chapter2.pdf

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, proses dan pembuangan akhir sampah dimana semua hal tersebut dikaitkan dengan prinsip-prinsip terbaik untuk kesehatan, ekonomi, keteknikan, konservasi, estetika, lingkungan dan juga terhadap sikap masyarakat (Tchobanoglous,etal., 1993).Menurut UU No.18/2008 Tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah [Pasal 1 ayat (5)]. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya (Pasal 4). Juga ditekankan bahwa pengelolaan sampah harus berwawasan lingkungan.Peraturanyang berskala nasional ini dalam pelaksanaannya perlu diperjelas dengan perangkat peraturan yang bersifat lebih teknis seperti peraturan daerah.Sampah apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai permasalahan, diantaranya estetika, kesehatan, dan potensi bencana lingkungan. Dalam menangani permasalahan tersebut, tidak dapat di bebankan pada satu pihak saja, melainkan harus terjalin kesadaran dan kerjasama semua pihak, mulai dari pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.Bagaimanapun juga, keinginan masyarakat untuk berperan serta tergantung kepada karakter personalnya seperti pendapatan per kapita, tingkat pendidikan, pengetahuan terhadap metode ilmiah pendaur-ulangan, tingkat penerimaan pelayanan dari pemerintah setempat, usia, dan jenis kelamin (Chakrabarti, 2008). Masyarakat dapat berperan serta dalam pengeloaansampah yang lebih ramah lingkungan dengan cara mengelola sampah sejak di rumahnya masing-masing dengan mengurangi tingkat produksi sampah, memilah, mengompos, dan kegiatan lainnya. Minimasi atau pengurangan sampah tidah hanya berpengaruh pada berkurangnya penggunaan bahan namun dapat memberikan keuntungan lain pada 5

Upload: puspaidi-putra

Post on 18-Jul-2016

16 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: chapter2.pdf

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Umum

Pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kontrol terhadap timbulan

sampah, pewadahan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan,

proses dan pembuangan akhir sampah dimana semua hal tersebut dikaitkan

dengan prinsip-prinsip terbaik untuk kesehatan, ekonomi, keteknikan,

konservasi, estetika, lingkungan dan juga terhadap sikap masyarakat

(Tchobanoglous,etal., 1993).Menurut UU No.18/2008 Tentang Pengelolaan

Sampah, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah [Pasal 1

ayat (5)]. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber

daya (Pasal 4). Juga ditekankan bahwa pengelolaan sampah harus berwawasan

lingkungan.Peraturanyang berskala nasional ini dalam pelaksanaannya perlu

diperjelas dengan perangkat peraturan yang bersifat lebih teknis seperti peraturan

daerah.Sampah apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai

permasalahan, diantaranya estetika, kesehatan, dan potensi bencana lingkungan.

Dalam menangani permasalahan tersebut, tidak dapat di bebankan pada

satu pihak saja, melainkan harus terjalin kesadaran dan kerjasama semua pihak,

mulai dari pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.Bagaimanapun juga,

keinginan masyarakat untuk berperan serta tergantung kepada karakter

personalnya seperti pendapatan per kapita, tingkat pendidikan, pengetahuan

terhadap metode ilmiah pendaur-ulangan, tingkat penerimaan pelayanan dari

pemerintah setempat, usia, dan jenis kelamin (Chakrabarti, 2008). Masyarakat

dapat berperan serta dalam pengeloaansampah yang lebih ramah lingkungan

dengan cara mengelola sampah sejak di rumahnya masing-masing dengan

mengurangi tingkat produksi sampah, memilah, mengompos, dan kegiatan

lainnya. Minimasi atau pengurangan sampah tidah hanya berpengaruh pada

berkurangnya penggunaan bahan namun dapat memberikan keuntungan lain pada

5

Page 2: chapter2.pdf

proses seperti mengurangi dampak lingkungan pada pembuangan sampah (Paul S.

Phillips, 2004).

Pengelolaan sampah termasuk seluruh kegiatan administrasi, pembiayaan,

hukum, perencanaan dan fungsi-fungsi teknis dalam mengatasi seluruh masalah

persampahan. Perkembangan pengelolaan sampah terjadi karena meningkatnya

kesadaran masyarakat akan kesehatan dan kebersihan serta keindahan/estetika di

suatu daerah/kota.

