IMPLEMENTASI KURIKULUM PROGRAM FULLDAY SCHOOL SEBAGAI
SARANA UNTUK MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK DALAM
PENDIDIKAN ABAD 21
Widi Aimi, [email protected] , Departemen Pengembangan Kurikulum Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Deni Kurniawan, [email protected], Departemen Pengembangan Kurikulum Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Abstrak
Dekedensi karakter terjadi pada peserta didik sangat menkhawatirkan sekali, mengingat peserta
didik merupakan generasi penerus bangsa yang harus mempunyai karakter dan nilai-nilai luhur
untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang lebih maju. Salah satu aspek yang di
tonjolkan dalam pendidikan abad ke-21 adalah pengembangan karakter peserta didik. Upaya
untuk membangun karakter peserta didik adalah dengan menerapkan program fullday school
dimana peserta didik tidak hanya mendapatkan pembelajaran secara akademis. Dalam program
fullday school peserta didik diarahkan untuk mengikuti berbagai kegiatan positif yang di
rancang oleh sekolah seperti ekstra kulikuler, pengembangan diri, dan lain-lain. Karya tulis
ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui implementasi kurikulum program fullday school untuk
membangun karakter peserta didik. Metode yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini dalah
dengan menggunakan metode literature reviews (tinjauan literatur). Implementasi kurikulum
Fullday School yang baik akan menjadi kontribusi sumbangan terhadap karakter peserta didik.
Kata Kunci : Implementas Kurikulum, Fullday School, Karakter Peserta Didik
FULLDAY SCHOOL CURRICULUM IMPLEMENTATION PROGRAM AS A
FACILITATION TO BUILD STUDENTS' CHARACTERS IN 21ST CENTURY
EDUCATION
Widi Aimi, [email protected] , Curriculum Development Department School of
Postgraduate Indonesian University of Education
Deni Kurniawan, [email protected], Curriculum Development Department School of
Postgraduate Indonesian University of Education
ABSTRACT
The decreasing of character built-up that is occurs in students has been very worrying,
considering that students are the next generation of the nation who must have the character and
noble values to make this nation to be more advanced. One aspect that is highlighted in 21st
century education is the development of the students' character. The effort to build students'
character is by applying a full-day school program where students not only get academic
learning. In the full-day school program, participants are educated for various activities
supported by schools such as extra-curricular, self-development, and others. This paper’s aim
is to find out the implementation of school curriculum programs to build students' character.
Literature review is the method used in this paper. The implementation of a good Full-Day
School curriculum will make a good contribution for the students’ character building.
Keywords: Curriculum Implementation, Full-Day school, Students’ Character.
PENDAHULUAN
Pendidikan pada saat ini di hadapkan pada tujuan pembelajaran yang sangat beragam.
hal ini sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju.
Peserta didik yang ada pada saat ini merupakan generasi yang disebut digital native, yaitu
generasi yang lahir pada era digital, dimana lebih anak lebih banyak mengisi kehidupan dengan
penggunaan teknologi. Hal tersebut berdampak pada pembelajaran yang akan mereka dapatkan
di sekolah. Dalam melaksanakan pembelajaran guru harus menyiapkan pembelajaran yang
sesuai dengan karakter peserta didik pada saaat ini, menggunakan teknologi dengan maksimal
serta pengitegrasian karaakter pada setap pembelajaran. Pendidikan yang dirasa perlu untuk
menjawab tangtang tersebut adalah pendidikan abad ke 21.
Di lihat dari segi pendidikan di abad ke 21 mengharuskan peserta didik mempunyai
kompetensi yang disebut 4C yaitu critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan
menyelesaikan masalah), creativity (kreativitas), communication skill (kemampuan
berkomunikasi) dan ablitiy to work collaboratively (kemampuan untuk bekerja sama). Akan
tetapi semakin berkembanganya teknologi, tidak diiringi dengan kesiapan peserta didik dalam
memanfaatkanya. Banyak sekali peserta didik yang menyalahgunakan teknologi dengan hal-
hal yang dapat berdampak buruk bagi dirinya maupun lingkungan sekitar. keadaan seperti ini
perlu di sikapi dengan bijak oleh para praktisi pendidikan.
