bab ii tinjauan pustaka a. pengertian perilakueprints.umm.ac.id/40609/3/bab ii.pdf · a. pengertian...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Perilaku
Pengerttian perilaku secara umum menurut Kusmiyati dan Desminiarti (1990)
dalam (Sunaryo, 2002 : 3) adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya
sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup. Perilaku berwujud bila
ada keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan
predisposisi (konasi) seseorang terhadap suatu lingkungan di sekitarnya.
Menurut (J.B. Watson, 1878-1958) dalam buku (Laurens, 2004) memandang
psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang perilaku karena perilaku lebih
mudah diamati, dicatat, dan diukur. Arti perilaku mencakup perilaku yang kasatmata
seperti makan, menangis, memasak, melihat, bekerja dan perilaku yang tidak
kasatmata seperti fantasi, motivasi, dan proses yang terjadi pada waktu seseorang
diam atau secara fisik tidak bergerak.
1. Pembentukan Perilaku
Menurut (Walgito, 1999) dalam jurnal (Audinovic, 2012 : 14) proses
pembentukan perilaku yaitu :
a. Cara pembentukan perilaku dengan kebiasaan
Salah satu pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan kebiasaan.
Dengan cara membiasakan diri untuk berperilku seperti yang diharapkan,
akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut (Audinovic, 2012 : 14).
7
b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (Insight)
Cara ini berdsarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan
disertai adanya pengertian. Contohnya bila naik motor harus menggunakan
helm, karena helm tersebut untuk keamanan diri, dan masih banyak contoh
untuk menggambarkan hal tersebut (Audinovic, 2012 : 14).
c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model
Teoti ini didasarkan atas teori belajar sosial (social learning theory) atau
obsevationallearning theory. Misalnya pemimpin sebagai panutan yang
dipimpinnya, orang tua sebagai contoh anak-anaknya (Audinovic, 2012 : 14).
Sedangkan proses pembentukan perilaku menurut Abraham Harlord Maslow
dalam (Sunaryo, 2002 : 6) manusia memiliki kebutuhan dasar, yaitu :
a. Kebutuhan fisiologis/biologis, yang merupakan kebutuhan pokok utama,
yaitu O2, H2O, cairan elektrolit, makanan, dan seks.
Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan
fisiologis. Misalnya, kekurangan O2 yang menimbulkan sesak napas dan
kekurangan H2O dan elektrolit yang menyebabkan dehidrasi (Sunaryo, 2002
: 6).
b. Kebutuhan rasa aman, misalnya :
Rasa aman terhindar dari pencurian, penodongan, perampokan dan
kejahatan lain.
Rasa aman terhindar dari sakit dan penyakit.
Rasa aman memperoleh perlindungan hokum.
c. Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya :
Mendambakan kasih sayang/cinta kasih orang lain baik dari orang tua,
saudara, teman, kekasih, dan lain-lain.
Ingin dicintai/mencintai orang lain.
d. Kebutuhan harga diri, misalnya :
Ingin dihargai dan menghargai orang lain.
8
Toleransi atau saling menghargai dalam hidup berdampingan.
e. Kebutuhan aktualisasi didi, misalnya :
Ingin dipuja dan disanjung oleh orang lain.
Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam karier, usaha,
kekayaan, dan lain-lain.
Jadi, menurut beberapa sumber diatas dapat disimpulkan bahwa proses
pembentukan perilaku ada didalam kehidupan kita sehari-hari. Selain itu, beberapa
kebutuhan diatas juga bersangkutan dengan diri kita masing-masing.
2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut (Lestari, 2016 : 31 - 32) Faktor-fartor yang mempengaruhi
terbentuknya perilaku antara lain, yaitu :
a. Aspek Lingkungan
Dari lingkungan ini biasanya merupakan dominasi terkuat untuk
perubahan dan terbentuknya sebuah perilaku. Di sebuah lingkungan yang baru
dan berganti-ganti, masing-masing individu dituntut untuk mampu beradaptasi
serta berinteraksi sebagai makhluk sosial dengan menyesuaikan suasana yang
ada, kemudian perilaku individu akan menyesuaikan dengan kebutuhan
individu akan lingkungan yang baru (Lestari, 2016 : 31).
