perilaku politik elite adat -...

134
PERILAKU POLITIK ELITE ADAT STUDI ATAS KEMENANGAN BUPATI INDRA CATRI DAN WAKIL BUPATI TRINDA FARHAN SATRIA PADA PEMILUKADA 2015 DI KABUPATEN AGAM, SUMATERA BARAT Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Irfan Saputra 1113112000041 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Upload: duongxuyen

Post on 29-Jun-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

PERILAKU POLITIK ELITE ADAT

STUDI ATAS KEMENANGAN BUPATI INDRA CATRI DAN WAKIL

BUPATI TRINDA FARHAN SATRIA PADA PEMILUKADA 2015 DI

KABUPATEN AGAM, SUMATERA BARAT

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Irfan Saputra

1113112000041

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

PERILAKU POLITIK ELITE ADAT

STUDI ATAS KEMENANGAN BUPATI INDRA CATRI DAN WAKIL

BUPATI TRINDA FARHAN SATRIA PADA PEMILUKADA 2015 DI

KABUPATEN AGAM, SUMATERA BARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Irfan Saputra

1113112000041

Pembimbing

Dr. A. Ubaedillah, MA

NIP. 196708031996031002

Program Studi Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2017

Page 3: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul :

PERILAKU POLITIK ELITE ADAT: STUDI ATAS KEMENANGAN

BUPATI INDRA CATRI DAN WAKIL BUPATI TRINDA FARHAN

SATRIA PADA PEMILUKADA 2015 DI KABUPATEN AGAM,

SUMATERA BARAT

1. Merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 Mei 2017

Irfan Saputra

Page 4: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Irfan Saputra

NIM : 1113112000041

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan skripsi dengan judul:

PERILAKU POLITIK ELITE ADAT: STUDI ATAS KEMENANGAN

BUPATI INDRA CATRI DAN WAKIL BUPATI TRINDA FARHAN

SATRIA PADA PEMILUKADA 2015 DI KABUPATEN AGAM,

SUMATERA BARAT

Telah diujikan pada: 27 September 2017.

Jakarta, 12 Mei 2017

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Iding Rosyidin Hasan

NIP. 197010132005011003 Dr. A. Ubaedillah, MA.

NIP. 196708031996031002

Page 5: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

PERILAKU POLITIK ELITE ADAT: STUDI ATAS KEMENANGAN BUPATI

INDRA CATRI DAN WAKIL BUPATI TRINDA FARHAN SATRIA PADA

PEMILUKADA 2015 DI KABUPATEN AGAM, SUMATERA BARAT

Oleh

Irfan Saputra

1113112000041

Telah dipertahankan dalam sidang skripsi ini di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 27 September

2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sosial (S.Sos) pada program Studi Ilmu Politik.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Iding Rosyidin Hasan Suryani, M. Si.

NIP. 19701013200501 1 003 NIP. 19770424 200710 2 003

Penguji I, Penguji II,

Suryani, M. Si. Ana Sabhana Azmy, M.I.P.

NIP. 19770424 200710 2 003 NIDN. 2010018601

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 27 September

2017.

Ketua Program Studi Ilmu Politik,

FISIP UIN Jakarta

Dr. Iding Rosyidin Hasan

NIP. 197010132005011003

Page 6: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

iv

ABSTRAKSI

Irfan Saputra

Perilaku Politik Elite Adat: Studi atas Kemenangan Bupati Indra Catri dan

Wakil Bupati Trinda Farhan Satria pada Pemilukada 2015 di Kabupaten

Agam, Sumatera Barat.

Skripsi ini menganalisa tentang perilaku politik elite adat atas kemenangan

Bupati Indra Catri dan Wakil Bupati Trinda Farhan Satria pada Pemilukada 2015

di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Perilaku politik elite adat ini dilihat dalam

kontestasi politik pada pemilihan kepala daerah Kabupaten Agam pada 9

Desember 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

pertimbangan-pertimbangan (preferensi) elite adat dalam pemilihan kepala daerah

dan faktor- faktor yang mempengaruh elite adat dalam memberikan dukungan

suara untuk memenangkan Indra Catri dan Trianda Farhan Satria. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif bersifat deskriptif analisis dan melakukan

wawancara dengan tokoh terkait dibidang yang berkaitan dengan judul penelitian.

Kontestasi politik yang berlangsung pada pemilihan kepala daerah menjadi

momentum terpenting disaat duel petahana melawan petahana yang sama-sama

merupakan elite adat untuk memimpin daerah, khususnya Kabupaten Agam.

Teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah teori perilaku

politik dan budaya politik. Melalui analisa dari teori ini, peneliti menyimpulkan

bahwa faktor yang mempengaruhi elite adat dalam memberikan dukungan suara

berdasarkan 3 faktor yaitu: faktor sosiologis (kedaerahan, adat), faktor psikologis

(kedekatan emosional) dan faktor pilihan rasional (kebijakan). Di sisi lain,

kemenangan Indra Catri pada pemilihan kepala daerah di Kabupaten Agam sangat

dipengaruhi oleh posisi dan pilihan politik para elite adat (Datuak) yang berada di

wilayah Agam terutama Agam Timur dalam memberikan dukungan terhadap

kemenangan Indra Catri. Apalagi Indra Catri sudah berpengalaman dalam

memimpin suku dan juga seorang petahana dalam memimpin daerah. Selanjutnya,

Indra Catri merupakan seorang pemangku adat (Datuak).

Kata Kunci: Kabupaten Agam, Pemilukada, Perilaku Politik, Elit Adat

(Datuak)

Page 7: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji beserta syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah

SWT, yang telah memberikan nikmat Iman, nikmat Islam dan nikmat sehat

Wal’afiat serta rahmat dan hidayah-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Shalawat beserta salam tidak lupa tercurahkan kepada sang

pembawa Risalah, junjungan umat, Imam di waktu Shalat dan panglima di waktu

perang yakni Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari zaman

jahiliyyah yang penuh kegelapan dan kebodohan sampai zaman yang terang-

benderang penuh dengan Ilmu Pengetahuan.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat akademis di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapatkan gelar sarjana pada

program studi Ilmu Politik. Adapun dalam proses menyelesaikan penulisan skripsi

ini banyak lika-liku dan tantangan yang dihadapi. Namun, berkat bantuan serta

diiringi doa dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini mampu diselesaikan dengan

baik sesuai target yang telah ditentukan. Maka dari itu, untuk mengungkapkan

rasa syukur yang begitu dalam penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada:

1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof.

Dr. Dede Rosyada, MA.

2. Prof. Dr. Zulkifli selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 8: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

vi

3. Dr. Iding Rosyidin Hasan dan Suryani, M.Si, selaku Ketua dan

Sekretaris Program Studi Ilmu Politik.

4. Dr. A. Ubaedillah, MA, selaku Dosen Pembimbing.

5. Seluruh Dosen Fisip Universitas Islam Negeri Jakarta.

6. Kedua orang tua penulis tercinta yaitu: Bapak Bolon Sutan Bagindo

dan Ibu Lendawati yang telah bersusah payah untuk melimpahkan

kasih sayang untuk penulis, menyemangati serta memberikan

dukungan kepada penulis baik secara moril maupun materil.

7. Kepada adik-adik penulis, Jimmy Pratama Putra, Ari Hartono,

Faurel Muhammad Ilham yang selalu mendukung serta

menyemangati penulis agar selalu sabar dan tabah dalam menjalani

hidup. Disamping itu, penulis ingin menyampaikan salam rindu yang

begitu dalam untuk kalian. Kami dipisahkan oleh jarak antar pulau,

tapi itu bukanlah satu penghalang bagi kami agar mampu

membahagiakan kedua orang tua.

8. Terima kasih banyak kepada para narasumber yang telah bersedia

menyediakan waktu untuk bisa penulis wawancarai terkait masalah

penelitian skripsi yakni Bapak Bupati Agam, Indra Catri, Datuak

Malako Nan Putiah, Bapak Alhadi (Komisioner KPU Agam), Bapak

Eri Efendi (KPU Agam), Bapak Bustamam, Dt. Manindiah, Candra,

Dt. Sidubalang, Nurtias, Dt. Rajo Ruhun, Yosefrizal, Dt. Malano

Basa.

Page 9: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

vii

9. Terima kasih kepada tante dan sekaligus Ibu kedua penulis di tanah

perantauan ini, yakni Dr. Ratna Sari Dewi dan Evia Susanti yang

selalu mendukung serta memotivasi penulis agar selalu bersikap

sabar, pantang menyerah dalam mencapai kesuksesan.

10. Selanjutnya untuk sahabat penulis, Aulia Rahman (ul) yang bersusah

payah menyediakan waktu untuk membantu penulis dalam

melakukan penelitian ke kantor Bupati, KPU dan Kesbangpol agar

penelitian penulis lancar dari awal sampai akhir serta memperoleh

hasil yang memuaskan.

11. Teruntuk keluarga besar IKB (Ikatan Keluarga Batu Palano) yaitu:

bang Nop, Zul Ifkar, Nurhayati, Kanda Muhammad Nur Sutan Rajo

Ameh, Alber Oki Sutan Bagindo Basa, kak Os yang telah bersusah

payah untuk terus memotivasi, mendidik penulis agar tetap memiliki

semangat juang yang tinggi disaat penulis mulai merasakan beratnya

ujian dalam menjalani hidup ditanah perantauan ini.

12. Kawan-kawan penulis di kosan Nusantara (4 Menara) yaitu: Mak

Sigid, Nur Ali Hamid dan Faruq Arjuna Hendroy yang selalu

mendukung penulis, meski terkadang kami sering melakukan

perdebatan yang ujung-ujungnya berkelahi. Namun, dibalik semua

itu kalian “is the Best for Me. Kalian sahabat terbaik penulis di

tanah rantau ini. Terima kasih untuk kalian yang selalu menemani,

mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Page 10: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

viii

13. Teman-teman penulis di HMI Komfisip dan kelas Ilmu Politik A dan

B angkatan 2013.

Terima kasih banyak semuanya, semoga Allah SWT membalas dengan

segala kebaikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini

masih banyak kekurangan, namun penulis telah berjuang untuk menyusun

skripsi ini dengan sebaik mungkin. Maka dari itu, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk kelayakan

skripsi ini. Penulis juga berharap semoga setelah selesainya skripsi ini dapat

membantu peneliti lain dalam memperluas gagasan, wawasan maupun

menambah pengetahuan.

Jakarta, 11 Mei 2017

Irfan Saputra

Page 11: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 10

D. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 11

E. Metode Penelitian................................................................................. 18

F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 20

G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 22

BAB II KERANGKA TEORETIS

A. Perilaku Politik ..................................................................................... 24

B. Elit Adat Minangkabau ........................................................................ 32

C. Budaya Politik...................................................................................... 44

BAB III PROFIL KABUPATEN AGAM

A. Sejarah Kabupaten Agam ..................................................................... 50

1. Profil Kabupaten Agam ................................................................. 51

2. Politik dan Pemerintahan.............................................................. 53

Page 12: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

x

B. Organisasi Elite Adat Minangkabu....................................................... 54

1. Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM)........... 54

2. Kerapatan Adat Nagari (KAN)...................................................... 57

C. Profil Bupati Indra Catri dan Wakil Bupati Trinda Farhan Satria........ 58

D. Relasi Adat dan Politik........................................................................ 59

BAB IV PERILAKU POLITIK ELITE ADAT KABUPATEN AGAM

A. Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Agam 2015............................... 65

B. Faktor yang mempengaruhi Elite Adat dalam memberikan dukungan suara

Indra Catri.............. .............................................................................. 72

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 84

B. Saran ..................................................................................................... 86

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran

Page 13: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

xi

DAFTAR TABEL

Tabel IV.I. Data Partai Pengusung Pemilukada Kabupaten Agam 2015............ 68

Tabel IV.II. Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara KPU Kabupaten Agam...... 71

Page 14: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.1. Peta Kabupaten Agam ............................................................... 53

Gambar III.2. Logo pemerintahan Kabupaten Agam........................................ 54

Page 15: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

xiii

DAFTAR SINGKATAN

PAR : Partai Adat Rakyat

MTKAAM : Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

PDI : Partai Demokrasi Indonesia

PPP : Partai Persatuan Pembangunan

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia

KPU : Komisi Pemilihan Umum

PAN : Partai Amanat Nasional

PKS : Partai Keadilan Sejahtera

KAN : Kerapatan Adat Nagari

LKAAM : Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau

MPR : Majelis Permusyawaratan Rakyat

PKI : Partai Komunis Indonesia

ABRI : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

Page 16: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Minangkabau merupakan suku besar yang berada di Provinsi Sumatera

Barat. Disamping itu, Minangkabau juga memiliki adat-istiadat, agama, budaya

serta bahasa khas. Selain itu, Minangkabau juga salah satu daerah yang memiliki

keistimewaan. Sebab, suku tersebut memiliki paham Matrilinial yang mana

secara aturan persukuan berdasarkan garis keturunan Ibu. Di dalam adat

Minangkabau terdapat dua suku besar yaitu Suku Bodi Chaniago dan Suku

Piliang.

Kepemimpinan di Minangkabau yang kekuasaan dipegang oleh dua

pemangku adat, yaitu berasal dari Suku Budi Chaniago bernama: Datuak

Perpatiah Nan Sabatang dan Suku Piliang dipimpin oleh Datuak

Katumangguangan. Kedua penghulu ini merupakan perintis pemerintahan adat

Minangkabau. Penghulu ialah laki-laki yang dituakan dan sangat dihormati pada

suatu suku di Minangkabau. Ia diangkat menjadi seorang pemimpin karena

mengetahui, menguasai dan memiliki pengetahuan mengenai adat.1

Penghulu dipanggil dengan gelar ”Datuak”2. Datuak merupakan gelar

pusaka (kepala kaum atau suku) yang diwariskan atau diturunkan secara turun-

menurun menurut garis keturunan ibu sebagai pemimpin adat. Datuak dikenal

sebagai seorang elite adat di Minangkabau. Datuak memiliki peran dan fungsi

1 Amir MS, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minangkabau (Jakarta: PT.

Mutiara Sumber Wijaya,2003), h. 67. 2 Firdaus Efendi, The Power Of Minangkabau,Kekuatan Minangkabau(Jakarta: Nuansa

Madani, 2012), h. vi.

Page 17: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

2

sebagai pemimpin suku dalam menyelesaikan segala urusan, sengketa,

perselisihan serta pemeliharaan harta pusaka kaum. Peran yang dimiliki oleh

Datuak menjadikan ia sebagai elite adat memiliki posisi yang tinggi dan pengaruh

besar dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.3

Kemudian Datuak juga berusaha dalam memberikan bantuan kepada anak

kemenakan, terutama dalam urusan yang berkaitan dengan pemerintahan. Selain

itu, Datuak juga menjadi penyambung aspirasi yang berasal dari anggota sukunya

dalam pemerintahan nagari, terutama dalam urusan pembagian lahan-lahan, tugas-

tugas pengawasan hutan dan beberapa jenis kepentingan lainnya.4

Meskipun Datuak mempunyai wewenang dan kekuasaan besar dalam

memimpin suku. Tapi Datuak tidak boleh memimpin suku sesuai kehendaknya,

namun, harus memberikan kontribusi besar dalam menyalurkan kepentingan yang

berasal satu suku dengannya. Mengangkat seorang Datuak itu berdasarkan pada

suatu kesepakatan bersama dengan melakukan musyawarah, mumfakat didalam

Rumah Gadang suatu suku dengan menyembelih seekor kerbau sebagai tanda

kebesaran dalam tradisi Minangkabau serta pemberian gelar kebesaran yang telah

dilakukan sejak dahulunya secara turun-temurun.5

Demokrasi yang tumbuh dan kian berkembang di Minangkabau sejak elite

adat berkumpul untuk musyawarah serta mumfakat bersama kaumnya. Dalam

perjalanannya, elite adat dalam memimpin telah melalui beberapa fase mulai dari

zaman kepemimpinan berasal dari tokoh adat yaitu pemerintahan Minangkabau.

3 Amir MS, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minangkabau, h. 68.

4 Ibid.

5Elizabeth Graves, Asal-Usul Elite Minangkabau Modern” Respon terhadap Kolonial

Belanda Abad XIX/XX (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), h. 21.

Page 18: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

3

Kemudian saat memasuki Era penjajahan, kepemimpinan tokoh adat (Datuak) di

Minangkabau ini bekerja untuk membantu para kolonial terutama dalam

melancarkan berbagai kepentingan di Minangkabau. Tentu, dalam hal ini Datuak

sangat tidak memihak dalam memandu kepentingan sukunya, Datuak telah

berubah haluan yang mana dimanfaatkan oleh kolonial dalam melakukan

kepentingannya di Minangkabau.6

Penjajah juga telah mengubah karakter dan bentuk lembaga-lembaga

tradisional adat Minangkabau sesuai kebutuhan dan kepentingan Belanda.

Kerapatan Nagari yang menjadi sebuah lembaga pemerintahan terendah dan

penghulu-penghulu dahulunya memimpin nagari secara bersama-sama.

Nagari7sama dengan Republik-republik kecil di kampung-kampung. Elite

Minangkabau beranggapan bahwa sistem pemerintahan haruslah kembali pada

pemerintahan nagari untuk memperoleh tujuan yang diinginkan kedepannya.

Kaum Elite disini adalah pejabat pemerintah daerah, pemuka agama dan pemuka

adat.8

Pada masa awal kemerdekaan sekitar tahun 1950-an, Datuak memiliki

keinginan untuk melangkah dan mengumpulkan kekuatan untuk ikut dalam

6 Musyair Zainuddin, Implementasi Pemerintahan Nagari Berdasarkan Hak Asal-Usul Adat

Minangkabau (Yogjakarta: Ombak, 2008), h. 16. 7 Nagari secara umum merupakan jati diri dan identitas orang Minangkabau. Oleh sebab itu,

jati diri orang Minangkabau ialah Adat dan Agama. Di sisi lainnya, nagari juga satuan territorial

yang secara politik dan hukum diatur menurut adat yang masyarakat didalamnya menganut sistem

matrilinial yang berasal dari keturunan Ibu. Dalam Minangkabau terdapat dua sistem keselarasan

Adat yakni laras Koto Piliang dan Bodi Chaniago. Koto Piliang adalah sistem pemerintahannya

yang berazaskan otoritas hirarki dan Bodi Chaniago berdasarkan azas Demokrasi. Lihat di

Bartoven Vivit Nurdin,” Antara Negara dan Nagari: Kontestasi Elite Lokal Dalam Rekontruksi

Nagari Di Minangkabau pada Masa Otonomi Daerah,” Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan

Pembangunan (Vol 3, No. 7, Juli-Desember, 2009), h. 7. 8 Bartoven Vivit Nurdin, ”Antara Negara dan Nagari: Kontestasi Elite Lokal Dalam

Rekontruksi Nagari Di Minangkabau pada Masa Otonomi Daerah,” Jurnal Ilmiah Administrasi

Publik dan Pembangunan (Vol 3, No. 7, Juli-Desember, 2009), h. 7.

Page 19: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

4

panggung politik. Kekuatan-kekuatan tersebut diaktualisasikan dengan

membentuk sebuah partai lokal yang berbasiskan adat yaitu Partai Adat Rakyat

(PAR) dan Partai Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau

(MTKAAM). Kedua partai ini merupakan wadah dari pemangku adat

Minangkabau pada tahun 1950-an. 9

Populernya kepala Adat dalam panggung politik pada Orde Baru terlihat dari

adanya Datuak mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Kabupaten Agam pada

periode 1971-1987.10

Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa seorang

Datuak sebagai kepala adat dapat mencalonkan diri menjadi angota dewan seperti:

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Sejak berakhirnya Rezim Orde Baru yang pada akhirnya menuju reformasi

saat itu banyak elite adat yang masuk ke dalam panggung politik dan mencoba

untuk eksis dalam pemerintahan daerah baik itu, gubernur, bupati, wali kota dan

sebagainya.

Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Pemerintah daerah ini diberlakukan sesuai Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa pemerintahan daerah

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan. Kemudian diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran masyarakat dan

peningkatan daya saing daerah dengan menggunakan prinsip demokrasi,

9 Yogi Yolanda, ”Elite Tradisional di Panggung Politik: Keterlibatan Pangulu dalam Politik

Orde Baru di Kabupaten Agam.” (1971-1998), h.3. 10

Ibid.

Page 20: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

5

pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).11

Bersamaan dengan pelaksanaan otonomi daerah, maka terdapat keinginan

pemerintahan daerah untuk bisa mengelola daerah secara mandiri. Pemilihan

kepala daerah seperti gubernur, bupati, walikota dan kepala desa dipilih langsung

oleh rakyat. Oleh karenanya, dengan tidak adanya intervensi dari pemerintahan

pusat, maka calon gubernur ataupun bupati harus bertanggungjawab atas

rakyatnya untuk mensejahterakan rakyat.

Partisipasi Politik sangat berkaitan dengan unsur-unsur pemerintahan

demokrasi seperti rasionalitas, kontrol, (responsiveness), aspirasi warga,

flektabilitas, legitimasi dan resolusi konflik.12

Saiful Mujani dalam bukunya yang berjudul “Kuasa Rakyat” terdapat tiga

model yang digunakan ketika melihat kecenderungan seseorang pemilih atau

(voter turnout) yakni: model sosiologis, model psikologis dan model pilihan

rasional.13

Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Agam pada 9 Desember 2015, diikuti

oleh dua pasangan calon yang akan maju pada Pemilukada Agam. Pemilukada

2015 merupakan duel petahana (head to head) pasangan Bupati dan Wakil Bupati

11

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Lihat di

http://www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_32_2004_Pemerintahan%20Daerah.pdf di unduh pada 20

November 2016. 12

Saiful Mujani dan William Liddle, Kuasa Rakyat, Analisis tentang Perilaku Pemilih

Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca Orde Baru (Jakarta: Mizan

Publika), h. 76. 13

Saiful Mujani dan William Liddle, Kuasa Rakyat, Analisis tentang Perilaku Pemilih

Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca Orde Baru (Jakarta: Mizan

Publika), h. 4.

Page 21: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

6

pada periode sebelumnya yang ikut lagi mencalonkan diri dalam pemilihan

Kepala Daerah Kabupaten Agam. 14

Bupati Indra Catri berhasil mencalonkan diri menjadi Bupati dengan

mencari pasangan barunya dengan menggandeng Trinda Farhan Satria sebagai

wakilnya. Begitupun juga Wakil Bupati Irwan Fikri mencalonkan dirinya menjadi

calon Bupati dengan menggandeng pasangan baru untuk menjadi Wakil Bupati

yaitu Chairunnas.15

Faktanya, Bupati Indra Catri (Datuak Malako Nan Putiah) dan Wakil Bupati

Irwan Fikri (Datuak Nagari Batuah) pecah dalam pencalonan pada Pemilukada

2015.

Adapun pasangan Irwan Fikri mampu mengungguli (incumbent) Indra Catri

yang terdapat dari pengumpulan jumlah partai politik pengusung. Menurut asumsi

Indra Catri bahwa saat pendaftaran bakal calon Bupati dan Wakil Bupati di

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Agam mengatakan terjadinya

kontestasi politik pada pemilihan kepala daerah secara (head to head) ini

bukanlah sebuah persoalan. Namun, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada lagi

dikotomi Agam Barat dan Agam Timur.16

Pasangan calon 1 yaitu Irwan Fikri Datuak Nagari Batuah dan Chairunnas

mampu mengumpulkan tiga partai pengusung yaitu Partai Amanat Nasional

14

Artikel Harian Haluan Mencerdaskan kehidupan masyarakat, Partai pengusung Irwan

Fikri Ungguli Indra Catri, di http://harianhaluan.com/mobile/detailberita/42094/partai-pengusung-

irwan-fikri-ungguli-indra-catri pada 15 Oktober 2016. 15

Ibid. 16

Artikel Harian Haluan Mencerdaskan kehidupan masyarakat, Partai pengusung Irwan

Fikri Ungguli Indra Catri, di http://harianhaluan.com/mobile/detailberita/42094/partai-pengusung-

irwan-fikri-ungguli-indra-catri pada 15 Oktober 2016.

Page 22: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

7

(PAN) yang memiliki sebanyak 6 kursi DPRD, kemudian Partai Demokrat

sebanyak 9 kursi dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) sebanyak 3 kursi dengan

jumlah keseluruhan 18 kursi atau sebanding dengan (40%) dari jumlah pemilih

Kabupaten Agam.17

Sedangkan pasangan calon 2 yaitu Indra Catri Datuak Malako Nan Putiah

dan Trinda Farhan Satria hanya bisa menggalang dua partai pengusung yaitu

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang memiliki 6 kursi di DPRD dan Partai

Gerindra memiliki 4 kursi. Dari keduanya itu mendapatkan 10 kursi atau setara

dengan 22 persen suara dari keseluruhan jumlah pemilih.18

Dengan demikian,

Irwan Fikri tidak bisa dipandang sebelah mata oleh Indra Catri. Apalagi pasangan

Irwan Fikri dan Chairrunnas didukung oleh partai pemenang pemilu legislatif di

Kabupaten Agam yaitu Partai Demokrat.

Berdasarkan hasil rekapitulasi suara yang digelar oleh Komisi Pemilihan

Umum Kabupaten Agam bahwa pasangan calon 1 Irwan Fikri Datuak Nagari

Batuah dan Chairunnas memperoleh 82.272 suara atau (46,42%) dan pasangan

calon 2 yaitu Indra Catri Datuak Malako Nan Putiah dan Trinda Farhan Satria

memperoleh 94.264 suara atau (53,58%) dari jumlah pemilih 183.081 suara

secara keseluruhan.19

Kedua pasangan calon ini mempunyai selisih suara sebanyak

11,992 suara atau (6,8%). Berkaitan dengan hal ini setidaknya kedua pasangan

tersebut bisa menambah kekuatan dari partai yang tidak ikutserta sebagai

17

Dua Pasang Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati Agam Warnai Pilkada, Website resmi

Kabupaten Agam, 29 Juli 2015, di http://www.agamkab.go.id/?agam=berita&se=detik&id=5274

pada 9 Juni 2016. 18

Ibid. 19

Komisi Pemilihan Umum Daerah kabupaten Agam, diunduh, di

https://pilkada2015.kpu.go.id/agamkab pada 8 Juni 2016.

