bab iv hasil dan pembahasan 4.1 keadaan umum...

50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kabupaten Garut merupakan wilayah yang dinamis, seiring dengan bertambahnya waktu, berbagai dinamika terus berlangsung, baik yang diharapkan maupun yang tidak sehingga perubahan terjadi pada semua sektor. Wilayah Kabupaten Garut secara geografis terletak di Jawa Barat Selatan meliputi areal seluas 3.066,88 km 2 , terdiri dari 42 kecamatan, 403 desa, dan 21 kelurahan masing-masing mempunyai ciri-ciri khusus dalam potensi wilayah baik dari segi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013). Kabupaten Garut terletak pada posisi 6 o 57’34” LS - 7 o 44’57” LS dan 107 o 24’3” BT - 108 o 24’34” BT. Wilayah Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tertinggi 1.244 m dpl dan terendah 7 m dpl dengan pegunungan, dataran rendah dan pantai dibedakan ke dalam iklim Am, Af, dan Cw. Secara administratif Kabupaten Garut terdapat di Wilayah Propinsi Jawa Barat dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013): Bagian Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang. Bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya Bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur Bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. Kabupaten Garut mempunyai topografi yang sangat beragam. Wilayah Garut Utara, Timur dan Barat secara umum merupakan daerah dataran tinggi dengan kondisi alam berbukit-bukit dan pegunungan, sedangkan kondisi alam daerah sebelah selatan sebagian permukaan tanahnya memiliki kemiringan yang relatif cukup curam.

Upload: danghanh

Post on 08-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut

Kabupaten Garut merupakan wilayah yang dinamis, seiring dengan

bertambahnya waktu, berbagai dinamika terus berlangsung, baik yang diharapkan

maupun yang tidak sehingga perubahan terjadi pada semua sektor. Wilayah

Kabupaten Garut secara geografis terletak di Jawa Barat Selatan meliputi areal seluas

3.066,88 km2, terdiri dari 42 kecamatan, 403 desa, dan 21 kelurahan masing-masing

mempunyai ciri-ciri khusus dalam potensi wilayah baik dari segi sumber daya alam

maupun sumber daya manusianya (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut

2013).

Kabupaten Garut terletak pada posisi 6o57’34” LS - 7

o44’57” LS dan

107o24’3” BT - 108

o24’34” BT. Wilayah Kabupaten Garut mempunyai ketinggian

tertinggi 1.244 m dpl dan terendah 7 m dpl dengan pegunungan, dataran rendah dan

pantai dibedakan ke dalam iklim Am, Af, dan Cw. Secara administratif Kabupaten

Garut terdapat di Wilayah Propinsi Jawa Barat dengan batas-batas wilayah

administratif sebagai berikut (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013):

Bagian Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten

Sumedang.

Bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya

Bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur

Bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.

Kabupaten Garut mempunyai topografi yang sangat beragam. Wilayah Garut

Utara, Timur dan Barat secara umum merupakan daerah dataran tinggi dengan

kondisi alam berbukit-bukit dan pegunungan, sedangkan kondisi alam daerah sebelah

selatan sebagian permukaan tanahnya memiliki kemiringan yang relatif cukup curam.

Corak alam daerah sebelah selatan ini diwarnai oleh iklim Samudra Hindia dengan

segenap potensi alam dan keindahan pantainya (Dinas Peternakan Perikanan dan

Kelautan Garut 2013).

Kabupaten Garut dengan memiliki iklim tropis, curah hujan yang cukup

tinggi, hari hujan yang banyak dan lahan yang subur serta ditunjang dengan

banyaknya aliran sungai, menyebabkan sebagian besar dari luas wilayahnya

dipergunakan untuk lahan pertanian (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut

2013).

Jumlah penduduk Kabupaten Garut pada tahun 2011 tercatat 2.407.086 jiwa,

jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2010 yang tercatat sebanyak 2.737.525

jiwa (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013).

4.1.1 Potensi Sumberdaya Alam Kabupaten Garut

Kabupaten Garut memiliki panjang garis pantai sekitar 80 km yang

membentang di wilayah selatan meliputi Kecamatan Caringin, Mekarmukti,

Bungbulang, Pakenjeng, Cikelet, Pameungpeuk dan Cibalong. Potensi Mangrove di

wilayah Garut sebagian besar terdapat di wilayah Kecamatan Cibalong. Padang

lamun (sea grass beds) terdapat hampir disepanjang pantai. Rumput laut (sea weeds)

secara alami tumbuh terutama terdapat di perairan laut Cikelet, Cibalong, Pakenjeng

dan Caringin. Adapun potensi berbagi jenis biota laut mencakup jenis-jenis ikan

pelagik seperti Cakalang (Katsuwonus pelamis), Layaran (Istiophorus iroantalis),

Tembang (Sardinella gibbosa), Tongkol (Euthynnus affinis), lalu jenis-jenis ikan

demersal seperti Kakap (Lutjanus campechanus), Cucut (Charcharinus sp.), Kerapu

(Chromileptes altivelis), lalu jenis-jenis krustacea (jenis-jenis udang dan kepiting),

moluska (meliputi bangsa teripang/Holothuroidea, bangsa bulu babi/Echinoidea,

bangsa bintang laut/Asteroidea, bangsa lili laut/Crinoidea) dan jenis-jenis biota laut

lainnya (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013).

Sumberdaya ikan di pantai Kabupaten Garut dengan Zona Ekonomi Eksklusif

(ZEE) dengan luas areal penangkapan ± 28.560 km2 diestimasi dengan potensi lestari

(MSY) 10.000 ton. Umumnya ikan yang ditangkap diantaranya adalah tuna, tongkol,

cakalang, cumi-cumi, layur, kakap, bawal hitam, kerapu, baronang, cucut botol dan

lobster. Disamping ikan-ikan tersebut juga terdapat rumput laut yang cukup potensial

(Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013).

Selain potensi lestari laut dan pantai di Kabupaten Garut juga terdapat potensi

tambak di sepanjang garis pantai yaitu sekitar 1.000 Ha. Serta terdapat banyak

potensi yang terdapat pada ekosistem yang belum dimanfaatkan secara optimal.

Potensi ekosistem kelautan terdiri dari (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan

Garut 2013):

Estuaria : 24 ha

Terumbu Karang : 525 ha

Padang Lamun : 75 ha

Mangrove : 50,9 ha

Potensi sumberdaya lainnya yang terdapat di Kabupaten Garut adalah

sumberdaya energi dari pasang surut yang dapat dikonversi menjadi energi listrik

terutama pada daerah-daerah teluk dan estuaria. Sumberdaya mineral antara lain

berupa biji timah, pasir besi, pasir pantai, batu, kobalt, mangan, tembaga dan lain-

lain. Kabupaten Garut juga memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangan

sebagai daerah tujuan wisata pantai dengan beragam objek wisata yang masih belum

tergali dengan optimal (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013).

Pada bidang sumberdaya hayati, Kabupaten Garut memiliki potensi

sumberdaya perikanan yang cukup besar dengan luas tambak udang 1.000 Ha, situ

dan rawa 258 Ha, sungai 774,17 km, kolam air deras 74 Unit, kolam air tenang 4.000

Ha, sawah ikan 21.000 Ha dan budidaya laut 1.660 Ha (Dinas Peternakan Perikanan

dan Kelautan Garut 2013).

Secara rinci data potensi perikanan dan kelautan Kabupaten Garut disajikan

pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kabupaten

Garut Tahun 2011

Kegiatan Usaha P o t e n s i

Tersedia (Ha) Diusahakan (Ha) Presentase (%)

A. Budidaya Air Tawar

1. Kolam Air Tenang (KAT)

Pembesaran

Pembenihan

4.000

3.500

500

3140,86

2991,26

149,60

78,52

85,46

29,92

2. Kolam air Deras (KAD) Unit 74 74 100

3. Sawah Ikan/Mina Padi

Tumpangsari

Penyelang

21.000

13.000

8.000

8.244,80

5.359,12

2.885,68

39,26

41.22

36,07

B. Budidaya Air Payau

Tambak Udang Vaname

1.000

1.000

171,2

171,2

17,12

17,12

C. Budidaya Laut 1.660 2 0,12

D. Penangkapan

1. Perairan Umum (PU)

Situ / Rawa

Sungai

2. Laut

1052,17

258,00

774,17

10.000 Ton

1032,17

258,00

774,17

4.233,73

98,09

9,2,8

100

42,34

Sumber: Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013

4.1.2 Potensi Sumberdaya Manusia Kabupaten Garut

Dapat ditinjau dari potensi sumberdaya manusia, Kabupaten Garut memiliki

sumberdaya manusia yang mencakup masyarakat perikanan dan kelautan, yang terdiri

dari (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013):

Pembudidaya ikan

Nelayan (termasuk pengolah ikan)

Jumlah masyarakat Kabupaten Garut yang mata pencahariannya bergerak di

sektor perikanan dan kelautan tercatat 33.256 Rumah Tangga Perikanan (RTP)

terdiri dari (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013):

Pembudidaya ikan : 29.113 RTP

Nelayan (termasuk pengolah ikan) : 4.019 RTP/RTBP

Secara rinci Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Kabupaten Garut

disajikan pada Tabel. 2 di bawah ini :

Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP), Perusahaan Perikanan (PP), Buruh

Tani/Nelayan, dan Kelompok Usaha Bersama (KUB) di Kabupaten Garut Tahun

2011

Kegiatan Usaha

J e n i s

RTP PP

Buruh / Tani

Nelayan/pengolah

( Orang )

Kelompok

KUB

A. Budidaya

1. Tambak 12 2 45 1

2. Kolam Air Tenang

(KAT)

Pembesaran 11.965 - 3.161 58

Pembenihan 598 - 391 13

Udang Galah 33 - 66 1

3. Kolam air Deras

(KAD) 16 - 32 1

4. Sawah Ikan (SI) /Mina

Padi 16.489 19.733 67

B. Penangkapan

1. Perairan Umum (PU)

Situ / Rawa

Sungai

Laut

214

698

4.019

-

-

240

-

-

9.609

-

-

26

C. Pengolah

Pengolah Pindang 505 - 1.010 25

Sumber: Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013

4.1.3 Potensi Usaha Penangkapan di Kabupaten Garut

Ditinjau dari potensi usaha penangkapan, saat ini sektor Perikanan dan

Kelautan Kabupaten Garut telah memiliki sumberdaya antara lain terdiri dari (Dinas

Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013):

1. PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan) sebanyak empat lokasi :

PPI Cilauteureun

PPI Rancabuaya

PPI Cimarimuara

PPI Cijeruk

2. BBI (Balai Benih Ikan) terdiri dari :

BBI Pameungpeuk luas areal 0,9 Ha. Terdiri dari kolam pembenihan satu unit,

rumah jaga satu unit dan kolam pendederan enam unit.

