bab ii tinjauan teori dan konsep a. harga diri...

46
9 BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP A. HARGA DIRI RENDAH 1. Pengertian Keliat B.A mendefinisikan harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Fajariyah, 2012) Harga diri rendah adalah semua pemikiran, kepercayaan dan keyakinan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Harga diri terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Stuart,2006) Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Townsend, 2001 ). Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan

Upload: others

Post on 20-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN TEORI DAN KONSEP

    A. HARGA DIRI RENDAH

    1. Pengertian

    Keliat B.A mendefinisikan harga diri rendah adalah

    penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa

    jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Perasaan tidak berharga,

    tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi

    negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Fajariyah, 2012)

    Harga diri rendah adalah semua pemikiran, kepercayaan

    dan keyakinan yang merupakan pengetahuan individu tentang

    dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Harga

    diri terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil

    pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang

    terdekat dan dengan realitas dunia (Stuart,2006)

    Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan

    perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat

    secara langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Townsend,

    2001 ).

    Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak

    berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang

    negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan

  • 10

    hilang percaya diri, merasa gagal karena karena tidak mampu

    mencapai keinginansesuai ideal diri (Keliat, 2001).

    Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri

    rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan

    kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak

    langsung.

    Dapat disimpulkan harga diri rendah adalah kurangnya rasa

    percaya diri sendiri yang dapat mengakibatkan pada perasaan

    negatif pada diri sendiri, kemampuan diri dan orang lain. Yang

    mengakibatkan kurangnya komunikasi pada orang lain.

    2. Komponen Konsep Diri

    Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan

    kenyakinan yang diketahui tentang dirinya dan mempengaruhi

    individu dalam berhubungan dengan orang lain (Fajariyah, 2012).

    Ciri konsep diri menurut Fajariyah (2012) terdiri dari

    konsep diri yang positif, gambaran diri yang tepat dan positif, ideal

    diri yang realitis, harga diri yang tinggi, penampilan diri yang

    memuaskan, dan identitas yang jelas. Konsep diri terdiri dari citra

    tubuh (body image), ideal diri (self-ideal), harga diri (self-esteem),

    peran (self-role), dan identitas diri (self-identity) (Suliswati, 2004).

    a) Citra tubuh

    Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik

    disadari atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau

  • 11

    sekarang mengenai ukuran dan bentuk, fungsi penampilan

    dan potensi tubuh. Citra tubuh sangat dinamis karena secara

    konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman-

    pengalaman baru. Citra tubuh harus realitis karena semakin

    dapat menerima dan menyukai tubuhnya individu akan

    lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan. Individu

    yang menerima tubuhnya apa adanya biasanya memiliki

    harga diri tinggi daripada individu yang tidak menyukai

    tubuhnya (Suliswati, 2004).

    b) Ideal diri

    Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaiman ia

    seharusnya bertingkah laku berdasarkan standart pribadi.

    Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang

    diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai

    yang ingin diraih. Ideal diri, akan mewujudkan cita-cita

    atau penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial

    dimasyarakat tempat individu tersebut melahirkan

    penyesuaian diri (Suliswati, 2004).

    c) Harga diri

    Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal

    yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai

    perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi

    adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri

  • 12

    tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan,

    dan kegagalan, tetap merasa sebagai orang yang penting

    dan berharga (Stuart,2006).

    d) Peran

    Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan

    tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan

    dengan fungsi individu didalam sekelompok sosial dan

    merupakan cara untuk menguji identitas dengan

    memvalidasi pada orang berarti. Setiap orang disibukkan

    oleh beberapa peran yeng berhubungan dengan posisi setiap

    waktu sepanjang daur kehidupnya. Harga diri yang tinggi

    merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan

    cocok dengan ideali diri (Suliswati, 2004).

    e) Identitas diri

    Prinsip penorganisasian kepribadian yang bertanggung

    jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan

    keunikan individu. Prinsip tersebut sama artinya dengan

    otonomi dan mencakup persepsi seksualitas seseorang.

    Pembentukan identitas, dimulai pada masa bayi dan terus

    berlangsung sepanjang kehidupan, tetapi merupakan tugas

    utama pada masa remaja (Stuart, 2006).

  • 13

    3. Rentang Respon Konsep Diri

    Respon adaptif Respon maladaptif

    Akualisasi konsep Harga diri Keracunan Depersonalisasi

    diri diri positif rendah identitas

    Gambar 1.1 Rentang Respon Konsep Diri Rendah

    Sumber : (Fajariyah, 2012)

    Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu terhadap

    konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif

    dan maladaptif (Fajariyah, 2012).

    a) Akualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar

    belakang pengalaman nyata yang sukses diterima.

    b) Konsep diri positif adalah mempunyai pengalaman yang

    positif dalam beraktualisasi diri.

    c) Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif

    dengan konsep diri maladaptif.

    d) Keracunan identitas adalah kegagalan individu dalam

    kemalangan aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang

    harmonis.

  • 14

    e) Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realitis terhadap

    diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan

    serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

    (Fajariyah, 2012)

    4. Etiologi

    Penyebab terjadi harga diri rendah adalah :

    a) Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas

    keberhasilannya.

    b) Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang

    dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.

    c) Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau

    pergaulan

    d) Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung

    mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.

