposed to cigarette smoke It is recommended to perform further in vivo studies in experimental animals and in humans Keywords pegagan extract MDA levels cigarette smoke rats

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i

PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii

LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv

UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii

ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

BAB I PENDAHULUAN

11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5

13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

x

212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9

22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13

23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27

253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28

254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30

255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35

2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

xi

31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39

33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43

433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

xii

46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisis Efek Perlakuan 55

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 69

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan

Perlakuan 55

Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan

Perlakuan 56

Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57

xv

DAFTAR SINGKATAN

BHA Butil Hidroksi Anisol

BHT Butil Hidtoksi Toluen

Cat Catalase

DHEA Dihidroepyandrosteron

DNA Deoxyribonucleic Acid

DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl

FSH Follicle Stimulating Hormone

GH Growth Hormone

GPx Gluthathion Peroxidase

H2O2 Hidrogen Peroksida

IGF Insulin Growth Factor

LH Luteineizing Hormone

MDA Malondialdehide

NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

xvi

ROS Reactive Oxygen Species

RNS Reactive Nitrogen Species

RSS Reactive Sulfur Species

TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon

TBARS Thiobarbituric acid reactive substances

WHO World Health Organization

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh

seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat

banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu

Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung

seiring dengan bertambahnya waktu

Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi

organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun

sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)

Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging

Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai

suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali

ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan

begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu

mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila

2007)

Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit

degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan

sehat (Immanuel 2008)

1

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori

penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini

menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi

kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan

merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut

sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA

(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi

oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas

mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau

penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)

lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas

antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan

RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)

Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok

terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok

juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai

patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun

dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles

2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress

oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 6: ineke sunarjo

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas karuniaNya tesis yang berjudul

ldquoPemberian Ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) menurunkan kadar MDA

tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokokrdquo dapat diselesaikan dalam

rangka menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh Gelar Magister pada

Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik kekhususan Anti Aging

Medicine Program Pascasarjana Universitas Udayana

Selama penelitian ini penulis mendapat banyak pengalaman yang dapat

memperkaya wawasan serta menjadi pengalaman berharga dalam proses

pembelajaran hidup penulis baik dari segi ilmiah maupun aspek nilai sosial

Semua ini tidak lepas dari peran serta orang-orang disekeliling penulis yang

senantiasa mendukung dan selalu ada pada saat-saat yang sulit Pada kesempatan

ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat penghargaan dan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada

1 ProfDrdr AA Raka SudewiSpS(K) selaku Direktur Pascasarjana

Universitas Udayana ProfDr Made Budiarsa MA selaku Asdir I dan Prof

Dr Ir Ketut Budi Susrusa MS sekalu Asdir II

2 Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku pembimbing I

dan juga selaku ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas

Udayana yang dengan penuh perhatian telah banyak sekali memberikan

dorongan bimbingan dan masukan yang teliti dan sangat dirasakan

manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini

3 ProfDrdr Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing II yang telah

dengan sabar memberikan dorongan semangat masukan dan saran ilmiah

terutama metode penelitian kepada penulis selama penyusunan tesis ini

4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan

bersemangat membimbing dan banyak sekali memberi masukan serta

pengajaran yang sangat dirasakan manfaatnya pada penulis selama

penyusunan tesis ini

5 Prof Dr dr AA Gede Budhiarta SpPD-KEMD selaku penguji yang telah

banyak memberikan perhatian yang begitu besar bimbingan dan masukan

yang sangat teliti kepada penulis selama penyusunan tesis ini

6 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali

membimbing dan member masukan yang kritis serta pengajaran yang sangat

dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyususnan tesis ini

7 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah banyak membantu selama

melakukan penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana

8 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah banyak membantu memberikan

masukan dan saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi

penulis dalam menyusun tesis ini

9 Bapak Khamdan bagian Bioteknologi Universitas Udayana yang telah

membantu dalam pembuatan ekstrak pegagan bagi penulis

10 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi dan

Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-teman

v

mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging Medicine

atas doa semangat dan dorongannya

11 Keluarga besar tercinta suami (Surjadi Widjaya) putra putri tercinta

(Audrey Andrew dan Ashley) orang tua serta mertua atas doa dukungan

pengertian dan selalu memberikan dorongan selama penulis menempuh

pendidikan ini

Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-teman dan semua pihak

yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut

membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini semoga Tuhan Yang

Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada semua pihak

yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis

sekeluarga

Akhir kata semoga hasil penelitian ini akan banyak bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan Semoga Tuhan memberkati kita semua

Denpasar Maret 2012

Penulis

vii

ABSTRAK

PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PEGAGAN (CENTELA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH YANG DIPAPAR ASAP

ROKOK

Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahluk hidup Pada penuaan terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu sehingga dapat menyebabkan kerusakan gangguan sampai kematian sel Senyawa radikal bebas mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Pada keadaan stress oksidatif diperlukan antioksidan yang cukup dan optimal kedalam tubuh Rokok dapat menimbulkan Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Penelitian ini menggunakan ekstrak pegagan (Centella Asiatica) yang merupakan antioksidan dimana didalamnya terdapat kandungan triterpenoid saponin polifenol dan alkaloid yang dapat memperbaiki peroksidasi lipid yang ditimbulkan oleh asap rokok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Oktober-November 2011 Penelitian menggunakan tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok Dalam penelitian ini digunakan 14 ekor tikus putih sebagai sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok Kelompok 1 adalah kelompok kontrol yang dipapar asap rokok dan diberikan aquabides Kelompok 2 adalah kelompok perlakuan yaitu dipapar asap rokok dan diberikan ekstrak pegagan 300 mgkg bb Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat penurunan kadar MDA dari 600mmollplusmn062 menjadi 552mmollplusmn047 atau 05 sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat penurunan kadar MDA dari 597mmollplusmn053 menjadi 319mmolplusmn034 atau sebesar 4203 Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak pegagan menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia Kata kunci ekstrak pegagan kadar MDA asap rokok tikus

viii

ABSTRACT

PEGAGAN EXTRACT (CENTELLA ASIATICA) DECREASE MDA LEVEL OF ALBINO RATS EXPOSED CIGARETTE SMOKE Aging is a physiological process that will be experienced by all living organisms In aging the accumulation of damage by free radicals in the cell all the time so as to cause damage disruption to cell death Free radical will attack cell membrane which is contain lipid bilayer (lipid peroxidation) In the state of oxidative stress is necessary and sufficient optimal antioxidants into the body Smoking can cause ROS that can cause oxidative stress through the mechanism of cell membrane lipid destruction In this study used extracts of Pegagan (Centella Asiatica) which is the antioxidant content in which there are triterpenoid saponins polyphenols and alkaloids that can improve the lipid peroxidation induced by cigarette smoke This study aims to determine the decrease in MDA levels in albino rats exposed to cigarette smoke This experimental study has been conducted as pre-post test control group design at Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in October-November 2011 The research using albino rats (Wistar) are exposed to cigarette smoke This study using 14 white rats as a sample that is divided into 2 groups Group 1 was the control group which were exposed to cigarette smoke and administered aquabides Group 2 is the treatment group is exposed to secondhand smoke and pegagan extracts administered 300 mg kg bw The results showed that in the control group there were decreased levels of MDA of 600mmoll plusmn 062 to 552mmoll plusmn 047 or 05 while in the treated group there were decreased levels of MDA of 597mmoll plusmn 053 to 319mmoll plusmn 034 or by 4203 This means statistically evaluated that the decrease of MDA in the treated group was significantly different (p lt005) This study concluded that administration of Centella asiatica extract can lower levels of MDA in the rat is exposed to cigarette smoke It is recommended to perform further in vivo studies in experimental animals and in humans Keywords pegagan extract MDA levels cigarette smoke rats

