bab ii tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah suatu proses penataan de
ngan melibatkan sumber–sumber potensial baik yang
bersifat manusia maupun yang bersifat non manu
sia dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan
efisien (Burhanuddin dkk,2003:4). Menurut George
Terry dalam Sagala (2013:53) adalah
”management is a distinct prosess consisting of
planning, organizing, actuating, and controlling,
performed to determine and accomplish stated
objetctives by the of human beings and other
resources.”
Kutipan diatas mempunyai arti bahwa manaje
men adalah suatu proses perencanaan, pengorgani
sasian, pelaksanaan dan pengontrolan melalui orang
atau sumber daya lain untuk mewujudkan tujuan.
Proses yang di kemukakan George Terry inilah yang
secara populer dikenal dengan singkatan POAC
(planning, organizing, actuating, controlling).
Disisi lain Ali Imron (2003:4) menyebutkan
manajemen adalah kemampuan atau ketrampilan
untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka menca
pai tujuan.
Ada pendapat lain yang sepadan dengan
pendapat tersebut adalah tiga unsur penting dalam
manajemen yaitu sekelompok orang, kerjasama, dan
tujuan yang akan ditetapkan. Dalam kelompok orang
itu ada seorang manajer yang memfasilitasi kerjasa
10
ma antar anggotanya untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Novan Ardy Wiyani, 2013:49)
Berdasarkan teori diatas manajemen adalah
suatu ketrampilan seorang manajer dalam perencana
an, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan
melalui orang atau sumber daya lain untuk mewujud
kan tujuan tercapai secara efektif dan efisien. Ada
pun penjelasannya sebagai berikut :
2.1.1 Perencanaan
Banghart dan Trull dalam Sagala (2010:56)
mengemukakan: ”Educational planning is first all a
rational prosess” artinya perencanaan pendidikan
adalah langkah paling awal dari semua proses
rasional. Perencanaan pada dasarnya merupakan
suatu proses memikirkan dan menetapkan secara
matang arah, tujuan dan tindakkan sekaligus meng
kaji berbagai sumber daya dan metode yang tepat.
Pengertian serupa dikemukakan oleh Gibson
dalam Sagala (2010:56).” perencanaan mencakup
kegiatan menentukan sasaran dan alat sesuai untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.” Perencana
an yang dibuat secara matang akan berfungsi
sebagai kompas untuk mencapai tujuan organisasi.
Sergiovanni dalam Sagala (2010:57) menegas
kan:”plans are guides, approximation, goal post, and
compass setting not irrevocable commitments or
dicision commandments .” Hal ini menunjukan peren
canaan adalah tuntutan, taksiran, pos tujuan, dan
11
letak pedoman, yang telah jadi komitmen dan per
nyataan keputusan yang tidak dapat ditarik kembali
yang diatur dan disepakati secara bersama-sama
oleh kepala sekolah dan staf.
Sagala (2013:58) juga menyampaikan perenca
naan adalah proses menentukan sarana, alat,
tuntutan-tuntutan, taksiran, pos-pos tujuan, pedo
man, kesepakatan yang menghasilkan program-
program yang terus berkembang.
Berdasarkan uraian diatas tergambar bahwa
perencanaan merupakan proses sarana, alat, dan
tuntutan yang bertujuan membantu terlaksananya
program sekolah. Perencanaan harus luwes, mampu
menyesuaikan diri terhadap kebutuan, dapat diper
tanggungjawabkan, dan menjadi proses tahapan-
tahapan yang dikehendaki.
2.1.2 Pengorganisasian
Mengorganisasi adalah proses mengatur,
mengalokasikan dan mendistribusikan pekerjaan,
wewenang, dan sumber daya di antara anggota
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Stoner
(dalam Tim Dosen, 2011:94) menyatakan bahwa
mengorganisasikan adalah proses mempekerjakan
dua orang atau lebih untuk bekerjasama dengan
cara terstruktur guna mencapai sasaran spesifik
atau beberapa sasaran pengorganisasian yang tepat
akan membuat posisi orang jelas dalam stuktur dan
pekerjaannya melalui pemilihan, pengalokasian dan
12
pendistribusian kerja yang profesional. Gorton
dalam Sagala (2013:58)
”Organizing the school involves more that
identifying positif and defining relationship on
an organizing chart, the most important factor
that an administrator should consider in
organizing a school are the people associated
with it .”
