bab iv hasil analisis dan pembahasan 4.1 keadaan...

30
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Geografis Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5°50' - 7°50' LS dan 104°48' -104°48 BT dengan batas-batas wilayah: Sebelah Utara, dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta ; Sebelah Timur, dengan Provinsi Jawa Tengah ; Sebelah Selatan, dengan Samudra Indonesia ; Sebelah Barat, dengan Provinsi Banten. Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan struktur geologi yang kompleks dengan wilayah pegunungan berada di bagian tengah dan selatan serta dataran rendah di wilayah utara. Memiliki kawasan hutan dengan fungsi hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi yang proporsinya mencapai 22,10% dari luas Jawa Barat; curah hujan berkisar antara 2000-4000 mm/th dengan tingkat intensitas hujan tinggi; memiliki 40 Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan debit air permukaan 81 milyar m3/tahun dan air tanah 150 juta m3/th. Secara administratif pemerintahan, wilayah Jawa Barat terbagi kedalam 27 kabupaten/kota, meliputi 18 kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, 135

Upload: docong

Post on 15-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Geografis

Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5°50' - 7°50' LS dan

104°48' -104°48 BT dengan batas-batas wilayah:

Sebelah Utara, dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta ;

Sebelah Timur, dengan Provinsi Jawa Tengah ;

Sebelah Selatan, dengan Samudra Indonesia ;

Sebelah Barat, dengan Provinsi Banten.

Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan struktur geologi

yang kompleks dengan wilayah pegunungan berada di bagian tengah dan selatan

serta dataran rendah di wilayah utara. Memiliki kawasan hutan dengan fungsi

hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi yang proporsinya mencapai

22,10% dari luas Jawa Barat; curah hujan berkisar antara 2000-4000 mm/th

dengan tingkat intensitas hujan tinggi; memiliki 40 Daerah Aliran Sungai (DAS)

dengan debit air permukaan 81 milyar m3/tahun dan air tanah 150 juta m3/th.

Secara administratif pemerintahan, wilayah Jawa Barat terbagi kedalam

27 kabupaten/kota, meliputi 18 kabupaten yaitu Kabupaten Bogor,

Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut,

135

Page 2: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten

Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang,

Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten

Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung Barat dan 9 kota yaitu Kota

Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok,

Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar serta terdiri dari 626 kecamatan,

641 kelurahan, dan 5.321 desa.

4.2 Analisis Deskriptif

4.1.1 Kredit BPR (X1)

Dalam banyak kasus usaha kecil memiliki orientasi yang bisa berbeda

dibanding usaha besar. Mohammad Yunus (Microcredit Summit, 2011) bahkan

menengarai bahwa kebanyakan usaha kecil lebih merupakan social business yang

tujuannya bukan memaksimumkan profit, tetapi lebih mengutamakan pada

mempekerjakan tenaga kerja yang lebih banyak, memberikan pelayanan yang

lebih pada kelompok miskin, dan beberapa tujuan lain yang sifatnya lebih sosial.

Dalam hal industri perbankan, perilaku kredit mikro juga memiliki karakter yang

berbeda dibanding kredit pada umumnya. Dalam penelitian , Karim dan Osada

(1998). Berupaya mencari factor-faktor yang menjadi pendorong (emerging factor)

keberhasilan program-program penanggulangan kemiskinan yang berbasis kepada

pemberian kredit berskala mikro.

Kredit merupakan Penyediaan dana atau tagihan yang dapat di persamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara

136

Page 3: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

Tabel 4.1

Tabel Kredit BPR (X1) Di Jawa Barat 2010 –2016

Perkembangan Kredit/Pembiayaan BPR Konvensional

No Kabupaten/Kota Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Jawa Barat per Dati II (Jutaan Rupiah)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Bogor 217.17 238.964 299.017 333.316 338.71 642.241 723.474

2 Sukabumi 367.774 431.294 497.414 551.947 561.769 410.335 411.299

3 Cianjur 100.405 91.329 99.357 120.192 122.654 358.891 328.621

4 Bandung 403.813 403.958 434.919 462.339 457.816 905.743 737.908

5 Garut 88.173 115.395 180.536 217.14 219.914 475.91 433.992

6 Tasikmalaya 228.102 214.688 159.969 182.915 186.55 401.296 459.402

7 Ciamis 29.83 35.413 46.922 53.209 52.919 115.941 141.651

8 Kuningan 45.685 51.842 64.659 76.182 74.159 134.908 153.224

9 Cirebon 228.153 262.239 288.304 315.314 315.936 587.346 586.563

10 Majalengka 98.825 128.661 141.494 172.713 174.328 307.338 275.704

11 Sumedang 90.658 110.438 102.495 116.951 114.558 238.901 254.122

12 Indramayu 196.937 222.891 260.646 288.712 285.58 484.671 525.741

13 Subang 311.55 358.148 488.733 589.673 585.833 681.025 758.842

14 Purwakarta 46.238 50.78 49.746 53.015 51.723 215.194 187.027

15 Karawang 58.509 80.986 99.674 107.654 108.975 209.337 236.203

16 Bekasi 282.446 351.959 448.63 501.12 514.968 730.166 826.48

17 Bandung Barat 55.578 84.564 92.121 120.447 126.096 153.254 125.681

18 Pangandaran 0 0 0 0 0 0 0

19 Kota Bogor 100.511 133.108 170.154 170.692 175.943 320.885 330.861

20 Kota Sukabumi 31.104 36.684 36.259 36.331 36.326 187.425 137.707

21 Kota Bandung 1.947.474 2.442.042 2.521.705 2.804.501 2.935.615 1.799.995 1.593.974

22 Kota Cirebon 225.301 292.049 264.731 259.279 261.724 293.427 301.156

23 Kota Bekasi 318.803 385.307 467.044 523.522 512.884 551.231 554.226

24 Kota Depok 261.315 265.174 332.706 401.828 412.593 421.436 440.201

25 Kota Cimahi 86.197 99.958 95.25 106.416 111.478 95.22 82.386

26 Kota

Tasikmalaya 47.734 111.652 222.168 260.416 258.412 247.571 173.282

27 Kota Banjar 0 0 0 0 0 13 16.103

TOTAL 5.868.297 6.999.535 7.864.665 8.825.836 8.997.474 10.982.391 10.793.830

Sumber data Bank Indonesia(BI)(www.BI.go.id)

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga atau pembagian hasil

(Kasmir,2008). Tabel 4.1 Kredit BPR di Jawa Barat periode 2010 - 2016.

