bab vi materi perkembangan islam di nusantara
TRANSCRIPT
Standar Kompetensi :
Memahami sejarah perkembangan Islam di Nusantara
.
Kompetensi Dasar :Menceritakan sejarah masuknya Islam di Nusantara melalui perdagangan, sosial, dan pengajaran
Menceritakan sejarah beberapa kerajaan Islam di Jawa, Sumatera dan Sulawesi
Sum
ber :
kol
eksi
penu
lis
2
Pembiasaan :
Ajaklah siswa membaca Al Qur'an selama 5-10 menit sebelum memulai pelajaran agama islam. Bacaan bisa dipilih dari surah-surah yang berkaitan dengan materi pelajaran atau membaca bacaan-bacaan dalam salat.
3
Ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. tidak diturunkan di
negara kita indonesia, tetapi diturunkan di Jazirah arab. Lalu bagaimana ajaran
Islam tetap lestari dan dapat sampai di Indonesia? Siapa orang yang berjuang
membawakan ajaran tersebut sampai di sini? Dengan cara apa ajaran Islam
sampai? Dan bagaimana keadaan dan perkembangan ajaran Islam setelah itu di
Indonesia? Berikut kita perhatikan bersama penjelasan mengenai hal-hal tersebut
di bawah ini.
A. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
Secara historis, proses masuknya agama islam ke Indonesia belum dapat
dipastikan waktunya. Beberapa sejarawan menyebutkan abad ke-7 sebagai awal
masuknya islam. Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia
pada abad ke-13. Berdasarkn penelitian para ahli, agama Islam dibawa dan
dikembangkan oleh para saudagar muslim dari Gurajat, Arab, dan Persia. Ajaran
ini diterima oleh masyarakat yang tinggal di pesisir pantai utara. Dengan
demikian, melalui para saudagar inilah agama Islam mulai berkembang pesat yang
ditandai adanya kerajaan-kerajaan Islam di pesisir pantai.
Perkembangan agama islam di Indonesia berlangsung sangat cepat. Hal ini
tidak terlepas dari peranan para saudagar muslim, dan mubalig, yang dalam hal ini
termasuk peran walisongo. Dengan penuh semangat mereka menyebarkan nilai-
nilai islam kepada masyarakat setempat. Nilai- nilai ajaran islam tersebut di
sampaikan melalui perdagangan, sosial, dan pendidikan. Peranan Saudagar
Muslim dalam Penyebaran Agama Islam
Dengan berbagai upaya dan perjuangan yang dilakukan oleh para saudagar
muslim tersebut, kehadiran Islam di nusantara bukan hanya berkenan di kalangan
masyarakat barat, melainkan juga telah menyentuh masyarakat kelas atas, seperti
kaum bangsawan, tokoh masyarakat, kepala suku, dan para uleebalang (ketua
adat).
4
Perjuangan para saudagar muslim tidak berhenti sampai di situ. Mereka
terus berjuang dan tak kenal lelah menyebarkan nilai-nilai ajaran Islam pada
masyarakat haingga berhasil.
1. Peranan Wali Songo dan Ulama dalam Penyebaran Agama Islam
Selain para pedagang, faktor lain yang memiliki jasa besar dalam
penyebaran agama Islam di Indonesia adalah ulama dan mubaliq. Penyebaran
agama Islam khususnya di jawa dikembangkn oleh sejumblah wali. Untuk
mengoordinasikan kegiatan dakwah yang dilakukan oleh para wali tersebut,
dibentuklh sebuah orgnisasi Wali Songo (Ulama Sembilan) yang beranggotakan
sembilan orang wali.
Wali adalah seseorang yang mamiliki kepribadian baik dan dianggap dekat
dengan Allah swt. Serta mempunyai kemampuan atau kekuatan yang tidak
dimiliki oleh manusia biasa. Pendapat lain mengatakan bahwa seorang wali adalah
orang yang selalu dijaga oleh Allah swt dan senantiasa berbakti kepada-Nya.
Wali Songo mangembangkan agama Islam antara abad ke-14 sampai abad
ke-16M. Dalam buku Babad Tanah Jawi dikatakan bahwa dalam berdakwah para
wali ini dinggap sebagai sekelompok mubaliq untuk daerah penyiaran tertentu.
Selain dikenal sebagai ulama, mereka juga berpengaruh besar dalam
pemerintahan. Oleh karena itu, mereka diberi gelar sunan atau susunan
(junjungan).
