bab iv

Upload: dwi-anggi-ardiansyah

Post on 10-Oct-2015

36 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bab IV

TRANSCRIPT

BAB IVSISTEM PROSES 19

BAB IVSISTEM PROSESIV.1 PROSES PRODUKSIProses pembuatan gula di PG. Watoetoelis menggunakan proses sulfitasi. Rangkaian prosesnya meliputi enam bagian, yaitu :1. Emplasemen2. Stasiun Gilingan3. Stasiun Pemurnian4. Stasiun penguapan5. Stasiun Masakan 6. Stasiun putaran7. Stasiun PenyelesaianAdapun tiga bagian penunjang di dalam operasi, yaitu :1. Bagian Laboratorium2. Bagian Utilitas 3. Bagian Pengolahan LimbahIV.1.1 EmplasemenEmplasemen merupakan tempat penampungan tebu yang akan ditimbang sesaat sebelum digiling. Kapasitas tebang angkut yang dimiliki oleh PG. Watoetoelis tergantung oleh management pabrik, kapasitas terpasangnya berkisar 22.500 Ku per hari. Proses emplementasi ini penting untuk pemilihan bahan baku yang akan diproses dalam pengolahan tebu yang nantinya akan sangat menentukan hasil produk yang didapat. Tahapan yang terdapat pada PG. Watoetoelis antara lain sebagai berikut :1. Emplasemen depan, yaitu menampung tebu yang diangkut truk. Tebu yang masuk pabrik harus memiliki nilai brix diatas 18. Cara penentuan nilai brix tersebut yaitu dengan mengambil contoh sepertiga dari pucuk tebu kemudian diperah lalu diukur dengan alat tes yang bernama Hand Brix Refractometer. Bagi tebu yang tidak memenuhi kriteria tidak dapa diterima oleh pabrik untuk diolah.2. Emplasemen tengah digunakan untuk menampung tebu yang telah ditimbang dari truk kemudian diangkut oleh lori dan menunggu digiling.3. Emplasemen belakang digunakan untuk membongkar dan menimbang tebu yang diangkut oleh truk.Peralatan :1. Railban, yaitu rel yang berhubungan antara desa penghasil tebu disekitar pabrik dan tempat penimbangan tebu.2. Lori, yaitu kereta pengangkut tebu.Sehingga : berat tebu = berat total ( lori + tebu ) berat lori.3. Truk, yaitu alat transportasi yang digunakan untuk tebu dari desa penghasil tebu yang jaraknya jauh dari pabrik dalam kota sidoarjo maupun dari luar kota sidoarjo.4. Timbangan, yaitu alat yang digunakan untuk menimbang berat tebu. Timbangan yang digunakan di PG. Watoetoelis ada 2 macam, yaitu :a. Timbangan berkelPada timbangan ini, mula-mula truk ditimbang beserta tebu yang diangkut. Setelah tebu dipindahkan ke meja tebu, truk kosong ditimbang kembali sehingga akan diketahui berat tebu sebenarnya. Cara kerja timbangan ini adalah dengan meneruskan tumpuan yang diperoleh dari beban kepada tuas-tuas yang kemudian berat beban tersebut ditunjukan melalui sebuah skala yang dapat dibaca. Timbangan berkel ini mempunyai kapasitas 20 ton.b. Timbangan digital clane scale ( Timbangan Tebu Digital )Pada timbangan ini, tebu yang diangkut oleh truk dimasukkan timbangan, lalu tebu diangkut dan secara otomatis dapat diketahui berat tebu kemudian tebu diletakkan dilori. Cara kerjanya adalah dengan memindahkan beban yang dikerjakan oleh cane transloading oleh load sel kedalam digital. Kapasitas timbangannya adalah 10 ton.5. Meja tebu, yaitu alat untuk membongkar dan meratakan tebu yang diangkat oleh crane dari emplasemen tebu. Meja tebu yang digunakan adalah tipe feed lateral yaitu meja miring yang bergerak.IV.1.2 Stasiun GilinganTujuan : Untuk memisahkan nira dari ampasnya secara maksimal dengan menekan kehilangan gula semaksimal mungkin.Proses :Stasiun gilingan merupakan stasiun pertama yang menangani tebu hasil penimbangan dari emplasemen yang terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu :a. Pengerjaan pendahuluan Menata tebu yang akan digiling di meja tebu. Memindahkan tebu dari meja tebu ke cane cutter 1 dan cane cutter II dengan mengunakan cane carrier I. Memecah tebu sebesar 25 cm dengan Cane Cutter I. Masuk ke Cane Cutter II untuk dipotong menjadi lebih kecil lagi yaitu 2,5 cm. Setelah itu masuk ke dalam unigrator untuk ditumbuk dimana berfungsi untuk memecah sel tebunya hingga berbentuk serabut yang halus agar mempermudah proses pemerahan. Ampas yang dihasilkan dari unigrator ke unit gilingan dengan Cane Carrier II.b. PemerahanPemerahan di PG. Watoetoelis dilakukan oleh 4 unit gilingan, fungsi dari pemerahan ini yaitu untuk memerah nira sebanyak-banyaknya serta kehilangan nira sedikit mungkin dari ampas. Dalam 1 unit gilingan terdiri dari 3 roll golingan dan 1 buah voding roll :