137

Page 4: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

Hasil tabel 4.1 menunjukkan nilai Kredit BPR di Jawa Barat pada periode

2010 – 2016 mengalami peningkatan dengan rentang paling rendah sebesar

5.868.297 pada tahun 2010 dan rentang paling tinggi sebesar 10.982.391 pada

tahun 2015.

4.1.2 Produk Domestik Regional Bruto (X2)

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi

utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan

peningkatan kesejahteraan. Pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi dengan

penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam

pembagian dari penambahan pendapatan (cateris paribus), yang selanjutnya akan

menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kemiskinan

Tambunan (2003).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)Jumlah nilai tambah bruto (Gross

Value Added ) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah

atau propinsi. (Sadono Sukirno,2008). Tabel 4.2 Produk Domestik Regional Bruto

di Jawa Barat periode 2010 – 2016.

138

Page 5: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

Tabel 4.2

Tabel Produk Domestik Regional Bruto (X2) Di Jawa Barat Periode

2010-2016

PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran (Juta Rupiah , 2010-2016)

No Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Bogor 92.931 104.476 120.328 135.882 151.285 168.103 184.17

2 Sukabumi 28.6 31.349 339.451 38.47 42.506 46.938 51.132

3 Cianjur 19.696 28.108 23.782 26.513 32.579 35.752 38.882

4 Bandung 48.431 53.849 131.989 151.794 172.697 195.844 217.041

5 Garut 25.465 28.108 30.364 33.687 37.084 40.683 44.449

6 Tasikmalaya 15.853 17.558 19.03 21.272 23.238 25.675 28.018

7 Ciamis 4.978 5.466 5.984 6.686 7.276 8.001 8.639

8 Kuningan 9.819 10.867 11.951 13.459 14.998 16.992 18.573

9 Cirebon 21.496 23.823 26.297 29.41 32.579 35.752 38.882

10 Majalengka 12.883 14.135 15.691 17.543 19.193 21.25 23.129

11 Sumedang 14.686 16.392 18.148 20.26 22.345 24.834 27.012

12 Indramayu 47.859 54.157 59.376 63.321 67.625 65.391 66.467

13 Subang 19.817 22.364 23.526 24.732 26.815 29.307 31.487

14 Purwakarta 0 0 0 0 0 0 0

15 Karawang 0 0 0 0 0 0 0

16 Bekasi 154.347 172.406 188.175 206.069 227.59 246.062 262.055

17 Bandung Barat 19.322 21.337 24.144 27.382 30.679 34.009 37.084

18 Pangandaran 0 0 0 0 0 0 0

19 Kota Bogor 18.775 20.766 23.254 26.082 29.147 32.364 35.4

20 Kota Sukabumi 5.321 5.923 6.51 7.309 8.14 8.968 9.713

21 Kota Bandung 102.154 115.203 131.989 151.794 172.697 195.844 217.041

22 Kota Cirebon 10.093 11.178 12.284 13.611 15.037 16.709 18.138

23 Kota Bekasi 41.283 46.139 51.699 57.715 64.109 70.786 76.813

24 Kota Depok 26.601 29.594 33.283 38.627 43.806 48.572 53.388

25 Kota Cimahi 13.571 14.93 16.5 18.385 20.568 22.646 24.547

26 Kota Tasikmalaya 9.291 10.116 11.081 12.293 13.623 15.237 16.747

27 Kota Banjar 0 0 0 0 0 0 0

TOTAL 906.685 1.021.628 1.128.245 1.258.989 1.385.825 1.524.832 1.652.589

Sumber data Badan pusat statistik (BPS) Jawa Barat (www.bps.go.id)

139

Page 6: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

Hasil tabel 4.2 menunjukkan Produk Domestik Regional Bruto di Jawa

Barat periode 2010 – 2016. Pada periode 2010 – 2016 Produk Domestik Regional

Bruto di Jawa Barat mengalami peningkatan dengan rentang paling rendah

sebesar 906.685 juta pada tahun 2010 dan rentang paling tinggi sebesar 1.652.589

pada tahun 2016.

4.1.3 Tingkat Pengangguran (X3)

Pengangguran adalah meliputi penduduk yang sedang mencari pekerjaan,

atau sedang mempersiapkan suatu usaha, atau merasa tidak mungkin mendapatkan

pekerjaan, atau sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Tingkat

Pengangguran Terbukan (TPT) adalah angka yang menunjukkan banyaknya

pengangguran terhadap 100 penduduk yang masuk kategori angkatan kerja (BPS,

2008). Tingkat pengangguran sangat erat hubungannya dengan laju pertumbuhan

penduduk. Dengan laju pertumbuhan yang tinggi akan meningkatkan jumlah

angkatan kerja (penduduk usia kerja) yang kemudian besarnya angkatan kerja ini

dapat menekan ketersediaan lapangan kerja di pasar kerja.

