bab v perencanaan dan perancangan stasiun...
TRANSCRIPT
69
BAB V
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN LRT 5.1 Urban Street Guideline
Dalam Slow Ottawa Urban Design, dapat dijabarkan beberapa prinsip desain
Transit-Oriented Development (TOD) yang menjelaskan mengenai streetscape,
pedestrian-oriented built forms, dan karakteristik land use yang membuat nyaman untuk
pejalan kaki, pengendara sepeda, dan publik transport yaitu:
1. Walk
Jalur pejalan kaki yang berkualitas dan terdefinisi menjadi prinsip penting
dalam penyediaan mobilitas dasar bagi semua user. Street furniture, elemen
landscape, dan street wall mengubah jalur pejalan kaki menjadi ruang publik
yang lebih hidup.
Adapun standarnya sebagai berikut:
a. Lebar minimum jalur pejalan kaki adalah 2m sehingga jalur lebih aksesibel
bagi semua user.
b. Menyediakan pepohonan sebagai peneduh untuk kenyamanan pejalan kaki
dan penerang di malam hari untuk meningkatkan keamanan.
c. Mengaktifkan street watching dengan mendesain fasad lebih terbuka ke
arah jalur pejalan kaki.
2. Cycle
Street design harus mampu menjamin keamanan pengguna sepeda dengan
membuat laju kendaraan menjadi lebih lambar atau memisahkan track sepeda
dengan jalan raya. Jalur yang menerus, shading elements yang memadai,
permukaan yang rata, dan tempat parkir yang aman adalah hal penting yang
ahrus diperhatikan.
a. Membuat jalur sepeda dengan pembatas dan track terpisah ketika laku
kendaraan bermotor melebihi 30km/jam.
b. Gunakan speed table crossing untuk memperlambat laju kendaraan
yang melintas.
70
3. Connect
Jaringan pejalan kaki dan pengguna sepeda yang padat, menghasilkan jalur
yang pendek, beragam, dan koneksi langsung yang mampu meningkatkan
akses pada titik penting, fasilitas umum, dan transportasi publik.
a. Mengurangi dimensi city blocks (dengan radius tidak lebih dari 150m)
4. Public Transport
Transportasi umum yang cepat, efisien, dan terpercaya akan mengurangi
ketergantungan masyarakat akan kendaraan pribadi.
5. Shift
Biaya parkir yang tinggi dan berkurangnya lahan parkir akan meningkatkan
keinginan untuk menggunakan transportasi publik, berjalan kaki, dan
mengendarai sepeda.
a. Menaikkan harga parkir
b. Mengganti syarat minimum off-street parking dengan maksimum.
6. Mix
Keberagaman fungsi residensial dan non-residensial akan mengurangi
kebutuhan untuk berpindah dan akan mengaktifkan ruang publik.
5.2 Konsep Perancangan
5.2.1 Public Space
Pengertian Public Space atau ruang publik secara umum dapat diuraikan sebagai
berikut :
• Bentuk dasar dari ruang publik umum selalu terletak di luar massa
bangunan.
• Dapat dimanfatkan dan dipergunakan oleh setiap orang.
• Memberi kesempatan untuk bermacam – macam kegiatan.
Contoh ruang publik umum adalah jalan, pedestrian, taman lingkungan, plaza,
taman kota, dan taman rekreasi.
Secara khusus ruang publik juga dapat diuraikan sebagai berikut:
• Bentuk dasar ruang publik selalu terletak di luar massa bangunan.
• Dimanfaatkan untuk kegiatan terbatas dan dipergunakan untuk keperluan
khusus/ spesifik.
71
Contoh ruang publik secara khusus adalah taman rumah tinggal , taman
lapangan upacara, daerah lapangan terbang , dan daerah untuk latihan
kemiliteran.
5.2.2 Jenis Jenis Public Space Menurut kegiatannya, ruang publik terbagi atas dua jenis , yaitu ruang publik
aktif dan ruang publik pasif.
• Ruang publik Aktif, adalah ruang publik yang mempunyai unsur – unsur
kegiatan di dalamnya. Misalkan bermain, olahraga, jalan-jalan, dan lain-
lain. Ruang publik ini dapat berupa plaza, lapangan olahraga, tempat
bermain anak dan remaja, penghijauan tepi sungai sebagai tempat
rekreasi, dan lain-lain.
