persepsi kepuasan masyarakat terhadap kinerja...
TRANSCRIPT
PERSEPSI KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
KETUA : YUYUN HIDAYAT
ANGGOTA : 1. IRLANDIA GINANJAR
2. SINTANINGRUM
KERJASAMA BAPPEDA KOTA BANDUNG
DENGAN
LABORATORIUM QUALITY CONTROL DEPARTEMEN STATISTIKA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad i
P01/15
Kata Pengantar
Banyak pemerintah daerah yang memahami bahwa kesejahteraan warga merupakan
isu esensial bagi kesuksesannya. Tetapi sedikit pemerintah daerah yang mengetahui
bagaimana menghubungkan kebutuhan dan keinginan warganya dengan proses-proses
manajemen pemerintahan untuk menghadirkan kepuasan hidup warganya. Dalam
tatanan masyarakat modern pemerintah harus jeli dan berpikit keras untuk melihat dan
memanfaatkan peluang yang muncul untuk meningkatkan kualitas hidup warganya.
Pemerintah daerah harus berorientasi warga, dalam arti secara serius mendengarkan
keinginan dan ekspektasi warga dan meresponnya dalam rangka memuaskan mereka.
Kepuasan warga pada gilirannya akan berdampak pada prestasi pemerintahan.
Penelitian ini merupakan indikator keseriusan pemerintah dalam memperoleh
informasi strategis untuk mengetahui dengan baik apa yang dibutuhkan warganya, dan
menggunakan informasi itu untuk meluncurkan program-program yang efektif,
menyentuh kebutuhan esensil warganya. Efektifitas pembangunan adalah isu yang
telah menyibukan peneliti dan pembuat kebijakan. Tidak ada pemerintahan yang bisa
tidak peduli kepada pertanyaan yang muncul dari isu ini. Di tengah tingkat aspirasi
penduduk Bandung yang sangat tinggi, pemerintah Kota Bandung di bawah
kepemimpinan Ridwan Kamil berusaha keras melakukan inovasi mengaktualisasi
fungsi-fungsi kota yang ada serta mengembangkan fungsi kota yang baru untuk
menjawab tantangan aspirasi warga dan membuat warga betah hidup di Kotanya.
Penelitian inipun tidak terlepas dari konteks itu. Hasil Penelitian mengemukakan isu-
isu pembangunan daerah yang signifikan untuk memperbaiki kepuasan warga
Bandung menikmati hidup di kotanya. Tindaklanjut hasil penelitian akan mencegah
pemerintah kota meluncurkan program pembangunan yang hanya semata-mata baik
dari sudut pandang pemerintah tetapi tidak dibutuhkan oleh warga bahkan mubazir.
Tanpa partisipasi warga kota, Bandung akan menjadi kota pemerintahan atau kota
para pemodal dan tidak menjadi kota dengan warga yang merasa ikut memilikinya.
Kota Bandung ke depan harus ramah terhadap penghuninya dan membuat warga
yang hidup di dalamnya semakin merasakan "kekitaan" sebagai makhluk sosial. Kritik
dan saran dapat disampaikan kepada Laboratorium Quality Control Departemen
Statistika Universitas Padjadjaran. Semoga Penelitian ini mendorong upaya lebih
besar dalam memperbaiki efektifitas hasil-hasil pembangunan.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad ii
P01/15
Kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan Survey Persepsi Masyarakat
Terhadap Pembangunan di Kota Bandung Tahun 2015 , kami sampaikan terima kasih.
Bandung, 27 November 2015
Kepala Laboratorium Quality Control
Yuyun Hidayat, PhD
NIP. 1960 05 13 1986 03 1 003
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad iii
P01/15
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................. i
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
2. Permasalahan ......................................................................................... 3
3. Tujuan ..................................................................................................... 3
4. Manfaat ................................................................................................... 3
5. Ruang Lingkup Kegiatan ...................................................................... 4
BAB II. PENDEKATAN TEORI
1. Customer Lens ........................................................................................ 5
2. Teknik Insiden kritis (Critical Incident Technique) ............................ 6
3. Konstruksi Kuesioner............................................................................ 11
4. Skala Pengukuran Kuesioner ............................................................... 12
5. Pengujian Alat ukur atau Kuesioner ................................................... 13
6. Analisis Korespondensi ......................................................................... 15
7. Principal Component Regression ......................................................... 18
8. Sampling ................................................................................................. 20
9. Formula Penghitungan Indeks Kepuasan ........................................... 25
10. Dari Data ke Keputusan Prioritas ........................................................ 27
BAB III. STRATEGI, METODOLOGI DAN HASIL
1. Strategi .................................................................................................... 31
2. Metodologi ............................................................................................... 32
BAB IV. FAKTA DAN INTERPRETASI HASIL SURVEI
1. Fakta Hasil Survei ................................................................................. 38
2. Interpretasi Hasil Survei ....................................................................... 44
BAB V. RINGKASAN EKSEKUTIF
1. Preview................................................................................................... 109
2. Fakta Hasil Survey ............................................................................... 110
3. Integrasi.................................................................................................. 110
4. Kesimpulan.............................................................................................. 114
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad iv
P01/15
BAB VI. REKOMENDASI
Rekomendasi ........................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR DIAGRAM
LAMPIRAN
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 1
P01/15
BAB I. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Secara mendasar, tugas pemerintah kota ialah memecahkan problem dan
mengakomodasi keinginan penduduk melalui program kerja dan kebijakan
pemerintah ynang efektif. Pemahaman pemerintah kota mengenai problem dan
keinginan penduduk bukan saja merupakan modal kerja tetapi juga merupakan
penggerak mula roda pemerintahan kota.
Bagaimana cara pemerintah kota menyusun program kerja dan kebijakan yang
mampu memecahkan problem dan mengakomodasi keinginan penduduk? Cara
yang paling mudah, murah, dan sering dilakukan ialah dengan mengumpulkan
para pakar untuk menyusun program kerja dan kebijakan. Pendekatan inilah yang
telah digunakan oleh pemerintah Kota Bandung dalam menyusun dokumen
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Bandung 2005-
2025. Tapi, apakah program kerja dan kebijakan yang disusun oleh para pakar ini
sejalan dengan problem dan keinginan penduduk? Apakah para pakar tersebut
benar-benar mendengarkan dan memahami problem dan keinginan penduduk?
Atau, apakah para pakar itu membuat rekomendasi berdasarkan persepsinya
tentang problem dan keinginan penduduk?
Dalam sebuah survey, Zeithaml et. al (1990) meminta sekelompok eksekutif bank
untuk menyebutkan faktor-faktor kualitas yang penting di mata pelanggan.
Zeithaml juga meminta sekelompok pelanggan untuk menyebutkan faktor-faktor
kualitas tersebut. Hasil survey menunjukkan bahwa ada faktor-faktor kualitas
yang disebutkan oleh kelompok pelanggan namun gagal disebutkan oleh
kelompok eksekutif. Survey ini menunjukkan bahwa persepsi mengenai pelanggan
yang dimiliki oleh para eksekutif tersebut tidak lengkap, bahkan bias. Hal senada
juga dilontarkan oleh Johnson dan Gustafsson (2000) bahwa dalam
mengumpulkan informasi customer, sebuah organisasi seringkali hanya melihat
dari kacamata organisasi, bukan dari kacamata customer sebagaimana mestinya.
Paparan di atas menunjukkan bahwa cara yang terbaik untuk mengetahui problem
dan keinginan penduduk adalah dengan jalan mendengarkannya langsung dari
penduduk. Namun, penduduk suatu kota merupakan populasi yang sangat besar
sehingga melakukan sensus untuk mengetahui problem dan keinginan penduduk
memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang lama. Jalan satu-satunya ialah
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 2
P01/15
dengan melakukan survey terhadap sampel penduduk. Tantangannya adalah,
bagaimana menentukan sampel penduduk agar survey menghasilkan problem dan
keinginan penduduk secara lengkap, detil, dan representatif? Perlu pula diingat
bahwa kalangan penduduk tertentu tidak begitu artikulatif dalam mendefinisikan
problem dan keinginannya.
Sayang sekali, ketika mencari literatur yang menyajikan metodologi untuk
mengungkap problem dan keinginan penduduk Kota, penulis tidak
menemukannya. Banon (2003, 2003b, 2004) dan Baines et. al. (2000)
menyarankan kerangka kerja (frame work) untuk mengungkap keinginan
masyarakat. Walaupun kerangka kerja ini memuat prinsip-prinsip pemasaran
secara umum seperti segmentasi pasar namun tujuan dari kerangka kerja ini ialah
pemenangan kampanye partai politik. Tentu saja langkah-langkah seperti market
targetting dan market positioning tidak cocok diterapkan dalam penelitian ini
karena pemerintah Kota Bandung tidak memiliki pesaing. Selain itu, segmentasi
yang disarankan juga adalah segmentasi untuk memetakan preferensi politik.
Johnson dan Gustafsson (2000) menyarankan penggunakan critical incident
technique (CIT) dan Zeithaml et. al. (1990) menyarankan focus group discussion
untuk mengumpulkan persepsi customer terhadap suatu produk. Hal ini juga tidak
cocok dilakukan dalam penelitian ini karena yang ingin diungkapkan adalah
problem dan keinginan bukannya persepsi penduduk terhadap produk layanan
pemerintah.
Karena metodologi khusus yang dapat digunakan langsung untuk mengungkap
problem dan keinginan penduduk suatu kota belum pernah dipublikasikan maka
perlulah dikembangkan metode baru untuk keperluan tersebut. Metode baru
tersebut harus mampu mengungkap problem dan keinginan masyarakat secara
lengkap, detil, dan dapat mewakili seluruh lapisan penduduk. Metode baru
tersebut harus melibatkan segmentasi penduduk seperti yang disarankan Bannon
(2004) dengan sedikit modifikasi. Alih-alih untuk mengidentifikasi preferensi
politik, segmentasi tersebut harus ditujukan untuk mengidentifikasi kelompok-
kelompok penduduk yang bersifat relatif homogen. Metode tersebut juga harus
mempertahankan sifat terbuka terhadap persepsi penduduk sebagaimana
disarankan oleh Johnson (2000). Hal ini dapat dilakukan dengan sedikit
memodifikasi metodologi CIT terutama pada langkah penentuan protokol
wawancara. Alih-alih ditujukan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 3
P01/15
suatu produk, wawancara harus ditujukan untuk mengksploitasi problem dan
keinginan penduduk.
Dengan demikian penelitian ini memberikan dua kontribusi utama yaitu
membantu pemerintah Kota Bandung dalam mengungkap problem dan keinginan
penduduk dan dikembangkan serta diujinya metodologi baru untuk mengungkap
problem dan keinginan penduduk. Tidak adanya laporan penelitian mengenai
penelitian semacam ini hanya menunjukkan dua kemungkinan : penelitian
semacam ini belum pernah dilakukan atau penelitian semacam ini tidak
dipublikasikan.
2. PERMASALAHAN
Pemerintah Kota Bandung harus mengetahui problem dan keinginan penduduk
dengan jalan mendengarkannya langsung dari penduduk agar problem dan
keinginan tersebut lengkap dan tidak bias. Untuk itu perlu dirancang sebuah
survey yang mampu mengungkap problem kritis dan keinginan penduduk Kota
Bandung secara lengkap, detil, dan mewakili seluruh penduduk Kota Bandung
dengan tingkat akurasi yang terukur.
3. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengungkapkan problem kritis dan keinginan penduduk Kota Bandung yang
lengkap, rinci, dan mewakili seluruh lapisan penduduk.
2. Problem dan keinginan penduduk Kota Bandung dapat ditransformasikan ke
dalam program kerja dan kebijakan pemerintah yang khas dan belum tertuang
dalam program kerja dan kebijakan pemerintah Kota Bandung
3. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah Kota Bandung mengenai
kebijakan-kebijakan yang perlu dilakukan.
4. MANFAAT
Kegunaan dari penelitian ini adalah memberikan referensi ilmiah bagi pemerintah
Kota Bandung dalam mengambil kebijakan pemerintah kota. Dengan referensi
ini, pemerintah kota memiliki basis pengetahuan yang handal dan dapat
dipertanggungjawabkan karena berasal dari survey yang sistematis dan
metodologis
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 4
P01/15
5. RUANG LINGKUP KEGIATAN
Ruang Lingkup dalam penelitian ini adalah :
Melakukan kajian yang diarahkan terhadap penduduk-warga Kota Bandung
Melakukan analisis persepsi penduduk mengenai pembangunan Kota Bandung
Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Kota Bandung mengenai hal-hal
yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas pelayanan terhadap
penduduk Kota Bandung
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 5
P01/15
BAB II. PENDEKATAN TEORI
Berikut ini dipaparkan teori- teori ,definisi-definisi, dan pendekatan-pendekatan
yang diacu dalam Survey Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan di Kota Bandung
1. CUSTOMER LENS
Survei terhadap pelanggan seringkali dilakukan berdasarkan pandangan perusahaan
(organisasi) atau menurut keyakinan perusahaan mengenai pandangan pelanggan terhadap
produknya. Hasilnya adalah suatu survei atau alat pengukuran yang cenderung mengarah
pada sudut pandang perusahaan, bukan pelanggan. Hasilnya akan memberikan
kesimpulan berdasarkan perspektif organisasi, bukan pelanggan. Survei dengan tipe ini
dapat menyesatkan bahkan menghilangkan persoalan yang sebenarnya, karena
keterbatasan perusahaan (organisasi) dalam menggambarkan pandangan pelanggannya
terhadap suatu produk.
Model sudut pandang pelanggan menggambarkan produk dan jasa serta manfaatnya
dalam perspektif pelanggan. Model sudut pandang pelanggan terdiri dari atribut konkrit
dan abstrak benefit. Atribut konkrit merupakan aspek-aspek pelayanan yang
performansinya dapat dilaporkan langsung oleh pelanggan. sedangkan abstrak benefit
merupakan level abstrak yang menggambarkan manfaat bagi pelanggan sebagai
konsekuensi dari atribut pelayanan.
Diagram 1 Model Perspektif Pelanggan
Dalam membangun model sudut pandang pelanggan, dibutuhkan pendekatan
kualitatif untuk memberikan gambaran mengenai perspektif pelanggan (Gustafsson,
2000). Perlu diingat bahwa tujuan mengadakan riset kualitatif (seperti wawancara dan
focus group) bukan untuk menyusun prioritas perbaikan kualitas, namun untuk
mengidentifikasi keseluruhan masalah pelayanan yang menjadi sorotan pelanggan. Model
perspektif pelanggan merupakan dasar untuk pelaksanaan survei selanjutnya.
Atribut konkrit
Atribut konkrit
Atribut konkrit Abstrak Benefit
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 6
P01/15
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi atribut pelayanan
dan benefit yang diberikannya terhadap pelanggan, yaitu : wawancara satu-persatu, focus
group discussion, observasi dan Critical Incident Technique [CIT] . LQC memandang
CIT sebagai teknik yang memadai.
2. TEKNIK INSIDEN KRITIS (CRITICAL INCIDENT TECHNIQUE)
Teknik Insiden Kritis (Flanagan : 1954 dalam Hayes : 1998) merupakan suatu
pendekatan dalam mengidentifikasi kebutuhan pelanggan. Metode ini tidak hanya
digunakan untuk pengembangan kuesioner kepuasan pelanggan tapi juga berguna dalam
mendefinisikan dan memahami kebutuhan pelanggan dalam analisis proses bisnis.
Pendekatan insiden kritis difokuskan pada menghimpun informasi dari pelanggan
mengenai produk dan jasa yang mereka terima. Kekuatan pendekatan insiden kritis
terletak pada penggunaan dan pemanfaatan pelanggan dalam mengidentifikasikan
kebutuhan pelanggan. Menurut Bob Hayes (1998) :
A critical incident is a specific example of the service or product that describe either
positif or negative performance.
Contoh performansi positif adalah karakteristik barang atau jasa yang disukai
pelanggan saat mareka menikmati barang atau jasa tersebut. Sedangkan contoh
performansi negatif adalah karakteristik barang atau jasa yang membuat pelanggan
mempertanyakan kualitas suatu perusahaan.
Insiden kritis harus dinyatakan serinci mungkin, menjelaskan segala sesuatu mengenai
pengalaman pelanggan dalam membeli atau mengkonsumsi barang atau jasa.
Karakteristik insiden kritis yang baik untuk menjelaskan keinginan pelanggan pelanggan
yaitu :
1. Menjelaskan karakteristik barang atau jasa secara spesifik
2. Menguraikan prilaku penyedia jasa atau menjelaskan kualitas barang dan jasa
dengan sifat yang jelas
Insiden kritis dikatakan spesifik jika dapat menjelaskan prilaku atau karakteristik
tunggal suatu barang atau jasa. Insiden kritis sebaikanya dihimpun dalam bentuk tulisan
sehingga setiap orang mempunyai interpretasi yang sama.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 7
P01/15
Teknik insiden kritis terdiri dari beberapa tahap yang terstruktur yang menghasilkan
model pandangan pelanggan terhadap kebutuhan dan keinginannya terhadap suatu barang
atau jasa. Tahap-tahap dalam teknik insiden kritis disampaikan pada Diagram 2
(Gustafsson, 2000) yaitu :
Prosedur teknik insiden kritis dapat dijelaskan dalam gambar berikut :
Diagram 2 Proses Teknik Insiden Kritis
2.1 Mengumpulkan dan menilai setiap riset yang berhubungan dengan sudut
pandang pelanggan yang pernah dilakukan oleh perusahaan. Hal ini bertujuan
untuk menghindari bias yang disebabkan oleh pandangan perusahaan terhadap
pelanggannya yang diperoleh dari penelitian sebelumnya.
Start
Menilai pengetahuan pemerintah mengenai
penduduk
Studi awal terhadap penduduk
Membentuk protokol
wawancara
Memilih dan briefing
pewawancara
Mengatur dan melakukan wawancara
Kualitas kategorisasi
Pengelompokan berdasarkan
benefit cluster
Pengelompokan berdasarkan
kategori atribut
Mengumpulkan data Mengelompokan
insiden kritis berdasarkan level
Rendah
Holdout sample Mencatat atribut kepuasan yang
diperoleh
Mencatat Benefit cluster yang diperoleh
Menyatukan pendapat juri
Kebutuhan penduduk telah menyeluruh
Tinggi
Tidak
Lens of customer
End
Ya
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 8
P01/15
2.2 Melakukan kunjungan awal pada penduduk. Tujuannya adalah :
Sebagai observasi awal terhadap ‘penduduk’ dalam membeli dan
mengkomsumsi barang atau jasa.
Memperoleh pemahaman mengenai reaksi penduduk terhadap adanya riset
sebagai langkah awal sebelum melakukan wawancara pada tahap berikutnya.
2.3 Penyusunan Protokol Wawancara
Protokol wawancara yaitu langkah kerja yang diinstruksikan kepada
pewawancara, meliputi pembukaan dan penutupan wawancara serta cara
memimpin suatu wawancara. Pewawancara juga harus memahami informasi
mengenai garis besar keadaan penduduk yang diperoleh dari pandangan
perusahaan dan kunjungan awal terhadap penduduk.Wawancara dilakukan
untuk memberi kesempatan kepada responden untuk mengemukakan jawaban
secara bebas sehingga memungkinkan terungkapnya hal-hal yang sebelumnya
tidak diduga sehubungan dengan pelayanan yang diterima oleh responden.
Dalam wawancara, responden diminta untuk mengungkapkan hal-hal yang
membuat mereka puas, keluhan-keluhan yang dirasakan serta harapan-harapan
mereka terhadap pelayanan yang diberikan. Responden juga diminta untuk
menjelaskan konsekuensi yang mereka terima terhadap setiap pelayanan yang
diberikan. Banyaknya pujian dan keluhan yang diminta dapat ditentukan
berdasarkan hasil wawancara pada tahap studi awal, namun tidak dibatasi jika
responden ternyata dapat menjelaskan lebih.
2.4 Memilih dan Briefing Pewawancara
Pewawancara yang terpilih harus memiliki pemahaman yang sama mengenai
latar belakang, proses dan tujuan wawancara yang akan dilakukan. Untuk itu,
sebelum melakukan wawancara tim pewawancara melakukan briefing untuk
menyamakan persepsi mengenai hal-hal yang berhubungan pelaksanaan
protokol wawancara.
2.5 Mengatur dan Melakukan Wawancara
Pewawancara harus dapat mengajak penduduk untuk menceritakan
pengalamannya dalam menggunakan barang atau jasa serinci mungkin
sehingga diperoleh insiden kritis yang spesifik. Pewawancara menanyakan hal
positif dan negatif yang mereka rasakan selama menggunakan barang atau
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 9
P01/15
jasa.Setiap responden diminta untuk mengungkapkan pujian serta keluhannya
terhadap pelayanan yang diberikan berserta konsekuensinya. Responden dapat
mengungkapkannya langsung kepada pewawancara atau dengan
menuliskannya pada lembar.
2.6 Mengumpulkan dan Mengelompokkan Insiden Kritis Berdasarkan Level
Setelah penyebaran kuesioner, peneliti mengumpulkan berkas hasil pengisian
kuesioner dan mengambil secara acak sebanyak 10% sampai 20 % berkas
wawancara untuk digunakan sebagai evaluasi akhir proses CIT, yaitu
pemeriksaan kelengkapan atribut dan kategori benefit untuk membentuk
model perspektif penduduk ( lens of the customer ). sisanya diproses pada
tahap selanjutnya yaitu penyusunan insiden kritis. Insiden kritis harus
menjelaskan suatu bentuk pelayanan secara spesifik. Dalam berkas wawancara
akan menemukan insiden kritis yang berulang ulang. Seluruh insiden kritis ini
harus dikelompokkan dalam tahap selanjutnya berdasarkan persamaan
karakteristik menurut pertimbangan peneliti.
2.7 Pengelompokan Berdasarkan Kategori Atribut
Dalam pengelompokkan insiden kritis peneliti membuat pertimbangan
tersendiri berdasarkan konsekuensi yang dijelaskan oleh responden pada
berkas kuesuioner. Insiden kritis dikelompokkan berdasarkan kemiripan
karakteristik pelayanan secara spesifik. Insiden kritis positif dan insiden kritis
yang negatif dapat disatukan dalam satu kelompok asalkan menjelaskan
mengenai karakteristik pelayanan yang sama. Selanjutnya, peneliti
memberikan label setiap kelompok insiden kritis tersebut dengan suatu
pernyataan yang mewakili anggota kelompok masing - masing. Suatu insiden
kritis dapat juga secara tunggal membentuk kelompok sendiri. Pernyataan
yang mewakili kelompok insiden kritis merupakan atribut pelayanan yang
memuat suatu deskripsi khusus mengenai barang atau jasa atau suatu kata
kerja khusus yang menguraikan suatu kejadian yang menyangkut barang atau
jasa tersebut. Kemudian peneliti menuliskan seluruh atribut yang dianggap
penting oleh penduduk untuk selanjutnya dikelompokkan dalam dimensi
benefit menurut penduduk secara umum.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 10
P01/15
2.8 Pengelompokan Berdasarkan Benefit Cluster
Pengelompokan atribut pelayanan bertujuan untuk menjelaskan atribut
pelayanan secara lebih umum. Pengelompokan juga dilakukan berdasarkan
kemiripan sifat membentuk suatu dimensi benefit yang spesifik. Peneliti
kembali memberikan label kepada setiap kelompok benefit yang terbentuk.
Label harus dinyatakan senetral mungkin yang mencerminkan seluruh butir
pelayanan dalam setiap kelompok.
2.9 Mengukur Kualitas Kategorisasi
Pengelompokan yang dilakukan akan menghasilkan suatu hubungan hirarki
yang mewakili tiga tingkatan spesifikasi yang berada pada suatu rangkaian
kesatuan dari tingkat spesifik hingga umum ( a specific- general continuum ).
Insiden kritis berada pada dasar hirarki, kategori pelayanan pada bagian
tengah serta dimensi benefit berada pada puncak hirarki. Pengelompokan ini
bersifat kualitatif yang berdasarkan pada intuisi manusia. Peneliti harus
menguji keandalan pengelompokan tersebut agar diperoleh hasil
pengelompokan yang dapat dipertanggungjawabkan.
2.10 Evaluasi
Tim riset mengadakan evaluasi akhir tehadap hasil kategorisasi dengan
melakukan pemeriksaan terhadap sampel hasil wawancara yang telah
dipisahkan sebelumnya. Jika diperoleh informasi baru yang sangat berarti, tim
riset harus mengulang proses wawancara. Jika tidak, tim riset dapat meyakini
bahwa kebutuhan penduduk telah terangkum secara menyeluruh dan proses
teknik insiden kritis selesai dalam bentuk model kebutuhan penduduk
berdasarkan perspektif penduduk.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 11
P01/15
3. KONSTRUKSI KUESIONER.
Output dari proses critical incidence technique akan dijadikan input untuk menyusun
kuesioner. Selanjutnya kuesioner tersebut akan dijadikan alat untuk mengukur tingkat
kepentingan penduduk. Penyusunan butir-butir pertanyaan dalam kuesioner harus sesuai
dengan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Selain itu, setiap pertanyaan dalam
kuesioner harus disusun dengan singkat, jelas dan mudah dimengerti sehingga responden
tidak mengalami kesuliatan dalam memahaminya. Kuesioner yang baik adalah kuesioner
yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang tidak menimbulkan interpretasi yang
berbeda antara peneliti dan responden. Berdasarkan jenis pertanyaannya kuesioner dapan
dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu :
1. Pertanyaan Tertutup ( Close-Ended Question )
Kuesioner dengan pertanyaan tertutup telah disertai dengan pilihan jawaban.
Responden memilih jawaban berdasarkan opsi yang diberikan. Pilihan jawaban
dapat berupa pilihan berganda atau skala.
2. Pertanyaan Terbuka ( Open-Ended Question )
Kuesioner dengan pertanyaan terbuka tidak disertai dengan pilihan jawaban.
Responden menjawab setiap pertanyaan sesuai dengan pemikirannya masing-
masing.
3. Pertanyaan Kombinasi Tertutup dan Terbuka
Kuesioner dengan pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka telah disertai
dengan pilihan jawaban namun disertai dengan jawaban terbuka.
4. Pertanyaan semi tertutup
Kuesioner dengan pertanyaan semi tertutup telah disertai dengan pilihan jawaban
namun masih memungkinkan responden untuk menambahkan jawaban terbuka.
Berdasarkan output CIT, format kuesioner yang digunakan adalah format kuesioner
tertutup. Manfaat dari format kuesioner tertutup berbasis CIT adalah :
1. Biaya pelaksanaan survey customer satisfaction akan lebih efisien
2. Cakupan isu telah memasukkan pandangan penduduk
3. Dapat ditetapkan akurasi hasil penelitian secara terukur.
4. Dapat ditetapkan ukuran sampel yang representative
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 12
P01/15
Agar dari kuesioner yang dikembangkan juga dapat ditetapkan skor kepuasan
penduduk maka perlu diputuskan skala pengukuran terhadap atribut-atribut yang menjadi
persepektif penduduk. Berikut ini kami berikan penjelasan ringkas tetang penetapan skala
pengukurannya.
4. SKALA PENGUKURAN KUESIONER.
Dalam suatu penelitian yang menggunakan kuesioner lazimnya terkait dengan skala
sikap, yaitu skala ukur yang dipakai untuk menilai sikap seseorang terhadap respon yang
ingin diketahui. Dalam beberapa ilmu mengenai skala pengukuran sikap terdapat
bermacam-maca skala pengukuran sikap diantaranya yaitu :
a. Skala Likert
Skala Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel
penelitian, seperti sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang.
Variabel penelitaian yang diukur dengan skala ini dijabarkan menjadi indikator
variabel yang kemudian dijadikan titik tolak penyusunan item-item instrumen,
bisa berbentuk pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen ini
memiliki gradasi dari tinggi (sangat positif) sampai terendah (sangat negatif).
b. Skala Semantic differential
Skala Semantic Differential berusaha mengukur arti objek atau konsep bagi
seoarang responden. Responden diminta untuk menilai suatu objek atau konsep
pada suatu skala yang mempunyai dua ajektif yang bertentangan.
c. Skala Numerik
Cara penilaian dengan skala numerik sama halnya dengan semantic differential.
Hanya saja pada cara ini menggunakan angka sebagai pilihan jawaban daripada
menggunakan penjelasan lisan untuk mengetahui pilihan jawaban.
Konstruksi kuesioner untuk mengukur tingkat kepentingan penduduk Kota Bandung
dalam hal ini digunakan Skala Likert. Sebelum kuesioner tersebut dugunakan dalam
survey, kuesioner atau alat ukur tersebut terlebih dahulu harus diperiksa reliability dan
validitynya. Pemeriksaan kedua hal tersebut dipaparkan di bawah ini.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 13
P01/15
5. PENGUJIAN ALAT UKUR ATAU KUESIONER
Pengujian alat ukur dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur dapat
menjalankan fungsinya dengan baik. Suatu alat ukur dianggap dapat dianggap baik jika
alat ukur tersebut mampu memberikan hasil ukur yang konsisten dan mengukur sesuai
dengan apa yang ingin diukur. Pengujian keandalan alat ukur dilakukan melalui uji
validitas dan reliabilitas.
5.1 Analisis Validitas
Hubungan antara suatu pengukuran dengan suatu kriteria biasanya
digambarkan dengan nilai korelasi, yang disebut koefisien validitas. Validitas
menunjukkan sejauh mana suatu alau ukur dapat mengukur seusai dengan apa
yang ingin diukur. Menurut American Psychological Association ( 1985 ), ada
tiga tipe validitas, yaitu:
1. Content Validity
Content Validity menggunakan pembuktian secara logika yang mengukur
sejauh mana alat ukur telah mewakili semua aspek kerangka konseptual yang
diinginkan. Suatu tes atau pengukuran dikatakan memiliki content validity
apabila tes atau pengukuran tersebut memberikan gambaran yang memadai
mengenai domain konseptual yang dirancang untuk alat ukur tersebut.
2. Criterion-Related Vaidity
Criterion-Related Vaidity yaitu validitas yang berkaitan dengan relasi hasil
suatu alat tes dengan kriteria yang telah ditentukan. Terdapat dua tipe untuk
validitas ini yaitu : Concurrent vaidity, yang menunjukkan hubungan antara
alat tes dengan keadaan sekarang dan Predictive validity, yang menunjukkan
hubungan antara hasil pengukuran dengan keadaan yang akan datang.
