bab iv ispa

21
BAB IV PEMECAHAN MASALAH Analisa SWOT Untuk menganalisis masalah tingginya angka penemuan kasus ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara, berdasarkan analisis menggunakan sistem SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat) dapat dilihat sebagai berikut: 1. Strength: Puskesmas Banjarbaru Utara memiliki tenaga kesehatan dengan tingkat pendidikan yang baik. Berjalannya program pemantauan kasus ISPA dengan baik. Memiliki Posyandu dan kader yang cukup untuk melakukan mencapaian balita sehat. 2. Weakness: Jumlah tenaga kesehatan yang bertanggung jawab menangani kasus ISPA masih sangat kurang. 39

Upload: ega-retroo

Post on 02-Jan-2016

454 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV ispa

BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

Analisa SWOT

Untuk menganalisis masalah tingginya angka penemuan kasus ISPA

pada balita di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara, berdasarkan analisis

menggunakan sistem SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat)

dapat dilihat sebagai berikut:

1. Strength:

Puskesmas Banjarbaru Utara memiliki tenaga kesehatan dengan tingkat

pendidikan yang baik.

Berjalannya program pemantauan kasus ISPA dengan baik.

Memiliki Posyandu dan kader yang cukup untuk melakukan mencapaian

balita sehat.

2. Weakness:

Jumlah tenaga kesehatan yang bertanggung jawab menangani kasus

ISPA masih sangat kurang.

Motivasi tenaga kesehatan masih kurang untuk memberikan informasi

dan pelayanan gizi kepada ibu balita.

Metode penyampaian informasi mengenai gizi dan penyakit ISPA masih

kurang menarik.

Kurang optimalnya tatalaksana ISPA sesuai langkah MTBS oleh tenaga

kesehatan.

39

Page 2: BAB IV ispa

Kurangnya sumber dana Puskesmas untuk melakukan berbagai program.

3. Oppotunity :

Memiliki penduduk dengan rata-rata pendidikan terakhir SMA. Hal ini

dapat dijadikan kesempatan memberikan pendidikan mengenai ISPA

agar membantu menjadi kader untuk pengendalian ISPA pada

masyarakat lain.

Posyandu di Wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara tersebar merata,

sarana untuk melakukan program balita sehat.

4. Threat :

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara yang

sanagat padat.

Jumlah balita dengan bawah garis merah masih banyak, yang sebenarnya

merupakan faktor terjadinya ISPA karena gizi yang kurang baik

Kurangnya kesadaran ibu balita mengenai ASI eksklusif yang sebenarnya

dapat menjadi pertahanan tubuh balita.

40

Page 3: BAB IV ispa

Strength Weakness

Oppotunity

Meningkatkan kerjasama lintas program untuk pengendalian penyakit ISPA balita melalui perbaikan gizi balita.

Mengadakan peelatihan kembali pada tenaga kesehatan mengenai tatalaksana ISPA sesuai MTBS.

Threat

Meningkatkan motivasi, pengetahuan dan pelatihan untuk masyarakat mengenai penyakit ISPA untuk dibentuk sebgai kader pengendalian penyakit ISPA balita.

Mengadakan penyuluhan tentang penyakit ISPA dan pentingnya gizi pada ibu balita

Alternatif Pemecahan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka dapat disusun

beberapa alternatif pemecahan masalah yaitu :

1. Melakukan pengarahan terhadap petugas kesehatan mengenai pentingnya

peranan dan fungsi promotif ASI dan pemberian makanan tambahan, yang

dapat menjadi pengendalian ISPA.

2. memberikan penyuluhan mengenai pemberian gizi yang baik kepada

masyarakat terutama orangtua/ibu yang memiliki anak balita oleh tenaga

kesehatan

3. Pendidikan tenaga kesehatan di Puskesmas Banjarbaru Utara, sehingga

diharapkan tumbuhnya pemahaman dan peningkatan kualitas tatalaksana

ISPA pada balita yang berdasarkan pada MTBS.