    (Yosep, 2009)

    5. Tanda dan gejala harga diri rendah

    Tanda gejala harga diri rendah menurut (Carpenito 2003) antara

    lain yaitu perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan

    akibat tindakan terhadap penyakit, rasa bersalah terhadap diri

    sendiri, merendahkan martabat, gangguan hubungan sosial, seperti

    menarik diri, tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka

    sendiri, percaya diri kurang, sukar mengambil keputusan,

  • 15

    mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan

    yang suram, ingin mengakhiri kehidupan. Tidak ada kontak mata,

    sering menunduk, tidak atau jarang melakuakan kegiatan sehari-

    hari, kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,

    berkurang selera makan, bicara lambat dengan nada lemah.

    6. Akibat terjadinya harga diri rendah

    Menurut Karika (2015) harga diri rendah dapat berisiko terjadinya

    isolasi sosial : menarik diri, isolasi soasial menarik diri adalah

    gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang

    maladaptif mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.

    Dan sering dirtunjukan dengan perilaku antara lain :

    Data subyektif

    a) Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan atau

    pembicaraan.

    b) Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan

    orang lain.

    c) Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang

    lain.

    Data obyektif

    a) Kurang spontan ketika diajak bicara.

    b) Apatis.

    c) Ekspresi wajah kosong.

    d) Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal.

  • 16

    e) Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat

    bicara.

    7. Proses terjadinya harga diri rendah

    Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari

    harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat

    juga terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari

    lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin

    kecenderungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif

    mendorong individu menjadi harga diri rendah.

    Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor.

    Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan

    stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi

    tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau

    merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu

    terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan

    peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan

    tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu

    dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu

    mengalami harga diri rendah kronis (Direja, 2011).

  • 17

    B. ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH

    1. Pengkajian

    Tahap pertama meliputi faktor predisposisi seperti : psikologis, tanda,

    dan tingkah laku klien dan mekanisme koping klien (Damaiyanti,

    2012).

    Pengkajian menurut Deden (2013) melalui beberapa faktor, yaitu :

    a. Faktor predisposisi

    1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan

    orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik.

    2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran

    yang sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan

    dan peran yang sesuai dengan kebudayaan.

    3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua

    yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan

    kultur sosial yang berubah.

    b. Faktor presipitasi

    1) Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam

    atau faktor dari luar individu (internal or eksternal

    sources), yang dibagi 5 (lima) kategori :

    a) Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan

    dengan frustasi yang dialami individu dalam peran

    atau posisi yang diharapkan.

  • 18

    b) Konflik peran : ketidaksesuaian peran antara yang

    dijalankan dengan yang diinginkan.

    c) Peran yang tidak jelas : kurangnya pengetahuan

    individu tentang peran yang dilakukannya.

    d) Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat

    untuk menampilkan seperangkat peran yang

    komleks.

    e) Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang

    berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.

    2) Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya

    orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran

    atau kematian orang yang berarti.

    3) Transisi peran sehat-sakit, yaitu peran yang diakibatkan

    oleh keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini dapat

    disebabkan :

    a) Kehilangan bagian tubuh.

    b) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau

    fungsi tubuh.

    c) Perubahan fisik yang berkaitan dengan

    pertumbuhan dan perkembangan.

    d) Prosedur pengobatan dan perawatan.

  • 19

    4) Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan,

    ketidak seimbangan bio-kimia, gangguan penggunaan obat,

    alkohol dan zat.

    c. Perilaku

    Menurut Stuart dan Sundeen (1998) perilaku yang berhubungan

    dengan harga diri yang rendah yaitu identitas kacau dan

    depersonalisasi seperti berikut (Deden, 2013):

    1) Perilaku dengan harga diri yang rendah.

    a) Mengkritik diri sendiri atau orang lain

    b) Produktifitas menurun

    c) Destruktif pada orang lain

    d) Gangguan berhubungan

    e) Merasa diri lebih penting

    f) Merasa tidak layak

    g) Rasa bersalah

    h) Mudah marah dan tersinggung

    i) Perasaan negative terhadap diri sendiri

    j) Pandangan hidup yang pesimis

    2) Perilaku dengan identitas kacau.

    a) Tidak mengindahkan moral

    b) Mengurahi hubungan interpersonal

    c) Perasaan kosong

    d) Perasaan yang berubah-ubah

  • 20

    e) Kekacauan identitas seksual

    f) Kecemasan yang tinggi

    g) Tidak mampu berempati

    h) Kurang keyakinan diri

    i) Mencitai diri sendiri

    j) Masalah buhungan intim

    k) Ideal diri tidak realistik

    3) Perilaku dengan Depersonalisasi.

    a) Afek : identitas hilang, asing dengan diri sendiri,

    perasaan tidak aman, rendah diri, taku, malu, dan

    perasaan tidak realistic, merasa sangat terisolasi.

    b) Persepsi : Halusinasi pendengaran dan penglihatan,

    tidak yakin akan jenis kelaminnya, sukar

    membedakan diri dengan orang orang lain.

    c) Kognitif : Kacau, disorientasi waktu, penyimpangan

    pikiran, daya ingat terganggu, dan daya penilaian

    terganggu.

    d) Perilaku : Afek tumpul, pasif dan tidak ada respon

    emosi, komunikasi tidak selaras, tidak dapat

    mengontrol perasaan, tidak ada inisiatif dan tidak

    mampu mengambil keputusan, menarik diri dari

    lingkungan, dan kurang bersemangat.