3. Construct Validity
Construct validity adalah suatu metode pengujian validitas yang digunakan
untuk melihat hubungan antar hasil pengukuran dengan konsep teoritik yang
melatar belakanginya.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 14
P01/15
5.2 Analisis Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran. Pengukuran
yang memiliki reliabilitas tinggi, artinya pengukuran yang mampu
memberikan hasil ukur yang konsisten (reliable), dapat memberikan hasil
yang relatif sama jika dilakukan pengukuran yang berbeda waktunya.
Reliabiltas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen
pengukuran yang baik. Reliabiltas memberikan gambaran sejauh mana suatu
pengukuran dapat dipercaya, artinya sejauh mana skor hasil pengukuran
terbebas dari kesalahan pengukuran ( measurement error ).
Literatur mengenai reliabilitas dalam ilmu sosial sebagian besar berasal dari
tori pengukuran klasik dalam psikologi dengan menggunakan persamaan
dasar:
iii ex
dimana xi merupakan variabel terobservasi, ei merupakan error yang
didefinisikan sebagai iix , dan i adalah skor sebenarnya yang mendasari
variabel terobservasi xi. Metode-metode perhitungan reliabilitas dapat
dikelompokkan berdasarkan sumber-sumber galat pengukuran sebagai berikut
( Kaplan dan Saccuzo, 1993 ) :
1. Test res-test reliability
Metode perhitungan reliabilitas yang digunakan untuk mengetahui sumber-
sumber galat yang berkaitan dengan waktu. Metode ini dilakukan dengan cara
melakukan uji coba terhadap suatu alat tes pada dua kesempatan yang berbeda,
kemudian mengkorelasikan skor-skor hasil kedua tes tersebut.
2. Parallel form reliability
Metode reliabilitas yang digunakan untuk mengevaluasi galat yang dikaitkan
dengan penggunaan item-item tertentu. Metode ini digunakan untuk
membandingkan dua tes yang ekuivalen, yaitu dua bentuk tes yang
dikonstruksi berdasarkan aturan-aturan yang sama tetapi kedua bentuk tersebut
mempunyai item-item yang berbeda.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 15
P01/15
3. Internal consistency
Internal consistency merupakan suatu bentuk evaluasi terhadap suatu alat tes
tunggal dengan membagi tes tesebut ke dalam komponen-komponen dengan
cara sebagai berikut:
Split Half Methode ( Spearman Brown Correlation )
Yaitu metode pengukuran reliabilitas yang dilakukan dengan cara
memberikan suatu tes pada sejumlah individu dan kemudian tes tesebut
dibagi menjadi dua bagian yang sama besar, kemudian menbandingkan
kedua hasilnya.
Alpha Cronbach
Alpha Cronbach dapat diinterprestasikan sebagai koefisien korelasi antara
pengujian atau skala tersebut dengan pengujian atau skala yang memiliki
jumlah item yang sama. Koefisien Alpha Cronbach dihitung dengan
mengunakan rumus :
r).1k(1
r.k
Dimana :
α = koefisien reliabilitas alpha Cronbach
k = jumlah variabel manifes yang membentuk variabel laten
r
= rata-rata korelasi antar variabel manifest
6. ANALISIS KORESPONDENSI
6.1 Analisis Korespondensi
Analisis korespondensi ditemukan dan dikembangkan pertama kali tahun 1960-an
oleh Jean-Paul Benzécri dan kawan-kawan di Perancis. Analisis ini diartikan Sebagai
teknik penyajian data antar baris, antar kolom, dan antara baris dan kolom dari tabel
kontingensi (dua arah yang kemudian dapat diperluas untuk tabel kontingensi multi arah)
pada suatu ruang vektor berdimensi kecil dan optimal. Analisi ini juga didesain untuk
digunakan dalam pengembangan pengelompokan yang mewakili data frekuensi.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 16
P01/15
6.2 Sifat-sifat Dasar Analisis Korespondensi
Analisis ini juga mempunyai beberapa sifat dasar yang perlu diperhatikan
yaitu:
a) Dipergunakan untuk data non-metrik dengan skala pengukuran
nominal dan ordinal.
b) Bisa dipergunakan untuk hubungan non-linier.
c) Tidak ada asumsi tentang distribusi.
d) Tidak ada model yang dihipotesiskan.
e) Sebagai salah satu metode dalam eksplorasai data yang hasil akhirnya
dapat berupa hipotesis yang perlu di uji lebih lanjut.
f) Salah satu teknik struktur pengelompokan atau reduksi data.
6.3 Kelebihan dan Kekurangan Analisis Korespondensi
Analisis Korespondensi juga memiliki kelebihan dan kekurangan bila
dibandingkan dengan analisis lainya, yaitu:
a) Kelebihan
1) Sangat tepat untuk menganalisis data variabel kategori ganda yang
dapat digambarkan secara sederhana dalam data tabulasi silang.
2) Tidak hanya menggambarkan hubungan antar baris dengan kolom
tetapi juga antar kategori dalam setiap baris dan kolom.
3) Memberikan tampilan grafik gabungan dari kategori baris dan
kolom dalam satu gambar yang berdimensi sama.
4) Cukup fleksibel untuk digunakan dalam data matrik berukuran
besar.
b) Kekurangan
1) Analisis ini tidak cocok untuk pengujian hipotesis tetapi sangat
tepat untuk eksplorasi data.
2) Analisis ini kurang tepat bila dipakai untuk analisis data kuantitatif.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 17
P01/15
6.4 Metode Analisis Korespondensi
Diagram 3. Tahapan Analisis Korespondensi
Analisis masalah di R dan C
Tentukan matrik profil R (Baris) Tentukan matrik profil C (Kolom)
Tentukan total inersia titik baris
Trace[Dr(R-1cT)Dc-1(R-1cT)T]
Gunakan metoda generalisasi SDV
untuk baris
Pilih nilai eigen pertama dan
kedua (1dan 2) juga vektor eigen
(b1 dan b2) dimensi grafik yang
akan dipakai
Tentukan sumbu utama dari
kumpulan titik-titik baris
B=[b1 b2]
Tentukan koordinat utama profil
baris F=Dr-1AD
Tentukan total inersia titik kolom
Trace[Dc(C-1rT)Dr-1(C-1rT)T]
Gunakan metoda generalisasi SDV
untuk kolom
Pilih nilai eigen pertama dan
kedua (1dan 2) juga vektor eigen
(a1 dan a2) dimensi grafik yang
akan dipakai
Tentukan sumbu utama dari
kumpulan titik-titik kolom
A=[a1 a2]
Tentukan koordinat utama profil
baris G=Dc-1BD
Penyajian secara grafis
Nyatakan q buah nilai eigen (q) dalam proporsi nilai eigen (Persentase) yang
menggambarkan proporsi kualitas sumbu utama
Peta Persepsi
Gambarkan titik-titik koordinat dalam sistem sumbu dua dimensi untuk dua
sumbu utama
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 18
P01/15
7. PRINCIPAL COMPONENT REGRESSION
7.1 Analisis Komponen Utama
Analisis komponen utama merupakan teknik statistik yang dapat digunakan untuk
menjelaskan struktur variansi-kovariansi dari sekumpulan variabel melalui beberapa
variabel baru dimana variabel baru ini saling bebas, dan merupakan kombinasi linier
dari variabel asal. Selanjutnya variabel baru ini dinamakan komponen utama
(principal component ). Secara umum tujuan dari analisis komponen utama
adalah mereduksi dimensi data dan untuk kebutuhan interpretasi. Salah satu tujuan dari
analisis komponen utama adalah mereduksi dimensi data asal yang semula terdapat p
variabel bebas menjadi k komponen utama (dimana k< p). Kriteria pemilihan k yaitu:1.
Proporsi kumulatif keragaman data asal yang dijelaskan oleh k komponen utama
minimal 80% , dan proporsi total variansi populasi bernilai cukup besar (Johnson, 2002).
Pemilihan nilai k berdasarkan scree plot (scree plot yaitu plot antara i dengan λi),
ditentukan dengan melihat letak terjadinya belokan dengan menghapus
komponen utama yang menghasilkan beberapa nilai eigen kecil membentuk pola garis
lurus (Rencher, 1998).
7.1 Pembentukan Komponen Utama
1. Regresi komponen utama yang dibentuk berdasarkan matriks kovariansi
Misal matriks P adalah matriks orthogonal dengan memenuhi persamaan
P1P = P P1,=I, karena W=XCP
Maka proses persamaan regresi linier berganda menjadi regresi komponen utama yaitu:
Y = XC +ε
Y = XC P1P +ε
Y = Wα +ε
Dengan XC merupakan matriks yang elemen-elemennya dikurang oleh rata-rata
(centered) dengan asumsi rata-rata nol dan variansi σ2, Y adalah variabel acak bebas, Wk
adalah suatu matriks berukuran nxk yangkolom-kolomnya terdapat komponen utama ke-
k, αk adalah vektor koefesien komponen utama berukuran kx1, dan ε adalah vektor
berukuran nxk
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 19
P01/15
2. Komponen Utama Yang Dibentuk Berdasarkan Matriks Korelasi
Komponen utama ke-i ; Wi yang dibentuk berdasarkan variabel-variabel yang telah
dibakukan Z’ = (Z1, Z2,.........Zp).dengan cov(Z) =ρ didefenisikan sebagai berikut : .
Wi = ei1Z1 + ei2Z2+ ...+ eipZp i=1,2...p
Sementara itu, proporsi total variansi yang dapat dijelaskan oleh komponen ke –k
berdasarkan variabel bebas yang telah dibakukan didefenisiskan sebagai berikut:
Proporsi total varians populasi yang dijelaskan oleh komponen utama ke-k disingfkat
PTVP .
PTVP ..........(7)( )
k k
tr p p
Dengan λk =adalah eigen dari ρ , dan k = 1,2,…,p
Adapun cara pembentukan regresi komponen utama melalui analisis komponen utama
ada dua cara. Pertama, pembentukan komponen utama berdasarkan matriks kovariasi.
Kedua, pembentukan komponen utama berdasarkan matriks korelasi. Dalam penelitian ini
dipilih cara kedua.
Untuk menghasilkan susunan faktor yang paling optimal, maka dilakukan beberapa
tahapan pengolahan data secara iteratif (berulang) dan berurutan (sekuensial). Kriteria
untuk menentukan apakah susunan faktor yang dihasilkan pada suatu tahapan tertentu
merupakan susunan yang paling optimal adalah sebagai berikut:
• Eigenvalue bernilai lebih dari 1 (satu);
• Total variance explained ditetapkan bernilailebih besar daripada 60 %;
• Loading factor setiap item atau variabel teramati pada Pattern Matrix bernilai
lebih besar dari pada 0,4.
Jika pada suatu tahapan kalkulasi faktor ternyata terjadi setidaknya salah satu dari 3 (tiga)
kriteria di atas yang tidak dipenuhi, maka tahapan iteratif dan sekuensial selanjutnya
dilaksanakan. Variabel yang memiliki nilai absolut loading terkecil akan dikeluarkan dari
data dan dilanjutkan dengan eksekusi program terhadap variabel-variabel tersisa di data.
Tahapan ini dilakukan secara iteratif dan sekuensial sampai dihasilkan susunan faktor
yang memenuhi ketiga kriteria di atas.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 20
P01/15
Susunan faktor dinyatakan optimum jika nilai total variance explained minimal 60 persen
dan semua loading pada pattern matrix minimal 0,4. Dari kalkulasi pertama dengan
metode ini mengharuskan beberapa item di kuesioner dihapus dari data karena nilai
absolut loading-nya di bawah 0.4. Proses demikian dilakukan secara berulang hingga
diperoleh hasil optimal.
8. SAMPLING
8.1 SAMPLING ACAK SEDERHANA
Sampling acak sederhana merupakan bentuk yang paling dasar dari jenis sampling
peluang yang memberikan dasar teori untuk proses sampling peluang lainnya yang lebih
komplek. Sampling Acak Sederhana ini merupakan suatu proses memilih satuan sampling
dari populasi sedemikian rupa sehingga setiap satuan sampling dalam populasi
mempunyai peluang yang sama besar untuk terpilih ke dalam sampel dan peluang itu
diketahui sebelum pemilihan dilakukan.Terdapat dua cara dalam pengambilan sampling
acak sederhana ini, yaitu dengan pengembalian (with replacement), yang mana dalam
proses ini adanya kemungkinan bahwa suatu unit akan terpilih lebih dari satu kali dan
tanpa pengembalian (without replacement) yang mana semua unit yang terpilih tidak akan
ada yang sama.
Sampling Acak Sederhana dengan pengembalian yang berukuran n dari populasi yang
berukuran N unit dapat digambarkan sebagai n buah sampel independen yang berukuran
1. Satu unit dipilih secara acak dari populasi menjadi unit sampel yang pertama, dengan
peluang 1/N. Prosedur ini diulang sampai diperoleh sampel yang berukuran n unit, yang
mana bisa terjadi duplikasi unit sampling.
Proses sampling dengan Sampling Acak Sederhana digunakan apabila memenuhi
beberapa kondisi sebagai berikut :
1. Variabel yang akan diteliti keadaannya relatif homogen dan tersebar merata di
seluruh populasi.
2. Apabila bisa disusun secara lengkap kerangka sampling yang menyangkut setiap
satuan pengamatan yang ada dalam populasi.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 21
P01/15
Keuntungan dan Kerugian Sampling Acak Sederhana
Keuntungan dari digunakannya Simple Random Sampling adalah memiliki bentuk-bentuk
rumus yang sederhana, tidak memerlukan pembobotan, dan semua rumus statistika bisa
digunakan.
Kerugiannya :
1. Ada kemungkinan bahwa sekalipun menggunakan randomisasi, satuan sampling
yang terpilih tidak tersebar merata atau randomisasi tidak menjamin 100% bahwa
pemilihan keadaannya menyebar merata.
2. Apabila ukuran populasi besar dan ukuran sampel besar maka pemilihan secara
simple random sampling secara manual menyulitkan.
Proses Memilih Melalui Sampling Acak Sederhana
Dalam pemilihan unit sampling melalui sampling Acak Sederhana, diperlukan adanya
kerangka sampling yang tersusun secara lengkap. Setiap satuan sampling dalam kerangka
sampling tersebut diberi nomor urut dan banyaknya angka dalam nomor-nomor tersebut
sama untuk setiap satuan sampling.
Langkah:
1. Tentukan secara tegas Populasi sasaran
2. Buat Kerangka sampling
3. Tentukan ukuran sampel n
4. Lakukan proses pengambilan sampel secara Acak
Menentukan Ukuran Sampel
Setelah peneliti menentukan tujuan dari penelitiannya, maka selanjutnya perlu diambil
keputusan apakah akan dilakukan sensus atau sampling. Apabila proses yang akan
dilaksanakannya adalah sampling, maka diperlukan adanya suatu ketegasan berapa
ukuran sampel minimal yang sebaiknya diambil. Jika parameter yang akan ditaksir adalah
proporsi dan tipe sampling Sampling Acak Sederhana, maka ukuran sampel bisa
diperoleh melalui persamaan
berikut :
dengan
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 22
P01/15
Untuk menghitung ukuran sampel, sebelumnya estimasi berapa proporsi populasi , dan
bound of error . Pada prakteknya kita tidak tahu berapa nilai , sehingga jika kita tidak
mempunyai informasi prior tentang nilai , kita dapat menggunakan .
8.2 SAMPLING ACAK BERSTRATA
Salah satu metoda pengambilan sampel lain disamping Sampling Acak Sederhana adalah
Sampling Acak Bestrata. Mengapa? The perception survey is not as simple as we think.
The the threat is biased sample resulted from ‘stupid random sampling’. Those threat
exist in every survey.That is why wewe name simple random sampling as stupid. We must
always stratify.Problem is stratify on what?Pilot survey should answer it.Itulah sebabnya
dalam penelitian ini tim memutuskan untuk melakukan pilot survey.
Sampling ini dilakukan apabila dalam keadaan tertentu Sampling Acak Sederhana kurang
baik untuk digunakan karena akan memberikan presisi suatu taksiran yang rendah. Untuk
itu kita perhatikan kasus yang berikut. Misalkan di suatu daerah, pendapatan masyarakat
bersifat heterogen, yakni ada yang tergolong “tinggi, menengah, atau rendah”, dan
melalui Sampling Acak Sederhana akan diambil sampel dalam usaha menaksir rata-rata
pendapatan masyarakat tersebut, maka ada kemungkinan yang terambil ke dalam sampel
walaupun dilakukan secara acak, kebanyakan atau hanyalah mereka yang tergolong
berpenghasilan rendah. Bila rata-rata pendapatan dihitung dari sampel ini, maka ratarata
tadi akan merupakan taksiran yang rendah (under estimate).
Telah diketahui bahwa metoda pengambilan sampel yang dilakukan dalam rangka
menaksir parameter populasi adalah metode yang dapat memberikan presisi suatu taksiran
yang tinggi. Diketahui pula bahwa presisi suatu taksiran diukur oleh galat baku dari
taksiran tersebut. Dari rumus galat baku-galat baku yang sudah kita kenal, dalam
Sampling Acak Sederhana, Tampak bahwa besar kecilnya galat baku antara lain
bergantung pada ukuran sampel. Makin besar ukuran sampel menyebabkan makin
kecilnya galat baku suatu penaksir, yang juga berarti semakin tinggi presisi penaksir
tersebut. Selain itu, variasi data, yang diukur oleh S2, juga bisa menentukan besarnya
galat baku. Dari rumus galat baku rata-rata misalnya, tampak bahwa makin besar harga S2
(artinya karakteristik populasi heterogen) akan juga menyebabkan makin besarnya galat
baku. Sebaliknya, semakin kecil (karakteristik populasi relative homogen) akan
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 23
P01/15
menghasilkan galat baku yang kecil. Dengan demikian Sampling Acak Sederhana akan
memberikan presisi yang tinggi apabila karakteristk populasi bersifat homogen. Dalam
kasus ini, tampak bahwa pendapatan bersifat heterogen yang berarti varians pendapatan,
S2, juga akan besar. Oleh karena itu, apabila sampel diambil melalui Sampling Acak
Sederhana, akan memberikan presisi yang rendah.
Masuk akal kiranya, agar diperoleh presisi yang tinggi, sampel yang terambil haruslah
sampel yang didalamnya berisi misalnya, masyarakat yang dari semua golongan
pendapatan. Sampel seperti ini dapat diperoleh melalui Sampling Acak Bestrata. Dalam
Sampling Acak Bestrata populasi N dibagi ke dalam beberapa kelompok sedemikian
sehingga setiap kelompok mempunyai karakteristik yang homogen. Kelompok-kelompok
semacam ini disebut strata (tunggalnya disebut stratum) dan dalam masing-masing
stratum sampel diambil secara acak, yakni dengan Sampling Acak Sederhana. Proses
pembagian populasi ke dalam beberapa strata
disebut stratifikasi. Dalam kasus sebelumnya, populasi dibagi dalam tiga strata, stratum
pertama adalah masyarakat yang tergolong berpenghasilan tinggi, stratum kedua yang
berpenghasilan menengah, dan stratum ketiga masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Prosedur Pengambilan Sampel
Seperti sudah dijelaskan, bahwa pembentukan strata atau stratifikasi dimaksudkan untuk
meningkatkan presisi suatu taksiran. Menigkatnya suatu presisi akan bergantung kepada
derajat homogenitas yang dicapai dalam strata, atau dapat pula dikatakan bergantung pada
seberapa besar variabilitas karakteristik yang akan diukur direfleksikan diantara strata.
Hal ini tentu saja pada gilirannya bergantung kepada efektifitas pembentukan strata.
Dalam membentuk batas-batas stratum, perlu mengumpulkan semua informasi yang dapat
menolong mengklasifikasikan unit-unit menjadi kelompok-kelompok populasi yang satu
sama lain berbeda. Data masa lalu, intuisi, pertimbangan para ahli di lapangan, atau
kejelian seseorang dalam menerka dengan baik, semuanya bisa digunakan secara efektif
dalam membentuk atau membedakan strata satu dengan yang lainnya.
Apabila secara cermat strata sudah terbentuk, maka sampel untuk masing-masing stratum
dipilih melalui metode Sampling Acak Sederhana. Karena dilakukan dengan metode
Sampling Acak Sederhana, maka tentunya harus tersedia kerangka sampling dalam setiap
stratum. Apabila sudah tersedia, maka dari N1, N2, …, NL unit diambil sampel secara
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 24
P01/15
acak, katakan berukuran n1, n2, …, nL sehingga ukuran sampel yang dibutuhkan, yakni, n
= n1 + n2 + … + nL merupakan golongan ukuran-ukuran sampel setiap stratum.
Untuk lebih jelasnya, selanjutnya akan diuraikan langkah kerja dalam membentuk strata
untuk sebuah populasi sebagai berikut :
1. Tentukan populasi sasaran dan tentukan populasi secara keseluruhan (N)
2. Berdasarkan variabel tertentu (kriteria tertentu), populasi dibagi-bagi ke dalam L
buah strata.
3. Untuk setiap strata lakukan pendaftaran satuan sampling sehingga untuk setiap
strata diperoleh kerangka sampling masing-masing dengan ukuran strata masing-
masing.
4. Dari populasi tersebut kemudian ditentukan ukuran sampel n yang disebut overall
sample size. Menentukan ukuran sampel n tentu saja harus berdasarkan kriteria
tertentu.
5. Ukuran sampel sebesar n selanjutnya dialokasikan (disebarkan) ke seluruh strata,
yang kemudian disebut alokasi sampel (sample allocation)
6. Dari setiap stratum kemudian dipilih satuan sampling melalui teknik Sampel Acak
Sederhana.
Oleh karena dari setiap stratum dilakukan secara Sampling Acak Sederhana, maka
keseluruhan proses disebut Sampling Acak Berstrata.
Menentukan Ukuran Sampel
Sebagaimana telah diketahui, banyak sekali faktor yang ikut menentukan ukuran sampel,
dua diantaranya adalah tergantung kepada parameter yang akan ditaksir dan tergantung
kepada tipe samplingnya.
Jika parameter yang akan ditaksir adalah proporsi dan tipe sampling Sampling Acak
Berstrata, maka ukuran sampel bisa diperoleh melalui persamaan
berikut :
Dengan adalah proporsi alokasi sampel di stratum ke- , adalah proporsi populasi di
stratum ke- , dan .
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 25
P01/15
9. Formula Penghitungan Indeks Kepuasan
Perhitungan Indeks Kepuasan masyarakat tingkat Kota Bandung mengikuti formula
sebagaimana dilakukan Bappeda Kota Bandung dan BPS Kota Bandung dalam dokumen
“INDEKS KEBAHAGIAAN KOTA BANDUNG TAHUN 2014. Indeks kepuasan
merupakan indeks komposit yang diukur secara tertimbang dan mencakup indicator
kepuasan individu terhadap 22 aspek pembangunan yang signifikan menurut persepsi
masyarakat. Ke-22 aspek pembangunan yang secara bersama-sama merefleksikan tingkat
kepuasan individu meliputi:
1. Kelayakan Kendaraan Angkutan Umum
2. Memicu Kerawanan di Angkutan Umum
3. Fungsi Pengaman Lalu-lintas
4. Kondisi Jalan
5. Keamanan
6. Penanganan Sampah
7. Pemenuhan Air Bersih
8. Penataan Pasar tradisional dan pertokoan
9. Kinerja Pelayanan
10. Kejelasan persyaratan dan akurasi pendataan
11. Penyalahgunaan Wewenang
12. Perumahan
13. Ketertiban sosial setempat
14. Akses menuju pelayanan kesehatan
15. Penegakan Aturan
16. Pengentasan Banjir
17. Penertiban PKL
18. Bantuan Wirausaha
19. Ketertiban Sosial Kota
20. Kesejahteraan pekerja
21. Tingkat Pengangguran
22. Pengelolaan Parkir
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 26
P01/15
Bobot tertimbang setiap aspek terhadap indeks kepuasan dihitung secara proporsional
berdasarkan sebaran data menggunakan metoda komponen utama .Pengukuran indeks
kepuasan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penghitungan penimbang setiap aspek pembangunan
Penimbang bagi setiap aspek dihitung berdasarkan nilai loading factor aspek tersebut
dan nilai rotation sums of squared loading (% of Variance) pada factor yang
terbentuk.Penghitungan penimbang bagi tiap aspek dilakukan dalam 2 tahap, yaitu:
a. Penghitungan penimbang tiap aspek dalam factor dengan formula
Dimana :
B = nilai Penimbang
LF = nilai loading factors
RLF = rata-rata loading factor dalam satu faktor
RSL = nilai rotation sums of squared loading (% of variance)
b. Penghitungan Penimbang berstandarisasi
Dimana :
b = nilai penimbang berstandarisasi;
B = nilai Penimbang;
JB = Jumlah semua penimbang
2. Pengukuran Indeks setiap individu
Dimana :
= nilai indeks kepuasan individu ke-a;
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 27
P01/15
= nilai penimbang terstandarisasi variabel ke i;
= nilai jawaban variabel ke-i, individu ke a
3. Pengukuran Indeks agregat
Dimana :
= Indeks kepuasaan agregat;
= jumlah semua nilai indeks kepuasan individu;
= Jumlah sampel/individu
4. Pengukuran Indeks Kepuasan
Hasil pengukuran indeks pada tahap 3 memiliki skala 1 sampai dengan 5,jika
dikonversi ke dalam skala 0-100, maka digunakan formula sebagai berikut:
Dimana :
= Indeks kepuasaan hidup skala 0-100;
= Indeks kepuasaan hidup skala 0-5;
Range = Nilai terbesar dikurangi nilai terkecil
10. Dari Data ke Keputusan Prioritas
Sistem pengukuran terbaik hanya dapat menyediakan informasi, ia tidak dapat
memberikan keputusan bagi kita. Proses pergerakan dari informasi ke pengambilan
keputusan sangat bertumpu pada analisis importance-performance sebagaimana
diperlihatkan pada matriks Tabel 1
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 28
P01/15
Tabel 1. Strategic Satisfaction Matrix
8.1 Analisis Strategi Peningkatan Kepuasan Pelanggan Menggunakan
Importance & Performance Matrix
Matrix ini terdiri dari 4 kuadran : Kuadran pertama terletak di sebelah kiri atas,
Menurut analisis ini, wilayah kinerja program-program atau aspek-aspek yang perlu
ditingkatkan yang bersifat most cost- effective adalah wilayah yang dipersepsi penting
oleh penduduk dan pada saat yang sama kinerja pemerintah kota berada pada tingkat yang
buruk. Pemerintah Kota Bandung harus mengidentifikasi wilayah prioritas ini,
mempunyai impak yang tinggi terhadap kepuasan masyarakat dan berkinerja rendah.
Menggunakan strategic satisfaction matrix diperoleh kategori-kategori satisfaction
drivres.Matrix mengidentifikasi empat kategori performance driver dengan implikasi aksi
manajerial berbeda.
Strategi yang dapat dilakukan berkenaan dengan posisi masing-masing variable pada
keempat kuadran dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kuadran 1: High Impact –Strong Performance (Maintain Performance-Keep
Up the Good Work)
Competitive Advantage Selanjutnya disingkat CA. Merupakan keunggulan
kompetitif Pemerintah Kota Bandung. Ini adalah wilayah yang memuat factor-
faktor yang dianggap penting oleh penduduk dan penduduk mempersepsi factor-
faktor tersebut sudah sesuai dengan yang dirasakannya sehingga tingkat
kepuasannya relative lebih tinggi. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran
ini harus tetap dipertahankan karena semua variable ini menjadikan program-
program tersebut unggul dimata penduduk Bandung.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 29
P01/15
Kuadran 2 : High Impact-Weak performance (attributes to improve atau
Focus-Opportunity)
Competitive Vulnerability Selanjutnya disingkat CV. Merupakan titik lemah
pemrintah Kota Bandung. Ini adalah wilayah yang memuat factor-faktor yang
dianggap penting oleh penduduk Bandung tetapi pada kenyataannya factor-faktor
ini belum sesuai seperti yang diharapkan (tingkat kepuasan yang diperoleh masing
sangat rendah). Variabel-variabel yang masuk dalam kuadran ini harus
ditingkatkan, pemerintah kota harus melakukan perbaikan secara terus-menerus
sehingga performance variable yang ada dalam kuadran ini meningkat.
Kuadran 3 : Low Impact-strong Performance (Low Importance-Low
Priority)
Pada Kuadran ini pemerintah disarankan untuk membuat program Maintain atau
Reduce Investment , selanjutnya disingkat MRI. Ini adalah wilayah yang memuat
factor-faktor yang dianggap kurang penting oleh pelanggan dan dirasakan terlalu
berlebihan. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat dikurangi
agar pemerintah kota dapat melakukan efisiensi. Hati-hati membuat keputusan di
wilayah ini karena kategori ini bisa memuat satisfaction drivers yang dalam
persepsi penduduk merupakan hal mendasar dan diperlukan sehingga jika terjadi
reduksi kinerja berdampak pada kepuasan penduduk
Kuadran 4 : Low Impact-weak performance
Kuadran ini menggambarkan situasi dalam hal program atau factor-faktor
dipersepsi kurang penting oleh penduduk dan kinerja pemerintah juga dipersepsi
tidak terlalu istimewa. Peningkatan variable-variabel yang termasuk dalam
kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat
yang dirasakan oleh penduduk sangat kecil, tidak perlu mengalokasikan dana
besar di wilayah ini. Fenomena ini disebut Inconsequential dan pemerintah
disarankan Don’t waste the resources, selanjutnya disingkat IDWR
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 30
P01/15
Critical Review Tim Laboratorium Quality Control:
Menurut pendapat kami fenomena IDWR dan MRI bersifat tidak logis,
mengapa?”How can we say ‘good’ or ‘bad’to the things that are not important to
us?. The logic is , if one thing is unimportant then we ignorant, unobserved that
thing.If we unobserved then we can not make statement about that thing.So our
opinion is the people statement is illogical, thus not worth thinking of. Those
phenomena should not exist . If they are resulted from a research then the
reaearcher does not understand psychologic and does not design his research
properly, thus his research invalid. Cells of IDWR and MRI should not exist. Will
you ask my opinion on something that I do not pay attention to it? I will
not.Someone’s quality perception about something that he does not pay attention
to is not worth hearing.So ther are only 3 cells:Unimportant, important-low
quality, important-high quality.The cells IDWR and MRI should be merged and
the questionnaire should also be designed in that way.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 31
P01/15
BAB III. STRATEGI, METODOLOGI DAN HASIL
1. STRATEGI
Strategi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan di atas ialah sebagai berikut :
a. Gunakan gabungan dua persepektif yaitu pendekatan Customer Lens dan
Producer Lens.
b. Persuasi responden untuk mengungkapkan secara bebas tentang tingkat
kepentingan dan keluhan penduduk.
c. Segmentasi penduduk berdasarkan variabel Demografi dan Geografi dilakukan
agar seluruh lapisan masyarakat terwakili dalam sampel. Dengan segmen yang
terbentuk ialah sebagai berikut :
Tabel 2 : Segmentasi Penduduk Berdasarkan Geografi-demografi
DAERAH USIA
7-12 13-16 17-21 22-30 31-55 56-75
Wiraswasta PNS Ibu
Rumah
Tangga
Lainnya
1. Sukasari, Andir,
Cicendo, Sukajadi.
