hubungan kecerdasan spiritual terhadap risiko...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP
RISIKO PERILAKU BULLYING SISWA DI SMK YAYASAN
MIFTAHUL JANNAH (YMJ) CIPUTAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
ZIDTI IMAROH
1113104000007
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
ii
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2017
Zidti Imaroh, NIM 1113104000007
ABSTRAK
Kejadian bullying mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dari tahun
2011 hingga agustus 2014, tercatat sebanyak 1480 kasus bullying di sekolah.
Salah satu faktor yang mempengaruhi bullying yaitu kecerdasan yang dimiliki
seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan
antara kecerdasan spiritual terhadap risiko perilaku bullying siswa di SMK
Yayasan Miftahul Jannah Ciputat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
corelational dengan pendekatan cross sectional. 96 orang siswa kelas X dan
kelas XI berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan
kuesioner kecerdasan spiritual dan kuesioner risiko perilaku bullying yang diuji
dengan menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukan dari 96 siswa,
52% memiliki kecerdasan spiritua rendah dengan mayoritas risiko bullying yang
tinggi sebanyak 73%, sementara sisanya 48% siswa yang memiliki kecerdasan
spiritual yang tinggi dengan mayoritas risiko bullying yang rendah sebanyak
68%. Hasil analisis chi-square di dapatkan p-value 0,000 (<0,5), artinya
terdapat hubungan yang bermakna antara kecerdasan spiritual terhadap risiko
perilaku bullying siswa. Pihak sekolah diharapkan dapat melakukan bimbingan
konseling secara berkala, dan menerapkan program anti bullying dengan
meningkatkan kecerdasan spiriitual pada siswa.
Kata Kunci : kecerdasan spiritual, bullying, remaja, sekolah
Referensi : (tahun 2000-2014)
iv
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
UNIVERSITY OF ISLAM STATE SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Thesis, July 2017
Zidti Imaroh, NIM 1113104000007
ABSTRACK
The incidence of bullying increases every year.The incidence of juvenile
delinquency increases every year. From 2011 to Agust 2014, there were 1480
cases of bullying in school. One of the factors that influence bullying one’s
intelligence. This study aims to see whether there is a relationship between
spiritual quotient to the risk of bullying behavior of students in SMK YMJ Ciputat.
This research uses descriptive corelational method with cross sectional approach.
96 student of class nine and class ten participated in this study. This study used a
questionnaire of spiritual quotient and a bullying behavior questionnaire. The
data were collected using chi-square test. The results showed that of 96 students,
52% had low spiritual quotient with the majority of high risk of bullying as much
735 while the remaining 48% of student who have high spiritual quotient with the
majority of low risk of bullying as much 68%. The result of chi-square analysis
obtained p-value 0,000 (<0,5), meaning that there is significant relation between
spiritual qotient to student bullying behavior risk. The school is expected to
conduct periodic counseling guidance, and implement anti bullying program by
improving student spiritual qoutient.
Key woard : Spiritual Quotient , bullying, school bullying
Reference : (year 2000-2014)
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN
vi
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul
HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP RISIKO
PERILAKU BULLYING DI SMK YAYASAN MIFTAHUL JANNAH (YMJ)
CIPUTAT
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:
ZIDTI IMAROH
1113104000007
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc
NIP. 19790210 200501 2 002
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes
NIP. 19650808 1988 03 1002
vii
viii
DAFTTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Zidti Imaroh
Tempat/Tanggal Lahir : Brebes, 05 November 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jalan jendral soedirman Km.01 RT 02/ RW 04,
Laren, Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah
Telepon / HP : 089614013724
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. TK Al-Ishlah Laren 1999 - 2001
2. MI Tarbiyatul Athfal Laren 2001 - 2007
3. SMP Bustanul Ulum Nahdlatul Ulama Bumiayu 2007 - 2010
4. Madrasah Aliyah Negeri Brebes 2 2010 - 2013
5. S1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013 – sekarang
Pengalaman Oraganisasi :
1. Anggota Saka Bhayangkara wartir Bumiayu 2010-2011
2. Anggota aktif Paduan Suara Mahasiswa UIN Jakarta 2014-2016
3. Departemen Attire Paduan Suara Mahasiswa UIN Jakarta 2016-2017
4. Bendahara TATRA HMPSIK UIN Jakarta 2015-2017
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil‟alamiin, tiada kata yang indah untuk diucapkan, selain puji
dan syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi dengan
judul HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP RISIKO PERILAKU
BULLYING DI SMK YAYASAN MIFTAHUL JANNAH (YMJ) CIPUTAT.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak mengalami kesulitan
dan tantangan yang tak terkira, namun berkat pertolongan-Mu Ya Allah serta bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak sehingga proposal skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Maulina Handayani, S.Kp., MSC, selaku Ketua Program Studi dan Ernawati,
S.Kp, M.Kep., Sp.KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ns. Kustati Budi Lestari, M.kep., Sp.An selaku pembimbing 1 dan Ns.
Mardiyanti, M.Kep., MDS selaku pembimbing 2, terima kasih sebesar-besarnya
untuk beliau yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan
dengan sabar kepada saya selama proses pembuatan proposal skripsi ini.
4. Yenita Agus, S.kp.,Mkep.,PHD selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima
kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing, dan memberi
motivasi selama hampir 4 tahun duduk di bangku kuliah.
x
5. Orang tua saya, Bapak H. Kamiluddin, Spdi dan Ibu Hj. Tabi‟ah yang telah
mendidik, mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo‟akan keberhasilan,
serta memberikan bantuan baik moril maupun materiil tak terhingga kepada saya.
Tak lupa, kakakku H. M.Mahfudz, S.pd dan Nurlaila, Spd dan adik-adikku M.
Ishlahul Azman dan Lulu Azkiyah dan seluruh keluarga yang selalu memberikan
semangat,doa tanpa henti dan putus asa.
6. Sahabat-sahabat seperjuangan tercinta PSIK angkatan 2013 , sahabatku TOAK
,TATRA HMPSIK UIN Jakarta dan PSM UIN Jakarta yang senantiasa berbagi
suka duka, canda tawa, ilmu dan pengalaman berharga selama pembelajaran
kuliah maupun dalam proses kegiatan lainnya.
7. Nur Banani Abdillah, Hayu Isviani, Dwi prastika, Mega Saraswati, Annisa Ayu
Safitri, dan Rizki Zahrotul menjadi teman yang selalu mengingatkan hal baik dan
memberikan semangat sepenuhnya untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Serta seluruh pihak yang telah mendukung kelancaran skripsi ini hingga selesai.
Atas bantuan serta segala dukungan yang telah diberikan, semoga Allah SWT.
senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah. Sangat besar harapan saya proposal
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca. Semoga kita semua
senantiasa diberikan petunjuk, limpahan rahmat, hidayah, serta inayah yang tak terhingga
oleh Allah SWT.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
xi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................................... iii
ABSTRACK .........................................................................................................................iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................vi
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................vi
DAFTTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xvii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................................... 8
BAB II ................................................................................................................................. 9
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 9
A. Remaja .................................................................................................................... 9
1. Pengertian Remaja .............................................................................................. 9
2. Klasifikasi Remaja ............................................................................................ 10
3. Ciri-ciri Remaja ................................................................................................ 11
4. Tugas Perkembangan Masa Remaja ................................................................. 13
5. Perubahan Pada Remaja .................................................................................... 15
6. Implikasi Tugas-tugas Perkembangan Remaja Bagi Pendidikan ...................... 16
xii
7. Masalah-masalah yang terjadi pada remaja ...................................................... 17
8. Kenakalan Remaja ............................................................................................ 18
B. Bullying................................................................................................................. 19
1. Definisi Bullying ............................................................................................... 19
2. Faktor-faktor bullying ....................................................................................... 20
3. Bentuk-bentuk bullying ..................................................................................... 23
4. Ciri perilaku bullying ........................................................................................ 24
5. Peran-peran dalam perilaku bullying ................................................................ 25
6. Dampak bullying ............................................................................................... 25
7. Penanggulangan bullying .................................................................................. 26
C. Kecerdasan Spiritual ............................................................................................. 27
1. Pengertian kecerdasan Spiritual (SQ) ............................................................... 27
2. Aspek-aspek Kecerdasan Spiritual .................................................................... 28
3. Kecerdasan Spirtual dalam Islam ...................................................................... 30
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual ................................ 32
5. Fungsi Kecerdasan Spiritual ............................................................................. 34
6. Meningkatkan Kecerdasan Spiritual ................................................................. 35
D. Penelitian Terkait .................................................................................................. 38
E. Kerangka Teori ..................................................................................................... 39
BAB III ............................................................................................................................. 41
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL ...................... 41
A. KERANGKA KONSEP ........................................................................................ 41
B. HIPOTESIS ........................................................................................................... 41
C. DEFINISI OPERASIONAL ................................................................................. 43
BAB IV ............................................................................................................................. 45
METODE PENELITIAN .................................................................................................. 45
A. Desain Penelitian .................................................................................................. 45
B. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................ 45
C. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ............................................................... 49
D. Tahapan Penelitian ................................................................................................ 50
E. Pengolahan Data ................................................................................................... 52
xiii
F. Analisa Data .......................................................................................................... 54
G. Etika Penelitian ..................................................................................................... 55
BAB V .............................................................................................................................. 57
HASIL PENELITIAN ...................................................................................................... 57
A. Gambaran Lokasi Penelitian ................................................................................. 57
B. Analisa Univariat .................................................................................................. 58
1. Gamabaran Demografi Responden ................................................................... 58
2. Gambaran Kecerdasan Spiritual Siswa SMK Yayasan Miftahul Jannah Ciputat
59
3. Gambaran Risiko Perilaku Bullying Siswa di SMK Yayasan Miftahul Jannah
Ciputat ....................................................................................................................... 61
C. Analisa Bivariat .................................................................................................... 62
BAB VI ............................................................................................................................. 66
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 66
A. Analisa Univariat .................................................................................................. 66
B. Analisa Bivariat .................................................................................................... 69
BAB VII ............................................................................................................................ 75
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................... 75
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 75
B. Saran ..................................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 78
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Definisi Operasional ............................................................................ 43
Tabel 4. 1 Distribusi Kuesioner Kecerdasan Spiritual ......................................... 48
Tabel 4. 2 Distribusi Kuesioner Risiko Perilaku Bullying .................................... 49
Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SMK
YMJ Ciputat .......................................................................................................... 58
Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas di SMK YMJ
Ciputat ................................................................................................................... 59
Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Spiritual Siswa di SMK YMJ Ciputat
............................................................................................................................... 59
Tabel 5. 4 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Spiritual Setiap Kelas di SMK YMJ
Ciputat ................................................................................................................... 60
Tabel 5. 5 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Spiritual Antar Jenis Kelamin di SMK
YMJ Ciputat .......................................................................................................... 60
Tabel 5. 6 Distribusi Frekuensi Risiko Perilaku Bullying siswa di SMK YMJ
Ciputat. .................................................................................................................. 61
Tabel 5. 7 Distribusi Frekuensi Risiko Perilaku Bullying Setiap Kelas di SMK
YMJ Ciputat .......................................................................................................... 62
Tabel 5. 8 Distribusi Frekuensi Risiko Bullying Antar Jenis Kelamin di SMK
YMJ Ciputat .......................................................................................................... 62
Tabel 5. 9 Hubungan Kecerdasan Spiritual terhadap Risiko Perilaku Bullying
Siswa SMK Yayasan Miftahul Jannah Ciputat ..................................................... 63
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kerangka Teori............................................................................................. 40
Gambar 3. 1 Kerangka Konsep ......................................................................................... 41
xvi
DAFTAR SINGKATAN
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
EQ : Emotional Quotient
IQ : Intellegence Quotient
KPAI : Komisi Perlindungan Anak Indonesia
SKKRI : Surat Keterangan Kewarganegaraan Republik Indonesia
SMK : Sekolah Menengah Kejuruan
SQ : Spiritual Quotient
YMJ : Yayasan Miftahul Jannah
WHO : World Health Organization
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumen Perizinan
Lampiran 2 Penjelasan Penelitian
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Hasil Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun, sedangkan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah
10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia
menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah
penduduk. Di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau
18% dari jumlah penduduk dunia (WHO, 2014).
Pada remaja terjadi beberapa perubahan diantaranya adalah
perkembangan emosi berkaitan dengan perubahan sosial. Ada dua perubahan
sosial yang terjadi, yang salah satunya adalah remaja akan lebih dekat dengan
teman sebayanya dan memisahkan diri dari orang tua dengan maksud
menemukan jati diri, remaja membentuk kelompok dan mengekspresikan segala
potensi yang dimiliki sehingga hal ini membuat remaja sangat rentan terhadap
pengaruh teman sebaya dalam hal sikap, penampilan dan perilaku. Pada masa ini
remaja cenderung ingin mencoba hal-hal baru, baik hal positif maupun negatif,
hal negatif yang dicoba salah satunya adalah kenakalan remaja.
Menurut Santrock (2007), kenakalan remaja merupakan kumpulan dari
berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi
2
tindakan kriminal. Sedangkan menurut Sudarsono (2012), kenakalan remaja
adalah perubahan atau kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh anak
remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila dan menyalahi
norma-norma agama. Adapun kenakalan remaja yang sering terjadi di sekolah
adalah perilaku bullying.
Bullying merupakan keadaan dimana terjadi penyalahgunaan kekuasaan
atau kekuatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok. Pihak yang kuat
disini tidak hanya kuat secara fisik, akan tetapi bisa juga kuat secara mental, dan
korban bullying tidak mampu mempertahankan dirinya karena lemah secara fisik
maupun secara mental (Yayasan sejiwa, 2008).
Data survei yang dilakukan organisasi di Amerika Serikat pada tahun
2001 mendapatkan hampir tiga per empat anak pra remaja yang diwawancarai
mengungkapkan bahwa bullying adalah peristiwa yang biasa terjadi di sekolah
dan semakin menyebar ketika memasuki SMA (Coloroso, 2007). Data
selanjutnya menurut Departemen Pendidikan Amerika Serikat, lebih dari
13.000.000 siswa mendapatkan perlakuan bullying setiap tahun, oleh karenanya
hampir 160.000 siswa tidak masuk sekolah setiap hari untuk menghindarinya
(Maughan, 2012).
Data yang dihimpun World Vision Indonesia, terjadi peningkatan kasus
bullying pada tahun 2008, terjadi 1.626 kasus, tahun 2009 meningkat hingga
1.891 kasus, 891 antaranya kasus di sekolah (Widowati, 2010). Data pada tahun
2011, yang diterima dari Komisi Nasional Perlindungan Anak menyebutkan
bahwa tahun 2011 bullying masih terus menjadi momok dalam dunia pendidikan
kita. Data yang dirilis Pusat Data dan Informasi, Komisi Nasional Perlindungan
Anak menyebutkan untuk jumlah pengaduan yang masuk, peningkatananya
3
mencapai 98 persen pada tahun 2011, yaitu 2.386 pengaduan dari 1.234 laporan
pada tahun 2010. (Wedhaswary, 2011).
Data lain yang tercatat oleh Yayasan Sejiwa (2008), hasil survei yang
dilakukan pada workshop antibullying (2006) pada sekitar 250 peserta , 94,9%
peserta yang hadir menyatakan bahwa memang terjadi bullying di sekolah-
sekolah di Indonesia. Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI),
pada tahun 2014 kasus bullying menduduki peringkat teratas pengaduan
masyarakat. Dari tahun 2011 hingga Agustus 2014, KPAI mencatat sebanyak
1480 kasus bullying di bidang pendidikan (Setyawan, 2014). Dalam konteks
lingkungan sekolah (school bullying), Riauskina (2005) mengemukakan bahwa
school bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh
seorang atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan terhadap lain yang
lebih lemah dengan tujuan menyakiti.
Priyatna (2010) mengemukakan tidak ada penyebab tunggal dari
bullying. Banyak faktor yang terlibat dalam hal ini, baik itu faktor pribadi anak,
keluarga, lingkungan, bahkan sekolah semua turut mengambil peran. Semua
faktor tersebut, baik yang bersifat individu maupun kolektif, memberi kontribusi
kepada seorang anak sehingga akhirnya dia melakukan tindakan bullying.