  • 21

    d. Manifestasi klinis

    Perilaku yang berhubungan dengan gangguan harga diri rendah

    didapatkan dari data subjektif dan objektif yaitu :

    1) Mengkritik diri sendiri ataupun orang lain.

    2) Merasa diri tidak mampu dan tidak layak.

    3) Merasa bersalah.

    4) Mudah marah dan tersinggung

    5) Perasaan negatif terhadap dirinya sendiri.

    6) Ketegangan peran.

    7) Pandangan hidup psimis.

    8) Keluhan fisik.

    9) Pandangan hidup bertentangan.

    10) Penolakan terhadap kemampuan pribadi dekstrutif terhadap

    diri sendiri.

    11) Menarik diri secara sosial dan menarik diri secara realistis.

    (Suliswati, 2005)

    e. Sumber koping

    Menurut Stuart (2006) semua orang tanpa memperhatikan

    gangguan perilakunya, mempunyai beberapa bidang kelebihan

    personal meliputi :

    1) Hobi dan kerajinan tangan

    2) Pendidikan atau pelatihan

    3) Pekerjaan, vokasi atau posisi

  • 22

    4) Aktivitas olah raga dan aktivitas diluar rumah

    5) Seni yang ekspresif

    6) Kesehatan dan perawatan diri

    f. Manifestasi koping

    Mekanisme koping menurut Deden (2013) :

    Jangka pendek :

    1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis :

    pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonoton tv terus

    menerus.

    2) Kegiatan mengganti identitas sementara : (ikut kelompok

    sosial, keagamaan, politik).

    3) Kegiatan yang memberi dukungan sementara : (kompetisi

    olah raga kontes popularitas).

    4) Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara

    : (penyalahgunaan obat-obatan).

    Jangka Panjang :

    1) Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas

    yang disenangi dari orang-orang yang berarti, tanpa

    mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.

    2) Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan

    nilai dan harapan masyarakat.

  • 23

    Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi,

    disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri

    sendiri dan orang lain.

    g. Penatalaksanaan

    Menurut Eko, 2014 terapi pada gangguan jiwa skizofrenia sudah

    dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi

    bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya.

    Terapi yang dimaksud meliputi :

    1) Psikofarmako, berbagai obat psikofarmako yang hanya

    diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2

    golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan

    golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan

    generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL,

    Thoridazine HCL, dan Haloperridol. Obat yang termasuk

    generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine,

    Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan Ariprprazole.

    2) Psikoterapi, terapi kerja baik sekali untuk mendorong

    penderita bergaul lagi engan orang lain, pasien lain,

    perawat dan dokter. Maksudnya supaya pasien tidak

    mengasingkan diri lagi karena jika pasien menarik diri

    dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan

    untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.

  • 24

    3) Terapi kejang listrik (Elektro Convulsive therapy), adalah

    pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara

    artifical dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode

    yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik

    diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan

    terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi listrik 5-5

    joule/ detik.

    4) Terapi modalitas, merupakan rencana pengobatan untuk

    skizofrenia dan kekurangan pasien. Teknik perilaku

    menggunakan latihan ketrampilan sosial untuk

    meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi

    diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi

    interpersonal. Terapi aktivitas kelompok dibagi 4 yaitu

    terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi

    aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas

    kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok

    sosialisasi.

    5) Adapun tindakan terapi untuk pasien dengan harga diri

    rendah menurut Kaplan & Saddock, 2010 mengatakan,

    tindakan keperawatan yang dibutuhkan pada pasien dengan

    harga diri rendah adalah terapi kognitif, terapi

    interpersonal, terapi tingkah laku, dan terapi keluarga.

    Tindakan keperawatan pada pasien dengan harga diri

  • 25

    rendah bisa secara individu, terapi keluarga, kelompok dan

    penanganan dikomunikasi baik generalis keperawatan

    lanjutan. Terapi untuk pasien dengan harga diri rendah

    yang efisian untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam

    berinteraksi dengan orang lain, sosial, dan lingkungannya

    yaitu dengan menerapkan terapi kognitif pada pasien

    dengan harga diri rendah.

    2. Masalah Keperawatan

    Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji menurut Kartika

    (2015) :

    a. Masalah utama

    Gangguan konsep diri : harga diri rendah

    Data subyektif :

    1) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya.

    2) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli.

    3) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa.

    4) Mengungkapkan dirinya tidak berguna.

    5) Mengkritik diri sendiri.

    6) Perasaan tidak mampu.

    Data obyektif :

    1) Merusak diri sendiri.

    2) Merusak orang lain.

    3) Ekspresi malu.

  • 26

    4) Menarik diri dari hubungan sosial.

    5) Tampak mudah tersinggung.

    6) Tidak mau makan dan tidak tidur.

    b. Masalah keperawatan

    Penyebab tidak efektifan koping individu.

    Data subyektif :

    1) Mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang

    lain.

    2) Mengungkapkan malu dan tidak bisa ketika diajak melakukan

    sesuatu.

    3) Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi.

    Data obyektif :

    1) Tampak ketergantungan terhadap orang lain.

    2) Tampak sedih dan tidak melakukan aktivitas yang seharusnya

    dapat dilakukan.