AAmpas masukAmpas keluar

BM

Nira Keterangan : Rol A ( rol atas / top roll )Berfungsi untuk memerah tebu yang masuk dengan menggunakan alas rol muka dari belakang. Rol M ( rol muka / voor roll )Berfungsi sebagai alat penekan ampas dari nol bagian belakang dengan rol bagian atas. Rol B ( rol belakang / Achter roll )Berfungsi sebagai alat penekan amplas dari bagian belakang dengan rol bagian atas. Voding rollMendorong ampas masuk ke gilinganSetelah tebu masuk ke gilingan pertama dan kedua maka diperoleh nira mentah I dan nira mentah 2, pada gilingan III ampas ditambah air imbisisi dengan suhu lebih kurang 70-90 C, penambahan air ambisisi ini bertujuan agar tingkat ekstraksinya menjadi lebih tinggi. Selain itu, penambahan air imbisisi harus diperhitungkan effisiensi pemakaiannya ( 31 % berat tebu ) karena berhubungan dengan kemampuan alat penguapan ( evaporator ) karena apabila air yang diberikan air yang diberikan terlalu banyak maka akan menambah beban penguapan. Hasil nira dari gilingan III ini dialirkan ke ampas keluar gilingan I dan hasil nira gilingan IV dialirkan ke ampas keluar gilingan II. Hasil nira dari gilingan I dan II disaring dengan saringan getar untuk pemisahan nira dengan ampas halus yang kemudian ditimbang dengan timbangan Bolougne ( Timbangan Nira Mentah ) untuk dasar pengawasan perhitungan proses (bobotnya). Kapasitas timbangan adalah 4 ton/cycle. Pada nira mentah gilingan ditambahkan susu kapur untuk menaikan pH dari 5,5 5,6 menjadi 6,5 6,6 agar tidak terjadi inversi ( kerusakan nira ) serta mengantisipasi penurunan pH karena penambahan phospat cair. Tujuan dari penambahan phospat cair ini untuk menambah kadar phospat dalam nira mentah yang semula antara 250 300 ppm menjadi 300 ppm agar kerja pemurnian berjalan dengan baik. Ampas akhir gilingan IV dibawa dengan elevator ke ketel sebagai bahan bakar dan ampas halus ditarik blower dihembuskan ke mixer bagasilo di stasiun pemurnian.Peralatan :1. 2 unit Carrier Carrier I digunakan untuk memindahkan tebu dari meja tebu ke cane cutter I dan II. Carrier II digunakan untuk memindahkan tumbukan yang dihasilkan unigrator ke alat penggilingan.2. 2 unit Cane Cutter, yaitu alat yang digunakan untuk mencacah tebu menjadi potongan yang lebih pendek untuk dibawa ke unigrator. Cane Cutter ini terdiri 56 buah pisau yang digerakkan oleh elektromotor.

Contoh Gambar Cane Cutter3. 1 unit Unigerator, yaitu alat yang digunakan untuk menumbuk tebu menjadi serpihan sabut berukuran 5 10 cm, sehingga akan memudahkan pemerahan nira dalem proses penggilingan.

Contoh Gambar Unigerator4. Sugar Cane Mill atau gilingan tebu, digunakan untuk memerah ampas yang telah ditumbuk sehingga menghasilkan nira mentah.Ada 4 unit gilingan yang terdapat di PG. Watoetoelis, yang masing-masing terdiri dari: Feeding Roll, yaitu alat untuk membantu memasukan ampas ke bagian depan gilingan. Tiga roll pemerahan, yaitu rol atas,rol depan, dan rol belakang. Scraper (suri ampas ), yaitu alat pembersih ampas yang masih melekat pada alur rol gilingan dan menahan agar ampas dari rol depan masuk ke bukaan belakang bagian belakang. Trash plate, yaitu alat yang digunakan untuk menghubungkan rol depan dengan rol belakang dan sebagai keluarnya ampas.5. Pompa nira mentah gilingan yang digunakan untuk mempompa nira mentah hasil dari pemerahan gilingan ke timbangan Boulogne.IV.1.3 Stasiun PemurnianTujuan : untuk memisahkan kotoran, koloid dan senyawa bukan gula yang terdapat dalam nira mentah dengan beberapa tahab, yakni :A. Secara fisis, yaitu dengan pemanasan dan pengendapan.B. Secara khemis, yaitu dengan mereaksikan komponen nira dengan bahan pembantu proses sehingga dihasilkan endapan yang baik.C. Secara khemis dan fisis, yaitu dengan adsorbsi kotoran koloid sehingga terjadi reaksi penggumpalan dan pengendapan.Setelah penambahan susu kapur, nira disaring kembali untuk menyaring ampas yang lebih halus dan ampas hasil penyaringan dikembalikan ke stasiun gilingan.