Sedangkan Santrock (2007) mengungkapkan bahwa teman sebaya merupakan
aspek terpenting bagi remaja, dan berdasarkan hasil analisis data ditemukan
teman yang mengatakan mereka, berkelahi dengan orang lain demi menjaga
teman-teman mereka yang tertindas atau menunjukan rasa kesetiakawanan
mereka, sedangkan faktor lain yang berpengaruh untuk melakukan perilaku
bullying adalah keluarga. Jadi jelas bullying itu dapat mulai tertanam sejak anak
masih berusia dini sehingga harus ada upaya yang maksimal untuk mencegah
4
tumbuh berkembang di rumah, yang kemudian akan berlanjut ke sekolah
(Priyatna, 2010).
Bullying seringkali dianggap masalah yang sepele, padahal hal ini
merupakan masalah yang cukup serius bagi siswa di Indonesia. Sebuah penelitian
yang dilakukan Maghfiroh & Rahmawati (2009), yang dilakukan pada 73
siswa/siswi di Bantul Yogyakarta, mendapatkan hasil ada hubungan negatif
antara iklim sekolah dengan kecenderungan perilaku bullying, semakin negatif
iklim suatu sekolah makin tinggi kecenderungan perilaku bullying. Sebaliknya
semakin positif iklim sekolah maka makin rendah kecenderungan perilaku
bullying. Peneliti menemukan iklim sekolah memberi sumbangan sebesar 21%
terhadap kecenderungan perilaku bullying.
Menurut Djuwita (2006), siswa korban bullying akan mengalami
permasalahan kesulitan dalam membina hubungan interpersonal dengan orang
lain dan jarang datang ke sekolah. Akibatnya, mereka atau korban bullying
tersebut ketinggalan pelajaran dan sulit berkonsentrasi dalam belajar sehingga hal
tersebut mempengaruhi kesehatan fisik dan mental baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Dari penelitian yang dilakukan oleh Riauskina (2005)
mengemukakan ketika mengalami bullying korban merasakan banyak emosi
negatif seperti marah, dendam, kesal, tertekan, malu dan sedih. Yang paling
ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya
gangguan psikologis pada korban bullying seperti rasa cemas berlebihan, selalu
merasa takut, depresi, ingin bunuh diri dan gejala-gejala gangguan stres pasca
trauma (post traumatic stress disorder).
Menurut Kartono (2011), terjadinya kenakalan remaja juga disebabkan
oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dibagi
5
menjadi empat yaitu : reaksi frustasi negatif, gangguan pengamatan dan
tanggapan, gangguan berfikir dan kecerdasan pada remaja yang salah satunya
kecerdasan spiritual. Tingginya kenakalan remaja saat ini disebabkan karena
rendahnya tingkat kecerdasan spiritual yang dimiliki remaja, sehingga
kemampuan untuk menganalisa setiap permasalahan, mengontrol setiap sikap dan
tingkah laku serta membedakan tindakan yang benar dan salah, kurang dimiliki
remaja (Wijayanti dan „Uyun, 2010). Yusuf (2002) mengatakan bahwa apabila
remaja kurang mendapat bimbingan keagamaan dalam keluarga, kondisi keluarga
yang kurang harmonis, orang tua kurang memberikan kasih sayang dan berteman
dengan kelompok sebaya yang kurang menghargai nilai-nilai agama, maka
kondisi tersebut akan menjadi pemicu berkembangnya sikap dan perilaku remaja
yang kurang baik atau asusila.
Zohar dan Marshal (2007) mengatakan bahwa spiritual mampu
menjadikan manusia sebagai makhluk yang lengkap secara intelektual, emosional
dan spiritual. Zahrani (2005) mengemukakan sesungguhnya manusia yang
mampu menyeimbangkan kepribadian dirinya dalam memenuhi segala kebutuhan
tubuh dan kebutuhan spiritualnya dengan sebaik-baiknya tanpa berlebihan sesuai
dengan cara yang disyariatkan, maka ia telah mampu mewujudkan kesehatan diri
dan jiwanya. Arfani (2014) juga menyimpulkan bahwa kecerdasan spiritual
berkorelasi negatif dengan perilaku bullying, maka kecerdasan spiritual yang
dimiliki seseorang dapat menjadi landasan keimanan yang kuat kepada Tuhan,
tidak mengalami kegelisahan, emosinya cenderung stabil dan dapat menentukan
arah hidup yang jelas.
Dari dampak bullying yang telah dipaparkan di atas dan banyak melihat
fenomena bullying yang terjadi , maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan
6
penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara kecerdasan spiritual terhadap
perilaku bullying siswa di SMK Yayasan Miftahul Jannah (YMJ) Ciputat.
Sekolah dipilih karena bullying dalam pendidikan sebenarnya sudah lama ada
dalam bentuk kekerasan fisik, verbal dan psikologis, kekerasan yang menyakiti
seseorang seperti memukul, menampar, menjitak, meminta paksa barang dan
sebagainya, sehingga menimbulkan penderitaan, kecacatan bahkan sampai
kematian. SMK Yayasan Miftahul Jannah dipilih karena jaraknya dekat dengan
tempat peneliti, sehingga diharapkan akan memudahkan dalam penelitiannya dan
menghemat biaya. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan, dalam
hal ini wawancara terhadap 10 orang siswa didapatkan hasil bahwa terdapat
kejadian bullying di sekolahnya seperti bullying verbal dan psikologis. Peneliti
juga melakukan wawancara terhadap kepala sekolah dan guru bahwa fasilitas
pelayanan untuk bimbingan konseling di SMK Yayasan Miftahul Jannah belum
memadai terkait kendala dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada, selain
itu sekolah juga belum menerapkan program anti bullying.
B. Rumusan Masalah
Perilaku bullying saat ini marak sekali terjadi pada remaja, menunjukkan
bahwa emosi pada remaja cenderung labil. Fenomena bullying telah lama
menjadi bagian dari dinamika sekolah, bullying juga sering kali dianggap
masalah yang sepele padahal hal ini merupakan masalah yang cukup serius bagi
siswa di Indonesia. Tingginya kenakalan remaja saat ini disebabkan juga karena
rendahnya tingkat kecerdasan spiritual yang dimiliki remaja, sehingga
kemampuan untuk menganalisa setiap permasalahan, mengontrol setiap sikap dan
7
tingkah laku serta membedakan tindakan yang benar dan salah, kurang dimiliki
remaja (Wijayanti dan „Uyun, 2010) .
Maka kecerdasan spiritual sangat penting dalam membantu remaja untuk
mengendalikan dan mengontrol dirinya agar tidak tergolong pada kategori remaja
nakal. Keadaan ini mendorong peneliti untuk mengetahui adakah hubungan
antara kecerdasan spiritual dengan perilaku bullying pada siswa-siswi SMK YMJ
Ciputat.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari peneliti ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
kecerdasan spiritual dengan perilaku bullying siswa di SMK YMJ Ciputat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran demografi siswa SMK YMJ Ciputat
b. Mengidentifikasi kecerdasan spiritual pada siswa SMK YMJ Ciputat
c. Mengidentifikasi tingkat risiko perilaku bullying siswa SMK YMJ
Ciputat
d. Mengidentifikasi hubungan antara kecerdasan spiritual terhadap perilaku
bullying siswa SMK YMJ Ciputat.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada setiap instansi
terkait (pihak Sekolah). Diharapkan penelitian tersebut menjadi sumber
informasi kepada pihak sekolah tentang bullying, selain itu untuk para guru dan
orang tua dapat menjadi panutan dan teladan yang baik bagi anak dengan
8
menciptakan budaya yang sehat, norma-norma etika dan moral dan nilai agama
dalam mengasuhnya, sehingga siswa dapat belajar dengan baik dan terhindar dari
perilaku bullying serta menjadi bahan informasi atau tambahan rujukan bagai
peneliti selanjutnya, khususnya bagi mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain deskriptif
korelatif. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa
kuesioner. Penelitian ini adalah penelitian terkait hubungan kecerdasan spiritual
terhadap perilaku bullying siswa SMK Yayasan Miftahul Jannah Ciputat.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja (adolescence) berasal dari bahasa latin, adolescence yang artinya
“tumbuh untuk mencapai kematangan”, secara umum berarti proses fisiologi,
sosial dan kematangan yang dimulai dengan perubahan pubertas (Wong dkk,
2008). Remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi
antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif
dan sosial-emosional. Perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional yang
terjadi berkisar dari perkembangan fungsi seksual, proses berpikir abstrak sampai
pada kemandirian (Santrock, 2007). Menurut Notoatmodjo (2007) menjelaskan
sebagian besar masyarakat sesuai budayanya mengkategorikan remaja pada usia
awal 10-13 tahun dan berakhir pada usia awal 10-13 tahun dan berakhir pada usia
18-22 tahun. Sedangkan menurut WHO (2013) remaja mencakup individu
dengan usia 10-19 tahun, sedangkan remaja menurut SKKRI adalah perempuan
dan laki-laki belum kawin yang berusia 15-24 tahun (Depkes, 2006). Menurut
BKKBN (2011) batasan usia remaja adalah 10-21 tahun.
Remaja dari segi ajaran islam. Dalam islam terdapat kata baligh yang
biasa dikaitkan dengan mimpi. Kata baligh dalam istilah hukum Islam digunakan
untuk penentuan umur awal kewajiban melaksanakan hukum Islam dalam
kehidupan sehari-hari atau dengan kata lain terhadap mereka yang telah baligh
dan berakal, berlakulah seluruh ketentuan hukum Islam. Dapat diketahui bahwa
10
ahli-ahli psikologi telah sepakat tentang berapa usia yang dapat ditentukan
mengenai permulaan masa remaja, yaitu dengan dimulai datangnya haidh
pertama pada wanita dan mimpi pada pria yakni sekitar umur 12-13 tahun dan
masa remaja akhir sekitar umur 21 tahun. Dari penjelasan tersebut, Prof. Dr. Hj
Zakiah Darajat, membagi fase remaja kepada dua tahap yaitu masa remaja
pertama pada usia 13-16 tahun dan masa remaja terakhir pada usia 17-21 tahun.
Jadi berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa masa remaja
adalah masa perubahan fisik dan perkembangan fungsi seksual dari masa kanak-
kanak menuju dewasa yang dimulai dari umur 10-24 tahun dan belum menikah.
2. Klasifikasi Remaja
Masa remaja menurut Wong dan Hockenberrry (2003) dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu :
a. Fase remaja awal (Early Adolescent) pada usia 11-14 tahun. Remaja
dikarakteristikan sebagai awal perubahan pada pubertas dan perubahan
respon atau perilaku.
b. Fase remaja pertengahan (Middle Adolescent) pada usia 15-17 tahun. Remaja
dikarakteristikan dengan transisi atau peralihan yang berorientasi atau lebih
dominan terhadap kawan atau pekerjaan rumah seperti bermusik, cara
berpakaian, penampilan, berbahasa, dan perilaku.
c. Fase remaja akhir (Late Adolescent) pada usia 18-20 tahun. Remaja
dikarakteristikan dengan perubahan atau transisi menuju kedewasaan untuk
dapat peran, mulai bekerja, dan perkembangan hubungan seperti orang
dewasa.
11
3. Ciri-ciri Remaja
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang
kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya
dengan periode sebelum dan sesudahnya, diantaranya yaitu (Hurlock, 1999) :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Pada masa remaja terdapat dua perubahan yaitu perubahan fisik dan
psikologis. Kedua perkembangan tersebut harus sinergi karena pada masa
awal remaja perkembangan fisik dan perkembangan mental terjadi dengan
cepat. Hal-hal itulah yang menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan
perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan bagi remaja adalah apa yang terjadi sebelumnya akan
meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang.
Namun perlu disadari bahwa apa yang telah terjadi akan meninggalkan bekas
dan akan mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru. Struktur psikis
pada remaja berasal dari masa kanak-kanak, dan banyak ciri yang umumnya
dianggap sebagai ciri khas masa remaja yang tidak jelas ini juga
menguntungkan karena memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya
hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling
sesuai bagi dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Terdapat empat perubahan yang hampir bersifat universal, pertama
meningginya emosi yang intesitasnya bergantung pada tingkat perubahan
fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran
yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan
12
masalah baru. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka
nilai-nilai juga berubah. Keempat, sebagian besar remaja bersikap ambivalen
terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan kebebasan dan menuntut
mendapatkannya, tetapi mereka ketakutan untuk bertanggung jawab dan
meragukan kemampuan untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode pasti mempunyai masalahnya sendiri, namun pada masa
remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Ketidakmampuan mereka
untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka yakini
membuat banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tiidak
sesuai dengan harapan mereka.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Menurut teori psikososial Erikson (1968) identitas versus kekacauan
identitas merupakan tahap perkembangan kelima yang dialami oleh remaja.
Pada saat ini individu dihadapkan pada pertanyaan siapa mereka, mereka itu
sebenarnya apa dan kemana meraka menuju dalam hidupnya (Santrock,
2003). Dalam usaha pencarian identitas diri inilah yang dapat mempengaruhi
perilaku remaja.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak
rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku
merusak. Stereotip ini mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap
dirinya sendiri. Menerima stereotip ini dan adanya keyakinan bahwa orang
dewasa mempunyai pandangan yang buruk tentang remaja, membuat
peralihan ke masa dewasa menjadi sulit. Hal ini menimbulkan banyak
13
pertentangan dengan orang tua dan antara orang tua dengan anak terjadi jarak
yang menghalangi anak untuk mengatasi berbagai masalahnya.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana
yang dia inginkan dan bukan sebagaimana adanya. Hal ini menyebabkan
meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Semakin
tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati
dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil
mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia keatangan yang sah, para remaja
menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Oleh karena itu,
remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan
status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-
obatan dan terlibat dalam perubuatan seks. Mereka menganggap bahwa
perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.
4. Tugas Perkembangan Masa Remaja
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk
mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun
tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock dalam Ali (2011)
adalah berusaha :
14
a. Mampu menerima keadaan fisiknya
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis
d. Mencapai kemandirian emosional
e. Mencapai kemandirian ekonomi
f. Mengembangkan konsep dan ketrampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat
g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orang tua
h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan
untuk memasuki dunia dewasa
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga
Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini amat berkaitan
dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal.
Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu
kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu
dengan baik. Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan, diperlukan kemampuan kreatif remaja. Kemampuan
kreatif ini banyak diwarnai oleh perkembangan kognitifnya.
15
5. Perubahan Pada Remaja
a. Perubahan fisik pada remaja
Menurut Santrock (2007) terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada
remaja, termasuk pertumbuhan organ reproduksi (organ seksual) untuk
mencapai kematangan sehingga mampu melangsungkan fungsi
reproduksi. Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda yaitu :
1) Tanda-tanda seks primer yaitu yang berhubungan langsung dengan
organ seks. Terjadinya haid pada remaja putri (menarche) dan
terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki.
2) Tanda-tanda seks sekunder yaitu : pada remaja laki-laki terjadi
perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis, dan buah zakar bertambah
besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar, badan
berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan rambut disekitar kemaluan
dan ketiak. Dan pada remaja putri terjadi perubahan pinggul lebar,
pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesaar, tumbuhnya
rambut disekitar kemaluan (pubis) dan ketiak.
b. Perubahan kejiwaan pada remaja
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan
perubahan fisik yang melputi :
1) Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :
a) Sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi, dan tertawa)
b) Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang
berpengaruh, sehingga misalnya mudah berkelahi.
2) Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi :
a) Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik
16
b) Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin
coba-coba.
6. Implikasi Tugas-tugas Perkembangan Remaja Bagi Pendidikan
Tugas-tugas perkembangan remaja harus dapat diselesaikan dengan
baik, karena akan membawa implikasi penting bagi penyelenggaraan
pendidikan dalam rangka membantu remaja tersebut, yaitu sebagi berikut:
a. Sekolah dan perguruan tinggi perlu memberikan kesempatan melaksanakan
kegiatan-kegiatan nonakedemik melalui berbagai perkumpulan, misalnya
perkumpulan penggemar olahraga sejenis, kesenian, dan lain-lain.
b. Apabila ada remaja putra atau putri bertingkah laku tidak sesuai dengan jenis
kelaminnya, meraka perlu dibantu melalui bimbingan dan konseling.
Demikian juga, apabila seorang wanita lebih mementingkan studi dan
kariernya daripada menaruh perhatiannya menjadi seorang ibu, hendaknya
sekolah turut membantunya agar mereka mampu menerima peranannya
sebagai wanita.
c. Siswa yang lambat perkembangan jasmaninya diberi kesempatan berlomba
dalam kegiatan kelompoknya sendiri. Perlu diberikan penjelasan melalui
bidang studi biologi dan ilmu kesehatan bahwa pada diri remaja sedang
terjadi perubahan jasmani yang bervariasi. Kepada siswa juga diberikan
kesempatan untuk bertanya jawab tentang perkembangan jasmani itu.
d. Pemberian bantuan kepada siswa untuk memilih lapangan pekerjaan yang
sesuai dengan minta dan keinginannya, sesuai dengan sistem kemasyarakatan
yang dianutnya dan membantu siswa mendapatkan pendidikan yang
bermanfaat untuk mempersiapkan diri memasuki pekerjaan. Semua ini
17
hendaknya dilakukan oleh semua personil sekolah, terutama petugas
bimbingan dan konseling, yaitu guru pembimbing atau konselor sekolah.