    3) Wajah tampak murung.

    c. Masalah keperawatan

    Akibat isolasi sosial menarik diri

    Data subyektif :

    1) Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain

    2) Klien mengatakan malu bertemu dan berhadapan dengan orang

    lain.

  • 27

    Data obyektif :

    1) Ekspresi wajah kosong tidak ada kontak mata ketika diajak

    bicara.

    2) Suara pelan dan tidak jelas.

    3) Hanya memberi jawaban singkat (ya atau tidak).

    4) Menghindar ketika didekati.

    3. Pohon Masalah

    Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :

    Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

    Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

    Isolasi Sosial : Menarik Diri

    Koping Individu Tidak Efektif

    Gambar 1.2 Pohon Masalah

    4. Diagnosa Keperawatan

    a. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

    b. Isolasi sosial : Menarik diri

    c. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

    HARGA DIRI RENDAH

  • 28

    (Fajariyah, 2012)

    5. Intervensi keperawatan untuk Harga Diri Rendah

    Strategi pelaksanaan konsep : Harga Diri Rendah

    Tabel 1.1 Intervensi Keperawatan Harga Diri Rendah

    No Pasien Keluarga

    SP1P SP1K

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    Bina hubungan saling percaya

    Mengidentifikasi kemampuan

    dan aspek positif yang dimiliki

    pasien

    Membantu pasien menilai

    kemampuan pasien yang masih

    dapat digunakan

    Membantu pasien memilih

    kegiatan yang akan dilatih

    sesuai dengan kemampuan

    pasien

    Melatih pasien sesuai

    kemampuan yang dipilih

    Memberikan pujian yang wajar

    tehadap keberhasilan pasien

    Menganjurkan pasien

    memasukan dalam jadwal

    Mendiskusikan masalah yang

    dirasakan keluarga dalam

    merawat pasien

    Menjelaskan pengertian harga

    diri rendah, tanda dan gejala,

    serta proses terjadinya harga

    diri rendah

    Menjelaskan cara merawat

    pasien denga harga diri rendah

  • 29

    kegiatan harian

    SP2P SP2K

    1

    2

    3

    Mengevaluasi jadwal kegiatan

    harian pasien

    Melatih pasien melakukan

    kegiatan yang sesuai dengan

    kemampuan klien

    Menganjurkan pasien

    memasukkan dalam jadwal

    kegiatan harian

    Melatih keluarga

    mempraktekan cara merawat

    pasien dengan harga diri

    rendah

    SP3K

    Melatih keluarga melakukan

    cara merawat langsung kepada

    pasien harga diri rendah

    SP4K

    Membantu keluarga membuat

    jadwal aktivitas dirumah

    termasuk minum obat

    (discharge planning)

    Menjelaskan follow up pasien

    setelah pulang

    (Fajariyah, 2012)

  • 30

    Rencana tindakan keperawatan klien dengan gangguan konsep diri : Harga

    diri rendah.

    1. Harga diri rendah

    Tujuan Umum :

    Pasien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap.

    Tujuan Khusus 1 :

    Pasien dapat membina hubungan saling percaya.

    Kriteria Evaluasi :

    a. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya

    b. Ekspresi Wajah bersahabat.

    c. Ada kontak mata

    d. Menunjukkan rasa senang.

    e. Mau berjabat tangan.

    f. Mau menjawab salam

    g. Pasien mau duduk berdampingan

    h. Pasien mau mengutarakan masalah yang dihadapi

    Intervensi :

    1) Bina hubungan saling percaya

    a. Sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal

    b. Perkenalkan diri dengan sopan

    c. Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang

    disukai pasien

    d. Jelaskan tujuan pertemuan, jujur, dan menepati janji

  • 31

    e. Tunjukan sikap empati dan menerima pasien apa adanya

    f. Beri perhatian pada pasien

    2) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan tentang

    penyakit yang dideritanya

    3) Sediakan waktu untuk mendengarkan pasien

    4) Katakan pada pasien bahwa ia adalah seorang yang berharga

    dan bertanggung jawab serta mampu mendorong dirinya

    sendiri.

    Tujuan Khusus 2 :

    Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

    dimiliki

    Kriteria Evaluasi :

    Pasien mampu mempertahankan aspek yang positif

    intervensi :

    1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien

    dan diberi pujian atas kemampuan mengungkapkan

    perasaannya

    2) Saat bertemu pasien, hindarkan memberi penilaian negatif.

    Utamakan memberi pujian yang realitis.

    Tujuan Khusus 3 :

  • 32

    Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

    Kriteria Evaluasi :

    a. Kebutuhan pasien terpenuhi

    b. Pasien dapat melakukan aktivitas terarah

    Intervensi :

    1) Diskusikan kemampuan pasien yang masih dapat digunakan

    selama sakit.

    2) Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan

    penggunaan di rumah sakit dan di rumah nanti.

    Tujuan Khusus 4 :

    Pasien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai

    dengan kemampuan yang dimiliki.

    Kriteria Evaluasi :

    a. Pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan.

    b. Pasien mengikuti terapi aktivitas kelompok.

    Intervensi :

    1) Rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat dilakukan

    setiap hari setiap hari sesuai kemampuan : kegiatan mandiri,

    kegiatan dengan bantuan minimal, kegiatan dengan bantuan

    total.

