bab iv1 diluar

22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek berdiri pada tahun 1914 yang awalnya didirikan oleh Perkebunan (Ondermening) Pemerintahan Hindia Belanda. Kemudian mengalami beberapa kali perubahan pengelola yang akhirnya pada tahun 1965 samapi sekarang RSUD Dr. H. Abdul Moeloek dikelola oleh Pemerintah Daerah Provinsi Lampung. RSUD Dr. H. Abdul Moeleok adalah Rumah Sakit Pemerintah dengan kategori kelas B. Memiliki luas tanah 81.486 m 2 dengan tenaga seluruhnya sebanyak 1.276 orang, dengan jumlah terbesar adalah tenaga paramedis sebanyak 555 orang dan tenaga medis sebanyak 133 orang. 35

Upload: anonymous-goya1owwl

Post on 20-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB IV

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV1 Diluar

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek berdiri pada tahun

1914 yang awalnya didirikan oleh Perkebunan (Ondermening) Pemerintahan

Hindia Belanda. Kemudian mengalami beberapa kali perubahan pengelola

yang akhirnya pada tahun 1965 samapi sekarang RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek dikelola oleh Pemerintah Daerah Provinsi Lampung.

RSUD Dr. H. Abdul Moeleok adalah Rumah Sakit Pemerintah dengan

kategori kelas B. Memiliki luas tanah 81.486 m2 dengan tenaga seluruhnya

sebanyak 1.276 orang, dengan jumlah terbesar adalah tenaga paramedis

sebanyak 555 orang dan tenaga medis sebanyak 133 orang.

35

Page 2: BAB IV1 Diluar

36

Visi RSUD Dr. H. Abdul Moeleok Rumah Sakit adalah Profesional

Kebanggaan Masyarakat Lampung. Adapun yang menjadi misi RSUD Dr. H.

Abdul Moeleok adalah:

(1) Memberikan pelayanan prima di segala bidang pelayanan Rumah Sakit

(2) Menyelenggarakan dan mengembangkan pusat-pusat pelayanan unggulan

(3) Membentuk sumber daya manusia profesional di bidang kesehatan

(4) Menjadikan pusat penelitian di bidang kesehatan.

Sedangkan motto RSUD Dr. H. Abdul Moeleok adalah ASRI (Aktif, Segera,

Ramah dan Inovatif).

Fungsi dari RSUD Dr. H. Abdul Moeleok adalah sebagai berikut : (1)

Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan Rumah Sakit, (2) Pemberian

dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang pelayanan

rumah sakit, (3) Pembinaan dan pelaksanaan di bidang pelayanan Rumah

Sakit, (4) Pelaksanaan tugas lain yang diberrikan oleh gubernur di bidang

pelayanan Rumah Sakit dan (5) Pengelolaan administratif.

Page 3: BAB IV1 Diluar

37

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek dipimpin oleh seorang direktur Rumah

Sakit yang bertanggung jawab sesuai Peraturan Gubernur Nomer 45 tahun

2009 oleh Direktur Utama membawahi: Direktur Pelayanan, Direktur Diklat

dan SDM serta Direktur Umum dan Keuangan beserta sub bagiannya masing-

masing.

Jenis pelayanan yang diberikan RSUD Dr. H. Abdul Moeleok

meliputi: (1) Instalasi Gawat Darurat, (2) Rawat Jalan, (3) Rawat Inap, (4)

Bedah Sentral, (5) Radiologi, (6) Patologi Klinik, (7) Patologi Anatomi, (8)

Bank Darah, (9) Instalasi Intensif Terpadu, (10) Pelayanan Perinatologi, (11)

Instalasi Rehabilitasi Medik, (12) Instalasi Farmasi, (13) Instalasi Gizi, (14)

Kamar jenazah, (15) Instalasi Loundry, (16) Instalasi Sanitasi, (17) Instalasi

Penunjang Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit, (18) Pendidikan dan Pelatihan,

(19) Sistem Informasi Manajemen.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1. Analisa Univariat

Page 4: BAB IV1 Diluar

38

Responden dalam penelitian ini berjumlah 184 yang terdiri dari kelompok

yang menderita stroke iskemik 92 pasien dan stroke non iskemik 92 pasien,

distribusinya menurut variable yang diteliti disajikan dalam tabel dan grafik berikut

ini.