7. Masalah-masalah yang terjadi pada remaja
Seseorang remaja bisa saja mengalami masalah yang berat dan
memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikannya (Santrock, 2007).
a. Penggunaan obat terlarang, alkohol, dan merokok
Remaja tertarik menggunakan obat-obatan karena mereka yakin bahwa
obat-obatan dapat membantu mereka beradaptasi terhadap lingkungan
yang selalu berubah. Para remaja menganggap dengan merokok dan
minum-minuman keras dapat mengurangi stres, tidak bosan, dan dalam
beberapa situasi dapat membantu remaja untuk melahirkan diri dan
kenyataan dunia. Remaja dapat meraskan perasaan tenang, gembira,
rileks saat memakai obat. Namun penggunaan obat untuk memperoleh
kepuasan pribadi dapat menimbulkan dampak yang sangat merugikan.
b. Kenakalan remaja
Kenakalan remaja mengarah pada berbagai perilaku, mulai dari perilaku
yang tidak dapat diterima secara sosial, pelanggaran, sampai tindakan
kriminal. Biasanya kenakalan ini dilakukan oleh remaja yang gagal
dalam menjalani tugas perkembangannya.
c. Gangguan depresif dan bunuh diri
Pada masa remaja, gejala-gejala depresif daat dilihat dalam berbagai
cara, seperti menuliskan kata-kata yang mengerikan, atau senang
mendengarkan lagu-lagu yang bertema sedih. Gangguan tidur juga dapat
muncul seperti sulit tidur di malam hari. Dengan timbulnya perasaan
deperesi akan membuata remaja menjadi bosan dan enggan untuk
18
melanjutkan hidupnya, sehingga muncul ide-ide untuk bunuh diri dan
usaha bunuh diri di masa remaja.
8. Kenakalan Remaja
a. Pengertian kenakalan remaja
Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja
yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal
(Santrock, 2007). Sedangkan menurut Sudarsono (2012) kenakalan
remaja adalah perbuatan atau kejahatan yang dilakukan oleh anak remaja
yang bersifat melawan hukum, anti susila, dan menyalahi norma-norma
agama.
b. Jenis-jenis kenakalan remaja
Jensen (1985) membagi kenakalan remaja menjadi 4 jenis, yaitu :
1) Kenakalan remaja yang menimbulkan korban fisik pada orang lain.
Misalnya : perkelahian, pembunuhan, perampokan, dan lain-lain.
2) Kenakalan yang menimbulkan korban materi. Misalnya : pencurian,
perusakan, pemerasan, dan lain-lain.
3) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak oranglain.
Misalnya : pelacuran, penyalahgunaan obat, dan lain-lain.
4) Kenakalan yang melawan status. Misalnya : mengingkari status
sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua
dengan cara pergi dari rumah, dan lain-lain. (Sarwono, 2012)
19
B. Bullying
1. Definisi Bullying
Bullying berasal dari bahasa Inggris (bully) yang berarti menggertak atau
mengganggu. Dalam Kamus Bahasa Indonesia bullying diartikan sebagai
perilaku “menggertak” atau “menggencet” namun persamaan kata tersebut
dirasa belum tepat untuk mempersentasikan bullying itu sendiri sehingga
untuk pembahasan selanjutnya, kata bullying akan tetap dipakai. Definisi
bullying menurut Flynt dan Marton (2006) menyebutkan perilaku bullying
adalah perilaku agresi yang dilakukan secara bebas dengan tujuan melukai
orang lain secara penuh dan dilakukan secara terus menerus.
Menurut Ken Rigby (dalam Astuti, 2008) bullying adalah sebuah hasrat
untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan kedalam aksi, menyebabkan
seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau
sekelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang dan
dilakukan dengan perasaan senang. Sedangkan definisi lain menyebutkan
bahwa Bullying adalah suatu keadaan dimana terjadi penyalahgunaan
kekuasaan atau kekuatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok.
Pihak yang kuat disini tidak hanya kuat secara fisik, akan tetapi bisa juga
kuat secara mental, dan korban bullying tidak mampu mempertahankan
dirinya karena lemah secara fisik maupun secara mental (Yayasan Sejiwa,
2008).
Menurut Olweus (2003) bullying adalah perilaku yang menyakiti
seseorang atau sekelompok orang baik dalam bentuk kekerasan fisik, verbal,
ataupun psikologis. Tindakan ini bisa dengan mudah dikenali, diantaranya
20
adalah pelecehan, diskriminasi, intimidasi, pengucilan, ejekan, dan kekerasan
nonfisik lainnya. Dampaknya bukan hanya pada fisik tetapi aspek psikologis,
apalagi bagi anak-anak usia sekolah yang sangat rentan menciptakan awal
yang buruk bagi masa depannya. Dampak paling fatal yang sangat ditakutkan
adalah bagi perkembangan psikologi anak itu sendiri. Karena konsekuensi
logisnya bisa menjadi efek negatif yang permanen dan merusak masa depan
anak yang khususnya ada dalam kondisi yang transisional. Anak yang
menjadi korban bullying umumnya akan terlihat enggan pergi ke sekolah,
roman wajah muram dan prestasi akademik menurun.
Dari definisi menurut ahli diatas dapat disimpulkan bullying adalah suatu
perbuatan yang dilakukan seseorang yang dilakukan secara sengaja dengan
tujuan melukai orang lain dan dilakukannya secara terus menerus, perbuatan
tersebut dapat berupa fisik maupun secara mental.
2. Faktor-faktor bullying
Tindakan bullying mencerminkan bahwa bullying adalah masalah penting
yang dapat terjadi di setiap sekolah jika tidak terjadi hubungan sosial yang
akrab oleh sekolah terhadap komunitasnya, yakni murid, staf, masyarakat
sekitar, dan orang tua murid. Menurut Sulvian (2004) faktor-faktor bullying
antara lain disebabkan sebagai berikut :
a. Perbedaan kelas (senioritas), ekonomi, agama, jender,
etnisitas/rasisme.
b. Senioritas, sebagai salah satu perilaku bullying, seringkali pula justru
diperluas oleh siswa sendiri sebagai kejadian yang bersifat laten.
Keinginan mereka untuk melanjutkan masalah senioritas adalah
21
untuk hiburan, penyaluran dendam, iri hati, atau mencari popularitas,
melanjutkan tradisi atau untuk menunjukkan kekuasaan.
c. Keluarga yang tidak rukun
d. Situasi sekolah yang tidak harmonis atau diskriminatif
e. Karakter individu atau kelompok, seperti :
1) Dendam atau iri hati;
2) Adanya semangat ingin menguasai korban dengan kekuatan fisik
dan daya tarik seksual; dan
3) Untuk meningkatkan popularitas pelaku di kalangan teman
sepermainan (peer group)-nya
4) Pemahaman nilai yang salah atas perilaku korban.
Sedangkan menurut Verlinden (2000) dalam Yusuf&Fahrudin, (2012),
terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi anak menjadi
seorang pelaku tindakan bullying adalah sebagai berikut :
a. Faktor Individu
Faktor utama yang mempengaruhi perilaku bullying yaitu pelaku
tindakan bullying dan korban bullying.
1) Pelaku tindakan bullying
Pelaku tindakan bullying cenderung menganggap dirinya
senantiasa diancam dan berada dalam bahaya. Biasanya
pembuli memiliki kekuatan secara fisik, namun tidak
memiliki perasaan bertanggung jawab terhaap tindakan yang
telah dilakukan.
2) Korban bullying
22
Korban bully adalah seseorang yang menjadi sasaran
berbagai tingkah laku agresif. Anak-anak yang menjadi
korban biasanya menonjolkan perilaku internal seperti
bersikap sensitif, pendiam, pasif dan tidak membalas jika
dirinya diserang oleh musuhnya.
b. Faktor keluarga
Latar belakang keluarga memiliki peranan penting dalam
membentuk perilaku-perilaku agresif seperti bullying. Orang tua
yang sering bertengkar cenderuk membentuk anak-anak yang
berisiko untuk menjadi lebih agresif. Anak yang mendapatkan
kasih sayang yang kurang berpotensi untuk menjadi perilaku
tindakan bullying.
c. Faktor teman sebaya
Teman sebaya juga memainkan peranan yang penting terhadap
perkembangan tingkah laku bully, sikap anti sosial dan tingkah
laku dikalangan remaja. Kehadiran teman sebaya , secara tidak
langsung membantu pelaku tindakan bullying dan pelaku juga
memperoleh dukungan kekuasan dan popularitas dari teman
sebayanya.
d. Faktor media
Remaja zaman modern ini banyak di manjakan oleh teknologi
yang canggih sehingga remaja lebih mudah untuk mengaksesnya,
tingkah laku yang sering ditayangkan di televisi, media elektronik
dan media sosial akan mempengaruhi tingkah laku kekerasan
anak-anak dan remaja.
23
e. Faktor self-control
Kontrol diri dapat mempengaruhi korban bullying melalui
interaksi dengan jenis kelamin dan ukuran berat badan, serta
kekuatan.
3. Bentuk-bentuk bullying
Menurut Astuti (2008) menjelaskan bentuk-bentuk bullying sebagai berikut :
a. Fisik adalah menganiaya secara fisik , seperti menggigit, mengunci,
menarik rambut, memukul, menendang dan mengintimidasi korban
di ruangan atau dengan mengitari, memelintir, menonjok,
mendorong, mencakar, meludahi, mengancam, merusak barang-
barang korban, penggunaan senjata dan perbuatan kriminal.
b. Non fisik terbagi dalam bentuk verbal dan non-verbal
1) Verbal : berkata-kata yang menyakitkan korban, mengatai,
memeras, mengancam, menghasut, intimidasi, berkata jorok pada
korban, menyebarkan kejelakan korban.
2) Non Verbal , terbagi menjadi langsung dan tidak langsung :
a) Tidak langsung : seperti memanipulasi pertemanan,
mengasingkan, tidak mengikutsertakan, mencurigai.
b) Langsung : seperti gerakan kasar atau membahayakan,
menatap dengan sinis, menggeram, atau menakuti.
Menurut Yayasan Sejiwa (2008), bentuk-bentuk perilaku bullying adalah
fisik, verbal, dan mental atau psikologis, contoh bullying mental atau
psikologis adalah mempermalukan didepan umum, mendiamkan,
24
mengucilkan, meneror lewat sms atau email, memandang yang
merendahkan, memelototi dan mencibir.
4. Ciri perilaku bullying
Menurut Astuti (2004), dapat diamati bahwa pelaku bullying mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut :
a. Hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial siswa di
sekolah
b. Menempatkan diri di tempat tertentu di sekolah atau sekitarnya
c. Merupakan tokoh popular di sekolah
d. Gerak-geriknya seringkali dapat ditandai : sering berjalan di depan,
sengaja menabrak, berkata kasar, dan menyepelekan atau
melecehkan.
Sedangkan ciri-ciri korban yang mengalami tindakan bullying antara lain:
1) Pemalu atau pendiam
2) Bodoh atau dungu
3) Mendadak menjadi penyendiri atau pendiam
4) Sering tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak jelas
5) Berperilaku aneh atau tidak biasa (takut atau sering marah tanpa
sebab, mencorat-coret, dsb)
Berdasarkan penjelasan di atas, ciri-ciri pelaku bullying adalah
diantaranya yang sering berkelompok, berkuasa ataupun tokoh yang
popular di sekolah, sedangkan ciri-ciri korban bullying ialah pemalu,
pendiam, sering tidak masuk sekolah karena alasan yang tidak jelas
dan anak yang tiba-tiba berperilaku aneh (tidak biasa).
25
5. Peran-peran dalam perilaku bullying
Terjadinya bullying di sekolah menurut Salmivalli(1996) merupakan
proses dinamika kelompok dan di dalamnya ada pembagian peran. Peran-
peran dalam perilaku bullying tersebut diantaranya adalah :
a. Bully yaitu siswa yang dikategorikan sebagai pemimpin, berinisiatif dan
aktif terlibat dalam perilaku bullying.
b. Asisten bully yaitu yang terlibat aktif dalam perilaku bullying, namun ia
cenderung bergantung atau mengikuti perintah bully.
c. Rinfocer adalah mereka yang ada ketika kejadian bullying terjadi, ikut
menyaksikan, menetertawakan korban, memprofokasi bully, mengajak
siswa lain untuk menonton dan sebagainya.
d. Defender adalah orang-orang yang berusaha membalas dan membantu
korban, sering kali akhirnya mereka menjadi korban juga.
e. Outsider adalah orang-orang yang tahu bahwa hal itu terjadi, namun
tidak melakukan apapun, seolah-olah tidak peduli.
6. Dampak bullying
Riauskima mengemukakan ketika mengalami bullying , korban
merasakan banyak emosi negatif seperti marah, dendam, kesal, tertekan,
takut, malu dan sedih). Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini
adalah kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban
bullying seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin
bunuh diri dan gejala-gejala gangguan stres pasca trauma (post traumatic
stress disorder). Anak yang menjadi korban bullying atau tindakan kekerasan
fisik, verbal ataupun psikologis di sekolah akan mengalami trauma besar dan
depresi yang akhirnya bisa menyebabkan gangguan mental di masa yang
26
akan datang. Gejala-gejala kelainan mental yang biasanya muncul pada masa
kanak-kanak secara umum terbukti anak tumbuh menjadi orang yang
pencemas, sulit berkonsentrasi, mudah gugup dan takut, hingga tak bisa
berbicara.
Sedangkan menurut Djuwita (2005), korban bullying juga merasakan
stres, depresi, benci terhadap pelaku, dendam, ingin keluar sekolah, merana,
malu, tertekan, terancam, bahkan ada yang menyilet-nyilet tangannya. Siswa
korban bullying akan mengalami permasalahan kesulitan dalam membina
hubungan interpersonal dengan orang lain dan jarang datang ke sekolah.
Akibatnnya, mereka para korban bullying ketinggalan pelajaran dan sulit
berkonsentrasi dalam belajar sehingga hal tersebut mempengaruhi kesehatan
fisik dan mental baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, selain itu
dampak bullying menjadikan konsep diri sosial korban bullying menjadi lebih
negatif karena korban merasa tidak terima oleh teman-temannya, selain itu
dirinya juga mempunyai pengalaman gagal yang terus-menerus dalam
membina pertemanan , yaitu di bully oleh teman dekatnya sendiri.
7. Penanggulangan bullying
Kejadian bullying ini sering terjadi di sekolah dan dampak dari bullying
ini sangat besar, seharusnya bullying ini menjadi lebih diperhatikan bagi
seluruh elemen yang ada. Di Indonesia program untuk menghentikan bullying
belum dipikirkan secara khusus oleh sekolah atau Departemen Pendidikan,
padahal untuk menangani bullying ini memerlukan metode penanganan yang
khusus dan dilakukan oleh guru atau petugas khusus yang telah dilatih
mengenai bullying (Astuti, 2008).
27
Ada beberapa program yang telah dibuat oleh para ahli di bidang
pendidikan dan psikologi untuk menanggulangi perilaku bullying di sekolah.
Salah satu program anti bullying tersebut adalah program SAHABAT yang
dikembangkan oleh Astuti (2008). Program ini mengutamakan nilai-nilai tika
yang mengandung nilai-nilai sosial dan kultural persahabatan. Elemen etika
itu berupa “kasih SAyang, HArmoni, Baik-budi, bertAnggung jawab, dan
persaTuan. Program SAHABAT melibatkan semua pihak yang berada di
sekolah termasuk orangtua. Aktivitas tersebut dapat berupa support network,
kampanye dan penelitian.