  • 33

    2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi pasien.

    3) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh pasien lakukan

    (sering klien takut melaksanakannya).

    Tujuan Khusus 5 :

    Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan

    kemampuannya.

    Kriteria Evaluasi :

    Pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan.

    Intervensi :

    1) Beri kesempatan pasien untuk mncoba kegiatan yang

    direncanakan

    2) Beri pujian atas keberhasilan pasien

    3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

    Tujuan Khusus 6:

    Pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

    Kriteria Evaluasi :

    Pasien mampu melakukan apa yang diajarkan.

    Intervensi :

  • 34

    1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat

    pasien harga diri rendah.

    2) Bantu keluarga memberi dukungan selama pasien dirawat.

    3) Bantu keluarga meniapkan lingkungan di rumah.

    2. Isolasi sosial

    Tujuan umum :

    Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.

    Tujuan khusus 1 :

    Pasien mampu menyebutkan penyebab menarik diri.

    Kriteria evaluasi :

    Pasien mampu menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri

    dari : diri sendiri, orang lain, lingkungan.

    Intervensi :

    1) Tanyakan pada pasien tentang :

    a) Orang yang tinggal serumah/teman sekamar.

    b) Orang yang paling dekat dengan pasien di rumah/di ruang

    perawat.

    c) Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut.

    d) Orang yang tidak dekat dengan pasien di rumah/di ruang

    perawatan.

  • 35

    e) Apa yang membuat pasien tidak dekat dengan orang

    tersebut.

    f) Upaya yang dilakukan agar dekat dengan orang lain.

    2) Diskusikan dengan pasien penyebab menarik diri atau tidak

    mau bergaul dengan orang lain.

    3) Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan

    perasaannya.

    Tujuan khusus 2 :

    Pasien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan

    kerugian menarik diri.

    Kriteria evaluasi :

    Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan

    kerugian menarik diri.

    Intervensi :

    1) Tanyakan pada pasien tentang :

    Manfaat hubungan sosial

    Kerugian menarik diri

    2) Diskusikan bersama pasien tentang manfaat berhubungan

    sosial dan kerugian menarik diri.

    3) Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan

    perasaannya.

  • 36

    Tujuan khusus 3 :

    Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.

    Kriteria evaluasi :

    a. Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial dengan bertahap

    dengan :

    1) Perawat

    2) Perawat lain

    3) Pasien lain

    4) Kelompok

    Intervensi :

    1) Observasi perilaku pasien saat berhubungan sosial.

    2) Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan/

    berkomunikasi dengan :

    a) perawat lain

    b) pasien lain

    c) kelompok

    3) Libatkan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

    4) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilaukan untuk

    meningkatkan kemampuan pasien bersosialisasi.

    5) Beri motivasi untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal

    yang telah dibuat.

  • 37

    6) Beri pujian terhadap kemampuan pasien mempuluas

    pergaulannya melaui aktivitas yang dilaksanakan.

    Tujuan khusus 4 :

    Pasien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan

    sosial.

    Kriteria hasil :

    Pasien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan

    dengan :

    1) orang lain

    2) kemlompok

    Intervensi :

    1) Diskusikan dengan pasien tentang perasaannya setelah

    berhungungan sosial dengan :

    a) orang lain

    b) kelompok

    2) Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan

    perasaannya.

    Tujuan khusus 5 :

    Pasien mendapatkan dukungan keluarga dalam memperluas

    hubungan sosial.

  • 38

    Kriteria evaluasi :

    a. Keluarga dapat menjelaskan tenatang :

    1) Pengertian menarik diri

    2) Tanda dan gejala menarik diri

    3) Penyebab dan akibat menarik diri

    4) Cara merawat pasien menarik diri

    b. Keluarga dapat mempraktekan cara merawat pasien menarik

    diri.

    Intervensi :

    1) Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai

    pendukung untuk mengatasi perilaku menarik diri.

    2) Diskusikan potensi keluarga untuk membantu pasien

    mengatasi perilaku menarik diri.

    3) Jelaskan pada keluarga tentang :

    a) pengertian menarik diri

    b) tanda dan gejala menarik diri

    c) penyebab dan akibat menarik diri

    d) cara merawat pasien menarik diri.

    4) Latih keluarga cara merawat pasien menarik diri.

    5) Tanyakan oerasaan keluarga setelah menciba cara yang

    dilatihkan.

  • 39

    6) Beri motivasi keluarga agar membantu pasien untuk

    bersosialisasi.

    7) Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat

    pasien di rumah sakit.

    Tujuan khusus 6 :

    Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

    Kriteria hasil :

    a. Pasien dapat menyebutkan :

    1) Manfaat minum obat

    2) Kerugian tidak minum obat

    3) Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat

    b. Pasien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.

    c. Pasien dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa

    konsultasi dokter.

    Intervensi :

    1) Diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan kerugian tidak

    minum obat, nam, warna, dosis, cara, efek samping

    penggunaan obat.

    2) Pantau pasien saat pengguanaan obat.

    3) Beri pujian jika pasien menggunakan obat dengan benar.

  • 40

    4) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi

    danagn dokter.

    5) Anjurkan pasien untuk konsultasi kepada dokter/ perawat jika

    terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

    3. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

    Tujuan umum :

    Pasien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya.

    Tujuan khusus 1 :

    Pasien dapat membina hubungan saling percaya.

