diagnosis banding keluhan – keluhan neurologis dengan gejala psikiatri
TRANSCRIPT
BAB.I PENDAHULUAN
Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini
ternyata terjadi hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World Health Organization)
badan dunia PBB yang menangani masalah kesehatan dunia, memandang serius
masalah kesehatan mental dengan menjadikan isu global WHO. WHO mengangkat
beberapa jenis gangguan jiwa seperti Schizoprenia, Alzheimer, epilepsy,
keterbelakangan mental dan ketergantungan alkohol sebagai isu yang perlu
mendapatkan perhatian.
Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sudah cukup
memprihatinkan, yakni mencapai 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total penduduk.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) pada tahun
1985 yang dilakukan terhadap penduduk di 11 kotamadya oleh Jaringan Epidemiologi
Psikiatri Indonesia, ditemukan 185 per 1.000 penduduk rumah tangga dewasa
menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa baik yang ringan maupun berat.
Dengan analogi lain bahwa satu dari lima penduduk Indonesia menderita
gangguan jiwa dan mental. Sebuah fenomena angka yang sangat mengkhawatirkan
bagi sebuah bangsa. Dalam kehidupan sehari – hari sering dijumpai dalam klinis,
keluhan – keluhan neurologis berupa, rasa nyeri dan sakit kepala yang tidak dapat
didefinisikan secara neurologis.
Berbagai pemeriksaan dilakukan untuk memastikan gangguan neurologis.
Keadaan ini sering disamarkan dengan adanya gangguan psikiatri. 6
1
BAB.II. ISI
2.1 DEFINISI KELUHAN NEUROLOGIS
Keluhan neurologis yang dimaksudkan disini dapat sama dengan keluhan yang
ditunjukkan pada keadaan gangguan mirip neurologis. Pasien dapat mengeluhkan
tiba-tiba menjadi buta dan sama sekali tidak dapat melihat sesaat setelah terjadi
peristiwa yang sangat emosional. Pada contoh lain, pasien tidak dapat menggerakkan
anggota badannya yang seolah-olah pasien mengalami serangan stroke padahal tidak
terdapat lesi organik diotak. Dengan demikian, keluhan-keluhan tersebut lebih tepat
dinamakan keluhan pseudoneurologis, melainkan sebenarnya adalah gangguan
psikiatri. 1
2.2 DEFINISI GANGGUAN JIWA
Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan manifestasi-
manifestasi psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja
yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisis
atau kimiawi. 5
Gangguan jiwa mewakili suatu keadaan tidak beres yang berhakikatkan
penyimpangan dari suatu konsep normatif. Setiap jenis ketidakberesan kesehatan itu
memiliki tanda-tanda dan gejala-gejala yang khas. 6
Setiap gangguan jiwa dinamai dengan istilah yang tercantum dalam PPDGJ-
IV (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi IV) atau
DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th edition with
text revision). 6
2.3 ETIOLOGI
Etiologi yang sebenarnya belum diketahui, tetapi kebanyakan menganggap
keluhan neurologis pada psikiatri disebabkan sebelumnya oleh stress yang berat,
konflik emosional, atau gangguan kejiwaan yang terkait. Beberapa dari pasien dengan
gangguan ini juga memiliki gangguan kepribadian atau menampilkan sifat-sifat
2
histeris. Penyebab gangguan ini yang langsung biasanya mengalami peristiwa sangat
menegangkan atau peristiwa trauma. Gangguan ini dapat dianggap sebagai usaha atau
ekspresi psikologis seseorang dari suatu masalah. Depresi dan gangguan psikologis
lain sering terlihat pada pasien. 4
Pada anak-anak, keluhan neurologis sering diamati karena adanya kekerasan
fisik atau perilaku seksual. Anak-anak yang memiliki anggota keluarga dengan
riwayat gangguan lebih memungkinkan untuk menderita gangguan psikiatri. Selain
itu, jika ada anggota keluarga yang sakit parah atau sakit kronis, anak-anak cenderung
akan terpengaruh. 4
a.Teori Psikososial
Terdapat faktor-faktor psikososial berupa konflik psikis di bawah sadar yang
mempunyai tujuan tertentu, sehingga apabila dicermati, maka bentuk keluhan fisisk
yang timbul sebenarnya dapat diinterpretasi sebagai suatu bentuk komunikasi
emosional untuk meredam dan untuk mensimbolisasikan konflik tersebut. Dalam hal
