bakri di tanjungpinang - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2392/1/desta...
TRANSCRIPT
1
Bakri Di Tanjungpinang
Desta Lestari1, Nanik Rahmawati
2, Tri Samnuzulsari
3
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Maritim
Raja Ali Haji
Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana rasionalitas masyarakat Batak
dalam memilih pekerjaan sebagai Bakri di Kota Tanjungpinang. Bakri merupakan
singkatan dari beberapa istilah yaitu Batak kredit ataupun Bank koperasi, namun
masyarakat kota Tanjungpinang mengistilahkan Bakri sebagai Batak kredit
disebabkan mayoritas yang bekerja sebagai Bakri merupakan masayarakat Batak.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dengan tipe deskriptif serta
menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara mendalam, observasi dan
dokumentasi. Informan penelitian terdiri dari empat informan sebagai Bakri, tiga
informan sebagai nasabah Bakri, dan dua informan dari tokoh pemerintah. Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data
dan kesimpulan. Hasil penelitian ini yaitu Bakri yang mayoritas bekerja merupakan
kalangan dari masyarakat Batak pendatang dari luar daerah. Masyarakat Kota
Tanjungpinang memberikan istilah untuk masyarakat yang bekerja sebagai tempat
penyedia pinjaman dengan memiliki bunga 20%, meskipun yang menjadi Bakri
bukan hanya orang Batak namun dilihat dari mayoritas yang pada akhirnya
pengistilahan khas tersebut muncul. Pilihan rasional masyarakat Batak mempunyai
rasionalitas dalam memilih pekerjaan sebagai Bakri yaitu terdapat nilai-nilai yang
dijadikan pedoman individu tersebut seperti nilai merantau, nilai kepercayaan serta
nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Batak, seperti etos kerja
masyarakat Batak. Pilihan rasionalitas lainnya adalah terdapatnya perilaku kolektif
serta potensi pengalaman kerja yang dimiliki oleh masyarakat Batak.
Kata Kunci : Rasionalitas, Nilai
2
A. PENDAHULUAN
Pekerjaan merupakan aktifitas yang dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Masyarakat dituntut untuk dapat memilih pekerjaan sesuai keahliannya agar apa yang
dipilih dapat bermanfaat bagi dirinya. Namun ada jenis pekerjaan yang dipilih oleh
beberapa masyarakat, dimanfaatkan untuk meraih keuntungan yang besar.
Masyarakat umum memberikan nama untuk individu yang bekerja tersebut dengan
istilah rentenir. Rentenir merupakan jasa peminjaman uang dengan jumlah bunga
yang cukup tinggi. Individu yang menajdi rentenir tergabung dari beberapa suku
seperti Jawa, Batak, Melayu, Bugis, Ambon serta suku lainnya. Menurut Wijaya
(1999:413) dalam buku lembaga-lembaga keuangan dan bank menjelaskan bahwa
rentenir merupakan usaha perorangan yang memberikan keredit berupa uang tunai
dengan sumber dana yang berasal dari modal sendiri serta mempunyai tingkat suku
bunga 20% hingga 50%.
Ada keunikan terletak pada suku Batak, dikarenakan jumlah yang paling
dominan menjadi rentenir. Dari sisi pengistilahanpun, suku Batak mempunyai
pengistilahan yang khas dibandingkan dengan yang lainnya. Suku tersebut memiliki
istilah khasnya yang disebut Bakri (Batak Kredit). Bukan hanya masyarakat Batak
saja yang menjadi rentenir namun suku-suku lainnya seperti Jawa, Bugis, Melayu dan
ada beberapa suku lainnya yang ikut berpartisipasi dalam pekerjaan tersebut, namun
masyarakat dengan mayoritas masyarakat Batak yang bekerja sebagai Bakri yang
pada akhirnya terciptalah sebuta khas Bakri tersebut. Para Bakri menyediakan jasa
modal dengan cara mengkredit dan untuk membayarnya masyarakat harus menyicil
perhari dan perbulan. Namun sayangnya usaha yang berjenis bank keliling atau
3
koperasi keliling dengan sistem harian masih belum berbadan hukum, jika
dibandingkan dengan sistem bulanan yang sudah memiliki badan hukum. Bunga yang
ditawarkan para bakri sistem harian tidak tanggung besarnya jika dibandingkan
dengan lembaga yang sudah berbadan hukum. Bunga yang ditawarkan oleh Bakri
berjumlah 20%.