Segmen
1
Segmen 2 Segmen
3
Segmen
4
Segmen
5
Segmen
6
Segmen
7
Segmen
8
Segmen
9
2. Coblong, Cidadap,
Bandung Wetan,
Cibeunying Kidul,
Cibeunying Kaler,
Sumur Bandung.
Segmen
10
Segmen
11
Segmen
12
Segmen
13
Segmen
14
Segmen
15
Segmen
16
Segmen
17
Segmen
18
3. Batununggal,
Lengkong,
Kiaracondong
Segmen
19
Segmen
20
Segmen
21
Segmen
22
Segmen
23
Segmen
24
Segmen
25
Segmen
26
Segmen
27
4. Antapani,
Arcamanik, Cibiru,
Ujung Berung,
Panyileukan,
Cinambo,
Mandalajati.
Segmen
28
Segmen
29
Segmen
30
Segmen
31
Segmen
32
Segmen
33
Segmen
34
Segmen
35
Segmen
36
5. Regol, Bandung
Kidul, Buahbatu,
Rancasari, Gedebage
Segmen
37
Segmen
38
Segmen
39
Segmen
40
Segmen
41
Segmen
42
Segmen
43
Segmen
44
Segmen
45
6. Babakan Ciparay,
Bojongloa Kaler,
Astana Anyar,
Bandung Kulon,
Bojongloa Kidul.
Segmen
46
Segmen
47
Segmen
48
Segmen
49
Segmen
50
Segmen
51
Segmen
52
Segmen
53
Segmen
54
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 32
P01/15
2. METODOLOGI
Strategi tersebut di atas akan diimplementasikan dalam empat tahap sebagai berikut :
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 33
P01/15
Diagram 4. Metodologi Survey
Akses Data sensus penduduk Kota Bandung 2010
Identifikasi Segmen dan Objek Survey
Teknik Survey
Desain Protokol Wawancara
Protokol Wawancara
Desain Kuesioner
Expert opinion
Rekomendasi
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Analisis P-I Persegmen
Analisis
Missmatch proker
Kuesioner
Identifikasi aspek2
pembangunan
Reduksi Segmen
Survey Utama
Test Kuesioner
Survey Pertama (CL)
Critical Incident Approach
Test Protokol Wawancara
Penetapan Sampel Survey 1
Indeks kepuasan
Indeks Kinerja dan dampak
Aspek
Indeks Kinerja dan dampak
Atribut
Penentuan Sampel Survey Utama
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 34
P01/15
Tahap 1 : Persiapan survey customer lens
Sifat : Pengkajian internal sebelum survei.
Langkah : 1. Identifikasi variabel segmen yang mungkin.
2. Perancangan teknik survey.
3. Desain protokol wawancara
4. Test protokol wawancara.
5. Penetapan sampel untuk survei customer lens
Perancangan dan desain protokol wawancara dilakukan sesuai dengan yang tercantum
dalam Bab II, Butir 2.1 sampai dengan 2.5.
Test protokol wawancara dilakukan dua tahap. Pertama adalah uji alfa dimana protokol
wawancara yang telah dibuat dikaji terlebih dahulu secara internal. Kedua adalah uji
beta dimana protokol yang sudah lulus uji alfa di cobakan terlebih dahulu ke tiga orang
responden.
Penentuan sampel customer lens. Dipilih sampel yang beranggotakan 540 orang
responden untuk 54 segmen, terbagi atas 10 responden untuk setiap segmen
Tahap 2 : Pelaksanaan survey customer lens
Sifat : Sampel kecil, pertanyaan terbuka, diskusi persuasif dengan responden.
Langkah : 1. Melakukan survey customer lens.
2. Identifikasi aspek-aspek pembangunan
3. Critical Incident Approach.
4. Reduksi segmen
5. Penetapan sampel untuk survei utama.
Survey customer lens dilakukan sesuai dengan yang tercantum dalam Bab II, Butir 2.6.
Critical Incident Technique dilakukan sesuai dengan yang tercantum dalam Bab II,
Butir 2.7 sampai dengan 2.10.
Reduksi segmen dilakukan dengan menggunakan teknik Correspondence Analysis,
sehingga memungkinkan reduksi segmen secara otomatis (objektif).
Penentuan sampel untuk survei utama menggunakan teknik Stratified random
sampling. Sebagai anggota sampel, masing-masing 21 responden dari setiap RT
terpilih.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 35
P01/15
Tahap 3 : Pelaksanaan survey reduksi segmen
Sifat : Sampel kecil, pertanyaan tertutup, pengisian kuesioner oleh responden.
Langkah : 1. Desain kuesioner.
2. Test kuesioner.
3. Pelaksanaan survei utama.
4. Indeks kepuasan.
5. Indeks kinerja dan dampak aspek
Desain kuesioner dilakukan sesuai dengan yang tercantum dalam Bab II, Butir 3.
Test kuesioner dilakukan dua tahap. Pertama adalah uji alfa dimana kuesioner yang
telah dibuat dikaji terlebih dahulu secara internal. Kedua adalah uji beta dimana
kuesioner yang sudah lulus uji alfa di cobakan terlebih dahulu ke tiga orang responden.
Survei reduksi segmen dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah lulus uji
beta. Survei ini dilakukan terhadap 540 responden hasil penetapan sampel survei
reduksi segmen dan pengumpulan data dilakukan oleh 10 orang surveyor yang sudah
dilatih pada tahap kedua.
Reduksi Segmen
Reduksi segmen dilakukan dengan menggunakan data hasil CIT. Teknik analisis
korespondensi digunakan, karena data yang dianalisis berbentuk kategori, sehingga
memungkinkan reduksi segmen secara otomatis (objektif), Variabel hasil CIT yang
digunakan adalah umur, pekerjaan, daerah, dan banyaknya komentar. Tabulasi silang
banyaknya komentar dari variabel umur, pekerjaan, dan daerah ditampikan pada Tabel
1, dan peta hasil analisis korespondensi ditampilkan pada Diagram 5.
Tabel 3 : Tabulasi silang banyak komentar berdasarkan variabel umur, pekerjaan, dan daerah
Umur Pekerjaan Daerah
1 2 3 4 5 6
17-21 36 36 27 57 51 23 22-30 30 32 43 15 43 41 31-55 PNS 15 41 6 14 21 25 31-55 Wiraswasta 27 44 23 38 67 5 31-55 IRT 42 36 44 22 39 11 31-55 Lainnya 38 49 51 25 50 6 56-75 44 22 34 41 51 33
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 36
P01/15
Diagram 5 : Peta Segmentsi Hasil Analisis Korespondensi
Peta hasil analisis korespondensi memperlihatkan bahwa Daerah 1, 2, dan 5 relatif
sama, sedangkan Daerah 3, 4, dan 6 berbeda nyata. Cakupan kecamatan di daerah 1, 2,
dan 5 sama dengan wilayah 1, 2, 7, dan 8, daerah 3 sama dengan wilayah 4, daerah 4
sama dengan wilayah 5, dan 6, daerah 6 sama dengan wilayah 3. Pengelompokan 8
wilayah menjadi 4 area dihasilkan berdasarkan pemetaan proporsi insiden untuk suatu
wilayah berdasarkan umur dan pekerjaan tertentu secara simultan. Dengan demikian
segmen yang terbentuk tetap merupakan paduan variabel geografis dan demografis,
sehingga segmen yang terbentuk yaitu:
Segment/Area Kecamatan
1
Sukasari, Andir, Cicendo, Sukajadi, Cidadap, Coblong, Bandung
Wetan, Sumur Bandung, Cibeunying Kidul, Cibeunying Kaler,
Bandung Kidul, Buah Batu, Gedebage, dan Rancasari.
2 Regol, Lengkong, Kiaracondong, dan Batununggal.
3 Arcamanik, Mandalajati, Antapani, Ujung Berung, Cibiru, Cinambo,
dan Panyileukan.
4 Bandung Kulon, Babakan Ciparay, Bojongloa Kaler, Bojongloa
Kidul, Astanaanyar.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 37
P01/15
Penentuan Sampel Survei Utama
Metoda sampling yang digunakan adalah two stage stratified random sampling.
Stratified random sampling pertama digunakan untuk menetukan banyaknya responden
di empat area dengan bound of error dan koefisien kepercayaan sebesar 2% dan 95%,
sedangkan stratified random sampling kedua digunakan untuk memilih responden di
setiap area dengan ukuran sampel, bound of error, dan koefisien kepercayaan
ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4 : Ukuran sampel per area
Segment/Area Populasi Margin
Error
Tingkat
kepercayaan
1 817.612 3.29% 95%
2 365.472 4.88% 95%
3 331.444 5.14% 95%
4 334.076 5.14% 95%
Total 1.848.604 2.00% 95%
Randomisasi dilakukan dengan cara mengambil sampel random sebanyak 10% RT di
setiap Area, selanjutnya sampel random tehadap penduduk dilakukan pada setiap RT.
Pengambilan sampel disetiap RT dilaksanakan dengan cara berkoordinasi dengan
pengurus RT dan pemilihan responden diselenggarakan berdasarkan Dokumen KK
yang tersedia pada pengurus RT. Adapun proporsi dan ukuran sampel secara lengkap
ditampilkan pada Tabel 4. Proporsi penduduk berdasarkan variabel demografi diolah
dari dokumen hasil Sensus Penduduk Kota Bandung tahun 2010.
Tabel 5 : Ukuran sampel per RT
UMUR PEKERJAAN
Sebaran
respondenPer-RT
Proporsi n
17-21
9.85% 2
22-30
24.85% 5
31-55 PNS 4.71% 1
31-55 Wiraswasta 1.18% 1
31-55 Ibu Rumah Tangga 0.36% 1
31-55 Lainnya 43.42% 8
56-75
15.62% 3
Total 100% 21
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 38
P01/15
BAB IV. FAKTA DAN INTERPRETASI HASIL SURVEI
IV.1 FAKTA HASIL SURVEI
Pendahuluan
Survey pendahuluan (pilot survey) terhadap 540 penduduk Bandung diselenggarkan pada
2 Juli sampai dengan 14 Juli 2015 menggunakan CIT.dan di hasilkan 1398 insiden atau hal
yang menjadi concern warga Bandung. Insiden-insiden tersebut kemudian dikategorisasi
secara subjektif ke dalam 24 aspek dan menghasilkan 95 atribut atau item yang menjadi
masukan untuk konstruksi kuesioner.
Survei persepsi masyarakat terhadap pembangunan di Kota Bandung telah melakukan
penggalian data yang digelar diseluruh wilayah administratif Kota Bandung pada tanggal
29 Oktober sampai dengan 14 November Tahun 2015. Survei dilakukan menggunakan
desain Three Stage Stratified random sampling, margin eror tidak lebih daripada 5%.
Survey utama ini menerapkan teknik wawancara langsung terhadap warga Bandung
dilakukan menggunakan kuesioner berisikan 24 aspek dan 95 atribut berdasarkan hasil
survey pendahuluan.
Selanjutnya 24 aspek tersebut masing-masing diolah menggunakan metoda Komponen
Utama untuk mendapatkan aspek-aspek baru yang objektif. Metoda komponen utama
membuat proses objektif dengan mengolah data penilaian warga Bandung sebagai
responden . Metoda Komponen utama yang dilakukan menerapkan teknik analisis faktor
dengan kriteria keberhasilan sebagai berikut:
Eigenvalue bernilai lebih dari 1 (satu);
Total variance explained ditetapkan bernilailebih besar daripada 60 %;
Loading factor setiap item atau atribut atau variabel teramati pada Pattern
Matrix bernilai lebih besar dari pada 0,4.
Teknik rotasi yang dipilih adalah varimax dan manjemen data hilang menggunakan opsi
pairwaise dengan pertimbangan responden yang tidak tahu terhadap item dalam kuesioner
dinyatakan tidak memberikan nilai.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 39
P01/15
Pengolahan data menggunakan prosedur di atas menghasilkan 45 aspek objektif dari kaca
mata warga. Hasil kategorisasi ini ini memperbaiki 24 kategori awal yang ditetapkan
secara subjektif. Manfaat 45 Kategori hasil analisis faktor, di samping bersifat objektif
juga memberikan kemudahan dalam arah perbaikan.
Analisis data memberikan hasil-hasil sebagai berikut:
1. Nilai Indeks Kinerja Walikota Bandung 2015
Tabel 6 : Indeks kinerja Walikota
Skala yang digunakan untuk menilai kinerja walikota berdasarkan persepsi penduduk
Kota Bandung adalah skala 1-5. Nilai rating 3 sebagai nilai tengah yang menentukan
arah persepsi penduduk . Tabel 6 menunjukkan bahwa Walikota Bandung memiliki
skor persepsi penduduk yang positif . Hal ini berarti penduduk Kota Bandung menilai
kinerja walikota Bandung sudah memuaskan mereka.
Mengacu pada kategori-kategori yang dijelaskan dalam Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman
Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah,
dan konsep indeks yang menjamin skor terendah berindeks nol dan skor tertinggi
berindeks 100 maka kategori kinerja pemerintah Kota Bandung adalah Baik. Berikut
adalah Tabel kategori Indeks kinerja .
Tabel. 7 Kategori Indeks Kinerja
Nilai interval IKM
MenPan [skala 1-4]
Nilai interval
konversi IKM
[Skala 1-5]
Mutu Pelayanan Kinerja
25 – 43,75 0 – 25 D Tidak Baik
43,76 – 62,50 25,01 – 50 C Kurang Baik
62,51 – 81,20 50,01 – 75 B Baik
81,21 – 100 75,01 – 100 A Sangat Baik
Catatan: IKM: Indeks Kepuasan Masyarakat
Rating Index
3.9349 73.37249
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 40
P01/15
2. Indeks Kepuasan Penduduk Kota Bandung
Survei menghasilkan Indeks kepuasan masyarakat Kota Bandung dalam skala kota
sebesar 50,70% pada skala 0-100. Berdasarkan Tabel kategori indek kinerja maka
masyarakat Kota Bandung mempunyai persepsi yang tergolong dalam kategori BAIK
dalam menilai kinerja pemerintahnya. Capaian tersebut harus disikapi secara bijak
dengan mempertimbangkan angka margin error sebesar 2% dan tingkat konfidens
95%. Dalam tingkat populasi terdapat peluang 5% angka capaian indeks kepuasan di
atas berada di bawah 50,70% dan tergolong dalam kategori KURANG BAIK. Skor
indeks kepuasan yang dicapai memberi indikasi bahwa pemerintah kota Bandung
masih harus bekerja keras untuk keluar dari skor psikologis seperti ini. Kondisi ini juga
terjadi di 4 area dalam tingkat Kecamatan.
Pada bagian-bagian berikut kami sampaikan berbagai informasi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan angka indeks kepuasan warga Bandung.
Selanjutnya mengacu pada hasil analisis segmentasi persepsi penduduk Kota Bandung
diperoleh empat segment sebagai berikut:
Segment/Area 1 dalam level kecamatan:
Sukasari, Andir, Cicendo, Sukajadi, Cidadap, Coblong, Bandung Wetan, Sumur Bandung,
Cibeunying Kidul, Cibeunying Kaler, Bandung Kidul, Buah Batu, Gedebage, dan Rancasari.
Segment/Area 2 dalam level kecamatan:
Regol, Lengkong, Kiaracondong, dan Batununggal
Segment/Area 3 dalam level kecamatan:
Arcamanik, Mandalajati, Antapani, Ujung Berung, Cibiru, Cinambo, dan Panyileukan
Segment/Area 4 dalam level kecamatan:
Bandung Kulon, Babakan Ciparay, Bojongloa Kaler, Bojongloa Kidul, Astanaanyar
Oleh karena itu dihitung pula indeks kepuasan penduduk Kota Bandung pada empat
segment .
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 41
P01/15
3. Indeks Kepuasan Penduduk Area 1 Kota Bandung
Survei yang dilakukan terhadap 924 penduduk Area 1 dengan margin error 3.29%
dan tingkat kepercayaan 95 % menghasilkan Indeks kepuasan masyarakat Kota
Bandung di Area 1 sebesar 56,57%. Berdasarkan Tabel. 7 Kategori Indeks Kinerja
maka masyarakat di Area 1 Kota Bandung mempunyai persepsi yang tergolong
dalam kategori BAIK dalam menilai kinerja pemerintahnya.
4. Indeks Kepuasan Penduduk Area 2 Kota Bandung
Survei yang dilakukan terhadap 420 penduduk Area 2 dengan margin error 4.88%
dan tingkat kepercayaan 95 % menghasilkan Indeks kepuasan masyarakat Kota
Bandung di Area 2 sebesar 53,34%. Berdasarkan Tabel. 7 Kategori Indeks Kinerja
maka masyarakat di Area 2 Kota Bandung mempunyai persepsi yang tergolong
dalam kategori BAIK dalam menilai kinerja pemerintahnya.
5. Indeks Kepuasan Penduduk Area 3 Kota Bandung
Survei yang dilakukan terhadap 378 penduduk 3 Area dengan margin error 5.14 %
dan tingkat kepercayaan 95 % menghasilkan Indeks kepuasan masyarakat Kota
Bandung di Area 3 sebesar 55,72%. Berdasarkan Tabel. 7 Kategori Indeks Kinerja
maka masyarakat di Area 3 Kota Bandung mempunyai persepsi yang tergolong
dalam kategori BAIK dalam menilai kinerja pemerintahnya.
6. Indeks Kepuasan Penduduk Area 4 Kota Bandung
Survei yang dilakukan terhadap 378 penduduk di Area 4 dengan margin error 5.14
% dan tingkat kepercayaan 95 % menghasilkan Indeks kepuasan masyarakat Kota
Bandung di Area 4 sebesar 54,36%. Berdasarkan Tabel. 7 Kategori Indeks Kinerja
maka masyarakat di Area 4 Kota Bandung mempunyai persepsi yang tergolong
dalam kategori BAIK dalam menilai kinerja pemerintahnya.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 42
P01/15
7. Loyalitas Pemakai Kendaraan pribadi
Diagram 6. Loyalitas Pemakai Kendaraan Pribadi
40% dari Pengguna kendaraan pribadi roda dua memiliki kecenderungan untuk beralih
ke kendaraan umum sedangkan pengguna kendaraan pribadi roda empat yang akan
beralih ke kendaraan umum adalah sebanyak 50%. Switching Behaviour dari
Kendaraan Pribadi ke Kendaraan Umum cenderung terjadi jika kendaraan umum
memiliki faktor-faktor daya tarik seperti ditampilkan pada Diagram 7.
Diagram 7. Kecenderungan Perpindahan dari kendaraan pribadi ke angkutan umum
84,8 %
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 43
P01/15
Terdapat empat faktor dominan yang memiliki kontribusi sebesar 84,8% terhadap
kecenderungan warga untuk beralih dari kendaran pribadi ke kendaraan umum. Empat
faktor tersebut berkaitan dengan waktu, kelaikan,tarif, dan keamanan.
Faktor waktu yang dipersyaratkan oleh warga membutuhkan program terobosan
karena hal tersebut terkait dengan kinerja angkutan umum yang diharapkan dapat
memberikan layanan yang cepat melalui jalur yang khusus diperuntukan bagi
tarnsportsi massal. Di samping itu fasilitas angkutan umum ini juga dituntut untuk
beroperasi 24 jam.
Deskripsi Faktor kelaikan kendaraan meliputi kelaikan kendaraan secara fisik dengan
jumlah penumpang yang sesuai dengan standar kapsitas kendaraan dan bebas dari
polusi seperti asap rokok atau asap knalpot.
Faktor kelima yang tidak kalah penting adalah kemudahan akses berfitur rute terpadu.
Kunci sukes moda angkutan umum adalah akses dari rumah atau kantor ke atau dari
stasiun. Penggunaan angkutan umum bukan hal mudah, karena tidak cukup hanya
pembangunan fisik, tetapi memerlukan perubahan signifikan dalam cara orang
bertransportasi. Perubahan dari pemakaian mobil pribadi menjadi berjalan dan naik
angkutan umum kemudian duduk berjejal dalam suasana tidak nyaman secara lama,
hal itulah yang harus di atasi.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 44
P01/15
IV.2 INTERPRETASI HASIL SURVEI
1. Analisis Kinerja-Dampak Kota Bandung
Sebagaimana telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, sistem pengukuran kepuasan
terbaik hanya dapat menyediakan informasi, ia tidak dapat memberikan keputusan. Proses
pergerakan dari informasi ke pengambilan keputusan sangat bertumpu pada analisis
dampak-kinerja sebagaimana diperlihatkan pada strategic satisfaction matrix berikut ini:
Diagram 8. Strategic Satisfaction Matrix Kota Bandung
Matriks pada Diagram 8 menetapkan garis batas 0.5 pada sumbu horizontal dan skor 50
pada sumbu vertikal.Seyogyanya penetapan garis-garis batas tersebut dilakukan
berdasarkan pertimbangan manjerial. Hal ini karena setiap skor akan memberikan
konsekuensi manajerial. Penetapan Garis batas sumbu vertikal berkaitan dengan kebijakan
manajerial tentang seberapa besar nilai targert kinerja yang akan dipatok. Hal ini
menunjukkan tingkat aspirasi manajemen dalam merespons persepsi kinerja masyarakat.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 45
P01/15
Semakin tinggi target maka semakin sedikit jumlah aspek yang akan menjadi competitive
advantage pemerintah kota Bandung . Demikian juga jika garis batas pada sumbu
horizontal semakin ke kanan. Pada laporan ini diberikan ilustrasi dengan mengambil nilai
default 50 untuk sumbu vertikal dan 0.5 untuk sumbu horizontal. Konsekuensi dari batas-
batas tersebut terhadap konfigurasi kuadran-kuadran diperoleh informasi sebagai berikut:
Competitive Advantage pemerintah Kota Bandung
1. Kelayakan Kendaraan Angkutan Umum
2. Memicu Kerawanan di Angkutan Umum
3. Fungsi Pengaman Lalu-lintas
4. Kondisi Jalan
5. Keamanan
6. Penanganan Sampah
7. Pemenuhan Air Bersih
8. Penataan Pasar tradisional dan pertokoan
9. Kinerja Pelayanan
10. Kejelasan persyaratan dan akurasi pendataan
11. Penyalahgunaan Wewenang
12. Perumahan
13. Ketertiban sosial setempat
14. Akses menuju pelayanan kesehatan
15. Penegakan Aturan
15 aspek di atas merupakan keunggulan kompetitif Pemerintah Kota Bandung. Ini
adalah wilayah yang memuat factor-faktor yang dipersepsi penting oleh penduduk dan
penduduk mempersepsi factor-faktor tersebut memiliki kinerja baik. Variabel-variabel
yang termasuk dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan atau ditingkatkan karena
dalam 15 isu ini pemerintah Kota Bandung dipersepsi unggul dimata penduduk
Bandung.
Competitive Vulnerability pemerintah Kota Bandung
1. Pengentasan Banjir
2. Penertiban PKL
3. Bantuan Wirausaha
4. Ketertiban Sosial Kota
5. Kesejahteraan pekerja
6. Tingkat Pengangguran
7. Pengelolaan Parkir
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 46
P01/15
Ke-7 aspek di atas merupakan attributes to improve atau Focus of Improvement.
Competitive Vulnerability Selanjutnya disingkat CV. Merupakan titik lemah pemerintah
Kota Bandung. Ini adalah wilayah yang memuat isu-isu yang dipersepsi penting oleh
penduduk Bandung tetapi pada kenyataannya hal-hal tersebut memperoleh skor kepuasan
yang masing sangat rendah. Kinerja isu-isu yang masuk dalam kuadran ini harus
ditingkatkan, pemerintah kota harus melakukan program total continuous improvement
sehingga performance variable yang ada dalam kuadran ini bergeser ke kuadran CA
Maintain/ Reduce [Low Impact and Strong Performance]
1. Tempat rekreasi
2. Wisata Kuliner
3. Sarana Rekreasi
4. Biaya Rekreasi
5. Tarif Angkutan Umum
6. Pengaturan Lalu-lintas
7. Manfaat pasar modern
8. Kemudahan mencapai pertokoan
9. Kewajaran harga kebutuhan
10. Keramahan Masyarakat Kota
11. Penerimaan Peserta didik baru
12. Kelayakan pendapatan Pengajar
13. Kemampuan dalam menyembuhkan
14. Biaya layanan Kesehatan
15. Seni dan Budaya
16. Kewajaran Tarif Parkir
17. Sarana Olah Raga
18. Sarana Ibadah
Pada Kuadran ini Pemerintah Kota Bandung disarankan untuk membuat program
Maintain atau Reduce Investment (MRI) . Ini adalah wilayah yang memuat isu-isu
yang dipersepsi tidak penting oleh penduduk Bandung. Hati-hati membuat keputusan
di wilayah ini karena kategori ini bisa memuat satisfaction drivers yang dalam persepsi
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 47
P01/15
penduduk merupakan hal mendasar dan diperlukan sehingga jika terjadi reduksi kinerja
berdampak pada kepuasan penduduk
Don’t waste Resources [Low Impact and Weak Performance]
1. Dekorasi Jalan
2. Kemacetan
3. Kelayakan Fasilitas Jalan
4. Tingkat Polusi
5. Pekerja kontrak/outsourching
5 isu di atas menggambarkan situasi dalam hal program pemerintah dipersepsi kurang
penting oleh penduduk dan kinerja pemerintah juga dipersepsi tidak baik. Secara teori,
peningkatan variable-variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan
kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh penduduk sangat kecil.
Fenomena ini disebut Inconsequential dan pemerintah disarankan Don’t waste the
resources, selanjutnya disingkat IDWR. Interpretasi lain fenomena ini mengacu pada
pemikiran bahwa hanya informasi-informasi yang dianggap pentinglah yang dipedulikan.
Keempat fenomena itu tidak dipedulikan oleh warga karena fenomena tersebut merupakan
stimulus yang tidak lagi menjadi drive untuk memotivasi suatu gerakan. Hal ini dapat
dijelaskan oleh sikap apatisme atau skeptic sebagai produk frustasi akibat dari berlarut-
larutnya penyelesaian suatu permasalahan .
Analisis mendalam dan sistemik dari model persepsi penduduk Bandung terhadap berbagai
aspek pembangunan di Kota Bandung dipresentasikan dalam diagram jalur Tingkat
kontribusi masing-masing aspek pembangunan terhadap indeks kepuasan masyarakat kota
Bandung disajikan secara komprehensif pada Diagram 9.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 48
P01/15
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 49
P01/15
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 50
P01/15
Diagram 9. Tingkat Kontribusi Masing-Masing Aspek Pembangunan Terhadap Indeks
Kepuasan Masyarakat Kota Bandung
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 51
P01/15
Diagram 9. memuat level-level Informasi. Sebagai ilustrasi, untuk aspek Penanganan
Banjir, informasi dampak pada diagram 9 menunjukkan attribute level impact 0.51 pada
atribut N1-Fungsi Gorong-gorong dalam Mengatasi Banjir. Hal ini memberi informasi
bahwa 1 unit perubahan pada atribut ini atau item pertanyaan yang berkaitan dengan
Fungsi Gorong-gorong dalam Mengatasi Banjir pada kuesioner berasosiasi dengan 0.51
unit perubahan pada indeks benefit Penanganan Banjir. Sedangkan Benefit level impact
0.0441 pada aspek Penanganan Banjir menunjukkan bahwa satu unit perubahan pada indek
benefit Penanganan Banjir berasosiasi dengan peningkatan sebesar 0.0441 unit pada
Indeks Kepuasan. Penjelasan yang sama berlaku untuk 21 aspek lainnya
Konsekuensi dari nilai default 50 untuk skor target manajerial dan 0.5 untuk skor dampak
maka konfigurasi informasi pada kuadran-kuadran untuk empat Area disajikan pada
bagian 2,3,dan 4 .
2. Analisis Kinerja-Dampak Area 1 Kota Bandung
Kategorisasi sebanyak 47 aspek yaang dipersepsi masyarakat Bandung kedalam
strategic satissfaction matrix menggunakan nilai default 50 untuk skor target
manajerial dan 0.5 untuk bobot impak menghasilkan konfigurasi informasi pada
kuadran-kuadran untuk Area 1 (Sukasari, Andir, Cicendo, Sukajadi, Cidadap, Coblong,
Bandung Wetan, Sumur Bandung, Cibeunying Kidul, Cibeunying Kaler, Bandung Kidul, Buah
Batu, Gedebage, dan Rancasari.) sebagai berikut
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 52
P01/15
Diagram 10. Strategic Satisfaction Matrix Area 1
Deskripsi hasil kategorisasi pada matriks di atas adalah:
A. Competitive Advantage (CA) ,Maintain atau Improve: indeks kinerja>50,
dampak>0.5
Berikut ini adalah daftar aspek-aspek pembangunan di Kota Bandung yang dipersepsi
penting oleh warga Bandung di Area 1 dan pada saat bersamaan pemerintah Kota
Bandung memperoleh persepsi kinerja yang baik dimata warga yang bermukim di Area
1.
