perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/perbedaan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH
DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK DAN LOMPAT KEDEPAN
TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA SCHNEPPER
PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 14 SURAKARTA
TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
MOKHAMMAD FIRDAUS
X 4606021
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN
PENDEKATAN LONCAT TEGAK DAN LOMPAT KEDEPAN
TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA SCHNEPPER
PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 14 SURAKARTA
TAHUN 2010
Oleh :
MOKHAMMAD FIRDAUS
NIM. X 4606021
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Mokhammad Firdaus. PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARANLOMPAT JAUH DENGAN PENDEKATAN LONCAT TEGAK DANLOMPAT KEDEPAN TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUHGAYA SCHNEPPER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 14SURAKARTA TAHUN 2010, Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember. 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Perbedaan pengaruh
pendekatan pembelajaran lompat tegak dan lompat kedepan terhadap hasil belajar
lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta
tahun 2010. (2) Manakah yang lebih baik antara pendekatan pembelajaran lompat
tegak dan lompat kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada
siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Subyek dalam penelitian
ini adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2010/
2011 yang berjumlah 30 orang. Teknik pengumpulan data adalah dengan tes dan
pengukuran kemampuan lompat jauh gaya schnepper. Teknik analisis data yang
digunakan dengan uji t pada taraf signifikansi 5%.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut : (1) Ada
perbedaan pengaruh yang signifikan antara pendekatan pembelajaran lompat jauh
dengan lompat tegak dan lompat kedepan terhadap kemampuan lompat jauh gaya
schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran
2010/2011. Dengan nilai perhitungan hasil tes akhir masing-masing kelompok
adalah thit sebesar 3,24 > nilai ttabel5% sebesar 2.145. (2) Pendekatan pembelajaran
lompat jauh dengan lompat kedepan memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap
kemampuan lompat jauh gaya schnepper siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14
Surakarta Tahun Pelajaran 2010/ 2011. Peningkatan kelompok 1 (K1) sebesar
18,01%, lebih kecil dari pada kelompok 2 (K2) yaitu 25,41%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Mokhammad Firdaus. EFFECT OF DIFFERENT LEARNINGAPPROACH LONG JUMP JUMP UP AND JUMP FORWARD LONGJUMP ON THE RESULT OF LEARNING STYLE ON STUDENTSCHNEPPER CLASS VIII PUTRA SMP NEGERI 14 SURAKARTA IN2010, Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education SebelasMaret University in Surakarta, December. 2010.
The purpose of this study is to determine: (1) The differences influence
learning approach jump up and jump forward to the results of learning style
schnepper long jump at the eighth grade boys SMP 14 Surakarta in 2010. (2)
Which is better between learning approach vertical jump and jump ahead of the
learning styles schnepper long jump at the eighth grade boys SMP 14 Surakarta in
2010.
This research uses experimental methods. The subjects in this study is the
son of eighth grade students of SMP Negeri 14 Surakarta school year 2010/2011,
amounting to 30 people. Data collection technique is to test and measurement
capabilities long jump schnepper style. The data analysis technique that is used
with the t test at significance level of 5%.
Based on the results obtained the following conclusions: (1) There is a
significant difference between learning approach long jump with a jump up and
jump ahead of the long jump ability schnepper force on the eighth grade boys
Surakarta SMP Negeri 14 Academic Year 2010/2011. By calculating the value of
the final test results of each group is at 3.24 tcount> ttabel5% value of 2145. (2)
learning approach to the long jump with a jump forward to have a better effect on
the ability of the long jump style schnepper eighth grade boys Surakarta SMP
Negeri 14 Academic Year 2010 / 2011. Increase in group 1 (K1) of 18.01%,
smaller than in group 2 (K2), ie 25.41%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
(Terjemahan Q.S. Al Mujadalah: 11)
Jenius adalah 1%,bakat dan keringat 99 %
( Thomas Alva Edison )
Sesuatu yang kita dapatkan dengan susah payah akan selalu terkenang dan
sulit untuk melepaskannya
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan
Kepada
Ibu dan Bapak Tercinta
Adiku Tersayang
Seseorang Yang Kusayang KDJ
Keluarga Besar KMS Menwa 905 UNS
Rekan Prodi Penjaskesrek ’06
Dan Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Dengan diucapakan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan
penulisan skripsi ini. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami
hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut
dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima
kasih kepada yang terhormat :
1. Prof.Dr. H.M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
3. Drs. H. Sunardi, M.Kes. Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. H. Agus Margono, M.Kes. sebagai pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. Tri Winarti Rahayu, S.Pd., M.Or. sebagai pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
6. Kepala SMP Negeri 14 Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian.
7. Siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011,
yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.
8. Rekan POK ”06 yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan
Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini
dapat bermanfaat.
Surakarta, Desember 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL............................................................................................................ i
PENGAJUAN.................................................................................................. ii
PERSETUJUAN ............................................................................................. iii
PENGESAHAN............................................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
MOTTO .......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR. ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................. 3
C. Pembatasan Masalah................................................................. 3
D. Perumusan Masalah .................................................................. 3
E. Tujuan Penelitian...................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian.................................................................... 4
BAB II. LANDASAN TEORI...................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 6
1. Lompat Jauh ....................................................................... 6
2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Lompat Jauh............. 8
3. Pembelajaran Penjasorkes ................................................... 14
4. Karakteristik Perkembangan Anak Usia SMP....................... 19
5. Pendekatan Pembelajaran...................................................... 23
6. Power..................................................................................... 24
7. Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Schnepper..... 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
a. Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh
Gaya Schnepper Menggunakan Lompat Tegak.............. 26
b. Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh
Gaya Schnepper Menggunakan Lompat Kedepan.......... 28
B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 29
C. Perumusan Hipotesis................................................................. 31
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................... 32
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 32
B. Metode Penelitian .................................................................... 32
C. Definisi Operasional Variabel ................................................... 34
D. Populasi dan Sampel................................................................. 34
E. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 35
F. Teknik Analisis Data ................................................................ 35
BAB IV. HASIL PENELITIAN...................................................................... 38
A. Deskripsi Data .......................................................................... 38
B. Uji Prasyarat Analisis Data ....................................................... 39
C. Pengujian Hipotesis .................................................................. 41
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ............................................... 45
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ........................................ 47
A. Simpulan .................................................................................. 47
B. Implikasi................................................................................... 47
C. Saran ........................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 49
LAMPIRAN .................................................................................................... 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Deskripsi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Lompat Jauh Gaya
Schnepper Kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2)..................................... 38
Tabel 2 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data ......................................................... 39
Tabel 3 Tabel Range Katagori Reliabilitas .............................................................. 39
Tabel 4 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ....................................................... 40
Tabel 5 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas............................................................ 41
Tabel 6 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2....... 41
Tabel 7 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K1 ........................ 42
Tabel 8 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K2 ........................ 42
Tabel 9 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Akhir Antar Kelompok....................... 43
Tabel 10 Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai Perbedaan Peningkatan
Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper Dalam Persen
Pada K1 dan K2 ........................................................................................... 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Awalan Lompat Jauh ............................................................................... 11
Gambar 2 Sikap dan Gerakan pada Waktu Akan Melakukan Tumpuan .................... 12
Gambar 3 Sikap Melayang di Udara......................................................................... 13
Gambar 4 Sikap Badan pada Waktu Mendarat ......................................................... 14
Gambar 5 Pembelajaran Loncat Tegak..................................................................... 27
Gambar 6 Pembelajaran Lompat Kedepan ............................................................... 28
Gambar 7 Rancangan Penelitian............................................................................... 32
Gambar 8 Pembagian kelompok secara Ordinal Pairing .......................................... 33
Gambar 9 Pemanasan............................................................................................... 89
Gambar 10 Pelaksanaan Tes Awal Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper ......... 90
Gambar 11 Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan Lompat Tegak................ 90
Gambar 12 Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan Lompat Kedepan............ 91
Gambar 13 Pelaksanaan Tes Akhir Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper......... 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Petunjuk Pelaksanaan Tes Lompat Jauh Gaya Schnepper...................... 51
Lampiran 2 Program Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Schnepper
dengan Lompat Tegak dan Lompat Kedepan ........................................ 52
Lampiran 3 Pengambilan Sampel Penelitian…………………………………… ...... 62
Lampiran 4 Data Hasil Tes Awal Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper ......... 63
Lampiran 5 Rangking Data Hasil Tes Awal Kemampuan Lompat Jauh Gaya
Schnepper ............................................................................................. 64
Lampiran 6 Pengelompokan Sampel Penelitian Dengan Teknik Ordinal Pairing
Berdasarkan Urutan Rangking .............................................................. 65
Lampiran 7 Uji Reliabilitas Data Tes Akhir Kemampuan Lompat Jauh Gaya
Schnepper ............................................................................................. 66
Lampiran 8 Uji Normalitas Kelompok 1 dan Kelompok 2 ....................................... 70
Lampiran 9 Hasil Perhitungan Data Untuk Uji Homogenitas ................................... 72
Lampiran 10 Data Tes Akhir Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper.................. 73
Lampiran 11 Uji Reliabilitas Data Tes Akhir Kemampuan Lompat Jauh Gaya
Schnepper ............................................................................................. 74
Lampiran 12 Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal, Tes Akhir dan Nilai
Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper Kelompok
1 ........................................................................................................... 78
Lampiran 13 Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal, Tes Akhir dan Nilai
Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper
Kelompok 2 ......................................................................................... 79
Lampiran 14 Uji Perbedaan Data Tes Awal Antara Kelompok 1 dan
Kelompok 2 .......................................................................................... 80
Lampiran 15 Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1............ 82
Lampiran 16 Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2............ 84
Lampiran 17 Uji Perbedaan Data Tes Akhir Antara Kelompok 1 dan 2..................... 86
Lampiran 18 Prosentase Peningkatan Latihan Kemampuan Lompat Jauh Gaya
Schnepper pada Kelompok 1 dan Kelompok 2...................................... 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Lampiran 19 Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian.................................................... 89
Lampiran 20 Surat-surat Ijin Penelitian ....................................................................... 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan, karena pendidikan
olahraga bersifat mendidik. Dalam pelaksanaanya pendidikan jasmani dipakai
sebagai wahana atau pengalaman belajar. Pendidikan jasmani memberikan
dampak positif bagi siswa, yaitu dalam pembentukan psikomotor, perkembangan
afektif dan kognitif. Berdasarkan alasan tersebut, maka pendidikan jasmani
dimasukkan dalam kurikulum pendidikan Nasional. Ditinjau dari pendidikan
jasmani dan kesehatan, aktifitas gerak siswa merupakan sarana pendidikan,
sehingga pendidikan jasmani dan kesehatan diharapkan dapat merangsang
perkembangan dan pertumbuhan jasmani siswa. Salah satu masalah menonjol
yang mengakibatkan lambatnya prestasi olahraga adalah masalah kurangnya
pemanfaatan ilmu dan teknologi dalam praktek olahraga, diantaranya meliputi
aspek ilmu yang masih minim yaitu pemanfaatan dan pengembangan sarana dan
prasarana, teori belajar motorik sebatas teori saja, itupun dalam taraf yang belum
memuaskan, serta karena kurang efektif dan efisiennya pembinaan dan metode
pendidikan. Kondisi tersebut perlu di antisipasi dengan adanya penelitian
keolahragaan yang mengarah pada peningkatan ilmu dan sumber daya manusia
pada siswa. Pendidikan jasmani memiliki peran penting dalam rangka membentuk
manusia seutuhnya, karena tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan
jasmani. Pendidikan jasmani tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik,
melainkan juga perkembangan psikis siswa,
Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang diajarkan disekolah,
mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Cabang olahraga atletik terdiri
dari nomor jalan, lari, lempar, dan lompat. Di Sekolah Menengah Pertama salah
satu materi yang harus diajarkan dalam praktek atletik adalah lompat jauh gaya
schnepper. Untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
diperlukan pembelajaran-pembelajaran yang variatif dan inovatif, untuk
mengurangi kejenuhan pembelajaran. Selama ini pembelajaran lompat jauh yang
dilakukan oleh sebagian besar guru penjasorkes adalah pembelajaran lompat jauh
yang masih konvensional atau tradisional. Sehingga diperlukan kreatifitas dari
guru penjasorkes untuk memodifikasi pembelajaran lompat jauh gaya schnepper.