BBI Bayongbong luas areal 2,9 Ha. Terdiri dari kolam pembenihan dua unit

terdiri dari satu unit pembenihan indoor dan satu unit pembenihan outdoor,

satu unit rumah petugas, enam unit rumah jaga, satu unit laboratorium, satu

unit ruang pertemuan, serta kolam pendederan sebanyak 19 unit.

BBI Hias di Jalan Bratayudha. Terdapat satu unit bangunan lengkap, terdiri

dari tiga unit bangunan kantor, satu unit indoor hatchery, satu unit rumah

dinas dan kolam pendederan empat unit kolam besar dan tujuh unit kolam

kecil permanen.

3. Pasar Ikan, yaitu :

Pasar ikan Tarogong dengan luas areal 1.748 m2 mencakup untuk konsumsi

ikan dan benih ikan.

Merujuk pada potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan

sumberdaya buatan di atas, maka sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Garut

sangat berpotensi untuk dikembangkan (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan

Garut 2013).

4.2 Keadaan Umum Pantai Santolo

Pantai Santolo merupakan kawasan wisata yang secara administratif berada di

kecamatan Cikelet dengan luas wilayah 21.643 ha. Secara astronomis Pantai Santolo

terletak pada 107o 37’ BT - 107

o 46’ BT dan 07

o 28’ LS - 07

o 40’ LS. Struktur

geologi kawasan wisata Pantai Santolo adalah sesar, sesar yang dijumpai adalah sesar

normal dan sesar geser. Formasi batuan yang mendominasi Pantai Santolo adalah

Aluvium dengan material batuan hasil pengendapan. Kawasan wisata Pantai Santolo

secara fisiografi termasuk ke dalam zona pegunungan selatan Jawa Barat bagian

tengah. Morfologi kawasan ini tremasuk dalam Satuan Morfologi Perbukitan

bergelombang dan Satuan Morfologi Daratan (Sugandi dan Supriatin 2008).

4.2.1 Batas Wilayah

Batas wilayah administratif kawasan wisata Pantai Santolo adalah sebagai

berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Cikajung

Sebelah Selatan : Samudera Hindia

Sebelah Timur : Kecamatan Cisompet

Sebelah Barat : Kecamatan Pakenjeng

4.2.2 Fisik Lingkungan

Secara umum topografi daerah Pantai Santolo merupakan daerah perbukitan

bergelombang dengan kemiringan antara 18%-65% dan merupakan lahan kering

dengan struktur tanah labil dan rawan longsor. Sebagian besar permukaannya

memiliki tingkat kecuraman yang terjal dan di beberapa tempat labil. Kawasan Pantai

Santolo terletak pada ketinggian 100-500 m dpl. Tataguna lahan didominasi oleh

Tanah Milik Negara dan LAPAN, tanah kehutanan, perkebunan, dan pesisir pantai.

Pesisir pantai langsung berbatasan dengan Samudera Indonesia (Pakpahan 2004).

Menurut Sugandi dan Supriatin (2008), penggunaan lahan di Pantai Santolo

adalah pemukiman, sawah irigasi, sawah tadah hujan, kebun, hutan, semak belukar,

tegalan, tanah kosong, dan hutan rawa. Pada saat gelombang dan terjadinya pasang

air laut, daerah terumbu karang tertutup air laut setinggi 10 cm, sehingga banyak

biota laut yang terbawa gelombang ke daerah terumbu karang.

Berdasarkan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Garut, iklim

dan cuaca di Kabupaten Garut dipengaruhi oleh 3 faktor, yatiu pola sirkulasi angin

musim, topografi regional bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat, dan

elevasi topografi di Bandung. Berdasarkan kriteria iklim Junguhn, Kecamatan Cikelet

dan Kawasan Pantai Santolo termasuk ke dalam zona panas karena berada di

ketinggian antara 0-500 mdpl dengan kisaran suhu rata-rata 260-31

0 (Supriatin 2007).

Secara geologi, jenis tanah di kawasan Pantai Santolo didominasi oleh tanah

asosiasi regosol hasil sedimentasi marin dan asosiasi podsolik. Tanah asosiasi

podsolik bersifat gembur dan mempunyai perkembangan penampang. Tanah ini jenis

ini cenderung kurang mantap dan peka terhadap pengikisan. Dari segi kimia, tanah ini

bersifat asam dan miskin. Tanah asosiasi regosol terbentuk dari bahan induk abu dan

pasir vulkan intermedier. Tanah ini bertekstur kasar, konsistensi lepas sampai gembur

dan keasaman tanah ber pH 6-7. Tanah regosol belum jelas menampakkan perbedaan

horizon. Jenis tanah yang didominasi asosiasi regosol mudah mengalami erosi

(Supriatin 2007).

Sumber air yang ada di Kawasan Pantai Santolo diperoleh dari sungai, air

tanah, dan mata air. Di sekitar lokasi penelitian dilalui oleh 5 sungai yang bermuara

di Samudera Indonesia, yaitu Sungai Cipalebuh, Sungai Cilauteureun, Sungai

Cipasarangan, Sungai Cimangke, dan Sungai Cimari. Sungai-sungai ini akan kering

di musim kemarau, dan mulai berair pada musim hujan lalu masyarakat sekitar

memanfaatkanya untuk irigasi sawah. Ada 24 mata air yang belum dimanfaatkan

secara optimal. Air tanah yang ada di Kawasan Pantai Santolo merupakan air tanah

dangkal dengan kedalaman relatif ± 150 cm. Pemanfaatan air tanah dengan cara

membuat sumur gali atau sumur bor dangkal. Air tanah dangkal bersifat sangat

dipengaruhi oleh curah hujan dan mudah tercemar oleh kondisi lingkungan setempat.

Hal ini menyebabkan air tanah menjadi kurang potensial untuk dimanfaatkan, dan

untuk mengantisipasinya maka dapat dilakukan dengan cara tidak mengeksploitasi air

tanah secara berlebihan (Supriatin 2007).

4.2.3 Potensi dan Aktivitas Perikanan Tangkap

A. Perkembangan Perikanan Tangkap di Pantai Santolo

Seiring berjalannya waktu, banyak perubahan pada perikanan tangkap di

Pantai Santolo, tiap tahunnya mengalami naik turunnya hasil tangkapan. Keberadaan

tengkulak atau bakul masih tidak bisa dihilangkan dari kehidupan masyarakat nelayan

di Pantai Santolo. TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Cilauteureun di Pantai Santolo pun

harus mati karena keberadaan tengkulak tersebut, TPI telah mati selama 12 tahun

(Hasil wawancara dengan pihak BPTPK). Keterikatan nelayan dengan tengkulak

membuat TPI menjadi tidak berguna. Hal tersebut terjadi karena nelayan meminjan

uang untuk modal melaut kepada tengkulak dan pada akhirnya nelayan harus menjual

hasil tangkapannya ke tengkulak dengan harga murah yang telah ditetapkan

tengkulak. Seperti lingkaran setan, nelayan tidak bisa terlepas dari tengkulak, karena

secara tidak sadar nelayan telah terikat dan bergantung kepada tengkulak. Berbicara

mengenai perikanan tangkap, pasti selalu ada naik turun hasil tangkapan, dan untuk

lebih jelasnya data hasil produksi dan nilai hasil tangkapan dalam lima tahun terakhir,

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Produksi dan Nilai Hasil Tangkapan Ikan di Pantai Santolo Pada Tahun

2008-2012

Tahun Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp)

2008 222.064 538.818.000

2009 198.318,41 1.199.650.400

2010 80.680,26 976.923.500

2011 185.643,39 2.121.952.160

2012 93.764,07 828.005.350

Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, 2013

Dari Tabel 3 dapat dilihat tahun 2009 merupakan tahun dengan produksi

tangkapan ikan yang paling besar jumlahnya, sedangkan tahun 2011 merupakan tahun

dengan nilai hasil tangkapan yang paling besar jumlahnya. Jika dilihat memang agak

ganjil, melihat tahun 2009 mempunyai produksi terbesar, tetapi nilai hasil

tangkapannya tidak lebih besar dari tahun 2011, hal ini mungkin dapat disebabkan

oleh peningkatan jumlah alat tangkap yang mengakibatkan meningkatnya hasil

tangkapan. Selain itu, ukuran dan kualitas ikan yang ditangkap juga berpengaruh

terhadap nilai hasil tangkapan. Turun naiknya jumlah hasil produksi dan nilai hasil

produksi di Pantai Santolo dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 1. Grafik Produksi Ikan di Pantai Santolo Pada Tahun 2008-2012.

Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut (Diolah), 2013

Gambar 2. Grafik Nilai Produksi Ikan di Pantai Santolo Pada Tahun 2008-2012.

Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut (Diolah), 2013.

222,064.00198,318.41

80,680.26

185,643.39

93,764.07

0.00

50,000.00

100,000.00

150,000.00

200,000.00

250,000.00

2008 2009 2010 2011 2012

Jum

lah

Pro

du

ksi I

kan

(k

g)

Tahun

538,818,000.00

1,199,650,400.00976,923,500

2,121,952,160

828,005,350

0.00

500,000,000.00

1,000,000,000.00

1,500,000,000.00

2,000,000,000.00

2,500,000,000.00

2008 2009 2010 2011 2012

Nila

i Pro

du

ksi I

kan

(R

p)

Tahun

Selanjutnya perkembangan perikanan tangkap meliputi aspek alat tangkap

yang digunakan dalam usaha penangkapan ikan. Jumlah alat tangkap yang digunakan

sering disebut sebagai indikator perkembangan suatu usaha perikanan tangkap.

Jumlah alat tangkap nelayan Pantai Santolo pada tahun 2008-2012 dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Alat Tangkap Nelayan di Pantai Santolo Pada Tahun 2008-2012.

No Nama Jumlah (Unit)

Jumlah 2008 2009 2010 2011 2012

1 Payang 30 30 30 30 30 150

2 Pukat Pantai 8 8 8 8 9 41

3 Jaring Insang Hanyut 97 113 111 123 139 583

4 Jaring Insang Tetap 558 359 358 527 575 2377

5 Rawai Tuna/Kakap 168 319 309 332 356 1484

6 Rawai Hanyut 75 60 62 83 98 378

7 Rawai Tetap/Buas 76 87 85 203 216 667

8 Pancing Layur 305 810 794 1002 1241 4152

9 Pancing Tonda 446 864 869 870 839 3888

10 Bubu 18 25 19 27 31 120

Jumlah 1781 2675 2645 3205 3534 13840

Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut

Dapat dilihat dari Tabel 4, jumlah alat tangkap yang paling besar berada di

tahun 2012 dengan alat tangkap Pancing Tonda yang paling banyak digunakan dan

bertambah secara signifikan, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah lebih

mampu membeli alat tangkap lebih banyak daripada tahun sebelumnya. Naik

turunnya jumlah alat tangkap di Pantai Santolo pada tahun 2008-2012 dapat dilihat

pada Gambar 4 sebagai berikut.

