bab ii tinjauan pustaka 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang...

27
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produk Produk merupakan hasil dari kegiatan produksi yang berwujud barang. Menurut Kotler (1997) A Product is anything than can be offered to be a market fod attention, oquisition, use or consumption that might satisfy a want or need. Defenisi diatas menjelaskan bahwa produk adalah apa saja yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, diperoleh, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan. 2.2. Biogas Biogas merupakan gas yang mudah terbakar dan dihasilkan melalui proses anaerob atau permentasi dari bahan-bahan organic diantaranya: kotoran hewan dan manusia, limbah domestik (rumah tangga), sampah atau limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobic. Biogas juga dikenal sebagai gas rawa atau lumpur dan bisa digunakan sebagai bahan bakar. Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas (Anonim, 2005). Dimana dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dirjen Peternakan menjelaskan tentang hasil biogas yang dihasilkan dari berbagai macam limbah kotoran, seperti pada table berikut: Tabel 2.1. Produksi Biogas Dari Bahan Organik No. Bahan Organik Jumlah (Kg) Biogas (Lt) 1 Kotoran Sapi 1 40 2 Kotoran Kerbau 1 30 3 Kotoran Babi 1 60 4 Kotoran Ayam 1 70 Sumber : Buku Saku Peternakan, Dit. Bina Program Dirjen Peternakan, 2019 Komponen biogas yang dihasilkan dari proses fermentasi berupa gas Methan (CH4) sekitar 54-70%, gas karbondioksida (C02) sekitar 27-45%, nitrogen (N2) 3% - 5%, hidrogen (H2) sebesar 1%, 0,1% karbonmonoksida (CO),

Upload: others

Post on 04-Dec-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Produk

Produk merupakan hasil dari kegiatan produksi yang berwujud barang.

Menurut Kotler (1997) A Product is anything than can be offered to be a market

fod attention, oquisition, use or consumption that might satisfy a want or need.

Defenisi diatas menjelaskan bahwa produk adalah apa saja yang ditawarkan ke

pasar untuk mendapatkan perhatian, diperoleh, digunakan atau dikonsumsi yang

dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan.

2.2. Biogas

Biogas merupakan gas yang mudah terbakar dan dihasilkan melalui proses

anaerob atau permentasi dari bahan-bahan organic diantaranya: kotoran hewan

dan manusia, limbah domestik (rumah tangga), sampah atau limbah organik yang

biodegradable dalam kondisi anaerobic. Biogas juga dikenal sebagai gas rawa

atau lumpur dan bisa digunakan sebagai bahan bakar. Pada umumnya semua jenis

bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas (Anonim, 2005). Dimana

dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dirjen Peternakan menjelaskan

tentang hasil biogas yang dihasilkan dari berbagai macam limbah kotoran, seperti

pada table berikut:

Tabel 2.1. Produksi Biogas Dari Bahan Organik

No. Bahan Organik Jumlah (Kg) Biogas (Lt)

1 Kotoran Sapi 1 40

2 Kotoran Kerbau 1 30

3 Kotoran Babi 1 60

4 Kotoran Ayam 1 70

Sumber : Buku Saku Peternakan, Dit. Bina Program Dirjen Peternakan,

2019

Komponen biogas yang dihasilkan dari proses fermentasi berupa gas

Methan (CH4) sekitar 54-70%, gas karbondioksida (C02) sekitar 27-45%,

nitrogen (N2) 3% - 5%, hidrogen (H2) sebesar 1%, 0,1% karbonmonoksida (CO),

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

8

0,1% oksigen (O2), dan sedikit hidrogen sulfida (H2S). Gas methan (CH4) yang

merupakan komponen utama biogas merupakan bahan bakar yang berguna karena

mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu sekitar 4800 sampai 6700

kkal/m3, sedangkan gas metana murni mengandung energi 8900 Kcal/m3. Karena

nilai kalor yang cukup tinggi itulah biogas dapat dipergunakan untuk keperluan

penerangan, memasak, menggerakan mesin dan sebagainya.

Jenis bahan organik yang diproses dalam digester sangat mempengaruhi

produktifitas sistem biogas disamping parameter-parameter lain seperti temperatur

digester, pH, tekanan dan kelembaban udara. Salah satu cara menentukan bahan

organik yang sesuai untuk menjadi bahan masukan sistem biogas adalah dengan

mengetahui perbandingan Karbon (C) dan Nitrogen (N) atau disebut rasio C/N.

Beberapa percobaan yang telah dilakukan oleh ISAT menunjukkan bahwa

aktifitas metabolisme dari bakteri methanogenik akan optimal pada nilai rasio C/N

sekitar 8-20.

Sistim produksi biogas juga mempunyai beberapa keuntungan seperti (a)

mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak

sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006).

Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain, yaitu 1 m3 biogas setara dengan;

elpiji 0,46 kg, 0,62 liter minyak tanah, 0,52 liter minyak solar, 0,80 liter minyak

bensin, 1,50 m3 gas kota dan 3,50 kg kayu bakar. Seekor sapi dewasa rata-rata

menghasilkan kurang lebih 10 kg kotoran sapi setiap hari. Untuk menghasilkan 1

m3 gas bio, diperlukan kira-kira 20 kg kotoran sapi. Jadi dalam sehari 1 ekor sapi

menghasilkan 0,45 m3 gas bio atau 1 kg kotoran sapi menghasilkan kurang lebih

0,05 m3 gas bio. Dalam penggunaan sehari-hari, untuk memasak air 1 liter,

dibutuhkan 40 lt (0,04 m3) gas bio, dalam waktu 10 menit. Untuk menanak 1/2 kg

beras, dibutuhkan rata-rata 0,15 m3 gas bio, dalam 30 menit. Penggunaan sehari-

hari dalam rumah tangga dibutuhkan rata-rata 3m3 gas (GTZ, 1990).