Pembelajaran lompat jauh dengan memperhatikan ketinggian tolakan dan
peningkatan loncatan kedepan selama ini belum pernah dilakukan dan
dipraktekkan dalam pembelajaran praktek penjasorkes khususnya lompat jauh di
tingkat Sekolah Menengah Pertama, sehingga hal ini menarik untuk melakukan
penelitian tentang pembelajaran lompat jauh dengan memperhatikan lompatan
tegak dan memperhatikan lompatan kedepan. Lompat jauh adalah salah satu
nomor lompat dalam cabang olahraga atletik. Tujuan utama dalam melakukan
lompatan adalah untuk mencapai lompatan yang sejauh- jauhnya.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, seorang guru harus kreatif dalam
menyajikan materi pembelajaran dengan berbagai cara agar bahan pelajaran yang
disajikan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Husdarta & Yudha M. Saputra
(2000 : 61) mengemukakan, “Keterampilan memvariasikan metode dalam proses
belajar mengajar meliputi tiga aspek (1) variasi dalam gaya mengajar, (2) variasi
dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, (3) variasi dalam interaksi
antara guru dan siswa”.
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini diarahkan untuk mengetahui
perbedaan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper menggunakan pendekatan
pembelajaran lompat tegak dan lompat kedepan. Masalah– masalah yang telah
diuraikan diatas yang melatar belakangi judul “Perbedaan pengaruh pembelajaran
lompat jauh dengan pendekatan loncat tegak dan lompat kedepan terhadap hasil
belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14
Surakarta tahun 2010” .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Kurang optimalnya pengembangan prasarana dan sarana pembelajaran
penjasorkes sehingga pembinaan dan metode pendidikan tidak efisien.
2. Kurangnya kreatifitas guru penjasorkes untuk memodifikasi pembelajaran
lompat jauh.
3. Belum diketahui perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran loncat tegak
dan lompat kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada
siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010.
C. Pembatasan Masalah
Berbagai permasalahan yang muncul maka masalah dalam penelitian ini
perlu dibatasi agar pembahasan tidak menyimpang dari judul penelitian.
Pembatasan masalah dalam penelitian sebagai berikut :
1. Pembelajaran lompat jauh gaya schnepper menggunakan pendekatan
pembelajaran loncat tegak dan lompat kedepan.
2. Kemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP
Negeri 14 Surakarta tahun 2010.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah tersebut, dapat di rumuskan masalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1. Adakah Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran loncat tegak dan
lompat kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa
putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010?
2. Manakah yang lebih baik antara pendekatan pembelajaran loncat tegak dan
lompat kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa
putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas muka penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran loncat tegak dan lompat
kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra
kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010.
2. Manakah yang lebih baik antara pendekatan pembelajaran loncat tegak dan
lompat kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa
putra kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memiliki manfaat sebagai
berikut :
1. Secara praktis sebagai upaya untuk membantu meningkatkan kemampuan
lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14
Surakarta tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru penjaskes di SMP
untuk mempertimbangkan faktor-faktor meloncat tegak dan latihan melompat
kedepan sebagai rangsangan pembelajaran untuk mendukung pencapaian
prestasi lompat jauh secara maksimal.
3. Menjadi pengertian yang baru bagi penulis untuk mengetahui hasil
pembelajaran lompat jauh gaya schnepper yang maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Lompat Jauh
Dalam olahraga atletik terdapat beberapa nomor perlombaan. Nomor-
nomor perlombaan itu seperti nomor jalan, nomor lari, nomor lompat, nomor
lempar. Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam olahraga atletik.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Tamsir Riyadi (1985 : 2) yang menyatakan
nomor lompat terbagi menjadi beberapa nomor lomba, yaitu: “Lompat tinggi,
lompat jauh, lompat jangkit, dan lompat tinggi galah.”
Pengertian atau definisi dari lompat jauh menurut J.M. Ballesteros (1979
: 54) bahwa: “ Lompat jauh adalah hasil dari kecepatan yang dibuat sewaktu
awalan dengan daya vertical yang dihasilkan dari kekuatan kaki saat melakukan
tolakan.” Pendapat lain dikemukakan oleh M. Yusuf Adisasmita (1992 : 112)
bahwa : “Lompat jauh adalah salah satu nomor lompat dari cabang olahraga
atletik. Dalam perlombaan lompat jauh, seorang pelompat akan berusaha ke depan
dengan menumpu pada balok tumpuan sekuat-kuatnya untuk mendarat di bak
lompat sejauh-jauhnya. “
Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa
lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat sejauh-jauhnya yang didahului
dengan lari awalan dengan jarak tertentu dan kemudian dilanjutkan dengan
gerakan menolak satu kaki yang terkuat pada papan tumpuan, lalu melayang di
udara dan mendarat pada bak lompat. Gerakan-gerakan tersebut merupakan suatu
rangkaian gerakan yang tidak terputus-putus atau dalam pelaksanannya
merupakan gerakan yang berkelanjutan.
Teknik dalam lompat jauh ada beberapa macam yang harus dikuasai oleh
seorang pelompat jauh. Hal ini dikemukakan oleh Tamsir Riyadi (1985 : 95)
sebagai berikut : “ Tinjaun secara teknis pada lompat jauh meliputi 4 masalah,
yaitu; cara melakukan awalan, tumpuan, melayang di udara dan cara mendarat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
melakukan pendaratan.” Hal ini sesuai dengan pendapat dari Aip Syarifuddin
(1992 : 90) tentang teknik lompat jauh sebagai berikut :
Nomor lompat (termasuk nomor lompat jauh) yang merupakan nomorteknik, maka teknik untuk lompat jauh yang benar perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:a. Awalan atau ancang-ancang (Approach run)b. Tolakan (Take Off)c. Sikap badan di udara (Action in the Air)d. Sikap mendarat (Landing).
Dalam pelaksanaan lompat jauh, ada beberapa teknik atau gaya.
Menururt J.M, Ballesteros (1979 : 54) yang dimaksud gaya dalam lompat jauh
adalah : "Gerak yang dibuat di udara (Sesudah tolakan) disebut teknik lompatan /
gaya." Memperhatikan dari pengertian di atas, yang dimaksud dengan gaya yaitu
posisi badan pelompat pada waktu melayang. Dalam tahap melayang di udara
yang penting bukan cara melayangnya tetapi tetap terpelihara keseimbangan
badan dan mengusahakan tahanan udara sekecil mungkin sehingga menambah
lamanya lompatan. Di dalarn lompat jauh ada tiga macam gaya, seperti yang
dikemukakan oleh Tamsir Riyadi (1985 : 95) yaitu : "Dalam lompat jauh terdapat
tiga macam gaya, yaitu : gaya jongkok, gaya tegak (schnepper) dan gaya jalan di
udara. Perlu diketahui yang menyebabkan adanya perbedaan dari ketiga gaya
tersebut hanya terletak pada saat melayang di udara saja." Pada saat melayang ini,
keseirnbangan tubuh pelompat haruslah dijaga dan jika seorang pelompat
dianjurkan untuk membuat gerakan yang dapat menambah jauhnya lompatan.
Soegito (1989 : 39) menyatakan bahwa : “Sikap melayang, adalah sikap setelah
gerakan melompat dilakukan dan badan sudah terangkat tinggi ke atas. Pada saat
itu keseimbangan harus dijaga jangan sampai jatuh, bahkan kalau mungkin harus
diusahakan membuat sikap atau gerakan untuk menambah jauh jarak jangkauan”.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya dalam
lompat jauh dilakukan pada waktu seorang pelompat jauh berada pada saat
melayang di udara.
a. Lompat jauh gaya Schnepper
Dalarn gaya ini pada saat melayang di udara, seorang pelompat seolah-
olah membentuk gerakan menggantung di udara. Sedangkan teknik gerakan
lompat jauh gaya schnepper menurut Tamsir Riyadi (1985:98) yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Setelah kaki kanan bertumpu, maka kaki kanan diangkat ke depan seperti pada
gaya jongkok. Kedua tangan diangkat ke depan. Pada saat kaki kanan lepas dari
tanah dan badan mulai melayang di udara, kaki kiri yang sudah terayun ke depan
tadi segera diayun ke belakang kembali sehingga sejajar dengan kaki kanan.
Menjelang sampai pada titik ketinggian kedua kaki (terutama bagian paha)
bersama-sama diayunkan ke belakang dalam posisi kedua lutut agar di tekuk
rileks dan wajar, badan membusur ke depan (ditegakkan atau melenting) kedua
lengan diayun ke depan-atas (dapat pula diayun ke samping bawah), pandangan
ke depan atau serong atas. Kemudian saat badan mulai bergerak turun, kedua kaki
diayun dan diluruskan jauh ke depan, perhatian dipusatkan bawah sikap badan,
kaki dan kedua lengan hampir sama dengan gaya jongkok.
Lompat jauh gaya menggantung atau gaya lenting (schnepper)
merupakan gaya lompat jauh yaitu pada saat melayang di udara membentuk sikap
seperti orang menggantung.Seperti dikemukakan Aip Syarifudin (1992: 94)
bahwa, “lompat jauh gaya menggantung disebut juga gaya lenting (schnepper).
Gaya ini sama seperti sikap badan orang yang sedang menggantung dengan badan
dilentingkan kebelakang”. Lebih lanjut Aip Syarifudin (1992: 94) sikap badan saat
melayang di udara pada lompat jauh gaya menggantung yaitu “Pada waktu lepas
dari tanah (papan tolakan), sikap badan di udara melenting kebelakang,kedua kaki
lemas ditarik kebelakang. Pada waktu akan mendarat kedua kaki dibawa atau
diayun kedepan,badan dibungkukan,kemudian mendarat pada dua kaki kedua
tangan ke depan”. Untuk mencapai prestasi Lompat jauh, maka bagian bagian
yang terlibat dalam gerakan lompat jauh harus dirangkaikan dengan baik dan
harmonis.
2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lompat Jauh
Keberhasilan untuk melopat sejauh-jauhnya dipengaruhi oleh banyak
faktor. Tamsir Riyadi ( 1985 : 95 ) menyatakan, “Unsur-unsur yang berpengaruh
terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan lompat jauh meliputi gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi dan
keseimbangan”. Sedangkan Jonath U, Haag E, dan Krempel R. ( 1987 : 196 )
persyaratan yang harus dipenuhi pelompat jauh yaitu: “Faktor kondisi fisik yaitu,
kecepatan, tenaga loncat, kemudahan gerak khusus, ketangkasan dan rasa irama.
