dm4 miniproject.doc

59
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEMBANGBAHU TENTANG DIABETES MELLITUS Laporan Mini Project ini disusun dalam rangka memenuhi tugas internsip di Puskesmas Kembangbahu Disusun oleh : dr. Rien Novia Maulida Pembimbing : dr. Nanang Rahardi PUSKESMAS KEMBANGBAHU 1

Upload: adam-ariwibawa

Post on 07-Dec-2015

58 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: DM4 miniproject.doc

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEMBANGBAHU

TENTANG DIABETES MELLITUS

Laporan Mini Project ini disusun dalam rangka

memenuhi tugas internsip di Puskesmas Kembangbahu

Disusun oleh :

dr. Rien Novia Maulida

Pembimbing :

dr. Nanang Rahardi

PUSKESMAS KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN

JUNI 2015

1

Page 2: DM4 miniproject.doc

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya yang

diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan Mini Project berjudul “ Tingkat

Pengetahuan masyarakat di Puskesmas Kembangbahu mengenai Diabetes mellitus” ini dalam

memenuhi kewajiban tugas pada Program Internsip di Puskesmas Kembangbahu Kecamatan

Kembangbahu- kabupaten Lamongan

Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Nanang Rahardi sebagai pembimbing

internsip di puskesmas Kembangbahu yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk

belajar lebih banyak tentang Diabetes Melitus dan komplikasi sehingga saya dapat

menyelesaikan tugas ini.

Saya menyadari dalam penyusunan mini project ini banyak terdapat kekurangan.

Semoga mini project ini dapat memberikan sumbangan pikiran dan pengetahuan bagi penulis

khususnya, dan pembaca pada umumnya.

Lamongan , Juni 2015

Penulis

2

Page 3: DM4 miniproject.doc

LEMBAR PENGESAHAN

MINI PROJECT

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEMBANGBAHU

TENTANG DIABETES MELLITUS

Laporan Mini Project ini diajukan dalam rangka

memenuhi tugas internsip di Puskesmas

Peserta, Dokter Pendamping Internsip

dr. Rien Novia Maulida dr. Nanang Rahardi

3

Page 4: DM4 miniproject.doc

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus merupakan

suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama

mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Diabetes melitus adalah suatu penyakit

metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia yang disebabkan karena defek sekresi insulin,

gangguan kerja insulin atau keduanya 1 .

Di Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana diperkirakan sekitar 5 juta

lebih penduduk Indonesia menderita DM. Di masa mendatang, diantara penyakit degeneratif

diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di

masa mendatang. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di

atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada

tahun 2025 jumlah tersebut akan membengkak menjadi 300 juta orang2 .

Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecendrungan peningkatan angka

insidensi dan prevalensi DM Tipe 2 diberbagai penjuru dunia. WHO memprediksikan kenaikan

jumlah penyandang Diabetes mellitus di Indonesiandari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar

21,3 juta pada tahun 20303 .

4

Page 5: DM4 miniproject.doc

Mengingat bahwa Diabetes Mellitus akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber

daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka semua pihak baik

masyarakat maupun pemerintah, sudah seharusnya ikut serta dalam usaha penanggulangan

Diabetes Mellitus, khususnya dalam upaya pencegahan3 .

1.2. Pernyataan Masalah

Berdasarkan  latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa pernyataan

masalah, yaitu:

1.      Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai diabetes mellitus

2.      Kurangnya intervensi dari petugas kesehatan dalam rangka promotif mengenai

pencegahan diabetes mellitus

1.3. Tujuan Mini Project

Tujuan yang ingin dicapai pada mini project ini, meliputi :

1. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kembangbahu

terhadap diabetes mellitus sehingga dapat dilakukan promosi kesehatan sebagai

pencegahan primer atau sekunder bagi masyarakat yang tidak menderita diabetes mellitus

tetapi memiliki faktor resiko ataupun untuk masyarakat yang menderita diabetes mellitus

tetapi tidak berobat rutin

2. Mengetahui pola aktivitas dan makan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

Kembangbahy yang menjadi faktor resiko diabetes mellitus sehingga dapat dilakukan

promosi kesehatan terutama secara individual.

1..4. Manfaat

1. Bagi penulis, mini project ini menjadi pengalaman yang berguna dalam menerapkan ilmu

pengetahuan yang diperoleh sebelum internship.

2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan tentang

pentingnya pencegahan diabetes mellitus dan perlunya mengenali diabetes mellitus lebih

dini untuk menekan prevalensi penyakit diabetes mellitus di masyarakat.

5

Page 6: DM4 miniproject.doc

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Diabetes Mellitus

Menurut American Association (ADA) tahun 2010, Diabetes Mellitus merupakan suaatu

kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya 4 .

2.2. Etiologi Diabetes Mellitus

Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan meningkatnya umur, maka intoleransi terhadap

glukosa juga meningkat. Peningkatan kadar gula darah pada usia lanjut dapat disebabkan oleh 2 :

a) Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang

b) Resistensi insulin

c) Aktivitas fisik yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan.

d) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress, operasi.

e) Sering menggunakan bermacam-macam obat-obatan.

f) Adanya faktor keturunan

2.3. Klasifikasi Diabetes Mellitus

American Diabetes Association (ADA) dalam Standards of Medical Care in Diabetes

(2009) memberikan klasifikasi diabetes melitus menjadi 4 tipe yang disajikan dalam :

1. Diabetes melitus tipe 1, yaitu diabetes melitus yang dikarenakan oleh adanya

destruksi sel β pankreas yang secara absolut menyebabkan defisiensi insulin.

2. Diabetes melitus tipe 2, yaitu diabetes yang dikarenakan oleh adanya kelainan sekresi

insulin yang progresif dan adanya resistensi insulin.

3. Diabetes melitus tipe lain, yaitu diabetes yang disebabkan oleh beberapa faktor lain

seperti kelainan genetik pada fungsi sel β pankreas, kelainan genetik pada aktivitas

insulin, penyakit eksokrin pankreas (cystic fibrosis), dan akibat penggunaan obat atau

bahan kimia lainnya (terapi pada penderita AIDS dan terapi setelah transplantasi

organ).

6

Page 7: DM4 miniproject.doc

4. Diabetes melitus gestasional, yaitu tipe diabetes yang terdiagnosa atau dialami selama

masa kehamilan.

Tabel 1. Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut American Diabetes Association

2.4. Patofisiologi Diabetes Mellitus3

2.4.1. Diabetes melitus tipe 1

Pada DM tipe I ( DM tergantung insulin (IDDM), sebelumnya disebut diabetes juvenilis),

terdapat kekurangan insulin absolut sehingga pasien membutuhkan suplai insulin dari luar.

Keadaan ini disebabkan oleh lesi pada sel beta pankreas karena mekanisme autoimun, yang

pada keadaan tertentu dipicu oleh infeksi virus. DM tipe I terjadi lebih sering pada pembawa

antigen HLA tertentu (HLA-DR3 dan HLA-DR4), hal ini terdapat disposisi genetik. Diabetes

mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa Inggris: childhood-onset diabetes, juvenile

diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi karena

berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat defek sel beta penghasil insulin pada

pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang

dewasa, namun lebih sering didapat pada anak – anak.