Namun dengan jumlah bunga tersebut bertentangan dengan tujuan Koperasi
dalam Undang-undang No. 25 Tahun 1992, yang menyatakan bahwa koperasi
bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan pada
masyarakat umumnya serta ikut membangun tahanan perekonomian nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila
dan Undang-undang Dasar 1945. Jumlah bunga yang diterapkan oleh koperasi yang
sudah sah secara hukum jumlah bunga 7%. (Koperasi & UKM, No.01 Maret 2017,
diakses pada tanggal 02 April 2018). Berdasarkan perbedaan Bakri dengan koperasi
yang mempunyai badan hukum dapat terlihat dari tabel dibawah ini :
Tabel A
Perbedaan Koperasi Legal dan Bakri
Koperasi Legal Bakri
Mempunyai Anggota Sekurang-
kurangnya 20 orang
Tidak ada anggota
Mempunyai akta dan mendaftarkan ke
pihak terkait yang nantinya akan
mendapatkan badan ukum
Hanya mempunyai akta dari luar kota
Tanjungpinang dan sebagian tidak
mempunyai akta notaris
Mempunyai simpanan di koperasi Tidak mempunyai simpanan
Anggota yang dapat meminjam harus
menjadi anggota koperasi selama 3
Bulan
Tidak ada anggota
Penetapan jumlah bunga harus melewati
rapat anggota
Menentukan bunga secara sepihak yaitu
20%
Membayar iuran pinjaman dikoperasi
bersangkutan
Tidak boleh membayar di kantor/rumah,
akan ada penjemputan dirumah peminjam
4
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Koperasi Mikro Kota Tanjungpinang
Bakri di kota Tanjungpinang memiliki perbedaan dengan sistem kerja yang
rentenir. Bakri yang ada di Tanjungpinang mengaku bahwasanya tidak pernah
menambah jumlah bunga yang sudah ditetapkan jika nasabah belum bisa membayar,
berbeda halnya dengan rentenir berdasarkan pengakuan salah satu Bakri, rentenir
akan menjumlahkan bunga jika nasabah tidak dapat membayar tagihannya. Jika
dilihat dari sisi aturan agama, agama manapun melarang pekerjaan yang mengandung
Riba. Bukan hanya dikalangan agama islam, namun pada agama seperti Budha dan
Kristen pun melarang adanya praktik Riba. Pada penelitian Nafik yang berjudul
“Benarkah bunga Haram? Pebandingan Sistem Bunga dengan Bagi Hasil dan
Dampaknya Pada Perekonomian.” (2009) menjelaskan bahwa dikalangan pendeta
Kristen penerapan konsep bunga adalah dilarang, sedangkan dikalangan agama
Budha, riba dianggap sebagai perbuatan yang menjijikkan dan bertentangan dengan
nilai-nilai persaudaraan dalam masyarakat.
Memilih Bakri sebagai pekerjaan tentunya mempunyai nilai sehingga profesi
Bakri diminati oleh masyarakat suku Batak. Adanya ketertarikan peneliti terhadap
Bakri, bahwa suku Batak yang banyak menjadi Bakri, sehingga peneliti ingin melihat
rasionalitas mereka terhadap memilih pekerjaan sebagai Bakri. Melihat fenomena
tersebut bahwa ada hal yang menarik untuk peneliti menjadikan sebuah penelitian
yang berjudul “Bakri Dan Rasionalitasnya (Studi Tentang Masyarakat Batak Dalam
Memilih Pekerjaan Sebagai Bakri Di Kota Tanjungpinang).
5
B. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. yaitu sumber deskripsi
yang luas berlandaskan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang
terjadi dalam lingkungan setempat. Teknik pengumpulan data yang digunakan yang
digunakan oleh peneliti anatara lain : observasi, wawancara mendalam dan
dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan ialah pedoman wawacara, yang
menjadi fokus penelitian bagaimana rasionalitas masyarakat Batak dalam memilih
pekerjaan sebagai Bakri di Kota Tanjungpinang.
Penelitian ini dilakukan di Kota Tanjungpinang. Alasan memilih kota
Tanjungpinang sebagai lokasi penelitian adalah, ada hal berbeda dari tempat lainnya.