Pendidikan harus mampu membentuk karakter peserta didik di masa sekarang dan masa
yang akan datang. Peserta didik harus memiliki nilai-nilai serta moral yang manjadi pondasi
dalam dirinya, agar tidak melakukan hal-hal negative. Karakter yang di bangun dalam proses
pendidikan sejatinya berperan penting untuk peserta didik, dengan karakter yang di milikinya
peserta didik akan mampu berkembang bahkan bersaing secara global. Pendidikan karakter
akan baik diberikan pada peserta didik sedini mungin, agar peserta didik merasa terbiasa dan
tahu akan nilai-nilai luhur, serta norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dengan mengetahui
dan mengamalkan dari nilai-nilai tersebut makan tidak tidak akan ada lagi informasi-informasi
mengenai tindakan peserta didik yang merugikan dirinya serta masyarakat sekitar. Oleh sebab
itu, para praktisi pendidikan harus memberikan fasilitas atau program pendidikan yang dapat
memberikan kontribusi terhadap pembangunan karakter. Salah satu upaya pemerintah adalah
dengan mengimplementasikan kurikulum fullday school.
Fullday school merupakan program pembelajaran sehari penuh, dimana kurikulum
yang di rancang didalamnya bertujuan utnuk mengoptimalkan waktu belajar peserta didik di
dalam sekolah dengan kegiatan-kegiatan yang bermakna serta dapat memberikan penguatan
untuk membangun karakter peserta didik. Dalam program fullday school tidak hanya proses
pembelajaran di dalam kelas, akan tetapi seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh warga
sekolah untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin serta penanaman karakter pada peserta
didik seperti ekstra kurikuler, pengembangan diri, dan lain-lain.
Pendidikan fullday school sebagai sarana untuk membangun karakter peserta didik
sejatinya merupakan implementasi dari Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Di dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.”
Dalam proses pembelajaran dalam kegiatan fullday school tidak hanya menjadikan peserta
didik menjadi cerdas dan mahir dalam bidang teknologi, akan tetapi peserta didik diberikan
pemahaman dan pembinaan mengenai pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam setiap
pembelajaran dan kegaiatan lainya. Sehingga output dari sekolah akan seimbang tidak hanya
menjadikan lulsanya (peserta didik) mahir dalam bidang akademik akan tetapi memiliki
karakter yang kuat.
KAJIAN TEORI
1. Konsep Kurikulum
Kurkukulum secara etimologis menurut Muhaimin (2012, hlm. 1) menjelaskan bahwa
kurikulum berasal dari bahsa Yunani yaitu ‘curere’ yang berarti jarak tempuh lari, dimana
jarak yang harus di tempuh oleh seorang pelari dari mulai start sampai finish. Menurut UUNo.
20 tahun 2003, Kurikukulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sejalan dengan hal tersebut menurut
Doll (1974, hlm. 22) menjelaskan bahwa :
The commonly accepted definition of the curriculum has changed from content of
courses of study and list of subjects and courses to all the experiences hich are offered
to learners under the auspices or direction of the school.
Defini kurikulum menurut Doll menunjukan bahwa dalam sebuah kurikulum , tidak hanya
menitik beratkan pada isi atau materi pelajaran yang akan guru sampaikan akan tetapi
menunjukan adanya perubahan ruang lingkup dari konsep yang kecil kepada konsep yang lebih
besar. Konsep yang lebih luas disini adalah adanya pengalaman peserta didik dalam proses
pembelajaran yang merupakan tanggung jawab sekolah, di rumah, maupun di lingkungan
masyarakat.
Menurut Deng (2017) menjelaskan bahwa “Curriculum usually refers to what is taught
in schools in terms of programs, courses of study, or school subjects for teaching in
classrooms.” Kurikulum dalam praktinknya biasanya mengacu pada apa yang akan di ajarkan
di sekolah dalam hal ini adalah program sekolah, program studi atau mata pelajaran sekolah
untuk diajarkan di dalam kelas. Dari beberapa para ahli yang telah dijelaskan di atas, maka
jelas bahwa kurikulum tidak hanya berbciara mengenai perencanaan, implementasi serta
evaluasi seperangkat isi atau materi pelajaran, akan tetapi kurikulu merupakan segala bentuk
kegiatan yang direncanakan dan di implementasikan serta memberikan pengalaman kepada
peserta didik agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Implementasi kurikulum sangat penting, karena sukses tidaknya program fullday school
dapat di lihat dari kurikulum yang di gunakan di sekolah tersebut. Menurut Ornstein &
Hunkins (2009, hlm. 250) menjelaska bahwa “Successful curriculum implementation results
from careful planning, which focuses on three factors: people, programs, and process” Jelas
bahwa kurikulum akan berhasil diimplementasikan dari perencanaan yang matang yang
berfokus pada tiga faktor, diantaranya : orang, program dan proses. Sejalan dengan hal tersebut
Mulyasa dalam Ningrum (2015, hlm. 418) mengungkapkan bahwa sosialisasi dalam
implementasi kurikulum sangat penting dilakukan, agar semua pihak yang terlibat dalam
implementasinya di lapangan paham dengan perubahan yang harus dilakukan sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya masing-masing, sehingga mereka memberikan dukungan terhadap
perubahan kurikulum yang dilakukan.