Langkah-langkah di stasiun pemurnian : Nira mentah dari stasiun gilingan ditimbang terlebih dahulu agar tahu berapa nira yang dikerjakan serta kehilangannya. Nira mentah ditampung dalam buffer tank dengan volume 4,2 m. Nira dialirkan dengan pompa nira mentah yang memiliki kapasitas 4 m/menit, menuju juice heater I (JH I) unutuk dipanaskan sampai suhu 75-80 dengan tujuan mematikan bakteri yang ada di dalam nira dan mempercepat reaksi Ca(OH)2 dengan phospat. Setelah itu masuk ke pre-contactor untuk memberikan kesempatan susu kapur bereaksi dengan nira. Lalu masuk Defekator I dengan waktu selama 3 menit. Disini ditambahkan susu kapur dengan viskositas 6Be hingga pH 7,2 (netral) agar sukrosanya tidak mudah rusak, sehingga terbentuk inti endapan [CaH(PO4)2] yang berguna untuk meningkatkan zat bukan gula dan koloid. Kemudian nira dilewatkan pada Defekator II ( waktu tinggal selama 3 detik ) disertai dengan penambahan susu kapur hingga pH 8,6 dengan tujuan mempersiapkan kelebihan susu kapur yang akan direaksikan dengan SO2(g) pada bejana sulfitir nira mentah. Setelah melalui defekator II, nira dialirkan ke sulfitir nira mentah sampai dihasilkan pH 7,0 7,2 dimana gas SO2 yang digunakan berasal dari pembakaran belerang di tabung belerang. Dalam sulfitir ini, kelebihan susu kapur akan bereaksi dengan SO2(g) membentuk endapan CaSO3 dan endapan CaSO3 di adsorbsi oleh inti endapan yang sudah ada [ CaH(PO4)2 ] sehingga terbentuk endapan dengan diameter yang lebih besar. Pada dapur belerang dan sublimator diberi air pendingin berupa mantel yang berguna untuk menurunkan temperatur gas SO2 80C agar sama dengan nira mentah dan diharapkan terjadi penyubliman S2 dan O2 yang belum bereaksi sempurna pada sublimator. Setelah proses sulfitasi, nira dipanaskan pada JH II hingga temperatur 105-110C pemanasan ini bertujuan untuk menyempurnakan reaksi. Jika suhunya melebihi 110C maka dapat mengakibatkan terjadi reaksi karamelisasi (penggosongan), dimana zat lilin terlarut sehingga terikut di gula yang menyebabkan warna menjadi coklat. Untuk memisahkan gas-gas terlarut, maka nira dari JH II dialirkan ke flash tank, lalu dialirkan ke snowballing tank flokulator dimana nira diperlukan hingga membentuk aliran turbulen dan flokulen menjadi homogen. Di snowballing tank diharapkan inti endapan yang sudah terbentuk dengan ukuran yang kecil bisa jadi besar dengan diberi ion-ion di sekitar endapan sehingga terperangkap dan menjadi lebih besar. Setelah itu nira dialirkan ke door clarifier terdapat 4 buah tray dan pada masing-masing tray akan terbentuk aliran overflow, nira jernih yang akan ditampung pada bak penampung nira jernih. Supaya lebih bersih, dilakukan penyaringan dengan saringan ukuran 200 mesh yang kemudian diproses pada stasiun penguapan. Sedangkan nira kotor berupa slurry mengalir ke mixer bagasillo. Dimana pada mixer bagasillo, nira ditambah ampas halus untuk memperbaiki struktur endapan sehingga dapat mempermudah dalam proses penapisan. Dari mixer bagasillo nira dialirkan menuju bak nira kotor pada Rotary dengan perlakuan high vacuum, low vacuum dan no vacuum disertai dengan semprotan air panas dengan temperatur 75C sehingga diperoleh nira tapis dan blotong. Nira tapis dialirkan ke nira mentah tertimbang sedangkan blotong bisa dibuat sebagai kompos.Peralatan :1) Timbangan Boulogne, berfungsi untuk menimbang nira dari stasiun gilingan yang bekerja secara otomatis dengan kapasitas 4 ton/ cycle.2) Peti tarik nira mentah yang merupakan bak penampungan nira mentah dari timbangan boulogne. Buffer tank ini memiliki volume 4,2 m3.3) 2 buah pompa nira mentah dengan kapasitas 4 m3/menit untuk memompa nira yang sudah ditimbang ke JH I.4) Voor Warmer / Juice Headter.PG. Watoetoelis mempunyai 2 jenis yaitu:a) Juice Headter I ( JH I ), dengan menggunakan 12 sirkulasi yang berfungsi untuk memanaskan nira mentah sebelum masak defecator sampai suhu 75 - 80C.b) Juice Heater II ( JH II ), dengan menggunakan 12 sirkulasi yang digunakan untuk memanaskan nira yang keluar dari tangki sulfitasi nira mentah sampai suhu 100 - 105C.5) Defekator I, berfungsi sebagai tempat pencampuran nira dengan susu kapur yang dilengkapi dengan pengaduk agar campuran homogen dan mempunyai pH 7,2.6) Defekator II, berfungsi sebagai tempat pencampuran nira dengan susu kapur yang dilengkapi dengan pengaduk agar campuran homogen dan mempunyai pH 8,8 9.7) Tangki sulfitasi (sulfitir) nira mentah untuk menetralkan nira encer terkapur dari defekator dengan penambahan gas SO2 sampai pH 7,2.8) Pompa nira mentah9) Peti tarik nira mentah tersulfitir untuk menampung nira encer tersulfitir dari tangki sulfitir nira encer.10) Expandeur ( falsh tank ) yang berfungsi menghilangkan gas-gas yang masih tersisa dalam nira yang akan masuk ke door clarifier sehingga proses pengendapan berjalan baik.11) Snow balling tank, berfungsi untuk mencampur nira tersulfitir dan flokulant menjadi homogen.12) Door Clarifier, merupakan multi tray clerifier yang memiliki 4 tray, berfusi untuk mengendapkan kotoran-kotoran atau flok dalam nira sehingga akan diperoleh nira jernih dan nira