Faktor teknik yang meliputi ancang-ancang, lepas tapak tahap melayang dan
pendaratan”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukan bahwa, untuk mencapai
prestasi lompat jauh dipengaruhi oleh faktor kondisi fisik dan faktor teknik.
Ditinjau dari faktor kondisi fisik, komponen fisik yang dapat mempengaruhi
pencapaian prestasi lompat jauh antara lain: daya ledak, kecepatan, kekuatan,
kelincahan, kelentukan, koordinasi. Sedangkan ditinjau dari teknik melompat
meliputi awalan, tolakan, melayang diudara dan pendaratan. Prestasi yang tinggi
dapat dicapai, jika unsur-unsur kondisi fisik yang terlibat dikerahkan dengan
teknik yang benar.
a.Teknik Lompat Jauh Gaya Schnepper
Teknik lompat jauh merupakan faktor yang sangat penting dan harus
dikuasai seorang atlet pelompat. Teknik lompat jauh terdiri beberapa bagian yang
dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan secara baik dan benar. Berkaitan
dengan teknik lopmat jauh Tamsir Riyadi ( 1985 : 95 ) menyatakan, “Tinjauan
secara teknis pada lompat jauh meliputi empat masalah yaitu, cara melakukan
awalan, tumpuan, melayang diudara dan cara melakukan pendaratan”. Menurut
Jonath et al. ( 1987 : 197 ) bahwa, “Lompat jauh dapat dibagi ke dalam ancang-
ancang, tumpuan, melayang dan mendarat”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukan bahwa, teknik lompat
jauh terdiri dari empat tahapan yaitu awalan, tumpuan, melayang dan mendarat.
Kempat tahapan tersebut harus dikuasai dan harus dilakukan dengan harmonis dan
tidak terputus-putus agar dapat mencapai prestasi yang optimal. Untuk lebih
jelasnya keempat teknik lompat jauh gaya schnepper dapat diuraikan secara
singkat sebagai berikut:
1) Awalan
Awalan merupakan tahap pertama dalam lompat jauh. Tujuan awalan
adalah untuk mendapatkan kecepatan maksimal pada saat akan melompat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
membawa pelompat pada posisi yang optimal untuk tolakan. Awalan yang benar
merupakan prasyarat yang harus dipenuhi, untuk menghasilkan jarak lompatan
yang sejauh-jauhnya.
Awalan lompat jauh dilakukan dengan berlari secepat-cepatnya sebelum
salah satu kaki menumpu pada balok tumpuan. Jes Jerver ( 1999 : 34 )
menyatakan “Maksut berlari sebelum melompat ini adalah untuk meningkatkan
kecepatan horisontal secara maksimum tanpa menimbulkan hambatan sewaktu
take of “. Jarak awalan tidak perlu terlalu jauh, tetapi sebagaimana pelari
mendapatkan kecepatan tertinggi sebelum salah satu kaki menolak. Jarak awalan
tersebut antara 30-35 meter. Berkaitan dengan awalan lompat jauh Tamsir Riyadi
( 1985 : 95 ) menyatakan:
Jarak awalan tergantung dari masing-masing atlet. Bagi pelompat yangdalam jarak relatif pendek sudah mampu mencapai kecepatan maksimal(full speed) maka jarak awalan cukup dekat/pendek saja (sekitar 30-35meter atau kurang dari itu). Sedangkan bagi atlet lain dalam jarak relatifjauh baru mencapai maksimal, maka jarak awalan harus lebih jauh sekitar40-45 meter atau lebih jauh dari itu. Bagi pemula sudah barang tentu jarakawalan lebih pendek dari ancer-ancer tersebut.
Jarak awalan lompat jauh tidak ada aturan khusus, namun bersifat
individual tergantung dari masing-masing pelompat. Kecepatan awalan harus
sudah dicapai tiga atau empat langkah sebelum balok tumpuan. Tiga atau empat
langkah terakhir sebelum menumpu tersebut dimaksudkan untuk mengontrol saat
menolak dibalok tumpuan.
Awalan lompat jauh harus dilakukan dengan harmonis, lancar dan
dengan kecepatan yang tinggi, tanpa ada gangguan langkah yang diperkecil atau
diperlebar untuk memperoleh ketepatan bertumpu pada balok tumpuan. Menurut
Aip Syarifuddin ( 1992 : 91 ) bahwa, “Untuk menjaga kumingkinan pada waktu
melakukan awalan itu tidak cocok, atau ketidak tepatan antara awalan dan tolakan,
biasanya pelompat membuat dua buah tanda (cherkmark) antara permulaan akan
memulai melakukan awalan dengan papan tolakan”. Untuk lebih jelasnya berikut
ini disajikan ilustrasi pemberian tanda untuk membuat cherkmark untuk ketepatan
tumpuan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Bak Pasir
Tanda 30-35 m Tanda
pertama kedua
Papan tolak
Gambar 1. Ilustrasi Awalan Lompat Jauh
(Aip Syarifuddin, 1992:91)
2) Tumpuan
Tumpuan merupakan perubahan gerak horisontal ke gerak vertikal yang
dilakukan secara cepat. Tumpuan dilakukan dengan cara yaitu, sebelumnya
pelompat sudah mempersiapkan diri untuk tolakan sekuat-kuatnya pada langkah
terakhir, sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas melayang di udara. Tolakan
dilakukan dengan menjejakan salah satu kaki untuk menumpu tanpa langkah
melebihi papan tumpu untuk mendapatkan tolakan ke atas yang benar. Jes Jarver (
1999 : 35 ) menyatakan, “Maksud dari take off adalah merubah gerakan lari
menjadi suatu lompatan, dengan melakukan lompatan tegak lurus, sambil
memperahankan kecepatan horisontal badan ke depan membuat sudut lebih
kurang 45 dan sambil mempertahankan kecepatan saat badan dalam posisi
horisontal.
Daya dorong ke depan dan ke atas dapat diperoleh secara maksimal
dengan menggunakan kaki tumpu yang paling kuat. Ketepatan melakukan
tumpuan akan menunjang keberhasilan lompatan. Kesalahan menumpu ( melewati
balok tumpuan ), lompatan dinyatakan gagal atau diskualifikasi. Sedangkan jika
penempatan kaki tumpu jauh berada balok tumpuan akan sangat merugikan
terhadap pencapaian lompatan. Menurut Tamsir Riyadi ( 1985 : 96 ) teknik
menumpu pada lompat jauh sebagai berikut:
1) Tolakan dilakukan dengan kaki yang terkuat.2) Sesaat akan menumpu sikap badan agak condong ke belakang (jangan
berlebihan) untuk membantu timbulnya lambungan yang lebih baik (sekitar 45 )
3) Bertumpu sebaiknya tepat pada papan tumpuan.4) Saat bertumpu kedua lengan ikut serta di ayunkan ke depan atas.
Pandangan ke depan atas (jangan melihat ke bawah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
5) Pada kaki ayun (kanan) diangkat ke depan setinggi pinggul dalam posisilutut ditekuk.
Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan menumpu untuk menolak sebagai
berikut:
Gambar 2. Tumpuan dalam Lompat Jauh
(Tamsir Riyadi, 1985 : 98 )
3) Melayang Di Udara
Sikap dan gerakan badan di udara sangat erat kaitannya dengan
kecepatan awalan dan kekuatan tolakan. Karena pada waktu lepas dari papan
tolak, badan sipelompat dipengaruhi oleh suatu kekuatan yang disebut “daya
penarik bumi”. Daya penarik bumi ini bertitik tangkap pada suatu titik yang
disebut berat badan (T.B./center of gravity). Titik berat badan ini letaknya kira-
kira pada pinggang si pelompat sedikit di bawah pusar agak kebelakang.
Salah satu usaha untuk mengatasi daya tarik bumi tersebut yaitu harus
melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya disertai dengan ayunan kaki dengan
kedua tangan kearah lompatan. Semakin cepat awalan dan semakin kuat tolakan
yang dilakukan, maka akan semakin lebih lama dapat membawa titik berat badan
melayang di udara. Dengan demikian akan dapat melompat lebih tinggi dan lebih
jauh, karena kedua kecepatan itu akan mendapatkan perpaduan (resultante) yang
menentukan lintasan gerak dari titik berat badan tersebut. Hal yang perlu
diperhatikan pada saat melayang di udara yaitu menjaga keseimbangan tubuh,
sehingga akan membantu pendaratan. Jonath et al (1987 : 200) menyatakan, “Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
fase melayang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan mempersiapkan
pendaratan”.
Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan melayang di udara lompat jauh
sebagai berikut :
Gambar 3. Sikap Melayang di Udara
(Tamsir Riyadi, 1985 : 99 )
4) Pendaratan
Pendaratan merupakan tahap terakhir dari rangkaian gerakan lompat
jauh. Pendaratan merupakan prestasi yang dicapai dalam lompat jauh. Mendarat
dengan sikap dan gerakan yang efisien merupakan kunci pokok yang harus
dipahami oleh pelompat. Mendarat dengan sikap badan hamper duduk dan kaki
lurus ke depan merupakan pendaratan yang efisien. Pada waktu mulai menyentuh
pasir, pelompat memegaskan lutut dan menggeserkan pinggang ke depan,
sehingga badan bagian atas menjadi agak tegak dan lengan mengayun ke depan.
Menurut Soegito (1992 : 41) teknik pendaratan sebagai berikut :
1) Pada saat badan akan jatuh di pasir lakukan pendaratan sebagai
berikut :
a) Luruskan kedua kaki ke depan.
b) Rapatkan kedua kaki sejajar.
c) Bungkukkan badan ke depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
d) Ayunkan kedua tangan ke depan.
e) Berat badan dibawa ke depan.
2) Pada saat jatuh di pasir atau mendarat :
a) Usahakan jatuh pada ujung kaki rapat/sejajar.
b) Segera lipat kedua lutut.
c) Bawa dagu ke dada sambil mengayun kedua tangan ke bawah
arah belakang.
Berikut ini disajikan teknik gerakan mendarat lompat jauh gaya
schenepper sebagai berikut :
Gambar 4. Teknik Pendaratan Lompat Jauh
(Tamsir Riyadi, 1985 : 101 )
3. Pembelajaran Penjasorkes
Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan.
Artinya, penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program
sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah bagian
penting dari pendidikan. Melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak-anak
akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu
senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan
mentalnya. Meskipun penjas menawarkan kepada anak untuk bergembira,
tidaklah tepat untuk mengatakan pendidikan jasmani diselenggarakan semata-
mata agar anak-anak bergembira dan bersenang-senang. Bila demikian seolah-
olah pendidikan jasmani hanyalah sebagai mata pelajaran ”selingan”, tidak
berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik. Pendidikan jasmani
merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak untuk
mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran penjas tidak kalah
penting dibandingkan dengan pelajaran lain seperti; Matematika, Bahasa, IPS dan
IPA, dan lain-lain. Namun demikian tidak semua guru penjas menyadari hal
tersebut, sehingga banyak anggapan bahwa penjas boleh dilaksanakan secara
serampangan. Hal ini tercermin dari berbagai gambaran negatif tentang
pembelajaran penjas, mulai dari kelemahan proses yang menetap misalnya
membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil pembelajaran,
seperti kebugaran jasmani yang rendah.