Page 23: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

8

pendukung seperti, Partai Golkar, PKB, PBB, PPP, PDI-Perjuangan dan Partai

Nasdem.20

Menurut Ketua KPU Kabupaten Agam, Alhadi mengasumsikan bahwa

partai yang berkaitan tersebut tidak mendukung pasangan, sebab tidak

mendapatkan kursi di DPRD dan juga tidak mengetahui persoalan kenapa partai

yang bersangkutan tidak memberikan dukungan terhadap pasangan calon.

21Akhirnya pasangan calon 2 yaitu: Bupati Indra Catri dan Wakil Bupati Trinda

Farhan Satria berhasil memenangkan Pemilukada Kabupaten Agam 2015.

Berdasarkan adat Minangkabau suku dipimpin oleh seorang pemimpin

bernama Datuak. Oleh karena itu, fakta yang terjadi dalam Pemilihan Kepala

Daerah Kabupaten Agam ini bahwa calon bupati yang berasal dari calon 1 yaitu:

Irwan Fikri merupakan seorang elite adat atau (Datuak) yang memiliki gelar

kebesaran yang berasal dari sukunya yaitu, ”Datuak Nagari Batuah”. Sedangkan

calon bupati yang berasal dari calon 2 yakni, Indra Catri juga merupakan seorang

Datuak yang memiliki gelar kebesaran yang berasal dari sukunya, yaitu: “Datuak

Malako Nan Putiah”. Maka eksistensi elite adat dapat dilihat dari seberapa besar

pengaruhnya terhadap suku dan masyarakatnya.

Hal ini diperjelas dengan fokus penulisan yang penulis teliti dalam melihat

perilaku politik elite adat yang berasal dari Kabupaten Agam untuk menentukan

pilihannya pada Pemilukada 2015 dengan melihat faktor yang mempengaruhi elite

adat dalam kemenangan salah satu calon Bupati dan Wakil Bupati Petahana yang

20

Artikel Harian Haluan Mencerdaskan kehidupan masyarakat, Partai pengusung Irwan

Fikri Ungguli Indra Catri, di http://harianhaluan.com/mobile/detailberita/42094/partai-pengusung-

irwan-fikri-ungguli-indra-catri pada 15 Oktober 2016. 21

Ibid.

Page 24: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

9

keduanya sama-sama berasal dari elite adat (Datuak) itu sendiri. Daerah yang

penulis jadikan sebagai objek penulisan yakni Kabupaten Agam yang merupakan

daerah yang kental akan adat sekaligus kerapatan adat nagari.

Oleh karena itu, Penulis memfokuskan penulisan dengan judul yang diteliti,

Perilaku Politik Elite Adat (Studi atas Kemenangan Bupati Indra Catri dan

Wakil Bupati Trinda Farhan Satria pada Pemilukada 2015 di Kabupaten

Agam, Sumatera Barat). Penulis meneliti lebih dalam mengenai Perilaku Politik

Elite Adat dalam kemenangan Bupati Indra Catri dan Wakil Bupati Trinda Farhan

Satria pada Pemilukada 2015 di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dengan

melihat faktor apa saja yang diberikan Elite Adat(Datuak) dalam kemenangan

Bupati Indra Catri dan Wakil Bupati Trinda Farhan Satria pada Pemilukada

Kabupaten Agam 2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis membatasi ruang

dan memfokuskan penulisan dengan merumuskan beberapa masalah untuk

dijawab dalam skripsi ini. Adapun pertanyaan penulisannya adalah:

“Faktor apa saja yang mempengaruhi elite adat dalam memberikan

dukungan suara untuk Indra Catri dan Trinda Farhan Satria pada Pemilukada 2015

di Kabupaten Agam ?

Page 25: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

10

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka terdapat beberapa tujuan yang

dimaksud dalam penelitian antara lain: Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi elite adat dalam memberikan dukungan suara untuk Indra

Catri dan Trinda Farhan Satria pada Pemilukada 2015 di Kabupaten Agam.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi elite adat dalam memberikan dukungan suara untuk Indra Catri

dan Trinda Farhan Satria pada Pemilukada 2015 di Kabupaten Agam.

Page 26: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

11

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini terdapat literatur yang penulis jadikan sebagai

acuan dan tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk menemukan sisi

menarik dan menjadi pembeda dari penulisan skripsi yang sedang penulis teliti.

Adanya tinjauan pustaka penulis temukan sebagai instrumental pembanding

dalam melakukan penulisan mengenai, Perilaku Politik Elite AdatStudi atas

Kemenangan Bupati Indra Catri dan Wakil Bupati Trinda Farhan Satria

Pemilukada 2015 di Kabupaten Agam, Sumatera Barat”.

Pertama, Skripsi Afdal Fitrah22

yang meneliti pengaruh Lembaga Kerapatan

Adat Nagari (KAN) di Minangkabau dalam Pemilihan Kepala Daerah Bupati dan

Wakil Bupati Kabupaten Tanah Datar pada Tahun 2010. Penulis mencermati dan

memahami fenomena budaya politik sebagai lembaga dan sistem kepemimpinan

adat tradisional yang turun-temurun dari nenek moyang orang Minangkabau dan

berkembang sampai saat ini di era reformasi.

Karena masyarakat Minangkabau sangat menjunjung tinggi adat-istiadat

dalam kehidupan sehari-hari maka hal ini memberikan ruang dan peluang praktis

bagi elite tradisional dalam mengaktualisasikan setiap gagasan serta kepentingan

politik yang lebih pragmatis. Begitu juga pengaruh niniak mamak yang

mempunyai gelar “Datuak” dalam musyawarah dan munfakat dinagari yaitu

Kerapatan Adat Nagari (KAN) yang dewasa ini telah dimanfaatkan sebagai mesin

politik oleh partai politik terhadap Datuak dalam memobilisasi masyarakat dalam

setiap pemilihan umum.

22

Afdal Fitrah, “Pengaruh Lembaga Kerapatan Adat Nagari (KAN) di Minangkabau dalam

Pilkada 2010 Kabupaten Tanah Datar”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016).

Page 27: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

12

Dalam penulisan tersebut, penulis menggunakan tipe penulisan deskriptif

kualitatif yang memperoleh data dengan cara wawancara dengan informan-

informan terpilih agar data yang diperoleh relevan. Kesimpulan penulisan bahwa:

Pertama, sistem kepemimpinan di Minangkabau sebagai elite adat/lokal yang

mempunyai peran yang sangat besar dalam menentukan kehidupan

bermasyarakat. Kedua, adanya Budaya Politik dalam Lembaga Kerapatan Adat

Nagari (KAN) yang telah diwarisi secara turun-temurun dalam penyelenggaraan

adat yang menjadi sumber kekuatan politik bagi Elite Tradisional Minangkabau

yang mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah mulai dari era-pemerintahan

kolonial Hindia-Belanda sampai saat sekarang ini.

Sehingga, Kerapatan Adat Nagari (KAN) semenjak Orde Baru telah menjadi

mesin politik untuk mengumpulkan suara dari Partai Golkar yang sampai

sekarang jaringan ini masih dimanfaatkan oleh pasangan M. Shadiq Pasadigo-

Hendri Arnis dalam dominasi kemenangan pemilihan kepala daerah Bupati dan

Wakil Bupati di Kabupaten Tanah Datar tahun 2010. Berbeda sedikit dengan

penulisan yang akan penulis teliti karena penulis sebelumnya lebih melihat

pengaruh Lembaga Adat/Intitusi Tradisional (Kerapatan Adat Nagari) dalam

Pemilukada 2010 di Kabupaten Tanah Datar. Sedangkan penulisan dari penulis

lebih cenderung melihat pada perspektif lainnya dengan meneliti mengenai

Perilaku Politik Elite Adat terhadap kemenangan pasangan Bupati Indra Catri

Datuak Malako Nan Putiah dan Wakil Bupati Trinda Farhan Satria Pemilukada

2015 di Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Page 28: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

13

Kedua, Skripsi Fikri Adrian23

yang mencoba menggambarkan Identitas Etnis

dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta Tahun 2012 bahwa Indonesia memiliki

beranekaragam etnis dan agama yang merupakan suatu kekayaan sendiri.

Keanekaragaman budaya yang mempunyai nilai seperti tarian, nyanyian,

bangunan bersejarah serta ciri khas lainnya. Di sisi lain, keanekaragaman itu

menghasilkan sebuah identitas tersendiri bagi masyarakat. Dengan adanya

identitas ini terdapat ikatan emosional atau kedekatan terhadap seseorang yang

satu etnis. Identitas bisa muncul melalui adanya kesamaan etnis, ideologi maupun

agama.

Otonomi Daerah telah membuka ruang kebebasan politik kepada etnis

tertentu untuk menunjukkan identitas politiknya. Identitas politik etnis dibangun

oleh elite dalam melakukan sebuah tindakan yang terkait pada kepentingan

wilayah etnis. Sebagian elite memandang bahwa etnisitas dijadikan sebagai alat

untuk mempertahankan kekuasaan, persaingan untuk memperoleh sumberdaya,

menciptakan solidaritas, kebersamaan serta memperkuat identitas dan

membedakan dengan kelompok lainnya.

Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode kualitatif, dimana

prosedur penulisan ini menghasilkan data deskriptif analisis yang menggambarkan

hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti mengenai pengaruh

Etnis dalam pemilihan Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Sumber

data didapatkan dengan cara mewawancarai perwakilan Etnis Jawa, Etnis Betawi,

23

Fikri Ardian, ”Identitas Etnis dalam Pemilihan Kepala Daerah Studi Pemilihan Gubernur

DKI Jakarta Tahun 2012”,(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014).

Page 29: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

14

Etnis Tionghoa dan masyarakat lainnya sebanyak 10 orang responden. Dalam

penulisannya Fikri Adrian mendapatkan hasil bahwa para elite politik atau calon

kepala daerah seolah-olah sengaja memelihara atau memainkan politik identitas

itu untuk kepentingan politik dan hegemoni kekuasaan. Berbeda dengan penulisan

yang akan penulisteliti bahwa Fikri Ardian lebih cenderung melihat pengaruh

etnisitas dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta Tahun 2012 sedangkan penulis

sendiri lebih cenderung pada pilihan politik Elite Adat dalam pemilihan Bupati

Kabupaten Agam Tahun 2015.

Ketiga, Skripsi Irvan Donny Sagala24

yang membahas tentang etnisitas dan

perilaku pemilih dalam melihat persepsi dan preferensi masyarakat etnis Batak

Toba pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Dalam penulisannya Irvan melihat bagaimana peran masyarakat Adat dalam

memberikan dukungan suara terhadap parpol dan kandidat yang maju dalam

Pemilukada. Ternyata dalam temuannya banyak faktor yang akan mempengaruhi

preferensi pemilih dalam menentukan calon pilihannya terutama terdapat pada

etnis yang dianggap sangat penting dalam perilaku pemilih di Indonesia. Penulis

menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data kepustakaan

dan penulisan lapangan dengan menggunakan angket serta menggunakan 98

responden.

Dalam hasil penulisannya itu diketahui bahwa etnis atau suku Batak sangat

memiliki pengaruh terhadap preferensi pada perilaku pemilih pada pemilihan

24

Irvan Donny Sagala, ”Etnisitas dan Perilaku Pemilih Studi Kasus Persepsi dan Preferensi

Masyarakat Etnis Batak Toba pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung Kabupaten Karo,

Sumatera Utara”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Politik,

Jurusan Ilmu Pemerintahan, Universitas Sumatera Utara, 2010).

Page 30: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

15

Kepala Daerah di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Sebab, etnisitas merupakan

sekelompok manusia yang memiliki ciri-ciri yang sama dalam hal budaya dan

biologis serta melakukan tindakan menurut pola-pola yang sama. Selain itu, juga

diketahui bahwa partisipasi etnis Batak hanya sebatas memberikan dukungan

suara dalam pemilihan Kepala Daerah Langsung dan kurang aktif dalam

berpolitik praktis. Berbeda dengan penulisan sebelumnya ini bahwa Irvan Donny

Sagala lebih melihat pada preferensi dari etnis Batak dalam pemilihan Kepala

Daerah di Kabupaten Karo Tahun 2010. Sedangkan penulisan yang akan

penulisteliti adalah terkait kecenderungan elite adat dalam memberikan dukungan

suara atau preferensi pada pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Agam Tahun

2015.

Keempat, Skripsi Ahmad Nurcholis25

dalam penulisannya menitikberatkan

pada analisa monopoli kekuasaan politik sebagai dampak dari keberadaan orang

kuat lokal, bos lokal, dan oligarki lokal. Kekuasaan politik ini setidaknya

melahirkan berbagai bentuk penyimpangan dan juga melahirkan bentuk

pemerintahan model dinasti yang merupakan suatu upaya elite untuk

menempatkan beberapa kroni dan keluarganya dibeberapa pos strategis (Leo

Agustino). Model pemerintahan kekuasaan yang absolute serta dinasti seperti ini

kerapkali mengarah pada perampokan sistemik anggaran negara dan monopoli

berbagai sumber ekokonomi strategis.

Dalam kasus Fuad Amin ini penulis menemukan adanya relevansi antara

aspek orang kuat lokal dengan pondisi awal lahirnya kekuasaan politik yang

25

Ahmad Nurcholis,” Orang Kuat dalam Dinamika Politik Lokal Studi Kasus: Kekuasaan

Politik Fuad Amin di Bangkalan”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016).

Page 31: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

16

berdampak pada kontruksi pemerintahan dinasti. Oleh karena itu, lahirnya

dominasi serta kekuasaan Fuad Amin diuntungkan dengan posisi yang mewarisi

modal kultural sebagai elite keturunan kiai terkemuka disatu sisi lainnya juga

karena posisinya sebagai pengusaha/oligarki lokal dengan kepemilikan harta yang

melimpah. Keberhasilan Fuad Amin menjadi Bupati Bangkalan juga didukung

oleh kultur masyarakat yang masih memegang teguh budaya patrimonial,

sehingga ketergantungan masyarakat pada kekuatan patron (Fuad Amin) yang

masih kental.

Metode yang digunakan oleh penulis adalah dengan menggunakan metode

kualitatif yang dilakukan dengan melalui wawancara mendalam serta telaah

tambahan pada literatur yang dianggap penting. Kesimpulan yang didapatkan oleh

penulis terkait kasus Fuad Amin sebagai orang kuat di Bangkalan ini adalah

bahwa kekuasaan Fuad Amin ini menjadi dominan karena tidak adanya lembaga

hukum setempat yang independen, yang mampu menindak secara tegas segala

penyimpangan yang dilakukan oleh Fuad Amin seperti kasus kekerasan terhadap

aktivis dan berbagai kasus korupsi yang selalu mentah di meja polisi dan

kejaksaan setempat. Fuad Amin memiliki dua kekuatan baik secara formal

maupun informal, Fuad bak seperti raja yang bebas berbuat sekehendak hati tanpa

kontrol yang tidak terbatas.

Berbeda dengan penulisan Ahamad Nurcholis bahwa dia lebih menganalisa

terkait dominasi atau monopoli kekuasaan yang dipegang oleh Orang Kuat atau

Fuad Amin pada pemilihan Bupati di Bangkalan sedangkan penulisan yang akan

Page 32: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

17

penulisteliti terkait perilaku politik elite adat dalam memberikan dukungan suara

pada pemilihan Kepala Daerah Tahun 2015 di Kabupaten Agam.

Kelima, Amrianto26

ingin menganalisa mengenai fenomena politik yang

tampak bertolak belakang dalam artian para elite politik saling bersaing sengit dan

saling bekerjasama. Akibatnya tidak pernah ada oposisi di dalam panggung politik

lokal. Ini terjadi karena terjadinya persaingan dalam pemilu yang telah menjelma

menjadi kerjasama dalam pelaksanaan pemerintahan. Penulis melakukan

penulisannya pada dinamika politik lokal di Wakatobi. Sejak dahulunya Wakatobi

telah dikuasai oleh aktor-aktor politik tradisional yang notabenenya elite

tradisional.Kaboru-mboru, talupena (Kumbewaka, tapi-tapi, tanailandu) yang

menjadi tiga kelompok besar dalam memainkan politik lokal yang ada di

kabupaten Wakatobi. Ketiga kelompok inilah yang membuat dinamika politik

begitu kuat diantara elite. Di samping itu, Wakatobi juga mengalami dinamika

politik yang sengaja dimainkan oleh pemerintah pusat di Buton, dimana dari segi

pembagian kekuasaannya menjadi dasar untuk terbangunnya dinamika politik

yang tidak dapat diselesaikan.

Amrianto ini fokus untuk melihat peranan elite tradisional dalam dinamika

politik lokal pada pemilihan kepala daerah di Kabupaten Wakatobi. Penulisannya

menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Hasil temuannya adalah Bidang Ekonomi, adanya hubungan ketergantungan

antara masyarakat dengan bangsawan Wakatobi. Dengan modal ekonomi tersebut

mampu menimbulkan hubungan sangat pemanen antara keduanya yang mana

26

Amrianto, ”Peranan Elite Tradisional dalam Dinamika Politik Lokal pada Pemilihan

Kepala Daerah di Kabupaten Wakatobi”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Negeri Sam Ratulangi, 2014).

Page 33: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

18

dengan kebangsawan tersebut orientasi politik tidak akan berpaling kepada

siapapun. Bidang Politik bahwa pilihan politik bangsawan Wakatobi ditempatkan

sebagai tokoh, dimana semua keputusan politik akan selalu dipatuhi dan tidak

berani dilanggar. Kemudian, Bidang Sosial, melihat posisi sosial (kedudukan)

akan berpengaruh kepada masyarakat, dimana dengan struktur itu masyarakat

akan merasa aman dalam lingkungan bermasyarakat dan bangsawan Wakatobi

akan memelihara Adat dan nilai tersebut. Bidang Psikologis, adanya hubungan

emosional antara bangsawan Wakatobi dengan masyarakat dan mengarah kepada

kesetiaan pada bangsawan Wakatobi yang tentunya tidak didasarkan pada

rasionalitas. Sehingga, adanya hubungan erat antara bangsawan Wakatobi dengan

masyarakat yang masih sangat kental dan bersifat kekeluargaan.

Penulis ini lebih cenderung menganalisa terkait peranan elite tradisional

dalam dinamika politik lokal di Wakatobi dan sangat berbeda dengan penulisan

yang akan penulisteliti terkait perilaku politik elite adat dalam pemilihan Kepala

Daerah di Kabupaten Agam Tahun 2015.

E. Metode Penelitian

1. Tipe atau Jenis Penelitian

Penulisan ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif ini

merupakan suatu bentuk prosedur penulisan yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata yang didapatkan secara tertulis maupun lisan dari orang-orang

serta perilaku yang diamati.27

Inti dari sebuah penulisan kualitatif merupakan

sebuahpenulisan yang menggunakan kata-kata dan menimalisir penggunaan

27

Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2009), h. 86.

Page 34: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

19

angka. Maka dari itu, sebuah penulisan mengandung analisa terkait keberadaan

suatu hal (what things exist) daripada seberapa banyak jumlah dari hal-hal yang

ada (how many things there are).

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan penulis untuk

mendapatkan data dalam suatu penulisan. Pada penulisan kali ini penulis memilih

jenis penulisan kualitatif. Maka data yang diperoleh harus mendalam, jelas dan

spesifik.

a. Teknik wawancara dalam mengumpulkan data merupakan sesuatu

proses yang dilakukan untuk memperoleh keterangan yang akurat

untuk tujuan penulisan ini. Wawancara merupakan suatu proses

interaksi bahasa yang dilakukan antara dua orang secara langsung

dalam situasi yang berhadapan.28

Penulis melakukan wawancara

dengan narasumber terkait dengan penelitian yang penulis teliti.

Maka dalam hal ini dilakukan dengan Komisioner KPU Kabupaten

Agam Alhadi, Komisioner KPU Kabupaten Agam Divisi Teknis

Eri Efendi, Bupati Agam Indra Catri Datuak Malako Nan Putiah,

Bustamam Datuak Manindiah sebagai Ketua Lembaga Kerapatan

Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten Agam, kemudian

para pemangku adat/elite adat yakni Candra, Datuak Sidubalang

yang merupakan Datuak atau pimpinan suku Sikumbang,

Yosefrizal, Datuak Malano Basa sebagai Ketua Kerapatan Adat

28

Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar penelitian Kualitatif (Tata Langkah dan

Teknik-Teknik Teoritis Data), (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2003,cet. 1), h. 4.

Page 35: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

20

Nagari (KAN), dan Nurtias, Datuak Rajo Ruhun yang merupakan

pimpinan suku atau kaum Sipisang.

b. Studi Literatur dan Dokumentasi

Studi literatur dan dokumentasi yaitu mencari dan mengumpulkan

data mengenai masalah-masalah yang berkaitan melalui buku,

jurnal, surat kabar, skripsi, tesis, disertasi, media internet dan

lainnya.

3. Jenis dan Sumber Data

Menurut Creswell bahwa seorang penulis tidak bisa hanya tergantung pada

satu macam sumber saja. Akan tetapi, sumber-sumbernya ini harus beragam.

Adapun sumber yang bisa didapatkan oleh penulis adalah berasal dari dokumen,

observasi, wawancara atau informasi audiovisual. 29

Jenis data terbagi 2:

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang

diteliti baik wawancara dengan informan dan melalui website

resmi pemerintah. Penulis juga mempersiapkan beberapa

pertanyaan yang akan penulis ajukan kepada informan nantinya.

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari buku, skripsi,

dokumen, artikel, jurnal, buletin, majalah ilmiah, surat kabar, dan

internet.

F. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisa data yang terkumpul penulis menggunakan metode

deskriptif analisis merupakan suatu pembahasan yang bertujuan untuk membuat

29

John W. Creswell, ”Research Design: Qualitatif, Quantitatif, and Mixed Method

Approach” (AS: SAGE Publication, 2014), h. 185.

Page 36: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

21

gambaran terhadap data-data yang terkumpul dan tersusun dengan cara

memberikan interpretasi terhadap data-data tersebut. Dengan menggunakan teknik

penulisan ini mampu memberikan gambaran yang sistematis, faktual, aktual serta

akurat mengenai fakta-fakta yang terjadi dilapangan seputaran Perilaku Politik

Elite Adatdalam memberikan dukungan suara terhadap calon Bupati terutama

dalam kemenangan Bupati Indra Catri dan Wakil Bupati Trinda Farhan Satria

pada Pemilukada Kabupaten Agam 2015.

Dalam penulisan ini penulis mengunakan kerangka teoretis yang akan

menjadi acuan dalam mencari jawaban dari masalah yang akan penulis teliti yaitu:

teori perilaku politik, budaya politik. Untuk pedoman dalam penulisan ini, penulis

menggunakan buku terbitan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta sebagai panduan Penyusunan Proposal dan Skripsi yang

diterbitkan secara langsung oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 sebagai pedoman Skripsi agar berjalan sesuai

prosedur dan sistematika yang baik.

Page 37: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

22

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyusun pembahasan menjadi

beberapa bagian dari sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I, Pendahuluan. Pada bab ini penulis memaparkan terkait latar

belakang masalah, pertanyaan yang menjadi latarbelakang dari masalah yang akan

penulis teliti dalam penulisan ini yaitu, perilaku politik elite adat (studi atas

kemenangan Bupati Indra Catri dan Wakil Bupati Trinda Farhan Satria pada

Pemilukada 2015 di Kabupaten Agam, Sumatera Barat). Kemudian tujuan dan

manfaat penulisan, metode penulisan, tinjauan pustaka yang menjadi bahan telaah

atau rujukan dalam melakukan penulisan, metode penulisan yang digunakan dan

sistematika penulisan yang menjadi kerangka awal dalam penyusunan penulisan

ini.

BAB II, Kerangka Teoretis. Pada bab ini penulis menjabarkan kerangka

teori yang digunakan sebagai landasan konseptual guna menjawab pertanyaan

penelitian yang penulis angkat seperti: Perilaku Politik beserta model

pendekatannya, model pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, pendekatan

pilihan rasional (rational choice), elite adat Minangkabau, budaya politik.

BAB III, Profil Kabupaten Agam. Pada bab ini penulis menjelaskan

tentang profil Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Pada bagian ini juga

dipaparkan Organisasi Elite Adat Minangkabau, profil Bupati Indra Catri dan

Wakil Bupati Trinda Farhan Satria, dan Relasi Adat dan Politik.

BAB IV,Perilaku Politik Elite Adat Kabupaten Agam.Pada bab ini

penulis mengulas faktor yang mempengaruhi elite adat dalam mendukung

Page 38: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

23

memberikan suara untuk Indra Catri dan Trinda Farhan Satria pada Pemilukada

2015 di Kabupaten Agam.

BAB V, Penutup. Pada bab ini penulis menjabarkan temuan yang diperoleh

dalam penelitianuntuk dijadikan kesimpulan serta saran untuk untuk

pengembangan penelitian lebih lanjut.

Page 39: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

24

BAB II

KERANGKA TEORETIS

Dalam skripsi ini penulis menggunakan perilaku politik dan budaya politik

sebagai landasan teori. Teori ini sangat menunjang untuk menganalisis dalam

mencari jawaban dari penelitianpenulis yang berjudul Perilaku Politik Elite Adat

(Studi atas Kemenangan Bupati Indra Catri dan Wakil Bupati Trinda Farhan

Satria pada Pemilukada 2015 di Kabupaten Agam, Sumatera Barat).