kotor. Selanjutnya nira kotor dipisahkan dan dibawa ke rotary vacuum filter.13) Rotary Vacuum Filter untuk menyaring nira kotor (blotong) yang berasal dari door clarifier.Vacuum filter terdiri atas silinder yang sebagian tercelup dalam tangki yang berisi nira kotor yang akan disaring. Bagian luar dari dinding silinder berfungsi sebagai bidang penyaringan dan dibagi dalam 18 bagian. Masing-masing bagian dihubungkan secara individu oleh suatu jaringan pipa yang berakhir pada suatu terminal yag merupakan pengatur mekanik vacuum.Permukaan alat ini terbagi menjadi 3 sektor yaitu : Unit Low Vacuum ( 15 30 cmHg ), untuk menempelkan blotong. Unit High Vacuum ( 40 50 cmHg ), untuk menghisap nira tapis pada blotong. Unit No Vacuum ( 0 cmHg ), untuk melepaskan blotong yang dibantu dengan sekrap.Cara kerja Rotary Vacuum Filter :Pada saat vacuum bekerja, bagian silinder yang berhubungan dengan nira kotor adalah bagian yang berhubungan dengan Low Vacuum, hal ini menyebabkan nira tersedot oleh pengaruh vacuum. Sementara itu zat-zat padatan yang tersuspensi dalam larutan akan menempel pada permukaan saringan yang membentuk saringan tipis. Lapisan ini disebut blotong, yang juga mengandung serpihan ampas halus (bagacillo) yang sengaja ditambahkan. Nira hasil penyaringan dari daerah low vacuum masih kotor dan disebut filter kotor (cloudy filtrate). Lapisan tipis ini merupakan media penapis pada tahap berikutnya.Selanjutnya dengan berputarnya silinder, maka bidang penyaringan yang sudah dilapisi dengan blotong masuk ke daerah high vacuum karena pengaturan dalam distributing valve. Nira yang keluar dari daerah vacuum ini lebih jernih dibandingkan dengan nira pertama yang disebut nira tapis. Meskipun demikian mutunya belum layak untuk menghasilkan gula SHS, oleh karena itu dikembalikan lagi ke tangki bejana nira mentah tertimbang untuk dilakukan proses pemurnian kembali.Lapisan blotong yang terbentuk dengan berputarnya silider masuk ke daerah pengabut air panas sehingga blotong dibasahi air. Karena pengaruh vacuum, air ini terhisap. Pengabutan ini merupakan pembasuhan awal. Setelah itu dimulai proses pengeringan oleh vacuum. Silinder selanjutnya memasuki tangki nira kotor. Namun sebelumnya masuk kembali lapisan blotong yang sudah kering di tahan oleh scrapper dan blotong masuk ke Transport Band keluar pabrik.IV.1.4 Stasiun PenguapanTujuan : Untuk menguapkan air yang terdapat dalam nira encer,karena nira encer dari hasil pemurnian masih mengandungair sekitar 80 85%, sehingga tercapai brix 65%. Sistem penguapan yangdipakai adalah Quadrupple EffectEvaporator (4 buah evaporator). Sistem ini menghemat bahan pemanas karena setiap 1 kg uap pemanas mampu menguapkan 4 kg air. Tekanan evaporator berikutnya dibuat lebih rendah daripada evaporator sebelumnya sehingga tidak dibutuhkan pompa untuk mengalirkan nira dan titik didihnya akan makin rendah.Proses : Nira masuk ke dalam evaporator karena adanya perbedaan tekanan dalam evaporator. Steam masuk lewat pipa dan mengalir terdistribusi dalam pipa calandria. Dengan adanya perpindahan panas, maka steam terkondensasi menjadi kondensat. Uap nira yang terbentuk akan mengalir ke bagian atas evaporator dan selanjutnya sebagian digunakan untuk pemanas pada evaporator berikutnya. Proses penguapan dilakukan dalam kondisi vacuum untuk menekan kerusakan gula akibat suhu tinggi karena gula tidak tahan pada suhu tinggi. Selain itu juga untuk penghematan steam. Uap nira dari evaporator I digunakan sebagai pemanasan evaporator II, sebagian lagi dibleeding ke pan masakan. Uap nira dari evaporator II digunakan sebagai pemanasan evaporator III. Sebagian lagi dibleeding ke pemanas I. Uap nira dari evaporator III digunakan untuk memanaskan evaporator IV. Uap nira dari evaporator IV dialirkan ke kondensor. Kondensat yang tidak mengandung gula digunakan sebagai air pengisi ketel. Sedangkan kondensat yang mengandung gula digunakan sebagai pencuci pada masakan, air siraman RVF dan putaran, serta air imbibisi pada gilingan III. Nira kental dari evaporator terakhir biasanya lebih keruh dibanding nira sebelumnya karena adanya kenaikan konsentrasi,penggumpalan, dan suspensi dari beberapa jenis zat bukan gula. Untuk menghilangkan warna gelap, nira dialirkan ke tangki sulfitasi II untuk pemucatan agar diperoleh gula yang lebih putih. Pada tangki sulfitasi II ditambahkan gas SO2 yang berasal dari tobong belerang sehingga pH 5,4 - 5,6.Peralatan :1. Evaporator yaitu alat yang berfungsi untuk mengurangi kandungan air yang terdapat dalam larutan nira menjadi lebih kental. Di PG. Watoetoelis digunakan sistem Quadruple Effect Evaporator (4 unit evaporator)2. Pompa hampa udara sentral, digunakan untuk menurunkan tekanan vacuum terdiri dari dua bagian tekanan, yaitu pompa vacuum dan kondensor.3. Pompa kondensat untuk mengeluarkan air kondensat.4. Tangki sulfitir yang digunakan untuk proses sulfitasi nira kental.5. Peti diksap untuk menampung nira kental6. Mesin uap untuk mempercepat terjadinya kondisi vakum.7. Pompa injeksi untuk menghindari suhu yang terlalu panas yang mengakibatkan tekanan evaporator naik.

