ii. tinjauan pustaka a. belajar - digital librarydigilib.unila.ac.id/4300/15/bab ii.pdfdasar....
TRANSCRIPT
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar
Motorik merupakan kata bentukan dari motor yang berarti gerak. Gerak
yang terjadi atas koordinasi antara aspek jasmani dan rohani. Koordinasi
gerak adalah berupa kemampuan untuk mengatur keserasian gerak bagian-
bagian tubuh. Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan kontrol
tubuh. Individu yang koordinasi geraknya baik akan mampu mengendalikan
gerak tubuhnya sesuai dengan kemauannya.
Belajar motorik adalah perubahan secara permanen berupa gerak belajar
yang diwujudkan melalui respon-respon muscular dan diekspresikan dalam
gerakan tubuh (Herman Tarigan 2008:5). Belajar gerak berperan dalam hal
upaya peningkatan kualitas gerak tubuh dalam olahraga.
Kemampuan koordinasi gerak, dinilai berdasarkan kemampuan melakukan
gerakan-gerakan keterampilan. Pada masa anak besar kemampuan ini
berkembang dengan baik. Pertumbuhan fisik yang relative lambat pada masa
tesebut justru menguntung dalam hal peningkatan koordinasi. Masa anak
besar merupakan masa penyempurnaan keterampilan melakukan gerakan-
gerakan dasar. Gerak dasar yang sudah mulai dapat dilakukan pada masa
11
anak kecil, semakin dapat dilakukan dengan baik dan semakin bervariasi
lagi pola geraknya.
Perkembangan koordinasi gerak, tidak terpisahkan dari penguasaan gerak
dasar. Perkembangan penguasaan gerak dasar sendiri terjadi sejalan dengan
pertumbuhan dan perkembangan fisik. Pertumbuhan fisik yang semakin
tinggi, dan semakin besar dan semakin berotot, peningkatan penguasaan
gerak dasar dapat diidentifikasi, yang merupakan indikatornya sebagai
berikut :1). mekanisme tubuh dalam melakukan gerakan makin baik, (2).
kontrol dan kelancaran gerak semakin baik, (3). pola atau bentuk gerakan
semakin bervariasi, (4). gerakan semakin bertenaga.
Berbagai macam pola gerak yang dapat dilakukan atau dikuasai pada masa
anak besar, di kala memperoleh kesempatan yang cukup untuk
mempraktekkannya adalah dengan kegiatan-kegiatan seperti : berjalan,
berlari, mendaki memanjat, meloncat, berjengket, mencongklang,
mengguling, lompat tali, menyepak, melempar, menangkap, memukul,
memantul-mantulkan bola, dan berenang.
Lutan (1998:53) mengatakan “belajar adalah sebuah prilaku yang relatif
permanen sebagai akibat latihan atau pengalaman masa yang lampau”.
Berkaitan dengan belajar keterampilan motorik suatu proses yang berkaitan
dengan latihan atau pengalaman yang relatif permanen dalam reabilitasnya
untuk merespon suatu gerak. Menurut Lutan belajar motorik adalah
“seperangkat proses yang berkaitan dengan latihan atau pengalaman yang
mengantarkan ke arah perubahan dalam prilaku terampil”.
12
Menurut Siedentop dalam Fajar (2005:9), belajar motorik adalah proses
yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah
perubahan permanen dalam perilaku terampil.
Pada masa akhir anak besar, pada umumnya gerakan-gerakan tersebut sudah
mampu dilakukan dengan bentuk gerakan menyerupai gerakan orang
dewasa. Perbedaannya hanya terletak pada pelaksanaan gerakan yang
kurang bertenaga. Belajar motorik adalah menghasilkan perubahan yang
relatif permanen. Seorang yang ingin memiliki keterampilan yang baik harus
terlebih dahulu mengembangkan unsur gerak, kemudian hal ini dapat
dilakukan melalui proses belajar dan berlatih.