Bakri di Tanjungpinnang memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan kota yang
lain karena dibeberapa kota lainnya para Bakri tersebut akan menambahkan jumlah
bunga ketika dalam tempo yang harusnya sudah lunas tetapi tidak bisa melunaskan,
dan biasanya di kota lain Bakri atau biasa disebut rentenir yang memberikan
peminjaman hanya untuk yang mempunyai usaha tetap yang mempunyai gaji yang
jelas.
Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu berasal dari hasil wawancara
maupun pengamatan dilapangan. Data primer dalam penelitian ini adalah keberadaan
Bakri dikota Tanjungpinang, serta alasan memilih pekerjaan Bakri di kota
Tanjungpinang. Data primer yang ingin peneliti capai tentunya berkaitan dengan
permasalahan dalam penelitian.
Data sekunder merupakan data dari hasil rujukan jurnal-jurnal, hasil penenlitan
terdahulu serta dokumen-dokumen. Menurut Sugiyono (2014:137) sumber dari data
6
sekunder merupakan sumber yang tidak langsung yang dapat diberikan kepada
peneliti yang membutuhkan data tersebut. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu
penelitian terdahulu, skripsi, jurnal, SMS, serta berita yang dimuat dalam bentuk
media cetak.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bakri merupakan sebutan oleh masyarakat Tanjungpinang kepada masyarakat
Batak yang memiliki kepanjangan Batak kredit. Bakri memiliki sistem kerja dengan
meminjamkan uang kepada masyarakat yang sedang membutuhkan uang untuk
kebutuhan sehari-hari, maupun permodalan usaha dengan memiliki tingkat suku
bunga sebesar 20% dan menagihnya dengan cara pengkreditan, meskipun bukan
hanya masyarakat Batak saja yang bekerja dengan sistem tersebut namun diakui oleh
masyarakat Tanjungpinang bahwa istilah tersebut muncul disebabkan mayoritas yang
bekerja merupakan masyarakat Batak. Keberadaan Bakri ditengah-tengah masyarakat
memang saling menguntungkan satu sama lain, meskipun masyarakat yang
meminjam sadar ada kerugian yang diberikan oleh Bakri. Namun karena desakan
ekonomi, masyarakat menganggap bahwa tidak ada lagi tempat untuk meminjam
secara cepat. Hal ini juga disampaikan oleh beberapa informan seperti AM dan AN.
AM dan AN mengatakan bahwa tidak ada lagi tempat peminjaman yang paling
mudah kecuali meminjam kepada Bakri
Bakri yang ada di Kota Tanjungpinang merupakan masyarakat pendatang dari
luar daerah, sehingga terdapat nilai dan tujuan yang menjadi bekal ketika masyarakat
tersebut merantau. Adapun nilai-nilai yang dijadikan pedoman atau pegangan oleh
7
masyarakat Batak, sehingga menjadi rasionalitas masyarakat Batak dalam memilih
pekerjaan sebagai Bakri diKota Tanjungpinang seperti nilai merantau, kepercayaan,
dan nilai kearifan lokal. Adapun rasionalitas masyarakat Batak dalam memilih
pekerjaan sebagai Bakri, yaitu :
1. Nilai Merantau
Nilai merantau yang dimaksud yaitu nilai yang dibawa oleh individu
kemanapun oleh individu pergi yang dapat mendorong atau menentukan pilihan
tindakannya yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan perekonomian. Bakri
yang ada di kota Tanjungpinang mayoritas merupakan masyarakat pendatang.
Memilih kota Tanjungpinang sebagai tujuan atas dasar adanya ruang yang sudah
disediakan oleh Bakri sebelumnya yang menjadikan lahan atau lapangan
pekerjaan yang menarik untuk dapat meningkatkan perekonomian.
Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa informan seperti BA yang
mengaku diajak oleh kerabatnya serta pernyataan informan BB yang mengatakan
bahwa BB diajak oleh keluarganya yang juga bekerja sebagai Bakri dan akhirnya
BB juga merintis usaha dari awal, dengan melihat keuntungan-keuntungan yang
didapatkan oleh dari salah satu anggota keluarganya tersebut. Terdapatnya ruang
yang akan membuat jalan menjadi Bakri semakin terbuka ketika salah satu Bakri
memutuskan serta mengajak beberapa individu untuk bekerja dengannya maupun
sekedar untuk melihat aktifitas yang dilakukan terhadap pekerjaannya sebagai
Bakri.