ini, pasien mungkin tidak dapat mengkomunikasikan emosi mereka secara verbal,
sehingga mereka menggunakan keluhan somatik sebagai media perantara. Sebagai
contoh, seringkali dijumpai pasien remaja perempuan yang mengeluhkan nyeri perut
yang tidak dapat dijelaskan yang sebenarnya bermaksud untuk mencegah agar
orangtuanya tidak pergi meninggalkannya. 3
b. Teori Psikodinamik
Menurut teori psikodinamik, gejala berkembang mempertahankan impuls yang
tidak dapat diterima. Keuntungan utama suatu keluhan neurologis pada psikiatri
adalah kecemasan mengikat dan menyimpan konflik internal. Gejala tersebut
memiliki nilai simbolis yang merupakan representasi dan solusi sebagian dari konflik
psikologis yang mendalam untuk menghindari diri dari rasa ketidakmampuan
melalakukan sesuatu. Sedangkan menurut teori belajar, gejala dari gangguan
merupakan respon terhadap stres maladaptive yang dipelajari . Pasien mendapat
keuntungan sekunder dengan menghindari kegiatan yang terutama menyerang
mereka, sehingga mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman-teman. 3
3
c.Faktor Herediter
Beberapa penelitian terakhir menyebutkan adanya peningkatan resiko
terjadinya gangguan somatisasi pada pasien dengan riwayat keluarga yang memiliki
kepribadian anti social. 3
2.4 EPIDEMIOLOGI
Keluhan neurologis pada psikiatri yang sebenarnya jarang di dapatkan. Insiden
telah dilaporkan 11-300 kasus per 100.000 orang. Faktor budaya mungkin memainkan
peran yang sangat penting. Gejala yang mungkin dianggap sebagai gangguan konversi
di Amerika Serikat mungkin merupakan ekspresi normal dari kecemasan budaya
lain. Sebuah penelitian melaporkan bahwa gangguan ini mencapai 1,2-11,5% dari
konsultasi kepada psikiatris untuk pasien rawat inap medis dan bedah sedangkan pada
rumah sakit nasional di London hanya terdapat 1% dari pasien rawat inap, untuk
insiden di Islandia dilaporkan mencapai 15 kasus per 100.000 orang. 6
Gangguan dapat muncul pada umur berapa pun tetapi jarang pada anak-anak
muda umumnya pada sekitar 10 tahun atau orang tua usia 35 tahun. Dalam studi
University of Iowa dari 32 pasien dengan gangguan konversi, ditemukan rata-rata usia
41 tahun dengan rentang 23-58 tahun. Pada pasien anak, kejadian meningkat setelah
kekerasan fisik atau seksual. Insiden juga peningkatan orang anak yang orang tuanya
adalah baik sakit parah atau sakit kronis. 6
2.5 GAMBARAN KLINIS KELUHAN NEUROLOGIS
Seseorang dengan gangguan keluhan neurologis pada psikiatri sering memiliki
tanda-tanda fisik tetapi tidak memiliki tanda-tanda neurologis untuk mendukung
gejala mereka.
4
a. Kelemahan
Kelemahan biasanya melibatkan seluruh gerakan daripada kelompok otot
tertentu. Kelemahan pada kaki lebih sering di bandingkan pada mata, wajah atau
gerakan servikal. Dengan menggunakan berbagai teknik klinis, kelemahan satu
anggota tubuh dapat diperlihatkan untuk menyebabkan kontraksi yang berlawanan
dengan beberapa otot tertentu . 3
b. Gangguan fungsi sensorik
Kehilangan sensorik atau distorsi sering tidak sesuai ketika di uji lebih dari
satu kali dan bertentangan dengan saraf perifer dan distribusi asal. 3
c. Gangguan fungsi visual
Gejala visual dapat meliputi diplopia, triplopia, cacat bidang, dan kebutaan
bilateral terkait dengan refleks pupil yang masih utuh. 3
d. Gangguan gaya berjalan
- Astasia-abasia adalah gangguan koordinasi motorik ditandai dengan
ketidakmampuan untuk berdiri walaupun kemampuannya normal untuk
menggerakkan kaki ketika berbaring atau sedang duduk.
- Pasien dapat berjalan dengan normal jika mereka berpikir mereka tidak
sedang diamati.
- Terkadang bila sedang di amati, pasien secara aktif berusaha untuk jatuh. Hal
ini bertentangan dengan pasien dengan penyakit organik yang akan berusaha
untuk melindungi diri sendiri.
- Pseudoseizures
- Selama serangan, ditandai keterlibatan otot-otot truncal dengan opistotonos
dan kepala atau badan berputar ke arah lateral. Semua 4 tungkai mungkin
menunjukkan gerakan meronta-ronta , yang mungkin akan meningkatkan
intensitas jika pengekangan diterapkan.