Tujuan yang hendak dicapai dari penerapan konsep pengelolaan sampah

adalah:

1. Minimalisasi sampah

2. Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat

3. Peningkatan kualitas lingkungan hidup

Pencapaian tujuan tersebut dicapai melalui berbagai kegiatan mulai dari

kegiatan pemisahan sampah. Meskipun kegiatan ini tidak secara langsung

mengurangi timbulan sampah, namun dapat membantu proses pengurangan

sampah pada hierarki pengelolaan berikutnya. Pemisahan sampah merupakan

bagian penting dalam hierarki pengelolaan sampah karena dapat menentukan

keberhasilan hierarki pengelolaan sampah berikutnya, misalnya pemisahan antara

sampah organik dan anorganik. Sampah organik selanjutnya akan dimanfaatkan

untuk menjadi kompos dan sampah anorganik dapat dimanfaatkan/didaur ulang

atau diolah lebih lanjut.

Kegiatan pengurangan sampah pada sumbernya meliputi 3 R yakni:

a. Reduksi

Mereduksi timbulan sampah berarti mengurangi semaksimal mungkin

kegiatan yang akan menghasilkan banyak sampah, seperti mengurangi konsumsi

barang yang dikemas secara berlebihan. Kegiatan mereduksi sampah tidak

mungkin bisa menghilangkan sampah secara keseluruhan, tetapi secara teoritis

aktifitas ini akan mampu mengurangi, sampah dalam jumlah yang nyata.

b. Pemakaian kembali

Disamping mengurangi sampah, kegiatan ini merupakan penghematan.

Barang atau bahan yang telah digunakan dan masihh bisa digunakan tidak dibuang

menjadi sampah tetapi digunakan kembali, untuk itu biasanya dilakukan

6

Page 3: chapter2.pdf

pemilihan penggunaan barang atau bahan yang dapat digunakan secara berulang-

ulang dengan tanpa proses yang rumit. Seperti penggunaan botol kaca sebagai

pengganti botol plastik, menggunakan gelas dan piring kaca atau keramik sebagai

pengganti gelas dan piring Styrofoam, menggunakan produk isi ulang (refill)

c. Daur ulang

Daur ulang merupakan kegiatan pemanfaatan kembali suatu barang/produk

namun masih perlu kegiatan/proses tambahan.Misalnya pemanfaatan kertas daur

ulang yang berasal dari kertas-kertas bekas. Kertas-kertas bekas tersebut hares

diproses terlebih dahulu menjadi bubur kertas sebelum akhirnya menghasilkan

kertas daur ulang. Kegiatan daur ulang pun dapat dilakukan secara tidak langsung

yaitu dengan memisahkan barang-barang bekas yang masih bias dimanfaatkan

kembali seperti kaleng, botol, koran bekas, dsb.

2.2. Teknis Operasional Pengelolaan Sampah

Teknis operasional pengelolaan sampah perkotaan yang dimulai dari

kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat

terpadu dengan melakukan pemilahan sejak dari sumbernya.Pola pengelolaan

sampah di Kota Mataran seperti Gambar 2.1

Gambar 2.1. Pola Pengelolaan Sampah Kota Mataram

( Dinas Kebersihan, 2011)

7

Page 4: chapter2.pdf

2.2.1. Faktor Pengaruh dalam Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah perkotaan

antara lain :

1. Kepadatan dan penyebaran penduduk

Semakin banyak jumlah penduduk, semakin banyak pula sampah yang

dihasilkan.Perkembangan lingkungan permukiman di daerah perkotaan tidak

terlepas dari pesatnya laju pertumbuhan penduduk perkotaan

2. Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi

Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyakpula

jumlah per kapita sampah yang dibuang.Kualitas sampahnyapun banyak yang

bersifat tidak dapat terurai. Perubahan kalitas sampah ini,tergantung pada

bahan yang tersedia,

3. Budaya sikap dan perilaku masyarakat

Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat dengan kemajuan teknologi akan

menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku

yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang

semakin beragam pula

4. Rencana tata ruang dan pengembangan kota bisa berjalan dengan baik jika

pengelolaan sampah sudah bisa dilaksanakan secara efisien

5. Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan

pembuanganakhirsampah perlu dilakukan evaluasi secara rutin.

6. Biaya yang tersedia kurang untuk operasional pengelolaan sampah yang

menimbukan masalah dan menjadi kendala sehingga pengangkutan sampah

menjadi terhambat.

7. Peraturan daerah setempat

Peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan

persampahan.

2.2.2. Jenis Peralatan

Jenis peralatan minimal yang dapat digunakan dalam pelaksanaan teknis

pengelolaan sampah perkotaan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

8

Page 5: chapter2.pdf

Tabel 2. 1 Jenis Peralatan

No Jenis Peralatan Kapasitas Pelayanan Umur Teknis

(Tahun) Volume KK Jiwa 1.

