bab ii kajian teoritis -...

17
11 BAB II KAJIAN TEORITIS Teori adalah generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik (Sugiyono 2005: 41). Karena itu dalam bab ini penulis akan menjelaskan secara sistematis fenomena yang menjadi persoalan penelitian dengan merujuk kepada teori yang pernah dikemukakan oleh berbagai sarjana. Berdasarkan penjelasan itu maka pada bagian akhir akan dipaparkan kerangka pikir dari penelitian ini serta pengertian dari konsep-konsep yang digunakan. 2.1 Pengertian Komunikasi Penelitian menggunakan semiotika merupakan bagian dari ilmu komunikasi secara luas. Komunikasi sendiri adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan, baik secara langsung atau melalui perantara (media). Komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan untuk menyusun makna dan kemudian menyampaikan keadaan dunia mereka. Simbol merupakan media yang membawa makna dan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan (Sobur , 2002 : 6). Perbuatan manusia yang dianggap sebaga proses komunikasi itu adalah kreatif. Karena melalui pergaulan sosial, orang melakukan proses komunikasi makna yang membuat mereka mampu menciptakan berbagai makna melalui proses komunikasi sesuai subjektifitas mereka. Dean Barnlund memperhatikan hal ini ketika ia mengatakan bahwa: “komunikasi melukiskan evolusi maka. Makna adalah sesuatu yang diciptakan, ditentukan, diberikan dan bukan sesuatu yang diterima. Jadi komunikasi bukanlah suatu reaksi terhadap sesuatu, juga bukan interaksi dengan sesuatu, melainkan suatu transaksi yang didalamnya orang menciptakan dan memberikan makna untuk menyadari tujuan tujuan orang itu” (Sobur, 2002:6). Definisi komunikasi secara umum adalah proses pembentukan, pengolahan pesan yang terjadi didalam diri seseorang dengan tujuan tertentu. Definisi

Upload: buihuong

Post on 24-Mar-2019

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12024/3/T1_362009024_BAB II... · BAB II KAJIAN TEORITIS ... kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar,

11

BAB II

KAJIAN TEORITIS

Teori adalah generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai

fenomena secara sistematik (Sugiyono 2005: 41). Karena itu dalam bab ini penulis akan

menjelaskan secara sistematis fenomena yang menjadi persoalan penelitian dengan

merujuk kepada teori yang pernah dikemukakan oleh berbagai sarjana. Berdasarkan

penjelasan itu maka pada bagian akhir akan dipaparkan kerangka pikir dari penelitian ini

serta pengertian dari konsep-konsep yang digunakan.

2.1 Pengertian Komunikasi

Penelitian menggunakan semiotika merupakan bagian dari ilmu

komunikasi secara luas. Komunikasi sendiri adalah proses penyampaian pesan dari

komunikator kepada komunikan, baik secara langsung atau melalui perantara (media).

Komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan untuk menyusun makna dan

kemudian menyampaikan keadaan dunia mereka. Simbol merupakan media yang

membawa makna dan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan (Sobur , 2002 :

6).

Perbuatan manusia yang dianggap sebaga proses komunikasi itu adalah kreatif.

Karena melalui pergaulan sosial, orang melakukan proses komunikasi makna yang

membuat mereka mampu menciptakan berbagai makna melalui proses komunikasi sesuai

subjektifitas mereka.

Dean Barnlund memperhatikan hal ini ketika ia mengatakan bahwa:

“komunikasi melukiskan evolusi maka. Makna adalah sesuatu

yang diciptakan, ditentukan, diberikan dan bukan sesuatu yang diterima.

Jadi komunikasi bukanlah suatu reaksi terhadap sesuatu, juga bukan

interaksi dengan sesuatu, melainkan suatu transaksi yang didalamnya

orang menciptakan dan memberikan makna untuk menyadari tujuan –

tujuan orang itu”

(Sobur, 2002:6). Definisi komunikasi secara umum adalah proses pembentukan,

pengolahan pesan yang terjadi didalam diri seseorang dengan tujuan tertentu. Definisi

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12024/3/T1_362009024_BAB II... · BAB II KAJIAN TEORITIS ... kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar,

12

tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses

mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan.

Setiap pelaku komunikasi dengan demikian akan melakukan empat tindakan

yaitu: membentuk, menyampaikan, menerima dan mengolah pesan. Keempat tindakan

tersebut lazimnya terjadi secara berurutan. Membentuk pesan artinya menciptakan

sesuatu ide atau gagasan. Hal ini terjadi dalam benak seseorang melalui proses kerja

sistem syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian disampaikan kepada orang lain,

baik secara langsung atau secara tidak langsung. Seseorang akan menerima pesan yang

disampaikan oleh orang lain, pesan yang diterimanya ini kemudian akan diolah melalui

sistem syaraf dan diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat

menimbulkan tanggapan atau reaksi dari orang tersebut. Apabila ini terjadi, maka orang

tersebut kembali akan membentuk dan menyampaikan pesan baru. Demikianlah keempat

tindakan ini akan terus-menerus terjadi secara berulang-ulang.