Berikut ini di antara Wali Songo yang berperan dalam menyiarkan dan
mengembangkan agama Islam di Pulau Jawa.
a. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Maulana Magribi karena
berasal dari wilayah Magribi (Afrika Utara). Namun, ia lebih dikenal dengan
sebutan Sunan Gresik karena selama lebih 20 tahun ia berhasil mencetakkader
penyebaran agama Islam pertama di Pulau Jawa. Ia berdakwah secara intensif dan
bijaksana. Meskipun bukan orang jawa, tetapi ia mampu mengatasi keadaan
5
masyarakat setempat dan menerapkan metode dakwah yang tepat untuk menarik
simpati masyarakat kepada Islam. Di antara upayanya, yaitu menghilangkan
sistem kasta dalam masyarakat.
b. Sunan Ampel (Maulana Rahmatullah)
Sunan Ampel memulai dakwahnya dari sebuah pesantren yang didirikan di
Ampel Denta (dekat Surabaya). Sunan Ampel dikenal sebagai wali yang tidak
setuju terhadap adat istiadat masyarakat jawa pada masa itu, misalnya kebiasaan
mengadakan sesajin atau selamatan. Namun, para wali lain berpendapat bahwa hal
itu tidak dapat dihilangkan dengan segera, melainkan dengan cara memasukkan
nilai-nilai Islami di dalamnya. Sunan Ampel juga di anggap sebgai penerus cita-
cita dan perjuangan Sunan Gresik.
c. Sunan Bonang (Maulana Makhdun Ibrahim)
Sunan Bonang termasuk Wali yang menyebarkan agama Islam dengan
cara menyesuaikan kebudayaan masyarakat Jawa, seperti wayang dan musik
gamelan. Untuk itu dia menciptakan gending-gending yang memiliki nilai-nilai
keislaman. Setiap bait lagu diselingi dengan ucapan dua kalimat syahadat
(syahadatain) sehingga musik gamelan yang mengiringinya dikenal dengan istilah
Sekaten.
d. Sunan Drajat (Maulana Syaifuddin)
Sunan Drajat dikenal sebagai seorang wali yang berjiwa sosial tinggi.
Sumbangsih nya terhadap yatim piatu, fakir miskin, dan orang sakit cukup
banyak. Perhatiaannya yang demikian besar terhadap masalah sosial sangat tepat
karena ia hidup pada saat kerajaan majapahit runtuh dan rakyat mengalami krisis
yang memprihatinkan. Selain itu, dalam berdakwah ia juga menggunakan media
kesenian. Pangkur adalah salah satu ciptaannya.
e. Sunan Giri (Maulana Ainul Yaqin)
Sunan Giri yang aslinya bernama Raden Paku merupakan seorang wali
yang menyebarkan agama Islam dengan menitikberatkan pada bidang pendidikan.
6
Ia pernah belajar di Pesantren Anpel Denta dan juga sebagai pendiri Pesantren
Giri. Dapat dikatakan bahwa Sunan Giri merupakan tokoh pemersatu Indonesia di
bidang pendidikan agama islam.
f. Sunan Kalijaga (Maulana Muhammad Syahid)
Sunan Kalijaga selain dikenal sebagai seorang wali, juga sebagai
budayawan dan seniman. Karena wawasannya yang luas dan pemikirannya yang
tajam, ia tidak hanya disukai oleh rakyat tetapi juga para cendekiawan dan
penguasa. Sunan Kalijaga melakukan dakwahnya dengan cara berkelana. Sarana
dakwah yang digunakan berupa pertunjukan wayang kulit. Alur cerita dan tokoh
wayang memuat nilai-nilai islam. Di antara lagu yang diciptakannya adalah
Dandanggula.
g. Sunan Muria (Maulana Umar Said)
Sunan Muria termasuk salah satu Wali Songo yang dikenal pendiam,
tetapi sangat tajam fatwanya. Oleh karena itu, ia juga dikenal sebagai guru
tasawuf. Dalam menyebarkan agama Islam ia lebih memfokuskan di daerah
pedesaan kerena ia sendiri tinggal di tempat yang jauh dari keramaian bersama
rakyat biasa. Ia juga seorang wali yang menyukai seni. Dua tembang yang
bernuansa Islam hasil ciptaan nya adalah Sinom dan Kinanti. Tembang Sinom
umumnya melukiskan suasana ramah tamah dan nasihat. Adapun tembang Kinanti
bernada gembira digunakan untuk menyampaikan ajaran agama, nasihat, dan
falsafah hidup.
h. Sunan Kudus (Maulana Ja’far Shadiq)
Wali Songo yang mendapat gelar wali Al ilmi (orang berilmu luas) adalah
Sunan Kudus karena memiliki berbagai ilmu agama, seperti ilmu tauhid, dan
fikih. Karena keahliannya itu, ia mendapat kepercayaan dari Kesultanan Demak
untuk melancarkan penyebaran Islam, ia membangun sebuah masjid di Kudus
yang disebut Menara Kudus karena disampingnya terdapat Bedug Masjid.
i. Sunan Gunung Jati (Maulana Syarif Hidayatullah)
7
Salah seorang Wali Songo yang sangat berperan dalan penyebaran agama
Islam di Cirebon-Jawa Barat adalah Sunan Gunung Jati. Ia merupakan cucu Raja
Pajajaran yang lahir di Mekah. Setelah Dewasa, ia memilih berdakwah di Jawa
dan berhasil menjadikan Cirebon sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa Barat.