IV.1.5 Stasiun MasakanTujuan : Untuk mengubah nira dari larutan kental menjadi bentuk semi solid, dimana dalam proses ini juga terjadi pembibitan untuk pembentukan kristal yang lebih besar.Proses : Kecepatan kristalisasi dipengaruhi oleh :a. Temperatur Dalam hal ini temperatur akan mempengaruhi viskositas dan koefisien kejenuhan. Viskositas larutan induk : bila temperatur turun, makaviskositas akan naik dan sebaliknya. Koefisien kejenuhan : bila temperatur turun, koefisien turun sehingga kecepatan kristalisasi berkurang. Secara teoritis kecepatan kristalisasi sebanding dengan kuadrat kejenuhan tetapi dalam praktek tidak boleh melewati harga kritis (1.44) karena kemurnian kristal akan sulit dikontrol.b. Kemurnian larutan induk, Bila kemurnian larutan induk menurun, kecepatan kristalisasi akan menurun.c. Ukuran inti Kristald. Viskositas larutanPada stasiun masakan terdapat 21 peti masakan, yaitu :a. Peti nomor 1-10 berisi stroop Ab. Peti nomor 11-15 berisi stroop Cc. Peti nomor 16-21 berisi stroop DSelain itu juga terdapat 7 peti untuk penampungan nira kental yang berasal dari badan penguapan. Pada stasiun masakan terdapat 8 pan masakan yang menjadi 3 macam masakan, yaitu :1. Masakan A menggunakan 5 buah pan masakan2. Masakan C menggunakan 1 buah pan masakan3. Masakan D menggunakan 2 buah pan masakanPerbedaan pan masakan A, C, dan D teletak pada desain pemanasnya. Pemanas pada pan masakan itu berupa koil yang disebut serpetin, dimana steam pemanasnya mengalir dalam pipa, sedangkan jenis pemanas pada pan A dan C adalah tromol (calendria), steam pemanasnya berada di luar pipa. Adapun pada setiap masakan mempunyai ukuran butiran gula masing-masing sebagai berikut :i. Masakan A berukuran 0,9 1,1 mmii. Masakan C berukuran 0,6 mmiii. Masakan D berukuran 0,3 mmProses kristalisasi, ada 3 jenis masakan berdasarkan kadar brix dan ukuran kristal yang terbentuk, yaitu :i. MASAKAN DBahan : stroop A, stropp C, klare D, fondan (bubuk kristal halus berukuran 0,3 m)Proses : Pada masakan ini ditentukan HK masakan D 60% dengan harapan kehilangan gula pada tetes dan jumlah tetes dapat ditekan seminimal mungkin, untuk menghasilkan stroop C yang digunakan sebagai bibitan gula D, dan untuk menghasilkan gula D2 sebagai inti bibitan masakan C. Ada 2 putaran yaitu : masakan D1 dan D2. MuIa-mula pan masakan di vacuum untuk diisi stroop A/nira kental dan dipanaskan sampai terbentuk benangan, diusahakan jangan sampai terbentuk gula kristal kemudian diberi fondan (gula halus) sebagai bibit dan pembentuk kristal sambil dibantu dengan penambahan air. Setelah terbentuk kristal yang cukup, stroop C dan klare D dimasukkan. Sebelum terlalu kental sebagian masakan dipindah ke pan D2 dan sisanya di pan D1 ditambah stroop A atau C. Hasil masakan di D1 diturunkan ke palung pendingin yang bertujuan mendinginkan hasil masakan gula D1 agar sisa-sisa sakarosa yang masih larut dapat mengkristal. Masakan yang keluar dipanaskan lagi agar tidak beku dapat dipisahkan dengan tetes. Setelah dari receiver , hasil masakan kemudian ditarik ke putaran LGF D1 (no.3,4,5). Dari putaran LGF D1 dihasilkan tetes dan gula D1. Tetes kemudian dialirkan ke tangki tetes dan gula D1 dialirkan ke putaran LGF (no.6) untuk menghasilkan gula D2 dan klare D. Gula D2 selanjutnya masuk ke pan masakan C sedangkan klare D dikembalikan ke peti masakan nomor 