7

Page 8: DM4 miniproject.doc

2.4.2 Diabetes Melitus tipe 2

Pada DM tipe II (DM yang tidak tergantung insulin (NIDDM), sebelumnya disebut dengan

DM tipe dewasa) hingga saat ini merupakan diabetes yang paling sering terjadi. Pada tipe ini,

disposisi genetik juga berperan penting. Namun terdapat defisiensi insulin relatif; pasien tidak

mutlak bergantung pada suplai insulin dari luar. Pelepasan insulin dapat normal atau bahkan

meningkat, tetapi organ target memiliki sensitifitas yang berkurang terhadap insulin. Sebagian

besar pasien DM tipe II memiliki berat badan berlebih. Obesitas terjadi karena disposisi genetik,

asupan makanan yang terlalu banyak, dan aktifitas fisik yang terlalu sedikit. Ketidakseimbangan

antara suplai dan pengeluaran energi meningkatkan konsentrasi asam lemak di dalam darah. Hal

ini selanjutnya akan menurunkan penggunaan glukosa di otot dan jaringan lemak. Akibatnya,

terjadi resistensi insulin yang memaksa untuk meningkatan pelepasan insulin. Akibat regulasi

menurun pada reseptor, resistensi insulin semakin meningkat. Obesitas merupakan pemicu yang

penting, namun bukan merupakan penyebab tunggal diabetes tipe II. Penyebab yang lebih

penting adalah adanya disposisi genetic yang menurunkan sensitifitas insulin. Sering kali,

pelepasan insulin selalu tidak pernah normal. Beberapa gen telah di identifikasi sebagai gen yang

menigkatkan terjadinya obesitas dan DM tipe II. Diantara beberapa factor, kelaian genetic pada

protein yang memisahkan rangkaian di mitokondria membatasi penggunaan substrat. Jika

terdapat disposisi genetik yang kuat, diabetes tipe II dapat terjadi pada usia muda. Penurunan

sensitifitas insulin terutama mempengaruhi efek insulin pada metabolisme glukosa, sedangkan

pengaruhnya pada metabolisme lemak dan protein dapat dipertahankan dengan baik. Jadi,

diabetes tipe II cenderung menyebabkan hiperglikemia berat tanpa disertai gangguan

metabolisme lemak.

8

Page 9: DM4 miniproject.doc

2.4.3 Diabetes tipe lain

Defisiensi insulin relative juga dapat disebabkan oleh kelainan yang sangat jarang pada

biosintesis insulin, reseptor insulin atau transmisi intrasel. Bahkan tanpa ada disposisi genetic,

diabetes dapat terjadi pada perjalanan penyakit lain, seperti pancreatitis dengan kerusakan sel

beta atau karena kerusakan toksik di sel beta. Diabetes mellitus ditingkatkan oleh peningkatan

pelepasan hormone antagonis, diantaranya, somatotropin (pada akromegali), glukokortikoid

(pada penyakit Cushing atau stress), epinefrin (pada stress), progestogen dan kariomamotropin

(pada kehamilan), ACTH, hormone tiroid dan glucagon. Infeksi yang berat meningkatkan

pelepasan beberapa hormone yang telah disebutkan di atas sehingga meningkatkan pelepasan

beberapa hormone yang telah disebutkan diatas sehingga meningkatkan manifestasi diabetes

mellitus. Somatostatinoma dapat menyebabkan diabetes karena somatostatin yang diekskresikan

akan menghambat pelepasan insulin. (Silabernagi,2002)

2.5. Diagnosis Diabetes Mellitus3

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak

dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan

glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan

darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena, ataupun kapiler tetap

dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai

pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan

dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer.

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya diabetes

mellitus perlu diperlukan apabila terdapat keluhan klasik seperti dibawah ini :

a. Keluhan klasik diabetes mellitus berupa :

- Poliuria

- Polidipsia

- Polifagia

- Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

b. Keluhan lain berupa :

- Lemah badan

9

Page 10: DM4 miniproject.doc

- Kesemutan

- Gatal

- Mata Kabur

- Dsifungsi ereksi pada pria

- Pruritus vulvae pada wanita

Diagnosis diabetes mellius dapat ditegakkan melalui tiga cara :

a. Jika ditemukan keluhan klasik dan kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) >

200mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus.

b. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa (plasma vena) > 126 mg/dl disertai adanya

keluhan klasik.

c. Kadar glukosa plasma >= 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada

Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

Tabel Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Pemeriksaan Penyaring dan

diagnosis Diabetes Mellitus ( mg/dl) .

Bukan DMBelum Pasti

DMDM

Kadar glukosa

darah sewaktu

( mg/dl )

Plasma ( vena ) < 100 100-199 >200

Darah Kapiler<90 90 – 199 >200

Kadar glukosa

darah puasa

( mg /dl )

Plasma (vena) <100 100 – 125 >126

Darah Kapiler <90 90 – 99 >126

Tabel 2. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Pemeriksaan Penyaring

dan diagnosis Diabetes Mellitus ( mg/dl) .

10

Page 11: DM4 miniproject.doc

Tabel 3. Kriteria Diabetes Mellitus

Diperlukan anamnesis yang cermat serta pemeriksaan yang baik untuk menentukan

diagnosis diabetes melitus, toleransi glukosa terganggu dan glukosa darah puasa tergagnggu.

Berikut adalah langkah-langkah penegakkan diagnosis diabetes melitus, TGT, dan GDPT.

11

Page 12: DM4 miniproject.doc

Gambar 1. Alur Pemeriksaan Diabetes Mellitus

2.6. Komplikasi Diabetes Mellitus4

Komplikasi diabetes mellitus yang dapat ditemukan, antara lain :

a. Komplikasi akut

1. Hipoglikemia

Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl.

Bila terdapat penurunan kesadaran pada penderita diabetes mellitus harus

selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya hipoglikemia. Hipoglikemia

paling sering diakibatkan oleh golongan sulfonylurea dan insulin.

Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergic ( berdebar-debar, banyak

keringat, gemetar dan rasa lapar) dan gejala neuro-glikopenik ( pusing,

gelisah, penurunan kesadaran sampai koma).

12

Page 13: DM4 miniproject.doc

2.Ketoasidosis diabetic

Merupakan komplikasi akut diabetes yang ditandai dengan adanya peningkatan

kadar glukosa darah yang tinggi ( 300-600 mg/dL) disertai dengan adanya tanda dan

gejala asidosi dan plasma aseton (+) kuat.

Merupakan komplikasi metabolik yang paling serius pada DM . Hal ini terjadi

karena kadar insulin sangat menurun, dan pasien akan mengalami hal berikut: (Boon et.al

2006)

· Hiperglikemia

· Hiperketonemia

· Asidosis metabolik

Hiperglikemia dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis ,peningkatan lipolisis

dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan benda keton

(asetoasetat, hidroksibutirat, dan aseton). Peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan

ketosis. Peningkatan produksi keton meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis

metabolik. Glukosuria dan ketonuria yang jelas juga dapat mengakibatkan diuresis

osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Pasien dapat menjadi

hipotensi dan mengalami syok. (Price et.al 2005)

Akhirnya, akibat penurunan penggunaan oksigen otak, pasien akan mengalami

koma dan meninggal. Koma dan kematian akibat DKA saat ini jarang terjadi, karena

pasien maupun tenaga kesehatan telah menyadari potensi bahaya komplikasi ini dan

pengobatan DKA dapat dilakukan sedini mungkin.