Wadah individual - kantong plastik - bin/tong

10 - 40 l

40 l

1 1

6 6

Sekali pakai

2 - 3 2. Wadah Komunal 0,5 – 1,0 m3 40 – 50 240 - 300 1 - 2 3. Gerobak Sampah/sejenisnya 1 m3 140 800 2 - 3 4. Kontainer arm roll truk 6 m3

8 m3

10 m3

825 1.100 1.375

4.950 6.600 8.250

2 – 3

5. Transfer depo - tipe I - tipe II - tipe III

> 200 m2

60 – 200 m2

10 – 20 m2

- - -

- - -

20 20 20

6. Truk kecil (truk mini) 2 m3 s/d 500 s/d 3000 5 7. Truk sampah 3,5 ton 7 – 10 m3 1.000 10.000 5 8. Arm roll truk 6 m3

8 m3

10 m3

- - -

- - -

5 5 5

9. Buldozer – Caterpilar D6D Sumber : SNI 3242 : 2008

2.2.3. Kebutuhan Peralatan/Bangunan dan Personil

Kebutuhan peralatan/bangunan dan personil yang dapat digunakan

dalam pelaksanaan teknis pengelolaan sampah perkotaan dapat dilihat pada Tabel

2.2.dibawah ini.

Tabel 2. 2. Kebutuhan Peralatan/Bangunan dan Personil No Klasifikasi Pengelolaan

Jenis Peralatan

I 80

Rumah

II 81 – 500 rumah

III 501 – 2.000

Rumah

IV ≥ 2.000 rumah

1. Timbulan sampah - wadah individual - wadah komunal

0,5 m3

50 – 80 -

7,5 m3

81-500 bh 3 bh

30 m3

501-2.000 bh 12 bh

> 30 m3

> 2.000 bh > 12 bh

2. Alat pengumpul - gerobak sampah/ sejenisnya

1 bh

4 bh

16 bh

> 16 bh

3. Alat angkut - mini truk - truk sampah - arm roll truk + 3

kontainer

- - -

1 bh

- -

-

1 bh -

-

> 1 bh > 1 bh

4. Transfer depo I Transfer depo II Trasfer depo III

- - -

- 1 unit

-

1 unit Atau 1 unit

1 unit Atau 1 unit

5. Kebutuhan personil - pengumpul - pengangkutan, pembuangan akhir

dan staf administrasi

1 -

4 6

16 8

> 16 > 8

Sumber : SNI 3242 : 2008

9

Page 6: chapter2.pdf

2.3. Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah adalah aktifitas penanganan yang tidak hanya

mengumpulkan sampah dari wadah individual dan atau dari wadah komunal

(bersama) melainkan juga mengangkutnya ketempat terminal tertentu, baik

dengan pengangkutan langsung maupun tidak langsung (SNI 19-2454-

2002).Biasanya pengumpulan sampah tidak banyak menemui kesulitan. Pada

tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong sampah, bak sampah, peti

kemas sampah, gerobak dorong maupun tempat pembuangan sementara

(TPS/Depo). Untuk melakukan pengumpulan (tanpa pemilihan), umumnya

melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap periode waktu

tertentu. Kendaraan pengumpul sampah yang melewati jalan-jalan raya

seharusnya memenuhi syarat (Tchobanoglous,et al., 1993) sebagai berikut :

a. Pengangkutan sampah harus dengan biaya yang seminimal mungkin

b. Sampah harus ditutup selama proses pengangkutan

c. Kenderaan harus didesain untuk lalu lintas jalan raya

d. Kapasitas kendaraan tidak boleh melebihi batas beban yang diizinkan

Pengumpulan sampah menurut SNI 3242 : 2008dilakukan dengan

beberapa pola sebagai berikut :

a. Pola individual langsung (door to door) adalah kegiatan pengambilan sampah

dari rumah-rumah/sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat

pembuangan akhir tanpa melalui kegiatan pemindahan.

b. Pola individual tidak langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari

masing-masing sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan untuk kemudian

diangkut ke tempat pembuangan akhir.

c. Pola komunal langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari masing-

masing titik komunal dan diangkut ke lokasi pembuangan akhir.

d. Pola komunal tidak langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari

masing-masing titik pewadahan komunal ke lokasi pemindahan untuk

diangkut selanjutnya ke tempat pembuangan akhir.

e. Pola penyapuan jalan adalah kegiatan pengumpulan sampah hasil penyapuan

jalan, khususnya untuk jalan protokol, lapangan parkir, lapangan rumput dan

lain-lain. Hasil penyapuan diangkut ke lokasi pemindahan untuk kemudian

10

Page 7: chapter2.pdf

diangkut ke TPA, penanganan dilakukan berbeda untuk setiap daerah sesuai

fungsi daerah yang dilayani.

