bronkiolitis-bronkopneumonia
TRANSCRIPT
Nama: Karunia
NIM: 0920221196
PERBEDAAN BRONKIOLITIS DAN BRONKOPNEUMONIA
PERBEDAAN BRONKIOLITIS BRONKOPNEUMONIA
Definisi Infeksi virus akut saluran
pernapasan bawah yang
menyebabkan obstruksi
inflamasi bronkiolus
Peradangan pada parenkim
paru yang terlokalisir yang
biasanya mengenai
bronkiolus dan juga
mengenai alveolus
disekitarnya
Epidemiologi
Musim Dingin, epidemik pada
musim semi awal.
Lebih sering saat dingin,
dapat terjadi kapan saja
Usia Bayi Biasanya <5 tahun
Etiologi RSV, parainfluenza, virus
influenza, adenovirus,
rhinovirus, M.pneumoniae
RSV, campak, varisela
zooster, parainfluenza,
influenza, adenovirus,
Streptococcus pneumoniae,
S.aureus, M.tuberculosis
Faktor risiko - jenis kelamin laki-laki
- status sosial ekonomi
rendah
- jumlah anggota
keluarga yang besar
- perokok pasif
- rendahnya antibodi
maternal terhadap RSV
- bayi yang tidak
mendapatkan air susu
ibu (ASI)
- Bayi dan anak kecil
lebih rentan terhadap
penyakit ini karena
respon imunitas
mereka masih belum
berkembang dengan
baik.
- orang tua dan orang
yang lemah akibat
penyakit kronik
tertentu.
- pasien peminum
alkohol, pasca bedah,
dan penderita penyakit
pernafasan kronik atau
infeksi virus
Masa inkubasi 2-5 hari 9-21 hari (rata-rata 12 hari)
Patogenesis Bronkiolitis akut ditandai
dengan obstruksi bronkiolus
yang disebabkan oleh edema
dan kumpulan mukus dan
oleh invasi bagian-bagian
bronkus yang lebih kecil oleh
virus. Karena tahanan/
resistensi terhadap aliran
udara didalam saluran
besarnya berbanding terbalik
dengan radius/ jari-jari
pangkat empat, maka
penebalan yang sedikit sekali
pun pada dinding bronkiolus
bayi dapat sangat
mempengaruhi aliran udara.
Tahanan pada saluran udara
kecil bertambah selama fase
inspirasi dan ekspirasi,
namun karena selama
ekspirasi jalan nafas menjadi
lebih kecil, maka hasilnya
adalah obstruksi pernafasan
katup yang menimbulkan
udara terperangkap dan
Pneumokokus umumnya
mencapai alveoli lewat
percikan mukus atau saliva.
Lobus bagian bawah paru-
paru paling sering terkena
karena efek gravitasi. Setelah
mencapai alveoli, maka
pneumokokus menimbulkan
respon yang khas terdiri dari
empat tahap yang
berurutan:
a. Kongesti (24 jam pertama)
: Merupakan stadium
pertama, eksudat yang kaya
protein keluar masuk ke
dalam alveolar melalui
pembuluh darah yang
berdilatasi dan bocor,
disertai kongesti vena. Paru
menjadi berat, edematosa
dan berwarna merah.
b. Hepatisasi merah (48 jam
berikutnya) : Terjadi pada
stadium kedua, yang
overinflasi. Atelektasis dapat
terjadi ketika obstruksi
menjadi total dan udara yang
terperangkap diabsorbsi.
Proses patologis menggangu
pertukaran gas normal di
dalam paru. Perfusi ventilasi
yang tidak seimbang
mengakibatkan hipoksemia,
yang terjadi pada awal
perjalanannya. Retensi
karbondioksida (hiperkapnia)
biasanya tidak terjadi kecuali
pada pasien yang terkena
berat. Makin tinggi frekuensi
pernapasan melebihi
60/menit; selanjutnya
hiperkapnia berkembang
menjadi takipnea.
berakhir setelah beberapa
hari. Ditemukan akumulasi
yang masif dalam ruang
alveolar, bersama-sama
dengan limfosit dan
magkrofag. Banyak sel darah
merah juga dikeluarkan dari
kapiler yang meregang.
Pleura yang menutupi
diselimuti eksudat fibrinosa,
paru-paru tampak berwarna
kemerahan, padat tanpa
mengandung udara, disertai
konsistensi mirip hati yang
masih segar dan bergranula
(hepatisasi = seperti hepar).
c. Hepatisasi kelabu (3-8
hari) : Pada stadium ketiga
menunjukkan akumulasi
fibrin yang berlanjut disertai
penghancuran sel darah
putih dan sel darah merah.
Paru-paru tampak kelabu
coklat dan padat karena
leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi di
dalam alveoli yang terserang.
d. Resolusi (8-11 hari) : Pada
stadium keempat ini,
eksudat mengalami lisis dan
direabsorbsi oleh makrofag
dan pencernaan kotoran
inflamasi, dengan
mempertahankan arsitektur
dinding alveolus di
bawahnya, sehingga jaringan
kembali pada strukturnya
semula.
Gejala prodromal saluran
pernapasan atas
Ada Sering tidak ada
Demam Derajat rendah (subfebris) Tinggi (39°-40°C)
Toksisitas Biasanya ringan Jelas
Retraksi Ada , intercostal dan
suprasternal
Tidak ada
Palpasi thorax Vocal fremitus menurun Vocal fremitus yang
meningkat pada sisi yang
sakit
Perkusi paru Hipersonor Sonor memendek sampai
beda
Mengi Ada Biasanya tidak ada
Auskultasi Mengi difus dengan ronkhi Ronkhi atau konsolidasi lokal
Hitung leukosit Normal atau sedikit
meningkat
Meningkat
Hitung jenis leukosit Normal/ limfositik Neutrofilik
Analisa gas darah Gambaran analisis gas darah
akan menunjukkan
hiperkapnia, karena
karbondioksida tidak dapat
dikeluarkan, akibat edem
dan hipersekresi bronkiolus.
Gambaran analisis gas darah
menunjukkan hipoksemia
dan hiperkarbia. Pada
stadium lanjut dapat terjadi
asidosis metabolik.
Rontgen thoraks
Hiperinflasi Ada Tidak ada
Abses atau efusi pleura Tidak ada Mungkin ada
Kultur darah Negatif Mungkin positif
Komplikasi Gagal napas, serangan
apnea, pneumonia bakterial
sekunder, mengi rekuren,
bronkiolitis obliterans
Abses, kavitas, pneumatokel,
efusi pleura, empiema,
bakteremia, abses
metastastik, meningitis.
Pengobatan Oksigen yang dilembabkan,
nutrisi oral, nebulisasi
ribavirin pada pasien yang
mungkin mengalami
penyakit berat (bayi < 2
bulan, prematur)
Oksigen yang dilembabkan,
sefotaksim IV saja atau
dengan klaritromisin IV