bab ii tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mutu Pendidikan
2.1.1 Definisi Mutu
Definisi mutu banyak dikemukakan oleh para
ahli seperti yang dikemukakan oleh Edward Sallis
(dalam Umiarso dan Gojali I, 2011: 122), mutu dapat
dipandang sebagai konsep yang absolut sekaligus
relatif. Dalam percakapan sehari-hari, mutu sebagian
besar dipahami sebagai sesuatu yang absolut, mutu
sama halnya dengan sifat baik, cantik, dan benar,
merupakan sesuatu yang tidak dapat dikompromikan.
Dalam definisi yang absolut, sesuatu yang bermutu
merupakan bagian dari standar yang sangat tinggi dan
tidak dapat diungguli. Sedangkan mutu yang relatif
dipandang sebagai suatu yang melekat pada sebuah
produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggannya.
Oleh karena itu, dalam definisi relatif ini produk atau
layanan akan dianggap bermutu bukan karena ia
mahal dan eksklusif, tetapi karena memiliki nilai,
seperti keaslian, produk, wajar, dan familiar.
Sedangkan menurut Joseph Juran, seperti yang
dikutip oleh Nasution (2000: 13) kualitas diartikan
sebagai kecocokan penggunaan produk (fitness for use)
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan
atau kualitas sebagai kesesuaian terhadap spesifikasi.
Sementara, W. Edwards Deming (dalam Umiarso dan
Gojali I, 2011: 122) menyatakan bahwa kualitas adalah
kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau apa pun
10
yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Adapun menurut Philip B.Crosby (dalam Umiarso dan
Gojali I, 2011: 122), kualitas adalah conformance to
requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau
distandarkan atau kualitas sebagai nihil cacat,
kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan.
Fegenbuaum juga mendifinisikan bahwa kualitas
adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full custemer
satisfaction).
Menurut Dzaujak Ahmad (dalam Umiarso dan
Gojali I, 2011: 122) bahwa mutu pendidikan adalah
kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara
operasional dan efisien terhadap komponen-komponen
yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan
nilai tambah terhadap komponen tersebut.
Menurut Oemar Hamalik (1990: 33), pengertian
mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif
dan segi deskriptif. Dalam arti normatif, mutu
ditentukan berdasarkan pertimbangan (kriteria)
intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteri intrinsik,
mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yaitu
manusia yang terdidik, sesuai dengan standar ideal.
Berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan
instrumen untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih.
Adapun dalam arti deskriptif, mutu ditentukan
berdasarkan keadaan senyatanya, misalnya hasil tes
prestasi belajar.
Sudarman Danim (2008: 53) memiliki
pandangan yang berbeda tentang pengertian mutu.
Menurutnya, mutu pendidikan mengacu pada
masukan, proses, luaran, dan dampaknya. Mutu
11
masukan dapat dilihat dari beberapa sisi. Pertama,
kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya
manusia, seperti kepala sekolah, guru, staf tata usaha,
dan siswa. Kedua memenuhi atau tidaknya kriteria
masukan material berupa alat peraga, buku-buku
kurikulum, prasarana, sarana sekolah dan lain-lain.
Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang
berupa perangkat lunak, seperti peraturan, struktur,
organisasi, deskripsi kerja dan struktur organisasi,
deskripsi kerja dan struktur organisasi. Keempat, mutu
masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti
visi, motivasi, ketekunan dan cita-cita.
Mutu proses pembelajaran mengandung makna
bahwa kemampuan sumber daya sekolah
mentransformasikan multi jenis masukan dan situasi
untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu dari
peserta didik. Dilihat dari hasil penyelidikan, mutu
pendidikan dipandang berkualitas jika mampu
melahirkan keunggulan akademis dan ekstrakurikuler
pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu
jenjang pendidikan atau menyelesaikan program
pembelajaran tertentu.
Dari definisi yang telah disampaikan oleh pakar
di atas terdapat beberapa persamaan dalam
mendefinisikan mutu/kualitas yang memerlukan
pandangan komprehensif. Ada beberapa elemen yang
bisa membuat sesuatu dikatakan berkualitas. Pertama,
kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan. Kedua, kualitas mencakup produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan. Ketiga, kualitas
merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang
12
dianggap berkualitas saat ini mungkin dianggap kurang
berkualitas pada saat yang lain). Keempat, merupakan
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan.
Disamping itu ada pula perbedaan pandangan
dari definisi yang disampaikan oleh pakar dalam
mendefinisikan mutu/ kualitas. Mutu ditentukan
berdasrkan pertimbangan (kriteria) intrinsik dan
ekstrinsik. Kriteria intrinsik, mutu pendidikan
merupakan produk pendidikan yakni manusia yang
terdidik sesuai dengan standar ideal. Sedangkan
kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen
untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih.
Berdasarkan deskripsi dari beberapa pakar di
atas dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan adalah
derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan
secara efektif dan efisien untuk melahirkan keunggulan
akademis dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang
dinyatakan lulus untuk jenjang pendidikan atau
menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Dilihat
dari definisi ini, maka mutu pendidikan bukanlah
upaya sederhana, melainkan suatu kegiatan dinamis
dan penuh tantangan. Pendidikan akan terus berubah
seiring dengan perubahan zaman yang melingkarinya,
sebab pendidikan merupakan buah dari zaman itu
sendiri. Oleh karena itu, pendidikan senantiasa
memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan mutu
sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan
tuntutan kehidupan masyarakat.