C. Kecerdasan Spiritual
1. Pengertian kecerdasan Spiritual (SQ)
Kecerdasan spiritual menurut Zohar dan Marshall (2001) adalah
kecerdasan yang dapat membantu kita menyembuhkan dan membangun diri
kita secara utuh dan juga kecerdasan yang berada di bagian diri yang dalam
berhubungan dengan kearifan di luar ego atau pikiran sadar. Kecerdasan
spiritual juga sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku
dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dibanding dengan yang lain. Ary Ginanjar (2007) menyatakan
bahwa kecerdasan spiritual adalah suatu kemampuan untuk memberi makna
ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan
pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan
memiliki pola pemikiran tauhidi (integralistik) serta berprinsip “hanya karena
28
Tuhan”. Ary Ginanjar (2007) menekankan bahwa kecerdasan spiritual adalah
perilaku atau kegiatan yang kta lakukan merupakan ibadah kepada dan
penyandaran hanya kepada Allah dalam kehidupan manusia.
Dari bebrapa pengertian diatas , penulis mengambil kesimpulan bahwa
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dimiliki manusia yang dapat
membangun manusia dalam menyelesaikan masalah dikehidupannya
dikaitkan dengan ibadah dan melalui langkah-langkahnya bersifat fitrah yang
berprinsip lillahita’ala (hanya karena Allah).
2. Aspek-aspek Kecerdasan Spiritual
Menurut Zohar dan Marshall tanda-tanda dari SQ dengan baik mencakup
hal-hal berikut :
a. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif), dapat
menempatkan diri dan menerima pendapat orang lain secara terbuka
b. Tingkat kesadaran diri yang tinggi, tingkat kesadaran diri yang tinggi
seperti kemampuan autocritism dan mengerti tujuan serta visi hidupnya.
c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan,
kemampuan seseorang dalam menghadapi penderitaan dan menjadikan
penderitaan yang dialami sebagai motivasi untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih baik dikemudian hari serta tersenyum dan bersikap
tenang.
d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, kemampuan
seseorang dimana disaat dia menghadapi rasa sakit, dia akan menyadari
keterbatas dirinya dan menjadi lebih dekat dengan Tuhan dan yakin
bahwa hanya Tuhan yang akan memberikan kesembuhan serta
29
kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakitnya, ditandai
juga dengan munculnya sikap ikhlas dan pemaaf.
e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, kualitas hidup
seseorang yang dalam proses kehidupannya berpegang pada nilai-nilai
yang mampu mendorong untuk mencapai tujuan tersebut, sperti prinsip
dan pegangan hidup dan berpijak pada kebenaran.
f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, seseorang
yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi mengetahui bahwa ketika
dia merugikan orang lain, maka berarti dia merugikan dirinya sendiri
sehingga mereka enggan untuk melakukan kerugian yang tidak perlu.
Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu misalnya
menunda pekerjaan dan cenderung berpikir sebelum bertindak.
g. Berpikir secara holistik, kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara
berbagai hal atau memiliki pandangan yang holistik yakni mampu untuk
berpikir secara logis dan berlaku sesuai dengan norma sosial.
h. Kecenderungan untuk bertanya mengapa dan bagaimana jika untuk
mencari jawaban-jawaban yang mendasar, kecenderungan menanyakan
“mengapa” atau “bagaimana” jika akan mencari jawaban-jawaban yang
mendasar dan memiliki kemampuan untuk berimajinasi serta memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi.
i. Menjadi pribadi mandiri, yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja
melawan konvensi (adat dan kebiasaan sosial), seperti mau memberi dan
tidak mau menerima dan tidak tergantung dengan orang lain.
30
3. Kecerdasan Spirtual dalam Islam
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir bahwa kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan qalbu yang berhubngan dengan kualitas bathin seseorang.
Kecerdasan ini mengarahkan seseorang untuk berbuat lebih manusiawi,
sehingga dapat menjangkau nilai-nilai luhur yang mungkin belum tersentuh
oleh pikiran manusia. Kecerdasan spiritual dalam Islam termasuk dalam
kecerdasan qalbu. Qalbu adalah hati nurani yang menerima limpahan cahaya
kebenaran ilahiah, yaitu ruh. Di dalam qalbu, terhimpun perasan moral ,
mengalami dan menghayati tentang benar salah, baik buruk, dan lain-lain.
(Toto, 2011). Menurut Ary Ginanjar kecerdasan spiritual adalah kemampuan
untuk memberi makan spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan,
serta mampu menyinergikan IQ, EQ dan SQ secara komperhensif.
Sedangkan menurut Toto Tasmara, ada lima mengenai akhlak mulia
kecerdasan spiritual, yaitu :
a. Shiddiq
Salah satu dimensi kecerdasan ruhaniah terletak pada nilai
kejujuran yang merupakan mahkota kepribadian orang-orang mulia
yang telah dijanjikan Allah akan memperoleh limpahan nikmat dari-
Nya. Seseorang yang cerdas secara ruhaniah, senantiasa memotivasi
dirinya dan berada dalam lingkungan orang-orang yang memberikan
makna kejujuran.
Shiddiq adalah orang benar dalam semua kata, perbuatan, dan
keadaan batinnya. Hati nuraninya menjadi bagian dari kekuatan
dirinya karena dia sadar bahwa segala hal yang akan mengganggu
ketentraman jiwanya merupakan dosa. Dengan demikian, kejujuran
31
bukan datang dari luar, tetapi ia adalah bisikan qalbu yang secara
terus-menerus mengetuk-ngetuk dan memberikan percikan cahaya
illahi.
b. Istiqamah
Istiqamah diterjemahkan sebagai bentuk kualitas batin yang
melahirkan sikap konsisten (taat asaz) dan teguh pendirian untuk
menegakkan dan membentuk sesuatu menuju pada kesempurnaan
atau kndisi yang lebih baik, sebagaimana kata (taqwim) merujuk pula
pada bentuk yang sempurna (qiwam).
c. Fathanah
Fathanah diartikan sebagai kecerdasan, kemahiran, atau
penguasan terhadap bidang tertentu padahal makna fathanah merujuk
pada dimensi mental yang sangat mendasar dan menyeluruh. Seorang
yang memiliki sikap fathanah, tidak saja menguasai bidangnya,
tetapi memiliki dimensi ruhani yang kuat. Keputusan-keputusan
menunjukkan kemahiran seorang profesional yang didasarkan pada
sikap moral atau akhlak yang luhur, memiliki kebijaksanaan, atau
kearifan dalam berfikir dan bertindak.
d. Amanah
Amanah menjadi salah satu dari aspek ruhaniah bagi kehidupan
manusia, seperti halnya agama dan amanah yang dipikulkan Allah
menjadi titik awal dalam perjalanan manusia menuju sebuah janji.
e. Tabligh
Mereka yang memilki sifat tabligh mampu membaca suasana
hati orang lain dan berbicara dengan kerangka pengalaman secara
32
lebih banyak belajar dari pengalaman menghadapi persoalan-
persoalan hidup.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual
Zohar dan Marshall mengungkapkan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kecerdasan spiritual, yaitu :
a. Sel saraf otak
Otak menjadi jembatan antara kehidupan batin dan lahiriah kita.
Ia mampu menjalankan semua ini karena bersifat kompleks,
luwes, adaptif dan mampu mengoorganisasikan diri. Menurut
penelitian yang dilakukan pada era 1990-an dengan menggunakan
MEG (Magneto- Encephalo- Graphy) membuktikan bahwa osilasi
sel saraf otak pada rentang 40 Hz merupakan basis bagi
kecerdasan spiritual.
b. Titik Tuhan
Dalam penelitian Rama Chandra menemukan adanya bagian
dalam otak, yaitu lobus temporal yang meningkat ketika
pengalaman religius atau spiritual berlangsung. Dia menyebutnya
sebagai titik Tuhan atau God Spot. Titik Tuhan memainkan peran
biologis yang merupakan syarat mutlak dalam kecerdasan
spiritual. Namun demikian, titik Tuhan merupakan syarat mutlak
dalam kecerdasan spiritual. Perlu adanya integrasi anatara seluruh
bagian otak, seluruh aspek dari dan seluruh segi kehidupan.
Menurut Yusuf (2002) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan spiritual anak, yaitu :
33
1) Faktor pemabawa (internal)
Sejak lahir setiap manusia sudah dibekali dengan akal dan kepercayaan
terhadap suatu zat yang mempunyai kekuatan untuk mendatangkan
kebaikan atau kemudhorotan seperti yang telah difirmankan Allah SWT,
dalam Al-qur;an surat Ar-Rum ayat 30.
2) Faktor lingkungan (eksternal)
Menurut Yusuf (2002) yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Adanya
kesesrasian antara keluarga, sekolah dan masyarakat akan dapat
memberikan dampak positif bagi anak, termasuk dalam pembentukan
jiwa keagamaan dalam diri anak. Adapun penjelasan masing-masing
lingkungan adalah sebagai berikut :
a) Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi
setiap anak. Tentunya dalam hal ini orang tua menjadi orang yang
paling bertanggung jawab dalam menumbuhkembangkan kecerdasan
beragama pada anak, peran orang tua dibebankan tanggung jawab
untuk membimbing potensi kesadaran beragama dan pengalam
agama dalam diri anak secara nyata dan benar.
b) Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak-anak
setelah keluarga, karena hampir setengah hari anak menghabiskan
waktunya bersama teman dan gurunya di sekolah. Tentunya segala
sesuatu yang ada disekolah akan menjadi model anak untuk ditiru.
c) Lingkungan Masyarakat
34
Lingkungan masyarakat merupakan situasi atau kondisi interaksi
sosial dan sosiokultural yang secara potensi berpengaruh terhadap
perkembangan fitrah beragama atau kesadaran beragama individu.
5. Fungsi Kecerdasan Spiritual
Menurut Zohar & Marshall (2007) fungsi kecerdasan spiritual antara lain:
a. Kecerdasan yang digunakan dalam masalah eksistensi, yaitu ketika kita
secara pribadi mersa terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiiran,
dan masalah masa lalu kita akibat penyakit dan kesedihan.
b. SQ menjadikan kita sdar bahwa kita memiliki masalah eksistensial dan
membuat kita mampu mengatasinya, karena SQ memberi kita semua rasa
yang dalam menyangkup perjuangan hidup.
c. Kecerdasan yang membuat manusia mempunyai pemahaman tentang
siapa dirinya dan apa makna segala sesuatu baginya, dan bagaimana
semua itu memberikan suatu tempat di dalam dunia kepada orang lain
dan makna-mana mereka
d. SQ sebagai landasan bagi seseorang untuk memfungsikan IQ dan EQ
secara efektif. Karena, SQ merupakan puncak kecerdasan manusia
e. Kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam
konteks makna yang lebih luas dan kaya. Sehingga manusia menjadi
kreatif, luwes, berwawasan luas, berani, optimis dan fleksibel karena ia
terkait langsung dengan problem-problem eksistensial yang selalu ada
dalam kehidupan
f. Kecerdasan yang dapat memberikan rasa moral, kemampuan
menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dan cinta
35
serta kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahaman
sampai pada batasnya. Karena, dengan memiliki SQ memungkinkan
seseorang bertanya apakah saya memang ingin berada pada situasi
tersebut atau tidak intinya, SQ berfungsi mengarahkan situasi.
g. Kecerdasan yang dapat menjadikan lebih cerdas secara spiritual dalam
beragama. Sehingga seseorang yang memiliki SQ yang tinggi tidak
berpikiran yang ekslusif, fanatik dan berprasangka baik.
6. Meningkatkan Kecerdasan Spiritual
Secara umum, dalam meningkatkan kecerdasan spiritual menurut Zohar
dan Marshall (2007) adalah dengan mengenali diri sesndiri dan selalu
bertanya mengapa, untuk mencari keterkaitan antara segal sesuatu, untuk
membawa ke permukaan asumsi-asumsi mengenai makna di balik atau di
dalam sesuatu, menjadi lebih suka merenungi diri, lebih jujur terhadap diri
sendiri dan lebih pemberani. Kesadaran terhadap diri sendiri merupakan
langkah awal dalam meningkatkan kecerdasan spiritual. Selain itu, ada 6
jalan untuk bisa cerdas secara spirtual, yaitu :
a. Jalan 1 : Jalan tugas
Jalan ini ditempuh oleh manusia yang konvensional. Yaitu manusia yang
melaksanakan tugas atau kewajiban yang telah diembankan Tuhan secara
optimal sesuai dengan kemampuannya.
b. Jalan 2 : Jalan pengasuhan
Jalan ini ditempuh oleh manusia sebagai makhluk sosial, pengabdiannya
terhadap Tuhan diwujudkan dengan membantu sesama manusia atau
memberikan pengabdian sosial kepada masyarakat. Jalan ini sangat
36
cocok untuk orang-orang seperti : perawat, guru, dan setiap orang yang
berjiwa sosial.
c. Jalan 3 : Jalan pengetahuan
Jalan yang ditempuh manusia dengan mengabdikan diri melalui jalur
ilmu pengetahuan. Jalan ini sangat cocok bagi mereka yang latar
belakang akademik, intelektual, atau yang berminat pada ilmu
pengetahuan, sekecil apapun.
d. Jalan 4 : Jalan perubahan pribadi
Sebuah upaya untuk pengabdia diri lewat latihan-latihan mistik dan
spiritual. Jalan ini sangat cocok bagi mereka yang berlatar belakang seni.
e. Jalan 5 : Jalan persaudaraan
Sebuah upaya pengabdian kepada Tuhan lewat jalur pengorbanan akan
kepentingan diri demi kepentingan manusia yang lebih banyak.
f. Jalan 6 : Jalan pemimpin yang penuh pengabdian
Sebuah upaya pengabdian kepada Tuhan lewat jalan pengabdian kepada
orang-orang yang berada di bawah kekuasaannya sedemikian sehingga
pemimpin sebenarnya adalah pengabdian kepad umatnya.
Namun menurut Zohar & Marshall (2007), meskipun dari masing-masing
keenam jalan spiritual itu berbeda untuk mendapatkan kecerdasan
spirtual lebih tinggi, karena untuk mendapatkan kemajuan, setiap jalan
harus melalui langkah berikut :
1) Langkah 1 : Menyadari situasi
Pada tahap ini, dituntut upaya untuk menggali kesadaran diri,
sehingga menjadi kebiasaan untuk merenungkan diri. Kecerdasan
37
spiritual yang paling tinggi adalah menyelami diri hingga yang
paling dalam, menilai diri sendiri dan perilaku dari waktu ke waktu.
2) Langkah 2 : Ingin berubah
Pada tahap ini kesadaran diri mendorong setiap kegiatan akan lebih
baik sehingga bertekad untuk berubah dan rela menanggung segala
risiko.
3) Langkah 3 : Mengenali diri
Pada tahap ini, dibtuhkan tingkat perenungan yang paling dalam,
mengenal dirinya dan letak pusat diri, sehingga mengetahui motivasi
diri yang paling dalam.
4) Langkah 4 : Menyingkirkan hambatan
Pada tahap ini, menyadari penghalang yang merintang, mengetahui
posisi diri, seperti kemarahn, kerasukan, rasa bersalah, rasa takut atau
sekedar kemalasan.
5) Langkah 5 : Disiplin
Pada tahap ini, mengetahui disiplin atau jalan yang harus ditempuh
sebagai kemungkinan untuk bergerak maju.
6) Langkah 6 : Makna terus menerus
Pada tahap ini, menjalani hidup menuju pusat berarti mengubah
pikiran dan aktivitas sehari-hari menjadi ibadah terus menerus,
memunculkan kesucian alamiah yang ada dalam setiap situasi yang
bermakna.
7) Langkah 7 : Hormati mereka
Setelah menetapkan jalan yang telah dipilih, tetaplah sadar bahwa
masih ada jalan-jalan yang lain. Hormatilah mereka yang melangkah
38
dijalan-jalan lain. Sikap ini menumbuhkan sikap hidup yang terbuka,
inklusif dan lapang menghadapi keragaman dan perbedaan.
D. Penelitian Terkait
1. Dari penelitian yang dilakukan oleh Arfiani,y, Purwanto, Yadi dan Lestari, Sri
(2014) tentang Peran Komunikasi Orangtua Anak, Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Spiritual Terhadap Perilaku Bullying menyatakan hasil analisis data
menunjukkan hasil yang sangat signifikan yaitu nilai rx3y sebesar -0,490 ; p=
0,000 (p < 0,01). Berdasarkan hasil tersebut berarti bahwa kecerdasan spiritual
berkorelasi negatif dengan perilaku bullying. Kaitan dengan perilaku bullying,
maka kecerdasan spiritual dimiliki seseorang dapat menjadi landasan keimanan
yang kuat kepada tuhan, tidak mengalami kegelisahan, emosinya cenderung stabil
dan dapat menentukan arah hidup yang jelas. Bila spiritual telah menjadi pusat
sistem mental kepribadian yang mantap, maka ia akan mendoroong,
mempengaruhi, mengarahkan, mengolah, serta mewarnai semua sikap dan
tingkah laku seseorang termasuk diantaranya berkaitan dengan kemampuan untuk
mencegah perilaku bullying.