A. Perilaku Politik

Menurut Ramlan Surbakti:30

Perilaku politik dirumuskan sebagai segala sesuatu kegiatan yang berkenaan

dengan pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Yang melakukan kegiatan

adalah pemerintah dan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan pada dasarnya dibagi

dua, yaitu fungsi-fungsi pemerintahan yang dipegang oleh pemerintah dan fungsi-

fungsi politik yang dipegang oleh masyarakat.

Pendekatan perilaku (behavioralisme) ini menjelaskan mengenai individu

yang melakukan kegiatan politik secara aktual dan perilaku individu mempunyai

berbagai macam karakternya. Perilaku politik dijadikan sebagai pendekatan dalam

ilmu politik yang dikembangkan oleh kaum behavioralis dengan menekankan

pada aspek individual sebagai insan politik yang mampu melihat sistem-sistem

dari lembaga politik.31

Adapun dibalik tindakan lembaga politik dan pemerintah, seperti keputusan

pemerintah, tindakan legislatif, keputusan pengadilan dan partai politik. Tindakan

ataupun keputusan politik ini selain tidak hanya ditentukan oleh fungsi (tugas dan

30

Ramlan Surbakti,Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,

2010), h. 167. 31

David E. Apter, Pengantar Analisa Politik, penj. Setiawan Abadi (Jakarta: LP3ES;

1987), cet. II, h. 209.

Page 40: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

25

wewenang) yang melekat pada lembaga. Akan tetapi, adanya dorongan, persepsi

dan motivasi, sikap dan orientasi, harapan dan cita-cita, ketakutan dan

pengalaman masa lalu individu yang berupaya untuk membuat keputusan

tersebut.32

Dalam perilaku politik terdapat tiga hal pokok yang dijadikan sebagai

unit analisis yaitu, individu aktor politik, agregrasi politik dan tipologi

kepribadian politik. 33

Adapun kategori yang lainnya adalah individu aktor politik meliputi aktor

politik (pemimpin), aktivitas politik dan individu warga biasa.34

Perilaku politik

dapat berupa seperti halnya perilaku masyarakat dalam menentukan sikap dan

pilihan dalam pelaksanaan pemilu. Adapun perilaku politik dibagi dua, yaitu:

a. Perilaku politik lembaga-lembaga dan para pejabat pemerintah.

b. Perilaku politik warga Negara baik secara individu maupun

kelompok.35

Adapun dalam melakukan kajian terhadap perilaku politik, dapat dipilih tiga

unit analisis, yaitu:36

a. Aktor politik meliputi (aktor politik, aktivitas politik dan individu

warga negara biasa).

b. Agregasi politik yaitu: individu aktor politik secara kolektif seperti:

partai politik, birokrasi, lembaga-lembaga pemerintahan.

32

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,

2010), h. 168. 33

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik h. 169. 34

Ibid. 35

Sujijono Sastroatmodjo, Perilaku Politik (Semarang: Ikip Semarang Press, 1995), h. 2. 36

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 132.

Page 41: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

26

c. Tipologi kepribadian politik yaitu: kepribadian pemimpin seperti:

Otoriter, Machiavelist dan Demokratis.

Perilaku politik yaitu berupa adanya bentuk keikutsertaan dari masyarakat

seperti partisipasi politik. Partisipasi politik ialah kegiatan yang dilakukan

seseorang atau kelompok orang untuk ikut berpartisipasi secara aktif dalam

kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Kegiatan ini mencakup tindakan seperti

memberikan suara dalam pemilihan umum dan sebagainya.37

Kemudian Hebert

McClosky38

berpendapat mengenai partisipasi bahwa:

“The term political paticipation will refer to those voluntary activities by

which members od a society share in the selection of rulers and directly or

indirectly, in the formation of public police” (Partisipasi politik adalah

kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka

mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam proses kebijakan umum).39

Partisipasi politik sama dengan kesadaran politik seseorang untuk ikutserta

dalam politik. Karena semakin sadar dirinya memiliki hak dalam politik dan

individu memberikan dukungan berupa hak suara. Kebanyakan kesadaran politik

ini dimulai dari orang berpendidikan, kehidupan yang memadai dan orang-orang

yang terkemuka. Jika seseorang mengetahui kesempatan-kesempatan dalam

melakukan partisipasi yang efektif dalam membuat keputusan, maka mungkin

37

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2008), h. 367. 38

Herbert McClosky merupakan seorang pensiunan Profesor Ilmu Politik di Universitas

California, Berkeley yang menggunakan survey sebagai alat untuk mempolopori penelitian dalam

mendapatkan kepercayaan politik, etika, dan ideologis. Lihat di

www.berkeley.edu/news/media/releases/2006/03/16_mcclosky.html pada 6 November 2016. 39

Herbert McClosky, ”Political Participation”, International Encyclopedia of the Social

Sciences, ed. Ke-2 (New York: The Macmillan Company,1972), h. 252.

Page 42: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

27

mereka akan percaya bahwa partisipasi itu merupakan sesuatu yang bermanfaat

dan kesadaran yang tumbuh untuk berpartisipasi aktif.40

Partisipasi politik mempunyai tujuan dalam memberikan peluang bagi

kelompok masyarakat yang pada dasarnya memiliki kondisi berbeda baik secara

sosial-ekonomi, etnik-budayanya terutama untuk mengungkapkan kepentingannya

melalui lembaga politik yang mampu mempengaruhi perumusan kebijakan

politik.41

Menurut Saiful Mujani Partisipasi adalah42

Partisipasi dalam pemilihan umum (voter turnout) ialah bentuk partisipasi yang

paling mendasar dalam demokrasi. Semuanya itu berdasarkan pada suatu tindakan

seseorang warga negara biasa yang dilakukan secara sukarela untuk mempengaruhi

keputusan publik.Memilihsejatinya merupakan suatu kegiatan yang dianggap

penting yang menjadi dasar sebuah proses dalam menentukan sesuatu yang

dianggap cocok dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh seseorang atau

kelompok baik secara ekslusif maupun inklusif.

Memilih menjadi sebuah aktifitas yang dilakukan dalam menentukan

keputusan secara langsung maupun secara tidak langsung.43

Dengan adanya

pilihan politik maka menjadi dasar seseorang individu untuk memberikan

suaranya terhadap calon atau partai yang akan mereka pilih. Pilihan politik ini

tentu didorong oleh adanya kepentingan ekonomi politik pemilih mampu

mengkalkulasikan dalam pilihan politiknya. Seseorang pemilih yang berasal dari

suku Jawa juga akan memilih calon yang orang Jawa, bukan sertamertadiberikan

40

David Held, Models of Democracy(Jakarta: Akbar Tanjung Institut, 2006), h. 248. 41

Elsa Peldi Taher,ed., Demokratisasi Politik, Budaya dan Ekonomi pengalaman Indonesia

Masa Orde Baru (Jakarta: Yayasan Paramadina, 1994), h. 156. 42

Saiful Mujani dan William Liddle, Kuasa Rakyat, Analisis tentang Perilaku Pemilih

Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca Orde Baru, h. 4. 43

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik(Jakarta: PT. Grasindo, 1992), h. 15.

Page 43: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

28

penilaian terhadap calon yang mempunyai integritas maupun kapabilitas yang

tinggi sebagai pemimpin.44

Ada tiga model pendekatan Perilaku Politik yang menjadi landasan dalam

mencari jawaban dari masalah yang akan penulisteliti:

a. Pendekatan Sosiologis

Model Sosiologis merupakan suatu model pendekatan yang berkembang

lebih awal dari model psikologis dan pilihan rasional. Model ini digunakan untuk

menjawab masalah-masalah terkait apa yang akan diteliti. Model ini lahir di Eropa

dan Amerika pada tahun 1950-an, pendekatan sosiologis ini menjelaskan bahwa

perilaku pemilih ini ditentukan oleh karakteristik sosiologis para pemilih,

terutama pada kelas, agama, kelompok etnik/kedaerahan, bahasa dan

sebagainya.45

Dengan adanya beberapa subkultur tersebut tentu memiliki kondisi sosial

yang pada akhirnya bermuara pada bentuk atau tindakan perilaku politik

seseorang tertentu baik kepada warga/masyarakat, kepala suku atau elite adat dan

sebagainya. Inti dari model Sosiologis ini bahwa seseorang harus berpartisipasi

dalam pemilu dengan penuh kesadaran yang dimiliki oleh setiap individu itu

sendiri. Akan tetapi, kesadaran individu ini muncul pada orang yang mempunyai

riwayat pendidikan tinggi dibandingkan orang yang tidak mempunyai pendidikan.

44

Mujani, Kuasa Rakyat, h. 320. 45

Saiful Mujani dan William Liddle, Kuasa Rakyat, Analisis tentang Perilaku

Pemilih Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca Orde Baru

(Jakarta: Mizan Publika), h. 6.

Page 44: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

29

Kemudian juga status pekerjaan yang dimiliki seseorang juga dianggap

memperngaruhi keikutsertaan individu dalam pemilu.46

Semuanya itu tidak terlepas dari pengaruh lingkungan fisik, sosio-kultur

yang relatif sama dan memiliki kepercayaan, nilai dan harapan yang sama

termasuk dalam kaitannya dengan preferensi pilihan politik. Oleh karenanya,

dengan pendekatan sosiologis ini akan melihat para anggota subkultur yang sama

dan cenderung mempunyai pilihan politik yang sama pula.47

b. Pendekatan Psikologis

Model Pendekatan Psikologis ini hadir untuk memperkenalkan budaya

demokrasi atau civic culture dalam menelaah bagaimana budaya partisipasi politik

seorang individu. Model Psikologi ini menyuruh seseorang warga untuk ikutserta

berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan politik yaitu pemilihan kepala daerah dan

Pilpres. Hal ini dilakukan oleh warga bukan hanya karena kondisinya yang lebih

baik secara sosial maupun ekonomi. Akan tetapi, seorang individu merasa tertarik

dengan politik dan mempunyai perasaan tertentu (identitas partai). Setiap warga

memiliki keinginan untuk ikut berpartisipasi politik.48

Meskipun dia terlibat dalam kehidupan (civic) tapi dia tidak memiliki

kemauan untuk berpartisipasi. Oleh karena itu, terdapat beberapa komponen

keterlibatan politik (politicalengagement) adalah informasi politik dan

46

Ibid. 47

Saiful Mujani dan William Liddle, Kuasa Rakyat, Analisis tentang Perilaku Pemilih

Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca Orde Baru,h. 20. 48

Ibid., h. 22.

Page 45: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

30

pengetahuan politik yang dimiliki oleh seorang individu, (political interest) atau

tertarik politik, (internal efficacy) dan partisanship (identitas partai). 49

Model Psikologis ini sangat mendukung untuk memiliki perasaan dekat,

sikap mendukung dan setia pada partai politik tertentu. Hal ini dinamakan dengan

(partisanship), merupakan suatu kemampuan warga secara psikologis untuk

mengidentifikasikan dirinya terhadap calon kandidat dari partai politik tertentu.

Seorang partisipan memilki kemampuan yang sangat tinggi terutama secara

psikologis untuk mendukung dan memilih partainya dalam pemilu serta berusaha

untuk memenangkan partainya.50

c. Pendekatan pilihan rasional (rational choice)

Merupakan suatu teori tindakan rasional (rational action theory) yang

mempunyai keterkaitan antara Sosiologi Max Weber dengan teori Ekonomi.

Pendekatan ini mulai populer pada Tahun 1990-an yang masuk dalam Asosiasi

Sosiologi Amerika setelah munculnya penerbitan Jurnal Rationality and Society

Tahun 1989. Gambaran sederhana dari pendekatan pilihan rasional ini adalah

manusia selalu dihubungkan dengan sesuatu yang menyangkut cita-cita, cinta,

pendidikan, bekerja, berkeluarga, berorganisasi dan berpolitik. Manusia memiliki

nalar untuk satu pilihan dan menerima resiko atas pilihan tersebut.51

Oleh karena itu, dalam pilihan rasional ini setiap orang yang memilih

dengan menggunakan tindakan rasional maka ia juga memikirkan kegunaan,

memuaskan keinginan dan kebutuhan. Manusia yang memiliki sifat dasar dari

49

Ibid. 50

Ibid., h. 25. 51

Muhammad Rifai, ”Teori Pilihan Rasional”, tersedia di http://ensiklo.com/2015/09/teori-

pilihan-rasional/pada 13 November 2016.

Page 46: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

31

makhluk rasional adalah ketika ia mampu menghitung untung-rugi dari setiap

tindakannya.Saat melakukan tindakan warga selalu melihat biaya yang rendah dan

menginginkan keuntungan yang besar.52

Model Rasionalitas pemilih ini bertumpu pada keyakinan bahwa seseorang

Manusia mempunyai kepentingan secara materi. Perilaku tersebut mengandung

motif kepentingan secara material hingga menjadi dasar perilaku politik pemilih.

Termasuk pilihan politik yang didorong oleh kepentingan ekonomi pemilih. Jika

seseorang akan memilih calon kandidat atau partai politik tertentu, jika ia

merasakan atau memperoleh untung hingga keinginannya terpenuhi dan

sebaliknya.53

Terkait dengan hal ini juga rasionalitas pemilih sangat berkaitan dengan hal

yang paling penting seperti isu agama, isu suku dan kedaerahan. Pilihan politik

yang mereka ambil dalam pemilu tentu bukanlah pilihan secara kebetulan dan

mendesak melainkan pemilih tersebut telah melakukan berbagai pertimbang-

pertimbangan serta preferensi tersendiri. Bentuk pendekatan pilihan rasional ini

dapat diaktualisasikan saat setiap warga negara ataupun elite adat yang turut

ikutserta dalam memilih pemimpin baik dalam pemilukada walikota, bupati,

gubernur maupun presiden. Pilihan politiknya itu didasarkan pada pilihan secara

fakta atau keinginan sendiri tanpa ada unsur pengaruh ataupun tekanan dari pihak

lain. Keinginan dalam memilih itu tidak sertamerta dilakukan karena mempunyai

hak pilih saja, akan tetapi dilihat berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dari

seorang warga atau elite adat dalam memilih seorang calon kandidat.

52

Ibid. 53

Mujani, Kuasa Rakyat, h. 319.

Page 47: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

32

Berdasarkan pemaparan teori perilaku politik di atas tentu memiliki arah

kesinambungan dengan penelitian yang akan penulis teliti bahwa Datuak sebagai

pemangku adat Minangkabau yang memiliki hak warga negara untuk ikutserta

dalam politik dalam artian pilihan politik tersendiri. Oleh karena itu, tiga model

pendekatan perilaku yang dijadikan sebagai pisau analisis yakni; model

pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis dan pendekatan pilihan rasional

yang mampu untuk melihat kecenderungan para elite adat dalam pilihan

politiknya dan memberikan dukungan suara terhadap calon kandidat dalam

Pemilukada 2015 Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Sebab, Datuak sejatinya

merupakan seorang elite adat yang paling berpengaruh dalam kehidupan

masyarakat Minangkabau. Tidak hanya itu, Datuak juga menjadi sebagai penegak

hukum adat (Yuridisial Adat) dan mampu mengayomi, menjaga, memelihara

anak-kemenakannya. Dengan adanya tiga pendekatan politik ini dapat

memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang ada pada masalah penulis teliti.

B Elite Adat Minangkabau

Adat Minangkabau telah memberikan amanah atau kepercayaan kepada

seseorang laki-laki terpilih yang memiliki kesempatan untuk memangku

kepemimpinan dalam adat yang mempunyai gelar (Datuak). Seorang Datuak atau

penghulu mempunyai tanggungjawab yang besar terhadap permasalahan yang ada

dalam masyarakat terutama dalam anak dan kemenakan yang satu suku

Page 48: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

33

dengannya. Itu semua merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh

Datuak. Hal ini diperkuat oleh pepatah Adat Minangkabau sebagai berikut:54

“Kusuik manyalasaian

Karuah mampajaniah

Tumbuahnyo ditanam

Tingginya ditanjuang

Gadangnyo diamba”

Artinya Datuak memiliki peranan dalam menyelesaikan segala

permasalahan, sengketa maupun pertikaian yang ada dalam suku.

Menurut adat Bodi Chaniago bahwa seluruh penghulu atau Datuak

mempunyai kedudukan yang sama atau sederajat yang dinamakan dengan

“Penghulu Andhiko”. Andhiko berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “Andhika”

yang berartikan dengan memerintah. Sedangkan arti lainnya bahwa penghulu

seandhiko artinya setiap penghulu mempunyai wewenang dan memerintah dalam

suatu suku dalam nagari masing-masing.55

Tidak hanya itu, Datuak juga memiliki

pemimpin mempunyai jiwa besar dan mempunyai pandangan yang luas dalam

menyelesaikan suatu masalah serta memiliki sebuah prinsip sebagai berikut:56

“Tak ado kusuik nan indak salasai

Karuah nan indak janiah”.

Dalam arti bahwa tidak ada kusut yang tidak selesai dan keruh yang tidak

jernih. Setiap masalah ataupun persoalan mampu dicari penyelesaiannya dan jalan

keluarnya.

Secara pengertiannya Datuak merupakan gelar pusako (pusaka) adat yang

berada dalam suatu suku atau kaum yang diberikan kepada seseorang yang

54

Ibrahim Dt. Sanggoeno Diradjo, Tambo Alam Minangkabau Tatanan Adat Warisan

Nenek Moyang Orang Minang (Bukittinggi: Kristal Multimedia, 2009), h. 171. 55

Ibrahim Dt. Sanggoeno Diradjo, Tambo Alam Minangkabau Tatanan Adat Warisan

Nenek Moyang Orang Minang Ibid., h. 172. 56

Ibid.

Page 49: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

34

terpilih dalam suku itu sendiri. Datuak diangkat berdasarkan kesepakatan bersama

dengan kemenakannya melalui upacara adat yaitu menyembelih seekor kerbau.

Datuak memiliki peranan dan pengaruh yang sangat besar dalam masyarakat

Minangkabau terutama pada kemenakan yang satu suku dengannya.57

Sedangkan

kewajibannya Datuak berusaha untuk menyampaikan segala maksud yang ada

dalam Adat dan memberikan pengajaran dan petunjuk kepada kerabat kaumnya

yang benar serta lurus tujuannya. Beberapa Datuak yang terhimpun dalam jumlah

yang banyak dinamakan dengan (niniak-mamak) yang menduduki sebagai

fungsional adat berdasarkan konsepsi pepatah Minangkabau yaitu:58

“nan gadang basa batuah. Ka pai tampek batanyo, ka pulang tampek

babarito, bapucuak sabana bulek, basandi sabana padek, bapucuak bulek, baurek

tunggang, bapantang kusuik indak salasai, bapantang karuah indak janiah”.

Artinya adalah setiap persoalan yang tumbuh didalam suku atau kaum

maupun dinagari mampu dicari penyelesainnya melalui musyawarah dan

mumfakat.

a. Kedudukan dan Peranan Datuak atau Penghulu

Pada dasarnya didalam kehidupan masyarakat adat Minangkabau bahwa

penghulu atau datuak memiliki kedudukan dan peranan dalam mengatur segala

aspek kehidupan adat yang berhubungan dengan anak–kemenakan dan

pemerintahan nagari. Sesuai dengan rumusan pepatah pepatah Minangkabau yang

tertulis sebagai berikut:59

57

Dinafirst“Kepemimpinan Masyarakat Minangkabau” di

https://dinarfirst.org/kepemimpinan-dalam-masyarakat-minangkabau/pada 3 Januari 2017. 58

Bunga Rampai, Pengetahuan Adat Minangkabau (Padang: Lembaga Kerapatan Adat

Alam Minangkabau, 2000), h. 53. 59

Amir M.S, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang (Jakarta: PT.

Mutiara Sumber Widya, 1997), h. 68.

Page 50: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

35

” Nan tinggi tampak jauah “Yang tinggi tampak jauh

Nan gadang jolong basuo Yang besar mula ketemu

Kayu gadang ditangah padang Pohon besar ditengah padang

Tampek balinduang kapanasan Tempat berlindung kepanasan

Tampek bataduah kahujanan Tempat berteduh kehujanan

Ureknyo tampek baselo Uratnya tempat bersila

Batangnyo tampek basanda Batangnya tempat bersandar

Pai tampek batanyo Pergi tempat bertanya

Pulang tampek babarito Pulang tempat berberita

Biang nan akan menambuakkan Biang yang akan menembus

Gantiang nan akan mamutuihan Genting yang akan memutus

Tampek mangadu sasak sampik”. Tempat mengadu kesulitan.

Berdasarkan pepatah Minangkabau di atas bahwa Datuak sebagai elite adat

di Minangkabau memiliki peranan dan pengaruh yang sangat besar dalam hidup

dalam satu kaum atau suku.

b. Syarat, Sifat dan Kewajiban menjadi seorang Datuak:60

a. Pengangkatannya berdasarkan adat dalam nagari.

b. Memiliki akal sehat.

c. Laki-laki.

d. Orang yang berasal dari penghulu juga yang berhak memakai dan mewarisi

gelar penghulu yang dipakainya itu.

e. Berilmu pengetahuan tinggi.

f. Memiliki harta.

g. Murah lakunya dan fasih dalam berkata-kata.

h. Memiliki pengetahuan terhadap pekerjaannya.

i. Lapang dan sabar hatinya.

Sifat yang harus dimiliki oleh Datuak dan ditanamkan dalam diri selama

memimpin suku atau sebelum diangkat menjadi seorang kepala adat,di

antaranya:61

a. Teguh pendirian yaitu seorang penghulu/datuak harus berdiri pada

kebenaran.

b. Menyemaikan kebaikan.

c. Memperbaiki pagar-pagar atau keamanan negeri.

d. Mampu menghasilkan pekerjaan negeri.

e. Tahu mana yang salah dan mana yang benar.

60

Ibrahim Dt. Sanggoeno Diradjo, Tambo Alam Minangkabau Tatanan Adat Warisan

Nenek Moyang Orang Minang, h. 196-197. 61

Datuak Batuah, Tambo Alam Minangkabau (Payakumbuh: Limbago, 1955), h. 42.

Page 51: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

36

f. Mampu menyelesaikan permasalahan atau sengketa yang terjadi dalam

suku/kaumnya.

Sedangkan kewajiban seorang penghulu atau datuak terdapat empat macam

yang harus ada pada diri seorang Datuak. Yaitu:62

1. Menurut alur yang lurus

Maksudnya ialah seorang Datuak berkewajiban untuk menuruti cara-cara

yang benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik

dalam hukum adat, hukum syara’, maupun hukum nasional atau negara. Ini semua

sejatinya didalam hukum adat yaitu “Tali Tigo Sapilin”. Menurut alur tersebut

maksudnya ialah yaitu:

a. Alur Adat merupakan sebuah alur yang dapat dimunfakati seperti alur

tonggak tiang rumah. Intinya, semuanya dapat diperundingkan atau

dimusyawarahkan sesuai alur yang akan dibuat atau dituruti.

b. Alur Pusaka merupakan sebuah alur yang tidak dapat dimunfakati atau

diperundingan seperti alur adat. Sebab, semuanya itu berasal dari

kekuasaan Allah SWT. Contoh: Alqur’an dan Sunnah.

2. Menempuh jalan yang pasar, maksudnya ialah jalan yang biasa dipakai

oleh orang. Dalam artian, setiap sesuatu yang baik itu akan dilakukan

dan setiap yang buruk akan ditinggalkan. Begitupun dengan makanan,

kalau enak sama dimakan, kalau buruk sama dibuang.

62

Edison Ms, Nasrun Dt. Marajo Sungut, Tambo Minangkabau, Budaya dan Hukum Adat

di Minangkabau (Bukittinggi: Kristal Multimedia, 2010), h. 194.

Page 52: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

37

Di sisi lainnya, pepatah Minangkabau mengatakan“janganlah masuk dari

rusuk, janganlah naik dari jendela”. Maknanya ialah sesuatu itu dapat dijalani

dengan tubuh dan dapat dilalui oleh akal dan ilmu pengetahuan.63

3. Mempunyai harato pusako (harta benda)

Seorang Datuak pada dasarnya mempunyai harta pusaka peninggalan nenek

moyang atau orang-otang tua yang terdahulu, baik berupa sawah, ladang, kolam

ikan, rumah gadang, rangkiang (lumbung padi). Oleh karena itu, disaat seorang

datuak berhasil menjabat dalam kepemimpinan suku maka Datuak secara

langsung membagi sawah atau ladang untuk anak-kemenakannya agar mampu

digarap sesuai bagiannya masing-masing.

4. Memilihara anak kemenakan.

Seorang Datuak berusaha untuk memberikan perlindungan, memelihara

dengan baik anak-kemenakannya baik berada dalam satu suku atau dengan suku

yang lainnya. Untuk itu, dalam menunjang Datuak dalam menjaga anak-

kemenakannya diperlukan kegiatan seperti dibawah ini:64

a. Wilayat: hukum menghukum dalam kampung, pemerintah-

memerintah dalam nagari, yang tua harus dihormati dan yang kecil

harus disayangi.

b. Hikayat: Datuak berupaya untuk menyampaikan hal-hal buruk terkait

sebuah masalah atau kejadian masa lampau, tujuannya adalah agar

anak-kemenakan mampu memilah hal-hal baik dan bisa dijadikan

perbandingan serta pelajaran dan sebagainya.

c. Amanah: memiliki sifat dapat dipercaya sesuai dengan pepatah adat

“bulek indak bepersegi, datar indak bergerigi”. Artinya Datuak selalu

amanah dalam memimpin anak-kemenakannya.

d. Had: segala sesuatu tingkah laku yang diukur dengan baik dalam

artian seorang anak-kemenakan harus mengikuti batasan maupun

aturan yang telah ditetapkan oleh datuaknya. Hukum adat harus ditaati

63

Ibid., h. 195. 64

Edison Ms, Nasrun Dt. Marajo Sungut, Tambo Minangkabau, Budaya dan Hukum Adat

di Minangkabau, h. 196.