Adapun para wali dalam mengembangkan agama Islam di wilayah luar
Jawa adalah :
1) Syekh Samsuddin, telah berhasil menyiarkan dan mengembangkan agama
Islam di daerah Kalimantan Barat.
2) Datuk Ribandang, telah menyiarkan dan mengembangkan agama Islam di
daerah Sulawesi.
3) Sunan Giri, telah menyiarkan dan mengembangkan agama Islam ke daerah
Nusa Tenggara, Banjarmasin, Ternate, Maluku, dan daerah-daerah lainnya
disamping Pulau Jawa sendiri sebagai pusat kegiatannya.
4) Syekh Burhanudin, telah berjasa dalam menyiarkan agama Islam di
Ulakan-Minangkabau.
2. Peranan Pedagang Muslim
Pedagang-pedagang Muslim mendarat di daerah-daerah pesisir seperti
Lamuri (Aceh), Barus dan Palembang di Sumatera serta Sunda Kelapa dan
Gresik di Jawa. Dari daerah ini Islam menyebar ke daerah pesisir Indonesia
lainnya seperti Bengkulu, Banten, Demak, Giri, Gowa, Tanjungpura, Banjar,
Kutai, Ternate, Tidore, Gorontalo, Jailolo dan Papua. Dari daerah pesisir ini
Islam menyebar ke daerah pedalaman.
Jalan masuknya Islam ke Indonesia diperkirakan melalui dua jalur, yaitu :
1. Jalur Utara, melalui Jazirah Arab - Damaskus – Baghdad – Gujarat
(India) – Ceylon (Srilanka) - Indonesia.
2. Jalur Selatan, melalui Jazirah Arab – Yaman – Gujarat (India) – Ceylon
(Srilanka) – Indonesia.
B. Cara Penyebaran Islam di Indonesia
8
Kedatangan agama baru ini menarik perhatian penduduk lokal. Secara
garis besar penyebaran Islam di Indonesia melalui tiga jalur, yaitu
perdagangan, hubungan sosial (perkawinan dan politik), dan pengajaran
(pesantren, tasawwuf dan kesenian).
1. Jalur Perdagangan.
Kesibukan lalu-lintas perdagangan sekitar abad ke-7 sampai abad
ke-16 telah melibatkan pedagang-pedagang Muslim dari Arab, Persia
dan India. Melalui transportasi laut mereka sampai di daerah pesisir
Indonesia. Sambil berdagang mereka berdakwah baik melalui sikap
mereka yang menampilkan sikap akhlakul karimah seperti berlaku jujur,
sopan, ramah, benar dalam menakar dan menimbang barang dagangan
(da’wah bil hal); maupun secara lisan dengan menjelaskan ajaran-ajaran
Islam secara langsung (da’wah bil lisan).
Masuknya Islam dengan cara perdagangan ini sangat efektif,
karena yang terlibat dalam urusan perdagangan bukan hanya rakyat kecil
tetapi juga para bangsawan dan raja, bahkan banyak diantaranya sebagai
pemilik kapal dan pemilik saham.
Selanjutnya para pedagang Muslim ini mendirikan pemukiman dan
masjid serta mendatangkan mullah dari negeri asalnya untuk mengajar
agama. Berpusat di masjid inilah kemudian Islam menyebar ke daerah
pedalaman.
2. Jalur Hubungan Sosial
Penyebaran Islam melalui jalur hubungan sosial terjadi melalui dua
cara, yaitu dengan cara perkawinan dan politik. Dari segi ekonomi para
pedagang Muslim mempunyai status sosial yang lebih tinggi dibanding
rakyat setempat. Hal ini menjadi daya tarik rakyat pribumi terutama para
bangsawan untuk menikahkan anak mereka dengan pedagang Muslim
atau anaknya, tentu saja sebelum menikah anak-anak bangsawan ini
9
harus mengucapkan dua kalimat syahadat. Demikian yang terjadi antara
Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati
dengan Putri Kawunganten, Brawijaya dengan Putri Campa yang
menurunkan Raden Patah (Raja Demak yang pertama). Melalui jalur
perkawinan ini, selanjutnya Islam berkembang secara turun temurun.
Dari sisi politik, masuk Islamnya raja atau bangsawan sangat
berpengaruh terhadap keyakinan yang dianut rakyatnya. Melalui
kewibawaan ataupun kebijakannya raja dan bangsawan mengislamkan
rakyatnya. Demikian yang terjadi di Jawa, Maluku dan Sulawesi. Di
samping itu karena alasan politis juga, kerajaan-kerajaan Islam yang
sudah berdiri kerapkali menaklukan daerah baru yang belum Islam.