16-21.ii. MASAKAN CBahan : Stroop A, gula D2Proses : Tujuan dari masakan ini adalah untuk menghasilkan gula C yang digunakan sabagai bibitan gula A. Ada 1 pan masakan, yaitu : masakan C.Pan masakan C yang divakum diisi dangan stroop A dan D2 dimana sebagai bibit gula, sehingga mendapatkan larutan gula yang lebih kental turun ( HK 72 74% ) yang nantinya jadi akan terbentuk Kristal gula. Dalam proses ini memerlukan pengontrolan yang teliti karena tidak sedikit Kristal yang terbentuk adalah Kristal palsu ( Kristal yang kecil kecil, tidak diinginkan ), Kristal paksu ini dapat dihilangkan dengan menambahkan air panas kedalam pan masakan yang melarutkannya. Setelah itu, hasil masakan C diturunkan ke palung pendingin,kemudian ditarik keputaran LGF C. Di sini dihasilkan gula C dan stroop C. Gula C selanjutnyan masuk ke pan masakan A untuk inti bibitan, sedangkan stroop C masak ke peti stroop Cuntuk pembesaran Kristal masakan D.iii. MASAKAN ABahan : nira kental, gula C/D2 , dan klare SHS.Proses : Proses pertama membuat bibitan masakan A yang artinya akan dipecah menjadi gula A1 yang merupakan gula produk sebanyak 4 kali. Penentuan pemecahan ini adalah dari ukuran kristal gula yang telah terbentuk. Jika kristal gula yang telah terbentuk sudah besar, maka pemecahan yang dilakukan tidak terlalu banyak karena semakin banyak pemecahan akan semakin menurunkan HK masakan yang akan berpengaruh pada produk smaping. Kadang prosesnya tidak melalui gula A4 tetapi bisa menjadi A3 atau A2 Yang artinya gula A3 bisa dipecah menjadi gula A1 sebanyak 3 kali dan gula A2 bisa dipecah menjadi gula A1 sebanyak 2 kali tergantung dari ukuran gula yang telah terbentuk tadi. Ukuran yang diinginkan untuk menjadi gula produk adalah 0,9 -1,1 mm. Tujuan dari masakan ini adalah untuk menghasilkan gula SHS sebagai gula produksi. Gambar 2.2 Macam masakan gula APada saat awal gilingan, nira kental dari evaporator masuk ke pan masakan A yang divakum dan dicampur dengan fondan. Hal ini dilakukan karena pada awal gilingan belum terbentuk stroop A. Setelah terbentuk stroop A dari pan masakan A, maka fondan dimasukkan ke pan masakan D1. Seperti halnya pada evaporator, gas amoniak harus dikeluarkan dari masakan karena akan menyelimuti tube dan akan menghalangi aliran panas ke nira, sehingga proses pemanasan akan terganggu. Aliran panas yang digunakan berasal dari uap nira dan uap bekas. Uap nira diperoleh dari nira yang dipanaskan dengan tekanan 0,5 kg/cm2, sedangkan uap bekas adalah uap dari gilingan. Penambahan bahan-bahan dalam masakan harus dilakukan secara bertahap. Hal ini bertujuan untuk : Mencegah penurunan koefisien kejenuhan sehingga gula tidak larut. Memperbesar pertumbuhan kristal. Mempertahankan kedudukan larutan dalam proses pembesaran.Berikut beberapa palung pendingin yang ada di PG. Watoetoelisantara lain :a. Palung 1 6 untuk gula Db. Palung 7 8 untuk gula Cc. Palung 9 14 untuk gula A Harga kemurnian dari Brix tiap hasil masakan berbeda-beda,antara lain : Untuk jenis masakan A Harga kemurnian (HK) : > 80%Brix : 94 96 % Untuk jenis masakan CHarga kemurnian (HK) : 72 74 %Brix : 96 97 % Untuk jenis masakan DHarga kemurnian (HK) : 60 62 %Brix : 99 100 %Peranan air dalam stasiun masakan ini adalah untuk : Melarutkan kristal-kristal palsu Membersihkan nira Memisahkan kristal gula yang menggumpal Memperbesar ukuran kristal