Pesan adalah produk utama komunikasi. Pesan berupa lambang-lambang yang

menjalankan ide atau gagasan, sikap, perasaan , praktik, atau tindakan. Bisa berbentuk

kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar, angka-angka, benda, gerak-gerik, atau tingkah

laku dan berbagai bentuk tanda-tanda lainnya. Komunikasi dapat terjadi dalam diri

seseorang, antara dua orang, diantara beberapa orang atau banyak orang. Komunikasi

mempunyai tujuan tertentu, artinya komunikasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan

dan kepentingan para pelakunya (Sobur , 2002 : 7).

2.2 Konsep Makna

Ada tiga hal yang berhubungan dengan makna, yaitu: (a) menjelaskan makna

secara alamiah; (b) mendeskripsikan kalimat secara alamiah; dan (c) menjelaskan makna

dalam proses komunikasi (Sobur, 2006:23). Pemaknaan sangat penting dalam proses

komunikasi. Brodbeck (1993) menjelaskan makna dalam tiga konsep, pertama adalah

makna suatu istilah adalah obyek, pikiran, ide atau konsep yang ditujukan oleh istilah

tersebut. Kemudian konsep kedua adalah arti istilah itu sendiri yang memiliki hubungan

dengan istilah yang lain. Konsep yang ketiga adalah makna merupakan suatu istilah atau

lambang bergantung pada apa yang dimaksud pemakai dengan arti lambang itu. Dalam

pengertian ini lebih mencakup pada makna dimaksudkan.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12024/3/T1_362009024_BAB II... · BAB II KAJIAN TEORITIS ... kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar,

13

Secara umum konsep makna itu dibedakan menjadi dua, yaitu konsep makna

denotatif dan makna konotatif (Sobur, 2006 :26). Makna denotatif adalah makna suatu

makna yang tidak mengandung makna lain atau tidak punya makna tambahan. Sedangkan

makna konotatif adalah makna yang mempunyai makna tambahan, perasaan tertrntu, atau

nilai rasa tertentu selain makna dasar. Dalam proses pemakanaan tanda terdapat pula

proses penyampaian dan penerimaan pesan anatara komunikator dan komunikan. Seorang

komunikan melakukan proses penerimaan pesan terhadap pesan yang disampaikan oleh

komunikator, oleh karena itu komunikan melakukan proses pemakanaan suatu pesan.

Makna yang diterima oleh komunikan terjadi dalam ruang yang berbeda dan pada

individual yang berbeda sesuai dengan kognitif dan afektif mereka dalam hal ini adalah

komunikan (Sobur, 2006 :28). Mengutip pernyataan Burhan Bungin (2001:199-200)

bahwa:

“Makna yang diterima oleh seseorang tergantung pada bagaimana

individu melakukan pemaknaan terhadap pesan. Karena setiap individu

memiliki kebebasan menentukan metode interpretasi apa yang harus

digunakan, termasuki kepentingan – kepentinganya dalam melakukan

pemaknaan.

Hal ini juga akan berlaku dalam melakukan pemaknaan terhadap tanda.

Pemakanaan ini sifatnya subyektif, sehingga proses pemaknaan akan dipengaruhi juga

oleh budaya individual tersebut, karena pemaknaan juga pembetuk utama dalam

kebudayaan.

2.3 Musik

Musik, merupakan salah satu dari hasil budaya cipta dan karsa manusia. Musik

sendiri merupakan salah satu dari hasil budaya yang mempunyai peranan dalam berbagai

bidang dalam aspek kehidupan manusia. Dari segi ekonomi, jelas musik merupakan

sebuah produk yang diperjualkan dan menjadi komoditi budaya saat ini. dari segi

psikologi, musik menjadi sebuah kebutuhan dalam memenuhi hasrat manusia untuk

berseni dan bereskpresi. Musik juga menjadi gambaran kondisi sosial yang terjadi dalam

suatu masyarakat saat musik tersebut tercipta, jika kita melihat dari sisi sosial. (Meriam,

1964:32-33).