Salah satu prinsip pengorganisasian terbaginya
tugas dalam berbagai unsur organisasi dengan kata
lain pengorganisasian yang efektif adalah membagi
habis dan menstruktur tugas-tugas kedalam sub-sub
atau komponen-komponen organisasi secara propo
sional.
2.1.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan, pengimplementasi, atau penggerak
(actuating) merupakan proses implementasi program
agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam
organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak
dapat bertanggung jawab dengan penuh kesadaran
dan produktivitas yang tinggi (Saiful,2010:8). Proses
motivasi berarti mendorong semua pihak agar mau
bekerja sama, ikhlas dan bergairah untuk mencapai
tujuan yang sesuai dengan rencana – rencana yang
telah di tentukan atau yang telah ditentukan atau di
organisir sebelumnya. Menggerakkan (actuating)
menurut George Terry dalam Sagala (2013:60) berarti
merangsang anggota kelompok melaksanakan tugas-
tugas dengan antusias dan kemampuan yang baik.
13
Maka kepemimpinan kepala sekolah mempunyai
peran yang sangat penting dalam menggerakkan
personal sekolah.
Dari ketiga pendapat pelaksanaan adalah
melaksanakan tugas dengan antusias dan penuh
tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang
direncanakan.
2.1.4 Pengawasan
Pengertian pengawasan dari beberapa pakar
dalam Sagala (2010:65). Pertama, Stoner menyatakan
pengawasan adalah mencatat perkembangan ke arah
tujuan dan memungkinkan mendeteksi penyimpang
an dari perencanaan tepat pada waktunya untuk
mengambil tindakkan korektif sebelum terlambat.
Kedua, Hadari Nawawi menegaskan bahwa pengawas
an berarti kegiatan mengukur tingkat efektifitas kerja
personal dan tingkat efensiensi penggunaan metode
dan alat tertentu dalam usaha mencapai tujuan.
Ketiga, Johnson mengemukakan pengawasan sebagai
fungsi sistem yang melakukan penyesuaian terhadap
rencana, mengusahaan agar penyimpangan-penyim
pangan tujuan sistem hanya dalam batas-batas yang
dapat ditoleransikan. Dari ketiga pendapat yang
disampaikan tersebut pegawasan adalah sebagai
salah satu kegiatan mengetahui realisali perilaku
personal dan tingkah laku agar tercapainya tujuan
sesuai dengan rencana secara tercatat untuk mengu
kur tingkat efektifitas kerja.
14
2.2 Manajemen Pendidikan
Menurut Burnauddin (2003:5) manajemen
pendidikan adalah suatu proses penataan kelemba
gaan pendidikan dengan melibatkan sumber –
sumber potensi, baik yang bersifat manusia maupun
non manusia dalam rangka mencapai tujuan pendi
dikan secara efektif dan efisien.
Ali Imron menyampaikan manajemen pendidik
adalah perencanaan pendidikan, pengorganisasian
pendidikan, penggerakan pendidikan dan pengawas
an pendidikan yang dilaksanakan secara siklik,
karena begitu proses akhir (pengawasan) telah
dilalui, kembali lagi ke proses pertama (perencana
an).
Dari pengertian Burhanudin dan Ali Imron ,
maka penulis mendefinisikan manajemen pendidik
an sebagai suatu proses perencanaan, pengorga
nisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam menge
lola sumber daya yang berupa man, money, materi
als, method, machines, market, minute dan informa
tion untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien
dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan secara
siklik, maka setelah pengawasan dilanjutkan ke pere
ncanaan melalui evaluasi program sehingga terben
tuk program yang lebih baik.
15
2.3 Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan termasuk salah satu
bagian dari manajemen sekolah secara keseluruhan.
Menurut Rohiat (2010:25) tujuan manajemen kesis
waan adalah menata proses kesiswaan, yang meliputi
perencanaan penerimaan murid baru, pembinaan
siswa dan kelulusan selain itu manajemen kesiswaan
menitik beratkan pada pelayanan siswa secara indi
vidu dengan harapan agar para siswa dapat berkem
bang sesuai dengan bakat, kemampuan dan perbeda
an individu masing – masing. Rohiat (2010:25) juga
menyampaikan dalam manajemen kesiswaan pembe
rian pelayananan kepada siswa di sekolah agar siswa
menyadari posisi dirinya sebagai pelajar dan tugas
nya dengan baik.
