bab iv hasil dan pembahasan 4.1 keadaan umum...
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut
Kabupaten Garut merupakan wilayah yang dinamis, seiring dengan
bertambahnya waktu, berbagai dinamika terus berlangsung, baik yang diharapkan
maupun yang tidak sehingga perubahan terjadi pada semua sektor. Wilayah
Kabupaten Garut secara geografis terletak di Jawa Barat Selatan meliputi areal seluas
3.066,88 km2, terdiri dari 42 kecamatan, 403 desa, dan 21 kelurahan masing-masing
mempunyai ciri-ciri khusus dalam potensi wilayah baik dari segi sumber daya alam
maupun sumber daya manusianya (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut
2013).
Kabupaten Garut terletak pada posisi 6o57’34” LS - 7
o44’57” LS dan
107o24’3” BT - 108
o24’34” BT. Wilayah Kabupaten Garut mempunyai ketinggian
tertinggi 1.244 m dpl dan terendah 7 m dpl dengan pegunungan, dataran rendah dan
pantai dibedakan ke dalam iklim Am, Af, dan Cw. Secara administratif Kabupaten
Garut terdapat di Wilayah Propinsi Jawa Barat dengan batas-batas wilayah
administratif sebagai berikut (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013):
Bagian Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten
Sumedang.
Bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya
Bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur
Bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.
Kabupaten Garut mempunyai topografi yang sangat beragam. Wilayah Garut
Utara, Timur dan Barat secara umum merupakan daerah dataran tinggi dengan
kondisi alam berbukit-bukit dan pegunungan, sedangkan kondisi alam daerah sebelah
selatan sebagian permukaan tanahnya memiliki kemiringan yang relatif cukup curam.
Corak alam daerah sebelah selatan ini diwarnai oleh iklim Samudra Hindia dengan
segenap potensi alam dan keindahan pantainya (Dinas Peternakan Perikanan dan
Kelautan Garut 2013).
Kabupaten Garut dengan memiliki iklim tropis, curah hujan yang cukup
tinggi, hari hujan yang banyak dan lahan yang subur serta ditunjang dengan
banyaknya aliran sungai, menyebabkan sebagian besar dari luas wilayahnya
dipergunakan untuk lahan pertanian (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut
2013).
Jumlah penduduk Kabupaten Garut pada tahun 2011 tercatat 2.407.086 jiwa,
jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2010 yang tercatat sebanyak 2.737.525
jiwa (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013).
4.1.1 Potensi Sumberdaya Alam Kabupaten Garut
Kabupaten Garut memiliki panjang garis pantai sekitar 80 km yang
membentang di wilayah selatan meliputi Kecamatan Caringin, Mekarmukti,
Bungbulang, Pakenjeng, Cikelet, Pameungpeuk dan Cibalong. Potensi Mangrove di
wilayah Garut sebagian besar terdapat di wilayah Kecamatan Cibalong. Padang
lamun (sea grass beds) terdapat hampir disepanjang pantai. Rumput laut (sea weeds)
secara alami tumbuh terutama terdapat di perairan laut Cikelet, Cibalong, Pakenjeng
dan Caringin. Adapun potensi berbagi jenis biota laut mencakup jenis-jenis ikan
pelagik seperti Cakalang (Katsuwonus pelamis), Layaran (Istiophorus iroantalis),
Tembang (Sardinella gibbosa), Tongkol (Euthynnus affinis), lalu jenis-jenis ikan
demersal seperti Kakap (Lutjanus campechanus), Cucut (Charcharinus sp.), Kerapu
(Chromileptes altivelis), lalu jenis-jenis krustacea (jenis-jenis udang dan kepiting),
moluska (meliputi bangsa teripang/Holothuroidea, bangsa bulu babi/Echinoidea,
bangsa bintang laut/Asteroidea, bangsa lili laut/Crinoidea) dan jenis-jenis biota laut
lainnya (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013).
Sumberdaya ikan di pantai Kabupaten Garut dengan Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE) dengan luas areal penangkapan ± 28.560 km2 diestimasi dengan potensi lestari
(MSY) 10.000 ton. Umumnya ikan yang ditangkap diantaranya adalah tuna, tongkol,
cakalang, cumi-cumi, layur, kakap, bawal hitam, kerapu, baronang, cucut botol dan
lobster. Disamping ikan-ikan tersebut juga terdapat rumput laut yang cukup potensial
(Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013).
Selain potensi lestari laut dan pantai di Kabupaten Garut juga terdapat potensi
tambak di sepanjang garis pantai yaitu sekitar 1.000 Ha. Serta terdapat banyak
potensi yang terdapat pada ekosistem yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Potensi ekosistem kelautan terdiri dari (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan
Garut 2013):
Estuaria : 24 ha
Terumbu Karang : 525 ha
Padang Lamun : 75 ha
Mangrove : 50,9 ha
Potensi sumberdaya lainnya yang terdapat di Kabupaten Garut adalah
sumberdaya energi dari pasang surut yang dapat dikonversi menjadi energi listrik
terutama pada daerah-daerah teluk dan estuaria. Sumberdaya mineral antara lain
berupa biji timah, pasir besi, pasir pantai, batu, kobalt, mangan, tembaga dan lain-
lain. Kabupaten Garut juga memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangan
sebagai daerah tujuan wisata pantai dengan beragam objek wisata yang masih belum
tergali dengan optimal (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013).
Pada bidang sumberdaya hayati, Kabupaten Garut memiliki potensi
sumberdaya perikanan yang cukup besar dengan luas tambak udang 1.000 Ha, situ
dan rawa 258 Ha, sungai 774,17 km, kolam air deras 74 Unit, kolam air tenang 4.000
Ha, sawah ikan 21.000 Ha dan budidaya laut 1.660 Ha (Dinas Peternakan Perikanan
dan Kelautan Garut 2013).
Secara rinci data potensi perikanan dan kelautan Kabupaten Garut disajikan
pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Garut Tahun 2011
Kegiatan Usaha P o t e n s i
Tersedia (Ha) Diusahakan (Ha) Presentase (%)
A. Budidaya Air Tawar
1. Kolam Air Tenang (KAT)
Pembesaran
Pembenihan
4.000
3.500
500
3140,86
2991,26
149,60
78,52
85,46
29,92
2. Kolam air Deras (KAD) Unit 74 74 100
3. Sawah Ikan/Mina Padi
Tumpangsari
Penyelang
21.000
13.000
8.000
8.244,80
5.359,12
2.885,68
39,26
41.22
36,07
B. Budidaya Air Payau
Tambak Udang Vaname
1.000
1.000
171,2
171,2
17,12
17,12
C. Budidaya Laut 1.660 2 0,12
D. Penangkapan
1. Perairan Umum (PU)
Situ / Rawa
Sungai
2. Laut
1052,17
258,00
774,17
10.000 Ton
1032,17
258,00
774,17
4.233,73
98,09
9,2,8
100
42,34
Sumber: Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013
4.1.2 Potensi Sumberdaya Manusia Kabupaten Garut
Dapat ditinjau dari potensi sumberdaya manusia, Kabupaten Garut memiliki
sumberdaya manusia yang mencakup masyarakat perikanan dan kelautan, yang terdiri
dari (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013):
Pembudidaya ikan
Nelayan (termasuk pengolah ikan)
Jumlah masyarakat Kabupaten Garut yang mata pencahariannya bergerak di
sektor perikanan dan kelautan tercatat 33.256 Rumah Tangga Perikanan (RTP)
terdiri dari (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013):
Pembudidaya ikan : 29.113 RTP
Nelayan (termasuk pengolah ikan) : 4.019 RTP/RTBP
Secara rinci Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Kabupaten Garut
disajikan pada Tabel. 2 di bawah ini :
Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP), Perusahaan Perikanan (PP), Buruh
Tani/Nelayan, dan Kelompok Usaha Bersama (KUB) di Kabupaten Garut Tahun
2011
Kegiatan Usaha
J e n i s
RTP PP
Buruh / Tani
Nelayan/pengolah
( Orang )
Kelompok
KUB
A. Budidaya
1. Tambak 12 2 45 1
2. Kolam Air Tenang
(KAT)
Pembesaran 11.965 - 3.161 58
Pembenihan 598 - 391 13
Udang Galah 33 - 66 1
3. Kolam air Deras
(KAD) 16 - 32 1
4. Sawah Ikan (SI) /Mina
Padi 16.489 19.733 67
B. Penangkapan
1. Perairan Umum (PU)
Situ / Rawa
Sungai
Laut
214
698
4.019
-
-
240
-
-
9.609
-
-
26
C. Pengolah
Pengolah Pindang 505 - 1.010 25
Sumber: Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013
4.1.3 Potensi Usaha Penangkapan di Kabupaten Garut
Ditinjau dari potensi usaha penangkapan, saat ini sektor Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Garut telah memiliki sumberdaya antara lain terdiri dari (Dinas
Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013):
1. PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan) sebanyak empat lokasi :
PPI Cilauteureun
PPI Rancabuaya
PPI Cimarimuara
PPI Cijeruk
2. BBI (Balai Benih Ikan) terdiri dari :
BBI Pameungpeuk luas areal 0,9 Ha. Terdiri dari kolam pembenihan satu unit,
rumah jaga satu unit dan kolam pendederan enam unit.
BBI Bayongbong luas areal 2,9 Ha. Terdiri dari kolam pembenihan dua unit
terdiri dari satu unit pembenihan indoor dan satu unit pembenihan outdoor,
satu unit rumah petugas, enam unit rumah jaga, satu unit laboratorium, satu
unit ruang pertemuan, serta kolam pendederan sebanyak 19 unit.
BBI Hias di Jalan Bratayudha. Terdapat satu unit bangunan lengkap, terdiri
dari tiga unit bangunan kantor, satu unit indoor hatchery, satu unit rumah
dinas dan kolam pendederan empat unit kolam besar dan tujuh unit kolam
kecil permanen.
3. Pasar Ikan, yaitu :
Pasar ikan Tarogong dengan luas areal 1.748 m2 mencakup untuk konsumsi
ikan dan benih ikan.
Merujuk pada potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan
sumberdaya buatan di atas, maka sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Garut
sangat berpotensi untuk dikembangkan (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan
Garut 2013).