Pembuatan biogas dimulai dengan memasukkan bahan organik ke dalam

digester, sehingga bakteri anaerob akan membusukkan bahan organik tersebut dan

menghasilkan gas yang disebut biogas. Biogas dapat dihasilkan pada hari ke 4-5

sesudah iodigester terisi penuh, dan mencapai puncaknya pada hari ke 20-25.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

9

Biogas yang telah terkumpul di dalam digester dialirkan melalui pipa penyalur gas

menuju tangki penyimpan gas atau langsung ke lokasi penggunaannya, misalnya

kompor. Biogas dapat dipergunakan dengan cara yang sama seperti cara

penggunaan gas lainnya yang mudah terbakar. Pembakaran biogas dilakukan

dengan mencampurnya dengan oksigen (O2). Untuk mendapatkan hasil

pembakaran yang optimal perlu dilakukan proses pemurnian/penyaringan karena

biogas mengandung beberapa gas lain yang tidak menguntungkan. Keuntungan

lain yang diperoleh adalah dihasilkannya lumpur yang dapat digunakan sebagai

pupuk. (Anonim,2005).

2.3. Reaktor Biogas (Biodigester)

Proses menghasilkan biogas dari bahan organik, diperlukan alat yaitu

Digester Biogas /Biodigester, yang bekerja dengan prinsip menciptakan suatu

tempat penampungan bahan organik pada kondisi anaerob (bebas oksigen)

sehingga bahan organik tersebut dapat difermentasi oleh bakteri metanogen untuk

menghasilkan biogas. Biogas yang timbul kemudian dialirkan ketempat

penampungan biogas sedangkan lumpur sisa aktifitas fermentasi dikeluarkan lalu

dijadikan pupuk alami yang dapat dimanfaatkan untuk usaha pertanian maupun

perkebunan.

Digester biogas memiliki tiga (3) macam tipe dengan keunggulan dan

kelemahannya masing-masing. Ketiga tipe biogas tersebut adalah :

a. Tipe fixed domed plant

Terdiri dari digester yang memiliki penampung gas dibagian atas

digester. Ketika gas mulai timbul, gas tersebut menekan lumpur sisa

fermentasi (slurry) ke bak slurry. Jika pemasukan kotoran ternak

dilakukan terus menerus, gas yang timbul akan terus menekan slurry

sampai keluar dari bak slurry. Gas yang timbul akan tertampung diatas

kotoran yang mengalami fermentasi dan akan digunakan/dikeluarkan

lewat pipa gas yang berada diatas digester menuju tempat penampungan.

Keunggulan : tidak ada bagian yang bergerak, awet (berumur panjang),

dibuat di dalam tanah sehingga terlindung dari berbagai cuaca atau

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

10

gangguan lain dan tidak membutuhkan ruangan (diatas tanah).

Kelemahan : rawan terjadi kertakan di bagian penampung gas, tekanan

gas tidak stabil karena tidak ada katup gas.

b. Tipe floating drum plant

Terdiri dari satu digester dan penampung gas yang bisa bergerak.

Penampung gas ini akan bergerak keatas ketika gas bertambah dan turun

lagi ketika gas berkurang, seiring dengan penggunaan dan produksi

gasnya. Kelebihan : konstruksi alat sederhana dan mudah dioperasikan.

Tekanan gas konstan karena penampung gas yang bergerak mengikuti

jumlah gas. Jumlah gas bisa dengan mudah diketahui dengan melihat

naik turunya drum. Sedangkan kelemahannya yaitu digester rawan korosi

sehingga waktu pakai menjadi pendek.

c. Tipe baloon plant

Konstruksi sederhana, terbuat dari plastik yang pada ujung-ujungnya

dipasang pipa masuk untuk kotoran ternak dan pipa keluar peluapan

slurry. Sedangkan pada bagian atas dipasang pipa keluar gas. Kelebihan :

biaya pembuatan murah, mudah dibersihkan, mudah dipindahkan.

Kelemahannya waktu pakai relatif singkat dan mudah mengalami

kerusakan.

Dalam pelaksanaan kegiatan program Iptek Bagi Masyarakat (IbM) di

Desa Limbangan Kabupaten Banjarnegara ini, digester yang digunkan

menggunkan type fixed dome plant. Unit produksi biogas sangat penting

diletakkan di tempat yang aman, terpisah dari rumah, tempat memasak dan

sumber air. Tempat terbaik sekurang-kurangnya 10 meter dari rumah, sehingga

ketika memasukkan kotoran ternak dan limbah organik ke unit biogas, tidak

sampai mencemari kehidupan keluarga dan tempat pengolahan pangan dan tidak

banyak membutuhkan pipa gas.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

11

Gambar 2.1. Tipe - Tipe biodigester

Sumber: Jurnal Rancang Bangun Biodigester, 2014

Biodigester biogas model fixed dome plant ini memiliki ukuran 4, 6, 8, 10,

12 m3. Besarnya biodigester yang dibuat harus disesuaikan dengan ketersedian

bahan baku limbah organic yang tersedia. Tabel dibawah ini menunjukkan

parameter dalam menentukan ukuran biodigester.