Tabel 4.1 Distribusi Kejadian Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke Non Iskemik

Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Stroke Iskemik (%) Stroke non Iskemik (%) Total (%)

Laki-laki 51 27.7% 64 34.8% 115 62.5%

Perempuan 41 22.3% 28 15.2% 69 37.5%

Total 92 50.0% 92 50.0% 184 100%

Stroke Iskemik Stroke non Iskemik 0

10

20

30

40

50

60

70

Laki-lakiPerempuan

Grafik 1. Distribusi Pasien Stroke Iskemik dan Stroke Non Iskemik Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 1 memperlihatkan bahwa jenis

kelamin didapatkan kejadian stroke iskemik pada laki-laki sebesar 51 orang

dan perempuan sebesar 41 orang. Sedangkan pada kejadian bukan stroke

Page 5: BAB IV1 Diluar

39

iskemik didapatkan pada laki-laki sebesar 64 orang dan pada perempuan

sebesar 28 orang.

Tabel 4.2 Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke Non Iskemik Menurut Usia

Usia Stroke Iskemik (%) Stroke non Iskemik (%) Total (%)

31-40 tahun 13 7.1% 9 4.9% 22 12.0%

41-50 tahun 30 16.3% 24 13.0% 54 29.3%

51-60 tahun 26 14.1% 31 16.8% 57 31.0%

61-70 tahun 15 8.2% 15 8.2% 30 16.3%

71-80 tahun 8 4.3% 13 7.1% 21 11.4%

Jumlah 92 50.0% 92 50.0% 184 100%

Stroke Iskemik Stroke non Iskemik

0

5

10

15

20

25

30

35Chart Title

31-40 tahun41-50 tahun51-60 tahun61-70 tahun71-80 tahun

Grafik 2. Distribusi Pasien Stroke Iskemik dan Stroke Non Iskemik Berdasarkan Usia

Tabel 4.2 dan grafik 2, diketahui jumlah pasien stroke iskemik

menurut kelompok usia 31-40 tahun adalah 13 pasien, usia 41-50 tahun adalah

20 pasien, usia 51-60 tahun adalah 26 pasien, usia 61-70 tahun adalah 15

Page 6: BAB IV1 Diluar

40

pasien, usia 71-80 tahun adalah 8 pasien. Sedangkan jumlah pasien bukan

stroke iskemik menurut kelompok usia 31-40 tahun adalah 9 pasien, usia 41-

50 tahun adalah 24 pasien, usia 51-60 tahun adalah 31 pasien, usia 61-70

tahun adalah 15 pasien, usia 71-80 tahun adalah 13 pasien.

Tabel 4.3 Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke Non Iskemik Menurut Tekanan Darah

Tekanan Darah Stroke Iskemik (%) Stroke non Iskemik (%) Total (%)

Normotensi 10 5.4% 14 7.6% 24 13.0%

Hipertensi 82 44.6% 78 42.4% 160 87.0%

Total 92 50.0% 92 50.0% 184 100%

Stroke Iskemik Stroke non Iskemik0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

NormotensiHipertensi

Grafik 3. Distribusi Pasien Stroke Iskemik dan Stroke Non Iskemik Berdasarkan Tekanan

Darah

Dari tabel 4.3 dan grafik 3 diketahui penderita stroke iskemik yang

normo tensi adalah 10 pasien dan yang mengalami hipertensi adalah 82

Page 7: BAB IV1 Diluar

41

pasien. Sedangkan penderita stroke non iskemik yang normotensi adalah 14

pasien dan yang mengalami hipertensi 78 pasien.