- Sianosis jarang terjadi kecuali pasien dengan sengaja menahan nafas
mereka.
5
- Menggigit lidah atau inkontinensia jarang terjadi kecuali pasien memiliki
beberapa tingkat pengetahuan medis tentang penyakit.
- Ini Berbeda dengan kejang yang sebenarnya, pseudoseizures terutama terjadi
di hadapan orang lain dan bukan ketika pasien sendirian atau tidur. 3
2.6 RAGAM KELUHAN – KELUHAN NEUROLOGIS PADA PSIKIATRI
F.44. 0. AMNESIA DISOSIATIF
Definisi
Hilangnya daya ingat, biasa mengenai kejadian penting yang baru terjadi yang
bukan disebabkan gangguan mental organik, dan terlalu luas untuk dijelaskan.
Amnesia tersebut diakibatkan traumatic seperti kecelakaan atau kesedihan tak terduga
yang biasanya parsial dan selektif. 2
Pedoman Diagnostik
a. Amnesia, baik total maupun parsial mengenai kejadian baru yang bersifat
stress atau traumatic (aspek ini mungkin tampil apabila ada saksi lain yang
memberi informasi).
b. Tidak ada gangguan otak organic, intoksikasi atau kelelahan yang
berlebihan.
Diagnosis Banding
Pada gangguan mental organic, biasa ditemukan kesadaran berkabut,
disorientasi dan kesadaran yang berfluktuasi. Kehilangan daya ingat mengenai hal –
hal baru adalah lebih khas pada kondisi organic, tanpa tergantung pada kemungkinan
adanya problem/ peristiwa traumatic. Pingsan yang disebabkan oleh penyalahgunaan
alcohol, sangat erat dengan saat penyalahgunaan dan ingatan yang hilang tidak dapat
dipulihkan. 2
Amnesia setelah komosio atau trauma kepala berat biasanya bersifat retrograd,
meskipun dalam keadaan yang berat dapat juga anterograd. Amnesia disosiaatif
6
biasanya predominan retrograd. Hanya amnesia disosiatif yang dapat dipulihkan
dengan hipnosis.
Amnesia pasca serangan/ kejang pada penderita epilepsy dan keadaan stupor
lain atau mutisme yang kadang – kadang terdapat pada penderita skizofrenia yang
biasanya dapat dibedakan berdasarkan ciri – ciri lain dari penyakit yang
mendasarinya.
Yang paling sulit adalah pembedaan dari amnesia yang merupakan simulasi
secara sadar atau malingering, maka penilaian yang terinci dan berulang mengenai
kepribadian pramorbid dan motivasi diperlukan. Amnesia buatan sebagai simulasi
secara sadar biasanya berkaitan dengan berbagai masalah yang nyata mengenai
masalah keuangan, bahaya kematian dalam perperangan atau kemungkinan hukuman
penjara atau hukuman mati. 2
F.44.2 STUPOR DISOSIATIF
Definisi
Perilaku individu memenuhi kriteria untuk stupor, akan tetapi dari
pemeriksaan tidak didapatkan adanya tanda penyebab fisik. Seperti juga pada
gangguan disosiatif yang lain, didapat bukti adanya penyebab psikogenik dalam
bentuk kejadian – kejadian yang penuh stress ataupun problem social atau
interpersonal yang menonjol. 2
Stupor didiagnosis atas berkurangnya atau hilangnya gerakan volunteer dan
respon normal terhadap rangsangan dari luar seperti cahaya, suara, dan perabaan.
Individu berbaring atau tanpa bergerak dalam jangka waktu yang lama. Hampir tidak
ada pembicaraan atau gerakan spontan atau disengaja.
Meskipun dapat terjadi gangguan kesadaran, tonus otot, postur tubuh,
pernapasan dan kadang gerakan membuka mata atau gerakan mata terkoordinasi
masih ada, sehingga jelas menunjukkan yang bersangkutan tidak tidur dan tidak
kehilangan kesadaran. 2
7
Pedoman Diagnostik
a. Stupor seperti yang telah disebutkan diatas.
b. Tidak ditemukan adanya gangguan fisik atau gangguan psikiatrik, yang
dapat menjelaskan stupor tersebut.
c. Adanya problem atau kejadian baru yang penuh stress.