13
2.1.2 Indikator Mutu Pendidikan
Indikator mutu adalah gambaran dan penilaian
terhadap institusi terhadap jasa pelayanan pendidikan
secara internal maupun eksternal yang menunjukkan
kemampuannya memuaskan kebutuhan yang
diharapkan atau yang tersirat mencakup input, proses
dan output pendidikan. Sekolah dapat dikatakan
bermutu apabila prestasi sekolah khususnya prestasi
peserta didik menunjukkan pencapaian yang tinggi
dalam (1) prestasi akademik yaitu nilai rapor dan nilai
kelulusan memenuhi standar yang ditentukan; (2)
memiliki nilai kejujuran, ketaqwaan, kesopanan dan
mampu mengapresiasi nilai-nilai budaya dan (3)
memiliki tanggung jawab yang tinggi dan kemampuan
yang diwujudkan dalam bentuk ketrampilan sesuai
dengan dasar ilmu yang diterima di sekolah (Sagala,
2013: 170).
Indikakor ketercapaian mutu pendidikan
menurut (Fatah, 2013: 28) melalui (1) Evaluasi Diri
Sekolah (EDS); (2) Monitoring Satuan oleh Pemerintah
Daerah; (3) Akriditasi; (4) Sertifikasi; (5) Ujian Nasional;
dan (6) Pengumpulan Data Pribadi.
Evaluasi Diri Sekolah merupakan bentuk
pengukuran ketercapaian Standar acuan mutu
denganmenggunakan instrumen Evaluasi Diri Sekolah.
Setiap sekolah wajib untuk mengisi instrumen yang
berasal dari pemerintah yang dilakukan pada awal
tahun ajaran baru. Hasil pengukuran selanjutnya
dianalisis untuk mengetahui tingkat ketercapaian
Standar Pelayanan Minimal yang diperolehnya. Dari
hasil analisis sebagai dasar untuk peningkatan
14
program pencapaian penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah (RPS) dan Rancangan Anggaran
Pendapatan Belanja Sekolah.
Monitoring Satuan pendidikan dilakukan oleh
Pengawas Sekolah sesuai dengan tugas binaannya.
Hasil monev selanjutnya disampaikan ke tingkat
kabupaten/kota untuk dianalisis hasil pengukuran
menghasilkan pencapaian standar acuan mutu
pendidikan dengan kategori tertentu. Peningkatan
pencapaian standar acuan mutu untuk dimasukkan
sebagai bahan Renstra kabupaten. (Fatah, 2013: 28)
Akreditasi sekolah merupakan peringkat
penilaian berdasarkan pengukuran ketercapaian
standar acuan mutu pendidikan yang dilakukan secara
eksternal oleh Badan Akreditasi Nasional Satuan/
program pendidikan/madrasah (BAN S/M).
Pengukuran dilakukan secara berkala yaitu dalam
kurun waktu 4 tahun sekali, untuk mengetahui
pencapaian standar acuan mutu sekolah. Sekolah yang
telah dikreditasi dan memenuhi kriteria dengan status
peringkat (A) dengan kategori Sangat Baik; peringkat
(B) dengan kategori Baik; peringkat (C) dengan kategori
Cukup Baik. (Fatah, 2013: 28)
Ujian Nasional/Ujian Sekolah merupakan
pengukuran ketercapaian standar acuan mutu
pendidikan terkait dengan pencapaian Standar
Kompetensi Lulusan. Pengukuran tersebut akan
menghasilkan tingkat kelulusan peserta didik secara
nasional. Data yang diperoleh pada pengukuran ini
merupakan data kinerja dan prestasi peserta didik.
(Fatah, 2013: 28)
15
Pengumpulan Data dan Informasi (Padati)
dilakukan secara berkala setiap tahun. Pengukuran
dilakukan untuk menjaring data kuantitatif tentang
kinerja staf, peserta didik, fasilitas, pendidik dan
sumberdaya lainnya terkait dengan standar acuan
mutu. (Fatah, 2013: 28)
Menurut Umiarso dan Gojali I (2011: 131) yang
dapat dijadikan tolak ukur sebuah mutu pendidikan di
sekolah meliputi 5 aspek, yaitu (1) hasil akhir
pendidikan, (2) hasil langsung pendidikan, (3) proses
pendidikan, (4) instrumen input, dan (5) raw input dan
lingkungan.
Dalam konteks pendidikan, hasil akhir
pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh
sekolah pada setiap kurun waktu tertentu seperti
caturwulan, semesteran, setahun, lima tahun dan
sebagainya. Dapat pula prestasi yang dicapai berupa
hasil tes kemampuan akademis, (misal: Ulangan
Umum, Ujian Nasional (UN) dan lain-lain) atau prestasi
di bidang olah raga atau seni. Bahkan prestasi sekolah
dapat berupa kondisi yang dapat dipegang (intangible),
seperti suasana disiplin, keakraban, saling
menghormati dan menghargai atau disebut pula
dengan terciptanya pendidikan karakter.
Sejalan dengan proses pendidikan yang
bermutu, tercakup berbagai input, seperti bahan ajar
(kognitif, afektif, atau psikomotor), metodologi
(bervariasi sesuai kemampuan guru), administrasi,
sarana prasarana, sumber daya lainnya, serta
penciptaan suasana yang kondusif. Managemen
sekolah menyingkronkan berbagai input tersebut atau
16
menyinergikan semua komponen dalam interaksi
(proses) belajar mengajar, baik antara guru, siswa, dan
sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas, baik
konteks kurikurel maupun dalam ekstrakurikurel, baik
dalam lingkup substansi akademis maupun non
akademis serta dalam suasana yang mendukung proses
pembelajaran. Antara proses dan pendidikan yang
bermutu saling berhubungan. Agar dalam proses tidak
salah arah, maka mutu dalam arti hasil output harus
dirumuskan terlebih dahulu oleh sekolah, dan target
yang akan dicapai untuk setiap tahun dalam kurun
waktu tertentu secara jelas. Disamping itu berbagai
input dan proses harus selalu mengacu pada mutu
hasil output yang ingin dicapai.