Adapun tahap dalam keterampilan motorik adalah tahap koqnitif, tahap
fiksasi dan tahap otomatis.
a. Tahap kognitif
merupakan tahap awal dalam belajar motorik, dalam tahap ini peserta
didik harus memahami hakikat kegiatan yang akan dilakukan, kemudian
harus memperoleh gambaran yang jelas baik secara verbal maupun
visual.
b .Tahap fiksasi
pada tahap ini pengembangan keterampilan dilakukan peserta didik
melalui latihan praktik secara teratur agar peubahan prilaku gerak
menjadi permanen, selama latihan peserta didik membutuhkan
13
semangat dan umpan balik untuk mengetahui apa yang dilakukan itu
benar atau salah.
b. Tahap otomatis
pada tahap otomatis kontrol terhadap gerak semakin tepat dan
penampilan semakin konsisten serta cermat. Menurut girimijoyo dalam
priyono mengatakan “Secara psikologi hal ini dapat diartikan bahwa
pada diri peserta didik telah terjadi suatu kondisi refleks bersyarat yaitu
terjadi pengerahan tenaga mendekati pola gerak reflek yang sangat
efesien dan hanya akan melibatkan unsur unit yang benar diperlukan
untuk gerakan yang diinginkan”.
Seperti yang dikemukakan di atas, dapat dinyatakan bahwa belajar motorik
mengacu pada perubahan perilaku atau tingkah laku manusia dengan kata
lain objek dari upaya belajar mengajar adalah perilaku yang nampak
bergerak dan terus berlangsung secara berkelanjutan.
B. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan
jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total,
mentalnya. Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu kajian yang
sungguh luas, titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih
khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan antara gerak manusia dan
14
wilayah pendidikan lainnya yaitu hubungan dari perkembangan tubuh-fisik
dengan pikiran dan jiwanya, Muhajir (2007: 8)
Menurut Syarifudin (1997:12) tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan
adalah:
1). Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berkaitan dengan
aktivitas jasmani, perkembangan estetika dan perkembangan sosial, (2).
mengembangkan kepercayaan diri dan kemauan untuk menguasai
keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam
aneka aktivitas jasmani, (3). Mengembangkan sikap sportif, jujur,
disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis
melalui aktivitas jasmani, (4). Mengetahui dan memahami konsep
aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran
dan pola hidup sehat,
(5). Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang
optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efesien dan
terkendali.
(6). Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam
aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan tersebut dapat
disimpulkan bahwa pendidikan jasmani suatu proses pembelajaran
melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran
jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan
perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi
C. Bermain
Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya
dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak
sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti hanya
makanan, cinta kasih (Soetjiningsih, 1995:48) sedangkan menurut Hurlock,
(1999:64) menyatakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan
yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
15
Kategori bermain dibagi menjadi dua yaitu bermain aktif dan bermain pasif
(Hurlock, 1999:64):
a) Bermain aktif, anak memperoleh kesenangan dan apa yang
dilakukannya, misalnya berlari atau membuat sesuatu dari lilin.
b) Bermain pasif, kesenangan yang diperoleh anak dalam bermain
egosentris, sedikit demi sedikit anak akan dilatih untuk
mempertimbangkan perasaan orang lain, bekerja sama, saling membagi
dan menghargai, melalui bermain anak dilatih bersabar, menunggu
giliran dan terkadang bisa kecewa karena ini pasif berasal dari kegiatan
yang dilakukan oleh orang lain, misalnya menikmati temannya bermain,
bermain jenis ini membutuhkan sedikit energi dibandingkan bermain
aktif.
D. Modifikasi
Arti modifikasi secara umum adalah mengubah atau menyesuaikan,
mengenai pengertian modifikasi menuruh Bahagia (2010:13),
mengemukakan bahwa modifikasi dapat diartikan sebagai upaya melakukan
perubahan dengan penyesuaian-penyesuaian baik dalam segi fisik material
(fasilitas dan perlengkapan), maupun dalam tujuan dan cara (metode, gaya,
pendekatan, aturan serta penilaian). Dari pernyataan di atas mengenai
pengertian modifikasi, modifikasi merupakan suatu usaha perubahan yang
dilakukan berupa penyesuaian-penyesuaian baik dalam bentuk fasilitas dan
perlengkapan atau dalam metode, gaya, pendekatan, aturan serta penilaian.
Apabila modifikasi dikaitkan dengan pembelajaran pendidikan jasmani
16
mempunyai makna yang cukup luas, baik modifikasi dalam bentuk benada
atau kecakapan yang dimiliki siswa. Pelaksanaan modifikasi sangat
diperlukan bagi setiap guru sebagai salah satu alternatif atau solusi
mengatasi permasalah yang terjadi dalam proses pembelajaran pendidikan
jasmani, modifikasi merupakan implementasi sangat berintegrasi dengan
aspek pendidikan lainnya.
Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi
pelajaran dengan cara menentukannya dalam bentuk aktivitas belajar yang
potensial sehingga dapat mempelancar siswa dalam belajarnya, modifikasi
pembelajaran pendidikan jasmani dianggap penting untuk diketahui oleh
para guru pendidikan jasmani. Diharapkan dengan mereka dapat
menjelaskan pengertian dan konsep modifikasi, menyebutkan apa yang
dimodifikasi dan bagimana cara memodifikasinya, menyebutkan dan
menerangkan bebarapa aspek analisis modifikasi.
Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan
siswa yang tadinya tidak bisa, yang tadinya tidak terampil menjadi terampil,
cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercemin dari aktivitas
pembelajaran yang diberikan guru mulai awal hingga akhir pelajaran.
Selanjutnya guru-guru pendidikan jasmani juga harus mengetahui apa saja
yang bisa dan harus dimodifikasi serta tahu bagaimana cara
memodifikasinya.
Dalam penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya
mencerminkan karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu
17
”Developentally Appropriate Practice” (DAP). Artinya bahwa tugas ajar
yang disampaikan harus memperhatikan perubahan kemampuan atau
kondisi anak, dan dapat membantu mendorong kearah perubahan tersebut.
Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat
perkembangan dan tingkat anak didik yang diajarnya.
Tujuan modifikasi menurut Lutan (1998:62) yang dikutip Bahagia (2010:5),
bahwa modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan
dengan tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajara,
meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan siswa
dapat melakukan pola gerak secara benar.
E. Alat Bermain
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:68) pengertian dari alat adalah
”yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu”, alat merupakan bagian dari
fasilitas pendidikan yang digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar,
dengan alat pembelajaran guru dapat memberikan contoh secara langsung
tentang materi tersebut agar mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa.
Dalam proses belajar mengajar, kehadiran alat/media mempunyai arti yang
cukup penting, karena dalam kegiatan tersebut, ketidakjelasan bahan yang
disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara.
Dikatakan bahwa media pengajaran digunakan dalam rangka upaya
peningkatan atau mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar,
selain itu dikatakan juga bahwa, alat/media merupakan sarana yang
membantu proses pembelajaran terutama yang berkaitaan dengan indera
18
pendengaran dan penglihatan, bahkan adanya alat/media tersebut dapat
mempercepat proses pembelajarab murid karena dapat membuat
pemahaman murid lebih cepat pula. Penggunaan media pengajaran dalam
proses pengajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas
pengajaran, sebagai alat bantu media mempunyai fungsi melicinkan jalan
untuk tercapainya tujuan pengajaran. Dapat disimpulkan bahwa alat adalah
media, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan
efektifitas komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam
proses pendidikan dan pengajaran sekolah.
F. Kemampuan Dasar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:86) pengertian dari
kemampuan adalah kesanggupan untuk melakukan sesuatu, di dalam
permainan diperlukan kemampuan untuk melakukan kegiatan yang telah
diberikan atau ditentukan. Faktor pendukung kemampuan dasar dalam
aktivitas olahraga adalah gerak lokomotor, gerak non lokomotor,
manipulatif. Rusli mendefinisikan gerak lokomotor adalah ”gerak yang
digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau
memproyeksikan tubuh ke atas misalnya: jalan, lompat dan berguling”.
Gerak non lokomotor adalah ”keterampilan yang dilakukan tanpa
memindahkan tubuh dari tempatnya, misalnya: membungkukkan badan,
memutar badan, mendorong dan menarik”. Sedangkan gerak manipulatif
adalah keterampilan memainkan suatu proyek baik yang dilakukan dengan
kaki maupun dengan tangan atau bagian tubuh yang lain. Gerak manipulatif
19
ini bertujuan untuk koordinasi mata-kaki, mata-tangan, misalnya melempar,
menangkap dan menendang. Setelah kemampuan gerak dasar dikuasai,
dapat dilanjutkan ke tahap kemampuan yang lebih spesifik dengan terlebih
dahulu mengoreksi kekurangan pada kemampuan sebelumnya, berikutnya
mengulangi gerakan, dimaksudkan agar gerakannya lebih otomatis.
G. Permainan Tenis Meja
Permainan tenis meja merupakan suatu permainan yang dimainkan oleh dua
atau empat orang pemain dengan jalan memukul bola kian kemari melewati
atas net dengan menggunakan bet sebagai alat untuk memukul bola dan bola
sebagai objek yang dipukul. Pemain yang lebih dahulu mencapai angka
(poin) 11 dalam satu set, dialah yang dinyatakan sebagai pemenang dalam
set tersebut. Untuk dapat memenangkan satu partai pertandingan, seorang
pemain harus dapat meraih 3 set kemenangan dari 5 set yang dimainkan.