Tabel 2.2. Dasar Ukuran Biodigester & Kuantitas Bahan Baku

Kapasitas

Pengolahan

(m3)

Produksi

Gas

Perhari

(m3)

Kotoran

Hewan

yang

Dibutuhkan

Perhari

(Kg)

Air yang

Dibutuhkan

Perhari

(Lt)

Jurnal

Ternak

yang

Dibutuhkan

(Ekor)

4 0,8 – 1,6 20 – 40 20 – 40 3 - 4

6 1,6 – 2,4 40 - 60 40 - 60 5 - 6

8 2,4 – 3,2 60 – 80 60 – 80 7 - 8

10 3,2 – 4,2 80 – 100 80 – 100 9 - 10

12 4,2 – 4,8 100 - 120 100 - 120 11 - 12

Sumber : Model Instalasi Biogas Indonesia, Panduan Kontruksi Hivos, 2019

Ukuran dan dimensi biodigester telah diputuskan berdasarkan jangka waktu

penyimpanan 50 hari dari 60% penyimpanan gas. Bahan baku segar yang diisikan

kedalam digester harus berada didalam digester setidaknya 50 hari sebelum

dikeluarkan. Tmpat pengolahan harus dapat menampung 60% gas yang

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

12

diproduksi dalam waktu 24 jam. Ukuran digester biogas diputuskan berdasarkan

jumlah bahan baku harian yang tersedia. Tempat pengolahan yang tidak sesuai

dengan kebutuhan, produksi gas akan kurang dan efeknya gas yang dikumpulkan

dalam penampung tidak akan memiliki tekanan yang cukup untuk mendorong

slury yang telah mengalami proses anaerob ke dalam saluran outlet.

2.4. Antropometri

Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang

berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi

yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada

dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dsb) berat dan lain-lain

yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-

pertimbangan ergonomis dalam melakukan interaksi manusia. Data antropometri

yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal:

1. Perancangan area kerja

2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tool) dan

sebagainya.

3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja,

komputer, dan lain-lain.

4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

2.4.1. Data Antropometri dan Pengukurannya

Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan

dimensi ukuran tubuhnya. Disini ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi

ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk

harus memperhatikan faktor-faktor tersebut itu antara lain:

1. Umur

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar

seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahirannya sampai

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

13

dengan umur sekitar 20 tahun. Setelah itu, tidak akan terjadi pertumbuhan

bahkan justru akan cendrung berubah penurunan ataupun penyusutan yang

dimulai sekitar umur 40 tahunan.

2. Jenis kelamin (sex)

Dimensi tubuh ukuran laki-laki pada umumnya akan lebih besar

dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh,

seperti pinggul dan sebagainya.

3. Suku bangsa (ethnic)

Setiap suku bangsa maupun kelompok ethnic akan memeliki

karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.

4. Posisi tubuh (posture)

Sikap pusture ataupun sikap tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran

tubuh oleh sebab itu, posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei

pengukuran.

Adapun anggota tubuh yang perlu diukur adalah seperti terlihat pada

gambar 2.1 sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2000):

Gambar 2.2. Dimensi Antropometri Tubuh Manusia

Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2000

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

14

Keterangan gambar :

1. Tinggi badan tegak (Tbt), yaitu dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak

(dari lantai sampai dengan ujung kepala).

2. Tinggi mata berdiri (Tmb), yaitu tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.

3. Tinggi bahu berdiri (Tbb), yaitu tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.

4. Tinggi siku berdiri (Tsb), yaitu tinggi siku dalam posisi berdiri tegak.

5. Tinggi pinggang (Tpg).

6. Tinggi kepalan tangan (Tkt), yaitu tinggi kepalan tangan yang terjulur

lepas dalam posisi berdiri tegak.

7. Tinggi duduk tegak (Tdt), yaitu tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur

dari alas tempat duduk atau pantat sampai dengan kepala).

8. Tinggi mata duduk (Tmd), yaitu tinggi mata dalam posisi duduk.

9. Tinggi bahu duduk (Tbd), yaitu tinggi bahu dalam posisi duduk.

10. Tinggi siku duduk (Tsd), yaitu tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak

lurus).

11. Tebal paha (Tp), yaitu tebal atau lebar paha.

12. Pantat ke lutut (Pkl), yaitu panjang paha yang diukur dari pantat sampai

dengan ujung lutut.

13. Pantat popliteal (Pp), yaitu panjang paha yang diukur dari pantat sampai

dengan bagian belakang dari lutut atau betis.

14. Tinggi lutut duduk (Tld), yaitu tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam

posisi berdiri ataupun duduk.

15. Tinggi popliteal (Tpo), yaitu tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur

dari lantai sampai dengan lutut bagian dalam.

16. Lebar bahu (Lb), yaitu lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri

ataupun duduk).

17. Lebar pinggul (Lp), yaitu lebar pinggul atau pantat.

18. Lebar sandaran duduk (Lsd), yaitu lebar dari punggung, jarak horizontal

antara kedua tulang belikat.

19. Panjang lengan bawah (Plb), yaitu panjang siku yang diukur dari siku

sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi tegak lurus.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

15

20. Lebar kepala (Lkp).

21. Panjang tangan (Pt), yaitu panjang tangan diukur dari pergelangan sampai

dengan ujung jari.

22. Lebar Telapak tangan (LTt), yaitu lebar telapak tangan masing-masing.

23. Lebar tangan (Lt), yaitu lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-

lebar ke samping kiri-kanan.

24. Tinggi jangkauan tangan tegak (Tjtt), yaitu tinggi jangkauan tangan dalam

posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang

terjangkau lurus ke atas (vertikal).

25. Tinggi jangkauan tangan duduk (Tjtd), yaitu tinggi jangkauan tangan

dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya No. 24, tetapi dalam

posisi duduk.

26. Jangkauan tangan ke depan (Jtd), yaitu jarak jangkauan tangan yang

terjulur ke depan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan.

2.4.2. Aplikasi Data Antropometri Dalam Perancangan Produk

Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh

manusia yang akan mengoprasikannya, maka prinsip-prinsip yang harus diambil

dalam aplikasi data antropometri harus ditetapkan terlebih dahulu seperti berikut:

1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran ekstrim Prinsip

rancangan produk ini dibuat agar bisa memenuhi dua sasaran produk:

a. Bisa sesuai ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim

dalam arti terlalu besar atau terlalu kecil bila dibandingkan dengan

rata-ratanya.

b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain

(mayoritas dari populasi yang ada).