Demikian pula dengan instrumental input,
yaitu alat yang berinteraksi dengan raw input (siswa),
seperti guru harus memiliki komitmen yang tinggi dan
total serta kesadaran untuk berubah dan mau berubah
untuk maju, menguasai bahan ajar dan metode
mengajar yang tepat, kreatif dengan ide dan gagasan
baru tentang cara mengajar maupun materi ajar,
membangun kinerja dan disiplin diri yang baik, serta
mempunyai sikap positif dan antusias terhadap siswa
bahwa mereka mau diajar dan belajar. Dan juga tak
kalah penting turut mendukung pelaksanaan proses
pembelajaran yaitu penyediaan sarana dan prasarana
dengan kondisi yang layak pakai dan bervariasi sesuai
kebutuhan, serta alat peraga dan media belajar
disiapkan sesuai kebutuhan. Biaya pendidikan dengan
sumber dana (budgeting) dikontrol dengan pembukuan
yang jelas. Kurikulum yang memuat pokok-pokok
17
materi ajar harus sesuai dengan tujuan pembelajaran,
realistis dan sesuai dengan fenomena kehidupan yang
sedang dihadapi. Pemilihan metode pembelajaran
disesuaikan dengan materi ajar yang menciptakan
kreatifitas dan kemandirian siswa.
Begitu pula dengan raw input dan lingkungan,
yaitu siswa itu sendiri serta dukungan orang tua,
dalam hal ini memiliki kepedulian terhadap
penyelenggaraan pendidikan. Peran orang tua sangat
menentukan keberhasilannya dengan selalu
mengingatkan dan kepedulian pada proses belajar anak
di rumah maupun di sekolah.
Demikian pula menurut Zazin Nur (2011: 168),
Efektif sekolah dinilai menurut indikator multi-tingkat
dan multi-segi. Dimana penilaian efektifitas sekolah
meliputi proses pembelajaran dan metode untuk
membantu kemajuan sekolah. Penilaian efektifitas
meliputi input, proses dan autput.
Dari definisi pakar tersebut diatas bahwa ada
persamaan pandangan tentang indikator mutu
pendidikan: pertama Output, adalah prestasi sekolah
yang dihasilkan melalui proses pembelajaran dan
manajemen di sekolah. Prestasi yang dihasilkan dapat
berupa prestasi akademik. Seperti Ujian Sekolah yang
tinggi, Olimpiade, bahasa Inggris, Matematika, Fisika,
cara berpikir kritis, kreatif, nalar, rasional, induktif,
deduktif dan ilmiah. Sedangkan prestasi yang berupa
non akademis misalnya keingintahuan yang tinggi,
harga diri, kejujuran, kerjasama yang baik, rasa kasih
sayang yang tinggi, rasa solidaritas yang tinggi,
18
toleransi, kedisiplinan. kerajinan, prestasi olah raga,
kesenian, kepramukaan dan akhlakul karimah.
Kedua, Proses merupakan berlangsungnya
proses pembelajaran dan manajemen di sekolah yang
dapat berupa proses belajar mengajar yang efektifnya
tinggi, kepemimpinan yang kuat, lingkungan sekolah
yang aman dan tertib, pengelolaan tenaga kependidikan
yang efektif, sekolah memiliki budaya mutu, sekolah
memiliki team work yang kompak, sekolah memiliki
kemandirian, partisipasi yang tinggi dari warga sekolah
dan masyarakat, sekolah memiliki keterbukaan
manajemen, sekolah memiliki kemauan untuk
berubah, sekolah melakukan evaluasi secara dan
perbaikan secara berkelanjutan, sekolah reponsif dan
antisipatif terhadap kebutuhan, komunikatif yang baik
dan sekolah memiliki akuntabilitas.
Ketiga, Input pendidikan meliputi hal-hal
diantaranya, memiliki kebijakan, tujuan dan sasaran
mutu yang jelas, sumber daya tersedia dan siap, staf
yang kompeten dan berdedikasi tinggi, memiliki
harapan prestasi yang tinggi, fokus pada pelanggan dan
input manajemen.
Definisi-definisi indikator mutu pendidikan
yang menurut pakar di atas terdapat pula perbedaan
pandangan tentang mutu pendidikan, dimana definisi
indikator mutu semata untuk kepentingan penilaian
oleh pemerintah dintaranya (1) Evaluasi Diri Sekolah
(EDS); (2) Monitoring Satuan oleh Pemerintah Daerah;
(3) Akreditasi; (4) Sertifikasi (5) Pengumpulan Data
Pribadi. Disamping itu indikator tersebut mengacu
19
pada 8 standar nasional Pendidikan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
Dari definisi tersebut di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa indikakaror mutu pendidikan pada
dasarnya adalah hasil dari suatu proses yang sesuai
dengan harapan khususnya peserta ddidik yang telah
dicapai dan dapat digunakan pada jenjang berikutnya
dan dapat berinteraksi dengan masyarakat pada
umumnya tidak bertentangan dengan norma agama
maupun sosial.
2.2 Peningkatan Mutu Pendidikan
Peningkatan mutu pendidikan harus
diupayakan untuk mencapai kemajuan yang dilandasi
oleh suatu perubahan yang direncanakan. Peningkatan
mutu pendidikan diperoleh melalui dua strategi, yaitu
peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi
akademis untuk memberi dasar minimal dalam
perjalanan yang harus ditempuh mencapai mutu
pendidikan yang dipersyaratkan oleh tuntutan zaman
dan peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi
pada ketrampilan hidup yang esensial yang dicakup
oleh pendidikan yang berlandaskan luas, nyata dan
bermakna. Dalam pandangan Zamroni (2007),
peningkatan mutu berkaitan dengan target yang harus
dicapai, proses untuk mencapai dan faktor-faktor yang
terkait. Dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang
perlu mandapat perhatian, yakni aspek kualitas hasil
dan aspek proses hasil.
