ii. tinjauan pustaka 2.1 persepsi 2.1.1 pengertian persepsi ii.pdfselain itu seringkali dalam...

26
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Berkaitan dengan persepsi dalam tulisan ini mencakup pengertian persepsi, tahapan persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, prinsip umum persepsi seperti yang akan diuraikan di bawah ini. 2.1.1 Pengertian persepsi Dalam memahami persepsi maka harus mengetahui kunci persepsi terlebih dahulu. Pada dasarnya pemahaman tentang persepsi terletak pada pengenalan yang merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap sesuatu, dan bukan suatu pencatatan terhadap situasi (Thoha, 2004). Persepsi mempunyai kaitan yang sangat erat dengan sikap karena persepsi merupakan kognitif sikap, dimana persepsi bias dikatakan sebagai tanggapan seseorang terhadap yang dilihat, didengar, dirasakan, dan yang dialaminya yang menghasilkan suatu proses dan proses itu menghasilkan suatu pendapat atau pandangan terhadap suatu objek. Selain itu persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya. Tanggapan yang diberikan bersifat personal dimana tanggapan satu orang akan berbeda dengan orang-orang yang lainnya. Persepsi adalah proses menerima informasi atas stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran pisikologis (Van Den Ban dan Hawkins, 1999). Menyatakan persepsi itu dapat dirumuskan dengan berbagai cara, tetapi dalam ilmu prilaku kususnya pisikologi, istilah ini dipergunakan untuk mengartikan perbuatan yang lebih dari sekedar mendengarkan, melihat dam merasakan sesuatu (Duncan dalam Thoha, 2004). Swastha dan Handoko (2000) persepsi adalah suatu proses dimana manusia menyadari menginterpretasikan aspek lingkungannya atau sebagai proses penerimaan dari adanya rangsangan (simuli) di dalam lingkungan internal dan eksternal yang bersifat aktif. Ruch (dalam Triyanto 2006), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan

Upload: others

Post on 27-Dec-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi

Berkaitan dengan persepsi dalam tulisan ini mencakup pengertian

persepsi, tahapan persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, prinsip

umum persepsi seperti yang akan diuraikan di bawah ini.

2.1.1 Pengertian persepsi

Dalam memahami persepsi maka harus mengetahui kunci persepsi terlebih

dahulu. Pada dasarnya pemahaman tentang persepsi terletak pada pengenalan

yang merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap sesuatu, dan bukan suatu

pencatatan terhadap situasi (Thoha, 2004). Persepsi mempunyai kaitan yang

sangat erat dengan sikap karena persepsi merupakan kognitif sikap, dimana

persepsi bias dikatakan sebagai tanggapan seseorang terhadap yang dilihat,

didengar, dirasakan, dan yang dialaminya yang menghasilkan suatu proses dan

proses itu menghasilkan suatu pendapat atau pandangan terhadap suatu objek.

Selain itu persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam

memahami informasi mengenai lingkungannya. Tanggapan yang diberikan

bersifat personal dimana tanggapan satu orang akan berbeda dengan orang-orang

yang lainnya.

Persepsi adalah proses menerima informasi atas stimuli dari lingkungan

dan mengubahnya ke dalam kesadaran pisikologis (Van Den Ban dan Hawkins,

1999). Menyatakan persepsi itu dapat dirumuskan dengan berbagai cara, tetapi

dalam ilmu prilaku kususnya pisikologi, istilah ini dipergunakan untuk

mengartikan perbuatan yang lebih dari sekedar mendengarkan, melihat dam

merasakan sesuatu (Duncan dalam Thoha, 2004). Swastha dan Handoko (2000)

persepsi adalah suatu proses dimana manusia menyadari menginterpretasikan

aspek lingkungannya atau sebagai proses penerimaan dari adanya rangsangan

(simuli) di dalam lingkungan internal dan eksternal yang bersifat aktif.

Ruch (dalam Triyanto 2006), persepsi adalah suatu proses tentang

petunjuk-petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan

diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

8

bermakna pada suatu situasi tertentu. Desiderato (dalam Rakhmat 2001) persepsi

adalah pengalaman tentang objek, pariwisata, atau hubungan yang diperoleh

dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan atau dengan kata lain

memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli).

Sunarto (2003) persepsi adalah suatu proses dimana individu-individu

mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera agar memberi makna kepada

lingkungan, apa yang di persepsikan orang dapat berbeda dari kenyataan yang

objektif. Dalam hal ini petani petani akan selalu membentuk gambaran atas kesan

tertentu terhadap fenomena lingkungannya. Secara langsung gambaran atau kesan

tersebut akan mempengaruhi sikap dan prilaku mereka dalam memutuskan dan

menentukan aktivitasnya. Krech (dalam Thoha, 2004) persepsi adalah suatu

proses kognitif yang kompleks dan menghasilkan suatu gambar unik tentang

kenyataan yang barang kali sangat berbeda dengan kenyataan. Dengan kata lain

proses persepsi dapat menambah, dan mengurangi kejadian senyatanya yang

diinderakan oleh seseorang. Robbins (2003) menambahkan bahwa persepsi

merupakan proses yang digunakan individu untuk mengorganisasi dan

menafsirkan kesan inderawi mereka untuk member makna kepada lingkungannya.

Sesuai dengan uraian di atas secara umum persepsi merupakan pandangan

seseorang terhadap rangsangan yang diterimanya. Persepsi sangat berpengaruh

terhadap keputusan seseorang untuk menekuni suatu pekerjaan.

2.1.2 Tahapan persepsi

Dalam proses menentukan pembentukan suatu persepsi terdapat beberapa

tahapan. Menurut Mulyana (2005) tahapan tersebut sebagai berikut.

1. Tahap menerima rangsangan : tahap ini merupakan tahap dimana

seseorang mulai menerima sesuatu, baik itu informasi atau suatu motifasi,

dimana dalam penerimaannya ini bias lewat media maupun secara

langsung.

2. Tahap menyeleksi rangsangan : tahap ini seseorang akan mulai

menyeleksi, memilah-milah rangsangan yang dating padanya. Tehap ini

seseorang akan mulai bias mencari dan menentukan berbagai rangsangan

dengan berbagai sifatnya.

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

9

3. Tahap pengorganisasian : pada tahap ini seseorang akan mulai

mengelompokkan rangsangan yang dating padanya, ia akan mulai

memecahkan rangsangan.

4. Tahap penafsiran : dalam tahap ini telah terjadi gambaran-gambaran yang

akan ia lakukan atau tindakan yang akan ia laksanakan. Di sini terjadi

penfsiran-penfsiran terhadap rangsangan yang di terimanya.

5. Tahap pengecekan : dalam tahap ini seseorang akan mengecek ulang,

apakah benar yang telah dilakukannya dalam tahap pengorganisasian, dan

apakan penafsiran yang dilakukan bias dilakukan.