4.2 Keadaan Umum Pantai Santolo
Pantai Santolo merupakan kawasan wisata yang secara administratif berada di
kecamatan Cikelet dengan luas wilayah 21.643 ha. Secara astronomis Pantai Santolo
terletak pada 107o 37’ BT - 107
o 46’ BT dan 07
o 28’ LS - 07
o 40’ LS. Struktur
geologi kawasan wisata Pantai Santolo adalah sesar, sesar yang dijumpai adalah sesar
normal dan sesar geser. Formasi batuan yang mendominasi Pantai Santolo adalah
Aluvium dengan material batuan hasil pengendapan. Kawasan wisata Pantai Santolo
secara fisiografi termasuk ke dalam zona pegunungan selatan Jawa Barat bagian
tengah. Morfologi kawasan ini tremasuk dalam Satuan Morfologi Perbukitan
bergelombang dan Satuan Morfologi Daratan (Sugandi dan Supriatin 2008).
4.2.1 Batas Wilayah
Batas wilayah administratif kawasan wisata Pantai Santolo adalah sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Cikajung
Sebelah Selatan : Samudera Hindia
Sebelah Timur : Kecamatan Cisompet
Sebelah Barat : Kecamatan Pakenjeng
4.2.2 Fisik Lingkungan
Secara umum topografi daerah Pantai Santolo merupakan daerah perbukitan
bergelombang dengan kemiringan antara 18%-65% dan merupakan lahan kering
dengan struktur tanah labil dan rawan longsor. Sebagian besar permukaannya
memiliki tingkat kecuraman yang terjal dan di beberapa tempat labil. Kawasan Pantai
Santolo terletak pada ketinggian 100-500 m dpl. Tataguna lahan didominasi oleh
Tanah Milik Negara dan LAPAN, tanah kehutanan, perkebunan, dan pesisir pantai.
Pesisir pantai langsung berbatasan dengan Samudera Indonesia (Pakpahan 2004).
Menurut Sugandi dan Supriatin (2008), penggunaan lahan di Pantai Santolo
adalah pemukiman, sawah irigasi, sawah tadah hujan, kebun, hutan, semak belukar,
tegalan, tanah kosong, dan hutan rawa. Pada saat gelombang dan terjadinya pasang
air laut, daerah terumbu karang tertutup air laut setinggi 10 cm, sehingga banyak
biota laut yang terbawa gelombang ke daerah terumbu karang.
Berdasarkan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Garut, iklim
dan cuaca di Kabupaten Garut dipengaruhi oleh 3 faktor, yatiu pola sirkulasi angin
musim, topografi regional bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat, dan
elevasi topografi di Bandung. Berdasarkan kriteria iklim Junguhn, Kecamatan Cikelet
dan Kawasan Pantai Santolo termasuk ke dalam zona panas karena berada di
ketinggian antara 0-500 mdpl dengan kisaran suhu rata-rata 260-31
0 (Supriatin 2007).
Secara geologi, jenis tanah di kawasan Pantai Santolo didominasi oleh tanah
asosiasi regosol hasil sedimentasi marin dan asosiasi podsolik. Tanah asosiasi
podsolik bersifat gembur dan mempunyai perkembangan penampang. Tanah ini jenis
ini cenderung kurang mantap dan peka terhadap pengikisan. Dari segi kimia, tanah ini
bersifat asam dan miskin. Tanah asosiasi regosol terbentuk dari bahan induk abu dan
pasir vulkan intermedier. Tanah ini bertekstur kasar, konsistensi lepas sampai gembur
dan keasaman tanah ber pH 6-7. Tanah regosol belum jelas menampakkan perbedaan
horizon. Jenis tanah yang didominasi asosiasi regosol mudah mengalami erosi
(Supriatin 2007).
Sumber air yang ada di Kawasan Pantai Santolo diperoleh dari sungai, air
tanah, dan mata air. Di sekitar lokasi penelitian dilalui oleh 5 sungai yang bermuara
di Samudera Indonesia, yaitu Sungai Cipalebuh, Sungai Cilauteureun, Sungai
Cipasarangan, Sungai Cimangke, dan Sungai Cimari. Sungai-sungai ini akan kering
di musim kemarau, dan mulai berair pada musim hujan lalu masyarakat sekitar
memanfaatkanya untuk irigasi sawah. Ada 24 mata air yang belum dimanfaatkan
secara optimal. Air tanah yang ada di Kawasan Pantai Santolo merupakan air tanah
dangkal dengan kedalaman relatif ± 150 cm. Pemanfaatan air tanah dengan cara
membuat sumur gali atau sumur bor dangkal. Air tanah dangkal bersifat sangat
dipengaruhi oleh curah hujan dan mudah tercemar oleh kondisi lingkungan setempat.
Hal ini menyebabkan air tanah menjadi kurang potensial untuk dimanfaatkan, dan
untuk mengantisipasinya maka dapat dilakukan dengan cara tidak mengeksploitasi air
tanah secara berlebihan (Supriatin 2007).
4.2.3 Potensi dan Aktivitas Perikanan Tangkap
A. Perkembangan Perikanan Tangkap di Pantai Santolo
Seiring berjalannya waktu, banyak perubahan pada perikanan tangkap di
Pantai Santolo, tiap tahunnya mengalami naik turunnya hasil tangkapan. Keberadaan
tengkulak atau bakul masih tidak bisa dihilangkan dari kehidupan masyarakat nelayan
di Pantai Santolo. TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Cilauteureun di Pantai Santolo pun
harus mati karena keberadaan tengkulak tersebut, TPI telah mati selama 12 tahun
(Hasil wawancara dengan pihak BPTPK). Keterikatan nelayan dengan tengkulak
membuat TPI menjadi tidak berguna. Hal tersebut terjadi karena nelayan meminjan
uang untuk modal melaut kepada tengkulak dan pada akhirnya nelayan harus menjual
hasil tangkapannya ke tengkulak dengan harga murah yang telah ditetapkan
tengkulak. Seperti lingkaran setan, nelayan tidak bisa terlepas dari tengkulak, karena
secara tidak sadar nelayan telah terikat dan bergantung kepada tengkulak. Berbicara
mengenai perikanan tangkap, pasti selalu ada naik turun hasil tangkapan, dan untuk
lebih jelasnya data hasil produksi dan nilai hasil tangkapan dalam lima tahun terakhir,
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Produksi dan Nilai Hasil Tangkapan Ikan di Pantai Santolo Pada Tahun
2008-2012
Tahun Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp)
2008 222.064 538.818.000
2009 198.318,41 1.199.650.400
2010 80.680,26 976.923.500
2011 185.643,39 2.121.952.160
2012 93.764,07 828.005.350
Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, 2013
Dari Tabel 3 dapat dilihat tahun 2009 merupakan tahun dengan produksi
tangkapan ikan yang paling besar jumlahnya, sedangkan tahun 2011 merupakan tahun
dengan nilai hasil tangkapan yang paling besar jumlahnya. Jika dilihat memang agak
ganjil, melihat tahun 2009 mempunyai produksi terbesar, tetapi nilai hasil
tangkapannya tidak lebih besar dari tahun 2011, hal ini mungkin dapat disebabkan
oleh peningkatan jumlah alat tangkap yang mengakibatkan meningkatnya hasil
tangkapan. Selain itu, ukuran dan kualitas ikan yang ditangkap juga berpengaruh
terhadap nilai hasil tangkapan. Turun naiknya jumlah hasil produksi dan nilai hasil
produksi di Pantai Santolo dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.
Gambar 1. Grafik Produksi Ikan di Pantai Santolo Pada Tahun 2008-2012.
Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut (Diolah), 2013
Gambar 2. Grafik Nilai Produksi Ikan di Pantai Santolo Pada Tahun 2008-2012.
Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut (Diolah), 2013.
222,064.00198,318.41
80,680.26
185,643.39
93,764.07
0.00
50,000.00
100,000.00
150,000.00
200,000.00
250,000.00
2008 2009 2010 2011 2012
Jum
lah
Pro
du
ksi I
kan
(k
g)
Tahun
538,818,000.00
1,199,650,400.00976,923,500
2,121,952,160
828,005,350
0.00
500,000,000.00
1,000,000,000.00
1,500,000,000.00
2,000,000,000.00
2,500,000,000.00
2008 2009 2010 2011 2012
Nila
i Pro
du
ksi I
kan
(R
p)
Tahun
Selanjutnya perkembangan perikanan tangkap meliputi aspek alat tangkap
yang digunakan dalam usaha penangkapan ikan. Jumlah alat tangkap yang digunakan
sering disebut sebagai indikator perkembangan suatu usaha perikanan tangkap.
Jumlah alat tangkap nelayan Pantai Santolo pada tahun 2008-2012 dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Alat Tangkap Nelayan di Pantai Santolo Pada Tahun 2008-2012.
No Nama Jumlah (Unit)
Jumlah 2008 2009 2010 2011 2012
1 Payang 30 30 30 30 30 150
2 Pukat Pantai 8 8 8 8 9 41
3 Jaring Insang Hanyut 97 113 111 123 139 583
4 Jaring Insang Tetap 558 359 358 527 575 2377
5 Rawai Tuna/Kakap 168 319 309 332 356 1484
6 Rawai Hanyut 75 60 62 83 98 378
7 Rawai Tetap/Buas 76 87 85 203 216 667
8 Pancing Layur 305 810 794 1002 1241 4152
9 Pancing Tonda 446 864 869 870 839 3888
10 Bubu 18 25 19 27 31 120
Jumlah 1781 2675 2645 3205 3534 13840
Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut
Dapat dilihat dari Tabel 4, jumlah alat tangkap yang paling besar berada di
tahun 2012 dengan alat tangkap Pancing Tonda yang paling banyak digunakan dan
bertambah secara signifikan, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah lebih
mampu membeli alat tangkap lebih banyak daripada tahun sebelumnya. Naik
turunnya jumlah alat tangkap di Pantai Santolo pada tahun 2008-2012 dapat dilihat
pada Gambar 4 sebagai berikut.
Gambar 3. Grafik Jumlah Alat Tangkap Nelayan di Pantai Santolo Pada Tahun 2008-
2012.
Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut (Diolah), 2013
Selanjutnya perkembangan perikanan tangkap meliputi aspek armada tangkap
yang digunakan oleh nelayan di Pantai Santolo. Umumnya nelayan Pantai Santolo
menggunakan armada dengan kapasitas ≤ 5 GT, dan armada yang paling banyak
digunakan adalah motor tempel. Nelayan Pantai Santolo tergolong nelayan kecil
karena menggunakan armada dengan kapasitas ≤ 5 GT. Keterbatasan kapasitas
armada tangkap ini yang menyebabkan hasil tangkapan kurang maksimal. Nelayan
kecil hanya mampu membeli armada dengan kapasitas ≤ 5 GT. Jumlah armada
tangkap yang digunakan nelayan Pantai Santolo pada tahun 2008-2012 dapat dilihat
pada Tabel 5.