Tanda dan Gejala ketoasidosis metabolik :

1. Dehidrasi

2. Hipotensi (postural atau supine)

3. Ekstremitas Dingin/sianosis perifer

4. Takikardi

5. Kusmaul breathing

13

Page 14: DM4 miniproject.doc

6. Nafas bau aseton

7. Hipotermia

8. Poliuria

9. Tampak Bingung

10. Kelelahan

11. Mual – muntah

12. Pandangan kabur

13. Koma ( 10% )

14

Page 15: DM4 miniproject.doc

Tabel 4. Terapi penanganan ketoasidosis metabolik

2. Status Hiperglikemia Hiperosmolar (SHH)

Pada keadaan ini terjadi peningkatan kadar glukosa darah sangat tinggi (600-1200

mg/dL) tanpa tanda dan gejala asidosis.

b. Komplikasi Kronik

1. Makroangiopati

Pembuluh darah jantung

Pembuluh darah tepi

Pembuluh darah otak

15

Page 16: DM4 miniproject.doc

2.Mikroangiopati

Retinopati diabetic

Nefropati diabetic

Neuropati diabetic

2.7. Masalah-Masalah Khusus Pada Diabetes4,5

2.7.1. Diabetes dengan Infeksi

Adanya infeksi pada pasien sangat berpengaruh terhadap pengendalian glukosa darah.

Infeksi dapat memperburuk kendali glukosa darah, dan kadar glukosa darah yang tinggi

meningkatkan kemudahan atau memperburuk infeksi. Infeksi yang banyak terjadi antara lain:

Infeksi saluran kemih (ISK)

Infeksi saluran nafas: pneumonia, TB Paru

Infeksi kulit: furunkel, abses

Infeksi rongga mulut: infeksi gigi dan gusi

Infeksi telinga: otitis eksterna maligna

ISK merupakan infeksi yang sering terjadi dan lebih sulit dikendalikan. Dapat

mengakibatkan terjadinya pielonefritis dan septikemia. Kuman penyebab yang sering

menimbulkan infeksi adalah: Escherichia coli dan Klebsiella. Infeksi jamur spesies

kandida dapat menyebabkan sistitis dan abses renal. Pruritus vagina adalah manifestasi

yang sering terjadi akibat infeksi jamur vagina.

Pneumonia pada diabetes biasanya disebabkan oleh: streptokokus, stafilokokus, dan

bakteri batang gram negatif. Infeksi jamur pada pernapasan oleh aspergillosis, dan

mucormycosis juga sering terjadi.

Penyandang diabetes lebih rentan terjangkit TBC paru. Pemeriksaan rontgen dada,

memperlihatkan pada 70% penyandang diabetes terdapat lesi paru-paru bawah dan

kavitasi. Pada penyandang diabetes juga sering disertai dengan adanya resistensi obat-

obat Tuberkulosis.

Kulit pada daerah ekstremitas bawah merupakan tempat yang sering mengalami infeksi.

Kuman stafilokokus merupakan kuman penyebab utama. Ulkus kaki terinfeksi biasanya

melibatkan banyak mikro organisme, yang sering terlibat adalah stafilokokus,

streptokokus, batang gram negatif dan kuman anaerob.

16

Page 17: DM4 miniproject.doc

Angka kejadian periodontitis meningkat pada penyandang diabetes dan sering

mengakibatkan tanggalnya gigi. Menjaga kebersihan rongga mulut dengan baik

merupakan hal yang penting untuk mencegah komplikasi rongga mulut.

pada penyandang diabetes, otitis eksterna maligna sering kali tidak terdeteksi sebagai

penyebab infeksi.

2.7.2. Diabetes dengan Nefropati Diabetik

Sekitar 20-40% penyandang diabetes akan mengalami nefropati diabetik

Didapatkannya albuminuria persisten pada kisaran 30-299 mg/24 jam (albuminuria

mikro) merupakan tanda dini nefropati diabetik

Pasien yang disertai dengan albuminuria mikro dan berubah menjadi albuminuria makro (

>300 mg/24 jam), pada akhirnya sering berlanjut menjadi gagal ginjal kronik stadium

akhir.

Diagnosis

Diagnosis nefropati diabetik ditegakkan jika didapatkan kadar albumin > 30 mg

dalam urin 24 jam pada 2 dari 3 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3- 6 bulan,

tanpa penyebab albuminuria lainnya.

Penatalaksanaan

Kendalikan glukosa darah

Kendalikan tekanan darah

Diet protein 0,8 gram/kgBB per hari. Jika terjadi penurunan fungsi ginjal yang

bertambah berat, diet protein diberikan 0,6 – 0,8 gram/kg BB per hari.

Terapi dengan obat penyekat reseptor angiotensin II, penghambat ACE, atau

kombinasi keduanya. Jika terdapat kontraindikasi terhadap penyekat ACE atau

reseptor angiotensin, dapat diberikan antagonis kalsium non dihidropiridin.

Apabila serum kreatinin >2,0 mg/dL sebaiknya ahli nefrologi ikut dilibatkan

Idealnya bila klirens kreatinin <15 mL/menit sudah merupakan indikasi terapi

pengganti (dialisis, transplantasi).

2.7.3. Diabetes dengan Disfungsi Ereksi (DE)

17

Page 18: DM4 miniproject.doc

Prevalensi DE pada penyandang diabetes tipe 2 lebih dari 10 tahun cukup tinggi dan

merupakan akibat adanya neuropati autonom, angiopati dan problem psikis.

DE sering menjadi sumber kecemasan penyandang diabetes, tetapi jarang disampaikan

kepada dokter oleh karena itu perlu ditanyakan pada saat konsultasi.

Pengelolaan DE pada diabetes dapat mengacu pada Penatalaksanaan Disfungsi Ereksi

(Materi Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan, IDI, 1999). DE dapat didiagnosis dengan

menggunakan instrumen sederhana yaitu kuesioner IIEF5 (International Index of Erectile

Function 5).

Upaya pengobatan utama adalah memperbaiki kontrol glukosa darah senormal mungkin

dan memperbaiki faktor risiko DE lain seperti dislipidemia, merokok, obesitas dan

hipertensi.

Perlu diidentifikasi berbagai obat yang dikonsumsi pasien yang berpengaruh mterhadap

timbulnya atau memberatnya DE.

Pengobatan lini pertama ialah terapi psikoseksual dan obat oral antara lain sildenafil dan

vardenafil.

2.7.4. Diabetes dengan Kehamilan/Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat (TGT,

GDPT, DM) yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang

berlangsung.

Penilaian adanya risiko DMG perlu dilakukan sejak kunjungan pertama untuk

pemeriksaan kehamilannya

Faktor risiko DMG antara lain: obesitas, adanya riwayat pernah mengalami DMG,

glukosuria, adanya riwayat keluarga dengan diabetes, abortus berulang, adanya riwayat

melahirkan bayi dengan cacat bawaan atau melahirkan bayi dengan berat > 4000 gram,

dan adanya riwayat preeklamsia. Pada pasien dengan risiko DMG yang jelas perlu segera

dilakukan pemeriksaan glukosa darah. Bila didapat hasil glukosa darah sewaktu ≤ 200

mg/dL atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL yang sesuai dengan batas diagnosis untuk

diabetes, maka perlu dilakukan pemeriksaan pada waktu yang lain untuk konfirmasi.