Di kalangan guru penjas sering ada anggapan bahwa pelajaran
pendidikan jasmani dapat dilaksanakan seadanya, sehingga pelaksanaannya cukup
dengan cara menyuruh anak pergi ke lapangan, menyediakan bola sepak untuk
laki-laki dan bola voli untuk perempuan. Guru tinggal mengawasi di pinggir
lapangan. Kelemahan ini berpangkal pada ketidakpahaman guru tentang arti dan
tujuan pendidikan jasmani di sekolah, di samping ia mungkin kurang mencintai
tugas itu dengan sepenuh hati. Jadi, pendidikan jasmani diartikan sebagai proses
pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga. Inti pengertiannya adalah
mendidik anak. Yang membedakannya dengan mata pelajaran lain adalah alat
yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar. Gerak
itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi yang tepat,
agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Tujuan
pendidikan jasmani sudah tercakup dalam pemaparan di atas yaitu memberikan
kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina
sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial,
emosional dan moral. Singkatnya, pendidikan jasmani bertujuan untuk
mengembangkan potensi setiap anak setinggi-tingginya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Tujuan di atas merupakan pedoman bagi guru penjas dalam
melaksanakan tugasnya. Tujuan tersebut harus bisa dicapai melalui kegiatan
pembelajaran yang direncanakan secara matang, dengan berpedoman pada ilmu
mendidik. Dengan demikian, hal terpenting untuk disadari oleh guru penjas adalah
bahwa ia harus menganggap dirinya sendiri sebagai pendidik, bukan hanya
sebagai pelatih atau pengatur kegiatan. Misi pendidikan jasmani tercakup dalam
tujuan pembelajaran yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotor.
Perkembangan pengetahuan atau sifat-sifat sosial bukan sekedar dampak
pengiring yang menyertai keterampilan gerak. Tujuan itu harus masuk dalam
perencanaan dan skenario pembelajaran. Kedudukannya sama dengan tujuan
pembelajaran pengembangan domain psikomotor. Dalam hal ini, untuk mencapai
tujuan tersebut , guru perlu membiasakan diri untuk mengajar anak tentang apa
yang akan dipelajari berlandaskan pemahaman tentang prinsip-prinsip yang
mendasarinya. Pergaulan yang terjadi di dalam adegan yang bersifat mendidik itu
dimanfaatkan secara sengaja untuk menumbuhkan berbagai kesadaran emosional
dan sosial anak. Dengan demikian anak akan berkembang secara menyeluruh,
yang akan mendukung tercapainya aneka kemampuan.
a. Prinsip-prinsip Pembelajaran
Teori-teori ilmu olah raga merupakan dasar yang fundamental sebagai
penunjang dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani. Guru merupakan
sarana menyambung ilmu-ilmu tersebut dengan sistem atau metode pembelajaran
agar disiplin ilmu tersebut tersampaikan dengan baik. Akan tetapi penguatan
dalam praktik di lapangan adalah salah satu cara agar keseimbangan interaksi
antara teori dan praktek dalam pembelajaran akan membawa keberhasilan dalam
penampilan olahraga. Prinsip-prinsip pengaturan pelaksanaan gerakan dalam
proses pembelajaran hendaknya harus diperhatikan oleh seorang guru agar
tercapai tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang benar sehingga
menghasilkan peningkatan kualitas. Menurut Sugiyanto (1996: 55-57) bahwa,
"ada beberapa prinsip dalam pengaturan melakukan gerakan antara lain, prinsip
pengaturan giliran praktek, beban belajar meningkat, kondisi belajar bervariasi
dan pemberian motivasi dan dorongan semangat".
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Aktifitas bergerak merupakan ciri khas dari pembelajaran jasmani.
Ketika seorang siswa mengikuti pelajaran Penjas, di sana pasti terdapat aktifitas
gerak. Belajar gerak merupakan salah satu sarana untuk memperoleh ketrampilan
gerak yang diperlukan dalam kegiatan pendidikan jasmani. Sugiyanto (1996: 25)
menerangkan : "belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-
respon muscular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh".
Dari pendapat di atas menerangkan bahwa gerak merupakan proses
pembelajaran pendidikan jasmani mempelajari pola-pola keterampilan tubuh.
Sehingga ada syarat-syarat dalam belajar gerak yang harus dipenuhi. Soemanto Y.
(1990: 6) menerangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam belajar gerak
adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui tujuan. Jadi harus mengenal dan yakin akan kegunaan tujuanitu bagi dirinya.
2) Mempunyai tanggapan yang jelas terhadap kecakapan itu.3) Pelaksanaan yang tepat pada taraf permulaan. Pada taraf permulaan yang
penting adalah teknik gerakan yang benar, selanjutnya baru menujuprestasi.
4) Latihan untuk meningkatkan prestasi.
Manusia adalah individu yang sangat unik. Perbedaan sifat, kualitas
maupun perilaku merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari tiap-tiap
karakter manusia. Kenyataan ini membawa konsekuensi bahwa setiap individu
memiliki potensi yang berbeda untuk berhasil dalam mempelajari keterampilan
gerak. Namun sebenarnya pencapaian keterampilan gerak bukan hanya
dipengaruhi oleh faktor fisik atau sifat bawaan melainkan juga, dipengaruhi oleh
faktor lingkungan baik secara kualitatif maupun kuantitatif atau menunjang proses
belajar gerak, yang pada gilirannya akan menentukan tingkat prestasi.
Untuk meningkatkan prestasi atau hasil belajar yang optimal, maka perlu
dipelajari tentang unsur-unsur yang berkaitan dengan proses pembelajaran
pendidikan jasmani. Unsur-unsur tersebut meliputi: kurikulum pendidikan
jasmani, prinsip-prinsip pembelajaran dan jenis-jenis latihan. Apabila unsur-unsur
tersebut dapat terpenuhi dalam proses pembelajaran, maka diharapkan tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Menurut Drowatzky yang dikutip
Sugiyanto (1996:27) belajar gerak adalah: "belajar yang mewujudkan mulai
respon-respon muscular diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh".
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Pendapat lain dikemukakan Rusli Lutan (1988: 102), "belajar motorik adalah
seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang
mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku terampil".
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, belajar
motorik merupakan perubahan perilaku motorik berupa keterampilan sebagai hasil
dari latihan dan pengalaman. Hal ini perlu dipertegas untuk membedakan
perubahan yang terjadi karena faktor kematangan dan pertumbuhan. Faktor-faktor
tersebut juga menyebabkan perubahan perilaku (seperti anak yang lebih tua lebih
terampil melakukan suatu keterampilan yang baru dari pada anak lebih muda),
meskipun dapat disimpulkan perubahan itu karena belajar.
b. Tahapan Belajar Keterampilan
Proses belajar gerak keterampilan membahas tentang apa yang terjadi
pada diri pelajar, apa yang diperbuat oleh pelajar serta tingkat penguasaan yang
dicapai pada setiap tahapan atau fase belajar. Di sini waktu berperan dalam proses
atau tahapan belajar keterampilan. Sugiyanto (1996: 45-47) mengemukakan
bahwa proses belajar keterampilan dibagi dalam 3 fase:
1) Fase KognitifMerupakan fase awal dalam belajar gerak keterampilan. Pada fasekognitif, proses belajar diawali dengan aktif berfikir tentang gerakanyang dipelajari.
2) Fase AsosiatifFase asosiatif desebut juga fase menengah. Pada fase asosiatif inimenerangkan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan secaraterpadu merupakan unsur penting untuk menguasai berbagai gerakanketerampilan.
3) Fase OtonomFase otonom bisa dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Faseini ditandai dengan tingkat penguasaan gerak dimana pelajar mampumelakukan gerakan keterampilan secara otomatis.
Proses belajar yang berulang-ulang serta pendalaman materi dapat
mempercepat tahapan belajar keterampilan. Dari ketiga fase atau tahapan belajar
di atas dapat tercapai dengan cepat atau lambat, tergantung ketekunan pelajar serta
dukungan dari guru pendidik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
4. Karakteristik Perkembangan Anak Usia SMP
a. Pengertian dan Ruang Lingkup Anak Usia SMP
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa
adolescere yang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.
Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti
mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Secara umum remaja
dapat didefinisikan sebagai suatu tahap perkembangan pada individu, dimana
remaja mengalami perkembangan biologis, psikologis, moral dan agama. Remaja
juga merupakan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Dapat dikatakan
juga, bahwa remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak menuju dewasa.
Untuk memudahkan identifikasi, biasanya masa remaja dibatasi oleh
waktu tertentu. WHO membagi 2 tahap usia remaja yaitu:
- Remaja Awal : 10 – 14 tahun
- Remaja akhir : 15 – 20 tahun
Oleh karena itu, anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat
dikategorikan sebagai anak usia remaja awal. Pada umumnya ketika usia Sekolah
Menengah Pertama (SMP) adalah masa remaja awal setelah mereka melalui masa-
masa pendidikan Sekolah Dasar. Remaja awal ini berkisar antara umur 10-14
tahun. Masa remaja awal atau masa puber adalah periode unik dan khusus yang
ditandai dengan perubahan-perubahan perkembangan yang tidak terjadi dalam
tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan.
b. Ciri-Ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi
perubahan yang cepat baik secara fisik maupun psikologis. Ada beberapa
perubahan yang terjadi selama masa remaja.
1) Ciri Fisik/Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja perempuan dan perubahan suara pada remaja
laki-laki. Saat itu, secara biologis remaja mengalami perubahan yang sangat besar.
Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
reproduksi. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam
memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones)
yang saling berhubungan dengan pertumbuhan.
Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa
sistem reproduksinya sudah efektif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti
payudara mulai berkembang. Anak laki-laki mulai memperlihatkan perubahan
dalam suara, otot dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya
hormone testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal
pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
2) Ciri Psikologis
Psikologis Secara umum, dari sisi psikologis seorang remaja memiliki
beberapa ciri sebagai berikut:
a) Kegelisahan
Remaja mempunyai banyak idealisme angan-angan atau keinginan yang
hendak diwujudkan di masa depan. Akan tetapi sesungguhnya remaja belum
memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu. Tarik
menarik antara angan yang tinggi dengan kemampuan yang belum memadai
mengakibatkan mereka diliputi perasaan gelisah.
b) Pertentangan
Pertentangan pendapat remaja dengan lingkungan khususnya orang tua
mengakibatkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri maupun pada orang
lain.
c) Mengkhayal
Keinginan menjelajah dan berpetualang tidak semuanya tersalurkan.
Biasanya terhambat dari segi biaya, oleh karena itu mereka lalu mengkhayal
mencari kepuasan. Khayalan ini tidak selamanya bersifat negatif, justru kadang
menjadi sesuatu yang konstruktif. Misalnya munculnya sebuah ide cemerlang.
d) Aktivitas kelompok
Berbagai macam keinginan remaja dapat tersalurkan setelah mereka
berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama.
e) Keinginan mencoba segala sesuatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity), mereka lalu
menjelajah segala sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah
dialaminya.
c. Ciri-Ciri Penting Pada Masa Remaja Awal atau Anak SMP
1) Pada masa ini terjadi kematangan alat-alat seksual
Dengan tumbuh dan kembangnya fungsi-fungsi organ maka ciri-ciri seks
sekunder mulai berkembang seperti tumbuhnya rambut pubis dan timbulnya jakun
pada anak laki-laki. Sedangkan pada anak perempuan mulai memasuki masa
menstruasi dan mulai tumbuhnya buah dada. Dengan adanya kedewasaan biologis
ini, remaja memiliki kemampuan biologis yang sama dengan orang-orang dewasa
lainnya dalam hal reproduksi.