2. Prinsip perancangan produk yang bisa diopersikan diantara rentang

tertentu Disini rancangan bisa diubah-ubah ukurannya sehingga cukup

fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam

ukuran tubuh.

3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

16

Disini produk rancangan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitaran

rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki ukuran ekstrim akan

dibuat rancangan tersendiri. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini

justru sedikit sekali mereka yang berada dalam ukuran rata-rata

(Wignjosoebroto, 2000).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan

menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan

produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoprasikan atau mengunakan

produk tersebut (Wignjosoebroto, 2000).

2.5. Pengertian Perancangan

Perancangan suatu alat termasuk ke dalam metode rekayasa, sehingga

langkah-langkah perancangan akan mengikuti metode rekayasa. Salah satu

definisi teknik perancangan dikemukakan oleh Morris Asimow dalam buku

Sritomo Wignyosoebroto yang berjudul " Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja

" tahun 1995 yang berbunyi sebagai berikut " Teknik perancangan adalah

aktivitas dengan maksud tertentu menuju ke arah pemenuhan kebutuhan manusia,

terutama yang dapat diterima oleh farktor teknologi peradaban kita"

Dari pengertian tersebut jelas perancangan adalah :

1. Aktivitas dengan maksud tertentu.

2. Memiliki sasaran pada pemenuhan kebutuhan manusia.

3. Berdasarkan pada pertimbangan teknologi.

2.6. Kualitas Perancangan

Perencanaan merupakan seperangkat kegiatan yang sangat penting dalam

manajemen. Menurut Leorin W. Anderson, pada Presentasi Dr. Hj. Hansiswany

Kamarga, M.Pd tentang konsep perencanaan, perencanaan adalah sebuah proses

dimana seorang individual memvisualisasikan masa depan dan menciptakan suatu

rencana kerja untuk menggambarkan tindakannya kedepannya. Proses inilah yang

dinamakan proses desain oleh beberapa pakar perancang. Proses desain

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

17

membutuhkan suatu pemahaman yang jelas tentang fungsi dan kinerja yang

diharapkan. Biasanya kegiatan desain dan manufaktur terjadi secara berurutan dan

bukan secara bersama – sama (Gambar 2.2.).

Defenisi Kebutuhan Informasi dan Pemasaran

Desain Konseptual dan Evaluasi Studi Kelayakan

Analisis Desain: Telaah Kode/Standar, Model

Fisis dan Analisis

Produksi Prototipe: Pengujian dan Evaluasi

Gambar Produksi, Panduan Kontruksi

Spesifikasi Bahan, Pemilihan Proses dan

Perlengkapan, Telaah Keselamatan

Produksi Percontohan

Produksi

Inspeksi dan Pemastian Mutu

Pengepakan, Literatur Pemasaran dan

Penjualan

Produk

Gambar 2.3. Kegiatan Desain yang bisa terjadi secara berurutan dan

bukan secara bersama. Sumber: Fredick. dkk. Technical Drawing, Eleventh Edition. Prentice Hall.

2000.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

18

Pada tahap ini penerapan metode penghematan biaya akan sangat tepat

dilakukan karen tingkat fleksibilitas yang tinggi untuk membuat perubahan tanpa

berdampak biaya yang tinggi untuk redesain.

2.7. Sejarah Value Enginering

Analisis nilai (value analysis) dikenal pada waktu Perang Dunia ke-II, saat

itu perusahaan General Electric menghadapi kekurangan material dan tenaga kerja

untuk memproduksi komponen-komponen persenjataan untuk pesawat terbang.

Untuk menghadapi kesulitan tersebut, Lawrences D.Milles, salah seorang ahli

perusahaan tersebut mengembangkan suatu sistem yang disebut analisis nilai yang

dapat mengurangi biaya dan juga dapat meningkatkan hasil produksi.

Metode yang dikembangkan oleh Milles dikenal sebagai Teknik Analisis

Nilai (Value Analysis Technique) dan menjadi standar General Electric Company.

Pada tahun 1954, salah satu biro Departemen Pertahanan Amerika Serikat

menggunakan metode dari Milles yaitu Value Engineering. Pada tahun 1965, Biro

Reklame Amerika Serikat mulai menggunakan Rekayasa Nilai pada tahap

konstruksi dan perencanaannya.

Pada tahun 1972, Departement of Public Building Services mengembangkan

Value Engineering secara luas di mana ditentukan bahwa Value Engineering

Program merupakan keharusan bagi Construction Management Services. Pada

tahun 1975, Environmental Protection Agency (E.P.A) juga mengharuskan

penggunaan Value Engineering.

2.8. Metode Penghemat Biaya

Adapun beberapa metode biaya yang dapat dilakukan dalam proses

perencanaan dengan tujuan meningkatkan tingkat kefektifitasan perencanaan dan

meminimalisir biaya menurut Yusuf Latief, “Materi Kuliah Dasar Manajemen

Kontruksi Value Engineering.’’ Jakarta 2002 ialah :

1. Pengurangan Biaya (Cost Reduction).

Suatu system yang berorientasi pada desain yang mencari cara-cara untuk

mengurangi biaya dari desain yang ada dengan cara memurahkan

komponennya.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

19

2. Mengefektifkan Biaya (Cost Sffectiveness).

Membuat Keputusan alternatif yang lebih luas, misalnya:

1. Apakah kita akan membeli

2. Apakah kita akan membuat sendiri

3. Apakah kita akan menyewanya

3. Standarisasi

Pencarian perbaikan kualitas dan penghematan biaya lewat penyelesaian

dengan menggunakan elemen-elemen standar, suku-suku cadang,

standar, desain standar, modul-modul standard an lainnya.