Pasien hamil dengan TGT dan GDPT dikelola sebagai DMG.

18

Page 19: DM4 miniproject.doc

Diagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan TTGO dilakukan dengan memberikan beban 75

gram glukosa setelah berpuasa 8–14 jam. Kemudian dilakukan pemeriksaan glukosa

darah puasa, 1 jam dan 2 jam setelah beban.

DMG ditegakkan apabila ditemukan hasil pemeriksaan glukosa darah puasa ≤ 95 mg/dL,

1 jam setelah beban < 180 mg/dL dan 2 jam setelah beban ≤ 155 mg/dL. Apabila hanya

dapat dilakukan 1 kali pemeriksaan glukosa darah maka lakukan pemeriksaan glukosa

darah 2 jam setelah pembebanan, bila didapatkan hasil glukosa darah ≥ 155 mg/dL, sudah

dapat didiagnosis sebagai DMG.

Hasil pemeriksaan TTGO ini dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya DM pada

ibu nantinya

Penatalaksanaan DMG sebaiknya dilaksanakan secara terpadu oleh spesialis penyakit

dalam, spesialis obstetri ginekologi, ahli diet dan spesialis anak.

Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu, kesakitan

dan kematian perinatal. Ini hanya dapat dicapai apabila keadaan normoglikemia dapat

dipertahankan selama kehamilan sampai persalinan.

Sasaran normoglikemia DMG adalah kadar glukosa darah puasa ≤ 95 mg/dL dan 2 jam

sesudah makan ≤ 120 mg/dL. Apabila sasaran kadar glukosa darah tidak tercapai dengan

pengaturan makan dan latihan jasmani, langsung diberikan insulin.

2.7.5. Diabetes dengan Ibadah Puasa

Penyandang diabetes yang terkendali dengan pengaturan makan saja tidak akan

mengalami kesulitan untuk berpuasa. Selama berpuasa Ramadhan, perlu dicermati

adanya perubahan jadwal, jumlah dan komposisi asupan makanan.

Penyandang diabetes usia lanjut mempunyai kecenderungan dehidrasi bila berpuasa, oleh

karena itu dianjurkan minum yang cukup. Perlu peningkatan kewaspadaan pasien

terhadap gejala-gejala hipoglikemia. Untuk menghindarkan terjadinya hipoglikemia pada

siang hari, dianjurkan jadwal makan sahur mendekati waktu imsak/subuh, kurangi

aktivitas fisik pada siang hari dan bila beraktivitas fisik dianjurkan pada sore hari.

Penyandang diabetes yang cukup terkendali dengan OHO dosis tunggal, juga tidak

mengalami kesulitan untuk berpuasa. OHO diberikan saat berbuka puasa. Hati-hati

terhadap terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat OHO dengan dosis

maksimal.

19

Page 20: DM4 miniproject.doc

Bagi yang terkendali dengan OHO dosis terbagi, pengaturan dosis obat diberikan

sedemikian rupa sehingga dosis sebelum berbuka lebih besar dari pada dosis sahur.

Untuk penyandang diabetes DM tipe 2 yang menggunakan insulin, dipakai insulin kerja

menengah yang diberikan saat berbuka saja.

Diperlukan kewaspadaan yang lebih tinggi terhadap terjadinya hipoglikemia pada

penyandang diabetes pengguna insulin. Perlu pemantauan yang lebih ketat disertai

penyesuaian dosis dan jadwal suntikan insulin. Bila terjadi gejala hipoglikemia, puasa

dihentikan.

Untuk pasien yang harus menggunakan insulin dosis multipel dianjurkan untuk tidak

berpuasa dalam bulan Ramadhan.

Sebaiknya momentum puasa Ramadhan ini digunakan untuk lebih meningkatkan

pengetahuan dan ketaatan berobat para penyandang diabetes. Dengan berpuasa

Ramadhan diharapkan adanya perubahan psikologis yang menciptakan rasa lebih sehat

bagi penyandang diabetes.

2.7.6. Diabetes pada Pengelolaan Perioperatif

Tindakan operasi, khususnya dengan anestesi umum merupakan faktor stres pemicu

terjadinya penyulit akut diabetes, oleh karena itu setiap operasi elektif pada penyandang

diabetes harus dipersiapkan seoptimal mungkin sasaran kadar glukosa darah puasa <150

mg/dL, PERKENI 2002)

2.7.7. Dislipidemia pada Diabetes

Dislipidemia pada penyandang diabetes lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit

kardiovaskular.

Perlu pemeriksaan profil lipid pada saat diagnosis diabetes ditegakkan. Pada pasien

dewasa pemeriksaan profil lipid sedikitnya dilakukan setahun sekali dan bila dianggap

perlu dapat dilakukan lebih sering. Sedangkan pada pasien yang pemeriksaan profil lipid

menunjukkan hasil yang baik (LDL<100mg/dL; HDL>50 mg/dL (laki-laki >40 mg/dL,

wanita >50 mg/dL); trigliserid <150 mg/dL), pemeriksaan profil lipid dapat dilakukan 2

tahun sekali.

20

Page 21: DM4 miniproject.doc

Gambaran dislipidemia yang sering didapatkan pada penyandang diabetes adalah

peningkatan kadar trigliserida, dan penurunan kadar kolesterol HDL, sedangkan kadar

kolesterol LDL normal atau sedikit meningkat.

Perubahan perilaku yang tertuju pada pengurangan asupan kolesterol dan penggunaan

lemak jenuh serta peningkatan aktivitas fisik terbukti dapat memperbaiki profil lemak

dalam darah.

Dipertimbangkan untuk memberikan terapi farmakologis sedini mungkin bagi

penyandang diabetes yang disertai dislipidemia

Target terapi:

• Pada penyandang DM, target utamanya adalah penurunan LDL

• Pada penyandang diabetes tanpa disertai penyakit kardiovaskular: LDL <100 mg/dL (2,6

mmol/L)

• Pasien dengan usia >40 tahun, dianjurkan diberi terapi statin untuk menurunkan LDL sebesar

30- 40% dari kadar awal

• Pasien dengan usia <40 tahun dengan risiko penyakit kardiovaskular yang gagal dengan

perubahan gaya hidup, dapat diberikan terapi farmakologis

Pada penyandang DM dengan penyakit AcuteCCoronary Syndrome (ACS) atau telah diketahui

penyakit pembuluh darah lainnya atau mempunyai banyak faktor risiko maka :

o LDL <70 mg/dL (1,8 mmol/L)

o Semua pasien diberikan terapi statin untuk menurunkan LDL sebesar 30-40%.

• Trigliserida < 150 mg/dL (1,7 mmol/L)

• HDL > 40 mg/dL (1,15 mmol/L) untuk pria dan >50 mg/dL untuk wanita

Setelah target LDL terpenuhi, jika trigliserida ≥ 150 mg/dL (1,7 mmol/L) atau HDL ≤ 40

mg/dL (1,15 mmol/L) dapat diberikan niasin atau fibrat

Apabila trigliserida ≥ 400 mg/dL (4,51 mmol/L) perlu segera diturunkan dengan terapi

farmakologis untuk mencegah timbulnya pankreatitis.