2) Masa remaja awal merupakan periode yang singkat
Dibandingkan dengan banyaknya perubahan yang terjadi di dalam
perkembangan manusia maka masa puber merupakan periode yang paling singkat,
yaitu sekitar dua sampai empat tahun pada usianya.
3) Masa remaja awal merupakan masa pertumbuhan dan perubahan pesat
Perubahan-perubahan yang pesat ini akan menimbulkan dampak pada
anak. Misalnya timbul keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman dan
dalam beberapa hal memungkinkan timbulnya perilaku negatif.
4) Masa remaja awal merupakan masa negatif
Pada masa ini anak cenderung mengambil sikap anti terhadap kehidupan
atau kehilangan sifat-sifat baiknya yang pada masa sebelumnya sudah
berkembang. Kondisi ini merupakan sesuatu yang wajar. Beberapa ahli psikologi
perkembangan menyebut ini sebagai masa negatifistik kedua.
d. Perkembangan Anak Usia SMP
Selama di SMP/ MTs seluruh aspek perkembangan manusia yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik mengalami perubahan sebagai masa transisi dari masa
anak-anak menjadi masa dewasa. Masa remaja dan perubahan yang menyertainya
merupakan fenomena yang harus di hadapi oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
1) Perkembangan Aspek Kognitif
aspek kognitif meliputi fungsi intelektual seperti pemahaman, pengetahuan
dan ketrampilan berpikir. Untuk siswa SMP perkembangan kognitif utama yang
dialami adalah formal operasional, yang mampu berpikir abstrak dengan
menggunakan simbol-simbol tertentu atau mengoperasikan kaidah-kaidah logika
formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit, seperti
peningkatan kemampuan analisis, kemampuan mengembangkan suatu
kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan yang ada, kemampuan
menarik generalisasi dan inferensasi dari berbagai kategori objek yang beragam.
Selain itu ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa
dan perkembangan konseptual. Dengan kata lain, bahasa merupakan salah satu
alat vital untuk kegiatan kognitif.
2) Perkembangan Aspek Afektif
Ranah afektif menyangkut perasaan, modal dan emosi. Perkembangan
afektif siswa SMP mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau
sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan
orang lain.
3) Perkembangan Psikomotorik
Perkembangan aspek psikomotorik seusia SMP ditandai dengan perubahan
jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa
tersebut adalah perubahan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, sering
menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak
memikirkan akibat” dari perbuatan mereka, dan kadang mengalami proses
pencarian jati diri. Hal ini sesuai dengan pendapat Yudha M. Saputra (2001: 13)
bahwa”, siswa SMP berada pada tahap pencarian jati diri, mereka selalu mencari
sesuatu yang baru”.
Berdasarkan uraian diatas, guru harus mampu menciptakan kondisi belajar
yang sesuai dengan karakteristik siswa SMP. Seorang guru harus mampu
membangkitkan motivasi belajar siswa dengan memberikan bentuk-bentuk
pembelajaran yang menyenangkan dan mengandung unsur kompetisi dan
tantangan, tetapi tujuan pembelajaran tetap tercapai. Salah satunya dengan
menggunakan media alat bantu. Termasuk dalam membelajarkan lompat jauh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
gaya jongkok. Guru harus mempunyai kreativitas dan inisiatif agar pembelajaran
lompat jauh tidak membosankan siswa, diantaranya dengan menggunakan alat
bantu tali dan kotak kardus.
Dengan mengetahui karakteristik siswa, diharapkan guru dapat
menciptakan ide dalam penyusunan program pembelajaran yang sesuai. Terutama
dalam upaya membentuk karakter dan mempersiapkan para siswa untuk
menghadapi masyarakat diluar sekolah. Selain itu juga dapat mengembangkan
bermacam-macam aspek perkembangan siswa pada tingkat SMP. Aspek yang
dapat dikembangkan mencakup fisik, motorik, sosial, emosional, kepribadian,
kognisi, keterampilan olahraga dan sebagainya.
5. Pendekatan Pembelajaran
a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pengertian pendekatan secara umum dapat diartikan atau disamakan
dengan proses, metode atau cara untuk mencapai sesuatu. Perlu memahami arti
dari masing masing kalimat pendekatan pembelajaran. Menurut definisi kata,
pendekatan dapat diartikan sebagai suatu proses, perbuatan, atau cara untuk
mendekati sesuatu. Sedangkan pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana
para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi di samping itu juga
terjadi peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya.
Berdasarkan dua pengertian tentang pendekatan dan pembelajaran
tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan cara
kerja yang mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses
pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai pendapat Wahjoedi (1999: 121) bahwa,
"pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku
siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh
hasil belajar secara optimal". Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang
akan ditempuh oleh guru dan siswa dengan cara mempergunakan teknik yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
didasari oleh pengertian yang mendalam guna mencapai tujuan instruksional
dalam mencapai tertentu.
Dari pendapat ahli yang dikemukakan di atas, dalam proses pembelajaran
terjadi dua proses yang berjalan bersama-sama yaitu: (1) ada satu pihak yang
memberi, dalam hal ini guru, (2) pihak lain yang menerima yaitu, perserta didik
atau siswa. Seorang guru bertugas mengelola proses pengajaran berupa aktivitas
merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek kegiatan, baik pengelolaan
dalam persiapan, proses hingga evaluasi pengajaran. Sementara siswa merupakan
subyek dalam pembelajaran yang dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan dalam
proses pembelajaran. Karena siswa merupakan pelaku utama dalam melaksanakan
segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Kedua pihak tersebut saling berkaitan
dan berinteraksi dalam proses pembelajaran. Sehingga komponen tersebut tidak
dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar, yaitu guru menyampaikan materi
pelajaran dan siswa menerimanya. Maka dari itu pembelajaran dapat terjadi
apabila terjadi interaksi antara guru dan siswa.
Sistem dan pendekatan pembelajaran dibuat karena adanya kebutuhan
akan sistem dan pendekatan tersebut untuk meyakinkan yaitu adanya alasan untuk
belajar dan siswa belum mengetahui apa yang akan diajarkan. Dalam tujuan
pembelajaran dapat dicapai sehingga perlu dibuat program pembelajaran yang
baik dan benar. Program pembelajaran merupakan rencana kegiatan yang
menjabarkan kemampuan dasar dan teori pokok secara rinci yang memuat alokasi
waktu, indikator pencapaian hasil belajar dan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran dari setiap pokok mata pelajaran.
6. Power
a.pengertian Power
Power merupakan perpaduan dua unsur komponen kondisi fisik yaitu
kekuatan dan kecepatan.Kualitas power akan tercermin dari unsure kekuatan dan
kecepatan yang dalam pelaksanaanya dilakukan dengan eksplosif dalam waktu
yang sesingkat mungkin. Berkaitan dengan power, Sajoto (1995: 17) menyatakan
bahwa “Daya ledak otot atau muscular power adalah kemampuan seseorang untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
melakukankekuatan maksimum, dengan usaha yang dikerjakan dalam waktu
sependek-pendeknya. Dalam hai ini dinyatakan bahwa daya otot adalah perkalian
antara kekutan dan kecepatan”. Sedangkan menurut Sugiyanto (1999: 21)
mengemukakan bahwa “Power atau daya ledak eksplosif adalah kualitas yang
memungkinkan kerja otot atau sekelompok otot dan kecepatan rangsangan syaraf
serta kecepatan kontraksi”.
Berdasarkan definisi diats bdapat ditarik kesimpulan bahwa daya ledak
atau power merupakan gabungan antara dua unsure yaitu kekuatan dan kecepatan
dalam berkontraksi. Dengan dmikian untuk dapat menghasilkan power otot yang
baik diperlukan latihan kekuatan dan kontraksi otot. Adapun tujuan latihan power
adalah untuk meningkatkan ketrampilan teknik serta penekanan pada beban untuk
tiap elemen gerakan.
b.Jenis-jenis Power
Bompa (1990 : 285) membedakan power menjadi 2 jenis, yaitu power
askilik dan power skilik. Power askilik secara dominan diperlukan pada cabang
olahraga melempar,menolak,dan melompat (atletik), unsur-unsur gerakan
senam,beladiri,loncat indah dan permainan. Sedangkan power Siklik diperlukan
pada cabang olahraga antara lain dayung,bersepeda,renang, dan berlari cepat.
c.Unsur-unsur Penentu Power
Ada beberapa hal yang dapat menentukan kemampuan power seseorang
untuk menghasilkan power,seseorang harus memiliki kecepatan dan kekuatan
yang baik. Menurut Suharno H.P (1985: 59) faktor-faktor penentu power adalah:
1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih dan atlit
2) Kekuatan otot dan kecepatan otot
3) Waktu rangsangan dibatasi secara kongkrit lamanya
4) Koordinasi gerak harmonis
5) Tergantung banyak sedikiynya zat kimia dalam otot (ATP)
Pada dasrnya penentu baik dan tidaknya power yang dimiliki seseorang
tergantung pada intensitas kontraksi otot dan kemampuan otot untuk berkontraksi
secara mksimal dalam waktu yang singkat setelah menerima rangsangan serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
produksi biokimia dalam otot sangat menentukan power yang dihasilkan. Jika
unsur-unsur tersebut diatas dimiliki seseorang,maka ia akn memiliki power yang
baik. Namun sebaliknya jika unsur-unsur tersebut tidak memiliki maka power
yang dihasilkan juga tidak akan baik.
7. Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh
Kemampuan lompat jauh dipengaruhi oleh baiknya power otot tungkai,
power otot tungkai yang dimiliki seseorang akan lebih baik apabila dilatih secara
sistematis dan kontinyu dengan metode yang tepat dan baik. Tanpa dilatih secara
sistematis dan kontinyu power yang dimiliki tidak berperan dalam aktifitas
olahraga. Menurut Suharno HP (1985:38) ciri-ciri untuk mengembangkan power
yaitu : (1) melawan beban relatif ringan, (2) gerakan latihan yang dinamis, (3)
gerakan-gerakan merupakan satu gerak yang singkat dan selaras. Sedangkan
menurut Gunter Berhard (1986:75) bentuk-bentuk latihan untuk meningkatkan
power otot tungkai antara lain :
1. Loncatan-loncatan tinggi dan jauh yang sederhana melalui rintanganyang berjenis-jenis (elastis,bilah, gawang,peti)
2. Jalan berjingkat, pertama-tama tidak dipaksa, tetapi kemudian selalulebih memperhatikan dorongan yang kuat keatas dimana kaki dantangan harus dibantu.
3. Perpindahan yang menerus dari beberapa langkah ancang-ancang,pendaratan harus secara elastis dilakukan dengan kaki, pada loncatandengan kaki yang bergantian.