Perencanaan pengumpulan harus memperhatikan hal-hal berikut :

1. Ritasi antara 1 -4 /hari.

2. Periode pengumpulan 1 hari, 2 hari atau maksimal 3 hari sekali, tergantung

dari komposisi sampah.

3. Mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan dipindahkan secara

periodik.Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah

sampah terangkut , jarak tempuh dan kondisi daerah.

2.4. Pemindahan Sampah

Stasiun pemindahan (transfer depo atau transfer station), dimana fungsinya

secara umum adalah sebagai tempat penampungan sementara atau TPS dan

tempat bertemunyakenderaan pengumpul dengan kendaraan pengangkut.. Tempat

pemindahan tersebut adalah transfer depo.

Jenis Transfer depo dapat dibedakan sebagai berikut:

- Transfer depo type I (Luas 200 M2)

- Transfer depo type II (Luas 100-200 M2)

- Transfer depo tipe III (Luas 50 M2)

Transfer depo tipe I dan II diperuntukan untuk daerah pemukiman dengan radius

pelayanan ± 500 M sedangkan transfer depo tipe III lebik baik digunakan untuk

daerah komersial atau komplek-komplek perumahan karena hanya membutuhkan

luas lahan yang relatif lebih sedikit. Ketidakberhasilan penggunaan transfer depo

saat ini umumnya karena pemilihan lokasi yang tidak tepat (jauh dari

pemukiman). Berikut jenis dan jumlah tempat Pemindahan Sampah yang dimiliki

Pemerintah Kota Mataram pada tabel 2.3.

Tabel 2.3.Jenis dan Jumlah Tempat Pemindahan SampahKota Mataram

No. Tempat Pemindahan Jumlah (Unit) 1 TPS 104

2 Transfer Depo 9

3 Transfer Station (Kontainer) 68

Sumber : Dinas Kebersihan Kota Mataram, 2010

11

Page 8: chapter2.pdf

Gambar 2. 2. Peta jalur penyapuan, lokasi transfer depo dan lokasi Container se-

Kota Mataram

2.5. Pengangkutan Sampah

Pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa sampah dari lokasi

pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju ke tempat pembuangan

akhir.Metode pengangkutan sampah tergantung dari pola pengumpulan sampah

yang digunakan, yaitu meliputi pengangkutan sampah pada sistem

pengumpulan dengan pola individual langsung dari tempat pemindahan

(transper depo), dari tempat pengumpulan dengan kontainer atau tempat

penampungan komunal sampai ke tempat pembuangan akhir (TPA).

(SNI 19-2454-2002).

12

Page 9: chapter2.pdf

Tahapan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan

berupa alat transportasi tertentu menuju ketempat pembuangan akhir atau

pengolahan. Pada tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada priode waktu

tertentu mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara ketempat

pembuangan akhir.

Stasiun pemindahan (transfer depo atau transfer station), dimana

fungsinya secara umum adalah sebagai tempat penampungan sementara atau

TPS dan tempat bertemunya kenderaan pengumpul dengan kenderaan

pengangkut. Elemen pendukung utama dalam sistem pengangkutan sampah

adalah elemen jalan dan elemen transportasi. Elemen jalan merupakan

prasarana yang menyediakan piranti keras dalam infrastruktur yang

mendukung sistem pengangkutan sampah. Sedangkan elemen transportasi

merupakan sarana yang menyediakan piranti lunak yang menyertai elemen

jalan.

Permasalahan yang dihadapi, dalam pengangkutan sampah adalah

sebagai berikut (SNI 3242 : 2008) :

1. Penggunaan waktu kerja yang tidak efisien.

2. Penggunaan kapasitas muat kendaraan yang tidak tepat.

3. Rute pengangkutan yang tidak sesuai.

4. Tingkah laku petugas.

Pola pengangkutan sampah menurut (SNI 19-2454-2002).antara lain :

1. Pola pengangkutan sampah dengan sistem pengumpulan individual langsung

(door to door).