4. mengembangkan dan meningkatkan peranan masyarakat dengan mengikuti

pelatihan Pengendalian ISPA bagi tenaga non petugas kesehatan.

41

Page 4: BAB IV ispa

Seluruh alternatif pemecahan masalah tersebut sebenarnya merupakan

suatu kerangka konsep yang berkesinambungan, setiap program saling

berhubungan dan berkaitan.

Prioritas Pemecahan Masalah

Metode pemecahan masalah yang digunakan adalah metode MCUA. Hal

ini dilakukan setelah identifikasi penyebab-penyebab yang paling mungkin dan

mempunyai daya ungkit yang paling besar terhadap pemecahan masalah bila

berhasil dihilangkan.

Setelah hal tersebut dilakukan maka dibuat beberapa alternatif pemecahan

masalah dengan memperhatikan hal-hal di bawah ini:

1. Pendanaan yang paling kecil

2. Ketersediaan sumber daya

3. Memerlukan waktu yang cepat untuk penerapan

4. Mudah penerapannya

5. Mendapat perhatian dari masyarakat

6. Ketersediaan sarana dan prasarana

Adapun penentuan alternatif pemecahan masalah penanggulangan ISPA

Puskesmas Banjarbaru Utara dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

42

Page 5: BAB IV ispa

Tabel 4.2 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah Dengan Metode MCUA

no Alternatif Pemecahan Masalah

Kriteria/Bobot

Melakukan pengarahan terhadap petugas kesehatan mengenai pentingnya peranan dan fungsi promotif ASI eksklusif dan pemberian makanan tambahan yang dapat menjadi pengendalian ISPA

memberikan penyuluhan mengenai pemberian gizi yang baik kepada masyarakat terutama orangtua/ibu yang memiliki anak balita oleh tenaga kesehatan

Pendidikan tenaga kesehatan di Puskesmas Banjarbaru Utara, sehingga diharapkan tumbuhnya pemahaman dan peningkatan kualitas tatalaksana ISPA pada balita yang berdasarkan pada MTBS

mengembangkan dan meningkatkan peranan masyarakat dengan mengikuti pelatihan Pengendalian ISPA bagi tenaga non petugas kesehatan

S BS S BS S BS S BS

1 Pendanaan (4) 4 16 2 8 3 12 2 8

2 Ketersediaan sumber daya (4)

3 12 4 16 3 12 2 8

3 Cepat penerapan (4)

4 16 2 8 3 12 1 4

4 Mudah Penerapannya (4)

4 16 3 12 3 12 1 4

5 Mendapat perhatian dari masyarakat (4)

2 8 4 16 1 4 2 8

6 Ketersedian sarana dan prasarana (4)

4 16 4 16 3 12 3 12

Jumlah BS 84 76 64 44

Rangking I II III IV

Keterangan : S = Skor

B = Bobot

43

Page 6: BAB IV ispa

Keterangan skor:

Skor 1 : Pendanaan sangat banyak/ Tidak tersedia SDM/ Sangat lambat

penerapannya/ Sangat sulit pelaksanaannya/ Tidak mendapat

perhatian masyarakat/ Tidak tersedia sarana dan prasarana

Skor 2 : Pendanaan cukup banyak/ Cukup tersedia SDM/ Cukup lambat

penerapannya/ Cukup sulit pelaksanaannya/ Cukup mendapat

perhatian masyarakat/ Cukup tersedia sarana dan prasarana

Skor 3 : Pendanaan sedikit/ Tersedia SDM/ Cepat penerapannya/ Mudah

pelaksanaannya/ Masyarakat memberi perhatian/ Tersedia sarana dan

prasarana

Skor 4 : Pendanaan sangat kecil/ Banyak tersedia SDM/ Sangat cepat

penerapannya/ Sangat mudah pelaksanaannya/ Tersedia sarana dan

prasarana

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode MCUA pada tabel 4.2,

maka didapatkan prioritas pemecahan masalah dengan urutan sebagai berikut:

1. Melakukan pengarahan terhadap petugas kesehatan mengenai pentingnya

peranan dan fungsi promotif ASI dan pemberian makanan tambahan, yang

dapat menjadi pengendalian ISPA.