1. Tempat Rekreasi
2. Mutu Layanan Transportasi Umum
3. Dekorasi Jalan
4. Fungsi Pengaman Lalu Lintas
5. Penataan Lalu Lintas
6. Kondisi Jalan
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 53
P01/15
7. Keamanan
8. Pengelolaan Sampah
9. Pasar Modern
10. Biaya, Persyaratan, dan Pendataan
11. Penyalahgunaan wewenang
12. Perumahan
13. Ketertiban Sosial Kota
14. Ketertiban sosial setempat
15. Kelayakan pendapatan Pengajar
16. Penegakan Aturan
Elaborasi lebih mandalam tentang hal-hal tersebut disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga Bandung Area 1 – CA
No
Competitive
Advantage &
dampak
Indeks Kinerja
Aspek & Bobot
Atribut pembentuk &
Dampak
Indeks
Kinerja
Atribut dan
Bobot
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Tempat Rekreasi
[0,56]
68,63 & 0,0415 1. Rancangan tempat
rekreasi [0,74]
74,91 dan 0,29
2. Kelengkapan [0,54] 61,05 dan 0,22
3. Keamanan [0,51] 67,07 dan 0,2
4. Pemeliharaan [0,73] 68,68 dan 0,29
2 Mutu Layanan
Transportasi Umum
[0,71]
55,13 dan 0,0522 1. Rawan kriminalitas
[0,69]
62,11 dan 0,24
2. Aspek waktu
(waktu tunggu
penumpang,
kecepatan
perjalanan) [0,71]
47,61 dan 0,25
3. Perilaku awak (supir
/ kernet) [0,73]
52,69 dan 0,25
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 54
P01/15
4. Kelaikan mutu (kendaraan dan
supir/kernet) [0,75]
58,47 dan 0,26
3 Dekorasi Jalan [0,72] 52,16 dan 0,053 1. Kondisi penghijauan
jalan di kawasan
anda [0,51]
48,99 dan 0,16
2. Dekorasi (pot bunga, patung, lampu hias,
dll) [0,82]
50,28 dan 0,26
3. Penataan Dekorasi
[0,91]
52,28 dan 0,29
4. Keindahan Dekorasi di simpang jalan
[0,87]
53,8 dan 0,28
4 Fungsi Pengaman Lalu
Lintas [0,63]
57,83 dan 0,0466 1. Fungsi penerangan
jalan umum yang ada
di kawasan anda
[0,45]
55,87 dan 0,35
2. Fungsi rambu lalu lintas yang ada saat
ini [0,82]
58,76 dan 0,65
5 Penataan Lalu Lintas
[0,52]
60,45 dan 0,038 1. Penataan jalan yang
ada saat ini [0,81]
62,79 dan 0,54
2. Jalan alternatif ke lokasi yang biasa
anda tuju [0,68]
57,85 dan 0,46
6 Kondisi Jalan [0,56] 60,92 dan 0,0408 1. Kualitas jalan raya
yang biasa anda lalui
[0,84]
62,11 dan 0,5
2. Kondisi jalan di wilayah anda [0,84]
57,85 dan 0,5
7 Keamanan [0,53] 50,59 dan 0,039 1. Kota bandung rawan
pemerasan. [0,87]
54,2 dan 0,35
2. Kota bandung rawan kejahatan. [0,88]
47,99 dan 0,35
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 55
P01/15
3. Kota bandung rawan pengrusakan. [0,77]
48,77 dan 0,3
8 Pengelolaan Sampah
[0,56]
51,16 dan 0,0409 1. Ketersediaan
Fasilitas Kebersihan
(tong Sampah,
Gerobak Sampah,
Truk sampah, mobil
penyapu jalan) dalam
menjaga kebersihan.
[0,88]
53,05 dan 0,53
2. Kesadaran Masyarakat terhadap
kebersihan
lingkungan. [0,77]
48,83 dan 0,47
9 Pasar Modern [0,58] 65,01 dan 0,0423 1. Manfaat
pembangunan mall di
kota Bandung [0,87]
62,4 dan 0,51
2. Manfaat mini market di wilayah anda
[0,84]
67,88 dan 0,49
10 Biaya, Persyaratan,
dan Pendataan [0,69]
56,48 dan 0,0505 1. Kewajaran biaya
untuk mendapatkan
pelayanan pemkot
[0,54]
59,11 dan 0,26
2. Kejelasan persyaratan untuk
mendapatkan layanan
pemkot [0,69]
55,49 dan 0,33
3. Akurasi pendataan
yang dilakukan oleh
pemkot (data KTP,
KK, PBB, dll) [0,86]
55,59 dan 0,41
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 56
P01/15
11 Penyalahgunaan wewenang [0,69]
54,37 dan 0,051 1. Bantuan pemkot tepat sasaran. (raskin,
dll) [0,79]
54,55 dan 0,52
2. Layanan pemkot
bebas pungli [0,72]
53,49 dan 0,48
12 Perumahan [0,64] 52,21 dan 0,0469 1. Keterjangkauan harga untuk
mendapatkan tempat
tinggal layak huni di
kota Bandung [0,77]
38,92 dan 0,5
2. Kelayakan tempat
tinggal anda [0,77]
65,48 dan 0,5
13 Ketertiban Sosial Kota [0,62]
50,36 dan 0,0456 1. Keberhasilan pemkot meminimalisir
gepeng di wilayah
anda. [0,77]
54,03 dan 0,26
2. Keberhasilan
pembinaan pemkot
meminimalisir tuna
susila di wilayah
anda. [0,76]
50,64 dan 0,25
3. Keberhasilan pemkot menertibkan
pengamen di wilayah
anda. [0,78]
45,13 dan 0,26
4. Keberhasilan pemkot
menertibkan tempat
hiburan malam.
[0,67]
49,76 dan 0,22
14 Ketertiban sosial setempat [0,76]
54,72 dan 0,0559 1. Keberhasilan pemkot menertibkan
pendatang (lapor RT,
surat ket. penduduk
musiman). [0,66]
52,02 dan 0,44
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 57
P01/15
2. Kondisi warga miskin di wilayah
anda. [0,83]
57 dan 0,56
15 Kelayakan pendapatan
Pengajar [0,54]
58,19 dan 0,0395 1. Kelayakan
pendapatan pengajar
[0,99]
58,19 dan 1
16 Penegakan Aturan [0,57]
50,88 dan 0,0416 1. Ketegasan Pemkot menjalankan
peraturan daerah.
[0,76]
52,09 dan 0,31
2. Pembongkaran
bangunan oleh
Pemkot [0,81]
51,14 dan 0,34
3. Ketaatan Tata ruang Kota Bandung
terhadap aturan.
[0,84]
49,3 dan 0,35
Pada 16 aspek tersebut di atas pemerintah Kota Bandung selaras dengan persepsi
mayarakat Bandung di Area 1. Selaras dalam artian ke 16 aspek tersebut merupakan
hal yang memiliki dampak besar bagi kepuasan hidup warga di Area 1 dan pemerintah
Kota Bandung berhasil mendapat persepsi kinerja positif di mata warga. Oleh karena
itu pemerintah Kota Bandung perlu mempertahankan atau meningkatkan kinerja pada
16 aspek tersebut di Area 1.
Ke 16 aspek merupakan driver of satisfaction warga. Tugas pemerintah kota adalah
memastikan bahwa organisasinya secara kontinu menyajikan kinerja yang baik pada
isu-isu di atas.
Contoh penjelasan level-level informasi pada Tabel 8 : Tempat Rekreasi pada baris 1
dan kolom (2) memiliki indeks 68,63 dan skor persepsi dampak (kepentingan) 0,56
serta bobot sebesar 0,0415, kolom (3) . Benefit level impact 0,0415 pada aspek Tempat
Rekreasi menunjukkan bahwa 1 unit perubahan pada indeks benefit Tempat Rekreasi
berasosiasi dengan 0,0415 peningkatan pada Indeks Kepuasan. Artinya. Indeks
Tempat Rekreasi saat ini adalah 68,63 ini merupakan konversi dari skor 3,7 pada skala
awal 1-5. Nilai Indeks Kepuasan adalah 3,26 yang dikonversi menjadi 56,57. Jika skor
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 58
P01/15
Tempat rekreasi naik satu satuan menjadi 4,7 dan variabel lain dianggap konstan maka
nilai respons 3,26 dari kepuasan akan meningkat 0,0415 menjadi 3,82. Selanjutnya,
dampak Rancangan tempat rekreasi [0,74] dan Indeks kinerja atribut Rancangan
Tempat Rekreasi, kolom (5) adalah sebesar 74,91. Juga di kolom (5), nilai attribute
level impact sebesar 0,29. Pada atribute Rancangan tempat rekreasi menunjukkan
bahwa 1 unit treatment perubahan pada attribute ini atau item pertanyaan yang
berkaitan dengan Rancangan tempat rekreasi pada kuesioner berasosiasi dengan 0.29
unit perubahan pada indeks attribut Tempat Rekreasi. Interpretasi yang sama dapat
dilakukan untuk ke 16 aspek positif serta atribut pembentuknya .
B. Competitive Vulnerability [Focus Improvement]: indeks kinerja <50, dampak>0.5
Terdapat 6 aspek yang harus mendapat perhatian besar pemerintah Kota Bandung, yaitu 1.
Penanganan Banjir, 2. Penertiban PKL, 3. Kecepatan dan Prosedur Pelayanan, 4. Bantuan
Usaha, 5. Kesejahteraan tenaga kerja, dan 6. Pengelolaan Parkir.
Aspek-aspek tersebut harus mendapat prioritas dalam perencanaan pembangunana Area 1
Kota Bandung. Tabel 9 menyajikan secara lengkap dan detil mengenai focus perbaikan
yang harus dilakukan untuk meningkatkan indeks kepuasan warga Bandung di Area 1
khususnya.
Tabel 9. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga Bandung Area 1 – CV
No
Competitive
Vulnerability &
dampak
Indeks Kinerja
Aspek & Bobot
Atribut pembentuk
& Dampak
Indeks Kinerja
Atribut dan
Bobot
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Penanganan Banjir
[0,66]
46,2 dan 0,0481 1. Fungsi gorong-
gorong dalam
mengatasi banjir.
[0,85]
51,31 dan 0,49
2. Pemeliharaan
sungai [0,89]
42,21 dan 0,51
2 Penertiban PKL [0,72] 45,88 dan 0,053
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 59
P01/15
3 Kecepatan dan Prosedur Pelayanan
[0,64]
49,08 dan 0,0468
1. Waktu tunggu untuk
mendapatkan
pelayanan [0,86]
49,3 dan 0,62
2. Kecepatan respon
pemkot ketika
diminta bantuan
[0,53]
48,75 dan 0,38
4 Bantuan Usaha [0,64] 47,1 dan 0,0467 1. Kemudahan
mendapatkan
bantuan kredit dari
pemkot [0,83]
41,22 dan 0,5
2. Manfaat Program
pelatihan usaha
dari pemkot [0,83]
50,63 dan 0,5
5 Kesejahteraan tenaga
kerja [0,57]
42,05 dan
0,0421
1. Kelayakan
gaji/upah
pekerja/karyawan
[0,88]
42,27 dan 0,5
2. Kepedulian pemkot
terhadap keluhan
pekerja/karyawan
[0,86]
42,39 dan 0,5
6 Pengelolaan Parkir
[0,51]
32,54 dan
0,0378
1. Jumlah lahan
parkir di kota
Bandung [0,8]
39,62 dan 0,36
2. Keberhasilan
penertiban parkir
liar [0,75]
33,17 dan 0,33
3. Dampak parkir di
tepi jalan umum
atas kelancaran
lalulintas [0,69]
23,85 dan 0,31
Di Area 1, Pemerintah Kota Bandung disarankan untuk melakukan focus perbaikan
pada 6 aspek di atas. Warga Bandung Area 1 menilai pemerintah telah gagal mengelola
6 aspek tersebut. Pemerintah dipersepsi memiliki kinerja negative pada 6 aspek yang
dipersepsi sebagai hal yang dianggap besar impaknya terhadap kepuasan warga.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 60
P01/15
Berdasarkan level-level informasi pada Tabel 9, Penanganan Banjir pada kolom (2)
memiliki persepsi dampak ( kepentingan) dimata warga sebesar 0.66 (merupakan skor
yang besar karena lebih besar daripada 0.5), indeks persepsi kinerja pada kolom (3)
sebesar 46,2 (buruk karena lebih kecil dari pada 50] dan angka di kolom (3) juga
menunjukkan skor persepsi bobot penanganan banjir sebesar 0.0481. Benefit level
impact 0,0481 pada aspek Penanganan Banjir menunjukkan bahwa 1 unit perubahan
pada indeks benefit Penanganan Banjir berasosiasi dengan 0,0481 peningkatan pada
Indeks Kepuasan. Selanjutnya,skor persepsi dampak atribut Fungsi gorong-gorong
dalam mengatasi banjir adalah [0,85], Indeks kinerjanya sebesar 51,31 dan nilai
attribute level impact 0,49. Angka 0,49 menjelaskan bahwa 1 unit treatment perubahan
pada attribute ini atau item pertanyaan yang berkaitan dengan Fungsi gorong-gorong
dalam mengatasi banjir pada kuesioner berasosiasi dengan 0,49 unit perubahan pada
indeks attribut Penanganan Banjir. Interpretasi yang sama dapat dilakukan untuk ke
5 aspek negatif lain serta atribut pembentuknya.
C. Maintain or Reduce Invesment:Kinerja >50 Dampak <0.5
Ada 21 aspek dalam hal pemerintah dipersepsi memiliki kinerja positif akan tetapi
manfaat ke 21 aspek tersebut dipersepsi kurang penting oleh warga di Area 1. 21 aspek
tersebut adalah:
1. Wisata Kuliner
2. Sarana Rekreasi
3. Biaya Rekreasi
4. Harga Makanan
5. Kesesuaian Trayek Transportasi Umum
6. Kewajaran Tarif Transportasi Umum
7. Fasilitas Pejalan Kaki
8. Ketersediaan Air Bersih
9. Pertokoan
10. Harga Kebutuhan Hidup
11. Pasar Tradisional
12. Keramahan Masyarakat Kota
13. Penerimaan Peserta didik baru
14. Akses menuju pelayanan kesehatan
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 61
P01/15
15. Kemampuan dalam menyembuhkan
16. Biaya layanan Kesehatan
17. Pelestarian Seni dan Budaya
18. Penggunan Bahasa Sunda
19. Kewajaran Tarif Parkir
20. Sarana Olah Raga
21. Sarana Ibadah
Alternatif penafsiran, kategori-kategori ini bisa memuat driver of satisfaction yang
dipersepsi warga sebagai hal mendasar dan sudah sepantasnya ada pada suatu kota.
Bahayanya adalah reduksi kinerja mutu pada 21 aspek tersebut akan memicu
ketidakpuasan warga dimasa depan.
Tabel 10. menyajikan secara lengkap dan detil mengenai 21 aspek pemicu kepuasan
warga yang harus dijaga agar indeks kepuasan warga Bandung di Area 1 khususnya
tidak terganggu.
Tabel 10. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga Bandung Area 1 – MRI
No
Maintain or Reduce
Invesment &
dampak
Indeks
Kinerja
Aspek &
Bobot
Atribut pembentuk &
Dampak
Indeks
Kinerja
Atribut dan
Bobot
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Wisata Kuliner
[0,22]
62,64 dan 0 1. Keragaman /variasi
Jenis makanan [0,79]
71,24 dan 0,35
2. Kelengkapan Prasarana
[0,73]
53,39 dan 0,32
3. Keunikan makanan
[0,76]
62,61 dan 0,33
2 Sarana Rekreasi
[0,46]
68,91 dan 0 1. Keamanan [0,87] 67,45 dan 0,51
2. Kenyamanan [0,82] 70,48 dan 0,49
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 62
P01/15
3 Biaya Rekreasi [0,05]
69,97 dan 0 1. Kemudahan untuk dicapai [0,79]
70,56 dan 0,5
2. Kewajaran Tarif (untuk
yang berbayar) [0,78]
69,32 dan 0,5
4 Harga Makanan [0,44]
64,76 dan 0 1. Harga Makanan [0,83] 64,76 dan 1
5 Kesesuaian Trayek
Transportasi Umum
[0,32]
64,16 dan 0 1. Kesesuaian trayek
menempuh rute
seharusnya (tidak
sesuai trayek, tidak
sampai ke tujuan)
[0,94]
64,16 dan 1
6 Kewajaran Tarif Transportasi Umum
[0,23]
62,47 dan 0 1. Kewajaran tarif [0,92] 62,47 dan 1
7 Fasilitas Pejalan Kaki
[0,4]
51,18 dan 0 1. Kelayakan trotoar di
kawasan anda untuk
digunakan pejalan kaki
[0,86]
52,29 dan 0,59
2. Kelayakan
penyebrangan yang
biasa digunakan [0,59]
49,09 dan 0,41
8 Ketersediaan Air
Bersih [0,43]
56,69 dan 0 1. Kemudahan
mendapatkan air tanah.
[0,75]
57,42 dan 0,46
2. Pemenuhan kebutuhan
air bersih anda oleh
Layanan PDAM [0,87]
55,49 dan 0,54
9 Pertokoan [0,46] 64,82 dan 0 1. Penataan Pertokoan di
wilayah anda [0,79]
60,07 dan 0,49
2. Kemudahan mencapai
pertokoan di wilayah
anda [0,81]
69,33 dan 0,51
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 63
P01/15
10 Harga Kebutuhan Hidup [0,13]
58,11 dan 0 1. Kewajaran harga kebutuhan hidup di
kota Bandung [0,97]
58,11 dan 1
11 Pasar Tradisional
[0,16]
57,06 dan 0 1. Kelayakan Kondisi
pasar tradisional di
wilayah anda [0,99]
57,06 dan 1
12 Keramahan Masyarakat Kota
[0,4]
73,77 dan 0 1. Keramahan masyarakat di kota Bandung [0,93]
73,77 dan 1
13 Penerimaan Peserta
didik baru [0,41]
57,97 dan 0 1. Sistem rayonisasi
dalam penerimaan
peserta didik baru
[0,76]
57,12 dan 0,49
2. Kebijakan sistem penerimaan peserta
didik baru yang
mengakomodasi orang
miskin [0,8]
59,11 dan 0,51
14 Akses menuju
pelayanan kesehatan
[0]
68,59 dan 0 1. Kemudahan mencapai
Puskesmas [0,83]
68,72 dan 0,48
2. Kemudahan mencapai Rumah Sakit [0,89]
68,32 dan 0,52
15 Kemampuan dalam
menyembuhkan
[0,43]
59,52 dan 0 1. kemampuan Puskesmas
dalam menyembuhkan
[0,82]
56,2 dan 0,51
2. kemampuan rumah sakit dalam
menyembuhkan [0,78]
63,9 dan 0,49
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 64
P01/15
16 Biaya layanan Kesehatan [0,4]
54,54 dan 0 1. Kemudahan memperoleh Layanan
jaminan kesehatan (jasa
asuransi kesehatan,
BPJS) [0,72]
62,51 dan 0,47
2. Biaya mendapatkan
layanan kesehatan
[0,81]
46,77 dan 0,53
17 Pelestarian Seni dan Budaya [0,13]
57,65 dan 0 1. Keberhasilan pemkot melestarikan seni
sunda(pencak silat,
angklung, jaipong).
[0,89]
60,7 dan 0,51
2. Keberhasilan pemkot
melibatkan pemuda
untuk melestarikan
budaya sunda. [0,87]
54,16 dan 0,49
18 Penggunan Bahasa Sunda [0,32]
68 dan 0 1. Penggunaan bahasa sunda dalam
percakapan sehari-hari
di lingkungan anda
[0,99]
68 dan 1
19 Kewajaran Tarif
Parkir [0,39]
54,17 dan 0 1. Kewajaran tarif [0,97] 54,17 dan 1
20 Sarana Olah Raga [0,44]
62,08 dan 0 1. Kemudahan untuk mencapai Tempat Olah
raga [0,85]
61,16 dan 0,5
2. Keterjangkauan Biaya
penggunaan sarana
Olah raga [0,85]
61,41 dan 0,5
21 Sarana Ibadah [0,49] 71,8 dan 0 1. Kemudahan mencapai Tempat Ibadah [0,76]
79,8 dan 0,31
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 65
P01/15
2. kenyamanan Tempat
Ibadah di wilayah anda
. (bersih, indah, rapi)
[0,88]
71,88 dan 0,36
3. Kelengkapan Sarana di tempat Ibadah di
wilayah anda
(perlengkapan
ibadah,air, wifi) [0,8]
63,96 dan 0,33
Berdasarkan level-level informasi pada Tabel 10, Wisata Kuliner kolom (2) dengan
skor persepsi dampak (kepentingan) 0.22 yang rendah (<0.50) memiliki indeks
persepsi kinerja pada kolom(3) sebesar 62,64 (baik karena > 50] dan angka di kolom
(3) juga menunjukkan skor persepsi bobot Wisata Kuliner bernilai 0. Benefit level
impact bernilai nol pada aspek Wisata Kuliner menunjukkan bahwa setiap unit
perubahan pada indeks benefit Wisata Kuliner tidak berpengaruh terhadap
peningkatan Indeks Kepuasan. Selanjutnya, Indeks kinerja atribut Keragaman
/variasi Jenis makanan dalam aspek wisata kuliner adalah sebesar 71,24 (kolom 5)
dan nilai attribute level impact 0,79 (kolom4) . Angka 0,35 (kolom 5) menunjukkan
bahwa 1 unit treatment perubahan pada attribute ini atau item pertanyaan yang
berkaitan dengan Keragaman /variasi Jenis makanan pada kuesioner berasosiasi
dengan 0,35 unit perubahan pada indeks attribut Wisata Kuliner. Interpretasi yang
sama dapat dilakukan untuk ke 20 aspek pemicu kepuasan lain serta atribut
pembentuknya.
D. Inconsequential - Dont waste the resources
Selanjutnya, Warga di Area 1 mempersepsi pemerintah kota memiliki kinerja buruk
pada 4 aspek :
1. Kemacetan
2. Kondisi Pohon Pinggir Jalan
3. Tingkat Polusi
4. Penerimaan Tenaga kerja
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 66
P01/15
tetapi warga juga mempersepsi kurang penting pada ke 4 aspek ini. Alternatif
interpretasi untuk situasi ini adalah keempat masalah tersebut bukan concern aktif bagi
warga Bandung Area1. Keempat situasi itu tidak dihiraukan oleh pandangan dan
pemikiran warga Area 1. Interpretasi fenomena ini mengacu pada pemikiran bahwa
hanya informasi-informasi yang dianggap pentinglah yang dipedulikan. Keempat
fenomena itu tidak dipedulikan oleh warga karena fenomena tersebut merupakan
stimulus yang tidak lagi menjadi drive untuk memotivasi suatu gerakan. Hal ini dapat
dijelaskan oleh sikap apatisme atau skeptic sebagai produk frustasi akibat dari berlarut-
larutnya penyelesaian suatu permasalahan .
Tabel 11. menyajikan secara lengkap dan detil mengenai 4 aspek Inconsequential
warga.
Tabel 11. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga Bandung Area 1 – IDWR
No
Inconsequential - Dont
waste the resources &
dampak
Indeks
Kinerja
Aspek &
Bobot
Atribut pembentuk &
Dampak
Indeks
Kinerja
Atribut dan
Bobot
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Kemacetan [0] 40,1 dan 0
2 Kondisi Pohon Pinggir
Jalan [0,33]
45,66 dan 0 1. Kekhawatiran atas
kondisi pohon di
pinggir jalan untuk
keselamatan anda
[rawan tumbang,
menutup rambu
jalan] [0,98]
45,66 dan 1
3 Tingkat Polusi [0,09] 49,72 dan 0 1. Tingkat polusi di
wilayah anda yang
paling mengganggu
(1. air 2. udara 3.
bising) [0,98]
49,72 dan 1
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 67
P01/15
4 Penerimaan Tenaga kerja
[0,34]
40,9 dan 0 1. Keseriusan Pemkot
dalam menurunkan
tingkat
Pengangguran. [0,8]
46,13 dan 0,5
2. Keberadaan pekerja kontrak/outsourcing
[0,79]
34,14 dan 0,5
Berdasarkan level-level informasi pada Tabel 11, Tingkat Polusi memiliki skor dampak
kepentingan yang rendah di mata warga dengan indeks persepsi kinerja pada kolom (3)
sebesar 49,72 (buruk karena lebih kecil dari pada 50] . Angka di kolom (3) juga
menunjukkan bobot persepsi Tingkat Polusi sebesar 0. Benefit level impact 0 pada aspek
Tingkat Polusi menunjukkan bahwa setiap unit perubahan pada indeks benefit Tingkat
Polusi tidak berpengaruh terhadap peningkatan Indeks Kepuasan. Selanjutnya, Indeks
kinerja atribut Tingkat polusi di wilayah anda yang paling mengganggu (1. air 2. udara
3. bising) dalam aspek Tingkat polusi adalah sebesar 49,72 dan bernilai 1 pada attribute
level impact. Angka 1 menunjukkan bahwa 1 unit treatment perubahan pada attribute ini
atau item pertanyaan yang berkaitan dengan Tingkat polusi di wilayah anda yang paling
mengganggu (1. air 2. udara 3. bising) pada kuesioner berasosiasi dengan 1 unit
perubahan pada indeks Tingkat Polusi. Interpretasi yang sama dapat dilakukan untuk ke 3
aspek Aspek Inconsequential lain serta atribut pembentuknya.
Presentasi model hubungan antara aspek-aspek (dan atribut pembangunnya) terhadap
indeks kepuasan di Area 1 ditampilkan dalam bentuk diagram jalur pada Lampiran 5.
Diagram tersebut hanya memuat aspek-aspek yang memberikan pengaruh signifikan
(bobot di atas nilai 0.5) terhadap indeks kepuasan. Adapun penjelasan dari nilai-nilai yang
tertera pada diagram jalur tersebut sama dengan penjelasan yang diberikan pada diagram 1
di tingkat Kota.
3. Analisis Kinerja-Dampak Area 2 Kota Bandung
Kategorisasi sebanyak 42 aspek yaang dipersepsi masyarakat Bandung kedalam strategic
satisfaction matrix menggunakan nilai default 50 untuk skor target manajerial dan 0.5
untuk impak menghasilkan konfigurasi informasi pada kuadran-kuadran untuk
Area 2 ( Regol, Lengkong, Kiaracondong, dan Batununggal) sebagai berikut:
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 68
P01/15
Diagram 11. Strategic Satisfaction Matrix Area 2
Deskripsi hasil kategorisasi pada matriks di atas adalah:
A. Competitive Advantage (CA) , Maintain atau Improve: indeks
kinerja>50,dampak>0.5
Berikut ini adalah daftar isu pembangunan di Kota Bandung yang dipersepsi penting
oleh warga Bandung di Area 2 dan pada saat bersamaan pemerintah Kota Bandung
memperoleh persepsi kinerja yang baik dimata warga .
1. Biaya Rekreasi
2. Pemicu Kerawanan di Angkutan Umum
3. Fungsi pengaman Lalu-lintas
4. Kondisi Jalan
5. Keamanan
6. Ketersediaan air bersih
7. Kemudahan mencapai pertokoan
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 69
P01/15
8. Akurasi, Kejelasan, dan penyalahgunaan wewenang
9. Ketertiban sosial setempat
10. Akses menuju pelayanan kesehatan
11. Seni dan Budaya
12. Penegakan Aturan
Elaborasi mendalam dari hal-hal di atas diberikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga Bandung Area 2 – CA
No
Competitive
Advantage &
dampak
Indeks Kinerja
Aspek & Bobot
Atribut pembentuk &
Dampak
Indeks
Kinerja
Atribut dan
Bobot
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Biaya Rekreasi
[0,73]
66,61 dan 0,0593 1. Kemudahan untuk
dicapai [0,76]
72,09 dan 0,52
2. Kewajaran Tarif (untuk
yang berbayar) [0,71]
60,31 dan 0,48
2 Pemicu
Kerawanan di
Angkutan Umum
[0,79]
54,41 dan 0,0636 1. Rawan kriminalitas
[0,51]
55,98 dan 0,25
2. Aspek waktu (waktu
tunggu penumpang,
kecepatan perjalanan)
[0,74]
46,61 dan 0,37
3. Kesesuaian trayek
menempuh rute
seharusnya (tidak
sesuai trayek, tidak
sampai ke tujuan)
[0,78]
60,45 dan 0,39
3 Fungsi pengaman
Lalu-lintas [0,6]
56,82 dan 0,0486 1. Fungsi penerangan
jalan umum yang ada
di kawasan anda
[0,82]
54,4 dan 0,53
2. Fungsi rambu lalu
lintas yang ada saat ini
[0,74]
59,38 dan 0,47
4 Kondisi Jalan 55,97 dan 0,0538 1. Kualitas jalan raya 58,09 dan 0,5
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 70
P01/15
[0,67] yang biasa anda lalui [0,84]
2. Kondisi jalan di
wilayah anda [0,84]
53,82 dan 0,5
5 Keamanan [0,63] 50,76 dan 0,0509 1. Kota bandung rawan
pemerasan. [0,89]
52,38 dan 0,35
2. Kota bandung rawan
kejahatan. [0,89]
50,18 dan 0,34
3. Kota bandung rawan
pengrusakan. [0,8]
49,88 dan 0,31
6 Ketersediaan air
bersih [0,66]
50,46 dan 0,0531 1. Kemudahan
mendapatkan air tanah.
[0,75]
57,42 dan 0,46
2. Pemenuhan kebutuhan
air bersih anda oleh
Layanan PDAM
[0,87]
55,49 dan 0,54
7 Kemudahan
mencapai
pertokoan [0,54]
68,02 dan 0,0438 1. Kemudahan mencapai
pertokoan di wilayah
anda [0,94]
68,02 dan 1
8 Akurasi,
Kejelasan, dan
penyalahgunaan
wewenang [0,68]
57,29 dan 0,0553 1. Kejelasan persyaratan
untuk mendapatkan
layanan pemkot [0,59]
56,88 dan 0,26
2. Akurasi pendataan
yang dilakukan oleh
pemkot (data KTP,
KK, PBB, dll) [0,81]
55,91 dan 0,35
3. Bantuan pemkot tepat
sasaran. (raskin, dll)
[0,71]
61,19 dan 0,31
4. Layanan pemkot bebas
pungli [0,19]
55,94 dan 0,08
9 Ketertiban sosial
setempat [0,65]
57,36 dan 0,0528 1. Keberhasilan pemkot
menertibkan pendatang
(lapor RT, surat ket.
penduduk musiman).
[0,77]
58,49 dan 0,51
2. Kondisi warga miskin
di wilayah anda. [0,74]
54,97 dan 0,49
10 Akses menuju
pelayanan
66,18 dan 0,0541 1. Kemudahan mencapai
Puskesmas [0,81]
67,71 dan 0,49
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 71
P01/15
kesehatan [0,67]
2. Kemudahan mencapai
Rumah Sakit [0,86]
64,71 dan 0,51
11 Seni dan Budaya
[0,64]
64,63 dan 0,0513 1. Keberhasilan pemkot
melestarikan seni
sunda(pencak silat,
angklung, jaipong).
[0,87]
65,08 dan 0,35
2. Keberhasilan pemkot
melibatkan pemuda
untuk melestarikan
budaya sunda. [0,88]
60,93 dan 0,36
3. Penggunaan bahasa
sunda dalam
percakapan sehari-hari
di lingkungan anda
[0,71]
66,67 dan 0,29
12 Penegakan
Aturan [0,58]
57,97 dan 0,0468 1. Ketegasan Pemkot
menjalankan peraturan
daerah. [0,83]
55,13 dan 0,36
2. Pembongkaran
bangunan oleh Pemkot
[0,68]
58,36 dan 0,29
3. Ketaatan Tata ruang
Kota Bandung
terhadap aturan. [0,81]
56,74 dan 0,35
Pada 12 aspek tersebut di atas pemerintah Kota Bandung selaras dengan persepsi
mayarakat Bandung di Area 2. Selaras dalam artian ke 12 aspek tersebut merupakan
hal yang memiliki dampak besar bagi kepuasan hidup warga di Area 2 dan pemerintah
Kota Bandung berhasil mendapat persepsi kinerja positif di mata warga. Oleh karena
itu pemerintah Kota Bandung perlu mempertahankan atau meningkatkan kinerja pada
12 aspek tersebut di Area 2.