6. Tahap reaksi : dalam tahap ini merupakan tahap akhir dimana seseorang

sudah melakukan reaksi atau tahap terhadap rangsang yang ia terima

selama ini. Dari tahapan tersebut akan memunculkan suatu persepsi

seseorang, yang tentunya persepsi yang dimiliki mempunyai dasar yang

kuat, sehingga persepsi tersebut dapat dipertanggung jawabkan.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Robbins (2003) menuturkan terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam

membentuk dan kadang memutar balik persepsi. Faktor-faktor ini dapat berada

dalam pihak pelaku persepsi, dalam obyek atau target yang dipersepsikan dan

dalam konteks situasi di mana persepsi itu dibuat. Faktor dalam diri seseorang

yang mempengaruhi proses seleksi persepsi, yaitu sikap, motiv, kepentingan,

pengalaman dan pengharapan. Karakteristik-karakteristik target yang akan diamati

dapat mempengaruhi sesuatu yang dipersepsikan. Faktor-faktor tersebut, yaitu hal

baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang dan kedekatan. Sedangkan faktor

dalam situasi yang mempengaruhi persepsi, yaitu waktu, keadaan/tempat kerja

dan keadaan sosial.

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

10

2.1.4 Prinsip umum persepsi

Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999) ada lima prinsip umum dalam

persepsi, sebagai berikut.

1. Relativitas : persepsi seseorang bersifat relatif, walaupun suatu objek yang

dipersepsikan tidak dapat diperkirakan dengan tepat, tetapi setidaknya

dapat dikatakan melebihi yang lainnya.

2. Selektivitas : persepsi bersifat selektif, tergantung pada faktor fisik dan

psikologi seseorang. Panca indera menerima stimulasi dari sekelilingnya

dengan melihat objek, mendengar, mencium, dan sebagainya, tergantung

kapasitas dengan memproses informasi karena tidak semua stimuli dapat

ditangkap oleh panca indera.

3. Organisasi : persepsi bersifat terorganisasi, karena persepsi merupakan

susunan pengalaman yang dapat memberikan arti dan makna dalam bentuk

pesan.

4. Arah : dalam hal ini penataan arah pesan sangat penting, karena untuk

mengurangi tafsiran yang diberikan stimuli, dan agar panca indera dapat

menangkap poin-poin penting dari pesan.

5. Perbedaan Kognitif : persepsi seseorang bisa berlainan satu dengan yang

lainnya dalam situasi yang sama karena adanya perbedaan yang kognitif.

Setiap proses mental, individu bekerja menurut caranya sendiri tergantung

pada faktor kepribadian, tingkat keterbukaan, sikap, pengetahuan dan lain-

lain.

2.2 Pengertian dan Pembagian Lapangan Kerja

Menurut (BPS Provinsi Bali 2013) lapangan kerja adalah bidang atau

kegiatan dari usaha, perusahaan atau instansi. Adapun pembagian lapangan kerja

ini, sebagai berikut.

1. Pertanian Tanam Pangan

2. Perkebunan

3. Perikanan

4. Perternakan

5. Pertanian Lainnya

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

11

6. Industri Pengolahan

7. Perdagangan

8. Jasa

9. Angkutan

10. Lainnya

Selain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang

membahas tentang perekonomian terdapat pembagian bidang atau kegiatan usaha

ke dalam lima sektor, sebagai berikut.

1. Sektor Pertanian

2. Sektor Industri

3. Sektor Perdagangan

4. Sektor Jasa

5. Sektor Angkutan dan Sektor Lainnya

Dalam membahas tentang perkembangan struktur kesempatan kerja,

ternyata lapangan kerja dibedakan menjadi lapangan kerja sektor pertanian dan

lapangan kerja non pertanian. Pemisahan tersebut tidak lain disebabkan kedua

sektor tersebut memiliki sifat yang sangat berbeda. Lapangan kerja di sektor

pertanian seringkali dikaitkan dengan hal-hal tradisional yang ditandai dengan

produktivitas rendah. Sedangkan lapangan kerja di sektor non pertanian sering

dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat lebih moderen yang memiliki produktivitas

dan pendapatan lebih tinggi.

2.3 Pengertian Petani dan Karakteristik Bekerja Sebagai Petani

Dikemukakan oleh Wolf (dalam Sudarta, 2003) petani dibedakan menjadi

dua macam yaitu peasant (petani perdesaan) adalah orang desa yang berusaha

dalam bercocok tanam dan berternak di pedesaan. Dan farmer (pengusaha

pertanian atau agriculture entrepreneur) yaitu pengusaha pertanian yang berusaha

untuk mengkombinasikan faktor-faktor produksi yang dibelinya dan mencari

keuntungan dalam penjualan hasil. Dari kedua pengertian petani tersebut di

Indonesia atau dalam bahasa Indonesia digabungkan menjadi petani saja tanpa ada

perbedaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa petani merupakan orang desa yang

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

12

berusaha bercocok tanam dan berternak dengan mengkombinasikan faktor-faktor

produksi guna mencari keuntungan.

Pada umumnya di Bali merupakan petani penggarap, yang dibedakan

menjadi : Petani penyakap dan petani pemilik-penggarap. Petani penyakap adalah

petani yang menggarap lahan milik orang lain dengan system bagi hasil, hasil

yang didapatkan berdasarkan kesepakatan dua belah pihak. Petani pemilik-

penggarap adalah petani yang memiliki lahan sekaligus mengerjakan lahan

miliknya sendiri.

Petani sering menampilkan diri sebagai pekerja dengan penampilan fisik

yang keras dan kotor, sedangkan non pertanian menampilkan citra diri sebagai

pekerja yang tidak mencurahkan tenaga fisik dan penampilan yang terkesan bersih

dan rapi. Kondisi ini melahirkan pemikiran atas nilai sosial budaya yang

memandang bahwa petani merupakan pekerjaan keras sedangkan non petani,

apalagi pegawai negeri. Secara hasil memang yang didapat petani tidak lebih baik

dari hasil yang di dapat non petani (Rahardja, 1996), akan tetapi bagi petani yang

memang benar-benar maksimal bekerja di sektor pertanian, yang didukung

dengan pengetahuan yang baik dan pengalaman, maka pendapatnya jauh lebih

besar dibandingkan non pertanian.

2.4. Pergeseran Tenaga Kerja

Meskipun di Indonesia, sektor pertanian masih memegang peranan penting

dalam menyediakan lapangan kerja bagi tenaga kerja, namun seiring dengan

percepatan proses industrialisasi, terjadi pergeseran tenaga kerja dari sektor

pertanian ke sektor non pertanian . Tjonodronegoro (2005) mendefinisikan

pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian sebagai

berukut :

1. Proporsi jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian semakin

berkurang, dan atau;

2. Tenaga kerja di bidang pertanian mencurahkan jam kerjanya di sektor

pertanian berkurang dan mengalahkan kepada pekerja-pekerja lain di

sektor non pertanian.

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

13

Menurut Soentoro (dalam Karsyono, 1984) sebab-sebab pergeseran tenaga

kerja dari sektor pertanian ke non pertanian di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Tenaga kerja tersebut terlampar dari sektor pertanian karena jenuhnya

penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian.

2. Mereka ditarik oleh terbukanya kesempatan kerja di luar sektor pertanian

dengan iming-iming pendapatan yang lebih baik.

Sedangkan menurut Mubyarto (1996), khususnya pada kalangan pemuda

terdapat anggapan bahwa pekerjaan pada sektor pertanian adalah pekerjaan

rendah, kurang bergengsi, kotor dan kumuh. Dengan berlanjutnya proses

pembangunan yang membawa semakin lengkapnya sarana pendidikan,

transportasi, dan komunikasi, pemuda perdesaan juga mulai enggan untuk bekerja

pada sektor pertanian.