Kemenangan ini menarik perhatian rakyat di daerah taklukan dan
sekitarnya untuk masuk Islam. Misalnya Raden Patah membantu
Pangeran Samudra memerangi kerajaan Daha, setelah mendapat
kemenangan Pangeran beserta rakyatnya masuk Islam.
Para ulama mempunyai hubungan dekat dengan raja bahkan
beberapa diantaranya menjadi penasehat. Sebagai penghormatan, setelah
seorang ulama wafat jasadnya dimakamkan di dekat makam raja atau
keluarganya.
Cara-cara berdakwah Sunan Drajat banyak dilakukan melalui
kegiatan sosial seperti kegotongroyongan dan santunan.
3. Jalur Pengajaran
Setidaknya tedapat tiga cara masuknya Islam di Indonesia melalui
jalur pengajaran, yaitu pesantren, tasawwuf dan kesenian. pengajaran
Islam yang dilaksanakan di kalangan keluarga bangsawan pada
umumnya dilakukan secara privat, artinya diikuti secara khusus oleh
keluarga bangsawan tersebut dengan mullah sebagai pengajar.
Sedangkan pengajaran untuk kalangan rakyat umumnya berlangsung di
masjid. Pengajaran di masjid ini semakin banyak diikuti oleh para
10
muallaf, hal ini mendorong para kiai dan ulama semakin serius
menyelenggarakan pendidikan Islam.
Agar proses pendidikan berjalan dengan baik mereka mulai
mendirikan lembaga pendidikan berupa pesantren, sedangkan muridnya
disebut santri. Setelah menyelesaikan pendidikannya para santri kembali
ke daerah masing-masing ataupun dikirim ke daerah baru untuk
menyebarkan Islam. Contohnya pesantren Raden Rahmat di Ampel
Denta (Surabaya) dan pesantren Sunan Giri di Giri (Gresik). Tamatan
pesantren Giri banyak yang dikirim ke Maluku untuk menyebarkan
Islam.
Berdasarkan akar sejarah, pesantren di Jawa menjadi tujuan belajar
para santri dari luar daerah. Setelah tamat, merekapun kembali ke daerah
asalnya untuk melanjutkan Islamisasi, dan banyak di antaranya yang
kemudian mendirikan pesantren sendiri.
Penyebaran Islam melalui tasawwuf atau teosofi (menjauhkan diri
dari kesibukan duniawi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan) terutama
diperkenalkan kepada penganut Hindu yang menganut paham teosofi
tersebut. Oleh para muballigh, teosofi Islam disesuaikan dengan alam
pikiran Indonesia saat itu, sehingga Islam lebih mudah diterima.
Diantara para ulama yang berkecimpung di bidang tasawwuf adalah
Hamzah al-Fansuri (Aceh), Syaikh Lemah Abang dan Sunan Panggung
(Jawa).
Jalur kesenian ditempuh oleh para muballigh karena mereka melihat
masyarakat setempat menggandrungi kesenian, misalnya wayang. Sunan
Kalijaga dikenal sebagai muballigh yang mahir memainkan wayang
purwa (wayang kulit). Pagelaran wayang dilaksanakan di beranda
masjid. Di depan masjid sengaja dibuat kolam yang dangkal, tujuannya
agar orang yang akan menonton wayang membersihkan kakinya terlebih
dahulu. Cerita-cerita pewayangan diambil dari Kitab Mahabharata dan
11
Ramayana, namun oleh Sunan diubah dengan cerita yang bernuansa
Islam demikian dengan tokoh-tokoh wayangnya. Sunan tidak meminta
upah, para penonton hanya diminta mengucapkan dua kalimah syahadat
setelah selesai pertunjukan. Kesenian lain yang digunakan sebagai
sarana Islamisasi adalah sastra (hikayat, babad), seni bangunan dan seni
ukir.
C. Kerajaan Islam di Nusantara
Tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam terjadi melalui beberapa cara,
pertama karena adanya raja atau bangsawan yang memeluk Islam yang
kemudian mengubah kerajaaannya menjadi kerajaan Islam, contohnya Gowa -
Tallo; kedua kerajaan yang sudah ada dalam keadaan lemah sehingga menjadi
peluang bagi penguasa daerah pesisir untuk mendirikan kerajaan, misalnya
kerajaan Demak; ketiga karena pemeluk Islam di suatu daerah semakin
banyak dan kuat sehingga membutuhkan pimpinan, misalnya kerajaan
Samudra Pasai.
Tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia berlangsung mulai abad
ke-11 M sehingga sampai abad ke-18 setidaknya terdapat 17 kerajaan.