Tabel 4.4 Distribusi Kejadian Stroke Iskemik Dan Stroke Non Iskemik

Menurut Kadar Hematokrit

Kadar Hematokrit Stroke Iskemik (%) Stroke non Iskemik (%) Total (%)

Normal 82 44.6% 85 46.2% 167 90.8%

Meningkat 10 5.4% 7 3.8% 17 9.2%

Total 92 50.0% 92 50.0% 184 100%

Stroke Iskemik Stroke non Iskemik0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

NormalMeningkat

Grafik 4. Distribusi Pasien Stroke Iskemik dan Stroke Non Iskemik Berdasarkan Kadar

Hematokrit

Dari tabel 4.4 dan grafik 4 diketahui penderita stroke iskemik yang

kadar hematokritnya normal adalah 82 pasien dan yang meningkat adalah 10

pasien. Sedangkan penderita stroke non iskemik yang kadar hematokritnya

normal adalah 85 pasien dan yang meningkat adalah 7 pasien.

Page 8: BAB IV1 Diluar

42

4.2.2 Analisa Bivariat

Setelah dilakukan pengumpulan data, diedit dan diolah dengan

menggunakan perangkat lunak komputer diperoleh gambaran. Untuk melihat

kemaknaan hubungan antara kadar hematokrit dengan kejadian stroke iskemik

dilakukan analisis uji chi square dengan derajat kepercayaan 95 %. Apabila

hasil perhitungan statistik dengan p < 0.05 artinya terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel independent dengan variabel dependent.

Responden penelitian ini berjumlah 184 yang terdiri dari kelompok

penderita stroke iskemik 92 dan stroke non iskemik 92.

Tabel 4.4 Distribusi Kejadian Stroke Iskemik Dan Stroke Non Iskemik

Menurut Kadar Hematokrit

Kadar Hematokrit Stroke Iskemik (%) Stroke non Iskemik (%) P Value

Normal 82 44.6% 85 46.2% 0,445

Meningkat 10 5.4% 7 3.8%

Tabel 4.4 menunjukan bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 0,445

artinya lebih besar dibandingkan dengan nilai alpha (0,445 > 0,05). Dengan

demikian dapat disimpulkan secara statistik dengan derajat kepercayaan 95%,

Page 9: BAB IV1 Diluar

43

diyakini tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar hematokrit dengan

kejadian stroke iskemik di RSUD Dr. H.Abdul Moeloek Tahun 2013.

4.3 Analisis Data

a) Ratio Prevalensi

Kadar Hematokrit Stroke Iskemik Stroke non Iskemik Total

Normal 82 85 167

Meningkat 10 7 17

Total 92 92 184

Dari tabel 2X2 dapat dihitung besar rasio prevalensi:

RP= a/(a+b):c / (c+d)

=82/(82+85):10/(10+7)

=82/167 : 10/17

=0,49 : 0,58

= 0,84

Ratio Prevalensi (RP) = 0,84 atau < 1 artinya dugaan adanya faktor risiko

terhadap efek (sakit) tidak terbukti benar.

Page 10: BAB IV1 Diluar

44

b) Odds Ratio

Odds ratio menyatakan adanya hubungan sebab akibat antara risiko (kadar

hematokrit tinggi) dengan efek (stroke iskemik), yang dinyatakan dengan

beberapa kali untuk risiko terjadinya stroke iskemik pada kelompok yang

memiliki kadar hematokrit tinggi dibandingkan dengan kelompok yang kadar

hematokrit normal

0R = ad / bc

= 82.7 / 10.85

=574 / 850

=0,675

Odds Ratio (OR) = 0,675 berarti pasien yang mempunyai kadar hematokrit

tinggi lebih berisiko menderita stroke iskemik 0,675 lebih besar daripada

pasien yang mempunyai kadar hematokrit normal.