Secara umum sektor pertanian memiliki cabang-cabang sektor atau sub

sektor yang membentuk sektor pertanian tersebut. Sub sektor tersebut adalah sub

sektor tanaman pangan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan

dan hasilnya, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan. Pembagian sub

sektor tersebut sama hal nya terkait definisi pertanian itu sendiri. Menurut BPS

(2003), pertanian adalah semua kegiatan yang meliputi penyediaan komoditi

tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan.

Semua kegiatan penyediaan tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan,

kehutanan, dan perikanan itu dilakukan secara sederhana, yang masih

menggunakan peralatan tradisional.

Berkaitan dengan uraian diatas penelitian ini berfokus pada sub sektor

tanaman pangan. dalam hal ini penelitian bertujuan untuk mengetahui persepsi

petani tanaman pangan kususnya pada lahan sawah yang menggunakan sistem

subak. Subak adalah suatu masyarakat hukum adat yang memiliki karakteristik

sosio-agraris-religius, yang merupakan perkumpulan petani yang mengelola air

irigasi di lahan sawah.

Subak sebagai fenomena kebudayaan mempunyai tiga ciri yaitu, pertama

sebagai sistem nilai budaya seperti nilai-nilai, norma-norma, hukum, dan aturan-

aturan kusus. Sebagai contoh awig-awig subak merupakan ketentuan-ketentuan

yang dibuat oleh masyarakat subak, yang dijadikan pedoman berprilaku untuk

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

14

mencapai ketertiban. Kedua, sebagai wujud sistem sosial yang merupakan pola

aktivitas warga subak. Sebagai contoh kegiatan warga subak dalam menata irigasi,

mengelola lahan, menanam bibit, memetik hasil panen, maupun melakukan

upacara di pura subak., merupakan pola prilaku dan interaksi yang dilakukan

secara berkesinambungan. Ketiga, sebagai wujud fisik, merupakan wujud yang

kongkret, seperti jaringan irigasi, hamparan sawah, maupun bangunan

perlengkapannya. Ketiga wujud subak terangkai dalam wujud kebudayaan, yang

mengalami perubahan karena pengaruh pembangunan dan dinamika masyarakat.

Komponen kebudayaan yang kongret lebih cepat berubah daripada komponen

yang abstrak (Koentjaraninggrat dalam Sirtha, 2006). Oleh karena itu, komponen

fisik mengalami perubahan paling cepat, yang diikuti oleh perubahan komponen

sistem sosial, dan komponen nilai budaya atau norma-norma. Selengkapnya subak

akan dibahas pada sub judul selanjutnya.

2.5 Subak

Sistem irigasi di Bali ditata dengan menggunakan pola tradisional yang

dikenal dengan istilah subak. Fungsi subak yang utama adalah mengatur perairan

untuk pertanian. Dalam menyelenggarakan tugas yang demikian, beberapa

kegiatan masyarakat subak, antara lain menata jaringan irigasi, mengatur

pembagian air, mengatur pengaliran pola tanam, dan melaksanakan kegiatan

upacara (Sirtha, 2008).

Mangunwijaya (dalam windia, 2006) menambahkan subak pada

hakekatnya merupakan teknologi sepadan. Hal tersebut disebabkan sifat subak

sesuai dengan prinsip-prinsip teknologi sepadan, yaitu (i) kegiatannya

berdasarkan pada usaha swadaya dan tidak bergantung pada ahli, (ii) bersifat

desentralisasi, (iii) kegiatannya berdasarkan pada kerjasama dan bukan pada

persaingan, serta (iv) merupakan teknologi yang sadar dan bertanggungjawab

sosial dan ekologis.

Mengacu pada prinsip-prinsip tersebut, sistem subak sangat berperan

terhadap kelestarian pekerjaan sektor pertanian, khususnya di Bali. Prinsip-prinsip

tersebut mendorong sistem subak berkembang menjadi budaya masyarakat dalam

bertani. Dalam pandangan Koentjaraningrat (1989), Interaksi antar individu

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

15

dengan keinginan dan tujuan yang sama tersebut pada akhirnya melahirkan

kebudayaan. Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan

gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta

keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Definisi tersebut menegaskan bahwa

dalam kebudayaan mensyaratkan terjadinya proses belajar untuk mampu

memunculkan ide atau gagasan dan karya yang selanjutnya menjadi kebiasaan.

Sistem subak yang telah menjadi budaya masyarakat terus mengalami

perkembangan. Dalam perkembangannya, unsur dan kegiatan ekonomi cukup

banyak muncul dalam sistem subak yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan anggotanya. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan mampu

memperkuat keberdayaan subak dalam mengelola sistem irigasi sehingga pada

akhirnya pengembangan sektor pertanian menjadi optimal. Berkaitan dengan hal

tersebut, terus dikembangkannya sistem subak oleh masyarakat menunjukkan

sistem tersebut masih eksis hingga kini. Kegiatannya tetap merujuk pada prinsip-

prinsip teknologi sepadan, salah satunya yang menekankan pada kerjasama.

Berkaitan dengan hal tersebut tentunya perkembangan pekerjaan pertanian

sistem subak tidak hanya didorong oleh peranan masyarakat subak namun

ditopang pula oleh sarana dan prasarana serta lingkungan sekitar subak.

Berdasarkan hal tersebut berikut akan dideskripsikan hubungan sistem subak

dengan wujud kebudayaan, meliputi konsep pola pikir, sosial dan artefak

(Koentjaraningrat, 1989).

2.5.1 Pola pikir

Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak,

tidak dapat diraba atau di foto. Lokasinya ada di dalam kepala-kepala, atau

dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan

bersangkutan itu hidup. Kalau warga masyarakat tadi menyatakan gagasan mereka

tadi dalam tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal sering berada dalam

karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat bersangkutan.

Ide-ide dan gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu

masyarakat, memberi jiwa pada masyarakat itu. Gagasan-gagasan itu tidak berada

lepas satu dari yang lain, melainkan selalu berkaitan, menjadi suatu sistem. Para

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

16

ahli antropologi menyebut sistem ini sebagai sistem budaya, atau cultural system

(Koentjaraningrat, 2006).

Berkaitan dengan hal tersebut, subak umumnya beranggapan bahwa

bagaimana sebaiknya irigasi itu dapat dikelola agar mampu mencukupi kebutuhan

air berbagai tanaman pada saat tanaman itu kekurangan air. Tanaman yang diairi

tersebut adalah tanaman yang dibudidayakan di lahan sawah yang berupa tanaman

padi dan palawija.

Karena lingkungan topografi dan kondisi sungai-sungai di Bali yang

umumnya curam, maka hal itu menyebabkan sumber air untuk suatu komplek

persawahan petani umumnya cukup jauh, dan kadang-kadang mereka harus

membuat trowongan (anguan). Kondisi ini yang menyebabkan para petani tidak

mampu bekerja sendiri-sendiri, dan mereka harus menghimpun diri dalam bentuk

kelompok yang dikenal dengan sebutan organisasi subak.

Mungkin karena air sangat bermanfaat bagi kehidupan dan sangat susah

untuk mendapatkannya, termasuk mendapatkan irigasi air, maka air itu dianggap

oleh masyarakat sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini dicerminkan

dengan dibangunnya pura tempat persembahyangan di kawasan subak, dan

diselenggarakan upacara tertentu untuk menghormati keberadaan air tersebut.

Pura adalah simbul kesaksian, agar di antara anggota subak tidak ada berbuat

curang.menggunakan air di luar kesepakatan bersama adalah suatu pelanggaran.