Masyarakat Batak memilih pekerjaan Bakri terkait terdapatnya nilai merantau
ketika individu tersebut meninggalkan kampung halaman, mereka sudah
8
menanamkan didalam diri bahwa ketika pulang merantau nanti mereka akan
sukses dalam hal membawa uang yang banyak agar bisa dibagikan kesanak
saudara serta mengubah pandangan lingkungan agar perginya merantau tidak sia-
sia. Hal ini senada dengan pernyataan Coleman dalam teorinya pilihan rasiona
menjelaskan individu memilih pilihan atau bertindak berdasarkan tujuan tertentu
dan tujuan itu ditentukan oleh nilai.
2. Nilai Kearifan Lokal Dalam Etos Kerja Masyarakat Batak
Kearifan lokal merupakan identitas sebuah bangsa yang diidentikkan dengan
budaya. Kearifan lokal juga merupakan bagian dari budaya dari masyarakat
tersebut. Etos kerja budaya Batak yang sudah melekat kemanapun individu pergi.
Etos kerja masyarakat Batak didasari oleh semangat kerja yang diambil dari
sistem nilai budaya sekuler yang dapat menempatkan diri mereka berbagai posisi.
masyarakat Batak membuktikan rasa semangat kerja yang tinggi sesuai dengan
etos kerja yang dimiliki oleh masyarkat Batak. Apapun jabatannya tidak malu
untuk bekerja sebagai bawahan dan menempatkan diri sebagai pimpinan.
Hal inilah juga menjadi rasionalitas masyrakat Batak memilih pekerjaan
sebagai Bakri. Dengan ciri khas etos kerja yang mampu menjadikan pekerjaan
apapun dapat dilewati. Selain itu ada etos kerja masyarakat Batak bahwasanya
dalam semboyan “Habonaron Do Bona”yang berarti segala tindakan
berlandaskan kebenaran. Menurut masyarakat Batak memilih pekerjaan sebagai
Bakri, mempunyai anggapan bahwa apa yang mereka kerjakan mempunyai nilai
kebenaran. Pointnya yaitu membantu masyarakat yang lagi membutuhkan.
9
Mereka beranggapan bahwasanya dalam kehidupan sesama manusia wajib saling
membantu, apalagi individu tersebut memiliki kelebihan yang memang
dibutuhkan oleh masyarakat. Penetapan jumlah bunga 20% yang menjadi ciri
khas Bakri yang akan menjadikan modal selalu berlipat ganda, mempunyai
alasan tersendiri kenapa bunga yang ditawarkan bisa mencapai diatas rata-rata.
Tingginya bunga tersebut yang membuat masyarakat umum beranggapan
bahwasanya mereka melakukan hal yang menyalahi aturan agama maupun aturan
hukum. Namun hal ini dibantah oleh para Bakri, karena apa yang mereka berikan
sesuai dengan apa yang diterima.
3. Nilai Kepercayaan
Nilai kepercayaan yang selalu diberikan antara Bakri dan nasabah membuat
rasa untuk meminjam dan meminjam lagi semakin tinggi. Masyarakat yang
membutuhkan modal cepat beranggapan bahwa meminjam kepada Bakri
merupakan suatu peluang yang dianggap dapat menolong mereka. Tidak ada
tempat untuk meminjam yang cepat dan baik selain Bakri. Hanya butuh modal
kepercayaan antara sesama saja, apa yang dibutuhkan oleh nasabah dapat
terlaksana. Berbeda dengan tempat peminjam lainnya yang harus menggunakan
sertifikat rumah, agunan, harus sudah menikah dan sebagainya. Kepercayaan
sesama antara nasabah dan Bakri juga melewati proses seperti sebelum
melakukan transaksi, Bakri akan mensurvei tempat tinggal atau tempat usaha
calon nasabah. Setelah mensurvei barulah Bakri akan memberikan pinjaman
yang dibutuhkan oleh nasabah.