b. Lingkungan pendukung psikososial
Dengan adanya iklim organisasi yang beragam secara otomatis mental
dan psikis seorang individu akan terlatih untuk dapat beradaptasi secara
perlahan karena budaya yang ada, nantinya akan membimbing dalam
membentuk perilaku, dengan bermodalkan landasan organisasi individu
9
secara tidak langsung akan membantu dalam pembentukan karakter dan
selanjutnya akan menjadi perilaku (Lestari, 2016 : 31).
c. Stimulan pendorong perilaku
Perilaku disebabkan karena adanya lingkungan sekitar, melainkan
pengaruh dan orang lain yang mempengaruhi seorang individu dengan
memberikan aturan yang tidak diketahui sebelumnya sehingga akan merubah
pola pikir seseorang individu akan suatu hal yang membentuk pola pikir
perilakunya (Lestari, 2016 : 31-32).
3. Bentuk Perubahan Perilaku
Menurut (Audinovic, 2012 : 15-16) perubahan perilaku dapat terlihat dari
berbagai bentuk perubahan yang terjadi, diantaranya :
a. Perubahan gaya hidup
Perubahan ini lebih banyak didasarkan atas subjektivitas kita terhadap
sesuatu, misalnya tokoh yang mengiklankannya atau tuntutan pergaulan bagi
anak muda. Perubahan gaya hidup seperti ini mendorong kita untuk bertindak
konsumtif yang terkadang tidak mengindahkan nilai materi yang harus
dikeluarkan untuk menembusnya (Audinovic, 2012 : 15).
b. Perubahan pola pikir
Perubahan pola piker juga memberikan pemikiran yang jauh ke depan
kepada masyarkat. Hal ini sangat berguna meramalkan apa saja yang akan
terjadi di kemudian hari. Tentunya dengan menghubungkan berbagai faktor
penyebabnya (Audinovic, 2012 : 15).
c. Perubahan sosial ekonomi
Dewasa ini, kemunculan berbagai pusat perbelanjaan seperti
minimarket, supermarket, hypermarket dan mall sudah mulai masuk daerah
pinggiran. Tidak aneh jika banyak pedagang di pasar tradisional mengeluh,
karena pembeli langganannya beralih ke pusat perbelanjaan tersebut
(Audinovic, 2012 : 15-16).
10
4. Faktor Penentu Perilaku Prososial Yang Spesifik
Menurut (Sear, Freedman dan Peplau, 1985 : 61 - 69) perilaku prososial
dipengaruhi oleh karakteristik situasi, karakteristik penolong dan karakteristik orang
yang membutuhkan pertolongan.
a. Situasi
Orang yang paling altruis sekalipuncenderung tidak memberikan bantuan
dalam situasi tertentu. Penelitian yang telah dilakukan membuktikan makna
penting beberapa faktor fungsional, yang meliputi kehadiran orang lain, sifat
lingkungan, fisik dan tekanan keterbatasan waktu (Sear, Freedman dan
Peplau, 1985 : 61).
b. Kehadiran Orang Lain
Analisis pengambilan keputusan tentang perilaku prososial memberikan
beberapa penjelasan yaitu penyebaran tanggung jawab yang timbul karena
kehadiran orang lain (Sear, Freedman dan Peplau, 1985 : 61).
c. Kondisi Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku prososial adalah
kebisingan. Beranjak dari gagasan umum bahwa kebisingan dapat menurutkan
daya tanggap orang terhadap semua kejadian di lingkungan. (Sear, Freedman
dan Peplau, 1985 : 63)
d. Tekanan Waktu
Bukti nyata efek ini berasal dari eksperimen yang dilakukan oleh Darley
dan Batson (1973). Sebagai bagian dari peneliti ini, setiap mahasiswa diminta
untuk berjalan ke gedung yang lain dimana mereka akan mengadakan
11
pembicaraan singkat. Beberapa diantaranya diberitahu untuk memanfaatkan
waktunya karena pembicaraan itu tidak akan segera dimulai. Beberapa di
antaranya diberitahu untuk bergegas karena mereka sudah terlambat dan
sedang ditunggu oleh si peneliti. Ketika subjek itu berjalan dari gedung yang
satu ke gedung lain, dia menjumpai seorang pria berpakaian lusuh
tertelungkup di gang, terbatuk dan mengerang. Yang menarik adalah apakah
subjek akan memberikan bantuan atau tidak (Sear, Freedman dan Peplau,
1985 : 64-65).