Terapi kombinasi statin dengan obat pengendali lemak yang lain mungkin diperlukan

untuk mencapai target terapi, dengan memperhatikan peningkatan risiko timbulnya efek

samping.

Niasin merupakan salah satu obat alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan

HDL, namun pada dosis besar dapat meningkatkan kadar glukosa darah

21

Page 22: DM4 miniproject.doc

Pada wanita hamil penggunaan statin merupakan kontra indikasi

2.7.8. Hipertensi pada Diabetes

Indikasi pengobatan : Bila TD sistolik >130 mmHg dan / atau TD diastolik >80 mmHg.

Sasaran (target penurunan) tekanan darah: Tekanan darah <130/80 mmHg Bila disertai

proteinuria ≥ 1gram / 24 jam : < 125/75 mmHg

Pengelolaan:

Non-farmakologis: Modifikasi gaya hidup antara lain: menurunkan berat badan,

meningkatkan aktivitas fisik, menghentikan merokok dan alkohol, serta mengurangi

konsumsi garam

Farmakologis: Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat anti-hipertensi

(OAH):

Pengaruh OAH terhadap profil lipid

Pengaruh OAH terhadap metabolisme glukosa

Pengaruh OAH terhadap resistensi insulin

Pengaruh OAH terhadap hipoglikemia terselubung

Obat anti hipertensi yang dapat dipergunakan:

Penghambat ACE

Penyekat reseptor angiotensin II

Penyekat reseptor beta selektif, dosis rendah

Diuretik dosis rendah

Penghambat reseptor alfa

Antagonis kalsium

Pada pasien dengan tekanan darah sistolik antara 130-139 mmHg atau tekanan diastolik

antara 80-89 mmHg diharuskan melakukan perubahan gaya hidup sampai 3 bulan. Bila

gagal mencapai target dapat ditambahkan terapi farmakologis

Pasien dengan tekanan darah sistolik >140 mmHg atau tekanan diastolik >90 mmHg,

dapat diberikan terapi farmakologis secara langsung

Diberikan terapi kombinasi apabila target terapi tidak dapat dicapai dengan monoterapi.

Catatan

22

Page 23: DM4 miniproject.doc

- Penghambat ACE, penyekat reseptor angiotensin II (ARB = angiotensin II receptor blocker)

dan antagonis kalsium golongan non-dihidropiridin dapat memperbaiki mikroalbuminuria.

- Penghambat ACE dapat memperbaiki kinerja kardiovaskular.

- Diuretik (HCT) dosis rendah jangka panjang, tidak terbukti memperburuk toleransi glukosa.

- Pengobatan hipertensi harus diteruskan walaupun sasaran sudah tercapai.

- Bila tekanan darah terkendali, setelah satu tahun dapat dicoba menurunkan dosis secara

bertahap.

- Pada orang tua, tekanan darah diturunkan secara bertahap.

2.7.9. Obesitas pada Diabetes

Prevalensi obesitas pada DM cukup tinggi, demikian pula kejadian DM dan gangguan

toleransi glukosa pada obesitas cukup sering dijumpai

Obesitas, terutama obesitas sentral secara bermakna berhubungan dengan sindrom

dismetabolik (dislipidemia, hiperglikemia, hipertensi), yang didasari oleh resistensi

insulin

Resistensi insulin pada diabetes dengan obesitas membutuhkan pendekatan khusus

2.7.10. Gangguan koagulasi pada Diabetes

Terapi aspirin 75-160 mg/hari diberikan sebagai strategi pencegahan sekunder bagi

penyandang diabetes dengan riwayat pernah mengalami penyakit kardiovaskular dan

yang mempunyai risiko kardiovaskular lain.

Terapi aspirin 75-160 mg/hari digunakan sebagai strategi pencegahan primer pada

penyandang diabetes tipe 2 yang merupakan faktor risiko kardiovaskular, termasuk

pasien dengan usia > 40 tahun yang memiliki riwayat keluarga penyakit kardiovaskular

dan kebiasaan merokok, menderita hipertensi, dislipidemia, atau albuminuria

Aspirin dianjurkan tidak diberikan pada pasien dengan usia di bawah 21 tahun, seiring

dengan peningkatan kejadian sindrom Reye

Terapi kombinasi aspirin dengan antiplatelet lain dapat dipertimbangkan pemberiannya

pada pasien yang memiliki risiko yang sangat tinggi.

23

Page 24: DM4 miniproject.doc

Penggunaan obat antiplatelet selain aspirin dapat dipertimbangkan sebagai pengganti

aspirin pada pasien yang mempunyai kontra indikasi dan atau tidak tahan terhadap

penggunaan aspirin. (PERKENI, 2011)

2.8. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus4

Tujuan penatalaksaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes.

a. Tujuan Penatalaksanaan

Jangka pendek

Menghilangkan keluhan dan tanda diabetes, mempertahankan rasa nyaman,

dan mencapai target pengendalian glukosa darah.

Jangka panjang

mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati,

makroangiopati dan neuropati.

Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas diabetes.

b. Pilar Penatalaksanaan diabetes mellitus

a. Edukasi, meliputi

pemahaman tentang DM, obat-obatan, olahraga, perencanaan makan dan

masalah yang mungkin dihaapi.

b. Terapi gizi medis

Prinsip pengaturan makan pada penderita diabetes hamper sama dengan

anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang.

Pada penderita diabetes perlu diperhatikan pentingnya keteraturan

makanan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan terutama

bagi penderita diabetes yang mengkonsumsi obat penurun glukosa darah

atau insulin.

c. Latihan jasmani

24

Page 25: DM4 miniproject.doc

3 kali seminggu selama 30 menit disesuaikan dengan umur dan status

kesegaran jasmani.

d. Farmakologis

apabila tidak berhasil dengan pengaturan makan dan olahraga.

Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan dalam bentuk suntikan.

1. Obat Hipoglikemik Oral 4,5,6

a. Pemicu sekresi insulin ( insulin secretagogue) : sulfonylurea dan glinid

Sulfonilurea

Memiliki efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pancreas

dan merupakan pilihan utama pada pasien dengan berat badan normal dan

kurang.

Glinid

Golongan ini terdiri dari dua macam obat yaitu Repaglinid dan

nNateglinid. Obat ini diabsorpsi cepat setelah pemberian secara oral dan

dieksresi secara cepat melalui hati. Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia

post prandial.

b. Peningkat sensitivitas terhadap insulin ; metformin dan tiazolidindio

c. Penghambat gluconeogenesis : metformin

Memiliki efek utama mengurangi produksi glukosa hati (gluconeogenesis)dan

memperbaiki ambilan glukosa perifer. Terutama dipakai pada penerita diabetes

yang gemuk.

Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal

( serum kreatinin > 1,5 mg/dl) dan hati., serta pasien dengan kecenderungan

hipoksemia.

Metformin memberikan efek samping mual. Sehingga untuk mengurangi

keluhan dapat diberikan saat atau sesudah makan.

d. Penghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase alfa

25

Page 26: DM4 miniproject.doc

Bekerja mengurangi absorpsi glukosa di usus halus sehingga mempunyai efek

menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.