Diagnosis Banding
Stupor disosiatif harus dibedakan dengan stupor katatonik, stupor depresif atau
stupor manik. Stupor pada skizofrenia sering didahului gejala – gejala atau perilaku
yang menjurus kepada skizofrenia. Stupr depresif dan stupor manik biasanya
berkembang lambat sehingga perlu informasi dari orang lain untuk dapat
memastikannya. Stupor depresif dan manik keduanya semakin terlihat jarang
dibanyak Negara, sebagai akibat semakin meluasnya penanganan yang lebih dini dari
gangguan afektif. 2
F44.4-F44.7 GANGGUAN DISOSIATIF DARI GERAKAN DAN
PENGINDERAAN
Gangguan ini terdapat kehilangan atau ganggiuan dari gerakan atau
kehilangan penginderaan. Oleh sebab itu pasien biasanya mengeluh tentang adanya
penyakit fisik, meskipun tidak ada kelainan fisik yang dapat ditemukan untuk
menjelaskan gejala itu. 2
Pedoman Diagnostik
Tidak ada tanda kelainan fisik. Harus diketahui secara memadai mengenai
kondisi psikologis dan sosialserta hubungan interpersonal dari pasien agar
memungkinkan menyusun suatu formula yang meyakinkan perihal sebab gangguan
itu timbul. 2
Diagnosis Banding
Tahap dini dari gangguan neurologis yang progresif khususnya sklerosis
multiple dan SLE dapat disalahtafsirkan sebagai gangguan disosiatif dari gerakan dan
8
perasaan. Apabila pasien yang bereaksi terhadapat skelrosis multiple dengan
memperlihatkan distress dan perilaku mencari perhatian menimbulkan problem yang
sulit. Maka akan memerlukan observasi yang lama untuk memastikan diagnostik.
Keluhan somatik yang tidak jelas batasannya diklasifikasikan di tempat lain di bawah
kategori somatoform atau neurastenia. 2
F44.4 GANGGUAN MOTORIK DISOSIATIF
Kehilangan gangguan untuk menggerakan seluruh atau sebagian dari anggota
gerak. Paralisis dapat bersifat parsial, dengan gerakan yang lemah atau lambat atau
total berbagai bentuk dan taraf inkoordinasi (ataksia) dapat terjadi, khususnya pada
kaki, ketidakmampuan berdiri tanpa dibantu. Dapat juga terjadi gemetar atau
bergoyang yang berlebih pada satu ekstremitas, atau lebih, atau seluruh badan. Ada
kemiripan dengan ataksia, apraksia, akinesia, afonia, disartria, diskinesia atau
paralisis. 2
F44.5 KOMPULSI DISOSIATIF
Pseudoseizures dapat terjadi, akan tetapi jarang disertai lidah tergigit, luka
serius karena jatuh dan inkontinensia urin, tidak dijumpai kehilangan kesadaran, tetpai
diganti dengan keadaan stupor. 2
F44.6 ANESTESIA DAN KEHILANGAN DISOSIATIF
Bagian kulit yang mengalami anestesi seringkali mempunyai batas tegas yang
menjelaskan bahwa hal tersebut lebih berkaitan dengan pemikiran pasien mengenai
fungsi tubuhnya daripada pengetahuan kedokteran. Dapat pula terjadi perbedaan
anatara hilangnya perasaan pada berbagai jenis modelitas penginderaan yang tidak
mungkin disebabkan kerusakan neurologis. 2
Hilangnya perasaan sensorik dapat disertai keluhan parestesia. Kehilangan
penglihatan jarang bersifat total, lebih banyak berupa ketajaman penglihatan, kabur,
atau tunnel vision. Walaupun ada gangguan mobilitas dan motorik pasien baik. Tuli
9
disosiatif dan anosmia jauh lebih jarang terjadi dibandingkan dengan hilang rasa dan
penglihatan. 2
F44.7 GANGGUAN DISOSIATIF CAMPURAN
Campuran-campuran dari gangguan di atas dimasukkan dalam kategori ini.
F45. GANGGUAN SOMATOFORM
Definisi
Ciri utama gangguan somatoform adalah adanya keluhan gejala fisik yang
berulang yang ditandai dengan permintaan pemeriksaan medis, meskipun sudah
berkali-kali terbukti hasilnya negative dan sudah dijelaskan oleh dokter bahwa tidak
ditemukan kelainan fisik yang menjadi dasar keluhan.meskipun onset dan kelanjutan
dari gejala-gejala tadi mempunyai kehidupan yang erat dengan peristiwa kehidupan
yang tidak menyenangkan atupun konflik – konflik, pasien biasanya menolak upaya-
upaya untuk membahas kemungkinan adanya penyebab psikologis, baik fisik maupun
psikologis,dapat dicapai perihal kemungkinan penyebab gejala- gejalanya, seringkali
mengecewakan dan menimbulkan frustasi kepada kedua belah pihak, baik pasien
maupun dokter. 2
Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian
(histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk
dokternya untuk menerima bahwa keluhannya adalah memang penyakit fisik dan
bahwa perlu adanya pemeriksaan fisik lebih lanjut.