• Ruang publik Pasif, adalah ruang publik yang di dalamnya tidak
mengandung unsur – unsur kegiatan manusia. Misalkan penghijauan
tepian jalur jalan, rel kereta api, bantaran sungai, ataupun penghijauan
daerah yang bersifat alamiah. Ruang publik ini berfungsi sebagai
keindahan visual dan fungsi ekologis semata.
Ditinjau dari Segi Bentuk Menurut Rob Rimer (Urban Space) bentuk ruang publik
secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
• Ruang publik berbentuk memanjang (koridor) pada umumnya hanya
mempunyai batas pada sisi-sisinya, misalkan, bentuk ruang publik jalan,
dan bentuk ruang publik sungai.
• Ruang publik berbentuk membulat pada umumnya mempunyai batas di
sekelilingnya, misalkan, bentuk ruang lapangan upacara, bentuk ruang
area rekreasi, dan bentuk ruang area lapangan olahraga.
Berdasarkan sifatnya ada dua jenis ruang publik, yakni :
• Ruang publik Lingkungan adalah ruang publik atau ruang yang disengaja
dibuat untuk memenuhi fungsi tertentu yang terdapat pada suatu
lingkungan yang sifatnya umum
• Ruang publik Antar Bangunan adalah ruang publik yang tidak disengaja
yang terbentuk oleh massa bangunan. Ruang publik ini mempunyai
72
fungsi antara dapat bersifat umum ataupun pribadi sesuai dengan fungsi
bangunannya.
5.2.3 Fungsi Public Space
Menurut Utermann dan Small terdapat tiga fungsi ruang publik bila dihubungkan
dengan bidang arsitektur , yaitu :
• Ruang publik untuk kenyamanan (jalan setapak , jalur hijau , taan dan
daerah bermain).
• Ruang publik serius (area parker dan ruang – ruang pelayanan lainnya).
• Ruang publik untuk menciptakan bentuk dan citra.
5.2.4 Peran Public Space Bagi Perencanaan Kota
Ruang publik sebagai salah satu dari elemen-elemen kota memiliki peran
yang sangat penting. Dia berperan sebagai pusat interaksi dan komunikasi
masyarakat baik formal maupun informal, individu atau kelompok. Pengertian
ruang publik secara singkat merupakan suatu ruang yang berfungsi untuk
kegiatan-kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan budaya.
Sikap dan perilaku manusia yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi juga
berpengaruh terhadap tipologi ruang kota yang direncanakan.
Tipologi ruang publik dalam perkembangannya memiliki banyak variasi
tipe dan karakter antara lain taman umum (public parks), lapangan dan plasa
(squares and plazas), ruang peringatan (memorial space), pasar (markets), jalan
(streets), tempat bermain (playground). jalan hijau dan jalan taman (green ways
and parkways). atrium/pasar didalam ruang (atriumnindoor market place),
pasar/pusat perbelanjaan di pusat kota (market place/ downtown shopping
center), ruang dilingkungan rumah (found/neighborhood spaces) waterfront.
Pengertian Jalan Penyeberangan Orang
Jembatan penyeberangan orang adalah fasilitas pejalan kaki untuk
menyeberang jalan yang ramai dan lebar atau menyeberang jalan tol dengan
menggunakan jembatan, sehingga orang dan lalu lintas kendaraan dipisah secara
fisik. Jembatan penyeberangan juga digunakan untuk menuju tempat
pemberhentian bis (seperti busway Transjakarta di Indonesia), untuk memberikan
73
akses kepada penderita cacat yang menggunakan kursi roda, tangga diganti
dengan suatu akses dengan kelandaian tertentu.
Desain jembatan penyeberangan biasanya menggunakan prinsip yang
sama dengan jembatan untuk kendaraan. Tetapi karena biasanya lebih ringan dari
jembatan kendaraan, dalam desain JPO biasanya mempertimbangkan getaran dan
efek dinamik dari penggunanya. Di samping itu masalah estetika juga menjadi
pertimbangan penting dalam membangun JPO terutama dijalan-jalan protokol di
mana desain arsitektur menjadi pertimbangan yang penting. Pembangunan
jembatan penyeberangan disarankan memenuhi ketentuan sebagai berikut :
• Bila fasilitas penyeberangan dengan menggunakan Zebra Cross dan Pelikan
Cross sudah mengganggu lalu lintas yang ada.
• Pada ruas jalan dimana frekuensi terjadinya kecelakaan yang melibatkan
pejalan kaki cukup tinggi.
• Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dan arus pejalan kaki yang
tinggi
Salah satu pendekatan lain yang digunakan dikawasan perbelanjaan yang
ramai adalah dengan mengkombinasikan JPO dengan pertokoan/perbelanjaan
seperti:
• JPO yang menghubungkan Pondok Indah Mall I dengan Pondok Indah Mall
II
• JPO di Pasar Tanah Abang
• JPO di Pusat perbelanjaan Mangga dua Jakarta
• JPO di Pasar Baru Jakarta
• JPO di Pusat perbelanjaan elektronik Glodok
• JPO di Pasar Cikunir
74
Gambar 5.1 Contoh Jembatan Penyeberangan Sumber: Dezeen.com & Panoramitalia.com
Gambar 5.2 Contoh Jembatan Penyeberangan Sumber: pinterest.com & archdaily.com
5.2.5 Peran Jembatan Penyeberangan Letak rencana halte trem stasiun yang berada di tengah ruas jalan raya Ring Road
membutuhkan sebuah fasilitas berupa jembatan penyeberangan. Penambahan fungsi
jembatan penyeberangan bertujuan untuk mempermudah akses pengguna fasilitas trem
maupun pejalan kaki yang akan menyeberang jalan raya Ring Road.
Penambahan fasilitas ini juga diharapkan mampu menjadi sebuah nilai estetika
tertentu yang memperkuat konsep utama bangunan yaitu integrasi antara bangunan
stasiun dan pedestrian bridge yang memiliki pendekatan fungsi ruang publik.
75
5.2.6 Konsep Perancangan Halte Lightrail
Berdasarkan uraian mengenai public space dan pedestrian bridge dengan hasil
analisis lokasi site yang berada pada titik berdekatan dengan fasilitas umum, dapat
disimpulkan bahwa keterkaitan antar site dengan sekitar sangat diperlukan. Integrasi
yang sesuai diharapkan mampu meningkatkan produktifitas sekitar site tanpa
mengurangi estetika dan fungsi ruang.
Gambar 5.3 Lokasi titik stasiun
Sumber: Google Earth dan Olah data penulis
Integrasi ini diperkuat dengan adanya penambahan fungsi jembatan
penyeberangan yang menyatukan ruang utara dan selatan Ring Road.
76
5.2.7 Analisis Pendekatan Konsep
Gambar 5.4 Skema Konsep
Sumber: Analisis penulis
Konsep umum dari bangunan terdiri dari beberapa teori yang mencakup Building
Shape & Form, Building Context, dan Building Function. Sebuah bangunan yang baik harus
memiliki tiga unsur tersebut. Pada bangunan stasiun yang berfungsi sebagai fasilitas
publik, maupun tempat transit haruslah memiliki konteks bangunan sebagai ruang
publik, meeting point, ikon sebuah kota, yang harus mampu terintegrasi dengan lokasi
sekitar dan harus mampu menjawab respon terhadap lingkungan.
Berdasarkan irisan pada diagram diatas, sebuah stasiun harus mampu menjadi
sebuah universal space yang mewadahi kegiatan semua orang. Selain itu stasiun juga
harus mampu menjadi fasilitator untuk pengguna fasilitas tram, pejalan kaki, pengendara
bermotor, dan lain-lain. Disamping itu, stasiun juga memiliki fungsi penting yaitu sebagai
meeting point.
77
Berdasarkan hasil analisis lapangan yang telah dilakukan dan penggabungan teori
yang ada, maka didapatkan konsep utama pada desain yaitu:
1. Universal Space
Konsep ini diangkat dari isu kenyamanan dari pejalan kaki, yaitu kurangnya
kenyamanan aksesibilitas. Isu ini kemudian menjadi landasan dalam
mendesain yaitu dengan cara membuat sebuah desain yang lebih ramah bagi
pejalan kaki khususnya bagi penyandang cacat. Sehingga desain ini lebih bisa
dimaksimalkan penggunaannya bagi siapapun.
2. Iconic Based Design
Konsep kedua yaitu adalah dengan memberikan sentuhan ikonik pada titik
halte sehingga memiliki ciri khas yang memudahkan untuk dikenali bagi
masyarakat serta sebagai unsur estetika pada daerah. Iconic based design ini
nantinya akan menjadi guideline pada masing-masing titik sehingga masing-
masing titik memiliki ciri khas daerahnya masing-masing.
3. Integrated Circulation
Sirkulasi yang terintegrasi menjadi satu poin penting pada desain. Karena hal
ini menyangkut banyak aspek, mulai dari aspek pejalan kaki, kendaraan
bermotor, dan sistem tram. Sehingga perlu adanya penyelesaian desain
khusus.