Sedangkan menurut Ali Imron (2003:53) mana
jemen kesiswaan sebagai wahana bagi peserta didik
untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik
yang berkenaan dengan segi individualitas, segi sosi
al, aspirasi, segi kebutuan dan potensi-potensi peser
ta didik.
Dari kedua pendapat tersebut manajemen
kesiswaan merupakan wahana bagi peserta didik
untuk yang bermanfaat untuk mengembangkan
potensi diri septimal mungkin, baik yang berkenaan
dengan segi individualitas, segi sosial, aspirasi, segi
kebutuan.
16
2.4 Ekstrakurikuler
2.4.1 Pengertian Ektrakurikuler
Kurikulum dapat dikatakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Dalam kurikulum ada
program yang bersentuhan langsung dengan pro
gram pendidikan inti, yang dinamakan program
kurikuler, dan program penunjang yang sifatnya
membantu ketercapaian tujuan yang disebut pro
gram ektrakurikuler (Sanjaya,2008:12.00). Pada Kuri
kululum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai
kurikulum yang berlaku di Indonesia, didalam
strukturnya yang ketiga yaitu pengembangan diri.
Penggunaan istilah pengembangan diri dalam kebija
kan kurikulum memang relatif baru. Dalam literatur
tentang teori pendidikan, istilah pengembangan diri
tampak dapat diselaraskan dengan istilah pengem
bangan kepribadian, mesti istilah diri (self) tidak
identik dengan kepribadian (personality). Menurut
Freud dalam Supratik (2003:13) ego atau diri merupa
kan eksekutif kepribadian untuk mengontrol tindak
an (perilaku) dengan mengikuti prinsip kenyataan
atau rasional, untuk membedakan antara hal-hal
yang terdapat dalam batin seseorang dengan hal-hal
yang terdapat di dunia luar.
Dengan memperhatikan dasar teoritik tersebut
diatas, aspek pengembangan diri dapat dilihat dari
arah dan hasil yang diharapkan dari kegiatan pe
ngembangan diri disekolah yaitu terbentuk keyakin
17
an, sikap, perasan, dan cita-cita peserta didik yang
realistis sehingga peserta didik memeliki kepribadian
yang utuh. Secara konseptual tercantum dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006, dan lebih terinci lagi dalam kegiatan
ekstrakurikuler yang tercantum dalam Permendik
bud No.62 tahun 2014 disebutkan:
ekstrakurikuler adalah kegiatan kulikuler yang
dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar di
bawah bimbingan dan pengawasan satuan
pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler di selengga
rakan dengan tujuan untuk mengembangkan
potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian,
kerjasama, dan kemandsirian peserta didik secara
optimal dalam rangka mendukung pencapaian
tujuan pendidikan nasional.
Sejalan dengan peraturan tersebut yang
menjadi tujuan dari kegiatan pengembangan potensi
adalah:
Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap
peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah,
Kegiatan pengembangan diri tersebut difasilitasi
atau dibimbing oleh konselor, guru atau tenaga
kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk
kegiatan ekstrakurikuler (Kunandar,2007:125)
Mikarsa (2007:10.29) menyebutkan kegiatan
ektrakurikuler merupakan kegiatan pengayaan dan
kegiatan perbaikan yang berhubungan dengan pro
gram kurikuler. Kegiatan ektrakurikuler diselenggara
kan agar anak lebih mengkaitkan antara pengetahu
18
an yang diperoleh dalam program kurikuler dengan
keadaan dan kebutuhan lingkungan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan
tambahan diluar struktur program dilaksanakan
diluar jam pelajaran biasa agar dengan tujuan untuk
mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan,
kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta
didik secara optimal sesuai keadaan dan kebutuhan
lingkungan.
Dalam Permendikbud No.62 tahun 2014 juga
dicantumkan kegiatan ektrakurikuler ada 2 yaitu
kegiatan ektrakurikuler wajib adalah kegiatan
ektrakurikuler yang wajib diselenggarakan oleh
satuan pendidikan dan wajib diikuti oleh seluruh
peserta didik yaitu pramuka, sedangkan kegiatan
ektrakurikuler pilihan adalah kegiatan ektra- kuriku
ler yang dapat dikembangkan dan diseleng- garakan
oleh satuan pendidikan dan dapat diikuti oleh
peserta didik sesuai bakat dan minat masing-masing.