1. Kerajaan Islam di Jawa
Islamisasi di Jawa sudah berlangsung sejak abad ke -11 terbukti dengan
ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang bertarikh
475 H atau 1082 M. Berlanjut hingga pada saat Majapahit mencapai puncak
kejayaannya sekitar abad ke -13 sudah banyak penganut Islam, dibuktikan
dengan ditemukannya nisan kuburan Muslim di Troloyo, Trowulan dan
Gresik. Komunitas Muslim dan kuatnya pengaruh penguasa yang sudah
Muslim memicu tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam. Tercatat adanya
beberapa kerajaan Islam di Jawa, seperti Demak, Pajang, Mataram, Cirebon
dan Banten.
12
a. Kerajaan Demak
Raden Patah adalah raja Demak pertama yang diangkat berdasarkan
kesepakatan Wali Songo, bergelar Senopati Jimbun Ngabdurahman
Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Raden Patah memerintah
sekitar akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16. Raja Demak sepeninggal
Raden Patah adalah Pangeran Sabrang Lor (Pati Unus), Sultan Trenggono
(Sultan Ahmad Abdul ’Arifin) tahun 1524 – 1546, dan Sunan Prawoto.
Masa keemasan Demak berlangsung pada masa pemerintahan Sultan
Trenggono. Pada masa ini Islam sudah tersebar ke seluruh Jawa dan
Kalimantan Selatan. Ditandai pula dengan beberapa penaklukan seperti Sunda
Kelapa, Majapahit dan Tuban (1527), Madiun (1529), Blora (1530), Surabaya
(1531), Pasuruan (1535) dan beberapa daerah lain.
Kerajaan Demak berakhir karena pemberontakan beberapa adipati di
sekitar Demak. Pemerintahan Demak dilanjutkan oleh kerajaan Pajang di
daerah Kartasura.
b. Kerajaan Pajang
Pajang dianggap sebagai penerus kerajaan Demak. Pada mulanya Pajang
merupakan salah satu kadipaten Demak. Setelah terjadi kekacauan di Demak,
penguasa Pajang, Jaka Tingkir segera mengambil alih kekuasaan dan menjadi
raja Pajang pertama, bergelar Sultan Adiwijaya. Penguasa Pajang sepeninggal
Sultan Adiwijaya adalah Aria Pangiri dan Pangeran Benawa.
Puncak kejayaan Pajang dicapai pada masa Sultan Adiwijaya diantaranya
mengenalkan kesusastraan dan kesenian keraton Demak ke masyarakat Pajang
di pedalaman dan berhasil menaklukan Blora (1554) dan Kediri (1577).
Hubungan dengan kerajaan lain pada masa ini umumnya berlangsung baik.
Sepeninggal Sultan Adiwijaya, Pajang diliputi dengan intrik dan perebutan
kekuasaan serta di bawah pengaruh Mataram. Riwayat Pajang berakhir tahun
13
1618 karena memberontak terhadap Mataram dan berhasil dihancurkan
Mataram.
c. Kerajaan Mataram
Pendiri kerajaan Islam Mataram adalah Ki Gede Pemanahan.
Sepeninggalnya Mataram dipimpin oleh Panembahan Senapati Ingalaga,
Panembahan Seda Ing Krapyak, Sultan Agung, dan Amangkurat I.
Pada masa Sultan Agung (wafat 1646), Mataram sudah menguasai seluruh
Jawa Timur (1636). Pada masa ini pula Belanda mulai masuk ke Jawa dan
mendirikan VOC (Verinidge Oost Indische Compagnie, persekutuan dagang
Belanda). Sultan Agung tidak suka dengan maksud kedatangan Belanda, oleh
karena itu antara keduanya sering terjadi peperangan. Antara tahun 1625 –
1629 Sultan Agung menyerang Batavia yang berakhir dengan kekalahannya.
Karya besar Sultan Agung lainnya adalah mengubah penanggalan Saka
dengan penanggalan Jawa – Islam pada tahun 1633. Sepeninggal Sultan
Agung, Mataram diperintah oleh Amangkurat I.
Masa pemerintahan Amangkurat I diwarnai berbagai konflik, musuh
politik Amangkurat I adalah kalangan yang didukung oleh para ulama. Oleh
karena itu masa pemerintahannya dinodai dengan penumpasan sekitar 5.000
ulama pada tahun 1647 M. Disamping itu campur tangan Belanda semakin
kuat sehingga wilayah Mataran semakin menyempit.
Berdasarkan Perjanjian Giyanti (1755) Mataram dipecah menjadi dua
yaitu Mataram Surakarta (Kasunanan) dan Mataram Yogyakarta (Kesultanan).
Kemudian muncul lagi pecahan Mataram berikutnya yaitu Mangkunegaran
dan Pakualaman.