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12024/3/T1_362009024_BAB II... · BAB II KAJIAN TEORITIS ... kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar,

14

REPRESENTASI MAKNA PESAN NILAI-NILAI MOTIVASI DALAM

ALBUM “FOR ALL”. (20111:22). UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

“Veteran”. Arsidipta.1. Musik merupakan salah satu media dalam mengkomunikasikan

ekspresi dalam berseni, namun musik juga media yang bisa mengkomunikasikan

kebudayaan masyarakat pendukungnya. Didalam musik terdapat nilai dan norma yang

dibaur dan terbentuk sehingga terjadi proses enkulturasi dan akulturasi. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara

diutarakan, kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara)

yang mempunyai keseimbangan dan kesatuan, nada atau suara yang disusun sedemikian

rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan terutama yang dapat

menghasilkan bunyi-bunyi itu.

Musisi atau seniman musik dalam mengkomunikasikan pesanya kepada

masyarakat adalah dengan musik sebagai media yang merekai pakai. Mereka mempunyai

pesan yang bervariasi dalam menggunakan musik untuk berbicara kepada komunikator.

Dengan adanya unsur-unsur musik seperti bunyi, irama, nada, musik menjadi sebuah

media yang tidak hanya membawa sebuah pesan dari musisi kepada komunikator, namun

musik menjadi sebuah media yang juga bisa menjadi media yang menghibur dan

menjelaskan pengalaman kepada pendengar.

2.3.1 Musik Hiphop

2Hiphop merupakan sebuah aliran musik, Hiphop awalnya merupakan sebuah

gerakan kebudayaan yang berasal dan dikembangkan oleh kaum afro-amerika dan latin-

amerika sekitar tahun 1970’an. The Bronx, New York merupakan awal dari musik hiphop

berkembang. Hal ini berdasarkan tari, puisi, seni visual, warisan sosial dan politik dari

Afrika, Amerika Afrika, Karibia dan komunitas imigran Latino di Amerika Serikat. Hip-

hop mulai sebagai bentuk independen, non-komersial musik dan budaya ekspresi.

Rap" adalah istilah yang sering digunakan bergantian dengan "hip-hop." Namun,

istilah "rap" memiliki nada yang lebih komersial dan lebih sering digunakan untuk

menggambarkan musik hip-hop dirilis dan dipromosikan oleh label rekaman besar dan

1 Arsidipta,2011:22. REPRESENTASI MAKNA PESAN NILAI-NILAI MOTIVASI

DALAM ALBUM ”FOR ALL”. 16 September 2013.

2 (www.Herihopers.com), 13 juli 2013

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12024/3/T1_362009024_BAB II... · BAB II KAJIAN TEORITIS ... kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar,

15

ditayangkan di komersial stasiun radio dan situs internet. Hiphop digunakan untuk

menggambarkan genre musiknya, sedangkan rap digunakan dalam teknik bernyanyi yaitu

berkata-kata sajak atau teks lagu dengan cepat dan ketukan musik.

“Grandmaster Flash” dan “The Furious Flash” merupakan kelompok yang

pertama kali mengenalkan musik hiphop. Pada kala itu musik hiphop merupakan media

mereka untuk menyuarakan tentang kekerasan dan peperangan antar geng yang terjadi.

namun ditangan seorang Afrika bernama Bambaataa musik hiphop digunakan untuk

perdamaian dunia yang mengurangi kekerasan antar geng di New York. Sampai hari ini

energi dari Bambaataa merupakan energi dari hiphop yang positif sampai hari ini.

Musik hiphop sendiri merupakan perpaduan dari MCing3, (lebih dikenal rapping),

DJing4, Breakdance, dan Grafiti. Belakangan ini elemen Hiphop juga diwarnai oleh

Beatboxing, Fashion, bahasa salng, dan gaya hidup lainnya. Untuk mengisi vokal dalam

musik hiphop digunakan teknik rap, yaitu berkata – kata cepat. Rap adalah merupakan

unsur dari musik hiphop sendiri.

Pada musik Hiphop dapat ditemukan unsur-unsur dimensi yang membangun

sebuah karya utuh. Dimensi dan unsur-unsur tersebut adalah:

1. Permainan kata secara Verbal (flow).

Permainan kata secara verbal dapat berupa pengulangan ritme dan intonasi

panduan irama dan memiliki jeda yang tetap (sung flow), pengulangan

juga dapat terjadi pada kata dan suku kata dari kalimat paad lirik lagu

(speech saturared flow).

2. Pola musikal (musical pattern).

Dalam musik hiphop pola musikal terbangun atas instrumen suara yang

menjadi pondasi dari aransemen, instrumen tersebut bisa dibedakan

berdasarkan atas penggunaan instrumenya. Instrumen tersebut dapat

menjadi suara utama (rhtmic) dapat digunakan sebagai suara latar

(memory). Dapat juga dimunculkan dalam jeda waktu tertentu pada lagu

(interlocutor). Musik Hiphop bisa menggunakan satu pola ritmik dominan

3 Mcing atau lebih dikenal rapping adalah teknik bekata-kata cepat.

4 Djing adalah elemen pertama dalam hiphop. Orang yang memainkan music rekaman untuk penonton.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12024/3/T1_362009024_BAB II... · BAB II KAJIAN TEORITIS ... kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar,

16

(unitary rhthm syle) maupun menggunakan beberapa pola ritmik secara

beraturan (multiple rhtym syle). (Pramudya, 2011:21-22)

2.4 Semiotika

Semiotika atau semiotik berasal dari kata Yunani, semeion yang berati “tanda”.