Seseorang yang memiliki power otot tungkai yang baik maka gerakan-
gerakan yang dilakukan lebih singkat, cepat dan maksimal. Maka seorang
pelompat khususnya pada atlit lompat jauh harus bisa melakukan dan
menggunakan power otot tungkai yang dimiliki secara maksimal.
a. Pendekatan Pembelajaran Loncat Tegak
Lompatan yang tinggi merupakan faktor yang sangat menentukan
keberhasilan dalam lompat jauh. Untuk memperoleh lompatan yang tinggi, maka
power otot tungkai berperan penting dalam gerakan pada lompat . Tanpa memiliki
power otot tungkai yang baik maka akan kesulitan untuk melakukan lompatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dalam teknik lompat jauh dengan sempurna. Loncatan tinggi akan memberikan
peluang yang lebih besar pada pelompat untuk melompat sejauh-jauhnya.
Dilihat dari pola gerakan lompat jauh, maka power otot tungkai berperan dalam
lompat tinggi terutama saat akan melayang diudara. Untuk keberhasilan loncatan
secara maksimal harus ditopang awalan yang baik dan koordinasi yang tepat
antara tolakan dan awalan. Maka untuk mendapatkan loncatan dan keberhasilan
saat melayang diperlukan awalan dan tumpuan, langkah yang tepat dan sempurna,
sehingga diperlukan latihan – latihan melompat tegak keatas untuk menciptakan
kemampuan melompat yang baik. Dengan menggunakan alat bantu kardus atau
menggunakan tali yang dibentangkan, kemudian siswa diajak untuk melakukan
gerakan melompat melewati kardus atau tali yang dibentangkan. pembelajaran ini
diharapkan melatih pola gerak yang memaksa tubuh untuk melaukan lompatan
tegak keatas, sehingga diharapkan siswa terlatih gerak pola gerak tubuhnya untuk
melakukan gerakan yang menyerupai gerakan tolakan lompat jauh.
Gambar 5. Teknik melompat tegak
(Moch Djumidar A Widya, 2004: 73)
Ditinjau dari modifikasi pembelajaran atletik, pembelajaran lompat jauh
gaya schnepper menggunakan loncat tegak merupakan modifikasi kondisi
penampilan (skill).Berdasarkan pelaksanaan pebbelajaran lompat jauh gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
schnepper.menggunakan loncat tegak dapat di identifikasi kelebihan dan
kelemahanya.
Kelebihan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper menggunakan loncat tegak
antara lain :
1. Dapat menimbulkan rasa senang sehingga motivasi belajar siswa
meningkat
2. Siswa akan saling berlomba untuk melompat lebih tinggi, sehingga
merangsang lompatan siswa menjadi lebih tinggi untuk membuat gerak.
Kelemahan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper memggunakan loncat tegak
antara lain :
1. Siswa hanya berkonsentrasi untuk menloncat , sehingga gerak
menggantung terabaikan
2. Dengan gerak meloncat siswa kurang berkonsentrasi pendaratan,sehingga
pendaratan menjadi salah.
b. Pendekatan Pembelajaran Lompat Kedepan
Tolakan adalah suatu gerakan menyalurkan tenaga pada suatu benda
yang menghasilkan kecepatan pada benda tersebut dan memiliki daya dorong
kemuka yang kuat. Lompatan kedepan merupakan metode pembelajaran lompat
jauh dengan memperhatikan lompatan kedepan, keuntungan pelaksanaan
pembelajaran dengan lompatan kedepan adalah merangsang siswa untuk
melakukan lompatan sampai ke sasaran yang telah ditentukan, gerakan ini
memerlukan koordinasi yang kompleks, sehingga diperlukan tugas gerak yang
paling sederhana dengan pemberian sasaran ban bekas atau simpai agar
pembelajaran yang dilakukan lebih menarik.
Gambar 6. Teknik melompat kedepan(Moch Djumidar A Widya, 2004: 66)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Ditinjau dari modifikasi pembelajaran atletik, pembelajaran lompat jauh
gaya schnepper menggunakan lompat kedepan.Berdasarkan pelaksanaan
pembelajaran lompat jauh gaya schnepper.menggunakan lompat kedepan dapat di
identifikasi kelebihan dan kelemahanya.
Kelebihan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper menggunakan lompat
kedepan antara lain :
1. Siswa dapat melompat lebih jauh kedepan,sehingga siswa terangsang
untuk melompat sejauh mungkin.
2. Siswa dapat mengkoordinasikan gerakan dari mengayun kedua lengan
tolakan kaki,melayang di udara dan pendaratan dengan baik.
Kelemahan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper dengan lompat kedepan
antara lain :
1. Siswa menjadi terangsang untuk melompat sejauh jauhnya dengan tujuan
melatih jarak yang bsa di capai tanpa memperhatikan gerakan yang
sebenarnya.
2. Pembelajaran lompaj jauh dengan lompat tegak tidak berkesinambungan
dengan awalan,tolakan dan melayang.
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian landasan teori yang telah dikemukakan di atas dapat
dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut:
a. Pengaruh pembelajaran lompat jauh dengan pendekatan loncat tegak
dan lompat kedepan
Kemampuan lompat jauh dapat dipelajari dengan pendekatan
pembelajaran loncat tegak dan lompat kedepan. Pembelajaran lompat jauh
dengan metode pendekatan pembelajaran loncat tegak dan lompat kedepan
memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan ini terletak pada pemberian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
materi dan pola gerakan pada tiap tahapan. Perbedaan dalam pemberian materi
gerakan teknik dan perbedaan pola gerakan ini dapat berpengaruh pada perbedaan
dalam hal pembentukan kemampuan lompat jauh. Hal ini akan dapat
menyebabkan perbedaan dalam pembentukan pola gerak dan pembentukan
kemampuan.
Berdasarkan karakteristik dari masing masing pendekatan pembelajaran
tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda. Pada pendekatan
pembelajaran lompat jauh gaya schnepper menggunakan loncat tegak lebih di
fokuskan pada gerakan melayang di udara dan pendaratan, sedangkan teknik
awalan dan tumpuan kurang di kembangkan. Padahal untuk mencapai hasil yang
maksimal teknik-teknik lompat jauh yang meliputi awalan, tumpuan, melayang di
udara dan pendaratan harus dikembangkan secara bersama-sama. Sedangkan pada
pendekatan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper dengan lompat kedepan
teknik-teknik lompat jauh gaya schnepper yaitu awalan, tumpuan, melayang dan
pendaratan dikembangkan secara bersama-sama.Dengan dikembangkan teknik
lompat jauh gaya schnepper sevara bersama –sama, maka mempunyai peluang
mencapai hasil yang optimal.
Berdasarkan karakteristik dari masing-masing pendekatan pembelajaran
tersebut tentu akan menimbulkan pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar
lompat jauh gaya schnepper. Aperbedaan unsur yang di kembangkan dari kedua
pendekatan pembelajaran tersebut, hal ini akan berpengaruh yang berbeda
terhadap pencapaian hasil belajar lompat jauh gaya schnepper. Dengan demikian
diduga, pendekatan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper menggunakan
loncat tegak dan lompat kedepan akan memeiliki pengaruh yang berbeda terhadap
peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper.
b. Perbedaan pengaruh pembelajaran lompat jauh dengan pendekatan
loncat tegak dan lompat kedepan
Dalam mempelajari lompat jauh dengan metode pendekatan
pembelajaran loncat tegak memungkinkan siswa dapat menguasai materi yang
diajarkan secara lebih mendalam. Selain itu koreksi dan pembetulan terhadap
gerakan yang salah akan lebih efektif dan mudah dilakukan. Hal ini akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
memungkinkan siswa dapat menguasai teknik yang ada dalam lompat jauh secara
benar. Bagi siswa yang baru belajar metode ini cocok karena proses belajarnya
secara bertahap dan mudah dilaksanakan. Namun seringkali metode ini
membosankan bagi siswa, terutama yang sudah menguasai materi. Selain itu
metode pendekatan pembelajaran meloncat tegak menuntut guru untuk lebih
kreatif melakukan model-model pembelajaran agar tercapai kemampuan lompat
jauh yang maksimal.
Pembelajaran lompat jauh dengan pendekatan pembelajaran loncat tegak
dan lompat kedepan, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Pembelajaran lompat jauh dengan pendekatan pembelajaran lompat kedepan
bentuk gerakannya mirip seperti lompat jauh sebenarnya, sehingga siswa akan
lebih banyak memiliki kesempatan untuk mempelajari lompat jauh sesuai dengan
karakteristik sesungguhnya. Hal ini akan memberikan peluang untuk dapat lebih
leluasa untuk meningkatkan kemampuan lompat jauhnya. Namun bagi siswa yang
memiliki daya tangkap kurang dan siswa pemula yang baru mempelajari lompat
jauh, akan banyak mengalami kesalahan dalam melakukan lompat jauh. Selain itu
penguasaan pada tiap komponen teknik lompat jauh akan lebih mendalam.
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran loncat tegak dan lompat
kedepan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra
kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta tahun 2010.
2. Metode pendekatan pembelajaran lompat kedepan lebih baik pengaruhnya
daripada metode pendekatan pembelajaran loncat tegak terhadap hasil belajar
lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14
Surakarta tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian
1.Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lapangan olahraga SMP Negeri 14 Surakarta.
2.Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama satu setengah bulan (6 minggu)
dengan tiga dalam satu minggu. Dilaksanakan di bulan Oktober sampai dengan
November 2010.
B. Metode Penelitian
1. Metode dan Rancangan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Di dalam penelitian eksperimen ini menggunakan randomized control group
pretest – posttest design. Pembagian kelompok ke dalam 2 kelompok dengan cara
“pairing of subject”, seperti dikatakan Sutrisno Hadi (1994:484) yaitu: Subject
pairing sudah tentu sekaligus berarti juga group matching, karena pada
hakikatnya subject matching adalah sedemikian rupa sehingga pemisahan
pasangan-pasangan subyek (pair of subject) masing-masing subyek ke grup
eksperimen dan ke group kontrol secara otomatis akan menyeimbangkan kedua
group itu.
Adapun cara pairing yang digunakan yaitu ordinal pairing dengan bagan
sebagai berikut:
1 2
4 3
5 6
8 7
9 dst
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Pembagian menjadi dua kelompok eksperimen tersebut berdasarkan prestasi tiap
individu pada tes awal lompat jauh gaya schnepper. Setelah prestasi tes awal
diranking, kemudian sampel yang mempunyai prestasi awal setara dipasang-
pasangkan ke dalam kelompok 1 dan kelompok 2. Dengan demikian kelompok
tersebut sebelum diberi perlakuan berangkat dari titik tolak yang sama. Apabila
nanti pada akhir perlakuan terdapat perbedaan, maka hal itu benar-benar hanya
dikarenakan oleh pengaruh perlakuan yang telah diberikan. Berikut ini rancangan
penelitian.