4. Nol Kerusakan (zero defects).

Jika ada kekurangan, upayakan agar kekurangan itu sekecil mungkin.

Teknik motivasi yang bertujuan meningkatkan penampilan pekerjaan.

5. Kepastian kualitas (Quality Assurance)

Suatu program pengontrolan dan pemeriksaan.

6. Analisis Keseimbangan (Trade Off Analysis).

Menganalisis pengaruh dari keseimbangan gambaran perencanaan.

7. Analisis Penggantian Item.

Analisis ini memeriksa efek-efek kemungkinan penggantian-penggantian

item.

8. Pendekatan dengan cara menghapuskan (Elimination Approach).

Hal ini dapat dimulai dengan pertanyaan dari metodologi yang

dikemukakan oeh Proctor & Gamble Company sebagai bagian dari

peninjauan perencanaan, dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut

“Mengapa tidak mengeliminasikan gambaran perencanaan ini atau

proyek seluruhnya?”

9. Anggaran Dasar Nol (Zero Base Budgeting).

Suatu teknik untuk mendorong kebenaran dari segala program dengan

jalan membuktikannya dari informasi dasar dan tidak menggunakan

ketentuan dari yang telah ada sebelumnya.

10. Lingkaran Kualitas (Quality Circles).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

20

Suatu diskusi teknik yang bertujuan memperoleh input dari para pekerja

yang erat hubungannya dengan produksi suatu item. Hal ini sangat sering

dan sangat populer di bidang industry Jepang.

11. Analisis Sistem (Sistem Analysis).

Sebuah riset atau strategi pradesain yang lebih merupakan seni dari pada

ilmu adalah suatu cara untuk mempelajari suatu masalah yang kompleks

untuk suatu pilihan dengan kondisi yang tak tentu atau tak pasti.

2.9. Penerapan VE Sebagai Cara Untuk Melakukan Penghematan Biaya

Value Engineering (VE) berkembang selama perang dunia ke-II. Ketika

terjadi krisis sumber daya, sehingga memerlukan suatu perubahan dalam metode,

material dan desain tradisional (Barrie Donald,”Manajemen Konstruksi

Profesional”,Edisi kedua, Erlangga, Jakarta, Indonesia 1993, hal 291). Awal

perang dunia ke-II General Electric Company USA yang dipelopori oleh L.D.

Miles melakukan konsep VE sewaktu melayani keperluan peralatan perang dalam

jumlah besar, dan ditujukan pertama- tama untuk mencari biaya yang ekonomis

bagi suatu produk (Yusuf Latief, “Materi Kuliah Dasar Manajemen Konstruksi

Value Engineering.” Jakarta 2002, hal 3).

Dalam penerapannya selama lebih dari 50 tahun berjalan, sebuah survey

yang dilakukan di jepang pada tahun 1996 oleh suatu komunitas Society of

Japanese Value Engineering (SJVE) menunjukkan total 211 perusahaan

memberikan respon positif terhadap penerapan VE yang telah dilakukan di

perusahaan mereka. Survey tersebut dilakukan untuk mengklarifikasi :

Bagaimana VE benar – benar berhubungan dengan tahap perkembangan

yang terdapat pada aplikasi VE, dan Apa saja karakteristik dari aplikasi

VE yang berhubungan dengantahap tersebut didalam perusahaan –

perusahaan besar.

Apa saja karakteristik dari aplikasi VE yang berhubungan dengan

tahap tersebut didalam perusahaan – perusahaan besar.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

21

Sebelum melanjutkan bagaimana penerapan VE dalam suatu proyek, maka

terlebih dahulu kita harus mengetahui defenisi dari pada VE itu sendiri. Defenisi

Value Engginering:

1. Value Engginering adalah teknik manajemen yang sudah dibuktikan

kebenarannya, mempergunakan pendekatan yang sistematis untuk

mencari keseimbangan fungsional yang terbaik antara biaya, keandalan

dan performa dari proyek atau proyek (Laporan Seminar & Kursus

tentang VE dan studi kasus (2002)).

2. Value Engginering adalah suatu proses yang sistematis dengan

menganalisis secara fungsional dari pada sistem, perlengkapan, fasilitas,

procedural dan supply dalam rangka pencapaian kontruksi total biaya

terendah, performa yang konsisten, aman, dapat diandalkan, berkualitas

dan mudah dalam perawatan (Departement of Defense (DoD), USA

(1995)).

3. Value Engginering adalah suatu sistem pemecahan masalah dengan

melakukan evaluasi teknis dan nilai, dari suatu pembangunan proyek

fisik, secara sistematis dengan menggunakan:

Kumpulan Teknik Tetentu

Ilmu Pengetahuan

Tim Ahli

4. Suatu sistem pemecahan masalah yang dilaksanakan dengan

menggunakan kumpulan teknik tertentu, ilmu pengetahuan, tim ahli-

pendekatan kreatif terorganisasi yang memiliki tujuan untuk

mengidentifikasi secara efisien biaya yang tidak diperlukan seperti biaya

yang tidak menghasilkan kualitas, kegunaan, umur dan penampilan

produk serta daya tarik terhadap konsumen (Lawrence D.Miles.

Techniques of Value Analys and Enginering 2 ed. New York : Mc Graw

Hil. 1972 : 3).

5. Suatu pendekatan tim yang kreatif dan terorganisir dengan tujuan untuk

mengoptimalkan biaya dana tau kinerja sebuah system atau fasilitas

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

22

(Alphonse J. dell Isola, Value Engginering in Construction Industry 3ed.

New York : Van Nostrand Reinbold Company, 1982 : 2).

