perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id perbedaan …... · perbedaan pengaruh latihan dengan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DENGAN METODE DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN
PUKULAN BACKHAND TENIS MEJA PADA ATLET PEMULA PUTRA PTM PMS SURAKARTA TAHUN 2011
SKRIPSI
Oleh:
FRENGKI SETYO PRABOWO
K4606032
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DENGAN METODE DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN
PUKULAN BACKHAND TENIS MEJA PADA ATLET PEMULA PUTRA PTM PMS SURAKARTA TAHUN 2011
Oleh:
FRENGKI SETYO PRABOWO
K4606032
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Februari 2012
Pembimbing I
Drs. Heru Suranto, M. Pd NIP. 19491109 198010 1
Pembimbing II
Dra. Hanik Liskustyawati, M.Kes NIP. 19630608 199010 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Agus Mukholid, M.Pd. _________________
Sekretaris : Drs. H. Sunardi, M.Kes. _________________
Anggota 1 : Drs. Heru Suranto, M.Pd. _________________
Anggota 2 : Dra. Hanik Liskustyawati, M.Kes _________________
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
a.n Dekan
Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si NIP. 19660415 199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Frengki Setyo Prabowo. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DENGAN METODE DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN BACKHAND TENIS MEJA PADA ATLET PEMULA PUTRA PTM PMS SURAKARTA TAHUN 2011. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Februari 2012.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui perbedaan pengaruh
hasil metode latihan distributed practice dan massed practice tcrhadap
kemampuan pukulan backhand atlet pemula putra PTM PMS Surakarta 2011. (2)
Untuk mengetahui metode latihan mana yang lebih tinggi pengaruhnya antara
distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan pukulan backhand
atlet pemula putra PTM PMS Surakarta 2011.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Sampel penelitian ini
adalah atlet pemula putra PTM PMS Surakarta 2011 yang berjumlah 20 orang.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pengukuran kemampuan
pukulan backhand tenis meja diperoleh melalui tes pukulan backhand tenis meja
dari Nurhasan ( 2001 : 163-167 ).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Ada
perbedaan pengaruh antara metode latihan distributed practice dan massed
practice terhadap kemampuan pukulan backhand pada atlet pemula putra PTM
PMS Surakarta 2011 (thitung 2,611 > ttabel 5% 2,228). (2) Metode latihan massed
practice lebih tinggi pengaruhnya dibandingkan dengan metode latihan
distributed practice terhadap kemampuan pukulan backhand pada atlet pemula
putra PTM PMS Surakarta 2011. (Kelompok 2 yang mendapat perlakuan metode
latihan massed practice memiliki peningkatan 11,48% lebih tinggi daripada
kelompok 1 yang mendapat perlakuan dengan metode latihan distributed practice
yaitu 4,86%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Tidak ada kekayaan yang melebihi akal, tidak ada kemelaratan yang melebihi
kebodohan, dan tidak ada yang berharga melainkan kesehatan.
(Penulis)
Sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras, dan mau belajar dari
kegagalan.
(General Collin Powell)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
· PTM PMS Surakarta
· Almamater
· Bapak, Ibu, kakak dan Adik
· Rekan-rekan penjas angkatan 2006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat yang diberikan
kepada penulis, sehingga penulis dimudahkan dan senantiasa diberi bantuan
dalam penyusunan skripsi sampai akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini guna
memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali dibantu dan
didukung oleh berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis berterimakasih
kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi;
2. Drs. H. Mulyono, M.M., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta;
3. Drs. Waluyo, S.Pd., M.Or., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta;
4. Drs. Heru Suranto, M.Pd. dan Dra. Hanik Liskustyawati, M.Kes., selaku
pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan,
mendukung dan memberikan semangat kepada penulis sehingga dapat
melaksanakan penelitian dan menyusun skripsi tanpa kesulitan yang
berarti;
5. Dra. Hanik Liskustyawati, M.Kes., selaku penasehat akademik yang
senantiasa memberikan arahan dan bimbingan selama penulis menjadi
mahasiswa di Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta;
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Surakarta yang telah dengan tulus memberikan ilmu dan memberikan
motivasi tersendiri kepada penulis;
7. Kepala PTM PMS Surakarta yang telah memberi ijin pelaksanaan
penelitian;
8. Atlet PTM PMS Surakarta yang telah bersedia menjadi sampel penelitian;
9. Rekan-rekan POK yang dengan tulus membantu peneliti;
10. Pihak-pihak lain yang membantu penulis yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapatkan balasan dari
Allah SWT.
Penulis sangat menyadari bahwasanya skripsi ini tidak sempurna. Oleh
karena itu, penulis mohon maaf dan meminta saran dan kritik yang membangun
agar kedepan dapat lebih baik. Akhirnya, penulis berharap dari
ketidaksempurnaan ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan baik
itu untuk penulis sendiri maupun para pembaca yang budiman.
Surakarta, 3 Februari 2012
Penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PENGAJUAN SKRIPSI ................................................................................. ii
PERSETUJUAN.............................................................................................. iii
PENGESAHAN............................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR..................................................................................... viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 5
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 5
1. Tenis Meja........................................................................................... 5
a. Pengertian Tenis Meja..................................................................... 5
b. Peralatan Bermain Tenis Meja........................................................ 6
c. Keterampilan Teknik Bermain Tenis Meja..................................... 7
2. Metode Latihan ................................................................................... 13
a. Latihan Teknik ................................................................................ 14
b. Gerak Keterampilan ........................................................................ 15
c. Prinsip-Prinsip Latihan.................................................................... 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
d. Komponen-Komponen Latihan....................................................... 17
e. Penyusunan Program Latihan Backhand......................................... 20
3. Latihan Pukulan Backhand dengan Metode Distributed Practice...... 21
a. Metode Distributed Practice ........................................................... 21
b. Pelaksanaan Latihan Pukulan Backhand dengan Metode
Distributed Practice ......................................................................... 22
c. Sistem Memori dalam Latihan Distributed Practice ...................... 22
d. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Pukulan Backhand dengan
Metode Distributed Practice........................................................... 23
4. Latihan Pukulan Backhand dengan Metode Massed Practice............ 24
a. Metode Massed Practice................................................................. 24
b. Pelaksanaan Latihan Pukulan Backhand Tenis Meja dengan
Metode Massed Practice................................................................. 25
c. Sistem Memori dalam Latihan Massed Practice ............................ 26
d. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Pukulan dengan Mctode
Massed Practice .............................................................................. 26
B. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 27
C. Perumusan Hipotesis ............................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 30
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 30
1. Tempat Penelitian ............................................................................... 30
2. Waktu Penelitian ................................................................................. 30
B. Populasi dan Sampel ............................................................................... 30
1. Populasi............................................................................................... 30
2. Sampel................................................................................................. 30
C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 30
D. Rancangan Penelitian .............................................................................. 31
E. Treatment................................................................................................. 32
1. Program Latihan Pukulan Backhand Tenis Meja dengan Metode
Latihan Distributed Practice............................................................... 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
2. Program Latihan Pukulan Backhand Tenis Meja dengan
Metode Latihan Massed Practice ....................................................... 33
F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 33
1. Uji Reliabilitas .................................................................................... 33
2. Uji Prasyarat Analisis.......................................................................... 33
a. Uji Normalitas ................................................................................ 33
b. Uji Homogenitas ............................................................................ 34
3. Uji Perbedaan...................................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN...................................................................... 36
A. Deskripsi Data ......................................................................................... 36
B. Mengecek Reliabilitas ............................................................................. 36
C. Pengujian Prasyarat Analisis ................................................................... 37
1. Uji Normalitas ..................................................................................... 37
2. Uji Homogenitas.................................................................................. 38
D. Hasil Analisis Data .................................................................................. 38
E. Pengujian Hipotesis ................................................................................. 40
F. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................... 41
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ....................................... 43
A. Simpulan.................................................................................................. 43
B. Implikasi .................................................................................................. 43
C. Saran ........................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 45
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Diskripsi Data Hasil Penelitian......................................................... 36
2 Hasil Uji Tes Reliabilitas………………………………………….. 37
3 Tabel Range Kategori Reliabilitas………………………………… 37
4 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data………………………........ 37
5 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data 38
6 Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal antara kelompok 1 dan
kelompok 2 Sebelum Diberi Perlakuan…………………………….
39
7 Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok 1
dan Kelompok 2 Setelah Diberi perlakuan……………………........
39
8 Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan Persentase
Peningkatan Antara Kelompok 1 dan Kelompok 2………………...
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Meja Tenis Meja ....................…………............……….............. 6
2 Shakehands Grip ……………………………….......................... 8
3 Penhold Grip …………………………………........................... 8
4 Seemiller Grip …………………………………........................ 9
5 Tiga-tipe Dasar Spin …………….............................................. 9
6 Posisi Siap Pukulan Backhand .................................................... 11
7 Penempatan Diri Pukulan Backhand ........................................... 12
8 Rangkaian Gerakan Pukulan Backhand ...................................... 13
9 Histogram Perbedaan Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok 1 dan Kelompok 2 ..................................................... 36
10 Histogram Perbedaan Persentase Peningkatan Antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ..................................................... 40
11 Grafik Peningkatan Kelompok 1 dan Kelompok 2 ..................... 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Petunjuk Pelaksanaan dan Pengukuran TesKemampuan Pukulan
Backhand Tenis Meja ...........................................................................
47
2 Program latihan Pukulan Backhand Tenis Meja Dengan Metode
Latihan Distributed Practice ...............................................................
49
3 Program Latihan Pukulan Backhand Tenis Meja Dengan Metode
Latihan Massed Practice ......................................................................
51
4 Hasil Tes Awal...................................................................................... 53
5 Reliabilitas Tes Awal............................................................................ 54
6 Pembagian Kelompok .......................................................................... 56
7 Hasil Tes Akhir .................................................................................... 57
8 Hasil Tes Keseluruhan ......................................................................... 58
9 Reliabilitas Tes Akhir .......................................................................... 60
10 Uji Normalitas Data ............................................................................. 62
11 Uji Homogenitas Data .......................................................................... 66
12 Uji Perbedaan ....................................................................................... 70
13 Persentase Peningkatan ........................................................................ 72
14 Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Olahraga merupakan salah satu cara untuk menjaga kesehatan bagi
manusia, olahraga sangat penting karena, dengan berolahraga badan menjadi fit
dan stamina menjadi kuat serta menjadikan kaya daya tahan tubuh terhadap
berbagai macam penyakit. Pada saat ini sudah banyak olahraga yang berkembang,
salah satu olahraga yang sudah adalah olahraga tenis meja. Dalam permainan tenis
meja juga diperlukan pembinaan yang baik dan benar, yaitu mencakup aspek
seperti pembinaan fisik, teknik, taktik dan mental.