e. Penolong
Ada perbedaan individual, karena faktor ini dapat meningkatkan atau
menurunkan kecenderungan orang untuk melakukan tindakan prososial (Sear,
Freedman dan Peplau, 1985 : 65-66).
f. Faktor Kepribadian
Faktor ini berkaitan dengan kaitan dengan kepribadian dan pemberian
bantuan tergantung pada sifat tertentu yang dibahas dan pada jenis bantuan
tertentu yang dibutuhkan (Sear, Freedman dan Peplau, 1985 : 66).
g. Suasana Hati
Suasana hati yang baik bisa menurunkan kesediaan untuk menolong bila
pemberian bantuan akan mengurangi suasana hati yang baik. Sedangkan bila
suasana hati yang buruk, menyebabkan kita memusatkan perhatian pada diri
kita sendiri dan kebutuhan kita sendiri. Maka keadaan itu akan mengurangi
kemungkinan untuk membantu orang lain (Sear, Freedman dan Peplau, 1985 :
66-67).
12
h. Distres Diri dan Rasa Empatik
Yang dimaksud distress diri (personal distress) adalah reaksi pribadi
kita terhadap penderita orang lain (perasaan terkejut, takut, cemas, prihatin,
tidak berdaya atau perasaan apa pun). Sebaliknya yang dimaksudmrasa
empatik (emphatic concern) adalah perasaan simpati dan perhatian terhadap
orang lain. Perbedaan utamanya adalah bahwa penderita diri terfokus pada diri
sendiri, sedangkan rasa empatik terfokus pada si korban (Sear, Freedman dan
Peplau, 1985 : 69).
5. Ciri – cirri Perilaku Manusia yang Membedakan dari Makhluk Lain
Menurut (Sarwono, 1983) dalam (Sunaryo, 2002 : 4-5) dalam buku Psikologi
Untuk Keperawatan, cirri-ciri perilaku manusia yang membedakan dari makhluk lain
adalah kepekaan sosial, kelangsungan perilaku, orientasi pada tugas, usaha dan
perjuangan, tiap individu adalah unik. Secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Kepekaan sosial
Artinya kemampuan manusia untuk dapat menyesuaikan perilakunya
sesuai pandangan dan harapan orang lain. Contohnya yaitu perilaku manusia
akan berbeda pada saat menghadapi orang sedang marah, sedang bersenang-
senang, sedang tertimpa musibah, sedang belajar, mengikuti seminar dan
sebagainya (Sunaryo, 2002 : 4).
b. Kelangsungan perilaku
Artinya antara perilaku yang satu ada kaitannya dengan perilaku yang
lain, perilaku sekarang adalah kelanjutan perilaku yang baru, lalu, dan
13
seterusnya. Dalam kata lain bahwa perilaku manusia terjadi secara
berkesinambungan bukan secara serta merta (Sunaryo, 2002 : 4).
c. Orientasi pada tugas
Artinya setiap perilaku manusia selalu memiliki orientasi pada suatu
tugas tertentu. Seorang mahasiswa yang rajin belajar menuntut ilmu,
orientasinya adalah untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan tertentu
(Sunaryo, 2002 : 4-5).
d. Usaha dan perjuangan
Usaha dan perjuangan pada manusia telah dipilih dan ditentukan sendiri,
serta tidak akan memperjuangkan sesuatu yang memang tidak ingin
diperjuangkan. Jadi, sebenarnya manusia memiliki cita-cita yang ingin
diperjuangkannya, sedangkan hewan hanya berjuang untuk mendapatkan
sesuatu yang sudah tersedia di alam (Sunaryo, 2002 : 5).
e. Tiap-tiap individu manusia adalah unik
Unik disini mengandung arti bahwa manusia yang satu berbeda dengan
manusia yang lain dan tidak ada dua manusia yang sama persis di muka bumi
ini, walaupun ia dilahirkan kembar. Manusia mempunyai cirri-ciri, sifat,
watak, tabiat, kepribadian, motivasi tersendiri yang membedakannya dari
manusia lainnya (Sunaryo, 2002 : 5).
B. Perilaku Bermedia sebagai Cerminan Mahasiswa
Perilaku bermedia sebagaian tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Terlihat bahwa manusia selalu berkesempatan menerima berbagai macam informasi.