2. memberikan penyuluhan mengenai pemberian gizi yang baik kepada

masyarakat terutama orangtua/ibu yang memiliki anak balita oleh tenaga

kesehatan.

44

Page 7: BAB IV ispa

3. Pendidikan tenaga kesehatan di Puskesmas Banjarbaru Utara, sehingga

diharapkan tumbuhnya pemahaman dan peningkatan kualitas tatalaksana

ISPA pada balita yang berdasarkan pada MTBS

4. Mengembangkan dan meningkatkan peranan masyarakat dengan

mengikuti pelatihan Pengendalian ISPA bagi tenaga non petugas

kesehatan.

Dari tabel 4.1 diperoleh kesimpulan bahwa prioritas pemecahan masalah

yang sesuai untuk mengatasi permasalahan adalah melakukan pengarahan

terhadap petugas kesehatan mengenai pentingnya peranan dan fungsi promotif

ASI dan pemberian makanan tambahan, yang dapat menjadi pengendalian ISPA

di wilayah Puskesmas Banjarbaru Utara.

Dengan dilakukan pengarahan kepada tanaga kesehatan diharapkan akan

termotivasi untuk melakukan promosi dan memberikan penyuluhan mengenai ASI

eksklusif dan pemberian makanan. Dengan demikian, akan tercapai balita sehat

dengan status gizi yang baik (penurunan balita BGM dan tercapainya ASI

eksklusif), dan secara langsung dapat menurunkan kasus penemuan ISPA pada

balita.

Rencana Kegiatan / Anggaran

Perencanaan kegiatan (Plan of Action) dalam kegiatan pengarahan

terhadap petugas kesehatan akan peranan dan fungsi penyuluhan pentingnya

peranan dan fungsi promotif ASI dan pemberian makanan tambahan, yang dapat

menjadi pengendalian ISPA di wilayah Puskesmas Banjarbaru Utara sebagai

berikut:

45

Page 8: BAB IV ispa

Berdasarkan analisa masalah di bagian Pemberantasan Penyakit Menular

khususnya Program penanggulangan ISPA Puskesmas Banjarbaru Utara dengan

menggunakan metode Bryant didapatkan prioritas masalah, yakni masih terdapat

asupan gizi yang kurang baik pada balita (BGM dan cakupan ASI) yang

merupakan salah satu faktor yang sangat memicu penyakit ISPA pada balita.

Untuk permasalahan ini dapat dilakukan kegiatan dengan cara penyuluhan

kesehatan mengenai ISPA dan pentingnya gizi, ASI eksklusif kepada masyarakat

terutama orangtua/ibu yang memiliki balita. Kegiatan ini akan dilaksanakan di

dalam dan luar gedung. Di dalam gedung dengan pemanfaatan dinding Puskesmas

untuk menempelkan bahan promosi kesehatan ISPA dan Gizi, poli umum dan

anak sebagai wadah penjaringan penyakit ISPA, dan ruangan P2M sebagai

ruangan pengobatan dan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga.

Sedangkan kegiatan di luar gedung Puskesmas melakukan penyuluhan Puskesmas

Keliling (Pusling), Posyandu Balita dan Lansia, dan Puskesmas Pembantu (Pustu)

serta bagian gizi untuk penyuluhan mengenai pentingnya gizi dan ASI eksklusif.

Tetapi pada kenyataan di lapangan, di puskesmas Banjarbaru Utara sudah

dilakukan penyuluhan. Hal ini terjadi karena program tidak dilakukan secara

optimal dan kurangnya motivasi petugas kesehatan akan peranan dan fungsi

penyuluhan tentang gizi dan penyakit ISPA kepada masyarakat sehingga dapat

menyebabkan tingginya kasus ISPA yang terjadi di Puskesmas Banjarbaru Utara.