10
Hal tersebut dinyatakan oleh infroman SH, AM dan AN sebagai nasabah
Bakri. Namun yang terpenting terdapat percaya satu sama lain maka
problematika yang dirasakan oleh calon nasabah dapat berjalan dengan lancar
serta memperoleh pinjaman langsung dari Bakri. Contoh yang diceritakan oleh
informan AM mengatakan bahwa ketika AM ingin meminjam uang kepada Bakri
maka AM akan menghubungi langsung pihak Bakri, ketika sudah menghubungi
maka Bakri akan datang kerumah AM untuk bertanya langsung kepada AM.
Pertanyaan umum yang ditanyakan oleh Bakri yaitu kisaran jumlah pinjaman
yang AM butuhkan, serta Bakri akan bertanya tentang pekerjaan yang di lakukan
oleh AM. Hal ini dilakukan agar Bakri bisa memikirkan apakah jumlah pinjaman
yang diinginkan bisa disesuaikan dengan pekerjaan sehari-hari nasabah.
Modal kepercayaan dimanfaatkan oleh Bakri untung meraih keuntungan yang
bisa membuat nasabah memberikan apa yang ia inginkan. Seperti halnya
sebagian informan Bakri dalam penelitian ini mengatakan bahwa aturan yang
sebenarnya tidak ceritakan diawal ketika para nasabah meminjam namun akan
dibuat peraturan ketika nasabah tersebut sudah mulai susah membayar. Dengan
membuat perjanjian tulisan diatas kertas berisikan materai, hal ini pun yang
menjadi acuan Bakri mengantisipasi agar tidak menimbulkan kerugian.
Dari niai-nilai tersebut terdapat rasionalitas lainnya yang ditemukan dalam
penelitian ini, yaitu :
11
1. Perilaku Kolektif
Perilaku kolektif merupakan perilaku bersama yang melibatkan aktor lain
untuk mengambil alih sebagai dirinya. Perilaku kolektif juga dapat
mempengaruhi individu untuk bisa bersama-sama dalam terlibat dalam satu
kegiatan. Seperti yang dikatakan oleh Coleman bahwasanya perilaku kolektif
merupakan peralihan kontrol dari tindakan seseorang ke aktor lain yang
dilakukan secara unilateral atau secara sepihak namun bukan sebagai bagian dari
pertukaran. Perilaku kolektif jugalah yang memberikan kontribusi dalam
keberadaan yang kaitannya dalam penelitian ini masyarakat Batak yang bekerja
sebagai Bakri adalah keberadaan Bakri di tengah-tengah masyarakat yang
memberikan peluang atau ranah dan pada akhirnya memunculkan minat
masyarakat Batak menjadi Bakri.
Perilaku kolektif dalam penelitian adanya perpindahan tangan terhadap Bakri
satu dengan Bakri lainnya, ketika Bakri A tidak dapat meneruskan usahanya lagi
maka yang akan mengambil alih usaha tersebut yaitu Bakri B atau calon Bakri.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Coleman bahwasanya mengapa
orang secara unilateral mengalihkan kontrol tindakan mereka kepada orang lain,
ternyata dapat terjawab dalam teori pilihan rasional yang mengatakan bahwa
mereka melakukan pemindahan agar memaksimalkan keuntungan. Artinya dalam
pemindahan usaha Bakri A ke Bakri lainnya agar tidak terjadi kerugian ketika
mereka tidak dapat lagi menjalankan usahanya tersebut maka mereka
memikirkan untuk mengambil tindakan agar memindahkan dengan menjual
usaha yang sudah dijalankan.
12
Perilaku tersebut dapat membuat seseorang tertarik untuk bekerja sebagai
Bakri, karena mereka hanya menjalankan apa yang sudah dijalankan oleh pemilik
sebelumnya. Para calon Bakri pun tidak susah payah lagi untuk mencari nasabah
dibandingkan ketika merintis dari awal yang harus mencari nasabah. Bukan
hanya pemindahan unilateral saja dalam perilaku kolektif, namun adanya
tindakan individu lainnya yang sehingga membentuk kelompok. Artinya ketika
individu dapat mempengaruhi individu lain yang akhirnya membentuk
kelompok. Seperti halnya yang dilakukan oleh Bakri BD, untuk dapat menarik
individu-individu untuk bekerja sebagai Bakri, BD mempermudah akses seperti
tempat tinggal yang sudah tersedia, kendaraan yang juga disiapkan.