2. Sistem pemindahan/transfer depo.

3. Sistem pengosongan kontainer, yang terdiri dari :

Sistem kontainer angkat (hauled container system), dan

Sistem kontainer tetap (stationary container system)

2.5.1. Pola Pengangkutan Sampah Dengan Sistem Pengumpulan Individual

Langsung (Door To Door)

Pola pengangkutan dengan sistem ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Truk pengangkut sampah dari pool menuju titik sumber sampah pertama

untuk mengambil sampah;

13

Page 10: chapter2.pdf

b. Selanjutnya mengambil sampah pada titik-titik sumber sampah berikutnya

sampai truk penuh sesuai dengan kapasitasnya;

c. Selanjutnya diangkut ke TPA;

d. Setelah pengosongan di TPA, truk menuju ke lokasi sumber sampah

berikutnya sampai terpenuhi ritasi yang telah ditetapkan. Selengkapnya dapat

dilihat pada Gambar 2.3.

1.5.2 Sistem Pemindahan/Transfer Depo

Pada sistem ini pengangkut dari pool langsung menuju lokasi

pemindahan di transfer depo tipe I dan II untuk mengangkut sampah ke TPA.

Dari TPA kendaraan tersebut kembali ke transfer depo untuk pengambilan pada rit

berikutnya, sebagaimana Gambar 2.4. berikut :

Pengangkutan sampah Kembali ke transfer depo untuk ritasi berikutnya

Gambar 2.4. Pola Pengangkutan Sistem Transfer Depo (SNI 19-2454-2002)

Gambar 2.3 Pola Pengangkutan Sampah dengan Sistem Pengumpulan Individual Langsung

(SNI 19-2454-2002)

TPA

Dump Truck

Compactor Truck POOL

Transfer depo Tipe I dan II

Pool Kendaraan

TPA

14

Page 11: chapter2.pdf

1.5.3 Sistem Pengosongan Kontainer

1.5.3.1 Sistem Kontainer Angkat (Hauled Container System)

Pola pengangkutan dapat dibedakan berdasarkan sistem operasional

yang dilakukan, menurut SNI 19-2454-2002 terdapat tiga tipe Hauled-Container

System (HCS) yaitu :

a. Sistem kontainer angkat cara 1

Pada sistem ini kendaraan tanpa kontainer berangkat dari pool menuju

lokasi kontainer isi pertama, untuk mengambil dan mengangkut sampah ke TPA.

Kontainer yang sudah kosong dikembalikan ke lokasi semula selanjutnya

kendaraan menuju kontainer isi berikutnya untuk mengangkut dan membuang

sampah ke TPA. Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula, demikian

seterusnya sampai ritasi terakhir. Setelah mengembalikan kontainer kosong

terakhir kendaraan kembali ke pool.

Sistem kontainer cara 1 ini dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Isi Kosong

4 7

1 2 3 5 6 8 9

Gambar 2.5. Sistem Kontainer Angkat Cara 1

(SNI 19-2454-2002)

b. Sistem kontainer angkat cara 2

Pada sistem ini kendaraan tanpa kontainer berangkat dari pool menuju

lokasi kontainer isi pertama, untuk mengambil dan mengangkut sampah ke TPA.

Dari TPA kendaraan dengan kontainer yang sudah kosong menuju kontainer isi

berikutnya untuk menurunkan kontainer kosong dan membawa kontainer isi

kedua untuk diangkut ke TPA, seterusnya sampai ritasi terakhir. Sebelum

kendaraan menuju pool terlebih dahulu meletakkan kontainer kosong terakhir

pada lokasi kontainer pertama. Sistem ini diberlakukan pada kondisi tertentu

TPA

dari pool

ke pool

15

Page 12: chapter2.pdf

(misalnya pengambilan pada jam tertentu atau mengurangi kemacetan lalulintas).

Sistem kontainer cara 2 ini dapat dilihat pada Gambar 2.6

Isi Kosong Isi Kosong Isi

Gambar 2.6. Sistem Kontainer Angkat Cara 2

(SNI 19-2454-2002)

c. Sistem kontainer angkat cara 3

Pada sistem ini kendaraan dari pool membawa kontainer kosong menuju

lokasi kontainer isi pertama, menurunkan kontainer kosong dan membawa

kontainer isi untuk diangkut ke TPA. Dari TPA kendaraan dengan kontainer yang

sudah kosong menuju lokasi kontainer isi berikutnya untuk menurunkan kontainer

kosong dan membawa kontainer isi kedua untuk diangkut ke TPA. Demikian

seterusnya sampai rit terakhir. Terakhir kendaraan menuju pool dengan membawa

kontainer kosong. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Kosong Isi

Gambar 2.7. Sistem Kontainer Angkat Cara 3 (SNI 19-2454-2002)

ke lokasi pertama

POOL

TPA

1 2 3 4 5 6 7 8

TPA Pool

1 2 3 4 5 6

7

16

Page 13: chapter2.pdf

Waktu dan jumlah ritasi yang dapat dilakukan kendaraan sampah per

hari dapat dihitung dengan persamaan (Tchobanoglous, etal., 1993) :