20
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah, Danim (2007) menyarankan dengan
melibatkan lima faktor yang dominan. Kelima faktor
tersebut yaitu kepemimpinan kepala sekolah, siswa,
guru, kurikulum dan jaringan kerjasama. Faktor-faktor
tersebut saling bersinergi sehingga membentuk jalinan
kerjasama yang harmonis dan menciptakan iklim yang
kondusif terciptannya proses pembelajaran yang aktif
dan mandiri.
Menurut Dedi Mulyasana (2012): “pendidikan bermutu lahir dari sistem perencanaan baik (good planning system) dengan sistem tata kelola yang baik (good govermence system) dan disampaikan oleh guru yang baik (good teachers) dengan komponen pendidikan yang bermutu.
Guru yang baik harus mampu menciptakan
proses pembelajaran yang dilakukan dapat
menciptakan suasana yang mendorong peserta didik
merasa dirinya penting dan berharga, mampu
menciptakan iklim belajar kondusif dan hangat serta
menyenangkan, mendorong tumbuhnya semangat dan
motivasi berprestasi, membentuk disiplin, tanggung
jawab dan tumbuhnya rasa percaya diri tinggi,
membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan dan
ketidakmampuan tentang suatu konsep; membebaskan
peserta didik dari ketidakjujuran dan ketidakbenaran;
menumbuhkan peserta didik berakhlak dan beriman.
Dari definisi yang telah diuraikan oleh pakar ada
persamaan dalam peningkatan mutu pendidikan
diantaranya Pertama, Faktor kepemimpinan kepala
sekolah merupakan prinsip yang paling krusial yang
merupakan peran vital dalam managerial sekolah. Agar
fungsi kepemimpinan kepala sekolah berhasil
21
memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk
mencapai tujuan sesuai dengan situasi, diperlukan
seorang kepala sekolah yang memiliki kemampuan
profesional meluputi kepribadian, keahlian dasar,
pengalaman, pelatihan dan pengetahuan profesional,
serta kompetensi administrasi dan pengawasan.
Kedua, Peningkatan mutu pendidikan lahir dari
guru yang bermutu. Guru yang bermutu paling tidak
menguasai materi ajar, metodologi, sistem evaluasi dan
psikologi belajar. (1) guru yang baik bukan sekedar
guru yang pintar, tetapi guru yang mampu
memintarkan peserta didik. (2) Guru yang baik bukan
sekedar guru yang berkarakter, tetapi guru yang
mampu membentuk karakter yang baik bagi peserta
didiknya. (3) Guru yang baik bukan hanya guru yang
mempunyai teladan dan integritas, tapi guru yang
mampu menjadikan peserta didik memiliki teladan dan
patut diteladani oleh sesama. (4) Guru yang
memerankan dirinya sebagai pelayan belajar yang baik
yang tugas utamanya bukan sekedar mengajar dalam
arti menyampaikan sejumlah konsep dan teori ilmu
pegetahuan, tapi tugas utama guru adalah membantu
kesulitan belajar peserta didik.
Demikian pula dalam peningkatan mutu
pendidikan dari definisi tersebut ada perbedaan yang
disampaikan oleh pakar yaitu, bahwa peningkatan
mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai oleh
sekolah.
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa peningkatan mutu pendidikan
sangat berkaitan dan bersinergi antara faktor
22
kepemimpinan kepala sekolah, siswa, guru, kurikulum
dan jaringan kerjasama.
2.3 Strategi Peningkatan Mutu
Strategi adalah cara-cara yang digunakan secara
keseluruhan dari suatu sekolah untuk mencapai
tujuan. Menurut Mulyasana (2009), strategi merupakan
rencana jangka panjang yang dikembangkan secara
detail dalam bentuk taktik yang besifat operasional
disertai target dan langkah-langkah secara teratur.
Strategi merupakan sebuah rencana yang besar yang
bersifat meningkatkan dan mengefektifkan tercapainya
sebuah tujuan. Pada hakekatnya strategi adalah
tindakan apa yang seharusnya dilakukan, bukan
tindakan apa yang dilakukan, apa yang seharusnya
dicapai dan bukan apa yang dicapai.
Menurut Sanjaya (2006) strategi adalah metode
yang digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau
keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam
menyusun strategi perlu memperhatikan berbagai
faktor, baik faktor dari dalam maupun faktor dari
luar. Sebelum menentukan strategi, perlu ditentukan
visi, misi serta tujuan dari sekolah yang dapat diukur
ketercapaian keberhasilannya.Selanjutnya Argyris
(1985), Mintzberg (1979), Steiner dan Miner (1971)
(dalam Rangkuti) menyatakan bahwa strategi
merupakan respon-respon terus menerus maupun
adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta
kekuatan dan kelemahan internal yang dapat
mempengaruhi organisasi.Danim (2007) menyatakan
23
bahwa untuk dapat mempertahankan mutu sekolah
maka perlu dilakukan perbaikan terus menerus karena
tidak ada capaian yang bersifat sempurna dan
permanen. Upaya peningkatan mutu harus dilakukan
secara berkesinambungan.
Sedangkan menurut Umiarso dan Gojali I (2011:
146), peningkatan mutu sekolah adalah satu metode
untuk meningkatkan mutu sekolah yang menitik
beratkan pada sekolah itu sendiri dengan
mengaplikasikan sejumlah tehnik, mendasarkan pada
ketersediaan data kuantitatif dan kualitatif, serta
pemberdayaan semua komponen sekolah untuk secara
berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan
kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi
kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas terdapat
persamaan bahwa strategi peningkatan mutu
pendidikan merupakan perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
meningkatkan mutu sekolah. Strategi didesain untuk
memastikan bahwa tujuan organisasi dapat dicapai
melalui tindakan yang tepat agar strategi yang
ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan harapan perlu
dirumuskan tujuan yang jelas.