Tidak terelakkan bahwa pemilihan berita atau informasi dengan alasan-alasan
14
tertentu. Pemilihan berita dengan dasar level masing-masing mahasiswa berdasarkan
kelas juga bisa terjadi. Ketika media memiliki segmentasi yang diharapkan adalah
tepat sasaran. Disinilah pangkal persoalan bahwa atas dasar apa mahasiswa memilih
media yang tersebar di sekitar (Saudah, 2012 : 44).
Pada abad ini, baik media cetak maupun media elektronik mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Baik dalam segi konten berita maupun dalam segi
variasi segmen. Dalam perkembangan teknologi dan masyarakat yang begiti maju,
media merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk mendapatkan informasi.
Tetapi dengan semakin banyaknya tawaran media dan program-program yang ada,
maka masyarakat mulai selektif dalam memilih sebuah program. Audiens akan
merasa tertarik pada media-media yang mengerti akan kebutuhan dirinya. Audiens
akan mengerti bagaimana medi dapat menyajikan hal-hal yang dapat diterima oleh
masyarakat. Terutama target yang akan dituju dan dianggap potensial oleh media
yang bersangkutan (Saudah, 2012 : 46).
C. Komunikasi Massa
Komunukasi massa adalah suatu proses tempat organisasi yang kompleks
dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan mengirimkan pesan kepada
khalayak yang besar, heterogen dan tersebar. Dan bertujuan memberi informasi,
menghibur atau membujuk kepada audiens yang luas (Soyomukti, 2012 : 192).
Menurut (Nurudin, 2007 : 3) komunikasi massa adalah :
“Komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab,
awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari perkembangan
kata media of mass communication (media komunikasi massa). Media
media massa apa ? media massa (atau saluran) yang dihasilkan oleh
teknologi modern. Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang bukan
15
media massa yakni media tradisional seperti kentongan, angklung, gamelan
dan lain-lain. Jadi, disini jelas media massa menunjuk pada hasil produk
teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa.”
Jadi, menurut beberapa sumber diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
dari komunikasi massa yaitu komunikasi massa memiliki audiens yang besar yang
bertujuan untuk memberi informasi, hiburan dan membujuk. Komunikasi massa
memiliki audience yang besar karena memiliki alat (senjata) yang berupa media
seperti media cetak dan elektornik.
1. Komponen Komunikasi Massa
Menurut (Winarni, 2003: 5) menyebut komponen-komponen komunikasi
massa sebagai berikut :
a. Sumber adalah pihak yang berkebutuhan untuk berkomunikasi, bisa
seorang individu, kelompok, organisasi dan perusahaan yang
mengeluarkan biaya besar untuk menyusun dan mengirimkan pesan.
b. Khalayak adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, yaitu
khalayak yang jumlahnya besar yang bersifat heterogen dan anonim.
c. Pesan, adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima.
Dalam komunikasi massa bersifat umum. Setiap orang dapat mengetahui
pesan-pesan komunikasi massa dari media massa.
d. Proses. Ada dua proses dalam komunikasi massa yaitu: a) komunikasi
massa merupakan proses satu arah (proses mengalirnya pesan).
Komunikasi ini berjalaan dari sumber ke penerima dan tidak secara
langsung dikembalikan kecuali dalam bentuk umpan balik tertunda. b)
komunikasi merupakan proses dua arah (proses seleksi).
16
e. Konteks komunikasi massa berlangsung dalam suatu konteks sosial.
Media mempengaruhi konteks sosial masyarakat, dan konteks sosial
masyarakat mempengaruhi media massa.
2. Ciri-ciri Komunikasi Massa
Menurut (Nurudin, 2007 : 19 - 31) ada beberapa ciri-ciri komunikasi massa,
yaitu :
a. Komunikator Dalam Komunikasi Massa Melembaga
Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan
orang. Artinya, gabungan antarberbagai macam unsur dan bekerja satu sama
lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai
sebuah sistem. Di dalam sebuah sistem ada komponen – komponen yang
saling berkaitan dan berinteraksi (Nurudin, 2007 : 19 - 20).
b. Komunikan Dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen
Menurut Herbert Blumer pernah memberikan cirri tentang karakteristik
audience/komunikan sebagai berikut :
1). Audience berasal dari kelompok dalam masyarakat dan bersifat
heterogen. Artinya, ia mempunyai heterogenitas komposisi atau
susunan. Dan mereka berasal dari berbagai kelompok (baik segi usia,
agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan)
2). Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain.