30 30 30 30 308 8 8 8 9
97 113 111 123 139
558
359 358
527575
168
319 309 332356
75 60 62 83 9876 87 85
203 216
305
810 794
1002
1241
446
864 869 870839
18 25 19 27 31
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
2008 2009 2010 2011 2012
Jum
lah
Ala
t Ta
ngk
ap (
Un
it)
Tahun
Payang
Pukat Pantai
Jaring Insang Hanyut
Jaring Insang Tetap
Rawai Tuna/Kakap
Rawai Hanyut
Rawai Tetap/Buas
Pancing Layur
Pancing Tonda
Bubu
Tabel 5. Jumlah Armada Tangkap Nelayan di Pantai Santolo Pada Tahun 2008-2012
No Jenis Armada Jumlah (Unit)
Jumlah 2008 2009 2010 2011 2012
1 Tanpa Motor 189 197 178 187 172 923
2 Motor Tempel 992 832 457 503 375 3159
3 <5 GT 47 58 62 36 27 230
4 5-50 GT 112 98 76 86 48 420
5 10-30 GT 2 0 1 1 2 6
Jumlah 1342 1185 774 813 624 4738
Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa armada yang paling banyak dipakai oleh
nelayan adalah motor tempel, dengan kapal berkapasitas 5-50 GT yang paling banyak
dipakai. Jumlah armada tangkap paling banyak pada tahun 2008, dan jumlah yang
paling rendah pada tahun 2012. Hal ini menunjukan bahwa semakin hari kemampuan
nelayan untuk membeli armada makin rendah, harga armada yang relatif mahal dan
belum banyak nelayan yang mampu membeli armada dengan harga yang cukup
mahal. Naik turun jumlah armada tangkap disetiap tahun menunjukkan bahwa
kondisi perekonomian nelayan disana yang kurang stabil, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat di Gambar 5.
Gambar 4. Grafik Jumlah Armada Tangkap Nelayan di Pantai Santolo Pada Tahun
2008-2012.
Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut (Diolah), 2013
189 197 178 187 172
992
832
457503
375
47 58 62 36 27112 98 76 86 48
0
200
400
600
800
1000
1200
2008 2009 2010 2011 2012
Jum
lah
Arm
ada
Tan
gkap
(U
nit
)
Tahun
Tanpa Motor
Motor Tempel
<5 GT
5-50 GT
10-30 GT
B. Kegiatan Nelayan di Pantai Santolo
Secara umum, nelayan Pantai Santolo bekerja sebagai nelayan, namun
sebagian dari mereka menekuni pekerjaan alternatif dengan melakukan usaha dalam
minawisata bahari, hasilnya sebagai sampingan bila sedang tidak bisa melaut atau
musim paceklilk. Selain warga lokal, nelayan di Pantai Santolo datang dari berbagai
daerah, seperti Cilacap, Bugis, Jawa Tengah, dan masih banyak lagi. Pantai Santolo
yang sudah mulai dikenal, kini mulai ramai dengan wisatawan. Nelayan di Pantai
Santolo bernanung di bawah organisasi HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh
Indonesia). Organisasi ini menghimpun serta mendata nelayan yang masih aktif
melaut.
Aktivitas penangkapan ikan dimulai pada sore hari menjelang malam dan
nelayan kembali ke daratan ketika pagi hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan
nelayan di Pantai Santolo, luas daerah penangkapan mencapai daerah perairan
Tasikmalaya, Pangandaran, Ujung Genteng, dan sekitarnya. Sehabis melaut, hasil
tangkapan didaratkan di TPI Cilauteureun, dimana tengkulak sudah menunggu. TPI
disini yang berfungsi hanya bangunan saja, tidak ada kepengurusan yang berjalan
didalamnya. Tidak hanya tengkulak yang sudah menunggu tapi banyak juga pembeli
eceran yang ingin membeli hasil tangkapan para nelayan yang baru saja mendarat,
karena harganya lebih murah. Tangkapan yang tidak habis terjual akan diambil oleh
nelayan dan dikonsumsi sendiri dengan keluarga masing-masing, tetapi ada juga
nelayan yang membuangnya.
Jumlah nelayan di Pantai Santolo mengalami naik turun tiap tahunnya. Hal ini
dapat terjadi karena hasil tangkapan yang juga semakin menurun akibat musim
paceklik, sehingga pendapatan berkurang. Data jumlah perkembangan nelayan pada
tahun 2008-2012 disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Nelayan di Pantai Santolo pada Tahun 2008-2012.
Tahun Nelayan (orang)
2008 274
2009 189
2010 215
2011 179
2012 255
Sumber BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut
Dilihat pada Tabel 6 jumlah nelayan di Pantai Santolo yang paling banyak
terdapat pada tahun 2008, dan terus terjadi naik turun jumlah nelayan sampai tahun
2012. Penurunan yang terjadi disebabkan musim paceklik yang berkepanjangan dan
kondisi perekonomian yang tidak menentu. Hal tersebut membuat nelayan tidak
punya modal untuk melaut sehingga jumlah nelayan berkurang. Mereka berhenti
menjadi nelayan dan mencari pekerjaan yang lain untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Seharusnya dengan adanya kondisi seperti ini pemerintah turun tangan
untuk membantu nelayan dan memajukan perikanan tangkap di sekitar Pantai
Santolo, seperti memberikan pinjaman tanpa bunga, berjalannya TPI sehingga
nelayan tidak terus menerus bergantung kepada tengkulak. Tetapi nyatanya hal ini
sangat sulit dijalankan. Naik turun jumlah nelayan di Pantai Santolo akan disajikan
pada Gambar 6.
Gambar 5. Grafik Jumlah Nelayan di Pantai Santolo pada Tahun 2008-2012
Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut (Diolah), 2013
274
189215
179
255
0
50
100
150
200
250
300
2008 2009 2010 2011 2012
Jum
lah
Ne
laya
n (
Ora
ng)
Tahun
Nelayan
C. Keadaan Umum Nelayan yang Berkegiatan dalam Minawisata Bahari
Nelayan yang berkegiatan dalam minawisata bahari melakukan beberapa
usaha, yaitu yang pertama menyewakan perahu untuk menikmati pemandangan,
kedua menyewakan losmen untuk wisatawan menginap, ketiga menjual cinderamata,
keempat usaha kuliner, kelima menyewakan jasa permainan banana boat.
Usaha perikanan tangkap yang dilakukan nelayan yang berkegiatan di
minawisata bahari di Pantai Santolo dilakukan dalam kurun waktu yang berbeda.
Ketika musim ikan sedang melimpah setiap hari mereka melaut, tetapi saat sedang
paceklik dan musim barat, mereka tidak dapat melaut karena keadaan alam dan
armada yang tidak mendukung.
Melihat banyaknya pengunjung yang datang ke Pantai Santolo, maka nelayan
sekitar berinisiatif untuk melakukan usaha dalam minawisata bahari agar dapat
menambah penghasilan. Banyak dari nelayan ingin minawisata bahari di Pantai
Santolo seramai dan semaju di Pantai Pangandaran. Minawisata bahari di Pantai
Santolo mulai berkembang dan butuh banyak wisatawan untuk memajukan
minawisata baharinya, serta bertambah pula penghasilan rumah tangga nelayan.
4.2.4 Potensi dan Aktivitas Pariwisata
Pantai Santolo merupakan berkumpulnya nelayan tradisional, salah satunya
nelayan dari Pameungpeuk. Selain itu adanya pelabuhan dan tempat pendaratan ikan
Cilauteureun menjadi daya tarik tersendiri. Apabila wisatawan tertarik untuk
membeli, ikan laut segar yang baru saja ditangkap banyak sekali dijual di pelabuhan
Cilauteureun.
Pemandangan Pantai Santolo memang indah, airnya yang bening, pasirnya
yang bersih, menjadi daya tarik tersendiri. Saat pantai surut kita bisa melihat lebih
dekat biota laut yang sangat jelas terlihat dibawah beningnya air laut. Banyak ikan-
ikan kecil, umang, lamun yang dapat kita nikmati. Pemandangan yang indah di Pantai
Santolo dapat kita nikmati dengan menyewa perahu nelayan. Di pinggir pelabuhan
nelayan sudah menunggu bila ada wisatawan yang ingin menyewa perahu unutk
menyeberang ke Pantai Santolo, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 7 di bawah.
Gambar 6. Pelabuhan Cilauteureun dan Penyewaan Perahu
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013
Selain pantai yang indah, di Pantai Santolo juga terdapat benteng peninggalan
Belanda saat masa penjajahan. Benteng tersebut masih berdiri kokoh, tetapi ada
beberapa bagiannya yang memang sudah termakan waktu dan sudah runtuh,
walaupun begitu sebagian besar benteng tersebut masih bisa dikatakan dalam kondisi
baik. Di bawah benteng tersebut terpampang pemandangan yang indah, masih banyak
terdapat terumbu karang, ikan-ikan kecil yang berenang berkelompok, dan tentu saja
air yang bening sehingga apa yang ada dibawahnya dapat terlihat dengan jelas
(Gambar 8).
Gambar 7. Benteng Belanda di Pantai Santolo
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013
Selain pemandangan indah yang disajikan, Pantai Santolo juga mempunyai
jasa sewa permainan banana boat yang dapat dinikmati wisatawan. Sepaket
permainan banana boat dihargai Rp 200.000,00 dengan setiap paketnya terdiri dari 5
orang. Wisatawan yang mencari kegiatan yang menyenangkan dan ingin melepas
penat dapat mencoba permainan yang satu ini.
Saat perut terasa lapar banyak kios makanan yang menjual berbagai macam
hidangan laut. Sajian hidangan laut terasa lebih istimewa karena disajikan dipinggir
pantai dengan pemandangan yang indah serta karena hidangan yang disajikan masih
segar dan baru ditangkap oleh nelayan sekitar. Para wisatawan dipersilahkan memilih
sendiri ikan yang ingin kita makan. Cita rasa dari hidangan ini sangat khas karena
ikan yang dimasak sangat segar dan mempunya rasa manis dan tekstur daging ikan
yang padat tetapi lembut. Harga yang ditawarkan pantas dengan hidangan yang
disajikan (Gambar 9).
Gambar 8. Hidangan Laut Pantai Santolo
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013
Wisatawan yang ingin membawa pulang oleh-oleh dapat mengunjungi kios
cinderamata. Penjual menyediakan baju-baju khas pantai, pajangan-pajangan yang
terbuat dari kulit kerang, dan banyak lagi. Harga yang ditawarkan oleh para penjual
tergolong murah, sehingga tidak terlalu memberatkan para wisatawan yang ingin
berbelanja oleh-oleh.