4.2.3 Pembahasan

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara kadar

hematokrit dengan kejadian stroke iskemik. Data diperoleh dari data sekunder

berupa catatan rekam medis pasien rawat inap di bagian saraf di RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek Tahun 2013. Sampel diperoleh adalah sebanyak 184 pasien

Page 11: BAB IV1 Diluar

45

berdasarkan kriteria restriksi. Sampel terbagi dalam dua yaitu stroke iskemik

dan stroke non iskemik.

Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 1, memperlihatkan bahwa jenis

kelamin didapatkan kejadian stroke iskemik pada laki-laki sebesar 51 orang

dan perempuan sebesar 41 orang. Sedangkan pada kejadian bukan stroke

iskemik didapatkan pada laki-laki sebesar 64 orang dan pada perempuan

sebesar 28 orang. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan teori yang

menyatakan bahwa laki-laki lebih cenderung untuk terkena stroke

dibandingkan wanita. Laki-laki mempunyai faktor risiko seperti merokok,

alkohol dan aterosklerosis, dimana pada laki-laki hormone testosterone

meningkatkan jumlah Low Density Lipoprotein (LDL), sedangkan pada

wanita terdapat hormone esterogen yang melindungi dari aterosklerosis.12

Tabel 4.2 dan grafik 2, diketahui jumlah pasien stroke iskemik

menurut kelompok usia 31-40 tahun adalah 13 pasien, usia 41-50 tahun adalah

20 pasien, usia 51-60 tahun adalah 26 pasien, usia 61-70 tahun adalah 15

pasien, usia 71-80 tahun adalah 8 pasien. Sedangkan jumlah pasien bukan

stroke iskemik menurut kelompok usia 31-40 tahun adalah 9 pasien, usia 41-

50 tahun adalah 24 pasien, usia 51-60 tahun adalah 31 pasien, usia 61-70

tahun adalah 15 pasien, usia 71-80 tahun adalah 13 pasien. Kemunduran

system pembuluh darah meningkat seiring bertambahnya usia hingga makin

bertambah usia makin tinggi kemungkinan mendapat stroke.

Page 12: BAB IV1 Diluar

46

Dari tabel 4.3 dan grafik 3 diketahui penderita stroke iskemik yang

normo tensi adalah 10 pasien dan yang mengalami hipertensi adalah 82

pasien. Sedangkan penderita stroke non iskemik yang normotensi adalah 14

pasien dan yang mengalami hipertensi 78 pasien. Hipertensi mempercepat

pengerasan dinding pembuluh darah arteri dan mengakibatkan penghancuran

lemak pada sel otot polos sehingga mempercepat proses aterosklerosis melalui

efek penekanan pada sel endotel atau lapisan dalam dinding arteri yang

berakibat pembentukan plak pembuluh darah semakin cepat.5

Dari tabel 4.4 dan grafik 4 diketahui penderita stroke iskemik yang

kadar hematokritnya normal adalah 82 pasien dan yang meningkat adalah 10

pasien. Sedangkan penderita stroke non iskemik yang kadar hematokritnya

normal adalah 85 pasien dan yang meningkat adalah 7 pasien.

Hasil uji statistik dengan menggunakan person chi-square diperoleh

hasil yang tidak bermakna antara hubungan kadar hematokrit yang tinggi

dengan kejadian stroke iskemik karena nilai P value = 0,445. Penelitian ini

memenuhi untuk dilakukan chi-square test karena tidak ada expected count

yang kurang dari 5. Nilai odds ratio yang didapatkan yaitu 0,675. Risiko

terserang stroke iskemik 0,675 kali lebih besar pada orang yang kadar

hematokritnya tinggi dibandingkan dengan yang kadar hematokritnya normal.

Page 13: BAB IV1 Diluar

47

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya Muhammad

Alfian Zaini Adhim tahun 2013 yang menyatakan bahwa hematokrit tidak

terbukti mempunyai pengaruh terhadap perjalanan klinis stroke iskemik yang

diamati dengan nilai P value = 0,067.