Acarbose tidak memberikan efek samping hipoglikemia. Efek samping yang

paling sering adalah kembung dan flatulens.

e. DPP-IV inhibitor

Glucagon like peptide 1 (GLP-1)merupakan perangsang kuat pelepasan insulin

dan sekaligus sebagai penghambat sekresi glucagon.

Cara pemberian obat hiperglikemik oral (OHO) terdiri dari :

OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai

respon kadar glukosa darah. Dapat diberikan sampai dosis optimal.

Sulfonilurea : 15 – 30 menit sebelum makan

Repaglinid : sesaat sebelum makan

Metformin : sebelum / pada saat / sesudah makan

DPP-IV Inhibitor : diberikan bersamaan makan dan atau sebelum makan.

2. Suntikan4,7

a. Insulin diperlukan pada keadaan :

Penurunan berat badan yang cepat

Hiperglikemia berat yang disertai ketosis

Ketoasidosis diabetic

Hiperglikemia hyperosmolar non ketotik

Hiperglikemia dengan asidosis laktat

Gagal dengan kombinasi OHO dois optimal

Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

Kontraindikasi atau alergi terhadap OHO

Jenis dan lama kerja insulin

26

Page 27: DM4 miniproject.doc

Insulin kerja cepat ( Rapid acting insulin )

Insulin kerja pendek ( short acting insulin )

Insulin kerja menengah ( intermediate acting insulin )

Insulin kerja panjang ( long acting insulin )

Insulin campuran tetap (premixed insulin )

Tabel 2. Jenis Insulin berdasarkan durasi

Efek samping terapi insulin

• Efek samping utama terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemia.

• Efek samping yang lain berupa reaksi imunologi terhadap insulin yang dapat menimbulkan

alergi insulin atau resistensi insulin.

27

Page 28: DM4 miniproject.doc

3. Terapi Kombinasi

Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian

dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Bersamaan dengan

pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat dilakukan pemberian OHO tunggal

atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan OHO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal), harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang

mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat

pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi OHO dengan

insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana insulin tidak memungkinkan

untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga OHO dapat menjadi pilihan. Untuk kombinasi OHO

dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja

menengah atau insulin kerja panjang) yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan

pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik

dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang

diberikan sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar

glukosa darah puasa keesokan harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa darah

sepanjang hari masih tidak terkendali, maka OHO dihentikan dan diberikan terapi kombinasi

insulin. (PERKENI,2011)

2.9. Strategi Pencegahan Diabetes Mellitus4,5

Dalam jangka waktu 30 tahun penduduk Indonesia akan naik sebesar 40% dengan

peningkatan jumlah pasien diabetes yang jauh lebih besar yaitu 86-138% yang disebabkan oleh

karena :

a. faktor demografi, antara lain :

jumlah penduduk meningkat

penduduk usia lanjut bertambah banyak

urbanisasi makin tak terkendali

b. gaya hidup yang kebarat-baratan

28

Page 29: DM4 miniproject.doc

penghasilan per kapita tinggi dan restoran siap santap

sedentary life style

b) berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi

c) meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes semakin panjang

Mengingat jumlah pasien yang akan membengkak dan besarnya biaya perawatan

diabetes yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya, maka upaya yang baik

adalah pencegahan. Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada diabetes ada tiga

jenis, antara lain :

a) Pencegahan primer. Semua aktivitas yang digunakan untuk mencegah timbulnya

hiperglikemia pada inividu yang beresiko mengidap diabetes mellitus atau pada

populasi.

b) Pencegahan sekunder. Menemukan pengidap DM sedini mungkin, misalnya

dengan tes penyaringan. Dengan demikian pasien diabetes yang sebelumnya tidak

terdiagnosis dapat terjaring.

c) Pencegahan tersier. Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan

akibat komplikasi tersebut. Usaha ini meliputi :

mencegah timbulnya komplikasi

mencegah progresi dari komplikasi

mencegah kecacatan tubuh

Strategi pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melalui pendekatan masyarakat

yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum dan pendekatan individu beresiko

tinggi yang dilakukan pada individu yang beresiko mengidap diabetes.

a) Pendekatan populasi/masyarakat

Bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum, antara lain mendidik masyarakat

agar menjalankan cara hidup sehat dan menghindari cara hidup beresiko. Upaya ini

ditujukan tidak hanya untuk mencegah diabetes tetapi untuk mencegah penyakit lain

sekaligus. Upaya ini sangat berat karena target populasinya sangat luas, oleh karena itu

harus dilakukan tidak hanya oleh profesi tetapi juga oleh seluruh lapisan masyarakat.

b) Pendekatan individu beresiko tinggi

29

Page 30: DM4 miniproject.doc

Semua upaya pencegahan yang dilakukan pada individu yang beresiko mengidap diabetes

mellitus. Antara lain :

a. umur > 40 tahun

b. gemuk

c. hipertensi

d. riwayat keluarga DM

e. riwayat melahirkan bayi >4 kg

f. riwayat DM pada saat kehamilan

g. dislipidemia

Pencegahan primer adalah cara yang paling sulit karena yang menjadi sasaran adalah

orang-orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat. Cakupannya menjadi sangat luas.

Yang bertanggung jawab bukan hanya profesi tetapi seluruh lapisan masyarakat. Pada

pencegahan sekunder, penyuluhan tentang perilaku sehat seperti pada pencegahan primer pun

harus dilakukan, ditambah dengan peningkatan pelayanan kesehatan primer di pusat-pusat

pelayanan kesehatan mulai dari rumah sakit sampai puskesmas. Pada tahun 1994, WHO

menyatakan bahwa pendeteksian pasien baru dengan cara skrining dimasukkan ke dalam upaya

pencegahan sekunder agar supaya bila diketahui lebih dini komplikasi dapat dicegah. (Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, 2006).

2.10. Prognosis

Prognosis pada penderita diabetes tipe 2 bervariasi. Namun pada pasien diatas

prognosisnya dapat baik apabila pasien bisa memodifikasi (meminimalkan) risiko timbulnya

komplikasi dengan baik. Serangan jantung , stroke, dan kerusakan saraf dapat terjadi. Beberapa

orang dengan diabetes mellitus tipe 2 menjadi tergantung pada hemodialisa akibat kompilkasi

gagal ginjal. Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko komplikasi :

· Makan makanan yang sehat / gizi seimbang (rendah lemak, rendah gula), perbanyak konsumsi

serat (buncis 150gr/hari, pepaya, kedondong, salak, tomat, semangka, dainjurkan pisang ambon

namun dalam jumlah terbatas)

· Gunakan minyak tak jenuh / PUFA (minyak jagung)

· Hindari konsumsi alcohol dan olahraga yang berlebihan

· Pertahankan berat badan ideal

30

Page 31: DM4 miniproject.doc

· Kontrol ketat kadar gula darah, HbA1c, tekanan darah, profil lipid

· Konsumsi aspirin untuk cegah ateroskelrosis (pada orang dalam kategori prediabetes)

2.11. Kerangka Konsep

2.12. Kerangka Pengumpulan Data

31

Page 32: DM4 miniproject.doc

BAB 3

32

Page 33: DM4 miniproject.doc

METODE MINI PROJECT

3.1. Rancangan Mini proyek

Mini proyek ini dilakukan dengan pengumpulan data melalui data rekam medis

elektronik maupun fisik di Puskesmas, serta kuesioner yang diberikan kepada responden

Penderita Diabetes mellitus di poli lansia puskesmas Kembangbahu.