Diagnosis banding
Untuk membedakan dengan waham –waham hipokondrik biasanya
memerlukan pendekatan yang baik pada pasien.meskipun kenyakinan akan keluhan
nya tersebut sudah berlangsung lama, dan tampaknya dipertahankan meskipun tidak
di dukung oleh alasan yang memadai, sampai taraf tertentu dan dalam jangka pendek
keuletan dalam mempertahankan kenyakinan tersebut biasanya dapat dipengaruhi
oleh argumentasi, dukungan moril atau dengan dilakukannya lagi pemeriksaan medis
lain. 2
10
Disamping itu, adanya keluhan fisik yang tidak enak dan menakutkan dapat
dianggap sebagai penjelasan yang wajar,dan dapat diterima untuk timbulnya dan
menetapkan nya suatu kenyakinan akan adanya penyakit fisik.
F.45.0 GANGGUAN SOMATISASI
Definisi
Ciri utamanya adalah adanya gejala-gejala fisik yang bermacam-macam
( multiple ), berulang dan sering berubah-ubah, yang biasanya sudah berlangsung
beberapa tahun sebelum pasien dating ke psikiatri. Kebanyakan pasien mempunyai
riwayat pengobatan yang panjang dan sangat kompleks, baik ke pelayanan kesehatan
dasar maupun psikiatrik, dengan hasil pemeriksaan atau bahkan operasi yang
negative. Yang paling lazim mengenai keluhan gastrointestinal dan keluhan perasaan
abnormal pada kulit serta bercak-bercak pada kulit, keluhan mengenai seks dan haid
juga lazim terjadi. 2
Pedoman diagnostik
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:
a. Ada banyak dan berbagai gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan adanya dasar
kelainan fisik yang memadai, yang sudah berlangsung sekurangnya 2 tahun.
b. Selalu tidak menerima nasehat dan penjelasan dari beberapa dokter bahwa
tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya
c. Terdapat hendanya dalam taraf tertentu dalam berfungsinya di masyarakat dan
keluarga yang berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak
perilakunya
Diagnosis Banding
Dalam mendiagnosis gangguan somatisasi, adalah esensial pembedaan dengan
berbagai gangguan di bawah ini: 2
11
Gangguan Fisik :
Pasien dengan gangguan somatisasi yang sudah lama mempunyai kesempatan
yang sama untuk mengalami gangguan fisik lainnya seperti orang lain yang
seusianya atau pemeriksaan.
Gangguan afektif ( depresif ) dan aksiatas:
Berbagai tingkat depresi dan axietas lazimnya menyertai gangguan somatisasi,
akan tetapi tidak perlu didiagnosis tersendiri, kecuali bila cukup nyata dan
menetap untuk memenuhi suatu kriteria diagnosis tersendiri
Gangguan hipokondrial:
Pada gangguan somatisasi ,penekanannya ada pada gejalanya sendiri.pada
gangguan hipokondrial pasien cendrung meminta pemeriksaan untuk
menentukan atau memastikan adanya penyakit yang mendasari, sedangkan
pasien dengan gangguan somatisasi mengharapkan pengobatan untuk
menghilangkan gejala.
Gangguan waham :
( seperti skizofrenia dengan waham somatic, dan gangguan depresif dengan
waham hipokondrik ). 2
F.45.1 GANGGUAN SOMATOFORM TAK TERINCI
Bilamana keluhan fisik bersifat multiple, bervariasi dan menetap, akan tetapi
gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi,
sebaiknya digunakan kategori ini.apabila masih tetap terdapat kemungkinan adanya
gangguan fisik yang melandasi, atau bila pemeriksaan psikiatrik belum lengkapnya
pada saat pemberian kode diagnostis, maka disarankan untuk menggunakan kategori
lain yang lebih relevan. 2
Diagnosis banding :
Seperti yang tersebut pada sindrom gangguan somatisasi ( F45,0 )
12
F.45.2 GANGGUAN HIPOKONDRIK
Definisi
Ciri utama dari gangguan ini adalah adanya preokupasi yang menetap akan
kemungkinan menderita satu atau lebih gangguan fisik yang serius dan progresif.