Sedangkan angkatan kerja sendiri terdiri dari dua komponen yaitu orang

yang menganggur dan orang yang bekerja. Apabila mereka tidak bekerja

konsekuensinya adalah mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan dengan baik,

kondisi seperti ini membawa dampak bagi terciptanya dan membengkaknya

jumlah kemiskinan yang ada .Tabel 4.3 tingkat pengangguran terbuka di Provinsi

Jawa Barat 2010-2016 :

140

Page 7: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

Tabel 4.3

Tingkat Pengangguran Terbuka (X3) Di Jawa Barat

periode 2010-2016

Tingkat Pengangguran Terbuka di Jawa Barat (Kabupaten dan Kota) 2010-2016

No Kabupaten/Kota

Tingakt Pengangguran menurut Kabupaten/ Kota di Jawa Barat ( Kapita/bulan)

Periode 2010-2016

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Bogor 4.771.932 4.922.502 4.989.939 5.111.769 5.331.149 5.459.668 6.112.301

2 Sukabumi 2.341.409 2.383.450 2.408.338 2.408.417 2.422.113 2.434.221 2.500.112

3 Cianjur 2.171.281 2.210.267 2.231.107 2.250.305 2.235.418 2.243.904 2.245.210

4 Bandung 3.174.499 3.235.615 3.351.048 3.405.475 3.470.393 3.534.114 3.701.006

5 Garut 2.407.086 2.445.911 2.485.732 2.525.483 2.526.186 2.548.723 2.550.100

6 Tasikmalaya 1.675.544 1.692.432 1.716.178 1.738.011 1.728.587 1.735.998 1.745.999

7 Ciamis 1.720.280 17.740.320 1.781.660 1.372.846 1.162.102 1.168.682 1.201.000

8 Kuningan 1.122.376 1.054.183 1.133.164 1.138.399 1.049.084 1.055.417 1.056.600

9 Cirebon 2.065.142 2.104.313 2.263.978 2.293.075 2.109.588 2.126.179 2.301.121

10 Majalengka 1.166.733 1.171.864 1.176.117 1.180.774 1.176.313 1.182.109 1.211.118

11 Sumedang 1.165.804 1.198.837 1.282.988 1.307.648 1.131.516 1.137.273 1.138.287

12 Indramayu 1.663.516 1.693.610 1.683.460 1.690.977 1.682.022 1.691.386 1.701.401

13 Subang 1.477.483 1.492.144 1.501.647 1.509.606 1.513.093 1.529.388 1.523.386

14 Purwakarta 851.566 867.828 884.916 898.3 910.007 921.598 931.67

15 Karawang 2.127.791 2.168.710 2.207.181 2.225.383 2.250.120 2.273.579 2.280.654

16 Bekasi 3.002.112 3.122.698 3.246.013 3.260.230

17 Bandung Barat 1.510.284 1.551.422 1.582.326 1.614.495 1.609.512 1.629.423 1.632.532

18 Pangandaran

19 Kota Bogor 1.013.018 1.030.720 1.047.922 1.051.997

20 Kota Sukabumi 299.913 304.044 308.508 311.822 315.001 318.117 320.211

21 Kota Bandung 2.394.873 2.424.957 2.455.517 2.483.977 2.470.802 2.481.469 2.490.500

22 Kota Cirebon 295.764 301.711 310.72 304.313 304.584 307.494 309.512

23 Kota Bekasi 2.714.825 2.888.351

24 Kota Depok 1.736.565 1.769.787 1.898.567 1.962.182 2.033.508 2.106.102 2.112.201

25 Kota Cimahi 541.177 553.267 562.297 570.991 579.015 586.58 595.702

26 Kota

Tasikmalaya 634.424 646.874 649.885 661.676 654.794 657.477 661.012

27 Kota Banjar 185.043 197.338 203.512 187.183 180.515 181.425 187.103

TOTAL 43.413.973 60.199.040 45.509.147 46.183.642 46.029.668 46.709.569 46.882.671

Sumber data Badan pusat statistik (BPS) Jawa Barat (www.bps.go.id)

141

Page 8: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

Hasil tabel 4.3 menunjukan tingkat pengangguran di Jawa Barat periode

2010-2016 mengalami fluktuasi, tingkat pengangguran tertinggi berada di tahun

2011 sebesar 60.199.040 dkemudian mengalami penurunan sebesar 45.509.147

di tahun 2012. Setelah tahun 2012 kemudian mengalami peningkatan sampai

akhir tahun 2016.

4.1.4 Kemiskinan (Y)

Kemiskinan sebagai kekurangan dalam kesejahteraan, dan terdiri dari

banyak dimensi. Ini termasuk berpenghasilan rendah dan ketidakmampuan untuk

mendaptkan barang dasar dan layanan yang diperlukan untuk bertahan hidup

dengan martabat (World Bank, 2010).

Perkembangan tingkat kemiskinan di jawa barat terus meningkat. Kenaikan

yang terjadi selama kurun waktu 2010 sampai 2016 disebabkan antara lain

lemahnya kondisi perekonomian Indonesia yang dipengaruhi oleh kelesuan

perekonomianglobal. Hal ini terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Secara

umum, persentase penduduk miskin di daerah perdesaan lebih besar daripada

perkotaan. Salah satu penyebabnya bisa dimungkinkan karena akses dan

infrastruktur yang kurang memadai di daerah perdesaan. Selain itu, kualitas

sumber daya manusia di perdesaan masih lebih rendah dibandingkan perkotaan.

Tabel 4.4 Kemiskinan di Jawa Barat Tahun 2010-2016.