K-1 P1 T2
T1
S Op
K-2 P2 T2
Keterangan:
S : Subyek penelitian
T1 : Tes awal Lompat jauh gaya schnepper
K-1 : Kelompok A
K-2 : Kelompok B
P1 : Latihan lompat tegak
P2 : Latihan lompat kedepan
T2 : Tes akhir lompat jauh gaya schnepper
Op : Ordinal pairing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
C. Definisi Operasional Variabel
1. Pendekatan Pembelajaran LoncatTegak
Dengan menggunakan alat bantu kardus atau menggunakan tali yang
dibentangkan, kemudian siswa diajak untuk melakukan gerakan meloncat
melewati kardus atau tali yang dibentangkan dengan menggunakan kedua kaki
sebagai tumpuan untuk melakukan loncatan keatas. Pembelajaran ini diharapkan
melatih pola gerak yang memaksa tubuh untuk melaukan loncatan tegak keatas,
sehingga diharapkan siswa terlatih gerak pola gerak tubuhnya untuk melakukan
gerakan yang menyerupai gerakan tolakan lompat jauh.
2. Pendekatan Pembelajaran lompat kedepan
Lompatan kedepan merupakan metode pembelajaran lompat jauh dengan
memperhatikan lompatan kedepan. Sehingga diperlukan tugas gerak yang paling
sederhana dengan pemberian sasaran ban bekas atau simpai agar pembelajaran
yang dilakukan lebih menarik.Dimana dalam melakukan lompat kedepan
menggunakan satu kaki sebagai tumpuan untuk melompat kedepan. Hal ini juga
melatih kaki sebagai tumpuan yang terkuat dalm melakukan gerakan lompat jauh
gaya schnepper.
3. Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Schnepper.
Hasil belajar lompat jauh gaya schnepper merupakan bentuk unjuk kerja
siswa untuk melakukan lompat jauh gaya schnepper yang telah ditentukan
berdasarkan peraturan yang berlaku.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14
Surakarta tahun 2010 yang berjumlah 90 siswa yang terbagi dalam 5 kelas.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Agar sampel yang diperoleh dapat mewakili populasi, maka dalam
penentuan besarnya sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Widodo
J. Pudjiraharjo ( 1996 : 57 ) sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
222
22
SZdN
SxzNn
Keterangan :
n = Besarnya sampel
N = Besarnya populasi
Z = Nilai Standar normal yang besarnya tergantung ,bila = 0.05
maka z =1.67, bila = 0.01, maka z = 1.96
S = besarnya varians ( = SD2 +)
D = besarnya penyimpangan yang masih dapat di tolerer ( semakin kecil
d, akan semakin tinggi penelitian, d = 0.1 % )
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan sejumlah 90 subyek
sedangkan jumlah sampel berdasarkan rumus diatas diperoleh rumus sejumlah 30
siswa dengan proporsional random dari 5 kelas. ( penghitungan terlampir )
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan pengukuran. Sesuai
dengan variabel yang diteliti, data yang terkumpul adalah data kemampuan lompat
jauh gaya schnepper, yang diberikan sebelum dan sesudah treatment. Tes yang
digunakan sesuai dengan judul penelitian ini adalah tes lompat jauh dari Pusat
Kesegaran Jasmani dan Rekreasi Depdikbud Jakarta. (1980: 14).
F. Teknik Analisis Data
1.Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a.Uji Normalitas
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors
dari Sudjana (2002: 466). Prosedur pengujian normalitas tersebut sebagai berikut :
Pengamatan x1, x2,.....xn dijadikan bilangan baku z1, z2,...... zn dengan
menggunakan rumus :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Xi - X
zi =
S
Keterangan :
Xi = Dari variabel masing-masing sampel
X = Rata-rata
S = Simpangan baku
b) Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F(zi) = P(zzi).
c) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2,......zn yang lebih kecil atau sama dengan
zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(zi).
banyaknya z1, z2,......zn yang zi
maka S(zi) =
n
d) Hitung selisih F(zi) - S(zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya.
Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.
Sebutlah harga terbesar ini Lo.
b.Uji Homogenitas
Untuk mencari atau menguji homogenitas data, digunakan rumus untuk
mencari uji homogenitas (Soetrisno Hadi, 1986: 284) Adapun rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut :
kt
bs
dbvkdbvb SD
SDF
2
2
:
Keterangan :
db : vb = derajat kebebasan dari varians yang lebih besar
db : vk = derajat kebebasan dari varians yang lebih kecil
bsSD2
= Varians yang lebih besar
ktSD 2 = Varians yang lebih kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2.Uji Perbedaan
Untuk menghitung perbedaan menggunakan rumus t-test dari
Soekatamsi (1993), adalah sebagai berikut :
t =
)1N(N
d
Md2
Keterangan :
t : Nilai perbedaan
Md : Rata-rata selisih antara X1 dan X2
D : Penyimpangan (selisih) antara X1 dan X2 dari Md
N : Jumlah pasangan
Mengkonsultasikan hasil t-test dengan t-tabel dengan taraf signifikansi
5% dan db = N – 1. Jika thitung < ttabel = 5%, maka Ho ditolak. Artinya tidak ada
perbedaan pengaruh latihan lompat tegak dan latihan lompat kedepan terhadap
hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa pura kelas VIII SMP Negeri
14 Surakarta tahun 2010.
Jika thitung > ttabel = 5%, maka Hi diterima. Artinya ada perbedaan
perbedaan pengaruh latihan lompat tegak dan latihan lompat kedepan terhadap
hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa pura kelas VIII SMP Negeri
14 Surakarta tahun 2010.
Untuk mencari peningkatan hasil pembelajaran lompat jauh dari tes awal
ke tes akhir digunakan rumus dari Jerry R. Thomas dan Jack K. Nelson ( 1990 :
136 ) sebagai berikut :
Nilai peningkatan hasil latihan = %100xpretestMean
differentMean
Dimana Mean different = mean posttest - mean
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Diskripsi Data
Setelah dilaksanakan penelitian, diperoleh data. Data yang dikumpulkan
berupa tes kemampuan lompat jauh gaya schnepper. Data yang dikumpulkan terdiri
dari data tes awal dan tes akhir pada masing-masing kelompok, yaitu kelompok 1
dan kelompok 2. Data tersebut kemudian dikelompokkan dan dianalisis dengan
statistik, seperti terlihat pada lampiran. Berturut-turut disajikan mengenai deskripsi
data, uji prasyarat analisis, pengujian hipotesis hasil pembahasan hasilm analisis
data.
Deskripsi hasil analisis data hasil tes kemampuan lompat jauh gaya
schnepper yang dilakukan pada kelompok 1 dan kelompok 2 disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Lompat Jauh Gaya SchnepperKelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2)
Kelompok
Latihan Lompat
Jauh
Tes NHasil
Terendah
Hasil
TertinggiMean SD Uji t
Kelompok 1
(Latihan Loncat
Tegak)
Awal 15 2.10 3.60 2.76 0.417.033
Akhir 15 2.15 4.03 3.38 0.54
Kelompok 2
(Latihan Lompat
ke depan)
Awal 15 1.80 3.52 2.76 0.4414.567
Akhir 15 3.43 4.05 3.45 0.42
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebelum diberi perlakuan
kelompok 1 memiliki rerata kemampuan lompat jauh gaya schnepper adalah 2.76,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
sedangkan setelah mendapat perlakuan memiliki rerata kemampuan lompat jauh gaya
schnepper adalah 3.38. Adapun rata-rata kemampuan lompat jauh gaya schnepper
pada kelompok 2 sebelum diberi perlakuan adalah 2.76, sedangkan setelah mendapat
perlakuan memiliki rata-rata kemampuan lompat jauh gaya schnepper adalah 3.45.
B. Uji Prasyarat Analisis Data
Sebelum data hasil penelitian dianalisis dengan teknik t-tes, terlebih
dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu dengan 1) uji reliabilitas, 2) uji
normalitas, 3) uji homogenitas.
1. Uji Reliabilitas
Agar data yang dianalisis adalah hasil dari suatu tes atau pengukuran
yang baik, maka perlu uji reliabilitas. Dalam penelitian ini diadakan uji reliabilitas
tehadap hasil tes awal dan tes akhir kemampuan lompat jauh gaya schnepper.
Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data
No. Hasil Tes Reliabilitas Katagori
1 Awal 0.882 Tinggi
2 Akhir 0.902 Tingkat Tinggi
Adapun hasil dari analisis yang dilakukan dengan uji reliabilitas tes awal
diperoleh R = 0.882 dan uji reliabilitas pada tes akhir diperoleh R = 0.902. Hasil
tersebut kemudian di konsultasikan dengan tabel kategori reliabilitas tes termasuk
dalam kategori tinggi dan tingkat tinggi, serta dapat digunakan sebagai alat ukur.
Adapun dalam mengartikan katagori koefisien reabilitas tes tersebut dengan
menggunakan pedoman tabel koefisien dari Book Walter seperti dikutip Mulyono B.
(1992:22) yaitu :Tabel 3. Tabel Range Katagori Reliabilitas
No Kategori Validita Reliabilita Obyektivita
1 Tingkat Tinggi 0,80 – 1,00 0,90 – 1,00 0,95 – 1,002 Tinggi 0,70 – 0,79 0,80 – 0,89 0,85 – 0,943 Cukup 0,50 – 0,69 0,60 – 0,79 0,70 – 0,844 Kurang 0,30 – 0,49 0,40 – 0,59 0,50 – 0,695 Tidak Signifikan 0,00 – 0,29 0,00 – 0,39 0,00 – 0,49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2. Uji Normalitas
Bentuk data yang normal merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi sebelum digunakan untuk menganalisis data. Pengujian normalitas data
dilakukan terhadap hasil tes awal pada kelompok 1 dan kelompok 2 dengan
mengikuti uji Liliefors pada taraf = 0,05. Hasil pengujian tersebut disajikan dalam
tabel 4 berikut ini :
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
Kelompok N M SD Lo Lt5%
K1 15 2.76 0.41 0.091 0.220
K2 15 2.76 0.44 0.088 0.220
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada K1 diperoleh nilai Lhitung
sebesar 0.091, dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf
signifikansi 5% yaitu 0.220. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada
K1 termasuk berdistribusi normal. Sedangkan data hasil uji normalitas yang
dilakukan pada K2 diperoleh nilai Lhitung sebesar 0.088, dimana nilai tersebut lebih
kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0.220. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data pada K2 termasuk berdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari
kedua kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians, maka
apabila nantinya kedua kelompok tersebut memiliki perbedaan, maka perbedaan
tersebut dikarenakan oleh perbedaan rata-rata kemampuan lompat jauh gaya
schnepper. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 adalah
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Dari hasil uji homogenitas varians yang tertera dalam tabel di atas,
diperoleh hasil dengan db = 14 lawan 14, angka F tabel 5% = 2.48, sedangkan harga
F hitung = 0.87. Yang ternyata lebih kecil dari harga F tabel 5%. Karena F hitung < F tabel 5%,
maka hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1
dan kelompok 2 memiliki varians yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan
Sebelum dilakukan uji perbedaan dengan t-tes telah diadakan "Matching",
yaitu tes awal yang mempunyai kemampuan setara dipasang-pasangkan dibagi
menjadi 2 kelompok, yakni kelompok 1 dan kelompok 2. Hal ini dilakukan
untuk menjaga keseimbangan antara kedua kelompok tersebut.