Upacara yang sangat terkenal adalah upacara magpag toyo (menjemput air) yang

diselenggarakan oleh petani menjelang dilaksanakan kegiatan pengolahan tanah.

Upacara magpak toyo juga mencerminkan suatu kegiatan bahwa air sebagai aset

milik masyarakat yang penuh dengan ketidak pastian, harus dikelola dengan

pendekatan kebersamaan.

Air yang dipercaya sebagai ciptaan Tuhan, dan dipergunakan oleh banyak

orang, diusahakan untuk didistribusikan secara proporsional kepada setiap petani

anggota subak, yakni dengan ukuran tektek, sehingga air dapat dianggap telah

didistribusikan secara adil. Petani pada umumnya sangat takut melanggar

kesepakatan penggunaan air, karena takut pada akibat-akibat yang mungkin

timbul yang dipercaya sebagai akibat kemurkaan Tuhan.

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

17

Karena sistem subak menganut system distribusi air secara proposional,

maka resiko yang ada, harus ditanggung secara bersama-sama. Misalnya pada saat

air irigasi sangat kecil, maka mereka akan kekurangan air secara bersama-sama.

Petani memberi makna terhadap masalah kekurangan dan kecukupan air, dalam

kaitan dengan kemungkinan keberhasilan pertanamannya. Oleh karenanya jadwal

tanam dilaksanakan secara ketat, dan waktunya detetapkan dalam rentang waktu

dua minggu. Petani yang melanggar akan dikenakan denda, dan di Subak

Sungsung bahkan masih dikenakan sanksi berupa upacara tertentu. Untuk

memperoleh penggunaan air yang optimal dan merata, maka air yang berlebihan

dapat di buang melalui saluran drainasi yang tersedia pada setiap komplek/blok

sawah milik petani. Sedangkan untuk mengatasi masalah kekurangan air yang

tidak di perkirakan, maka mereka melakukannya dengan cara-cara sebagai berikut

(Windia, 2006).

1. Ada sistem saling pinjam meminjam air irigasi antar anggota subak dalam

suatu subak, atau antar subak yang sistemnya terkait, dan bahkan

sepanjang Sungai Yeh Ho-Tabanan, pengeloloanya dilakukan oleh

pemimpin Subakagung Yeh Ho.

2. Ada sistem pengelolahan areal pada kawasan subak yang bersangkutan

(misalnya : golongan hulu-tengah-hilir, atau golongan hulu-hilir).

3. Ada sistem pelampias, yakni kebijakan untuk memberikan tambahan air

untuk lahan sawah yang berada lebih di hilir. Jumblah tambahan air

ditentukan dengan kesepakatan bersama, dengan mempertimbangkan

prioritas lahan di subak yang bersangkutan.

4. Ada sistem pengurangan porsi air yang harus diberikan pada suatu

blok/komplek sawah milik petani tertentu, bila sawah tersebut telah

mendapatkan tirisan air dari suatu kawasan tertentu di sekitarnya.

5. Ada peran pekaseh/pengurus dalam mengatur air irigasi pada saat debit air

yang sangat kecil. Misalnya pada saat air sedang kecil, petani anggota

subak tidak diperbolehkan ke sawah pada malam hari, dan selanjutnya

pihak penguruslah yang bertugas mengatur ketersediaan air yang kecil itu

pada malam hari, untuk didistribusikan kepada para anggotanya secara

adil.

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

18

Adapun alasan petani untuk melakukan kegiatan-kegiatan seperti yang

disebutkan di atas pada dasarnya adalah untuk memunculkan rasa kebersamaan,

menghindari konflik, dan menjaga harmoni di kalangan mereka.

Selaras dengan hal tersebut, ide-ide yang diterapkan pada subak umumnya

berasal dari pemikiran yang disampaikan oleh seluruh warga subak dalam suatu

media berupa rapat. Ide-ide tersebut ada yang dituangkan dalam bentuk suatu

aturan. Pada subak terdapat dua jenis aturan, yaitu awig-awig dan pararem (Sirtha,

2008). Awig-awig subak merupakan aturan-aturan yang dibuat oleh warga subak

sendiri, baik dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis. Sedangkan, pararem

merupakan hasil suatu peruman (putusan rapat) yang dirumuskan menjadi aturan

subak. Berikut akan dipaparkan beberapa contoh pembentukan awig-awig dan

perarem pada subak.

A. Pembentukan Awig-Awig Subak

Dibawah ini dipaparkan contoh proses pembentukan Awig-awig Subak

Dangin Umah, Pesedahan Yeh Wos Teben Desa Batubulan Kangin. Proses

pembentukan awig-awig itu di awali pembentukan panitia kecil yang terdiri dari

20 orang yang dibagi di dalam tiga kelompok, yaitu kelompok parahyangan, yang

bertugas untuk membahas tata agama, kelompok pawongan yang bertugas untuk

membahas tata organisasi, dan kelompok palemahan yang bertugas untuk

membahas tentang wilayah subak. Penyusunan awig-awig itu berpedoman pada

awig-awig subak yang di terbitkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi

Bali.

Panitia kecil setelah berhasil menyusun rancangan awig-awig subak,

kemudian rancangan itu disampaikan dalam rapat ditandai oleh adanya tanya

jawab antara warga subak dan panitia kecil. Setelah panitia menyetujui rancangan

awig-awig subak tersebut, rapat subak lalu menetapkan hari baik untuk

melaksanakan upacara pengesahan.

Upacara pengesahan Awig-awig Subak Dangin Umah diselenggarakan

pada hari jumat kliwon tanggal 1 januari 1993 bertempat di Jaba Ulun Carik

Subak Dangin Umah. Dalam upacara itu dihadiri oleh warga subak juga pejabat

pemerintah Kecamatan. Para penendatanganan pengesahan Awig-awig Subak

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

19

Dangin Umah adalah Pekaseh, Penyarikan, Patengen, Bendesa Adat Batuyang,

Kepala Dusun/ Kelihan Dinas, Kepala Batubulan Kangin, Sedahan Yeh Wos

Tamben dan Camat Sukawati.

Materi Awig-awig Subak Dangin Umah terdiri dari : 8 (sarga), 15 bagian

(indik), 36 pasal (pawos) dan 86 awat (wiwit). Bab I mengatur tentang nama dan

wilayah subak. Bab II mengatur tentang dasar dan tujuan subak. Bab III mengatur

tentang tata organisasi. Bab IV mengatur tentang agama. Bab V mengatur tentang

tata persubakan. Bab VI mengatur tentang pelanggaran dan sanksi atau upaya

pemulihan keseimbangan. Bab VII mengatur tentang perubahan awig-awig subak.

Bab VIII tentang penutup.

Materi awig-awig subak terdiri dari beberapa bagian, yaitu. Pertama,

Aspek tata organisasi terdiri dari enam bagian, yaitu tentang warga, tentang

pengurus, tentang rapat, tentang tentang kentongan, tentang milik atau kekayaan

subak, dan tentang bahaya. Kedua, aspek persubakan, terdiri dari lima bagian

yaitu tentang wilayah dan bangunan; pengairan; pola tanam; dan hama penyakit.

Ketiga, aspek tata agama terdiri dari dua bagian, yaitu tentang bangunan suci dan

upacara.

Selain mengatur ketiga bagian kegiatan subak tersebut, awig-awig subak

juga mengatur tentang pelanggaran dan sanksi atau upaya pemulihan

keseimbangan.