2. Penelitian yang dilakukan Budiman, Arif (2015) tentang Hubungan Kecerdasn
Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Dengan Kenakalan Remaja Di SMKN 5
Padang dengan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
Jumlah sampel penelitian 277 orang responden yang diambil dari semua siswa
kelas X dan XI SMKN 5 Padang yang dipilih secara stratified random sampling.
Penelitian didapatkan p-value nya = 0,000 ( < 0,05), artinya terdapat hubungan
yang bermakna antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan
kenakalan remaja.
39
E. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perilaku
Lawrance Green, teori ini menjelaskan bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga
faktor utama yaitu : faktor predisposisi (disposing faktor) adalah faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi perilaku seseorang, faktor pemungkin
(enabiling faktor) adalah faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi suatu
tindakan, faktor penguat (reinforcing faktor) adalah faktor yang mendorong atau
memperkuat perilaku dan berikut skemanya :
40
Gambar 2. 1 Kerangka Teori
Modifikasi kerangka teori perilaku Lawrence Green (1980), Santrock (2007), Verlinden
dkk (2000), Astuti (2008), Yayasan SEJIWA (2008).
Remaja
Batas usia 10-21 tahun
Perubahan yang terjadi
pada remaja : fisik dan
psikologis atau kejiwaan.
Faktor Pemungkin
Faktor
individu
Faktor
keluarga
Teman
sebaya
Media
Self control
Perilaku Bullying di Sekolah
Faktor Penguat
Perbedaan kelas
(senioritas, ekonomi,
agama, jender,
etnisitas/rasisme
Keluarga yang tidak
rukun
Situasi sekolah yang
tidak
harmonis/diskriminatif
Karakter Individu atau
kelompok
Faktor predisposisi
Kecerdasan Spiritual
Non fisik Fisik
Verbal Non verbal/psikologis
41
41
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. KERANGKA KONSEP
Pada penelitian ini variabel yang akun diteliti adalah variabel independen dan
variabel dependen. Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat), sedangkan variabel
dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena
variabel bebas (Hidayat, 2008). Variabel independen dari penelitian ini adalah
kecerdasan spiritual siswa. Sedangkan variabel dependen adalah risiko perilaku
bullying siswa. Sehingga kerangka konsep dalam penilitian ini adalah sebagai
berikut :
Gambar 3. 1 Kerangka Konsep
B. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan pernyataan prediktif, yang mampu diuji dengan metode
ilmiah, yang menghubungkan sebuah variabel dependen dengan beberapa
variabel independen (Bakry, 2016). Sedangkan menurut Swarjana (2016)
mengatakan, hipotesis adalah merupakan dugaan sementara yang masih perlu
diuji kebenarannya. Hipotesis juga merupakan jawaban sementara atas rumusan
masalah penelitian yang masih perlu diuji kebenarannya melalui uji hipotesis
maupun uji statistik.
Kecerdasan
spiritual
Resiko perilaku bullying
siswa di SMK YMJ Ciputat
42
Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, maka hipotesis penelitian yang
muncul adalah :
1. H0 = Tidak ada Hubungan Kecerdasan Spiritual terhadap Risiko Perilaku
Bullying di SMK Yayasan Miftahul Jannah Ciputat.
2. H1 = Ada Hubungan Kecerdasan Spiritual terhadap Risiko Perilaku Bullying
di SMK Yayasan Miftahul Jannah Ciputat.
43
C. DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 3. 1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1 Kecerdasa
n spiritual
Kecerdasan spiritual
adalah kecerdasan
untuk menghadapi
persoalan makna atau
value, yaitu kecerdasan
untuk menempatkan
perilaku dan hidup kita
dalam konteks makna
yang lebih luas dan
kaya, kecerdasan untuk
menilai bahwa
tindakan atau jalan
hidup seseorang lebih
bermakna
dibandingkan dengan
yang lain.
Menghitung
skor dari
pertanyaan
kecerdasan
spiritual.
Peneliti menggunakan kuesioner
kecerdasan spiritual dengan arah
favorable dan unfavorable ( sesuai
dan tidak sesuai) dengan skala
Likert. Penilaian yang favorable
adalah sebagai berikut:
(4) Sangat Setuju (SS)
(3) Setuju (SR)
(2) Tidak Setuju (TS)
(1) Sangat Tidak Setuju (STS).
Sedangkan unfavorable
penilaiannya adalah sebagai
berikut :
(4) Sangat Tidak Setuju (STS)
(3) Tidak Setuju (TS)
(2) Setuju (S)
(1) Sangat Setuju (SS)
a. Rendah jika
skor <
median (73)
b. Tinggi jika
skor ≥
median (73)
Ordinal
44
2 Risiko
Perilaku
bullying
Risiko untuk
melakukan suatu
bentuk agresi yang
dilakukan oleh orang
yang merasa berkuasa
kepada orang yang
dianggap lemah untuk
keuntungan atau
kepuasan mereka
sendiri baik dilakukan
oleh individu atau
kelompok dengan
tujuan untuk menyakiti
korbannya dan
dilakukan dengan
berulang-ulang.
Bullying ada tiga
bentuk, yaitu : fisik,
verbal, dan non verbal
(psikologis).
Menghitung
skor dari
pertanyaan
risiko
perilaku
bullying.
Kuisioner yang digunakan adalah
kuisioner resiko perilaku bullying
yang dibuat oleh Atfiyanah (2013)
dan dimodifikasi oleh peneliti,
yang sesuai dengan bentuk
perilaku bullying, terdiri dari 28
pertanyaan.
Penilaian yang favorable adalah
sebagai berikut :
(4) Sangat Setuju (SS)
(3) Setuju (S)
(2) Tidak Setuju (TS)
(1) Sangat Tidak Setuju (STS)
Sedangkan unfavorable
penilaiannya adalah sebagai
berikut :
(4) Sangat Tidak Setuju (STS)
(3) Tidak Setuju (TS)
(2) Setuju (S)
(1) Sangat Setuju (SS)
Tinggi jika skor ≥
mean (77,67)
Rendah jika skor <
mean (77,67)
Ordinal
45
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, penilti ingin mengetahui hubungan kecerdasan
spiritual terhadap perilaku bullying pada remaja. Penelitian ini menggunakan
jenis penelitian Deskriptif Corelational dan metode pendekatan Cross Sectional.
Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan dan
seberapa besar hubungan antara variable (Setiadi, 2007). Peneliti menggunakan
pendekatan cross sectional karena penelitian ini dikumpulkan dan diukur secara
simultan pada waktu yang sama terhadap variabel-variabel yang diteliti (Hidayat,
2008). Penelitian ini memiliki variabel independent yaitu perilaku bullying dan
variabel dependen yaitu kecerdasan spiritual.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek atau subyek yang mmempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Sugiyono, 2012).
Populasi dari penilitian ini adalah siswa SMK Yayasan Miftahul Jannah
Ciputat kelas X dan XI yang berjumlah 106 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2009). Sampel
terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai
46
subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2009). Dalam penelitian
keperawatan kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan ekslusi, dimana
kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan
(Hidayat, 2007).
Sample dalam penelitian ini adalah semua siswa SMK Yayasan Miftahul
Jannah Ciputat, yaitu sejumlah 96 responden.
a. Kriteria inklusi :
1) Usia 15-20 tahun
2) Beragama Islam
b. Kriteria eksklusi:
1) Siswa dengan gangguan kognitif, misalnya : post cedera kepala
sedang sampai berat
2) Usia >20 tahun
Untuk pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik
nonprobability sampling yaitu purposive sampling . Purposive sampling
adalah tehnik mengambil sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah
atau strata, melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang berfokus
pada tujuan tertentu (Arikunto,2006). Sampel pada penelitian ini adalah 96
responden.
3. Waktu dan Tempat
a. Waktu
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Juli
2017.
47
b. Tempat
Penelitian dilakukan di SMK YMJ Ciputat yang terletak di Jalan Limun
No.27 Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang Selatan, Provinsi
Banten.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah disusun untuk memperoleh
data sesuai yang diinginkan peneliti (Wasis, 2006). Untuk pengisiannya
responden dengan cara mengisi kuesioner secara online via google formulir
dan dengan hard copy kuesioner. Untuk pengumpulan datanya, peneliti akan
menggunakan satu data demografi dan dua kuesioner, yaitu :
a. Data demografi, yaitu :
1) Jenis kelamin / Usia
2) Kelas
b. Kuisioner kecerdasan spiritual
Kuesioner menggunakan skala likert yang memiliki empat alternatif
jawaban yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat
Tidak Setuju (STS), yang terdiri dari 25 pernyataan dengan arah
favorable dan unfavorable.
48
Tabel 4. 1 Distribusi Kuesioner Kecerdasan Spiritual
c. Kuesioner risiko perilaku Bullying
Kuesioner ini digunakan dengan mengetahui risiko siswa dalam
melakukan bullying ini dibuat oleh Atfiyanah (2013) yang telah
dimodifikasi oleh peneliti, kuesioner ini menggunakan skala likert yang
memiliki empat jawaban , yaitu : SS (sanga setuju), S (setuju), TS (tidak
setuju), STS (sangat tidak setuju). Kuesioner ini terdiri dari 28
pertanyaan dengan arah favorable dan unfavorable.
No Indikator kecerdasan
spiritual (SQ)
Favorable Unfavorable Jumlah
1 Kemampuan bersikap
fleksibel
1, 3 2 3
2 Tingkat kesadaran diri yang
tinggi
5 4 2
3 Kemampuan untuk
menghadapi dan
memanfaatkan penderitaan
7 6 2
4 Kemampuan untuk
menghadapi dan melampaui
rasa sakit
9 8, 10 3
5 Kualitas hidup yang
diilhami oleh visi dan nilai-
nilai
11, 13, 15 12, 14 5
6 Keengganan untuk
menyebabkan kerugian
yang tidak perlu
17, 19 16, 18 4
7 Berpikir secara holistik 21 20, 22 3
8 Kecenderungan untuk
bertanya mengapa dan
bagaimana jika untuk
mencari jawaban-jawaban
yang mendasar
23 - 1
9 Menjadi pribadi yang
mandiri
25 24 2
49
Tabel 4. 2 Distribusi Kuesioner Risiko Perilaku Bullying
C. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang
bersangkutan mampu mengukur apa yang akan di ukur (Arikunto, 2010).
Sebuah instrumen dinyatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur apa
yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu (Setiadi, 2007).
Peneliti melakukan uji coba pada 30 siswa di SMK Triguna Utama
Ciputat karena karakteristiknya sama dengan tempat yang akan diteliti
nantinya. Kemudian hasil dari uji coba, hasilnya dianalisa dengan
menggunakan bantuan perangkat lunak komputer untuk pernyataan kuesioner
kecerdasan spiritual terdapat 25 item menunjukkan 100% valid , dan untuk
pernyataan risiko perilaku bullying terdapat 28 item menunjukan hasil 100 %
valid. Sehingga kuesioner tersebut dapat digunakan.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih alat
ukurannya, pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Hastono, 2006).
Tehnik pengujian pada penelitian ini menggunakan tehnik Alpha Crombach
No bullying Favorable Unfavorable Jumlah
1 Bullying fisik 1 8, 10, 11, 12,
19, 21, 23,
24, 27
10
2 Bullying Non Fisik 2, 3, 6, 9, 13,
14, 15, 16, 18
4, 5, 7, 10,
17, 20, 22,
25, 26, 28.
18
50
(), dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya apabila r alpha >
r tabel maka pertanyaan tersebut reliabel. Sebaliknya apabila r alpha < r tabel
maka pertanyaan tersebut tidak reliabel (Notoatmodjo, 2006). r tabel untuk
jumlah sampel (N) 30 dengan taraf signifikan 5% adalah 0,361.
Dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan oleh peneliti di SMK Triguna
Utama Ciputat, terhadap 30 responden dengan menggunakan bantuan
software komputer diperoleh nilai Alpha Cronbach () dari variabel
kecerdasan spiritual sebesar 0,761 (koefisien reabilitas tinggi) dan variabel
risiko perilaku bullying diperoleh nilai Alpha Cronbach () sebesar 0,774
(koefisien reabilitas tinggi), melihat dari nilai yang diperoleh maka dapat
dinyatakan bahwa kedua kuesioner tersebut realiabel dan dapat digunakan.
D. Tahapan Penelitian
1. Dimulai dengan perumusan masalah, menentukan variabel penelitian, dan
menentukan lokasi penelitian.
2. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapat gambaran dan landasan
teoritis yang tepat.
3. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, maka dilanjutkan dengan
mengajukan surat permohonan izin penelitian dari Fakultas Kedokteran dan
Ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai landasan
permohonan mengadakan penelitian di SMK Yayasan Miftahul Jannah
Ciputat.
4. Peneliti melakukan uji validitas dan realibilitas kuesioner di sekolah yang
berbeda yaitu SMK Triguna Utama Ciputat.
51
5. Setelah mendapatkan surat izin dari institusi pendidikan, peneliti mengajukan
izin terlebih dahulu kepada kepala sekolah dan civitas akademik SMK
Yayasan Miftahul Jannah Ciputat.
6. Peneliti melakukan uji validitas dan reabilitas kuisioner di sekolah yang
berbeda yaitu SMA Triguna Utama Ciputat .
7. Setelah mendapatkan surat izin dari institusi pendidikan peneliti mengajukan
izin terlebih dahulu kepada kepala sekolah dan civitas akademika SMK
Yayasan Miftahul Jannah Ciputat.
8. Setelah mendapatkan izin dari pihak sekolah, peneliti mengalami kendala
untuk pengambilan data, karena jadwal pengambilan data dilakukan setelah
siswa melakukan ujian kenaikan kelas dan bertepatan dengan bulan
romadhon, jadi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah tersebut tidak
efektif dan banyak siswa yang tidak masuk sekolah.
9. Peneliti di bantu oleh pihak sekolah untuk pengambilan data disaat
penerimaan rapor, dan kemudian dibantu oleh guru untuk menjelaskan tujuan
penelitian dan melakukan informed consent kepada responden.
10. Peneliti melakukan pngambilan data sendiri dan peneliti menjelaskan
bagaimana tujuan penelitian dan manfaat penelitian tersebut. Setelah itu
peneliti memilih responden yang memenuhi kriteria inklusi untuk dijadikan
sampel penelitian.
11. Setelah responden mengisi kuesioner tersebut, peneliti memeriksa kembali
apakah lembar kuesioner yang sudah di isi sesuai dengan petunjuk dan
mengeliminasi kuesioner yang tidak terisi lengkap. Dalam kuesioner tersebut,
peneliti mencantumkan nomor hand phone responden untuk wajib di isi,
52
dikarenakan peneliti membutuhkan data siswa yang lain untuk melakukan
pengambilan data.
12. Untuk siswa yang tidak hadir pada saat itu, maka peneliti menggunakan
kuesioner penelitian secara online melalui google formulir..
13. Peneliti menghubungi kontak siswa yang menjadi responden penelitian
tersebut, setelah itu peneliti memilih responden yang memenuhi kriteria
inklusi untuk dijadikan sampel penelitian.
14. Setelah semua data terkumpul, untuk responden yang mengisi google
formulir, peneliti melakukan pemindahan data dari google formulir ke
microsoft excel kemudian di pindahkan secara manual di hard copy kuesioner
penelitian sesuai dengan jawaban responden.
15. Melakukan skoring terhadap hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden.
16. Menghitung dan mencatat tabulasi data yang diperoleh, kemudian membuat
tabel data.
17. Melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik untuk
menguji hipotesis penelitian.
18. Menginterpretasikan dan membahas hasil analisis statistik berdasarkan teori
19. Merumuskan hasil penelitian yang diperoleh dan membahasnya
E. Pengolahan Data
Setelah data penelitian terkumpul, maka dilakukan proses pengolahan data
yang meliputi tahapan. Menurut Imron (2010) sebuah data akan dapat banyak
bercerita, apabila telah dilakukan pengolahan dan analisa, sehingga dapat dengan
mudah dipahami untuk kemudian disimpulkan. Pengolahan data digunakan agar
data tersebut dapat diorganisir, disajikan serta dianalisa untuk kemudian ditarik
53
suatu kesimpulan. Proses kegiatan pengolahan data (processing) terdiri dari
beberapa tahapan, yaitu :
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Dalam penelitian ini ada dua
tahap editing, yaitu melalui google formulir dan kuesioner. Untuk data
penelitian dari google formulir, peneliti memindahkan jawaban responden
yang didapat dari google formulir ke microsoft excel, kemudaian peneliti
memindahkan data tersebut secara manual ke kuesioner. Sedangkan untuk
pengumpulan data dari kuesioner editing dilakukan pada saat data sudah
terkumpul. Peneliti memeriksa kembali kebenaran dari data yang diperoleh.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini sangat penting
apabila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer. Peneliti
memberikan kode sesuai dengan kategorik yang ditentukan, kuesioner
kecerdasan spiritual dengan jumlah 25 pertanyaan di beri kode dengan SQ1-
SQ25, sedang kuesioner risiko perilaku bullying dengan jumlah pertanyaan
Pri1-Pri28.