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i

PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii

LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv

UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii

ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

BAB I PENDAHULUAN

11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5

13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

x

212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9

22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13

23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27

253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28

254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30

255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35

2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

xi

31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39

33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43

433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

xii

46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisis Efek Perlakuan 55

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 69

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan

Perlakuan 55

Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan

Perlakuan 56

Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57

xv

DAFTAR SINGKATAN

BHA Butil Hidroksi Anisol

BHT Butil Hidtoksi Toluen

Cat Catalase

DHEA Dihidroepyandrosteron

DNA Deoxyribonucleic Acid

DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl

FSH Follicle Stimulating Hormone

GH Growth Hormone

GPx Gluthathion Peroxidase

H2O2 Hidrogen Peroksida

IGF Insulin Growth Factor

LH Luteineizing Hormone

MDA Malondialdehide

NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

xvi

ROS Reactive Oxygen Species

RNS Reactive Nitrogen Species

RSS Reactive Sulfur Species

TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon

TBARS Thiobarbituric acid reactive substances

WHO World Health Organization

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh

seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat

banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu

Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung

seiring dengan bertambahnya waktu

Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi

organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun

sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)

Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging

Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai

suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali

ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan

begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu

mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila

2007)

Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit

degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan

sehat (Immanuel 2008)

1

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori

penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini

menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi

kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan

merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut

sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA

(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi

oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas

mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau

penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)

lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas

antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan

RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)

Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok

terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok

juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai

patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun

dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles

2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress

oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 7: ineke sunarjo

3 ProfDrdr Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing II yang telah

dengan sabar memberikan dorongan semangat masukan dan saran ilmiah

terutama metode penelitian kepada penulis selama penyusunan tesis ini

4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan

bersemangat membimbing dan banyak sekali memberi masukan serta

pengajaran yang sangat dirasakan manfaatnya pada penulis selama

penyusunan tesis ini

5 Prof Dr dr AA Gede Budhiarta SpPD-KEMD selaku penguji yang telah

banyak memberikan perhatian yang begitu besar bimbingan dan masukan

yang sangat teliti kepada penulis selama penyusunan tesis ini

6 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali

membimbing dan member masukan yang kritis serta pengajaran yang sangat

dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyususnan tesis ini

7 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah banyak membantu selama

melakukan penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana

8 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah banyak membantu memberikan

masukan dan saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi

penulis dalam menyusun tesis ini

9 Bapak Khamdan bagian Bioteknologi Universitas Udayana yang telah

membantu dalam pembuatan ekstrak pegagan bagi penulis

10 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi dan

Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-teman

v

mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging Medicine

atas doa semangat dan dorongannya

11 Keluarga besar tercinta suami (Surjadi Widjaya) putra putri tercinta

(Audrey Andrew dan Ashley) orang tua serta mertua atas doa dukungan

pengertian dan selalu memberikan dorongan selama penulis menempuh

pendidikan ini

Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-teman dan semua pihak

yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut

membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini semoga Tuhan Yang

Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada semua pihak

yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis

sekeluarga

Akhir kata semoga hasil penelitian ini akan banyak bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan Semoga Tuhan memberkati kita semua

Denpasar Maret 2012

Penulis

vii

ABSTRAK

PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PEGAGAN (CENTELA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH YANG DIPAPAR ASAP

ROKOK

Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahluk hidup Pada penuaan terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu sehingga dapat menyebabkan kerusakan gangguan sampai kematian sel Senyawa radikal bebas mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Pada keadaan stress oksidatif diperlukan antioksidan yang cukup dan optimal kedalam tubuh Rokok dapat menimbulkan Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Penelitian ini menggunakan ekstrak pegagan (Centella Asiatica) yang merupakan antioksidan dimana didalamnya terdapat kandungan triterpenoid saponin polifenol dan alkaloid yang dapat memperbaiki peroksidasi lipid yang ditimbulkan oleh asap rokok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Oktober-November 2011 Penelitian menggunakan tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok Dalam penelitian ini digunakan 14 ekor tikus putih sebagai sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok Kelompok 1 adalah kelompok kontrol yang dipapar asap rokok dan diberikan aquabides Kelompok 2 adalah kelompok perlakuan yaitu dipapar asap rokok dan diberikan ekstrak pegagan 300 mgkg bb Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat penurunan kadar MDA dari 600mmollplusmn062 menjadi 552mmollplusmn047 atau 05 sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat penurunan kadar MDA dari 597mmollplusmn053 menjadi 319mmolplusmn034 atau sebesar 4203 Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak pegagan menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia Kata kunci ekstrak pegagan kadar MDA asap rokok tikus

viii

ABSTRACT

PEGAGAN EXTRACT (CENTELLA ASIATICA) DECREASE MDA LEVEL OF ALBINO RATS EXPOSED CIGARETTE SMOKE Aging is a physiological process that will be experienced by all living organisms In aging the accumulation of damage by free radicals in the cell all the time so as to cause damage disruption to cell death Free radical will attack cell membrane which is contain lipid bilayer (lipid peroxidation) In the state of oxidative stress is necessary and sufficient optimal antioxidants into the body Smoking can cause ROS that can cause oxidative stress through the mechanism of cell membrane lipid destruction In this study used extracts of Pegagan (Centella Asiatica) which is the antioxidant content in which there are triterpenoid saponins polyphenols and alkaloids that can improve the lipid peroxidation induced by cigarette smoke This study aims to determine the decrease in MDA levels in albino rats exposed to cigarette smoke This experimental study has been conducted as pre-post test control group design at Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in October-November 2011 The research using albino rats (Wistar) are exposed to cigarette smoke This study using 14 white rats as a sample that is divided into 2 groups Group 1 was the control group which were exposed to cigarette smoke and administered aquabides Group 2 is the treatment group is exposed to secondhand smoke and pegagan extracts administered 300 mg kg bw The results showed that in the control group there were decreased levels of MDA of 600mmoll plusmn 062 to 552mmoll plusmn 047 or 05 while in the treated group there were decreased levels of MDA of 597mmoll plusmn 053 to 319mmoll plusmn 034 or by 4203 This means statistically evaluated that the decrease of MDA in the treated group was significantly different (p lt005) This study concluded that administration of Centella asiatica extract can lower levels of MDA in the rat is exposed to cigarette smoke It is recommended to perform further in vivo studies in experimental animals and in humans Keywords pegagan extract MDA levels cigarette smoke rats

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i

PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii

LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv

UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii

ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

BAB I PENDAHULUAN

11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5

13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

x

212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9

22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13

23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27

253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28

254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30

255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35

2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

xi

31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39

33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43

433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

xii

46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisis Efek Perlakuan 55

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 69

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan

Perlakuan 55

Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan

Perlakuan 56

Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57

xv

DAFTAR SINGKATAN

BHA Butil Hidroksi Anisol

BHT Butil Hidtoksi Toluen

Cat Catalase

DHEA Dihidroepyandrosteron

DNA Deoxyribonucleic Acid

DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl

FSH Follicle Stimulating Hormone

GH Growth Hormone

GPx Gluthathion Peroxidase

H2O2 Hidrogen Peroksida

IGF Insulin Growth Factor

LH Luteineizing Hormone

MDA Malondialdehide

NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

xvi

ROS Reactive Oxygen Species

RNS Reactive Nitrogen Species

RSS Reactive Sulfur Species

TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon

TBARS Thiobarbituric acid reactive substances

WHO World Health Organization

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh

seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat

banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu

Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung

seiring dengan bertambahnya waktu

Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi

organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun

sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)

Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging

Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai

suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali

ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan

begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu

mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila

2007)

Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit

degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan

sehat (Immanuel 2008)

1

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori

penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini

menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi

kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan

merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut

sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA

(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi

oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas

mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau

penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)

lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas

antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan

RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)

Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok

terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok

juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai

patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun

dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles

2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress

oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 8: ineke sunarjo

mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging Medicine

atas doa semangat dan dorongannya

11 Keluarga besar tercinta suami (Surjadi Widjaya) putra putri tercinta

(Audrey Andrew dan Ashley) orang tua serta mertua atas doa dukungan

pengertian dan selalu memberikan dorongan selama penulis menempuh

pendidikan ini

Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-teman dan semua pihak

yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut

membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini semoga Tuhan Yang

Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada semua pihak

yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis

sekeluarga

Akhir kata semoga hasil penelitian ini akan banyak bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan Semoga Tuhan memberkati kita semua

Denpasar Maret 2012

Penulis

vii

ABSTRAK

PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PEGAGAN (CENTELA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH YANG DIPAPAR ASAP

ROKOK

Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahluk hidup Pada penuaan terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu sehingga dapat menyebabkan kerusakan gangguan sampai kematian sel Senyawa radikal bebas mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Pada keadaan stress oksidatif diperlukan antioksidan yang cukup dan optimal kedalam tubuh Rokok dapat menimbulkan Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Penelitian ini menggunakan ekstrak pegagan (Centella Asiatica) yang merupakan antioksidan dimana didalamnya terdapat kandungan triterpenoid saponin polifenol dan alkaloid yang dapat memperbaiki peroksidasi lipid yang ditimbulkan oleh asap rokok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Oktober-November 2011 Penelitian menggunakan tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok Dalam penelitian ini digunakan 14 ekor tikus putih sebagai sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok Kelompok 1 adalah kelompok kontrol yang dipapar asap rokok dan diberikan aquabides Kelompok 2 adalah kelompok perlakuan yaitu dipapar asap rokok dan diberikan ekstrak pegagan 300 mgkg bb Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat penurunan kadar MDA dari 600mmollplusmn062 menjadi 552mmollplusmn047 atau 05 sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat penurunan kadar MDA dari 597mmollplusmn053 menjadi 319mmolplusmn034 atau sebesar 4203 Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak pegagan menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia Kata kunci ekstrak pegagan kadar MDA asap rokok tikus

viii

ABSTRACT

PEGAGAN EXTRACT (CENTELLA ASIATICA) DECREASE MDA LEVEL OF ALBINO RATS EXPOSED CIGARETTE SMOKE Aging is a physiological process that will be experienced by all living organisms In aging the accumulation of damage by free radicals in the cell all the time so as to cause damage disruption to cell death Free radical will attack cell membrane which is contain lipid bilayer (lipid peroxidation) In the state of oxidative stress is necessary and sufficient optimal antioxidants into the body Smoking can cause ROS that can cause oxidative stress through the mechanism of cell membrane lipid destruction In this study used extracts of Pegagan (Centella Asiatica) which is the antioxidant content in which there are triterpenoid saponins polyphenols and alkaloids that can improve the lipid peroxidation induced by cigarette smoke This study aims to determine the decrease in MDA levels in albino rats exposed to cigarette smoke This experimental study has been conducted as pre-post test control group design at Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in October-November 2011 The research using albino rats (Wistar) are exposed to cigarette smoke This study using 14 white rats as a sample that is divided into 2 groups Group 1 was the control group which were exposed to cigarette smoke and administered aquabides Group 2 is the treatment group is exposed to secondhand smoke and pegagan extracts administered 300 mg kg bw The results showed that in the control group there were decreased levels of MDA of 600mmoll plusmn 062 to 552mmoll plusmn 047 or 05 while in the treated group there were decreased levels of MDA of 597mmoll plusmn 053 to 319mmoll plusmn 034 or by 4203 This means statistically evaluated that the decrease of MDA in the treated group was significantly different (p lt005) This study concluded that administration of Centella asiatica extract can lower levels of MDA in the rat is exposed to cigarette smoke It is recommended to perform further in vivo studies in experimental animals and in humans Keywords pegagan extract MDA levels cigarette smoke rats

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i

PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii

LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv

UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii

ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

BAB I PENDAHULUAN

11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5

13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

x

212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9

22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13

23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27

253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28

254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30

255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35

2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

xi

31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39

33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43

433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

xii

46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisis Efek Perlakuan 55

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 69

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan

Perlakuan 55

Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan

Perlakuan 56

Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57

xv

DAFTAR SINGKATAN

BHA Butil Hidroksi Anisol

BHT Butil Hidtoksi Toluen

Cat Catalase

DHEA Dihidroepyandrosteron

DNA Deoxyribonucleic Acid

DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl

FSH Follicle Stimulating Hormone

GH Growth Hormone

GPx Gluthathion Peroxidase

H2O2 Hidrogen Peroksida

IGF Insulin Growth Factor

LH Luteineizing Hormone

MDA Malondialdehide

NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

xvi

ROS Reactive Oxygen Species

RNS Reactive Nitrogen Species

RSS Reactive Sulfur Species

TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon

TBARS Thiobarbituric acid reactive substances

WHO World Health Organization

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh

seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat

banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu

Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung

seiring dengan bertambahnya waktu

Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi

organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun

sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)

Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging

Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai

suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali

ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan

begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu

mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila

2007)

Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit

degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan

sehat (Immanuel 2008)

1

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori

penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini

menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi

kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan

merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut

sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA

(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi

oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas

mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau

penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)

lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas

antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan

RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)

Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok

terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok

juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai

patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun

dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles

2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress

oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 9: ineke sunarjo

ABSTRAK

PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PEGAGAN (CENTELA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH YANG DIPAPAR ASAP