Ke 12 aspek merupakan driver of satisfaction warga. Tugas pemerintah kota adalah
memastikan program berkelanjutan untuk menjaga kinerja yang baik pada isu-isu di
atas.
Contoh penjelasan level-level informasi pada Tabel 12 : Biaya Rekreasi pada baris 1
dan kolom (2) memiliki skor dampak (kepentingan) 0.73 dengan indeks 66,61 dan
bobot sebesar 0,0593, kolom (3) . Benefit level impact 0,0593 pada aspek Biaya
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 72
P01/15
Rekreasi menunjukkan bahwa 1 unit perubahan pada indeks benefit Biaya Rekreasi
berasosiasi dengan 0,0593 peningkatan pada Indeks Kepuasan. Selanjutnya,skor
dampak atribut Kemudahan untuk dicapai adalah 0.76 dan Indeks kinerja atribut ini
, kolom (5) adalah sebesar 72,09. Juga di kolom (5), nilai attribute level impact
sebesar 0,52 pada atribute Kemudahan untuk dicapai menunjukkan bahwa 1 unit
treatment perubahan pada attribute ini atau item pertanyaan yang berkaitan dengan
Kemudahan untuk dicapai pada kuesioner berasosiasi dengan 0.52 unit perubahan
pada indeks attribut Biaya Rekreasi. Interpretasi yang sama dapat dilakukan untuk ke
12 aspek positif serta atribut pembentuknya .
B. Competitive Vulnerability [Focus Improvement]: indeks kinerja <50, dampak>0.5
Terdapat 7 aspek yang harus mendapat perhatian besar pemerintah Kota Bandung, yaitu:
1. Pengelolaan Sampah
2. Penataan Pasar tradisional dan pertokoan
3. Biaya, Kecepatan, dan Prosedur Pelayanan
4. Bantuan Usaha
5. Ketertiban Sosial Kota
6. Biaya layanan Kesehatan
7. Kepedulian Pemkot terhadap tenaga kerja
Aspek-aspek tersebut harus mendapat prioritas dalam perencanaan pembangunana Area 2
Kota Bandung. Tabel 13 menyajikan secara lengkap dan detil mengenai focus perbaikan
yang harus dilakukan untuk meningkatkan indeks kepuasan warga Bandung di Area 2
khususnya.
Tabel 13. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga Bandung Area 2 – CV
No
Competitive
Vulnerability &
dampak
Indeks Kinerja
Aspek & Bobot
Atribut pembentuk &
Dampak
Indeks
Kinerja
Atribut dan
Bobot
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pengelolaan
Sampah [0,54]
46,21 dan 0,0434 1. Ketersediaan Fasilitas
Kebersihan (tong
Sampah, Gerobak
Sampah, Truk
sampah, mobil
53,05 dan 0,53
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 73
P01/15
penyapu jalan) dalam menjaga kebersihan.
[0,88]
2. Kesadaran
Masyarakat terhadap
kebersihan
lingkungan. [0,77]
48,83 dan 0,47
2 Penataan Pasar
tradisional dan
pertokoan [0,72]
47,12 dan 0,0582 1. Kelayakan Kondisi
pasar tradisional di
wilayah anda [0,83]
41,93 dan 0,53
2. Penataan Pertokoan
di wilayah anda
[0,72]
52,97 dan 0,47
3 Biaya, Kecepatan,
dan Prosedur
Pelayanan [0,71]
49,63 dan 0,0569 1. Prosedur pelayanan
[0,79]
55,94 dan 0,26
2. Waktu tunggu untuk
mendapatkan
pelayanan [0,79]
46,96 dan 0,26
3. Kewajaran biaya
untuk mendapatkan
pelayanan pemkot
[0,69]
50,53 dan 0,23
4. Kecepatan respon
pemkot ketika
diminta bantuan
[0,75]
46,66 dan 0,25
4 Bantuan Usaha
[0,66]
42,33 dan 0,0534 1. Kemudahan
mendapatkan bantuan
kredit dari pemkot
[0,79]
37,11 dan 0,53
2. Manfaat Program
pelatihan usaha dari
pemkot [0,71]
43,97 dan 0,47
5 Ketertiban Sosial
Kota [0,61]
46,64 dan 0,0494 1. Keberhasilan pemkot
meminimalisir
gepeng di wilayah
anda. [0,87]
46,28 dan 0,26
2. Keberhasilan
pembinaan pemkot
meminimalisir tuna
susila di wilayah
anda. [0,86]
50,06 dan 0,26
3. Keberhasilan pemkot 41,14 dan 0,26
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 74
P01/15
menertibkan pengamen di wilayah
anda. [0,86]
4. Keberhasilan pemkot
menertibkan tempat
hiburan malam.
[0,71]
50,07 dan 0,22
6 Biaya layanan
Kesehatan [0,74]
48,37 dan 0,0595 1. Kemudahan
memperoleh Layanan
jaminan kesehatan
(jasa asuransi
kesehatan, BPJS)
[0,8]
54,56 dan 0,51
2. Biaya mendapatkan
layanan kesehatan
[0,77]
41,57 dan 0,49
7 Kepedulian Pemkot
terhadap tenaga
kerja [0,57]
42,39 dan 0,0457 1. Keseriusan Pemkot
dalam menurunkan
tingkat
Pengangguran. [0,79]
40,08 dan 0,47
2. Kepedulian pemkot
terhadap keluhan
pekerja/karyawan
[0,89]
43,75 dan 0,53
Di Area 2, Pemerintah Kota Bandung disarankan untuk melakukan focus perbaikan pada 7
aspek di atas. Warga Bandung Area 2 menilai pemerintah telah gagal mengelola 7 aspek
tersebut. Pemerintah dipersepsi memiliki kinerja negative pada 7 aspek yang dipersepsi
sebagai hal yang dianggap besar impaknya terhadap kepuasan warga.
Berdasarkan level-level informasi pada Tabel 13, Pengelolaan Sampah pada kolom (2)
memiliki skor dampak persepsi 0.54, indeks persepsi kinerja pada kolom(3) sebesar 46,2
(buruk karena lebih kecil dari pada 50] dan angka di kolom (3) juga menunjukkan persepsi
bobot Pengelolaan Sampah sebesar 0.0434. Angka 0.54 merupakan persepsi dampak
yang besar bagi warga karena lebih besar daripada 0.5 . Benefit level impact 0.0434 pada
aspek Pengelolaan Sampah menunjukkan bahwa 1 unit perubahan pada indeks benefit
Penanganan Banjir berasosiasi dengan 0.0434 peningkatan pada Indeks Kepuasan.
Selanjutnya, Indeks kinerja atribut Ketersediaan Fasilitas Kebersihan (tong Sampah,
Gerobak Sampah, Truk sampah, mobil penyapu jalan) dalam menjaga kebersihan.
adalah sebesar 53,05 dan nilai attribute level impact 0,53 pada atribute Ketersediaan
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 75
P01/15
Fasilitas Kebersihan (tong Sampah, Gerobak Sampah, Truk sampah, mobil penyapu
jalan). Angka 0,53 menunjukkan bahwa 1 unit treatment perubahan pada attribute ini atau
item pertanyaan yang berkaitan dengan Fungsi gorong-gorong dalam mengatasi banjir
pada kuesioner berasosiasi dengan 0,53 unit perubahan pada indeks Pengelolaan Sampah.
Interpretasi yang sama dapat dilakukan untuk ke 6 aspek negatif lain serta atribut
pembentuknya.
C. Maintain or Reduce Invesment:Kinerja >50 Dampak <0.5
Ada 14 aspek dalam hal pemerintah dipersepsi memiliki kinerja positif akan tetapi
manfaat ke 14 aspek tersebut dipersepsi kurang penting oleh warga di Area 2. 14 aspek
tersebut adalah:
1. Tempat Rekreasi
2. Harga Makanan dan Sarana Rekreasi
3. Wisata Kuliner
4. Tarif dan Kelayakan Angkutan Umum
5. Penataan Lalu-lintas
6. Manfaat pasar modern
7. Kewajaran harga kebutuhan
8. Keteraturan dan Kelayakan Pemukiman
9. Keramahan Masyarakat Kota
10. Sistem Rayonisasi PPDB
11. Kemampuan dalam menyembuhkan
12. Kewajaran Tarif Parkir
13. Sarana Olahraga
14. Sarana Ibadah
Alternatif penafsiran, isu-isu tersebut bisa memuat driver of satisfaction yang dipersepsi
warga sebagai hal mendasar dan sudah sepantasnya ada pada suatu kota., sehingga reduksi
kinerja mutu pada 14 aspek tersebut berpeluang memicu ketidakpuasan warga dimasa
depan.
Tabel 14 menyajikan secara lengkap dan detil mengenai 14 aspek pemicu kepuasan warga
yang harus dijaga agar indeks kepuasan warga Bandung di Area 2 khususnya tidak
terganggu.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 76
P01/15
Tabel 14. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga Bandung Area 2 – MRI
No
Maintain or
Reduce Invesment
& dampak
Indeks Kinerja
Aspek & Bobot
Atribut pembentuk &
Dampak
Indeks
Kinerja
Atribut dan
Bobot
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Tempat Rekreasi
[0,27]
63,18 dan 0 1. Rancangan tempat
rekreasi [0,64]
68,91 dan 0,23
2. Kelengkapan [0,74] 56,84 dan 0,26
3. Keamanan [0,7] 63,23 dan 0,25
4. Pemeliharaan [0,75] 64,43 dan 0,27
2 Harga Makanan
dan Sarana
Rekreasi [0,38]
63,05 dan 0 1. Harga Makanan [0,73] 63,34 dan 0,33
2. Keamanan [0,72] 60,53 dan 0,32
3. Kenyamanan [0,77] 65,16 dan 0,35
3 Wisata Kuliner
[0,29]
66,55 dan 0 1. Keragaman /variasi
Jenis makanan [0,74]
68,64 dan 0,47
2. Keunikan makanan
[0,85]
64,64 dan 0,53
4 Tarif dan
Kelayakan
Angkutan Umum
[0,49]
54,92 dan 0 1. Kewajaran tarif [0,55] 58,56 dan 0,25
2. Perilaku awak (supir /
kernet) [0,79]
53,14 dan 0,36
3. Kelaikan mutu
(kendaraan dan
supir/kernet) [0,84]
53,69 dan 0,38
5 Penataan Lalu-
lintas [0,31]
59,18 dan 0 1. Fungsi rambu lalu
lintas yang ada saat ini
[0,49]
58,45 dan 0,36
2. Jalan Alternatif [0,86] 59,38 dan 0,64
6 Manfaat pasar
modern [0,26]
59,39 dan 0 1. Manfaat pembangunan
mall di kota Bandung
[0,88]
53,42 dan 0,54
2. Manfaat mini market
di wilayah anda [0,74]
66,35 dan 0,46
7 Kewajaran harga 54,15 dan 0 1. Kewajaran harga 54,15 dan 1
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 77
P01/15
kebutuhan [0,43] kebutuhan hidup di kota Bandung [0,99]
8 Keteraturan dan
Kelayakan
Pemukiman [0,41]
54,9 dan 0 1. Keteraturan Penataan
Pemukiman [0,84]
51,2 dan 0,51
2. Kelayakan tempat
tinggal anda [0,8]
58,81 dan 0,49
9 Keramahan
Masyarakat Kota
[0,28]
67,77 dan 0 1. Keramahan masyarakat
di kota Bandung [0,93]
67,77 dan 1
10 Sistem Rayonisasi
PPDB [0,32]
61,74 dan 0 1. Sistem Rayonisasi
PPDB []
61,74 dan 1
11 Kemampuan dalam
menyembuhkan
[0,35]
58,71 dan 0 1. Kemampuan
Puskesmas dalam
menyembuhkan [0,93]
56,73 dan 0,66
2. Kemampuan rumah
sakit dalam
menyembuhkan [0,48]
63,01 dan 0,34
12 Kewajaran Tarif
Parkir [0,25]
52,46 dan 0 1. Kewajaran tarif [0,95] 52,46 dan 1
13 Sarana Olahraga
[0,14]
58,25 dan 0 1. Kemudahan untuk
mencapai Tempat Olah
raga [0,87]
58,13 dan 0,5
2. Keterjangkauan Biaya
penggunaan sarana
Olah raga [0,87]
57,81 dan 0,5
14 Sarana Ibadah
[0,39]
70,58 dan 0 1. Kemudahan mencapai
Tempat Ibadah [0,65]
78,76 dan 0,28
2. Kenyamanan Tempat
Ibadah di wilayah anda
. (bersih, indah, rapi)
[0,88]
71 dan 0,38
3. Kelengkapan Sarana di
tempat Ibadah di
wilayah anda
(perlengkapan ibadah,
air, wifi) [0,78]
63,31 dan 0,34
Berdasarkan level-level informasi pada Tabel 14, Tempat Rekreasi kolom (2) dengan
dampak kepentingan 0.27 yang rendah (<0.50) memiliki indeks persepsi kinerja pada
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 78
P01/15
kolom(3) sebesar 63,18 (baik karena lebih besar dari pada 50] dan angka di kolom (3)
juga menunjukkan skor persepsi bobot Tempat Rekreasi bernilai 0. Benefit level
impact bernilai nol pada aspek Tempat Rekreasi menunjukkan bahwa setiap unit
perubahan pada indeks benefit Tempat Rekreasi tidak berpengaruh terhadap
peningkatan Indeks Kepuasan. Selanjutnya, Indeks kinerja atribut Rancangan
tempat rekreasi dalam aspek Tempat Rekreasi adalah sebesar 68,91 (kolom 5) dan
nilai attribute level impact 0,64 (kolom4) pada atribute Rancangan tempat rekreasi.
Angka 0,23 (kolom 5) menunjukkan bahwa 1 unit treatment perubahan pada attribute
ini atau item pertanyaan yang berkaitan dengan Rancangan tempat rekreasi pada
kuesioner berasosiasi dengan 0,35 unit perubahan pada indeks Tempat Rekreasi .
Interpretasi yang sama dapat dilakukan untuk ke 13 aspek pemicu kepuasan lain serta
atribut pembentuknya.
D. Inconsequential -Dont waste the resources
Selanjutnya, Warga di Area 2 mempersepsi pemerintah kota memiliki kinerja buruk
pada 9 aspek :
1. Dekorasi Jalan
2. Kelayakan Trotoar, penyebrangan, dan pohon pinggir jalan
3. Kemacetan
4. Tingkat Polusi
5. Penanganan Banjir
6. Penertiban PKL
7. Harga Pemukiman
8. Kondisi Tenaga Kerja
9. Pengelolaan Parkir
Tetapi warga juga mempersepsi kurang penting pada ke 4 aspek ini. Alternatif
interpretasi untuk situasi ini adalah keempat masalah tersebut bukan concern aktif bagi
warga Bandung Area 2. Keempat situasi itu tidak dihiraukan oleh pandangan dan
pemikiran warga Area 2. Interpretasi fenomena ini mengacu pada pemikiran bahwa
hanya informasi-informasi yang dianggap pentinglah yang dipedulikan. Keempat
fenomena itu tidak dipedulikan oleh warga karena fenomena tersebut merupakan
stimulus yang tidak lagi menjadi drive untuk memotivasi suatu gerakan. Hal ini dapat
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 79
P01/15
dijelaskan oleh sikap apatisme atau skeptic sebagai produk frustasi akibat dari berlarut-
larutnya penyelesaian permasalahan tersebut.
Tabel 15. menyajikan secara lengkap dan detil mengenai 9 aspek Inconsequential
warga Bandung di Area 2.
Tabel 15. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga Bandung Area 2 – IDWR
No
Inconsequential -
Dont waste the
resources &
dampak
Indeks Kinerja
Aspek & Bobot
Atribut pembentuk &
Dampak
Indeks Kinerja
Atribut dan
Bobot
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Dekorasi Jalan
[0,39]
46,08 dan 0 1. Kondisi penghijauan
jalan di kawasan anda
[0,52]
45,49 dan 0,17
2. Dekorasi (pot bunga,
patung, lampu hias,
dll) [0,89]
44,67 dan 0,29
3. Penataan Dekorasi
[0,87]
45,22 dan 0,29
4. Keindahan Dekorasi
di simpang jalan
[0,76]
48,24 dan 0,25
2 Kelayakan Trotoar,
penyebrangan, dan
pohon pinggir jalan
[0,2]
39,15 dan 0 1. Kelayakan trotoar di
kawasan anda untuk
digunakan pejalan
kaki [0,8]
35,94 dan 0,38
2. Kelayakan
penyebrangan yang
biasa digunakan
[0,63]
42,1 dan 0,3
3. Kekhawatiran atas
kondisi pohon di
pinggir jalan untuk
keselamatan anda
[rawan tumbang,
menutup rambu jalan]
[0,68]
39,78 dan 0,32
3 Kemacetan [0,32] 37,98 dan 0 1. Kemacetan [] 37,98 dan 1
4 Tingkat Polusi
[0,34]
46,45 dan 0 1. Tingkat polusi di
wilayah anda yang
paling mengganggu
49,72 dan 1
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 80
P01/15
(1. air 2. udara 3. bising) [0,98]
5 Penanganan Banjir
[0,36]
37,59 dan 0 1. Fungsi gorong-
gorong dalam
mengatasi banjir.
[0,85]
51,31 dan 0,49
2. Pemeliharaan sungai
[0,89]
42,21 dan 0,51
6 Penertiban PKL
[0,46]
37,23 dan 0 3. Penertiban PKL [] 37,23 dan 1
7 Harga Pemukiman
[0,19]
37,08 dan 0 4. Keterjangkauan harga
untuk mendapatkan
tempat tinggal layak
huni di kota Bandung
[0,93]
37,08 dan 1
8 Kondisi Tenaga
Kerja [0,32]
33,08 dan 0 1. Keberadaan pekerja
kontrak/outsourcing
[0,94]
28,96 dan 0,64
2. Kelayakan gaji/upah
pekerja/karyawan
[0,52]
40,4 dan 0,36
9 Pengelolaan Parkir
[0,38]
29,19 dan 0 1. Jumlah lahan parkir
di kota Bandung
[0,64]
35,05 dan 0,3
2. Keberhasilan
penertiban parkir liar
[0,78]
32,78 dan 0,36
3. Dampak parkir di tepi
jalan umum atas
kelancaran lalulintas
[0,75]
20,18 dan 0,35
Berdasarkan level-level informasi pada Tabel 15, Dekorasi Jalan memiliki skor
dampak kepentingan yang rendah di mata warga dengan indeks persepsi kinerja pada
kolom(3) sebesar 46,08 (buruk karena lebih kecil dari pada 50] . Angka di kolom (3)
juga menunjukkan bobot persepsi Dekorasi Jalan sebesar 0. Benefit level impact 0
pada aspek Dekorasi Jalan menunjukkan bahwa setiap unit perubahan pada indeks
benefit Dekorasi Jalan tidak berpengaruh terhadap peningkatan Indeks Kepuasan.
Selanjutnya, Indeks kinerja atribut Kondisi penghijauan jalan di kawasan anda
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 81
P01/15
dalam aspek Dekorasi Jalan adalah sebesar 45,49 . Nilai attribute level impact 0,17
pada atribute Kondisi penghijauan jalan di kawasan anda menunjukkan bahwa 1
unit treatment perubahan pada attribute ini atau item pertanyaan yang berkaitan dengan
Kondisi penghijauan jalan di kawasan anda pada kuesioner berasosiasi dengan
0,17 unit perubahan pada indeks attribut Dekorasi Jalan . Interpretasi yang sama
dapat dilakukan untuk ke 8 aspek Aspek Inconsequential lain serta atribut
pembentuknya.
Presentasi model hubungan antara aspek-aspek (dan atribut pembangunnya) terhadap
indeks kepuasan di Area 2 ditampilkan dalam bentuk diagram jalur pada Lampiran 6.
Diagram tersebut hanya memuat aspek-aspek yang memberikan pengaruh signifikan
(bobot di atas nilai 0.5) terhadap indeks kepuasan. Adapun penjelasan dari nilai-nilai
yang tertera pada diagram jalur tersebut sama dengan penjelasan yang diberikan pada
diagram 1 di tingkat Kota.
4. Analisis Kinerja-Dampak Area 3 Kota Bandung
Kategorisasi sebanyak 40 aspek yaang dipersepsi masyarakat Bandung kedalam
strategic satissfaction matrix menggunakan nilai default 50 untuk skor target
manajerial dan 0.5 untuk bobot impak menghasilkan konfigurasi informasi pada
kuadran-kuadran untuk Area 3 (Arcamanik, Mandalajati, Antapani, Ujung Berung,
Cibiru, Cinambo, dan Panyileukan) sebagai berikut
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 82
P01/15
Diagram 12. Strategic Satisfaction Matrix Area 3
Deskripsi hasil kategorisasi pada matriks di atas adalah:
A. Competitive Advantage (CA) ,Maintain atau Improve: indeks kinerja>50,
dampak>0.5
Berikut ini adalah daftar aspek-aspek pembangunan di Kota Bandung yang dipersepsi
penting oleh warga Bandung di Area 3 dan pada saat bersamaan pemerintah Kota
Bandung memperoleh persepsi kinerja yang baik dimata warga
1. Tempat Rekreasi
2. Dekorasi Jalan
3. Fungsi Fasilitas Jalan
4. Penanganan Banjir
5. Kewajaran Harga
6. Mutu Layanan
7. Bantuan Usaha
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 83
P01/15
8. Pemukiman
9. Ketertiban sosial setempat
10. Keramahan Masyarakat Kota
11. Biaya layanan Kesehatan
12. Ketertiban dan dampak parkir
13. Sarana Olahraga
Elaborasi mendalam dari hal-hal di atas diberikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga Bandung Area 3 – CA
No
Competitive
Advantage &
dampak
Indeks Kinerja
Aspek & Bobot
Atribut pembentuk &
Dampak
Indeks
Kinerja
Atribut dan
Bobot
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Tempat Rekreasi
[0,59]
65,04 dan 0,0376 1. Rancangan tempat
rekreasi [0,79]
67,61 dan 0,37
2. Keamanan [0,6] 62,94 dan 0,28
3. Pemeliharaan [0,76] 63,98 dan 0,35
2 Dekorasi Jalan
[0,63]
62,29 dan 0,0398 1. Penataan jalan yang
ada saat ini [0,7]
58,2 dan 0,48
2. Jalan alternatif ke
lokasi yang biasa
anda tuju [0,76]
66,25 dan 0,52
3 Fungsi Fasilitas
Jalan [0,77]
59,84 dan 0,0487 1. Kualitas jalan raya
yang biasa anda lalui
[0,86]
60,37 dan 0,5
2. Kondisi jalan di
wilayah anda [0,86]
59,31 dan 0,5
4 Penanganan Banjir
[0,78]
50,47 dan 0,0492 1. Fungsi gorong-gorong
dalam mengatasi
banjir. [0,88]
53,73 dan 0,53
2. Pemeliharaan sungai
[0,77]
45,1 dan 0,47
5 Kewajaran Harga
[0,75]
52,31 dan 0,0474 1. Kewajaran harga
kebutuhan hidup di
kota Bandung [0,9]
52,31 dan 1
6 Mutu Layanan 56,8 dan 0,0505 1. Prosedur pelayanan 58,78 dan 0,19
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 84
P01/15
[0,8] [0,83]
2. Waktu tunggu untuk
mendapatkan
pelayanan [0,78]
51,33 dan 0,18
3. Kewajaran biaya
untuk mendapatkan
pelayanan pemkot
[0,75]
61,05 dan 0,17
4. Kejelasan persyaratan
untuk mendapatkan
layanan pemkot
[0,68]
57,76 dan 0,15
5. Kecepatan respon
pemkot ketika
diminta bantuan
[0,55]
45,8 dan 0,13
6. Layanan pemkot
bebas pungli [0,83]
58,78 dan 0,19
7 Bantuan Usaha
[0,65]
55,75 dan 0,0408 1. Akurasi pendataan
yang dilakukan oleh
pemkot (data KTP,
KK, PBB, dll) [0,77]
58,92 dan 0,52
2. Bantuan pemkot tepat
sasaran. (raskin, dll)
[0,71]
52,76 dan 0,48
8 Pemukiman [0,63] 51,49 dan 0,0396 1. Keterjangkauan harga
untuk mendapatkan
tempat tinggal layak
huni di kota Bandung
[0,79]
40,41 dan 0,5
2. Kelayakan tempat
tinggal anda [0,79]
62,57 dan 0,5
9 Ketertiban sosial
setempat [0,68]
54,9 dan 0,0427 1. Keberhasilan pemkot
menertibkan
pendatang (lapor RT,
surat ket. penduduk
musiman). [0,77]
58,49 dan 0,51
2. Kondisi warga miskin
di wilayah anda.
[0,74]
54,97 dan 0,49
10 Keramahan
Masyarakat Kota
[0,61]
71,29 dan 0,0386 1. Keramahan
masyarakat di kota
Bandung [0,93]
67,77 dan 1
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 85
P01/15
11 Biaya layanan Kesehatan [0,87]
55,86 dan 0,0548 1. kemampuan Puskesmas dalam
menyembuhkan
[0,85]
52,59 dan 0,61
2. kemampuan rumah
sakit dalam
menyembuhkan
[0,55]
61,68 dan 0,39
12 Ketertiban dan
dampak parkir
[0,71]
52,06 dan 0,0447 1. Jumlah lahan parkir di
kota Bandung [0,6]
46,82 dan 0,41
2. Kewajaran tarif
[0,86]
55,56 dan 0,59
13 Sarana Olahraga
[0,9]
57,18 dan 0,0569 1. Kemudahan untuk
mencapai Tempat
Olah raga [0,8]
51,13 dan 0,5
2. Keterjangkauan
Biaya penggunaan
sarana Olah raga
[0,8]
60,38 dan 0,5
Pada 13 aspek tersebut di atas pemerintah Kota Bandung selaras dengan persepsi
mayarakat Bandung di Area 3. Selaras dalam artian ke 13 aspek tersebut merupakan
hal yang memiliki dampak besar bagi kepuasan hidup warga di Area 3 dan pemerintah
Kota Bandung berhasil mendapat persepsi kinerja positif di mata warga. Oleh karena
itu pemerintah Kota Bandung perlu mempertahankan atau meningkatkan kinerja pada
13 aspek tersebut di Area 1.
Ke 13 aspek merupakan driver of satisfaction warga. Tugas pemerintah kota adalah
merencanakan dan mengendalikan agar kinerja yang baik pada area-area di atas tetap
terjaga
Contoh penjelasan level-level informasi pada Tabel 16 : Tempat Rekreasi pada baris 1 dan
kolom (2) memiliki indeks 65,04 , skor dampak 0,59 dan bobot sebesar 0,0376, kolom (3)
Benefit level impact 0,0376 pada aspek Tempat Rekreasi menunjukkan bahwa 1 unit
perubahan pada indeks benefit Tempat Rekreasi berasosiasi dengan 0,0376 peningkatan
pada indeks Kepuasan. Selanjutnya, dampak Rancangan tempat rekreasi [0,79] dan Indeks
kinerja atribut Rancangan Tempat Rekreasi, kolom (5) adalah sebesar 67,61. Juga di
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 86
P01/15
kolom (5), nilai attribute level impact sebesar 0,37. Pada atribute Rancangan tempat
rekreasi menunjukkan bahwa 1 unit treatment perubahan pada attribute ini atau item
pertanyaan yang berkaitan dengan Rancangan tempat rekreasi pada kuesioner berasosiasi
dengan 0,37unit perubahan pada indeks attribut Tempat Rekreasi. Interpretasi yang sama
dapat dilakukan untuk ke 12 aspek positif serta atribut pembentuknya .
B. Competitive Vulnerability [Focus Improvement]: indeks kinerja <50, dampak>0.5
Terdapat 9 aspek yang harus mendapat perhatian besar pemerintah Kota Bandung, yaitu:
Kelayakan Transportasi Umum, Ketersediaan air bersih, Penertiban PKL, Akurasi data,
Ketertiban Sosial Kota,Akses menuju pelayanan kesehatan, Kesejahteraan pekerja,
Penerimaan Pekerja, Ketersediaan dan tarif parker.
Aspek-aspek tersebut harus mendapat prioritas dalam perencanaan pembangunana Area 3
Kota Bandung. Tabel 17 menyajikan secara lengkap dan detil mengenai focus perbaikan
yang harus dilakukan untuk meningkatkan indeks kepuasan warga Bandung di Area 3
khususnya.
Tabel 17. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga Bandung Area 3 – CV
No
Competitive
Vulnerability &
dampak
Indeks Kinerja
Aspek & Bobot
Atribut pembentuk &
Dampak
Indeks Kinerja
Atribut dan
Bobot
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Kelayakan
Transportasi
Umum [0,68]
46,22 dan
0,0428
1. Rawan kriminalitas
[0,79]
50,22 dan 0,48
2. Aspek waktu
(waktu tunggu
penumpang,
kecepatan
perjalanan) [0,85]
42,31 dan 0,52
2 Ketersediaan air
bersih [0,51]
39,51 dan
0,0321
1. Kemudahan
mendapatkan air
tanah. [0,81]
45,67 dan 0,5
2. Pemenuhan
kebutuhan air
34,85 dan 0,5
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 87
P01/15
bersih anda oleh Layanan PDAM
[0,8]
3 Penertiban PKL
[0,61]
43,7 dan 0,0383 1. Penertiban PKL [] 43,7 dan 1
4 Akurasi data
[0,74]
49,72 dan
0,0471
2. Kemudahan
mendapatkan
bantuan kredit dari
pemkot [0,72]
45,43 dan 0,48
3. Manfaat Program
pelatihan usaha dari
pemkot [0,8]
50 dan 0,52
5 Ketertiban Sosial
Kota [0,87]
46,09 dan
0,0548
1. Keberhasilan
pemkot
meminimalisir
gepeng di wilayah
anda. [0,87]
46,28 dan 0,26
2. Keberhasilan
pembinaan pemkot
meminimalisir tuna
susila di wilayah
anda. [0,86]
50,06 dan 0,26
3. Keberhasilan
pemkot menertibkan
pengamen di
wilayah anda. [0,86]
41,14 dan 0,26
4. Keberhasilan
pemkot
menertibkan tempat
hiburan malam.