Secara terminologis, semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian

tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan

proses yang berlaku bagi tanda (Van Zoest,1996:1). Semiotik merupakan ilmu yang

mempelajari sederetan luas obyek-obyek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan

sebagai tanda.

Para ahli semiotik modern mengatakan bahwa analisis semiotik modern telah

diwarnai dengan dua nama yaitu seorang linguis dari Eropa Ferdinand de Saussure

(1857-1913) dan seorang filsuf Amerika yang bernama Charles Sanders Pierce (1839-

1914). Dalam perkembangan terakhir kajian mengenai tanda dalam masyarakat

didominasi karya filsuf dari Amerika, Charles Sanders Pierce. Kajian Pierce jauh lebih

terperinci daripada tulisan Saussure yang lebih programatis. Pierce menyebut model

sistem analisisnya dengan semiotik dan istilah tersebut telah menjadi istilah yang

dominan digunakan untuk ilmu tentang tanda.

Dalam teorinya Pierce mengungkapkan segitiga makna atau triangle meaning.

Elemen dari segitiga makna tersebut adalah tanda, obyek, dan interpretant. Tanda itu

sendiri berbentuk fisik dan dapat ditangkap panca indra, serta merujuk dan

merepresentasikan hal lain diluar tanda itu sendiri. Menurut Pierce tanda sendiri masih

diklasifikasikan kedalam tiga bagian yaitu, Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan),

Ikon (merupakan perwakilan fisik dari obyek), Indeks (tanda yang muncul karna adanya

sebab-akibat). Obyek adalah sesuatu yang dirujuk oleh tanda. Sedangkan interpretant

adalah orang yang membaca dan memahami tanda (Sobur, 2003:156-158).

Berbeda dengan Pierce, Saussure mengungkapkan teorinya dalam semiotika

dibagi menjadi dua yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah

berbentuk atau mempunyai wujud fisik dan dapat ditangkap panca indra. Sedangkan

petanda adalah makna atau konsep yang terdapat pada penanda tadi. Namun eksistensi

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12024/3/T1_362009024_BAB II... · BAB II KAJIAN TEORITIS ... kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar,

17

dari semiotika Saussure ini adalah konvensi dari penanda dan petanda yang ada, atau

yang biasa disebut Signifikasi.

Semiotika secara epistimologis menurut Roland Barthes adalah : Istilah semiotik

berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda disini didefinisikan sebagai

sesuatu atas dasar konvensial sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap

mewakili sesuatu yang lain. Sedangkan secara terminologis dapat didefinisikan sebagai

ilmu yang mempelajari sederetan luas obyek-obyek, peristiwa-peristiwa, seluruh

kebudayaan sebagai tanda. Dimana aliran konotasi pada waktu menelaah sistem tanda

tidak berpegang pada makna primer, tetapi melalui makna konotasi (Van Zoest, 1996:5).

Lagu merupakan salah satu bidang terapan semiotika, dimana didalam sebuah

lagu mempunyai unsur-unsur yang dari sebuah film, dan terdapat banyak tanda-tanda

yang tersusun. Tanda-tanda yang tersusun tadi akan berkerjasama untuk mencapai tujuan

yang diharapkan. adanya unsure yang sama dengan film membuat konstruksi sebuah

lagu dan isinya, terdiri atas aspek-aspek “realitas” seperti individu, objek, peristiwa,

identitas kultural dan konsep abstrak lainnya.

Representasi ini bisa diliat dalam isi lirik dalam lagu dari tanda-tanda yang

divisualisasikan, oleh gambar atau adegan-adegan yang ada dalam sebuah video klip itu

sendiri. Hal yang penting dalam sebuah video klip adalah gambar dan lagu atau audio,

(lirik, dan suara dari lagu yang mengiringi gambar-gambar). (Zoest, 1996).

Musik menjadi hal utama dalam sebuah lagu dan saling berkaitan dengan lirik.

Musik atau lagu dan lirik dari lagu tersebut merupakan tanda-tanda yang memperkuat

dari isi sebuah lagu sendiri. Kesatuan ini yang membangun tanda yang mempunyai

makna yang didalamnya terkandung sebuah pesan. Suara atau musik secara semiotika

berfungsi tidak terlalu berbeda dengan isi dari lagu dan dapat disebutkan,

dikategorisasikan dan dianalisis dengan cara yang juga sebanding” (Zoest, 1996, :110).