THCS = PHCS + S + h ....................................................................................... (2.1)

Dimana :

THCS = Waktu per trip dari sistem kontainer bergerak (jam/trip)

PHCS = Waktu untuk menuju lokasi berikut setelah meletakkan kontainer kosong

dilokasi sebelumnya, waktu mengambil kontainer penuh dan waktu

mengembalikan kontainer kosong

S = Waktu terpakai dilokasi untuk menunggu dan membongkar sampah

di TPA, jam/trip.

h = waktu perjalanan menuju TPA dari lokasi kontainer

Untuk hauled container system nilai PHCS dan S relatif konstan, tetapi

waktu perjalanan dari TPS ke TPA tergantung pada jarak dan kecepatan yang

ditempuh oleh kendaraan. Nilai h dapat ditentukan dari persamaan berikut :

h = a + bx ...................................................................................................(2.2)

dimana :

h = haul time constant, jam/trip

a,b = konstanta, bersifat empiris, a ( jam/trip) dan b ( jam/km )

x = jarak rata – rata lokasi container/TPS ke TPA, km/trip

Dengan demikian didapat persamaan :

THCS = PHCS + s + a + bx …………….………...……………................... (2.3)

Waktu pickup per trip ( PHCS ) untuk hauled container system dirumuskan sebagai

berikut :

PHCS = Pc + Uc + dbc ………………………………………............... (2.4)

Dimana :

Pc = waktu loading sampah ke truk (jam/trip)

Uc = waktu unloading sampah ke truk (jam/trip)

dbc = waktu tempuh antara kontainer (jam/trip)

Jumlah trip per hari : Nd = { H ( 1 – W ) – ( t1 + t2 ) } / THCS…...................... (2.5)

17

Page 14: chapter2.pdf

Dimana :

Nd = jumlah trip ( trip/hari )

H = waktu kerja per hari ( jam/hari )

W = faktor waktu nonproduktif ( waktu untk checking pagi dan sore,

perbaikan dan hal tak terduga lainnya diperkirakan )

t1 = waktu dari pool ke lokasi pertama ( jam )

t2 = waktu dari lokasi terakhir ke pool ( jam )

1.5.3.2. Sistem Kontainer Tetap (Stationery Container System)

Pola pengangkutan dengan sistem kontainer tetap biasanya untuk

kontainer kecil serta alat angkut berupa truk pemadat atau dump truk atau truk

biasa. Sistem kontainer tetap merupakan sistem pengangkutan sampah dimana

kontainer yang digunakan sebagai wadah sampah bersifat permanen, yaitu tidak

berpindah lokasi kecuali disaat unloading. Kendaraan dari pool menuju kontainer

pertama, sampah dituangkan kedalam truk dan meletakan kembali kontainer yang

kosong. Kendaraan menuju lokasi berikutnya sampai truk penuh untuk kemudian

langsung membuang sampah ke TPA. Demikian seterusnya sampai dengan rit

terakhir. Kendaraan yang digunakan berupa compactor truck dan dump

truck.Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8. Stationery Container System (SCS)

Menurut Tchobanoglous, et all, 1993, waktu dan jumlah ritasi yang

dapat dilakukan kendaraan sampah perhari dapat ditentukan dengan persamaan

sebagai berikut :

a. Pengumpulan Mekanis

Untuk cara pengumpulan mekanis, waktu trip dapat dihitung dengan

persamaan :

Tscs = Pscs + s + a + b x ……………….……………………………... (2.6)

Kontainer

TPA

POOL

18

Page 15: chapter2.pdf

Dimana :

Pscs = waktu yang diperlukan untuk memuat sampah dari lokasi pertama

sampai lokasi terakhir (jam/trip)

s = waktu terpakai dilokasi untuk menunggu dan membongkar sampah di

TPA

a,b = konstanta, bersifat empiris, a (jam/trip) dan b (jam/km)

x = jarak rata-rata TPA ke TPS, km/trip

Pscs = Ct.uc + (np – 1). dbc ………………….…………………………..…(2.7)

Dimana :

Ct = jumlah kontainer dikosongkan per trip, kontainer/trip

Uc = waktu rata-rata mengosongkan kontainer, jam/kontainer

np = jumlah lokasi kontainer per trip

dbc = waktu rata-rata antar lokasi kontainer, jam/lokasi

Ct = v r / cf ………………….………………………..............................… (2.8)