Disamping itu terdapat perbedaan dalam
peningkatan mutu, yaitu perbaikan berkesinambungan
berkaitan dengan komitmen dan proses komitmen
terhadap kualitas dimulai dengan pernyataan dedikasi
pada visi dan misi, serta pemberdayaan semua
partisipan untuk secara inkremental mewujudkan visi
tersebut. Upaya perbaikan berkesinambungan
24
menggunakan sistem terbuka atas fungsi inti lembaga
pendidikan-student learning. Ada tiga pendekatan yang
digunakan untuk menjamin kualitas lembaga
pendidikan yaitu: pendekatan akriditasi, pendekatan
outcome assessment pendekatan sistem terbuka.
Secara skematis diagram perbaikan berkesinambungan
tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.1 Perbaikan berkesinambungan
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa strategi peningkatan mutu
pendidikan merupakan perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
meningkatkan mutu sekolah. Strategi didesain untuk
memastikan bahwa tujuan organisasi dapat dicapai
Penyempurnaan Kualitas Berkesinambung
Assessment Akreditasi
Proses Transformasi Input Output
Karakteristik Siswa
Karakteristik Kelas
Sumber Daya Finansial
Fasilitas Program
Desain Input Program Metode
Penyimpanan Sistem Data
Umpan Balik Analisis
Prestasi Siswa Siswa
Lulus/Droup Out/ Gagal
Alumni Berprestasi
25
melalui tindakan yang tepat agar strategi yang
ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan harapan perlu
dirumuskan tujuan yang jelas.
2.4 Strategi Peningkatan Mutu Berdasarkan Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi
sekolah, dengan didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman
(Threats), dengan demikian dalam perencanaan
strategis harus menganilisis faktor-faktor strategi
sekolah (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman),
hal ini disebut dengan Analisis Situasi Lingkungan,
menurut Rangkuti (2014: 21).
Dalam proses analisis perlu memahami seluruh
informasi yang terdapat dalam suatu kasus dan
menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa yang
sedang terjadi serta memutuskan tindakan apa yang
harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah.
Menurut Boulton (dalam Rangkuti), proses untuk
melaksanakan analisis suatu kasus dapat dilihat pada
diagram proses analisa kasus. Kasus yang terjadi di
sekolah harus dijelaskan sehingga pembaca dapat
mengetahui permasalahan yang sedang terjadi. Setelah
itu, metode yang sesuai menjawab semua
permasalahan secara tepat dan efektif dipergunakan
dengan cara memahami secara detail semua informasi
dan melakukan analisa secara numerik. Secara
26
skematis diagram proses analisis kasus tersebut dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.2 Proses Analisis Kasus
ANALISIS SITUASI ANALISIS SEKOLAH
Menurut Boseman, at.al (dalam Sagala,
2014: 140):
“salah satu tahap dalam proses manajemen strategi adalah melakukan analisis SWOT secara cermat dan akurat, dengan menguraikan (1) kekuatan adalah kemampuan internal sebuah organisasi yang memajukan tujuan organisasi, (2) kelemahan adalah kebalikannya dengan membatasi penyelesaian tujuan-tujuan organisasi, (3) peluang adalah keadaan, kejadian atau situasi eksternal yang menawarkan perubahan organisasi untuk mencapai atau melampaui tujuan dan (4) tantangan atau hambatan adalah lawan dari peluang. Hambatan merupakan faktor-faktor eksternal yang dapat memunculkan potensi masalah atau yang membahayakan kemampuan untuk mencapai tujuannya.”
Jelaskan Situasi
Mengetahui strategi sekolah
Evaluasi Situasi
Tentukan Tentukan dan evaluasi dan evaluasi lingkungan KEKUATAN dan PELUANG dan KELEMAHAN ANCAMAN perusahaan
Analisis masalah yang perlu mendapat perhatian
Cari pemecahan
masalah Tentukan alternatif dan pilihan
strategi
27
Demikian pula menurut Sarplin (dalam Sagala,
2014) memasukkan analisa SWOT untuk melihat
kekuatan dan kelemahan di dalam sekolah, sekaligus
memantau peluang dan tantangan yang dihadapi
sekolah. Analisa SWOT adalah salah satu tahap dalam
managemen strategi yang merupakan pendekatan
analisis lingkungan.
Analisis SWOT dalam penyelenggaraan di
lingkungan sekolah dapat ditentukan oleh kombinasi
faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut
harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT terdiri
dari dua unsur yaitu analisis lingkungan internal dan
eksternal. Analisis internal berasal dari lingkup sekolah
itu sendiri sedangkan analisis eksternal berasal dari
luar sekolah itu sendiri, seperti yang dikemukakan
dalam Rangkuti (2014: 20).
Gambar 2.3 Diagram Analisis SWOT Sumber: Rangkuti, 2014
28
Kuadran 1, Ini merupakan situasi yang sangat
menguntungkan.
Sekolah tersebut memiliki peluan dan kekuatan
sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini
adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif (growth oriented strategy).
Kuadran 2, Meskipun menghadapi berbagai
ancaman, sekolah ini masih memiliki kekuatan dari
segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
kekuatan jangka penjang dengan cara strategi
diversifikasi (produk/ pasar).
Kuadran 3, Sekolah menghadapi peluang pasar
yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi
beberapa kendala/ kelemahan internal. Kondisi sekolah
pada kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada
BCG Matrix. Fokus strategi sekolah ini adalah
meminimalkan masalah-masalah internal sekolah
sehingga dapat merebut peluang pasar yang sangat
baik.