Dengan demikian keberadaan ektrakurikuler mampu
menjadi penyalur bakat dan minat siswa.
2.4.2 Fungsi Ektrakurikuler
Kegiatan ektrakurikuler merupakan seperang-
kat pengalaman belajar yang memiliki nilai-nilai
manfaat bagi pembentukan kepribadian siswa (Suryo
subroto,2002:287). Adapun tujuan ekstrakuri- kuler
menurut Derektorat Pendidikan adalah mening
19
katkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor,
mengembangkan bakat dan minat peserta didik
dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan
manusia seutuhnya. Dalam Ali Imron (2003:60) kegi
atan ektrakulikuler sangat menunjang dan mendu
kung efek jangka panjang terutama bagi pengem
bangan pribadi peserta didik secara utuh. Sanjaya,
(2008:12.00) menyebutkan alasan program ektraku
rikuler dianggap penting adalah untuk memberi
pemahaman kepada anak didik tentang esensi
program kurikuler dan program ektrakurikuler diha
rapkan dapat melayani minat siswa yang sangat
beragam, yang tidak terlayani dalam program kuri
kuler yang terstruktur.
Keberadaan ektrakurikuler juga membantu
keberhasilan program kurikuler, karena dalam
kegiatan ektrakurikuler dapat berbentuk pengayaan
dan kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan
program kurikuler. Sanjaya (2008:12.5) menyam
paikan program ektrakurikuler diarahkan untuk
mendukung keberhasilan program kurikuler yang
lebih menitik beratkan pada pencapaian program
akademik melalui upaya perbaikan dan pengayaan.
Dari uraian diatas kegiatan ektrakurikuler
adalah seperangkat pengalaman belajar yang
memiliki nilai manfaat bagi pembentukan kepriba
dian siswa dengan tujuan meningkatkan kemam
puan kognitif, afektif, dan psikomotor, serta
mengembangkan bakat dan minat peserta didik
menuju pembinaan manusia seutuhnya yang memili
20
ki efek jangka panjang serta memberi pemahaman
kepada anak didik tentang esensi program kurikuler
melalui upaya perbaikan dan pengayaan.
2.4.3 Pelaksanaan Ektrakurikuler
Sanjaya (2008:12.4) menyampaikan kegiatan
ektrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan
diluar jam pelajaran. Mikarsa (2007,10.29) juga
mengatakan hal yang sama dan menambahkan
terdapat susunan program sesuai dengan keadaan
dan kebutuhan sekolah.
Dilihat dari ruang lingkupnya kegiatan
ekstrakurikuler terdiri atas ekstrakurikuler wajib
yaitu ekstrakurikuler yang wajib di selenggarakan
oleh satuan pendidikan dan wajib di ikuti oleh
seluruh peserta didik yaitu pendidikan kepramu
kaan dan kegiatan ekstrakurikuler pilihan merupa
kan program ekstrakurikuler yang dapat diikuti oleh
peserta didik sesuai dengan bakat dan minat peserta
didik. Adapun bentuk kegiatan ekstrakurikuler pilih
an berupa (Permendikbud No.62 tahun 2014)
1. Krida : meliputi Kepramukaan, Latihan Kepemim
pinan Sekolah (LKS), Palang Merah Remaja (PMR),
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pasukan Pengi
bar Bendera (Paskibraka), dan yang lainya;
2. Karya Ilmiah : Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), Kegi
atan penguasaan keilmuan dan kemampuan aka
demik, penelitian, dan penelitian;
3. Latihan/olah bakat : pengembangan bakat olahra
ga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik,
21
teater, teknologi informasi dan komonikasi, rekaya
sa, dan lainnya;
4. Keagamaan : pesantren kilat, ceramah keagama
an, bacatulis alquran, retreat.
Menurut Suryosubroto (2002:290) banyak ma
cam dan jenis ektrakurikuler yang dilaksanakan
disekolah-sekolah dewasa ini, mungkin tidak ada
yang sama dalam jenis maupun pengembangannya.
Berdasarkan Permendikbud No.62 tahun 2014 dan
pendapat Suryosubroto suatu sekolah boleh melaksa
nakan kegiatan ektrakurikuler pilihan menurut kea
daan sekolah masing - masing .