Losmen untuk para wisatawan bermalam juga banyak terdapat di pinggir
pantai. Harga yang ditawarkan beragam, sesuai dengan luas dan fasilitas yang ada di
dalamnya. Kisaraan harga losmen mulai dari Rp 150.000,00-Rp 350.000,00.
Berdasarkan wawancara harga tersebut bisa berubah sewaktu-waktu karena ada
proses tawar menawar dengan wisatawan. Terkadang pengelola losmen bisa saja
memberikan harga yang lebih murah dibanding harga normal, dengan pertimbangan
asal ada pemasukan karena bila harga tidak diturunkan bisa saja wisatawan pergi.
Bila akhir pekan biasanya pengelola losmen menaikkan harga dari pada hari biasa.
Usaha nelayan dalam minawisata bahari di Pantai Santolo rata-rata baru
berjalan selama 2 tahun. Maka dari itu minawisata bahari di Pantai Santolo masih
banyak harus dibenahi dan diatur dengan baik, khususnya dari pemerintah daerah
setempat. Panta Santolo memiliki potensi yang besar, dan dapat memberi keuntungan
bagi masyarakat sekitar dan juga pemerintah daerah. Tetapi sayangnya minawisata
bahari disana terkesan berantakan dan tidak teratur. Pantai Santolo butuh banyak
promosi dan dukungan dari berbagai pihak, karena masyarakat sekitar tidak bisa
melakukannya sendiri. Berdasarkan wawancara dengan responden, mereka berharap
minawisata bahari di Pantai Santolo bisa semaju seperti di Pantai Pangandaran.
Kemauan dari masyarakat sekitar untuk memajukan minawisata bahari di Pantai
Santolo memang cukup terlihat, dan usaha ini juga dapat membantu perekonomian
mereka disaat hasil melaut tidak bisa diandalkan unutk kehidupan mereka.
4.2.5 Sarana dan Prasarana
A. Sarana dan Prasarana Perikanan
Pantai Santolo mempunyai sarana dan sarana perikanan, yaitu Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) Cilauteureun. PPI Cilauteureun dibangun pada tahun 1994,
dengan luas 1000 m2. Berikut rincian sarana dan prasarana di PPI Cilauteureun.
Tabel 7. Sarana dan Prasarana PPI Cilateureun
No Uraian Jumlah/Luas
A Sarana Pokok
1 Penahan Gelombang 210 m
2 Tembok Penahan Tanah 250 m
3 Jetty -
4 Dermaga 400 m
5 Alur Masuk/Keluar 150 m
6 Tanah Pelabuhan 43.795 m2
B Sarana Fungsional
1 Gedung Pelelangan 160 m2
2 Pasar Ikan 60 m2
3 Tempat Pengelolaan -
4 Pabrik Es -
5 Tempat Penyimpanan Ikan Segar -
6 Cold Storage -
7 Instalasi Bahan Bakar 9 m2
8 Instalasi Listrik 400 m
9 Bengkel 88 m2
10 Balai Pertemuan Nelayan 96 m2
11 Rumah Jaga -
12 Menara Pengawas -
13 MCK 9 m2
14 Pagar Keliling 600 m
C Sarana Tambahan
1 Mess Operator -
2 Gedung Kesenian dan Olah Raga -
3 Penginapan Nelayan -
4 Toko BAP -
5 Perumahan Dinas -
6 Kantin -
7 Poliklinik -
Sumber: PPI Cilauteureun, 2013
Bila dilihat dari Tabel 7, maka dapat terlihat bila sarana dan sarana perikanan
di Pantai Santolo belum cukup lengkap untuk menunjang kegiatan nelayan setempat.
Kebutuhan nelayan yang mendasar untuk mempertahankan kesegeran ikan seperti es,
tidak terdapat di PPI Cilauteureun, maka dari itu nelayan harus membelinya ditempat
lain yang lebih jauh.
Untuk keadaan sarana dan prasarana kantor di PPI Cilauteureun akan
disajikan pada tabel di bawah berikut:
Tabel 8. Sarana dan Prasarana Kantor PPI Cilauteureun
No Uraian Jumlah
1 Luas Lahan 48 m2
2 Ruang:
a. Mushola PPI 7,5 m
2
b. Staf 37,5 m
2
c. Toilet 3 m
2
3 Meja 3 unit
4 Kursi 20 unit
5 Lemari 1 unit
6 Mesin Tik 1 unit
7 Komputer 1 unit
8 Timbangan 1 unit
9 Box -
10 Tray 10 unit
11 Sterofoam -
12 Lori 1 unit
Sumber: PPI Cilauteureun, 2013
B. Sarana dan Prasarana Minawisata Bahari
1. Penginapan
Untuk sarana penginapan, kawasan Pantai Santolo meyediakan dua hotel
kelas melati, satu wisma milik LAPAN (Profil Cikelet, 2011), dan losmen.
Penginapan-penginapan tersebut mempunyai harga yang bervariasi, mulai dari
kisaran harga Rp 350.000-Rp 50.000. Tentunya harga tersebut sesuai dengan fasilitas
yang disediakan. Penginapan dengan harga Rp 350.000 semalam mempunyai fasilitas
AC, TV, meja, kursi, lemari, kamar mandi yang bersih, dua tempat tidur, dan dengan
kamar yang cukup besar. Penginapan dengan harga Rp 50.000 semalam mempunyai
fasilitas standar sesuai dengan harganya, seperti satu tempat tidur, satu lemari, dengan
kamar yang tidak terlalu luas.
2. Restoran
Selain penginapan, Pantai Santolo memiliki cukup bnayak kios makanan kecil
serta makanan berat seperti hidangan laut. letaknya yang dipinggir pantai membuat
suasana yang istimewa dalam menyantap makanan. Terdapat kurang lebih 12 kioa
makanan kecil dan hidangan laut yang ada di Pantai Santolo.
3. Perbelanjaan
Pantai Santolo memiliki beberapa kios untuk wisatawan berbelanja seperti
baju-baju pantai, aksesoris, dan pajangan yang terbuat dari biota laut seperti jam
dinding dari cangkang kerang, gelang dan kallung terbuat dari cangkang kerang, dan
masih banyak lagi.
4. Perhubungan dan Transportasi
Karena Pantai Santolo sudah mulai dikunjungi oleh wisatawan, maka sudah
banyak sarana transportasi umum yang menuju ke Pantai Santolo dan juga sudah ada
banyak agen-agen perjalanan wisata yang menyediakan perjalanan wisata ke Pantai
Santolo. Pantai Santolo berjarak 88 km dari Kota Garut, dengan jarak tempuh kurang
lebih 3,5 jam. Meskipun cukup jauh, tapi pemandangan di sepanjang perjalanan
menuju Pantai Santolo cukup indah dengan hamparan gunung, hutan, dan kebun teh
yang sangat hijau dan asri, serta udara yang sejuk. Bila dari Kota Bandung,
perjalanan ke Pantai Santolo berjarak kurang lebih 150 km. Rute yang biasa dilewati
jika hendak menuju Pantai Santolo menggunakan kendaraan pribadi adalah Garut
Kota-Cikajang-Pameungpeuk-Cikelet dengan lama perjalanan 5 jam. Bila hendak
menggunakan trasnportasi umum dari Bandung, bisa menggunakan ELF jurusan
Cikajang dari Terminal Cicaheum atau Terminal Leuwipanjang, kemudian diteruskan
dengan mini bus jurusan Pameungpeuk. Rute alternatif yang juga bisa digunakan
menuju Pantai Santolo adalah Ciwidey-Cisewu-Bungbulang-Pameungpeuk tetapi
memakan waktu yang lebih lama yaitu 7 jam.
Kondisi jalanan yang ditempuh sudah cukup bagus tetapi perlu hati-hati
karena setelah melewati Cikajang, jalanan akan meliuk-liuk dengan lebar jalan yang
hanya cukup dilewati 1 kendaraan ditiap jalurnya. Selain itu banyak kendaraan besar
yang melintas maka kita harus ekstra hati-hati. Setelah memasuki kawasan
Pameungpeuk secara keseluruhan kondisi jalan juga sudah cukup bagus walaupun
masih ada jalan yang aspal nya kurang sempurna, dengan lebar jalan bervariasi antara
3-10 m. Setelah memasuki kawasan Pantai Santolo kondisi jalan sudah cukup bagus
dengan jalanan aspal dan lebar jalan yang cukup besar.
4.2.6 Gambaran Umum Responden
Responden nelayan dan keluarganya telah dipilih sejumlah 25 orang dengan
beragam pekerjaan dan kegiatan, rinciannya adalah 5 orang menyewakan perahu
untuk menikamati pemandangan pantai, 5 orang menyewakan losmen, 5 orang usaha
kuliner, 5 orang menjual cinderamata, dan 5 orang menyewakan jasa permainan
banana boat. Kondisi umum responden yang diamati meliputi umur, tingkat
pendidikan, pengalaman bekerja, dan jumlah tanggungan keluarga.
A. Umur
Faktor umur mempengaruhi aktif atau tidaknya seseorang dalam menjalani
kegiatan sehari-hari. Umur sangat penting terhadap produktivitas seseorang dalam
melakukan usaha atau kegiatan. Data umur responden disajikan pada Gambar 10.
Gambar 9. Umur Responden
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013
Seperti dilihat pada Gambar 10, dari 25 orang responden yang telah
diwawancarai dapat dikelompokkan berdasarkan umur terendah dan tertinggi, yaitu
<15 tahun, 15-55 tahun, dan >55 tahun. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan
rentang usai responden adalah >15 tahun dan >55 tahun. Kelompok umur terbanyak
yaitu 15-55 tahun yakni sebesar 92% (23 orang resonden), selanjutnya diikuti oleh
kelompok umur >55 tahun dengan persentase sebesar 8% (2 orang responden), dan
yang terakhir untuk kelompok umur <15 tahun yaitu 0%.
Berdasarkan data tersebut, mayoritas umur responden yang berkegiatan dalam
minawisata bahari di Pantai Santolo dalam rentang umur 15-55 tahun. Menurut
BKKBN dalam Yuliriane (2012) usia produktif berada pada kisaran 15-55 tahun,
maka hal ini menunjukkan rata-rata responden berada dalam usia produktif.
B. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
terhadap pola pikir dan pola kehidupan seseorang. Tingkat pendidikan akan
mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan, daya pikir, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden, maka informasi mengenai tingkat
pendidikan dapat dilihat pada Gambar 11.