    Kriteria hasil :

    Pasien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat :

    a) Ekspresi wajah bersabat

    b) Menunjukan rasa senang

    c) Ada kontak mata

    d) Mau berjabat tangan

    e) Mau menyebutkan nama

    f) Mau menjawab salam

    g) Mau duduk berdampingan dengan perawat

    h) Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi

    Intervensi :

    1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip

    komunikasi terapeutik :

    a) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.

  • 41

    b) Perkenalakan nama, nama panggilan dan tujuan perawat

    berkenalan

    c) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai

    pasien

    d) Buat kontrak yang jelas

    e) Tunjukan sikap jujur dan menempati janji setiap kali

    interaksi

    f) Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya

    g) Beri perhatian kepada pasien dan perhatian kebutuhan dasar

    pasien

    h) Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dihadapi

    pasien

    i) Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan

    pasien.

    Tujuan khusus 2 :

    Pasien dapat mengenal halusinasinya.

    Kriteria hasil :

    a. Pasien dapat menyebutkan :

    1) Isi

    2) Waktu

    3) Frekuensi

    4) Situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi

  • 42

    b. Pasien dapat menyatakan perasaan dan responnya saat

    mengalami halusinasinya : marah, takut, sedih, senang, cemas,

    jengkel.

    Intervensi

    1) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.

    2) Observasi tingkah laku pasien terkait dengan halusinasinya,

    jika menemukan pasien yang sedang halusinasi :

    a) Tanyakan apakah pasien mengalami sesuatu (halusinasi

    dengar/ lihat/ penghidu/ raba/ kecap).

    b) Jika pasien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang

    dialaminya.

    c) Katakan bahwa perawat percaya pasien mengalami hal

    tersebut, namun perawat sendiri tidak mengalami (dengan

    nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi).

    3) Katakan bahwa ada pasien lain yang mengalami hal yang

    sama.

    4) Katakan bahwa perawat akan membantu pasien.

    5) Jika pasien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang

    adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan pasien :

    a) Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang,

    sore, malam atau sering dan kadang-kadang).

    b) Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak

    menimbulkan halusinasi.

  • 43

    6) Diskusikan dengan pasien apa yang disarankan jika terjadi

    halusinasi dan beri kesempatan untuk mengungkapkan

    perasaannya.

    7) Diskusikan dengan pasien apa yang dilakukan untuk mengatasi

    perasaan tersebut.

    8) Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila pasien

    menikmati halusinasinya.

    Tujuan khusus 3 :

    Pasien dapat mengontrol halusinasinya.

    Kriteria hasil :

    a) Pasien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan

    untuk mengendalikan halusinasinya.

    b) Pasien dapat menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi.

    c) Pasien dapat memilih dan memperagakan cara menghadapi

    halusinasi.

    d) Pasien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk

    mengendalikan halusinasinya.

    e) Pasien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok.

    Intervensi :

    1) Identifikasi bersama pasien cara atau tindakan yang dilakukan

    jika terjadi halusinasi.

  • 44

    2) Diskusikan cara yang digunakan pasien :

    a. Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian.

    b. Jika cara yanga digunaan maladaptif diskusikan kerugian

    cara tersebut

    3) Diskusikan cara baru untuk memutuskan/ mengontrol

    timbulnya halusinasi :

    a. Katakan pada diri sendiri bahwa itu tidk nyata.

    b. Menemui orang lain (perawat/ teman/ anggota keluarga)

    untuk menceritakan tentang halusinasinya.

    c. Membuat dan melaksanakan jadwal yang telah disusun.

    d. Meminta keluarga/ teman/ perawat menyapa jika sedang

    berhalusinasi

    4) Bantu pasien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih

    untuk mencobanya.

    5) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan

    dilatih.

    6) Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil

    beri pujian.

    7) Anjurkan pasien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi

    realita, stimulasi persepsi.

    Tujuan khusus 4 :

    Pasien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol

    halusinasinya.

  • 45

    Kriteria hasil :

    a) Keluarga dapat menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan

    dengan perawat.

    b) Keluarga menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, proses

    terjadinya halusinasi dan tindakan untuk mengendalikan

    halusinasi.

    Intervensi :

    1) Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat

    dan topik).

    2) Diskusikn dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga/

    kunjungan rumah):

    a. Pengertian halusinasi.

    b. Tanda dan gejala halusinasi.

    c. Proses terjadinya halusinasi.

    d. Cara yang dapat dilakukan pasien dan keluarga untuk

    memutuskan halusinasi.

    e. Obat-obatan halusinasi.

    f. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah

    (beri kegiatan, bepergian bersama, memantau obat-obatan

    dan cara pemberiannya untuk mengatasi halusinasi)

  • 46

    g. Beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaiman

    cara mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi

    dirumah.

    Tujuan khusus 5 :

    Pasien dapat menfaatkan obat dengan baik.

    Kriteria hasil :

    a) Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan

    benar.

    b) Pasien dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat

    tanpa konsultasi dokter.

    Intervensi :

    1) Diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan kerugian

    tidak minum obat, nama, waran, dosis, cara, efak samping

    dan efek terapi penggunaan obat.

    2) Pantau pasien saat penggunaan obat.

    3) Beri pujian jika pasien menggunakan obat dengan benar.