Dimana :

V = volume alat angkut, m3/trip

r = ratio pemadatan

c = volume kontainer, m3/kontainer

f = faktor penggunaan berat kontainer

Jumlah trip per hari dapat dihitung dengan rumus :

Nd = Vd / v r ………………….…………………………….................. ...…(2.9)

Dimana :

Nd = jumlah trip per hari

Vd = jumlah sampah per hari, m3/hari

Dari jumlah trip per hari, maka waktu sebenarnya yang dibutuhkan :

H = [ (t1 + t2)+ Nd. Tscs] / (1 – W)……………….………………….…… (2.10)

Dimana :

H = waktu kerja per hari, jam/hari

t1 = waktu dari garasi ke lokasi pertama, jam

t2 = waktu dari lokasi terakhir ke garasi, jam

19

Page 16: chapter2.pdf

b. Pengumpulan Manual

Jika menggunakan pengumpulan manual, maka jumlah lokasi yang dapat

dikumpulkan dalam 1 trip dihitung dengan persamaan :

Np = 60 Pscs n/tp ………………….…………..........................………. (2.11)

Dimana :

Np = jumlah lokasi per trip, lokasi per trip

60 = faktor konfersi jam ke menit.

n = jumlah pengumpul.

tp = waktu pengambilan per lokasi

Jumlah volume sampah yang dapat terangkut per trip dapat dihitung dengan

rumus :

V =rNp Vp. ................................................................................................(2.12)

Dimana :

V = volume yang dapat dikumpulkan per trip

Vp = volume sampah yang terkumpul per lokasi TPS

Np = jumlah lokasi TPS

r = faktor pemadatan

20

Page 17: chapter2.pdf

Gambar 2.9. Peta jalur pelayanan pengangkutan sampah se-Kota Mataram

2.6 Peralatan Pengangkutan

Peralatan dan perlengkapan kendaraan pengangkutan sampah harus

memenuhi persyaratan-persyaratan (SNI 19-2454-2002). Persyaratan alat

pengangkut yaitu :

1. Alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup sampah , minimal

dengan jaring;

2. Tinggi bak maksimum 1,6 m;

3. Sebaiknya ada alat ungkit;

4. Kapasitas disesuaikan dengan kelas jalan yang akan dilalui;

5. Bak/truk dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah.

Jenis peralatan dapat berupa :

1. Truk (ukuran besar atau kecil);

2. Dump truk/tipper truk;

3. Arm roll truk;

21

Page 18: chapter2.pdf

4. Truk pemadat;

5. Truk dengan crane;

6. Mobil penyapu jalan

2.7 Pembiayaan Pengelolaan Sampah

Aspek pembiayaan, dalam banyak hal seringkali menjadi faktor dominan

untuk berjalannya suatu kegiatan. Demikian halnya dengan proses pengelolaan

sampah. Dalam SNI3242 : 2008 yang mengatur tata cara pengelolaan sampah di

permukiman, memperkirakan perbandingan pembiayaan dari total pengelolaan

sampah yaitu :

- Biaya pengumpulan 20 - 40 %

- Biaya pengangkutan 40 -60 %

- Biaya pembuangan akhir 10 – 30 %

Dalam kegiatan pengangkutan sampah, dapat diklasifikasikan struktur

pembiayaan pengangkutan sampah sebagai berikut :

a. Biaya investasi, yang meliputi:

- Biaya pengadaan sarana/peralatan.

- Biaya pembuatan studi pengangkutan sampah.

- Biaya penyusunan sistem/prosedur.

- Biaya ”start up” atau suntikan dan saat penerapan sistem baru.

- Biaya pendidikan dan latihan awal.

b. Biaya operasional dan pemeliharaan, yang meliputi :

- Gaji dan upah karyawan/pekerja.

- Biaya transportasi (bahan bakar, oli, accu, dll)

- Biaya pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana.

- Biaya utilitas lain seperti listrik, air bersih, telepon, dll.

- Biaya administrasi.

- Biaya pendidikan dan latihan tenaga sumber daya manusia.

Retribusi merupakan faktor yang juga mempengaruhi dalam aspek pembiayaan

pengelolaan sampah, dimana besaran tarif retribusi ditentukan berdasarkan pada :

- Biaya pengelolaan

- Kemampuan subsidi dari pemerintah daerah

22

Page 19: chapter2.pdf

- Kemampuan masyarakat

- Prinsip cross subsidi

- Klasifikasi wajib retribusi

- Pembobotan yang memadai

Sedangkan untuk pelaksanaan penarikan retribusi harus dilakukan pengaturan

terhadap:

- Sistem pengendalian pemungutan yang efektif.