Penguasaan teknik dasar sangat diperlukan agar dapat bermain dengan
baik dalam suatu permainan. Adapun macam-macam teknik dasar tenis meja
menurut Hodges L. (1996: 17) mengklasifikasi teknik dasar tenis meja menjadi
lima macam, yaitu: " (1) Teknik memegang dan mengontrol bet, (2) Posisi siap,
pukulan forehand dan backhand), (3) Spin dan sudut bet (permainan spin), (4)
Servis permulaan, (5) Penempatan dan pengaturan kaki". Tenis meja merupakan
permainan gerak cepat yang menyenangkan, olahraga ini mengutamakan
kecepatan, ketangkasan dan tentunya kesehatan juga.
Seorang pemain yang baik adalah apabila saat memukul bola dapat
melakukan, menguasai dan menerapkan serta mengontrol bola dengan cermat.
Untuk itu dibutuhkan adanya unsur-unsur gerak dan keterampilan, adapun unsur-
unsur dalam pukulan backhand tenis meja antara lain: kckuatan, koordinasi,
ketepatan, kelincahan dan waktu reaksi. Semua unsur gerak mempunyai pengaruh
terhadap pukulan backhand tenis meja. Untuk menguasai teknik memukul yang
baik diperlukan latihan yang terprogram, teratur, dan menggunakan belajar yang
tepat. Seluruh permainan tenis meja dilakukan dengan memukul bola. Pukulan-
pukulan dalam permainan tenis meja diantaranya pukulan service, lob, forehand,
backhand, chop, spin, dan smash.
Pada klub tenis meja PMS Surakarta bentuk-bentuk program latihan yang
digunakan sudah dalam keadaan yang terprogram, tetapi pelaksanaannya belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2 sesuai dengan apa yang diprogramkan sehingga pada saat latihannya belum
maksimal. Hal itu berdampak pada prestasi yang masih jauh dari harapan, bisa
dilihat dari beberapa pertandingan yang diikuti seperti PMS Open, Sritex Open,
Binora Cup, PTMSI Surakarta Open yang telah dilakukan hasilnya belum
maksimal. Hal ini disebabkan oleh permasalahan antara lain: (1) kemampuan
pukulan backhand atlet tenis meja pemula di PTM PMS masih rendah dan perlu
ditingkatkan, pukulan backhand yang dilakukan sering tidak sesuai harapan,
misalnya bola yang dipukul sering keluar lapangan dan menyangkut net, (2)
metode latihan yang digunakan melatih pukulan backhand belum sesuai dengan
karakteristik atlet tenis meja pemula di PTM PMS, (3) kesungguhan dalam
berlatih masih rendah, (4) biaya masih ditanggung atlet sendiri.
Upaya menguasai teknik dasar pukulan backhand harus dilakukan latihan
secara sistematis dan kontinyu. Untuk mencapai hasil latihan yang optimal
dibutuhkan metode latihan yang tepat. Metode latihan merupakan suatu cara yang
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bagi atlet yang dilatih. Tuntutan
terhadap metode latihan yang efektif dan efisien didorong oleh kenyataan-
kenyataan atau gejala-gejala yang timbul dalam pelatihan. Banyaknya macam-
macam metode latihan, maka dalam pelaksanaan latihan harus mampu
menerapkan metode latihan yang tepat. Untuk meningkatkan kemahiran dan
keterampilan pemain dalam pukulan backhand dibutuhkan bentuk latihan yang
sesuai, ada beberapa bentuk latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
keterampilan pukulan backhand, diantaranya adalah dengan latihan Distributed
Practice dan Massed Practice. Menurut Andi Suhendro (2004: 3.56) bahwa, "
Metode latihan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan
teknik di antaranya dengan metode massed practice dan distributed practice".
Metode distributed practice merupakan metode latihan yang pada
pelaksanaan praktiknya diselingi dcngan waktu istirahat diantara waktu latihan.
Sedangkan metode massed practice adalah pengaturan giliran latihan yang
dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat. Baik metode distributed
practice maupun massed practice memiliki karakteristik yang berbeda dan
masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, maka antara kedua metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3 tersebut tidak ada yang paling bagus karena salah satu metode mungkin cocok
untuk satu kelompok tetapi kelompok yang lain belum tentu cocok dan tiap
kelompok memiliki karakteristik yang berbeda sehingga belum diketahui
efektifitasnya terhadap peningkatan kemampuan pukulan backhand dalam
permainan tenis meja. Untuk mengetahui dan menjawab permasalahan yang
muncul, maka perlu dikaji dan diteliti lebih mendalam melalui penclitian
eksperimen di klub tenis meja PTM PMS Surakarta, dari permasalahan yang telah
dikemukakan di atas maka hal ini perlu diteliti.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas,
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah Perbedaan pengaruh hasil metode latihan distributed practice dan
massed practice terhadap kemampuan pukulan backhand atlet pemula putra
PTM PMS Surakarta 2011?
2. Manakah yang lebih efektif pengaruhnya antara metode latihan distributed
practice dan massed practice terhadap kemampuan pukulan backhand atlet
pemula putra PTM PMS Surakarta 2011?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, penelitian
ini mempunyai tujuan:
1 Untuk mengetahui perbedaan antara metode latihan distributed practice dan
massed practice tcrhadap kemampuan pukulan backhand atlet pemula putra
PTM PMS Surakarta2011.
2 Untuk mengetahui metode latihan mana yang lebih efektif pengaruhnya
antara distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan
pukulan backhand atlet pemula putra PTM PMS Surakarta 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai masukan bagi pembina atau pelatih atlet pemula putra PTM PMS
Surakarta 2011 untuk menentukan metode latihan massed practice dan
distributed practice yang sesuai untuk atletnya dalam rangka mcningkatkan
pukulan backhand tenis meja.
2. Dapat dijadikan sebagai pedoman pembina atau pelatih atlet pemula putra
PTM PMS Surakarta 2011 dalam menentukan dan memilih metode latihan
yang tepat untuk meningkatkan kemampuan backhand tenis meja para
pemainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tenis Meja
a. Pengertian Tenis Meja
Permainan tenis meja mula-mula hanya dikenal sebagai pengisi waktu
senggang, hiburan dan rekreasi saja. Kita mengenal permainan ini dengan nama
"ping-pong", yaitu berasal dari tiruan suara yang ditimbulkan oleh sentuhan bola
dengan meja maupun dengan raket yang lembut. Namun setelah berkembang
dengan pesat dan diakui secara resmi kemudian diberi nama "Table Tennis" atau
menyebutnya "Tenis Meja". Permainan tenis meja peraturannya terus
berkembang, dulu hitungannya sampai 21 poin dan sekarang hanya 11 poin saja
dengan 3 kali kemenangan ( set ). Permaian tenis meja dapat dimainkan dengan
permaianan single, double ( putra/putri ), dan double mix ( campuran), serta
jumlah pemain hanya membutuhkan sedikitnya 2 orang saja.
Pemain yang terampil harus menguasai beberapa macam pukulan.
Menurut Hodges L.(1996:14-15) bahwa:
Macam-macam pukulan dalam tenis meja adalah forehand, backhand, chop, spin, smash, service. Forehand adalah setiap pukulan yang dilakukan dengan bet yang digerakkan ke arah kanan siku untuk pemain yang mengguna kan tangan kanan, dan ke kiri yang menggunakan tangan kiri. Backhand adalah pukulan yang dilakukan dengan menggerakan bet ke arah siku kiri bagi yang menggunakan tangan kanan dan sebaliknya jika tangan kanan. Chop adalah pukulan yang dilakukan perlahan dan biasanya backhand. Smash adalah pukulan yang keras dan bertenaga, sehingga lawan tidak bisa mengembalikannya. Service adalah pukulan yang dilakukan untuk memainkan bola pertama kali di awal poin. Pukulan forehand sangat penting dalam permainan tenis meja, karena sedikitnya setengah dari seluruh pukulan tenis meja adalah forehand. Maka dari itu, forehand ini dapat juga menjadi senjata yang bermanfaat di dalam permainan tenis meja.
Olahraga tenis meja merupakan suatu olahraga yang ccpat dan tcpat
sehingga seseorang yang bermain memerlukan kemampuan tertentu atau
seseorang akan terbawa kepada tingkat kemampuan yang dimiliki. Permainan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6 tenis meja merupakan olahraga yang membutuhkan keterampilan gerak, sehingga
koordfnasi gerak sangat dibutuhkan.
b. Peralatan Bermain Tenis Meja
Langkah awal dalam bermain tenis meja adalah memperhatikan
perlengkapan-perlengkapan yang perlu disiapkan dalam bermain.Menurut Hodges
L.( 1996:5) bahwa,"Terdapat empat peralatan yang harus dipersiapkan dan
dibutuhkan untuk bermain tenis meja yaitu : meja, net, bola, dan bet". Menurut
peraturan dan ketentuan Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia ( 2007/2008 : 1-
3 ) peralatan-peralatan tenis meja antara lain :
1) Meja
Berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 274 cm dan lebar 152,5 cm. sedangkan tinggi meja dari lantai adalah 76 cm. Meja dapat dibuat dari apa saja namun harus menghasilkan pantulan sekitar 23 cm dari bola yang dijatuhkan dari ketinggian 30 cm. Seluruh permukaan meja harus berwarna gelap dan pudar dengan garis putih selebar 2 cm pada tiap sisi panjang meja 274 cm dan tiap lebar meja 152,5 cm. Pemukaan meja dibagi dalm 2 bagian yang sama secara vertikal oleh net naralel dengan garis akhir dan harus melewati lebar permukaan masing-masing bagian meja. Untuk ganda, setiap bagian meja harus dibagi dalam 2 bagian yang sama dengan garis tengah berwarna putih selebai 3 mm, paralel engan garis lurus sepanjang kedua bagian meja, garis tengah tersebut diinggap menjadi 2 bagian kanan dan kiri.
Gambar 1. Meja Tenis Meja
(http://arfan-olahraga.blogspot.com)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7 2) Net
Panjang jaring termasuk perpanjangannya 183 cm,tinggi 15,25 cm dari
atas meja. Net berwarna hijau dan lubang-lubang jalanya tidak tembus bola dan
tepi atasnya direnggangkan dengan seutas tali.
3) Bola
Bola harus bulat dengan diameter 40 mm, terbuat dari bahan celluloid
atau plastik dan harus berwarna putih atau cerah denagn berat 2,7 gram.
4) Raket/bet
Terbuat dari kayu dengan lapisan berbusa yang dilapisi karet dengan
ketebalan lapisan seluruhnya 4 mm.