Dalam penentuan kelompok, kelompok 1 mendapat perlakuan latihan
loncat tegak dan kelompok 2 mendapat perlakuan latihan lompat ke depan. Hasil t-
test untuk tes awal antara K1 dan K2 dapat dilihat dalam tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2
Kelompok N Mean to t t5%
K1 15 2.760.316 2,145
K2 15 3.38
Dari rangkuman hasil t-test untuk tes awal di atas, pada K1 dapat
diketahui bahwa rata-rata sebesar 2.76 sedangkan K2 diketahui bahwa rata-rata
sebesar 3.38. Dengan derajat kebebasan N - 1 = 15 - 1 = 14 pada taraf signifikansi
Kelompok N SD2 Fo Ft5%
K1 15 0.170.87 2.48
K2 15 0.19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
5%, ternyata nilai t tabel sebesar 2,145 sedangkan nilai thitung sebesar 0.316.
Ternyata lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol. Maka hipotesis nol
diterima. Dengan demikian antar kelompok sebelum diberi perlakuan tidak ada
perbedaan yang signifikan pada awalnya.
2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan
a. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan
Setelah masing-masing kelompok mendapatkan perlakuan yaitu, kelompok 1
(K1) mendapat perlakuan latihan loncat tegak dan kelompok 2 (K2) mendapat
perlakuan latihan lompat ke depan, kemudian diadakan tes akhir. Dan untuk
membuktikan apakah program latihan yang diberikan telah menunjukkan pengaruh
yang meyakinkan terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper, maka dicari
dengan uji t-test antara tes awal dan tes akhir pada masing-masing kelompok.
Adapun hasil t-test untuk mengetahui peningkatan prestasi tes awal ke tes akhir
antara K1 dan K2 dapat dilihat dalam tabel 7 berikut ini :
1) Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada K1
Tabel 7. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K1
Tes N Mean to t t5%
Awal15
2.767.033 2.145
Akhir 3.37
Dari rangkuman hasil t-test di atas, pada K1 dapat diketahui bahwa pada tes
awal rata-rata sebesar 2.76 dan tes akhir sebesar 3.37. Dengan derajat kebebasan 14
(N – 1 = 15 - 1) pada taraf signifikansi 5%, ternyata nilai t tabel sebesar 2,145,
sedangkan nilai to sebesar 7.033. Berarti to lebih besar dari t tabel maka hipotesis
nol ditolak. Dengan demikian antara tes awal dan tes akhir pada K1 ada perbedaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
yang signifikan. Berarti bahwa setelah mendapat perlakuan K1 memiliki peningkatan
kemampuan lompat jauh gaya schnepper yang signifikan.
2) Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada K2
Tabel 8. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K2
Tes N Mean to t t5%
Awal15
2.7614.567 2,145
Akhir 3.70
Dari rangkuman hasil t-test di atas, pada K2 dapat diketahui bahwa pada tes
awal rata-rata sebesar 2.76 dan tes akhir sebesar 3.70. Dengan derajat kebebasan 14
(N – 1 = 14 - 1) pada taraf signifikansi 5%, ternyata nilai t tabel sebesar 2,145,
sedangkan nilai to sebesar 14,567. Berarti to lebih besar dari t tabel maka hipotesis
nol ditolak. Dengan demikian antara tes awal dan tes akhir pada K2 ada perbedaan
yang signifikan. Berarti bahwa setelah mendapat perlakuan K2 memiliki peningkatan
kemampuan lompat jauh gaya schnepper yang signifikan.
3) Hasil Uji Perbedaan Peningkatan Kemampuan Kelompok 1 dan 2
Untuk mengetahui ada perbedaan hasil latihan antara K1dan K2 setelah
diberi perlakuan, dapat dilihat pada hasil t-test untuk tes akhir dari kedua kelompok
dalam tabel 9 berikut ini :
Tabel 9. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Akhir Antar Kelompok
Kelompok N Mean to t t5%
K115
3.373,24 2.145
K2 3.70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Berdasarkan rangkuman di atas, pada tes akhir pada K1 diketahui rata-rata
sebesar 3.37 dan untuk K2 diketahui rata-rata sebesar 3.70. Dengan derajat kebebasan
14 (N – 1 = 15 - 1) pada taraf signifikansi 5%, ternyata nilai to sebesar 3,24,
sedangkan nilai t tabel sebesar 2,145. Berarti to lebih besar dari t tabel maka hipotesis
nol ditolak. Dengan demikian pada tes akhir kemampuan lompat jauh gaya
schnepper antara K1 dan K2 terdapat perbedaan yang signifikan.
4) Perbedaan Prosentase Peningkatan
Untuk mengetahui kelompok yang memiliki prosentase peningkatan yang
lebih baik, diadakan perhitungan perbedaan prosentase peningkatan tiap-tiap
kelompok. Adapun nilai perbedaan peningkatan kemampuan lompat jauh gaya
schnepper dalam persen pada kelompok 1 dan 2 adalah :
Tabel 10. Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan
Lompat Jauh Gaya Schnepper Dalam Persen Pada K1 dan K2
Kelompok NMean
Pretest
Mean
Posttest
Mean
Different
Prosentase
Peningkatan
K1 15 3,37 2,76 0,61 18,10 %
K2 15 3,70 2,76 0,94 25,41 %
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa kelompok 1 memiliki
peningkatan kemampuan lompat jauh gaya schnepper sebesar 18,10 %. Sedangkan
kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh gaya schnepper sebesar
25,41 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 2 memiliki
prosentase peningkatan kemampuan lompat jauh gaya schnepper yang lebih besar
dari pada kelompok 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan
Loncat Tegak dan Lompat Kedepan Terhadap Kemampuan Lompat Jauh
Gaya Schenepper.
Berdasarkan uji perbedaan yang dilakukan pada tes akhir antara
kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hasil
penghitungan data tes akhir kedua kelompok diperoleh thitung sebesar 3,24, nilai thitung
tersebut lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), dengan db = 15 – 1 = 14 pada taraf
signifikansi 0,05 (5%) ttabel sebesar 2,145. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pendekatan pembelajaran lompat
jauh dengan loncat tegak dan lompat kedepan terhadap peningkatan kemampuan
lompat jauh gaya schenepper.
Pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan loncat tegak dengan media
kardus atau tali memiliki karakteristik mempengaruhi siswa untuk melompati
ketinggian dan mempengaruhi gerakan melayang yang lama diudara menjaga
kestabilan sudut lompatan yang optimal. Sudut yang optimal sangat berpengaruh
penting dalam pembentukan pola gerak lompatan. Sedangkan pendekatan
pembelajaran lompat jauh dengan lompat kedepan dengan media simpai atau bilah
memberikan rangsangan untuk melakukan lompatan yang sejauh jauhnya. Sasaran
didepan merupakan alat bantu yang membuat rasa senang pada siswa sehingga
memotivasi siswa untuk melakukan lompatan sejauh jauhnya dan berkompetisi.
Berdasarkan karakteristik lompat tegak dan lompat kedepan sebagai sarana
pendekatan pembelajaran lompat jauh tersebut tentunya menimbulkan pengaruh
terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya schenepper.
2. Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan Lompat Kedepan Memiliki
Pengaruh yang Lebih Baik Terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya
Schenepper.
Berdasarkan prosentase peningkatan kemampuan lompat jauh gaya
schenepper antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) menunjukkan bahwa
kelompok 2 (K2) memiliki peningkatan yang lebih besar daripada kelompok 1 (K1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
kelompok 1 (K1) memiliki peningkatan lompat jauh gaya schnepper sebesar 18,10%,
kelompok 2 (K2) memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh gaya schnepper
sebesar 25,41%. Prosentase peningkatan kemampuan lompat jauh gaya schnepper
kelompok 2 (K2) lebih besar daripada kelompok 1 (K1) berarti pendekatan
pembelajaran lompat jauh gaya schnepper dengan lompat kedepan memiliki
pengaruh yang lebih baik daripada pendekatan pembelajaran dengan lompat tegak.
Hal ini karena, pendekatan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper
dengan lompat kedepan memiliki orientasi yaitu membiasakan siswa untuk
membentuk teknik gerakan melompat ke depan. Serta memiliki tujuan untuk
membentuk sudut tolakan yang optimal saat melayang di udara sehingga pola
gerakan melompat dapat mencapai jarak lompatan yang jauh. Selain itu pendekatan
pembelajaran menggunakan lompat kedepan mempengaruhi siswa untuk
membiasakan melayang di udara dalam posisi melenting. Dimana posisi melenting
saat melayang di udara mirip teknik yang sebenarnya dalam pelaksanaan gerakan
lompat jauh gaya schnepper. Dari kebiasaan gerak tersebut maka timbul pengaruh
yang lebih baik pada teknik lompat jauh gaya schnepper. Penekanan pembelajaran
yang tepat untuk siswa SMP yaitu pada teknik pola gerak lompatan dan sudut
lompatan yang optimal. Ciri pada alat yang menggunakan lompat kedepan lebih
sesuai dengan pola gerakan saat melayang di udara dan penempatan sudut tolakan.
Sementara pendekatan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper
menggunakan lompat tegak memiliki karakteristik dalam memotivasi siswa untuk
melompat setinggi tingginya. Dengan melompat ke atas, para siswa lebih senang dan
berkompetisi sesama siswa untuk meraih lompatan setingi-tingginya. Akan tetapi
pola teknik gerakan siswa terabaikan karena hanya berkonsentrasi untuk melompat
ke atas. Sehingga pola gerakan menjadi tidak terkontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah
dilakukan, ternyata hipotesis yang diajukan dapat diterima, sehingga dapat
diperoleh simpulan sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan pendekatan pembelajaran lompat
jauh dengan loncat tegak dan lompat ke depan terhadap kemampuan lompat
jauh gaya schnepper siswa putra kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta tahun
Pelajaran 2010/ 2011. Dengan nilai perhitungan hasil tes akhir masing-masing
kelompok adalah thitung sebesar 3,24 dengan ttabel taraf signifikansi 5% sebesar
2,145. Ternyata thitung lebih besar dari angka batas penolakan hipotesis nol.
2. Pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan lompat kedepan memiliki
pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper
siswa putra kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/ 2011.
Peningkatan kelompok 1 (K1) sebesar 18,10%, lebih besar dari pada
kelompok 2 (K2) yaitu 25,41%.
B. Implikasi
Implikasi teoritik dari hasil penelitian ini bahwa, setiap pendekatan
pembelajaran dengan lompat kedepan memilki efektifitas yang berbeda dalam
meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya schnepper. Usaha untuk
meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya schnepper, maka perlu diterapkan
pendekatan yang baik dan tepat. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam memilih pendekatan lompat jauh yang tepat,
khususnya untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya schnepper.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
C. Saran
Sehubungan dengan kesimpulan yang telah diambil dan implikasi yang
ditimbulkan, maka kepada guru Penjaskes di SMP Negeri 14 Surakarta B,
disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh, pengajar dan
pembina dapat memberikan pembelajaran lompat jauh dengan menerapkan
metode pembelajaran menggunakan lompat tegak dan metode pembelajaran
menggunakan lompat kedepan.
2. Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh, harus
menggunakan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan perkembangan
siswa.
3. Dalam memberikan pembelajaran lompat jauh gaya schnepper guru
menggunakan metode atau media-media yang lebih inovatif dengan tujuan
agar dapat menarik antusiasme siswa dalm pembelajaran tersebut.
Mengingat metode pembelajaran menggunakan lompat kedepan merupakan
bentuk pembelajaran yang efektif khususnya bagi anak-anak usia SMP, maka
disarankan agar metode pembelajaran ini disosialisasikan agar dapat dipahami dan
diterapkan oleh guru-guru SMP pada umumnya.