Awig-awig subak tertulis itu hanya mengatur pokok-pokoknya saja,

sedangkan kepentingan masyarakat subak yang lebih rinci dituangkan dalam

bentuk pararem.

B. Pembentukan Pararem

Rapat subak yang disebut dengan istilah sangkepan atau paruman atau

samua merupakan wadah musyawarah dan komunikasi antara pengurus dengan

warga subak. Secara teknis rapat subak merupakan perwujudan dari demokrasi

dalam suasana perdesaan kususnya di liungkungan subak.

Rapat subak dilaksanakan secara periodik maupun secara khusus. Rapat

periodik umumnya dilaksanakan setiap satu bulan sekali pada hari yang telah

ditentukan. Sebagai contoh, Subak Lucuk Ujung mengadakan rapat setiap hari

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

20

tumpek atau sabtu kliwon (35 hari sekali) di Balai Subak Lucuk Ujung. Subak yang

belum memiliki balai subak, rapat subak biasanya diselenggarakan di balai banjar.

Dalam rapat subak terjadi interaksi dan komunikasi antara pengurus

dengan warga subak tentang berbagai hal yang dipandang penting untuk

dibicarakan atau dicarikan jalan pemecahannya. Dalam rapat yang bersifat

periodik biasanya membicarakan tentang penetapan pola tanam gotong-royong

memperbaiki sarana prasarana subak, maupun pelaksanaan upacara di pura

subak.selain itu dibicarakan pula tentang kas subak, serta denda bagi warga subak

yang melakukan pelanggaran.

Rapat kusus diadakan apabila terjadi sengketa yang memerlukan

pemecahan segera. Mengenai penyelesaian sengketa yang berkaitan dengan

pemerintah, dilakukan dengan cara mengundang Kepala Dusun, Kepala Desa,

Camat, Dinas Pertanian (PLL), dan instansi-instansi terkait lainnya. Sebagai

contoh pelanggaran penggiliran pola tanam di Subak Kubur, diselesaikan dengan

cara menyelenggarakan rapat khusus yang dihadiri oleh Kepala Desa, aparat

pemerintah Kecamatan, dan aparat pemerintah Kabupaten. Dalam pertemuan

periodik apabila warga subak tidak hadir dalam rapat akan dikenakan denda

sejumblah uang tertent, seperti Subak Kubur menetapkan besarnya denda apabila

tidak hadir dalam rapat periodik sebesar seratus rupiah, sedangkan di dalam rapat

kusus besarnya denda bagi warga yang tidak hadir sebesar seribu rupiah.

Melalui wadah komunikasi yang berupa rapat periodik dan rapat khusus,

terwujud interaksi antara pengurus warga subak guna menangani masalah yang

bersifat perseorangan maupun kelompok.

Pelaksanaan rapat subak, kadang-kadang didahului dengan melakukan

kegiatan gotong-royong, seperti dilakukan oleh subak Temoyang Kelod pada

tanggal 14 maret 1994. Setelah masyarakat subak melakukan gotong-royong

membersihkan jalan dan saluran air, kemudian dilangsungkan rapat subak di balai

subak.

Subak Temoyong Kelod terdiri dari tiga tempek, tempek Cemcem (81

KK), tempek Dau (90 KK), dan Bremana (73 KK). Ketiga tempek itu memiliki

pekaseh petujuh masing-masing. Salah seorang pekaseh itu, yaitu Pekaseh

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

21

Tempek Dau diangkat sebagai ketua yang menjabat sebagai Pekaseh Subak

Temoyong Kelod.

Dalam rapat subak ketiga pekaseh duduk, ketua pekaseh duduk di tengah-

tengah, para pekaseh membawa daftar anggota masing-masing dan mencatat

anggota subak yang tidak hadir dalam rapat tersebut.

Acara rapat adalah membahas perencanaan pola tanam, pada saat itu padi

sedang menguning dimana dalam waktu satu minggu lagi padi segera dipotong.

Pekaseh menyampaikan pola tanam yang akan datang adalah menanam kedelai,

mengingat subak telah menanam padi selama dua kali berturut-turut. Karena itu,

warga subak supaya memulai bersiap-siap untuk menanam kedelai.

Setelah pekaseh selesai menjelaskan perencanaan pola tanam, salah

seorang amggota warga subak yang bernama IWB mengajukan usul “ apakah

sebaiknya menanam padi sekali lagi, mengingat persediaan air mencukupi dan

harga padi saat ini lebih tinggi dari pada harga kedelai”. Warga subak yang lain

yang bernama IMK menanggapi usulan warga tersebut dengan mengatakan bahwa

“pekaseh sebaiknya menegakkan awig-awig dengan tegas, Kalau pelaksanaan

awig-awig sudah tidak tegas, nanti akan bertambah sulit untuk menyusunnya

kembali, karena itu apabila telah tiba gilirannya menanam palawija hendaknya hal

itu dilaksanakan secara konsekuen”.

Pekaseh secara bijaksana menyampaikan jawabannya “bahwa awig-awig

yang sudah dibuat dengan susah payah mestinya warga subak menaatinya.

Apabila dipertimbangkan dengan seksama ternyata pola tanam yang telah

berjalan, yaitu padi, padi, palawija sudah cocok dengan kondisi tanah sawah,

dimana setelah sawah ditanami padi dua kali, kemudian dilakukan selingan

dengan menanam palawija. Janganlah menghitung keuntungan sesaat dengan

membandingkan harga padi yang lebih tinggi dengan harga kedelai dalam satu

panen saja. Tetapi dipikirkan kehidupan kita seterusnya”. Jawaban pekaseh

tersebut mendapat dukungan seluruh warga termasuk warga subak yang

mengajukan usul merasa setuju dan menerima rencana pekaseh tersebut.

Selanjutnya seorang warga subak yang bernama IKL mengajukan

pertanyaan “kapan mulai menanam kedelai, mengingat padi yang sekarang sedang

menguning dan segera akan dipotong.

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

22

Pengurus subak mencari hari baik berdasarkan kalender secara seksama.

Akhirnya disepakati bahwa pada tanggal 23 maret 1994 pada hari Rabu ditetapkan

sebagai hari memulai menanam kedelai. Setelah rencana pada pola tanam

palawija disepakati oleh warga subak, maka pekaseh menutup rapat subak dengan

menegaskan agar keputusan rapat itu dilaksanakan oleh seluruh warga subak.

Hasil keputusan rapat itu merupakan pararem tentang perencanaan pola tanam

palawija. Pararem itu mengikat seluruh warga subak dan menjadi pedoman untuk

berprilaku. Kepatuhan warga subak kepada aturan subak merupakan tanda bagi

kelancaran pelaksanaan kegiatan organisasi subak.

2.5.2 Sistem Sosial

Wujud yang kedua dari kebudayan disebut sistem sosial atau social

system, mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial itu

sendiri terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi,

berhubungan, serta bergaul satu dengan lain dari detik ke detik, dari hari ke hari,

dan dari tahun ke tahun selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat

tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia-manusia dalam satu

masyarakat, sistem sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari,

bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasikan (Koentjaraningrat, 2006).