Di samping itu, antarindividu itu tidak berinteraksi satu sama lain
secara langsung.
17
3). Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal
(Nurudin, 2007 : 21 - 23).
c. Pesannya Bersifat Umum
Artinya ditunjukkan pada publik yang tidak terbatas. Dalam surat kabar,
artikel yang biasanya dikehendaki redaktur tidak ilmiah, tetapi ilmiah popular.
Ini dilakukan karena Koran ditunjukan untuk umum, maka pesannya juga harus
bersifat umum. Umum disini juga bisa berarti masalah rubrikasi. Artinya,
sebuah Koran tidak bisa hanya terdiri dari artikel atau iklan. Koran harus umum
dalam arti ada banyak ragam yang dimunculkan dalam koran tersebut (misalnya
teka-teki, gambar, karikatur, iklan, berita pengumuman, kolom). Masalahnya,
Koran tidak dikhususkan pada mereka yang menyukai iklan saja (Nurudin,
2007 : 24 -25).
d. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah
Artinya, tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi. Kita tidak
bisa berlangsung memberikan respons kepada komunikatornya (media massa
yang bersangkutan) dan komunikasinya hanya berjalan satu arah. Kalaupun
bisa, sifatnya tertunda. Misalnya, kita mengirimkan ketidaksetujuan pada berita
itu melalui rubrik surat pembaca. Jadi, komunikasi yang hanya berjalan satu
arah akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda
atau tidak langsung (delayed feedback) (Nurudin, 2007 : 26 - 27).
e. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan
Inilah salah satu ciri komunikasi massa selanjutnya. Bahwa dalam
komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-
18
pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut
hampir bersamaan. Bersamaan tentu juga bersifat relatif. Keserampakan ini
sangat terasa kalau kita mengamati media komunikasi massa seperti internet.
Melalui perantaraan media ini, pesan akan lebih cepat disiarkan (Nurudin, 2007
: 28 - 29).
f. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis
Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada
khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis
yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau
elektrnik). Ada juga yang melalui perantaraan satelit. Peran satelit akan
memudahkan proses pemncaran pesan yang dilakukan media elektronik seperti
televisi. Bahkan saat ini sedah sering televisi melakukan siaran langsung (live),
dan bukan siaran yang direkam (recorded) (Nurudin, 2007 : 30 - 31).
g. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper
Gatekeeper yaitu reporter, editor film / surat kabar / buku, manajer
pemberitaan, penjaga rubrik, kameramen, sutradara, dan lembaga sensor film
atau yang sering disebut penapis informasi / palang pintu / penjaga gawang,
Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi,
menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih
mudah dipahami (Nurudin, 2007 : 31).
3. Fungsi Komunikasi Massa
Menurut De Vito (1997) dalam (Winarni, 2003 : 45 - 47) ada beberapa fungsi
komunikasi massa, yakni :
19
a. Menghibur
Media massa sebagaian besar melakukan fungsi sebagai media yang
memberikan hiburan. Fungsi hiburan berhubungan dengan hiburan massa,
sehingga menarik dan menghibur khalayak. Hal ini terlihat pada acara-acara
humor, artikel humor, irama musik, tarian, dan lain-lain (Winarni, 2003 : 45).
b. Meyakinkan
Media mempunyai fungsi untuk meyakinkan khalayaknya persuasi ini
dapat datang dalam bentuk :
1). Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai
seseorang.
2). Mengubah sikap, nilai, kepercayaan seseorang. Media akan mengubah
sementara orang yang tidak memihak dalam suatu masalah tertentu.
3). Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Dari sudut pandang
pengiklanan, fungsi media adalah menggerakkan konsumen/khalayak
untuk mengambil tindakan.
4). Menawarkan etika atau sistem nilai tertentu. Media dapat
mengungkapkan secara terbuka adanya penyimpangan tertentu dari
suatu norma yang berlaku. Media dapat merangsang masyarakat untuk
mengubah situasi (Winarni, 2003 : 46).