2. Fullday School
Proses belajar yang dilaksanakan selama sehari penuh dikenal dengan nama fullday
school, dalam proses pembelajaranya program ini melaksanakan pembelajaran selama sehari
penuh. Pembelajaran disitidak hanya pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas, akan tetapi
terdapat beberapa program yang dilaksanakan di luar jam belajar seperti ekstrakulikuler
maupun pengembangan dn lain-lain. Peraturan Menteri (Permen) Nomor 23 Tahun 2017
menjelaskan mengenai peraturan mengenai fullday school. Pada pasal 2 dijelaskan bahwa
sekolah melaksanakan proses pembelajaran selama 8 jam dalam 1 hari atau 40 jam selama 5
hari. Konsep fullday school berbeda dengan sekolah pada umumnya, dimana pada sekolah
umum (setengah hari) kegiatan proses belajar hanya dilakukan setengah hari dari pagi hingga
siang hari, sedangkan pada sekolah fullday school proses pembelajaran dilaksanakan seharian
penuh dari jam 06.45 sampai dengan jam 15.00 dengan istirahat setiap dua jam sekali.
Menurut Adapun menurut Iftayani & Nurhidayati (2016, hlm. 55) “Full day school
education system implies that apply learning or full day of teaching and learning by combining
intensive teaching system ie, by adding hours of lessons for deepening the subject matter as
well as personal development and creativity”. Dalam program fullday school guru harus
inovatif dalam memberikan pemelajaran di kelas, karena jika tidak peserta didik akan merasa
bosan berada di sekolah karena waktu sekolah yang berlangsung lama. Program-program yang
akan sekolah laksanakan harus di rencanakan se baik mungkin , agar tujuan dari kurikulum
dapat terpenuhi dengan baik. Menurut Kristiawan & Tobari (2017, hlm. 3728) menjelaskan
bahwa the full-day school program will be joyful due to the fact that 1) the full-day school
gives additional study time by having the extra-curricular activities; 2) the full-day school is
about the relationship between parents and their children; 3) the full-day school can help
teachers to obtain 24 hour-teaching obligation per week for certification.
Aktivitas yang dilaksanakan dalam fullday school merupakan suatu bentuk penanaman
karakter pada peserta didik, guru mengajarkan nilai-nilai spiritual dengan waktu yang lebih
banyak, selain itu peserta didik akan aktif dalam kegiatan yang positif yang diadakan oleh
sekolah yang berdampak pada pembiasaan serta memupuk potensi dan karakter peserta didik
sejak dini.
Menurut Hasan (2006, hlm. 114) pembelajaran fullday school memiliki beberapa
keunggulan, diantaranya :
1. Sistem fullday school memungkinkan terwujudnya pendidikan secara utuh. Bloom
menjelaskan bahwa sasaran obyektifitas pendidikan meliputi tiga ranahy, yaitu
ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
2. Sistem fullday school lebih memungkinkan terwujudnya intensifikasi dan
efektivitas proses edukasi. Fullday school dengan menggunakan waktu lebih lama
dan panjang sangat memungkinkan untuk terwujudnya intensifikasi proses
pendidikan dalam arti peserta didik lebih mudah diarahkan dan bentuk sesuai
dengan misi aorientasi pendidikan, sebab aktivitas peserta didik lebih mudah
terpantau.
3. Sistem fullday school merupakan sistem pendidikan yang terbukti efektif dalam
mengaplikasikan kemampuan peserta didik dalam segala hal.