Berkaitan dengan hal tersebut, interaksi yang terjadi antarmanusia pada

subak pada akhirnya untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapainya maka

dibentuklah suatu organisasi sosial subak untuk mengelola irigasi yang tersedia,

agar tercapai keberhasilan dalam bidang pertanian. Organisasi tersebut pada

dasarnya berbentuk tim kerja yang berorientasi pada pencapaian keberhasilan

tujuan (Kast dan Rosenzewig, 1979; Sudjadi, 1989 dalam Windia, 2006),

berdasarkan pada asas-asas yang harus diemban oleh suatu organisasi yakni

keadilan dan kebersamaan.

Adapun tugas-tugas yang harus dicapai oleh organisasi subak dibawah

pimpinan ketua/kelian subak (pekaseh) pada dasarnya sebagai berikut.

1. Merencanakan tujuan, dan sasaran kegiatan yang merupakan wujud dari

pelaksanaan yang taat asas menurut aturan yang diberlakukan.

2. Menjelaskan tujuan dan sasaran kegiatan kepada anggota

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

23

3. Menyusun kesepakatan tindakan pemecahan permasalahan, dan

pembagian tanggung jawab kepada seluruh anggota.

4. Memberdayakan anggota untuk dapat berperan-serta sesuai dengan tujuan

dan sasaran kegiatan yang telah disepakati dapat tercapai dengan baik.

Berkaitan dengan sistem sosial subak untuk mengatur penyediaan dan

pengalokasian air (mengelola air irigasi) atas dasar kesesuaian dengan pola pikir

di atas, maka subak membangun organisasinya sesuai dengan kebutuhan

setempat. Misalnya pada daerah-daerah tertentu, ada seorang staf pengurus subak

yang disebut dengan petilik, yang bertugas untuk secara rutin mengawasi alokasi

dan distribusi air irigasi di kawasan tersebut.

Peranan pengurus (pekaseh) subak, juga sangat penting. Keberhasilan

subak, banyak ditentukan oleh kepemimpinan pekaseh subak yang bersangkutan.

Sebab ia yang mengatur air irigasi pada saat kondisi air yang krisis, menetapkan

hari baik untuk menanam tanaman tertentu (menentukan pola tanam dan jadwal

tanam), merencanakan upacara tertentu (untuk memohon curahan hujan,

memberantas hama penyakit tanaman, dan lain-lain).

Selanjutnya dapat disebutkan bahwa ketua subak (pekaseh) bertugas untuk

mengkordinasikan tugas-tugas ke luar (berhubungan aparat pemerintahan) dan ke

dalam, yang dibantu oleh sekretaris, dan bendahara. Sedangkan kelian tempek

(sub-subak) bertugas untuk mengkordinasikan tugas-tugas ke dalam (di wilayah

masing-masing), dan tidak memiliki kewenangan berhubungan ke luar. Sementara

itu peranan sedahan saat ini sudah semakin menyusut, dan hanya masih berfungsi

dalam rangka pemungutan pajak (Pajak Bumi dan Bangunan). Sedangkan

lembaga sedaham-agung kini digabungkan dalam struktur Kepala Dinas

Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota, sehingga perhatiannya tidak bisa fokus

untuk mengurus kepentingan subak. Akhir-akhir ini organisasi subak banyak

berhubungan dengan Dinas Pekerjaan Umum, berkaitan dengan pembangunan

fisik di subak yang bersangkutan.

Berkaitan dengan hal tersebut, pada awalnya sistem subak hanya

mengelola air irigasi untuk kepentingan anggotanya. Namun dengan adanya

kegiatan bersifat ekonomi, maka dalam perkembangannya sistem subak juga

mengelola keuangan organisasi. Kegiatan ekonomi pada sistem subak diawali

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

24

dengan adanya proses jual beli air yang terjadi pada abad ke sembilan

(Wardha,1989).

Adapun uang yang dikelola subak antara lain berasal dari denda yang

dipungut terhadap anggota yang melakukan pelanggaran, iuran anggota subak,

pembayaran dari anggota pasif, dan uang hasil kontrak penggembala. (Sumerta,

1992 dan Sutawan dkk 1989).

Dalam perkembangannya unur dan kegiatan ekonomi bermunculan pada

sistem subak di bali yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

anggotanya. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain membentuk koprasi tani,

melakukan simpan pinjam dan melakukan pinjaman di bank untuk pembangunan

jaringan irigasi subak (Sutawan dkk, 1989 dan Sutawan, 2001).

2.5.3 Artefak/kebendaan

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa organisasi sosial seperti halnya

subak dibentuk untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam pola

pikir. Selanjutnya agar tujuan-tujuan itu tercapai, maka elemen-elemen yang ada

dalam organisasi sosial tersebut masing-masing memiliki tanggung jawab agar

fungsi-fungsi dari artefak yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan sebaik-

baiknya. Ketiga wujud dari kebudayaan terurai di atas, dalam kenyataan

kehidupan masyarakat tentu tidak terpisah satu dengan yang lainnya. Kebudayaan

ideal dan adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada tindakan dan karya

manusia, menghasilkan benda-kenda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya,

kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama

makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya sehingga mempengaruhi

pula pola-pola perbuatanya, bahkan juga cara berpikirnya.

Arif (dalam Windia, 2006) mencatat bahwa sistem irigasi subak pada

dasarnya didisain dan dioperasikan sesuai dengan prinsip-prinsip keterbukaan,

akuntabilitas, dan selaras dengan lingkungannya. Adapun artefak yang

dimanfaatkan oleh sistem subak di Bali pada dasarnya antara lain sebagai berikut.

a. Bendung (empelan), yang lokasi pembangunannya dilakukan dengan

musyawarah-mufakat oleh anggota subak yang bersangkutan. Pada

awalnya penetapan lokasi dilakukan dengan mencoba-coba, sampai

Page 19: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

25

akhirnya ditemukan lokasi yang tepat sesuai dengan kesepakatan. Lokasi

bangunan bendung pada dasarnya (i) Pada kawasan tikungan sungai,

sehingga dengan demikian bangunan sadap dari bendung tersebut dapat di

tempatkan pada lokasi dengan kecepatan air yang paling tinggi, ada

kekuatan sentrifugal, dan dengan sedimen yang paling minimal chow

(dalam Windia, 2006). (ii) Pada kawasan sungai yang lokasinya paling

dekat dengan hamparan sawah petani yang bersangkutan, sehingga saluran

irigasi atau trowongan yang harus dibuat menjadi seminimal mungkin.

Untuk kasus subak sungsang, sebelum mereka menemukan lokasi bending

yang dimanfaatkan hingga saat ini, mereka pernah mencoba pembuatan

bending sekitar 500 meter lebih dihulu dari bending yang di manfaatkan

sekarang, dengan bangunan sederhana dan dengan bahan-bahan lokal.

Seirama dengan perkembangan pembangunan nasional, maka

bangunan bendung tersebut banyak yang diganti dengan semen, dan

dengan kontruksi yang modern, dan permanen. Kondisi ini member

pengaruh yang negatif terhadap aliran sungai ke hilir, sehingga

mempengaruhi air yang dapat dimanfaatkan oleh anggota subak yang lain

yang lokasinya lebih di hilir. Kondisi ini diatasi dengan dilakukannya

pembentukan subak gede atau subak-agung yang mengkordinasikan

subak-subak yang ada dalam satu wilayah sungai. Pintu sadap dibuat

sebanding dengan luas areal sawah yang diairi, dan tidak dibuat lebih

besar dari debit sungai, agar masih ada limpahan air untuk subak yang

berada lebih di hilir.