Gambar 3. Grafik Jumlah Alat Tangkap Nelayan di Pantai Santolo Pada Tahun 2008-

2012.

Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut (Diolah), 2013

Selanjutnya perkembangan perikanan tangkap meliputi aspek armada tangkap

yang digunakan oleh nelayan di Pantai Santolo. Umumnya nelayan Pantai Santolo

menggunakan armada dengan kapasitas ≤ 5 GT, dan armada yang paling banyak

digunakan adalah motor tempel. Nelayan Pantai Santolo tergolong nelayan kecil

karena menggunakan armada dengan kapasitas ≤ 5 GT. Keterbatasan kapasitas

armada tangkap ini yang menyebabkan hasil tangkapan kurang maksimal. Nelayan

kecil hanya mampu membeli armada dengan kapasitas ≤ 5 GT. Jumlah armada

tangkap yang digunakan nelayan Pantai Santolo pada tahun 2008-2012 dapat dilihat

pada Tabel 5.

30 30 30 30 308 8 8 8 9

97 113 111 123 139

558

359 358

527575

168

319 309 332356

75 60 62 83 9876 87 85

203 216

305

810 794

1002

1241

446

864 869 870839

18 25 19 27 31

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

2008 2009 2010 2011 2012

Jum

lah

Ala

t Ta

ngk

ap (

Un

it)

Tahun

Payang

Pukat Pantai

Jaring Insang Hanyut

Jaring Insang Tetap

Rawai Tuna/Kakap

Rawai Hanyut

Rawai Tetap/Buas

Pancing Layur

Pancing Tonda

Bubu

Tabel 5. Jumlah Armada Tangkap Nelayan di Pantai Santolo Pada Tahun 2008-2012

No Jenis Armada Jumlah (Unit)

Jumlah 2008 2009 2010 2011 2012

1 Tanpa Motor 189 197 178 187 172 923

2 Motor Tempel 992 832 457 503 375 3159

3 <5 GT 47 58 62 36 27 230

4 5-50 GT 112 98 76 86 48 420

5 10-30 GT 2 0 1 1 2 6

Jumlah 1342 1185 774 813 624 4738

Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa armada yang paling banyak dipakai oleh

nelayan adalah motor tempel, dengan kapal berkapasitas 5-50 GT yang paling banyak

dipakai. Jumlah armada tangkap paling banyak pada tahun 2008, dan jumlah yang

paling rendah pada tahun 2012. Hal ini menunjukan bahwa semakin hari kemampuan

nelayan untuk membeli armada makin rendah, harga armada yang relatif mahal dan

belum banyak nelayan yang mampu membeli armada dengan harga yang cukup

mahal. Naik turun jumlah armada tangkap disetiap tahun menunjukkan bahwa

kondisi perekonomian nelayan disana yang kurang stabil, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat di Gambar 5.

Gambar 4. Grafik Jumlah Armada Tangkap Nelayan di Pantai Santolo Pada Tahun

2008-2012.

Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut (Diolah), 2013

189 197 178 187 172

992

832

457503

375

47 58 62 36 27112 98 76 86 48

0

200

400

600

800

1000

1200

2008 2009 2010 2011 2012

Jum

lah

Arm

ada

Tan

gkap

(U

nit

)

Tahun

Tanpa Motor

Motor Tempel

<5 GT

5-50 GT

10-30 GT

B. Kegiatan Nelayan di Pantai Santolo

Secara umum, nelayan Pantai Santolo bekerja sebagai nelayan, namun

sebagian dari mereka menekuni pekerjaan alternatif dengan melakukan usaha dalam

minawisata bahari, hasilnya sebagai sampingan bila sedang tidak bisa melaut atau

musim paceklilk. Selain warga lokal, nelayan di Pantai Santolo datang dari berbagai

daerah, seperti Cilacap, Bugis, Jawa Tengah, dan masih banyak lagi. Pantai Santolo

yang sudah mulai dikenal, kini mulai ramai dengan wisatawan. Nelayan di Pantai

Santolo bernanung di bawah organisasi HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh

Indonesia). Organisasi ini menghimpun serta mendata nelayan yang masih aktif

melaut.

Aktivitas penangkapan ikan dimulai pada sore hari menjelang malam dan

nelayan kembali ke daratan ketika pagi hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan

nelayan di Pantai Santolo, luas daerah penangkapan mencapai daerah perairan

Tasikmalaya, Pangandaran, Ujung Genteng, dan sekitarnya. Sehabis melaut, hasil

tangkapan didaratkan di TPI Cilauteureun, dimana tengkulak sudah menunggu. TPI

disini yang berfungsi hanya bangunan saja, tidak ada kepengurusan yang berjalan

didalamnya. Tidak hanya tengkulak yang sudah menunggu tapi banyak juga pembeli

eceran yang ingin membeli hasil tangkapan para nelayan yang baru saja mendarat,

karena harganya lebih murah. Tangkapan yang tidak habis terjual akan diambil oleh

nelayan dan dikonsumsi sendiri dengan keluarga masing-masing, tetapi ada juga

nelayan yang membuangnya.

Jumlah nelayan di Pantai Santolo mengalami naik turun tiap tahunnya. Hal ini

dapat terjadi karena hasil tangkapan yang juga semakin menurun akibat musim

paceklik, sehingga pendapatan berkurang. Data jumlah perkembangan nelayan pada

tahun 2008-2012 disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Nelayan di Pantai Santolo pada Tahun 2008-2012.

Tahun Nelayan (orang)

2008 274

2009 189

2010 215

2011 179

2012 255

Sumber BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut

Dilihat pada Tabel 6 jumlah nelayan di Pantai Santolo yang paling banyak

terdapat pada tahun 2008, dan terus terjadi naik turun jumlah nelayan sampai tahun

2012. Penurunan yang terjadi disebabkan musim paceklik yang berkepanjangan dan

kondisi perekonomian yang tidak menentu. Hal tersebut membuat nelayan tidak

punya modal untuk melaut sehingga jumlah nelayan berkurang. Mereka berhenti

menjadi nelayan dan mencari pekerjaan yang lain untuk memenuhi kebutuhan

keluarga. Seharusnya dengan adanya kondisi seperti ini pemerintah turun tangan

untuk membantu nelayan dan memajukan perikanan tangkap di sekitar Pantai

Santolo, seperti memberikan pinjaman tanpa bunga, berjalannya TPI sehingga

nelayan tidak terus menerus bergantung kepada tengkulak. Tetapi nyatanya hal ini

sangat sulit dijalankan. Naik turun jumlah nelayan di Pantai Santolo akan disajikan

pada Gambar 6.

Gambar 5. Grafik Jumlah Nelayan di Pantai Santolo pada Tahun 2008-2012

Sumber: BPTPK Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut (Diolah), 2013

274

189215

179

255

0

50

100

150

200

250

300

2008 2009 2010 2011 2012

Jum

lah

Ne

laya

n (

Ora

ng)

Tahun

Nelayan

C. Keadaan Umum Nelayan yang Berkegiatan dalam Minawisata Bahari

Nelayan yang berkegiatan dalam minawisata bahari melakukan beberapa

usaha, yaitu yang pertama menyewakan perahu untuk menikmati pemandangan,

kedua menyewakan losmen untuk wisatawan menginap, ketiga menjual cinderamata,

keempat usaha kuliner, kelima menyewakan jasa permainan banana boat.

Usaha perikanan tangkap yang dilakukan nelayan yang berkegiatan di

minawisata bahari di Pantai Santolo dilakukan dalam kurun waktu yang berbeda.

Ketika musim ikan sedang melimpah setiap hari mereka melaut, tetapi saat sedang

paceklik dan musim barat, mereka tidak dapat melaut karena keadaan alam dan

armada yang tidak mendukung.

Melihat banyaknya pengunjung yang datang ke Pantai Santolo, maka nelayan

sekitar berinisiatif untuk melakukan usaha dalam minawisata bahari agar dapat

menambah penghasilan. Banyak dari nelayan ingin minawisata bahari di Pantai

Santolo seramai dan semaju di Pantai Pangandaran. Minawisata bahari di Pantai

Santolo mulai berkembang dan butuh banyak wisatawan untuk memajukan

minawisata baharinya, serta bertambah pula penghasilan rumah tangga nelayan.

4.2.4 Potensi dan Aktivitas Pariwisata

Pantai Santolo merupakan berkumpulnya nelayan tradisional, salah satunya

nelayan dari Pameungpeuk. Selain itu adanya pelabuhan dan tempat pendaratan ikan

Cilauteureun menjadi daya tarik tersendiri. Apabila wisatawan tertarik untuk

membeli, ikan laut segar yang baru saja ditangkap banyak sekali dijual di pelabuhan

Cilauteureun.

Pemandangan Pantai Santolo memang indah, airnya yang bening, pasirnya

yang bersih, menjadi daya tarik tersendiri. Saat pantai surut kita bisa melihat lebih

dekat biota laut yang sangat jelas terlihat dibawah beningnya air laut. Banyak ikan-

ikan kecil, umang, lamun yang dapat kita nikmati. Pemandangan yang indah di Pantai

Santolo dapat kita nikmati dengan menyewa perahu nelayan. Di pinggir pelabuhan

nelayan sudah menunggu bila ada wisatawan yang ingin menyewa perahu unutk

menyeberang ke Pantai Santolo, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 7 di bawah.

Gambar 6. Pelabuhan Cilauteureun dan Penyewaan Perahu

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013

Selain pantai yang indah, di Pantai Santolo juga terdapat benteng peninggalan

Belanda saat masa penjajahan. Benteng tersebut masih berdiri kokoh, tetapi ada

beberapa bagiannya yang memang sudah termakan waktu dan sudah runtuh,

walaupun begitu sebagian besar benteng tersebut masih bisa dikatakan dalam kondisi

baik. Di bawah benteng tersebut terpampang pemandangan yang indah, masih banyak

terdapat terumbu karang, ikan-ikan kecil yang berenang berkelompok, dan tentu saja

air yang bening sehingga apa yang ada dibawahnya dapat terlihat dengan jelas

(Gambar 8).

Gambar 7. Benteng Belanda di Pantai Santolo

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013

Selain pemandangan indah yang disajikan, Pantai Santolo juga mempunyai

jasa sewa permainan banana boat yang dapat dinikmati wisatawan. Sepaket

permainan banana boat dihargai Rp 200.000,00 dengan setiap paketnya terdiri dari 5

orang. Wisatawan yang mencari kegiatan yang menyenangkan dan ingin melepas

penat dapat mencoba permainan yang satu ini.