Page 53: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

38

oleh anak-kemenakannya dan tidak boleh melewati batas dalam aturan

yang berlaku.

e. Siasat/strategi: setiap anak-kemenakannya harus selalu patuh dan taat

kepada datuaknya.

Kelima hal di atas harus dimiliki oleh seorang Datuak dalam memilihara

dan menjaga anak-kemenakannya. Meskipun demikian, Datuak memiliki harkat

dan martabat yang harus dijunjung tinggi serta dihormati oleh masyarakat adat

baik satu suku dengannya ataupun dengan suku yang lainnya didalam nagari. Pada

dasarnya kedaulatan seorang Datuak atau penghulu di Minangkabau sebenarnya

tidak lebih seperti kekuatan seorang ketua dalam sebuah organisasi. Sebab,

Datuak dipilih dan diangkat oleh kaumnya berdasarkan kesepakatan bersama.

Hal ini jelas termaktub dalam pepatah Minangkabau, yaitu

“nan diamba gadang dianjuang tinggi, gadangnyo karano diamba tingginyo

karano dianjuang”. (yang diambakan besar dianjung tinggi, besarnya karena

tingginya dianjung).65

Maksudnya adalah kedudukan Datuak terlihat dari sikap hormat dari anak-

kemenakan untuk meninggikan apabila anak-kemenakan meninggikan Datuaknya.

Namun jika anak-kemenakan sudah tidak menghormatinya lagi maka hilang

pulalah marwah dari kehormatan seorang Datuak atau penghulu.

Dalam perjalanan kehidupan masyarakat Minangkabau bahwa Datuak

menjadi elite adat yang sangat dihormati, ditinggikan bahkan disanjung oleh anak-

kemenakannya yang satu suku dengannya, Datuak dengan Datuak yang berasal

dari suku lainnya maupun dengan seluruh elemen masyarakat dalam pemerintahan

nagari. Baik buruknya keadaan masyarakat adat di Minangkabau itu ditentukan

65

Idrus Hakimy DT. Rajo Pangulu, Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di

Minangkabau (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1978), h. 68.

Page 54: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

39

oleh baik – buruknya Datuak dalam menjalankan keempat fungsi utamanya.

Adapun pepatah Minangkabau memperkuat Datuak dalam menjalankan fungsinya

yaitu:66

“ Elok Nagari dek penghulu “Baiknya negeri karena penghulu

Elok tapian dek nan mudo Baiknya tepian mandi karena remaja

Elok musajik dek Tuanku Baiknya mesjid karena Tuanku

Elok rumah dek Bundo Kanduang”. Baiknya rumah karena bunda kandung”.67

Pepatah di atas bermakna seorang Datuak atau penghulu mempunyai tugas

yang berat dan peranan yang menjadi landasan dalam kehidupan bermasyarakat

adat. Secara tradisi nenek moyang Minangkabau bahwa yang berhak menjadi

seorang penghulu atau datuak adalah seorang pria/laki-laki. Dalam hal ini wanita

tidak diperbolehkan untuk menjadi seorang datuak. Meskipun, datuak diangkat

berdasarkan sistem kekerabatan “Matrilinial” yang secara jelas mengikuti garis

keturunan Ibu. Namun, dalam hal ini tidak sertamerta dapat diartikan bahwa

“wanita yang berkuasa” atau wanita yang mempunyai hak untuk menjadi seorang

Datuak atau kepala adat.

Datuak tidak hanya sendiri dalam menjalankan tugasnya sebagai elite adat

atau sebagai oknum penegak hukum adat (yudisial adat) yang memimpin anak-

kemenakannya dan kontribusinya dalam pemerintahan nagari, namun Datuak

memiliki perkumpulan yang disebut dengan niniak-mamak yang mana merupakan

suatu kesatuan dalam sebuah lembaga perhimpunan Penghulu (Datuak) dalam

suatu nagari di Minangkabau yang terdiri dari beberapa Datuak di sebuah lembaga

adat yang dinamakan Kerapatan Adat Nagari (KAN). Kerapatan Adat Nagari

66

Amir M.S, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang (Jakarta: PT.

Mutiara Sumber Widya, 1997), h. 68. 67

Ibid.

Page 55: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

40

(KAN) merupakan suatu lembaga perwakilan permusyawaratan dan

pemumfakatan adat tertinggi yang telah diwarisi secara turun-temurun sepanjang

adat di tengah masyarakat Nagari di Sumatera Barat. Kerapatan Adat Nagari

(KAN) dari segi keberadaannya, mempunyai peran dalam mengambil keputusan

atas masalah yang menyangkut hajat hidup dan kepentingan orang banyak yang

berada di Nagari.68

.

Datuak secara adat Minangkabau memiliki hierarkhi yang tinggi untuk

dapat mengakomodir kepentingan-kepentingan kemenakan yang berada satu suku

dengannya. Tidak hanya itu, Datuak juga diminta untuk selalu bertanggungjawab

untuk melaksanakan prinsip-prinsip adat yang mempengaruhi sukunya, mengatur

segenap hubungan yang harmonis antar satu suku dengan suku yang lainnya serta

lingkungan yang lebih luas. Berbagai peranan yang dimiliki oleh seorang Datuak

di Minangkabau yang mana mewakili saran-saran maupun kepentingan anggota

sukunya dalam pemerintahan Nagari.69

Selain itu, Datuak juga mengurus tanah-tanah pusaka (pusako) yang dimiliki

oleh nenek moyang yang berada pada suku tertentu, terutama dalam penggunaan

tanah dilakukan secara bergilir oleh kemenakan Datuak yang bersangkutan.

Keberadaan Datuak di tengah kehidupan bermasyarakat sangat memiliki pengaruh

terhadap kemaslahatan kemenakannya. Hal ini sudah termaktub dalam sebuah

pepatah Minangkabau yaitu:70

68

Hakimi, Dt. Pengulu, Pedoman Niniak Mamak Pemangku Adat. Penerbit Biro

Pembinaan Adat dan Syarak, LKAAM Provinsi Sumatera Barat, h. 90. 69

Elizabeth Graves, Asal-usul Elite Minangkabau Modern Respons terhadap Kolonial

Belanda Abad XIX/XX (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), h. 21. 70

Ibid.

Page 56: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

41

“Bak baringin ditangah koto, ureknyo tampek baselo, batangnyo tampek basanda,

dahannyo tampek bagantuang, daunnyo tampek bataduah kahujanan, tampek balinduang

kapanehan, nan didahulukan salangkah nan ditinggikan sarantiang, ka pai tampek

batanyo, kapulang tampek babarito”.

“Seperti pohon beringin di tengah kota akarnya tempat duduk, batangnya

tempat bersandar, dahannya tempat bergantung, daunnya tempat berteduh, bila

hujan tempat berteduh bila kepanasan, didahulukan selangkah, ditinggikan

seranting, kalau pergi tempat bertanya kalau pulang tempat memberikan berita”.

Maksudnya Datuak senantiasa memilliki kedudukan yang lebih tinggi

dibandingkan jabatan lainnya yang ada dalam masyarakat merupakan suatu

tempat sandaran, mengadu, memberi tahu informasi (kaba barito) maupun tempat

bertanya tentang berbagai permasalahan yang dihadapi warga dalam suatu nagari..

Oleh karenanya, seorang Datuak ialah sebagai pemimpin bagi kaumnya

artinya menempatkan kekuasaan itu menjadi suatu urusan yang kesekian dan lebih

menonjolkan dalam menjalankan amanah kepemimpinan yang dipikulnya. Sebab,

kekuasaan bagi seorang Datuak lahir secara alamiah dan hal itu terpancar dari

harkat martabat serta sifat yang dimilikinya. Elite adat membentuk kekuasaan

untuk mengatur kehidupan anak-kemenakan dan kemaslahatan dalam kehidupan

nagari.71

Adapun dalam kepimpinan Datuak dalam sukunya, Datuak dibantu oleh tiga

orang pembantu yaitu: Manti, Malin dan Dubalang.72

1. Manti

71

Yusrizal Sutan Mangkuto, Nagari Kurai Limo Jorong, Peran dan Fungsi Niniak-Mamak

Alim Ulama sarato Cadiak Pandai di Nagari Kurai Limo Jorong (Bukittinggi: Kristal Multimedia,

2014), h. 4. 72

Ibrahim Dt. Sanggoeno Diradjo, Tambo Alam Minangkabau Tatanan Adat Warisan

Nenek Moyang Orang Minang, h. 172-173.

Page 57: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

42

Dalam aturan Adat Minangkabau bahwa Manti mempunyai tugas dan

tanggungjawab dalam membantu tugas dari Datuak, antara lain:

a. Memegang bidang tata laksana dan organisasi kepenghuluan yang

diembannya.

b. Manti bertugas sebagai “angin” yang bertugas dalam membawa

informasi dan penghubung antar kaum atau suku ataupun antar Datuak

yang berada dalam lingkup kepenghuluan yang diembannya.

c. Menerima laporan dan pengaduan serta menindaklanjutinya.

d. Memiliki sikap dan berbuat pedoman kepada ajaran agama dan adat

serta kepada apa-apa yang telah diadatkan.

e. Memiliki kemampuan untuk mengurus kegiatan sehari-hari.

2. Malin

Sebagaimana yang telah digambarkan dalam aturan adat yang telah menjadi

tugas dan kewajiban seorang Malin, yaitu:

a. Malin menjalani tugas dan kewajiban seorang malin harus selalu teguh

dan menegakkan agama.

b. Selalu berusaha memelihara dan mengembangkan ajaran-ajaran agama

kepada seluruh kaum dan anak kemenakannya yang ada didalamnya.

c. Mengurus masalah ibadah, masalah keguruan dan masalah kemenakan

yang ada didalamnya.

d. Sesuai dengan syari’at agama bahwa Malin bertugas dan berusaha

dalam mencuci segala yang kotor serta kumuh dalam kaum dan anak

kemenakan.

Page 58: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

43

3. Dubalang

Dalam kandungan pepatah Minangkabau yang memiliki tugas dan

kewajiban seorang dubalang, sebagai berikut:73

a. Dubalang (hulubalang) dari Datuak atau Penghulu sebagai atasannya.

b. Dubalang nagari bersama-sama dengan dubalang kepenghuluan

lainnya baik sesuku maupun dengan suku lainnya.

c. Memanfaatkan anggota atau pemuda sebagai anggota sebagai pasukan.

d. Dubalang bertindak sebagai eksekutor dalam hasil kesepakatan atau

keputusan yang diambil oleh musyawarah penghulu atau nagari.

e. Dubalang juga berfungsi sebagai penjaga keamanan dan pertahanan

(Polisi).

Sejauh ini Datuak sebagai elite adat tentu ditengah masyarakat

Minangkabau sangat dihormati, dihargai bahkan kedudukannya lebih tinggi

dibandingkan dengan masyarakat biasa dan pejabat nagari. Datuak berupaya

dengan baik untuk menjaga, memelihara, mengayomi seluruh anak-kemenakan

baik yang berada dibawah kekuasaannya maupun dengan suku lainnya. Tidak

hanya itu, Datuak juga menjadi badan yang mengadili atau menegakkan hukum

adat (yuridisial adat) dan tidak seorangpun masyarakat (anak kemenakan) yang

berani untuk melanggar aturan adat yang telah disepakati bersama oleh para elite

adat di Minangkabau.

73

Ibid.

Page 59: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

44

C. Budaya Politik

Budaya politik muncul dalam ilmu politik setelah akhir Perang Dunia II

yang menjadi efek terhadap perpolitikan di Amerika Serikat. Teori budaya politik

ini hadir untuk dapat paham mengenai sistem politik. Teori sistem politik yang

diajukan oleh David Easton yang kemudian disebarluaskan oleh Gabriel Almond

dan Sidney Verba. Kajian di lima negara membuat kedua ilmuwan ini

menghasilkan sebuah karya dalam bentuk buku yaitu, “The Civic Culture”Civic

Culture akan menjadi dasar dari budaya politik yang membentuk sebuah

demokrasi.74

Budaya politik pada hakikatnya berpusat pada sebuah imaginasi berdasarkan

konsep pikiran dan perasaan manusia yang diiringi dengan tindakan yang menuju

arah pembangunan dan moderenisasi. Budaya politik memiliki derajat tinggi yang

membentuk aspirasi, harapan, preferensi serta prioritas dalam menghadapi

tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan sosial dan politik. 75

Budaya politik bukanlah suatu kebudayaan modern melainkan suatu

kombinasi antara moderenitas dengan tradisi.76

Budaya Politik menjadi sebuah sikap atau pola tingkah laku individu dan

orientasinya terhadap kehidupan politik dan dipahami oleh anggota suatu sistem

politik. budaya politik melekat pada setiap elemen masyarakat yang terdiri atas

74

Affan Gaffar, Politik Indonesia Transisi menuju Demokrasi(Yogjakarta: Pustaka Pelajar,

1999), h. 99. 75

Alfian & Nazaruddin, ed., Profil Budaya Politik Indonesia (Jakarta: PT Pustaka Utama

untuk Asosiasi Ilmu Politik Indonesia, 1991), h. 52. 76

Ismid Hadad, Budaya Politik dan Keadilan Sosial (Jakarta: LP3ES, 1979), h. 232.

Page 60: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

45

sejumlah individu yang hidup dalam sistem politik tradisional dalam sistem

politik tradisional, transisional maupun modern.77

Budaya politik ini ditinjau dari sebagaimana seorang rakyat bersedia untuk

menjaga integrasi politik. Kematangan budaya politik suatu bangsa menjadi tolak

ukur dalam kesediannya untuk memelihara integrasi politiknya. Bangsa Indonesia

memiliki berbagai macam suku maupun budaya dan berusaha untuk menjaga

integrasi politik serta ruang gerak ikatan-ikatan primodial. Oleh karena itu,

memperkecil ikatan primodial harus meraih target sebuah tindakan sukarela yang

dilakukan secara ikhlas.78

Kehadiran budaya politik menjadi kunci pada sikap yang mengarah pada

orientasi politik dan kebudayaan ekonomi dan religius. Budaya politik yang

berkembang dimasyarakat memiliki acuan pada sistem politik dilakukan

berdasarkan kesadaran, perasaan dan evaluasi penduduk. Dalam hal budaya

banyak terjadi permasalahan atau polemik yang nantinya terjadi proses

akulturasi.79

Menurut Almond dan Verba dalam bukunya yang berjudul Budaya Politik,

Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara mengatakan budaya politik ialah

sikap yang dimiliki oleh individu terhadap sistem politik beragam berdasarkan sikap,

peranan yang dimainkan dalam sistem politik”. 80

77

Rusadi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia Suatu Model Pengantar (Bandung: Sinar

Baru Algensido, 2002), h. 25. 78

Nazaruddin Sjamsuddin, Integrasi Politik di Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia, 1989), h.

29. 79

Gabriel A. Almond & Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan

Demokrasi di Lima Negara (Jakarta: Bina Aksara, 1984), h. 14-15. 80

Ibid.

Page 61: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

46

Adapun tiga orientasi yang memicu adanya kebudayaan politik. Di

antaranya: 81

1. Orientasi Kognitif: adanya pengetahuan tentang dan kepercayaan pada

politik, peranan dan segala kewajibannya, serta input dan outputnya.

2. Orientasi Afektif: adanya perasaan terhadap sistem politik,

peranannya, para aktor dan penampilannya.

3. Orientasi Evaluatif: adanya keputusan dan pendapat tentang obyek-

obyek politik yang secara tipikal melibatkan kombinasi standar nilai

dan kriteria dengan informasi dan perasaan.

Berdasarkan orientasi sikap politik warga negara Almond dan Verba

membagi tiga bentuk budaya politik sebagai berikut:82

1. Budaya politik parokial

Budaya politik parokial adalah suatu tipe kebudayaan politik dimana

sebagian besar penduduk menolak tuntutan-tuntutan ekslusif masyarakat

kesukuan, desa, otoritas feodal dan telah mengembangkan kesetiaan terhadap

sistem politik yang lebih kompleks dengan struktur-struktur pemerintahan pusat

yang bersifat khusus.

2. Budaya politik subjek

Budaya politik subyek adalah cara bagaimana proses peralihan dari

kebudayaan parokial menuju kebudayaan subyek dilakukan pasti akan

mempengaruhi cara bagaimana proses peralihan dari budaya subyek menuju

budaya partisipan berlangsung.

81

Ibid., h. 16. 82

Gabriel A. Almond & Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan

Demokrasi di Lima Negara, h. 27-31.

Page 62: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

47

3. Budaya politik partisipan

Dalam kebudayaan ini masyarakat memiliki partisipasi secara aktif dan

berkomitmen dalam perjalanan sistem politik yang lebih komprehensif.

Pada dasarnya kebudayaan bisa mempengaruhi kondisi ataupun

pembentukan dalam masyarakat. Kebudayaan juga berpijak pada tindakan

(action) dan tingkah laku (behaviour). Menurut E.B Tylor bahwa kebudayaan itu

merupakan sebuah pengelompokkan tradisi yang tersusun secara baik, meliputi

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral dan adat serta berbagai kebiasaan

yang diperoleh manusia dalam hidup bermasyarakat.83

Berdasarkan pemaparan teori Budaya Politik di atas yang menjadi pisau

analisis dalam penekanan penelitian penulis. Minangkabau salah satu suku yang

memiliki adat-istiadat serta budaya yang beranekaragam didalamnya baik segi

bahasa, berpakaian, tarian tradisional secara lahirnya menganut sistem

kekerabatan Matrilinial yang susunan kekerabatannya ditarik berdasarkan garis

keturunan Ibu. Harta pusaka pun serta waris juga diturunkan kepada perempuan

atau Bundo Kanduang.

Secara nyata, masyarakat Minangkabau memiliki budaya politik yang

partisipan. Hal ini terlihat dari peraturan nagari yang menuntut peran serta

keaktifan masyarakat yang juga didukung oleh budaya Minangkabau yang

demokratis. Budaya Minangkabau yang demokrasi tentu berbeda sedikit dengan

konsep demokrasi yang telah ada. Kalau demokrasi yang kita kenal mengandung

unsur-unsur kekuasaan mayoritas, suara rakyat, pemilihan yang bebas serta

83

Hari Purwanto, Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi (Yogjakarta:

Pustaka Pelajar, 2000), h. 51-52.

Page 63: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

48

bertanggungjawab. Kemudian kalau demokrasi yang berkembang di Minangkabau

bahwa masyarakat mewakilkan suara kepada para Datuak yang kemudian rapat

dan bermusyawarah serta mumfakat dalam mengambil keputusan.84

Adat dalam falsafah Minangkabau merupakan kebudayaan yang utuh

berupaya untuk mengatur segala bentuk kehidupan pribadi dan masyarakat yang

berlandaskan pada budi pekerti. Pada dasarnya, adat minangkabau memiliki dasar

pada kehidupan yang belajar dari alam.85

Adat yang tersusun dari rangkaian kata-

kata yang berbentuk pepatah sesuai dengan secara tradisi orang minangkabau

yang selalu menjadikan alam sebagai sumber falsafah dalam membentuk adat

disebut dengan “alam takambang jadi guru”.86

Dalam sebuah kebudayaan yang telah ada secara turun-temurun di

Minangkabau, setiap nagari memiliki geneaologis yang disebut dengan Suku.

Suku menunjukkan identitas asal yang dimiliki oleh seseorang untuk

menunjukkan asal kampung dan keturunannya. Sifat dan tingkah laku orang

Minangkabau sesuai adat dan budayanya, dalam artian sebagaimana Datuak

sebagai pemimpin suku mampu mempertahankan terselenggaranya adat dalam

84

Irawati, Bakaruddin Rosyidi, Aidinil Zetra, 2004. ”Budaya Politik Masyarakat

Minangkabau.” Jurnal Analisa Politik Vol. 2 No. 7 Januari-Juli

2004,dihttp://repository.unand.ac.id/2582/1/Jurnal_04.pdf pada 20 November 2016. 85

Kabar Ranah, ”Macam-macam Adat Minangkabau, di

http://www.kabaranah.com/2014/11/macam-macam-adat-di-minangkabau.html pada 31 Desember

2016. 86

Alam takambang jadi guru maknanya adalah berdasarkan filosofi orang minangkabau

bahwa Alam dijadikan sebagai ajaran, pandangan hidup kata-kata dan pedoman hidup bagi

manusia dalam bertindak, berbaut serta berprilaku. Segala bentuk pepatah-petitih tersebut

berdasarkan kehidupan yang ada di alam semesta ini kemudian dijadikan sebagai aturan, hukum

dan ketentuan adat dihttp://www.kabaranah.com/2014/11/falsafah-alam-takambang-jadi-guru.html

pada 31 Desember 2016.

Page 64: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

49

aturan persukuan.87

Eksistensi budaya Minangkabau dapat dicermati pada sebuah

identitas kultural. Eksistensi disini diartikan bahwa pada dasarnya adat

Minangkabau telah menjadi sebuah elemen normatif tertinggi untuk mengatur

segala perilaku masyarakat Minangkabau.88

87

M. A. DT. Kampung Dalam, Menelusuri Jejak Nagari Kurai beserta Lembaga Adatnya

(Bukittinggi, Kristal Multimedia, 2011), h. 138. 88

Latief Dt. Bandaro, dkk, ed, Minangkabau yang Gelisah mencari Strategi Sosialisasi

Pewarisan Adat dan Budaya Minangkabau untuk Generasi Muda (Bandung: Lubuk Agung, 2004),

h. 98.

Page 65: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

50

BAB III

PROFIL KABUPATEN AGAM

A. Sejarah Kabupaten Agam

Berdasarkan sejarah, Kabupaten Agam merupakan salah satu Kabupaten

yang memiliki perjalanan sangat panjang dan komplit, baik dibidang

pemerintahan maupun dibidang adat-istiadat. Berawal dari sebuah Kerajaan

Minangkabau yang telah berdiri pada pertengahan abad ke-17 disaat rakyat

Minangkabau telah memanggul senjata untuk melakukan perlawanan terhadap

penjajahan Belanda.89

Kabupaten Agam dulunya itu tidak hanya berada di

Sumatera Barat saja, melainkan juga termasuk pada daerah Limo Koto Kampar

(Bangkinang) yang sekarang sudah masuk dalam Provinsi Riau, daerah

Kabupaten Kerinci (Sungai Penuh) yang sekarang termasuk Provinsi Jambi dan

sebagian dari daerah Tapanuli Selatan (Koto Napan) yang sekarang secara

administrasi telah menjadi Provinsi Sumatera Utara. 90

Pada masa Pemerintahan Belanda, Kabupaten Agam atau sering dikenal

dengan Luhak Agam dirubah statusnya menjadi Afdeling Agam terdiri dari Onder

Afdeling Distrik Agam Tuo, Onder Afdeling Distrik Maninjau dan Onder

Afdeling Distrik Talu. Kemudian pada permulaan Kemerdekaan Republik

89

Website Pemerintahan Kabupaten Agam terdapat di www.agamkab.go.id pada 9 Januari

2017. 90

Ibid.

Page 66: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

51

Indonesia tahun 1945 bekas daerah Afdeling Agam dirubah menjadi

Kewedanaan91

Agam Tuo, Kewedenaan Maninjau dan Kewedenaan Talu.92

Sesuai keputusan yang telah dikeluarkan oleh Gubernur Militer Sumatera

Tengah No. 171 tahun 1949 bahwa wilayah Kabupaten Agam diperkecil dimana

kewedanaan Talu telah bergabung dengan daerah Kabupaten Pasaman dan

beberapa nagari yang berada disekitar Kota Bukittinggi dialihkan kedalam

lingkungan administrasi Kotamadya Bukittinggi. Keputusan Gubernur Militer

Sumatera Tengah tersebut dikukuhkan dengan Undang-undang No. 12 tahun 1956

mengenai pembentukan Daerah Tingkat II dalam lingkungan Provinsi Sumatera

Tengah, sehingga daerah ini menjadi Daerah Tingkat II Kabupaten Agam. Secara

de facto, pada tanggal 19 Juli 1993 Ibukota Kabupaten Agam berada di Lubuk

Basung yang seiring dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia (PP Nomor 8 Tahun 1998).93

A. 1 Profil Kabupaten Agam

Kabupaten Agam94

merupakan nama resmi salah satu kabupaten yang

berada di Provinsi Sumatera Barat. Ibukota Kabupaten Agam yaitu Lubuk

Basung. Nama kabupaten ini didasarkan oleh Tambo Minangkabau, dimana

sebelumnya terdapat beberapa nagari yang berada dalam kawasan kabupaten ini.

Dahulunya, kabupaten ini dikenal dengan nama Luhak Agam. Berdasarkan

91

Kewedanaan berasal dari kata Wedana yang memiliki arti sebagai pembantu pimpinan

wilayah Daerah Tingkat II (kabupaten), membawahkan beberapa camat, pembantu bupati. Dilihat

di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) di http://kbbi.web.id/wedanadiunduh pada 30 Desember

2016. 92

Website Pemerintahan Kabupaten Agam terdapat di www.agamkab.go.id pada 9 Januari

2017. 93

Ibid. 94

Website Pemerintahan Kabupaten Agam terdapat di www.agamkab.go.id pada 12 Januari

2017.

Page 67: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

52

Tambo Alam Minangkabau bahwa kata agam berasal dari bahasa Minang hanya

untuk merujuk kepada nama suatu kawasan, namun jika dirujuk dari bahasa Ibrani

(agam) itu berartikan danau atau kolam, rawa-rawa dan juga serumpun dengan

kata (agamon) yang berarti alang-alang. Kabupaten Agam memiliki daerah seluas

2.232,30 km2 atau (5,29%) dari Luas Provinsi Sumatera Barat yang memiliki luas

42.229,04 km2.95

Secara geografis, Kabupaten Agam berada pada 00001’34”- 00

028’43”

Lintang Selatan dan 99046’39”-100

032’50” Bujur Timur. Kabupaten Agam

terletak pada kawasan yang sangat strategis yang dilalui antara Jalur Lintas

Tengah Sumatera dan Jalur Lintas Barat Sumatera serta dilalui oleh (Fider Road)

yang menghubungkan Lintas Barat, Lintas Tengah dan Lintas Timur Sumatera

yang berimplikasi untuk mendorong daya saing perekonomian serta kepentingan

dalam memanfaatkan keuntungan geografis.96

a. Sebelah Utara: Agam berbatasan dengan Kabupaten Pasaman Barat.

b. Sebelah Selatan: Agam berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman.

c. Sebelah Barat: Agam berbatasan dengan Samudera Indonesia.

d. Sebelah Timur: Agam berbatasan dengan Kabupaten Lima Puluh Kota.