    4) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi

    dengan dokter.

    5) Anjurkan pasien untuk konsultasi kepada dokter/ perawat

    jika terjadi hal-hali yang tidak diinginkan.

    (Lilik, 2011)

  • 47

    C. Terapi Kognitif

    1. Pengertian

    Terapi kognitif yaitu merupakan bentuk psikoterapi yang

    digunakan untuk pengobatan klien depresi, kecemasan, phobia,

    dan bentuk lain dari penyakit mental. Terapi kognitif merupakan

    dasar pemikiran tentang bagaimana klien berfikir (kognitif),

    bagaimana klien merasakan (emosi) dan bagaimana klien

    bertingkah laku dalam semua interaksi. Secara khusus, apa yang

    klien pikirkan menentukan perasaan dan tingkah laku klien. Karena

    itu pikiran negatif dapat menyebabkan distress dan menghasilkan

    masalah.

    Terapi kognitif merupakan salah satu pendekaan

    psikoterapi yang paling banyak diterapkan dan telah terbukti

    efektifitasnya dalam mengatasi berbagai gangguan, termasuk

    kecemasan dan depresi. Asumsi yang mendasari terapi kognitif

    terutama untuk kasus depresi yaitu bahwa gangguan emosional

    berasal dari distorsi (penyimpangan) dalam berfikir. Perbaikan

    dalam keadaan emosi hanya dapat berlangsung lama kalau dicapai

    perubahan pola-pola berfikir selama proses proses terapi. Demikian

    pula pada pasien pola pikir yang maladaptif (disfungsi kognitif)

    dan gangguan prilaku, diharapkan klien mampu melakukan

    perubahan cara berfikir dan mampu mengendalikan gejala-gejala

    dari gangguan yang dialami. Terapi kognitif berorientasi pada

  • 48

    pemecahan masalah, dengan terapi yang dipusatkan pada keadaan

    “disini dan sekarang”, yang memandang individu sebagai

    pengambilan keputusan penting tentang tujuan atau masalah yang

    akan dipecahkan dalam proses terapi (Westermeyer, 2005).

    Kognisi adalah suatu tindakan atau proses memahami.

    Terapi kognitif menjelaskan bahwa bukan suatu peristiwa yang

    menyebabkan kecemasan dan tanggapan maladaptif melainkan

    harapan masyarakat, penilaian, dan interpretasi dari setiap

    peristiwa ini. Sugesti bahwa perilaku maladaptif dapat diubah oleh

    berhubungan langsung dengan pikiran dan keyakinan orang

    (Stuart, 2009).

    Terapi kognitif adalah aplikasi dari berbagai variasi teori

    belajar dalam kehidupan (Yosep, 2007).

    Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

    Terapi kognitif dapat melatih klien untuk mengubah cara klien

    menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada saat klien

    mengalami kekecewaan, sehingga klien merasa lebih baik dan

    dapat bertindak lebih produktif.

    2. Tujuan dalam Terapi kognitif

    Tujuan utama dalam terapi kognitif menurut Gara (2003) adalah:

    a. Membangkitkan pikiran-pikiran negatif/berbahaya, dialog

    internal atau bicara sendiri (self talk), dan interpretasi terhadap

    kejadian-kejadian yang dialami. Pikiran-pikiran negatif

  • 49

    tersebut muncul secara otomatis, sering diluar kesadaran klien,

    apabila menghadapi situasi stress atau mengingat kejadian

    penting masa lalu. Distorsi kognitif tersebut perilaku

    maladaptif, yang menambah berat masalah.

    b. Terapi bersama klien mengumpulkan bukti yang mendukung

    atau menyanggah interpretasi yang telah diambil. Oleh karena

    pikiran otomatis sering didasari atas kesalahan logika atau

    pemahaman yang salah, maka terapi kognitif diarahkan untuk

    membantu klien mengenali dan mengubah distorsi kognitif.

    Klien dilatih mengenali pikirannya, dan mendorong untuk

    menggunakan keterampilan, menginterpretasikan secara lebih

    rasional terhadap struktur kognitif yang maladaptif.

    c. Menyusun desain eksperimen (pekerjaan rumah) untuk

    menguji validitas interpretasi dan menjaring data tambahan

    untuk diskusi didalam proses terapi. Dengan demikian terapi

    kognitif diharapkan berperan sebagai mekanisme proteksi agar

    kecemasan dan depresi tidak mengancam, karena klien belajar

    mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan munculnya

    gangguan.

    3. Peran perawat jiwa dalam terapi kognitif

    Menurut Iyus (2007) perawat jiwa memiliki peran penting dalam

    berbagai teknik kognitif terapi dirumah sakit jiwa. Peran tersebut

    terutama adalah bertindak sebagai leader, fasilitator, evaluator, dan

  • 50

    motivator. Teknik kognitif di rumah sakit jiwa dapat bermanfaat

    secara efektif terhadap berbagai masalah klinik untuk semua

    rentang usia. Masalah-masalah tersebut meliputi : kecemasan

    (anxiety), gngguan afek (affective), masalah makan (eat-ing),

    schizofrenia, ketergantungan zat (substance abuse), gangguan

    kepribadian (personality disorder). Hal ini pun bisa diterapkan

    pada anak, dewasa, keluarga baik secara kelompok atau individual.