Menurut Sutarmin (2007:4) tenis meja termasuk salah satu permainan yang
digemari oleh masyarakat dunia umumnya dan masyarakat Indonesia pada
khususnya, di Indonesia tenis meja sudah sangat memasyarakat baik di
sekolah-sekolah, kampung-kampung, instansi-instansi, maupun perusahaan-
perusahaan dan sebagainya. Dengan bermain tenis meja maka akan
berkembang dengan baik unsur-unsur daya pikir seseorang, kemampuan,
serta perasaannya. Disamping itu juga, kepribadian pun akan berkembang
dengan baik terutama disiplin, rasa kerjasama, serta rasa tanggung jawab
terhadap apa yang dibuatnya. Dalam permainan tenis meja seorang pemain
haruslah memiliki kesegaran jasmani yang tinggi sehingga dapat bermain
20
dengan baik dan seefisien mungkin tanpa menimbulkan kelelahan yang
berarti untuk dapat mencapai prestasi yang setinggi-tingginya.
Menurut Muhajir (2003:62), tenis meja adalah cabang olahraga yang
dimainkan di dalam gedung (indoor game), oleh dua atau empat pemain
menggunakan bet yang dilapisi karet yang dipukulkan pada bola agar dapat
melewati jaring yang terbentang pada meja. Selanjutnya menurut Suprapto
(2002:5) tenis meja adalah suatu permainan yang menggunakan meja
sebagai lapangan yang dibatasi oleh jaring (net) yang menggunakan bola
kecil terbuat dari celluloid dan permainannya menggunakan pemukul atau
yang disebut bet.
Pada dasarnya permainan tenis meja bukanlah suatu permainan yang mudah
untuk dilakukan, hal ini dikarenakan dalam memainkan bola, sangatlah
dibutuhkan unsur kecepatan dan ketenangan. Apabila unsur kecepatan dan
ketenangan tersebut dapat dikuasai dan diterapkan dengan baik dan benar,
maka peluang untuk memenangkan suatu pertandingan pun akan terbuka
lebar. Begitu juga sebaliknya, apabila unsur kecepatan dan ketenangan ini
dapat diterapkan dengan baik, maka peluang untuk memenangkan suatu
pertandingan pun semakin kecil. Untuk dapat bermain tenis meja dengan
baik dan benar, maka dibutuhkan suatu proses pembelajaran yang dilakukan
secara sistematis yang disebut dengan latihan.
Menurut Guoliang dalam Kertamanah (2003:38), tenis meja adalah olahraga
dengan tubuh sambil bergerak sambil memukul bola, pertama menggerakan
tubuh bagian pinggang kemudian gerak langkah kaki bersamaan dengan
21
gerak tangan memukul bola. Cara pergerakan yang harmonis merupakan
salah satu jaminan yang sangat kuat untuk melancarkan serangan bertubi-
tubi hingga mencetak angka. Muhajir (2003:63), bahwa permainan tenis
meja ini menggunakan peralatan sebagai berikut:
1. Meja: Meja yang dipergunakan berbentuk segi empat dengan
ukuran panjang meja 2.74 meter dan lebar 1.525 meter,
serta harus datar dengan tinggi meja 76 cm di atas
lantai. Pada setiap sisi bagian samping dan ujung meja
harus diberi garis putih sebagai batas yang lebarnya 3
mm.
2. Perangkat Net : Net dipasang di tengah-tengah meja, hingga membagi
lapangan atau meja menjadi dua bagian yang sama
besarnya, dengan ukuran panjang net 1.83 m termasuk
talinya, tinggi net 15.25 cm dari meja ke atas serta
jarak antara tiang pengikat dengan meja masing-
masing 15.25 cm.
3. Alat-alat: Alat-alat yang digunakan dalam permainan tenis meja
ini adalah sebagai berikut:
22
a. Kayu pemukul (Bet)
Bet terbuat dari kayu, sisi daun bet yang digunakan untuk memukul
bola harus ditutupi oleh karet.
b. Bola
Bola terbuat dari bahan celuloid atau sejenis bahan plastik serta
harus berwarna putih atau oranye dan pudar (tidak mengkilap). Bola
harus bulat dengan diameter 40 mm serta berat bola 25 gram. Bola
juga harus memenuhi standar yang bila dijatuhkan dari ketinggian 30
cm akan menghasilkan pantulan sekitar 23 cm. Menurut Dinas
Olahraga dan Pemuda (2004:7), tenis meja merupakan permainan
yang dilakukan dengan cara berhadapan dengan lawan, bola yang
datang sangat cepat dan selalu berubah-ubah arahnya, variasi bola
sulit untuk diprediksi dengan tepat kekuatannya. Kemudian ukuran
meja permainan yang relatif kecil serta peraturan hitungan dengan
really point yang dipersingkat. Berdasarkan beberapa pendapat para
ahli tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa permainan tenis
meja merupakan suatu permainan yang dapat dimainkan baik secara
perorangan (tunggal), ganda dan juga ganda campuran dengan
menggunakan bet sebagai alat untuk memukul bola dan bola sebagai
objek yang dipukul.