Dalam usaha membina dan mengembangan
program ekstrakurikuler ada hal-hal yang perlu
diperhatikan yaitu (1) Materi kegiatan yang dapat
memberikan pengayaan bagi siswa (2) Materi yang
tidak terlalu membebani siswa (3) Memanfaatkan
potensi alam lingkungan dan (4) Memanfaatkan
kegiatan-kegiatan industri dan dunia usaha Mulyasa
(2003:120)
Adapun prinsip kegiatan ektrakurikuler dalam
Permendikbud No.62 tahun 2014, Kegiatan ektra
kurikuler pada satuan pendidikan dikembangkan
dengan prinsip: (1) Partisipasi aktif yakni bahwa
kegiatan ektrakurikuler menurut keikutsertaan peser
ta didik secara penuh sesuai dengan minat dan pilih
an masing-masing; dan (2) menyenangkan yakni bah
wa kegiatan ektrakurikuler dilaksanakan dalam
suasana yang menggembirakan bagi peserta didik.
Lingkup kegiatan ektrakurikuler meliputi: 1)
Individual, yakni kegiatan ektrakurikuler yang diikuti
22
oleh peserta didik secara perorangan; 2) Berkelom
pok, yakni kegiatan ektrakurikuler yang diikuti oleh
peserta didik secara: berkelompok dalam satu kelas
klasikal, berkelompok dalam kelas paralel, dan ber
kelompok antar kelas (Permendikbud No.62 tahun
2014).
Menurut Suryosubroto (2002:289) banyak
klub dan organisasi yang bersifat ektrakurikuler
tetapi langsung berkaitan dengan mata pelajaran di
kelas, diantaranya adalah seni musik/karawitan,
drama, olahraga, publikasi dan klub-klub yang tidak
berhubungan langsung dengan mata pelajaran
seperti klub piknik dan pramuka. Adapun mekanis
me kegiatan ektrakurikuler ini ditinjau dari pengem
bangan, pelaksanaan, penilaian, evaluasi dan daya
dukung.
Dalam Permendikbud No.62 tahun 2014,
1. Pengembangan
Pengembangan kegiatan ekstrakurikuler pilihan di
satuan pendidikan dapat dilakukan melalui
tahapan: (1) analisis sumber daya yang diperlukan
dalam penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler;
(2) identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat
peserta didik; (3) menetapkan bentuk kegiatan
yang diselenggarakan; (4) mengupayakan sumber
daya sesuai pilihan peserta didik atau menyalur
kannya ke satuan pendidikan atau lembaga
lainnya; (5) menyusun program kegiatan ekstra
kurikuler.
2. Pelaksanaan
Penjadwalan kegiatan ekstrakurikuler pilihan
dirancang di awal tahun pelajaran oleh pembina di
bawah bimbingan kepala sekolah/madrasah atau
23
wakil kepala sekolah/madrasah. Jadwal Kegiatan
ekstrakurikuler diatur agar tidak menghambat
pelaksanaan kegiatan intra dan kokurikuler.
3. Penilaian
Kinerja peserta didik dalam kegiatan ekstra
kurikuler perlu mendapat penilaian dan dideskrip
sikan dalam raport. Kriteria keberhasil annya
meliputi proses dan pencapaian kompetensi peser
ta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler yang
dipilihnya. Penilaian dilakukan secara kualitatif.
Peserta didik wajib memperoleh nilai minimal
“baik” pada pendidikan kepramukaan pada setiap
semesternya. Nilai yang diperoleh pada pendidikan
kepramukaan berpengaruh terhadap kenaikan
kelas peserta didik. Bagi peserta didik yang belum
mencapai nilai minimal perlu mendapat bimbingan
terus menerus untuk mencapainya.
4. Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler dilakukan untuk
mengukur ketercapaian tujuan pada setiap
indikator yang telah ditetapkan dalam perencana
an satuan pendidikan.
Dalam permendikbud No.62 tahun 2014
Sebelum pelaksanaan, perlu disusun rencana kegiat
an ekstrakurikuler yang memuat unsur-unsur sasar
an kegiatan, substansi kegiatan, pelaksanaan kegiat
an dan pengorganisasian, jadwal kegiatan (waktu
dan tempat pelaksanaan), supervisi pelaksanaan
dan asumsi yang di siapkan.