[0,71]
50,07 dan 0,22
6 Akses menuju
pelayanan
kesehatan [0,88]
49,2 dan 0,0558 1. Kemudahan
memperoleh
Layanan jaminan
kesehatan (jasa
asuransi kesehatan,
BPJS) [0,72]
52,13 dan 0,46
2. Biaya mendapatkan
layanan kesehatan
[0,84]
46,46 dan 0,54
7 Kesejahteraan
pekerja [0,62]
33,67 dan
0,0391
1. Keseriusan Pemkot
dalam menurunkan
tingkat
35,36 dan 0,41
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 88
P01/15
Pengangguran. [0,64]
2. Keberadaan pekerja
kontrak/outsourcing
[0,92]
32,66 dan 0,59
8 Penerimaan
Pekerja [0,87]
35,12 dan
0,0551
1. Kelayakan gaji/upah
pekerja/karyawan
[0,86]
36,63 dan 0,51
2. Kepedulian pemkot
terhadap keluhan
pekerja/karyawan
[0,81]
33,94 dan 0,49
9 Ketersediaan dan
tarif parkir [0,69]
32,45 dan
0,0438
1. Keberhasilan
penertiban parkir
liar [0,77]
37,64 dan 0,48
2. Dampak parkir di
tepi jalan umum
atas kelancaran
lalulintas [0,84]
27,33 dan 0,52
Di Area 3, Pemerintah Kota Bandung disarankan untuk melakukan focus perbaikan
pada 9 aspek di atas. Warga Bandung Area 3 menilai pemerintah telah gagal mengelola
9 aspek tersebut. Pemerintah dipersepsi memiliki kinerja negative pada 9 aspek yang
dipersepsi sebagai hal yang dianggap besar impaknya terhadap kepuasan warga.
Berdasarkan level-level informasi pada Tabel kk, Kelayakan Transportasi Umum
pada kolom (2) memiliki persepsi dampak kepentingan dimata warga sebesar 0.68,
indeks persepsi kinerja pada kolom(3) sebesar 46,22 (buruk karena lebih kecil dari
pada 50] dan angka di kolom (3) juga menunjukkan skor persepsi bobot penanganan
banjir sebesar 0.0428. Angka 0.68 merupakan persepsi dampak yang besar bagi warga
karena lebih besar daripada 0.5 . Benefit level impact 0.0428 pada aspek Kelayakan
Transportasi Umum menunjukkan bahwa 1 unit perubahan pada indeks benefit
Kelayakan Transportasi Umum berasosiasi dengan 0.0428 peningkatan pada indeks
Kepuasan. Selanjutnya,skor persepsi dampak atribut Rawan kriminalitas adalah
[0,79], Indeks kinerjanya sebesar 50,22 dan nilai attribute level impact 0,48 pada
atribute Rawan kriminalitas. Angka 0,48 menunjukkan bahwa 1 unit treatment
perubahan pada attribute ini atau item pertanyaan yang berkaitan dengan Rawan
kriminalitas pada kuesioner berasosiasi dengan 0,48 unit perubahan pada indeks
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 89
P01/15
attribut Rawan kriminalitas. Interpretasi yang sama dapat dilakukan untuk ke 8 aspek
negatif lain serta atribut pembentuknya.
C. Maintain or Reduce Invesment:Kinerja >50 Dampak <0.5
Ada 15 aspek dalam hal pemerintah dipersepsi memiliki kinerja positif akan tetapi
manfaat ke 15 aspek tersebut dipersepsi kurang penting oleh warga di Area 3. 15 aspek
tersebut adalah:Harga Makanan dan Sarana Rekreasi, Tempat Wisata Kuliner,Pemicu
,Kerawanan di Angkutan Umum, Kelayakan Fasilitas Pejalan Kaki,Pengelolaan
Sampah,Tingkat Polusi, Manfaat pasar modern, Pertokoan, Pasar Tradisional, Pendidikan,
Kemampuan dalam menyembuhkan,Seni dan Budaya,Penegakan Aturan,Sarana Ibadah
Alternatif penafsiran, kategori-kategori ini bisa memuat driver of satisfaction yang
dipersepsi warga sebagai hal mendasar dan sudah sepantasnya ada pada suatu kota.
Bahayanya adalah reduksi kinerja mutu pada 15 aspek tersebut akan memicu
ketidakpuasan warga dimasa depan.
Tabel 18. menyajikan secara lengkap dan detil mengenai 15 aspek pemicu kepuasan warga
yang harus dijaga agar indeks kepuasan warga Bandung di Area 3 khususnya tidak
terganggu.
Tabel 18. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga Bandung Area 3 – MRI
No
Maintain or
Reduce
Invesment &
dampak
Indeks Kinerja
Aspek & Bobot
Atribut pembentuk &
Dampak
Indeks Kinerja
Atribut dan
Bobot
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Harga Makanan
dan Sarana
Rekreasi [0,48]
60,9 dan 0 1. Keragaman /variasi
Jenis makanan
[0,85]
63,79 dan 0,51
2. Keunikan makanan
[0,83]
57,82 dan 0,49
2 Tempat Wisata
Kuliner [0,44]
63,27 dan 0 1. Harga Makanan
[0,66]
59,75 dan 0,31
2. Keamanan [0,84] 60 dan 0,39
3. Kenyamanan [0,65] 67,2 dan 0,3
3 Pemicu Kerawanan
di Angkutan
56,5 dan 0 1. Kewajaran tarif
[0,73]
57,08 dan 0,25
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 90
P01/15
Umum [0,25]
2. Perilaku awak
(supir / kernet)
[0,69]
51,18 dan 0,24
3. Kelaikan mutu
(kendaraan dan
supir/kernet) [0,74]
53,79 dan 0,25
4. Kesesuaian trayek
menempuh rute
seharusnya (tidak
sesuai trayek, tidak
sampai ke tujuan)
[0,76]
63,69 dan 0,26
4 Kelayakan
Fasilitas Pejalan
Kaki [0]
52,91 dan 0 1. Fungsi penerangan
jalan umum yang
ada di kawasan anda
[0,52]
54,91 dan 0,22
2. Kondisi
penghijauan jalan di
kawasan anda [0,46]
46,93 dan 0,19
3. Kekhawatiran atas
kondisi pohon di
pinggir jalan untuk
keselamatan anda
[rawan tumbang,
menutup rambu
jalan] [0,69]
52,82 dan 0,29
4. Fungsi rambu lalu
lintas yang ada saat
ini [0,71]
55,74 dan 0,3
5 Pengelolaan
Sampah [0,23]
51,3 dan 0 1. Ketersediaan
Fasilitas Kebersihan
(tong Sampah,
Gerobak Sampah,
Truk sampah, mobil
penyapu jalan)
dalam menjaga
kebersihan. [0,88]
52,93 dan 0,53
2. Kesadaran
Masyarakat terhadap
kebersihan
lingkungan. [0,78]
49,06 dan 0,47
6 Tingkat Polusi
[0,47]
50,27 dan 0 1. Tingkat polusi di
wilayah anda yang
paling mengganggu
50,27 dan 1
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 91
P01/15
(1. air 2. udara 3. bising) [0,98]
7 Manfaat pasar
modern [0,48]
50,13 dan 0 1. Kelayakan Kondisi
pasar tradisional di
wilayah anda [0,95]
50,13 dan 1
8 Pertokoan [0,23] 65,26 dan 0 1. Penataan Pertokoan
di wilayah anda
[0,69]
56,45 dan 0,44
2. Kemudahan
mencapai pertokoan
di wilayah anda
[0,88]
72,01 dan 0,56
9 Pasar Tradisional
[0,16]
61,03 dan 0 1. Manfaat
pembangunan mall
di kota Bandung
[0,88]
54,99 dan 0,54
2. Manfaat mini
market di wilayah
anda [0,75]
67,8 dan 0,46
10 Pendidikan [0,43] 51,64 dan 0 1. Sistem rayonisasi
dalam penerimaan
peserta didik baru
[0,78]
47,35 dan 0,5
2. Kelayakan
pendapatan pengajar
[0,78]
53,84 dan 0,5
11 Kemampuan dalam
menyembuhkan
[0,45]
67,6 dan 0 1. Kemudahan
mencapai
Puskesmas [0,69]
68,95 dan 0,44
2. Kemudahan
mencapai Rumah
Sakit [0,87]
66,55 dan 0,56
12 Seni dan Budaya
[0,09]
61,17 dan 0 1. Keberhasilan
pemkot melestarikan
seni sunda(pencak
silat, angklung,
jaipong). [0,91]
59,67 dan 0,41
2. Keberhasilan
pemkot melibatkan
pemuda untuk
melestarikan budaya
sunda. [0,92]
57,28 dan 0,42
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 92
P01/15
3. Penggunaan bahasa sunda dalam
percakapan sehari-
hari di lingkungan
anda [0,38]
70,73 dan 0,17
13 Penegakan Aturan
[0,34]
56,53 dan 0 1. Ketegasan Pemkot
menjalankan
peraturan daerah.
[0,83]
51,43 dan 0,35
2. Pembongkaran
bangunan oleh
Pemkot [0,76]
57,07 dan 0,32
3. Ketaatan Tata ruang
Kota Bandung
terhadap aturan.
[0,78]
55,71 dan 0,33
14 Sarana Ibadah [0] 71,21 dan 0 1. Kemudahan
mencapai Tempat
Ibadah [0,82]
79,1 dan 0,5
2. Kelengkapan Sarana
di tempat Ibadah di
wilayah anda
(perlengkapan
ibadah,air, wifi)
[0,82]
63,1 dan 0,5
Berdasarkan level-level informasi pada Tabel 18, Harga Makanan dan Sarana
Rekreasi kolom (2) dengan dampak kepentingan 0,48 yang rendah (<0.50) memiliki
indeks persepsi kinerja pada kolom(3) sebesar 60,9 (baik karena lebih besar dari pada
50] dan angka di kolom (3) juga menunjukkan skor persepsi Harga Makanan dan
Sarana Rekreasi bernilai 0. Benefit level impact bernilai nol pada aspek Harga
Makanan dan Sarana Rekreasi menunjukkan bahwa setiap unit perubahan pada
indeks benefit Harga Makanan dan Sarana Rekreasi tidak berpengaruh terhadap
peningkatan indeks Kepuasan. Selanjutnya, Indeks kinerja atribut Keragaman /variasi
Jenis makanan dalam aspek Harga Makanan dan Sarana Rekreasi adalah sebesar
63,79 (kolom 5) dan nilai attribute level impact 0,85 (kolom4) pada atribute
Keragaman /variasi Jenis makanan. Angka 0,51 (kolom 5) menunjukkan bahwa 1
unit treatment perubahan pada attribute ini atau item pertanyaan yang berkaitan dengan
Keragaman /variasi Jenis makanan pada kuesioner berasosiasi dengan 0,35 unit
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 93
P01/15
perubahan pada indeks attribut Harga Makanan dan Sarana Rekreasi. Interpretasi
yang sama dapat dilakukan untuk ke 14 aspek pemicu kepuasan lain serta atribut
pembentuknya.
D. Inconsequential -Dont waste the resources
Selanjutnya, Warga di Area 3 mempersepsi pemerintah kota memiliki kinerja buruk
pada 4 aspek : Penataan Lalu-lintas, Kondisi Jalan, , Kemacetan, Keamanan. Tetapi
warga juga mempersepsi kurang penting pada ke 4 aspek ini. Alternatif interpretasi
untuk situasi ini adalah keempat masalah tersebut bukan concern aktif bagi warga
Bandung Area3. Keempat situasi itu tidak dihiraukan oleh pandangan dan pemikiran
warga Area 3. Interpretasi fenomena ini mengacu pada pemikiran bahwa hanya
informasi-informasi yang dianggap pentinglah yang dipedulikan. Keempat fenomena
itu tidak dipedulikan oleh warga karena fenomena tersebut merupakan stimulus yang
tidak lagi menjadi drive untuk memotivasi suatu gerakan. Hal ini dapat dijelaskan oleh
sikap apatisme atau skeptic sebagai produk frustasi akibat dari berlarut-larutnya
penyelesaian permasalahan tersebut. Tabel 19. menyajikan secara lengkap dan detil
mengenai 4 aspek Inconsequential
Tabel 19. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga Bandung Area 3 – IDWR
No
Inconsequential -
Dont waste the
resources &
dampak
Indeks Kinerja
Aspek & Bobot
Atribut pembentuk &
Dampak
Indeks Kinerja
Atribut dan
Bobot
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Penataan Lalu-
lintas [0,31]
45,78 dan 0 1. Jalan alternatif ke
lokasi yang biasa
anda tuju [0,83]
45,03 dan 0,52
2. Kelayakan
Penyebrangan [0,76]
46,22 dan 0,48
2 Kondisi Jalan [0] 49,56 dan 0 1. Dekorasi (pot
bunga, patung,
lampu hias, dll)
[0,87]
46,58 dan 0,34
2. Penataan Dekorasi
[0,88]
48,69 dan 0,34
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 94
P01/15
3. Keindahan Dekorasi di simpang jalan
[0,82]
51,44 dan 0,32
3 Kemacetan [0,04] 44,15 dan 0
4 Keamanan [0,39] 46,29 dan 0 1. Kota bandung
rawan pemerasan.
[0,88]
47,4 dan 0,34
2. Kota bandung
rawan kejahatan.
[0,86]
43,39 dan 0,33
3. Kota bandung
rawan pengrusakan.
[0,83]
47,66 dan 0,32
Berdasarkan level-level informasi pada Tabel 19, Penataan Lalu-lintas memiliki skor
dampak kepentingan 0.31 yang rendah di mata warga dengan indeks persepsi kinerja pada
kolom(3) sebesar 45,78 (buruk karena lebih kecil dari pada 50] . Angka di kolom (3) juga
menunjukkan bobot persepsi Penataan Lalu-lintas sebesar 0. Benefit level impact 0 pada
aspek Penataan Lalu-lintas menunjukkan bahwa setiap unit perubahan pada indeks
benefit Tingkat Polusi tidak berpengaruh terhadap peningkatan indeks Kepuasan.
Selanjutnya, Indeks kinerja atribut Jalan alternatif ke lokasi yang biasa anda tuju dalam
aspek Penataan Lalu-lintas adalah sebesar 45,03 . Nilai attribute level impact 0,52 pada
atribute Jalan alternatif ke lokasi yang biasa anda tuju menunjukkan bahwa 1 unit
treatment perubahan pada attribute ini atau item pertanyaan yang berkaitan dengan
Kondisi penghijauan jalan di kawasan anda pada kuesioner berasosiasi dengan 0,17
unit perubahan pada indeks attribut Penataan Lalu-lintas. Interpretasi yang sama dapat
dilakukan untuk ke 3 aspek Aspek Inconsequential lain serta atribut pembentuknya
Presentasi model hubungan antara aspek-aspek (dan atribut pembangunnya) terhadap
indeks kepuasan di Area 3 ditampilkan dalam bentuk diagram jalur pada Lampiran 7.
Diagram tersebut hanya memuat aspek-aspek yang memberikan pengaruh signifikan
(bobot di atas nilai 0.5) terhadap indeks kepuasan. Adapun penjelasan dari nilai-nilai yang
tertera pada diagram jalur tersebut sama dengan penjelasan yang diberikan pada diagram 1
di tingkat Kota.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 95
P01/15
5. Analisis Kinerja-Dampak Area 4 Kota Bandung
Kategorisasi sebanyak 39 aspek yaang dipersepsi masyarakat Bandung kedalam
strategic satissfaction matrix menggunakan nilai default 50 untuk skor target
manajerial dan 0.5 untuk bobot impak menghasilkan konfigurasi informasi pada
kuadran-kuadran untuk Area 4 (Bandung Kulon, Babakan Ciparay, Bojongloa Kaler,
Bojongloa Kidul, Astanaanyar) sebagai berikut
Diagram 13. Strategic Satisfaction Matrix Area 4
Deskripsi hasil kategorisasi pada matriks di atas adalah:
A. Competitive Advantage (CA) ,Maintain atau Improve: indeks kinerja>50,
dampak>0.5
Berikut ini adalah daftar aspek-aspek pembangunan di Kota Bandung yang dipersepsi
penting oleh warga Bandung di Area 4 dan pada saat bersamaan pemerintah Kota
Bandung memperoleh persepsi kinerja yang baik dimata warga
1. Tempat Wisata Kuliner
2. Harga
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 96
P01/15
3. Sarana Rekreasi
4. Kondisi Jalan
5. Kelayakan Trotoar dan pohon pinggir jalan
6. Kelayakan Penyebrangan, Penerangan dan Rambu Jalan
7. Keamanan
8. Pengelolaan sampah
9. Penanganan Banjir
10. Pasar Modern
11. Pasar Tradisional dan Pertokoan
12. Penertiban PKL
13. Ketertiban Sosial
14. Pemicu masalah sosial
15. Pendidikan
16. Seni Budaya
17. Penegakan Aturan
18. Sarana Olah Raga
19. Sarana Ibadah
Tabel 20. menyajikan secara lengkap dan detil mengenai 19 aspek yang harus dijaga .
Tabel 20. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga Bandung Area 4 – CA
No
Competitive
Advantage &
dampak
Indeks Kinerja
Aspek & Bobot
Atribut pembentuk &
Dampak
Indeks
Kinerja
Atribut dan
Bobot
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Tempat Wisata
Kuliner [0,78]
61,58 dan 0,043 1. Keragaman /variasi
Jenis makanan [0,61]
72,04 dan 0,29
2. Kelengkapan
Prasarana [0,67]
52,12 dan 0,33
3. Keunikan makanan
[0,79]
60,9 dan 0,38
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 97
P01/15
2 Harga Makanan di Tempat Wisata
Kuliner [0,63]
69,3 dan 0,0344 1. Harga Makanan [0,74]
69,3 dan 1
3 Sarana Rekreasi
[0,74]
68,98 dan
0,0406
1. Keamanan [0,78] 69,87 dan 0,46
2. Kenyamanan [0,91] 68,46 dan 0,54
4 Kondisi Jalan [0,54] 64,92 dan
0,0296
1. Kualitas jalan raya
yang biasa anda lalui
[0,87]
65 dan 0,5
2. Kondisi jalan di
wilayah anda [0,87]
64,73 dan 0,5
5 Kelayakan Trotoar
dan pohon pinggir
jalan [0,65]
51,25 dan
0,0358
1. Kelayakan trotoar di
kawasan anda untuk
digunakan pejalan
kaki [0,75]
50,3 dan 0,37
2. Kondisi penghijauan
jalan di kawasan anda
[0,61]
46,38 dan 0,3
3. Kekhawatiran atas
kondisi pohon di
pinggir jalan untuk
keselamatan anda
[rawan tumbang,
menutup rambu jalan]
[0,65]
54,39 dan 0,32
6 Kelayakan
Penyebrangan,
Penerangan dan
Rambu Jalan [0,78]
52,8 dan 0,0428 1. Kelayakan
penyebrangan yang
biasa digunakan
[0,62]
43,77 dan 0,29
2. Fungsi penerangan
jalan umum yang ada
di kawasan anda
[0,74]
54,6 dan 0,35
3. Fungsi rambu lalu
lintas yang ada saat
ini [0,76]
57,83 dan 0,36
7 Keamanan [0,83] 56,22 dan
0,0457
1. Kota bandung rawan
pemerasan. [0,87]
58,88 dan 0,34
2. Kota bandung rawan
kejahatan. [0,92]
53,77 dan 0,35
3. Kota bandung rawan
pengrusakan. [0,81]
53,66 dan 0,31
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 98
P01/15
8 Pengelolaan sampah [0,91]
54,56 dan 0,0501
1. Ketersediaan Fasilitas Kebersihan (tong
Sampah, Gerobak
Sampah, Truk
sampah, mobil
penyapu jalan) dalam
menjaga kebersihan.
[0,89]
57,64 dan 0,5
2. Kesadaran
Masyarakat terhadap
kebersihan
lingkungan. [0,89]
51,41 dan 0,5
9 Penanganan Banjir
[0,55]
51,73 dan
0,0303
1. Fungsi gorong-gorong
dalam mengatasi
banjir. [0,9]
57,58 dan 0,53
2. Pemeliharaan sungai
[0,8]
46,37 dan 0,47
10 Pasar Modern [0,51] 65,63 dan
0,0284
1. Kelayakan Kondisi
pasar tradisional di
wilayah anda [0,76]
61,65 dan 0,36
2. Penataan Pertokoan di
wilayah anda [0,86]
65,58 dan 0,41
3. Kemudahan mencapai
pertokoan di wilayah
anda [0,48]
71,15 dan 0,23
11 Pasar Tradisional
dan Pertokoan
[0,56]
67,63 dan
0,0311
1. Manfaat
pembangunan mall di
kota Bandung [0,9]
63,34 dan 0,51
2. Manfaat mini market
di wilayah anda
[0,88]
72,11 dan 0,49
12 Penertiban PKL
[0,54]
52,69 dan
0,0298
1. Penertiban PKL [] 52,69 dan 01
13 Ketertiban Sosial
Kota [0,73]
50,73 dan 0,04 2. Keberhasilan pemkot
meminimalisir gepeng
di wilayah anda.
[0,87]
50,41 dan 0,35
3. Keberhasilan
pembinaan pemkot
meminimalisir tuna
susila di wilayah
anda. [0,78]
53,47 dan 0,32
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 99
P01/15
4. Keberhasilan pemkot menertibkan
pengamen di wilayah
anda. [0,8]
45,11 dan 0,33
14 Pemicu masalah
sosial [0,81]
60,83 dan
0,0448
1. Keberhasilan pemkot
menertibkan tempat
hiburan malam. [0,64]
53,81 dan 0,25
2. Keberhasilan pemkot
menertibkan
pendatang (lapor RT,
surat ket. penduduk
musiman). [0,76]
58,69 dan 0,29
3. Keramahan
masyarakat di kota
Bandung [0,51]
78,69 dan 0,2
4. Kondisi warga
miskin di wilayah
anda. [0,68]
55,41 dan 0,26
15 Pendidikan [0,73] 59,16 dan
0,0405
1. Kebijakan PPDB
yang mengakomodasi
orang miskin. [0,73]
59,16 dan 1
16 Seni Budaya [0,78] 66,95 dan 0,043 1. Keberhasilan
pemkot melestarikan
seni sunda(pencak
silat, angklung,
jaipong). [0,87]
64,93 dan 0,36
2. Keberhasilan
pemkot melibatkan
pemuda untuk
melestarikan budaya
sunda. [0,89]
59,36 dan 0,37
3. Penggunaan bahasa
sunda dalam
percakapan sehari-
hari di lingkungan
anda [0,65]
80,25 dan 0,27
17 Penegakan Aturan
[0,75]
64,03 dan
0,0415
1. Ketegasan Pemkot
menjalankan
peraturan daerah.
[0,86]
64,18 dan 0,36
2. Pembongkaran
bangunan oleh
Pemkot [0,77]
65,19 dan 0,32
3. Ketaatan Tata ruang 59,33 dan 0,32
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 100
P01/15
Kota Bandung terhadap aturan.
[0,77]
18 Sarana Olah Raga
[0,87]
61,62 dan
0,0481
1. Kemudahan untuk
mencapai Tempat
Olah raga [0,9]
60,89 dan 0,5
2. Keterjangkauan Biaya
penggunaan sarana
Olah raga [0,9]
61,86 dan 0,5
19 Sarana Ibadah
[0,67]
74,48 dan
0,0367
1. Kenyamanan Tempat
Ibadah di wilayah
anda . (bersih, indah,
rapi) [0,86]
78,48 dan 0,5
2. Kelengkapan Sarana
di tempat Ibadah di
wilayah anda
(perlengkapan
ibadah,air, wifi)
[0,86]
70,55 dan 0,5
Pada 19 aspek tersebut di atas pemerintah Kota Bandung selaras dengan persepsi
mayarakat Bandung di Area 4. Selaras dalam artian ke 19 aspek tersebut merupakan
hal yang memiliki dampak besar bagi kepuasan hidup warga di Area 4 dan pemerintah
Kota Bandung berhasil mendapat persepsi kinerja positif di mata warga. Oleh karena
itu pemerintah Kota Bandung perlu mempertahankan atau meningkatkan kinerja pada
19 aspek tersebut di Area 4.
Ke 19 aspek merupakan driver of satisfaction warga. Tugas pemerintah kota adalah
memastikan bahwa organisasinya secara kontinu menyajikan kinerja yang baik pada area-
area di atas.
Contoh penjelasan level-level informasi pada Tabel 20 : Tempat Wisata Kuliner pada
baris 1 dan kolom (2) memiliki indeks 61,58 dan skor dampak 0,78 dan bobot sebesar
0,043, kolom (3) . Benefit level impact 0,043 pada aspek Tempat Wisata Kuliner
menunjukkan bahwa 1 unit perubahan pada indeks benefit Tempat Wisata Kuliner
berasosiasi dengan 0,043 peningkatan pada indeks Kepuasan. Selanjutnya, dampak
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 101
P01/15
Keragaman /variasi Jenis makanan [0,61] dan Indeks kinerja atribut Keragaman
/variasi Jenis makanan (5) adalah sebesar 72,04. Juga di kolom (5), nilai attribute level
impact sebesar 0,29. Pada atribute Keragaman /variasi Jenis makanan menunjukkan
bahwa 1 unit treatment perubahan pada attribute ini atau item pertanyaan yang berkaitan
dengan Keragaman /variasi Jenis makanan pada kuesioner berasosiasi dengan 0.29
unit perubahan pada indeks attribut Tempat Wisata Kuliner . Interpretasi yang sama
dapat dilakukan untuk ke 19 aspek positif serta atribut pembentuknya .
B. Competitive Vulnerability [Focus Improvement]: indeks kinerja <50, dampak>0.5
Terdapat 7 aspek yang harus mendapat perhatian besar pemerintah Kota Bandung, yaitu:
Kemacetan, Ketersediaan Air Bersih, Pemukiman, Kepedulian Pemkot terhadap Pekerja,
Penerimaan Pekerja, Tata Kelola, Ketersedian Tempat Parkir
Aspek-aspek tersebut harus mendapat prioritas dalam perencanaan pembangunana Area 4
Kota Bandung. Tabel 21 menyajikan secara lengkap dan detil mengenai focus perbaikan
yang harus dilakukan untuk meningkatkan indeks kepuasan warga Bandung di Area 4
khususnya.
Tabel 21. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga Bandung Area 4 – CV
No
Competitive
Vulnerability &
dampak
Indeks Kinerja
Aspek & Bobot
Atribut pembentuk &
Dampak
Indeks Kinerja
Atribut dan
Bobot
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Kemacetan [0,63] 46,98 dan 0,0349
2 Ketersediaan Air
Bersih [0,73]
36,99 dan 0,04 2. Kemudahan
mendapatkan air
tanah. [0,91]
38,49 dan 0,51
3. Pemenuhan 35,86 dan 0,49
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 102
P01/15
kebutuhan air bersih anda oleh Layanan
PDAM [0,89]
3 Ketertiban Sosial
[0,68]
49 dan 0,0375 1. Keterjangkauan harga
untuk mendapatkan
tempat tinggal layak
huni di kota Bandung
[0,8]
35,49 dan 0,5
2. Kelayakan tempat
tinggal anda [0,8]
61,95 dan 0,5
4 Kepedulian Pemkot
terhadap Pekerja
[0,73]
40,79 dan 0,0404 1. Keseriusan Pemkot
dalam menurunkan
tingkat Pengangguran.
[0,83]
41,96 dan 0,92
2. Keberadaan pekerja
kontrak/outsourcing
[0,07]
28,61 dan 0,08
5 Penerimaan
Pekerja [0,8]
37,74 dan 0,044 1. Kelayakan gaji/upah
pekerja/karyawan
[0,79]
35,98 dan 0,75
2. Kepedulian pemkot
terhadap keluhan
pekerja/karyawan
[0,26]
42,15 dan 0,25
6 Tata Kelola Parkir
[0,69]
35,48 dan 0,0382 1. Jumlah lahan parkir
di kota Bandung
[0,93]
35,48 dan 1
7 Ketersedian
Tempat Parkir
[0,53]
46,06 dan 0,029 1. Keberhasilan
penertiban parkir liar
[0,68]
41,74 dan 0,32
2. Kewajaran tarif
[0,88]
61,57 dan 0,41
3. Dampak parkir di
tepi jalan umum atas
kelancaran lalulintas
[0,57]
27,33 dan 0,27
Di Area 4, Pemerintah Kota Bandung disarankan untuk melakukan focus perbaikan
pada 7 aspek di atas. Warga Bandung Area 4 menilai pemerintah telah gagal mengelola
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 103
P01/15
7 aspek tersebut. Pemerintah dipersepsi memiliki kinerja negative pada 7 aspek yang
dipersepsi sebagai hal yang dianggap besar impaknya terhadap kepuasan warga.
Berdasarkan level-level informasi pada Tabel 21, Ketersediaan Air Bersih pada
kolom (2) memiliki persepsi dampak kepentingan dimata warga sebesar 0.73, indeks
persepsi kinerja pada kolom(3) sebesar 36,99 (buruk karena lebih kecil dari pada 50]
dan angka di kolom (3) juga menunjukkan skor persepsi bobot Ketersediaan Air
Bersih sebesar 0.04. Angka 0.73 merupakan persepsi dampak yang besar bagi warga
karena lebih besar daripada 0.5 . Benefit level impact 0.04 pada aspek Ketersediaan
Air Bersih menunjukkan bahwa 1 unit perubahan pada indeks benefit Ketersediaan
Air Bersih berasosiasi dengan 0.04 peningkatan pada indeks Kepuasan.
Selanjutnya,skor persepsi dampak atribut Kemudahan mendapatkan air
tanah.adalah [0,91], Indeks kinerjanya sebesar 38,49 dan nilai attribute level impact
0,51 pada atribute Kemudahan mendapatkan air tanah. Angka 0,51 menunjukkan
bahwa 1 unit treatment perubahan pada attribute ini atau item pertanyaan yang
berkaitan dengan Kemudahan mendapatkan air tanah pada kuesioner berasosiasi
dengan 0,51 unit perubahan pada indeks attribut Ketersediaan Air Bersih .
Interpretasi yang sama dapat dilakukan untuk ke 6 aspek negatif lain serta atribut
pembentuknya.