Saat perut terasa lapar banyak kios makanan yang menjual berbagai macam

hidangan laut. Sajian hidangan laut terasa lebih istimewa karena disajikan dipinggir

pantai dengan pemandangan yang indah serta karena hidangan yang disajikan masih

segar dan baru ditangkap oleh nelayan sekitar. Para wisatawan dipersilahkan memilih

sendiri ikan yang ingin kita makan. Cita rasa dari hidangan ini sangat khas karena

ikan yang dimasak sangat segar dan mempunya rasa manis dan tekstur daging ikan

yang padat tetapi lembut. Harga yang ditawarkan pantas dengan hidangan yang

disajikan (Gambar 9).

Gambar 8. Hidangan Laut Pantai Santolo

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013

Wisatawan yang ingin membawa pulang oleh-oleh dapat mengunjungi kios

cinderamata. Penjual menyediakan baju-baju khas pantai, pajangan-pajangan yang

terbuat dari kulit kerang, dan banyak lagi. Harga yang ditawarkan oleh para penjual

tergolong murah, sehingga tidak terlalu memberatkan para wisatawan yang ingin

berbelanja oleh-oleh.

Losmen untuk para wisatawan bermalam juga banyak terdapat di pinggir

pantai. Harga yang ditawarkan beragam, sesuai dengan luas dan fasilitas yang ada di

dalamnya. Kisaraan harga losmen mulai dari Rp 150.000,00-Rp 350.000,00.

Berdasarkan wawancara harga tersebut bisa berubah sewaktu-waktu karena ada

proses tawar menawar dengan wisatawan. Terkadang pengelola losmen bisa saja

memberikan harga yang lebih murah dibanding harga normal, dengan pertimbangan

asal ada pemasukan karena bila harga tidak diturunkan bisa saja wisatawan pergi.

Bila akhir pekan biasanya pengelola losmen menaikkan harga dari pada hari biasa.

Usaha nelayan dalam minawisata bahari di Pantai Santolo rata-rata baru

berjalan selama 2 tahun. Maka dari itu minawisata bahari di Pantai Santolo masih

banyak harus dibenahi dan diatur dengan baik, khususnya dari pemerintah daerah

setempat. Panta Santolo memiliki potensi yang besar, dan dapat memberi keuntungan

bagi masyarakat sekitar dan juga pemerintah daerah. Tetapi sayangnya minawisata

bahari disana terkesan berantakan dan tidak teratur. Pantai Santolo butuh banyak

promosi dan dukungan dari berbagai pihak, karena masyarakat sekitar tidak bisa

melakukannya sendiri. Berdasarkan wawancara dengan responden, mereka berharap

minawisata bahari di Pantai Santolo bisa semaju seperti di Pantai Pangandaran.

Kemauan dari masyarakat sekitar untuk memajukan minawisata bahari di Pantai

Santolo memang cukup terlihat, dan usaha ini juga dapat membantu perekonomian

mereka disaat hasil melaut tidak bisa diandalkan unutk kehidupan mereka.

4.2.5 Sarana dan Prasarana

A. Sarana dan Prasarana Perikanan

Pantai Santolo mempunyai sarana dan sarana perikanan, yaitu Pangkalan

Pendaratan Ikan (PPI) Cilauteureun. PPI Cilauteureun dibangun pada tahun 1994,

dengan luas 1000 m2. Berikut rincian sarana dan prasarana di PPI Cilauteureun.

Tabel 7. Sarana dan Prasarana PPI Cilateureun

No Uraian Jumlah/Luas

A Sarana Pokok

1 Penahan Gelombang 210 m

2 Tembok Penahan Tanah 250 m

3 Jetty -

4 Dermaga 400 m

5 Alur Masuk/Keluar 150 m

6 Tanah Pelabuhan 43.795 m2

B Sarana Fungsional

1 Gedung Pelelangan 160 m2

2 Pasar Ikan 60 m2

3 Tempat Pengelolaan -

4 Pabrik Es -

5 Tempat Penyimpanan Ikan Segar -

6 Cold Storage -

7 Instalasi Bahan Bakar 9 m2

8 Instalasi Listrik 400 m

9 Bengkel 88 m2

10 Balai Pertemuan Nelayan 96 m2

11 Rumah Jaga -

12 Menara Pengawas -

13 MCK 9 m2

14 Pagar Keliling 600 m

C Sarana Tambahan

1 Mess Operator -

2 Gedung Kesenian dan Olah Raga -

3 Penginapan Nelayan -

4 Toko BAP -

5 Perumahan Dinas -

6 Kantin -

7 Poliklinik -

Sumber: PPI Cilauteureun, 2013

Bila dilihat dari Tabel 7, maka dapat terlihat bila sarana dan sarana perikanan

di Pantai Santolo belum cukup lengkap untuk menunjang kegiatan nelayan setempat.

Kebutuhan nelayan yang mendasar untuk mempertahankan kesegeran ikan seperti es,

tidak terdapat di PPI Cilauteureun, maka dari itu nelayan harus membelinya ditempat

lain yang lebih jauh.

Untuk keadaan sarana dan prasarana kantor di PPI Cilauteureun akan

disajikan pada tabel di bawah berikut:

Tabel 8. Sarana dan Prasarana Kantor PPI Cilauteureun

No Uraian Jumlah

1 Luas Lahan 48 m2

2 Ruang:

a. Mushola PPI 7,5 m

2

b. Staf 37,5 m

2

c. Toilet 3 m

2

3 Meja 3 unit

4 Kursi 20 unit

5 Lemari 1 unit

6 Mesin Tik 1 unit

7 Komputer 1 unit

8 Timbangan 1 unit

9 Box -

10 Tray 10 unit

11 Sterofoam -

12 Lori 1 unit

Sumber: PPI Cilauteureun, 2013

B. Sarana dan Prasarana Minawisata Bahari

1. Penginapan

Untuk sarana penginapan, kawasan Pantai Santolo meyediakan dua hotel

kelas melati, satu wisma milik LAPAN (Profil Cikelet, 2011), dan losmen.

Penginapan-penginapan tersebut mempunyai harga yang bervariasi, mulai dari

kisaran harga Rp 350.000-Rp 50.000. Tentunya harga tersebut sesuai dengan fasilitas

yang disediakan. Penginapan dengan harga Rp 350.000 semalam mempunyai fasilitas

AC, TV, meja, kursi, lemari, kamar mandi yang bersih, dua tempat tidur, dan dengan

kamar yang cukup besar. Penginapan dengan harga Rp 50.000 semalam mempunyai

fasilitas standar sesuai dengan harganya, seperti satu tempat tidur, satu lemari, dengan

kamar yang tidak terlalu luas.

2. Restoran

Selain penginapan, Pantai Santolo memiliki cukup bnayak kios makanan kecil

serta makanan berat seperti hidangan laut. letaknya yang dipinggir pantai membuat

suasana yang istimewa dalam menyantap makanan. Terdapat kurang lebih 12 kioa

makanan kecil dan hidangan laut yang ada di Pantai Santolo.

3. Perbelanjaan

Pantai Santolo memiliki beberapa kios untuk wisatawan berbelanja seperti

baju-baju pantai, aksesoris, dan pajangan yang terbuat dari biota laut seperti jam

dinding dari cangkang kerang, gelang dan kallung terbuat dari cangkang kerang, dan

masih banyak lagi.

4. Perhubungan dan Transportasi

Karena Pantai Santolo sudah mulai dikunjungi oleh wisatawan, maka sudah

banyak sarana transportasi umum yang menuju ke Pantai Santolo dan juga sudah ada

banyak agen-agen perjalanan wisata yang menyediakan perjalanan wisata ke Pantai

Santolo. Pantai Santolo berjarak 88 km dari Kota Garut, dengan jarak tempuh kurang

lebih 3,5 jam. Meskipun cukup jauh, tapi pemandangan di sepanjang perjalanan

menuju Pantai Santolo cukup indah dengan hamparan gunung, hutan, dan kebun teh

yang sangat hijau dan asri, serta udara yang sejuk. Bila dari Kota Bandung,

perjalanan ke Pantai Santolo berjarak kurang lebih 150 km. Rute yang biasa dilewati

jika hendak menuju Pantai Santolo menggunakan kendaraan pribadi adalah Garut

Kota-Cikajang-Pameungpeuk-Cikelet dengan lama perjalanan 5 jam. Bila hendak

menggunakan trasnportasi umum dari Bandung, bisa menggunakan ELF jurusan

Cikajang dari Terminal Cicaheum atau Terminal Leuwipanjang, kemudian diteruskan

dengan mini bus jurusan Pameungpeuk. Rute alternatif yang juga bisa digunakan

menuju Pantai Santolo adalah Ciwidey-Cisewu-Bungbulang-Pameungpeuk tetapi

memakan waktu yang lebih lama yaitu 7 jam.

Kondisi jalanan yang ditempuh sudah cukup bagus tetapi perlu hati-hati

karena setelah melewati Cikajang, jalanan akan meliuk-liuk dengan lebar jalan yang

hanya cukup dilewati 1 kendaraan ditiap jalurnya. Selain itu banyak kendaraan besar

yang melintas maka kita harus ekstra hati-hati. Setelah memasuki kawasan

Pameungpeuk secara keseluruhan kondisi jalan juga sudah cukup bagus walaupun

masih ada jalan yang aspal nya kurang sempurna, dengan lebar jalan bervariasi antara

3-10 m. Setelah memasuki kawasan Pantai Santolo kondisi jalan sudah cukup bagus

dengan jalanan aspal dan lebar jalan yang cukup besar.

4.2.6 Gambaran Umum Responden

Responden nelayan dan keluarganya telah dipilih sejumlah 25 orang dengan

beragam pekerjaan dan kegiatan, rinciannya adalah 5 orang menyewakan perahu

untuk menikamati pemandangan pantai, 5 orang menyewakan losmen, 5 orang usaha

kuliner, 5 orang menjual cinderamata, dan 5 orang menyewakan jasa permainan

banana boat. Kondisi umum responden yang diamati meliputi umur, tingkat

pendidikan, pengalaman bekerja, dan jumlah tanggungan keluarga.

A. Umur

Faktor umur mempengaruhi aktif atau tidaknya seseorang dalam menjalani

kegiatan sehari-hari. Umur sangat penting terhadap produktivitas seseorang dalam

melakukan usaha atau kegiatan. Data umur responden disajikan pada Gambar 10.

Gambar 9. Umur Responden

Sumber: Data Primer (Diolah), 2013

Seperti dilihat pada Gambar 10, dari 25 orang responden yang telah

diwawancarai dapat dikelompokkan berdasarkan umur terendah dan tertinggi, yaitu

<15 tahun, 15-55 tahun, dan >55 tahun. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan

rentang usai responden adalah >15 tahun dan >55 tahun. Kelompok umur terbanyak

yaitu 15-55 tahun yakni sebesar 92% (23 orang resonden), selanjutnya diikuti oleh

kelompok umur >55 tahun dengan persentase sebesar 8% (2 orang responden), dan

yang terakhir untuk kelompok umur <15 tahun yaitu 0%.