Adapun ketentuan keadaan tempat pertandingan tenis meja menurut peraturan
dan ketentuan PB PTMSI ( 2007/2008 : 13 ) adalah sebagai berikut:
a. Luas area pertandingan (1 meja) tidak kurang dari : panjang 14 m, lebar 7 m dan tinggi 5 m.
b. Sebagai pemisah antara area pertandingan yang satu dengan yang lain dan dari penonton area harus ditutuoi sekelilingnya dengan ketinggian 75 cm dengan latar belakang warna gelap.
c. Intensitas cahaya tidak kurang 1000 lux merata keseluruh meja pertandingan dan 500 lux disekelilingnya.
d. Bila beberapa meja sedang digunakan, cahaya lampu juga harus saina dengan yang lainnya dan cahaya latar belakang pada area psrtandingan tidak lebih besar dari cahaya yang ada di area tersebut.
e. Ketinggian lampu tidak kurang dari 5 m.
c. Keterampilan Teknik Bermain Tenis Meja
Tenis meja merupakan olahraga permainan, dimana di dalam
memainkannya di butuhkan keterampilan yang cukup tinggi. Oleh karena itu agar
mampu bermain tenis meja dengan terampil, maka seorang pemain pemula harus
menguasai teknik permainan tenis meja. Menurut Hodges L (1996:17) ada lima
langkah utama bermain tenis meja untuk pemula yaitu: (1) Cara memegang dan
mengontrol bet. (2) Spin dan sudut bet (permainan spin). (3) Posisi siap, pukulan
backhand dan forehand.(4) Servis permulaan. (5) Penempatan dan pengaturan
kaki (footwork).
Adapun penjelasan langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut
1) Cara Memegang dan Mengontrol Bet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Menurut Hodges L (1996 : 14) ada tiga cara memegang bet dalam bermain
tenis meja. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a) Shakehands Grip Shakehands artinya "berjabat tangan". Kelebihan shakehands grip adalah pegangan grip ini seorang pemain dapat melakukan forehand stroke dan backhand stroke tanpa mengubah pegangan, pegangan ini paling baik untuk bermain jauh dari meja, cara memegangnya adalah : 1) Bidang net berstandar pada lekuk antara ibu jari dan jari telunjuk. 2) Kuku ibu jari tegak lurus dengan permukaan bet. 3) Jari telunjuk berada dibawah permukaan bet. 4) Untuk memperkuat pukulan forehand putar bagian atas bet kearah anda. 5) Untuk memperkuat pukulan backhand, putar pada bagian atas bet men
jauh dari anda.
Gambar 2. Shakehands Grip
(Hodges L, 1996: 16)
b) Penhold Grip Penhold artinya "memegang pena". Cara ini memegan bet ini adalah seperti memegang pena. Style ini Jcbih popuJer di Asia. Dengan grip ini hanya mempergunakan salah satu sisi bet. Cara memegang bet gaya penhold grip adalah: 1) Pegang bet mengarah ke bawah dengan pegangan mengarah ke atas,
(gambar 2a), pegang bet tepat dimana pegangan menyatu dengan bidang bet dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk.
2) Tekukkan tiga jari lainnya pada sisi bet yang lain (forehand grip gaya China, lihat gambar 2b) atau meluruskannya mengarah ke bagian bawah bet dengan jari yang dirapatkan, (penhold grip gaya Korea, lihat gambar 2c).
Gambar 3. Penhold Grip
(Kertamanah A, 2003: 2-3)
c) Seemlier Grip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Seemlier grip yang juga dikenal dengan American grip, adalah versi dari Shakehands grip. Kelebihannya antara lam memberikan kesempatan para pemain untuk melakukan blok yang baik. Adapun cara memegang bet adalah sebagai berikut: 1) Pegang bet dengan shakehands grip. 2) Putar bagian atas bet dari 20 sampai 90 derajat ke arah tubuh. 3) Lekukan ibu jari telunjuk di sepanjang sisi bet.
Gambar 4. Seemiller Grip (Hodges L, 1996: 17)
2) Spin dan Sudut Bet (Permainan Spin)
Tenis meja adalah sebuah permainan putaran. Hampir setiap pukulan
dan servis yang dilakukan menyebabkan bola berputar, dan untuk memahami
cara melakukannya maka pemain harus memahami tipe putaran (spin). Setiao
yang baik harus menggunakan .spin pada setiap pukulan mereka. Pemain
penyerang menggunakan topspin untuk piengontrol serangannya sedangkan
pemain yang bertahan menggunakan backspin untuk mengontrol
pertahanannya. Hampir setiap pemain menggunakn sidespin untuk melakukan
servis agar lawan tidak dapat mengembalikan bola dengan keras.
Menurut Hodges L (1996 : 25) ada tiga dasar spin yaitu : Topspin,
Backspin, dan Sidespin (lihat gambar 4)
Gambar 5. Tiga-tipe Dasar Spin
(Hodges L, 1996:25)
a) Topspin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Topspin dilakukan dengan memukul bagian belakang bola (biasanya
mengarah ke atas) dengan pukulan mengarah ke atas. Ciri-ciri pukulan topspin
adalah : (.) Bola bergerak mengarah ke bawah, ini berarti bola yang dipukul
dengan keras biasanya akan menuju bagian ujung meja dan masih tetap bisa
menyentuh meja. (2) Bola memantul setelah menyentuh meja, menjauhi dari
jangkauan lawan sehingga sulit dikembangkan. (3) Pengembalian bola tinggi dan
keluar dari meja.
b) Backspin
Backspin dilakukan dengan memukul bagian belakang bola (biasanya
mengarah ke bawah) dengan pukulan mengarah ke bawah. Ciri-ciri pukulan
backspin adalah : (1) Bola bergerak lurus. Ini membuat bola berada dalam
ketinggian yang sama dalam periode yang lebih lama dari bola lainnya. (2)
Apabila backspin tidak diperhitungkan maka pengembalian akan tersangkut di
net. (3) Bola akan melambat setelah mcmantu meja.
c) Sidespin
Sidespin dilakukan dengan memukul bagian belakang bola (biasanya
mengarah ke samping) dengan pukulan mengarah ke samping. Bola berputar
seperti piringan hitam. Ciri-ciri sidespin adalah : (1) Bola berputar menyamping.
(2) Bola akan memantul ke samping saat menyentuh meja. (3) Bila spin tidak
diperhitungan sebelumnya bola akan keluar dari sisi meja. (4) Sidespin sangat
efektif dilakukan pada saat servis
Pengembalian bola dalam permainan tenis meja sangat variatif sesuai
dengan apa yang dikehendaki berdasarkan respon yang diterima. Hal ini
disebabkan sudut-sudut bet saat mengembalikan bola mempunyai ciri khas
tersendiri, pukulan yang berbeda.
3) Posisi Siap Pukulan Backhand
Posisi siap adalah posisi terpenting sebelum bermain tenis meja. Menurut
Hodges L (1996 : 34), "ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pemain
pemula dalam mengambil posisi siap yaitu:
a. Tubuh harus diseimbangkan. b. Kaki mengarah tegak lurus terhadap endline (garis ujung garis).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
c. Kaki kanan sedikit ke belakang, dengan tubuh tetap menghadap neja atau arah datangnya bola.
d. Berat badan bertumpu pada kedua kaki. e. Lutut harus diletakkan, dengan badan yang sedikit dicondongkan. f. Jaga posisi siap tetap rileks, lihat gambar
Gambar 6. Posisi Siap Pukulan Backhand
(Hodges L, 1996:34)
4) Servis Permulaan
Servis adalah pukulan bola pertama yang dilakukan oleh server. Pukulan
ini dimulai dengan bola yang dilambungkan ke atas dan telapak tangan dan
kemudain dipukul dengan bet. Dalam bermain tenis msja servis merupakan hal
yang penting dan sangat diperlukan.
Anda dapat saja memukul bola tinggi di atas net saat anda melakukan servis, hanya untuk memulai permainan. Tapi servis ini akan memberikan kesempatan kepada lawan anua untuk melepaskan pukulan yang akan memulai rally, karena lawan anda pasti telah melewati banyak waktu untuk menyempurnakn sevisnya, ia akan menggunakan inisiatif saat melakukan servis dan anda akan rugi sekali jika tidak. melakukan hal yang sama. (Hodges L , 1996:43)
5) Penempatan dan Pengaturan Kaki
Cara menempatkan diri pada dekat meja sering kali menentukan
permainan. Apabila pemain menempatkan diri dengan benar, maka pemain
tersebut cenderung bermain dengan benar apabila tidak maka ia tidak mungkin
dapat bermain dengan benar. Menurut Hodges L (1996 : 55) bahwa:
Terdapat tiga hal yang harus diperhitungkan sebelum menempatkan diri yang harus dilaksanakan secara otomatis yaitu: (1) Siku tangan yang menandakan titik tenaga antara forehand dan backhand. (2) Kebanyakan pemain memiliki forehand yang lebih kuat dari backhand dan oleh sebab ituharus dibantu selama memungkinkan, (3) Posisi lawan harus dimasukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dalam perhitungan.Posisi terbaik adalah posisi siap berada kira-kira agak sebelah kiri garis tengah rneja. (lihat gambar 7)
Gambar 7. Penempatan Diri Pukulan Backhand
(Hodges L, 1996:56)
6) Teknik Pukulan Backhand
Pukulan backhand adalah setiap pukulan yang dilakukan dengan
menggerakkan bet ke aral- kiri siku kiri bagi pemain yang menggunakan tangan
kanan, dan kebalikannya bagi pemain yang menggunakan tangan kiri. (Hodges L.I
996:11). Adapun langkah-langkah pukulan backhand adalah sebagai berikut:
1) Dalam posisi siap. 2) Tangan dilemaskan. 3) Bet sedikit dibuka untuk menghadapi backspin, sedikit ditutup
untuk menghadapi topspin, 4) Pergelangan tangan lemas dan sedikit di miringkan ke bawah. 5) Bergerak untuk mengatur posisi, kaki kir sedikit ke belakang
untuk melakukan backhand. (Gambar 8a)
Tahap pelaksanaan pukulan backhand dalam tenis meja adalah sebagai
berikut:
1) Backswing
a) Bet digerakkan sejajar dengan pinggang
b) Untuk menghindari underspin, bet direndahkan sedikit
c) Pergelangan tangan dimiringkan ke belakang.
d) Bet dalam keadaan tegak lurus atau sedikit ditutup untuk menghadapi
topspin dan sedikit dibuka untuk backspin. (gambar 8b)
2) Forward Swing
a) Bet langsung dilctakkan ke depan.
b) Siku bergerak solikit ke arah depan.
c) Kontak dilakukan di depan sisi kiri tubuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
d) Gerakan bagian ujung pergelangan tangan ke arah bawah saat melakukan
pukulan sehingga pergelangan tangan menghadap meja, dengan bet dalam
keadaan tertutup. (Gambar 8c)
Tahap akhir pukulan backhcnd adalah:
1) Bet bergerak ke arah bola yang dipukul.
2) Kembali ke posisi siap. (Gambar 8d)
Gambar 8. Rangkaian Gerakan Pukulan Backhand
(I lodges L, 1996:36-37)
2. Metode Latihan
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan dikehendaki. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI, 2007: 740) metode adalah "Cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanakan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan".