C. Maintain or Reduce Invesment:Kinerja >50 Dampak <0.5
Ada 11 aspek dalam hal pemerintah dipersepsi memiliki kinerja positif akan tetapi
manfaat ke 11 aspek tersebut dipersepsi kurang penting oleh warga di Area 4. 11 aspek
tersebut adalah:
1. Tempat Rekreasi
2. Layanan Transportasi Umum
3. Rawan Kriminalitas di Transportasi Umum
4. Kewajaran Tarif Transportasi
5. Penataan lalu-lintas
6. Kewajaran Harga
7. Bantuan Usaha
8. Sistem Pelayanan
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 104
P01/15
9. Kemampuan Menyembuhkan
10. Keterjangkauan layanan rumah sakit
11. Hak-hak Tenaga Kerja
Alternatif penafsiran, kategori-kategori ini bisa memuat driver of satisfaction yang
dipersepsi warga sebagai hal mendasar dan sudah sepantasnya ada pada suatu kota.
Bahayanya adalah reduksi kinerja mutu pada 11 aspek tersebut akan memicu
ketidakpuasan warga dimasa depan.
Tabel 22. menyajikan secara lengkap dan detil mengenai 15 aspek pemicu kepuasan warga
yang harus dijaga agar indeks kepuasan warga Bandung di Area 3 khususnya tidak
terganggu.
Tabel 22. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga Bandung Area 4 – MRI
No
Maintain or
Reduce Invesment
& dampak
Indeks Kinerja
Aspek & Bobot
Atribut pembentuk &
Dampak
Indeks Kinerja
Atribut dan
Bobot
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Tempat Rekreasi
[0,47]
67,94 dan 0 1. Rancangan
tempat rekreasi
[0,68]
72,17 dan 0,23
2. Kelengkapan
[0,8]
64,93 dan 0,27
3. Keamanan [0,75] 66,22 dan 0,26
4. Pemeliharaan
[0,71]
69,56 dan 0,24
2 Layanan
Transportasi Umum
[0,23]
59,16 dan 0 1. Rawan
kriminalitas
[0,91]
59,16 dan 1
3 Rawan Kriminalitas
di Transportasi
Umum [0,31]
55,63 dan 0 1. Aspek waktu
(waktu tunggu
penumpang,
kecepatan
perjalanan)
[0,63]
42,95 dan 0,22
2. Perilaku awak
(supir / kernet)
54,23 dan 0,25
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 105
P01/15
[0,69]
3. Kelaikan mutu (kendaraan dan
supir/kernet)
[0,8]
58,51 dan 0,29
4. Kesesuaian
trayek menempuh
rute seharusnya
(tidak sesuai
trayek, tidak
sampai ke tujuan)
[0,69]
63,3 dan 0,24
4 Kewajaran Tarif
Transportasi [0,34]
67,56 dan 0 1. Kewajaran tarif
[0,9]
67,56 dan 1
5 Penataan lalu-lintas
[0,46]
63,21 dan 0 1. Penataan jalan
yang ada saat ini
[0,76]
64,97 dan 0,48
2. Jalan alternatif ke
lokasi yang biasa
anda tuju [0,83]
61,65 dan 0,52
6 Kewajaran Harga
[0,21]
54,07 dan 0 1. Kewajaran harga
kebutuhan hidup
di kota Bandung
[0,83]
54,07 dan 1
7 Bantuan Usaha
[0,45]
53,56 dan 0 1. Prosedur
pelayanan [0,71]
54,69 dan 0,25
2. Waktu tunggu
untuk
mendapatkan
pelayanan [0,69]
45,52 dan 0,24
3. Kewajaran biaya
untuk
mendapatkan
pelayanan
pemkot [0,79]
61,79 dan 0,27
4. Bantuan pemkot
tepat sasaran.
(raskin, dll)
[0,69]
55,27 dan 0,24
8 Sistem Pelayanan
[0,44]
56,36 dan 0 1. Kejelasan
persyaratan untuk
mendapatkan
layanan pemkot
61,95 dan 0,39
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 106
P01/15
[0,78]
2. Kecepatan respon
pemkot ketika
diminta bantuan
[0,7]
50,98 dan 0,35
3. Akurasi
pendataan yang
dilakukan oleh
pemkot (data
KTP, KK, PBB,
dll) [0,51]
56,02 dan 0,25
9 Kemampuan
Menyembuhkan
[0,34]
51,03 dan 0 1. Kemudahan
memperoleh
Layanan jaminan
kesehatan (jasa
asuransi
kesehatan, BPJS)
[0,34]
54,84 dan 0,65
2. Biaya
mendapatkan
layanan
kesehatan [0,19]
43,92 dan 0,35
10 Keterjangkauan
layanan rumah sakit
[0,43]
64,79 dan 0 1. kemampuan
Puskesmas dalam
menyembuhkan
[0,03]
63,87 dan 0,32
2. kemampuan
rumah sakit
dalam
menyembuhkan
[0,07]
65,03 dan 0,68
11 Hak-hak Tenaga
Kerja [0]
70,11 dan 0 1. Kemudahan
mencapai
Puskesmas
[0,86]
71,08 dan 0,64
2. Kemudahan
mencapai Rumah
Sakit [0,49]
68,42 dan 0,36
Berdasarkan level-level informasi pada Tabel 22, Tempat Rekreasi kolom (2) dengan
dampak kepentingan 0.47 yang rendah (<0.50) memiliki indeks persepsi kinerja pada
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 107
P01/15
kolom(3) sebesar 67,94 (baik karena lebih besar dari pada 50] dan angka di kolom (3) juga
menunjukkan skor persepsi bobot Tempat Rekreasi bernilai 0. Benefit level impact
bernilai nol pada aspek Tempat Rekreasi menunjukkan bahwa setiap unit perubahan pada
indeks benefit Tempat Rekreasi tidak berpengaruh terhadap peningkatan indeks
Kepuasan. Selanjutnya, Indeks kinerja atribut Rancangan tempat rekreasi dalam aspek
Tempat Rekreasi adalah sebesar 72,17 (kolom 5) dan nilai attribute level impact 0,68
(kolom4) pada atribute Rancangan tempat rekreasi. Angka 0,23 (kolom 5) menunjukkan
bahwa 1 unit treatment perubahan pada attribute ini atau item pertanyaan yang berkaitan
dengan Rancangan tempat rekreasi pada kuesioner berasosiasi dengan 0,35 unit
perubahan pada indeks attribut Tempat rekreasi. Interpretasi yang sama dapat dilakukan
untuk ke 13 aspek pemicu kepuasan lain serta atribut pembentuknya
D. Inconsequential -Dont waste the resources
Selanjutnya, Warga di Area 4 mempersepsi pemerintah kota memiliki kinerja buruk
pada 2 aspek : Dekorasi Jalan dan Kompetensi Petugas Pelayanan. Tetapi warga juga
mempersepsi kurang penting pada ke 2 aspek ini. Alternatif interpretasi untuk situasi
ini adalah kedua masalah tersebut bukan concern aktif bagi warga Bandung Area4.
Kedua situasi itu tidak dihiraukan oleh pandangan dan pemikiran warga Area 4.
Interpretasi fenomena ini mengacu pada pemikiran bahwa hanya informasi-informasi
yang dianggap pentinglah yang dipedulikan. Kedua fenomena itu tidak dipedulikan
oleh warga karena fenomena tersebut merupakan stimulus yang tidak lagi menjadi
drive untuk memotivasi suatu gerakan. Hal ini dapat dijelaskan oleh sikap apatisme
atau skeptic sebagai produk frustasi akibat dari berlarut-larutnya penyelesaian
permasalahan tersebut.
Tabel 23 menyajikan secara lengkap dan detil mengenai 4 aspek Inconsequential
warga area 4.
Tabel 23. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga Bandung Area 4 – IDWR
No
Inconsequential -
Dont waste the
resources &
dampak
Indeks
Kinerja
Aspek &
Bobot
Atribut pembentuk &
Dampak
Indeks Kinerja
Atribut dan
Bobot
(1) (2) (3) (4) (5)
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 108
P01/15
1 Dekorasi Jalan
[0,38]
44,62 dan 0 1. Dekorasi (pot bunga,
patung, lampu hias,
dll) [0,82]
39,2 dan 0,31
2. Penataan Dekorasi
[0,93]
45,19 dan 0,35
3. Keindahan Dekorasi
di simpang jalan
[0,9]
45,87 dan 0,34
2 Kompetensi Petugas
Pelayanan [0,24]
47,18 dan 0 1. Kemudahan
mendapatkan bantuan
kredit dari pemkot
[0,87]
33,62 dan 0,38
2. Manfaat Program
pelatihan usaha dari
pemkot [0,89]
46,02 dan 0,39
3. Layanan pemkot
bebas pungli [0,51]
54,83 dan 0,23
Berdasarkan level-level informasi pada Tabel 23, Dekorasi Jalan memiliki skor dampak
kepentingan 0.38 yang rendah di mata warga dengan indeks persepsi kinerja pada
kolom(3) sebesar 44,62 (buruk karena lebih kecil dari pada 50] . Angka di kolom (3) juga
menunjukkan bobot persepsi Dekorasi Jalan sebesar 0. Benefit level impact 0 pada
aspek Dekorasi Jalan menunjukkan bahwa setiap unit perubahan pada indeks benefit
Dekorasi Jalan tidak berpengaruh terhadap peningkatan indeks Kepuasan. Selanjutnya,
Indeks kinerja atribut Dekorasi (pot bunga, patung, lampu hias, dll) dalam aspek
Dekorasi Jalan menunjukkan bahwa 1 unit treatment perubahan pada attribute ini atau
item pertanyaan yang berkaitan dengan Dekorasi (pot bunga, patung, lampu hias, dll)
pada kuesioner berasosiasi dengan 0,31 unit perubahan pada indeks attribut Dekorasi
Jalan . Interpretasi yang sama dapat dilakukan untuk Aspek Inconsequential lain serta
atribut pembentuknya
Presentasi model hubungan antara aspek-aspek (dan atribut pembangunnya) terhadap
indeks kepuasan di Area 4 ditampilkan dalam bentuk diagram jalur pada Lampiran 8.
Diagram tersebut hanya memuat aspek-aspek yang memberikan pengaruh signifikan
(bobot di atas nilai 0.5) terhadap indeks kepuasan. Adapun penjelasan dari nilai-nilai yang
tertera pada diagram jalur tersebut sama dengan penjelasan yang diberikan pada diagram 1
di tingkat Kota.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 109
P01/15
6. Tingkat Aspirasi Penduduk Kota Bandung
Tingkat aspirasi dihitung berdasarkan banyak insiden yang menjadi concern warga
Bandung. Secara spesifik aspirasi dihitung dari jawaban-jawaban atas pertanyaan
berikut:
1. Sebutkan hal yang sudah bagus /berjalan baik di Kota Bandung
2. Sebutkan hal yang harus diperbaiki di Kota Bandung
3. Sebutkan hal yang harus dihapuskan/ditiadakan/dihilangkan di Kota Bandung
Berdasarkan penjelasan di atas, maka tingkat aspirasi warga untuk setiap area adalah
sebagai berikut
Tabel 24 : Tingkat aspirasi
Area Kecamatan Banyak
insiden
Tingkat
aspirasi
1
Sukasari, Andir, Cicendo, Sukajadi, Cidadap,
Coblong, Bandung Wetan, Sumur Bandung,
Cibeunying Kidul, Cibeunying Kaler, Bandung
Kidul, Buah Batu, Gedebage, dan Rancasari.
814 3,9
2 Regol, Lengkong, Kiaracondong, dan
Batununggal. 228 3,3
3 Arcamanik, Mandalajati, Antapani, Ujung Berung,
Cibiru, Cinambo, dan Panyileukan. 212 3
4 Bandung Kulon, Babakan Ciparay, Bojongloa
Kaler, Bojongloa Kidul, Astanaanyar. 144 2,1
Total 1398 3,3
Berdasarkan tabel 24, tingkat aspirasi warga di Area 1 adalah sebesar 3,9, hal ini
berarti ada 4 insiden per warga dan area ini merupakan area dengan tingkat aspirasi
tertinggi diikuti oleh area 2.
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 110
P01/15
BAB V. RINGKASAN EKESEKUTIF
1. Preview
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini ialah, memberikan informasi mengenai
aspek-aspek mutu pembangunan di Kota Bandung yang dapat diperbaiki atau
ditingkatkan. Tujuan tersebut telah dicapai dengan mengkonstruksi 6 indeks kepuasan
sebagai informasi indikator navigasi manajerial. Indeks tersebut adalah pertama,
Indeks Kepuasan Total. Indeks ini memasok informasi tingkat kepuasan masyarakat
Kota Bandung terhadap berbagai aspek pembangunan secara menyeluruh. Indeks ini
mencerminkan tingkat kepuasan seluruh penduduk kota Bandung.
Selanjutnya agar otoritas pemerintah kota dapat mengetahui katagori apa yang harus
diperbaiki untuk meningkatkan indeks total sehingga mencapai standar, harus dihitung
indeks level ke-2 , Indeks Kepuasan Per-Aspek Pembangunan. Informasi yang
diberikan oleh indeks ini bersifat umum, sehingga untuk melakukan perbaikan,
treatment yang sama akan diterapkan pada semua wilayah administrasi Kota Bandung .
Tentu saja hal ini mengandung kelemahan dan pemborosan, karena langkah perbaikan
bersifat pukul rata untuk semua wilayah. Untuk mengatasi kekurangan tersebut telah
dirumuskan indeks level ke-3, Indeks Kepuasan Per-Aspek Per-Area pembangunan
Indeks ini memungkinkan otoritas pemerintah Kota Bandung melakukan diferensiasi
treatment untuk setiap Area pembangunan dalam rangka imlementasi perbaikan atau
enhancing program-program pemerintahan. Treatment berbeda untuk Area berbeda
memang dapat diterima secara logika, namun informasi ilmiah tidak cukup hanya
bersifat logis, dalam artian harus didukung fakta. Tahap 3 pada bagian Metodologi
penelitian telah mengantisipasi hal ini, melalui survey pertama yang menghasilkan
fakta lapangan yang mengarahkan peneliti bahwa populasi penduduk di Kota Bandung
mengelompok ke dalam 4 Area. Setiap Area beranggotakan sejumlah Kecamatan yang
sedemikian sehingga karakteristik kecamatan dalam area bersifat similar (mirip) dan
antar bersifat bersifat heterogen. Menyadari hal ini, peneliti memutuskan untuk
mengkonstruksi Indeks Kepuasan Per-Aspek Per-Area. Skenario ini merupakan
temuan ilmiah yang akan memberikan benefit berupa efisiensi biaya dan tindakan
perbaikan yang tepat sasaran. Fasilitasi lebih mendalam untuk aktifitas perbaikan
program pembangunan Kota Bandung dituntaskan dengan dikembangkannya Indeks
Kepuasan Per area Per-Aspek Per-Atribut . Informasi yang dihasilkan membantu
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 111
P01/15
otoritas pemerintah Kota Bandung untuk menyusun langkah operasional yang secara
konkrit menunjukkan akltivitas perbaikan berbeda dalam kemasan 4 area administratif
2. Fakta Hasil Survey
Nilai Indeks Kinerja Walikota Bandung 2015 pada indeks total adalah sebesar
73.37249, Hal ini berarti penduduk Kota Bandung menilai kinerja walikota Bandung
sudah memuaskan mereka. Indeks Kepuasan Penduduk Kota Bandung. Survei
menghasilkan Indeks kepuasan masyarakat Kota Bandung dalam tingkat kota sebesar
50,70% pada skala 0-100. Jika pengukuran dilakukan dalam tingkat yang lebih kecil
yaitu kelompok-kelompok Kecamatan, diperoleh Indeks untuk empat Area. Indeks
kepuasan masyarakat Kota Bandung di Area 1 sebesar 56,57%, di Area 3 sebesar
55,72%., di Area 4 sebesar 54,36% dan terakhir Indeks kepuasan masyarakat Kota
Bandung di Area 2 sebesar 53,34%. Berdasarkan Tabel Kategori Indek Kinerja maka
masyarakat Kota Bandung mempunyai persepsi yang tergolong dalam kategori BAIK
dalam menilai kinerja pemerintahnya. Survey ini juga menghitung tingkat aspirasi
warga di empat Area. Area 1 mempunyai tingkat aspirasi tertinggi sebesar 3,9, hal ini
berarti ada 4 insiden per warga, diikuti oleh area 2 sebesar 3,3, area 3 sebesar 3 dan
area yang memiliki tingkat aspirasi terkecil adalah area 4 sebesar 2,1
3. Integrasi
Dari hasil elaborasi terhadap jawaban responden, kemudian dilakukan
pengelompokkan ke dalam 7 bidang, yakni Perekonomian, Infrastruktur, Birokrasi,
Sektoral, Ketenagakerjaan, Kondisi sosial, dan Seni budaya seperti ditampilkan pada
Tabel 25 sampai dengan Tabel 31.
Tabel 25. Bidang Perkonomian
NO PEREKONOMIAN AREA 1 AREA 2 AREA 3 AREA 4
1 Tempat Rekreasi CA MRI CA CA
2 Sarana Rekreasi MRI
MRI
3 Biaya Rekreasi MRI CA 4 Wisata Kuliner MRI MRI MRI CA
5 Bantuan Usaha CV CV CA MRI
6 Pertokoan MRI CA MRI
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 112
P01/15
7 Pasar Modern CA MRI MRI CA
8 Penataan Pasar Tradisional MRI CV MRI CA
9 Harga Makanan MRI MRI MRI 10 Harga Kebutuhan Hidup MRI MRI CA MRI
Tabel 26. Bidang Infrastruktur
INFRASTRUKTUR AREA 1 AREA 2 AREA 3 AREA 4
1 Kondisi Jalan CA CA IDWR CA
2 Dekorasi Jalan CA IDWR CA IDWR
3 Fungsi Pengaman Lalu Lintas CA CA CA CA
4 Penataan Lalu Lintas CA MRI IDWR MRI
5 Fasilitas Pejalan Kaki MRI IDWR MRI 6 Kondisi Pohon Pinggir Jalan IDWR
CA
7 Mutu Layanan Transportasi Umum CA CA CV MRI
8
Kesesuaian Trayek Transportasi
Umum
MRI
9 Kewajaran Tarif Transportasi Umum MRI MRI
MRI
10 Pengelolaan Parkir CV IDWR CA 11 Kewajaran Tarif Parkir MRI MRI CV CV
12 Perumahan CA IDWR CA CV
13 Keteraturan dan kelayakan
pemukiman -
MRI 14 Ketersediaan Air Bersih MRI CA CV CV
15 Sarana Olah Raga MRI MRI CA CA
16 Sarana Ibadah MRI MRI MRI CA
Tabel 27. Bidang Birokrasi
BIROKRASI AREA 1 AREA 2 AREA 3 AREA 4
1 Penegakan Aturan CA CA MRI CA
2 Penyalahgunaan wewenang CA CA 3 Kecepatan dan Prosedur Pelayanan CV CV CA MRI
4
Biaya, Persyaratan, dan Pendataan/tata
kelola
CA
CV
CV tata
kelola
5 Sistem Rayonisasi PPDB - MRI 6 Kompetensi Petugas Pelayanan ,- IDWR
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 113
P01/15
Tabel 28. Bidang Sektoral
SEKTORAL AREA 1 AREA 2 AREA 3 AREA 4
1 Akses menuju pelayanan kesehatan MRI CA CV MRI 2 Kemampuan dalam menyembuhkan MRI MRI MRI MRI
3 Biaya layanan Kesehatan MRI CV CA 4 Kelayakan pendapatan Pengajar CA
5
Penerimaan Peserta didik baru /
pendidikan
MRI
MRI CA
6 Penanganan Banjir CV IDWR CA CA
7 Pengelolaan Sampah CA CV MRI CA
Tabel 29. Bidang Ketenagakerjaan
KETENAGAKERJAAN AREA 1 AREA 2 AREA 3 AREA 4
1 Kesejahteraan tenaga kerja CV CV CV CV
2 Penerimaan Tenaga kerja IDWR
CV CV
3 Kondisi Tenaga Kerja - IDWR
MRI
Tabel 30 Bidang Kondisi Sosial
KONDISI SOSIAL AREA 1 AREA 2 AREA 3 AREA 4
1 Pemicu masalah sosial - - - CA 2 Penertiban PKL CV IDWR CV CA
3 Ketertiban Sosial Kota CA CV CV CA
4 Ketertiban sosial setempat CA CA CA
5 Kemacetan IDWR IDWR IDWR CV
6 Tingkat Polusi IDWR IDWR MRI
7 Pemicu Kerawanan di Angkutan
Umum - -
MRI MRI 8 Keamanan CA CA IDWR CA
9 Keramahan Masyarakat Kota MRI MRI CA
Tabel 31. Bidang Seni dan Budaya
SENI BUDAYA AREA 1 AREA 2 AREA 3 AREA 4
1 Pelestarian Seni dan Budaya MRI CA MRI CA
2 Penggunaan Bahasa Sunda MRI
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 114
P01/15
Dengan melakukan pengelompokkan pada aspek-aspek yang dipersepsi kedalam 7
kategori di atas, diperoleh rekapitulasi nilai CA, CV, MRI, dan IDWR di setiap Area
pada tabel 32 berikut ini :
Tabel 32
Rekapitulasi nilai CA, CV, MRI, dan IDWR di setiap Area
ASPEK
AREA 1 AREA 2
CA CV MRI IDWR CA CV MRI IDWR
PEREKONOMIAN 2 1 7 0 2 2 5 0
INFRASTRUKTUR 6 1 7 1 4 0 5 4
BIROKRASI 3 1 0 0 2 1 1 0
KONDISI SOSIAL 3 1 1 2 2 1 1 3
SEKTORAL 2 1 4 0 1 2 1 1
KETENAGAKERJAAN 0 1 0 1 0 1 0 1
SENI BUDAYA 0 0 2 0 1 0 0 0
JUMLAH 16 6 21 4 12 7 13 9
ASPEK
AREA 3 AREA 4
CA CV MRI IDWR CA CV MRI IDWR
PEREKONOMIAN 3 0 5 0 4 0 3 0
INFRASTRUKTUR 4 3 2 2 5 3 3 1
BIROKRASI 1 1 1 0 1 1 1 1
KONDISI SOSIAL 2 2 2 2 2 2 1 0
SEKTORAL 2 1 3 0 3 0 2 0
KETENAGAKERJAAN 0 2 0 0 0 2 1 0
SENI BUDAYA 0 0 1 0 1 0 0 0
JUMLAH 12 9 14 4 16 8 11 2
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 115
P01/15
4. Kesimpulan
a. Pemerintah Kota telah menunjukkan kinerja tinggi dan memuaskan menurut warga
di Area 1 dan Area 4 dengan sama-sama memberikan CA pada16 bidang, terutama
dalam bidang infrastruktur. Sementara warga di Area 2 dan Area 3 memberikan
CA yang sama sebanyak 12 bidang. Artinya Pemerintah Kota sudah bekerja sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan warganya. Pemerintah Kota harus
mempertahankan dan bahkan meningkatkan kinerja di bidang ini karena
merupakan faktor strategic yang memuaskan warga.
b. Dibandingkan area lain, warga Area 3 paling menganggap buruk kinerja
Pemerintah Kota terhadap ha-hal yang dianggap penting oleh warga. Nilai CV
sebanyak 9, yaitu untuk infrastruktur, kondisi sosial, ketenagakerjaan, dan
birokrasi. Pemerintah Kota harus memperbaiki bidang ini karena jika tidak akan
menurunkan kepuasan publik.
c. Area 1 paling banyak (21) mempersepsikan bahwa kinerja Pemerintah Kota tinggi
pada bidang yang dianggap tidak penting oleh warga. Di area lain, MRI juga
mendapat nilai tinggi, yaitu sebanyak 14, 13, dan 11 berturut-turut di Area 3, area
2, dan area 4. Karenanya, Pemerintah Kota harus menyusun skala prioritas
pembangunan agar lebih fokus pada bidang yang benar-benar dianggap penting
oleh warga. Pendekatan bottom up planning perlu lebih banyak dilakukan untuk
menselaraskan kegiatan Pemerintah Kota dengan kebutuhan warga.
d. Warga di Area 2 merupakan warga yang paling banyak memberikan persepsi
negatif terhadap kinerja Pemerintah Kota karena menganggap Pemerintah Kota
berkinerja buruk pada bidang yang dianggap tidak penting oleh warga. Pemerintah
Kota bekerja tidak efisien dengan mengkonsumsi sumber daya untuk kegiatan yang
tidak dianggap penting oleh warga, seperti dekorasi jalan. Penertiban PKL, tingkat
polusi dan kemacetan.
e. Bidang infrastruktur merupakan bidang dengan kinerja tertinggi (6) menurut warga
Area 1 dan 5 CA menurut warga area 4. Namun ironinya, sebagian warga di area 1
dan 4 memiliki persepsi berlawanan yaitu memandang penyediaan infrastruktur
sebagai kerja Pemerintah Kota yang dianggap tidak penting dan buruk.
f. Setiap bidang dipersepsi berbeda oleh warga di setiap area, bahkan oleh warga di
area yang sama. Bidang yang dianggap berkinerja tinggi dan dianggap penting
(CA) oleh warga di satu area bisa jadi merupakan CV, atau MRI, bahkan IDWR
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 116
P01/15
oleh warga di area lain, sebagai contoh infrastruktur jalan. Perbedaan persepsi
dipengaruhi oleh pengalaman, kondisi lingkungan, dan kebutuhan warga.
g. Hasil penelitian menunjukkan Pemerintah Kota Bandung berusaha meningkatkan
layanan publiknya dan telah berhasil merebut hati publik dengan mengukur
kinerjanya berdasarkan Indeks kepuasan publik
h. Pemerintah Kota sebaiknya memberikan jenis pelayanan yang berbeda di setiap
wilayah tergantung pada kebutuhan warga di area masing-masing
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 117
P01/15
BAB VI. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian yang diprakarsai Bidang Litbang Bappeda Kota Bandung,
Pemerintah Kota Bandung kini memiliki informasi strategis yang efektif untuk dapat
meningkatkan kepuasan warga Bandung. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
penelitian ilmiah tersebut Pemerintah Kota Bandung juga dapat mengalokasikan dana
pembangunan secara tepat tujuan dan tepat sasaran. Pemerintah Kota Bandung disarankan
untuk memfokuskan peningkatan kualitas pembangunan berdasarkan hasil interpretasi
dalam penelitian ini. Untuk hasil yang efektif orientasi perbaikan dikemas per Area bukan,
perlakuan merata untuk setiap area pembangunan. Karena hasil penelitian menunjukan
bahwa permasalahan pembangunan memiliki kekhasan untuk 4 area hasil Clustering
menggunakan analisis koresponden.
Skenario Pencapaian Indeks Kepuasan Sangat Baik : Skor minimal 75,01
Objek perbaikan fokus pada peningkatan aspek-aspek CV dan CA yang memiliki nilai
kinerja 75 atau kurang. Hal ini merupakan konsekuensi dari dampak yang besar dan
kinerja yang rendah pada aspek-aspek tersebut, sehingga strategi perbaikan diarahkan
hanya pada peningkatan dimensi kinerja dalam level operasional berupa atribut.
Rekomendasi taktis untuk agenda kerja perbaikan pada isu-isu pembangunan disajikan per
area pembangunan dalam format Tabel Rekomendasi sebagai berikut:
Tabel 33. Rekomendasi Area 1
Isu perbaikan Atribut yang harus di perbaiki Nilai capaian eksisting
Nilai Target
Tempat Rekreasi
1. Rancangan tempat rekreasi 74.91 81.29
2. Kelengkapan 61.05 67.43
3. Keamanan 67.07 73.45
4. Pemeliharaan 68.68 75.06
Mutu Layanan Transportasi Umum
1. Rawan kriminalitas 62.11 81.99
2. Aspek waktu (waktu tunggu penumpang. kecepatan perjalanan) 47.61 67.49
3. Perilaku awak (supir / kernet) 52.69 72.57
4. Kelaikan mutu (kendaraan dan supir/kernet) 58.47 78.35
Dekorasi Jalan
1. Kondisi penghijauan jalan di kawasan anda 48.99 71.84
2. Dekorasi (pot bunga. patung. lampu hias. dll) 50.28 73.13
3. Penataan Dekorasi 52.28 75.13
4. Keindahan Dekorasi di simpang jalan 53.8 76.65
Fungsi Pengaman Lalu Lintas
1. Fungsi penerangan jalan umum yang ada di kawasan anda 55.87 73.05
2. Fungsi rambu lalu lintas yang ada saat ini 58.76 75.94
Penataan Lalu Lintas
1. Penataan jalan yang ada saat ini 62.79 77.35
2. Jalan alternatif ke lokasi yang biasa anda tuju 57.85 72.41
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 118
P01/15
Isu perbaikan Atribut yang harus di perbaiki Nilai capaian eksisting
Nilai Target
Kondisi Jalan 1. Kualitas jalan raya yang biasa anda lalui 62.11 76.2
2. Kondisi jalan di wilayah anda 57.85 71.94
Keamanan
1. Kota bandung rawan pemerasan. 54.2 78.62
2. Kota bandung rawan kejahatan. 47.99 72.41
3. Kota bandung rawan pengrusakan. 48.77 73.19
Pengelolaan Sampah
1. Ketersediaan Fasilitas Kebersihan (tong Sampah. Gerobak Sampah Truk sampah. mobil penyapu jalan) dalam menjaga kebersihan.