Kabupaten Agam memiliki luas wilayah sebanyak 1.804,30 Km2 dengan

jumlah penduduk sekitar 518,695 Jiwa dan terdapat 16 Kecamatan serta 82

95

Website Pemerintahan Kabupaten Agam terdapat di www.agamkab.go.id pada 9 Januari

2017. 96

Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Agam, 2015 di

http://www.kpu.go.id/koleksigambar/LAPORAN_PENELITIAN_KESUKARELAAN_WARGA_

DALAM_POLITIK_(POLITICAL_VOLUNTARISM)_DI_KABUPATEN_AGAM.pdf)pada 14

Januari 2017.

Page 68: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

53

Desa/Nagari dan 467 Jorong.97

Kecamatan Palembayan merupakan kecamatan

yang terluas dari beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Agam dengan luas

349,81 Km2 sedangkan kecamatan Banuhampu merupakan kecamatan terkecil

dengan luas daerah 28,45 Km2. Kemudian jumlah Penduduk Kabupaten Agam

sekitar 466.978 Jiwa yang terdiri dari 229.186 Jiwa jenis kelamin Laki-laki dan

237.792 Jiwa dari jenis kelamin Perempuan.

Gambar III.1. Peta Kabupaten Agam

Sumber: Website Pemerintahan Kabupaten Agam

http://www.agamkab.go.id.

A.2 Politik dan Pemerintahan

Pada politik dan pemerintahan Kabupaten Agam dibagi atas 16 Kecamatan

yang terdiri dari 82 nagari dan 467 jorong. Dari 16 Kecamatan tersebut,

Kecamatan Tanjung Raya memiliki nagari sebagian yaitu 9 nagari dan 53 jorong.

97

Website Pemerintahan Kabupaten Agam terdapat di http://www.agamkab.go.id diunduh

30 Desember 2016.

Page 69: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

54

Gambar III.2. Logo Pemerintahan Kabupaten Agam

Sumber: Website Pemerintahan Kabupaten Agam terdapat di

www.agamkab.go.id

B. Organisasi Elit Adat Minangkabau

B.1 Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM)

Merupakan sebuah lembaga Kerapatan Adat yang berada dibawah

kekuasaan niniak mamak atau Datuak di tingkat Provinsi hingga Kabupaten.

LKAAM ini bertugas untuk mengawasi Kerapatan Adat Nagari ( KAN). Tidak

hanya itu, secara realita bahwa organisasi ini didirikan sebagai wadah dalam

penyaluran aspirasi komunitas adat menyangkut dalam penerapan nilai-nilai adat

dalam masyarakat Minangkabau.98

Pembentukkan wadah organisasi LKAAM ini muncul bukanlah dari

masyarakat, akan tetapi ini merupakan sebuah inisiatif dari aparat pemerintah. Hal

ini berawal disaat munculnya sebuah gagasan dari Panglima Komando Antar

Daerah Letjen TNI Ahmad Yunus Mokoginta dan Panglima Kodam III/17

Agustus. Pada awalnya masyarakat Sumatera Barat sangat optimis dengan

terbentuknya wadah LKAAM ini, sebab dengan berdirinya lembaga adat ini maka

98

M. Sayuti Datuak Rajo Pangulu, Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (Padang:

LKAAM, 2010), h. 2.

Page 70: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

55

berbagai kepentingan komunitas adat akan terlindungi dari berbagai macam

intervensi kepentingan-kepentingan pihak diluarnya. 99

Pada awal kemerdekaan Indonesia, semua kepentingan komunitas adat

didaerah diwakili oleh sebuah majelis adat yang dinamakan: Majelis Tinggi

Kerapatan Adat Alam Minangkabau (MTKAAM). Sejatinya, majelis kerapatan

adat ini telah memperlihatkan fungsi dan peranannya dalam mempertahankan

kepentingan etnik disaat Kerapatan Adat Nagari (KAN) tidak dimasukkan dalam

kepemimpinan Nagari sesuai dengan Maklumat Residen Sumatera Barat No. 20

dan 21 Mei 1946. Pada Pemilu pertama tahun 1955, LKAAM membentuk satu

kekuatan dalam panggung politik di Sumatera Barat yaitu: Partai Kerapatan Adat.

Sebenarnya hal utama yang mewadahi Datuak atau Penghulu membentuk

organisasi Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) adalah

kalangan Militer Orde Baru. 100

Semuanya itu didorong oleh keinginan untuk membersihkan para Datuak

yang terlibat dengan kegiatan Partai Komunis. LKAAM dan ABRI yang bertugas

dalam menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI) di Ranah Minang. Oleh

karenanya, tidaklah heran bahwa organisasi Datuak (niniak mamak) ini sangat

dekat dengan pemerintah dan kalangan ABRI. Kemudian Ketua LKAAM sendiri

dipegang oleh Baharuddin Dt. Rangkayo Basa yang merupakan kepala jawatan

Penerangan Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan, Kapten Saafroedin Bahar

(Perwira Kodam) juga sekaligus menjabat sebagai Ketua DPD Golongan Karya

yang duduk dalam sekretariat LKAAM sendiri. Dengan demikian, organisasi ini

99

Ibid. 100

M. Sayuti Datuak Rajo Pangulu, Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau, h. 6.

Page 71: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

56

lebih jelas memperlihatkan perannya sebagai perpanjangan tangan pemerintah dan

Golongan Karya. 101

Menjelang Pemilu tahun 1971, organisasi LKAAM ini memperlihatkan

peran aktifnya dalam mensosialisasikan kekuatan politik Orde Baru, terutama

dalam mencari dukungan masyarakat diwilayah pedesaan. Pada akhirnya

Golongan Karya menjadi kekuatan mayoritas dalam masyarakat daerah Minang.

Sebelum lengsernya Presiden Soeharto yang merupakan peralihan dari zaman

Orde Baru ke zaman Reformasi, LKAAM dengan kesepakatan bersama antara

para Datuak (niniak-mamak) dengan anak-kemenakan berupaya untuk

memenangkan Golongan Karya. Setelah Reformasi pada Musyawarah Besar ke

VIII pada 8 Juni 1999, maka LKAAM sebagai Lembaga perkumpulan para kepala

adat sepakat bersama untuk menyatakan diri tidak berada dibawah sebuah Partai,

tetapi di atas semua Partai. Artinya, LKAAM sudah menjadi lembaga yang

independen dan netralitas. 102

Pada saat ini, lembaga ini secara akomodatif telah

memanfaatkan otoritasnya dalam bidang adat, terutama dalam mensukseskan

pembangunan daerah sendiri.

Hal ini dibuktikan dalam memasyarakatkan Perda No. 13 Tahun 1983

tentang Nagari sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Provinsi Daerah

Tingkat I Sumatera Barat. Peran lembaga Datuak ini telah mampu

mengembalikan Pemerintahan Desa ke Pemerintahan Nagari sesuai dengan

amanat UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Kemudian,

dengan lahirnya Perda No 2 Tahun 2000 tentang ketentuan pokok Pemerintahan

101

Ibid. 102

M. Sayuti Datuak Rajo Pangulu, Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (Padang:

LKAAM, 2010), h. 8.

Page 72: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

57

Nagari, yang diubah dengan Perda No 2 Tahun 2007 tentang pokok-pokok

Pemerintahan Nagari. 103

Oleh karenanya, saat ini LKAAM bersama Pemda Sumatera Barat

melaksanakan penerapan hidup bernagari sesuai dengan falsafah hidup

Minangkabau yaitu: ”Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah.

B.2 Kerapatan Adat Nagari (KAN)

Kerapatan Adat Nagari (KAN) merupakan sebuah lembaga perkumpulan

para ninik mamak atau Datuak di Minangkabau yang berada di tingkat nagari

yang bertugas sebagai penjaga dan pelestari adat dan budaya Minangkabau.104

Terbentuknya kerapatan adat ini pada dasarnya berkenaan dengan adanya suatu

keputusan dalam menyelesaikan masalah untuk kepentingan masyarakat dan anak

nagari. Oleh karenanya, tentu dalam menyelesaikan setiap masalah anak nagari

atau kemenakan sekalipun tidak terdapat dalam undang-undang pemerintahan

nagari. Untuk itu, Datuak atau niniak mamak yang bergabung dalam kerapatan

adat didalam nagari yang berupaya untuk menyelesaikan segala permasalahan

secara musyawarah dan mumfakat.

Keberadaan Kerapatan Adat Nagari ditengah masyarakat sangat diinginkan,

adanya lembaga tersebut dapat berupaya untuk mempertahankan kelestarian adat

dan mampu untuk menjadi mitra dalam membangun kemajuan dalam

pemerintahan nagari. Sejajarnya posisi KAN dan Wali Nagari, kedua lembaga

tersebut mampu saling bekerjasama untuk mengurus serta mengatur pemerintahan

103

Ibid. 104

Kamardi Ilyas Dt. P. Simulie, dan M. Sayuti Dt. Rajo Penghulu, Adat Basandi Syarak,

Syarak Basandi Kitabullah (Padang: Sako Batuah, 2002), h. 113.

Page 73: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

58

nagari. Sehingga, segala keputusan yang diambil oleh Wali Nagari itu berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan oleh elite adat (Datuak).105

Para anggota Kerapatan Adat Nagari (KAN) terdiri dari niniak mamak yang

bergelar Datuak atau Penghulu, mereka semua dikatakan sebagai ujung tombak

dalam menegakkan hukum adat di nagari maupun tingkat provinsi. Demi

terlaksananya Kerapatan Adat Nagari (KAN), pemerintah daerah mengatur

dengan peraturan daerah tingkat I Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007 pada bab

VII, Pasal 19 ayat 1 dan 2 tentang fungsi serta peranan Kerapatan Adat Nagari

(KAN) di Sumatera Barat yakni KAN dijadikan sebagai suatu organisasi yang

memiliki wewenang sebagai lembaga pembantu pemerintah dalam mengusahakan

kelancaran dalam pelaksanaan pembangunan di segala bidang terutama dalam

adat-istiadat, kemasyarakatan dan budaya di Minangkabau.106

C. Profil Bupati Indra Catri, Dt. Malako Nan Putiah dan Wakil Bupati

Trinda Farhan Satria

1. Bupati Indra Catri, Dt. Malako Nan Putiah

Indra Catri, Dt. Malako Nan Putiah merupakan seorang Bupati Agam yang

ke-17 sekaligus Petahana pada periode 2016 sampai dengan 2020 yang berhasil

memenangkan pemilukada 2015 lalu. Beliau lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat,

4 April 1961. Dari segi Pendidikan beliau pernah menempuh kuliah Strata 1 di

Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1987. Indra Catri merupakan

105

Irhash, Lembaga Kerapatan Adat Nagari Alam Minangkabau, di

http://www.irhash.com/2010/10/lembaga-kerapatan-adat-alam-minangkabau.htmlakses pada

tanggal 04 Maret 2017 106

Ibid.

Page 74: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

59

seorang Politisi dari Partai Gerindra. Selain itu, beliau juga seorang pemangku

adat (Datuak) yang berasal dari suku Melayu.107

2. Wakil Bupati Trinda Farhan Satria

Trinda Farhan Satria merupakan Wakil Bupati Agam terpilih pada

pemilukada 9 Desember 2015. Farhan berhasil mendampingi Bupati Indra Catri,

lahir di Maninjau, 28 September 1969, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Trinda

Farhan Satria seorang politisi yang berasal dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

D. Relasi Adat dan Politik

Sesuai dengan keputusan Presiden Soeharto dalam mengeluarkan Undang-

undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa yang mengakibatkan

terjadinya perubahan dari Desa menjadi Nagari. Di dalam adat istiadat

Minangkabau bahwa pemerintahan nagari merupakan otoritas tertinggi berada

pada Kerapatan Adat Nagari (KAN) yang memiliki anggota berasal dari kalangan

penghulu/Datuak serta pejabat adat lainnya, seperti malin, manti, dan dubalang.

Kerapatan Adat Nagari (KAN) yang menjadi lembaga hukum adat atau dikenal

dengan nama (yuridis adat) berupaya untuk mengadili segala masalah atau

pertikaian yang terjadi didalam suku atau bahkan dalam ruang lingkup nagari.108

Selain itu, nagari dikenal sebagai sebuah organisasi kehidupan masyarakat

desa yang berada pada pemerintahan terendah dibawah naungan kecamatan yang

membentuk kesatuan wilayah, adat dan sekaligus kesatuan administrasi

pemerintahan. Kemudian juga nagari telah membentuk sebuah kesatuan

107

Profil Bupati Kabupaten Agam terdapat di http://www.agamkab.go.id Diunduh pada 26

April 2017. 108

Sri Zul Chairiyah, Nagari Minangkabau dan Desa di Sumatera Barat, Dampak

Penerapan UU No 5 Tahun 1979 tentang Sistem Pemerintahan Desa (Padang: Kaukus Perempuan

Penyelenggara Pemilu Sumatera Barat (KP3SB), h. 35.

Page 75: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

60

masyarakat yang berada dibawah aturan hukum adat. Secara tradisional pemimpin

dalam masyarakat Minangkabau adalah Datuak atau penghulu. Datuak dalam

memimpin nagari berada dalam suatu kelembagaan kolektif yakni Kerapatan Adat

Nagari. Namun, untuk menjalankan sistem pemerintahan nagari itu terdapat

aturan secara tradisi sosial-politik nagari yang berlaku sebagai berikut:109

a. Lareh Koto Piliang sebagaimana buah tradisi dari Datuak

Katumangguangan yang memiliki sifat aristrokrat yakni pemerintah

berpusat kepada beberapa aristrokrat.

b. Lareh Bodi Chaniago sebagaimana buah tradisi dari Datuak Perpatiah

Nan Sabatang yang memiliki sifat Demokrasi yang terdiri dari para

anggota dewan Datuak yang memiliki kedudukan yang sama.

Pemerintahan nagari berdasarkan kedua kelarasan ini juga berkonsekuensi

terhadap perbedaan struktur kepemimpinan Datuak atau penghulunya. Oleh

karenanya, didalam suku atau kelarasan Koto Piliang para Datuak bergabung

dalam suatu dewan Datuak dimana pada prinsipnya adalah sesuai pepatah adat

Minangkabau: “Bajanjang naiak, batanggo turun, bapucuak bulek baurek

tunggang”. Artinya setiap dewan Datuak atau penghulu memiliki hak untuk

mengambil keputusan terakhir sesuai dengan adat aristrokrasi. Sedangkan pada

kelarasan Bodi Chaniago para Datuak juga bergabung kedalam dewan Datuak

yang pada dasarnya memakai prinsip: “Duduak samo randah, tagak samo tinggi.

109

Latief Dt. Bandaro, Minangkabau yang Gelisah mencari Strategi Sosialisasi Pewarisan

Adat dan Budaya Minangkabau untuk Generasi Muda (Bandung: Lubuk Agung, 2004), h. 98.

Page 76: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

61

Artinya semua keputusan berada pada munfakat dan musyawarah bersama para

Datuak .110

Pemerintahan adat saat itu dipimpin oleh dua orang Datuak yang

kharismatik yakni Datuak Katumangguangan yang berasal dari suku Koto Piliang

dan Datuak Perpatiah Nan Sabatang dari suku Bodi Chaniago yang bersusah

payah dalam pembentukan nagari di Minangkabau. Keduanya tersebut merupakan

pedoman untuk menjalankan roda pemerintahan di nagari.111

Perbedaan yang terlihat antara Datuak Katumangguangan dan Datuak

Perpatiah Nan Sabatang yang mana pada adat yang dibawa oleh Datuak

Katumangguangan dari suku Koto Piliang ini mempunyai kharakteristik Datuak

pucuak, Datuak pucuak merupakan Datuak atau penghulu yang berada dalam

satu wilayah nagari atau kecamatan memiliki satu Datuak yang mengepalai

beberapa Datuak lainnya. Tentu, dalam hal ini segala keputusan yang ditetapkan

oleh Datuak pucuak dalam pemerintahan adat atau nagari, maka semua elite adat

yang berada dibawah wewenang Datuak pucuak harus menyepakati bersama

terhadap keputusan yang dikeluarkan oleh Datuak pucuak. 112

Sedangkan kharakteristik adat yang dibawa oleh Datuak Perpatiah Nan

Sabatang ini semuanya adalah Datuak pucuak, tentu sangat berbeda dengan adat

Datuak Katumangguangan. Para elite adat memiliki derajat dan kedudukannya

sama sesuai dengan pepatah Minangkabau: ”Duduak samo randah, tagak samo

tinggi”. Artinya: semua kedudukan dan derajat Datuak disini sama tidak ada

110

Ibid., h. 99. 111

Latief Dt. Bandaro, Minangkabau yang Gelisah mencari Strategi Sosialisasi Pewarisan

Adat dan Budaya Minangkabau untuk Generasi Muda, h. 2. 112

Ibrahim Dt. Sanggoeno Diradjo, Tambo Alam MinangkabauTatanan Adat Warisan

Nenek Moyang Orang Minang (Bukittinggi: Kristal Multimedia, 2007), h. 98.

Page 77: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

62

perbedaan yang memisahkan. Dalam memutuskan atau menetapkan dalam

menyelesaikan masalah itu berdasarkan musyawarah serta munfakat “barajo ka

munfakaik”.113

Relasi elite adat dan politik sebenarnya sudah terjalin sejak lama yang mana

nagari sebagai kesatuan adat memiliki kebebasan dalam mengurus serta mengatur

kehidupan nagarinya sesuai dengan adat yang berlaku. Jika ditelusuri bahwa

sebenarnya nagari bukanlah kata asli yang berasal dari Minangkabau, melainkan

suatu kata yang diambil dari bahasa sanskerta yaitu “nagara” yang dibawa oleh

bangsa Hindu yang menetap ditengah-tengah masyarakat Minangkabau. Didalam

pembagian nagari telah dibagi dengan pengelompokkan-pengelompokan dalam

suku-suku.114

Pada masa kekuasaan Raja Adityawarman di Minangkabau, nagari

merupakan sebuah daerah yang otonom dalam lingkungan konfederasi kerajaan

Minangkabau yang memiliki hak untuk mengurus urusannya sendiri. Tidak hanya

itu, nagari memiliki kedudukan otonom penuh sebagai republik desa dibawah

pimpinan seorang penghulu/Datuak . Kepemimpinan Datuak ini tentu dilakukan

secara terorganisir dibawah naungan Kerapatan Adat Nagari (KAN).115

Meskipun pemerintahan nagari telah mengatur kehidupan bermasyarakat di

dalam nagari namun, penghulu atau Datuak telah mewakili sukunya masing-

masing dalam kerapatan adat nagari (KAN) baik dalam menyelesaikan masalah

yang ada dalam nagari. Hal ini telah termaktub dalam pepatah Minangkabau atau

113

Ibid. 114

Ibrahim Dt. Sanggoeno Diradjo, Tambo Alam Minangkabau Tatanan Adat Warisan

Nenek Moyang Orang Minang (Bukittinggi: Kristal Multimedia, 2007), h. 83. 115

Sri Zul Chairiyah, Nagari Minangkabau dan Desa di Sumatera Barat, Dampak

Penerapan UU No 5 Tahun 1979 tentang Sistem Pemerintahan Desa, h. 2.

Page 78: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

63

petuah adat yaitu,“kusuik buluah paruah manyalasaikan, kusuik paruah bulu

manyasalasaikan.116

Dalam artian apabila terjadi suatu masalah atau sengketa

maka yang mesti menyelesaikan adalah pihak dari suatu suku atau kaum. Jadi

tidak boleh ada ikutcampur dari pihak lain atau pihak ketiga untuk menyelesaikan

suatu masalah. Oleh karenanya, yang berhak menyelesaikan adalah Datuak atau

niniak- mamak yang menjabat sebagai kepala kaum atau suku yang bersangkutan.

Relasi antara elite adat dan politik terutama dalam pemerintahan nagari

sudah lama terjalin dengan baik, sejak adanya hubungan elite adat yang berada

dalam naungan Kerapatan Adat Nagari (KAN) dengan pemerintahan nagari

sejalan dan saling memiliki pengaruh antar satu dengan yang lainnya. Tidak hanya

itu, secara struktural pemerintahan nagari mempunyai wewenang sebagai lembaga

eksekutif yang menjalankan pemerintahan yang dikepalai oleh wali nagari, badan

kerapatan nagari sebagai lembaga legislatif yang terdiri dari perwakilan tiap-tiap

jorong dan Kerapatan Adat Nagari (KAN) yang mempunyai wewenang sebagai

lembaga yudikatif. 117

Dalam pemerintahan nagari Datuak menggunakan hukum adat sebagai

pedoman dalam menunaikan tugasnya di persukuan yang mana menjadi dasar

kekuasaan dalam kaum dan nagarinya. Dalam artian, Demokrasi yang tercipta

dalam masyarakat Minangkabau menurut adat ialah demokrasi yang berada

dalam pengawasan atau naungan hukum adat yang menjadi sebuah kekuatan

dalam menyelenggarakan pemerintahan nagari. Oleh karenanya, para masyarakat

116

Ibrahim Dt. Sanggoeno Diradjo, Tambo Alam Minangkabau Tatanan Adat Warisan

Nenek Moyang Orang Minang, h. 98. 117

Sri Zul Chairiyah, Nagari Minangkabau dan Desa di Sumatera Barat (Dampak

Penerapan UU No. 5 Tahun 1979 Tentang Sistem Pemerintahan Desa) (Padang: Kaukus

Perempuan Penyelenggara Pemilu Sumatera Barat, 2008), h. 5.

Page 79: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

64

atau anak kemenakan yang berada dalam satu suku harus mengikuti apa yang

telah menjadi aturan yang berlaku dalam hukum adat.

Secara hakikat pada sistem pemerintahan nagari bahwa wali nagari yang

menjabat sebagai pemimpin dalam nagari serta menjalankan adat istiadat

sebagaimana telah berlaku secara turun-temurun. Begitu juga kepala adat/Datuak

yang senantiasa memerintah dalam suku yang pada dasarnya saling mempunyai

hubungan timbal balik dengan pemerintahan nagari.118

Nagari dan

pemerintahannya terutama dalam adat Minangkabau sejalan dalam melaksanakan

roda pemerintahan dan tidaklah mungkin dapat dipisahkan, sebab nagari

merupakan kesatuan masyarakat hukum adat serta adat salingka nagari.119

118

Musyair Zainuddin, Implementasi Pemerintah Nagari Berdasarkan Hak Asal-Usul Adat

Minangkabau (Yogjakarta: Ombak, 2008), h. 22. 119

Ibid, h. 20.

Page 80: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

65

BAB IV

PERILAKU POLITIK ELITE ADAT KABUPATEN AGAM

A. Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Agam 2015

Pemilihan kepala daerah merupakan cerminan dari demokratisasi politik

lokal yang dilakukan dengan cara pemilihan secara langsung untuk mewujudkan

sistem demokrasi. Bentuk partisipasi maupun keikutsertaan masyarakat yang

dilibatkan secara langsung untuk memilih pemimpinnya, baik dalam pemilihan

gubernur, bupati ataupun walikota.120

Pelaksanaan Pemilukada ini dapat dilihat

serta dipastikan wujud partisipasi secara aktif, kemudian perilaku politik setiap

elemen seluruh lapisan masyarakat terutama elite adat, masyarakat biasa, elite

politik dan sebagainya. Pemilihan kepala daerah ini seiring dengan perjalanan

politik yang panjang dan tarik-menarik antara kepentingan elite adat/lokal dan

kehendak publik, kepentingan pusat dan daerah, maupun antara kepentingan

nasional dan kepentingan internasional.121

Memilih merupakan suatu hak yang harus dimiliki oleh setiap warga negara

untuk menentukan pilihan kepala daerah didalam setiap Pemilukada. Pemilukada

juga memberikan sebuah ruang kepada tokoh masyarakat lokal ataupun elite adat

berupaya untuk mengaktualisasikan setiap gagasan atau kepentingan politik demi

kemashalahatan masyarakatnya.

120

Rahmat Hollyson MZ dan Sri Sundari, Pilkada Penuh Euforia, Miskin Makna (Jakarta:

Bestari (Anggota IKAPI, 2015), h. 42. 121

Joko J. Prihatmoko, Mendemokratiskan Pemilu: Dari sistem sampai elemen teknis

(Yogjakarta: Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Wahid

Hasyim Semarang, 2008), h. 157.

Page 81: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

66

Dengan adanya peran penting yang dilakukan oleh elite adat didalam

masyarakat merupakan suatu kekuatan yang mampu membawa perubahan di

daerah. Sumatera Barat, khususnya di Kabupaten Agam salah satu daerah yang

kental dengan adat dan budayanya. Di samping itu, pelaksanaan demokrasi dapat

diwujudkan dengan baik di Kabupaten Agam, hal ini dapat dibuktikan dari

kontribusi elite adat atau Datuak dalam melakukan sosialisasi kepada anak-

kemenakannya agar menggunakan hak pilihnya dengan baik. Pemangku adat

berupaya untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak golput dalam

pelaksanaan pemilihan kepala daerah Kabupaten Agam. Budaya politik partisipan

yang tinggi oleh kalangan elite adat, sehingga mampu membuat masyarakat

sangat antusias dalam memilih pemimpin didaerah.