3.2. Waktu dan Tempat Mini proyek

Mini proyek ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 di Puskesmas Kembangbahu

3.3. Populasi Mini proyek

Populasi mini proyek adalah masyarakat umum dan penderita diabetes mellitus yang

berkunjung ke poli lansia dan poli umum puskesmas Kembangbahu.

3.4. Subjek Mini proyek

Subjek mini proyek adalah Penderita Diabetes Mellitus yang berkunjung ke poli lansia

dan poli umum puskesmas kembangbahu.

BAB IV

33

Page 34: DM4 miniproject.doc

HASIL MINI PROJECT

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang Gambaran Tingkat

Pengetahuan Penderita Diabetes Mellitus di wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan

kembangbahu, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur tahun 2015 dalam Upaya

pengendalian kadar gula darah.

4.1. DATA GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIK

Kecamatan Kembangbahu adalah salah satu kecamatan dari 27 Kecamatan yang berada

di Kabupaten Lamongan dengan jarak orbitasi kurang lebih 15 KM dari Ibukota Kabupaten

Lamongan atau 14 KM dari arah kota Lamongan (Kota terdekat)

Batas wilayah: Sebelah Utara Kecamatan Sukodadi Sebelah timur Kecamatan Tikung

Sebelah Selatan Kecamatan Mantup sebelah Barat Kecamatan Sugio

Pembagian Wilayah : Kecamatan Kembangbahu terdiri atas 18 desa 77 dusun 100

RW 354 RT dengan komposisi jumlah penduduk 21.939 Jiwa laki-laki dan 22.360 Jiwa

Perempuan, Luas wilayah 6.384,320 Ha dengan tataguna tanah 3.795,430 Ha untuk sawah,

1.890,020 Ha tegal, 476,250 Ha Pekarangan, Tanah Hutan Negara 16 Ha dan lain-lain 205,720

Ha. Tanah data bagian utara dengan kemiriingan 65% sisanya 35 % bagian selatan. Adapun

struktur tanah secara uimum dengan jenis alovial 10 %, Gromosol 90 % dan kedalaman air

tanah rata-rata 20 meter. Data data di wilayah Kembangbahu, jumlah SD 31 unit, MI 18 unit,

SMPN 3 unit, Tsanawiyah 3 unit, SMA 1 unit, Aliyah 3 unit dan Bank Pasar I unit, BRI I Unit,

LKURK I1 Unit Koperasi 5 unit bank desa I unit serta pasar desa 2 unit.

34

Page 35: DM4 miniproject.doc

A. SUMBER DAYA KESEHATAN

NO JENIS TENAGA JUMLAH

1. Dokter Umum 2

2. Dokter Gigi 1

3. Perawat 4

4. Bidan 21

5. Perawat Gigi -

6. Ahli Gizi 1

7. Apoteker -

8. Asisten Apoteker 1

9. Analis 1

10. Koordinator Imunisasi 1

11. Sanitarian 1

12. Administrasi Keuangan dan

Barang

3

13. Administrasi Umum 2

14. Administrasi Loket 2

15. Penjaga gedung/Tukang Kebun 4

JUMLAH 43

B. SARANA PELAYANAN KESEHATAN

No Sarana Prasarana Jumlah

1 T T UGD

T T Rawat Inap

 VIP

Klas I

 Klas II

 Klas III

3

20

3

2

6

9

2 ECG 1

3 Spectrofotometri -

4 Hematologi Analyzer / Laboratorium 1

5 PONED kit -

6 Ambulance 2

35

Page 36: DM4 miniproject.doc

7 USG 1

8 UGD Set 1

Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan bahwa dari total 29 orang subjek yang

dilakukan wawancara terstruktur, didapatkan bahwa 15 orang diantaranya tidak mengetahui apa

itu diabetes mellitus/ kencing manis dan bagaimana gejalanya. Sementara itu, sejumlah 14 orang

mengerti apa itu diabetes mellitus/ kencing manis dan mengetahui gejala pernyertanya.

Seperti yang dibahas pada bab teori, disebutkan bahwa diabetes mellitus atau kencing

manis adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan metabolisme sehingga kadar gula darah

dalam tubuh melebihi normal. Diabetes mellirus memiliki gejala-gejala, diantaranya sering

buang air kecil terutama malam hari, sering haus, sering lapar, luka tidak sembuh-sembuh,

kesemutan, berat badan menurun meskipun nafsu makan meningkat, sering mengantuk/ lemas,

gatal-gatal terutama di daerah kemaluan, dan impoten. Dari 14 orang subjek yang mengetahui

gejala kencing manis, 5 orang menyebutkan gejalanya adalah sering buang air kecil terutama

pada malam hari, 4 orang menyebutkan lemas/mengantuk, 3 orang menyebutkan keluhan luka

yang tidak sembuh-sembuh,

Menurut teori, banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus. Salah

satu faktor yang tidak dapat iubah adalah keturunan. Namun demikian, yang paling menentukan

seseorang mengidap diabetes mellitus atau tidak adalah faktor pola makan dan aktivitas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 29 orang subjek di atas, didapatkan pada 14 orang subjek

yang mengerti tentang penyakit diabetes mellitus terdapat 3 orang subjek yang memiliki riwayat

keluarga penderita diabetes mellitus. Untuk faktor pola makan, dari 29 orang subjek yang

diwawancara menyebutkan bahwa sebanyak 20 orang mengaku tidak pernah berolah raga

(sedentary life style) dan 4 orang mengaku setiap hari setidaknya mengkonsumsi gula 1 sendok

makan, dan 4 orang diantaranya memiliki status gizi yang berlebih/ gemuk.

36

Page 37: DM4 miniproject.doc

BAB V

DISKUSI

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus merupakan

suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama

mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.

Di Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana diperkirakan sekitar 5 juta

lebih penduduk Indonesia menderita diabetes mellitus. Menurut penelitian epidemiologi yang

sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4

dengan 1,6%. Terjadi tendensi kenaikan kekerapan diabetes secara global terutama disebabkan

oleh karena peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikian dapat dimengerti

bila suatu saat atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang

kekerapan DM di Indonesia akan meningkat dengan drastis. Indonesia akan menempati peringkat

nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun 2025,

naik 2 tingkat dibanding tahun 1995. Pilar Pengelolaan DM, antara lain :

a ) Edukasi, meliputi : pemahaman tentang DM, obat-obatan, olahraga, perencanaan makan

dan masalah yang mungkin dihadapi.

b ) Perencanaan Makan dengan karbohidrat 45-60%, protein 10-20%, dan lemak 20-25%.

c ) Latihan jasmani 3 kali seminggu selama 30 menit disesuaikan dengan umur dan status

kesegaran jasmani.

d ) Farmakologis, apabila tidak berhasil dengan pengaturan makan dan olahraga.

Komplikasi diabetes mellitus yang dapat ditemukan, antara lain : hipoglikemia, infeksi,

komplikasi kronis penyakit jantung dan pembuluh darah, kerusakan pada ginjal (nefropati),

kerusakan saraf (neuropati), dan kerusakan pada mata (retinopati).