Kuadran 4, Ini merupakan situasi yang sangat
tidak menguntungkan, sekolah tersebut menghadapi
berbagi ancaman dan kelemahan internal di atas dapat
disimpulkan bahwa Analisis SWOT dalam
penyelenggaraan.
Analisis SWOT dalam program sekolah
dilakukan dengan membuat matrik SWOT. Matrik ini
terdiri dari sel-sel daftar kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman dalam menyelenggarakan sekolah untuk
memperoleh mutu sekolah dapat dilakukan strategi SO
29
(menggunakan kekuatan dan pemanfaatan peluang),
strategi WO (memperbaiki kelemahan dan mengambil
manfaat dari peluang), strategi ST (menggunakan
kekuatan dan menghindari ancaman), strategi WT
(mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa Analisis SWOT adalah salah satu manajemen
strategi dengan menggunakan pendekatan analisis
lingkungan. Analisis lingkungan terdiri dari dua unsur
yaitu analisis lingkungan eksternal dan analisis
lingkungan internal. Analisis Lingkungan eksternal
meliputi identifikasi dan evaluasi aspek-aspek sosial,
budaya, politis, ekonomis dan teknologi, serta
kecenderungan yang mungkin berpengaruh pada
organisasi sekolah, sedangkan hasil dari analisis
lingkungan eksternal adalah sejumlah peluang
(opportunities), yang harus dimanfaatkan oleh
organisasi sekolah dan ancaman (threats) yang harus
dicegah atau dihindari. Perlu disusun sebelum sekolah
merumuskan strategi dengan memperhatikan berbagai
faktor secara sistematik, dengan didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths)
dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
ancaman (threats).
30
2.5 Langkah-langkah Pengembangan Rencana Strategi Strategi bukanlah tujuan melainkan alat untuk
mempercepat tercapainya tujuan. Untuk merumuskan
strategi yang tepat dibutuhkan langkah-langkah yang
cermat dan dapat dipertanggungjawabkan. Mulyasana,
(2012) adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi rencana kegiatan, tujuan dan arah kegiatan, serta aksi program yang akan dilaksanakan.
b. Menetapkan standar mutu penggunaan strategi. Dengan standar ini, dianalisis seluruh komponen yang terlibat dalam kegiatan. Apakah komponen-komponen tersebut layak apa tidak. Bila sebagian yang tidak layak perlu perbaikan, tapi bila yang tidak layak semua komponen maka perlu penataan strategi baru.
c. Mengindentifikasi situasi lingkungan khususnya yang berkaitan dengan peluang, ancaman, hambatan dan tantangan yang muncul dari lingkungan, baik lingkungan internal maupu eksternal. Apakah lingkungan itu mendukung semuanya, sebagian atau sama sekali tidak mendukung. Bila semuanya tidak mendukung, maka perlu penyusunan strategi baru yang diperkirakan cocok dengan kondisi lingkungan.
d. Menganalisis berbagai kelemahan dan kesenjangan, baik kesenjangan antara tuntutan dengan kemampuan, antara harapan dan kenyataan, antara sasaran dan strategi, maupun antara peluang dan ancaman.
e. Melakukan riset masa depan dan sekaligus mempelajari sifat dan arah perubahan yang diperkirakan akan berpengaruh langsung terhadap dinamika usaha.
f. Menyusun strategi alternatif yang mampu menjawab berbagai tantangan perubahan. Strategi ini harus disusun secara fleksibel dan mampu menjawab tantangan dan permasalahan yang kemungkinan akan timbul di masa depan.
31
Sedangkan menurut Sugiyono (2014)
memberikan 10 langkah-langkah yang digunakan
untuk mengembangkan rencana strategis peningkatan
mutu adalah sebagai berikut:
Gambar 2.4 Langkah-langkah Pengembangan Renstra, Sugiyono (2014)
Tahapan penelitian Menurut Sugiyono (2014):
1. Potensi dan masalah
Potensi adalah segala sesuatu yang bila digunakan
akan memiliki nilai tambah. Sedangkan masalah
adalah penyimpangan antara yang diharapkan
dengan yang terjadi. Potensi dan masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ditunjukkan dengan
data yang empirik dan masih up to date.
2. Mengumpulkan Informasi
Setelah potensi dan masalah yang ada di sekolah
ditunjukkan secara faktual, selanjutnya
Potensi dan
Masalah
Pengum
pulan
data
Desain
Produk Validasi
Desain
Revisi
Desain
Uji coba
Produk Revisi
Produk Uji coba Pemakai
an
Revisi
Produk Produksi Masal
32
dikumpulkan berbagai informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan untuk merencanakan
suatu strategi yang diharapkan mampu mengatasi
masalah tersebut. Data yang diperlukan bisa dari
berbagai cara seperti wawancara, observasi, studi
dokumen dan Focus Group Discussion (FGD).
3. Desain produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah
rencana strategis yang dapat dijadikan sebagai
pedoman untuk peningkatan mutu sekolah.
Rencana strategis ini masih bersifat hipotetik
karena karena efektifitasnya belum terbukti dan
akan diketahui setelah melalui pengujian.
4. Validasi desain
Validasi desain dilakukan sebagai proses kegiatan
untuk menilai apakah rencana strategis yang dibuat
secara rasional akan efektif digunakan sebagai
usaha peningkatan mutu sekolah. Validasi desain
dapat menghadirkan beberapa pakar atau tenaga
akhli untuk menilai desain tersebut, selanjutnya
dapat diketahui kelemahan dan kekuatan.