Berdasarkan data tersebut, mayoritas umur responden yang berkegiatan dalam

minawisata bahari di Pantai Santolo dalam rentang umur 15-55 tahun. Menurut

BKKBN dalam Yuliriane (2012) usia produktif berada pada kisaran 15-55 tahun,

maka hal ini menunjukkan rata-rata responden berada dalam usia produktif.

B. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh

terhadap pola pikir dan pola kehidupan seseorang. Tingkat pendidikan akan

mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan, daya pikir, dan sebagainya.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden, maka informasi mengenai tingkat

pendidikan dapat dilihat pada Gambar 11.

92%

0%

8%

15-55 tahun

< 15 tahun

> 55 tahun

Gambar 10. Tingkat Pendidikan Responden

Sumber: Data Primer (Diolah), 2013

Seperti dilihat pada Gambar 11, dari 25 orang responden yang telah

diwawancarai dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan terendah dan

tertinggi, yaitu tidak sekolah, SD, SMP, dan SMA. Berdasarkan hasil wawancara

didapat tingkat pendidikan responden terbanyak adalah SD sebesar 80% (20 orang

resonden), selanjutnya diikuti oleh tingkat pendidikan SMP sebesar 20% (5 orang

responden), kemudian tingkat pendidikan SMA sebesar 0%, dan yang terakhir untuk

yang tidak sekolah sebesar 0%.

Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang

paling banyak adalah SD, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran akan pentingnya

pendidikan, dan pola pikir keliru yang telah diturunkan oleh leluhur mereka. Mereka

lebih mementingkan mencari uang dibandingkan sekolah, dan pola pikir ini terus

menerus diwariskan kepada anak-anak mereka. Selain kurangnya kesadaran, tidak

adanya biaya untuk sekolah dan kurangnya fasilitas yang menunjang juga menjadi

salah satu penyebab.

0%

80%

20%

0%

Tidak sekolah

SD

SMP

SMA

C. Pengalaman Bekerja

Pengalaman bekerja yang lebih banyak akan memudahkan seseorang untuk

mengetahui seluk beluk pekerjaannya dan lebih mudah untuk membaca situasi yang

akan berpengaruh terhadap pekerjaannya. Berdasarkan hasil wawancara terhadap

responden, maka informasi mengenai pengalaman bekerja responden dapat dilihat

pada Gambar 12.

Gambar 11. Pengalaman Bekeja Responden

Sumber: Data Primer (Diolah), 2013

Seperti dilihat pada Gambar 12, dari 25 orang responden yang telah

diwawancarai dapat dikelompokkan berdasarkan pengalaman bekerja terendah dan

tertinggi, yaitu 1-5 tahun, dan 6-10 tahun. Berdasarkan hasil wawancara didapat

pengalaman bekerja responden terbanyak yaitu 1-5 tahun dengan persentase 92% (23

orang resonden), selanjutnya diikuti oleh pengalaman bekerja 6-10 tahun sebesar 8%

(2 orang responden).

Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat bahwa pengalaman bekerja

responden yang paling banyak adalah 1-5 tahun. Angka tersebut dapat dikatakan kecil

karena minawisata bahari di Pantai Santolo tergolong masih baru berkembang dan

belum terlalu terkenal seperti Pantai Pangandaran, maka dari itu rata-rata lamanya

pengalaman bekerja responden tergolong singkat.

92%

8%

1-5 tahun

6-10 tahun

D. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga didapat dari banyaknya anak serta anggota

keluarga lainnya yang tinggal bersama. Berdasarkan hasil wawancara terhadap

responden, maka informasi mengenai jumlah tanggungan keluarga dari responden

dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 12. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden

Sumber: Data Primer (Diolah), 2013

Seperti dilihat pada Gambar 13, dari 25 orang responden yang telah

diwawancarai dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dari

terendah sampai tertinggi, yaitu 1-2 orang, 3-4 orang, 5-6 orang, dan > 6 orang.

Berdasarkan hasil wawancara didapat jumlah tanggungan keluarga responden yang

terbanyak adalah 3-4 orang sebesar 72% (18 orang responden), selanjutnya diikuti

oleh tanggungan keluarga sebanyak 1-2 orang yakni sebesar 16% (4 orang

responden), kemudian tanggungan keluarga sebanyak 5-6 orang sebesar 12% (3 orang

responden), dan yang terakhir tanggungan sebanyal > 6 orang memiliki persentase

0%.

Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan

keluarga dengan rentang 3-4 orang merupakan responden terbanyak. Jumlah

pengeluaran rumah tangga dipengaruhi oleh jumlah tanggungan keluarga, apabila

16%

72%

12%

0%

1-2 orang

3-4 orang

5-6 orang

> 6 orang

jumlah tanggungan keluarga banyak maka akan banyak pula pengeluaran. Pendapatan

yang terlihat besar belum tentu jika jumlah tanggungan keluarganya banyak karena

banyak pula biaya yang harus dikeluarkan.

4.3 Usaha Minawisata Bahari dan Curahan Kerja Nelayan

4.3.1 Usaha Minawisata Bahari

A. Perikanan Tangkap

1. Keragaan Biaya Manfaat

Kegiatan usaha perikanan tangkap di Pantai Santolo yang dilakukan oleh

nelayan yang juga melakukan kegiatan di minawisata bahari dilakukan selama 21 hari

dalam 1 bulan, atau 252 hari dalam 1 tahun. Rincian pendapatan tersebut dapat dilihat

pada Tabel 9.

Tabel 9. Keragaan Biaya Manfaat Usaha Perikanan Tangkap Dalam 1 Tahun

No Uraian Nilai (Rp)

1 Biaya Investasi

Alat Tangkap 5.558.300

Kapal 25.400.000

Mesin 18.530.500

Jumlah 49.488.800

2 Biaya Tetap

Penyusutan Alat Tangkap 1.568.364

Penyusutan Kapal 3.550.000

Penyusutan Mesin 2.465.000

Jumlah 7.583.364

3 Biaya Variabel

Bahan Bakar 52.757.520

Perbekalan 29.990.400

Jumlah 82.747.920

Biaya Total 139.820.084

4 Penerimaan 172.682.916

5 Pendapatan/Keuntungan 82.351.632

Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.

Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran nelayan Pantai

Santolo untuk usaha penangkapan ikan terdiri Biaya Investasi, Biaya Tetap, dan

Biaya Variabel adalah Rp 139.820.084 (Biaya Total). Biaya operasional dari usaha

perikanan tangkap adalah sebesar Rp 90.331.284. Rata-rata penerimaan nelayan

dalam satu tahun untuk kegiatan usaha ini adalah sebesar Rp 172.682.916, dengan

pendapatan/keuntungan bersih sebesar Rp 82.351.632. Kegiatan usaha ini dapat

dikatakan layak dijalankan karena memberikan keuntungan, karena penerimaan rata-

rata lebih besar daripada biaya operasional.

2. BCR

Selanjutnya analisis BCR, analisis ini berguna untuk mengetahui kelayakan

suatu usaha. BCR dari kegiatan penangkapan ikan di Pantai Santolo adalah sebagai

berikut.

BCR dari usaha perikanan tangkap di Pantai Santolo sebesar 1,91 yang dapat

dikatakan usaha ini layak untuk dijalankan karena BCR lebih dari 1.

3. Profitabilitas

Kriteria untung rugi dalam analisis profitabilitas ditentukan oleh suku bunga

bank, dimana suku bunga pinjaman untuk perikanan adalah sebesar 16%.

Profitabilitas merupakan perhitungan untuk menggambarkan kemampuan suatu usaha

untuk mendapatkan laba. Profitabilitas dari usaha penangkapan ikan akan dipaparkan

sebagai berikut.

𝐏𝐫𝐨𝐟𝐢𝐭𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐓𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩 = 𝐑𝐩 𝟖𝟐.𝟑𝟓𝟏.𝟔𝟑𝟐

𝐑𝐩 𝟗𝟎.𝟑𝟑𝟏.𝟐𝟖𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟗𝟏,𝟏𝟕%

𝐁𝐂𝐑 𝐏𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐈𝐤𝐚𝐧 =𝐑𝐩 𝟏𝟕𝟐.𝟔𝟖𝟐.𝟗𝟏𝟔

𝐑𝐩 𝟗𝟎.𝟑𝟑𝟏.𝟐𝟖𝟒= 𝟏,𝟗𝟏

Profitabilitas usaha perikanan tangkap adalah sebesar 91,17%, dimana angka

tersebut lebih besar dari suku bunga pinjaman, maka dapat dikatakan usaha perikanan

tangkap yang dilakukan oleh nelayan Pantai Santolo tersebut menguntungkan.

4. Payback Periods

Payback Periods merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung

pengembalian modal, dapat diartikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk

mengembalikan modal. Analisis Payback Period dari usaha penangkapan ikan akan

dipaparkan sebagai berikut.

Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal dari usaha

perikanan tangkap adalah 1,7 tahun.

B. Sewa Perahu

1. Keragaan Biaya Manfaat

Kegiatan minawisata bahari di Pantai Santolo yang dilakukan oleh nelayan

sebagai pekerjaan alternatif yaitu salah satunya sewa perahu. Analisis pendapatan dari

usaha sewa perahu lebih jelasnya akan disajikan pada tabel berikut.

𝐏𝐚𝐲𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐓𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩 = 𝐑𝐩 𝟏𝟑𝟗.𝟖𝟐𝟎.𝟎𝟖𝟒

𝐑𝐩 𝟖𝟐.𝟑𝟓𝟏.𝟔𝟑𝟐 × 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 = 𝟏,𝟕 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧

Tabel 10. Keragaan Biaya Manfaat Usaha Sewa Perahu Dalam 1 Tahun

No Uraian Nilai (Rp)

1 Biaya Investasi

Kapal 5.500.000

Mesin 7.000.000

Jumlah 12.500.000

2 Biaya Tetap

Penyusutan Kapal 300.000

Penyusutan Mesin 310.000

Jumlah 610.000

3 Biaya Variabel

Bahan Bakar 7.117.500

Perbekalan 6.350.000

Jumlah 13.467.500

Biaya Total 26.577.500

4 Penerimaan 50.200.000

5 Pendapatan/Keuntungan 36.122.500

Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.

Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran nelayan

Pantai Santolo untuk usaha sewa perahu terdiri Biaya Investasi, Biaya Tetap, dan

Biaya Variabel adalah Rp 26.577.500 (Biaya Total). Biaya operasional dari usaha

sewa perahu adalah sebesar Rp 14.007.500. Rata-rata penerimaan nelayan dalam satu

tahun untuk kegiatan usaha ini adalah sebesar Rp 50.200.000, dengan

pendapatan/keuntungan bersih sebesar Rp 36.122.500. Kegiatan usaha ini dapat

dikatakan layak dijalankan karena memberikan keuntungan, karena penerimaan rata-

rata lebih besar daripada biaya operasional.