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di laku
kan sesuai jadwal yang sudah dirancang pada awal
tahun yang tercantum dalam kurikulum sekolah,
jadwal diatur sedemikian rupa sehingga tidak
menghambat pelaksanaan kegiatan kulikuler. Kegiat
an ekstrakurikuler dilaksanakan di luar jam pelaja
24
ran yang sudah terencana setiap harinya atau dalam
blok waktu.
Pada setiap akhir semester, untuk peserta
didik diberikan nilai yang dilaporkan secara kualitatif
maupun deskriptif pada kolom pengembangan diri di
laporan hasil belajar. Kreteria keberhasilan lebih
diutamakan oleh proses dan keikutsertaan peserta
didik dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dipan
tau, dievaluasi dan dibina melalui kegiatan pengawas
an oleh kepala sekolah dan oleh pihak yang secara
struktural /fungsional memiliki kewenangan membi
na kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Hasil pengawas
an di dokumentasikan, dianalisis dan ditindaklanjuti
untuk meningkatkan prestasi non akademik dari
siswa maupun sekolah.
2.4.4 Manajemen Ektrakurikuler
Manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan
melalui orang atau sumber daya lain untuk mewujud
kan tujuan (Sagala 2013 :54). Ia juga menyampaikan
perencanaan adalah proses menentukan sarana,
alat, tuntutan-tuntutan, taksiran, pos-pos tujuan,
pedoman, kesepakatan yang menghasilkan program-
program yang terus berkembang.Tim Dosen membe
ri penjelasan mengorganisasikan adalah proses
mempekerjakan dua orang atau lebih untuk bekerja
sama dengan cara terstruktur guna mencapai sasar
25
an spesifik atau beberapa sasaran pengorganisasian
yang tepat akan membuat posisi orang jelas dalam
stuktur dan pekerjaannya melalui pemilihan, pengalo
kasian dan pendistribusian kerja yang profesional.
Menurut Hadari Nawawi pengawasan adalah kegiat
an mengukur tingkat efektifitas kerja personal dan
tingkat efensiensi penggunaan metode dan alat terten
tu dalam usaha mencapai tujuan maka manajemen
ektrakurikuler adalah perencanaan, pengorgani
sasian, pelaksanaan dan pengevaluasian kegiatan
ektrakurikuler
2.5 Prestasi Akademik dan Prestasi Non
Akademik
Dalam Wikipedia prestasi adalah hasil dari
usaha, prestasi dapat dicapai dengan mengandalkan
kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual
serta ketahanan diri dalam menghadapi situasi
segala aspek kehidupan. Seseorang dikatakan
berprestasi, jika dia telah meraih sesuatu hasil dari
apa yang diusahakannya, baik karena hasil belajar,
bekerja, atau berlatih ketrampilan dalam bidang
tertentu.
Menurut Sobur dalam Sahputra (2009:45)
prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal
kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang
dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak
disebabkan preses pertumbuhan, tetapi adanya
situasi belajar. Menurut kamus besar bahasa
26
Indonesia prestasi akademik adalah penguasaan
pengetahuan atau ketrampilan yang di kembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya di tujukan oleh nilai
atau angka yang di berikan oleh guru.
Prestasi akademik merujuk pada apa yang
mampu di lakukan oleh seseorang dan seberapa baik
ia melakukan dalam menguasai bahan-bahan dan
materi yang telah di ajarkan Azwar (2002).
Dari ketiga perdapat tersebut prestasi akade
mik adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampil
an yang di kembangkan oleh mata pelajaran, lazim
nya di tujukan oleh nilai atau angka ,sedangkan
prestasi non akademik adalah prestasi yang dicapai
oleh siswa dalam bidang bukan akademik termasuk
kegiatan ekstrakurikuler.
2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian
ini, dicantumkan beberapa penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti diantaranya :Nastiti Hariyanti
(2010) tentang “Penerapan ekstrakurikuler pramuka
dalam menunjang disiplin belajar siswa kelas tinggi
di Sekolah Dasar Pontianak Tenggara” menyampai
kan penerapan ekstrakurikuler pramuka dalam me
nunjang disiplin belajar siswa kelas tinggi di SD, hal
tersebut di dukung oleh sarana dan prasarana yang
lengkap, pelatih yang cukup, pelaksanaan rutin,
materi kepramukaan sesuai yang direncana kan.