Latihan merupakan suatu proses yang harus dilaksanakan oleh seorang
atlet untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Berikut ini disajikan
pengertian latihan secara umum yang dikemukakan oleeh bebcrara ahli, sebagai
berikut:
1) Menurut Suharno HP. (1993: 7), “Latihan adalah suatu proses penyempurnaan
atau pendewasaan atlet secara sadar untuk mencapai mutu prestasi maksimal
dengan diberi beban-beban fisik dan mental secara teratur dan terarah,
meningkat, oertahap dan berulang-ulang waktunya”.
2) Menurut Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 145), “Latihan adalah
proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas
latihannya”.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa,
metode latihan merupakan cara kerja atau berlatih yang sistematis dan kontinyu
serta berulang-ulang dengan beban latihan dan intensitas latihan yang semakin
meningkat untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Peningkatan beban dan
intensitas latihan ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan atlet
yang berlatih. Dalam pelaksanaan latihan ada beberapa aspek yang sangat penting
untuk mencapai prestasi. Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 145)
mengemukakan bahwa aspek-aspek yang perlu dilatih dan dikembangkan untuk
mencapai prestasi meliputi "(1) latihan fisik, (2) latihan teknik, (3) latihan taktik,
dan (4) latihan mental".
a. Latihan Teknik
Setiap cabang olahraga selalu berisikan teknik-teknik dari cabang
olahraga yang bersangkutan. Untuk menguasai teknik dengan baik, diperlukan
latihan teknik yang sistematis dan kontinyu. Berikut ini disajikan pengertian-
pengertian latihan teknik yang disajikan oleh beberapa ahli, sebagai berikut:
1) Menurut Sudjarwo (1995: 41) “Latihan teknik bertujuan untuk
pengembangan dan pembentukan sikap dan gerak melalui pengembangan
motorik dan system persyarafan menuju gerakan otomatis”.
2) Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 127) “Latihan teknik
adalah latihan yang khusus dimaksudkan untuk membentuk dan
mengembangkan kebiasaan-kebiasaan motorik dan neuromuskular”.
Berdasarkan pengertian latihan teknik di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa latihan teknik merupakan latihan yang bertujuan untuk mengembangkan
dan menyempurnakan teknik-teknik gerakan pada cabang olahraga. Suatu teknik
dalam cabang olahraga dapat dikuasai dengan baik apabila dilakukan secara
dalam cabang olahraga dapat dikuasai dengan baik apabila dilakukan secara
sistematis dan kontinyu dengan berpedoman pada prinsip-prinsip lalihan yang
tepat.
b. Gerak Keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Meningkatkan keteranipilan gerak merupakan tujuan utama dalam
melatih anak berolahraga untuk menjadi atlet. Agar pelatidapat mengembangkan
keterampilan atlet dengan baik, pelatih perlu memahami tipe-tipe keterampilan
dan karakteristiknya, sehingga dapat memberikan latihan, kesempatan praktek,
membantu, memberikan umpan batik dan memotivasi secara baik dan benar.
Menurut Dwi Hatmisari A dkk (2000:64) Keterampilan gerak dapat
diklasifikasikan berdasarkan kondisi lingkungan, yaitu
1) Keterampilan terbuka
Keterampilan tertutup adalah keterampilan gerak yang dilakukan dalam
lingkungan yang stabil dan dapat diprediksi. Contoh: berlari
2) Keterampilan tertutup
Keterampilan terbuka adalah keterampilan gerak yang dilakukan dalam
kondisi lingkungan yang torus berubah-ubah. Contoh: mumukul bola
Adapun keterampilan backhand tenis meja merupakan ketrampilan terbuka.
Hal ini dikarenakan memukul bola kondisi saat datangnya bola tidak selalu sama.
c. Prinsip-Prinsip Latihan
Di dalam pelaksanaan latihan, baik atlet maupun pelatih harus
memperhatikan prinsip-prinsip latihan. Dengan mcmpcrhatikan prinsip latihan
maka diharapkan kemampuan atlet akan meningkat dan mengurangi akibat yang
buruk yang terjadi pada fisik maupun teknik atlet. Prinsip latihan menurut M.
Sajoto (1995: 30) adalah : "1 ) prinsip beban lebih(over load principles), (2)
prinsip penggunaan beban secara progresif, (3) prinsip pengaturan latihan, (4)
prinsip kekhususan program latihan " sedangkan prinsip latihan menurut Harsono
(1998: 12) adalah prinsip beban lebih (over load principles),(2) prinsip
perkembangan menyeluruh, (3) prinsip spesialisasi ,(4) prinsip individualisasi"
1) Prinsip beban lebih
Prinsip latihan ini merupakan latihan yang mendasar yang hams di
pahami olch peJatih dan atlet. Menurut Harsono (1998: 103 ) " beban latihan yang
diberikan kepada atlet haruslah cukup berat dan cukup bengis, serta harus
diberikan berulang - ulang kali dengan intensitas yang cukup tinggi ". Dengan
melakukan latihan secara periodik dan sistematis, maka tubuh atlet akan mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16 beradaptasi menerima beban latihan yang di berikan. Sehingga beban latihan akan
ditingkatkan pada tingkat yang maksimal terhadap latihan yang lebih berat.
2) Prinsip penggunaan beban secara progresif
Peningkatan beban secara progresif merupakan peningkatan beban secara
teratur dan bertahap sedikit demi sedikit. Menurut Suharno HP (1993: 14),
“Peningkatan beban jangan dilakukan setiap kali latihan, sebaiknya dilakukan dua
atau tiga kali latihan, bagi atlet masalah ini sangat penting karena ada kesempatan
untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumya yang memerlukan waktu
paling sedikit dua puluh empat jam agar timbul superkompensasi”. Latihan pada
saat permulaan latihan dengan beban latihan yang berat, atlet akan mengalami
kesulitan karena tubub belum mampu beradaptasi. Dengan melakukan latihan
yang berulang - ulang, maka beban terasa ringan maka beban latihan harus
dutambah. Hal yang harur ditambah dalam ini adalah beban latihan yang berat
dengan meningkatkan beban secara teratur. Dengan memberikan beban latihan
yang terlalu berat mengakibatkan tibuh atlet tidak mampu beradaptapsi sehingga
prestasi tidak mungkin bisa diraih.
3) Prinsip pengaturan latihan
Pemberian beban latihan yang harus dilakukan secara tersusun dan
terprogram sehingga latihan tersebut dapat memberikan hasil yang nyata supaya
latihan tersebut bisa tercapai hendaknya melakukan latihan pada otot yang ingin
dilatih. M. Sajoto (1995:31) berpendapat, "Latihan hendaknya diatur sedemikian
rupa sehingga otot - otot besar dulu yang dilatih, sebelum otot yang lebih kecil.
Hal ini dilakukan agar kelompok otot kecil tidak mengalami kelelahan lebih
dulu”.
4) Prinsip perkembangan menyeluruh
Pada prinsip ini pelatih tidak harus mcmbatasi atlet dengan latihan-
latihan yang mengarah pada kekhususan. Dengan memberikan kebebasan pada
atlet untuk melakukan aktivkas yang lain, diharapkan dapat memiliki dasar-dasar
yang lebih kuat dalam menunjang ketrampilan kekhususan. Dasar perkembangan
menyeluruh merupakan salah satu syarat untuk tercapainya perkembangan fisik
khusus dan penguasaan ketrampilan yang sempurna dari cabang olahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
5) Prinsip spesialisasi
Prinsip spesialisasi merupakan pemusatan kemampuan pada satu cabang
olah raga tertentu. Dengan melakukan hal itu seorang atlet akan mendapatkan
prestasi yang tinggi dalam olahraga yang dipilihnya. Menurut O.olin yang dikutip
Bompa (1994:33) terdapat yang harus diperhatikan dalam spesialisasi yaitu "1)
latihan khusus sesuai dengan karakteristik cabang olahraga, 2) latihan untuk
mengembangkan kemampuan biomotorik". Supaya latihan dapat memberikan
hasil yang nyata maka latihan harus diarahkan pada latihan yang lebih khusus.
Dalam penerapan spesialisasi sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dengan
memegang prinsip perkembangan menyeluruh sebagai dasar dari perkembangan
spesialisasi.
6) Prinsip individulisasi
Setiap individu memiliki perbedaan baik secara fisiologis maupun secara
psikologis. Oleh sebab itu dalam berlatih beban latihan harus dusesuaikan dengan
kemampuan dan karakteristik dari individu. Menurut Harsono (1998:112) "faktor-
faktor seperti umur, jenis, bentuk tubuh, kedewasaan, latar bclakang pendidikan,
lamamya berlatih, tingkat kesegaran jasmani, ciri psikologisnya semua harus ikut
dipertimbankan dalam mendesain program latihan bagi atlet". Latihan harus
direncanakan dan di sesuaikan dengan setiap individu supaya memberikan hasil
yang terbaik.
d. Komponen-Komponen Latihan
Setiap kegiatan olahraga yang dilakukan oleh atlet akan mengarah
kepada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia, dan
kejiwaan. Menurut Andi Suhendro (2004: 3.22) bahwa,"Dalam proses latihan
yang efisien dipengaruhi : (1) Volume latihan, (2) Intensitas latihan, (3) Densitas
latihan,dan (4) Kompleksitas latihan". Apabila seorang pelatih merencanakan
suatu latihan yang dinamis, maka harus mempertimbangkan semua aspek yang
menjadi komponen latihan tersebut di atas. Untuk lebih jelasnya komponen-
komponen latihan dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1) Volume Latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Sebagai komponen utama, volume adalah prasyarat yang sangat penting
untuk mendapatkan tehnik yang tinggi dalam pencapaian fisik yang lebih baik.
Menurut Andi Suhendro (2004: 3.17) bahwa, "volume latihan adalah ukuran yang
menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang dapat
ditunjukkan dengan jumlah repetisi, seri atau set dan panjak jarak yang
ditempuh". Sedangkan repetisi menurut Suharno HP (1993: 32) adalah " ulangan
gerak berapa kali atlet harus melakukan gerak setiap giliran".
Peningkatan volume latihan merupakan puncak latihan dari semua cabang
olahraga yang memiliki kompcnen aerobik dan juga pada cabang olahraga yang
menuntut kesempurnaan tehnik atau keterampilan taktik. Hanya jumlah
pengulangan latihan yang tinggi yang dapat menjamin akumulasi jumlah
keterampilan yang diperlukan untuk perbaikan penampilan secara kuantitatif.
Perbaikan penampilan seorang atlet merupakan hasil dari adanya peningkatan
jumlah satuan latihan serta jumlah kerja yang diselesaikan setiap satuan latihan.
2) Intensitas Latihan
Intensitas latihan merupakan salah satu komponen yang sangat erat
kaitannya dengan komponen kualitatif kerja yang dilakukan dalam jangka waktu
yang telah diberikan. Lebih banyak kerja yang dilakukan dalam satuan waktu,
maka lebih tinggi pula intensitasnya.
Intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan
dalam latihan, dan kekuatan rangsangan tergantung dari beban kecepatan
geraknya, variasi interval atau istirahat daintara tiap ulangannya. Menurut
Suharno HP (1993: 31) bahwa, " intensitas adalah takaran yang menunjukkan
kadar atau tirigkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam
latihan maupun pertandingan".
Intensitas latihan hendaknya diberikan secara tepat, yaitu tidak terlalu
tinggi atau terlalu rendah. Intensitas yang terlalu rendah mengakibatkan pengaruh
yang ditimbulkan sangat kecil bahkan tidak berpengaruh sama sekali. Sebaliknya,
apabila intensitas latihan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan cedera.
3) Densitas Latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Andi Suhendro (2004: 3.24) menyatakan, " density merupakan ukuran
yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan". Dengan
demikian densitas berkaitan dengan suatu hubungan yang dinyatakan dalam
satuan waktu antara kerja dan istirahat. Densitas yang cukup akan menjamin
efisiensi latihan, sehingga menghindarkan atlet dari kelelahan yang berlebihan.
Istirahat interval yang direncankan diantara dua rangsangan, bergantung langsung
pada intensitasnya dan lamanya setiap rangsangan yang diberikan. Rangsangan
diatas tingkat intensitas submaksimal menuntut istirahat yang relative lama,
dengan maksud untuk memudahkan pemulihan seseorang dalam menghadapi
rangsangan berikutnya. Sebaliknya rangsangan pada intensitas rendah
membutuhkan sedikit waktu untuk pemulihan, karena tuntutan terhadap
organismenya pun juga rendah.
4) Kompleksitas Latihan
Kompleksitas dika tkan pada kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan
dalam latihan. Kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan koordinasi,
dapat menjadi penyebab penting dalam menambah intensitas latihan.
Keterampilan tehnik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan
permasalahan dan akhi-nya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot,
khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan
lemah. Suatu gambaran kelompok individual terhadap keterampilan yang
kompleks, dapat membedakan dengan mana yang memiliki koordinasi yang baik
dan yang jelek."
Komponen-komponen latihan yang disebutkan di atas, harus dipahami dan
diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal
dalm latihan, maka komponen-komponen di atas harus diterapkan dengan baik
dan benar, sehngga tidak terjadi hal-hal yang buruk di dalam latihan
e. Penyusunan Program Latihan Backhand
Agar dalam pelaksanaan latihan backhand atas dapat berjalan lancar sesuai
dengan yang diinginkan dan mandapat hasii yang diinginkan, maka perlu disusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20 program latihan yang dapat dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan 1 itihan. M.
Sajoto berpendapat bahwa dalam latihan ada hal-hal yang harus diperhatikan,
antara lain: " 1) jumlah beban, 2) repetisi dan set, 3) frekuensi dan lama latihan.
1) Jumlah beban latihan dalam latihan backhand atas ini adalah.
a) Beban latihan peningkatan backhand ini adalah repetisi, adalah ulangan
melakukan backhand
b) Set adalah suatu rangkaian kegiatan dari satu repetisi.
Repetisi adalah jumlah ulangan dalam melakukan latihan, sedangkan set
adalah suatu rangkaian kegiatan dari satu repetisi. Dalam menentukan set dan
repetisi ini harus ditentukan dengan tepat. Dalam latihan peningkatan backhand
atas ini repetisi 8-12 kali untuk 3-4 set, seperti pendapat M. Sajoto (1995: 34).
Lebih lanjut M. Sajoto berpendapat latihan dengan set sistem ini perlu memberi
kesempatan otot untuk beristirahat, maka antara satu set dan set berikutnya harus
ada waktu istirahat antara 1 - 2 menit.
2) Frekuensi dan lama latihan
Dalam latihan agar tubuh dapat beradaptasi dalam latihan dan keadaan
tubuh tidak kembali ke keadaan sebelumnya selama jeda latihan hari pertama dan
hari berikutnya maka perlu adanya pengaturan jarak hari dalam perminggu.
Bompa (1994: 30) berpendapat: "High intensity activity, such as plyomelrik
training, which places a high demand on the CMS, my need even more than 24
hours, and sometimes as much as 36 hours for overcompensation to occur. Maka
agar terjadi overcompensasi latihan latihan perminggu perlu diatur dan diberi
jarak latihan. Masing-masing kelompok diberi perlakuan 18 kali pertemuan
dengan 3 kali dalam seminggu, selama 6 minggu sesuai dengan pendapat Harsono
H. P (1988: 195). Dengan melalui rangsangan stimuli maksimal atau hampir
maksimal dimana beban latihan semakin meningkat berat bebannya, maka akan
terjadi perubahan positif terhadap sistem organisme tubuh secara keseluruhan.
Penambahan beban latihan harus dilakukan tahap demi tahap secara teratur setelah
melakukan 2-3 kali pertemuan.
Menurut Junusul Hairy (1989: 217) jumlah sesion latihan perminggu yang
diperlukan untuk menghasilkan pengembangan kapasitas an-aerob yang terbesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21 adalah tiga atau lima sesion perminggu. Lama latihan yang sudah menampakkan
hasil latihan kurang lebih adalah enam minggu. Dalam hal ini M. Sajoto (1995:
35) berpendapat bahwa " Para pelatih dewasa ini umumnya seluju untuk
menjalankan pprogram lalihan 3 kali seminggu, agar tidak terjadi kelelahan yang
kronis
Dari pendapat diatas maka dalam penelitian ini latihan dilakukan sebanyak
3 kali seminggu dan diberi jeda 1 hari agar tidak merusak tubuh anak karena
kelelahan yang berat dan kondisi anak tidak kembali ke keadaan semula
(overcompensasi). Adapun lama latihan yang diperlukan adalah selama 6 minggu
karena kemungkinan latihan akan sudah akan menampakkan hasil.
3. Latihan Pukulan Backhand dengan Metode Distributed Practice
a. Metode Distributed Practice
Metode distributed practice adalah prinsip pengaturan giliran praktik
keterampilan yang pada pelaksanaanya diselingi dengan waktu istirahat diantara
waktu latihan. Rusli Lutan (1988:113) ''distributed practice adalah serangkaian
kegiatan lalihan melibatkan istirahat yang cukup diantara kegiatan mencoba".
Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo (1992:358) bahwa,"distributed practice adalah
mernpraktikkan gcrakan yang dipelajari dengan mengatur secara selang-seling
antara waktu praktik dan waktu istirahat".
Metode distributed practice pada prinsipnya merupakan pengaturan giliran
waktu latihan. yaitu dalam pelaksanaanya dilakukan secara berselang-seling antar
waktu latihan dan waktu istirahat. Waktu istirahat merupakan faktor penting dan
harus diperhitungkan dalam metode distributed practice. Andi Suhendro
(2004:3.58) menyatakan, "penggunaan waktu istirahat secara memadai bukan
merupakan pemborosan waktu, tetapi merupakan bagian-bagian penting didalam
proses belajar gerak untuk memperoleh pemulihan yang cukup". Pendapat lain
dikemukakan Sugiyanto dan Sudjarwo (1992:284) bahwa, "Waktu istirahat yang
diberikan tidak perlu menunggu sampai mencapai kelelahan, tetapi juga jangan
terlalu sering. Yang penting adalah mengatur agar rangsangan terhadap sistem-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22 sistem yang menghasilkan gcrakan tubuh diberikan secara cukup, atau tidak
kurang, tidak berlebihan".
Metode distributed practice merupakan metode iatihan yang
mempertimbangkan waktu istirahat sama pentingnya dengan waktu untuk praktek
(latihan). Waktu untuk istirahat bukan merupakan pemborosan waktu, tetapi
merupakan bagian penting di dalam proses latihan keterampilan. Waktu istirahat
diantara waktu latihan bertujuan untuk recovery atau pemulihan. Dengan istirahat
yang cukup diantara waktu latihan memungkinkan kondisi atlet pulih dan lebih
siap untuk melakukan kerja atau latihan berikutnya.
b. Pelaksanaan Latihan Pukulan Backhand dengan Metode Distributed Practice
Metode latihan distributed practice merupakan pengaturan giliran praktik
keterampilan yang dilakukan secara berselang-seling antara waktu latihan dan
waktu istirahat. Bertolak dari pengertian metode distributed practice tersebut,
maka latihan pukulan forehand dilakukan secara berselang-seling. Hal ini
maksudnya, setelah melakukan gerakan pukulan forehand beberapa kali, untuk
selanjutnya diberi kesempatan untuk istirahat sesuai dengan program yang telah
dijadwalkan. Istirahat yang aiberikan dapat digunakan untuk relaksasi atau
pemulihan. Dengan demikian kondisi atlet akan pulih, selain itu dapat mengenali
atau mencermati kesalahan pada saat melakukan latihan, sehingga pada
kesempatan berikutnya kesalahan tidak diulangi lagi.
c. Sistem Memori dalam Latihan Distributed Practice
Metode latihan distributed practice merupakan bentuk latihan yang
dilakukan secara berselang-seling. Ini artinya, setelah melakukan gerakan
diberikan waktu istirahat. Latihan yang dilakukan berselang-seling tersebut,
sehingga keterampilan yang dipelajari tersimpan dalam memori sangat singkat.
Pengulangan gerakan yang diberi waktu interval (istirahat), maka keterampilan
yang dipelajari akan lebih lama dikuasai.
Ditinjau dari proses informasi dan sistem memori, latihan pukulan
backhand dengan metode distributed practice termasuk sistem memori jangka
pendek atau short term memory. Short term memory merupakan suatu pemrosesan
informasi yang diterima dalam waktu singkat dan dapat hilang dengan cepat pula
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23 karena lamanya waktu. Menurut liasil penafsiran Sperling yang dikutip Rusli
Lutan (1998:164) bahwa:
1) Penyimpanan sensori jangka pendek mampu menyimpan semua informasi
yang dihadirkan ke dalamnya (karena subjek dapat mengingatkan kembali
huruf jika suara dibunyikan dengan segera).
2) Penyimpanan sensori jangka pendek itu kehilangan informasi dengan cepat
seiring lamanya waktu.
Bertolak dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan pukulan
backhand tenis meja dengan metode distributed practice yaitu, pemain akan
mengingat gerakan pukulan backhand pada saat melakukan gerakan tersebut.
Namun setelah melakukan gerakan pukulan backhand diberi waktu istirahat atau
diselingi oleh pemain lainnya. Pemberian waktu istirahat atau gerakan dilakukan
pemain lainnya tersebut akan berdampak penurunan keterampilan yang dipelajari.
Oleh karena itu, dalam pemberian waktu istirahat harus diperhatikan sebaik
mungkin. karena pemberian waklu istirahat yang terlalu lama, maka keterampilan
akan cepat hilang.
d. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Pukulan Backhand dengan Metode
Distributed Practice
Metode distributed practice merupakan bentuk latihan yang diselingi
dengan istirahat di antara waktu latihan. Berdasarkan hal tersebut, metode
distributed practice ini mempunyai beberapa keuntungan baik bagi pelatih
maupun atlet. Mcnurut Suharno HP. (1993:17) bahwa kcgunaim prinsip interval
dalam latihan yaitu: "(1) menghindari terjadinya overtraining, (2) memberikan
kesempatan organisme atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan dan (3)
pemulihan tenaga kembali bagi atlet dlam proses latihan".