Peralatan :1. Pan masakan (vacuum pan), yang berfungsi membuat kondisi lewat jenuh larutan gula dan untuk mempercepat proses kristalisasi. Tersedia 8 buah pan masakan2. Kondensor sentral, berfungsi untuk mengkondensasikan uap yang keluar masakan.3. Pompa vacuum untuk memvacuumkan pan masakan.4. Palung pendingin (Cooltrog) untuk pan masakan, berfungsi untuk mendinginkan hasil masakan dan tempat terjadinya proses kristalisasi lanjut.5. Peti-peti masakan, untuk menampung nira kental , stroop A, stroop C, klare D, dan klare SHSIV.1.6 Stasiun Puteran.Tujuan: Untuk memisahkan kristal gula dari larutan sehingga didapat kristal gula yang bersihProses : Campuran antara kristal sukrosa dan larutannya yang keluar dari pan masakan dipisahkan dengan cara pemutaran (sentrifugal). Dalam centrifuge kristal akan tertahan dan cairan / stroop akan keluar melalui saluran pipa centrifuge dan berputar didalamnya. Alat pemutaran terdiri dari suatu silinder yang terbuat dari saringan dan dihubungkan dengan sumbu yang berputar. Bila alat pemutar dijalankan maka larutan akan terlempar menjauhi sumbu putarannya. Dinding alat pemutar yang berupa saringan akan menahan kristal gula dan melewatkan larutannya. Kristal yang menempel pada saringan setelah proses pemutaran masih mengandung kotoran sehingga perlu disiram air untuk melepaskan kotoran yang masih menempel pada kristalnya. Gula dari palung pendingin A akan mengalami dua kali proses putaran. Setelah keluar dari palung pendingin A, gula dialirkan ke feed distributor dan mengalami proses pencampuran, selanjutnya diproses pada putaran A. Dimana pada putaran A ditambahkan air dengan suhu kamar. yang gunanya melepaskan kotoran-kotoran yang masih menempel dan untuk mengencerkan agar dapat dialirkan kembali. Hasil dari putaran A berupa stroop A dengan HK 61 yang akan digunakan kembali sebagai bahan baku di vaccum pan C dan D dan juga menghasilkan kristal gula A yang dialirkan ke mingler mixer A. Kemudian gula A mengalami proses putaran yang kedua di putaran SHS. Putaran SHS ini dilengkapi dengan steam pemanas yang berguna untuk menghilangkan warna sehingga warna gula menjadi putih bening dan juga ada penambahan air panas 65-70C untuk melarutkan gula yang berukuran sangat kecil sehingga tidak menyumbat saringan. Kristal gula yang keluar putaran masih panas dan akan kering dengan sendirinya dengan melewatkan pada talang goyang yang panjang dan dilengkapi dengan blower pendingin. Putaran SHS menghasilkan gula produk dengan nilai HK 99,9 dan juga klare SHS yang merupakan bahan baku dari masakan A. Gula dari palung pendingin C hanya akan mengalami satu kali proses putaran, yaitu di putaran C. Kristal gula C dipompa ke feed distributor C yang kemudian dialirkan ke putaran C. Pada putaran C ditambahkan air dengan suhu kamar untuk pengenceran agar mudah dialirkan ke proses selanjutnya. Hasil dari putaran ini berupa stroop C dengan HK 52 sebagai bahan baku masakan D dan gula C sebagai inti bibitan masakan A. Gula dari palung pendmgin D akan mengalami dua kali prosesputaran. Masakan D yang telah diproses ditempatkan pada palung pendingin D selama 16-20 