Program VE bertujuan mencari kemampuan manajemen seseorang untuk

mengadakan perubahan yang berarti dengan cara agar dapat menemukan

unnecessary cost dan menghilangkannya. VE bukan hanya sekedar menganalisis

biaya tetapi juga mempunyai pengertian sebagai berikut. Value Engineering

adalah (Zimmerman, Larry W, PE,Hard Glen, D, Value Engineering A Practical

Approach for Owners, Designer and Contractors, CBS Publisher & Distributors,

New Delhi, India 1988.) :

Orientasi Sistem (Systems Oriented) rencana kerja formal untuk

mengidentifikasi dan menghilangkan biaya – biaya yang tak perlu

(unnecessary cost).

Pendekatan multi disiplin kelompok (Multidisciplined Team Approach)

tim yang terdiri dari perencana – perencana berpengalaman dan

konsultan Value Engineering.

Life Cycle Oriented memperhitungkan total biaya dalam jangka waktu

siklus proyek, termasuk total biaya untuk memiliki dan mengoperasikan

fasilitas.

Teknik manajemen yang telah terbukti kebenarannya (A Proven

Management Techniques).

Orientasi fungsional (Function Oriented) menghubungkan fungsi yang

diinginkan dengan nilai yang diterima.

Value Engineering bukanlah (Yusuf Latief, “Materi Kuliah Dasar

Manajemen Konstruksi Value Engineering.” Jakarta 2002 hal 6 ) :

1. Koreksi Desain (Design Review), Value Engineering tidak bermaksud

mengkoreksi kekurangan – kekurangan dalam design,juga tidak

bermaksud mengoreksi perhitungan – perhitungan yang dibuat oleh

perencana.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

23

2. Proses membuat murah (A Cheapening Process), Value Engineering

tidak mengurangi / memotong biaya dengan mengorbankan keadaan

dan performa yang diperlukan.

3. Sebuah keperluan yang dilakukan pada seluruh desain (A

Requirement done on all design), Value Engineering bukanlah

merupakan bagian dari jadwal peninjauan kembali dari perencana,

tetapi merupakan analisis biaya dan fungsi.

4. Kontrol kualitas (Quality Control), Value Engineeering lebih dari

sekedar peninjauan kembali status gagal dan aman sebuah hasil

desain.

Konsep utama metodologi VE terletak pada fungsi, biaya dan manfaat rd

(Alphonse J. dell Isola, Value Engineering in Construction Industry 3 ed. New

York : Van Nostrand Reinhold Company, 1982 : 2). Dan untuk dapat memahami

VE lebih mendalam perlu meletakkan pengertian mengenai arti nilai, biaya dan

fungsi. VE memusatkan analisis pada masalah nilai terhadap fungsinya, bukan

sekedar analisis biaya tetapi dicari biaya terendah yang dapat memenuhi

fungsinya.

1. Nilai (Soeharto, Iman, Manajemen Proyek, Dari Konseptual sampai

Operasional Jilid 1 Erlangga : 1999, hal 313) Nilai (value) mempunyai arti

yang sulit dibedakan dengan biaya (cost) atau harga (price). Nilai

mengandung arti subyektif, apalagi bila dihubungkan dengan moral, etika,

sosial, ekonomi dan lain – lain. Perbedaan pengertian antara nilai dan

biaya adalah :

a. Ukuran nilai ditentukan oleh fungsi atau kegunaannya sedangkan harga

atau biaya ditentukan oleh substansi barangnya atau harga komponen

yang membentuk barang tersebut.

b. Ukuran nilai lebih condong ke arah subyektif sedangkan biaya

tergantung kepada angka (monetary value) pengeluaran yang telah

dilakukan untuk mewujudkan barang tersebut.

2. Biaya (Soeharto, Iman, Manajemen Proyek, Dari Konseptual sampai

Operasional Jilid 1 Erlangga : 1999., hal 313). Biaya adalah jumlah segala

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

24

usaha dan pengeluaran yang dilakukan dalam mengembangkan,

memproduksi dan aplikasi produk. Penghasil produk selalu memikirkan

akibat dari adanya biaya terhadap kualitas, realibilitas dan maintanibility

karena akan berpengaruh terhadap biaya pemakai.

3. Fungsi (Soeharto, Iman, Manajemen Proyek, Dari Konseptual sampai

Operasional Jilid 1 Erlangga : 1999., hal 314) Fungsi diartikan sebagai

elemen utama dalam VE, karena tujuan VE adalah untuk mendapatkan

fungsi – fungsi yang dibutuhkan dari suatu item dengan biaya total

terendah. Menurut Lawrence D. Miles. “Principles of Value Analysis :

Basics of Function Analysis”), Fungsi dapat dibagi menjadi 2 kategori :

a. Fungsi dasar yaitu suatu alasan pokok sistem itu terwujud.

b. Fungsi kedua (secondary function) yaitu kegunaan yang tidak langsung

untuk memenuhi fungsi dasar, tetapi diperlukan untuk menunjangnya dan

biasanya merupakan hasil dari konfigurasi disain tertentu.

4. Manfaat

Manfaat adalah nilai uang ekivalen dari kinerja produk (John H. Fasal.

Practical Value Analysis Methods. New York : Hayden Book Company.

1972 : 6)

VE mempunyai beberapa hal yang dapat membantu tim, yang disebut sebagai alt

(toolkit) dari analisa penilaian yang dapat kita sebut elemen – elemen pokok VE

yaitu (Rochmanhadi, “Teknik Penilaian Desain (Value Engineering)”, Semarang,

Indonesia, 1992 : hal 6) :

1. Pemilihan proyek untuk studi VE.

2. Pendanaan dan harga – harga satuan untuk penilaian.

3. Biaya – biaya “Siklus Umur” (O&O – Owning & Operating Cost)

4. Pendekatan fungsional

5. Teknik sistem analisa fungsi (FAST – Function Analysis Systems

Technique).