Pasien menunjukan keluhan-keluhan somatic yang menetap atau preokupasi yang
menetap dengan penampilan fisiknya. Sindrom ini dapat terjadi pada pria dan wanita
dan tidak ada karakteristik khusus mengenai keluarga ( berbeda dengan gangguan
somatisasi ) 2
Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis pasti, dua hal dibawah ini harus ada :
a. Keyakinan yang menetap perihal adanya sekurang-kurangnya satu
penyakit fisik yang serius yang serius melandasi keluhan atau keluhan-
keluhannya.
b. Penolakan yang menetap dan tidak mau menerima nasehat atau dukungan
penjelasan dari beberapa doctor bahwa bahwa tidak ditemukan penyakit
atau abnormalisasi fisik yang melandasi keluhan-keluhannya.
Diagnosis banding
Perlu dibedakan dari gangguan-gangguan tersebut di bawah ini :
Gangguan somatisasi :
Penekanannya adalah pada adanya gangguan itu sendiri dan konsekwensi
nantinya, dan bukan pada gejala-gejala itu secara sendiri-sendiri seperti pada
gangguan somatisasi
Gangguan depresif :
Apabila gejala depresif sangat menonjol dan timbulnya lebih dahulu dari
gangguan hipokondrik ,maka gangguan depresif mungkin merupakan
gangguan primer
Gangguan Waham :
13
Keyakinan terhadap gangguan hipokondrik tidak mempunyai keteguhan yang
sama seperti pada gangguan depresif ataupun skizofrenia yang disertai waham
somatic.
Gangguan eanxietas dan gangguan panic :
Gejala somatic dari axietas kadang-kadang ditafsirkan sebagai penyakit fisik
yang serius, akan tetapi pada keadaan ini kekhawatiran pasien biasanya dapat
diredahkan dengan penjelasan medis fisiologis sehingga tidak berkembang
menjadi keyakinan akan adanya penyakit fisik. 2
F.45.3 DISFUNGSI OTONOMIK SOMATOFORM
Keluhan-keluhan fisik yang ditampilkan pasien seakan-akan merupakan gejala
dari sistim saraf otonom,misalnya saja sistim saraf kardiovaskuler, gastrointestinal,
atau pernafasan , contoh yang paling mencolok dan lazim terjadi adalah yang
mengenai sistem kardiovaskuler ( cadiac neurosis ), sistem pernafasan ( hiperventilasi
psikogenik dan cegukan ) dan sistem gastrointestinal ( gastric neurosis dan nervus
diarrhoea ).gejala- gejala biasanya ada dua jenis, yang keduanya tidak menunjukan
adanya gangguan fisik dari sistem atau pun organ yang terlibat . jenis yang pertama
yaitu yang merupakan gejala utama dari katagori gangguan ini di warnai oleh
keluhan – keluhan yang didasarkan atas tanda-tanda objektif dari rangsangan otonom
seperti palpitasi berkeringat panas, merah (flushing), dan tremor.
Jenis gejala kedua lebih merupakan gejala yang idiosinkratik, subjektif dan
tidak khas, seperti perasaan sakit ,nyeri, rasa terbakar ,rasa berat , rasa kencang atau
perasaan badan seperti mengembangdan keluhan –keluhan tersebut oleh pasien di
hubungkan dengan organ atau sistem tubuh yang spesifik ( seperti juga sistem
otomonik ). Pada gangguan ini, beberapa gangguan ringan fungsi fisiologis mungkin
ada, seperti cekukan, perut kembung, dan hiperventilasi, tetapi keadaan ini tidak
dengan sendirinya menggangu fungsi fisiologis yang esensial dari organ atau sistem
yang bersangkutan. 2
Pedoman Diagnostik
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:
14
a. Adanya gejala-gejala bangkit otonomik, seperti palpitasi, berkeringat, tremor,
muka merah, yang menetap dan mengganggu.
b. Gejala subyektif tambahan, mengacu pada sitem dan organ tertentu
c. Preokupasi dengan dan distress mengenai kemungkinan adanya gangguan
yang serius ( sering tidak begitu khas ).
d. Tidak terbukti adanya gangguan yang bermakna pada struktur atau fungsi dari
sistem atau organ yang dimaksud.