Pemilukada Kabupaten Agam 2015 merupakan Pemilukada duel dua

petahana (head to head) pasangan Bupati dan Wakil Bupati yang menjabat pada

periode sebelumnya yang ikut lagi mencalonkan diri dalam pemilihan Kepala

Daerah Kabupaten Agam pada 9 Desember 2015. Hal ini sesuai dengan ketentuan

Pasal 13 huruf k Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur,

Bupati, dan Walikota.122

Penyelenggeraan pemilihan kepala daerah secara

langsung tentunya tidak selalu berjalan dengan mulus. Namun, seringkali terjadi

122

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015.

Page 82: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

67

konflik yang tidak bisa dihindarkan, misalnya terjadi konflik horizontal antara

sesama pendukung ataupun simpatisan calon kepala daerah. 123

Konflik ini disebabkan oleh pergesekan antara pendukung pasangan calon

kepala daerah, atau karena ketidakpuasan pendukung pasangan calon dengan hasil

perhitungan suara. Menurut Eri Efendi selaku Komisioner Pemilihan Umum

Agam:

Proses pemilihan kepala daerah Kabupaten Agam yang disalenggarakan

tepatnya pada 9 Desember 2015 berjalan dengan lancar, aman dan tertib.

Oleh karena itu, tidak terdapat gugatan dari pihak manapun dalam

penyelenggaraan pemilukada ataupun dalam proses pengumuman hasil

akhir pemilukada. Semuanya ini sesuai dengan ketentuan dan ketetapan oleh

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Agam.124

Adapun pemilihan kepala daerah tahun 2015 ini berlangsung satu putaran

saja yang diikuti sebanyak 2 pasangan calon yang berkontestasi politik di daerah

Kabupaten Agam. Pasangan Calon 1 yaitu Irwan Fikri Datuak Nagari Batuah

(wakil petahana) berpasangan dengan Chairunnas dan pasangan calon 2 yaitu

Indra Catri Datuak Malako Nan Putiah (Petahana) berpasangan dengan Trinda

Farhan Satria. Pasangan calon 1 diusung oleh tiga partai politik yaitu Partai Partai

Amanat Naional (PAN), Partai Demokrat, dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)

dengan mendapatkan 18 kursi secara keseluruhan di DPRD. Sedangkan pasangan

calon 2 diusung dua partai politik yaitu Partai Keadilan Sejahtera dan Partai

Gerindra dengan mendapatkan 6 Kursi di DPRD. Oleh karena itu, untuk melihat

jelas partai pendukung beserta perolehan suaranya, maka lihat tabel dibawah ini:

123

Ibid.,h. 14. 124

Wawancara dengan dengan Eri Efendi (Komisioner KPU Kabupaten Agam Divisi

Teknis Tahun 2015) 16 Maret 2017.

Page 83: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

68

Tabel IV.1. Data Partai Pengusung Pemilukada Kabupaten Agam Periode

2016-2021125

Nomor

Urut

Nama Pasangan Partai

Pendukung

Jumlah

Kursi di

DPRD

Jumlah

Perolehan

Suara

1 Irwan Fikri Datuak

Nagari Batuah

DanChairunnas

1.Demokrat

2. PAN

3. Hanura

18 ( 40,00 %)

73849

(33,77%)

2 Indra Catri Datuak

Malako Nan Putiah

Dan

Trinda Farhan Satria,

1. PKS

2. Gerindra

10 (22,22 %)

47702

(21,82 %)

Sumber: PPID Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Agam.

Tabel di atas dapat dilihat bahwa dari dukungan partai politik pengusung

pemilihan kepala daerah Kabupaten Agam pasangan calon yang berhasil banyak

memperoleh jumlah kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah

partai pendukung pasangan calon Irwan Fikri Datuak Nagari Batuah dan

Chairunnas dengan mendapatkan 18 kursi. Menurut Eri Efendi selaku Komisioner

KPU Kabupaten Agam Divisi Teknis mengutarakan bahwa selain partai politik

pengusung yang mendukung para pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati,

namun juga terdapat para pendukung lainnya yaitu para pemangku adat (Datuak),

alim ulama dan cadiak pandai yang membantu berhasilnya pemilukada Kabupaten

Agam 2015 yang lalu. Akan tetapi, terkait dukungan khusus dari para pemangku

adat atau Datuak untuk memenangkan salah satu calon merupakan sebuah

125

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Agam.

Page 84: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

69

perjuangan dalam pemilukada. Sehingga, KPU hanya fokus melihat partai politik

pengusung pasangan calon.126

Berdasarkan data yang didapatkan dari Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

Agam sesuai dengan keputusan Nomor 55 Tahun 2015 tentang penetapan

rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara pemilihan Bupati dan Wakil

Bupati Agam Tahun 2015 bahwa akan diuraikan dibawah ini daftar pemilih tetap

pada Pemilukada Kabupaten Agam 2015 sebagai berikut:

Dari jumlah pemilih tetap Laki-laki sebanyak 162.656 jiwa dan

Perempuan sebanyak 169.129 jiwa dengan jumlah keseluruhan pemilih sebanyak

331.785 Jiwa. Kemudian, terdapat pemilih tambahan terdaftar dalam daftar

pemilih tetap dengan jumlah pemilih Laki-laki sebanyak 1974 jiwa dan

Perempuan sebanyak 1751 Jiwa. Pada akhirnya jumlah pemilih secara

keseluruhan menjadi 335.510 Jiwa.127

Pemilihan Kepala Daerah yang berlangsung di Kabupaten Agam tahun 2015

merupakan Kontestasi politik petahana melawan petahana yang keduanya sama-

sama mempunyai gelar (Datuak) atau tergolong elite adat untuk menjabat menjadi

pemimpin di daerah. Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara

pemilu Kepala Daerah di Kabupaten Agam berjalan sesuai jadwal yang telah

ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Agam dalam

Keputusan KPU Kabupaten Agam Nomor 55 Tahun 2015 tentang penetapan

126

Wawancara dengan dengan Eri Efendi. 127

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Agam.

Page 85: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

70

rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara pemilihan Bupati dan Wakil

Bupati Agam Tahun 2015. 128

Hal ini berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015

tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti Undang-undang Nomor 1

Tahun 2014 tentang pemilihan gubernur, bupati, dan walikota yang mana telah

diubah menjadi Undang-undang Nomor 2015 tentang penetapan peraturan

pemerintah pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang pemilihan

gubernur, bupati dan walikota menjadi Undang-undang. 129

128

Komisi Pemilihan Umum, Penetapan Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perolehan Suara

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Agam (Agam: Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Agam,

2015). 129

Alhadi, Model DB1-KWK Penetapan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara

pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Agam Tahun 2015 (Agam: KPU Agam, 2015).

Page 86: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

71

Tabel. IV. 2. Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara oleh KPU Kabupaten

Agam 17 Desember 2015130

No Nama Kecamatan Calon Bupati Dan Wakil Bupati

1 2 Jumlah Suara Sah

1 Ampek Nagari 6.012 2.531 8.543

2 Banuhampu 4.096 8.671 12.767

3 Baso 1.395 12.578 13.973

4 Canduang 2.181 6.817 8.998

5 IV Angkek 5.342 9.439 14.781

6 IV Koto 2.654 6.456 9.110

7 Kamang Magek 3.721 5.124 8.845

8 Lubuk Basung 18.017 8.920 26.937

9 Malalak 1.556 2.231 3.787

10 Matur 3.352 3.816 7.168

11 Palupuh 2.428 3.644 6.972

12 Palembayan 7.041 3.770 10.811

13 Sungai Pua 3.372 5.277 8.649

14 Tanjung Mutiara 5.991 4.141 10.132

15 Tanjung Raya 9.544 4.161 13.705

16 Tilatang Kamang 5.570 6.688 12.258

Jumlah Suara 82.272 94.264 176.536

Sumber: Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Agam.

Berdasarkan dari tabel di atas hasil rekapitulasi penghitungan dari suara

pemilu Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Agam, maka KPU Kabupaten Agam

130

Komisi Pemilihan Umum, Penetapan Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perolehan Suara

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Agam (Agam: Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Agam,

2015).

Page 87: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

72

mengeluarkan keputusan mengenai penetapan rekapitulasi hasil penghitungan

perolehan suara pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2015 bahwa Pemilihan

Kepala Daerah Kabupaten Agam pada 9 Desember 2015 dimenangkan oleh

pasangan calon 2 yakni Indra Catri Datuak Malako Nan Putiah dan Trinda Farhan

Satria dengan jumlah perolehan suara akhir 94,264 dari jumlah 176,536 suara

secara keseluruhan. Perolehan suara pasangan calon 1 Irwan Fikri DatuakNagari

Batuah dan Chairunnas dengan jumlah perolehan suara 82,272 dari jumlah 176,

536 suara sah dan diringi dengan 6,545 suara tidak sah.

B. Faktor yang mempengaruhi Elite Adat dalam Memberikan Suara

untuk Kemenangan Bupati Indra Catri dan Wakil Bupati Trinda Farhan

Satria Pemilukada 2015, Kabupaten Agam

Adapun preferensi politik elite adat (Datuak) dalam pemilihan kepala

daerah Kabupaten Agam 2015 memiliki karakteristik tersendiri dalam

memberikan pertimbangan-pertimbangan terhadap kandidat yang akan mereka

pilih.

Menurut Ramlan Surbakti bahwa perilaku politik berkaitan dengan kegiatan

yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan

politik.131

Pada dasarnya, sebuah perilaku terutama dalam hal berkaitan dengan

politik didorong oleh material. Maka dari itu, perilaku politik pemilih dalam

pilihan politik juga didasari oleh sebuah kepentingan ekonomi pemilih. Tidak bisa

dipungkiri bahwa pemilih selalu menghitung situasi yang mampu dilihat dari

131

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia, 2010), h. 167.

Page 88: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

73

untung-rugi pilihan tersebut. Selain itu, pemilih cenderung mempunyai pilihan

atau keyakinan untuk memilih partai tertentu. Tentu, ini sangat bersangkutan

dengan perasaan untung untuk memenuhi kemauan tersebut.132

Sistem demokratisasi memberikan ruang keterbukaan terutama dalam era

otonomi daerah yang menjadi peluang bagi daerah untuk mengembangkan diri

seluas mungkin. Hal ini kemudian menjadi sebuah bentuk lokalitas yang berada

dalam suatu ruang politik dengan berbagai unsur yang terdapat di dalamnya

seperti, identitas etnis, ras, agama dan budaya yang memiliki hak politik

sederajat.133

Di sisi lain, Datuak sejatinya seorang pemimpin didalam suatu kaum/suku

memiliki pengaruh dan berperan penting dalam mewujudkan cita-cita demokrasi

di daerah. Hal ini terlihat dari bentuk keikutsertaan elite adat dalam memilih

pemimpin di daerah Provinsi Sumatera Barat khususnya wilayah Kabupaten

Agam. Dengan melihat pengaruh yang dimiliki elite adat dalam memberikan

suara untuk Indra Catri. Menurut seorang elite adat bernama Candra, Datuak

Sidubalang:

Adapun pilihan politik atau pertimbangan-pertimbangan yang diberikan oleh

niniak-mamak menentukan pilihan, tentu melihat dengan baik bagaimana kriteria

dari pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati yang akan berkontestasi dalam

pemilukada. Meskipun, dua kandidat yang maju dalam pemilihan kepada daerah

Kabupaten Agam kemarin merupakan seorang pemangku adat juga, namun di balik

semua itu para Datuak melihat keunggulan (kebijakan) masing-masing baik dari

segi prestasi yang mereka lakukan pada periode sebelumnya. Oleh karena itu,

meskipun Indra Catri dan Irwan Fikri merupakan dua orang Datuak yang menjabat

sebelumnya pada pemerintahan Kabupaten Agam, tapi Datuak melihat salah satu

132

Saiful Mujani, William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat Analisis tentang

Perilaku Pemilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca Orde Baru (Jakarta:

Anggota IKAPI, 2012), h. 319. 133

Dede Mariana dan Caroline Paskarina, Demokrasi dan Politik Desentralisasi

(Yogjakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 71-72.

Page 89: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

74

dari pasangan calon yang memiliki keunggulan dan kemampuan dalam menjabat

pada pemerintahan periode sebelumnya.134

Ternyata, ditemukan bahwa Indra Catri yang mampu memimpin daerah

Kabupaten Agam baik itu periode sebelumnya dengan membuat kebijakan

mengenai revivalitasi adat. Hingga para Datuak berupaya untuk mendukung Indra

Catri dengan melihat prestasi atau kemampuan yang dimiliki oleh Indra Catri

tersebut.

Selain itu, Nurtias, Datuak Rajo Ruhun mengasumsikan bahwa

pertimbangan yang dimiliki oleh para pemangku adat khususnya diwilayah Agam

bagian Timur ini dalam pemilihan kepala daerah 2015, berdasarkan pada Pilihan

politik secara individu Datuak namun nantinya membuat kesepakatan bersama

secara musyawarah dan munfakat. Semuanya itu dilihat dari kebijakan yang bagus

dan mampu membawa perubahan serta kemajuan dalam pembangunan daerah.

Hal ini sesuai dengan ajaran adat Lareh Bodi Chaniago yang mempunyai nilai-

nilai demokrasi didalamnya. Di sisi lain juga para pasangan calon yang

berkontestasi politik di Agam ini mampu menerapkan pemerintahan yang sesuai

dengan pepatah Minangkabau: ”Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi

Kitabullah.” Dalam artian bahwa kepemimpinan didaerah haruslah mampu

menyelaraskan antara ajaran adat dengan ajaran agama dan selalu berpedoman

pada Alqur’an dan Sunnah.

Meskipun, kedua pasangan calon bupati yang maju dalam Pemilukada tahun

2015 itu memang sama-sama berasal dari pemangku adat. Namun, para Datuak

salah satunya memilih bukan hanya karena calon berasal dari kalangan penghulu

134

Wawancara dengan elite adat Candra, Datuak Sidubalang pada 10 Maret 2017.

Page 90: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

75

atau Datuak. Akan tetapi, lebih cenderung melihat pada prestasi calon Bupati

beserta kinerjanya selama ini dalam membangun daerah, sedaerah dan memiliki

kedekatan emosional dengan pemangku adat lainnya. Apalagi para calon yang

maju ialah sama-sama bupati dan wakil bupati yang menjabat pada periode

sebelumnya.135

Jadi, dalam memilih ataupun memberikan preferensi pemangku adat tidak

langsung menetapkan pilihan politik, akan tetapi lebih melihat kriteria, prestasi

atau kinerja yang dilakukan oleh calon kandidat tersebut. Siapapun yang akan

berkompetisi untuk membangun daerah siapapun itu, baik dari kalangan Datuak,

alim ulama, cadiak pandai harus mampu membawa kemajuan daerah serta

mewujudkan pemerintahan yang baik, kehidupan beragama dan meningkatkan

norma adat yang berlandaskan prinsip ajaran Adat Minangkabau”Adat Basandi

Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah, Syara’ mangato, Adat Memakai.136

Di samping itu, menurut Candra, Datuak Sidubalang bahwa pemangku adat

dalam memberikan pertimbangan itu sebenarnya tidak terlepas dari pandangan

elite adat terhadap kapabilitas calon kepala daerah. Namun, satu hal yang lebih

penting adalah disaat salah satu calon Bupati berhasil memimpin kembali pada

pemerintahan Kabupaten Agam harus mampu memegang teguh dalam

menerapkan nilai-nilai adat dalam pemerintahan daerah terutama dalam membuat

peraturan berdasarkan hukum adat dan hukum Undang-undang.137

Datuak merupakan seorang pemangku adat yang sangat berpengaruh dalam

masyarakat baik didalam ruang lingkup suku dan masyarakat luas. Menurut Indra

135

Wawancara dengan Nurtias, Datuak Rajo Ruhun pada 7 Maret 2017. 136

Wawancara dengan Candra Datuak Sidubalang. 137

Wawancara dengan Candra Datuak Sidubalang pada 10 Maret 2017.

Page 91: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

76

Catri, Datuak Malako Nan Putiah sebagai Bupati Agam (Petahana) bahwa

dukungan maupun pilihan politik yang dilakukan oleh para pemangku

adat/penghulu salah satu terlihat dari kebijakan yang dibuat pada periode

sebelumnya terkait merevitalisasi adat-istiadat, adat salingka nagari, pusako

salingka kaum, upacara adat, dan pelatihan untuk pemangku adat (Datuak). Oleh

karena itu, dari sinilah para Datuak/niniak-mamak memiliki empati serta

kesepakatan secara musyawarah dan munfakat dalam memberikan dukungan

suara terhadap kemenangan dalam pemilihan kepala daerah tahun 2015 lalu.138

Menurut Almond dan Verba bahwa budaya politik sebagai suatu sikap

orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik maupun peranan warga

negara dalam sistem itu.139

Di samping itu terdapat orientasi terhadap sistem

politik berdasarkan pandangan atau sikap antara sesama warga. Sikap atau

pandangan ini sangat berkaitan dengan rasa kepercayaan (trust) dan permusuhan

(hostility) yang terjalin antara warga negara, kelompok maupun golongan. Maka

dari itu, perasaan demikian terlihat pada sikap seseorang terhadap

pengelompokkan yang ada disekitarnya, terutama dalam bentuk kelas, etnis,

kedaerahan.140

Dalam hal ini, budaya politik yang berada pada wilayah Kabupaten

Agam ini khususnya para elite adat/Datuak adalah budaya politik partisipan. Para

Datuak berpartisipasi secara aktif dalam memberikan dukungan suara terhadap

para calon pemimpin di daerah Agam.

138

Wawancara dengan Bupati Agam Indra Catri, DT. Malako Nan Putiah pada 20 Maret

2017. 139

Alfian dan Nazaruddin Sjamsuddin,ed. Profil Budaya Politik Indonesia (Jakarta: PT.

Pustaka Utama Grafiti, 1991), h. 21. 140

Ibid., h. 22.

Page 92: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

77

Maka dari itu, Indra Catri Datuak Malako Nan Putiah mengutarakan bahwa

para Datuak atau pemangku adat membentuk kesepakatan bersama untuk

berkontribusi secara aktif dalam memberikan suara. Di sisi lainnya, Datuak

didengar oleh masyarakat dan mampu memberikan preferensi pada pemilihan

kepala daerah Kabupaten Agam 2015 lalu.141

Faktor yang mempengaruhi elite adat atau Datuak dalam memberikan

preferensi memilih pemimpin di daerah. Secara realita pada Pemilukada ini

sebuah kombinasi pasangan calon bupati/wakil bupati antara wilayah Agam Barat

dan Agam Timur ataupun sebaliknya.

Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa dalam menentukan pilihan terhadap

calon dan partai seorang pemilih baik dari kalangan elite ataupun masyarakat

biasa selalu memberikan berbagai pertimbangan berdasarkan pada kedaerahan,

suku atau ras. Hal ini tentu bukan hanya dalam memberikan pertimbangan secara

instrumental. Dapat dikatakan bahwa seseorang calon dinilai mempunyai

integritas serta kapabilitas tinggi dalam memimpin. Di samping itu, terdapat isu-

isu teknis yang utama berkaitan dengan berbagai masalah yang berlaku bagi

semua warga terlepas dari kelompok-kelompok identitas sosial atau kulturalnya.

142

Menurut Alhadi, pada dasarnya dari sisi pencalonan itu diawali oleh Indra

Catri dan diakhiri oleh Irwan Fikri. Saat itu juga sempat terjadi kekhawatiran

apakah tidak ada lawan untuk Indra Catri, namun pada akhirnya ternyata Irwan

141

Wawancara dengan Bupati Agam Indra Catri Datuak Malako Nan Putiah. 142

Saiful Mujani, William Liddle, Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat Analisis tentang

Perilaku Pemilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca Orde Baru (Jakarta:

Anggota IKAPI, 2012), h. 320.

Page 93: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

78

Fikri yang menjadi lawan Indra Catri dalam kontestasi politik pada pemilukada

2015 yang lalu. Dua pasangan calon Bupati tersebut merupakan dua putra terbaik

Agam dan sama-sama memangku jabatan sebagai pemangku adat yang

mempunyai gelar Datuak. Akan tetapi, walau demikian dari segi pengabdian di

wilayah Kabupaten Agam, Indra Catri yang telah lama mengabdi kepada

masyarakat maupun kepada para Datuak dibandingkan Irwan Fikri. Oleh

karenanya, dari sisi itu banyak pengaruh terhadap kemenangan Bupati Indra

Catri.143

Kemenangan Bupati Indra Catri dalam Pemilihan Kepala Daerah

Kabupaten Agam salah satunya dipengaruhi oleh faktor kedaerahan. Sebab salah

satunya dilihat dari perhitungan jumlah pemilih atau masyarakat di wilayah Agam

Timur lebih banyak dibandingkan wilayah Agam Barat. Wilayah Agam Timur

yang terdiri dari 11 Kecamatan (Baso, Canduang, Ampek Angkek, Kamang

Magek, Tilatang Kamang, Palupuah, Sungai Pua, Banuhampu, IV Koto dan

Malalak). Sedangkan Agam Barat yang terdiri dari 6 Kecamatan (Matur, Tanjung

Raya, Palembayan, Lubuk Basung, Tanjung Mutiara dan Ampek Nagari).Di sisi

lain, Pemilukada 2015 sebagai kontestasi politik duel para Petahana (pasangan

Bupati dan Wakil Bupati yang menjabat pada periode sebelumnya) yang masing-

masing mewakili Agam Timur dan Agam Barat. 144

Dapat dilihat bahwa Bupati Indra Catri merupakan Bupati Agam periode

2010-2015 yang berasal dari Baso (Agam Timur) berpasangan dengan Trinda

Farhan Satria yang merupakan Anggota DPR Provinsi Sumatera Barat yang

143

Wawancara dengan Alhadi (Ketua Komisioner KPU Kabupaten Agam) pada 16 Maret

2017. 144

Wawancara dengan Alhadi (Ketua Komisioner KPU Kabupaten Agam).

Page 94: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

79

berasal dari Maninjau- Tanjung Raya (Agam Barat) bertarung melawan Irwan

Fikri yang merupakan Wakil Bupati periode 2013-2015 yang berasal dari

Maninjau-Tanjung Raya (Agam Barat) berpasangan dengan Chairunnas Anggota

DPRD Agam pada Tahun 2009-2014 yang berasal dari Kamang (Agam Timur).145

Kemenangan Calon Bupati dari Agam Timur memperkuat bukti bahwa

pengaruh “kedaerahan” Agam Timur dan Agam Barat itu sangat kentara.

Indikasinya dapat dilihat dari kemenangan Bupati Indra Catri yang diperoleh dari

11 Kecamatan di Agam Timur. Meskipun demikian, menurut Bustamam, DT.

Manindiah bahwa pilihan politik pemangku adat dengan masyarakat salah

satunya bersandar pada pepatah Minang “caro basuku tagak disuku, caro

banagari tagak dinagari,”artinya: Orang Agam Timur memilih Calon Bupati dari

Agam Timur, Orang Agam Barat memilih Calon Bupati dari Agam Barat.146

Isu

kedaerahan ini seringkali muncul disaat akan diselenggarakan pemilihan kepala

daerah. Oleh karenanya, ini salah satu faktor yang mempengaruhi elite adat dalam

memberikan dukungan suara terhadap kemenangan Indra Catri, DT. Malako Nan

Putiah dan Trinda Farhan Satria dalam pemilihan kepala daerah Agam pada 2015

lalu.

Konsep demokrasi dianggap suatu sistem politik, maka partai-partai politik

memiliki daya tarik-menarik atau berlomba untuk mendapatkan suara masa

pemilih. Disamping itu, para elite cenderung terbuka terbuka dan direkrut atas

kemampuan yang dimiliki oleh elite tersebut dan mampu mengatur dalam

masyarakat. Untuk itu, elite mempunyai peranan yang sangat besar dalam

145

Ibid. 146

Wawancara dengan Bustamam Datuak Manindiah (Ketua Lembaga Kerapatan Adat

Alam Minangkabau Kabupaten Agam) tanggal 3 April 2017.

Page 95: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

80

mempengaruhi dan menetapkan sebuah keputusan. Oleh karenanya, elite tidak

hanya memiliki peran dalam memutuskan masalah politik. Akan tetapi, perannya

lebih kepada memilih orang yang bersedia dalam membuat keputusan politik.147

Selain itu, realitanya bahwa pilihan politik para elite adat (Datuak) dalam

menentukan pilihan saat memilih calon Bupati pada pemilukada Kabupaten Agam

pada 9 Desember 2015. Semua elemen niniak-mamak mendukung calon Bupati

yang berasal dari kalangan elite adat juga dan mampu menerapkan nilai-nilai

tradisi adat pada kepemimpinan Bupati terpilih nantinya. Menurut pandangan

Bustamam, Datuak Manindiah bahwa para Datuak memilih Bupati dengan

memberikan suara terhadap kemenangan Indra Catri dan Trinda Farhan Satria

karena disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:148

a. Faktor Sosiologis (Kedaerahan/Adat). Datuak memilih calon Bupati yang

sama-sama berasal dari daerah Agam Timur, dalam artian sedaerah. Maka,

secara realita bahwa Indra Catri merupakan seorang calon Bupati sekaligus

pemangku adat (Datuak) yang berasal dari suku Melayu di wilayah Agam

bagian Timur. Di sisi lainnya seadat juga salah satu faktor penentu atau

yang mempengaruhi elite adat/pemangku adat dalam memberikan dukungan

suara terhadap kemenangan Indra Catri, DT. Malako Nan Putiah dan Trinda

Farhan Satria pada pemilihan kepala daerah Agam 2015 lalu. Faktor

kedaerahan dan seadat ini memperkuat bukti bahwa perilaku politik elite

adat dengan anak-kemenakannya salah satunya bersandar pada pepatah

Minang “caro basuku tagak dinagari, caro banagari tagak dinagari,”

147

SP. Varma, Teori Politik Modern (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), h. 211-212. 148

Wawancara dengan Bustamam Datuak Manindiah (Ketua Lembaga Kerapatan Adat

Alam Minangkabau Kabupaten Agam).