Berdasarkan permasalahan ini maka diprioritaskanlah pemecahan masalah

dengan melakukan pengarahan terhadap petugas kesehatan mengenai pentingnya

46

Page 9: BAB IV ispa

peranan dan fungsi promotif ASI dan pemberian makanan tambahan, yang dapat

menjadi pengendalian ISPA di wilayah Puskesmas Banjarbaru Utara.

a. Analisis Situasi

1. Keadaan Daerah

Puskesmas Banjarbaru utara terletak atau berada diwilayah Kecamatan

Banjarbaru Utara Kota Banjarbaru dengan jarak ± 2 km dari pusat Pemerintah

Kota Banjarbaru dan dapat ditempuh ± 15 menit dengan kondisi jalan yang baik

dengan luas kerja wilayah 25,23 km2. Jarak terjauh dengan Puskesmas pada

Kelurahan Mentaos dan Kelurahan Loktabat Utara yang terdekat, seluruh wilayah

dapat ditempuh dengen menggunakan kendaraan roda 2 dan roda 4 sepanjang

musim.

Jumlah penduduk diwilayah puskesmas banjarbaru utara adalah 28.353

jiwa yang terbagi atas 2 kelurahan yakni kelurahan Mentaos dan kelurahan

Loktabat utara. Pendidikan penduduk rata-rata tamatan SLTA dengan pekerjaan

sebagai pekerja swasta.

2. Sarana Upaya Kesehatan Yang ada

Sarana yang ada diwilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara adalah 17

sarana Pendidikan, 12 Tempat Ibadah, dan 2 balai Kelurahan. Sedangkan sarana

dan prasarana yang dimiliki Puskesmas adalah 1 puskesmas pembantu (PUSTU),

12 Posyandu, 7 kendaraan dinas dan 1 Puskesmas Keliling.

47

Page 10: BAB IV ispa

3. Masalah Kesehatan

Berdasarkan hasil identifikasi masalah penanggulangan ISPA Puskesmas

banjarbaru utara sebagai berikut:

a. Angka penemuan kasus ISPA masih tergolong tinggi

b. Masih terdapat asupan gizi yang kurang baik pada balita (BGM dan

cakupan ASI) yang merupakan salah satu pemicu penyakit ISPA pada

balita

c. Konseling MTBS jarang dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas

Banjarbaru Utara terhadap orang tua terutama dalam hal penanganan

ISPA pada balita.

d. Kepadatan penduduk di wilayah kerja Banjarbaru Utara yang merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kasusu ISPA

b. Tujuan dan Masalah

1. Tujuan Umum

Tujuan Umum kegiatan ini untuk menurunkan angka kejadian ISPA di

puskesmas Banjarbaru Utara.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus kegiatan ini :

a. Menurunkan kasus penemuan ISPA

b. Meningkatkan kerja sama lintas program dalam penemuan kasus ISPA

48

Page 11: BAB IV ispa

c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya dari penyakit

ISPA dan pemanfaatan Puskesmas dalam pemeriksaan dan pengobatan

ISPA

d. Kebijakan Pelaksanaan dan Pokok-Pokok Kegiatan

1. Kegiatan-kegiatan pokok

Pokok kegiatan meliputi:

a. Tahap persiapan meliputi penyusunan rencana kegiatan dan koordinasi

dengan pemegang program masing-masing dan lintas sektor (kelurahan)

mengenai kegiatan penyuluhan.

b. Tahap pengorganisasian meliputi pembentukan dan pemilihan anggota

organisasi pelaksana kegiatan, persamaan persepsi, dan komitmen

mengenai cara kerja pelaksanaan kegiatan.

c. Tahap pelaksanaan meliputi pengumpulan petugas dan sarana prasarana,

kemudian melakukan kegiatan penyuluhan. Kegiatan penyuluhan terus

berlanjut baik di dalam maupun di luar gedung.

d. Tahap evaluasi dapat dilihat dengan menurunnya kasus ISPA di

Puskesmas banjarbaru Utara.