142

Page 9: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

Tabel 4.4

Tabel Kemiskinan (Y) di Jawa Barat Periode 2010 – 2016

Garis kemiskinan menurut Kabupaten/ Kota di Jawa Barat ( Kapita/bulan),2012-2016

No Kabupaten/

Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Bogor 214.338 235.682 252.542 271.97 280.312 290.874 317.43

2 Sukabumi 184.127 214.191 227.741 240.188 247.8 260.068 270.055

3 Cianjur 202.438 235.202 250.032 264.58 273.506 287.939 304.255

4 Bandung 217.452 228.092 241.947 256.733 264.129 275.562 297.483

5 Garut 180.406 202.35 213.707 226.308 234.661 241.068 256.77

6 Tasikmalaya 186.126 209.238 222.594 237.114 246.796 255.54 274.47

7 Ciamis 208.96 233.528 251.624 270.515 283.227 296.647 319.15

8 Kuningan 200.171 230.251 245.476 261.858 271.015 276.154 289.901

9 Cirebon 230.346 262.374 281.027 300.99 312.194 327.032 333.758

10 Majalengka 263.377 300.741 326.962 353.727 368.9 379.354 393.071

11 Sumedang 230.637 239.009 249.315 260.16 265.495 281.649 295.009

12 Indramayu 264.576 301.788 325.787 350.455 364.36 379.088 397.196

13 Subang 234.803 243.311 257.543 272.854 280.501 295.174 303.583

14 Purwakarta 226.118 236.314 251.132 271.27 281.524 296.477 312.499

15 Karawang 266.597 288.001 310.751 335.273 344.477 363.105 386.282

16 Bekasi 271.901 300.013 328.244 361.51 374.255 394.513 416.058

17 Bandung Barat 216.388 227.988 241.892 256.789 264.244 275.327 294.823

18 Pangandaran 0 0 0 0 0 303.646 327.399

19 Kota Bogor 278.53 305.87 331.955 360.518 372.886 392.405 416.779

20 Kota Sukabumi 284.339 334.735 370.633 411.523 395.131 421.908 441.948

21 Kota Bandung 279.784 292.104 314.721 340.355 353.423 376.311 400.541

22 Kota Cirebon 251.375 284.543 307.812 334.439 349.599 358.654 373.866

23 Kota Bekasi 332.849 365.721 403.033 449.026 466.851 497.343 521.813

24 Kota Depok 310.279 358.259 397.687 443.302 462.069 496.747 522.934

25 Kota Cimahi 280.155 293.143 318.871 347.234 361.794 386.513 411.665

26 Kota

Tasikmalaya 263.177 293.985 317.037 337.841 351.718 367.673 397.215

27 Kota Banjar 193.305 219.541 234.687 250.311 260.742 271.017 289.369

RATA-RATA 201.138 226.097 242.104 276.825 291.474 306.876 324.992

Sumber data Badan pusat statistik (BPS) Jawa Barat (www.bps.go.id)

143

Page 10: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

Hasil tabel 4.4 menunjukkan Kemiskinan 27 Kabupaten Kota di Jawa Barat

periode 2010 – 2016. Pada periode 2010 – 2016 jumlah kemiskinan di Jawa Barat

mengalami peningkatan dengan rentang paling rendah sebesar 201.138 pada tahun

2010 dan rentang paling tinggi sebesar 324.992 pada tahun 2016.

Analisis selanjutnya adalah menggunakan analisis regresi data panel untuk

menghitung pengaruh kredit BPR,PDRB, Pengangguran terhadap Kemiskinan di

Jawa Barat Tahun 2010-2016. Namun dalam hal ini ada Tujuh Kab/kota yang

tidak diikutsertakan dalam penelitian ini yaitu Purwakarta, Karawang,

Pangandaran, Bekasi, Kota Bogor, Kota bekasi, dan Banjaran. Hal ini dikarenakan

data tidak lengkap sehingga dikhawatirkan akan mengganggu estimasi hasil

regresi.

4.2 Analisis Regresi Data Panel

Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi data panel (gabungan

data cross section dan time series) dengan menggunakan Software Eviews 8.0.

Dalam regresi data panel, terdapat tiga model regresi yang dapat digunakan, yaitu

model common effect, model fixed effect, dan model random effect. Dalam

menentukan model regresi, dilakukan tiga uji dalam menentukan model yang

cocok digunakan dalam penelitian ini, yaitu uji chow, uji lagrange dan uji

hausman. Namun sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.

144

Page 11: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

4.2.3 Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data berasal dari distribusi

yang normal atau tidak. Dengan kata lain apakah terdapat data yang sangat jauh

atau menyimpang dari rata-rata nya atau tidak. Uji normalitas pada data panel

dengan software eviews digunakan uji jarque bera hasilnya adalah sebagai berikut.

Tabel 4.5

Uji Normalitas Jarque-Bera

0

5

10

15

20

25

30

35

40

-0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6

Series: ResidualsSample 1 119Observations 119

Mean -4.68e-15Median -0.031947Maximum 0.685553Minimum -0.375938Std. Dev. 0.141728Skewness 2.445243Kurtosis 12.24972

Jarque-Bera 542.8097Probability 0.000000

Berdasarkan hasil output di atas, bahwa nilai probability sebesar 0,244.

Karena nilai probability (0,00) > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model

regresi berdistribusi normal.

145

Page 12: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara

residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Uji

autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji statistik Durbin Watson, yaitu

dengan membandingkan angka Durbin-Watson hitung (DW) dengan nilai

kritisnya (dL dan dU).

Kriteria pengambilan kesimpulan :

• Jika DW < dL atau DW > 4 – dL, maka terdapat autokorelasi.

• Jika dU < DW < 4 – dU, maka tidak terdapat autokorelasi.

• Jika dL ≤ DW ≤ dU atau 4 – dU ≤ DW ≤ 4 – dL, uji Durbin Watson tidak

menghasilkan kesimpulan yang pasti (inconclusive).