78
Gambar 5.5 Diagram Pendekatan Konsep Sumber: Analisis Penulis
Stasiun memiliki fungsi utama sebagai fasilitas transit untuk pengguna
tram atau kereta. Dalam analisis kebutuhan ruang dan analisis stasiun lainnya,
terdapat beberapa aspek utama dalam stasiun yaitu kenyamanan dan keamanan.
Kedua aspek ini berkaitan erat dengan pengguna fasilitas yaitu penumpang
dan pejalan kaki. Seseorang akan merasa lebih nyaman ketika ia merasa aman,
sehingga perlu ada penyelesaian desain yang mampu menunjang aspek tersebut.
Kedua aspek ini memiliki peran penting karena memiliki dampak terhadap
penggunaan fasilitas tersebut.
79
Kedua aspek ini dapat diwujudkan dengan mengaktifkan street watching
atau pengawasan ke arah jalan yang dapat dilakukan dengan olah desain tertentu.
Pengaktifan ini juga bisa dilakukan dengan cara melakukan integrasi antara
bangunan stasiun dengan lokasi sekitar yang pada kasus ini adalah ruang
komersial itu sendiri. Koneksi yang erat antara stasiun dengan lokasi sekitar ini
akan mengaktifkan sebuah kawasan baru yang lebih nyaman untuk pejalan kaki.
Gambar 5.6 Skema Konsep
Sumber: Analisis penulis
5.2.8 Analisis Fungsional Tabel 5.1 Kebutuhan Ruang Halte
No. Zona Ruang Utama Pendukung
1 Ruang Tiketing ✓
2 Ruang Tunggu ✓
3 Platform ✓
4 Kantor ✓
5 Ruang Parkir ✓
6 Ruang Servis (Toilet) ✓ Sumber: Analisis Penulis
80
Kebutuhan ruang pada halte umumnya mencakup 5 ruang pokok yaitu Ruang
Tiketing, Ruang Tunggu, Platform, Kantor, Ruang Servis (Toilet), dan Ruang/Area Parkir
sebagai area pendukung yang tidak wajib ada dalam sebuah halte.
Kebutuhan ruang tersebut dijabarkan menjadi lebih rinci dan dijelaskan pada
Gambar.
Gambar 5.7 Zonasi Ruang Sumber: Analisis Penulis
Pada gambar tersebut menjelaskan bahwa pembagian ruang halte terbagi menjadi
3 zona yaitu zona Access & Interchanges, Facilities Zone, dan Platform Zone. Zona-zona ini
membagi fungsi ruang publik dan non publik atau biasa disebut Paid Zone dan Unpaid
Zone.
Gambar 5.8 Zonasi Ruang Sumber: Analisis Penulis
81
Gambar 5.9 Zonasi Ruang Sumber: Analisis Penulis
Pembagian ruangan tersebut diurutkan berdasarkan alur sirkulasi pada halte
tersebut. Sehingga tata ruang yang terjadi adalah adanya perbedaan hierarki pada zonasi
ruang yaitu ruang publik dan ruang privat. Pembagian zonasi ruang ini juga menciptakan
sebuah sirkulasi pada halte yang berurutan berawal pada tahap memasuki ruangan
hingga menaiki kereta trem yang dijelaskan pada gambar diagram dibawah.
Gambar 5.10 Diagram Perjalanan Sumber: Analisis Penulis
Pembagian zonasi di atas akan menciptakan sebuah alur bagi pengguna fasilitas
trem. Alur yang tercipta berdasarkan fungsi dan peran zona. Setiap zona akan terhubung
oleh sebuah alur utama berupa jembatan penyeberangan. Sirkulasi pada bangunan
dengan lokasi eksisting terdiri dari tiga jenis yaitu sirkulasi kendaraan, sirkulasi pejalan
kaki, dan sirkulasi pengguna fasilitas trem.
82
5.2.9 Transformasi Desain
Berdasarkan uraian analisis pada poin sebelumnya, didapatkan pembagian zonasi
ruang pada perencanaan desain halte sebagai berikut.
Gambar 5.11 Rencana Desain Halte Sumber: Analisis Penulis
Bangunan halte terbagi menjadi tiga buah level yang kemudian diuraikan menjadi
sebagai berikut:
1. Level 1 : Access and Interchanges Zone
Zona ini terletak pada lantai satu bangunan dan berfungsi sebagai zona akses
menuju fasilitas halte trem. Fasilitas ini dilengkapi dengan penambahan
jembatan penyeberangan karena halte terletak di tengah ruas jalan raya.