27
Norlena Salamuddin ( 2011) menyampaikan
Kompetensi guru dalam Extrakurikuler Manajemen
Sekolah, bahwa manajemen ekstrakurikuler merupa
kan bagian integral dari sistem manajemen sekolah.
Guru menjadi pelaksana utama kegiatan ekstra
kurikuler harus memiliki pengetahuan yang cukup
dan keterampilan untuk memastikan keberhasilan
pendidikan ekstrakurikuler. Kompetensi guru terdiri
pengetahuan dan keterampilan dalam perencanaan,
pelaksanaan, membimbing dan mengevaluasi, hal
tersebut juga didukung pedoman yang tepat untuk
para pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan
juga dalam meningkatkan kompetensi guru untuk
mengelola kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
Afiliasi Zahida Habib (2012) menyampaikan
Peranan mahasiswa dalam Kegiatan Ektrakurikuler
di Sekolah Dasar, guru sangat antusias dalam
pembinaan ektrakurikuler dengan dibantu mahasis
wa dalam perencanaan dan pelaksanaan sehingga
prestasi siswa meningkat.
Yulistine dwi susanti (2012) menyampaikan
dalam Pelaksanaan Pembelajaran Ekstrakurikuler
melukis di SD Muhammadiyah 1 Malang bahwa kegi
atan ekstrakurikuler yang sering juga disebut ekskul
merupakan kegiatan tambahan di suatu lembaga
pendidikan, yang dilaksanakan diluar kegiatan kuri
kuler. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa
dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan ke
mampuannya di berbagai bidang di luar akademik.
28
Hasil penelitian Yulistine adalah (1) pengelolaan
ekstrakurikuler melukis di SD Muhammadiyah 1
Malang belum mengalami kendala selama 3 tahun
dilaksanakan, (2) pelaksanaan ekstrakurikuler melu
kis di SD Muhammadiyah 1 Malang merupakan kegi
atan yang menekankan kegiatan mewarnai dengan
menggunakan metode pemberian pola, (3) hasil karya
siswa memuaskan.
Wina Priyanti (2014) menuliskan tentang Pelak
sanaan ekstrakurikuler di SMP N 1 Payakumbuh,
Wina memaparkan pelaksanaan ekstrakurikuler di
SMP N 1 Payahkumbuh dapat melahirkan siswa-
siswa berprestasi, baik bidang akademik maupun
non akademik karena dukungan biaya dari wali
murid yang mendukung kegiatan sekolah. Wina juga
menuturkan pelaksanaan ektrakurikuler di SMP N 1
Payakumbuh dilaksanakan diluar jam sekolah, yang
diasuh oleh pembimbing yang sudah ahli dengan
bidangnya, ektrakurikuler yang berjalan yaitu vokal
group, cipta lagu, karawitan, dan menari.
29
Tabel 2.1
Judul penelitian yang relevan
beserta deskripsinya
No Nama
Peneliti
Judul Deskripsi
1 Nastiti
Hariyanti
Penerapan
Ekstrakurikuler
Pramuka dalam
Menunjang Disiplin Belajar
Siswa Kelas
Tinggi di Sekolah
Dasar Pontianak
Tenggara
Pelaksanaan yang rutin
didukung oleh
sarana prasarana
yang lengkap - pelatih yang cukup
materi kepramukaan
sesuai yang
direncanakan.
2 Afiliasi
Zahida Habib
Peranan
Mahasiswa Dalam Kegiatan
Ektrakurikuler di
Sekolah Dasar
peranan mahasiswa
pelaksanaan ektrakurikuler di
sekolah dasar
meningkatkan
prestasi siswa
3 Norlena
Salamuddin
Extrakurikuler
Manajemen Sekolah
Guru menjadi pelaksa
na utama kegiatan eks trakurikuler harus me
miliki kompetensi
pengetahuan dan
keterampilan dalam pe
rencanaan, pelaksana
an, membimbing dan mengevaluasi
4 Yulistine
dwi susanti
Pelaksanaan
Pembelajaran
Ekstrakurikuler
melukis di SD
Muhammadiyah 1 Malang
pengelolaan ekstra
kurikuler tidak
mengalami kendala
selama 3 tahun
pelaksanaan ekstra kurikuler melukis
hanya menekankan
pola
5 Wina
Priyanti
Pelaksanaan
ekstrakurikuler
di SMP N 1
Payakumbuh
Pelaksanaan ektrakuri
kuler diluar jam
sekolah,Pengasuh /pem
bimbing yang sudah ahli dengan bidangnya
ektrakurikuler
30
Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan
Kegiatan ektrakurikuler dari peneliti terdahulu
No Nama
Peneliti
Kelebihan Kekurangan
1 Nastiti
Hariyanti
Sarana dan prasara
na yang lengkap,
materi direncana
kan.