- Wilayah penagihan dan pelaksanaan penagihan.

- Publikasi pemberlakuan struktur tarif.

- Upaya peningkatan efisiensi penagihan.

2.8 Kelembagaan Pengelola Sampah

Struktur organisasi pengelola sampah harus memiliki beban kerja yang

seimbang dan masing-masing bagian menggambarkan aktifitas utama dalam

pengelolaan sampah khususnya pengangkutan sampah.Organisasi harus memiliki

sumber daya manusia yang dapat diandalkan dalam hal manajemen pengelolaan

sampah dan teknis pengangkutan sampah.Dalam PerMen PU No. 21 Tahun 2006

(KSNP-SPP) disebutkan bahwa salah satu misi dalam bidang persampahan adalah

meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan dalam

sistempengelolaan persampahan sesuai dengan prinsip good and cooperate

governance, yang berupa :

a. Penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik dalam

pengelolaanpersampahan.

b. Penyelenggaraan pengelolaan persampahan yang transparan, partisipatif, serta

akuntabel dalam pengelolaannya.

c. Pelibatan semua stakeholder dalam pengelolaan persampahan.

d. Pengelolaan persampahan secara efektif, efisien, dan profesional.

e. Penguatan kelembagaan dengan penyesuaian struktur dan kewenangan

kelembagaan pengelola persampahan.

Institusi pengelola persampahan perlu meningkatkan diri secara terus

menerus dengan melakukan evaluasi kinerja pengelolaan sehingga dapat

23

Page 20: chapter2.pdf

diidentifikasiberbagai kelemahan yang ada dan melakukan upaya-upaya

peningkatan yang terarah

2.9 Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan alat (tool) yang dapat dipakai untuk analisis

kualitatif. SWOT dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis

berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan langkah-langkah yang dapat

dilakukan pemerintah dalam mengelola daerahnya. Analisis ini dapat didasarkan

pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths)dan peluang

(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(weakness) dan ancaman (threats).

Proses pengambilan keputusan selalu terkait dengan pengembangan

misi, tujuan, strategi dan kebijakan, dengan demikian penentuan langkah-langkah

pengelolaan dalam organisasi harus menganalisis faktor pengaruh yang ada.

Analisis SWOT dilakukan dengan membandingkan antara faktor eksternal

peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan.Untuk

penilaian SWOT digunakan pembobotan dengan peringkat atau klasifikasi, untuk

itu digunakan pembobotan dengan skala 1 sampai dengan 5, berdasarkan

ketentuan sebagai berikut:

- Nilai 5 : menyatakan pengaruh sangat kuat

- Nilai 4 : menyatakan pengaruh kuat

- Nilai 3 : menyatakan pengaruh cukup kuat

- Nilai 2 : menyatakan pengaruh kurang kuat

- Nilai 1 : menyatakan pengaruh tidak kuat

Hasil pembobotan ditempatkan dalam sebuah matrik faktor strategis internal-

eksternal sehingga diperoleh diagram analisis SWOT seperti terlihat pada Gambar

2.10.

24

Page 21: chapter2.pdf

Analisis Lingk.Eksternal

Gambar 2.10. Diagram Analisis SWOT ( Rungkuti, 2004)

Untuk mendukung hasil diagram analisis SWOT dilakukan juga analisis matrik

SWOT seperti pada Tabel 2.4 Matrik SWOT dapat digunakan untuk menentukan

langkah-langkah strategi yang harus dilakukan untuk meningkatkan pelayanan

pengumpulan dan pengangkutan sampah.

Tabel 2.4. MatrikSWOT

Strength ( S ) Weakness ( W )

Opportunities ( O )

Strategi ( SO ) Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi ( WO ) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threath ( T )

Strategi ( ST ) Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi ( WT ) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, 2004

Analisis Lingk. Internal

Kelemahan ( W )

Kwadran I Langkah (SO)

Kwadran II Langkah (ST)

Kwadran IV Langkah (WO)

Kwadran III Langkah (WT)

Kekuatan ( S )

Peluang (O) Ancaman (T )

25

Page 22: chapter2.pdf

Keterangan:

• Strategi SO : Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh

kekuatanuntuk membuat peluang sebesar-besarnya.

• StrategiST : Strategi dalam menggunakan kekuatan untuk mengatasi

ancaman.

• Strategi WO : Strategi berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada.

• StrategiWT : Strategi didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive

dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta

menghindari ancaman.

26