20
c. Menginformasikan
Media memberikan informasi tentang peristiwa, baik yang bersifat lokal,
regional, nasional, dan internasional kepada khalayaknya. Kita tahu bahwa
sebagaian besar informasi, kita dapatkan dari media. Baik itu informasi musik,
politik, film, seni, ekonomi, sejarah, dan lain-lain (Winarni, 2003 : 46).
d. Menganugerahkan Status
Menurut Paul Lazarsfeld dan Robert K. Merton, “Jika Anda benar-benar
penting, Anda akan menjadi pusat perhatian massa dan, jika Anda menjadi
pusat perhatian massa, berarti Anda memang penting”. Sebaliknya, “Jika Anda
tidak mendapatkan perhatian massa, maka Anda tidak penting”. Orang-orang
yang penting setidaknya di mata masyarakat adalah orang-orang yang sering
dimuat di media. Dalam hal ini media massa berfungsi sebagai seorang
pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal maupun informal yang
mencoba mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma, pranata dan etika
dari satu generasi ke generasi selanjutnya (Winarni, 2003 : 46 - 47).
e. Membius
Fungsi membiusnya media terjadi bila media menyajikan informasi
tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu telah diambil.
Sebagai akibatnya penerima terbius dalam keadaan tidak aktif seakan berada
dalam pengaruh narkotik (Winarni, 2003 : 47).
f. Menciptakan Rasa Kebersatuan
Media mampu menciptakan/membuat kita/ khalayak merasa menjadi
anggota suatu kelompok.
21
1). Privatisasi
Media mampu/memiliki kecenderungan menciptakan lawan dari rasa
kesatuan dan hubungan yaitu membuat seseorang untuk menarik diri dari
kelompok sosial dan menguatkan diri ke dalam dunianya sendiri (Winarni,
2003 : 47).
2). Parasosial
Hubungan yang dikembangkan oleh pemirsa/khalayak dengan tokoh-
tokoh media atau tokoh dramatik. Biasanya dalam bentuk menulis surat,
telepon, faksimil, email, kepada tokoh-tokoh seperti dokter, pengacara, dai,
dan lain-lain untuk mendapatkan nasihat (Winarni, 2003 : 47).
D. Media Massa
Menurut (Apriadi, 2012 : 13) media massa adalah :
“institusi yang menghubungkan seluruh unsur masyarakat satu dengan
lainnya dengan melalui produk media massa yang dihasilkan. Adapun
beberapa institusi media massa yaitu : (1). Sebagai saluran produksi dan
distribusi konten simbolis, (2). Sebagai institusi publik yang bekerja
sesuai aturan yang ada, (3). Keikutsertaan baik sebagai pengirim atau
penerima sukarela, (4). Menggunakan standar profesional dan birokrasi,
dan (5). Media sebagai peraduan antara kebebasan dan kekuasaan.”
1. Fungsi Media Massa
Menurut (Severin dan Tankard, 2009 : 386 - 388) fungsi media massa terbagi
menjadi 4 yaitu :
a. Pengawasan (surveillance)
Yaitu memberikan informasi dan menyediakan berita. Fungsi
pengawasan ini juga termasuk berita yang tersedia di media yang penting
22
dalam ekonomi, publik, dan masyarakat, seperti laporan bursa pasar, lalu
lintas, cuaca dan sebagainya (Severin dan Tankard, 2009 : 386).
Menurut (Irman : 2015) fungsi ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1). “ Pengawasan peringatan (Warning of beware surveillence)
Yaitu, pengawasan yang menyampaikan informasi berupa
bencana alam, negara dan sebagainya.”
2). “Pengawasan instrumental (Instrumental surveillence)
Yaitu, pengawasan yang menyampaikan informasi berupa
kehidupan sehari – hari (film – film yang diputar di bioskop).”
b. Korelasi (correlation)
Yaitu seleksi dan interpretasi informasi tentang lingkungan. Media
seringkali memasukkan kritik dan cara bagaimana seseorang harus bereaksi
terhadap kejadian tertentu. Dalam menjalanakan fungsi korelasi, media
seringkali bisa menghalangi ancaman terhadap stabilitas sosial dan memonitor
atau mengatur opini publik. Dalam arti, media massa mampu menghubungkan
unsur – unsur yang terdapat didalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan
secara langsung oleh saluran perseorangan (Severin dan Tankard, 2009 : 386 -
387).
c. Penyampaian Warisan Sosial (transmission of the social heritage)
Yaitu dimana media menyampaikan informasi, nilai, dan norma dari
satu generasi ke generasi berikutnya atau dari anggota masyarakat ke dalam
pendatang. Dengan cara ini, mereka bertujan untuk meningkatkan kesatuan
masyarakat dengan cara memeperluas dasar pengetahuan umum mereka dan
mempelajari nilai – nilai apa saja yang penting (Severin dan Tankard, 2009 :
387 - 388).