Sekolah dengan penerapan sistem fullday school, berbeda dengan sekolah pada
umumnya. Dalam sistem fullday school pembelajaran dilaksanakan seharia penuh di sekolah
dari pagi hingga sore hari. Menurut Kristiawan, (2017, hlm. 3729) “There are two main aspects
in the full-day school, i.e. setting schedules and deepening subjects”. Pengaturan jadwal dalam
Fullday school harus dirancang dengan matang , inovasi dan kreativitas guru di butuhkan di
dalamnya. Selain itu, apabila guru telah menggunakan berbagai metode serta strategi maka
pengalaman peserta didik akan hadir dalam proses pembelajaran sehingga proses transfer ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai akan berjalan dengan baik.
Adapun tujuan dari fullday school menurut Sujianto (2004, hlm. 204) hal-hal yang
melatar belakangi munculnya fullday schoolantara lain :
1. Minimnya waktu orang tua dirumah berinteraksi dengan anak dikarenakan
kesibukan dari tuntutan pekerjaan,
2. Meningkatnya single parents dan banyaknya aktifitas orang tua yang kurang
memberi perhatian pengawasan dan keamanan, serta kenyamanan erhadap segala
tuntutan kebutuhan anak, terutama bagi anak usia dini,
3. Perlunya formulasi jam tambahan keagaman bagi anak dikarenakan minimnya
waktu orang tua bersama anak,
4. Peningkatan kualitas pendidikan sebagai sebuah alternatif solusi terhadap berbagai
permsalahan kemerosotan bangsa, terutama akhlak,
5. Semakin canggih dunia komunikasi, membuat dunia seolah-olah tanpa batas
(borderless world).
Maka jelas, bahwa tujuan dari adanya fullday school yaitu untuk memberikan pondasi yang
kuat pada peserta didik untuk membentuk karakter, mengembangkan minat dan bakat serta
meningkatkan kecerdasan peserta didik dalam segala bidang.
3. Hakikat Karakter
Karakter merupakan cara berpikir dan bertindak setiap orang untuk hidup dan
bekerjasama di lingkuangan keluarga sampai pada lingkungan masyarakat. Menurut Simon
Philips dalam Muslich (2013, hlm. 70) mnejelaskan bahwa karakter adalah kumpulan tata nilai
yang menju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang
ditampilkan. Menurut Rokhmana, dkk (2014, hlm. 116) menjelaskan bahwa Character is
usually seen from psychological perspective. This is related to the aspects of behaviour,
attitude, manner and the quality following which differentiate one person to another or specific
elements which may lead somebody to be more outstanding that others. Orang yang miliki
karakter yang baik adalah individu yang mengetahui setiap apa yang dia lakukan serta
bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dia perbuat.
Sementara pendidikan karakter menurut Megawangi (2004, hlm. 95) “usaha untuk
mendidik anak-anak agar dapat mengabil keputusan dengan bijak dan mempraktikanya dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat membeikan kontribusi yang positif kepada
lingkunganya.” Menurut Lickon dalam Muslich (2013, hlm. 75) yang menekankan tiga
komponen karakter yang baik, yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling
( perasaan tentang moral), moral action (perbuatan moral), yang diperlukan agar peserta didik
mampu memahami, merasakan, dan menlaksanakan nilai-nilai kebajikan. Sejalan dengan hal
tersebut menurut M. Fakry Gaffar dalam Kesuma, dkk (2012, hlm. 5) Pendidikan karakter
merupakan sebuah transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam
kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.
Dari beberapa penjelasan menurut para ahli mengenai pendidikan karakter , maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter merupakan proses interaksi antara guru dan
peserta didik secara sadar dan terencana, dimana didalamnya diajarkan nilai-nilai dan moral
bangsa yang harus di terapkan oleh peserta didik agar kelak bisa hidup dan bekerjasama dengan
baik dalam keluarga samapai pada lingkungan masyarakat.
Tujuan pendidikan karakter dalam seting sekolah , menurut Kesuma, dkk (2012, hlm.
9) diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menguatkan dan mengembangkan nila-nilai kehidupan yang dianggap penting dan
perlu sehingga menjadi kepribadian atau keemilikina peserta didik yang khas
sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan;
2. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang
dikmbangkan oleh sekolah;
3. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam
memerankan tugas dan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.
Tujuan dari pendidikan karakter di sekolah tentunya sangat penting, karena dengan
pendidikan karakter akan mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan norma
dan nilai-nilai. Pendidikan karakter dapat mengubah sikap peserta didik dari yang berperilaku
negatif menjadi positif. Proses perubahan tersebut di maknai dengan proses pembelajaran ,
pembiasaan serta bimbingan pada peserta didik.