Dengan ukuran sample n = 119, = 0,05 dan banyaknya variabel

independen k = 3, didapat nilai kritis dL = 1,613 dan dU =1,736

Hasil pengujian autokorelasi disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.6

Hasil Uji Autokorelasi

Durbin-Watson stat 1.906651

146

Page 13: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,906.

Karena nilai DW berada di antara dU (1,736) < DW (1,906) < 4 – dL (1,613),

maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap maka disebut homoskedastisitas.. Dengan bantuan software Eviews

diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.7

Uji Heteroskedastisitas

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.266171 0.218598 -1.217626 0.2259

Kredit BPR 0.033293 0.017866 1.863534 0.0649

PDRB -0.000277 0.018910 -0.014672 0.9883

Pengangguran -0.003864 0.012726 -0.303608 0.7620

Berdasarkan tabel output di atas, bahwa nilai prob. untuk masing-maisng

variabel bebas terhadap nilai residual berada diatas 0,05 Karena nilai prob. > 0,05,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pelanggaran asumsi

heteroskedastisitas.

147

Page 14: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

d. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan sesuatu dimana beberapa atau semua variabel

bebas berkorelasi tinggi. Dengan bantuan software Eviews diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.8

Uji Multikolinearitas

Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF

C 0.077477 447.3272 NA

Kredit BPR 0.000518 448.2397 1.733261

PDRB 0.000580 347.3184 1.732568

Pengangguran 0.000263 299.2780 1.071472

Dari output di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat masalah

multikolinieritas karena nilai VIF untuk variable Kredit BPR, Produk Domestik

Regional Bruto , dan Pengangguran berada di bawah 10.

Seluruh uji asumsi klasik yang dibuat memenuhi kriteria lolos dalam uji

asumsi klasik, sehingga analisis regresi dapat dilanjutkan.

148

Page 15: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

4.2.2 Uji Chow

Chow test atau biasa disebut dengan uji F statistics merupakan pengujian

statistik yang bertujuan untuk memilih apakah lebih baik menggunakan model

Pooled Least Square atau Fixed Effect. Dalam pengujian ini dilakukan dengan

hipotesis berikut :

H0 : model pooled least square

H1 : model fixed effect

Jika nilai probabilitas kurang dari 0,05 maka estimasi regresi menggunakan

model fixed effect dan jika nilai probabilitas lebih dari 0,05 maka estimasi regresi

menggunakan model common effect. Dengan bantuan software Eviews 8.0

diperoleh hasil. Hasil pengujian uji chow disajikan pada tabel berikut

Tabel 4.9

Hasil Uji Chow

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 17.123772 (16,99) 0.0000

Cross-section Chi-square 157.842301 16 0.0000

Berdasarkan tabel output di atas, tampak bahwa nilai prob. chi-square untuk

hasil estimasi uji Chow adalah sebesar 0,0000. Karena nilai prob. chi-square <

0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan adalah model fixed

effect. Karena hasil pengujian menunjukkan model yang dipilih adalah fixed effect,

149

Page 16: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

maka dilanjutkan dengan uji hausman untuk menguji apakah model yang akan

digunakan menggunakan estimasi fixed effect atau random effect.

4.2.2 Uji Hausman

Uji hausman digunakan untuk menentukan apakah model regresi

menggunakan pendekatan Random Effect atau Fixed Effect. Dengan bantuan

software Eviews 8.0 diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.10

Hasil Uji Hausman

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 15.666939 3 0.0013

Berdasarkan tabel output di atas, terlihat bahwa nilai prob. chi-square untuk

hasil estimasi uji hausman adalah sebesar 0,0013. Karena nilai prob. chi-square <

0,05, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan menggunakan fixed effect.

Dengan demikian, maka estimasi regresi yang digunakan adalah estimasi fixed

effect.

4.3 Pengaruh Tingkat Kredit BPR (X1), Tingkat Produk Domestik

Regional Bruto (X2), dan Tingkat Pengangguran Terbuka (X3)

Terhadap Penurunan Tingkat Kemiskinan (Y)

150

Page 17: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

Untuk melihat pengaruh tingkat Kredit BPR (X1) , tingkat Produk Domestik

Regional Bruto (X2), dan tingkat pengangguran terbuka (X3) terhadap penurunan

tingkat Kemiskinan (Y), maka digunakan analisis regresi data panel estimasi fixed

effect dengan persamaan sebagai berikut :

Keterangan:

Y = Kemiskinan

α = Konstanta

b1 hingga b2 = Koefisien regresi dari setiap variabel independen

X1 = Kredit BPR

X2 = Produk Domestik Regional Bruto

X3 = Pengangguran

ε = Error term

Hasil pengolahan software Eviews 8.0 untuk analisis regresi berganda

disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.10

Analisis Regresi Data Panel

Variabel Expetasi Coeficient Hasil Prob Sign

Kredit BPR - (Negatif) (-) 0.144 0.0000 Signifikan

PDRB - (Negatif) (-) 0.024 0.1016 Tidak

Signifikan

Pengangguran + (Positif) (+) 0.137 0.0000 Signifikan

Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε

151

Page 18: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

Berdasarkan tabel 4.10, dapat dirumuskan persamaan model regresi data

panel yang menjelaskan pengaruh tingkat Kredit BPR, tingkat Produk Domestik

Regional Bruto, dan tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Penurunan Tingkat

Kemiskinan di Jawa Barat Periode 2010-2016 , yaitu:

Y = 12.711 - 0.144X1 - 0.024 X2 + 0.137 X3

Nilai koefisien regresi pada variabel-variabel bebasnya menggambarkan

apabila diperkirakan variabel bebasnya naik sebesar satu satuan dan nilai variabel

bebas lainnya diperkirakan konstan atau sama dengan nol, maka nilai variabel

terikat diperkirakan bisa naik atau bisa turun sesuai dengan tanda koefisien regresi

variabel bebasnya.