5. Perbaikan desain
Setelah rencana strategi tersebut divalidasi, akan
dapat diketahui kelemahannya, selanjutnya dicoba
untuk memperbaiki rencana strategis tersebut. Yang
bertugas memperbaiki rencana strategis adalah
peneliti sendiri. Pada akhirnya dapat dihasilkan
suatu rencana strategis yang bisa diberikan kepada
sekolah sebagai upaya peningkatan mutu.
33
6. Uji Coba Produk
Rencana strategi yang telah dibuat tidak bisa
langsung di uji coba dulu tetapi harus di validasi
dan revisi. Uji coba tahap awal di lakukan dengan
simulasi, setelah itu baru di uji cobakan.
7. Revisi Produk
Dalam revisi produk di lakukan untuk mencari
efektifitas dan efisiensi sistem kerja baru dengan
cara membandingkan strategi lama dengan strategi
baru.
8. Uji Coba Produk
Setelah pengujian terhadap strategi berhasil dan
mungkin ada revisi yang tidak terlalu penting maka
selanjutnya strategi yang baru itu dapat di terapkan
di lingkungan sekolah. Dalam pelaksanaannya
strategi tersebut tetap harus dinilai kekurangan/
hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih
lanjut.
9. Revisi Produk
Revisi produk dilakukan apabila dalam pelaksanaan
strategi di sekolah terdapat kekurangan dan
kelemahan, maka dalam uji pemakaian selalu
mengevaluasi bagaimana strategi itu diterapkan.
10. Pembuatan Produk Masal
Bila strategi peningkatan mutu tersebut telah
dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian,
maka strategi tersebut dapat diterapkan pada setiap
lembaga pendidikan.
Berdasarkan langkah-langkah yang telah
dikemukakan oleh Mulyasana dan Sugiyono, maka
peneliti tertarik dan menggunakan langkah dari
34
Sugiyono namun hanya sampai pada tahap validasi
desain karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi
ang ada.Langkah-langkah pengembangan rencana yang
akan dilakukan dalam penelitian adalah:
1. Potensi dan masalah
Potensi adalah segala sesuatu yang bila
digunakan akan memiliki nilai tambah.
Sedangkan masalah adalah penyimpangan
antara yang diharapkan dengan yang
terjadi.Potensi dan masalah yang dikemukakan
dalam penelitian ditunjukkan dengan data yang
empirik dan masih up to date.
2. Mengumpulkan Informasi
Setelah potensi dan masalah yang ada di
sekolah ditunjukkan secara faktual,
selanjutnya dikumpulkan berbagai informasi
yang dapat digunakan sebagai bahan untuk
merencanakan suatu strategi yang diharapkan
mampu mengatasi masalah tersebut. Data yang
diperlukan bisa dari berbagai cara seperti
wawancara, observasi, studi dokumen dan
Focus Group Discussion (FGD).
3. Desain produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini
adalah rencana strategis yang dapat dijadikan
sebagai pedoman untuk peningkatan mutu
sekolah. Rencana strategis ini masih bersifat
hipotetik karena karena efektifitasnya belum
terbukti dan akan diketahui setelah melalui
pengujian.
35
4. Validasi desain
Validasi desain dilakukan sebagai proses
kegiatan untuk menilai apakah rencana
strategis yang dibuat secara rasional akan
efektif digunakan sebagai usaha peningkatan
mutu sekolah. Validasi desain dapat
menghadirkan beberapa pakar atau tenaga
akhli untuk menilai desain tersebut,
selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan
kekuatan
2.6 Kajian Riset Terdahulu
Penelitian tesis oleh Edi Sujoko (2014) dengan
judul Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan
Analisis SWOT di SMP Negeri I Bawen Kabupaten
Semarang menunjukkan bahwa Strategi yang dibuat
untuk meningkatkan mutu sekolah dengan
mengembangkan lingkungan sekolah menuju
komunitas belajar yang ideal melalui progaram 7 K,
membentuk klub-klub prestasi untuk mengembangkan
potensi peserta didik, mengoptimalkan peran kepala
sekolah dalam memberdayakan dan melatih
kepemimpinan dan managerial tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan, pengembangan fasilitas sekolah
berbasis TIK sebagai sarana untuk belajar peserta
didik, dibentuk tim evaluasi program dan kegiatan
sekolah secara efektif dan efisien,mengoptimalkan
kegiatan-kegiatan pengembangan profesi guru baik di
tingkat lokal sekolah ataupun di luar sekolah dengan
menitik beratkan kualitas, mengembangkan
36
pembelajaran dengan pendekatan PAKIEM,
menoptimalkan program dan kegiatan
ekstrakurikuler,lebih meningkatkan kerjasama dengan
pengajar atau pelatih baik dari luar ataupun dari
dalam, meningkatkan prestasi non-akademik,
meningkatkan pembeljaran yang menitikberatkan pada
pembentukan karakter, membangun jaringan alumni,
dan melakukan terobosan-terobosan untuk percepatan
pencapaian prestasi akademis.
Sedangkan menurut Suharti dalam
penelitiannya yang berjudul Alternatif Strategi
Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis SWOT
di SDN 1 Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo Kabupaten
Temanggung,Strategi yang dibuat untuk meningkatkan
mutu sekolah adalah dengan mengembangkan sarana
prasarana pendidikan, mengembangkan lingkungan
sekolah menuju komunitas melalui program 7K,
memberdayakan guru dalam pelatihan yang dapat
meningkatkan kinerja, mengembangkan fasilitas
sekolah berbasis TIK sebagai sarana belajar,
membentuk klub-klub prestasi untuk mengebangkan
potensi siswa, dibentuk tim evaluasi program sekolah,
memberdayakan guru untuk menggunakan tehnologi
informasi dalam proses belajar mengajar,
mengintensifkan kegiatan keagamaan untuk
membentuk siswa yang iman dan taqwa, meningkatkan
kerjasama dengan pengajar atau pelatih dari luar
sekolah untuk mendukung kegiatan ekstrakurikuler,
mengintensifkan kegiatan supervisi dan monitoring oleh
kepala sekolah, mengefektifkan kegiatann KKG ,
membangun image positif sekolah, meningkatkan
37
pelaksanaan pendidikan karakter, dan meningkatkan
pendidikan kecakapan hidup, serta membentuk
jaringan alumni.