53.05 76.9
2. Kesadaran Masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. 48.83 72.68
Pasar Modern
1. Manfaat pembangunan mall di Kota Bandung 62.4 72.4
2. Manfaat mini market di wilayah anda 67.88 77.88
Biaya. Persyaratan. dan Pendataan
1. Kewajaran biaya untuk mendapatkan pelayanan pemkot 59.11 77.64
2. Kejelasan persyaratan untuk mendapatkan layanan pemkot 55.49 74.02
3. Akurasi pendataan yang dilakukan oleh pemkot (data KTP. KK. PBB. dll)
55.59 74.12
Penyalahgunaan wewenang
1. Bantuan pemkot tepat sasaran. (raskin. dll) 54.55 75.19
2. Layanan pemkot bebas pungli 53.49 74.13
Perumahan
1. Keterjangkauan harga untuk mendapatkan tempat tinggal layak huni di kota Bandung
38.92 61.72
2. Kelayakan tempat tinggal anda 65.48 88.28
Ketertiban Sosial Kota
1. Keberhasilan pemkot meminimalisir gepeng di wilayah anda. 54.03 78.68
2. Keberhasilan pembinaan pemkot meminimalisir tuna susila di wilayah anda.
50.64 75.29
3. Keberhasilan pemkot menertibkan pengamen di wilayah anda. 45.13 69.78
4. Keberhasilan pemkot menertibkan tempat hiburan malam. 49.76 74.41
Ketertiban sosial setempat
1. Keberhasilan pemkot menertibkan pendatang (lapor RT. surat ket. penduduk musiman).
52.02 72.31
2. Kondisi warga miskin di wilayah anda. 57 77.29
Kelayakan pendapatan Pengajar
1. Kelayakan pendapatan pengajar 58.19 75.01
Penegakan Aturan
1. Ketegasan Pemkot menjalankan peraturan daerah. 52.09 76.22
2. Pembongkaran bangunan oleh Pemkot 51.14 75.27
3. Ketaatan Tata ruang Kota Bandung terhadap aturan. 49.3 73.43
Penanganan Banjir
1. Fungsi gorong-gorong dalam mengatasi banjir. 51.31 80.12
2. Pemeliharaan sungai 42.21 71.02
Penertiban PKL 1. Penertiban PKL 45.88 75.01
Kecepatan dan Prosedur Pelayanan
1. Waktu tunggu untuk mendapatkan pelayanan 49.3 75.23
2. Kecepatan respon pemkot ketika diminta bantuan 48.75 74.68
Bantuan Usaha
1. Kemudahan mendapatkan bantuan kredit dari pemkot 41.22 69.13
2. Manfaat Program pelatihan usaha dari pemkot 50.63 78.54
Kesejahteraan tenaga kerja
1. Kelayakan gaji/upah pekerja/karyawan 42.27 75.23
2. Kepedulian pemkot terhadap keluhan pekerja/karyawan 42.39 75.35
Pengelolaan Parkir
1. Jumlah lahan parkir di kota Bandung 39.62 82.09
2. Keberhasilan penertiban parkir liar 33.17 75.64
3. Dampak parkir di tepi jalan umum atas kelancaran lalulintas 23.85 66.32
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 119
P01/15
Tabel 34. Rekomendasi Area 2
Isu perbaikan Atribut yang harus di perbaiki Nilai capaian eksisting
Nilai Target
Biaya Rekreasi 1. Kemudahan untuk dicapai 72.09 80.49
2. Kewajaran Tarif (untuk yang berbayar) 60.31 68.71
Pemicu Kerawanan di Angkutan Umum
1. Rawan kriminalitas 55.98 76.58
2. Aspek waktu (waktu tunggu penumpang. kecepatan perjalanan) 46.61 67.21
3. Kesesuaian trayek menempuh rute seharusnya (tidak sesuai trayek. tidak sampai ke tujuan)
60.45 81.05
Fungsi pengaman Lalu-lintas
1. Fungsi penerangan jalan umum yang ada di kawasan anda 54.4 72.59
2. Fungsi rambu lalu lintas yang ada saat ini 59.38 77.57
Kondisi Jalan
1. Kualitas jalan raya yang biasa anda lalui 58.09 77.13
2. Kondisi jalan di wilayah anda 53.82 72.86
Keamanan
1. Kota bandung rawan pemerasan. 52.38 76.63
2. Kota bandung rawan kejahatan. 50.18 74.43
3. Kota bandung rawan pengrusakan. 49.88 74.13
Ketersediaan air bersih
1. Kemudahan mendapatkan air tanah. 57.42 81.97
2. Pemenuhan kebutuhan air bersih anda oleh Layanan PDAM 55.49 80.04
Kemudahan mencapai pertokoan
. Kemudahan mencapai pertokoan di wilayah anda 68.02 75.01
Akurasi. Kejelasan. dan penyalahgunaan wewenang
1. Kejelasan persyaratan untuk mendapatkan layanan pemkot 56.88 74.6
2. Akurasi pendataan yang dilakukan oleh pemkot (data KTP. KK. PBB. dll)
55.91 73.63
3. Bantuan pemkot tepat sasaran. (raskin. dll) 61.19 78.91
4. Layanan pemkot bebas pungli 55.94 73.66
Ketertiban sosial setempat
1. Keberhasilan pemkot menertibkan pendatang (lapor RT. surat ket. penduduk musiman).
58.49 76.14
2. Kondisi warga miskin di wilayah anda. 54.97 72.62
Akses menuju pelayanan kesehatan
1. Kemudahan mencapai Puskesmas 67.71 76.54
2. Kemudahan mencapai Rumah Sakit 64.71 73.54
Seni dan Budaya
1. Keberhasilan pemkot melestarikan seni sunda(pencak silat. angklung. jaipong).
65.08 75.46
2. Keberhasilan pemkot melibatkan pemuda untuk melestarikan budaya sunda.
60.93 71.31
3. Penggunaan bahasa sunda dalam percakapan sehari-hari di lingkungan anda
66.67 77.05
Penegakan Aturan
1. Ketegasan Pemkot menjalankan peraturan daerah. 55.13 72.17
2. Pembongkaran bangunan oleh Pemkot 58.36 75.4
3. Ketaatan Tata ruang Kota Bandung terhadap aturan. 56.74 73.78
Pengelolaan Sampah 1. Ketersediaan Fasilitas Kebersihan (tong Sampah. Gerobak Sampah.
Truk sampah. mobil penyapu jalan) dalam menjaga kebersihan. 53.05 81.85
2. Kesadaran Masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. 48.83 77.63
Penataan Pasar tradisional dan pertokoan
1. Kelayakan Kondisi pasar tradisional di wilayah anda 41.93 69.82
2. Penataan Pertokoan di wilayah anda 52.97 80.86
Biaya. Kecepatan. dan Prosedur Pelayanan
1. Prosedur pelayanan 55.94 81.32
2. Waktu tunggu untuk mendapatkan pelayanan 46.96 72.34
3. Kewajaran biaya untuk mendapatkan pelayanan pemkot 50.53 75.91
4. Kecepatan respon pemkot ketika diminta bantuan 46.66 72.04
Bantuan Usaha
1. Kemudahan mendapatkan bantuan kredit dari pemkot 37.11 69.79
2. Manfaat Program pelatihan usaha dari pemkot 43.97 76.65
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 120
P01/15
Isu perbaikan Atribut yang harus di perbaiki Nilai capaian eksisting
Nilai Target
Ketertiban Sosial Kota
1. Keberhasilan pemkot meminimalisir gepeng di wilayah anda. 46.28 74.65
2. Keberhasilan pembinaan pemkot meminimalisir tuna susila di wilayah anda.
50.06 78.43
3. Keberhasilan pemkot menertibkan pengamen di wilayah anda. 41.14 69.51
4. Keberhasilan pemkot menertibkan tempat hiburan malam. 50.07 78.44
Biaya layanan Kesehatan
1. Kemudahan memperoleh Layanan jaminan kesehatan (jasa asuransi kesehatan. BPJS)
54.56 81.2
2. Biaya mendapatkan layanan kesehatan 41.57 68.21
Kepedulian Pemkot terhadap tenaga kerja
1. Keseriusan Pemkot dalam menurunkan tingkat Pengangguran. 40.08 72.7
2. Kepedulian pemkot terhadap keluhan pekerja/karyawan 43.75 76.37
Tabel 35. Rekomendasi Area 3
Isu perbaikan Atribut yang harus di perbaiki Nilai capaian eksisting
Nilai Target
Tempat Rekreasi
1. Rancangan tempat rekreasi 67.61 77.58
2. Keamanan 62.94 72.91
3. Pemeliharaan 63.98 73.95
Dekorasi Jalan
1. Penataan jalan yang ada saat ini 58.2 70.92
2. Jalan alternatif ke lokasi yang biasa anda tuju 66.25 78.97
Fungsi Fasilitas Jalan
1. Kualitas jalan raya yang biasa anda lalui 60.37 75.54
2. Kondisi jalan di wilayah anda 59.31 74.48
Penanganan Banjir
1. Fungsi gorong-gorong dalam mengatasi banjir. 53.73 78.27
2. Pemeliharaan sungai 45.1 69.64
Kewajaran Harga 1. Kewajaran harga kebutuhan hidup di kota Bandung 52.31 75.01
Mutu Layanan
1. Prosedur pelayanan 58.78 76.99
2. Waktu tunggu untuk mendapatkan pelayanan 51.33 69.54
3. Kewajaran biaya untuk mendapatkan pelayanan pemkot 61.05 79.26
4. Kejelasan persyaratan untuk mendapatkan layanan pemkot 57.76 75.97
5. Kecepatan respon pemkot ketika diminta bantuan 45.8 64.01
6. Layanan pemkot bebas pungli 58.78 76.99
Bantuan Usaha 1. Akurasi pendataan yang dilakukan oleh pemkot (data KTP. KK. PBB. dll)
58.92 78.18
2. Bantuan pemkot tepat sasaran. (raskin. dll) 52.76 72.02
Pemukiman
1. Keterjangkauan harga untuk mendapatkan tempat tinggal layak huni di kota Bandung
40.41 63.93
2. Kelayakan tempat tinggal anda 62.57 86.09
Ketertiban sosial setempat
1. Keberhasilan pemkot menertibkan pendatang (lapor RT. surat ket. penduduk musiman).
58.49 78.6
2. Kondisi warga miskin di wilayah anda. 54.97 75.08
Keramahan Masyarakat Kota
1. Keramahan masyarakat di kota Bandung 67.77 71.49
Biaya layanan Kesehatan
1. kemampuan Puskesmas dalam menyembuhkan 52.59 71.74
2. kemampuan rumah sakit dalam menyembuhkan 61.68 80.83
Ketertiban dan dampak parkir
1. Jumlah lahan parkir di kota Bandung 46.82 69.77
2. Kewajaran tarif 55.56 78.51
Sarana Olahraga
1. Kemudahan untuk mencapai Tempat Olah raga 51.13 68.96
2. Keterjangkauan Biaya penggunaan sarana Olah raga 60.38 78.21
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 121
P01/15
Isu perbaikan Atribut yang harus di perbaiki Nilai capaian eksisting
Nilai Target
Kelayakan Transportasi Umum
1. Rawan kriminalitas 50.22 79.01
2. Aspek waktu (waktu tunggu penumpang. kecepatan perjalanan) 42.31 71.1
Ketersediaan air bersih
1. Kemudahan mendapatkan air tanah. 45.67 81.17
2. Pemenuhan kebutuhan air bersih anda oleh Layanan PDAM 34.85 70.35
Penertiban PKL 1. Penertiban PKL 43.7 75.01
Akurasi data
1. Kemudahan mendapatkan bantuan kredit dari pemkot 45.43 70.72
2. Manfaat Program pelatihan usaha dari pemkot 50 75.29
Ketertiban Sosial Kota
1. Keberhasilan pemkot meminimalisir gepeng di wilayah anda. 46.28 75.2
2. Keberhasilan pembinaan pemkot meminimalisir tuna susila di wilayah anda.
50.06 78.98
3. Keberhasilan pemkot menertibkan pengamen di wilayah anda. 41.14 70.06
4. Keberhasilan pemkot menertibkan tempat hiburan malam. 50.07 78.99
Akses menuju pelayanan kesehatan
1. Kemudahan memperoleh Layanan jaminan kesehatan (jasa asuransi kesehatan. BPJS)
52.13 77.94
2. Biaya mendapatkan layanan kesehatan 46.46 72.27
Kesejahteraan pekerja
1. Keseriusan Pemkot dalam menurunkan tingkat Pengangguran. 35.36 76.7
2. Keberadaan pekerja kontrak/outsourcing 32.66 74
Penerimaan Pekerja
1. Kelayakan gaji/upah pekerja/karyawan 36.63 76.52
2. Kepedulian pemkot terhadap keluhan pekerja/karyawan 33.94 73.83
Ketersediaan dan tarif parkir
1. Keberhasilan penertiban parkir liar 37.64 80.2
2. Dampak parkir di tepi jalan umum atas kelancaran lalulintas 27.33 69.89
Tabel 36. Rekomendasi Area 4
Isu perbaikan Atribut yang harus di perbaiki Nilai capaian eksisting
Nilai Target
Tempat Wisata Kuliner
1. Keragaman /variasi Jenis makanan 72.04 85.47
2. Kelengkapan Prasarana 52.12 65.55
3. Keunikan makanan 60.9 74.33
Harga Makanan di Tempat Wisata Kuliner
1. Harga Makanan 69.3 75.01
Sarana Rekreasi
1. Keamanan 69.87 75.9
2. Kenyamanan 68.46 74.49
Kondisi Jalan
1. Kualitas jalan raya yang biasa anda lalui 65 75.09
2. Kondisi jalan di wilayah anda 64.73 74.82
Kelayakan Trotoar dan pohon pinggir jalan
1. Kelayakan trotoar di kawasan anda untuk digunakan pejalan kaki 50.3 74.06
2. Kondisi penghijauan jalan di kawasan anda 46.38 70.14
3. Kekhawatiran atas kondisi pohon di pinggir jalan untuk keselamatan anda [rawan tumbang. menutup rambu jalan]
54.39 78.15
Kelayakan Penyebrangan. Penerangan dan Rambu Jalan
1. Kelayakan penyebrangan yang biasa digunakan 43.77 65.98
2. Fungsi penerangan jalan umum yang ada di kawasan anda 54.6 76.81
3. Fungsi rambu lalu lintas yang ada saat ini 57.83 80.04
Keamanan
1. Kota bandung rawan pemerasan. 58.88 77.67
2. Kota bandung rawan kejahatan. 53.77 72.56
3. Kota bandung rawan pengrusakan. 53.66 72.45
Pengelolaan sampah
1. Ketersediaan Fasilitas Kebersihan (tong Sampah. Gerobak Sampah. Truk sampah. mobil penyapu jalan) dalam menjaga kebersihan.
57.64 78.09
2. Kesadaran Masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. 51.41 71.86
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 122
P01/15
Isu perbaikan Atribut yang harus di perbaiki Nilai capaian eksisting
Nilai Target
Penanganan Banjir 1. Fungsi gorong-gorong dalam mengatasi banjir. 57.58 80.86
2. Pemeliharaan sungai 46.37 69.65
Pasar Modern
1. Kelayakan Kondisi pasar tradisional di wilayah anda 61.65 71.03
2. Penataan Pertokoan di wilayah anda 65.58 74.96
3. Kemudahan mencapai pertokoan di wilayah anda 71.15 80.53
Pasar Tradisional dan Pertokoan
1. Manfaat pembangunan mall di kota Bandung 63.34 70.72
2. Manfaat mini market di wilayah anda 72.11 79.49
Penertiban PKL 1. Penertiban PKL 52.69 75.01
Ketertiban Sosial Kota
1. Keberhasilan pemkot meminimalisir gepeng di wilayah anda. 50.41 74.69
2. Keberhasilan pembinaan pemkot meminimalisir tuna susila di wilayah anda.
53.47 77.75
3. Keberhasilan pemkot menertibkan pengamen di wilayah anda. 45.11 69.39
Pemicu masalah sosial
1. Keberhasilan pemkot menertibkan tempat hiburan malam. 53.81 67.99
2. Keberhasilan pemkot menertibkan pendatang (lapor RT. surat ket. penduduk musiman).
58.69 72.87
3. Keramahan masyarakat di kota Bandung 78.69 92.87
4. Kondisi warga miskin di wilayah anda. 55.41 69.59
Pendidikan 1. Kebijakan PPDB mengakomodasi orang miskin 59.16 75.01
Seni Budaya
1. Keberhasilan pemkot melestarikan seni sunda(pencak silat. angklung. jaipong).
64.93 72.99
2. Keberhasilan pemkot melibatkan pemuda untuk melestarikan budaya sunda.
59.36 67.42
3. Penggunaan bahasa sunda dalam percakapan sehari-hari di lingkungan anda
80.25 88.31
Penegakan Aturan
1. Ketegasan Pemkot menjalankan peraturan daerah. 64.18 75.16
2. Pembongkaran bangunan oleh Pemkot 65.19 76.17
3. Ketaatan Tata ruang Kota Bandung terhadap aturan. 59.33 70.31
Sarana Olah Raga
1. Kemudahan untuk mencapai Tempat Olah raga 60.89 74.28
2. Keterjangkauan Biaya penggunaan sarana Olah raga 61.86 75.25
Sarana Ibadah
1. kenyamanan Tempat Ibadah di wilayah anda . (bersih. indah. rapi) 78.48 79.01
2. Kelengkapan Sarana di tempat Ibadah di wilayah anda (perlengkapan ibadah.air. wifi)
70.55 71.08
Kemacetan 1. Kemacetan 46.98 75.01
Ketersediaan Air Bersih
1. Kemudahan mendapatkan air tanah. 38.49 76.51
2. Pemenuhan kebutuhan air bersih anda oleh Layanan PDAM 35.86 73.88
Ketertiban Sosial
1. Keterjangkauan harga untuk mendapatkan tempat tinggal layak huni di kota Bandung
35.49 61.5
2. Kelayakan tempat tinggal anda 61.95 87.96
Kepedulian Pemkot terhadap Pekerja
1. Keseriusan Pemkot dalam menurunkan tingkat Pengangguran. 41.96 76.18
2. Keberadaan pekerja kontrak/outsourcing 28.61 62.83
Penerimaan Pekerja
1. Kelayakan gaji/upah pekerja/karyawan 35.98 73.25
2. Kepedulian pemkot terhadap keluhan pekerja/karyawan 42.15 79.42
Tata Kelola 1. Jumlah lahan parkir di kota Bandung 35.48 75.01
Ketersedian Tempat Parkir
1. Keberhasilan penertiban parkir liar 41.74 70.69
2. Kewajaran tarif 61.57 90.52
3. Dampak parkir di tepi jalan umum atas kelancaran lalulintas 27.33 56.28
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 123
P01/15
DAFTAR PUSTAKA
BAPPEDA KOTA BANDUNG,BPS KOTA BANDUNG,2014.Indeks Kebahagiaan Kota
Bandung tahun 2014.
Dillon, W.R.; Matthew G., 1984. Multivariate Analysis: Methods and Application, John
Willey and Sons Inc, New York.
Flanagan, J.C., 1954. The Critical Incident Technique, Psychological Bulletin 51: 327-358
Hair, Jr, J.F.; Black, W.C.; Babin, B.J.; Anderson, R.E. ; Tatham, R.L., 2006. Multivariate
Data Analysis, 6th
Ed, Pearson Education Inc, Singapore.
Hayes, B.E., 1997. Measuring Customer Satisfaction, 2nd
Ed, ASQ Quality Press,
Milwaukee, Wisconsin.
Hill, N., 1996. Handbook of Customer Satisfaction Measurement, Gower Publishing
Limited , Vermont, USA.
Johnson, R.A.; Wichern, D.W., 1992. Applied Multivariate Statistical Analysis, Prentice-
Hall Inc, New Jersey.
Latin, J.; Carrol , J.; Douglas.; Green.; Paul.E., 2003. Analyzing Multivariat Data,
Duxbury Applied Series, Canada.
Michael D. Johnson and Anders Gustaffson, 2000. Improving Customer Satisfaction,
Loyalty, and Profit, 1st edition, Jossey-Bass Inc. California
Maholtra, N.K., 1999. Marketing Research An Applied Orientation, 3th
Ed, Prentice-Hall
Inc, New Jersey.
Rencher, Alvin C., 2002. Methods of Multivariate Analysis, 2nd
Ed, John Wiley & Sons,
Inc. United States of America.
Sudman, S.; Blair, E., 1998. Marketing Research A Problem Solving Approach, McGraw-
Hill Companies Inc. Singapore.
Zeithaml, Valarie A., (et.al), 1990, Delivering Quality Services : Balancing Customer
Perceptions and Expectations, The Free Press, A Division of Macmillan Inc., New
York
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 124
P01/15
DAFTAR TABEL
No Nama Tabel Halaman
1. Tabel 1. Strategic Satisfaction Matrix 28
2. Tabel 2 : Segmentasi 31
3. Tabel 3 : Tabulasi silang banyak komentar berdasarkan variabel
umur, pekerjaan, dan daerah
35
4. Tabel 4 : Ukuran sampel per area 37
5. Tabel 5 : Ukuran sampel per RT 37
6. Tabel 6 : Indeks kinerja Walikota 39
7. Tabel. 7 Kategori Indeks Kinerja 39
8. Tabel 8. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga Bandung
Area 1 – CA
53
9. Tabel 9. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga Bandung
Area 1 – CV
58
10. Tabel 10. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga
Bandung Area 1 – MRI
61
11. Tabel 11. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga
Bandung Area 1 – IDWR
66
12. Tabel 12. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga
Bandung Area 2 – CA
69
13. Tabel 13. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga
Bandung Area 2 – CV
72
14 Tabel 14. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga
Bandung Area 2 – MRI
76
15 Tabel 15. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga
Bandung Area 2 – IDWR
79
16 Tabel 16. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga
Bandung Area 3 – CA
82
17 Tabel 17. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga
Bandung Area 3 – CV
86
18 Tabel 18. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga 89
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 125
P01/15
Bandung Area 3 – MRI
19 Tabel 19. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga
Bandung Area 3 – IDWR
93
20 Tabel 20. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga
Bandung Area 4 – Kuadran 1
96
21 Tabel 21. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga
Bandung Area 4 – CV
101
22 Tabel 22. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga
Bandung Area 4 – MRI
103
23 Tabel 23. Level-Level Informasi Model Kepuasan Warga
Bandung Area 4 – IDWR
107
24 Tabel 24 : Tingkat aspirasi 108
25 Tabel 25 : Bidang Perekonomian 110
26 Tabel 26. Bidang Infrastruktur 111
27 Tabel 27. Bidang Birokrasi 111
28 Tabel 28. Bidang Sektoral 112
29 Tabel 29. Bidang Ketenagakerjaan 112
30 Tabel 30 Bidang Kondisi Sosial 112
31 Tabel 31. Bidang Seni dan Budaya 112
32 Tabel 32. Rekapitulasi nilai CA, CV, MRI, dan IDWR di setiap
Area
113
33 Tabel 33. Rekomendasi Area 1 116
34 Tabel 34. Rekomendasi Area 2 118
35 Tabel 35. Rekomendasi Area 3 119
36 Tabel 36. Rekomendasi Area 4 120
Laporan Akhir
Kerjasama Bappeda Kota Bandung & LQC Unpad 126
P01/15
DAFTAR DIAGRAM
No Nama Diagram Halaman
1. Diagram 1 Model Perspektif Pelanggan 5
2. Diagram 2 Proses Teknik Insiden Kritis 7
3. Diagram 3. Tahapan Analisis Korespondensi 17
4. Diagram 4. Metodologi Survey 33
5. Diagram 5 : Peta hasil analisis korespondensi 36
6. Diagram 6. Loyalitas Pemakai Kendaraan Pribadi 42
7. Diagram 7. Kecenderungan Perpindahan dari kendaraan pribadi
ke angkutan umum
42
8. Diagram 8. Strategic Satisfaction Matrix Kota Bandung 44
9. Diagram 9. Tingkat kontribusi masing-masing aspek
pembangunan terhadap indeks kepuasan masyarakat kota
Bandung
50
10. Diagram 10. Strategic Satisfaction Matrix Area 1 52
11. Diagram 11. Strategic Satisfaction Matrix Area 2 68
12. Diagram 12. Strategic Satisfaction Matrix Area 3 81
13. Diagram 13. Strategic Satisfaction Matrix Area 4 94
P01/15 Lampiran - 1
Lampiran 1, Protokol wawancara survei 1 untuk Anak-anak Usia 7-16 tahun
P01/15 Lampiran - 2
P01/15 Lampiran - 3
P01/15 Lampiran - 4
Lampiran 2, Protokol wawancara survei 1 untuk Dewasa usia 17-75 tahun
P01/15 Lampiran - 5
P01/15 Lampiran - 6
P01/15 Lampiran - 7
Lampiran 3, Critical Incident
P01/15 Lampiran - 8
P01/15 Lampiran - 9
P01/15 Lampiran - 10
P01/15 Lampiran - 11
P01/15 Lampiran - 12
P01/15 Lampiran - 13
P01/15 Lampiran - 14
P01/15 Lampiran - 15
P01/15 Lampiran - 16
P01/15 Lampiran - 17
P01/15 Lampiran - 18
P01/15 Lampiran - 19
P01/15 Lampiran - 20
P01/15 Lampiran - 21
Lampiran 4, Kuesioner Survey Persepsi
P01/15 Lampiran - 22
P01/15 Lampiran - 23
P01/15 Lampiran - 24
P01/15 Lampiran - 25
P01/15 Lampiran - 26
P01/15 Lampiran - 27
P01/15 Lampiran - 28
P01/15 Lampiran - 29
Lampiran 5, Diagram Kepuasan Area 1
P01/15 Lampiran - 30
P01/15 Lampiran - 31
P01/15 Lampiran - 32
Lampiran 6, Diagram Kepuasan Area 2
P01/15 Lampiran - 33
P01/15 Lampiran - 34
P01/15 Lampiran - 35
Lampiran 7, Diagram Kepuasan Area 3
P01/15 Lampiran - 36
P01/15 Lampiran - 37
P01/15 Lampiran - 38
Lampiran 8, Diagram Kepuasan Area 4
P01/15 Lampiran - 39
P01/15 Lampiran - 40
P01/15 Lampiran - 41
P01/15 Lampiran - 42
Lampiran 8 : Data Untuk Segmentasi
Umur Pekerjaan Daerah RA RAA RAB RB RC RH RJ RK RL RM RN RO RP
3 0 1 8 0 0 0 0 0 10 0 2 6 5 1 1
3 0 2 15 0 1 1 0 4 6 1 0 4 1 0 2
3 0 3 7 0 0 0 0 0 8 1 0 4 0 1 2
3 0 4 2 0 1 0 0 10 3 3 0 1 6 2 3
3 0 5 7 0 1 0 0 1 7 1 1 7 8 1 3
3 0 6 5 0 0 0 0 2 6 0 0 4 3 0 0
4 0 1 9 0 0 1 0 2 5 0 0 4 0 2 2
4 0 2 9 0 0 0 0 2 9 2 0 1 4 0 1
4 0 3 10 0 0 0 0 0 8 1 0 4 3 5 2
4 0 4 2 0 0 0 0 0 2 0 0 2 2 0 1
4 0 5 4 0 1 0 0 1 5 0 0 7 5 1 2
4 0 6 3 0 0 0 0 3 4 3 0 6 7 0 7
5 1 1 2 0 0 0 2 0 3 0 0 1 2 1 2
5 2 1 3 0 0 0 0 4 5 2 0 1 2 3 2
5 3 1 11 0 0 0 0 2 3 3 0 5 6 1 3
5 4 1 4 0 0 0 2 3 7 2 0 4 3 2 10
5 1 2 9 0 0 1 0 2 6 4 0 5 1 3 1
5 2 2 9 0 0 2 0 4 4 2 1 11 4 1 1
5 3 2 9 0 0 1 0 3 4 1 0 6 6 2 1
5 4 2 9 0 3 0 0 3 7 1 3 4 2 1 0
5 1 3 0 0 0 0 0 0 2 0 1 1 2 0 0
5 2 3 1 0 0 1 0 0 4 0 0 4 2 0 3
5 3 3 6 0 0 0 0 0 11 3 0 2 3 3 1
5 4 3 8 0 1 0 0 1 7 1 2 4 2 1 2
5 1 4 3 0 0 0 0 1 3 0 0 2 0 1 1
5 2 4 3 0 0 0 0 2 2 0 0 0 2 3 6
5 3 4 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2 1 2
5 4 4 5 0 0 0 0 0 8 0 0 1 0 5 2
5 1 5 1 0 0 0 0 3 3 1 0 0 1 4 3
5 2 5 1 0 0 0 0 6 7 5 0 6 6 5 5
5 3 5 3 0 0 0 0 0 9 2 0 4 3 3 3
5 4 5 3 4 0 0 0 0 4 2 1 5 11 4 2
5 1 6 0 0 0 0 0 1 5 1 0 0 2 1 4
5 2 6 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 0
5 3 6 3 0 0 2 2 0 0 0 0 0 2 0 1
5 4 6 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0
6 0 1 6 0 0 0 0 0 7 4 0 13 2 4 5
6 0 2 6 0 0 0 0 0 4 2 0 5 1 1 1
6 0 3 7 0 0 0 0 0 9 0 0 0 2 3 4
6 0 4 4 0 0 0 0 4 5 1 0 2 4 5 4
6 0 5 3 0 0 1 0 1 9 2 0 1 6 7 3
6 0 6 4 0 0 0 0 2 4 0 0 1 5 5 3
Jumlah 208 4 8 10 6 67 218 51 11 139 128 86 101
P01/15 Lampiran - 43
Umur Pekerjaan Daerah RQ RR RS RT RU RV RW RX RY RZ JUMLAH
3 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0 36
3 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 36
3 0 3 1 0 0 0 0 0 0 1 0 2 27
3 0 4 15 0 7 0 0 1 0 0 3 0 57
3 0 5 3 0 4 1 0 0 0 1 4 1 51
3 0 6 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 23
4 0 1 0 0 4 0 0 0 0 0 1 0 30
4 0 2 1 0 1 0 0 0 0 0 2 0 32
4 0 3 2 0 6 0 0 1 0 1 0 0 43
4 0 4 0 0 4 0 0 1 0 0 1 0 15
4 0 5 5 0 0 0 0 1 0 4 6 1 43
4 0 6 1 0 4 1 0 0 0 1 1 0 41
5 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 15
5 2 1 1 0 2 1 0 0 0 0 1 0 27
5 3 1 1 0 2 2 0 0 0 0 3 0 42
5 4 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 38
5 1 2 4 1 3 0 0 0 0 0 0 1 41
5 2 2 4 0 1 0 0 0 0 0 0 0 44
5 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 36
5 4 2 5 2 4 0 0 0 0 3 1 1 49
5 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
5 2 3 4 1 1 0 0 0 0 2 0 0 23
5 3 3 3 0 2 2 6 1 0 1 0 0 44
5 4 3 10 0 2 2 0 1 0 1 4 2 51
5 1 4 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 14
5 2 4 3 0 3 1 1 1 3 2 5 1 38
5 3 4 3 0 2 0 4 0 0 0 4 0 22
5 4 4 0 0 0 0 0 1 0 0 2 1 25
5 1 5 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 21
5 2 5 10 0 5 0 5 0 0 2 3 1 67
5 3 5 2 0 2 3 0 0 0 1 4 0 39
5 4 5 1 2 4 0 0 0 0 1 6 0 50
5 1 6 2 0 1 2 4 2 0 0 0 0 25
5 2 6 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5
5 3 6 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 11
5 4 6 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
6 0 1 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 44
6 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 22
6 0 3 3 0 1 0 0 0 3 0 2 0 34
6 0 4 6 0 4 0 0 0 0 0 1 1 41
6 0 5 6 0 0 0 4 2 0 1 4 1 51
6 0 6 4 0 2 0 0 1 0 0 2 0 33
Jumlah 108 7 80 17 24 16 6 22 64 17 1398