Penambahan jembatan ini juga berfungsi sebagai jembatan penyeberangan
bagi pejalan kaki baik yang menggunakan fasilitas stasiun maupun
penyeberang jalan.
83
2. Level 2 : Facilities Zone
Zona ini terletak pada lantai dua bangunan dan memiliki fungsi sebagai zona
fasilitas yang meliputi ruang tiketing, kantor, dan ruang servis. Pada level ini
fungsi stasiun akan berdampingan dengan fungsi jembatan penyeberangan
namun terpisahkan oleh zonasi ruang publik dan privat (paid zone dan unpaid
zone). Perletakan fungsi yang berdampingan ini akan memberikan dampak
kepada pengguna fasilitas stasiun maupun pejalan kaki guna meningkatkan
kewaspadaan dan pengawasan silang sehingga akan tercipta suasana yang
aman.
3. Level 3 : Platform Zone
Zona Platform ini berada pada zonasi halte, terletak di lantai 3 bangunan dan
memiliki fungsi ruang yang privat karena zona ini adalah zona khusus
pengguna fasilitas kereta. Zona ini dilengkapi dengan fasilitas ruang tunggu
dan beberapa fasilitas informasi lainnya bagi pengguna fasilitas kereta. Zona
ini adalah zona pergantian penumpang kereta baik yang naik maupun turun
kereta.
Berikut adalah uraian Transformasi Desain pada perencanaan desain halte:
Gambar 5.12 Transformasi Desain Sumber: Analisis Penulis
1. Penambahan masa bangunan stasiun diletakkan pada bagian tengah ruas jalan
raya Ring Road. Masa bangunan terdiri dari tiga level dengan level pertama
sebagai struktur bangunan halte. Pada level dua dan tiga, bangunan didesain
84
dengan desain yang terbuka dengan tujuan untuk meningkatkan pengawasan
dari dalam maupun luar stasiun sehingga akan menimbulkan suasana yang
lebih aman bagi pejalan kaki maupun pengguna fasilitas trem,
Gambar 5.13 Transformasi Desain Sumber: Analisis Penulis
2. Standar bentuk stasiun dengan tipe Elevated Station memiliki bentuk standar
seperti pada gambar kiri. Standar bangunan ini memiliki jembatan
penyeberangan dengan akses berupa tangga maupun lift. Pada perencanaan
desain halte di Ring Road Utara Yogyakarta, desain bangunan jembatan akan
dibuat lebih atraktif untuk memberikan ciri khas pada titik Hartono Mall. Selain
itu, penggabungan fungsi hall stasiun dengan jembatan akan memberikan
pengalaman ruang yang baru bagi pengguna fasilitas kereta maupun pengguna
jembatan yaitu pejalan kaki sehingga para pengguna akan merasa saling aman.
Penggunaan desain jembatan dengan bentuk atraktif ini juga bertujuan untuk
menarik minat masyarakat untuk lebih menggunakan fasilitas publik.
85
Gambar 5.14 Transformasi Desain Sumber: Analisis Penulis
3. Perencanaan desain halte juga meliputi redesain kawasan sekitar sehingga
integrasi antara stasiun dengan lokasi sekitar akan menjadi lebih terdefinisi.
Hal ini juga bertujuan untuk memberikan sugesti psikologis pada pengguna
fasilitas bahwa terjadi adanya hubungan antara stasiun dengan lokasi
disekitarnya. Sehingga pengguna tidak akan merasa asing ketika turun dari
stasiun maupun menuju stasiun. Selain itu, redesain ini juga bertujuan untuk
meningkatkan nilai jual area komersil yang lebih ramah dan lebih walkable.
Gambar 5.15 Sketsa Transformasi Desain Sumber: Analisis Penulis
86
Desain paving pada lokasi sekitar stasiun dengan desain pada interior stasiun
diintegrasikan dengan cara memberikan sentuhan desain yang seragam dan senada. Hal
ini memiliki tujuan untuk memberikan sugesti psikologis pada pengguna fasilitas supaya
tidak merasa asing ketika pengguna fasilitas keluar dari stasiun maupun memasuki
stasiun.
Gambar 5.16 Sketsa Transformasi Desain Sumber: Analisis Penulis
Penambahan pepohonan untuk menunjang kenyamanan pengguna fasilitas
stasiun maupun pejalan kaki juga diberikan pada lokasi area komersil. Selain untuk
menambah kenyamanan, hal ini juga bertujuan untuk menghadirkan konsep pada Kota
Yogyakarta yaitu Green City.