3. Entry Data
Entry data adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke
dalam tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana atau juga bisa dengan membuat tabel kontingensi. Peneliti
melakukan entry data dengan dua cara yaitu melalui kuesioner dan google
54
formulir. Untuk entry data dengan kuesioner, peneliti memasukan data
tersebut ke SPSS dan kemudian membuat distribusi frekuensi. Sedangkan
untuk data dari google form peneliti memindahkannya terlebih dahulu ke
microsoft excel kemudian baru dimasukan ke sistem komputer yaitu SPSS.
4. Cleaning data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah
dimasukkan ke dalam tabel atau database komputer apakah ada kesalahan
atau tidak. Mungkin dapat terjadi kesalahan pada saat memasukan data, maka
dari itu peneliti melihat kembali missing yang berada di hasil oleh data spss.
Pada penelitian ini, peneliti tidak menemukan adanya data yang missing.
F. Analisa Data
1. Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menyajikan dan menggambarkan
distribusi frekuensi dari setiap variabel yang diteliti dalam bentuk persentase
dan disajikan dalam bentuk tabel. Data numeric dengan menghitung mean,
median, standar deviasi (SD), nilai minimal dan maksimal (Notoadmodjo,
2010).
Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran variabel independen (kecerdasan spiritual) dan variabel dependen
(perilaku bullying).
2. Analisis bivariat
Analisa bivariat mempunyai tujuan untuk menganalisa hubungan dua
variable yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010).
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
55
dependen dan variabel independen. Yaitu untuk mengetahui hubungan antara
kecerdasan spiritual terhadap perilaku bullying.
Analisa data yang digunakan adalah uji Chi Square. Chi Square
digunakan untuk menguji korelasi dua variabel dimana kedua variabelnya
adalah kategorik (Sopiyudin,2011). Hasil penelitian dibandingkan p-value
dengan signifikan alpha 0,05. Apabila p-value lebih kecil dari alpha (0,05)
maka ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan
variabel dependen, dan apabila p-value lebih besar dari alpha (0,05) maka
tidak ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
G. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, ada tiga masalah etika penelitian keperawatan
(Hidayat, 2008)
1. Informed consent (lembar persetujuan)
Informed consent adalah bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Peneliti memberikan lembar
informed consent kepada siswa sebelum mengisi kuisioner. Tujuan dari
informed consent adalah agar siswa mengerti maksud dan tujuan penelitian.
Jika siswa bersedia, maka siswa tersebut harus menandatangani lembar
persetujuan. Akan tetapi jika siswa tersebut tidak bersedia, maka peneliti
harus menghormatinya dan tidak ada paksaan.
Pada responden yang mengisi menggunakan google formulir, informed
consent dicantumkan pada saat mengisi kuesioner tersebut secara online.
56
Pada informed consent juga dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya
akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
2. Confidentially (kerahasiaan)
Etika penulisan bertujuan untuk menjamin kerahasian identitas
responden, melindungi dan menghormati hak responden. Peneliti
menjelaskan kepada siswa bahwa peneliti akan menjamin kerahasiaan
identitas siswa, dimana data-data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk
kepentingan penelitian. Pada responden yang mengisi dengan kuesioner,
peneliti menjamin kerahasiaan identitas responden dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian.
Sedangkan pada responden yang mengisi secara online menggunakan
google formulir, peneliti juga akan menjamin kerahasiaan identitas
responden, hasil tersebut hanya akan masuk melalui notifikasi email peneliti
dan tidak bisa dilihat oleh orang lain.
3. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengupulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan. Pada penelitian ini, peneliti hanya mencantumkan inisial dari
responden.
57
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMK Yayasan Miftahul Jannah Ciputat.
Dimana jumlah sampel terdiri dari 96 responden. Penelitian ini dilakukan tanggal
20 Juni 2017 dan pada saat hari pelaksanaan peneliti menggunakan yang telah
diberikan izin sebelumnya oleh pihak sekolah. Intervensi tersebut dilakukan
dengan satu waktu.
A. Gambaran Lokasi Penelitian
SMK Yayasan Miftahul Jannah Ciputat adalah sebuah sekolah swasta
yang berada di jalan Limun No. 27 Desa Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tanggerang Selatan, Provinsi Banten, yang berjarak sekitar 8 Km dari Pusat
Pemerintahan Kota Tangerang Selatan.
Sebelah barat SMK Yayasan Miftahul Jannah Ciputat berbatasan dengan
kecamatan Pamulang. Sebelah timur berbatasan dengan DKI Jakarta. Sebelah
utara berbatasan dengan Kecamatan Pondok Aren. Kemudian sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Pamulang.
Kawasan di SMK Yayasan Miftahul Jannah ini berbatasan langsung
dengan wilayah bisnis dan jasa serta berdekatan dengan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang merupakan pusat pendidikan islam. Lokasi
SMK ini sangat strategis karena merupakan wilayah inti dari pengembangan kota
serta pengembangan pendidikan karena lokasi SMK tersebut sangat berdekatan
dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
58
B. Analisa Univariat
1. Gamabaran Demografi Responden
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2017 dengan
responden sebanyak 96 orang siswa/siswi di SMK Yayasan Miftahul Jannah
Ciputat, yang memenuhi kriteria inklusi yang ditentukan sebelumnya. Tehnik
pengambilan data dengan menggunakan 3 buah kuesioner, yaitu : data
demografi, kuesioner kecerdasan spiritual, dan kuesioner risiko perilaku
bullying, dan siswa/siswi yang menjadi responden mengisi sendiri kuesioner
tersebut.
Karateristik responden disini terdiri dari jenis kelamin dan kelas, yang mana
datanya sebagai berikut :
a. Jenis Kelamin
Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin di SMK YMJ Ciputat
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
Laki-laki 42 43,8 %
Perempuan 54 56,3 %
Total 96 100%
Tabel 5.1 menunjukan distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis
kelamin. Hasil ini menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 42 orang (43,8 %) dan responden perempuan sebanyak 54
orang (56,3 %).
59
b. Kelas
Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas di
SMK YMJ Ciputat
Kelas Frekuensi Presentaase (%)
X 50 52,1 %
XI 46 47,9 %
Total 96 100 %
Tabel 5. 2 menunjukan bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan
kelas adalah kelas X berjumlah 50 orang (52,1%), kelas XI sebanyak 46
orang (47,9%).
2. Gambaran Kecerdasan Spiritual Siswa SMK Yayasan Miftahul Jannah
Ciputat
Tabel 5.3 menggambarkan bagaimana distribusi frekuensi kecerdasan
spiritual siswa di SMK Yayasan Miftahul Jannah Ciputat. Dikategorikan
kecerdasan spiritual rendah jika jumlah total skor kecerdasan spiritual < 73,
dikategorikan kecerdasan spiritual tinggi jika skor ≥73.
Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Spiritual Siswa di
SMK YMJ Ciputat
Kecerdasan Spiritual Jumlah Persentase (%)
Rendah 50 52,1 %
Tinggi 46 47,9 %
Jumlah 96 100 %
Tabel 5. 3 menunjukan distribusi frekuensi kecerdasan spiritual siswa
SMK Yayasan Miftahul Jannah Ciputat didapatkan hasil bahwa siswa
yang memiliki kecerdasan spiritual rendah sebanyak 50 responden
60
(52,1%) dan yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi sebanyak 46
responden (47,9%).
Tabel 5. 4 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Spiritual Setiap
Kelas di SMK YMJ Ciputat
Kecerdasan
spiritual
Kelas X Kelas XI Total
Rendah 20 40,0% 30 65,2% 50 52,1%
Tinggi 30 60,0% 16 34,8% 46 47,9%
Total 50 100% 46 100% 96 100%
Tabel 5.4 menunjukan distribusi kecerdasan spiritual setiap kelas.
Kecerdasan tertinggi dialami oleh siswa kelas X sebanyak 30 responden
(60,0%).
Tabel 5. 5 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Spiritual Antar
Jenis Kelamin di SMK YMJ Ciputat
Kecerdasan
spiritual
Laki – laki Perempuan Total
Rendah 16 38,1% 34 63, 0% 50 52,1%
Tinggi 26 61,9% 20 37,0% 46 47,9%
Total 42 100% 54 100% 96 100%
Tabel 5.5 menujukan distribusi kecerdasan spirtual antar jenis kelamin.
Kecerdasan spiritual tertinggi pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 26
responden (61,9%).
61
3. Gambaran Risiko Perilaku Bullying Siswa di SMK Yayasan Miftahul
Jannah Ciputat
Gambaran risiko perilaku bullying pada siswa SMK Yayasan Miftahul
Jannah Ciputat didapatkan hasil berdasarkan jawaban responden pada
kuesioner. Dikategorikan responden dengan risiko perilaku bullying tinggi
jika ≥ 77,67 dan dikategorikan resiko perilaku bullying rendah jika skor <
77,67. Untuk frekuensi risiko perilaku bullying siswa SMK Yayasan Miftahul
Jannah Ciputat didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 5. 6 Distribusi Frekuensi Risiko Perilaku Bullying siswa di
SMK YMJ Ciputat.
Tabel 5.6 menunjukkan distribusi frekuensi risiko perilaku bullying siswa
SMK Yayasan Miftahul Jannah Ciputat didapatkan hasil bahwa mayoritas
siswa memiliki risiko perilaku bullying yang rendah sebanyak 51 responden
(53,1 %) dan 45 responden yang memiliki risiko perilaku bullying yang
tinggi (46,9 %).
Risiko Perilaku
Bullying
Jumlah Persentase (%)
Tinggi 45 46,9%
Rendah 51 53,1%
Jumlah 96 100%
62
Tabel 5. 7 Distribusi Frekuensi Risiko Perilaku Bullying Setiap Kelas
di SMK YMJ Ciputat
Risiko
Perilaku
Bullying
Kelas X Kelas XI Total
Tinggi 7 38% 38 84,4% 45 100%
Rendah 43 84,3% 8 15,7% 51 100%
Jumlah 50 52,1% 46 47,9% 96 100%
Tabel 5.7 menujukan distribusi risiko perilaku bullying setiap kelas.
Risiko perilaku bullying tertinggi di alami oleh kelas XI sebanyak 38 responden
(45 %).
Tabel 5. 8 Distribusi Frekuensi Risiko Bullying Antar Jenis Kelamin
di SMK YMJ Ciputat
Risiko
Perilaku
Bullying
Laki – laki Perempuan Total
Rendah 21 41,2% 30 58,8% 51 100%
Tinggi 21 46,7% 24 53,3% 45 100%
Jumlah 42 43,8% 54 56,2% 96 100%
Tabel 5.8 menunjukan distribusi risiko perilaku bullying antar jenis
kelamin. Risiko perilaku bullying tertinggi dialami oleh siswa yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 24 responden (53%).
C. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
dependen dan independen. Kecerdasan spiritual adalah variabel dependen, dan
63
risiko perilaku bullying adalah variabel independen. Analisa hubungan antara
kecerdasan spiritual terhadap risiko perilaku bullying siswa di SMK Yayasan
Miftahul Jannah Ciputat akan disajikan pada tabel.
Tabel 5. 9 Hubungan Kecerdasan Spiritual terhadap Risiko Perilaku
Bullying Siswa SMK Yayasan Miftahul Jannah Ciputat
Tabel 5.9 menujukan bahwa kecerdasan spirtual yang dominan adalah
kategori kecerdasan spiritual rendah adalah 50 orang dengan tingkat risiko
perilaku bullying rendah 17 orang (33,3%) dan pada risiko perilaku bullying
tinggi 33 orang (73,3%), sedangkan pada kecerdasan spiritual tinggi adalah 46
orang dengan tingkat risiko perilaku bullying rendah 34 orang (66,7%) dan pada
risiko perilaku bullying tinggi 12 orang (26,7%). Jadi pada responden yang
mempunyai kecerdasan spirtual yang rendah memiliki tingkat risiko perilaku
bullying yang tinggi, sedangkan pada responden yang mempunyai kecerdasan
spiritual tinggi memiliki tingkat risiko perilaku bullying yang rendah.
Analisis hubungan antara kecerdasan spiritual terhadap risiko perilaku
bullying siswa SMK Yayasan Miftahul Jannah ini menggunakan uji Chi Square
dengan tingkat kemaknaan 0,05 ( = 5%). Dari hasil uji tersebut didapatkan
Risiko perilaku bullying Kecerdasan Spiritual Total p-value
Rendah Tinggi
Rendah N 17 34 51 0,000
% 33,3% 66,7% 100%
Tinggi n 33 12 45
% 73,3% 26,7% 100%
Total n 50 46 96
% 52,1% 47,9% 100%
64
bahwa nilai p = 0,000 lebih kecil dari 0,05 menunjukan ada hubungan yang
signifikan antara kecerdasan spiritual terhadap risiko perilaku bullying siswa di
SMK Yayasan Miftahul Jannah Ciputat.
65
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
kecerdasan spiritual terhadap risiko perilaku bullying siswa di SMK Yayasan
Miftahul Jannah Ciputat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2017.
Penelitian dilakukan dengan sample sebanyak 96 siswa/siswi SMK Yayasan Miftahul
Jannah Ciputat. Pengumpulan data menggunakan satu data demografi dan dua macam
kuesioner yang terdiri dari kuesioner kecerdasan spiritual dan kuesioner risiko
perilaku bullying. Berikut ini dijelaskan mengenai hasil penelitian yang terdiri dari
analisa univariat, bivariat, dan keterbatasan penelitian.
A. Analisa Univariat
1. Gambaran Kecerdasan Spiritual Siswa di SMK Yayasan Miftahul
Jannah Ciputat
Zohar dan Marshal (2007) mengungkapkan bahwa kecerdasan spiritual
mampu menjadikan manusia sebagai mahluk yang lengkap secara intelektual,
emosional dan spiritual. Sesungguhnya manusia yang mampu
menyeimbangkan kepribadian dirinya dalam memenuhi segala kebutuhan
tubuh dan kebutuhan spiritualnya dengan sebaik-baiknya tanpa berlebihan
sesuai dengan yang disyariatkan maka ia telah mampu mewujudkan
kesehatan diri dan jiwanya (Zahrani, 2005). Sedangkan kecerdasan spiritual
menurut Toto (2011) adalah keceradasan yang mengarahkan seseorang untuk
berbuat lebih manusiawi, sehingga dapat menjangkau nilai-nilai luhur yang
mungkin belum tersentuh oleh pikiran manusia.
66
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 96 siswa di SMK
Yayasan Miftahul Jannah didapatkan hasil bahwa siswa yang memiliki
kecerdasan spiritual rendah sebanyak 50 responden (52,1%) dan yang
memiliki kecerdasan spiritual tinggi sebanyak 46 responden (47,9%). Disini
terlihat bahwa kecerdasan spiritual yang paling dominan adalah siswa yang
memiliki kecerdasan spiritual rendah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan (Safitri, 2003) yang menunjukan
bahwa mayoritas siswa dalam kategori kecerdasan spiritual sedang berjumlah
40%, kategori kecerdasan spiritual tinggi berjumlah 27,5 % dan yang berada
dalam kategori rendah berjumlah 32,5 %.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Mukhroyah, 2011) yang
berjudul ”Hubungan Tingkat Kecerdasan Spiritual (SQ) dengan Kesadaran
Siswa Menjauhi Perilaku Menyimpang pada Siswa” menunjukan bahwa
tingkat kecerdasan spiritual siswa berada pada kategori tinggi, hal ini terbukti
dari hasil penelitian yang menyatakan dari 39 responden terdapat 61,5% pada
kategori tinggi, 38,5% pada kategori sedang, dan 0% pada kategori rendah.