Sementara itu pada setiap lokasi bangunan bendung dibangun

sebuah pura yang disebut dengan Pura Empelan, yang dimanfaatkan

sebagai tempat pelaksanaan upacara magpag toya. Sehingga dengan

demikian pura inipun akan selalu diayom (dipelihara dan dibersihkan)

secara rutin dan berkesinambungan oleh subak yang bersangkutan,

menjelang dan pada saat pelaksanaan upacara. Dengan demikian terkesan

adanya hubungan yang kuat antara kondisi pura dengan kinerja

pengelolaan subak yang bersangkutan (Arif dalam Windia, 2006).

Page 20: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

26

b. Saluran Irigasi (telabah) pada dasarnya merupakan saluran terbuka yang

dimanfaatkan oleh subak yang bersangkutan untuk mengalirkan air irigasi

hingga ke petak sawah petani anggota subak. Meskipun sungai-sungai di

Bali pada umumnya sangat curam, dan dengan topografi yang

bergelombang, maka sesuai dengan kemampuan teknis dan ekonomis dari

para petani, maka mereka pertama-tama akan berusaha membuat saluran

terbuka, yang dibangun ditepian tebing sungai.

Kalau kiat yang dilakukan ini tidak membawa hasil yang optimal

untuk mampu mengalirkan air irigasi sampai ke petak sawah, barulah

mereka berfikir dan berusaha untuk membamgun trowongan air (aungan).

Patut diketahui bahwa sehubungan dengan kondisi topografi Pulau

Bali, maka saluran air irigasi suatu subak, sering mendapatkan suplensi

tirisan air dari kawasan lain di sekitarnya, atau dari saluran drainasi

kawasan subak di sekitarnya. Saluran dibuat dengan ukuran pembagian air

yang proposional dengan percabangan numbak agar air yang mengalir

dirasakan transparan dan trakuntabilitas.

Sebagaimana diketahui bahwa setiap sistem subak di Bali kecuali

memiliki saluran irigasi yang mengalirkan air irigasi ke petak sawah

petani, mereka pun memiliki saluran drainasi untuk membuang air yang

tidak dimanfaatkan lagi oleh petani. Sistem drainasi seperti itu dimiliki

pula oleh setiap petani pada setiap blok/komplek sawah miliknya.

Disamping itu merekapun masing-masing memiliki bangunan-bagi sadap

(inlet) untuk memasok air irigasi ke setiap blok/komplek sawah miliknya.

Sistem drainasi dimaksudkan pula untuk menambah pasok air untuk subak

yang lebih di hilir, dan untuk memudahkan pelaksanaan diversifikasi

tanaman, meski pada musim hujan.

Selanjutnya karena topografi lahan yang bergelombang, maka

petani juga membangun sistem pematah energi (petaku/energy dissipaters)

pada saluran irigasi yang memiliki kemiringan tertentu.

c. Trowongan (aungan) akan diusahakan untuk dibangun oleh petani bila

mereka gagal memanfaatkan secara optimal keberadaan saluran irigasi

yang terbuka. Seiring dengan maksud mereka untuk membangun

Page 21: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

27

trowongan air, maka mereka akan mengkaji kembali lokasi bangunan

bendung (empelan) yang ada sebelumnya, agar pembangunan trowongan

yang di rencanakan dapat dilaksanakan dengan lebih efisien. Dalam kaitan

ini, mereka tidak segan-segan untuk melakukan konsultasi dengan pihak

Dengan PU (Pekerja Umum).

Dalam proses pembangunan trowongan, para ahli pembuat

trowongan (undagi pengaung/tukang aungan) akan berusaha memilih

lintasan trowongan pada lahan yang terdiri dari batu, batu padas, atau

tanah yang diyakini cukup keras dan kuat untuk menyangga tanah yang

ada di atas bangunan trowongan itu. Dengan demikian trowongan tidak

perlu disemen. Tinggi trowongan dibuat sebanding dengan tinggi anggota

subak setempat, agar pemeliharaan trowongan dapat dilakukan dengan

leluasa dengan peralatan yang sederhana. Bagian atas trowongan dibuat

melengkung, dengan tujuan untuk menjamin tetap adanya udara di atas

permukaan air pada trowongan, sehingga trowongan tetap dalam kategori

saluran terbuka.

Kalau seandainya dalam proses pembuatan trowongan ditemukan

lahan yang lembek, maka tukang aungan tidak segan-segan meninggalkan

lokasi itu, dan mengalihkan pada lokasi lahan yang lain yang di nilainya

lebih kuat. Kasus dalam pembuatan Subak Sungsang yang panjangnya 3,5

km harus dibuat dalam jangka waktu 10 tahun. Hal itu terjadi karena lintas

trowongan 35% adalah batu, dan 65% adalah batu padas. Pernah pada

suatu ketika pada saat pembuatan trowongan di Subak Sungsang, tercatat

bahwa untuk menggali sepanjang satu meter harus digali selama satu

bulan, yang dikerjakan oleh 12 orang pekerja.

Selanjutnya dalam proses pembuatan trowongan, setiap sekitar

100-150 meter akan digali akses jalan masuk ke trowongan (calung) dan

sekaligus sebagai jalan untuk pembuangan sisa-sisa galian, dan juga

sebagai tempat masuknya udara segar ke trowongan. Kalau udara di dalam

trowongan masih terasa panas, maka udara di dalam akan dipompa dengan

bantuan dahan, dan daun tanaman.

Page 22: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

28

Sebagai alat penerang dalam penggalian trowongan, digunakan

lampu teplok dengan bahan bakar minyak kelapa. Sinar lampu teplok juga

dimanfaatkan untuk memperkirakan lurus tidaknya arah penggalian

trowongan tersebut. Lampu teplok dengan minyak kelapa dianggap jauh

lebih ringan polusinya dibandingkan dengan minyak tanah, nyala apinya

dianggap lebih kuat, dan lebih terang. Disamping nyala lampu teplok,

gaung yang ditimbulkan pada saat penggalian pada dua arah, dimanfaatkan

pula sebagai prakiraan oleh para tukang untuk dapat mempertemukan

lubang trowongan yang sedang digali tersebut.

d. Bangunan-bagi (tembuku) pada sistem subak, pada dasarnya dibangun

dengan konsep proposional, sejak pada bangunan-bagi yang ada di hulu,

hingga pada bangunan-bagi irigasi yang menuju pada petak sawah petani

(tembuku pengalapan). Unut ukuran yang digunakan adalah tektek. Tektek

adalah suatu unit air pada suatu subak, yang merupakan sistem bagi habis

antara jumlah air yang masuk ke subak yang bersangkutan dengan jumlah

luas areal sawah yang ada di subak yang bersangkutan. Ada juga subak di

Bali, misalnya subak sungsang yang memodifikasi sistem tektek menjadi

ukuran dengan sistem centimeter, namun pelaksanaannya tetap dalam

koridor konsep proporsional. Bangunan-bagi pada jaringan tersier pada

umumnya dibuat dengan bahan yang tidak permanen, untuk

mempermudah proses pinjam meminjam air.