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan teori Roland Barthes untuk

menganalisa lagu “Jogja Istimewa” ini. Roland Barthes meneruskan pemikiran Saussure

dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural

penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan

diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of

signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12024/3/T1_362009024_BAB II... · BAB II KAJIAN TEORITIS ... kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar,

18

(makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik

perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah

signifier-signified yang diusung Saussure. Barthes mengembangkan pola pemikiran

Saussure ini dengan mengungkapkan adanya tahap konotasi yang dari tahapan ini

munculah mitos.

2.4.1 Semiotika Roland Barthes

(Philip Tody, 1999:190). Roland Barthes adalah salah satu filsuf yang

berasal dari Prancis. Ia lahir di kota Cherbourg pada 1915 dan dibesarkan di kota

Bayonne serta Paris. Barthes menempuh pendidikan di French Literature Classics

Universitas Paris. Dia pernah mengajar sastra di Rumania dan Mesir, selanjutnya

ia begabung dengan The centre nation de recherche scientifique. Barthes

memusatkan penelitianya pada sosiologi dan leksikologi

Roland barthes ini dikenal sebagai penerus pemikiran Saussure, namun

Barthes tidak berhenti pada tahap bahasa dan makna yang terkandung saja.

Pemikiran Barthes melampaui Saussure terutama ketika ia menggambarkan

makna Ideologis yang disebutnya sebagai mitos. Namun pemikran Barthes juga

dipengaruhi oleh filsuf-filsuf lainya seperti Karl Max dan Sigmund Freud.

Karl Max menjadi salah satu filsuf yang juga mempengaruhi pemikiran

Barthes tentang masyarkat Proletar dan Borjuis (yang tertindas dan menindas).

Hal ini yang dilihat Barthes dengan memimjam pemikiran Karl Max dalam

menganalisa masalah Borjuis dan Proletar. Jika Max melihat masalah sosial yang

terjadi, Barthes mencoba melihat ideologi yang ada dalam kehidupan sehari-hari

yang ada di Prancis pada masa itu. Ideologi Borjuis sangat dominan pada saat itu,

Max berpusat pada ekomi sosial yang terjadi saat itu, sedangkan Barthes

mengungkapkan ideologi yang dijumpai dalam kesharian masyarakat.

Dalam buku Sigmund Freud yang berjudul The Interpretation of Dream

merupakan salah satu juga yang mempengaruhi pemikiran Barthes. Bagi Freud,

jiwa manusia merupakan suatu bukti atau perwakilan dari makna perilaku (Sign)

dan mimpi (Signifier). Freud membedakan kedua hal tersebut. Baginya ada yang

lebih nyata yaitu kesatuan fungsional dari kedua hal tersebut. Kesatuan dari kedua

hal inilah yang diesbut Freud adalah sisitem yang kedua, dimana sistem yang

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12024/3/T1_362009024_BAB II... · BAB II KAJIAN TEORITIS ... kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar,

19

kedua ini mempunyai makna yang tersembunyi (kandungan) dari mimpi.

Disinilah makna yang sebenarnya muncul, yang mempunyai situasi yang lengkap

dan lebih dalam. Hal inilah yang terlihat dari semiologi Barthes tentang ”Mitos”,

dimana satu petanda memiliki berbagai penanda. Penulis akan memaparkan teori

Roland Barthes yang mempunyai tiga bagian yaitu Denotasi, Konotasi, dan Mitos.

2.4.1.1 Denotasi

”MITOS GERWANI”. 2009. FIB UI. Raras Cristian Martha.5.

Tahap denotasi ini adalah tahapan yang dipaparkan oleh Saussure, dimana

tahapan ini mengenal dua bagian dikotonomi. Penanda dan petanda merupakan

bagian dari dikotonomi ini, dimana penanda dilihat sebagai bentuk fisik, atau apa

yang tertangkap oleh indera. Sedangkan petanda adalah makna yang terungkkap

melalui konsep. Dalam tahapan ini penanda dan petanda merupakan satu kesatuan

yang tidak bisa dipisahkan dan nilai dari tahapan ini adalah adanya konvensi

makna dari lingkungan sosial.

Sebagai pengikut Saussure, Barthes mencoba untuk mengembangkan teori

Semiotika Saussure. Tetapi, dia tidak berhenti pada tanda dan petanda saja, karena

Barthes berpendapat bahwa dalam masyarakat tanda diproduksi dan dipahami

serta berkembang dalam dua sistem. Pertama sistem primer (sistem semiologi

tingkat pertama) yang merupakan konvensi masyarakat. Signifikasi pada tahap

pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda

terhadap realitas eksternal dan didalamnya ada konvensi sosial. Ia menyebutnya

sebagai denotasi yaitu makna paling nyata dalam tanda (makna sebenarnya).

Denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap suatu obyek.

Denotasi adalah makna yang dikenal umum dan dominan. Denotasi adalah

makna apa yang bukan pasti benar, namun sifat yang diharapkan dari denotasi

adalah sfat yang diharapkan kebenaranya. Karena sifatnya ini denotasi

mempunyai hubungan kesepakatan yang tinggi antara penanda dan petandanya.

Menurut Barthes, pada tingkat denotasi, bahasa menghadirkan konvensi atau

5 MITOS GERWANI. 2009. FIB UI. Raras Cristian Martha. (17 September 2013.)

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12024/3/T1_362009024_BAB II... · BAB II KAJIAN TEORITIS ... kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar,

20

kode-kode sosial yang bersifat eksplisit, yakni kode-kode yang makna tandanya

segera naik kepermukaan berdasarkan relasi penanda dan petandanya (Budiman,

Yogyakarta, 2011:6).

2.4.1.2 Konotasi

Roland Barthes meneruskan pemikiran Saussure tersebut dengan

menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan cultural

penggunanya, interaksi anatara konvensi dalam teks dengan konvensi yang

dialami dan diharapkan oleh penggunaya. Gagasan barthes ini dikenal dengan

“order of signification”, disinilah tahapan konotasi mulai bekerja (Sobur, 2006).

Konotasi adalah istilah yang digunakan oleh Barthes untuk menjelaskan

signifikasi tahap kedua atau tahapan sekunder. Penanda dan petanda pada tahap

pertama tadi sekaligus juga menjadi penanda dan petanda pada tahap kedua,

dimana pada tahap kedua ini akan menimbulkan makna ganda atau makna

konotasi sekaligus mengandung kedua tanda denotatif tadi pada signifikasi kedua

ini.

Hal ini menggambarkan proses bertemunya tanda dengan emosi si

pembaca tanda serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi melibatkan simbol-

simbol, historis dan hal-hal yang berhubungan dengan emosi. Dalam tahap

konotasi inilah penulis akan menemukan makana ganda yang lahir yang tidak bisa

didapat pada medan atau area denotasi, karna tanda-tanda yang terlibat tadi akan

membentuk penanda-penanda konotasi atau konotator pada signifikasi kedua ini

yang akan memunculkan mitos (Kusumarini, 2006).

Didalam semiologi Roland Barthes dan para pengikutnya, denotasi

merupakan signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat

kedua. Dalam hal ini denotasi lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna.

Sebagai reaksi untuk melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini,

Roland Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada

hanyalah konotasi. Roland Barthes lebih lanjut mengatakan bahwa makna

”harfiah” merupakan sesuatu yang bersifat alamiah (McQuaill, 2000).

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12024/3/T1_362009024_BAB II... · BAB II KAJIAN TEORITIS ... kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar,

21

Bagan 2.1. Order of signification Roland Barthes

(Sumber: McQuaill,2000)

Dari sistem signifikasi kedua inilah terbentuk mitos mitos yakni suatu

sistem komunikasi yang merupakan sebuah pesan. Mitos tidak dapat menjadi

sebuah obyek, sebuah konsep, dan sebuah ide karena mitos adalah sebuah metode

penandaan yakni adalah sebuah bentuk. Ketika suatu analisis semiotik sudah

sampai tahapan mitos maka makna dari pesan yang terungkap dari obyek sudah

memasuki tahapan tertinggi dalam kajian yang dilakukan (Sobur, 2003:69).

2.4.1.3 Mitos

(Barthes, 2004). Pemikiran Barthes tentang mitos melampaui apa yang

telah dipikirkan Saussure, dimana Barthes mengungkapkan Mitos terbentuk pada

tahap sekunder atau tahap konotasi, dimana Pemikiran Saussure bahwa makna

adalah apa yang didenotasikan oleh tanda. Sedangkan pemikiran Barthes

melahirkan tahapan sekunder atau mengungkapkan signifikasi kedua, pada

tahapan konotasi ini akan mendenotasikan sesuatu hal yang ia sebut sebagai

mitos. Mitos inilah yang akan membawa kita kedalam sebuah Ideologi yang

tersembunyi atau sebuah pesan yang tertutup oleh tanda-tanda yang ada.