92%
0%
8%
15-55 tahun
< 15 tahun
> 55 tahun
Gambar 10. Tingkat Pendidikan Responden
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013
Seperti dilihat pada Gambar 11, dari 25 orang responden yang telah
diwawancarai dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan terendah dan
tertinggi, yaitu tidak sekolah, SD, SMP, dan SMA. Berdasarkan hasil wawancara
didapat tingkat pendidikan responden terbanyak adalah SD sebesar 80% (20 orang
resonden), selanjutnya diikuti oleh tingkat pendidikan SMP sebesar 20% (5 orang
responden), kemudian tingkat pendidikan SMA sebesar 0%, dan yang terakhir untuk
yang tidak sekolah sebesar 0%.
Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang
paling banyak adalah SD, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran akan pentingnya
pendidikan, dan pola pikir keliru yang telah diturunkan oleh leluhur mereka. Mereka
lebih mementingkan mencari uang dibandingkan sekolah, dan pola pikir ini terus
menerus diwariskan kepada anak-anak mereka. Selain kurangnya kesadaran, tidak
adanya biaya untuk sekolah dan kurangnya fasilitas yang menunjang juga menjadi
salah satu penyebab.
0%
80%
20%
0%
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
C. Pengalaman Bekerja
Pengalaman bekerja yang lebih banyak akan memudahkan seseorang untuk
mengetahui seluk beluk pekerjaannya dan lebih mudah untuk membaca situasi yang
akan berpengaruh terhadap pekerjaannya. Berdasarkan hasil wawancara terhadap
responden, maka informasi mengenai pengalaman bekerja responden dapat dilihat
pada Gambar 12.
Gambar 11. Pengalaman Bekeja Responden
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013
Seperti dilihat pada Gambar 12, dari 25 orang responden yang telah
diwawancarai dapat dikelompokkan berdasarkan pengalaman bekerja terendah dan
tertinggi, yaitu 1-5 tahun, dan 6-10 tahun. Berdasarkan hasil wawancara didapat
pengalaman bekerja responden terbanyak yaitu 1-5 tahun dengan persentase 92% (23
orang resonden), selanjutnya diikuti oleh pengalaman bekerja 6-10 tahun sebesar 8%
(2 orang responden).
Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat bahwa pengalaman bekerja
responden yang paling banyak adalah 1-5 tahun. Angka tersebut dapat dikatakan kecil
karena minawisata bahari di Pantai Santolo tergolong masih baru berkembang dan
belum terlalu terkenal seperti Pantai Pangandaran, maka dari itu rata-rata lamanya
pengalaman bekerja responden tergolong singkat.
92%
8%
1-5 tahun
6-10 tahun
D. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga didapat dari banyaknya anak serta anggota
keluarga lainnya yang tinggal bersama. Berdasarkan hasil wawancara terhadap
responden, maka informasi mengenai jumlah tanggungan keluarga dari responden
dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 12. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013
Seperti dilihat pada Gambar 13, dari 25 orang responden yang telah
diwawancarai dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dari
terendah sampai tertinggi, yaitu 1-2 orang, 3-4 orang, 5-6 orang, dan > 6 orang.
Berdasarkan hasil wawancara didapat jumlah tanggungan keluarga responden yang
terbanyak adalah 3-4 orang sebesar 72% (18 orang responden), selanjutnya diikuti
oleh tanggungan keluarga sebanyak 1-2 orang yakni sebesar 16% (4 orang
responden), kemudian tanggungan keluarga sebanyak 5-6 orang sebesar 12% (3 orang
responden), dan yang terakhir tanggungan sebanyal > 6 orang memiliki persentase
0%.
Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan
keluarga dengan rentang 3-4 orang merupakan responden terbanyak. Jumlah
pengeluaran rumah tangga dipengaruhi oleh jumlah tanggungan keluarga, apabila
16%
72%
12%
0%
1-2 orang
3-4 orang
5-6 orang
> 6 orang
jumlah tanggungan keluarga banyak maka akan banyak pula pengeluaran. Pendapatan
yang terlihat besar belum tentu jika jumlah tanggungan keluarganya banyak karena
banyak pula biaya yang harus dikeluarkan.
4.3 Usaha Minawisata Bahari dan Curahan Kerja Nelayan
4.3.1 Usaha Minawisata Bahari
A. Perikanan Tangkap
1. Keragaan Biaya Manfaat
Kegiatan usaha perikanan tangkap di Pantai Santolo yang dilakukan oleh
nelayan yang juga melakukan kegiatan di minawisata bahari dilakukan selama 21 hari
dalam 1 bulan, atau 252 hari dalam 1 tahun. Rincian pendapatan tersebut dapat dilihat
pada Tabel 9.
Tabel 9. Keragaan Biaya Manfaat Usaha Perikanan Tangkap Dalam 1 Tahun
No Uraian Nilai (Rp)
1 Biaya Investasi
Alat Tangkap 5.558.300
Kapal 25.400.000
Mesin 18.530.500
Jumlah 49.488.800
2 Biaya Tetap
Penyusutan Alat Tangkap 1.568.364
Penyusutan Kapal 3.550.000
Penyusutan Mesin 2.465.000
Jumlah 7.583.364
3 Biaya Variabel
Bahan Bakar 52.757.520
Perbekalan 29.990.400
Jumlah 82.747.920
Biaya Total 139.820.084
4 Penerimaan 172.682.916
5 Pendapatan/Keuntungan 82.351.632
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.
Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran nelayan Pantai
Santolo untuk usaha penangkapan ikan terdiri Biaya Investasi, Biaya Tetap, dan
Biaya Variabel adalah Rp 139.820.084 (Biaya Total). Biaya operasional dari usaha
perikanan tangkap adalah sebesar Rp 90.331.284. Rata-rata penerimaan nelayan
dalam satu tahun untuk kegiatan usaha ini adalah sebesar Rp 172.682.916, dengan
pendapatan/keuntungan bersih sebesar Rp 82.351.632. Kegiatan usaha ini dapat
dikatakan layak dijalankan karena memberikan keuntungan, karena penerimaan rata-
rata lebih besar daripada biaya operasional.
2. BCR
Selanjutnya analisis BCR, analisis ini berguna untuk mengetahui kelayakan
suatu usaha. BCR dari kegiatan penangkapan ikan di Pantai Santolo adalah sebagai
berikut.
BCR dari usaha perikanan tangkap di Pantai Santolo sebesar 1,91 yang dapat
dikatakan usaha ini layak untuk dijalankan karena BCR lebih dari 1.
3. Profitabilitas
Kriteria untung rugi dalam analisis profitabilitas ditentukan oleh suku bunga
bank, dimana suku bunga pinjaman untuk perikanan adalah sebesar 16%.
Profitabilitas merupakan perhitungan untuk menggambarkan kemampuan suatu usaha
untuk mendapatkan laba. Profitabilitas dari usaha penangkapan ikan akan dipaparkan
sebagai berikut.
𝐏𝐫𝐨𝐟𝐢𝐭𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐓𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩 = 𝐑𝐩 𝟖𝟐.𝟑𝟓𝟏.𝟔𝟑𝟐
𝐑𝐩 𝟗𝟎.𝟑𝟑𝟏.𝟐𝟖𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟗𝟏,𝟏𝟕%
𝐁𝐂𝐑 𝐏𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐈𝐤𝐚𝐧 =𝐑𝐩 𝟏𝟕𝟐.𝟔𝟖𝟐.𝟗𝟏𝟔
𝐑𝐩 𝟗𝟎.𝟑𝟑𝟏.𝟐𝟖𝟒= 𝟏,𝟗𝟏
Profitabilitas usaha perikanan tangkap adalah sebesar 91,17%, dimana angka
tersebut lebih besar dari suku bunga pinjaman, maka dapat dikatakan usaha perikanan
tangkap yang dilakukan oleh nelayan Pantai Santolo tersebut menguntungkan.
4. Payback Periods
Payback Periods merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung
pengembalian modal, dapat diartikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan modal. Analisis Payback Period dari usaha penangkapan ikan akan
dipaparkan sebagai berikut.
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal dari usaha
perikanan tangkap adalah 1,7 tahun.
B. Sewa Perahu
1. Keragaan Biaya Manfaat
Kegiatan minawisata bahari di Pantai Santolo yang dilakukan oleh nelayan
sebagai pekerjaan alternatif yaitu salah satunya sewa perahu. Analisis pendapatan dari
usaha sewa perahu lebih jelasnya akan disajikan pada tabel berikut.
𝐏𝐚𝐲𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐓𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩 = 𝐑𝐩 𝟏𝟑𝟗.𝟖𝟐𝟎.𝟎𝟖𝟒
𝐑𝐩 𝟖𝟐.𝟑𝟓𝟏.𝟔𝟑𝟐 × 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 = 𝟏,𝟕 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧
Tabel 10. Keragaan Biaya Manfaat Usaha Sewa Perahu Dalam 1 Tahun
No Uraian Nilai (Rp)
1 Biaya Investasi
Kapal 5.500.000
Mesin 7.000.000
Jumlah 12.500.000
2 Biaya Tetap
Penyusutan Kapal 300.000
Penyusutan Mesin 310.000
Jumlah 610.000
3 Biaya Variabel
Bahan Bakar 7.117.500
Perbekalan 6.350.000
Jumlah 13.467.500
Biaya Total 26.577.500
4 Penerimaan 50.200.000
5 Pendapatan/Keuntungan 36.122.500
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran nelayan
Pantai Santolo untuk usaha sewa perahu terdiri Biaya Investasi, Biaya Tetap, dan
Biaya Variabel adalah Rp 26.577.500 (Biaya Total). Biaya operasional dari usaha
sewa perahu adalah sebesar Rp 14.007.500. Rata-rata penerimaan nelayan dalam satu
tahun untuk kegiatan usaha ini adalah sebesar Rp 50.200.000, dengan
pendapatan/keuntungan bersih sebesar Rp 36.122.500. Kegiatan usaha ini dapat
dikatakan layak dijalankan karena memberikan keuntungan, karena penerimaan rata-
rata lebih besar daripada biaya operasional.
2. BCR
Selanjutnya analisis BCR, analisis ini berguna untuk mengetahui kelayakan
suatu usaha. BCR dari kegiatan usaha sewa perahu di Pantai Santolo adalah sebagai
berikut.
BCR dari usaha sewa perahu ini sebesar 3,57 yang dapat dikatakan usaha ini
layak untuk dijalankan karena BCR lebih dari 1.
3. Profitabilitas
Kriteria untung rugi dalam analisis profitabilitas ditentukan oleh suku bunga
bank, dimana suku bunga pinjaman untuk perikanan adalah sebesar 16%.