Page 96: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

81

artinya: Orang Agam Timur pilih Calon Bupati dari Agam Timur, Orang

Agam Barat pilih Calon Bupati dari Agam Barat. Di sisi lainnya, Indra Catri

selama menjadi Datuak sangat dekat dengan para pemangku adat lainnya.

Maka dari itu, para elite adat memutuskan dukungan suaranya untuk

memilih Bupati Indra Catri.

b. Faktor Psikologis (Kedekatan Emosional), adanya kedekatan emosional

yang telah lama dibangun dan terjalin dengan baik oleh Indra Catri saat

memegang jabatan sebagai pemangku adat, dekat dengan Datuak, anak-

kemenakan maupun masyarakat luas, baik sebelum ataupun setelah

menjabat sebagai kepala daerah. Oleh karena itu, hal inilah yang menarik

simpati para pemangku adat lainnya untuk mendukung Indra Catri menjadi

Bupati selanjutnya pada periode 2016-2021.

c. Faktor Pilihan Rasional (Kebijakan), pada dasarnya pada pilihan rasional

ini elite adat lebih cenderung melihat serta memberikan penilaian secara

maksimal pada kebijakan yang dibuat Indra Catri, DT. Malako Nan Putiah

selalu berpedoman pada ajaran adat dan agama Islam pada pemerintahan

daerah Agam pada periode sebelumnya. Faktor Kebijakan-kebijakan

tersebut terutama dalam mewujukan daerah Agam yang bernuansa nilai-

nilai agama Islam dan tradisi adat/budaya Minangkabau. Di antaranya

dengan melakukan revitalisasi nilai-nilai tradisi dalam adat seperti:

meningkatkan penerapan adat-istiadat, adat salingka nagari, pusako (pusaka)

salingka kaum, upacara-upacara adat, dan pelatihan-pelatihan untuk

pemangku adat, seni dan tarian Minangkabau seperti: randai, silek (pencak

Page 97: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

82

silat), saluang. Kemudian juga, kebijakan Indra Catri lainnya dalam nuansa

religi/keagamaan, Indra Catri melakukan peremajaan Mesjid, meningkatkan

mutu Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA), Tempat Pendidikan Alqur’an

(TPA) dan menghidupkan tradisi lama yakni mengaji di surau.

Dari ketiga faktor di atas juga merupakan hal pokok yang mempengaruhi

elite adat/Datuak dalam memberikan dukungan suara terhadap kemenangan Indra

Catri DT. Malako Nan Putiah dan Trinda Farhan Satria pada pemilihan kepala

daerah Kabupaten Agam 2015. Tidak ada satupun pengaruh dari pihak lainnya

untuk mempengaruhi Datuak dalam mendukung Indra Catri untuk menjadi

Bupati Agam pada periode 2016-2021.

Kemudian, Yosefrizal Datuak Malano Basa mengasumsikan bahwa Datuak

memberikan dukungan suara terhadap kemenangan Indra Catri Datuak Malako

Nan Putiah itu dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran falsafah adat Bodi Chaniago

bahwa “Duduak samo randah, tagak samo tinggi”, artinya semua niniak-mamak

yang memimpin kaum berkumpul untuk membuat sebuah kesepakatan bersama

secara musyawarah serta munfakat. Maka dari itu, semua pemangku adat

memutuskan dan sepakat untuk memberikan dukungan suara untuk Indra Catri

Datuak Malako Nan Putiah. Di samping itu, hal yang menarik bahwa Datuak

merupakan seorang leader (pemimpin) dalam ruang lingkup suku dan memiliki

peranan penting serta pengaruh besar dalam memajukan daerah.149

Berdasarkan hal itu bahwa terpilihnya kembali Indra Catri menjadi bupati

agam pada pemilihan kepala daerah Kabupaten Agam 2015, tidak bisa dipungkiri

149

Wawancara dengan Yosefrizal Datuak Malano Basa pada 3 April 2017.

Page 98: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

83

bahwa terdapat peran para pemangku adat (Datuak) dalam memberikan dukungan

suara untuk kemenangan Indra Catri. Karena disatu sisi pada pemerintahan

periode sebelumnya, Indra Catri sudah berhasil membawa perubahan di daerah

Agam. Adapun prestasi dimiliki oleh Indra Catri yang unggul dalam membuat

kebijakan ialah salah satunya dalam meningkatkan dan menumbuhkan kembali

nilai tradisi adat Minangkabau yang sudah mulai meredup di Agam atau dikenal

dengan revitalisasi adat. Disamping itu, Indra Catri juga salah satu seorang

pemangku adat yang berada di daerah Agam Timur. Sehingga, faktor yang

mempengaruhi elite adat dalam memberikan dukungan suara untuk

kemenangannya, pertama, secara sosiologisnya elite adat memberikan dukungan

untuk Indra Catri karena disebabkan oleh kedaerahan, kesukuan dan sama-sama

menjadi seorang pemangku adat dan berasal dari wilayah Agam Timur. Kedua,

secara psikologis, kedekatan Indra Catri dengan para Datuak lainnya yang

menjadikan satu nilai lebih dalam menarik simpati elite adat untuk memberikan

dukungan suara untuk Indra Catri. Ketiga, pilihan rasional, kebijakan yang

dirancang oleh Indra Catri pada periode sebelumnya yaitu dengan merevitalisasi

adat dan juga menerapkan kebijakan yang didalamnya terdapat unsur sesuai

dengan pepatah minangkabau yaitu:” Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi

Kitabullah”.

Page 99: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemilihan kepala daerah Kabupaten Agam berlangsung sengit dan

demokratis. Dalam hal ini, calon Bupati Agam pada saat itu keduanya adalah

putra daerah yang sangat diakui eksistensi dan kapabilitasnya dibidang politik

serta kemasyarakatan. Kontestasi politik Kabupaten Agam kali ini merupakan

kontestasi politik atau duet antara petahana (incumbent) melawan petahana yang

telah menjabat pada periode sebelumnya.

Kemenangan dari Indra Catri ini tidak lepas dari campur tangan para Datuak

yang berada di wilayah Agam bagian Timur. Perlu diketahui bahwas Datuak

adalah seorang pemangku adat yang merupakan kepala suku/kaum yang berupaya

dalam memimpin anak-kemenakannya. Datuak itu adalah orang yang dituakan

dan sangat dihormati oleh anak-kemenakannya (didahulukan salangkah,

ditinggikan sarantiang).

Disamping itu, para Datuak memiliki pilihan politik yang bagus dalam

memberikan preferensi maupun dukungan suara untuk kemenangan Indra Catri.

Hal ini tentu berdasarkan beberapa faktor yang memperngaruhi Datuak dalam

pilihan politiknya untuk mendukung Indra Catri. Adapun faktor yang

mempengaruhi Datuak dalam memberikan dukungan suara untuk kemenangan

Indra Catri salah satunya berdasarkan faktor kedaerahan. Hal ini terlihat dari

jumlah pemilih wilayah yang berada di Agam Timur lebih banyak yang terdiri

dari 11 kecamatan dibandingkan wilayah yang berada di Agam Barat yang hanya

Page 100: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

85

5 kecamatan. Sehingga, ini menjadi bukti bahwa jumlah pemilih (Datuak) yang

berada diwilayah Agam bagian Timur lebih dominan dan memberikan suara untuk

mendukung Indra Catri. Sebab, hal ini sesuai dengan pepatah minang “caro

basuku tagak disuku, caro banagari tagak dinagari”. Intinya ialah seorang

pemilih yang berada dari satu nagari ataupun kecamatan yang termasuk Agam

Timur akan cenderung memilih Bupati yang berasal dari Agam Timur dan begitu

dengan wilayah Agam bagian Barat.

Selanjutnya, para Datuak memberikan dukungan suara untuk Indra Catri itu

didasarkan pada kapabilitas dan jiwa kepemimpinan (leadership) yang telah ada

pada dirinya dan sejak Indra Catri menjabat sebagai pemangku adat dan

diimplementasikan ketika ia menjabat sebagai Bupati Agam pada periode

sebelumnya. Selain itu, adanya kedekatan emosional yang dibangun, terjalin

dengan baik antara Indra Catri dengan para Datuak yang lain dan memberikan

ruang pilihan politik dari para Datuak untuk memberikan dukungan suara untuk

Indra Catri.

Apalagi masyarakat dan pemangku adat (Datuak) telah melihat kinerja Indra

Catri pada pemerintahan sebelumnya terutama dalam melakukan upaya penerapan

tradisi adat (revitalisasi adat), hingga akhirnya ia dengan sangat mudah

mendapatkan suara dari rakyat. Sebagaimana diketahui bahwa anak-kemenakan

berada dibawah perintah seorang pemangku adat (Datuak), maka secara otomatis

masyarakat akan cenderung kepada pilihan Datuak. Walaupun masyarakat

sesungguhnya memiliki hak pilih 100% untuk menentukan pilihannya masing-

masing pada pemilihan kepala daerah Kabupaten Agam.

Page 101: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

86

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis menyadari terdapat kelemahan dan

kekurangan dalam penulisan skripsi maupun dalam penelitian. Penulis merasakan

bahwa penelitian ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Penulis memberikan

saran untuk peneliti selanjutnya yang membahas kasus yang serupa mengenai

perilaku politik elite adat, elite lokal dalam pemilihan gubernur, bupati atau

walikota dapat dikembangkan dengan variabel yang lebih banyak dan dapat

dilakukan dengan menggunakan metode yang berbeda yaitu penelitian kuantitatif.

Sebab, dalam pembahasan ini sangat menarik untuk dikaji karena

demokratisasi lokal didaerah berjalan dengan baik saat terjadi kontestasi politik

pemangku adat untuk menjadi pemimpin didaerah. Hal ini disadari bahwa tidak

terjadi yang namanya dinasti politik maupun kekuasaan oligarki yang terjadi

dalam lingkungan para elite adat maupun pemerintahan daerah. Wujud demokrasi

dapat diaktualisasikan dengan baik pada pemilihan kepala daerah Kabupaten

Agam 2015.

Page 102: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Almond, Gabriel A & Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan

Demokrasi di Lima Negara. Jakarta: Bina Aksara, 1984.

Amir, MS, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minangkabau

Jakarta: PT. Mutiara Sumber Wijaya, 2003.

Apter, David E, Pengantar Analisa Politik, penj. Setiawan Abadi. Jakarta:

LP3ES; 1987.

Batuah, Datuak, Tambo Alam Minangkabau. Payakumbuh: Limbago, 1955.

Budiardjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2008.

Creswell, John W, Research Design: Qualitatif, Quantitatif, and Mixed Method

Approach. AS: SAGE Publication, 2014.

Dt, Kampung Dalam M. A, Menelusuri Jejak Nagari Kurai beserta Lembaga

Adatnya. Bukittinggi, Kristal Multimedia, 2011.

Dt, Bandaro Latief, Minangkabau yang Gelisah mencari Strategi Sosialisasi

Pewarisan Adat dan Budaya Minangkabau untuk Generasi Muda. Bandung:

Lubuk Agung, 2004.

Dt, Pengulu Hakimi, Pedoman Niniak Mamak Pemangku Adat. Penerbit Biro

Pembinaan Adat dan Syarak, LKAAM Provinsi Sumatera Barat.

Datuak, Rajo Pangulu M. Sayuti, Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau.

Padang: LKAAM, 2010.

Dt, Sanggoeno Diradjo Ibrahim, Tambo Alam Minangkabau Tatanan Adat

Warisan Nenek Moyang Orang Minang. Bukittinggi: Kristal Multimedia,

2009.

Efendi, Firdaus, The Power Of Minangkabau,Kekuatan Minangkabau. Jakarta:

Nuansa Madani, 2012.

Elsa, Peldi Taher, ed. Demokratisasi Politik, Budaya dan Ekonomi pengalaman

Indonesia Masa Orde Baru. Jakarta: Yayasan Paramadina, 1994.

Gaffar, Affan, Politik Indonesia Transisi menuju Demokrasi.Yogjakarta: Pustaka

Pelajar, 1999.

Page 103: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Graves, Elizabeth, Asal-Usul Elite Minangkabau Modern” Respon terhadap

Kolonial Belanda Abad XIX/XX. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.

Hadad, Ismid, Budaya Politik dan Keadilan Sosial. Jakarta: LP3ES, 1979.

Hanafie, Haniah dan Suryani, Politik Indonesia. Ciputat: Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Hakimy, Idrus DT. Rajo Pangulu, Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di

Minangkabau. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1978.

Harrison, Lisa, Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2009.

Held, David, Models of Democracy. Jakarta: Akbar Tanjung Institut, 2006.

Hollyson, MZ Rahmat dan Sri Sundari, Pilkada Penuh Euforia, Miskin Makna.

Jakarta: Bestari, Anggota IKAPI, 2015.

Kantaprawira, Rusadi, Sistem Politik Indonesia Suatu Model Pengantar.

Bandung: Sinar Baru Algensido, 2002.

Mangkuto, Yusrizal Sutan, Nagari Kurai Limo Jorong, Peran dan Fungsi Niniak-

Mamak Alim Ulama sarato Cadiak Pandai di Nagari Kurai Limo Jorong

.Bukittinggi: Kristal Multimedia, 2014.

Mariana, Dede dan Caroline Paskarina, Demokrasi dan Politik Desentralisasi.

Yogjakarta: Graha Ilmu, 2008.

McClosky, Herbert, ”Political Participation”, International Encyclopedia of the

Social Sciences, ed. Ke-2. New York: The Macmillan Company, 1972.

Ms Edison, Nasrun Dt. Marajo Sungut, Tambo Minangkabau, Budaya dan Hukum

Adat di Minangkabau. Bukittinggi: Kristal Multimedia, 2010.

Mujani, Saiful dan William Liddle, Kuasa Rakyat, Analisis tentang Perilaku

Pemilih Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca

Orde Baru. Jakarta: Mizan Publika, 2012.

Nazaruddin, Alfian, ed. Profil Budaya Politik Indonesia. Jakarta: PT Pustaka

Utama untuk Asosiasi Ilmu Politik Indonesia, 1991.

Prihatmoko, Joko J, Mendemokratiskan Pemilu: Dari sistem sampai elemen teknis

Yogjakarta: Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan Pengabdian

Masyarakat, Universitas Wahid Hasyim Semarang, 2008.

Purwanto, Hari, Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi.

Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2000.

Page 104: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Rampai, Bunga, Pengetahuan Adat Minangkabau. Padang: Lembaga Kerapatan

Adat Alam Minangkabau, 2000.

Sastroatmodjo, Sujijono, Perilaku Politik. Semarang: Ikip Semarang Press, 1995.

Sjamsuddin, Nazaruddin, Integrasi Politik di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia,

1989.

Strauss, Anselm dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar penelitian Kualitatif, Tata

Langkah dan Teknik-Teknik Teoritis Data.Yogjakarta: Pustaka Pelajar,

2003, cet. 1.

Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia, 2010.

Zainuddin, Musyair , Implementasi Pemerintahan Nagari Berdasarkan Hak Asal-

Usul Adat Minangkabau. Yogjakarta: Ombak, 2008.

B. Jurnal

Vivit, Nurdin Bartoven, ”Antara Negara dan Nagari: Kontestasi Elit Lokal Dalam

Rekontruksi Nagari Di Minangkabau pada Masa Otonomi Daerah,” Jurnal

Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan. Vol 3, No. 7, Juli-Desember,

2009.

Yolanda, Yogi, ”Elite Tradisional di Panggung Politik: Keterlibatan Pangulu

dalam Politik Orde Baru di Kabupaten Agam.” 1971-1998.

C. Skripsi

Amrianto, ”Peranan Elit Tradisional dalam Dinamika Politik Lokal pada

Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Wakatobi”, Skripsi S1 Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Negeri Sam Ratulangi, 2014.

Ardian, Fikri, ”Identitas Etnis dalam Pemilihan Kepala Daerah Studi Pemilihan

Gubernur DKI Jakarta Tahun 2012”, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Donny, Sagala Irvan, ”Etnisitas dan Perilaku Pemilih Studi Kasus Persepsi dan

Preferensi Masyarakat Etnis Batak Toba pada Pemilihan Kepala Daerah

Langsung Kabupaten Karo, Sumatera Utara”, Skripsi S1 Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Politik, Jurusan Ilmu

Pemerintahan, Universitas Sumatera Utara, 2010.

Fitrah, Afdal, ”Pengaruh Lembaga Kerapatan Adat Nagari (KAN) Di

Minangkabau dalam Pilkada Tahun 2010 di Kabupaten Tanah Datar,”

Page 105: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Nurcholis, Ahmad, ”Orang Kuat dalam Dinamika Politik Lokal Studi Kasus:

Kekuasaan Politik Fuad Amin di Bangkalan,” Skripsi S1 Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2016.

D. Internet

Artikel Harian Haluan Mencerdaskan kehidupan masyarakat, Partai pengusung

Irwan Fikri Ungguli Indra Catri, tersedia di

http://harianhaluan.com/mobile/detailberita/42094/partai-pengusung-irwan-

fikri-ungguli-indra-catri; internet; diunduh pada 15 Oktober 2016.

Artikel Harian Haluan Mencerdaskan kehidupan masyarakat, Partai pengusung

Irwan Fikri Ungguli Indra Catri, tersedia di

http://harianhaluan.com/mobile/detailberita/42094/partai-pengusung-irwan-

fikri-ungguli-indra-catri; internet; diunduh pada 15 Oktober 2016.

Dua Pasang Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati Agam Warnai Pilkada,

Website resmi Kabupaten Agam, 29 Juli 2015, tersedia di

http://www.agamkab.go.id/?agam=berita&se=detik&id=5274; internet;

diunduh pada 8 Juni 2016.

Dinafirst “ Kepemimpinan Masyarakat Minangkabau”, tersedia di

https://dinarfirst.org/kepemimpinan-dalam-masyarakat-minangkabau;

internet; diunduh pada 3 Januari 2017.

Herbert McClosky Profesor Ilmu Politik, tersedia di

www.berkeley.edu/news/media/releases/2006/03/16_mcclosky.html;

internet; diunduh pada 6 November 2016.

Irawati, Bakaruddin Rosyidi, Aidinil Zetra, 2004. ”Budaya Politik Masyarakat

Minangkabau.” Jurnal Analisa Politik Vol. 2 No. 7 Januari - Juli 2004,

tersedia di http://repository.unand.ac.id/2582/1/Jurnal_04.pdf; internet;

diunduh pada 20 November 2016.

Irhash, Lembaga Kerapatan Adat Nagari Alam Minangkabau, tersedia di

http://www.irhash.com/2010/10/lembaga-kerapatan-adat-alam

minangkabau.html; internet; diunduh pada 04 Maret 2017.

Page 106: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Kabar Ranah, ”Macam-macam Adat Minangkabau, tersedia di

http://www.kabaranah.com/2014/11/macam-macam-adat-di-

minangkabau.html; internet; diunduh pada 31 Desember 2016.

Komisi Pemilihan Umum Daerah kabupaten Agam, tersedia di

https://pilkada2015.kpu.go.id/agamkab; internet; diunduh pada 9 Juni 2016.

Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Agam, 2015. Tersedia di

http://www.kpu.go.id/koleksigambar/LAPORAN_PENELITIAN_KESUKA

RELAAN_WARGA_DALAM_POLITIK_(POLITICAL_VOLUNTARISM

)_DI_KABUPATEN_AGAM.pdf; internet; diunduh pada 30 Desember

2016.

Muhammad Rifai, ”Teori Pilihan Rasional”, tersedia di

http://ensiklo.com/2015/09/teori-pilihan-rasional; internet; diunduh pada 13

November 2016.

Situs resmi Website Pemerintahan Kabupaten Agam, [website resmi]; tesedia di

www.agamkab.go.id, diunduh pada 9 Januari 2017.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tersedia di

http://www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_32_2004_Pemerintahan%20Daera

h.pdf; internet; diunduh pada 20 November 2016.

E. Dokumen

Alhadi, Model DB1-KWK Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan

Suara Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Agam Tahun 2015. Agam: KPU

Agam, 2015.

Komisi Pemilihan Umum, Penetapan Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perolehan

Suara Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Agam. Agam: Komisi Pemilihan

Umum Kabupaten Agam, 2015.

F. Wawancara

Wawancara bersama Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau

LKAAM , Bustamam, Dt. Manindiah pada 3 April 2017.

Wawancara bersama pemangku adat Suku Pisang Nurtias, Dt. Rajo Ruhun pada 7

Maret 2017.

Wawancara bersama pemangku adat Suku Sikumbang Candra, Dt. Sidubalang

pada 10 Maret 2017.

Wawancara bersama Ketua Kerapatan Adat Nagari, KAN Yosefrizal, Dt. Malano

Basa pada 3 April 2017.

Page 107: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Wawancara bersama Bupati Agam Indra Catri, Dt. Malako Nan Putiah pada 20

Maret 2017.

Wawancara bersama Ketua Komisioner KPU Kabupaten Agam Alhadi pada 16

Maret 2017.

Wawancara bersama Komisioner KPU Kabupaten Agam Divisi Teknis Eri Efendi

pada 16 Maret 2017.

Page 108: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Lampiran 1

TRANSKRIP WAWANCARA

Berikut ini adalah hasil wawancara yang dilakukan dengan Ketua Lembaga

Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Bustamam, Dt. Manindiah.

Wawancara ini dilakukan secara langsung pada tanggal pada 3 April 2017, Pukul

13:45 WIB.

Irfan : apa saja pertimbangan-pertimbangan (preferensi) Bapak

selaku Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau dalam menentukan

pilihan dalam pemilukada 2015 di Kabupaten Agam?

DT. Manindiah : Bagi saya sendiri yang pertama bahwa dari segi

kelembagaan adat tentu selaku Datuak (niniak- mamak) bersifat netral dalam

pemilukada dan tidak bisa dipengaruhi oleh pihak manapun, baik dari partai

politik pendukung pasangan calon dan lain sebagainya. Namun, satu hal yang

paling penting bagi saya dalam memberikan pertimbangan maupun preferensi

terhadap sebuah pilihan calon Bupati, tentu saya memilih calon yang berasal dari

seorang Datuak juga, sebab kami sama-sama menjabat sebagai pemangku adat.

Meskipun, pada pemilukada kemarin yang maju berkontestasi adalah sama-sama

seorang Datuak, namun saya lebih memilih Datuak yang sedaerah dengan saya.

Perlu diketahui bahwa Datuak adalah seorang pemimpin, pemimpin untuk suku

atau kaumnya dan yang lebih luas lagi pemimpin untuk masyarakat lainnya.

Pilihan politik saya dalam memilih Bupati Indra Catri itu terlihat bahwa Indra

Catri merupakan seorang Datuak yang memiliki jiwa kepemimpinan yang bagus

Page 109: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

terhadap anak-kemenakan dan masyarakat. Indra Catri, Datuak Malako Nan

Putiah yang sangat dekat dengan para niniak-mamak lainnya dibandingkan

lawannya calon Bupati Irwan Fikri, Datuak Nagari Batuah. Pada periode

sebelumnya Bupati Indra Catri telah berupaya dalam meningkatkan penerapan

nilai-nilai Adat serta tradisi Budaya Minangkabau. Kemudian, daripada itu Indra

Catri sangat dekat dengan masyarakat begitupun dengan para pemangku adat

(Datuak) lainnya. Kebijakan-kebijakan dalam pemerintahan Kabupaten Agam

pada periode sebelumnya, sudah terlihat bagus diiringi dengan nilai-nilai Adat dan

Agama sesuai dengan pepatah falsafah Minangkabau yaitu, “Adat basandi Syara’,

Syara’ basandi Kitabullah. Sehingga, atas dasar itulah kami selaku niniak-mamak

mendukung Indra Catri Datuak Malako Nan Putiah untuk menjadi Bupati Agam

kembali.

Irfan : Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi para elite adat

(Datuak) dalam memberikan dukungan suara untuk kemenangan Indra Catri dan

Trinda Farhan Satria pada Pemilukada 2015 di Kabupaten Agam? Jika ditinjau

dari Pendekatan: Sosiologis, psikologis dan Pilihan Rasional.

DT. Manindiah : Bagi saya pribadi bahwa faktor yang mempengaruhi

Datuak dalam memberikan dukugan suara untuk kemenangan Indra Catri dan

Trinda Farhan Satria pada pemilukada 2015 kemarin adalah salah satunya, secara

pendekatan Sosiologis yaitu sedaerah, seadat. Kenapa saya katakan sedaearah dan

seadat, sebab Bupati Indra Catri merupakan seorang anak nagari yang berasal dari

wilayah Agam Timur dan juga menjabat sebagai pemangku adat/datuak. pilihan

politik niniak mamak dengan masyarakat salah satunya bersandar pada pepatah

Page 110: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Minang “caro basuku tagak dinagari, caro banagari tagak dinagari,” artinya:

Orang Agam Timur pilih Calon Bupati dari Agam Timur, Orang Agam Barat pilih

Calon Bupati dari Agam Barat. Disisi lainnya, Indra Catri selama menjadi Datuak

sangat dekat dengan para pemangku adat lainnya. Kami sebagai Datuak tentu

memilih calon Bupati yang berasal dari Datuak juga. Secara Psikologis, Indra

Catri sangat dekat dengan masyarakat dan para Datuak sehingga menarik simpati

masyarakat maupun para niniak-mamak untuk mendukung Indra Catri. Kemudian,

secara Pilihan Rasional, Kebijakan-kebijakan Indra Catri bagus pada periode

sebelumnya dan telah berupaya untuk meningkatkan nilai-nilai adat Tradisi

Minangkabau. Tidak kalah penting bahwa Indra Catri telah memperlihatkan

karakternya sebagai kepemimpinnya yang baik.

Irfan : Bagaimana peran dan kontribusi Lembaga Kerapatan

Adat Minangkabau dalam mensukseskan pemilukada 2015, Kabupaten Agam

kemarin?