Ideologi bersembunyi di balik mitos, hal ini dikarenakan karena

ketidaksadaran kita terhadap ideologi tersebut yang tertutupi oleh tanda-tanda

yang ada. Ketidaksadaran adalah sebentuk kerja ideologis yang memainkan peran

dalam tiap representasi. Barthes menegaskan bahwa cara kerja pokok mitos

adalah naturalisasi sejarah, karna sebuah mitos akan menggambarkan keadaan

dunia yang seolah-olah terberi begitu saja secara alami.

konotasi

denotasi

signifier

signified

mitos

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12024/3/T1_362009024_BAB II... · BAB II KAJIAN TEORITIS ... kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar,

22

(Fiske, 2010:123). Barthes juga memberikan penekanan bahwa mitos

dipahami sebagai sesuatu yang bisa berubah dan beberapa diantaranya dapat

berubah dengan cepat guna memenuhi kebutuhan perubahan dan nilai-nilai

kultural dimana mitos itu sendiri menjadi bagian dari kebudayaan tersebut. Satu

mitos timbul untuk sementara waktu dan tenggelam untuk waktu yang lain karena

digantikan oleh berbagai mitos lainnya. Tidak ada mitos yang universal pada

suatu kebudayaan saja. Yang ada adalah mitos yang dominan namun di situ ada

juga kontramitos (counter-myths), dimana ada individu-individu yang

menenentang atau mempunyai pemukiran lain dari mitos yang ada.

Dalam bukunya yang berjudul “MITOLOGI”, Barthes menyatakan bahwa

mitos merupakan sebuah tipe wicara (a type of speech), segala sesuatu bisa

menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos bukanlah

sembarangan tipe, bahasa membutuhkan syarat khusus agar bisa menjadi mitos.

Yang perlu dipahami di sini adalah bahwa mitos merupakan sebuah sistem

komunikasi, bahwa dia adalah sebuah pesan. Hal ini akan memungkinkan

munculnya pandangan bahwa mitos tidak bisa menjadi sebuah objek, konsep atau

ide, karena mitos adalah konsep penandaan (signification) sebuah bentuk.

2.4.1.4 Peta Roland Barthes

Untuk memudahkan tentang bagaimana proses pemaknaan dua tahap

tersebut berlaku, Barthes menciptakan peta bagaimana tanda-tanda itu bekerja

Bagan 2.2 Peta tanda Roland Barthes

Sumber: (Sobur, 2006:70)

1. signifier 2. signified

3. denotative sign

4. connotative signifier 5.connotativesignified

6. connotative sign

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12024/3/T1_362009024_BAB II... · BAB II KAJIAN TEORITIS ... kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar,

23

Dari peta tanda Barthes di atas, terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri

dari atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi pada saat yang bersamaan,

tanda denotatif adalah juga konotatif (4). Jadi dalam konsep Barthes tanda

konotatif tidak hanya sekedar memiliki makna tambahan tetapi juga mengandung

kedua tanda denotatif yang melandasi keduanya. Dalam hal ini, denotasi justru

lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Konotasi menurut Barthes identik

dengan operasi ideologi yang disebutnya sebagai mitos dan befungsi untuk

mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang

berlaku dalam suatu periode tertentu dalam tahapan analisis data (Sobur,

2006:70).

Dengan menggunakan teori Barthes ini penulis akan meneliti lagu ”Jogja

Istimewa”. Hal ini dikarenakan penulis mencari makna Denotasi, yang dimana

tahap pada tanda pertama ini menjelaskan tentang hubungan antara penanda dan

petanda pada relaitas, yang menghasilkan makna langsung, pasti, atau makna

sebenarnya (Fiske, 1990:88). Ini adalah tahap pertama atau tahap primer dari

analisa Barthes, dengan tahapan ini penulis akan menjelaskan tanda-tanda yang

ada dalam lagu ”Jogja Istimewa” ini secara denotatif.

Tanda dari tahapan pertama ini juga sekaligus menjadi pijakan penulis

untuk masuk ketahapan kedua, atau tahapan sekunder. Dimana tanda yang ada

ditahap pertama tadi menjadi penanda pada tanda kedua ini, tahapan inilah yang

disebut tahap konotasi, adalah makna ganda yang lahir dalam tanda kedua ini

(Kusumarini, 2006). Darsinilah

penulis akan mencari makna ganda yang ada pada tanda-tanda dalam lagu ”Jogja

Istimewa”, yang kemudian penulis akan mencari pesan dari video klip ini. Karena

pada tahapan kedua ini ”mitos” mulai bekerja pada tahapan ini.

Mitos adalah sebuah alat yang digunakan oleh pembuat teks untuk

menyampaikan pesan yang dibawa. Dari tahapan konotatif ini penulis mencoba

untuk melihat tanda-tanda secara intratekstual dan kemudian intertekstual

(Barthes, 2004). Hal ini dikarenakan penulis mencari tahu mitos-mitos yang

dibawa oleh lagu ”Jogja Istimewa” secara natural, yang kemudian penulis

mencoba membaca dari mitos-mitos yan ada untuk mencari tahu lapisan yang

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12024/3/T1_362009024_BAB II... · BAB II KAJIAN TEORITIS ... kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar,

24

paling mendalam dari teori roland Bathes ini yaitu pesan atau ideologi yang

tersembunyi yang ada dalam lagu”Jogja Istimewa” ini.