Menurut Yusuf (2002) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan spiritual anak yaitu faktor pembawa (internal) dan faktor
lingkungan (eksternal), dimana dari faktor eksternal itu terdiri dari
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi
setiap anak. Tentunya dalam hal ini orang tua menjadi orang yang paling
bertanggung jawab dalam menumbuhkembangkan kecerdasan beragama
dalam diri anak secara nyata dan benar. Sedangkan lingkungan sekolah
merupakan lingkungan kedua bagi anak setelah keluarga, karena hampir
67
setengah hari anak menghabiskan waktunya bersama teman dan gurunya di
sekolah. Tentunya segala sesuatu yang ada di sekolah akan menjadi model
anak untuk ditiru.
2. Gambaran Risiko Perilaku Bullying Siswa di SMK Yayasan Miftahul
Jannah
Perilaku bullying adalah salah satu kenakalan remaja yang terjadi di
berbagai lingkungan termasuk sekolah, perilaku bullying merupakan perilaku
agresi yang dilakukan secara bebas dengan tujuan melukai orang lain secara
penuh dan dilakukan secara terus menerus (Flynt dan Marton, 2006).
Menurut Caloroso (2007), perilaku bullying adalah aktivitas sadar, disengaja,
dan bertujuan untuk melukai, menanamkan ketakutan melalui ancaman agresi
lebih lanjut, dan niat untuk mencederai. Sedangkan risiko perilaku bullying
adalah risiko untuk melakukan suatu tindakan kekerasan atau suatu bentuk
agresi yang dilakukan oleh orang yang merasa berkuasa kepas orang yang
dianggap lemah dan dapat menyebabkan seseorang menderita. Maksud dari
risiko disini karena perilaku bullying yang ditelitinya belum terjadi dan pada
penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner untuk menilai tingkat risiko
perilaku bullying pada siswa di SMK Yayasan Miftahul Jannah Ciputat. Hasil
dari pengukurannya adalah tinggi dan rendah.
Hasil penelitian yang dilakukan pada siswa di SMK Yayasan Miftahul
Jannah didapatkan hasil bahwa mayoritas siswa memiliki risiko perilaku
bullying rendah sebanyak 51 responden (53,1%) dan siswa yang memiliki
risiko perilaku bullying tinggi adalah 45 responden (46,9%). Hal ini
menunjukkan bahwa risiko perilaku bullying siswa yang paling banyak di
SMK Yayasan Miftahul Jannah Ciputat adalah rendah.
68
Penyebab lain terjadinya bullying di SMK Yayasan Miftahul Jannah
disebabkan oleh faktor teman sebaya, karena terkait dengan penelitian pada
siswa ini adalah masa remaja pertengahan atau middle adolescent. Menurut
Yuliani (2013), masa remaja adalah masa yang rentan dimana masa ini emosi
remaja masih labil sehingga remaja mudah dipengaruhi oleh teman
sebayanya bahkan remaja mudah terjerumus kedalam tindakan kekerasan.
Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Basyiruddin (2010) tentang penalaran moral dan perilaku bullying di santri
Madrasah Aliyah Assaadah Serang Banten. Pada penelitiannya ini skor
bullying yang berada pada kategori tinggi hanya 15 orang (19 %) dari 80
responden, sedang 51 responden (63,3%), dan rendah 14 responden (17,7).
Risiko perilaku bullying sendiri dipengaruhi oleh lingkungan individu,
dimana semakin baik lingkungan maka semakin rendah risiko perilaku
bullying, iklim sekolah sendiri memberikan sumbangan sebesar 21%
(Maghfiroh & Rahmawati, 2009).
Pada penelitian ini tingkat risiko perilaku bullying yang tinggi paling
banyak pada responden kelas XI yaitu dari 46 responden yang berisiko
perilaku bullying tinggi, sebanyak 38 responden (84,4%) berasal dari
responden kelas XI. Artinya kelas XI disini lebih banyak yang berisiko
perilaku bullying tinggi dibanding kelas X. Ini sesuai dengan pendapat Astuti
(2008), yang menjelaskan bahwa biasanya bullying dilakukan dari senior ke
junior, dikarenakan senior merasa lebih berkuasa atau memang meneruskan
tradisi yang sudah ada, sehingga berujung pada perilaku bullying.
69
B. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
dependen dan independen. Yaitu untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan
spiritual terhadap risiko perilaku bullying. Analisa data yang digunakan adalah uji
Chi Square. Hasil penelitian dibandingkan p-value dengan signifikan alpha 0,05.
Apabila p-value lebih kecil dari alpha (0,05) maka ada hubungan yang bermakna
antara variabel independen dengan variabel dependen dan apabila p-value lebih
besar dari alpha (0,05) maka tidak ada hubngan antara variabel independen dan
variabel dependen. Hasil uji statistik yang peneliti lakukan menunjukan bahwa
ada hubungan antara kecerdasan spiritual terhadap risiko perilaku bullying siswa
SMK Yayasan Miftahul Jannah Ciputat.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kecerdasan spirtual yang
dominan adalah kategori kecerdasan spiritual rendah adalah 50 orang dengan
tingkat risiko perilaku bullying rendah 17 orang (33,3%) dan pada risiko perilaku
bullying tinggi 33 orang (73,3%), sedangkan pada kecerdasan spiritual tinggi
adalah 46 orang dengan tingkat risiko perilaku bullying rendah 34 orang (66,7%)
dan pada risiko perilaku bullying tinggi 12 orang (26,7%). Jadi pada responden
yang mempunyai kecerdasan spirtual yang rendah memiliki tingkat risiko
perilaku bullying yang tinggi, sedangkan pada responden yang mempunyai
kecerdasan spiritual tinggi memiliki tingkat risiko perilaku bullying yang rendah.
Bullying menurut Olweus (2003) adalah perilaku yang menyakiti
seseorang atau sekelompok orang, baik dalam bentuk kekerasan fisik, verbal,
ataupun psikologis. Hasil survei yang dilakukan pada workshop antibullying oleh
Yayasan Sejiwa (2006) pada sekitar 250 peserta, 94,9% peserta yang hadir
70
menyatakan bahwa memasng terjadi bullying di sekolah-sekolah di Indonesia.
Dalam konteks lingkungan sekolah (school bullying), Riauskina (2005)
mengemukakan bahwa school bullying sebgai perilaku agresif yang dilakukan
berulang-ulang oleh seorang atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan
terhadap yang lebih lemah dengan tujuan menyakiti. Penelitian ini dilakukan di
lingkungan sekolah yaitu SMK Yayasan Miftahul Jannah, hasil dari penelitian ini
menunjukan adanya kejadian bullying disekolah dengan jumlah siswa 96 orang ,
45 orang memiliki risiko perilaku bullying yang tinggi sedangkan 51 orang
memiliki risiko perilaku bullying yang rendah.
Sedangkan menurut Yusuf & Fahrudin (2012) terdapat beberapa faktor-
faktor yang mempengaruhi anak menjadi seorang pelaku bullying yang salah
satunya adalah faktor teman sebaya, faktor teman sebaya juga memainkan
peranan yang penting terhadap perkembangan tingkah laku bully, sikap anti sosial
dan tingkah laku dikalangan remaja. Kehadiran teman sebaya, secara tidak
langsung membantu pelaku tindakan bullying dan pelaku juga memperoleh
dukungan kekuasaan dan popularitas dari teman sebayanya. Siswa SMK Yayasan
Miftahul Jannah ini juga merupakan remaja pada fase pertengahan atau middle
adolescent dimana masa ini dikarakteristikan dengan transisi atau peralihan yang
berorientasi atau lebih dominan terhadap teman dari cara berpakaian, penampilan,
berbahasa, dan perilakunya.
Sedangkan faktor-faktor bullying menurut Sulvian (2004) salah satunya
adalah senioritas, senioritas merupakan salah satu perilaku bullying, seringkali
pula justru diperluas oleh siswa sendiri sebagai kejadian yang bersifat laten.
Keinginan mereka untuk melanjutkan masalah senioritas adalah untuk hiburan,
penyaluran dendam, iri hati, atau mencari popularitas, melanjutkan tradisi atau
71
untuk menunjukkan kekuasaan. Didapatkan hasil dari penelitian, dari 45
responden yang mempunyai risiko perilaku bullying tinggi, 38 responden (45%)
adalah dari kelas XI.
Menurut Astuti (2008) bentuk-bentuk bullying adalah Fisik dan Non
Fisik, sedangkan non fisik ini terbagi lagi menjadi verbal dan non-verbal. Pada
penelitian ini banyak responden yang dikategorikan melakukan bullying verbal,
didapatkan hasil bahwa mereka sangat setuju pada pernyatan “Saya akan
memberi nama julukan yang buruk kepada siswa yang tidak saya suka, dan itu
merupakan hal yang biasa menurut saya”.
Dari hasil penelitian tersebut selaras dengan penelitian yang dilakukan
(Afriani, 20) kecerdasana spiritual terhadap perilaku bullying menunjukan hasil
yang signifikan yaitu rx3y sebesar -0,490; p = 0,000 (p<0,01). Berdasarkan hasil
tersebut berarti bahwa kecerdasan spiritual berkorelasi negatif dengan perilaku
bullying. Kaitan dengan spirtual yang dimiliki seseorang dapat menjadi landasan
keimanan yang kuat kepada tuhan.
Tingginya kenakalan remaja saat ini disebabkan karena rendahnya
tingkat kecerdasan spiritual yang dimiliki remaja, sehingga kemampuan untuk
menganalisa setiap permasalahan, mengontrol setiap sikap dan tingkah laku serta
membedakan tindakan yang benar dan salah, kurang dimiliki remaja (Wijayanti
dan „Uyun, 2010). Kecerdasan spiritual menurut Zohar dan Marshall (2007)
adalah kecerdasan yang dapat membantu kita menyembuhkan dan membangun
diri kita secara utuh dan juga kecerdasan yang berada dibagian diri yang dalam
berhubungan dengan kearifan di luar ego atau pikiran sadar. Sedangkan menurut
Ary Ginanjar (2007) kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi
72
makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu
menyinergikan IQ, EQ dan SQ secara komperhensif.
Yusuf (2002) mengungkapkan bahwa apabila remaja kurang mendapat
bimbingan keagamaan dalam keluarga, kondisi keluarga yang kurang harmonis,
orang tua kurang memberikan kasih sayang dan berteman dengan kelompok
sebaya yang kurang menghargai kasih nilai-nilai agama, maka kondisi tersebut
akan menjadi pemicu berkembangnya sikap dan perilaku remaja yang kurang
baik. Yusuf (2002) juga mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan spiritual anak adalah lingkungan sekolah,
responden dalam penelitian ini adalah siswa dimana siswa tersebut erat sekali
kaitannya dengan lingkungan sekolah, lingkungan ini merupakan tempat kedua
bagi anak-anak setelah keluarga, karena hampir setengah hari anak menghabiskan
waktunya bersama teman dan gurunya disekolah. Tentunya segala sesuatu yang
ada disekolah akan menjadi model anak untuk ditiru.
Zahrani (2005) mengemukakan sesungguhnya manusia yang mampu
menyeimbangkan kepribadian dirinya dalam memenuhi segala kebutuhan tubuh
dan kebutuhan spiritualnya dengan sebaik-baiknya tanpa berlebihan sesuai
dengan cara disyariatkan, maka ia telah mampu mewujudkan kesehatan diri dan
jiwanya. Indikasinya antara lain adanya keimanan kepada Allah, konsisten dalam
melaksanakan ibadah kepada-Nya, cinta kepada orang yang membutuhkan
amanah, berani mengatakan kebenaran, menjauhi segala hal yang menyakiti
manusia, dan adanya pemahaman akan selalu menjaga kesehatan tubuh dengan
tidak membebaninya dengan suatu tugas yang tidak sesuai dengan
kemampuannya. Sedangkan menurut Zohar & Marshall (2007) fungsi kecerdasan
spirtual ini mampu menempatkan perlaku dan hidup manusia dalam konteks
73
makna yang lebih luas dan kaya. Sehingga manusia menjadi kreatif, luwes,
berwawasan luas, berani, optimis dan fleksibel karena ia terkait langsung dengan
masalah-masalah yang selalu ada dalam kehidupan.
Al-Ghazali (2000) mengemukakan dorongan yang berhubungan dengan
aspek spiritual dalam diri manusia, seperti dorongan untuk beragama, taqwa,
cinta kebijakan kebenaran dan keadilan, benci terhadap kejahatan, kebatilan dan
kezaliman. Dorongan tersebut secara tidak langsung merupakan salah satu modal
yang dapat mencegah seseorang melakukan bullying. Aspek-aspek kecerdasan
menurut Zohar&Marshall (2007) adalah sebagai berikut : kemampuan bersikap
fleksibel, tingkat kesadaran diri yang tinggi, kemampuan untuk menghadapi dan
memanfaatkan penderitaan, kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa
sakit, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, keengganan untuk
menyebabkan kerugian yang tidak perlu, berpikir secara holistik, kecenderungan
untuk bertanya mengapa dan bagaimana jika untuk mencari jawaban-jawaban
yang mendasar, dan menjadi pribadi yang mandiri. Jika seseorang memiliki
tanda-tanda tersebut maka orang tersebut memiliki kecerdasan spiritual (SQ)
yang baik.
Arfiani (2014) dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahwa
kecerdasan spiritual berkorelasi negatif dengan perilaku bullying, maka
kecerdasan spiritual yang dimiliki seseorang dapat menjadi landasan keimanan
yang kuat kepada Tuhan, tidak mengalami kegelisahan, emosinya cenderung
stabil dan dapat menentukan arah hidup yang jelas.
74
C. Keterbatasan Peneliti
Dalam melakukan penelitian ini masih terdapat keterbatasan peneliti, hingga
masih perlu disempurnakan lagi, berikut adalah keterbatasan peneliti :
1. Penelitian ini menggunakan dua sumber pengumpulan data yaitu google
formulir yang di isi secara online dan kuesioner, pada data yang di dapatkan
dari google formulir memerlukan waktu yang lama, sehingga peneliti
membutuhkan waktu yang lama untuk proses mengolah data.
2. Penelitian ini hanya melihat dari data demografi menurut kelas dan jenis
kelamin, seharusnya jika peneliti memasukkan data demografi lain misalnya :
status pernikahan orang tua, latar belakang dari kehidupan sosialnya mungkin
dapat menjadikan informasi lebih untuk tingkat risiko perilaku bullyingnya.
75
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di SMK Yayasan Miftahul Jannah Ciputat, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Jumlah siswa kelas X adalah 50 orang (52,1%) sedangkan jumlah siswa kelas
XI adalah 46 orang (47,9%). Jumlah siswa laki-laki adalah 42 orang (43,8%),
sedangkan jumlah siswi perempuan lebih banyak yaitu 54 orang (58,2%).
2. Gambaran tingkat kecerdasan spiritual siswa adalah yang dominan memiliki
kategori kecerdasan spiritual rendah sebanyak 50 responden (52,1%) dan
yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi sebanyak 46 responden (47,9%).
3. Gambaran tingkat risiko perilaku bullying siswa yang dominan adalah
memiliki tingkat risiko perilaku bullying rendah 51 orang (53,1%) dan siswa
dengan tingkat risiko perilaku bullying tinggi adalah mayoritas kelas XI yaitu
38 siswa (84,4%).
4. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara
kecerdasan spiritual terhadap risiko perilaku bullying (p = 0,000).
5. Mayoritas responden yang memiliki kecerdasan spirtual yang tinggi memiliki
risiko perilaku bullying yang rendah ,sedangkan berbeda dengan siswa yang
yang memiliki kecerdasan spirtual yang rendah berada pada tingkat risiko
perilaku bullying yang tinggi.
76
B. Saran
1. Bagi SMK Yayasan Miftahul Jannah Ciputat
a. Setelah dilihat dari hasil penelitian, tingkat risiko perilaku bullying tinggi
cukup banyak yakni hampir setengahnya, maka hasil penelitian ini dapat
dijadikan pertimbangan bagi pihak sekolah untuk melakukan pengawasan
yang lebih lagi, baik itu dari kepala sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran,
guru BK, maupun penjaga keamanan sekolah, agar ketika nampak indikasi
bullying, harus dilakukan minimal peneguran atau larangan melakukan
tindakan tersebut dan harus dirubah pemikiran bahwa bullying adalah
perilaku yag wajar di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia, karena
mengingat dampak bullying sangat banyak tidak hanya bagi korban, pelaku,
bahkan bagi yang menyaksikan tindakan perilaku bullying itu sendiri.
b. Adanya kerja sama yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua siswa.