Pembimbing
semua guru yang
belum tentu ahli
dalam bidangnya
2 Afiliasi Zahida Habib
Perencanaan ektra kurikuler yang rinci
Belum ada tindak lanjut
3 Norlena
Salamuddin Guru menjadi
pelaksana utama
dalam manajemen
ektrakurikuler
Tidak semua guru
mempunyai keah
lian yang sama
untuk itu kemung
kinan kegagalan
tinggi.
4 Yulistine dwi susanti
Pelaksanaan ektrakurikuler
lancar
Hanya 1 bidang ektrakurikuler dan
tidak mendukung
prestasi non
akademik
5 Wina Priyanti pembimbing yang
sudah ahli dengan bidangnya
ektrakurikuler
Tidak
memberdayakan guru
Penelitian yang dilakukan peneliti sejalan
dengan apa yang dikehendaki penulis, manajemen
ektrakurikuler akan dapat meningkatkan prestasi
non akademik. Perencanaan dan pengorganisasian
ektrakurikuler akan memperlancar jalannya pelaksa
naan ektrakurikuler sedangkan pengawasan kegiatan
ektrakurikuler akan mengetahui keberhasilan suatu
program.
31
2.7 Kerangka Pikir
Kepala sekolah sebagai seorang manajer pendi
dikan mempunyai wewenang untuk perencanan,
pegorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan kegi
atan yang akan dilakukan termasuk ektrakurikuler.
Ali Imron (2003:6) menyampaikan terdapat empat
proses dalam manajemen yaitu planning, organising,
actuating, dan controlling. Empat proses ini lazim
digambarkan dalam siklus karena setelah controlling,
lazim dilanjutkan membuat planning baru, akan
tetapi keberhasilan manajemen ektrakulikuler juga di
pengaruhi daya dukung yang memadai dalam per
mendikbud No.62 tahun 2014 Daya dukung pengem
bangan dan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
meliputi:
a. Kebijakan satuan pendidikan pengembangan
dan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
merupakan kewenangan dan tanggung jawab
penuh dari satuan pendidikan. Oleh karena
itu untuk dapat mengembangkan dan mela
ksanakan kegiatan ekstrakurikuler diperlukan
kebijakan satuan pendidikan yang ditetapkan
dalam rapat satuan pendidikan dengan meli
batkan komite sekolah/ madrasah baik lang
sung maupun tidak langsung.
b. Ketersediaan pembina pelaksanaan egiatan
Ekstrakurikuler harus didukung dengan keter
sediaan pembina. Satuan pendidikan dapat
bekerja sama dengan pihak lain untuk
memenuhi kebutuhan pembina.
c. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Satuan
Pendidikan
32
Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler memer
lukan dukungan berupa ketersediaan sarana
dan prasarana satuan pendidikan. Yang terma
suk sarana satuan pendidikan adalah segala
kebutuh an fisik, sosial, dan kultural yang
diperlukan untuk mewujudkan proses pendi
dikan pada satu an pendidikan. Selain itu
unsur prasarana seperti lahan, gedung/
bangunan, prasarana olahraga dan prasarana
kesenian, serta prasarana lainnya.
Jadi dengan manajemen ektrakurikuler dan
daya dukung yang memadai kegiatan ektrakurikuler
di SDN 1 Ngadirejo dapat mendukung prestasi non
akademik, seperti disampaikan oleh Ali Imron ( 2013
: 23) bahwa manajemen merupakan perencanaan ,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasa
dilaksanakan secara siklik, maka dalam manajemen
ektrakurikuler setelah melakukan perencanaan ektra
kurikuler, mengorganisasikan ektrakurikuler, melak
sanakan dan melakukan pengawasan kembali mela
kukan perencanaan setelah adanya evaluasi pro
gram. seperti gambar 2.1 kerangka pikir
33
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
Prestasi Non
Akademik
Daya Masyarakat
Perencanaan
Manajemen Ekstrakuri
kuler
Pengorganisasian
Pelaksanaan
Pengawas
an
34