Waktu istirahat sangat penting diantara waktu latihan. Waktu istirahat
memberi kesempatan untuk atlet mengadakan pemulihan diantara pengulangan
gerakan. Ditinjau dari pelaksanaan latihan pukulan backhand dengan metode
distributed practice dapat diidentifikasi kelebihannya antara lain:
1) Dapat meminimalkan kesalahan teknik pukulan backhand, karena setiap
keselahan dapat segera dibetulkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24 2) Kondisi fisik siswa akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan
(overtraining)
3) Kondisi atlet akan lebih siap untuk melakukan session latihan berikutnya
dengan baik..
Latihan pukulan backhand dengan metode distributed practice juga
memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pukulan backhand dengan metode
distributed practice antara lain:
1) Dapat menimbulkan rasa bosan atau jenuh saat istirahat untuk menunggu
gilirannya.
2) Siswa yang aktif adalah atlet yang mendapat giliran, sedangkan yang lainnya
hanya menjadi penonton untuk menunggu giliran.
3) Seringnya waktu istirahat akan mengakibatkan penguasaan teknik gerakan
menjadi agak berkurang karena gerakan yang sudah terbentuk akan berkurang
lagi dalam istirahat.
4) Latihan ini prioritasnya hanya untuk peningkatan keterampilan teknik,
sedangkan kondisi fisiknya terabaikan.
4. Latihan Pukulan Backhand dengan Metode Massed Practice
a. Metode Massed Practice
Untuk mencapai tingkat keterampilan suatu cabang olahraga, maka dalam
pelaksanaan latihan seorang atlet harus melakukan gerakan dengan frekuensi
sebanyak-banyaknya. Metode massed practice merupakan pengaturan giliran
latihan yang dilakukan secara terus-mencrus tanpa disolingi istirahat. Berkaitan
dengan metode massed practice Rusli Lutan (1988:113) menyatakan, ''massed
practice adalah kegiatan latihan yang dilakukan dalam satu rangkaian dengan
selang waktu istirahat yang amat kecil di antara kegiatan mencoba". Menurut
Sugiyanto (1996:62) "massed practice adalah mempraktikkan gerkan yang
dipelajari secara terus-menerus tanpa waktu istirahat atau sangat pendek waktu
istirahatnya". Hal senada dikemukakan Audi Suhendro (2004:3.58) "massed
practice adalah prinsip pengaturan giliran latihan dimana atlet melakukan gerakan
secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat".
Berdasarkan pengertian metode massed practice yang dikemukakan para
ahli; disimpulkan bahwa, metode massed practice merupakan prinsip pengaturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25 giliran praktik latihan keterampilan yang pelaksanaannya dilakukan secara terus-
menerus tanpa istirahat.
b. Pelaksanaan Latihan Pukulan Backhand Tenis Meja dengan Metode Massed
Practice
Prinsip dasar meiode latihan massed practice yaitu melakukan latihan atau
pengulangan gerakan secara terus-menerus tanpa istirahat. Bertolak dari
pengertian metode latihan massed practice diatas, maka pelaksanaan latihan
pukulan backhand tenis meja yaitu, pemain melakukan pukulan forehand secara
terus-menerus sampai batas waktu atau jumlah pengulangan yang dijadwalkan
selesai tanpa diberi kesempatan isttrahat. Dengan metode massed practice pemain
berusaha melakukan pukulan backhand sebanyak-banyaknya. Seperti
dikemukakan Andi Suhendro (2004:3.58) bahwa, "metode massed practice setiap
atlet akan diberi instruksi mempraktikkan secara terus-menerus selama waktu
latihan". Dengan pengulangan gerakan yang sebanyak-banyaknya akan diperoleh
keterampilan yang lebili baik. Karena tanpa melakukan pengulangan gerakan
keterampilan yang dipelajari, maka suatu keterampilan tidak dapat dikuasai.
Seperti yang dikemukakan Suharno HP, (1993:22) bahwa, "untuk
mengotomatiskan peguasaan unsur gerak fisik, teknik, taktik, dan keterampilan
yang benar atlet harus melakukan latihan berulang-ulang denagn frekuensi
sebanyak-banyaknya secara kontinyu".
Mengulang-ulang gerakan yang dipelajari secara terus-menerus atau
sebanyak-banyaknya merupakan faktor yang sangat penting agar keterampilan
yang dipelajari dapat dikuasai dengan baik. Dengan mengulang-ulang secara
terus-menerus akan menguatkan respon. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sugiyanto dan Agus Kristiyanto (1998:3) bahwa, "Hubungan stimulus respon
diperkuat melalui pengulangan, hubungan stimulus respon diperkuat respon yang
dikehendaki menjadi meningkat".
c. Sistem Memori dalam Latihan Massed Practice
Latihan massed practice merupakan bentuk latihan yang dilakukan
secara terus-menerus tanpa diselingi waktu istirahat. Dalam hal ini pemain
melakukan pukulan backhand secara terus-menerus sesuia dengan program yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26 telah dijadwalkan. Dengan mela'cukan pukulan backhand secaia berulang-ulang,
maka menguatkan respon.
Ditinjau dari proses informasi dan sistem memori, latihan pukulan
backhand dengan metode massed practice termasuk sistem memori jangka
panjang atau long term memory. Dalam hal ini Rusli Lutan (1988:170)
berpendapat: Tujuan latihan teknik dalam olahraga ialah untuk menguasai
keterampilan secara efisien dan keterampilan itu melekat selama waktu tertentu.
Hal ini erat kaitannya dengan konsep niemori jangka panjang, karena dalam
hanyak lial pengcmbungaii memori jani'.ka panjang lucrupakan lujuan akhir
proses mcngajar atau bclajar dalam keterampilan motorik. Dalam keadaan
inibrmasi itu melekat. maka pada suatu ketika bisa terjadi memori itu melemah
yang berarti informasi dalam memori jangka paring itu semakin hilang. Selain itu,
dengan latihan pengulangan, maka semakin meningkat jumlah asosiasi dalam
informasi yang telah dipelajari.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan pukulan backhand yang
dilakukan secara terus-menerus, maka suatu keterampilan pukulan backhand akan
dikuasai dengan baik. Keterampilan yang dilakukan secara terus-menerus akan
tersimpan didalam memori, sehingga atlet akan memiliki konsep gerakan pukulan
backhand yang konsisten. Dalam waktu lain, keterampilan yang dikuasai tidak
akan mudah hilang. Jika tidak ditunjang dengan latihan lambat laun keterampilan
yang dimilik akan menurun.
d. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Pukulan dengan Mctode Massed Practice
Mengulang-ulang gerakan yang dipelajari secara terus-menerus tanpa
diselingi istirahat merupakan ciri utama dari metode massed practice. Latihan
yang dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat akan berpengaruh
terhadap kapasitas total paru-paru dan volume jantung. Hal ini terjadi scbagai
akibat adanya rangsangan cukup berat yang diberikan terhadap sistem aerobik
didalam tubuh. Menurut Yusuf Adisamita dan Aip Syarifuddin (1996:142) bahwa,
"metode terus-menerus dapat meningkatkan daya tahan keseluruhan dan
peningkatan perlawanan terhadap kelelahan".
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, metode massed
practice pada prinsipnya dapat meningkatkan daya tahan secara keseluruhan.
Disamping itu juga, dengan latihan secara terus-menerus akan meningkatkan
kemampuan mengontrol gerakan pada waktu latihan dan akan merangsang
kemampuan otot yang dibutuhkan dalam cabang olahraga tertentu untuk mencapai
prestasi yang lebih baik. Seperti dikemukakan Yusuf Adisasmita dan Aip
Syarifuddin (1996:142) bahwa, "metode terus-menerus meningkatkan self control
atlet pada waktu melakukan usaha-usaha a:au latihan yang melelahkan, dan
kernampuannya untuk mcrangsang kelompok-kelompok otot yang menegang
peranan dalam pelaksanaan cabang olahraga".
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas dapat diajukan
kerangka pemikiran sebagai berikut:
1. Frekuensi Latihan
Dalam latihan agar tubuh dapat beradaptasi dalam latihan dan keadaan
tubuh tidak kembali ke keadaan sebelumnya selama jeda latihan hari pertama dan
hari berikutnya maka perlu adanya pengaturan jarak hari dalam perminggu
Lama latihan yang sudah menampakkan hasil latihan kurang lebih adalah
enam minggu. Dalam hal ini M. Sajoto (1995: 35) berpendapat bahwa " Para
pelatih dewasa ini umumnya setuju untuk menjalankan program latihan 3 kali
seminggu, agar tidak terjadi kelelahan yang kronis".
Dari pendapat diatas maka dalam penelitian ini latihan dilakukan
sebanyak 3 kali seminggu dan diberi jeda 1 hari agar tidak merusak tubuh anak
karena kelelahan yang berat dan kondisi anak tidak kembali ke keadaan semula
(overcompensasi). Adapun lama latihan yang dipcrlukan adalah selama 6 minggu
karena kemungkinan latihan sudah akan menampakkan hasil.
2. Prinsip-prinsip Latihan
Di dalam pelaksanaan latihan, baik atlet maupun pelatih harus
memperhatikan prinsip-prinsip latihan, adapun prinsip-prinsip latihan antara lain:
a. Prinsip beban lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
b. Prinsip penggunaan beban secara progresif
c. Prinsip pengaturan latihan
d. Prinsip perkembangan menyeluruh
e. Prinsip spesialisasi
f. Prinsip individulisasi
3. Metode Latihan Distributed Practice
Ditinjau dari pelaksanaan latihan pukulan backhand dengan metode
distributed practice dapat diidentifikasi kelebihannya antara lain:
a. Dapat meminimalkan kesalahan teknik pukulan backhand, karena setiap
kesalahan dapat segera dibetulkan.
b. Kondisi fisik atlet akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan
(overtraining)
c. Kondisi atlet akan lebih siap untuk melakukan session latihan berikutnya
dengan baik.
Adapun kelemahan pukulan backhand dengan metode distributed
practice antara lain:
a. Dapat menimbulkan rasa bosan atau jenuh saat istirahat untuk menunggu
gilirannya.
b. Atlet yang aktif adalah atlet yang mendapat giliran, sedangkan yang
lainnya hanya menjadi penonton untuk menunggu giliran.
c. Seringnya waktu istirahat akan mengakibatkan penguasaan teknik
gerakan menjadi agak berkurang karena gerakan yang sudah terbentuk
akan berkurang lagi dalam istirahat.
d. Latihan ini prioritasnya hanya untuk peningkatan keterampilan teknik,
sedangkan kondisi fisiknya terabaikan.