Orang tua juga dapat melaporkan apabila anaknya terindikasi menjadi korban
bullying, dan apabila ada laporan seperti itu sebaiknya sekolah cepat tanggap
menanganinya agar masalah bullying ini tidak terjadi berlarut-larut atau
menjadi budaya disekolah tersebut. Sebaiknya orang tua sebagai pendamping
anak ketika dirumah, orang tua memberikan contoh untuk menerapkan nilai-
nilai spirtual kepada anaknya.
c. Menjalin kerja sama dengan bidang keperawatan untuk bersama melakukan
pencegahan sampai dengan penanggulangan bullying.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
kecerdasan spiritual terhadap risiko perilaku bullying siswa. Maka dari itu,
peneliti menyarankan pada penelitian selanjutnya dapat juga
77
membandingkan antara risiko perilaku bullying siswa di sekolah swasta yang
berlatar belakang mendapatkan pendidikan tentang agama dengan risiko
perilaku bullying siswa di sekolah swasta yang tidak mendapatkan
pendidikan tentang agama.
b. Pada penelitian selanjutnya dapat juga melihat bukan hanya dari kecerdasan
spiritual yang berpengaruh terhadap perilaku bullying siswa. Selain itu masih
ada variabel-variabel lain yang diduga ada hubungannya dengan perilaku
bullying yang masih dapat diteliti lebih lanjut.
c. Lebih selektif lagi dalam menentukan responden, seperti dilihat bagaimana
jumlah anak dalam keluarga tersebut, pekerjaan orang tua, pendidikan orang
tua, status pernikahan orang tua dan lain-lain.
3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
a. Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu dibidang keperawatan jiwa, anak,
maupun keluarga. Dari hasil penelitian yang menunjukan tingginya risiko
perilaku bullying remaja, perawat dapat melakukan upaya-upaya untuk
mencegah atau menanggulangi bullying, perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan bagi para pelaku atau korban bullying.
b. Perawat dapat juga memberikan penyuluhan mengenai manjamen marah,
problem solving atau koping yang baik terhadap masalah. Tidak kalah
penting adalah penyuluhan terkait perilaku bullying serta dampaknya bagi
remaja, mengingat masih sangat sedikit penanganan bullying di Indonesia.
Terkait dengan kecerdasan spirtual, perawat juga bisa memberikan
penyuluhan dengan menerapkan nilai spiritual bagi remaja tersebut.
78
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghozali. 2006. Al-Asma „Al Husna. Bandung : Mizan
Astuti, Poni Retno. 2008. Meredam Bullying : 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan
pada Anak. Jakarta : Grasindo.
Ali, M dan Asrori, M. 2011. PSIKOLOGI REMAJA. Jakarta : PT Bumi Aksara
Alwilsol. 2009. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang : UMM
Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian Suatu pendekatan praktik edisi Revisi. Jakarta :
Rineka Cipta
Arfiani , Yuniar. 2014. Peran Komunikasi Orangtua Anak, Kecerdasan Emosi,
Kecerdasan Spiritual Terhadap Perilaku Bullying. Tesis Program Studi Sains
Psikologi UMS.
Ary. Ginanjar Agustian. 2007. ESQ Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual (Berdasarkan 6 Rukun Iman Dan 5 Rukun Islam). Jakarta : Arga Wijaya
Persada
Atfiyanah. 2008. Hubungan Antara Sensation Seeking dan konformitas Teman Sebaya
Terhadap Kecenderungan Perilaku Bullying Siswa SMA Triguna Tanggerang .
Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta,2013.
Budiman, Arif. 2015. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual
dengan Kenakalan Remaja di SMKN 5 Padang. Skripsi S1 Keperawatan Universitas
Andalas.
79
Coloroso, barbara. 2006. The bully, The Bullied, and The Bystander. New York
Djuwiita, R . 2006. Masalah Tersembunyi dalam Dunia Pendidikan di Indonesia
Workshoop Bullying. 29 April. Jakarta : Indonesia.
Flynt, S.W. Morton, R.C. Alabama. 2006. Elementary Principal’s Perception Of
Bullying. Education, 2, 187-191.
Hidayat, A Aziz Alimun. 2008. Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta :
Salemba Medika
Hurlock, E.B. 2005. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentng
Kehidupan : Edisi kelima (terjemahan: Istiwijayanti dan Soedjarno). Jakarta :
Erlangga
Husaini, Ari Nur. 2013. Hubungan Antara Persepsi Jenis Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Risiko Perilaku Bullying Siswa di SMA Triguna Utama Ciputat. Skripsi S1
Ilmu Keperawatan UIN Jakarta
Husnawati . 2014. Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Hasil Belajar Siswa di
Madrasah Aliyah Al-Mawaddah Jakarta Selatan. Skripsi S1 Pendidikan Agama
Islam UIN Jakarta
Idrus, M. 2002. Kecerdasan Spiritual Mahasiswa Yogyakarta. Psikologi phronesis, Jurnal
Ilmiah dan Terapan, Vol 4 No. 8
Riauskina. 2005. Kekerasan Terselubung di Sekolah : Hazing & Bullying. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Maghfirah, Ulfah & Rahmawati Mira Aliza. 2009. Hubungan antara Iklim Sekolah
dengan Kecenderungan Perilaku Bullying. Psikohumanika vol 1, no 1
Mukhoyyaroh,Lilik M. 2011. Hubungan tingkat kecerdasan Spiritual (SQ) Dengan
Kecerdasan Siswa Menjauhi Perilaku Menyimpang pada Siswa Kelas VIII MTS Al-
Uswah Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2011. Skripsi S1Pendidikan
Agama Islam STAIN Salatiga
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Olweus , Dan. 2006. Bullying in schools : Fact and Intervention. Norwegia Research
Center for Health Promotion, University of Bergen
Priyatna, Andi .2010. Let’s End Bullying : Memahami, Mencegah & Mengatasi Bullying.
Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. 2015. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Rigby , K. 2003. Consequences of bullying. Canadian Journal of Psychiatry
Salmivalli, dkk. 1996. Bullying as a Group Process : Participant Roles and Their
Realations to Social Status Within The groups. In Aggresivve Behavior. Vol 22.
Sarwono, S. W. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Sarwono , Sarlito W & Eko A. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika
Santrock, Jhon W. 2007. Remaja Jilid 2, edisi 11. Jakarta : Erlangga
Sudarsono. 2012. Kenakalan Remaja. Jakarta : Rineka Cipta
Sugiyono. 2012. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Sulvian , keith, mark cleary & ginny sullvian. 2004. Bullying In Secondary Schools :
What It Looks Like And Hoe To Manage It. Corwin press
Sulvian, keith. 2000. The anti-bullying Handbook. Oxford university press
Toto, Tasmara. 2011. Kecerdasan ruhaniah transcendental intelligence membentuk
kepribadian yang bertanggungjawab profesional dan berakhlak. Jakarta : Gema
insani. Hal 189-222
WHO. 2010. Adolescent Health
Wijayanti, A & „Uyun, Z. 2010. Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Kenakalan
Remaja : Studi Kasus Pada Siswa Kelas 3 SLTP Muhammadiyah Masaran Sragen.
Jurnal Tajadida.
Wong dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta : EGC
Yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa). 2008. Bullying Mengatasi Kekerasan di Sekolah
dalam Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta : Grasindo.
Yusuf, Syamsu. 2002. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Yusuf, husmiati & Fahrudin, Adi. 2012. Perilaku Bullying : Asesmen Multidimensi dan
Intervensi Sosial. Jurnal Psikologi UNDIP Vol. 11 , No.2, Oktober
Zahrani,az. 2005. Konseling Terapi. Jakarta : Gema Insani
Zohar D dan Marshall, S. 2007. SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir
Integralistik dan Holistik untuk Memakai Kehidupan. Bandung : Mizan.
Lampiran 1
INFORMED CONSENT
Assalamu‟alaikum Wr, Wb
Salam sejahtera
Nama : Zidti Imaroh
NIM : 1113104000007
Saya adalah mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sedang mengerjakan skripsi
dengan judul : Hubungan Kecerdasan Spiritual Terhadap Risiko Perilaku Bullying Siswa
di SMK YMJ Ciputat
Dalam rangka pengumpulan data, dengan segala kerendahan hati, saya
mengharapkan kesediaan anda meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner yang telah
disediakan. Kerahasiaan jawaban anda akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti.
Tidak ada jawaban yang benar atau salah, jawaban dikatakan benar apabila yang paling
sesuai dengan anda. Jadi dimohon diisi dengan sejujur-jujurnya yang paling sesuai
dengan anda.
Atas bantuan dan kerja sama anda, saya ucapkan terimakasih. Apakah anda bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini :
YA/TIDAK
Tertanda
(responden)
Lampiran 2
Data Diri Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin : L/P
3. Usia : .... tahun
4. Agama :
5. Kelas : X/XI...
6. Nomor Handphone : ...
Petunjuk Pegisisan Kuisioner
1. Berikut ini kuisioner yang harus di isi, yaitu : Risiko perilaku bullying
2. Bacalah setiap pernyataan yang paling sesuai dengan anda dengan tanda checklist
(√) dengan salah satu pilahan jawaban dari 4 macam pilihan, yaitu :
SS Jika SANGAT SETUJU dengan pernyataan
S Jika SETUJU dengan pernyataan
TS Jika TIDAK SETUJU dengan pernyataan
STS Jika SANGAT TIDAK
SETUJU
dengan pernyataan
3. Tidak ada jawaban benar atau salah. Jawaban dianggap benar jika paling sesuai
dengan anda
Contoh :
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya suka belajar setiap malam √
Lampiran 3
Kuesioner Kecerdasan Spiritual
No
Pernyataan
SS
S
TS
STS
1.
Ketika terdengar adzan, saya menjawabnya kemudian segera
pergi berwudhu untuk melaksanakan sholat
2. Jika saya melihat teman sedang di bully , saya menunggu ada
orang yang menolong setelah itu baru saya mendekat untuk ikut
menolongnya
3. Jika saya melihat teman sedang berkelahi saya melerainya
4. Saya berkeluh kesah dengan apa yang telah Allah anugerahkan
kepada saya
5. Saya tidak pernah merasa iri atas apa yang dipunyai orang lain
6. Sulit bagi saya untuk melaksanakan sholat lima waktu jika saya
sedang sakit
7. Setiap kejadian yang saya alami, saya berupaya untuk tetap
tenang dan mengambil hikmah, sehingga darinya saya dapat
meningkatkan amalan saya di kemudian hari
8. Sakit merupakan teguran Allah SWT yang patut kita syukuri dan
berusaha mengobatinya
9. Saya lebih dekat dengan Allah ketika sakit
10. Saya kecewa kepada Allah karena setiap berdoa tidak pernah
dikabulkan
11. Setiap saya melakukan perintah agama, seperti (sholat, puasa,
haji dan seterusya) saya tidak hanya melaksanakan untuk
menggugurkan kewajiban , namun saya juga berupaya ikhlas dan
mengambil nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.
12. Saya kecewa kepada Allah karena kehidupan saya tidak
seberuntung teman saya yang lain
13. Setiap selesai melakukan sesuatu, saya selalu melakukan
muhasabah (merenung)
14. Menurut Saya membaca Al-Qur‟an atau mengaji tidak perlu
setiap hari
15. Saya tetap melaksanakan keputusan rapat, walaupun tidak sesuai
dengan keinginan saya
16. Saya percaya semua yang ada di bumi diciptakkan oleh Allah
SWT termasuk kejahatan
17. Saat teman mengajak mencontek, saya menolaknya
18. Saya akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
peringkat sepuluh besar dikelas
19. Saya senantiasa berperilaku dan berbicara dengan sopan santun
(menjaga ucapan dari perkataan-perkataan kotor) kepada orang
tua, guru dan teman
20. Saya berkata “ah/tidak mau” apabila disuruh oleh orang tua saya
21. Ketika teman bercerita tentang masalahnya, maka timbul dalam
diri saya pertanyaan: “Bagaimana cara membantunya?”.
22. Saya berbohong terhadap kedua orangtua saya ketika dalam
situasi yang mendesak
23. Saya menyisihkan uang saku untuk bersedakah yang akibatnya
uang jajan saya berkurang
24. Saya tidak perlu ikut serta dalam kegiatan organisasi di sekolah
ataupun di masyarakat.
25. Setiap kejadian yang saya alami, saya yakin pasti ada hikmahnya
Kuesioner risisko perilaku bullying
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya tidak akan melakukan kekerasan dengan menggunakan kaki
(menedang)
2 Saya tidak pernah berniat mengolok-olok teman saya
3 Saya tidak akan mencela teman yang prestasinya tidak bagus
4 Saya berteriak ketika siswa lain sedang belajar
5 Saya suka mengambil uang miliki siswa lain tanpa sepengetahuannya
6 Saya tidak akan mengolok-olok teman saya dengan nama panggilan yang
tidak disukai
7 Saya akan memberi nama julukan yang buruk kepada siswa yang tidak
saya suka, dan itu merupakan hal yang biasa menurut saya
8 Saya akan meneror siswa lain dengan menggunakan ancaman
9 Ketika seorang teman menitipkan barang miliknya, saya akan menjaganya
dengan baik
10 Saya akan menyenggol teman yang tidak saya sukai hingga jatuh
11 Saya senang mengganggu teman hingga jatuh
12 Saya akan menampar teman yang membuat saya jengkel
13 Sah saja bila mempunyai keinginan untuk mencela orang lain yang lebih
rendah tingkatannya daripada saya
14 Ketika berhadapan dengan siswa yang bersikap “songong” , saya akan
menegurnya
15 Sebagai siswa yang baik, saya akan memanggil teman sesuai dengan
namanya
16 Saya suka membantu siswa lain belajar dengan tenang
17 Saya akan menyobek buku pelajaran siswa yang menyebalkan
18 Sikap saling menghargai akan selalu saya jaga
19 Saya akan menginjak kaki siswa lain yang menghalangi jalan saya
20 Saya akan memanggil teman dengan nama-nama binatang, karena itu
merupakan hal yang wajar menurut saya
21 Saya akan mengotori baju siswa lain yang saya inginkan
22 “bodoh” adalah kata yang tepat ketika saya akan mengejek orang lain
23 Saya akan memukul siswa yang tidak mau mengikuti perintah saya
24 Saya mendukung teman yang suka menendang atau memukul
25 Saya akan mengancam teman agar dia taat dan patuh kepada saya
26 Saya suka menyinggung teman saya dengan perkataan yang tidak baik
27 Saya senang bila dapat merusak kendaraan siswa lain
28 Saya akan mengambil handphone yang saya suka bagaimanapun caranya
Lampiran 4
HASIL PENELITIAN
Jenis Kelamin
Kelas
Kategori Kecerdasan Spiritual
Kategori Risiko Perilaku Bullying
Hasil Uji Validitas&Reliabilitas Instrumen
Kuesioner Risiko Perilaku Bullying
Kuesioner Kecerdasan Spiritual
Pernyataan r tabel Hasil uji
P1 (0,361) 0,465
P2 (0,361) 0,659
P3 (0,361) 0,489
P4 (0,361) 0,686
P5 (0,361) 0,659
P6 (0,361) 0,489
P7 (0,361) 0,469
P8 (0,361) 0,746
P9 (0,361) 0,489
P10 (0,361) 0,741
P11 (0,361) 0,653
P12 (0,361) 0,536
P13 (0,361) 0,602
P14 (0,361) 0,659
P15 (0,361) 0,755
P16 (0,361) 0,596
P17 (0,361) 0,587
P18 (0,361) 0,489
P19 (0,361) 0,489
P20 (0,361) 0,667
P21 (0,361) 0,640
P22 (0,361) 0,460
P23 (0,361) 0,456
P24 (0,361) 0,457
P25 (0,361) 0,713
P26 (0,361) 0,755
P27 (0,361) 0,547
P28 (0,361) 0,659
Pernyataan r tabel Hasil uji
SQ1 (0,361) 0,592
SQ2 (0,361) 0,394
SQ3 (0,361) 0,394
SQ4 (0,361) 0,585
SQ5 (0,361) 0,585
SQ6 (0,361) 0,407
SQ7 (0,361) 0,750
SQ8 (0,361) 0,407
SQ9 (0,361) 0,450
SQ10 (0,361) 0,633
SQ11 (0,361) 0,533
SQ12 (0,361) 0,750
SQ13 (0,361) 0,399
SQ14 (0,361) 0,559
SQ15 (0,361) 0,468
Hasil Uji Normalitas
Hasil Uji Chi Square
SQ16 (0,361) 0,444
SQ17 (0,361) 0,451
SQ18 (0,361) 0,399
SQ19 (0,361) 0,499
SQ20 (0,361) 0,627
SQ21 (0,361) 0,459
SQ22 (0,361) 0,559
SQ23 (0,361) 0,657
SQ24 (0,361) 0,657
SQ25 (0,361) 0,585