ROKOK

Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahluk hidup Pada penuaan terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu sehingga dapat menyebabkan kerusakan gangguan sampai kematian sel Senyawa radikal bebas mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Pada keadaan stress oksidatif diperlukan antioksidan yang cukup dan optimal kedalam tubuh Rokok dapat menimbulkan Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Penelitian ini menggunakan ekstrak pegagan (Centella Asiatica) yang merupakan antioksidan dimana didalamnya terdapat kandungan triterpenoid saponin polifenol dan alkaloid yang dapat memperbaiki peroksidasi lipid yang ditimbulkan oleh asap rokok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Oktober-November 2011 Penelitian menggunakan tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok Dalam penelitian ini digunakan 14 ekor tikus putih sebagai sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok Kelompok 1 adalah kelompok kontrol yang dipapar asap rokok dan diberikan aquabides Kelompok 2 adalah kelompok perlakuan yaitu dipapar asap rokok dan diberikan ekstrak pegagan 300 mgkg bb Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat penurunan kadar MDA dari 600mmollplusmn062 menjadi 552mmollplusmn047 atau 05 sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat penurunan kadar MDA dari 597mmollplusmn053 menjadi 319mmolplusmn034 atau sebesar 4203 Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak pegagan menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia Kata kunci ekstrak pegagan kadar MDA asap rokok tikus

viii

ABSTRACT

PEGAGAN EXTRACT (CENTELLA ASIATICA) DECREASE MDA LEVEL OF ALBINO RATS EXPOSED CIGARETTE SMOKE Aging is a physiological process that will be experienced by all living organisms In aging the accumulation of damage by free radicals in the cell all the time so as to cause damage disruption to cell death Free radical will attack cell membrane which is contain lipid bilayer (lipid peroxidation) In the state of oxidative stress is necessary and sufficient optimal antioxidants into the body Smoking can cause ROS that can cause oxidative stress through the mechanism of cell membrane lipid destruction In this study used extracts of Pegagan (Centella Asiatica) which is the antioxidant content in which there are triterpenoid saponins polyphenols and alkaloids that can improve the lipid peroxidation induced by cigarette smoke This study aims to determine the decrease in MDA levels in albino rats exposed to cigarette smoke This experimental study has been conducted as pre-post test control group design at Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in October-November 2011 The research using albino rats (Wistar) are exposed to cigarette smoke This study using 14 white rats as a sample that is divided into 2 groups Group 1 was the control group which were exposed to cigarette smoke and administered aquabides Group 2 is the treatment group is exposed to secondhand smoke and pegagan extracts administered 300 mg kg bw The results showed that in the control group there were decreased levels of MDA of 600mmoll plusmn 062 to 552mmoll plusmn 047 or 05 while in the treated group there were decreased levels of MDA of 597mmoll plusmn 053 to 319mmoll plusmn 034 or by 4203 This means statistically evaluated that the decrease of MDA in the treated group was significantly different (p lt005) This study concluded that administration of Centella asiatica extract can lower levels of MDA in the rat is exposed to cigarette smoke It is recommended to perform further in vivo studies in experimental animals and in humans Keywords pegagan extract MDA levels cigarette smoke rats

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i

PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii

LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv

UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii

ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

BAB I PENDAHULUAN

11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5

13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

x

212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9

22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13

23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27

253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28

254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30

255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35

2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

xi

31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39

33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43

433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

xii

46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisis Efek Perlakuan 55

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 69

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan

Perlakuan 55

Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan

Perlakuan 56

Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57

xv

DAFTAR SINGKATAN

BHA Butil Hidroksi Anisol

BHT Butil Hidtoksi Toluen

Cat Catalase

DHEA Dihidroepyandrosteron

DNA Deoxyribonucleic Acid

DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl

FSH Follicle Stimulating Hormone

GH Growth Hormone

GPx Gluthathion Peroxidase

H2O2 Hidrogen Peroksida

IGF Insulin Growth Factor

LH Luteineizing Hormone

MDA Malondialdehide

NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

xvi

ROS Reactive Oxygen Species

RNS Reactive Nitrogen Species

RSS Reactive Sulfur Species

TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon

TBARS Thiobarbituric acid reactive substances

WHO World Health Organization

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh

seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat

banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu

Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung

seiring dengan bertambahnya waktu

Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi

organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun

sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)

Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging

Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai

suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali

ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan

begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu

mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila

2007)

Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit

degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan

sehat (Immanuel 2008)

1

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori

penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini

menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi

kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan

merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut

sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA

(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi

oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas

mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau

penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)

lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas

antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan

RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)

Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok

terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok

juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai

patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun

dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles

2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress

oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 10: ineke sunarjo

ABSTRACT

PEGAGAN EXTRACT (CENTELLA ASIATICA) DECREASE MDA LEVEL OF ALBINO RATS EXPOSED CIGARETTE SMOKE Aging is a physiological process that will be experienced by all living organisms In aging the accumulation of damage by free radicals in the cell all the time so as to cause damage disruption to cell death Free radical will attack cell membrane which is contain lipid bilayer (lipid peroxidation) In the state of oxidative stress is necessary and sufficient optimal antioxidants into the body Smoking can cause ROS that can cause oxidative stress through the mechanism of cell membrane lipid destruction In this study used extracts of Pegagan (Centella Asiatica) which is the antioxidant content in which there are triterpenoid saponins polyphenols and alkaloids that can improve the lipid peroxidation induced by cigarette smoke This study aims to determine the decrease in MDA levels in albino rats exposed to cigarette smoke This experimental study has been conducted as pre-post test control group design at Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in October-November 2011 The research using albino rats (Wistar) are exposed to cigarette smoke This study using 14 white rats as a sample that is divided into 2 groups Group 1 was the control group which were exposed to cigarette smoke and administered aquabides Group 2 is the treatment group is exposed to secondhand smoke and pegagan extracts administered 300 mg kg bw The results showed that in the control group there were decreased levels of MDA of 600mmoll plusmn 062 to 552mmoll plusmn 047 or 05 while in the treated group there were decreased levels of MDA of 597mmoll plusmn 053 to 319mmoll plusmn 034 or by 4203 This means statistically evaluated that the decrease of MDA in the treated group was significantly different (p lt005) This study concluded that administration of Centella asiatica extract can lower levels of MDA in the rat is exposed to cigarette smoke It is recommended to perform further in vivo studies in experimental animals and in humans Keywords pegagan extract MDA levels cigarette smoke rats

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i

PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii

LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv

UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii

ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

BAB I PENDAHULUAN

11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5

13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

x

212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9

22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13

23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27

253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28

254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30

255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35

2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

xi

31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39

33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43

433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

xii

46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisis Efek Perlakuan 55

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 69

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan

Perlakuan 55

Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan

Perlakuan 56

Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57

xv

DAFTAR SINGKATAN

BHA Butil Hidroksi Anisol

BHT Butil Hidtoksi Toluen

Cat Catalase

DHEA Dihidroepyandrosteron

DNA Deoxyribonucleic Acid

DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl

FSH Follicle Stimulating Hormone

GH Growth Hormone

GPx Gluthathion Peroxidase

H2O2 Hidrogen Peroksida

IGF Insulin Growth Factor

LH Luteineizing Hormone

MDA Malondialdehide

NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

xvi

ROS Reactive Oxygen Species

RNS Reactive Nitrogen Species

RSS Reactive Sulfur Species

TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon

TBARS Thiobarbituric acid reactive substances

WHO World Health Organization

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh

seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat

banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu

Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung

seiring dengan bertambahnya waktu

Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi

organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun

sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)

Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging

Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai

suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali

ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan

begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu

mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila

2007)

Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit

degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan

sehat (Immanuel 2008)

1

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori

penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini

menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi

kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan

merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut

sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA

(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi

oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas

mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau

penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)

lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas

antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan

RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)

Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok

terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok

juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai

patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun

dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles

2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress

oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 11: ineke sunarjo

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i

PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii

LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv

UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii

ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

BAB I PENDAHULUAN

11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1

12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5

13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7

211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8

x

212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9

22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13

23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27

253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28

254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30

255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35

2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

xi

31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39

33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43

433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

xii

46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisis Efek Perlakuan 55

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 69

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan

Perlakuan 55

Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan

Perlakuan 56

Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57

xv

DAFTAR SINGKATAN

BHA Butil Hidroksi Anisol

BHT Butil Hidtoksi Toluen

Cat Catalase

DHEA Dihidroepyandrosteron

DNA Deoxyribonucleic Acid

DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl

FSH Follicle Stimulating Hormone

GH Growth Hormone

GPx Gluthathion Peroxidase

H2O2 Hidrogen Peroksida

IGF Insulin Growth Factor

LH Luteineizing Hormone

MDA Malondialdehide

NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

xvi

ROS Reactive Oxygen Species

RNS Reactive Nitrogen Species

RSS Reactive Sulfur Species

TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon

TBARS Thiobarbituric acid reactive substances

WHO World Health Organization

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh

seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat

banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu

Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung

seiring dengan bertambahnya waktu

Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi

organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun

sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)

Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging

Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai

suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali

ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan

begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu

mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila

2007)

Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit

degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan

sehat (Immanuel 2008)

1

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori

penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini

menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi

kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan

merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut

sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA

(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi

oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas

mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau

penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)

lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas

antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan

RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)

Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok

terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok

juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai

patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun

dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles

2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress

oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 12: ineke sunarjo

212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9

22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12

222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13

23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15

231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18

241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19

242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24

25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26

252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27

253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28

254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30

255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31

256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35

2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

xi

31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39

33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43

433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

xii

46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisis Efek Perlakuan 55

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 69

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan

Perlakuan 55

Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan

Perlakuan 56

Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57

xv

DAFTAR SINGKATAN

BHA Butil Hidroksi Anisol

BHT Butil Hidtoksi Toluen

Cat Catalase

DHEA Dihidroepyandrosteron

DNA Deoxyribonucleic Acid

DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl

FSH Follicle Stimulating Hormone

GH Growth Hormone

GPx Gluthathion Peroxidase

H2O2 Hidrogen Peroksida

IGF Insulin Growth Factor

LH Luteineizing Hormone

MDA Malondialdehide

NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

xvi

ROS Reactive Oxygen Species

RNS Reactive Nitrogen Species

RSS Reactive Sulfur Species

TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon

TBARS Thiobarbituric acid reactive substances

WHO World Health Organization

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh

seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat

banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu

Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung

seiring dengan bertambahnya waktu

Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi

organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun

sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)

Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging

Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai

suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali

ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan

begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu

mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila

2007)

Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit

degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan

sehat (Immanuel 2008)

1

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori

penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini

menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi

kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan

merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut

sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA

(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi

oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas

mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau

penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)

lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas

antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan

RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)

Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok

terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok

juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai

patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun

dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles

2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress

oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 13: ineke sunarjo

31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37

32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39

33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42

432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43

433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44

443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46

454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

xii

46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisis Efek Perlakuan 55

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 69

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan

Perlakuan 55

Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan

Perlakuan 56

Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57

xv

DAFTAR SINGKATAN

BHA Butil Hidroksi Anisol

BHT Butil Hidtoksi Toluen

Cat Catalase

DHEA Dihidroepyandrosteron

DNA Deoxyribonucleic Acid

DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl

FSH Follicle Stimulating Hormone

GH Growth Hormone

GPx Gluthathion Peroxidase

H2O2 Hidrogen Peroksida

IGF Insulin Growth Factor

LH Luteineizing Hormone

MDA Malondialdehide

NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

xvi

ROS Reactive Oxygen Species

RNS Reactive Nitrogen Species

RSS Reactive Sulfur Species

TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon

TBARS Thiobarbituric acid reactive substances

WHO World Health Organization

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh

seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat

banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu

Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung

seiring dengan bertambahnya waktu

Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi

organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun

sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)

Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging

Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai

suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali

ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan

begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu

mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila

2007)

Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit

degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan

sehat (Immanuel 2008)

1

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori

penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini

menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi

kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan

merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut

sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA

(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi

oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas

mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau

penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)

lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas

antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan

RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)

Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok

terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok

juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai

patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun

dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles

2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress

oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 14: ineke sunarjo

46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47

462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48

463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49

464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisis Efek Perlakuan 55

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 69

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan

Perlakuan 55

Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan

Perlakuan 56

Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57

xv

DAFTAR SINGKATAN

BHA Butil Hidroksi Anisol

BHT Butil Hidtoksi Toluen

Cat Catalase

DHEA Dihidroepyandrosteron

DNA Deoxyribonucleic Acid

DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl

FSH Follicle Stimulating Hormone

GH Growth Hormone

GPx Gluthathion Peroxidase

H2O2 Hidrogen Peroksida

IGF Insulin Growth Factor

LH Luteineizing Hormone

MDA Malondialdehide

NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

xvi

ROS Reactive Oxygen Species

RNS Reactive Nitrogen Species

RSS Reactive Sulfur Species

TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon

TBARS Thiobarbituric acid reactive substances

WHO World Health Organization

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh

seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat

banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu

Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung

seiring dengan bertambahnya waktu

Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi

organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun

sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)

Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging

Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai

suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali

ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan

begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu

mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila

2007)

Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit

degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan

sehat (Immanuel 2008)

1

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori

penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini

menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi

kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan

merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut

sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA

(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi

oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas

mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau

penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)

lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas

antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan

RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)

Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok

terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok

juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai

patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun

dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles

2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress

oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 15: ineke sunarjo

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32

Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41

Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45

Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan

Perlakuan 55

Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan

Perlakuan 56

Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57

xv

DAFTAR SINGKATAN

BHA Butil Hidroksi Anisol

BHT Butil Hidtoksi Toluen

Cat Catalase

DHEA Dihidroepyandrosteron

DNA Deoxyribonucleic Acid

DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl

FSH Follicle Stimulating Hormone

GH Growth Hormone

GPx Gluthathion Peroxidase

H2O2 Hidrogen Peroksida

IGF Insulin Growth Factor

LH Luteineizing Hormone

MDA Malondialdehide

NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

xvi

ROS Reactive Oxygen Species

RNS Reactive Nitrogen Species

RSS Reactive Sulfur Species

TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon

TBARS Thiobarbituric acid reactive substances

WHO World Health Organization

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh

seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat

banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu

Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung

seiring dengan bertambahnya waktu

Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi

organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun

sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)

Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging

Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai

suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali

ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan

begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu

mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila

2007)

Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit

degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan

sehat (Immanuel 2008)

1

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori

penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini

menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi

kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan

merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut

sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA

(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi

oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas

mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau

penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)

lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas

antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan

RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)

Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok

terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok

juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai

patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun

dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles

2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress

oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 16: ineke sunarjo

DAFTAR TABEL

Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan

Perlakuan 55

Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan

Perlakuan 56

Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57

xv

DAFTAR SINGKATAN

BHA Butil Hidroksi Anisol

BHT Butil Hidtoksi Toluen

Cat Catalase

DHEA Dihidroepyandrosteron

DNA Deoxyribonucleic Acid

DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl

FSH Follicle Stimulating Hormone

GH Growth Hormone

GPx Gluthathion Peroxidase

H2O2 Hidrogen Peroksida

IGF Insulin Growth Factor

LH Luteineizing Hormone

MDA Malondialdehide

NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

xvi

ROS Reactive Oxygen Species

RNS Reactive Nitrogen Species

RSS Reactive Sulfur Species

TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon

TBARS Thiobarbituric acid reactive substances

WHO World Health Organization

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh

seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat

banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu

Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung

seiring dengan bertambahnya waktu

Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi

organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun

sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)

Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging

Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai

suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali

ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan

begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu

mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila

2007)

Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit

degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan

sehat (Immanuel 2008)

1

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori

penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini

menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi

kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan

merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut

sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA

(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi

oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas

mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau

penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)

lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas

antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan

RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)

Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok

terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok

juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai

patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun

dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles

2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress

oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 17: ineke sunarjo

DAFTAR SINGKATAN

BHA Butil Hidroksi Anisol

BHT Butil Hidtoksi Toluen

Cat Catalase

DHEA Dihidroepyandrosteron

DNA Deoxyribonucleic Acid

DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl

FSH Follicle Stimulating Hormone

GH Growth Hormone

GPx Gluthathion Peroxidase

H2O2 Hidrogen Peroksida

IGF Insulin Growth Factor

LH Luteineizing Hormone

MDA Malondialdehide

NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

xvi

ROS Reactive Oxygen Species

RNS Reactive Nitrogen Species

RSS Reactive Sulfur Species

TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon

TBARS Thiobarbituric acid reactive substances

WHO World Health Organization

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh

seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat

banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu

Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung

seiring dengan bertambahnya waktu

Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi

organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun

sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)

Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging

Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai

suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali

ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan

begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu

mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila

2007)

Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit

degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan

sehat (Immanuel 2008)

1

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori

penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini

menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi

kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan

merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut

sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA

(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi

oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas

mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau

penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)

lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas

antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan

RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)

Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok

terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok

juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai

patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun

dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles

2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress

oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 18: ineke sunarjo

ROS Reactive Oxygen Species

RNS Reactive Nitrogen Species

RSS Reactive Sulfur Species

TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon

TBARS Thiobarbituric acid reactive substances

WHO World Health Organization

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh

seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat

banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu

Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung

seiring dengan bertambahnya waktu

Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi

organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun

sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)

Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging

Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai

suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali

ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan

begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu

mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila

2007)

Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit

degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan

sehat (Immanuel 2008)

1

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori

penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini

menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi

kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan

merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut

sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA

(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi

oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas

mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau

penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)

lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas

antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan

RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)

Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok

terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok

juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai

patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun

dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles

2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress

oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 19: ineke sunarjo

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh

seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat

banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu

Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung

seiring dengan bertambahnya waktu

Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi

organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun

sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)

Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging

Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai

suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali

ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan

begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu

mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila

2007)

Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit

degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan

sehat (Immanuel 2008)

1

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori

penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini

menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi

kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan

merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut

sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA

(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi

oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas

mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau

penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)

lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas

antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan

RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)

Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok

terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok

juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai

patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun

dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles

2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress

oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 20: ineke sunarjo

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori

penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini

menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi

kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan

merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut

sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA

(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi

oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas

mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau

penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)

lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas

antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan

RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)

Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok

terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok

juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai

patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun

dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles

2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress

oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 21: ineke sunarjo

yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid

dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat

dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan

kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam

hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin

karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal

bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang

berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai

penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan

bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel

tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih

banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein

dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini

penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada

2005)

4

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 22: ineke sunarjo

Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang

banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran

buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan

meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai

zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas

Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan

bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah

Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh

di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari

daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC

Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain

Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut

cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama

berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai

penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka

bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa

Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan

Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam

menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan

dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan

triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic

acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 23: ineke sunarjo

menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga

dapat menurunkan kadar MDA

MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan

merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka

konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam

membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007)

Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif

triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk

menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA

Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas

dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang

dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB

Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu

malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS

12Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg

bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 24: ineke sunarjo

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan

kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

14 Manfaat Penelitian

131 Manfaat Ilmiah

Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis

yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok

132 Manfaat praktis

Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan

ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah

mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya

pada perokok

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 25: ineke sunarjo

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat

dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh

tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses

penuaan

Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia

kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia

fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia

kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan

perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai

berikut (Pangkahila 2007 )

1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu

hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan

radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh

Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini

dianggap usia muda dan normal

2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)

7

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 26: ineke sunarjo

Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang

sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak

muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak

ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang

sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes

3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi

DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon

tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan

makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem

organ tubuh mulai mengalami kegagalan

211Teori Penuaan

Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu

1 Teori rdquo wear and tear ldquo

Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena

sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini

tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel

2 Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ

tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh

3 Teori Kontrol Genetik

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 27: ineke sunarjo

Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA

Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi

fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan

kecepatan proses penuaan

4 Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan

oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri

merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan

menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain

Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal

bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel

bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh

radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan

bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas

semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga

merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian

212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan

Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)

yaitu

1 Faktor lingkungan

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 28: ineke sunarjo

a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia

sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga

b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan

tubuh

c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih

menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan

kekebalan

d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan

merokok

e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit

2 Faktor dietmakanan

Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan

pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam

makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama

kerusakan organ hati

3 Faktor Genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor

genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam

makananminumankulit yang diserap oleh tubuh

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 29: ineke sunarjo

4 Faktor Psikis

Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai

organjaringan tubuh

5 Faktor Organik

Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan

kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1

(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah

usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan

gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi

dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH)

22 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya

(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik

electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena

hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo

2000)

Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang

dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat

kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 30: ineke sunarjo

sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen

Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh

(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen

species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas

yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan

oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)

Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free

radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip

Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya

berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan

dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron

acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan

komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel

baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun

komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan

yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge

2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan

dan pestisida

221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui

sederetan mekanisme reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 31: ineke sunarjo

Cu

RH + O2 R + HO2

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R + R R R

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

222 Sifat Radikal bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu

1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron

2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 32: ineke sunarjo

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah

penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas

digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000

Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan

radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki

reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada

gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru

lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa

oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya

karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah

menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas

sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan

awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel

2 Kerusakan membran sel

3 Kerusakan protein

4 Kerusakan lipid peroksida

5 Proses penuaan

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 33: ineke sunarjo

Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap

perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai

tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul

radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)

23 Rokok

Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada

rokok

Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya

dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk

mengurangi stress

Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok

(WHO 2002)

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa

komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali

hisapan

Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap

aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif

adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh

perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan

gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 34: ineke sunarjo

perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai

perokok pasif (Anonim 2006)

231 Kandungan Kimia dari Rokok

Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya

(Sumber Anonim 2006)

Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan

kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang

spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti

nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 35: ineke sunarjo

Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada

sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400

senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim

2006)

Kandungan zat beracun dalam rokok

1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan

dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap

oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk

merokok

2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus

rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara

ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO

2002)

3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh

tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga

akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak

4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap

tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 36: ineke sunarjo

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran

pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg

Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu

terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik

herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species

(ROS) dalam paru-paru

24 Stress Oksidatif

Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi

kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat

menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan

Gutteridge 2007)

Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara

produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion

superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal

nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid

karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan

jaringan

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 37: ineke sunarjo

Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan

Gutteridge 2007)

1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan

antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan

dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan

copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar

GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin

secara cukup

2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen

yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif

dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti

aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit

inflamasi kronis

Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan

proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai

pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan

Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya

berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga

inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk

2008)