2. BCR

Selanjutnya analisis BCR, analisis ini berguna untuk mengetahui kelayakan

suatu usaha. BCR dari kegiatan usaha sewa perahu di Pantai Santolo adalah sebagai

berikut.

BCR dari usaha sewa perahu ini sebesar 3,57 yang dapat dikatakan usaha ini

layak untuk dijalankan karena BCR lebih dari 1.

3. Profitabilitas

Kriteria untung rugi dalam analisis profitabilitas ditentukan oleh suku bunga

bank, dimana suku bunga pinjaman untuk perikanan adalah sebesar 16%.

Profitabilitas merupakan perhitungan yang menggambarkan kemampuan suatu usaha

untuk mendapatkan laba. Profitabilitas dari usaha sewa perahu akan dipaparkan

sebagai berikut.

Profitabilitas usaha sewa perahu adalah sebesar 256,6%, dimana angka

tersebut lebih besar dari suku bunga pinjaman maka dapat dikatakan usaha sewa

perahu di Pantai Santolo menguntungkan.

4. Payback Periods

Payback Period merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung

pengembalian modal, dapat diartikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk

mengembalikan modal. Analisis Payback Period dari usaha sewa perahu akan

dipaparkan sebagai berikut.

Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal dari usaha

sewa perahu adalah 0,7 tahun (8.4 bulan).

𝐏𝐫𝐨𝐟𝐢𝐭𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐒𝐞𝐰𝐚 𝐏𝐞𝐫𝐚𝐡𝐮 = 𝐑𝐩 𝟑𝟔.𝟏𝟐𝟐.𝟓𝟎𝟎

𝐑𝐩 𝟏𝟒.𝟎𝟕𝟕.𝟓𝟎𝟎 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟐𝟓𝟔,𝟔%

𝐏𝐚𝐲𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐒𝐞𝐰𝐚 𝐏𝐞𝐫𝐚𝐡𝐮 = 𝐑𝐩 𝟐𝟔.𝟓𝟕𝟕.𝟓𝟎𝟎

𝐑𝐩 𝟑𝟔.𝟏𝟐𝟐.𝟓𝟎𝟎 × 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 = 𝟎,𝟕 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧

𝐁𝐂𝐑 𝐒𝐞𝐰𝐚 𝐏𝐞𝐫𝐚𝐡𝐮 =𝐑𝐩 𝟓𝟎.𝟐𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎

𝐑𝐩 𝟏𝟒.𝟎𝟕𝟕.𝟓𝟎𝟎= 𝟑,𝟓𝟕

C. Banana Boat

1. Keragaan Biaya Manfaat

Kegiatan minawisata bahari di Pantai Santolo yang dilakukan oleh nelayan

sebagai pekerjaan alternatif yaitu salah satunya banana boat. Analisis pendapatan

dari usaha banana boat lebih jelasnya akan disajikan pada tabel di bawah.

Tabel 11. Keragaan Biaya Manfaat Usaha Sewa Jasa Permainan Banana Boat Dalam

1 Tahun

No Uraian Nilai (Rp)

1 Biaya Tetap

Retribusi 100.000

Jumlah 100.000

2 Biaya Variabel

Bahan Bakar 18.000.000

Perbekalan 6.000.000

Jumlah 24.000.000

Biaya Total 24.100.000

3 Penerimaan 48.000.000

4 Pendapatan/Keuntungan 23.900.000

Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.

Kegiatan usaha ini nelayan berperan sebagai buruh yang berhadapan langsung

dengan wisatawan yang ingin menyewa jasa permainan banana boat. Berdasarkan

Tabel 11, dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran nelayan Pantai Santolo untuk

usaha sewa jasa permainan banana boat terdiri Biaya Tetap, dan Biaya Variabel

adalah Rp 24.100.000 (Biaya Total). Biaya operasional dari usaha banana boat

adalah sebesar Rp 24.100.000. Kegiatan usaha ini tidak ada biaya Investasi karena

responden berperan sebagai buruh, alat-alat dipinjamkan oleh pemilik. Rata-rata

penerimaan nelayan dalam satu tahun untuk kegiatan usaha ini adalah sebesar Rp

48.000.000, dengan pendapatan/keuntungan bersih sebesar Rp 23.900.000. Kegiatan

usaha ini dapat dikatakan layak dijalankan karena memberikan keuntungan, dimana

penerimaan rata-rata lebih besar daripada biaya operasional.

2. BCR

Selanjutnya analisis BCR, analisis ini berguna untuk mengetahui kelayakan

suatu usaha. BCR dari kegiatan usaha banana boat di Pantai Santolo adalah sebagai

berikut.

BCR dari usaha banana boat ini sebesar 1,99 yang dapat dikatakan usaha ini

layak untuk dijalankan karena BCR lebih dari 1.

3. Profitabilitas

Kriteria untung rugi dalam analsis profitabilitas ditentukan oleh suku bunga

bank, dimana suku bunga pinjaman untuk perikanan adalah sebesar 16%.

Profitabilitas merupakan perhitungan yang menggambarkan kemampuan suatu usaha

untuk mendapatkan laba. Profitabilitas dari usaha sewa banana boat akan dipaparkan

sebagai berikut.

Profitabilitas usaha sewa jasa permainan banana boat adalah sebesar 99,17%,

dimana angka tersebut lebih besar dari suku bunga pinjaman, maka dapat dikatakan

usaha sewa jasa permainan banana boat di nelayan Pantai Santolo menguntungkan.

4. Payback Periods

Payback Periods merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung

pengembalian modal, dapat diartikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk

𝐏𝐫𝐨𝐟𝐢𝐭𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐁𝐚𝐧𝐚𝐧𝐚 𝐁𝐨𝐚𝐭 = 𝐑𝐩 𝟐𝟑.𝟗𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎

𝐑𝐩 𝟐𝟒.𝟏𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟗𝟗,𝟏𝟕%

𝐁𝐂𝐑 𝐁𝐚𝐧𝐚𝐧𝐚 𝐁𝐨𝐚𝐭 =𝐑𝐩 𝟒𝟖.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎

𝐑𝐩 𝟐𝟒.𝟏𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎= 𝟏,𝟗𝟗

mengembalikan modal. Analisis Payback Period dari usaha banana boat akan

dipaparkan sebagai berikut.

Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal dari usaha

banana boat adalah 1 tahun.

D. Sewa Losmen

1. Keragaan Biaya Manfaat

Kegiatan minawisata bahari di Pantai Santolo yang dilakukan oleh nelayan

sebagai pekerjaan alternatif yaitu salah satunya sewa losmen. Analisis pendapatan

dari usaha sewa losmen lebih jelasnya akan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 12. Keragaan Biaya Manfaat Usaha Sewa Losmen Dalam 1 Tahun

No Uraian Nilai (Rp)

1 Biaya Investasi

Bangunan 100.000.000

Furnitur 11.280.0000

Jumlah 111.280.000

2 Biaya Tetap

Penyusutan Bangunan 2.500.000

Penyusutan Furnitur 575.000

Pajak Bumi dan Bangunan 300.000

Jumlah 3.375.000

3 Biaya Variabel

Biaya Listrik 1.200.000

Jumlah 1.200.000

Biaya Total 115.855.000

4 Penerimaan 25.560.000

5 Pendapatan/Keuntungan 20.985.000

Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.

𝐏𝐚𝐲𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐁𝐚𝐧𝐚𝐧𝐚 𝐁𝐨𝐚𝐭 = 𝐑𝐩 𝟐𝟒.𝟏𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎

𝐑𝐩 𝟐𝟑.𝟗𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎 × 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 = 𝟏 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧

Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran nelayan

Pantai Santolo untuk usaha sewa losmen ini terdiri Biaya Investasi, Biaya Tetap, dan

Biaya Variabel adalah Rp 115.855.000 (Biaya Total). Biaya operasional dari usaha

sewa losmen adalah sebesar Rp 4.575.000. Rata-rata penerimaan nelayan dalam satu

tahun untuk kegiatan usaha ini adalah sebesar Rp 25.560.000, dengan

pendapatan/keuntungan bersih sebesar Rp 20.985.000. Kegiatan usaha ini dapat

dikatakan memberikan keuntungan dimana penerimaan rata-rata lebih besar daripada

biaya operasional.

2. BCR

Selanjutnya analisis BCR, analisis ini berguna untuk mengetahui kelayakan

suatu usaha. BCR dari kegiatan usaha sewa losmen di Pantai Santolo adalah sebagai

berikut.

BCR dari usaha sewa losmen ini sebesar 5,6 yang dapat dikatakan usaha ini

layak untuk dijalankan karena BCR lebih dari 1.

3. Profitabilitas

Kriteria untung rugi dalam analisis profitabilitas ditentukan oleh suku bunga

bank, dimana suku bunga pinjaman untuk perikanan adalah sebesar 16%.

Profitabilitas merupakan perhitungan yang menggambarkan kemampuan suatu usaha

untuk mendapatkan laba. Profitabilitas dari usaha sewa losmen akan dipaparkan

sebagai berikut.

𝐏𝐫𝐨𝐟𝐢𝐭𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐋𝐨𝐬𝐦𝐞𝐧 = 𝐑𝐩 𝟐𝟎.𝟗𝟖𝟓.𝟎𝟎𝟎

𝐑𝐩 𝟒.𝟓𝟕𝟓.𝟎𝟎𝟎 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟓𝟖,𝟕%

𝐁𝐂𝐑 𝐒𝐞𝐰𝐚 𝐋𝐨𝐬𝐦𝐞𝐧 =𝐑𝐩 𝟐𝟓.𝟓𝟔𝟎.𝟎𝟎𝟎

𝐑𝐩 𝟏𝟏𝟓.𝟖𝟓𝟓.𝟎𝟎𝟎= 𝟓,𝟔

Profitabilitas usaha sewa losmen adalah sebesar 458,7%, dimana angka

dimana angka tersebut lebih besar dari suku bunga pinjaman, maka dapat dikatakan

usaha sewa losmen yang ada di Pantai Santolo menguntungkan.

4. Payback Periods

Payback Periods merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung

pengembalian modal, dapat diartikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk

mengembalikan modal. Analisis Payback Period dari usaha sewa losmen akan

dipaparkan sebagai berikut.

Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal dari usaha

sewa losmen adalah 5,5 tahun.

E. Kuliner

1. Keragaan Biaya Manfaat

Kegiatan minawisata bahari di Pantai Santolo yang dilakukan oleh nelayan

sebagai pekerjaan alternatif yaitu salah satunya usaha kuliner. Analisis pendapatan

dari usaha kuliner lebih jelasnya akan disajikan pada tabel berikut.