4. Metode Latihan Massed Practice
Kelebihan latihan backhand dengan metode massed practice antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
a. Pengusaan terhadap pola gerakan teknik pukulan backhand akan lebih
cepat tercapai, karena latihan secara terus-menems akan dapat
membentuk pola gerakan backhand yang lebih cepat.
b. Dapat meningkatkan daya tahan fisik, sehingga akan mendukung
penampilannya dalam bermain tenis meja.
Kelemahan latihan pukulan backhand dengan metode massed practice
antara lain:
a. Penguasaan teknik pukulan backhand kurang dapat tercapai dengan baik,
sebab gerakan yang dilakukan secara terus-menerus akan menyebabkan
kelelahan, hal ini akan berpengaruh terhadap kesempurnaan gerakan.
b. Pengontrolan dan perbaikan teknik gerakan sulit dilakukan karena tidak
ada waktu istirahat.
c. Akan sering terjadi kesalahan teknik karena terlalu lelah.
d. Dapat menyebabkan kelelahan yang berlebihan (overtraining) dan dapat
menimbulkan cedera.
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan hasil pengaruh metode latihan distributed practice dan
massed practice terhadap kemampuan pukulan backhand atlet pemula putra
PTM PMS Surakarta 2011.
2. Metode latihan massed practice lebih efektif dari pada metode distibuted
practice terhadap kemampuan pukulan backhand atlet pemula putra PTM
PMS Surakarta 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di GOR PMS Surakarta yang berada di Jalan
Ir. H. Juanda No 47 Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan Juli 2011
dengan 3 (tiga) kali pertemuan dalam 1 (satu) minggu selama 6 (enam) minggu.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua atlet pemula putra PTM PMS
Surakarta 2011 yang beijumlah 20 orang.
2. Sampel
Sampel yang digunakan adalah total sampling. Artinya semua yang
menjadi populasi penelitian dijadikan sampel penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan pengukuran.
Kemampuan pukulan backhand tenis meja diperoleh melalui tes pukulan
backhand tenis meja dari buku Tes dan Pengukuran (Nurhasan, 2001 : 163-167 ).
Petunjuk pclaksanaan tes terlampir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
D. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Tujuan
penelitian eksperimen adalah meneliti ada tidaknya hubungan sebab-akibat serta
besarnya hubungan tersebut dengan cara memberikan perlakuan terhadap
kelompok eksperimen yang hasilnya dibandingkan dengan hasil kelompok yang
diberi perlakuan yang berbeda (Sugiyanto, 1994: 21). Adapun rancangan
penelitian yaitu" Pretest -Postest Design ". Gambar rancangan penelitian sebagai
berikut:
Keterangan:
S = Subjek
Pretest = Tes awal kemampuan pukulan backhand tenis meja
MSOP = Matched Subjek Ordinal Pairing
KE I = Kelompok I
KE II = Kelompok II
Treatment A = Metode Latihan Distributed Practice
Treatment B = Metode Latihan Massed Practice
Posstest = Tes akhir kemampuan pukulan backhand tenis meja
Pembagian kelompok eksperimen didasarkan pada prestasi kemampuan
pukulan backhand tenis meja pada tes awal. Setelah hasil tes awal dirangk:ng,
kemudian subjek yang memiliki prestasi setara dipasang-pasangkan ke dalam
kelompok I dan kelompok II. Dengan demikian kedua kelompok tersebut sebelum
diberi perlakuan merupakan kelompok yang sama. Apabila pada akhirnya terdapat
S Pretest
(test-retest) MSOP
KE I Treatment A Posttest
(Test-retest)
KE II Treatment B Posttest
(Test-retest)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33 Perbedaan, maka hal itu discbabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan.
Pembagian kelompok dalam penelitian ini dengan cara ordinal pairing sebagai
berikut:
1 2
4 3
5 6
8 7
9 10
E. Treatment
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dengan frekuensi latihan 3
kali dalam seminggu. Untuk beban awal diperoleh dari uji coba kepada atlet untuk
mengetahui kemampuan maksimal dalam melakukan pukulan backhand
sebanyak-banyaknya dengan dibatasi kelelahan yang berlebih atau ditandai
dengan pukulan yang sudah tidak stabil dan hasilnya dirata-rata kemudian diambil
40% dari kemampuan maksimal untuk digunakan sebagai beban awal latihan.
Beban latihan menggunakan intensitas 40% - 60% RM (kemampuan maksimal),
volume beban latihan dalarn satu unit latihan 4-6 set, recovery antara set 2-3
menit". Peningkatan beban latihan dilakukan setelah 2 minggu.
1. Program Latihan Pukulan Backhand Tenis Meja dengan Metode Latihan
Distributed Practice
Program latihan didasarkan pada hasil repetisi maksimal dari tes
kemampuan pukulan backhand. Atlet dibuat berbanjar kebelakang dengan diberi
umpan satu per satu, setelah memukul bola sekali atlet bergeser kebelakang dan
dilanjutkan atlet belangkangnya dan seterusnya sampai dengan jumlah tertentu
sesuai dengan beban awal memukul bola dan diselingi istirahat saat memukul
bola. Jeda waktu istirahat setiap pukulan 30 detik digunakan untuk pergantian
posisi berurutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34 2. Program Latihan Pukulan Backhand Tenis Meja dengan Metode
Latihan Massed Practice
Program latihan didasarkan pada hasil repetisi maksimal dari tes
kemampuan pukulan backhand. Setiap atlet diberikan umpan sejumlah bola yang
telah ditentukan sesuai dengan beban awal, dipukul dalam sekali kesempatan
tanpa diselingi waktu istirahat ataupun bisa diberi kesempatan 5 detik untuk
kembali ke posisi siap
F. Teknik Analisis Data
Data penelilian dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam kelompok ini meliputi
normalitas dan uji homogenitas. Adapun langkah-langkah uji prasyarat penelitian
sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
normalitas. Uji normahtas data dalam penelitian ini menggunakan metode
Lilliefors dari Sudjana (2002: 456). Prosedur pengujian normalitas tersebut
sebagai berikut :
1) Pengamatan x1, x2, ………xx dijadikan bilangan baku z1, z2 …………zz
dengan menggunakan rumus :
zi : 1
5X X-
Keterangan :
X1 = Dari variabel masing-masing sampel
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk tiap bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F (Z) = P (Z< Z1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2 ...... Zx yang lebih kecil atau sama
dengan Z0. Jika proporsi dinyatakan oleh S(Z0)
Maka S(Z1) = 1 2 0, ,......... nbanyaknya z z z yang zn
£
4) Hitung selisih F(Zn) – S(Zn) kemudian ditentukan harga mutlaknya.
5) Ambil harga yanji paling besar diantara harga-harga mutlak selisih
tersebut. Sebutlah harga terbesar ini Lo.
b. Uji Homogenitas
Dalam uji homogenitas dilakukan dengan cara membagi varians yang
lebih besar dengan varians yang lebih kecil. Menurut Sutrisno Hadi (1982: 386)
rumusnya adalah :
Fdbvb dbvk =
Keterangan :
Fdbvb dbvk = Derajat kebebasan KE1 dan KE2
SD2bs = Standart deviasi KE1
SD2vk = Standart deviasi KE2
2. Uji Perbedaan
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Perbedaan dari
Sutrisno Hadi (1995 : 457) sebagai berikut:
t = 2
( 1)
Md
d
N N -å
Keterangan :
t = Nilai uji Perbedaan
Md = Mean Pcrbcdaan dari pasangan
∑ d2 = Jumlah deviasi kuadrat tiap sampel dari mean Perbedaan
N = Jumlah pasangan
Untuk mencari mean deviasi digunakan rumus sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
DMd
N= å
Keterangan :
D = Perbedaan masing-masing subjek
N = Jumlah pasangan
Persentase peningkatan kemampuan pukulan backhand tenis meja antara
metode latihan distributed practice dan massed practice menggunakan rumus
sebagai berikut :
Persentase peningkatan = 100%Mean different
XMean pretest
Mean different = Mean post test - mean pretest
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Gambarandata penelitiansecara keseluruhan disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel1. Diskripsi Data Hasil Penelitian
Kelompok Tes JumlahSampel
NilaiTertinggi
NilaiTerrendah
Rata-rata
StandarDeviasi
TesAwal 10 44 20 35,00 7,56 Kelompok 1 TesAkhir 10 45 23 36,70 7,41
TesAwal 10 43 26 35,70 6,02 Kelompok 2 TesAkhir 10 47 29 39,80 5,57
Gambar 9. Histogram Perbedaan Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok 1 dan Kelompok 2
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan pengujian persyaratan
analisis. Pengujian persyaratan analisis yang dilakukan terdiri dari uji normalitas
dan uji homogenitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dalam penelitian ini digunakan liliefors. Hasil uji
normalitas data yang dilakukan terhadap hasil tes awal pada kelompok 1 dan
kelompok 2 adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
Kel. Tes JumlahSampel
StandarDeviasi
Rata-rata
L0 Ltabel Keterangan
Awal 10 7,56 35,00 0,0981 0,2802 Normal 1 Akhir 10 7,97 37,00 0,0984 0,2802 Normal Awal 10 6,02 35,70 0,1076 0,2802 Normal 2 Akhir 10 5,57 39,80 0,0793 0,2802 Normal
Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan, diperoleh nilai
Lhitungpada tes awal kelompok 1 sebesar 0,0981, tes awal kelompok 2 sebesar
0,1076, tes akhir kelompok 1 sebesar 0,0984 dan tes akhir kelompok 2 sebesar
0,0793lebih kecil dari nilai Ltabeldengan taraf signifikansi 5% sebesar 0,2802. Oleh
karena itu, dapat dijelaskan bahwa data tes awal kelompok 1, tes awal kelompok
2, tes akhir kelompok 1 dan tes akhir kelompok 2 berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari
kedua kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians, maka
apabila nantinya kedua kelompok memiliki perbedaan, maka perbedaan tersebut
disebabkan perbedaan rata-rata kemampuan. Hasil uji homogenitas data antara
kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data
Tes Fhitung Ftabel Keterangan Awal 0,63 3,18 Homogen Akhir 0,57 3,18 Homogen
Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan, diperoleh nilai
Fhitungdari tes awal sebesar 0,63 dan tes akhir lebih kecil sebesar 0,57 dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38 Ftabelpada dk 9;9 dengan taraf signifikansi 5% sebesar 3,18. Karena Fhitung< Ftabel,
maka dapat dijelaskan bahwa kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki varians yang
homogen.