Diagnosis Banding
Membedakan dengan gangguan axietas menyeluruh didasarkan atas adanya
dominasi dari komponen psikologis dari bangkitan otonomik seperti ketakutan dan
firasat yang mencemaskan pada gangguan axietas menyeluruh serta tiadanya focus
pada aspek fisik yang menetap untuk keluhan-keluhan lainnya. 2
F.45.4 GANGGUAN NYERI SOMATOFORM MENETAP
Gangguan yang predominanan adalah nyeri berat, menyiksa, dan menetap,
yang dapat dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologis maupun adanya
gangguan fisik. Nyeri timbul dalam hubungan dengan konflik emosional atau
problem psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam
mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut. Dampaknya adalah meningkatnya
perhatian dan dukungan, baik personal maupun medis untuk yang bersangkutan.
Diagnosis Banding:
Problem yang paling lasim dalam diagnosis banding adalah dengan elaborasi
histrionic dari nyeri oleh sebab organic. Pasien dengan nyeri organic yang
didiagnosinya belum dapat ditegakkan dengan pasti sering kali mudah terjadi takut
dan sangat peka, dengan akipat perilaku mencari perhatian. 2
15
F48 GANGGUAN NEUROTIK LAINNYA
F48.0 NEUROSTENIA
Definisi
Terdapat dua tipe utama. Tipe pertama kelelahan setelah kegiatan mental yang
seringkali disertai menurunnya prestasi kerja serta efisiensi tugas sehari-hari. Pada
tipe lain, keluhan utama pada kelemahan, keluhan fisik, disertai rasa nyeri, sakit otot
dan tidak mampu santai.
Kedua tipe tersebut sering ditemukan keluhan fisik yang tidak menyenangkan
seperti pusing, sakit kepala karena ketegangan dan perasaan tidak mantap, setring
ditemukan kekhawatiran akan menurunnya kesehatan badan ataupun mental. 2
Pedoman Diagnostik
Adanya keluhan yang menetap dan mengganggu berupa meningkatnya rasa
lelah setelah suatu kegiatan mental atau keluhan yang juga menetap dan tidak enak
mengenai kelemahan badania dan kehabisan tenaga hanya sesudah kegiatan ringan
saja.
Paling sedikit ada dua dari hal tersebut dibawah ini, yaitu:
1. Perasaan sakit dan nyeri otot
2. Pusing kepala
3. Nyeri kepala (Tension Headache)
4. Gangguan tidur
5. Tidak bisa bersantai
6. Peka atau mudah tersinggung
7. Dispepsia
Setiap gejala otonom ataupun depresif yang ada, tidak cukup berat yang
mantap untuk memenuhi kriteria salah satu dari gangguan yang lebih khas di dalam
klasifikasi ini. 2
Diagnosis Banding
Banyak kasus yang dulu di dianosis neurostenia akan memenuhi kriteria
sekarang untuk gangguan atau gangguan ansietas. Ciri khas pada sindrom neurastenia
16
adanya penekanan pada kelelahan dan kelemahan dan kekhawatiran perilah
penurunan efisiensi mental dan fisik (sebaliknya pada gangguan somatoform, keluhan
fisik dan preokupasi adanya penyakit fisik yang mendominasi gambaran klinisnya.
Untuk memastikan diagnostik neurastenia, singkirkan lebih dahulu gangguan depresif
dan ansietas. 2
F.98.0 ENURESIS NONORGANIK
Gangguan yang ditandai dengan buang air seni tanpa kehendak pada sian atau
malam hari dan bukan karena kurang pengendalian kantung kemih akibat gangguan
neurologis, serangan epilepsi atau kelainan struktural. Dapat merupakan suatau
kondisi yang berubungan dengan gangguan emosional atau perilaku. Dalam masalah
emosional mungkin timbul akibat sekunder dari suatu tekanan atau tekanan stigma
yang timbul karena enuresis itu dan merupakan bagian dari gangguan psikiatri. 2
F98.1 ENKOPRESIS NONORGANIK
Mengeluarkan buang air besar yang dikehendaki atau tidak, secara
berulangdengan konstitesi tinja yang normal. Kondisi ini mungkin timbul sebagai
suatau gangguan monosimtomatik, gangguan lebih luas khususnya gangguan
emosional dan gangguan tingkah laku. 2
2.7 DIAGNOSIS
Mungkin agak sulit mendiagnosis gangguan ini. Kemungkinan penyebab
organik harus disingkirkan lebih dahulu dan hal ini dapat berakibat pemeriksaan yang
lebih ekstensif. Hal-hal yang perlu di pertimbangkan adalah kemungkinan dibuat-
buatnya gejala tersebut.