2. Rasionalitas berdasarkan pengalaman pekerjaan
Untuk memilih pekerjaan maka dibutuhkan beberapa pertimbangan yang
harus difikirkan oleh individu. Salah satunya pengalaman kerja agar tujuan
kepentingan awal dapat berjalan lancar. Dalam masyarakat suku Batak yang
memilih pekerjaan sebagai Bakri, rata-rata mengatakan untuk meningkat
perekonomian, serta untuk mempunyai modal yang nantinya akan berguna bagi
kehidupan dimasa akan datang. Nominal ataupun keuntungan yang didapatkan
oleh Bakri ketika bekerja dengan orang lain dan bekerja sendiri, mempunyai
sensasi yang berbeda. Keuntungan yang didapat mempunyai perbedaan 80%
dibandingkan jika bekerja dengan orang lain. Beradasarkan asumsi Coleman
bahwa tindakan manusia mempunyai tujuan dan maksud tertentu. Namun untuk
mencapai tujuan maka para Bakri yang menjadi aktor harus memperhitungkan
13
dalam memilih tindakan. Dalam hal para Bakri membutuhkan modal untuk
mencapai tujuan tersebut.
Modal yang dimiliki oleh Bakri merupakan hasil dari bekerja sebagai anak
buah Bakri lainnya. Gaji yang didapatkan oleh informan yang menjadi Bakri
sekitar satu jutaan keatas ditambah dengan bonus tempat tinggal, serta bonus
lainnya yang didapatkan oleh Bakri tersebut. Modal untuk membuka usaha
sendiri diakui oleh Bakri tidak ada patokannya, sekecil apapun modal bisa
dijadikan untung yang besar jika pandai dalam mengelola keunagan serta pandai
mendapatkan hati para calon nasabah. Seperti pernyataan salah satu informan BD
yang mengawali usaha dengan jumlah modal Rp 400.000,00. Jika dilihat dari
jumlah, jumlah tersebut cukup sedikit dibandingkan informan Bakri lainnya.
Seperti pernyataan informan BA yang mempunyai alasan untuk membuka
usaha sendiri untuk menjadi Bakri yaitu lebih menikmati hasil ketika membuka
usaha sendiri ketimbang bekerja dengan orang lain. Menurutnya, ketika
membuka usaha sendiri BA dapat leluasa mencari pelanggan dimana saja, karena
jika bekerja dengan orang lain ada batasan tertentu mendapatkan pelanggan.
Menurut informan yang bekerja sebagai Bakri mengatakan dari pengalaman kerja
mereka mengetahui apa saja yang harus disiapkan serta bagaimana sistem kerja.
Bakri dikategorikan sebagai Aktor yang melakukan sebuah tindakan yang
dianggapnya rasional demi mencapai tujuan yang diinginkan. Bakri juga mempunyai
sumber daya yang terdapat dalam dirinya maupun diluar dirinya. Sumber daya
berfungsi agar mempermudah dirinya agar mencapai tujuannya tersebut. Pilihan
rasional masyarakat Batak memilih pekerjaan sebagai Bakri didukung dengan adanya
14
sumberdaya yang mereka dapatkan dari motivasi didalam dirinya dan orang
terdekatnya termasuk termotivasi dari pengalaman kerja berdasarkan ilmu yang
didapatnya ketika bekerja dulu sehingga menimbulkan potensi untuk bekerja sendiri
lebih untung dibanding bekerja dengan orang lain.
Dalam teori pilihan rasional Coleman juga terdapat aktor korperat dengan
berasumsi bahwa aktor korperat dan aktor lainnya memiliki tujuan. Yang dimana
aktor lainnya memiliki tujuan yang ingin dikejar dan tujuan tersebut berbeda dengan
aktor koperat. Aktor korporat dapat menguntungkan ataupun membahayakan
individu. Dalam permasalahan ini bahwasanya secara tidak langsung Bakri terdahulu
sudah menyediakan ruang terhadap orang-orang yang ingin menjadi Bakri yang akan
bekerja dengannya. Hal tersebut akan menguntungkan Bakri yang menjadi pemilik
dan disisi lain akan juga bisa membahayakan disisi peker Bakri tersebut.