𝐏𝐚𝐲𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐒𝐞𝐰𝐚 𝐋𝐨𝐬𝐦𝐞𝐧 = 𝐑𝐩 𝟏𝟏𝟓.𝟖𝟓𝟓.𝟎𝟎𝟎

𝐑𝐩 𝟐𝟑.𝟑𝟖𝟓.𝟎𝟎𝟎 × 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 = 𝟓,𝟓 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧

Tabel 13. Keragaan Biaya Manfaat Usaha Kuliner Dalam 1 Tahun

No Uraian Nilai (Rp)

1 Biaya Investasi

Bangunan 10.000.000

Meja dan Kursi 2.000.000

Peralatan Dapur 800.000

Jumlah 12.800.000

2 Biaya Tetap

Penyusutan Bangunan 800.000

Penyusutan Meja dan Kursi 350.000

Penyusutan Peralatan Dapur 125.000

Retribusi 55.000

Jumlah 1.330.000

3 Biaya Variabel

Biaya Listrik 1.200.000

Biaya Berbelanja Bahan-bahan 2.160.000

Jumlah 3.360.000

Biaya Total 17.490.000

4 Penerimaan 31.320.000

5 Pendapatan/Keuntungan 26.630.000

Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.

Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran nelayan

Pantai Santolo untuk usaha kuliner ini terdiri Biaya Investasi, Biaya Tetap, dan Biaya

Variabel adalah Rp 17.490.000 (Biaya Total). Biaya operasional dari usaha kuliner

adalah sebesar Rp 4.690.000. Rata-rata penerimaan nelayan dalam satu tahun untuk

kegiatan usaha ini sebesar Rp 31.320.000, dengan pendapatan/keuntungan bersih

sebesar Rp 26.630.000. Kegiatan usaha ini dapat dikatakan layak dijalankan karena

memberikan keuntungan, yakni penerimaan rata-rata lebih besar daripada biaya

operasional.

2. BCR

Selanjutnya analisis BCR, analisis ini berguna untuk mengetahui kelayakan

suatu usaha. BCR dari kegiatan usaha kuliner losmen di Pantai Santolo adalah

sebagai berikut.

BCR dari usaha kuliner ini sebesar 6,7 yang dapat dikatakan usaha ini layak

untuk dijalankan karena BCR lebih dari 1.

3. Profitabilitas

Kriteria untung rugi dalam analisis profitabilitas ditentukan oleh suku bunga

bank, dimana suku bunga pinjaman untuk perikanan adalah sebesar 16%. Rasio

profitabilitas merupakan rasio untuk menggambarkan kemampuan suatu usaha untuk

mendapatkan laba. Rasio profitabilitas dari usaha kuliner akan dipaparkan sebagai

berikut.

Profitabilitas usaha kuliner adalah sebesar 567,8%, dimana angka tersebut

lebih besar dari suku bunga pinjaman, maka dapat dikatakan usaha kuliner yang ada

di Pantai Santolo menguntungkan.

4. Payback Periods

Payback Periods merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung

pengembalian modal, dapat diartikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk

mengembalikan modal. Analisis Payback Period dari usaha kuliner akan dipaparkan

sebagai berikut.

𝐏𝐫𝐨𝐟𝐢𝐭𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐊𝐮𝐥𝐢𝐧𝐞𝐫 = 𝐑𝐩 𝟐𝟔.𝟔𝟑𝟎.𝟎𝟎𝟎

𝐑𝐩 𝟒.𝟔𝟗𝟎.𝟎𝟎𝟎 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓𝟔𝟕,𝟖%

𝐏𝐚𝐲𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐊𝐮𝐥𝐢𝐧𝐞𝐫 = 𝐑𝐩 𝟏𝟕.𝟒𝟗𝟎.𝟎𝟎𝟎

𝐑𝐩 𝟐𝟔.𝟔𝟑𝟎.𝟎𝟎𝟎 × 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 = 𝟎,𝟕 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧

𝐁𝐂𝐑 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐊𝐮𝐥𝐢𝐧𝐞𝐫 =𝐑𝐩 𝟑𝟏.𝟑𝟐𝟎.𝟎𝟎𝟎

𝐑𝐩 𝟏𝟏.𝟒𝟗𝟎.𝟎𝟎𝟎= 𝟔,𝟕

Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal dari usaha

kuliner adalah 0,7 tahun (8,4 bulan).

F. Cinderamata

1. Keragaan Biaya Manfaat

Kegiatan minawisata bahari di Pantai Santolo yang dilakukan oleh nelayan

sebagai pekerjaan alternatif yaitu salah satunya usaha menjual cinderamata. Analisis

pendapatan dari usaha menjual cinderamata lebih jelasnya akan disajikan pada tabel

berikut.

Tabel 14. Keragaan Biaya Manfaat Usaha Menjual Cinderamata Dalam 1 Tahun

No Uraian Nilai (Rp)

1 Biaya Investasi

Bangunan 11.500.000

Peralatan 2.100.000

Jumlah 13.600.000

2 Biaya Tetap

Penyusutan Bangunan 430.000

Penyusutan Peralatan 100.000

Retribusi 100.000

Jumlah 630.000

3 Biaya Variabel

Biaya Listrik 1.200.000

Biaya Berbelanja Bahan-bahan 7.240.000

Jumlah 8.740.000

Biaya Total 22.970.000

4 Penerimaan 13.800.000

5 Pendapatan/Keuntungan 4.430.000

Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.

Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran nelayan

Pantai Santolo untuk usaha menjual cinderamata ini terdiri Biaya Investasi, Biaya

Tetap, dan Biaya Variabel adalah Rp 22.970.000 (Biaya Total). Biaya operasional

dari usaha cinderamata sebesar Rp 9.370.000. Rata-rata penerimaan nelayan dalam

satu tahun untuk kegiatan usaha ini sebesar Rp 13.800.000, dengan

pendapatan/keuntungan bersih sebesar Rp 4.430.000. Kegiatan usaha ini dapat

dikatakan layak dijalankan karena memberikan keuntungan, yakni penerimaan rata-

rata lebih besar daripada biaya operasional.

Keuntungan yang didapat memang termasuk kecil, karena berdasarkan

wawancara dengan responden hal ini bisa terjadi karena nelayan menjalankan usaha

ini tidak terlalu memperhatikan pengeluaran dan keuangan yangtidak diatur dengan

baik, uang yang setiap hari diperoleh selalu habis untuk pengeluaran yang tidak tentu,

tidak ada pengaturan dalam pengeluaran uang, serta tidak ada keinginan untuk

menyimpan uang.

2. BCR

Selanjutnya analisis BCR, analisis ini berguna untuk mengetahui kelayakan

suatu usaha. BCR dari kegiatan usaha menjual cinderamata di Pantai Santolo adalah

sebagai berikut.

BCR dari usaha menjual cinderamata ini sebesar 1,5 yang dapat dikatakan

usaha ini tidak layak untuk dijalankan karena BCR kurang dari 1.

3. Profitabilitas

Kriteria untung rugi dalam analisis profitabilitas ditentukan oleh suku bunga

bank, dimana suku bunga pinjaman untuk perikanan adalah sebesar 16%.

Profitabilitas merupakan perhitungan yang menggambarkan kemampuan suatu usaha

untuk mendapatkan laba. Profitabilitas dari usaha menjual cinderamata akan

dipaparkan sebagai berikut.

𝐏𝐫𝐨𝐟𝐢𝐭𝐚𝐛𝐢𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐂𝐢𝐧𝐝𝐞𝐫𝐚𝐦𝐚𝐭𝐚 =

𝐑𝐩 𝟒.𝟒𝟑𝟎.𝟎𝟎𝟎

𝐑𝐩 𝟗.𝟑𝟕𝟎.𝟎𝟎𝟎 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟕,𝟑%

𝐁𝐂𝐑 𝐌𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥 𝐂𝐢𝐧𝐝𝐞𝐫𝐚𝐦𝐚𝐭𝐚 =𝐑𝐩 𝟏𝟑.𝟖𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎

𝐑𝐩 𝟐𝟐.𝟗𝟕𝟎.𝟎𝟎𝟎= 𝟏,𝟓

Profitabilitas usaha menjual cinderamata adalah sebesar 47,3%, dimana angka

tersebut lebih besar dari suku bunga pinjaman, maka dapat dikatakan usaha kuliner

yang ada di Pantai Santolo menguntungkan.

4. Payback Periods

Payback Periods merupakan analisis yang digunakan untuk menghitung

pengembalian modal, dapat diartikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk

mengembalikan modal. Analisis Payback Periods dari usaha menjual cinderamata

akan dipaparkan sebagai berikut.

Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal dari usaha

menjual cinderamata adalah 5,2 tahun.

4.3.2 Curahan Kerja

A. Curahan Kerja Keluarga Nelayan

Berdasarkan wawancara dengan responden, ada empat responden yang

melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan dan usaha sewa perahu sebagai

pekerjaan alternatifnya, serta ada satu keluarga nelayan (Pak Mimin dan Bu Anih)

yang bekerja dalam usaha penangkapan ikan, usaha sewa perahu, dan usaha kuliner

yg dijalankan oleh istri nelayan. Berikut dipaparkan curahan kerjanya.

a. Curahan Kerja dari Usaha Perikanan Tangkap, dan Sewa Perahu

Nelayan yang melakukan kegiatan usaha perikanan tangkap melakukan

kegiatannya dari pukul 18.00 WIB-06.00 WIB, maka didapat rata-rata curahan kerja

nelayan yaitu 12 jam dalam sehari (24 jam). Relatif curahan kerja per harinya adalah

sebagai berikut:

𝐏𝐚𝐲𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐬 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐌𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥 𝐂𝐢𝐧𝐝𝐞𝐫𝐚𝐦𝐚𝐭𝐚 = 𝐑𝐩 𝟐𝟐.𝟗𝟕𝟎.𝟎𝟎𝟎

𝐑𝐩 𝟒.𝟒𝟑𝟎.𝟎𝟎𝟎 × 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 = 𝟓,𝟐 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧

Hal ini menunjukkan bahwa nelayan yang melakukan kegiatan usaha

perikanan tangkap memiliki curahan waktu kerja sebesar 50% atau 12 jam sehari (24

jam), 21 hari dalam satu bulan, dan 252 hari dalam satu tahun.

Nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa perahu dalam sehari rata-rata

nelayan melakukan 20 kali bolak balik. Berdasarkan wawancara terhadap empat

responden (Pak Indra, Pak Tono, Pak Kardi, Pak Ujang) maka didapat rata-rata

curahan kerja nelayan yaitu 13 jam dalam sehari (24 jam) dimana nelayan bekerja

dari pukul 05.00 WIB-18.00 WIB. Relatif curahan kerja per harinya adalah sebagai

berikut:

Hal ini menunjukkan bahwa nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa

perahu memiliki curahan waktu kerja sebesar 54,17% atau 13 jam sehari (24 jam),

tujuh hari dalam satu bulan, dan 84 hari dalam satu tahun.

b. Curahan Kerja dari Usaha Perikanan Tangkap, Sewa Perahu, dan Usaha

Kuliner

Nelayan yang melakukan kegiatan usaha perikanan tangkap melakukan

kegiatannya dari pukul 18.00 WIB-06.00 WIB, maka didapat rata-rata curahan kerja

nelayan yaitu 12 jam dalam sehari (24 jam). Relatif curahan kerja per harinya adalah

sebagai berikut:

𝐂𝐊𝐏𝐓 = 𝟏𝟐

𝟐𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓𝟎,𝟎𝟎%

𝐂𝐊𝐒𝐏 = 𝟏𝟑

𝟐𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓𝟒,𝟏𝟕%

𝐂𝐊𝐏𝐓 = 𝟏𝟐

𝟐𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓𝟎,𝟎𝟎%

Hal ini menunjukkan bahwa nelayan yang melakukan kegiatan usaha

perikanan tangkap memiliki curahan waktu kerja sebesar 50% atau 12 jam sehari (24

jam), 21 hari dalam satu bulan, dan 252 hari dalam satu tahun.

Nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa perahu dalam sehari rata-rata

nelayan melakukan 20 kali bolak balik. Berdasarkan wawancara terhadap 1 orang

responden (Pak Mimin) maka didapat curahan kerja nelayan yaitu 13 jam dalam

sehari (24 jam) dimana nelayan bekerja dari pukul 05.00 WIB-18.000 WIB. Relatif

curahan kerja per harinya adalah sebagai berikut:

Hal ini menunjukkan bahwa nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa

perahu memiliki curahan waktu kerja sebesar 54,17% atau 13 jam sehari (24 jam),

tujuh hari dalam satu bulan, dan 84 hari dalam satu tahun.

.

Nelayan Pantai Santolo yang melakukan kegiatan usaha kuliner memulai

pekerjaannya sehabis subuh sampai menjelang malam. Berdasarkan hasil wawancara

dengan Bu Anih, didapat curahan kerja yaitu 15 jam dalam sehari (24 jam). Relatif

curahan kerja per harinya adalah sebagai berikut:

Artinya nelayan yang melakukan kegiatan usaha kuliner memiliki curahan

waktu kerja sebesar 62,5% atau 15 jam sehari (24 jam), 25 hari dalam satu bulan, hari

300 dalam satu tahun.

B. Curahan Kerja Kegiatan Usaha Sewa Jasa Permainan Banana Boat

Nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa jasa permainan banana boat

dalam sehari rata-rata melakukannya sampai 15 kali. Berdasarkan hasil wawancara

𝐂𝐊𝐒𝐏 = 𝟏𝟑

𝟐𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓𝟒,𝟏𝟕%

𝐂𝐊𝐊𝐔𝐋𝐈𝐍𝐄𝐑 = 𝟏𝟓

𝟐𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟔𝟐,𝟓%

terhadap 5 responden, didapat rata-rata curahan kerja nelayan yaitu 11 jam dalam

sehari (24 jam) dimana nelayan bekerja dari pukul 07.00 WIB-18.00 WIB. Relatif

curahan kerja per harinya adalah sebagai berikut:

Hal ini menunjukkan bahwa nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa

jasa permainan banana boat memiliki curahan waktu kerja sebesar 45,8% atau 11 jam

sehari (24 jam), lima hari dalam satu minggu, dan 60 hari dalam satu tahun. Usaha

ini dijalani disaat akhir pekan, hari libur keagamaan, dan libur nasional.

C. Curahan Kerja Kegiatan Usaha Sewa Losmen

Nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa losmen dilakukan dari pagi

hari sampai menjelang malam. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 5 responden,

didapat rata-rata curahan kerja nelayan yaitu 15 jam dalam sehari (24 jam) dimana

nelayan bekerja dari pukul 06.00 WIB-21.00 WIB. Relatif curahan kerja per harinya

adalah sebagai berikut:

Hal ini menunjukkan bahwa nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa

losmen memiliki curahan waktu kerja sebesar 62,5% atau 15 jam sehari (24 jam), 25

hari dalam satu bulan, hari 300 dalam satu tahun.

D. Curahan Kerja Kegiatan Usaha Kuliner

Nelayan Pantai Santolo yang melakukan kegiatan usaha kuliner memulai

pekerjaannya sehabis subuh dan menjelang malam. Ada juga yang melakukannya

sampai 24 jam, karena bergantian menjaga warung. Berdasarkan hasil wawancara

𝐂𝐊𝐁𝐁 = 𝟏𝟏

𝟐𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟓,𝟖%

𝐂𝐊𝐋𝐎𝐒𝐌𝐄𝐍 = 𝟏𝟓

𝟐𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟔𝟐,𝟓%

terhadap 4 responden, didapat rata-rata curahan kerja yaitu 18 jam dalam sehari (24

jam). Relatif curahan kerja per harinya adalah sebagai berikut:

Artinya nelayan yang melakukan kegiatan usaha menjual makanan minuman

dan hidangan laut memiliki curahan waktu kerja sebesar 75% atau 18 jam sehari (24

jam), 25 hari dalam satu bulan, hari 300 dalam satu tahun.

E. Curahan Kerja Kegiatan Usaha Menjual Cinderamata

Nelayan Pantai Santolo yang melakukan kegiatan usaha menjual cinderamata

memulai pekerjaannya sehabis subuh sampai sore, yaitu pukul 06.00 WIB-17.00

WIB. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 5 responden, didapat rata-rata curahan

kerja yaitu 11 jam dalam sehari (24 jam). Relatif curahan kerja per harinya adalah

sebagai berikut:

Artinya nelayan yang melakukan kegiatan usaha menjual cinderamata

memiliki curahan waktu kerja sebesar 45,8% atau 11 jam sehari (24 jam), 25 hari

dalam satu bulan, hari 300 dalam satu tahun.

4.4 Kontribusi Minawisata Bahari

4.4.1 Kontribusi Minawisata Bahari Terhadap Pendapatan Keluarga Nelayan

Kegiatan minawisata bahari yang dilakukan oleh keluarga nelayan adalah

sewa perahu, dan usaha kuliner, sehingga kontribusi relatif pendapatan rumah tangga

nelayan di Pantai Santolo dapat dihitung sebagai berikut:

𝐂𝐊𝐊𝐔𝐋𝐈𝐍𝐄𝐑 = 𝟏𝟖

𝟐𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟕𝟓%

𝐂𝐊𝐌𝐂 = 𝟏𝟏

𝟐𝟒 × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟓,𝟖%

I mn.bahari = pendapatan sewa perahu + pendapatan usaha kuliner

= Rp 36.122.500 + Rp 26.630.000

= Rp 62.752.500

I tangkap + I mn.bahari = Rp 82.351.632 + Rp 62.752.500

= Rp 145.104.132

Maka,

I relative off farm = Rp 62.752.500

Rp 82.351.632 + Rp 62.752.500 × 100%

= Rp 62.752.500

(Rp 145.104.132 ) × 100%

= 43,2%

Jadi kontribusi relatif pendapatan keluarga nelayan per tahun diluar kegiatan

penangkapan di Pantai Santolo adalah sebesar 43,2%. Bila dibandingkan dengan

penelitian-penelitian sebelumnya dengan judul sejenis, kontribusi relatif pendapatan

nelayan diluar kegiatan penangkapan hasil penelitian Hurlan (2007) di Pantai

Tirtamaya Indramayu sebesar 42,9%; hasil penelitian Hakim (2011) di Pantai

Karangsong Indramayu sebesar 59,32%; dan hasil dari penelitian Yuliriane (2012) di

Pantai Pangandaran sebesar 43,09%.

Untuk kontribusi mutlak pendapatan keluarga nelayan per tahun diluar

kegiatan penangkapan adalah sebagai berikut:

I absolute off farm = Rp 62.752.500

Rp 82.351.632 + Rp 62.752.500 × Rp 82.351.632

= Rp 62.752.500

(Rp 145.101.132 ) × Rp 82.351.632

= Rp 35.614.222,-

Jadi kontribusi mutlak pendapatan rumah tangga nelayan per tahun diluar

kegiatan penangkapan di Pantai Santolo adalah sebesar Rp 35.614.222,-.

4.4.2 Kontribusi Minawisata Bahari Terhadap Potensi Pendapatan Pantai

Santolo

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak UPTD banyaknya pihak yang

menjalankan usaha sewa perahu berjumlah 7, usaha banana boat berjumlah 2 unit,

usaha sewa losmen berjumlah 20, usaha kuliner berjumlah 23, dan usaha cinderamata

berjumlah 5. Estimasi jumlah keseluruhan pendapatan di Pantai Santolo dipengaruhi

oleh hasil dari kegiatan penangkapan ikan, dan dari kegiatan minawisata bahari yaitu

sewa perahu, sewa jasa permainan banana boat, sewa losmen, usaha kuliner, dan

usaha menjual cinderamata. Dimana pendapatan dari hasil perikanan tangkap sebesar

Rp 828.005.350 (BPTPK Kecamatan Cikelet 2012). Hasil dari pendapatan tersebut

dapat dianalisis untuk mengetahui estimasi kontribusi yang disumbangkan terhadap

keseluruhan Pendapatan Pantai Santolo khusunya dari kegiatan minawisata bahari.

Rinciannya disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Estimasi Kontribusi Minawisata Bahari Terhadap Potensi Pendapatan

Pantai Santolo

Jenis Pemasukan Pendapatan

(Rp)

Kontribusi

(%)

Hasil Sewa Perahu 252.857.500 18,7

Hasil Sewa Jasa Permainan Banana Boat 47.800.000 3,5

Hasil Sewa Losmen 419.700.000 30,9

Hasil Usaha Kuliner 612.490.000 45,2

Hasil Menjual Cinderamata 22.150.000 1,7

Total 1.354.997.500 100

Sumber: *Hasil Nilai Produksi Tahun 2012 BPTPK Kecamatan Cikelet,

dan Data Primer (Diolah), 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam kontribusi terhadap

pendapatan, dari usaha perikanan tangkap yang masih mendominasi dengan

pendapatan sebesar Rp 828.005.350. Sedangkan untuk sektor minawisata dalam

musim biasa atau bukan musim liburan sebesar Rp 1.354.997.500, dimana kontribusi

terbesar berasal dari usaha kuliner dengan presentase 45,2%, dan dari usaha sewa

losmen dengan presentase 30,9%. Bila dibandingkan antara hasil perikanan tangkap

dan minawisata bahari, maka yang paling besar pendapatannya berasal dari

minawisata bahari. Untuk jenis usaha lainnya dalam minawisata bahari di Pantai

Santolo memiliki potensi yang besar, dan masih perlu dikembangkan dengan baik,

dengan begitu pendapatan daerah pun menjadi meningkat. Pantai Santolo masih perlu

banyak promosi, dan masih harus banyak di tata baik dari segi perikanan tangkap,

maupun nimawisata baharinya. Sarana dan prasarana juga masih perlu diperbaiki agar

wisatawan yang berkunjung merasa lebih nyaman, maka dengan begitu makin banyak

wisatawan yang akan kembali lagi ke Pantai Santolo untuk berkunjung.