1. Dari persamaan regresi data panel diatas diperoleh nilai konstanta

sebesar 12.711. Artinya, jika variabel Kemiskinan (Y) tidak

dipengaruhi oleh ketiga variabel bebasnya Kredit BPR (X1) , Produk

Domestik Regional Bruto (X2), Pengangguran (X3) (bernilai nol),

maka besarnya rata-rata persentase Kemiskinan (Y) akan bernilai

12.711.

2. koefisien regresi variabel bebas menunjukkan arah hubungan dari

variabel yang bersangkutan dengan Kemiskinan (Y). Koefisien regresi

untuk variabel bebas X1 bernilai negatif, menunjukkan adanya

hubungan tidak searah antara Kredit BPR (X1) dengan Kemiskinan

(Y). Koefisien regresi variabel X1 sebesar -0,144 mengandung arti

152

Page 19: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

untuk setiap peningkatan Kredit BPR (X1) sebesar satu satuan akan

menyebabkan penurunan Kemiskinan (Y) sebesar 0,144.

3. Koefisien regresi variabel bebas menunjukkan arah hubungan dari

variabel yang bersangkutan dengan Kemiskinan (Y). Koefisien regresi

untuk variabel bebas X2 bernilai negatif, menunjukkan adanya

hubungan yang tidak searah antara Produk Domestik Regional Bruto

(X2) dengan Kemiskinan (Y). Koefisien regresi variabel X2 sebesar

-0,024 mengandung arti untuk setiap peningkatan Produk Domestik

Regional Bruto (X2) sebesar satu satuan akan menyebabkan

meningkatkan Kemiskinan (Y) sebesar 0,024.

4. Koefisien regresi variabel bebas menunjukkan arah hubungan dari

variabel yang bersangkutan dengan Kemiskinan (Y). Koefisien regresi

untuk variabel bebas X3 bernilai positif, menunjukkan adanya

hubungan yang searah antara Pengangguran (X3) dengan Kemiskinan

(Y). Koefisien regresi variabel X3 sebesar 0,137 mengandung arti

untuk setiap peningkatan Pengangguran (X3) sebesar satu satuan akan

menyebabkan meningkatkan Kemiskinan (Y) sebesar 0,137.

4.3.1 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya suatu pengaruh dari variabel-

variabel bebas secara bersama-sama atas suatu variabel tidak bebas digunakan uji

F atau pengujian secara simultan. Dengan kata lain, akankah kedua variabel

153

Page 20: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

bebas secara bersama-sama mampu mempengaruhi variabel terikat dengan

signifikan.

H0 : Kredit BPR (X1), Produk Domestik Regional Bruto (X2), dan

Pengangguran (X3) secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan

terhadap Kemiskinan (Y).

H1 : Kredit BPR (X1), Produk Domestik Regional Bruto (X2), dan

Pengangguran (X3) secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap Kemiskinan (Y).

α = 5% (tingkat kepercayaan 95%)

Hasil uji F berdasarkan pengolahan Eviews 8.0 disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.11

Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

F- Statistic 43.22851

Prob (F-Statistic) 0.000000

Dari tabel diatas, diperoleh nilai Prob. F hitung sebesar 0,000. Karena nilai

Prob. F hitung (0,000) < 0,05, maka H0 ditolak. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan dari

variabel Kredit BPR (X1), Produk Domestik Regional Bruto (X2), dan

Pengangguran (X3) terhadap Kemiskinan (Y).

154

Page 21: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

4.3.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya suatu pengaruh dari variabel-

variabel bebas secara parsial atas suatu variabel tidak bebas digunakan uji t.

Dalam hal ini variabel bebas terdiri dari tiga variabel yaitu Kredit BPR , Produk

Domestik Regional Bruto, dan Pengangguran.

Hipotesis :

H0 : b1= 0 Kredit BPR (X1) tidak berpengaruh terhadap Kemiskinan

(Y).

H1 : b1≠ 0 Kredit BPR (X1) berpengaruh terhadap Kemiskinan (Y).

H0 : b2= 0 Produk Domestik Regional Bruto (X2) tidak berpengaruh

terhadap Kemiskinan (Y).

H1 : b2 ≠ 0 Produk Domestik Regional Bruto (X2) berpengaruh

terhadap Kemiskinan (Y).

H0 : b2= 0 Pengangguran (X3) tidak berpengaruh terhadap Kemiskinan

(Y).

H1 : b2 ≠ 0 Pengangguran (X3) berpengaruh terhadap Kemiskinan (Y).

α = 5%

155

Page 22: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

Statistik Uji :

tstat = ( )

b

Se b , derajat bebas = n-k-1

Keterangan :

b : Koefisien beta regresi

Se (b) : Standar error regresi

Kriteria Uji : 1. Terima H0 jika –t tabel ≤ t stat≤ t tabel

2. Tolak H0 jika -t stat < -t tabel atau t stat > t tabel

Dengan sampel pengujian 119 data, maka diperoleh t tabel sebesar 1,981

Hasil uji t berdasarkan pengolahan Eviews 8.0 disajikan pada tabel berikut :

156

Page 23: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

Tabel 4.15

Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Variabel Expetasi

Coeficient

Hasil t-Statistic Prob Sign

Kredit BPR - (Negatif) (-) 0.144 (-) 7.940 0.0000 Signifikan

PDRB - (Negatif) (-) 0.024 (-) 1.653 0.1016 Tidak

signifikan

Pengangguran + (Positif) (+) 0.137 8.955 0.0000 Signifikan

Uji parsial dilakukan untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen

terhadap variabel dependen. uji hipotesis terhadap masing-masing koefisien

regresi merupakan langkah penting dalam analisis ekonometrika. Uji t memiliki

tahapan, yaitu menyusun hipotesis statistik, menentukan derajat kesalahan (α),

menemukan nilai t tabel, dan menentukan keputusan uji hipotesis. Dalam

penelitian ini, variabel independen yang digunakan adalah Kredit BPR (X1),

Produk Domestik Regional Bruto (X2), dan Pengangguran (X3) Variabel dependen

atau terikat yang digunakan adalah Kemiskinan (Y).

a. Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil bahwa secara parsial, Kredit BPR

(X1) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kemiskinan (Y). Hal ini

dapat di lihat dari nilai t-staistic -7.940, nilai ini lebih besar dari nilai t

tabel -1,981 dengan arah hubungan yang negatif. Inipun sejalan dengan

nilai probabilitas yang berada dibawah nilai error yang dapat ditoleransi

yaitu 5% (0,0000 < 0,05) tingkat kepercayaan 95%, Artinya semakin

157

Page 24: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

tinggi Kredit BPR yang di berikan maka akan menurunkan tingkat

Kemiskinan dengan pengaruh yang signifikan.

b. Produk Domestik Regional Bruto tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap Kemiskinan. Hal ini dapat di lihat dari nilai t-statistic -1.653,

nilai ini lebih kecil dari nilai t tabel -1,981 dengan arah hubungan yang

negatif. Inipun sejalan dengan nilai probabilitas yang berada diatas nilai

error yang dapat ditoleransi yaitu 5% (0,1016 > 0,05) tingkat kepercayaan

95%, Artinya semakin tinggi Produk Domestik Regional Bruto di suatu

daerah maka akan menurunkan tingkat Kemiskinan dengan pengaruh yang

tidak signifikan.

c. Tingkat Pengangguran Terbuka memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap Kemiskinan. Hal ini dapat di lihat dari nilai t-statistic 8.955, nilai

ini lebih besar dari nilai t tabel -1,981 dengan arah hubungan yang positif.

Inipun sejalan dengan nilai probabilitas yang berada diatas nilai error yang

dapat ditoleransi yaitu 5% (0,0000 > 0,05) tingkat kepercayaan 95%,

Artinya semakin tinggi Tingkat Pengangguran di suatu daerah maka akan

meningkatkan Kemiskinan dengan pengaruh yang signifikan.

4.3.3 Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kredit BPR, Produk Domestik

Regional Bruto, dan Pengangguran secara bersama-sama terhadap Kemiskinan,

digunakan koefisien determinasi. Jika uji simultan digunakan unutk menguji

hipotesis secara keseluruhan, maka koefisien determinasi digunakan untuk

menghitung besaran pengaruh dari kedua variabel bebasnya, yaitu variabel Kredit

158

Page 25: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

BPR, Produk Domestik Regional Bruto, dan Pengangguran. Besaran pengaruh ini

berkisar dari interval 0 hingga 1 atau 0% hingga 100%. Tabel 4.16 di bawah ini

memperlihatkan hasil perhitungan koefisien determinasi dari 20 data panel yang

digunakan.

Tabel 4.16

Analisis Koefisien Determinasi

R-squared 0.892431

Adjusted R-squared 0.871787

Berdasarkan hasil output Eviews 8.0 di atas, diperoleh nilai R-squared

sebesar 0,893. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi Kredit BPR (X1), Produk

Domestik Regional Bruto (X2), dan Pengangguran (X3) terhadap Kemiskinan (Y)

adalah sebesar 89,3% sedangkan sisanya sebesar 10,7% merupakan kontribusi

variabel lain selain variabel bebas yang diteliti.

4.4 Pembahasan Hasil Analisis

4.4.1 Pengaruh Peningkatan Kredit BPR terhadap Penurunan Tingkat

Kemiskinan

Dari hasil regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini,menunjukan bahwa

Variabel Kredit BPR menunjukan tanda negatif dan berpengaruh secara signifikan

terhadap kemiskinan di provinsi Jawa Barat. Untuk variabel Kredit BPR (X1)

diperoleh nilai t hitung sebesar -7.940. Karena t hitung (-7.940) > t tabel (-1,981),

maka H0 diolak. Hasil tersebut sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu yang

159

Page 26: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

menjadi landasan teori dalam penelitian ini. Kredit yang diberikan oleh BPR telah

menyentuh masyarakat yang marginal( poor people). Kredit yang diberikan telah

tepat sasaran, dilihat dari peruntukannnya kredit yang di salurkan masyarakat

menengah kebawah dan mikro digunakan untuk tujuan produktif yang tentunya

akan meningkatkan pendapatan, sehingga akan meningkatkan kesejahteraaan

masyarakat. Ini semua tidak lepas dari peran BPR yang sangat hati-hati dalam

memberikan kredit kepada calon debitur. Pendekatan yang dipakai oleh BPR

dalam rangka mengetaskan kemiskinan tentunya akan berbeda-beda sesuai dengan

tingkatan yang dimiliki, sehingga sasaran yang dicapai tepat sasaran. Pendekatan

bagi kelompok masyarakat yang sangat miskin (the extreme poor) dengan

pendekatan langsung berupa program pangan dan penciptaan lapangan kerja baru.

Sedangkan kelompok yang miskin dengan penghasilan rendah menggunakan

pendekatan tidak langsung seperti penciptaan iklim yang kondusif bagi

pengembangan usaha mikro dan UKM, terbentuknya lembaga pelatihan dan

konsultasi BPR, pengembangan berbagai jenis pinjaman yang dapat

mempermudah akses kelompok tersebut, upaya yang dilakukan oleh BPR

berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan di Jawa Barat.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Kredit BPR (X1) secara parsial

memiliki pengaruh signifikan terhadap Kemiskinan (Y). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Kredit BPR memiliki koefisien negatif yang berarti semakin

tinggi pemberian kredit oleh BPR, maka akan berdampak pada penurunan tingkat

kemiskinan dengan pengaruh yang signifikan. Sebaliknya, samakin rendah

160

Page 27: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

pemberian kredit oleh BPR maka akan berdampak pada tingginya tingkat

Kemiskinan dengan pengaruh yang signifikan.