Disini ada dua kemungkinan, gangguan buatan ( factitious disorder) atau
berpura-pura (malingering) . Pada gangguan buatan, gejala-gejala dibuat dengan
sengaja untuk mendapatkan perawatan medis, sedangkan pada berpura-pura untuk
mendapatkan keuntungan pribadi.menentukan hal ini tidaklah mudah dan mungkin
memerlukan bukti bahwa ada inkonsistensi dalam gejalanya.
17
Dilakukan pula pemeriksaan Laboratorium untuk menyingkirkan hipoglikemia
atau hiperglikemia, gagal ginjal , atau obat-obat yang terkait dengan penyebab , foto
dada x-ray atau CT scan , elektrokardiogram (ECG, EKG) yaitu untuk merekam
aktivitas jantung dengan mengukur arus listrik melalui otot jantung dan dapat juga
dilakukan pemeriksaan cairan tulang belakang untuk memeriksa penyebab neurologis.
Beberapa faktor resiko keluhan neurologis pada psikiatri diantaranya adalah : 2
- Adanya stress yang bermakna atau trauma emosional
- Perempuan lebih mungkin untuk mendapatkan gangguan neurologis pada
psikiatri dibandingkan laki-laki
- Menjadi remaja atau dewasa muda . Gangguan neurologis dapat terjadi pada
umur berapapun, tetapi paling umum pada usia remaja atau awal masa dewasa
- Memiliki kondisi kesehatan mental seperti suasana hati dan gangguan
kecemasan, gangguan disosiatif dan gangguan kepribadian tertentu
- Memiliki anggota keluarga dengan gangguan neurologis pada psikiatri
- Sejarah kekerasan fisik atau seksual
2.8 PENATALAKSANAAN
Yang terpenting dalam penatalaksanaannya yaitu bisa menerima gejala pasien
sebagai hal yang nyata, tetapi dapat menjelaskan bahwa itu hal itu bersifat reversible.
Dan diupayakan untuk dapat kembali ke fungsi semula secara bertahap. Dalam
beberapa kasus, pasien mungkin mulai sembuh secara spontan. Setelah penyebab fisik
untuk gejala telah dikesampingkan, pasien dapat mulai merasa lebih baik dan gejala
mungkin mulai memudar. 5
Dalam beberapa kasus, pasien mungkin membutuhkan bantuan dalam
pemulihan dari gejala mereka. Pilihan pengobatan dapat mencakup hal berikut:
18
- Konseling dan psikoterapi
Membahas permasalahan dengan seorang konselor dapat membantu
mengatasi penyebab yang mendasari gejala fisik. Di lanjutan dengan belajar
cara menangani stres sepanjang hidup juga penting, karena sekitar 25% dari
pasien dengan gangguan ini sering mengalami episode masa depan. 1
- Terapi farmakologi
Digunakan dalam beberapa kasus, antidepresan juga dapat digunakan
untuk mempercepat pemulihan. Penelitian telah menunjukkan bahwa
antidepresan dapat membantu pasien. 1
- Pasien mungkin membutuhkan terapi untuk mengatasi tidak digunakannya
anggota badan, misalnya, dan untuk mempelajari kembali perilaku normal. 1
2.9 PROGNOSIS
Umumnya prognosisnya baik. Faktor yang terkait dengan prognosis yang baik
adalah sebagai berikut:
- Serangan yang akut
- Penyebab tekanan pada saat terjadi serangan jelas
- Jarak antara serangan dengan memulai pengobatan tidak terlalu jauh
- Daya kognitif dan kecerdasan baik
- Gejala aphonia, kelumpuhan, dan atau kebutaan (yang bertentangan dengan
kejang dan gemetaran, yang berhubungan dengan prognosis buruk)
19
BAB III. PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Diagnosis gangguan neurologis harus di singkirkan dengan observasi dan
pemeriksaan medis. Diagnosa gangguan psikiatri dapat ditegakkan jika gangguan
mental organik tidak didapatkan.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Lukas Mangindaan. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Hal 281.
2. Departemen Kesehatan R.I. (1993). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III. Hal 196 - 296.
3. Kaplan. I Harold, Sadock. J Benjamin, Grebb. A Jack. Kaplan & Sadock Buku
Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. EGC. 2010. Hal 289.
4. Kaplan. I Harold, Sadock. J Benjamin, Grebb. A Jack. Kaplan & Sadock Buku
Saku Psikiatri Klinis. Binarupa aksara. 1994.
5. American Psychiatry Association, Diagnostic Crtiteria From DSM – IV,
American Psychiatry Association; Washington DC;1994.
6. http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2183-gangguan-jiwa-mengancam-
bangsa di unduh tanggal 1 Oktober 2012.
21