23
d. Hiburan (entertainment)
Sebagian besar isi media mungkin dimaksudkan sebagai hiburan,
bahkan surat kabar sekalipun, mengingat banyak kolom, fitur, dan bagian
selingan. Selain itu berisi cerita pendek, cerita panjang dan cerita bergambar.
Media hiburan dimaksudkan untuk mengisi waktu luang. Media mengekspos
budaya massa berupa seni dan musik pada berjuta-juta orang, dan sebagian
orang merasa senang karena bisa meningkatkan rasa dan pilihan publik dalam
seni (Severin dan Tankard, 2009 : 388).
E. Media Online
Media online merupakan ruang pemberitaan yang memadukan antara
teknologi komunikasi (internet) dan jurnalisme konvensional dalam satu ruang yang
disebut jurnalisme online. Tetapi juga berhubungan dengan komunikasi personal
yang terkesan perorangan (Septhy, 2015).
Menurut (Prasmanet, 2013) media online memiliki kelebihan dan
kekurangan, yaitu :
1. Kelebihan Media Online
a. Berita langsung dapat diterbitkan. Setelah diposting secara otomatis
bisa langsung terbit tanpa harus dicetak.
b. Banyak pilihan berita yang dapat diakses dengan mudah.
c. Gabungan dari audio, visual, gambar dan tulisan.
d. Dapat diakses siapa saja, kapan saja dan dimana saja.
24
2. Kelemahan Media Online
a. Untuk mendapatkan berita harus selalu terhubung dengan internet.
Dan juga harus memiliki komputer / laptop, smartphone dan televisi
untuk bisa mengaksesnya.
b. Biaya yang cukup mahal / dari kalangan tertentu yang bisa terhubung
dengan internet. Contohnya membeli paket data dan memasang wifi.
c. Belum meratanya jaringan internet.
d. Kebanyakan isi belum bisa di pertanggung jawabkan. Karena media
online tidak ada yang mengedit / filter. Jadi untuk memosting berita,
penggguna bisa merasakan bebas.
e. Belum banyak orang yang menguasainya.
F. Mediamofosis
Menurut (Fidler, 2003) dalam (UNI SOSIAL DEMOKRAT, 2017)
mediaformosis adalah transformasi media komunikasi yang menunjukkan pengaruh
media. Mediaformosis juga mendorong kita untuk memahami evolusi teknologi
komunikasi. Bagi media massa, dalam posisi dan cita – cita untuk “mencerahkan”,
ada pekerja dan tanggung jawab lebih besar. Media massa tidak hanya menyajikan
informasi, tetapi memberi makna. Artinya memberi makna atas fakta dan informasi
demi pertumbuhan masyarakat yang lebih demokratis, lebih bertenggang rasa, lebih
bermartabat dan tidak “mentang - mentang”.
G. Landasan Teori
Teori S-O-R (Stimulus Organism Respon) yang dikemukakan oleh Hovland,
et. al pada tahun 1953 ini lahir karena adanya pengaruh dari ilmu psikologi dalam
25
ilmu komunikasi. hal ini bisa terjadi karena psikologi dan komunikasi memiliki objek
kajian yang sama, yaitu jiwa manusia yang meliputi sikap, opini, perilaku, kognisi,
afeksi dan konasi. Asumsi dasar teori S-O-R adalah bahwa penyebab terjadinya
perubahan perilaku bergantung pada kualitas rangsangan (stimulus) yang
berkomunikasi dengan organism (Parakomunikasi.com, 2018).
Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam model ini adalah pertama
stimulus (S), kedua organism (O) dan ketiga, respons (R). Stimulus adalah
rangsangan atau dorongan, sihingga unsur stimulus dalam teori ini merupakan
perangsang berupa messege (isi pernyataan). Organism adalah badan yang hidup,
sudah berati manusia atau dalam istilah komunikan. Sehingga unsur organism dalam
teori ini adalah receiver (penerima pesan). Sedangkan respons yang dimaksud sebagai
reaksi, tanggapan, jawaban, pengaruh, efek atau akibat, jadi dalam teori ini unsur
respons adalah efek (pengaruh).