Nilai-nilai karakter yang ditanamkan dan dikembangkan di sekolah menurut Darmiyati
Zuhdi dalam Baroroh (2011, hlm. 153) mengemukakan terdapat 18 nilai-nilai pendidikan,
budaya dan karakter bangsa yaitu : 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4) Disiplin, 5) kerja keras,
6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat kebangsaan, 11) cinta
tanah air, 12) menghargai prestasi, 13) bersahabat/komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar
membaca, 16) peduli lingkungan, 17) peduli sosial dan 18) tanggung jawab.
Menurut Buchori dalam Muslich (2013, hlm. 87) menjelaskan bahwa dalam pendidikan
karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan
nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengalaman nilai secara nyata. Jelas bahwa pendidikan
karakter di sekolah dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran, dimana norma-norma serta
nilai pada materi pelajaran perlu dikembangkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Selain
itu pendidikan karakter dapat di lakukan pada kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri.
Hal ini di luar mata pelajaran dengan tujuan untuk membantusiswa dalam mengembangkan
baka, minat, potensi serta kebutuhan dari setiap peserta didik.
Pembahasan
Negara Indonesia pada saat ini dihadapkan pada beberapa tantang besar, salah satunya
yaitu revolusi industri 4.0. tantangan tersebut harus dialalui dan dipersiapkan oleh seluruh
bangsa Indonesia. Kunci sukses pada tantangan tersebut adalah kualitas dari sumber daya
manusia nya sendiri, oleh karea itu peningkatan dari sumber daya manusia harus di pikirkan
dengan sebaik mungkin. Pendidikan pada abad 21 merupakan salah satu upaya untuk
menciptakan manusia yang berkualitas. Menurut Partnership for 21st Century Skills (P21)
terdapat beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam menghadapi
kehidupan di abad ke-21, diantaranya :
a) Content Knowledge and 21st Century themes, dimana peserta didik sangat penting
untuk penguasaan mata pelajaran mendasar dan tema abad ke 21. Seperti Bahasa
inggris, matematika, kewarganegaraan, dll.
b) Learning and Innovation Skills, keterampilan belajar dan berinovasi, focus pada
kreativitas, berpikir kritis, komunikasi dan kolaborasi sangat penting untuk
mempersiapkan peserta didik di masa depan.
c) Information, Media and Technology Skills, bahwa seorang peserta didik harus
melek informasi. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media
untuk belajar.
d) Life and Career Skills, kemampuan berpikir harus terus dikembangkan oleh setiap
peserta didik, pengetahuan konten, kompetensi sosial dan emosional untuk
mengarahkan kehidupan dan lingkungan kerja yang kompleks. Diantaranya
kemampuan beradaptasi, inisiatif, keterampilan sosial, produktivitas, kepemimpinan
dan tanggung jawab.
Dalam pendidikan di abad 21 peserta didik tidak hanya dihadapkan dalam penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi saja, akan tetapi peserta didik harus memiliki karakter yang
kuat. Karakter yang kuat merupakan aspek penting dalam kualitas sumber daya manusia
(SDM) karena untuk menentukan kemajuan suatu bangsa di perlukan manusia yang berkarakter
dan berkualitas.
Implementasi Kurikulum Fullday Shool merupakan salah stu alternatif dalam
pembentukan karakter peserta didik dalam pendidikan abad ke 21. tetapi Dalam kegiatan
fullday school kegiatan belajar siswa selama sehari penuh, akan tetapi pembelajaran disni
bukan hanya proses pembelajaran di kelas melainkan adanya kegiatan-kegiatan lainya seperti
ekstra kulikuler dan pengembangan diri.
Pada program pendidikan fullday school terdapat beberapa aspek kurikulum,
diantaranya sebagai berikut :
a. Core Curriculum (kurikulum inti), dimana materi pada sekolah fullday school
sama dengan sekolah pada umumnya yaitu dari diknas pendidikan pusat.
b. Intra Curriulum (Kurikulum Khusus), merupakan tambahan mata pelajaran yang
berasal dari sekolah sendiri.
c. Complement Material (kurikulum tambahan), memberikan materi tambahan yang
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan tidak menutup kemungkina
berkembangnya dan bertambah sebagai dampak dari perkembangan pendidikan.
d. Hidden Curriculum (kurikulum tersembunyi), yaitu kurikulum yang tidak
memiliki jam secara khusus namun diberikan sebagai tambahan ketika pengajaran
dan kegiatan kesiswaan.