jam dengan tujuan agar terjadi Nakristalisasi (kristalisasi lebih lanjut) karena pada masakan D, gula D telah terbentuk tetapi gulanya sangat kecil sehingga jika diputar gula D akan terikut ke tetes pada putaran D1. Gula D akan dimasukkan pada feed mixer D kemudian dialirkan ke putaran D1 dan akan menghasilkan tetes dengan HK < 32 sebagai hasil samping gula D1 dan selanjutnya dimasukkan ke putaran D2. Putaran D2menghasilkan klare D dan gula klare D akandikembalikan lagi sebagai bahan baku masakan D sedangkan gula D2 akan digunakan sebagai inti bibitan masakan C. Pada D1 dan D2 ditambahkan air dingin untuk pengenceran supaya hasil dari putaran dapat dialirkan dengan mudah.Kualitas gula pada stasiun putaran bergantung pada :1. Keadaan kristal dalam masakan, meliputi ukuran dan jumlah kristal.2. Kekuatan putar centrifuge. Makin cepat putaran centrifuge, proses pemisahan akan semakin cepat. 3. Jumlah air panas yang disemprotkan. Jumlah air panas yang disemprotkan harus tepat, jika terlalu sedikit proses pemisahan tidak efektif sedangkan jika terlalu banyak ada kemungkinan gula akan larut dalam air.Peralatan :a. Putaran LGF (Low Grade Centrifuge) berjumlah 6 buah, berfungsi untuk memisahkan tetes dari gula D1 (LGF no. 3,4,5); memisahkan gula D2 dan klare D (LGF no. 6); dan memisahkan gula C dari stroop C (LGF no. 1,2).b. Putaran HGF (High Grade Centrifuge) berjumlah 23 buahyang terbagi alas 2 bagian, yaitu : HGF A (no. 1-5), HGF Broad Bent (no. 1-4) berfungsi untuk menghasilkan gula A dan stroop A. HGF SHS (no. 12-21) berfungsi untuk menghasilkan gula SHS dan produk samping klare SHS.IV.1.7 Stasiun PenyelesaianTujuan : Untuk mengeringkan gula dan mengemas gula agar siap dipasarkan.Peralatan: a. Talang goyang (grash hopper), merupakan talang yang dilengkapi dengan saringan / ayakan untuk membawa gula dari stasiun putaran ke stasiun penyelesaian.b. Vibrating screen untuk memisahkan gula dengan ukuran yang diinginkan.c. Timbangan untuk menimbang gula sesuai dengan berat yang diinginkan.d. Tangga Yacob, digunakan untuk membawa gula dan talanggoyang ke sugar bin untuk ditampung sementara.e. Sugar Bin, merupakan tempat penampungan sementaragula produk sebelum dikarungi.Proses :Gula SHS dari putaran dibawa oleh tangga yacob menuju vibratingscreen (VS). Pada stasiun penyelesaian terdapat 3 jenis vibrating screendengan ukuran 4 x 4, 8 x 8, 23 x 23 lubang/m2. Pertama-tama gula SHSdipisahkan dengan vibrating screen 4 x 4,dan dibawa ke vibrating screen8 x 8. Gula yang terbawa dipisahkan lagi dengan vibrating screen 23 x 23sehingga diperoleh gula produk yang diharapkan yaitu gula yangmemenuhi standar antara gula halus dan gula kasar dengan diameter 0,9 - 1,1 mm. Kemudian dimasukkan ke pengemasan dengan berat netto50 kg/karung. Setelah itu karung dijahit dan dimasukkan dalam gudanggula.Gula halus dan gula kasar dari hasil kerja vibrating screen ditampungdan dilebur kembali kemudian dibawa ke stasiun pemurnian atau stasiunmasakan tergantung kondisi dan jensi gula yang didapatkan.

Gambar 2.3 Bagan Proses Produksi Gula

Laporan Praktek Kerja NyataPT . Nusantara X Pabrik Gula Watoetoelis