DT. Manindiah : Dari segi peran dan kontribusi LKAM adalah untuk

melakukan sosialisasi kepada anak-kemenakan agar mampu menggunakan hak

suara dengan baik pada Pemilukada. Akan tetapi, LKAM tidak melakukan

kampanye kepada masyarakat. Sebab, LKAM bersifat netral.

Page 111: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Lampiran 2

TRANSKRIP WAWANCARA

Berikut adalah hasil wawancara dengan pemangku adat Suku Pisang

Nurtias, Datuak Rajo Ruhun pada 7 Maret 2017.

Irfan : Assalamu’alaikum wwb Mak Datuak ?

Dt. Rajo Ruhun : Wa’alaikum Salam wwb.

Irfan : Baiklah Mak Datuak, saya mulai wawancaranya?

Dt. Rajo Ruhun : Baiklah, silahkan.

Irfan : Apakah Mak Datuak mengikuti Pemilihan Umum Kepala

Daerah Bupati dan Wakil Bupati pada 9 Desember 2015 yang lalu di Kabupaten

Agam?

Dt. Rajo Ruhun : ya, tentu saja saya mengikuti Pemilihan Bupati dan Wakil

Bupati tersebut dan memilih calon bupati yang menjadi pilihan saya.

Irfan : Bagaimana Pilihan Politik mak Datuak sebagai seorang

Elit Adat dalam Pemilukada 2015 di Kabupaten Agam?

Dt. Rajo Ruhun : Bagi saya pribadi sebagai niniak mamak yang memimpin

suku beserta anak kemenakan. Pilihan politik saya terutama dalam pemilukada

kemarin, saya memilih calon Bupati yang memang benar jelas kerjanya dan

mampu membawa perubahan serta kemajuan dalam pembangunan daerah. Seperti

Page 112: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

kita ketahui bahwa kedua pasangan calon Bupati yang maju dalam Pemilukada

tahun 2015 itu memang sama-sama berasal dari niniak mamak juga. Tentu secara

jelas, kedua pasangan calon itu memiliki gelar atau jabatan yang sama seperti saya

sebagai Datuak yang memimpin suku di Nagari. Sehingga , dalam memilih atau

menetapkan pilihan politik, saya melihat bukan sertamerta karena calon berasal

dari kalangan penghulu atau datuak juga tapi lebih cenderung pada prestasi calon

Bupati beserta kinerjanya selama ini dalam membangun daerah dan sangat bagus

relasinya dengan niniak mamak juga bagus. Apalagi kita lihat para calon yang

maju sama-sama Bupati dan Wakil Bupati yang menjabat sebelumnya. Jadi,

dalam memilih saya tidak langsung menetapkan pilihan politik saya, akan tetapi

saya melihat kriteria, prestasi atau kinerja yang dilakukan oleh calon kandidat

tersebut meskipun tergolong seorang Datuak atau niniak mamak. Disisi lain,

pilihan politik saya, saya lebih berkenaan kepada calon yang sesuai antara

perbuatan, kinerjanya serta mampu bekerja dengan baik di daerah Agam ini dalam

artian tidak ada kebohongan dalam menjalani tugas. Kejujuran yang harus

diterapkan dalam memimpin daerah, janganlah sampai seperti pepatah adat kita

Minangkabau :” balawan siang, bakawan malam. Maka kebenaran tidak akan ada

didalamnya. Siapapun yang akan berkompetisi untuk membangun daerah siapun

itu, baik dari kalangan Datuak, alim ulama, cadiak pandai harus mampu

membawa kemajuan daerah serta mewujudkan pemerintahan yang baik,

kehidupan beragama dan meningkatkan norma adat yang berlandaskan Prinsip

Minangkabau” Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah, Syara’ mangato,

Adat Memakai.

Page 113: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Irfan : Apa saja pertimbangan-pertimbangan niniak mamak

dalam memberikan dukungan suara terhadap kemenangan Bupati Indra Catri dan

Wakil Bupati Trianda Farhan Satria pada Pemilukada 2015 ?

Dt. Rajo Ruhun : mengenai pertimbangan-pertimbangan saya dalam

memberikan dukungan suara, saya melihat pada keprofesionalitasan kinerja

Bupati Indra Catri dalam pemerintahan di Kabupaten Agam pada periode yang

lalu. Sehingga, dengan bagusnya kinerja yang dilakukan Bupati maka saya secara

pribadi mendukung secara penuh agar bapak Bupati Indra Catri memenangkan

pemilukada 2015 kemarin. Satu catatan yang penting harus diketahui, meski calon

kandidat Bupati Agam itu keduanya berasal dari niniak-mamak, hal yang menjadi

pertimbangan bagi saya adalah saya melihat kapabilitas, prestasi yang dilakukan,

kemudian kedekatannya dengan niniak mamak (datuak) dan masyarakat lainnya.

Irfan : Faktor apa saja yang mempengaruhi Datuak dalam

memberikan dukungan suara terhadap kemenangan Bupati Indra Catri dan Wakil

Bupati Trianda Farhan Satria ?

Dt. Rajo Ruhun : Secara pribadi, faktor yang mempengaruhi saya dalam

mendukung ataupun memberikan dukungan suara kepada kemenangan bapak

Bupati Indra Catri adalah sebagai berikut: faktor Sedaerah yang mempengaruhi

saya untuk memilih bapak Bupati Indra Catri yang sama-sama anak daerah Agam

bagian Timur. Faktor Seadat artinya bapak Bupati sama-sama memiliki jabatan

sebagai niniak mamak (Datuak) seperti saya yang dibawah naungan adat Bodi

Chaniago Datuak Perpatiah Nan Sabatang. Demikian, pilihan politik niniak

Page 114: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

mamak dengan masyarakat salah satunya bersandar pada pepatah Minang “caro

basuku tagak dinagari, caro banagari tagak dinagari,” artinya: Orang Agam

Timur pilih Calon Bupati dari Agam Timur, Orang Agam Barat pilih Calon

Bupati dari Agam Barat. Saya memberikan dukungan suara untuk bapak Bupati

Indra Catri berdasarkan pada kepemimpinan beliau dalam menjalankan tugas

didaerah sangat baik, kinerja serta kebijakannya bagus pada periode sebelumnya.

Tapi saya sebagai niniak-mamak lebih cenderung secara pilihan rasional tanpa ada

pengaruh dari pihak manapun, baik itu partai politik atau ketua Kerapatan Adat

Nagari (KAN) dan sebagainya.

Page 115: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Lampiran 3

TRANSKRIP WAWANCARA

Berikut adalah hasil wawancara dengan pemangku adat Suku Sikumbang

Candra Datuak Sidubalang pada 10 Maret 2017.

Irfan : Sebagai seorang Elit Adat atau Datuak, Bagaimana Pilihan

Politik Mak Datuak dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Agam 2015 yang

lalu ?

DT. Sidubalang : Secara Adat niniak mamak pribadi, dari segi pilihan

politik dalam pemilukada 2015 yang lalu, sebetulnya mamak melihat kriteria

calon Bupati atau wakil Bupati yang akan maju dalam Pilkada, dalam artian

siapapun yang akan maju dalam pilkada baik berasal dari niniak-mamak atau

diluar niniak-mamak haruslah mampu memakmurkan masyarakat dengan

prestasi-prestasi yang dilakukan serta membawa perubahan didaerah. Disisi lain,

para Bupati yang terpilih harus selaras serta mampu menerapkan nilai-nilai adat

didalam pemerintahan daerah. Hukum adat dengan hukum Undang-undang dalam

pemerintahan harus sejalan dengan baik.

Irfan : Apa saja pertimbangan-pertimbangan niniak mamak dalam

memberikan dukungan suara terhadap kemenangan Bupati Indra Catri dan Wakil

Bupati Trianda Farhan Satria?

DT. Sidubalang : kalau mengenai pertimbangan dalam memberikan

dukungan suara ini terhadap bapak Bupati Indra Catri, DT. Malako Nan Putiah.

Page 116: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Hal mendasar yang menjadi pertimbangan bagi mamak sendiri adalah disaat

beliau menjabat menjadi Bupati pada periode sebelumnya, dalam membuat

kebijakan sangat bagus dan dekat dengan masyarakat. Prestasi-prestasi banyak

diterbitkan dalam membawa kemajuan di Agam ini. Beliau mampu membawa

daerah kearah yang lebih baik sesuai dengan slogan daerah kita: “ Agam Madani,

Mandiri dan Berprestasi”.

Irfan : Bagaimana pengaruh KAN dalam Pemilukada Kabupaten

Agam 2015 kemarin terhadap kemenangan Bupati Indra Catri dan Wakil Bupati

Trianda Farhan Satria?

DT. Sidubalang : Terkait bagaimana pengaruh Kerapatan Adat Nagari

(KAN) dalam Pemilukada terhadap kemenangan Bapak Bupati Indra Catri dan

wakilnya itu sama sekali tidak ada pengaruh KAN untuk memobilisasi suara

niniak-mamak dalam mendukung bapak Bupati. Para Datuak secara independent

dalam memilih dan menetapkan siapa calon Bupati yang dipilih memang sesuai

atau berkenaan dihati masing-masing niniak-mamak. Tentu dalam diri mamak

sendiri tidak ada yang mempengaruhi mamak untuk mendukung atau memilih

bapak Bupati Indra Catri. Namun, ini semua adalah keinginan dan inisiatif mamak

sendiri. Nah, di zaman Reformasi ini tentu sangat berbeda pada zaman Orde Baru.

Kalau dizaman reformasi tidak ada paksaan, ajakan, pengaruh dari lembaga

Kerapatan Adat Nagari untuk memutuskan para Datuak dalam memilih atau

menjadi tim sukses calon Bupati. Sedangkan, di zaman Orde Baru memang

banyak terjadi pengaruh dari Lembaga Kerapatan Adat Nagari (KAN) untuk

mendukung suara terhadap calon yang berasal dari Partai Golkar. Semua Datuak

Page 117: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

mau atau tidak mau harus memaksakan diri untuk mendukung Partai Golkar. Pada

saat kampanye Golkar banyak niniak-mamak yang bergabung dalam partai

dengan melakukan kegiatan kampanye menggunakan pakaian baju niniak-mamak,

seperti: Saluak, Salempang dan lainnya kepada anak-kemenakan yang satu suku

dengannya.

Page 118: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Lampiran 4

TRANSKRIP WAWANCARA

Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan dengan Ketua Kerapatan

Adat Nagari, KAN Yosefrizal, Dt. Malano Basa pada 3 April 2017.

Irfan : Bagaimana Pilihan Politik Bapak selaku Datuak dan Ketua

Kerapatan Adat Nagari pada Pemilukada 2015, Kabupaten Agam?

DT. Malano Basa : Menurut saya bahwa pilihan politik yang saya miliki pada

pemilukada 2015 kemarin, saya lebih cenderung pada Bupati Indra Catri. Karena

pada dasarnya beliau seorang Datuak dan juga sekaligus pemimpin kaum. Selama

beliau memimpin didaerah Kabupaten Agam pada periode sebelumnya telah

memperlihatkan kinerja yang bagus dan menambah nilai plus terhadap para

niniak-mamak/datuak di Minangkabau terutama di Kabupaten Agam ini. Oleh

karena itu, saya memilih beliau karena berdasarkan falsafah adat Bodi Chaniago

bahwa “Duduak samo randah, tagak samo tinggi”, artinya semua niniak-mamak

yang memimpin kaum berdasarkan kesepakatan bersama secara musyawarah serta

munfakat. Sehingga, Datuak-datuak melakukan kesepakatan memilih Bupati Indra

Catri kembali. kebijakan-kebijakan mengenai adatnya bagus dan membuat

masyarakat serta para elit adat mendukung kembali Indra Catri Datuak Malako

Nan Putiah menjadi Bupati untuk periode selanjutnya.

Page 119: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Irfan : Apakah ada pengaruh dari Lembaga Kerapatan Adat Nagari

(KAN) untuk memenangkan Bupati Indra Catri dan Wakil Bupati Trinda Farhan

Satria pada Pemilukada 2015 kemarin?

DT. Malano Basa : Dari Lembaga KAN sendiri tidak ada melakukan

kampanye ataupun mempengaruhi pemilih baik dari kalangan elit adat maupun

masyarakat untuk memenangkan Bupati Indra Catri. Sebab, Kerapatan Adat

Nagari bersifat Netral. Akan tetapi, diluar kelembagaan para Datuak yang

berkumpul di ruang Balai Adat dan melakukan kesepakatan bersama untuk

mendukung Bupati Indra Catri Datuak Malako Nan Putiah. Hal ini tentu

berpedoman pada azaz adat yang terkandung dalam Lareh Bodi Chaniago.

Page 120: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Lampiran 5

TRANSKRIP WAWANCARA

Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan dengan Wawancara

bersama Bupati Agam Indra Catri, Dt. Malako Nan Putiah pada 20 Maret 2017.

Irfan : Bagaimana Dukungan dari Niniak Mamak/ Elit Adat

dalam Kemenangan Bapak menjadi Bupati terpilih pada Pemilukada 2015 di

Kabupaten Agam kemarin?

Indra Catri : Mengenai hal itu secara fakta bahwa Niniak

Mamak/Datuak banyak memberikan dukungan kepada saya. Sebab, niniak mamak

didengar oleh masyarakat untuk melakukan sosialisasi kepada anak-

kemenakannya. Disisi lainnya bahwa saya dipilih kembali untuk menjadi Bupati

Agam adalah dukungan dari Niniak Mamak. Sebab, saya juga adalah seorang

Penghulu atau Niniak-Mamak. Inilah, faktor kunci dari kemenangan saya pada

Pemilukada kemarin.

Irfan : Apa saja kebijakan Bapak dalam pemerintahan Kabupaten

Agam terutama terkait memajukan Nilai-nilai Adat maupun Tradisi

Minangkabau?

Indra Catri : Banyak sekali, dalam hal ini saya mendukung secara

penuh untuk merevitalisasi adat-istiadat, Adat salingka nagari, Pusako salingka

kaum, upacara-upacara adat, dan pelatihan-pelatihan untuk pemangku adat

Page 121: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Irfan : Bagaimana Relasi Lembaga Kerapatan Adat Alam

Minangkabau (LKAAM), Kerapatan Adat Nagari (KAN) dalam Pemerintahan

Daerah?

Indra Catri : Menurut saya, khusus di ruang lingkup wilayah

Kabupaten Agam ini sangat unik, kenapa saya katakan unik? Sebab, di Agam ini

terdapat yang namanya Muspida (Musyawarah Pimpinan Daerah) dan saat ini

ditambah menjadi Muspida plus yang mana meliputi: Pengadilan, Ketua DPR,

Kejaksaan, Dandim, Kapolres. Nah, kemudian di pemerintahan Kabupaten Agam

ini ditambahkan dengan unsur-unsur niniak-mamak (Datuak) dengan Bundo

Kanduang. Ini semua akan menjadi kuat, sehingga dalam mengambil suatu

keputusan, pemerintahpun mampu memberikan pertimbangan-pertimbangan

terhadap kearifan lokal dan meningkatkan nilai-nilai tradisi adat-istiadat, agama.

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas terdapat unsur niniak mamak yakni

Ketua LKAAM, Bundo kanduang dan Agama (MUI). Sehingga, ketiga unsur

tersebut akan berjenjang sampai ketingkat pemerintahan nagari di Kabupaten

Agam ini.

Irfan : Menurut Bapak, Bagaimana Relasi Adat dan Politik di Era

Reformasi ini?

Indra Catri : Menurut saya, pada masyarakat Minangkabau terutama di

Agam ini jika tidak memiliki adat, maka akan menjadi kacau. Sehingga, adat dan

politik sangat berdekatan dan sejalan baik terlihat dalam pemerintahan daerah

sampai pada pemerintahan nagari. Kita mampu melihat bahwa terdapat keteduhan

Page 122: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

yang ditanamkan dari Adat, persaingan yang tidak kasar, itu adalah unsur-unsur

adat didalamnya. Disisi lain, juga terdapat nilai-nilai agama terutama, moral.

Moralitas dalam berpolitik harus ditanamkan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara ini. Sehingga, politik tanpa adat, politik tanpa moral maka semua akan

semakin buruk. Apalagi, kebanyakan orang mengira bahwa perpolitikan di

Indonesia ini sudah kebablasan atau Demokrasi yang sudah terpuruk. Pada

akhirnya, di Minangkabau khususnya di Agam itu tidak terjadi, sebab ajaran Adat,

ajaran Agama masih diperhatikan dalam berpolitik. Walau bagaimanapun,

didalam kepengurusan Partai-partai politik di Minangkabau terutama di Agam

banyak berasal dari pemangku adat (niniak-mamak), ulama-ulama dan

sebagainya.

Irfan : Bagaimana peran dan kontribusi LKAAM dalam

mensukseskan pemilukada 2015 di Kabupaten Agam kemarin?

Indra Catri : Dalam hal ini tentu peran dan kontribusi niniak-mamak

yang tergabung dalam lembaga LKAAM ini memberikan sosialisasi kepada

masyarakat agar tidak Golput pada pemilihan kepala daerah kemarin, untuk

menggoalkan salah satu calon atau memihak tentu LKAAM tidak bisa, sebab

lembaga ini sangat netral. Para niniak-mamak menghimbau agar tingkat

partisipasi masyarakat tinggi dan tidak ada konflik horizontal di tengah-tengah

masyarakat.

Page 123: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Lampiran 6

TRANSKRIP WAWANCARA

Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan dengan Wawancara

bersama Ketua Komisioner KPU Kabupaten Agam Alhadi pada 16 Maret 2017.

Irfan :Bagaimana pandangan Bapak terkait proses pemilihan Kepala

Daerah Bupati dan Wakil Bupati 2015 di Kabupaten Agam dari segi kontestasi

politik antar petahana lawan petahana?

Alhadi :Menurut saya bahwa Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Agam

yang berlangsung pada tanggal 9 Desember 2015 itu pada dasarnya terjadi (feat to

feat) antara Bupati dengan Wakil Bupati. Nah, pada awalnya memang dari sisi

pencalonan diawali oleh Bapak Indra Catri dan diakhiri oleh Bapak Irwan Fikri.

Saat itu, sempat terjadi kekhawatiran apakah tidak ada lawan untuk bapak Indra

Catri, namun pada akhirnya ternyata Irwan Fikri yang menjadi lawan Indra Catri

dalam kontestasi politik pemilukada 2015 kemarin. Oleh karena itu, pada

dasarnya bahwa dua orang ini merupakan dua putra Agam yang sama-sama

terbaik, akan tetapi, walaupun demikian namun Bapak Bupati Indra Catri telah

lebih dulu dan lama mengabdi di Kabupaten Agam ini dibandingkan Irwan Fikri.

Sehingga, dari sisi itu banyak pengaruh terhadap kemenangan bapak Bupati Indra

Catri.

Irfan :Menurut bapak sebagai Ketua KPU, Bagaimana pengaruh

Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau terhadap kemenagan Bapak Bupati

Page 124: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Indra Catri dan Wakil Bupati Trinda Farhan Satria pada Pemiluka 2015 di

Kabupaten Agam?

Alhadi :Meskipun ada, karena pada dasarnya LKAAM merupakan sebuah

lembaga Kerapatan Adat yang selalu menjadi Muspida plus dan sekarang telah

berganti nama menjadi Porkopinda. Di Agam sendiri saya pikir itu tidak

berpengaruh karena para pemilih-pemilih di Agam itu sangat cerdas dan tidak bisa

dipengaruhi oleh lembaga tertentu untuk mengoalkan salah satu calon. LKAAM

pun tidak mampu untuk mempengaruhi niniak-mamak ataupun masyarakat di

Kabupaten Agam. Oleh karenanya, para pemilih menggunakan preferensi mereka

masing-masing untuk memilih kandidat sesuai rasionalitas yang mereka miliki

meskipun faktor kedaerahan sangat kentara pada pemilukada 2015 itu.

Irfan : Menurut Bapak pada Pemilihan Kepala Daerah Bupati dan Wakil

Bupati 2015 di Kabupaten Agam kemenangan Bapak Bupati Indra Catri adalah

sebuah kemenangan karena faktor kedaerahan atau apa?

Alhadi : Oke, seperti yang telah saya sampaikan tadi bahwa di satu sisi

Bapak Indra Catri lebih dahulu mengabdikan diri dan menanamkan kebaikan

dalam pemerintahan di Agam ini dibandingkan oleh Bapak Irwan Fikri. Tentu

dalam kedekatan dengan elit adat (Datuak) maupun masyarakat, Bapak Indra

Catrilah yang lebih dekat sebab tidak dipungkiri bahwa Indra Catri juga sebagai

Penghulu/Datuak. Meski disisi lain Irwan fikri juga adalah seorang Penghulu,

namun dengan sesama Datuak/Niniak Mamak beliau tidak begitu dekat

dibandingkan Indra Catri. Kemudian lain daripada itu, sejak dari dulu sampai

Page 125: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

sekarang sudah terjadi pengkotak-kotakan atau pemisahan antara Agam bagian

Barat dengan Agam bagian Timur. Nah, ketika diadakan Pemilu Isu kedaerahan

ini dibangkitkan lagi dan pada akhirnya salah satu hal yang menjadi kemenangan

Bapak Indra Catri adalah dukungan niniak-mamak (Datuak), masyarakat nagari-

nagari dengan kedaerahan beliau yakni, Agam Timur. Sehingga, faktor

kedaerahan juga mempengaruhi kemenangan Bupati Indra Catri dan Wakil Bupati

Trinda Farhan Satria.

Page 126: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Lampiran 7

TRANSKRIP WAWANCARA

Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan dengan Wawancara

bersama Komisioner KPU Kabupaten Agam Divisi Teknis Eri Efendi pada 16

Maret 2017.

Irfan : Bagaimana Proses jalannya Pemilihan Kepala Daerah Bupati dan

Wakil Bupati yang berlangsung di Kabupaten Agam pada Tahun 2015?

Eri Efendi : Proses Pemilihan Kepala Daerah Bupati dan Wakil Bupati

Kabupaten Agam Tahun 2015 telah terselenggara dengan lancar, aman dan tertib

sesuai ketentuan dan ketatapan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Agam.

Pemilihan Kepala Daerah kali ini berlangsung satu putaran saja karena calon

kandidat hanya 2 pasang. Pemilukada Agam 2015 berjalan damai tanpa ada

gugatan dari pihak manapun. Akan tetapi, terdapat sedikit masalah yaitu

Demonstrasi yang dilakukan oleh massa pendukung pasangan calon 1, demo ini

dilakukan oleh sekelompok massa dukungan pasangan calon 1 Irwan Fikri dan H.

Chairunnas karena ketidakpuasan terhadap hasil akhir pemilihan kepala daerah.

Namun, secara proses relatif tidak terjadi permasalahan ataupun sengketa dalam

pemilukada di Kabupaten Agam tahun 2015 yang lalu.

Irfan : Dalam Pelaksanaan Pemilukada 2015 kemarin, apakah ada

dukungan khusus dari Elit Adat/Datuak dalam kemenangan Bupati Indra Catri?

Page 127: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Eri Efendi : Mengenai dukung ataupun mendukung dalam pemilukada 2015

itu, KPU sendiri lebih melihat pada Partai Politik pengusung para calon kandidat

Bupati dan Wakil Bupati. Dukungan dari berbagai kelompok baik dari niniak-

mamak, alim ulama maupun cerdik pandai maupun perorangan untuk

memenangkan satu kandidat atau lainnya itu pada dasarnya adalah perjuangan

masing-masing calon itu sendiri. Kalau dukungan formal menurut KPU adalah

salah satunya memenuhi syarat untuk dicalonkan dan terdapat partai politik

pengusungnya. Jadi, khusus pada Pemilukada Agam 2015 itu terdiri dari 2

pasangan calon dan diusung oleh partai politik.

Irfan : Menurut KPU sendiri bagaimana peran dan kontribusi Lembaga

Kerapatan Adat Alam Minangkabau/Kerapatan Adat Nagari (LKAAM/KAN)

dalam mensukseskan Pelaksanaan Pemilukada 2015 di Kabupaten Agam?

Eri Efendi : Dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Bupati dan Wakil

Bupati tanggal 9 Desember 2015 di Kabupaten Agam. KPU melakukan kerjasama

dengan lembaga-lembaga Adat baik itu LKAAM, KAN dalam mensukseskan

pemilukada tersebut. Niniak-mamak (Datuak) sangat mendukung dalam

pelaksanaan pemilu, sebagai contoh, disaat pelaksaan acara Adat di lembaga

Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) niniak-mamak memberikan

kesempatan kepada KPU untuk mensosialisasikan pemilu. Oleh karena itu,

lembaga LKAAM/KAN bukan melakukan dukung ataupun mendukung para

pasangan calon. LKAAM khususnya di Kabupaten Agam ini sangat bersifat

netral.

Page 128: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Lampiran 8

Bersama : Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM), Bapak

Bustamam, Datuak Manindiah.

Page 129: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Lampiran 9

Bersama: Elite Adat (Datuak) suku Sipisang, Bapak Nurtias, Datuak Rajo Ruhun.

Page 130: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Lampiran 10

Bersama Elite Adat (Datuak) suku Sikumbang yakni Bapak Candra, Datuak

Sidubalang.

Page 131: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Lampiran 11

Bersama Elit Adat (Datuak) Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) yakni Bapak

Yosefrizal, Datuak Malano Basa.

Page 132: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Lampiran 12

Bersama Bupati Agam Bapak Indra Catri, Datuak Malako Nan Putiah.

Page 133: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Lampiran 13

Bersama Komisioner KPU Kabupaten Agam, Bapak Alhadi.

Page 134: PERILAKU POLITIK ELITE ADAT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43062/1/IRFAN SAPUTRA-FISIP.pdf · dalam pemerintahan nagari, terutama dalam

Lampiran 14

Bersama Komisioner KPU Divisi Teknis Kabupaten Agam, Bapak Eri Efendi.