241 Rokok dan Stress Oksidatif

Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen

yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 38: ineke sunarjo

dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan

hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui

penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan

ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress

oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif

dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress

oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan

penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik

(Burlakova dkk 2010)

Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan

penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam

kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008

Palmieri dan Sblendorio 2010)

242 Peroksidasi Lipid

Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 39: ineke sunarjo

Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal

bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi

(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja

terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo

Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan

penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull

RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang

mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam

lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )

Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal

peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam

air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah

meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang

mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)

Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas

bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)

yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara

alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara

endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)

Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada

tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini

memiliki tiga tahapan yaitu

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 40: ineke sunarjo

1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal

hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam

PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan

electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon

distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena

konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk

radikal peroksi ROObull atau RO2bull

RH Rbull + Hbull

2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari

molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic

dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan

gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic

Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan

karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat

memberikan hidroperoksid lipid

Rbull + O2 RO2

RO2bull+ RH ROOH + R

Produk sekunder

Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat

melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty

acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk

malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang

bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 41: ineke sunarjo

lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi

dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O

dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal

peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat

O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi

menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi

melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun

selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan

peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam

misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan

juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari

asam linoleat dengan hadirnya Fe2+

3 Taraf Terminasi

Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar

kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan

menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan

cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah

ini

R + Rbull R - R

nRO2bull (RO2)

RO2 + Rbull RO2R

Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid

(Trilaksani 2003) adalah

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 42: ineke sunarjo

a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua

kali

b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat

c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator

kuat meski dalam jumlah kecil

d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas

e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul

lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai

contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen

243 Malondialdehid (MDA)

MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase

stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya

fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan

hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid

sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu

ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun

sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya

kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung

menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007

Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA

(Winarsi 2007)

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 43: ineke sunarjo

MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan

dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat

dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam

berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun

metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi

seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid

dan gingerol (Winarsi 2007)

Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama

bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay

thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa

dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh

Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena

dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai

senyawa mutagen

Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul

C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas

melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin

yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)

Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan

membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif

kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 44: ineke sunarjo

25 Antioksidan

251 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan

mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat

yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas

dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)

Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi

adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan

hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang

terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita

(Halliwell dan Gutteridge 2007)

Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi

electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih

luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif

oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam

(Pangkahila 2007)

Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut

menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya

antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya

Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap

menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai

yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 45: ineke sunarjo

akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan

tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini

Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu

dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah

teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi

keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding

dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif

antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)

252 Efek Antioksidan

Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang

bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah

perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas

penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge

2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi

selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed

1999)

Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga

mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa

antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 46: ineke sunarjo

1 Vitamin C E

2 Carotenoid β carotene

3 Polyphenolics

4 Gallic Acid

5 Asam urat

6 Human serum ultrafiltrates

7 Teh hijau

8 Captopril

9 Pyridoxine Thiamine B1

10 Carnitine

11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)

12 Dihydro-lipoic acid

13 Coenzyme Q ubiquinone

14 NAD(P)H

15 Curcumin (polyphenolic)

16 Melatonin

17 Lycopene

18 Zeaxanthin

19 Zinc

253 Jenis-jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka

antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 47: ineke sunarjo

a) Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam

antioksidan pencegah adalah

1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O

dan O2 Komponen katalase adalah Fe

3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang

dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation

4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)

dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi

H2O

b) Antioksidan pemutus rantai

Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas

asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid

Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi

1 Golongan antioksidan eksogen

Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E

betakaroten

2 Golongan antioksidan endogen

Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 48: ineke sunarjo

Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok

(Abuja dan Albertini 2001) yaitu

i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari

hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA

(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol

ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang

pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa

golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam

organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai

trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)

254 Polifenol

Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam

tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki

struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin

aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman

dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi

ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)

Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah

cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 49: ineke sunarjo

tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)

flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)

Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap

kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus

antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan

terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun

penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi

aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )

255 Flavonoid

Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur

kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003

Manach dkk 2004)

Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones

isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)

(Manach dkk 2004 Prior 2004)

Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis

yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang

dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan

sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 50: ineke sunarjo

bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti

hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti

tumor (Prior 2003)

256 Centella Asiatica

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 51: ineke sunarjo

Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar

(Sumber Anonim 2010)

2561 Deskripsi Tanaman

Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-

abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau

Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae

(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar

(Anonim 2010)

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan

Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy

ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al

2009)

Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek

percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau

spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar

tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 52: ineke sunarjo

berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk

terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak

kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat

pendek (Anonim 2010)

2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)

- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid

brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat

thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam

indosentat centellasaponin B C dan D

Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid

(Sumber Anonim2007)

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 53: ineke sunarjo

- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin

naringin

- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai

komponen utama α-pinen dan β-pinen

- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin

dan treonin)

- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat

asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol

polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin

garam anorganik dll

2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)

Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 54: ineke sunarjo

2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica

Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang

Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga

didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid

memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion

scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan

peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione

(Kormin 2005)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa

kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat

memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan

penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 55: ineke sunarjo

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan

biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit

sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada

penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular

seperti protein lipid dan DNA

Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi

sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama

seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan

tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk

menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)

Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka

akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-

zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul

sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui

produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan

Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-

buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah

37

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 56: ineke sunarjo

kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam

tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan

Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau

menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah

jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau

pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam

dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu

tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping

berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini

akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat

menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya

lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain

halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan

antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem

pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif

Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung

berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah

asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa

triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin

(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan

kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid

yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 57: ineke sunarjo

Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang

terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi

oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk

membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat

dilihat dari penurunan kadar MDA

Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka

dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut

32 Konsep Penelitian

fF

Gambar 31 Konsep Penelitian

Ekstrak

Centella Asiatica

FAKTOR INTERNAL

Genetik bull Hormonal

FAKTOR EKSTERNAL

bull Makanan

bull Asap rokok

bull Stress

Tikus Wistar yang dipapar asap rokok

Kadar MDA

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 58: ineke sunarjo

33 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 59: ineke sunarjo

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-

post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut

P0

O1 O2

P1

O3 O4

Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan

P = Populasi

S = Sampel

O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)

O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)

O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan

placebo

O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan

ekstrak pegagan 300 mgkg BB

P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest

P S

41

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 60: ineke sunarjo

P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB

perhari

42 Tempat dan Waktu Penelitian

421 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali

422 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011

43 Sampel Penelitian

431 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok

Umur 3 bulan

Berat badan antara 120 ndash 150 gram

Sehat

Kadar MDA gt 5 mmoll

Kriteria Drop out

Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang

berlangsung

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 61: ineke sunarjo

432 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ sup2

n = x f ( α β )

( micro2 - micro1 )sup2

Keterangan

n = Besar sampel

micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test

micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test

σ = Simpangan baku kontrol

α = 005

β = 01

f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )

Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada

setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102

rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 62: ineke sunarjo

2 (102)sup2

n= x 105

(505 ndash 317)2

= 618

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok

433 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1

44 Variabel Penelitian

441 Identifikasi variabel

Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar

jantan yang diberikan asap rokok

442 Klasifikasi variabel

a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica

b Variabel tergantung Kadar MDA

c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 63: ineke sunarjo

443 Hubungan antar variabel

Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian

444 Definisi Operasional Variabel

1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica

atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus

2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan

dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus

2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan

merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc

Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS

Variabel bebas

Ekstrak centella asiatica

Variabel tergantung

Kadar MDA

Variabel kendali

Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 64: ineke sunarjo

3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-

rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat

4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus

Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang

terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus

mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan

karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal

bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan

tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok

dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai

adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang

(Widiantara 2010)

45 Alat dan Bahan

451 Alat untuk pembuatan asap rokok

1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok

2 Selang aerator

452 Bahan untuk pembuatan asap rokok

1 Rokok kretek

453 Alat untuk pengukuran MDA

1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml

2 Tabung pyrex 10 ml

3 Rak tabung

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 65: ineke sunarjo

4 Vortex labinco L 46

5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes

6 Alat gelas

7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )

8 Balans

9 Spektrofotometer

454 Bahan untuk pemeriksaan MDA

1 Serum

2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20

3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067

4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl

asetat ) 99

455 Bahan-bahan lain yang digunakan

1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica

46 Prosedur Penelitian

461 Persiapan Hewan Coba

Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai

150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian

untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi

makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 66: ineke sunarjo

rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan

ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup

kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian

samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap

rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki

diameter sesuai diameter rokok

Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga

462 Jalannya Penelitian

Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan

urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini

1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan

minum

2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk

diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam

setiap harinya selama 14 hari

3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari

sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah

ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung

EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah

disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 67: ineke sunarjo

terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan

evendof dan siap untuk diperiksa MDA

4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan

sesuai dengan kelompoknya

5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada

kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb

dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari

6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode

spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama

463 Prosedur Pengukuran MDA

1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran

400000 kali

2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)

sebagai kurva kalibrasi

3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan

200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA

4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit

5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan

kecepatan 3000rpm selama 10 menit

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 68: ineke sunarjo

6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer

gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm

7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk

mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)

Perhitungan

A Uji

Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)

A standar

464 Alur Penelitian

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

Tikus

Kontrol Perlakuan 1

Asap Rokok +Aquabides Steril

Selama 14 hari

Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari

Kadar MDA

Post tes

Paparan Asap Rokok 14 hari

Kadar MDA gt 5 mmoll

Pretes

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 69: ineke sunarjo

47 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari

Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing

kelompok

48 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut

1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang

diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok

2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi

data normal

3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data

sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen

4 Analisis Komparasi

Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-

Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum

pemberian ekstrak Pegagan

5 Uji Efek Perlakuan

Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent

dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan

sesudah pemberian ektrak Pegagan

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 70: ineke sunarjo

6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan

berbeda bila plt005

7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 71: ineke sunarjo

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat

badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2

kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan

kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji

komparabilitas dan uji efek perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-

Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada

Tabel 51

Tabel 51

Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

MDA Kontrol pre

MDA ekstrak Pegagan pre

MDA Kontrol post

MDA ekstrak Pegagan post

7

7

7

7

0353

0112

0669

0496

Normal

Normal

Normal

Normal

53

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 72: ineke sunarjo

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya

menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

MDA pre

MDA post

0557

0508

0470

0490

Homogen

Homogen

53 MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar

kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan

berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

disajikan pada Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 73: ineke sunarjo

Tabel 53

Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

600

552

062

047 167 0122

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan

bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 74: ineke sunarjo

Tabel 54

Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p

Aquades Ekstrak Pegagan

7 7

597

319

053

034

1173 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol

(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah

319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna

(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar

51)

Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing

kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan

uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada

kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis

kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =

18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 75: ineke sunarjo

000

200

400

600

Aqua Ekstrak Pegagan

600552

597

320

Kadar MDA

Pre

Post

Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test

Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan

Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA

setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan

sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203

pada kelompok pegagan

Kelompok Subjek

n Rerata MDA sblm perlakuan

Rerata MDA stlh perlakuan

SB t p Interpretasi

Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna

Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 76: ineke sunarjo

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA

darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan

antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang

terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok

kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg

BB)

62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya

kadar MDA

Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap

rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA

Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa

yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan

ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan

lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta

malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah

(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus

yang dipapar asap rokok

58

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 77: ineke sunarjo

63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)

dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-

masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok

menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara

bermakna

Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok

menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah

597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan

ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara

bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-

masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 78: ineke sunarjo

T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005

tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543

dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan

karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside

madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid

(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada

pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap

rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah

produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan

metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi

MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel

(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan

kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur

alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal

bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan

bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan

batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek

antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)

Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin

dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography

(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan

superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 79: ineke sunarjo

glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan

bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella

et al 2009)

Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan

berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid

peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)

Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk

menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas

penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang

tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah

kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk

stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological

antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)

Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level

antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 80: ineke sunarjo

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

71 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus

putih yang dipapar asap rokok

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak

pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk

menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan

khususnya pada perokok

62

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 81: ineke sunarjo

DAFTAR PUSTAKA

Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress

Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim

Acta 306(1-2)1-17

Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww

rokok Accessed Agst 1 2011

Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews

040606105403htm Accessed Agst 1 2011

Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl

orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011

Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at

httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed

Agst 8 2011

Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah

beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 5 No 6 455-458

Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process

Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and

Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008

Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British

Elsevier Mosbyp 500-501

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 82: ineke sunarjo

Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical

Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant

Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448

Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010

Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J

Cancer Res Ther Vol 6 47

Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry

with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592

Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise

and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358

Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and

Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and

Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand

Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel

Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative

Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254

Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia

Printmate Sdn Bhdp 19-25

Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and

Medicine New York Oxford University Pressp19-633

Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E

Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 83: ineke sunarjo

Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine

Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83

Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and

Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink

(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia

KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak

Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan

Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011

Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004

Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr

Vol 79727-747

Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and

Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life

3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326

Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill

Company 28 101

Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress

Humana Press 1-16

Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup

Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku

Kompashal133-144

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 84: ineke sunarjo

Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009

Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International

Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`

Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons

Incp123-127

Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative

Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S

Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals

Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available

fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011

Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica

article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170

Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin

Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29

Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat

menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok

Penelitian Pendahuluan

Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita

Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47

Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran

terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-

ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 85: ineke sunarjo

Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan

2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri

Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92

Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam

The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta

FKUI 11-17

Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)

meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun

akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana

Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5

Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81

WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15

years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators

compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011

WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at

httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 86: ineke sunarjo

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353

Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669

Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 87: ineke sunarjo

Lampiran 2 Uji t-independent

Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean

Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617

Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720

Independent Samples Test Levenes Test

for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df Sig (2-tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Pre Equal

variances assumed

557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274

1

Equal variances not

assumed

1666

11139 123 48857 29321 -15579 11329

3

Post

Equal variances assumed

508 490 11737 12 000 27742

9 23637 225927

328930

Equal variances not

assumed

11737

10195 000 27742

9 23637 224897

329960

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 88: ineke sunarjo

Lampiran 3

T-Test kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766

posttest 59700 7 09037 03416

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097

Page 89: ineke sunarjo

Lampiran 4

T-Test kelompok perlakuan

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig

Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig (2-

tailed)

Mean

Std

Deviation

Std Error

Mean

95 Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

pretest -

posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000

Paired Samples Statistics

Mean N Std Deviation Std Error Mean

Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236

posttest 31900 7 34651 13097