Kerajaan Mataram Islam mempunyai andil besar dalam pengembangan
Islam di Jawa. Selain perluasan Islam ke daerah-daerah lain upaya lain untuk
memajukan Islam dilaksanakan melalui pendirian masjid, penerjemahan
naskah Arab ke bahasa Jawa dan pendirian pesantren.
14
d. Kesultanan Cirebon
Awal abad ke ke -16 Cirebon hanya sebuah pelabuhan kecil bagian
kekuasaan kerajaan Pakuan Pajajaran. Prabu Siliwangi, raja Pajajaran hanya
menempatkan seorang juru labuh bernama Pangeran Walangsungsang. Ketika
berhasil memajukan Cirebon, Pangerang Walangsungsang sudah memeluk
Islam. Tetapi yang berhasil menjadikan Cirebon menjadi kerajaan adalah
Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati (1448-1568 M), pengganti
sekaligus keponakan Pangeran Walangsungsang. Dialah pendiri kesultanan
Cirebon kemudian Banten.
Dari Cirebon Sunan Gunung Jati menyebarkan Islam ke daerah lain di
Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan
Banten.
Penguasa Cirebon setelah Sunan Gunung Jati adalah Pangeran Ratu atau
Panembahan Ratu (wafat 1650) dan Panembahan Girilaya. Setelah
Panembahan Girilaya wafat, kesultanan Cirebon dibagi menjadi dua yaitu
Kesultanan Kasepuhan dipimpin oleh Panembahan Sepuh (Martawijaya
bergelar Syamsuddin) dan Kesultanan Kanoman yang dipimpin oleh
Panembahan Anom (Kartawijaya bergelar Badruddin).
e. Kesultanan Banten
Setelah menguasai Banten, Sunan Gunung Jati segera meletakkan dasar
bagi pengembangan agama dan perdagangan (1524-1525 M), selanjutnya
beliau kembali ke Cirebon. Kekuasaan di Banten diserahkan kepada anaknya,
Sultan Hasanuddin.
Saat kekuasaan Demak beralih ke Pajang (1568), Banten memerdekakan
diri dan Sultan Hasanuddin menjadi raja pertama. Raja-raja Banten
sepeninggalnya adalah Maulana Yusuf, Sultan Muhammad, Sultan Abdul
Mafakhir Mahmud Abdulkadir, dan Sultan Abdulfath Abdulfath.
15
Melalui Banten Islam tersebar ke Lampung, Bengkulu, Jayakarta dan
Karawang. Kesultanan Banten berakhir karena mulai masuknya Belanda.
2. Kerajaan Islam di Sumatera
Islamisasi pesisir Sumatera sudah dimulai sejak abad ke -7 M. Karena
jumlah penganut Muslim semakin bertambah, timbullah kerajaan-kerajaan
Islam (abad ke-13) seperti Samudera Pasai dan Aceh Darussalam.
a. Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Malik al Saleh yang memerintah
sampai 1207 M. Berturut-turut raja yang memerintah setelah malik al Saleh
adalah Muhammad Malik al Zahir, Mahmud Malik al Zahir, Manshur Malik
al Zahir, Ahmad Malik al Zahir, Zain al Abidin Malik al Zahir, Nahrasiyah,
Abu Zaid Malik al Zahir, Mahmud Malik al Zahir, Zain al Abidin, Abdulllah
Malik al Zahir, dan Zain al Abidin.
Samudera Pasai beribukota di daerah Muara Sungai Peusangan (Aceh
timur laut), erupakan salah satu mata rantai perdagangan Arab, India dan
Cina. Basis perekonomiannya adalah perdagangan dan pelayaran dengan
dirham sebagai mata uangnya. Kerajaan ini pernah disinggahi oleh Ibnu
Batutah, pengembara Muslim asal Maroko pada tahun 1345 M.
Tahun 1521 kerajaan ini ditaklukkan Portugis, kemudian tahun 1524
direbut dan dijadikan wilayah oleh kerajaan Aceh Darussalam.
b. Aceh Darussalam
Kerajaan ini didirikan oleh Muzaffar Syah (1465 – 1497 M), saat terletak
di wilayah Kabupaten Aceh Besar. Peletak kebesaran kerajaan Aceh adalah
Sultan Alauddin Riayat Syah, ia menggalang kerjasama dengan kerajaan
Turki Usmani.
Pada masa Ali Mughayat Syah (1514 – 1530) Aceh memperluas
wilayahnya ke Pidie dan Sumatera Timur. Raja Aceh sepeninggalnya adalah
16
Salahuddin, Sultan Alauddin Riayat Syah al Kahar, dan Iskandar Muda,
Iskandar Tsani Alauddin Mughayat Syah, Ratu Taj al Alam dan raja-raja
perempuan lainnya.
Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Iskandar Muda (1608 – 1637). Pada masa pemerintahannya wilayah Aceh
meliputi seluruh pesiri timur dan barat Sumatera dan Minangkabau.
Raja Aceh yang terakhir adalah Iskandar Tsani, dia memerintah dengan moderat
dan adil, pengetahuan agama berkembang pesat.
Masjid Agung Baiturrahman Banda Aceh
(Sumber : Ensiklopedi Islam)
)
c. Kerajaan Islam di Sulawesi
Penyebaran Islam di Sulawesi sebenarnya sudah dirintis oleh Sultan Babullah
dari Ternate. Ia mengadakan perjanjian persahabatan dengan kerajaan Gowa-Tallo
yang merupakan dua kerajaan kembar di Sulawesi. Kedua kerajaan ini biasa
disebut dengan kerajaan Makassar. Melalui perjanjian ini Sultan Babullah
berusaha mengajak raja Gowa-Tallo untuk masuk Islam, tetapi gagal. Baru setelah
kedatangan Datu’ Ri Bandang ke Gowa-Tallo, Islam berhasil masuk ke Gowa-
Tallo.
17
d. Kerajaan Gowa – Tallo
Sultan Alauddin Tumenanga ri Gaukanna (1593 – 1639) adalah raja Gowa
– Tallo pertama yang masuk Islam pada tahun 1605. Setelah itu penyebaran Islam
dilakukan berdasarkan perjanjian raja-raja Bugis – Makassar. Perjanjiani ini
mengharuskan raja yang menemukan ”hal baik” agar memberitahukannya kepada
yang lain. Oleh karena itu Sultan Alauddin menyampaikan ”pesan Islam” kepada
kerajaan lainnya. Penguasa Gowa setelah Alauddin adalah Sultan Malikussaid
kemudian Sultan Hasanuddin (1653 – 1659).
Gowa merupakan musuh utama VOC. Pada masa pemerintahan Sultan
Hasanuddin terjadi peperangan besar dengan VOC yang bersekutu dengan Aru Palaka,
seorang Pangeran Bugis. Pertempuran ini berakhir dengan penandatanganan Perjanjian
Bongaya (1667).
Bekas Istana kerajaan Gowa, sekarang dijadikan museum.
(Sumber : Ensiklopedi Islam)
Perjanjian Bongaya mengakibatkan kekuasaan Gowa di Sulawesi semakin
lemah dan digantikan Bone. Tahun 1672 Aru Palaka menjadi Raja Bone. Kerajaan
Islam di Sulawesi mulai lemah ketika Belanda berhasil memperkuat posisinya
dengan menguasai jalur perdagangan di wilayah Indonesia Timur pada akhir abad
ke -17.
18
e. Kerajaan Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone
Selain Gowa – Tallo, di Sulawesi terdapat kerajaan lain seperti Luwu, Wajo,
Soppeng, dan Bone (kerajaan Bugis). Islamnya kerajaan Bugis diawali dari seruan
Sultan Alauddin atas dasar perjanjian raja-raja Bugis – Makassar tentang ”hal
baik” tersebut di atas. Luwu segera menerima seruan tersebut. Tiga kerajaan lain
yakni Kerajaan Bone, Soppeng dan Wajo menolak, kemudian terjadilah
peperangan antara kedua belah pihak. Peperangan ini disebut dengan Musu
Selleng atau Perang Islam. Ketiga kerajaan tersebut tergabung dalam persekutuan
Tellumpoco. Karena mengalami kekalahan Kerajaan Wajo masuk Islam pada
tahun 1610 dan Bone tahun 1611. Dengan masuk Islamnya Bone maka seluruh
wilayah Sulawesi Selatan sudah masuk Islam, kecuali Tana Toraja.
19
1. Sejak abad ke 7 – 8 M pedagang Muslim asal Arab, Persia dan India sudah
singgah di wilayah Nusantara.
2. Penyebaran Islam di Indonesia dilakukan melalui jalur perdagangan,
hubungan sosial (perkawinan, politik) dan pengajaran (pesantren, tasawwuf,
kesenian).
3. Penyebaran Islam di Jawa dilakukan oleh Walisongo, yaitu : Sunan
Gresik, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan
Gunung Jati, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan Muria.
4. Kerajaan Islam yang pernah berkuasa di Indonesia adalah Samudera Pasai,
Cirebon, Giri, Ternate, Demak, Aceh Darussalam, Banten, Kutai, Buton,
Palembang, Pajang, Mataram, Goa, Banjar, Kotawaringin, Bima, Siak Sri
Indrapura.