2.5 Teknik pengambilan Gambar

Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan

kamera dengan obyek yang diambil, serta teknik-teknik kamera yang dipakai dalam

mengambil gambar (Pratista,2008:2). Pengambilan gambar terhadap obyek bisa

dilakukan dengan teknik-teknik kamera yang akan penulsi paparkan dibawah ini, terknik

pengambilan gambar akan memperlihatkan sudut pandang yang berbeda yang dapat

menimbulkan suatu kesan yang bisa memperkuat gambar tersebut dalam menyampaikan

suatu komunikasi.

Tabel 2.1 Pengambilan gambar pada objeknya

LOW ANGLE Teknik pengambilan dari bawah obyek

sehingga obyek terlihat jadi besar dan

mempunyai kesan agung , berwibawa,

kuat, dan dominan.

EYE LEVEL Sudut pengambilan gambar sejajar dengan

obyek, sehingga hasilnya member

tangkapan mata dari seseorang. Kesan

yang timbul dari teknik ini adalah kesan

wajar.

FROG EYE Sudut pengambilan gambar dengan

ketinggian kamera sejajar dengan alas atau

dasar, juga lebih rendah dari obyek.

Hasilnya tampak seolah-olah mata

penonoton mewakili mata katak.

BIRD EYE VIEW Teknik pengambilan gambar dengan

ketinggian kamera berada dari atas obyek.

Hasilnya akan terlihat bahwa lingkungan

yang luas dan member kesan bahwa

benda-benda akan terlihat kecil dan

tampak berserakan.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12024/3/T1_362009024_BAB II... · BAB II KAJIAN TEORITIS ... kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar,

25

HIGH ANGLE Sudut pengambilan gambar dari atas

obyek, sehingga akan menimbulkan kesan

bahwa obyek terlihat kerdil.

2.5.1 Bahasa Visual

Ukuran gambar biasanya dikaitkan dengan tujuan pengambilan gambar,

tingkat emosi, situasi dan kodisi objek. Terdapat bermacam-macam istilah antara

lain:

Extreme Close Up (ECU/XCU): Pengambilan gambar yang terlihat sangat

detail dari bagian sebuah obyek atau bagian tubuh manusia seperti hidung,

mata, dan sebagainya.

Big Close Up (BCU): Pengambilan gambar dari bagian atas kepala hingga

dagu.

Close Up (CU): Gambar diambil dari jarak dekat, sehingga yang terlihat

hanya sebagian dari obyek seperti kepalanya saja atau bagian yang lainya.

Medium Shot (MS): Pengambilan gambar dari jarak sedang, jika

obyeknya orang maka yang terlihat separuh badanya saja.

Full Shot (FS) : Pengambilan gambar objek secara penuh dari kepala

sampai kaki.

Shot (LS) : Pengambilan secara keseluruhan. Gambar diambil dari jarak

jauh, seluruh objek terkena hingga latar belakang objek.

Medium Long Shot (MLS) : Gambar diambil dari jarak yang wajar,

sehingga jika misalnya terdapat 3 objek maka seluruhnya akan terlihat.

Bila objeknya satu orang maka tampak dari kepala sampai lutut.

2.5.2 Gerakan Kamera

Gerakan kamera akan menghasilkan gambar yang berbeda, beberapa

diantaranya adalah:

Zoom In/ Zoom Out : Kamera bergerak menjauh dan mendekati objek

dengan menggunakan tombol zooming yang ada di kamera.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12024/3/T1_362009024_BAB II... · BAB II KAJIAN TEORITIS ... kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar,

26

Framing : Objek berada dalam framing Shot. Frame In jika memasuki

bingkai dan frame out jika keluar bingkai.

Panning : Gerakan kamera menoleh ke kiri dan ke kanan dari atas tripod.

Tilting : Gerakan kamera ke atas dan ke bawah. Tilt Up jika kamera

mendongak dan tilt down jika kamera mengangguk.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12024/3/T1_362009024_BAB II... · BAB II KAJIAN TEORITIS ... kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar,

27

2.6 Kerangka Pikir.

Rotra

Budaya Jawa

Jogja HipHop Foundation

KI Jarot (Jahanam, kill the DJ, Rotra)

HipHop Jawa

Mengeluarkan video klip “Jogja Istimewa”

(Analisis Semiotika

Roland Barthes)

1.Denotosi makna

2.Konotasi makna

3. Mitos

Musik Hiphop

Makna Pessan

“Keistimewaan

Jogjakarta”