4.4.2 Pengaruh Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto terhadap

Penuruna Tingkat Kemiskinan

Produk Domestik Regional Bruto memiliki peran penting dalam

pertumbuhan ekonomi. Variabel PDRB tidak signifikan terhadap kemiskinan di

Jawa Barat. Untuk variabel Produk Domestik Regional Bruto (X2) diperoleh nilai

t hitung sebesar -1.653. Karena t hitung (-1.653) < t tabel (-1,981), maka H0

diterima, dan menunjukan tanda negatif. Hasil tersebut sesuai dengan teori dan

penelitian terdahulu yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini. Untuk

meningkatkan peran pemerintah daerah dalam mengelola PDRB yang lebih baik,

perlu ditingkatkan secara berkesinambungan sehingga tingkat kemiskinan di Jawa

Barat dapat menurun pada setiap periodenya. Pihak pemerintah daerah perlu

memberikan perhatian khusus dalam hal PDRB sebagai skala prioritas dalam

upaya menanggulangi tingkat kemiskinan di Jawa Barat, dengan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi melalui berbagai upaya mendorong jumlah penduduk

miskin di Jawa Barat. Khususnya dalam memastikan dan mendistribusikan

manfaat pertumbuhan yang di dapatkan dari sektor-sektor dimana penduduk

miskin bekerja.

Distribusi yang adil dan merata dari hasil pertumbuhan PDRB akan

berdampak pada terciptanya pembangunan di segala sektor lapangan pekerjaaan

dan berpotensi mengurangi tingkat kemiskinan. Kurangnya PDRB akan

berdampak pada kesejahteraan pada masalah-masalah sosisal lainnya dari tingkat

161

Page 28: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

kemiskinan. Pertumbuhan PDRB harus menyebar di setiap golongan , termasuk

golongan penduduk miskin. Oleh karena itu, pertumbuhan PDRB setiap sektor

sangatlah penting dalam mengurangi dan menanggulangi tingkat kemiskinan di

Jawa Barat. Dapat disimpulkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (X2)

secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Kemiskinan (Y). Hasil

penelitian menunjukan bahwa Produk Domestik Regional Bruto memiliki

koefisien negatif yang berarti semakin tinggi Produk Domestik Regional Bruto,

maka akan berdampak pada penurunan tingakat kemiskinan dengan pengaruh

yang tidak signifikan. Sebaliknya, samakin menurunnya Produk Domestik

Regional Bruto maka akan berdampak pada peningkatan kemiskinan dengan

pengaruh yang tidak signifikan.

4.4.3 Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Penurunan

Tingkat Kemiskinan

Dari hasil regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini, menunjukan bahwa

Variabel Tingkat Pengangguran signifikan terhadap kemiskinan di Jawa Barat.

Untuk variabel Tingkat Pengangguran (X3) diperoleh nilai t hitung sebesar 8.955

Karena t hitung (8.955) > t tabel (1,981), maka H0 ditolak, dan menunjukan tanda

positif. Hasil tersebut sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu yang menjadi

landasan teori dalam penelitian ini. Dan diharapkan pemerintah Provinsi Jawa

Barat lebih banyak lagi melakukan perluasan kesempatan kerja dengan cara

mendirikan industry-industri baru yang bersifat padat karya serta menggalakkan

sektor informal, seperti homeindustry. Karena pengangguran dalam penelitian ini

menggunakan pengangguran terbuka, yang mana didalamnya terdapat golongan

162

Page 29: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

masyarakat yang sedang mencari pekerjaan dan sedang dalam tahap menyiapkan

usaha atau mendapat pekerjaan tetapi belum mulai bekerja yang dimasukkan

dalam golongan pengangguran. Sehingga pentingnya perluasan kesempatan kerja

yang bersifat padat karya dan peningkatan sektor informal untuk menurunkan

tingkat kemiskinan di Jawa Barat

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengangguran terbuka

(X3) secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap Kemiskinan (Y). Hasil

penelitian menunjukan bahwa tingkat pengangguran terbuka memiliki koefisien

positif yang berarti semakin tinggi tingkat pengangguran maka akan berdampak

pada peningkatan tingakat kemiskinan dengan pengaruh yang signifikan.

Sebaliknya, samakin rendah tingkat pengangguran maka akan berdampak pada

penurunan tingkat kemiskinan dengan pengaruh yang signifikan.

4.4.4 Pengaruh Kredit BPR dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap

Kemiskinan

Secara bersama-sama atau simultan terdapat pengaruh signifikan antara

Kredit BPR, Produk Domestik Regional Bruto, Pengangguran terhadap

Kemiskinan. Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya dapat dilihat bahwa nilai

probabilitas F-statistic bernilai 0,000. Karena nilai prob F-statistic 0,000 < 0,05

maka H0 ditolak, artinya secara bersama-sama Kredit BPR, Produk Domestik

Regional Bruto, dan Pengangguran berpengaruh signifikan terhadap Kemiskinan.

Apabila dibandingkan antara Kredit BPR, Produk Domestik Regional Bruto, dan

Pengangguran pengaruh kontribusi yang paling besar adalah Tingakat

163

Page 30: BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/120420/2015/120420150506_4_6955.pdf · 2019-01-17 · Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan

Pengangguran, Kredit BPR kemudian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistic masing-masing variabel bahwa t-statistic

Tingakt Pengangguran dan Kredit BPR lebih besar jika dibandingkan t-statistic

PDRB.

164