Agama Islam yang kita anut sekarang ini diturunkan di Tanah arab, yang
letaknya sangatlah jauh dari tempat kita hidup sekarang ini. Coba bayangkan
seandainya tidak ada orang yang mau membawa dan menyebarkan ajaran Islam
dari tanah arab sampai ke negara kita ini, tentulah kita akan menjadi orang yang
hidup dalam kegelapan (jahiliyah). Pernahkah kamu bersyukur kepada Allah dan
kepada mereka (para suhada dan mubaligh) yang telah mengorbankan waktu,
harta, tenaga, dan bahkan nyawanya untuk sampainya Islam kepada kita? Untuk
itu, marilah kita senantiasa terus bersyukur kepada Allah dan tetap mendoakan
kepada para syuhada dan mubaligh agar mereka semua selalu dalam lindungan
20
Allah swt. Di samping itu kita berusaha untuk tetap menerima dan mengamalkan
ajaran-ajaran Islam dengan khusu’ dan istiqamah, diiringi usaha untuk
menyebarkan kepada orang lain walaupun sangat sederhana.
Dakwah : penyiaran ajaran Islam
Syiar : penyebaran ajaran Islam
Mubaligh : orang yang menyiarkan ajaran Islam
Syahid : orang yang mati dalam membela Islam
Jihad : memperjuangkan ajaran Islam dengan sungguh-sungguh
Tabayun : meminta penjelasan
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c atau d pada jawaban yang paling
tepat !
1.Islam masuk ke Indonesia pada abad ….
a. 10 M
b. 11 M
21
c. 12 M
d. 13 M
2.Ajaran Islam masuk ke Indonesia dibawa pedagang, kecuali ….
a. India
b. Arab
c. Gujarat
d. Eropa
3.Yang bukan merupakan cara penyebaran Islam di Indonesia adalah ….
a.perkawinan
b.penataran
c.kesenian
d.perdagangan
4.Walisongo yang menyebarkan ajaran Islam dengan cara gamelan adalah ….
a.Sunan Gunung Djati
b.Sunan Giri
c.Sunan Kudus
d.Sunan Drajat
5.Kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah ….
a.Demak
b.Majapahit
c.Samudra Pasai
d.Padang
6. Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa adalah ....
a.Pajang
b.Demak
c.Banten
d.Mataram
7. Pendiri kerajaan Samudra Pasai adalah ....
a. Malik al Saleh
22
b.Muhammad Malik al Zahir
c. Mahmud Malik al Zahir
d. Manshur Malik al Zahir
8. Pendiri kerajaan Islam Mataram adalah ....
a.Ki Gede Pemanahan
b.Panembahan Senapati Ing Alaga
c.Panembahan Seda Ing Krapyak
d.Sultan Agung, dan Amangkurat I.
9. Tradisi sekaten diadakan untuk memperingati Maulid Nabi yang
dilaksanakan di Kota ....
a.Solo
b.Semarang
c.Demak
d.Surabaya
10. Tradisi Dugderan yang dilaksanakan di Kota Semarang bertujuan untuk
menyambut datangnya bulan .....
a. Muharam
b. Syawal
c. Ramadhan
d. Maulud
B. Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar!
1. Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh ....
2. Islam masuk di Pulau Jawa pada tahun ....
3. Walisongo yang menyebarkan Islam di Cirebon adalah ....
4. Raja pertama kerajaan Samudra Pasai adalah ....
5. Kesenian sekaten di Kota Solo sebenarnya berasal dari kata ....
C. Pasangkan kalimat di bawah sehingga menjadi benar!
23
1 Sunan Kalijaga A Cirebon
2 Sunan Giri B Wayang Kulit
3 Sunan Muria C Raden Paku
4 Sunan Ampel D Maulana Umar Said
5 Syarif Hidayatullah E Surabaya
D. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Sebutkan dan jelaskan
cara penyebaran Islam di Indonesia!
2. Sebutkan 3 kerajaan
Islam di Pulau Sulawesi!
3. Sebutkan seni dan tradisi
Islam yang masih ada sampai sekarang!
4. Mengapa cara dakwah
walisongo bisa diterima oleh masyarakat di Pulau Jawa?
5. Siapakah orang yang
berjasa membawa ajaran Islam sampai di Indonesia?
TUGAS INDIVIDU
Buatlah ringkasan tentang Walisongo, cara yang digunakan dalam pendekatan
dakwahnya, dan dimana ia menyebarkan ajaran Islamnya? Kemudian
kumpulkan kepada Bapak/Ibu Gurumu untuk dinilai.
TUGAS KELOMPOK
Buatlah kelompok, dan coba diskusikan bersama teman dan Bapak/Ibu
Gurumu, tentang:
24
Masuknya Islam di Indonesia
Cara penyebaran Islam di Indonesia
Kerajaan-keraan Islam di Pulau Jawa
Cara penyiaran Islam Walisongo
Kerajaan Islam di Sumatra
Kesenian dan tradisi Islam yang ada Jawa Tengah