Pada dasarnya konsep proporsional seperti ini, dan lokasi

bangunan-bagi yang umumnya diletakkan lebih di hulu dari areal sawah,

dianggap cukup sepadan pada kondisi petani yang memiliki pola pikir

yang sederhana, serta dianggap dapat menjamin transparansi dan

akuntabilitas. Arif (dalam Windia, 2006) menyatakan bahwa untuk

menerapkan sistem proporsional, maka diperlukan persyaratan antara lain,

velositas air pada bangunan-bagi harus minimal, bentuk bangunan-bagi

harus tegak lurus mengarah ke hilir (sistem numbak), dan bangunan-bagi

itu tidak tenggelam pada saat aliran air irigasi yang maksimal. Semua

persyaratan itu telah dipenuhi oleh sistem irigasi subak.

Page 23: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

29

Bangunan-bagi dengan sistem numbak diterapkan pada sistem

subak di Bali karena topografi Pulau Bali yang umumnya bergelombang.

Meskipun sistem numbak tersebut telah dimanfaatkan secara efektif pada

sistem subak di Bali, namun patut dicatat adanya beberapa kelemahan

yang ada, yakni :

i. Adanya kemungkinan kecepakatan air yang tidak sama pada

bangunan-bagi tersebut, dan pada umumnya kecepakatan air di bagian

tengah akan lebih tinggi dibandingan dengan di bagian tepi (Chow

dalam Windia, 2006). Kondisi ini pada umumnya diantisipasi oleh

para petani dengan memperlebar arus saluran irigasi pada lokasi

tersebut menjadi relative sama, dan minimal.

ii. Adanya kemungkinan tenggelamnya bangunan saluran irigasi pada

saat-saat tertentu, yakni pada saat aliran irigasi yang maksimal. Hal ini

diantisipasi oleh petani dengan membangun bangunan tertentu

sedemikian rupa pada ambang bangunan-bagi yang relative lebar,

sehingga selalu akan menjadi beda permukaan air yang masuk dan

yang keluar dari bangunan-bagi tersebut.

iii. Ada kemungkinan lahan yang dimanfaatken terlalu banyak, sehingga

tampak tidak efisien. Namun lahan yang tersesa tersebut pada

umumnya dimanfaatkan oleh petani untuk membangun pura (bedugul),

sehingga dengan demikian pemanfaatan lahan yang tersisa tersebut

menjadi efektif, dan tidak menimbulkan konflik.

iv. Bila dibandingkan dengan bangunan-bagi sistem box yang dapat

dimanfaatkan untuk sistem tanam bergilir, maka untuk saluran irigasi

pada bangunan-bagi dengan sistem numbak relatif akan lebih lebar,

namun tampaknya para petani pada sistem subak di Bali lebih

mengutamakan konsep keadilan, dan kebersamaan sesuai dengan

prinsip-prinsip nilai Tri Hita Karana, karena dengan sistem numbak

mereka dapat menanam secara bersamaan. Kalau toh akhirnya terjadi

kekurangan air, maka mereka mengantisipasinya dengan cara

kebijakan saling pinjam air irigasi antar petani, atau antar subak.

Page 24: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

30

Tampaknya para petani di Bali pada dasarnya lebih mengutamakan

prinsip efektivitas dibandingkan dengan prinsip efisiensi.

Pada zaman dahulu, bangunan-bagi itu dibuat dari bahan lokal

(kayu,bambu, dan lain-lain) namun sekarang hamper sebagian besar terbuat dari

batu dan semen. Namun demikian ukuran ambang air pada bangunan-bagi tetap

tidak dirubah. Kalau ada perubahan-perubahan, yang sejarah subak di Bali pernah

dilakukan oleh Departemen PU, maka petani tidak akan mau untuk

memanfaatkannya. Kejadian seperti ini pernah terjadi di Subak Sungsang, dan

pada sebagian besar subak di Bali yang pernah mendapatkan proyek jaringan

tersier (Arif, 1999; Pusposutardjo, 1996; dan Sutawan dkk. 1989 dalam Windia,

2006).

Bila petani yang lokasi sawahnya di hilir merasa kurang puas, mungkin

karena disebabkan oleh prioritas tanah, saluran yang terlalu panjang, dan lain-lain,

maka subak akan memberikan tambahan unit air (pelampias) kepada petani yang

bersangkutan. Sebaliknya, karena keadaan topografi subak, dan sawah milik

petani di suatu lokasi memungkinkan mendapatkan tambahan air (tirisan) dari

kawasan subak sekitarnya, maka subak berhak mengurangi unit air yang

seharusnya diperoleh. Semuanya itu dimaksudkan untuk menerapkan harmoni,

dan rasa adil di kalangan subak yang bersangkutan, tergantung dari kesepakatan

subak. Pembahasan diatas memberikan indikasi bahwa masalah artefak dan sistem

subak tampaknya berperan penting , yang memungkinkan sitem irigasi dapat

dikelola sesuai dengan konsep Tri Hita Karana.

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Perkembangan pekerjaan pertanian sistem subak akan mempengaruhi

persepsi pertanian perkotaan. Persepsi petani yang baik menandakan petani di

perkotaan masih tetap memiliki sikap yang positif dan tetap memilih pekerjaan

sektor pertanian sebagai mata pencahariannya, sebaliknya jika persepsi petani

perkotaan buruk, menandakan pekerjaan sektor pertanian semakin ditinggalkan

dan menjadi semakin tersisihkan oleh pekerjaan sektor non pertanian.

Guna mengatasi hal tersebut dibutuhkan upaya yang intensif untuk

meningkatkan kepercayaan penduduk terhadap pekerjaan di sektor pertanian.

Page 25: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

31

Dalam hal ini pemerintah perlu menetapkan kebijakan yang berpihak pada

pengembangan pekerjaan di sektor pertanian. Dengan adanya kebijakan tersebut

tentunya dapat menjadi pertimbangan bagi penduduk untuk menekuni pekerjaan

di sektor pertanian.

Kendati demikian kiranya sangat diperlukan upaya membangkitkan niat

generasi muda untuk melestarikan sistem subak. Tanpa adanya perubahan

paradigma dari generasi muda sangat mustahil bagi subak untuk berkelanjutan.

Berdasarkan hal tersebut, maka jelas bahwa pola pikir petani merupakan hal

penting bagi eksistensi pertanian sistem subak di perkotaan. Jika petani cenderung

tetap berpersepsi negatif, maka sangat disayangkan upaya pelestarian sistem

subak di Subak Anggabaya menjadi sia-sia sehingga akan berdampak negatif bagi

regenerasi tenaga kerja di Subak Anggabaya.

Atas dasar uraian tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

persepsi petani perkotaan terhadap aktivitas sistem subak (kasus di Subak

Anggabaya Desa Penatih Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar)

berdasarkan aspek pola pikir, sosial, dan artefak. Hasil dari persepsi petani

tersebut diharapkan dapat memberikan rujukan atau rekomendasi kepada

pemerintah sebagai pengambil kebijakan, khususnya kebijakan sektor pertanian

guna mencapai pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Kerangka Konsep

Penelitian secara terstruktur dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 26: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi II.pdfSelain itu seringkali dalam kepustakaan dan laporan-laporan yang membahas tentang perekonomian terdapat pembagian

32

Gambar 2.1

Kerangka Konsep Penelitian (Persepsi Petani Perkotaan terhadap Aktivitas Sistem

Subak di Subak Anggabaya)

Aktivitas Sistem Subak Di Subak Anggabaya Denpasar

Wujud Kebudayaan

Deskriptif/Kualitatif

Sistem Sosial Pola Pikir

Analisis Data

Simpulan

Artefak

Rekomendasi

Persepsi Petani