    Secara umum kognitif terapi meliputi beberapa teknik dengan

    tujuan sebagai berikut :

    a) Meningkatkan aktivitas yang diharapkan (increasing activity).

    b) Menurunkan perilaku yang tidak dikehendaki (Reducing

    unwanted behavior).

    c) Meningkatkan rekreasi (Increasing pleasure).

    d) Meningkatkan dan memberi kesempatan dalam kemampuan

    sosial (Enchancing social skill).

    4. Prinsip pelaksanaan terapi kognitif

    Terapi kognitif berfokus pada membantu orang depresi belajar

    untuk menyadari dan mengubah pola berfikir mereka yang

    disfungsional. Orang yang depresi cenderung untuk berfokus pada

    bagaimana perasaan mereka dan bukan pada pikiran-pikiran yang

    mendasari kondisi mereka. Artinya, mereka biasanya memberikan

    lebih banyak perhatian pada bagaimana buruknya perasaan mereka

  • 51

    dibanding pada pikiran-pikiran yang memungkinkan memicu

    mempertahankan mood yang depresi (Nevid,2003).

    5. Pelaksanaan Terapi Kognitif

    Menurut jurnal (Mubin, 2007) penatalaksanaan terapi kognitif

    menggunakan pendekatan interpersonal peplau yang terdiri dari

    orientasi, identifikasi, eksploitasi dan resolusi. Pendekatan Peplau

    sangat tepat dalam proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian

    (orientasi dan identifikasi), eksploitasi (perencanaan dan

    implementasi) dan resolusi/ evaluasi. Begitu juga dengan tahapan

    komunikasi terapeutik yang digunakan dalam terapi kognitif yaitu :

    orientasi, kerja dan terminasi. Atas dasar kesesuaian tersebut

    menggunakan interpersonal peplau sebagai kerangka penyelesaian

    masalah pasien harga diri rendah dengan terapi kognitif.

    Menurut Burn (1998) pelaksanaan terapi kognitif terdiri dari 9 sesi,

    yaitu :

    a) Sesi 1 :ungkapan pikiran otomatis yang timbul

    danklasifikasi dalam distorsi kognitif.

    b) Sesi 2 : ungkapan alasan atau penyebab timbulnya pikiran

    otomatis.

    c) Sesi 3 : tanggapan atau anjuran pasien mengungkapkan

    keinginannya.

    d) Sesi 4 : diskusikan perasaan pasien saat membuat catatan

    harian.

  • 52

    e) Sesi 5 : diskusikan kemampuan klien dalam menghadapi

    masalah teknik kolom 3 yang dilakukan.

    f) Sesi 6 : diskusikan manfaat memberi tanggapan, cara

    pasien menyelesaikan masalah/hambatan yang ditemui.

    g) Sesi 7 : diskusikan perasaan setelah terapi.

    h) Sesi 8 : diskusikan cara dan kesulitan pasien dalam

    menggunakan catatan harian.

    i) Sesi 9 : libatkan keluarga untuk menjadi suport system

    pasien dalam melakukan terapi kognitif secara mandiri.

    6. Strategi pelaksanaan Terapi Kognitif :

    a. Metode

    1) Diskusi

    2) Tanya jawab

    3) Menulis

    b. Media

    1) Kertas (menggunakan metode 3 kolom)

    2) pensil

    c. Strategi pelaksanaan

    Menulis dikertas dengan mengungkapkan stimulasi emosi yang

    ada diotaknya. Yang mengubah pikiran negatifnya menjadi

    pikiran positif (rasional).

    Tujuan : klien mampu mengubah pikirannya yang mal adaptif

    menjadi adaptif.

  • 53

    Setting :

    Klien dan terapis duduk bersama.

    Ruangan yang nyaman dan tenang.

    Alat : kertas (metode 3 kolom) dan pensin atau bolpen.

    Metode : diskusi dan tanya jawab.

    d. Langkah kegiatan

    1) Persiapan

    Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

    2) Orientasi

    a) Salam terapeutik

    Pada tahap ini terapi yang melakukan, memberi salam

    terapeutik : salam dalam terapis.

    b) Evaluasi / validasi

    1. Menanyakan kabar hari ini.

    2. Menanyakan apakah masih ada pikiran yang

    negatif.

    c) Kontrak

    1. Menjelaskan tujuan kegiatan.

    2. Menjelaskan aturan main : klien harus menuliskan

    pikiran negatifnya dibuku.

    3) Tahap kerja

    Klien menuliskan pikiran negatifnya atau situasi emosi

    dibuku atau dikertas 3 kolom dan nanti di diskusikan

  • 54

    dengan terapis masalah apa yang membuat dirinya

    menjadi berfikir negatif terhadap dirinya dan

    mengubahnya menjadi positif dengan respon yang lebih

    rasional.

    4) Tahap terminasi

    a) Evaluasi

    1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti terapi

    kognitif.

    2. Memberi pujian setelah kegiatan tersebut.

    b) Rencana tindak lanjut

    Menganjurkan pada klien jika ada masalah untuk

    mendiskusikan dengan perawat.

    c) Kontrak yang akan datang

    1. Menyampaikan kegiatan berikut, yaitu mampu

    bercakap-cakap dengan anggota kelompok,

    menanyakan kehidupan pribadinya.

    2. Menyepakati waktu dan tempat.