Sebenarnya pada kurikulum 2013 telah menerapkan pendidikan karakter, fiantaranya
yaitu dengan mengintegrasikan nilai-nilai pada seiap mata pelajaran, mengoptimalisasikan
kurkulum muatan lokal, kegaiatan eksrta kurikuler, pengembangan diri, dan layanan
bimbingan konseling. Implementasi kurikulum fullday school merupakan bagian dari
kurikulum yang mengutamakan karakter siswa. Program fullday school yang di rancang oleh
pihak sekolah benar-benar bertujuan untuk memberikan kontribusi dalam pengembangan
karakter peserta didik.
Kurikulum fullday school, pihak sekolah diberikan keleluasan untuk mengembangan
program sekolah sesuai dengan kekhasan dari masing-masing sekolah tersebut. Bukan hanya
siswa saja yang menjadi sasaran dalam pendidikan karakter melainkan seluruh warga yang
berada di dalam sekolah itu. Dalam mengimplementasikan kurikulum fullday school sebagai
upaya untuk membangun karakter peserta didik, maka semua komponen yang ada di dalam
sekolah tersebut harus dilibatkan termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri seperti
proses pembelajaran dan penilaian, materi pembelajaran, proses pembelajaran, pengelolaan
sekolah, kegiatan-kegiatan kokurikuler, dll.
Kesimpulan
Pendidikan karakter merupakan suatu hal yang penting dalam pendidikan di Indonesia,
dalam implementasi kurikulum fullday school, sekolah merancang program-program serta
inovasi pembelajaran untuk proses pembelajaran. Siswa berada di sekolah selama sehari penuh,
dengan begitu sekolah dapat membimbing siswa agar dapat menerapkan nilai-nilai serta norma
yang baik. Akan tetapi jika program yang tidak terencana dan kurangnya inovasi pada sekolah
yang menerapkan fullday school akan mengakibatkan siswa menjadi bosan berada di sekolah.
Untuk membentuk sumber daya manusai yang berkualitas, tidak hanya cakap dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi saja, akan tetapi harus memiliki karakter yang kuat. Sumber daya
manuasia yang berkualitas akan menciptakan Negara yang sangat maju dalam berbagai bidang.
Daftar Pustaka
Baroroh, K. (2011). Upaya Meningkatkan Nilai-nilai Karakter Peserta Didik Melalui
Penerapan Metode Role Playing. Jurnal ekonomi dan Pendidikan, 8.
Buchori, M. (1995). Tranformasi Pendidikan. Jakarta: Pustaka SInar Harapan.
Deng, Z. (2017). Rethinking Curriculum and Teaching. Oxford Research Encyclopedia of
Education.
Doll, R. C. (1974). Curriculum Improvement, Decision Making and Process. Boston: Allyn &
Bacon, Inc.
Hasan, N. (2006). Fullday School Model Alternatif Pembelajaran PAI. Jurnal Pendidikan
Tadris, 1.
Kesuma, D., Triatna, C., & Permana, J. (2012). Pendidikan Karakter : Kajian Teori dan Praktik
di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kristiawan, M., & Tobari. (2017). The Characteristics of the Full Day School Based
Elementary School. Transylvanian Review, XXV.
Larrain, A., Moreno, C., & Grau, V. (2017). Curriculum Materialas Support Teachers in The
Promotion of Argumentation in Science Teaching : A Case Study. Teaching an Teacher
Education, 67.
Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter; Solusi yang Tpat untuk Membangun Bangsa.
Bogor: Indonesai Heritage Foundation.
Miller, J. P., & Seller, W. (1985). Curriculum Perspectives and Practice. USA: Longman Inc.
Muhaimin. (2012). Pengembangan KUrikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah ,
Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raawali Pers.
Muslich, M. (2013). Pendidikan Karakter ;Menjawab Tantanga Krisis Multidimensional.
Jakarta: Bumi Aksara.
Ningrum, E. S. (2015). Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah dasar. Manajemen
Pendidikan, 24.
Ornstein, A.C. & Hunkins, F.P. (2009). Curriculum, Foundations, Principles, and Issues.
Fifth Ed. Singapore: Pearson.
Rokhmana, F., Hum, M., Syaifudin, A., & Yulianti. (2014). Character Education For Golden
Generation 2045 (National Character Building for Indonesian Golden Years). Social
and Behavioral Sciences, 141.
Sanjaya, W. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenanda Media
Group.