23
H. Pukulan Forehand
Dalam permainan tenis meja terdapat beberapa teknik dasar yang mutlak
dikuasai oleh seorang pemain untuk menunjang keberhasilannya dalam
suatu permainan, adapun teknik dasar tersebut yaitu servis, pukulan
forehand, pukulan backhand, chop, spink, dan cmesh. Apabila dalam
pelaksanaan permainan seorang pemain dapat melakukan suatu serangan
dengan menggunakan teknik pukulan yang kuat dan akurat, maka sudah
dapat dipastikan pemain tersebut akan mendominasi serangan dalam
permainan tersebut.
Pukulan forehand merupakan suatu pukulan yang sangat keras yang
dilakukan dari sisi forehand seorang pemain, baik itu melalui tangan kanan,
maupun melalui tangan kiri (bagi yang kidal). Pada dasarnya pukulan
forehand ini dapat dijadikan sebagai suatu pukulan utama dalam suatu
permainan, hal ini dikarenakan bola yang dihasilkan dari pukulan forehand
ini cenderung lebih keras dan akurat. Menurut Hodges (2007:12) Pukulan
forehand adalah setiap pukulan yang dilakukan dengan bet yang digerakan
kearah kanan siku untuk pemain yang menggunakan tangan kanan, dan ke
kiri untuk pemain yang menggunakan tangan kiri. Kemudian menurut
Sutisna dkk (1997:46) Pukulan forehand adalah telapak tangan yang
memukul menghadap kearah pukulan, sedangkan punggung telapak tangan
berada di atas atau menghadap kearah kita”. Tanpa memiliki sebuah
kekuatan fisik, kelenturan tubuh, kecepatan bergerak, kelincahan tubuh,
24
serta daya tahan tubuh maka tidak mungkin seseorang dapat mencapai
kesempurnaan pukulan.
Kesempurnaan teknik pukulan forehand ini hanya dapat dicapai dengan
latihan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, sistematis dan
berkesinambungan. Hal ini perlu diperhatikan oleh setiap guru ataupun
instrukur agar nantinya dalam penerapan latihan, guru akan dapat
mengoptimalkan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Pelaksanaan
latihan mempermantap pukulan forehand ini dilakukan secara perorangan
dengan cara saling memukul dan mengarahkan bola kearah sisi forehand
pasangan latihannya. Alangkah baiknya untuk membentuk gerak dasar
pukulan forehand ini dilakukan tanpa menggunakan bola, agar nantinya
pemain dapat lebih menguasai gerak dasar pukulan forehand ini.
Menurut Dinas Olahraga dan Pemuda (2004:60), pukulan forehand biasanya
merupakan pukulan yang sangat kuat karena tubuh tidak menghalangi saat
melakukan pukulan, tidak seperti backhand, selain itu otot yang digunakan
biasanya lebih maksimal dari pada pukulan backhand. cmash forehand yang
merupakan pukulan forehand dengan kecepatan penuh akan menjadi
pukulan paling kuat, pukulan ini dilakukan dengan cara yang sama pada
kedua jenis grip. Pukulan forehand adalah pada waktu memukul bola,
telapak tangan yang memegang raket/bed menghadap ke depan. Sutarmin,
(2007:21)
Pukulan forehand (sebuah pukulan topspin yang agresif) dianggap penting
dengan tiga alasan yaitu pertama, anda memerlukan pukulan ini untuk
25
menyerang dengan sisi forehand. kedua, pukulan ini bisa menjadi pukulan
utama. ketiga, pukulan ini merupakan pukulan yang paling sering anda
gunakan untuk melakukan smash. Hodges (2007:33).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pukulan forehand adalah suatu teknik pukulan yang
dapat dijadikan satu senjata utama dalam permainan tenis meja karena bola
yang dihasilkan dari teknik pukulan forehand ini cenderung lebih keras dan
akurat.