6. Rencana Kerja VE

7. Kreativitas

8. Menentukan dan melaksanakan program VE

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

25

Syarat – syarat tersebut diatas sebaiknya dimanfaatkan didalam

melaksanakan studi VE untuk suatu proyek. Untuk mencapai hasil yang

optimum dalam studi VE, adalah sangat penting untuk mengikuti sebuah

rencana yang akan membawa tim beserta hasilnya dari awal sampai akhir.

Rencana kerja VE merupakan suatu rencana yang pasti dari langkah –

langkah rencana kerja VE menurut DoD (Departmen of Defense) USA

meliputi 5 tahapan yaitu :

1. Tahapan Informasi.

2. Tahapan Spekulasi.

3. Tahapan Analisis.

4. Tahapan Perencana / Pengembangan.

5. Tahapan Penyajian dan Tindakan Lanjut.

Dimana skema langkah – langkah dalam proses VE tersebut diatas,

terdapat dalam gambar 2.3. dibawah ini.

- Merumuskan Masalah

- Mengumpulkan Info dan Fakta

- Mengenali Objek

- Mengenali Fungsi

- Mencatat Biaya

- Pendekatan Kreatif

- Mencari Alternatif

- Usahakan Penyederhanaan

- Identifikasi

- Ide terbaik

- Analisis biaya Vs Fungsi

- Formulasikan usulan

- Siapkan penyajian

- Gunakan human relation

- Monitor kemajuan dan tindak lanjut

- Mengembangkan alternatif terbaik

- Biaya untuk alternatif terbaik

- Konsultasi Spesialis

- gunakan standar

INFORMASI ANALISISSPEKULASI

PERENCANAA /

PENGEMBANGANPENYAJIAN DAN

TIDAK LANJUT

Gambar 2.4. Skema Rencana Kerja VE Sumber : DoD (Departmen of Defense) USA. 1995

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

26

2.10. Ringkasan

Dalam hal ini variabel serta sub-indikator dijelaskan secara detail dengan

menggunakan tabel, sebagaimana dijelaskan pada table berikut ini:

Tabel 2.3. Tabulasi Kesimpulan Indikasi Penelitian VE

No Variabel Indikator Sub-Indikator

1. Unnecessary Cost - Kekurangan Waktu

- Kekurangan Informasi

- Kekurangan Ide

- Salah Konsepsi

- Perencanaan yang

diburu waktu

- Kurangnya

perencanaan matang

- Kurang lengkapnya

dokumentasi awal

- Kurangnya tenaga ahli

yang berpengalaman

- Minim kreatifitas dari

tenaga ahli

- Kurangnya factor

komunikasi antara

konseptor dengan

pelaksana

- Kesalahan pembuatan

gambar kerja

- Keadaan sementara

yang menjadi keadaan

tetap

- Kurangnya informasi

yang pasti

- Upaya berbuat sebaik

mungkin

- Adanya tingkat

kompetisi yang tinggi

antar rekan kerja

- Tidak adanya

kebebasan mutlak

- Pengaruh kebebasan

terhadap biaya

- Kebiasaan - Kebiasaan berfikir

secara habitual

2. Penghematan Biaya - Permodelan biaya

- Grafik Distribusi

Biaya

- Hukum Pareto - Hukum 20-80

- Sebagian kecil

komponen proyek,

menyumbang sebagian

besar biaya proyek

Sumber : Jurnal Rancang bangun proyek ECO BND Building Tanggerang,

2009

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

27

2.11. Populasi

Menurut Nawawi Margono, (2004), populasi adalah seluruh data yang

menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.

Jadi populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalau setiap manusia

memberikan suatu data maka, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama

dengan banyaknya manusia. Persoalan populasi penelitian harus dibedakan ke

dalam sifat berikut ini:

1. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya

memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya

secara kuantitatif. Misalnya, seorang dokter yang akan melihat golongan

darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah saja. Dokter itu

tidak perlu satu botol, sebab setetes dan sebotol darah, hasilnya akan

sama saja.

2. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsurunsurnya

memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan

batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.

Penelitian di bidang sosial yang objeknya manusia atau gejala-gejala

dalam kehidupan manusia menghadapi populasi yang heterogen.

Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah

ditetapkan. Kualitas atau ciri tersebut dinamakan variabel. Sebuah populasi

dengan jumlah individu tertentu dinamakan populasi finit sedangkan, jika jumlah

individu dalam kelompok tidak mempunyai jumlah yang tetap, ataupun jumlahnya

tidak terhingga, disebut populasi infinit. Misalnya, jumlah petani dalam sebuah

desa adalah populasi finit.

2.12. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti Arikunto (2002)

dan Furchan, (2004). Pendapat yang senada pun dikemukakan oleh Sugiyono

(2001). Ia menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak

mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

28

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel

yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,

kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil

dari populasi harus betul-betul representatif.

Penggunaan sampel dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan berbagai

alasan. (Nawawi, 2004) mengungkapkan beberapa alasan tersebut, yaitu:

1. Ukuran populasi

Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang jumlahnya

tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual. Karena itu sama

sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi seperti itu. Demikian juga

dalam populasi terbatas (terhingga) yang jumlahnya sangat besar, tidak praktis

untuk mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid sekolah dasar yang tersebar

di seluruh pelosok Indonesia, misalnya.

2. Masalah biaya

Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang

diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang

diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di wilayah yang cukup luas. Oleh

karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya.

3. Masalah waktu

Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada penelitian

populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang tersedia terbatas, dan

kesimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel, dalam hal ini,

lebih tepat.