Demikian pula hasil penelitian oleh Parjuni
dengan judul Strategi dan faktor-faktor pendukung
peningkatan Mutu SMP N 6 Temanggung menunjukkan
bahwa faktor-faktor dominan yang mendukung
peningkatan prestasi SMP N 6 Temanggung meliputi:
kepemimpinan kepala sekolah yang memiliki dan
memahami visi kerja secara jelas, memiliki komitmen
kuat dan profesional, memberikan keteladanan dan
serta layanan yang optimal, input peserta didik yang
unggul dan terseleksi komitmen guru dan karyawan,
penerapan kurikulum yang akomodatif, sarana
prasarana yang lengkap dan memadai, lingkungan
sekolah yang kondusif dan, jalinan kerjasama dan
kemitraan dengan orangtua dan masyarakat.
Strateginya digunakan dalam meningkatkan mutu
sekolah perencanaan progam yang berkelanjutan,
optimalisasi proses pembelajaran memberdayakan
guru dan karyawan pemberdayaan potensi siswa
menjalin kemitraan dan kerjasama.
Sahina, Idris (2013). Dalam penelitiannya yang
berjudul The Principals of Primary Schools Ideas on
their school Development and Practices, menyatakan
bahwa Peningkatan sekolah telah menjadi konsep
dalam hal meningkatkan standar pendidikan.
Peningkatan sekolah bertujuan untuk memberdayakan
kapasitas sekolah untuk mengelola perubahan,
memberikan pendidikan bermutu tinggi di dalamnya,
dan meningkatkan tingkat prestasi siswa. Semua staf
38
sekolah harus berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan dan pelaksanaan yang berkaitan dengan
pekerjaan yang di lakukan di sekolah untuk perubahan
terencana dan peningkatan sekolah yang sukses. Setiap
sekolah menggunakan strategi perbaikan yang cocok
untuk konteksnya.
Kepala sekolah dapat melakukan peningkatan
kerjasama dan komunikasi di sekolah, membuat
rencana peningkatan sekolah yang baik, memberikan
suasana sekolah yang positif artinya berkuasa sekolah
demokratis dan terbuka untuk ide-ide baru. Di sisi lain,
kepala sekolah harus membuat strategi perbaikan
jangka panjang, memberdayakan komunikasi antara
sekolah dan lingkungan, membuat semua pemangku
kepentingan di sekolah berperan dan bertanggung
jawab dalam proses perubahan, menginformasikan
individu dan kelompok yang bersangkutan dan
bertindak sebagai pemimpin.
Yau, Hon Keung. Cheng, Alison Lai fong. (2013).
Quality Management in Primary School. Beberapa
faktor termasuk sekolah dan latar belakang siswa,
tradisi sekolah, iklim sekolah dan budaya, harapan
masyarakat sekolah, masih mempengaruhi manajemen
mutu pada efektivitas manajemen sekolah. Dengan
demikian, kepemimpinan kepala sekolah, guru dan
orang tua dalam masyarakat belajar sebagai
pengembangan profesional dalam rangka meningkatkan
manajemen mutu sekolah. Mengembangkan sekolah
yang bermutu, lembaga pendidikan pemerintah dan
guru harus menyediakan pemain kunci seperti kepala
39
sekolah dengan program yang tepat, terutama dalam
pengelolaan sumber daya manusia.
Hal yang dibutuhkan untuk meningkatkan
jaringan sosial kerja tim dan kerjasama adalah
mendidik orang untuk berpartisipasi secara efektif
dalam proses ini dalam mendorong mereka untuk
mengerahkan upaya yang diperlukan untuk
meningkatkan mutu sekolah. Para pemimpin sekolah
harus merubah gaya manajerial dan kebijakan personil
untuk menggabungkan jajaran karyawan kedalam
budaya mutu sekolah. Selain itu, para pemimpin
sekolah harus mengelola sumber daya mereka dengan
baik fasilitas sekolah seperti IT, fasilitas pengajaran
dan ruang kelas, hal tersebut untuk penggabungan
mutu dalam budaya sekolah yang ada. Oleh karena itu,
pemimpin sekolah juga diperlukan untuk membentuk
fasilitas untuk mendukung perubahan mutu sekolah.
40
2.7 Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 2.5 Model Kerangka Pikir
Sebelum menyusun rencana strategi peningkatan
mutu sekolah terlebih dahulu untuk memahami Visi,
Misi dan tujuan sekolah. Karena visi merupakan
elemen fundamental penyelenggaraan program sekolah.
Selanjutnya menganalisis lingkungan eksternal yang
ada di sekolah yaitu mengidentifikasi peluang dan
ancaman. Demikian pula analisis lingkungan internal
yang dimiliki sekolah dengan mengidetifikasi kekuatan
dan kelemahan sekolah. Faktor-faktor yang menjadi
peluang–ancaman serta kekuatan–kelemahan sekolah
dapat menjadi dasar dalam menetukan rencana strategi
langkah-langkah tindakan peningkatan mutu sekolah.
Setelah rencana strategi itu tesusun perlu dievaluasi
/uji pakar telebih dahulu agar hasilnya lebih valid dan
sesuai dengan kondisi lingkungan bedasarkan analisis
SWOT.Dengan masukan-masukan dari pakar, maka
renstra perlu diolah kembali dan disusun menjadi draf
renstra. Pada penelitian ini dibatasi sampai validasi
desain.