C. Hasil Analisis Data
Ujiperbedaandilakukansebelumdansesudahdilakukanperlakuan
(treatment).Tujuannyaadalahuntukmengetahuiadaatautidaknyaperbedaanantarakel
ompok1dankelompok 2.Hasil uji perbedaan antara kelompok 1 dan kelompok 2
sebelum dansesudahdiberi perlakuan dapatdilihatpadatabel berikut:
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal antara kelompok 1 dan kelompok 2 Sebelum Diberi Perlakuan
Kelompok JumlahSampel Rata-rata thitung ttabel Keterangan 1 10 35,000 2 10 35,700
1,000 2,228 Tidak Ada Perbedaan
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan tes awal dengan t-test antara
kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai thitungsebesar 1,000 dan t tabel dengan
taraf signifikansi 5% dan n= 10sebesar 2,228. Ternyata harga thitung< ttabel yang
berarti tidak terdapat perbedaan antara kelompok 1 dan 2.
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 Setelah Diberi perlakuan.
Kelompok JumlahSampel Rata-rata thitung ttabel Keterangan 1 10 36,700 2 10 39,800
2,611 2,228 Ada Perbedaan
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan antara kelompok 1 dan kelompok
2 setelahdiberiperlakuan diperoleh nilai thitungsebesar 2,611 dan ttabel dengan taraf
signifikansi 5% dan n= 10 sebesar 2,228. Ternyata harga thitung< ttabelyang berarti
tidak terdapat perbedaan antara kelompok 1 dan 2.
Untukmengetahui kelompok mana yang memiliki persentase peningkatan
yang lebih tinggi dapat diketahui melalui perhitungan perbedaan persentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39 peningkatan tiap-tiap kelompok. Adapun nilai perbedaan peningkatankelompok 1
dan kelompok 2 adalah sebagai berikut:
Tabel 6.Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan Persentase Peningkatan
Antara Kelompok 1 dan Kelompok 2.
Kelompok JumlahSampel
Mean Pretest
Mean Postest
Mean Different
PersentasePeningkatan
1 20 35,00 36,70 1,70 4,86% 2 20 35,70 39,80 4,10 11,48%
Gambar 10. Histogram Perbedaan Persentase Peningkatan Antara Kelompok 1
dan Kelompok 2
Gambar 11. Grafik Peningkatan Kelompok 1 dan Kelompok 2
Berdasarkan hasil perhitungan prosentase peningkatan, diketahui bahwa
kelompok 1memilki peningkatan sebesar 4,86%. Sedangkan kelompok 2 memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40 peningkatan sebesar 11,48%. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa kelompok
2memiliki prosentase peningkatan yang lebih tinggi daripada kelompok 1.
D. Pengujian Hipotesis
1. Berdasarkan hasil analisis data perbedaan yang diperoleh pada data tes akhir
antara yang diberiperlakuandenganmetodelatihandistributed practicedan yang
diberiperlakuandenganmetodelatihanmassed practice, diperoleh nilai thitung
sebesar 2,611 dan t tabel pada taraf signifikansi 5% dan n = 10 sebesar 2,228
yang berartiterdapatperbedaanantarakelompok yang
diberiperlakuandenganmetodelatihandistributed practicedankelompok yang
diberiperlakuandenganmetodelatihanmassed practice. Sehingga hipotesisyang
menyatakanadaperbedaanhasilantarapengaruhmetodelatihandistributed
practice danmassed practice terhadapkemampuanpukulanbackhand
atletpemulaputra PTMPMSSurakarta2011, dapat diterima kebenarannya.
2. Berdasarkan hasil penghitungan persentase peningkatan hasillatihan
pukulanbackhand,kelompok yang
diberiperlakuandenganmetodelatihandistributed practice memilki peningkatan
sebesar 4,86%sedangkan kelompok yang
diberiperlakuandenganmetodelatihanmassed practice memiliki peningkatan
sebesar 11,48%. Makadiketahuikelompok 2yang
diberiperlakuandenganmetodelatihanmassed practicememiliki persentase
peningkatan kemampuanpukulanbackhand yang lebih besar daripada
kelompok 1 yang diberiperlakuandenganmetodelatihandistributed
practice.Dengan demikian hipotesis yang menyatakanmetodelatihanmassed
practice lebihtinggipengaruhnyaterhadapkemampuanpukulanbackhand
atletpemulaputra PTM PMS Surakarta 2011,dapat diterima kebenarannya.
E. PembahasanHasilPenelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan interpretasi lebih lanjut,
terutama mengenai hasil analisis data yang telahdikemukakansebelumnya.
Pembahasannyasebatasdalampengertianevaluasidantidakataubelumkearahverifikas
isuatuteori, karenaitu, pembahasannyalebihcenderungkedeskripsiempiris.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Atasdasarhasilanalisis data diperolehinformasisebagaiberikut:
1. Terdapatperbedaanantarametodelatihandistributed practice danmassed
practice terhadapkemampuanpukulanbackhand atletpemulaputra PTM PMS
Surakarta 2011.Perbedaaninidikarenakandarikeduametode
latihantersebutmemilikikarakteristik yang berbeda.
Padametodelatihandistributed practice atlet terlalu banyak istirahat, sehingga
mengurangi intensitas latihan Dengan demikian penguasaan pukulanbackhand
menjadi terhambat. Hal inimembuatatletlebihcepatbosandanmalas,
sehinggatidakadakeinginanuntukbisamelakukanpukulan
backhanddenganbenar.Sedangkan, padametodelatihanmassed practice atlet
melakukanpukulanbackhand secara continou, sehingga atlet memiliki
intensitas yang cukup banyak dalam melakukan pukulan. Dengan demikian
penguasaan pukulanbackhand menjadi cepat dikuasai oleh atlet.
2. Kemampuanpukulanbackhand yang berlatih dengan metode latihanmassed
practice lebihefektifdaripadahasillatihan atletdengan metode latihandistributed
practice.Halinidikarenakandenganmetode latihanmassed practice,
atletmemiliki kesempatan yang lebih banyak dalam melakukan
pukulanbackhand, sehingga pola gerakan pukulanbackhand cepat tercapai
dibandingkan atlet yang diberi metode latihan distributed practice. Selain itu
ketahanan fisik pun lebih cepat meningkat dibandingkan atlet yang diberi
metode latihan distributed practice.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkanhasilpenelitian dari hasil analisis data yang telah dilakukan
ternyata hipotesis yang diajukan dapat diterima. Dengan demikian dapat diperoleh
simpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaanantarametode latihandistributed practicedanmassed
practiceterhadapkemampuanpukulanbackhandpadaatletpemulaputra PTM
PMS Surakarta 2011. (thitung2,611> ttabel 5% 2,228).
2. Metodelatihanmassed practice
lebihtinggipengaruhnyadibandingkandenganmetode latihan distributed
practiceterhadapkemampuanpukulanbackhandpadaatletpemulaputra PTM
PMS Surakarta 2011.(Kelompok 2yang mendapat perlakuan dengan metode
latihanmassed practicememiliki peningkatan 11,48% lebih besar daripada
kelompok 1yang mendapat perlakuandenganmetode latihandistributed
practiceyaitu 4,86%).
B. Implikasi
Dengan program yang bagusdanatlit yang bagusakanmenghasilkanatlit
yang bagusdanprestasi yang maksimal.
C. Saran
Berdasarkanhasilpenelitian, dapatdisarankanbeberapahalsebagaiberikut:
1. Upayauntukmeningkatkankemampuanpukulan backhand disarankan
menerapkanmetode latihan yang tepat agar diperolehpeningkatanketerampilan
yang optimal.
2. Hendaknyapelatih tenis mejaputra PTM PMS Surakarta
2011menggunakanmetode latihanmassed practicedalam
melatihpukulanbackhandpada tenis meja, sehinggaakandiperolehhasil yang
optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44 3. Menjadiintrospeksibagipelatih-pelatih tenis mejaputra PTM PMS Surakarta
2011supaya bias menerapkanmetode latihanyang
tepatsesuaidengankarakteristikatlet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
DAFTAR PUSTAKA
A.HamidsyahNoer. 1996. MateriPokokKepelatihanDasar. Jakarta: Depdikbud. DirektoratJenderalPendidikanDasardanMenengah.DirektoratPendidikaii Guru danTenagaTeknisBagianProyekPeningkatanMutu Guru PendidikanJasmanidanKesehatan SD Setara D-II.
AndiSuhendro. 2004. Dasar-DasarKepelatihan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Bompa, Tudor. 1990. Theory and Metodologi of Training. Dubuque, Iowa : Kendall Hunt Publishing Company.
DepartemenPendidikanNasional.2007. KamusBesarBahasaIndonesia.Jakarta: BalaiPustaka.
DwiHatmisari A dkk. 2000. PelatihanOlahragaAnakUsiaDini. Jakarta: AsdepPengembanganTenagadanPembinaanKeolahragaanDeputiBidangPeningkatanPrestasidan 1PTEK OlahragaKemenpora.
Harsono. 1988. Coaching danAspek-AspekPsikologisdalamOlahraga. Jakarta. DepartemanPendidikandanKebudayaan.Dikti
Hodges L .1996.TenisMeja Tingkat pemula.Jakarta : PT Raja grafindoPersadaJunusul Hairy. 1989. FisiologiOlahraga. Depdikbud.DirjenDikvi
Kertamanah A. 2003. TeknikdanTaktikDasarPermainanTenisMeja.Jakarta: PT RajagrafindoPersada.
M. Sajoto. 1995. PeningkatandanPembinaanKondisiFisikDalamOlahraga. Semarang: DaharaPri/e
Mulyono B.A. 2010. TesdanPengukuranDalamPendidikanJasmaniOlahraga.Surakarta: UNS Press.
Nurhasan. 2001. TesdanPengukuran. Jakarta: DepartemenPendidikandanKebudayaanUniversitas Terbuka.
PB.PTMSI. 2007.PeraturanTenisMeja 2007/2008. Jakarta: PB.PTMSI
RusliLutan. 1988. BelajarKeterampilanMotorikPengantarTeoridanMetode.Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti.
Schmidt, Richard A. 1988. Motor Learning and Control: A Behavioral Emphasis Champaign. Illionis: Human Kinetics
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46 Sudjana. 2002. MetodaStatistika. Bandung: Tarsito.
Sudjarwo. 1995. IlmuKepelatihan. Surakarta: UNS Press.
Sugiyanto. 1994. PenelitianPendidikan. Surakarta: UNS Press.
_________1995.BelajarGerak I. Surakarta: UNS Press
SugiyantodanAgusKristiyanto. 1998. BelajarGerak II. Surakarta: UNS Press.
SugiyantodanSudjarwo. 1992.MateriPokokPerkembangandanBelajarGerak, Jakarta: Depdikbud
Suharno HP. 1993. IlmuKepelatihanOlahraga. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
SuharsimiArikunto.1998.ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktek. Yogyakarta: RinekaCipta
SutrisnoHadi. 1982. StatistikJilid2. Yogyakarta: Andi Offset.
________ 1995.Metodologi Research Jilid IV.Yogyakarta: Andi Offset.
Yusuf Adisasmita&AipSyarifuddin. 1996. IlmuKepelatihanDasar. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti.ProyekPendidikan Tingkat Akademik.