1). Forehand Drive
Pukulan forehand drive adalah pukulan forehand yang dilakukan dengan
bed dipukulkan pada bola, dengan gerakan dari bawah serong ke atas.
Posisi bet dalam keadaan tertutup. Forehand drive ini dapat digunakan
sebagai pukulan serangan atau dapat juga kita kontrol sesuai dengan
keinginan.Adapun unsur-unsur pendukung pelaksanaan dari pukulan
forehand tersebut adalah sebagai berikut:
a. Cara memegang bed
Teknik memegang bed ini merupakan faktor yang sangat penting
dalam permainan tenis meja. Secara garis besar pegangan dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1). Pegangan seperti berjabat tangan (Shakehand grip)
Pengangan shakehand sangat populer terutama di negara-negara
Eropa atau dunia barat, dengan pegangan ini, seorang pemain
dapat menggunkan ke dua sisi bet.
26
2). Pengangan seperti memegang tangkai pena (Penhold grip)
Penhold grip atau pengangan tangkai pena dikenal pula dengan
pengangan Asia, walaupun akhirnya kebanyakan pemain Asia
banyak menggunakan pengangan shakehand. Pada pengangan ini
hanya satu sisi bed yang dapat digunakan
Shakehand grip Penhold grip
Gambar 1. Cara memegang bet
(Larry Hodges 2007:16)
b. Sikap siap
Berdiri menghadap endline (garis ujung meja), kaki sedikit ditekuk,
kaki kanan diletakkan sedikit ke belakang, usahakan tumit tidak
menyentuh lantai. Dalam berdiri, pemain harus dapat menjaga posisi
tubuh agar selalu seimbang walaupun dengan posisi badan yang agak
yang sedikit dicondongkan, semakin tinggi badan, maka semakin
perlu untuk menekuk lutut. ini membuat tubuh memendek dan
memungkinkan untuk memutar kesegala arah dengan cepat.
27
Gambar 2. Sikap siap
(Larry Hodges, 2007:34)
c. Gerakan memukul
Putar tubuh ke arah kanan dengan bertumpu pada pinggang, dengan
tangan yang diayunkan ke arah luar. Jagalah agar siku tetap berada
didekat pinggang. Pindahkan berat badan ke kaki kanan saat
mengayunkan tangan ke belakang, jaga agar bet tetap tegak lurus
dengan lantai. Selanjutnya lakukan ayunan kearah depan dengan
memutar berat badan ke depan kaki kiri. Pada saat yang bersamaan,
putar pinggang dan tangan kearah depan, jaga agar siku tidak berubah.
Kemudian lakukan kontak saat kira-kira bola berada pada bagian
puncak pantulan. Dalam melakukan gerakan memukul hendaknya
dilakukan dengan tidak ragu-ragu agar pukulan yang dihasilkan
nantinya akan optimal terlaksana. Berikut gambar pelaksanaan
gerakan memukul dalam pukulan forehand.
28
Gambar 3. Gerakan memukul
(Larry Hodges, 2007 : 36)
d. Gerakan lanjutan (follow through)
Pada gerakan lanjutan ini, ikuti gerakan bed hingga ke bagian dahi
atau sedikit kearah kiri. Pemain yang lebih tinggi harus mengikuti
gerakan yang lebih rendah, berat badan harus dipindahkan ke kaki kiri
dengan bahu yang diputar ke arah kiri.
Gambar 4. Follow Through
(Larry Hodges, 2007:37)
Untuk memiliki kemampuan pukulan forehand dengan baik dan benar
dalam permainan tenis meja, diperlukan sebuah proses yang disebut
latihan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan berkesinambungan
29
I. Kerangka Pikir
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa di dalam pembelajar modifikasi
alat dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
kemampuan penguasaan gerak dasar pukulan forehand, oleh karena itu
sangat penting modifikasi alat dalam permainan tenis meja, agar dalam
permainan dapat mengumpan untuk melakukan serangan dan diharapkan
agar tercipta anak yang terampil, cerdas, tangkas dan berprestasi.
J. Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto (1998:67) hipotesis adalah jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui
data yang terkumpul. HipotesIS adalah jawaban yang masih bersifat
sementara dan bersifat teoritis. Sukardi, (2003:42)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah
suatu konsep yang berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
H1 : Seberapa besar pengaruh modifikasi alat bermain terhadap
penguasaan gerak dasar pukulan forehand tenis meja pada siswa kelas
VIII SMP Negeri 4 Tulang Bawang Barat Tahun Pelajaran 2012/2013