15
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di Kota Tanjungpinang, mengenai rasionalitas
masyarakat Batak dalam memilih pekerjaan sebagai Bakri maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapatnya nilai-nilai yang dijadikan pedoman oleh masyarakat Batak yang
mendorong untuk memilih pekerjaan sebagai Bakri, seperti nilai merantau
yang dapat mendorong serta menentukan pilihan tindakan Bakri untuk
memilih pekerjaan sebagai Bakri, nilai kearifan lokal yang dilihat dari sisi
etos kerja budaya masyarakat Batak serta nilai kepercayaan yang dimiliki
oleh Bakri terhadap nasabah. Kepercayaan tersebut membuat masyarakat
lebih memilih Bakri sebagai tempat peminjaman terbaik dibandingkan
tempat-tempat lainnya seperti pegadaian hingga Bank.
2. Ada perilaku kolektif yang terjadi pada fenomena masyarakat Batak yang
menjadi Bakri, artinya pemindahan secara unilateral yang dilakukan diantara
Bakri maupun yang sudah menjadi Bakri ke calon Bakri sehingga akan
membuat si calon Bakri tertarik untuk menjadi Bakri dengan dilihatnya
keuntungan-keuntungan yang akan didapat.
3. Adanya pengalaman kerja menjadi Bakri yang akhirnya memutuskan untuk
membuka usaha sendiri yang dianggap lebih memiliki keuntungan
dibandingkan bekerja dengan orang lain.
16
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Abdul Aziz El-Qussy. (1974).” Pokok-pokok Kesehatan Mental, ter. Zakiah
Darajat”, Jakarta Bulan Bintang
Faried Wijaya,dkk, “Lembaga-lembaga Keuangan Dan Bank”, Yogyakarta :
BPFEYogyakarta, 1999), Cet, Ke-4,h.413
Kozok, Uli, Sibarani, Robert. 1999. “Warisan Luhur: Sastra Lama dan Aksara
Batak”, Kepustakaan Populer Gramedia: Jakarta
Marbun, M. A & I. M. T. Hutapea. 1987. “Kamus Budaya Batak Toba”.
Jakarta: BALAI PUSTAKA
Miles Matthew B dan A. Michael Huberman. 2009. “Analisis Data
Kualitatif”. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)
Nafik HR, Muhammad. “Benarkah Bunga Haram? Perbandingan Sistem
Bunga Dengan Bagi Hasil & Dampaknya Pada Perekonomian”.
Surabaya : Amanah Pustaka, 2009
Nurcholis Madjid, (1995), “Islam Doktrin dan Peradaban”, Jakarta: Yayasan
Wakaf Paramadina
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. (2005). Teori Sosiologi Modern .
Terjemahan dari Modern Sociological Theory oleh Alimandan, Edisi
ke-6. Jakarta: Kencana, hal. 396-97.
Ritzer, George & Douglas J Goodman.2008. “Teori Sosiologi Modern”,
Jakarta; Kencana
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman, 2014 “Teori Sosiologi Dari Teori
Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial
Postmodern”. Bantul: Kreasi Wacana
Siagian, Sondang. 2007. “Fungsi-fungsi manajerial edisi revisi”. Jakarta:
Bumi Aksara
UUD No 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian
JURNAL :
Helfi, “Bank Gelap” Di Kota Bukittinggi: Resistensi Ekonomi Masyarakat
Urban Minangkabau Dalam Menghadapi Pelaku Ekonomi Etnik Lain”
(Journal of Islamic & Social Studies), halm. 103
17
Prasetyo, Kuncoro, fajar. (2017). “Modal Sosialbank Plecitdi Kabupaten
Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” Skripsi:
Universitas Negeri Yogyakarta
Insan, Rizaul (2015)“Rasionalitas Masyarakat Kepulauan Dalam Memilih
Pemimpin (Studi Kasus Pemilihan Kepala Desa Tahun 2013 Di Desa
Sepanjang, Kecamata Sapeken, Kabupaten Sumenep).” Skripsi:
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Sirait, Lisken. “Fenomena Rentenir Di Pasar Bintan Center (Studi Pedagang
Kecil Di Pasar Bintan Center)”, (jurnal, 2015)
Thamrin, Bashir (2015). “Persepsi Seseorang Dalam Memilih Pekerjaan
Sebagai Dosen Perguruan Tinggi Negeri Indonesia” (Jurnal
Manajemen an Bisnis Sriwijaya Vol.13 No.3)
Website :
www.depkop.go.id (diakses pada tanggal 02 April 2018)
www.metrokepri.com(diakses pada tanggal 17 April 2018)