Penyakit tertentu merupakan faktor risiko stroke seperti pada

polisitemia yang dapat menghambat kelancaran aliran darah otak18. Keadaan

darah merupakan salah satu faktor risiko stroke iskemik. Kadar hematokrit

yang tinggi menyebabkan peningkatan viskositas darah sehingga menurunkan

aliran darah ke otak. Meskipun peningkatan viskositas darah tidak hanya

disebabkan oleh peningkatan hernatokrit, namun bila kadar hematokrit

melampaui 46% maka viskositas darah akan meningkat dengan tajam.

Hematokrit juga dapat menghambat aliran darah kolateral pada daerah otak

yang iskemik sehingga mengakibatkan lesi infark yang lebih luas 12. Bila

aliran darah otak turun pada batas kritis yaitu 10 – 18 ml/100gr otak/menit

maka akan terjadi penekanan aktivitas neuronal tanpa perubahan struktural

dari sel. Daerah otak dengan keadaan ini dikenal sebagai penumbra iskemik.

Di sini sel relatif inaktif tapi masih viable.10

Pada 3 jam permulaan iskemia, akan terjadi kenaikan kadar air dan

natrium pada substansi grisea, dan setelah 12 – 48 jam terjadi kenaikan yang

progresif dari kadar air dan natrium pada substansia alba, sehingga

memperberat edem otak dan meningkatkan tekanan intrakranial.

Page 14: BAB IV1 Diluar

48

Bila terjadi sumbatan pembuluh darah, maka daerah sentral yang

diperdarahi oleh pembuluh darah tesebut akan mengalami iskemia berat

sampai infark. Sedangkan di daerah marginal yaitu dengan adanya sirkulasi

kolateral maka sel-selnya masih belummati, yang oleh Astrup dkk 1981

dikatakan daerah penumbra iskemik. Daerah tersebut bias membaik dalam

beberapa jam secara spontan maupun dengan penanganan stroke tentang apa

yang disebut sebagai therapeutic window, yaitu 6 – 8 jam setelah awitan.

Apabila bias ditangani dengan baik maka daerah penumbra akan dapat

diselamatkan sehingga infark tidak bertambah luas.

Pada saat permulaan darah di daerah penumbra akan berdilatasi

maksimal karena penurunan tekanan perfusi otak. Di daerah penumbra

iskemik kemudian akan terdapat vasoparalisis sebaliknya pembuluah darah

diluar daerah penumbra iskemik tetap bereaksi terhadap perubahan kadar CO2

dan asidosis sehingga terjadi dilatasi, ini disebut sebagai steal phenomenon.13

Bila tekanan perfusi turun di bawah ambang iskemia kurang lebih 8 –

10 ml/100 gr/menit, maka akan terjadi gangguan biokimia kurang seluler dan

gangguan stabilitas membran, yaitu :

Ion K+ mengalir ke ekstraseluler sedangkan natrium dan kalsium

terkumpul dalam sel, pelepasan asam lemak bebas. Oksidasi dari asam lemak

bebas ini akan menghasilkan metabolit-metabolit yang lebih toksik seperti

Page 15: BAB IV1 Diluar

49

free radical, prostaglandin yang nantinya akan mengakibatkan perubahan sel

yang irreversible, penurunan kadar ATP ,terjadi asidosis.14

Kelebihan penelitian ini yaitu belum ada penelitian yang secara

spesifik untuk mengetahui hubungan kadar hematokrit dengan kejadian stroke

iskemik sehingga penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk penelitian

selanjutnya.

Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan antara lain

a) Keterbatasan waktu penelitian

b) Masih adanya faktor risiko lain yang terdapat pada sampel

c) Peneliti menggunakan data sekunder berupa catatan rekam medis

sehingga dapat mempengaruhi validitas hasil penelitian, karena harus

menggunakan sampel yang lebih banyak