2. Pengaturan sumber daya (tenaga, dana dan media)

Pengkajian sumber daya dilakukan untuk mendukung pelaksanaan

kegiatan pelatihan:

a. Tenaga pelaksana penyuluhan adalah koordinator program

penanggulangan ISPA dan bagian gizi puskesmas banjarbaru utara

49

Page 12: BAB IV ispa

b. Dana yang diperlukan sesuai dengan anggaran yang dimiliki puskesmas

banjarbaru utara

c. Media dan sarana yang dibutuhkan adalah materi sosialisasi, LCD, laptop,

Pengeras suara, Poster dan pamflet mengenai penyakit ISPA

e. Organisasi dan Penggerakan Pelaksana

Penanggung Jawab : Bahrul Ilmi S.KM.MM

Ketua : dr. Rita Ervina

Sekretaris : drg. Halida

Bendahara : Eka Ari Pratini

Pelaksana koordinator : Marlinda Krispianti, A.M.Kep

Anggota : Masful Halifa

Jessie Aprizada

Alan, A.M.Kep

f. Sumber Daya Yang Dimanfaatkan

Sumber daya yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah petugas gizi dan

petugas penanggulangan ISPA puskesmas Banjarbaru Utara.

g. Perkiraan Faktor-Faktor Penunjangn dan Penghambat Rencana

Pelaksanaan Serta Pemecahan Masalahnya

1. Faktor-faktor penunjang dan penghambat pelaksanaan

Faktor penunjang pelaksanaan kegiatan adalah:

50

Page 13: BAB IV ispa

a. Adanya komitmen dari koordinator penanggulangan ISPA dan gizi

puskesmas untuk melaksanakan kegiatan

b. Kegiatan penyuluhan merupakan program yang seharusnya ada dalam

penanggulangan ISPA tetapi kurang dilakukan dengan baik sehingga

pelaksanaannya tidak membutuhkan program baru.

c. Puskesmas Banjarbaru Utara memiliki petugas gizi yang bisa

berkerjasama dengan program ISPA dengan meningkatkan kualitas

balita sehat karena gizi yang cukup.

d. Puskesmas memiliki fasilitas yang mendukung kegiatan seperti,

Pusling, dan media promosi kesehatan ISPA baik untuk di dalam

maupun di luar ruangan gedung puskesmas

Faktor penghambat pelaksanaan kegiatan ini:

a. Kurang samanya persepsi dan komitmen dari semua program yang

terkait dalam penemuan kasus ISPA secara dini di masyarakat seperti

pelaksanaan Posyandu balita, Pelaksanaan Pusling dan Pustu

b. Koordinasi yang kurang baik antar program di puskesmas banjarbaru

Utara

c. Pengumpulan masyarakat di balai kelurahan harus menyesuaikan

waktu yang disanggupi masyarakat.

2. Cara menjaga atau meningkatkan peranan faktor penunjang

Cara menjaga dan meningkatkan faktor penunjang tersebut dengan

menjalin komunikasi yang baik dan lancar kepada semua pemegang

51

Page 14: BAB IV ispa

program kesehatan yang terkait dengan penanggulangan penyakit ISPA,

dan gizi di Puskesmas Banjarbaru Utara.

3. Cara mengurangi faktor penghambat

Pemecahan masalah yang bisa dilakukan untuk mengurangi faktor

penghambat adalah:

a. Mendapatkan komitmen lisan dan tertulis bagi semua program terkait

ISPA untuk melaksanakan penyuluhan dan penemuan kasus ISPA

pada setiap bidangnya.

b. Menjalin kerjasama yang baik pada setiap pengelola program

puskesmas Banjarbaru Utara.

c. Mendapatkan bantuan dari kelurahan untuk mengumpulkan perwakilan

masyarakat untuk mendapatkan penyuluhan mengenai penyakit ISPA.

h. Pengawasan Pengendalian dan Penilaian

1. Pemantauan

Pemantauan dilakukan untuk mengetahui keberhasilan penyuluhan baik di

dalam maupun di luar gedung terkait dengan kesadaran dan pengetahuan

masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan rumah mereka serta

pemanfaatan puskesmas untuk pemeriksaan dan pengobatan ISPA bagi

masyarakat.

2. Penilaian

Penilaian dilakukan untuk menilai penurunan angka penemuan kasus ISPA

pada akhir tahun.

52