Jika melihat dari segi teori di atas, bahwa jelas jika mencegah lebih baik daripada

mengobati. Hal ini juga dikarenakan banyak komplikasi yang terjadi pada penyakit diabetes

mellitus. Pada seseorang yang mengidap penyakit diabetes mellitus, maka penatalaksanaan yang

pertama kali dilakukan adalah edukasi tentang perjalanan penyakitnya, olah raga dan

perencanaan makan. Untuk itu, dalam hal ini peran promosi kesehatan sangatlah penting dalam

37

Page 38: DM4 miniproject.doc

mencegah penyakit diabetes mellitus. Dari total 29 orang subjek yang dilakukan

wawancara, didapatkan bahwa 15 orang diantaranya tidak mengetahui apa itu diabetes mellitus/

kencing manis dan bagaimana gejalanya. Sementara itu, sejumlah 14 orang mengerti apa itu

diabetes mellitus/ kencing manis dan mengetahui gejala pernyertanya. Oleh karena itu, sangat

diperlukan promosi kesehatan sebagai usaha pencegahan primer terhadap penyakit diabetes

mellitus. Mengingat jika promosi kesehatan dilakukan secara serentak dengan mengumpulkan

kader atau masyarakat di suatu ruangan kurang efektif, maka perlunya dilakukan promosi

kesehatan secara individual terutama bagi masyarakat yang saat diwawancara sama sekali tidak

mengerti apa itu diabetes mellitus.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 29 orang subjek di atas, didapatkan pada 15 orang subjek

yang mengerti tentang penyakit diabetes mellitus terdapat 14 orang subjek yang memiliki

riwayat keluarga penderita diabetes mellitus. 3 orang subjek yang memiliki riwayat keluarga

penderita diabetes mellitus. Untuk faktor pola makan, dari 29 orang subjek yang diwawancara

menyebutkan bahwa sebanyak 20 orang mengaku tidak pernah berolah raga (sedentary life style)

dan 4 orang mengaku setiap hari setidaknya mengkonsumsi gula 1 sendok makan, dan 4 orang

diantaranya memiliki status gizi yang berlebih/ gemuk. Jika melihat hasil wawancara ini, maka

sebagian masyarakat di sekitar wilayah kerja Puskesmas kembangbahu memiliki faktor resiko

diabetes mellitus. Oleh karena itu, penting jika dilakukan pencegahan primer agar penderita

diabetes mellitus di Indonesia tidak semakin meningkat.

Pendekatan populasi/masyarakat bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum,

antara lain mendidik masyarakat agar menjalankan cara hidup sehat dan menghindari cara hidup

beresiko. Upaya ini ditujukan tidak hanya untuk mencegah diabetes tetapi untuk mencegah

penyakit lain sekaligus oleh karena itu penulis menganggap pentingnya dilakukan pendekatan

individu, terutama pada individu yang beresiko tinggi, yang berarti semua upaya pencegahan

yang dilakukan pada individu yang beresiko mengidap diabetes mellitus, antara lain umur > 40

tahun, gemuk, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat melahirkan bayi >4 kg, riwayat DM

pada saat kehamilan, dan dislipidemia.

Tetapi mengingat keterbatasan waktu dan lokasi, serta jumlah pasien yang banyak penulis

melakukan pendekatan individu tanpa memandang seseorang itu beresiko atau tidak (dipilih

secara acak) dengan maksud sasaran pencegahan primer akan lebih sampai kepada setiap orang

yang belum mengerti mengenai apa itu diabetes mellitus dan bagaimana pencegahannya. Dengan

38

Page 39: DM4 miniproject.doc

begitu, penulis dapat melakukan penyuluhan/ promosi secara individual tentang diabetes mellitus

dan mengedukasi jika menemukan keluarga/tetangga dengan gejala seperti itu segera

diperiksakan ke Puskesmas. Penulis melakukan promosi kesehatan dengan menggunakan

pamphlet bergambar agar lebih menarik dan memberikannya kepada subjek yang sudah

diedukasi. Dengan cara seperti ini diharapkan sasaran pencegahan primer dan sekunder akan

lebih berhasil karena menggunakan pendekatan individual.

Dalam mini project kali ini, penulis juga menemukan 10 orang subjek yang menderita

diabetes mellitus/ kencing manis tetapi tidak berobat secara rutin. Pada kasus ini, penulis

melakukan pencegahan sekunder berupa upaya untuk mencegah komplikasi dengan edukasi agar

rutin berobat, olah raga, dan pengaturan pola makan. Diharapkan prevalensi diabetes mellitus

kedepannya dapat ditekan jika seluruh lapisan masyarakat ikut serta dalan pencegahan primer

ataupun sekunder.

39

Page 40: DM4 miniproject.doc

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kembangbahu terhadap

diabetes mellitus belum merata. Oleh karena itu, diperlukan adanya promosi kesehatan

sebagai upaya pencegahan primer dan sekunder terhadap kejadian penyakit diabetes

mellitus, tidak hanya oleh petugas kesehatan melainkan juga masyarakat umum.

2. Pola aktivitas dan makan sebagian masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kembangbahu

menjadi faktor resiko diabetes mellitus. Oleh karena itu, promosi kesehatan primer

nampaknya akan lebih bermanfaat jika dilakukan secara individual (seperti konseling)

dibandingkan jika dilakukan melalui pendekatan populasi.

6.2. Saran

• Petugas kesehatan di puskesmas Kembangbahu perlu lebih banyak melakukan tindakan

promotif di wilayah sekitar Puskesmas Kembangbahu sebagai upaya pencegahan primer

dan sekunder dalam masyarakat terhadap penyakit diabetes mellitus upaya untuk

menekan jumlah penderita diabetes mellitus yang baru dan pencegahan terjadinya

komplikasi diabetes mellitus dengan melibatkan berbagai pihak, tidak hanya petugas

kesehatan melainkan juga masyarakat umum.

• Petugas kesehatan di puskesmas Kembangbahu diharapkan mampu memahami pilar

dasar diabetes mellitus pada saat melakukan upaya promotif, preventif dan kuratif

40

Page 41: DM4 miniproject.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III

Edisi IV. Jakarta : Penerbit FK UI.

2. Ikatan Dokter Indonesia, 2011. Indonesian Doctor’s Compendium. Jakarta : CV Matoari

Citra Media.

3. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2000. Penatalaksanaan Kedaruratan di

Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Penerbit FK UI.

4. PERKENI. 2011. Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes mellitus Tipe 2 di

Indonesia. Jakarta.

5. Soegondo, Sidartawan. Soewondo, Pradana. Subekti, Imam. 1995. Penatalaksanaan

Diabetes Melitus Terpadu. Cetakan kelima, 2005. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.

6. Fauci, Anthony S. Braunwald, Eugene. Kasper, Dennis L. Hauser, Stephen L. Harrison’s

Principle of Internal Medicine. 17th Edition. The McGraw-Hill Companies. 2008.

7. Boon, Nicholas A. Walker, Brian. Davidson’s Principles and Practice of

Medicine. 20th Edition. Elsevier. 2006.

8. Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakrta: IPD FKUI. 2006.

41

Page 42: DM4 miniproject.doc

42