Profitabilitas merupakan perhitungan yang menggambarkan kemampuan suatu usaha
untuk mendapatkan laba. Profitabilitas dari usaha sewa perahu akan dipaparkan
sebagai berikut.
Profitabilitas usaha sewa perahu adalah sebesar 256,6%, dimana angka
tersebut lebih besar dari suku bunga pinjaman maka dapat dikatakan usaha sewa
perahu di Pantai Santolo menguntungkan.
4. Payback Periods
Payback Period merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung
pengembalian modal, dapat diartikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan modal. Analisis Payback Period dari usaha sewa perahu akan
dipaparkan sebagai berikut.
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal dari usaha
sewa perahu adalah 0,7 tahun (8.4 bulan).
𝐏𝐫𝐨𝐟𝐢𝐭𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐒𝐞𝐰𝐚 𝐏𝐞𝐫𝐚𝐡𝐮 = 𝐑𝐩 𝟑𝟔.𝟏𝟐𝟐.𝟓𝟎𝟎
𝐑𝐩 𝟏𝟒.𝟎𝟕𝟕.𝟓𝟎𝟎 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟐𝟓𝟔,𝟔%
𝐏𝐚𝐲𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐒𝐞𝐰𝐚 𝐏𝐞𝐫𝐚𝐡𝐮 = 𝐑𝐩 𝟐𝟔.𝟓𝟕𝟕.𝟓𝟎𝟎
𝐑𝐩 𝟑𝟔.𝟏𝟐𝟐.𝟓𝟎𝟎 × 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 = 𝟎,𝟕 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧
𝐁𝐂𝐑 𝐒𝐞𝐰𝐚 𝐏𝐞𝐫𝐚𝐡𝐮 =𝐑𝐩 𝟓𝟎.𝟐𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
𝐑𝐩 𝟏𝟒.𝟎𝟕𝟕.𝟓𝟎𝟎= 𝟑,𝟓𝟕
C. Banana Boat
1. Keragaan Biaya Manfaat
Kegiatan minawisata bahari di Pantai Santolo yang dilakukan oleh nelayan
sebagai pekerjaan alternatif yaitu salah satunya banana boat. Analisis pendapatan
dari usaha banana boat lebih jelasnya akan disajikan pada tabel di bawah.
Tabel 11. Keragaan Biaya Manfaat Usaha Sewa Jasa Permainan Banana Boat Dalam
1 Tahun
No Uraian Nilai (Rp)
1 Biaya Tetap
Retribusi 100.000
Jumlah 100.000
2 Biaya Variabel
Bahan Bakar 18.000.000
Perbekalan 6.000.000
Jumlah 24.000.000
Biaya Total 24.100.000
3 Penerimaan 48.000.000
4 Pendapatan/Keuntungan 23.900.000
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.
Kegiatan usaha ini nelayan berperan sebagai buruh yang berhadapan langsung
dengan wisatawan yang ingin menyewa jasa permainan banana boat. Berdasarkan
Tabel 11, dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran nelayan Pantai Santolo untuk
usaha sewa jasa permainan banana boat terdiri Biaya Tetap, dan Biaya Variabel
adalah Rp 24.100.000 (Biaya Total). Biaya operasional dari usaha banana boat
adalah sebesar Rp 24.100.000. Kegiatan usaha ini tidak ada biaya Investasi karena
responden berperan sebagai buruh, alat-alat dipinjamkan oleh pemilik. Rata-rata
penerimaan nelayan dalam satu tahun untuk kegiatan usaha ini adalah sebesar Rp
48.000.000, dengan pendapatan/keuntungan bersih sebesar Rp 23.900.000. Kegiatan
usaha ini dapat dikatakan layak dijalankan karena memberikan keuntungan, dimana
penerimaan rata-rata lebih besar daripada biaya operasional.
2. BCR
Selanjutnya analisis BCR, analisis ini berguna untuk mengetahui kelayakan
suatu usaha. BCR dari kegiatan usaha banana boat di Pantai Santolo adalah sebagai
berikut.
BCR dari usaha banana boat ini sebesar 1,99 yang dapat dikatakan usaha ini
layak untuk dijalankan karena BCR lebih dari 1.
3. Profitabilitas
Kriteria untung rugi dalam analsis profitabilitas ditentukan oleh suku bunga
bank, dimana suku bunga pinjaman untuk perikanan adalah sebesar 16%.
Profitabilitas merupakan perhitungan yang menggambarkan kemampuan suatu usaha
untuk mendapatkan laba. Profitabilitas dari usaha sewa banana boat akan dipaparkan
sebagai berikut.
Profitabilitas usaha sewa jasa permainan banana boat adalah sebesar 99,17%,
dimana angka tersebut lebih besar dari suku bunga pinjaman, maka dapat dikatakan
usaha sewa jasa permainan banana boat di nelayan Pantai Santolo menguntungkan.
4. Payback Periods
Payback Periods merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung
pengembalian modal, dapat diartikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
𝐏𝐫𝐨𝐟𝐢𝐭𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐁𝐚𝐧𝐚𝐧𝐚 𝐁𝐨𝐚𝐭 = 𝐑𝐩 𝟐𝟑.𝟗𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
𝐑𝐩 𝟐𝟒.𝟏𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟗𝟗,𝟏𝟕%
𝐁𝐂𝐑 𝐁𝐚𝐧𝐚𝐧𝐚 𝐁𝐨𝐚𝐭 =𝐑𝐩 𝟒𝟖.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
𝐑𝐩 𝟐𝟒.𝟏𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎= 𝟏,𝟗𝟗
mengembalikan modal. Analisis Payback Period dari usaha banana boat akan
dipaparkan sebagai berikut.
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal dari usaha
banana boat adalah 1 tahun.
D. Sewa Losmen
1. Keragaan Biaya Manfaat
Kegiatan minawisata bahari di Pantai Santolo yang dilakukan oleh nelayan
sebagai pekerjaan alternatif yaitu salah satunya sewa losmen. Analisis pendapatan
dari usaha sewa losmen lebih jelasnya akan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 12. Keragaan Biaya Manfaat Usaha Sewa Losmen Dalam 1 Tahun
No Uraian Nilai (Rp)
1 Biaya Investasi
Bangunan 100.000.000
Furnitur 11.280.0000
Jumlah 111.280.000
2 Biaya Tetap
Penyusutan Bangunan 2.500.000
Penyusutan Furnitur 575.000
Pajak Bumi dan Bangunan 300.000
Jumlah 3.375.000
3 Biaya Variabel
Biaya Listrik 1.200.000
Jumlah 1.200.000
Biaya Total 115.855.000
4 Penerimaan 25.560.000
5 Pendapatan/Keuntungan 20.985.000
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.
𝐏𝐚𝐲𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐁𝐚𝐧𝐚𝐧𝐚 𝐁𝐨𝐚𝐭 = 𝐑𝐩 𝟐𝟒.𝟏𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
𝐑𝐩 𝟐𝟑.𝟗𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎 × 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 = 𝟏 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧
Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran nelayan
Pantai Santolo untuk usaha sewa losmen ini terdiri Biaya Investasi, Biaya Tetap, dan
Biaya Variabel adalah Rp 115.855.000 (Biaya Total). Biaya operasional dari usaha
sewa losmen adalah sebesar Rp 4.575.000. Rata-rata penerimaan nelayan dalam satu
tahun untuk kegiatan usaha ini adalah sebesar Rp 25.560.000, dengan
pendapatan/keuntungan bersih sebesar Rp 20.985.000. Kegiatan usaha ini dapat
dikatakan memberikan keuntungan dimana penerimaan rata-rata lebih besar daripada
biaya operasional.
2. BCR
Selanjutnya analisis BCR, analisis ini berguna untuk mengetahui kelayakan
suatu usaha. BCR dari kegiatan usaha sewa losmen di Pantai Santolo adalah sebagai
berikut.
BCR dari usaha sewa losmen ini sebesar 5,6 yang dapat dikatakan usaha ini
layak untuk dijalankan karena BCR lebih dari 1.
3. Profitabilitas
Kriteria untung rugi dalam analisis profitabilitas ditentukan oleh suku bunga
bank, dimana suku bunga pinjaman untuk perikanan adalah sebesar 16%.
Profitabilitas merupakan perhitungan yang menggambarkan kemampuan suatu usaha
untuk mendapatkan laba. Profitabilitas dari usaha sewa losmen akan dipaparkan
sebagai berikut.
𝐏𝐫𝐨𝐟𝐢𝐭𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐋𝐨𝐬𝐦𝐞𝐧 = 𝐑𝐩 𝟐𝟎.𝟗𝟖𝟓.𝟎𝟎𝟎
𝐑𝐩 𝟒.𝟓𝟕𝟓.𝟎𝟎𝟎 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟓𝟖,𝟕%
𝐁𝐂𝐑 𝐒𝐞𝐰𝐚 𝐋𝐨𝐬𝐦𝐞𝐧 =𝐑𝐩 𝟐𝟓.𝟓𝟔𝟎.𝟎𝟎𝟎
𝐑𝐩 𝟏𝟏𝟓.𝟖𝟓𝟓.𝟎𝟎𝟎= 𝟓,𝟔
Profitabilitas usaha sewa losmen adalah sebesar 458,7%, dimana angka
dimana angka tersebut lebih besar dari suku bunga pinjaman, maka dapat dikatakan
usaha sewa losmen yang ada di Pantai Santolo menguntungkan.
4. Payback Periods
Payback Periods merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung
pengembalian modal, dapat diartikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan modal. Analisis Payback Period dari usaha sewa losmen akan
dipaparkan sebagai berikut.
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal dari usaha
sewa losmen adalah 5,5 tahun.
E. Kuliner
1. Keragaan Biaya Manfaat
Kegiatan minawisata bahari di Pantai Santolo yang dilakukan oleh nelayan
sebagai pekerjaan alternatif yaitu salah satunya usaha kuliner. Analisis pendapatan
dari usaha kuliner lebih jelasnya akan disajikan pada tabel berikut.
𝐏𝐚𝐲𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐒𝐞𝐰𝐚 𝐋𝐨𝐬𝐦𝐞𝐧 = 𝐑𝐩 𝟏𝟏𝟓.𝟖𝟓𝟓.𝟎𝟎𝟎
𝐑𝐩 𝟐𝟑.𝟑𝟖𝟓.𝟎𝟎𝟎 × 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 = 𝟓,𝟓 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧
Tabel 13. Keragaan Biaya Manfaat Usaha Kuliner Dalam 1 Tahun
No Uraian Nilai (Rp)
1 Biaya Investasi
Bangunan 10.000.000
Meja dan Kursi 2.000.000
Peralatan Dapur 800.000
Jumlah 12.800.000
2 Biaya Tetap
Penyusutan Bangunan 800.000
Penyusutan Meja dan Kursi 350.000
Penyusutan Peralatan Dapur 125.000
Retribusi 55.000
Jumlah 1.330.000
3 Biaya Variabel
Biaya Listrik 1.200.000
Biaya Berbelanja Bahan-bahan 2.160.000
Jumlah 3.360.000
Biaya Total 17.490.000
4 Penerimaan 31.320.000
5 Pendapatan/Keuntungan 26.630.000
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.
Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran nelayan
Pantai Santolo untuk usaha kuliner ini terdiri Biaya Investasi, Biaya Tetap, dan Biaya
Variabel adalah Rp 17.490.000 (Biaya Total). Biaya operasional dari usaha kuliner
adalah sebesar Rp 4.690.000. Rata-rata penerimaan nelayan dalam satu tahun untuk
kegiatan usaha ini sebesar Rp 31.320.000, dengan pendapatan/keuntungan bersih
sebesar Rp 26.630.000. Kegiatan usaha ini dapat dikatakan layak dijalankan karena
memberikan keuntungan, yakni penerimaan rata-rata lebih besar daripada biaya
operasional.
2. BCR
Selanjutnya analisis BCR, analisis ini berguna untuk mengetahui kelayakan
suatu usaha. BCR dari kegiatan usaha kuliner losmen di Pantai Santolo adalah
sebagai berikut.
BCR dari usaha kuliner ini sebesar 6,7 yang dapat dikatakan usaha ini layak
untuk dijalankan karena BCR lebih dari 1.
3. Profitabilitas
Kriteria untung rugi dalam analisis profitabilitas ditentukan oleh suku bunga
bank, dimana suku bunga pinjaman untuk perikanan adalah sebesar 16%. Rasio
profitabilitas merupakan rasio untuk menggambarkan kemampuan suatu usaha untuk
mendapatkan laba. Rasio profitabilitas dari usaha kuliner akan dipaparkan sebagai
berikut.
Profitabilitas usaha kuliner adalah sebesar 567,8%, dimana angka tersebut
lebih besar dari suku bunga pinjaman, maka dapat dikatakan usaha kuliner yang ada
di Pantai Santolo menguntungkan.
4. Payback Periods
Payback Periods merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung
pengembalian modal, dapat diartikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan modal. Analisis Payback Period dari usaha kuliner akan dipaparkan
sebagai berikut.
𝐏𝐫𝐨𝐟𝐢𝐭𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐊𝐮𝐥𝐢𝐧𝐞𝐫 = 𝐑𝐩 𝟐𝟔.𝟔𝟑𝟎.𝟎𝟎𝟎
𝐑𝐩 𝟒.𝟔𝟗𝟎.𝟎𝟎𝟎 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓𝟔𝟕,𝟖%
𝐏𝐚𝐲𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐊𝐮𝐥𝐢𝐧𝐞𝐫 = 𝐑𝐩 𝟏𝟕.𝟒𝟗𝟎.𝟎𝟎𝟎
𝐑𝐩 𝟐𝟔.𝟔𝟑𝟎.𝟎𝟎𝟎 × 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 = 𝟎,𝟕 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧
𝐁𝐂𝐑 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐊𝐮𝐥𝐢𝐧𝐞𝐫 =𝐑𝐩 𝟑𝟏.𝟑𝟐𝟎.𝟎𝟎𝟎
𝐑𝐩 𝟏𝟏.𝟒𝟗𝟎.𝟎𝟎𝟎= 𝟔,𝟕
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal dari usaha
kuliner adalah 0,7 tahun (8,4 bulan).
F. Cinderamata
1. Keragaan Biaya Manfaat
Kegiatan minawisata bahari di Pantai Santolo yang dilakukan oleh nelayan
sebagai pekerjaan alternatif yaitu salah satunya usaha menjual cinderamata. Analisis
pendapatan dari usaha menjual cinderamata lebih jelasnya akan disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 14. Keragaan Biaya Manfaat Usaha Menjual Cinderamata Dalam 1 Tahun
No Uraian Nilai (Rp)
1 Biaya Investasi
Bangunan 11.500.000
Peralatan 2.100.000
Jumlah 13.600.000
2 Biaya Tetap
Penyusutan Bangunan 430.000
Penyusutan Peralatan 100.000
Retribusi 100.000
Jumlah 630.000
3 Biaya Variabel
Biaya Listrik 1.200.000
Biaya Berbelanja Bahan-bahan 7.240.000
Jumlah 8.740.000
Biaya Total 22.970.000
4 Penerimaan 13.800.000
5 Pendapatan/Keuntungan 4.430.000
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.
Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran nelayan
Pantai Santolo untuk usaha menjual cinderamata ini terdiri Biaya Investasi, Biaya
Tetap, dan Biaya Variabel adalah Rp 22.970.000 (Biaya Total). Biaya operasional
dari usaha cinderamata sebesar Rp 9.370.000. Rata-rata penerimaan nelayan dalam
satu tahun untuk kegiatan usaha ini sebesar Rp 13.800.000, dengan
pendapatan/keuntungan bersih sebesar Rp 4.430.000. Kegiatan usaha ini dapat
dikatakan layak dijalankan karena memberikan keuntungan, yakni penerimaan rata-
rata lebih besar daripada biaya operasional.
Keuntungan yang didapat memang termasuk kecil, karena berdasarkan
wawancara dengan responden hal ini bisa terjadi karena nelayan menjalankan usaha
ini tidak terlalu memperhatikan pengeluaran dan keuangan yangtidak diatur dengan
baik, uang yang setiap hari diperoleh selalu habis untuk pengeluaran yang tidak tentu,
tidak ada pengaturan dalam pengeluaran uang, serta tidak ada keinginan untuk
menyimpan uang.
2. BCR
Selanjutnya analisis BCR, analisis ini berguna untuk mengetahui kelayakan
suatu usaha. BCR dari kegiatan usaha menjual cinderamata di Pantai Santolo adalah
sebagai berikut.
BCR dari usaha menjual cinderamata ini sebesar 1,5 yang dapat dikatakan
usaha ini tidak layak untuk dijalankan karena BCR kurang dari 1.
3. Profitabilitas
Kriteria untung rugi dalam analisis profitabilitas ditentukan oleh suku bunga
bank, dimana suku bunga pinjaman untuk perikanan adalah sebesar 16%.
Profitabilitas merupakan perhitungan yang menggambarkan kemampuan suatu usaha
untuk mendapatkan laba. Profitabilitas dari usaha menjual cinderamata akan
dipaparkan sebagai berikut.
𝐏𝐫𝐨𝐟𝐢𝐭𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐂𝐢𝐧𝐝𝐞𝐫𝐚𝐦𝐚𝐭𝐚 =
𝐑𝐩 𝟒.𝟒𝟑𝟎.𝟎𝟎𝟎
𝐑𝐩 𝟗.𝟑𝟕𝟎.𝟎𝟎𝟎 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟕,𝟑%
𝐁𝐂𝐑 𝐌𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥 𝐂𝐢𝐧𝐝𝐞𝐫𝐚𝐦𝐚𝐭𝐚 =𝐑𝐩 𝟏𝟑.𝟖𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
𝐑𝐩 𝟐𝟐.𝟗𝟕𝟎.𝟎𝟎𝟎= 𝟏,𝟓
Profitabilitas usaha menjual cinderamata adalah sebesar 47,3%, dimana angka
tersebut lebih besar dari suku bunga pinjaman, maka dapat dikatakan usaha kuliner
yang ada di Pantai Santolo menguntungkan.
4. Payback Periods
Payback Periods merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung
pengembalian modal, dapat diartikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan modal. Analisis Payback Periods dari usaha menjual cinderamata
akan dipaparkan sebagai berikut.
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal dari usaha
menjual cinderamata adalah 5,2 tahun.
4.3.2 Curahan Kerja
A. Curahan Kerja Keluarga Nelayan
Berdasarkan wawancara dengan responden, ada empat responden yang
melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan dan usaha sewa perahu sebagai
pekerjaan alternatifnya, serta ada satu keluarga nelayan (Pak Mimin dan Bu Anih)
yang bekerja dalam usaha penangkapan ikan, usaha sewa perahu, dan usaha kuliner
yg dijalankan oleh istri nelayan. Berikut dipaparkan curahan kerjanya.
a. Curahan Kerja dari Usaha Perikanan Tangkap, dan Sewa Perahu
Nelayan yang melakukan kegiatan usaha perikanan tangkap melakukan
kegiatannya dari pukul 18.00 WIB-06.00 WIB, maka didapat rata-rata curahan kerja
nelayan yaitu 12 jam dalam sehari (24 jam). Relatif curahan kerja per harinya adalah
sebagai berikut:
𝐏𝐚𝐲𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐌𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥 𝐂𝐢𝐧𝐝𝐞𝐫𝐚𝐦𝐚𝐭𝐚 = 𝐑𝐩 𝟐𝟐.𝟗𝟕𝟎.𝟎𝟎𝟎
𝐑𝐩 𝟒.𝟒𝟑𝟎.𝟎𝟎𝟎 × 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 = 𝟓,𝟐 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧
Hal ini menunjukkan bahwa nelayan yang melakukan kegiatan usaha
perikanan tangkap memiliki curahan waktu kerja sebesar 50% atau 12 jam sehari (24
jam), 21 hari dalam satu bulan, dan 252 hari dalam satu tahun.
Nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa perahu dalam sehari rata-rata
nelayan melakukan 20 kali bolak balik. Berdasarkan wawancara terhadap empat
responden (Pak Indra, Pak Tono, Pak Kardi, Pak Ujang) maka didapat rata-rata
curahan kerja nelayan yaitu 13 jam dalam sehari (24 jam) dimana nelayan bekerja
dari pukul 05.00 WIB-18.00 WIB. Relatif curahan kerja per harinya adalah sebagai
berikut:
Hal ini menunjukkan bahwa nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa
perahu memiliki curahan waktu kerja sebesar 54,17% atau 13 jam sehari (24 jam),
tujuh hari dalam satu bulan, dan 84 hari dalam satu tahun.
b. Curahan Kerja dari Usaha Perikanan Tangkap, Sewa Perahu, dan Usaha
Kuliner
Nelayan yang melakukan kegiatan usaha perikanan tangkap melakukan
kegiatannya dari pukul 18.00 WIB-06.00 WIB, maka didapat rata-rata curahan kerja
nelayan yaitu 12 jam dalam sehari (24 jam). Relatif curahan kerja per harinya adalah
sebagai berikut:
𝐂𝐊𝐏𝐓 = 𝟏𝟐
𝟐𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓𝟎,𝟎𝟎%
𝐂𝐊𝐒𝐏 = 𝟏𝟑
𝟐𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓𝟒,𝟏𝟕%
𝐂𝐊𝐏𝐓 = 𝟏𝟐
𝟐𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓𝟎,𝟎𝟎%
Hal ini menunjukkan bahwa nelayan yang melakukan kegiatan usaha
perikanan tangkap memiliki curahan waktu kerja sebesar 50% atau 12 jam sehari (24
jam), 21 hari dalam satu bulan, dan 252 hari dalam satu tahun.
Nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa perahu dalam sehari rata-rata
nelayan melakukan 20 kali bolak balik. Berdasarkan wawancara terhadap 1 orang
responden (Pak Mimin) maka didapat curahan kerja nelayan yaitu 13 jam dalam
sehari (24 jam) dimana nelayan bekerja dari pukul 05.00 WIB-18.000 WIB. Relatif
curahan kerja per harinya adalah sebagai berikut:
Hal ini menunjukkan bahwa nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa
perahu memiliki curahan waktu kerja sebesar 54,17% atau 13 jam sehari (24 jam),
tujuh hari dalam satu bulan, dan 84 hari dalam satu tahun.
.
Nelayan Pantai Santolo yang melakukan kegiatan usaha kuliner memulai
pekerjaannya sehabis subuh sampai menjelang malam. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Bu Anih, didapat curahan kerja yaitu 15 jam dalam sehari (24 jam). Relatif
curahan kerja per harinya adalah sebagai berikut:
Artinya nelayan yang melakukan kegiatan usaha kuliner memiliki curahan
waktu kerja sebesar 62,5% atau 15 jam sehari (24 jam), 25 hari dalam satu bulan, hari
300 dalam satu tahun.
B. Curahan Kerja Kegiatan Usaha Sewa Jasa Permainan Banana Boat
Nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa jasa permainan banana boat
dalam sehari rata-rata melakukannya sampai 15 kali. Berdasarkan hasil wawancara
𝐂𝐊𝐒𝐏 = 𝟏𝟑
𝟐𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓𝟒,𝟏𝟕%
𝐂𝐊𝐊𝐔𝐋𝐈𝐍𝐄𝐑 = 𝟏𝟓
𝟐𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟔𝟐,𝟓%
terhadap 5 responden, didapat rata-rata curahan kerja nelayan yaitu 11 jam dalam
sehari (24 jam) dimana nelayan bekerja dari pukul 07.00 WIB-18.00 WIB. Relatif
curahan kerja per harinya adalah sebagai berikut:
Hal ini menunjukkan bahwa nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa
jasa permainan banana boat memiliki curahan waktu kerja sebesar 45,8% atau 11 jam
sehari (24 jam), lima hari dalam satu minggu, dan 60 hari dalam satu tahun. Usaha
ini dijalani disaat akhir pekan, hari libur keagamaan, dan libur nasional.
C. Curahan Kerja Kegiatan Usaha Sewa Losmen
Nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa losmen dilakukan dari pagi
hari sampai menjelang malam. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 5 responden,
didapat rata-rata curahan kerja nelayan yaitu 15 jam dalam sehari (24 jam) dimana
nelayan bekerja dari pukul 06.00 WIB-21.00 WIB. Relatif curahan kerja per harinya
adalah sebagai berikut:
Hal ini menunjukkan bahwa nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa
losmen memiliki curahan waktu kerja sebesar 62,5% atau 15 jam sehari (24 jam), 25
hari dalam satu bulan, hari 300 dalam satu tahun.
D. Curahan Kerja Kegiatan Usaha Kuliner
Nelayan Pantai Santolo yang melakukan kegiatan usaha kuliner memulai
pekerjaannya sehabis subuh dan menjelang malam. Ada juga yang melakukannya
sampai 24 jam, karena bergantian menjaga warung. Berdasarkan hasil wawancara
𝐂𝐊𝐁𝐁 = 𝟏𝟏
𝟐𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟓,𝟖%
𝐂𝐊𝐋𝐎𝐒𝐌𝐄𝐍 = 𝟏𝟓
𝟐𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟔𝟐,𝟓%
terhadap 4 responden, didapat rata-rata curahan kerja yaitu 18 jam dalam sehari (24
jam). Relatif curahan kerja per harinya adalah sebagai berikut:
Artinya nelayan yang melakukan kegiatan usaha menjual makanan minuman
dan hidangan laut memiliki curahan waktu kerja sebesar 75% atau 18 jam sehari (24
jam), 25 hari dalam satu bulan, hari 300 dalam satu tahun.
E. Curahan Kerja Kegiatan Usaha Menjual Cinderamata
Nelayan Pantai Santolo yang melakukan kegiatan usaha menjual cinderamata
memulai pekerjaannya sehabis subuh sampai sore, yaitu pukul 06.00 WIB-17.00
WIB. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 5 responden, didapat rata-rata curahan
kerja yaitu 11 jam dalam sehari (24 jam). Relatif curahan kerja per harinya adalah
sebagai berikut:
Artinya nelayan yang melakukan kegiatan usaha menjual cinderamata
memiliki curahan waktu kerja sebesar 45,8% atau 11 jam sehari (24 jam), 25 hari
dalam satu bulan, hari 300 dalam satu tahun.
4.4 Kontribusi Minawisata Bahari
4.4.1 Kontribusi Minawisata Bahari Terhadap Pendapatan Keluarga Nelayan
Kegiatan minawisata bahari yang dilakukan oleh keluarga nelayan adalah
sewa perahu, dan usaha kuliner, sehingga kontribusi relatif pendapatan rumah tangga
nelayan di Pantai Santolo dapat dihitung sebagai berikut:
𝐂𝐊𝐊𝐔𝐋𝐈𝐍𝐄𝐑 = 𝟏𝟖
𝟐𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟕𝟓%
𝐂𝐊𝐌𝐂 = 𝟏𝟏
𝟐𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟓,𝟖%
I mn.bahari = pendapatan sewa perahu + pendapatan usaha kuliner
= Rp 36.122.500 + Rp 26.630.000
= Rp 62.752.500
I tangkap + I mn.bahari = Rp 82.351.632 + Rp 62.752.500
= Rp 145.104.132
Maka,
I relative off farm = Rp 62.752.500
Rp 82.351.632 + Rp 62.752.500 × 100%
= Rp 62.752.500
(Rp 145.104.132 ) × 100%
= 43,2%
Jadi kontribusi relatif pendapatan keluarga nelayan per tahun diluar kegiatan
penangkapan di Pantai Santolo adalah sebesar 43,2%. Bila dibandingkan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya dengan judul sejenis, kontribusi relatif pendapatan
nelayan diluar kegiatan penangkapan hasil penelitian Hurlan (2007) di Pantai
Tirtamaya Indramayu sebesar 42,9%; hasil penelitian Hakim (2011) di Pantai
Karangsong Indramayu sebesar 59,32%; dan hasil dari penelitian Yuliriane (2012) di
Pantai Pangandaran sebesar 43,09%.
Untuk kontribusi mutlak pendapatan keluarga nelayan per tahun diluar
kegiatan penangkapan adalah sebagai berikut:
I absolute off farm = Rp 62.752.500
Rp 82.351.632 + Rp 62.752.500 × Rp 82.351.632
= Rp 62.752.500
(Rp 145.101.132 ) × Rp 82.351.632
= Rp 35.614.222,-
Jadi kontribusi mutlak pendapatan rumah tangga nelayan per tahun diluar
kegiatan penangkapan di Pantai Santolo adalah sebesar Rp 35.614.222,-.
4.4.2 Kontribusi Minawisata Bahari Terhadap Potensi Pendapatan Pantai
Santolo
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak UPTD banyaknya pihak yang
menjalankan usaha sewa perahu berjumlah 7, usaha banana boat berjumlah 2 unit,
usaha sewa losmen berjumlah 20, usaha kuliner berjumlah 23, dan usaha cinderamata
berjumlah 5. Estimasi jumlah keseluruhan pendapatan di Pantai Santolo dipengaruhi
oleh hasil dari kegiatan penangkapan ikan, dan dari kegiatan minawisata bahari yaitu
sewa perahu, sewa jasa permainan banana boat, sewa losmen, usaha kuliner, dan
usaha menjual cinderamata. Dimana pendapatan dari hasil perikanan tangkap sebesar
Rp 828.005.350 (BPTPK Kecamatan Cikelet 2012). Hasil dari pendapatan tersebut
dapat dianalisis untuk mengetahui estimasi kontribusi yang disumbangkan terhadap
keseluruhan Pendapatan Pantai Santolo khusunya dari kegiatan minawisata bahari.
Rinciannya disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Estimasi Kontribusi Minawisata Bahari Terhadap Potensi Pendapatan
Pantai Santolo
Jenis Pemasukan Pendapatan
(Rp)
Kontribusi
(%)
Hasil Sewa Perahu 252.857.500 18,7
Hasil Sewa Jasa Permainan Banana Boat 47.800.000 3,5
Hasil Sewa Losmen 419.700.000 30,9
Hasil Usaha Kuliner 612.490.000 45,2
Hasil Menjual Cinderamata 22.150.000 1,7
Total 1.354.997.500 100
Sumber: *Hasil Nilai Produksi Tahun 2012 BPTPK Kecamatan Cikelet,
dan Data Primer (Diolah), 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam kontribusi terhadap
pendapatan, dari usaha perikanan tangkap yang masih mendominasi dengan
pendapatan sebesar Rp 828.005.350. Sedangkan untuk sektor minawisata dalam
musim biasa atau bukan musim liburan sebesar Rp 1.354.997.500, dimana kontribusi
terbesar berasal dari usaha kuliner dengan presentase 45,2%, dan dari usaha sewa
losmen dengan presentase 30,9%. Bila dibandingkan antara hasil perikanan tangkap
dan minawisata bahari, maka yang paling besar pendapatannya berasal dari
minawisata bahari. Untuk jenis usaha lainnya dalam minawisata bahari di Pantai
Santolo memiliki potensi yang besar, dan masih perlu dikembangkan dengan baik,
dengan begitu pendapatan daerah pun menjadi meningkat. Pantai Santolo masih perlu
banyak promosi, dan masih harus banyak di tata baik dari segi perikanan tangkap,
maupun nimawisata baharinya. Sarana dan prasarana juga masih perlu diperbaiki agar
wisatawan yang berkunjung merasa lebih nyaman, maka dengan begitu makin banyak
wisatawan yang akan kembali lagi ke Pantai Santolo untuk berkunjung.