4. Percobaan yang sifatnya merusak

Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena dapat

merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan semua darah

dari tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya, juga tidak

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

29

mungkin mencoba seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian

harus dilakukan hanya pada sampel.

5. Masalah ketelitian

Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup

dapat dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalam hal ini meliputi pengumpulan,

pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi belum tentu ketelitian

terselenggara. Boleh jadi peneliti akan bosan dalam melaksanakan tugasnya.

Untuk menghindarkan itu semua, penelitian.

Adapun cara penentuan sampel yaitu :

1. Menurut Nawawi Margono, (2004) memberikan cara untuk memperoleh

jumlah sampel minimal yang harus diselidiki dengan menggunakan

rumus:

[

]

Keterangan:

n = Jumlah sampel

³ = Sama dengan atau lebih besar

p = Proporsi populasi persentase kelompok pertama

q = Proporsi sisa di dalam populasi

Z 1/2 = Derajat koefisien konfidensi pada 99% dan 95%

b= Persentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan dalam

menentukan ukuran sampel

2. Rumus Area Sampling. Pada prinsipnya cara ini menggunakan

“perwakilan bertingkat”. Populasi ini dibagi atas beberapa bagian

populasi, dimana bagian populasi ini dapat dibangi-bagi lagi. Untuk

perhitungan besar sampel minimal dengan menggunakan rumus slovin

dengan cara sebagai berikut:

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

30

Dimana:

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Kelonggaran yang dapat ditolerir 10%

3. rumus yang dikemukakan oleh Sugiyono (2001) yaitu yang tidak

diketahui simpangan bakunya dan yang kedua yang diketahui simpangan

bakunya, berikut rumus penentuan sampel :

[

]

Keterangan

n = Ukuran sampel yang diperlukan

b = Perbedaan antara yang ditaksir dengan tolok ukur penafsiran

z = Harganya tergantung pada taraf kepercayaan yang ditetapkan. Pada

taraf kepercayaan 68%, z = 1; 95%, z = 1,96; 99%, z = 2,58. Untuk

harga-harga yang lain bisa dilihat pada tabel kurva normal standard

didasarkan pada Z 21 taraf kepercayaan. Taraf kepercayaan 95%

berarti 0,475 2,95% 1 Z = Z dalam tabel ditemukan 1,96.

s = Simpangan baku

2.13. Validitas

Pendefinisian validitas tes dapat diawali dengan melihat secara etimologi,

validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan

dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau

instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat

tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai

dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data

yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki

validitas rendah (Azwar, 2000).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

31

Masih menurut Azwar (2000), dalam teori skor-murni klasikal, pengertian

validitas dapa dinyatakan sebagai sejauhmana skor tampak atau skor perolehan

mendekati besar skor murni. Skor tampak tidak akan sama dengan skor murni

kecuali alat ukur yang bersangkutan mempunyai validitas yang sempurna.

Semakin skor perolehan mendekati skor murni maka semakin tinggi validitasnya,

dan sebaliknya.

Penentuan pengklasifikasian validitas yang dikemukakan oleh Guilford

(1956, h.145) adalah sebagai berikut:

0,80 < rxy 1,00 validitas sangat tinggi (sangat baik)

0,60 < rxy 0,80 validitas tinggi (baik)

0,40 < rxy 0,60 validitas sedang (cukup)

0,20 < rxy 0,40 validitas rendah (kurang)

0,00 < rxy 0,20 validitas sangat rendah (jelek) rxy

0,00 tidak valid

Untuk penentuan validitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

[ ∑ (∑ ) (∑ )

√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +]

dimana : r = korelasi

X = skor setiap item

Y = skor total

n = ukuran sampel

2.14. Reliabilitas

Dari segi bahasa, reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability

yang mempunyai asal kata rely dan ability. Bila digabungkan, kedua kata tersebut

akan mengerucut kepada pemahaman tentang kemampuan alat ukur untuk dapat

dipercaya dan menjadi sandaran pengambilan keputusan. Oleh Anastasi dan

Urbina (1997), dalam konteks ini reliabilitas alat tes akan menunjuk kepada

sejauh mana perbedaan-perbedaan individual dalam skor tes dapat dianggap

disebabkan oleh perbedaan-perbedaan sesungguhnya dalam karakteristik yang

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

32

dipertimbangkan dan sejauhmana dapat dianggap disebabkan oleh kesalahan

peluang.

Senada dengan pendapat tersebut, Suryabrata (2000) menyatakan bahwa dalam

arti yang paling luas, reliabilitas alat ukur menunjuk kepada sejauh mana

perbedaan-perbedaan skor perolehan mencerminkan perbedaan atribut yang

sebenarnya. Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajad kekeliruan

pengukuran tidak dapat ditentukan dengan pasti melainkan hanya dapat diestimasi

Suryabrata, (2000). Estimasi reliabilitas alat ukur dapat dicapai dengan

menggunakan tiga metode. Ketiga metode yang dimaksud adalah, metode “retest”

atau tes ulang, metode “alternate form” atau tes paralel dan metode “split-half”

atau metode konsistensi internal Guilford. Untuk menentukan reabilitas Kategori

koefisien reliabilitas (Guilford, 1956) adalah sebagai berikut:

0,80 < r11 ≤ 1,00 reliabilitas sangat tinggi

0,60 < r11 ≤ 0,80 reliabilitas tinggi

0,40 < r11 ≤ 0,60 reliabilitas sedang

0,20 < r11 ≤ 0,40 reliabilitas rendah

-1,00 r11 ≤ 0,20 reliabilitas sangat rendah (tidak reliable)

Untuk penentuan reabilitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

[

]

dengan:

r11 adalah koefisien reliabilitas

n adalah banyaknya butir soal.

adalah varians skor soal ke-i.

adalah varians skor total.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan panas (Widodo, dkk, 2006)

33