bab ii landasan teori a. kajian teori ... - digilib.uns.ac.id fileperpustakaan.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Belajar
Pada dasarnya belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Di dalam
belajar, pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, tingkah laku dan semua perbuatan
manusia terbentuk, disesuaikan dan dikembangkan. Menurut Jerome Brunner
(dalam Trianto 2012:15) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif
dimana siswa membangun pengetahuan baru berdasarkan pada pengetahuan yang
sudah dimiliki. Senada dengan pendapat Suparno dalam Thobroni dan Arif
(2011:107) seorang yang belajar berarti membentuk pengertian atau pengetahuan
secara aktif dan terus menerus. Di sisi lain Baharuddin dan Nur (2007:11)
mengemukakan bahwa belajar merupakan proses manusia untuk mencapai
berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Sedangkan menurut kaum
konstruktivisme dalam Thobroni (2011:136) belajar adalah proses mengonstruksi
pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara
siswa dan realita, baik realita pribadi, alam, maupun realitas sosial.
Seperti pendapat ahli dalam teori belajar konstruktivisme, pandangan
konstruktivisme tentang belajar yang menyatakan bahwa “siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek
informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan
itu tidak lagi sesuai” (Trianto,2007:13). Menurut teori ini berarti guru tidak hanya
sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun
sendiri pengetahuan di dalam pikirannya. Seorang guru dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menerapkan ide-ide mereka sendiri dan
membelajarkan siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri
untuk belajar. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah kontruksi (bentukan) kita sendiri.
Sardiman (2005:35), menegaskan bahwa“ pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
kenyataan, pengetahuan bukan gambaran dari dunia kenyataan yang ada, tetapi
pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu kontruksi kognitif kenyataan
melalui kegiatan seseorang”. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep dan
struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. ”Proses pembentukan
pengetahuan itu terjadi apabila seseorang mengubah atau mengembangkan skema
yang telah dimiliki dalam berhadapan dengan tantangan, rangsangan, atau
persoalan dengan proses asimilasi dan akomodasi”(Suparno. 2000: 123)
Pembentukan pengetahuan itu pertama-tama ditentukan oleh kegiatan atau
keaktifan siswa itu sendiri dalam berhadapan dengan persoalan, bahan pelajaran,
atau lingkungan baru. Siswa itu sendirilah yang membentuk pengetahuannya.
Dari definisi belajar tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
diartikan sebagai suatu proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, ketrampilan dan sikap dengan mengembangkan sendiri pengetahuan
yang dimilikinya, memahami, memecahkan masalah, dan berusaha menemukan
atau menerapkan pengetahuannya. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik
disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu, menuju pada
suatu perubahan pada diri siswa dan untuk mencapai berbagai macam kompetensi,
keterampilan dan sikap.
b. Prestasi Belajar
Menurut arti bahasa, prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dalam
belajar. Winkel (1996:56) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti
keberhasilan yang telah dicapai seseorang. Mulyasa (2005:189) mendefinisikan
bahwa prestasi belajar merupakan suatu gambaran dan penugasan kemampuan
para siswa sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu. Menurut
Lanawati (dalam Reni, A. – Hawadi.2006:168) mengemukakan bahwa prestasi
belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar
siswa sesuai dengan tujuan intruksional yang menyangkut isi pelajaran dan
perilaku yang diharapkan dari siswa.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil maksimum penilaian pendidik terhadap proses belajar tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
kecakapan atau keberhasilan yang diperoleh seseorang setelah melakukan sebuah
kegiatan dan proses belajar.
c. Prestasi Belajar Matematika
Berdasarkan pengertian belajar dan prestasi belajar tersebut, prestasi
belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai siswa setelah mengikuti
pelajaran matematika baik berupa perubahan perilaku maupun kecakapan yang
dinyatakan dengan simbol, angka maupun huruf.
Menurut Gagne dan Winkel (1996:482) kemampuan-kemampuan itu
digolongkan atas kemampuan dalam hal informasi verbal, kemahiran intelektual,
pengaturan kegiatan kognitif, kemampuan motorik, dan sikap. Kemampuan-
kemampuan tesebut merupakan kemampuan internal yang harus dinyatakan dalam
suatu prestasi. Menurut Poerwadarminto (2005) “prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru”.
Dari beberapa pendapat tentang prestasi belajar, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa
selama proses pembelajaran, atau tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran matematika yang diperoleh melalui nilai tes yang
diberikan oleh guru dan hasil tes tersebut merupakan penghargaan dari perubahan
tersebut. Pada penelitian ini dibatasi pada ranah kognitif, karena materi
trigonometri cenderung mengedepankan proses berpikir abstrak. Penilaian ranah
kognitif siswa sebagai alat evaluasi dilakukan melalui tes. Tes prestasi belajar
berupa sekumpulan soal-soal dari materi pelajaran Matematika dengan pokok
pembahasan Trigonometri. Mutu informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran
ditentukan oleh mutu setiap soal yang digunakan. Soal yang digunakan harus diuji
kualitasnya agar dapat memberikan hasil yang akurat.
2. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Joyce (dalam trianto, 2012: 22) model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku.
Menurut rusman (2011:133) model pembelajaran dapat disajikan pola
pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan
efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Senada dengan pendapat Eggen and
Kauchak (2012:35), guru dapat menentukan model mengajar yang paling baik
untuk memenuhi kebutuhan siswa.
Dari pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa model
pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial yang berfungsi
bagi para perancang pembelajaran atau para pengajar dalam merencanakan
aktifitas belajar. Selain itu dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh
memilih model pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan.
b. Model Penemuan Terbimbing (MPT)
Model penemuan terbimbing adalah satu model mengajar dimana guru
memberi siswa contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk
memahami topik tersebut (Eggen and Kauchak, 2012:177). Lebih lanjut Eggen
menambahkan, model ini efektif untuk mendorong keterlibatan dan memotivasi
siswa seraya membantu mereka mendapatkan pemahaman mendalam tentang
topik-topik yang jelas.
Menurut Gulo dalam Trianto (2007:135) model penemuan terbimbing
adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri.
Berdasarkan uraian tersebut maka model penemuan terbimbing dalam
pembelajaran matematika adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada
siswa dan melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran matematika baik
dalam memahami konsep matematika secara mendalam dan kemampuan siswa
untuk menemukan/merumuskan hasil penemuannya. Guru memandu siswa dalam
menemukan dan merumuskan permasalahan tersebut. Menurut Eggen and
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Kauchak (2012: 190) langkah-langkah dari model penemuan terbimbing dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sintaks Model Penemuan Terbimbing
Fase Perilaku GuruFase 1 Pendahuluan
Guru berusaha menarik perhatian siswa dan menetapkan fokus pelajaran.
Fase 2Fase Terbuka
Guru memberi siswa contoh dan meminta siswa untuk mengamati dan membandingkan contoh-contoh.
Fase 3Fase Konvergen
Guru menanyakan pertanyaan-pertanyaan lebih spesifik yang dirancang untuk membimbing siswa mencapai pemahaman tentang konsep atau generalisasi.
Fase 4Penutup dan Penerapan
Guru membimbing siswa memahami definisi suatu konsep atau pernyataan generalisasi dan siswa menerapkan pemahaman mereka ke dalam konteks baru
Berdasarkan Tabel 2.1, langkah-langkah model penemuan terbimbing dapat
ditunjukkan seperti berikut.
1). Kegiatan Pendahuluan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada materi
yang akan dibahas, menjelaskan tentang model penemuan terbimbing pada
siswa dan memberikan motivasi pada siswa agar siswa terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
2). Kegiatan Inti
a) Mengorganisasikan siswa yaitu membagi siswa kedalam beberapa
kelompok, maksimum 4 orang dalam setiap kelompok dengan
kemampuan yang heterogen.
b) Siswa diberikan contoh-contoh dan diminta membandingkan contoh-
contoh dengan yang bukan contoh.
c) Siswa diberikan contoh masalah dalam kehidupan sehari-hari yang
berhubungan dengan materi yang diberikan.
d) Siswa mendiskusikan masalah itu dalam kelompok dan menyelesaikan
masalah itu dengan bimbingan guru.
e) Siswa memaparkan beberapa dari pengamatan mereka dan menuliskan
observasi itu didepan.
f) Siswa dan guru membahas hasil penyelesaian masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
g) Siswa dibimbing guru memahami definisi/pengertian konsep dengan
menyimpulkan contoh-contoh itu mencakup tema kehidupan sehari-hari.
h) Siswa dipandu guru mendapatkan kesimpulan materi yang dipelajari.
i) Guru memberi umpan balik dan memberikan soal sebagai penguatan.
3). Kegiatan Penutup
Siswa diminta guru untuk menerapkan pemahaman mereka dengan
menciptakan contoh-contoh dari mereka sendiri setelah mempelajari materi.
Model penemuan terbimbing mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan. Menurut hasil penelitian Yoppy, Tangkas dan Asrul (2011) kelebihan
dari model penemuan terbimbing seperti berikut.
a). Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
b). Pemahaman konsep tentang materi lebih tertanam pada siswa dan tidak
tergantung dengan hafalan rumus.
c). Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
d). Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa.
e). Mampu meningkatkan motivasi termasuk motivasi intrinsik siswa.
f). Siswa semakin kreatif.
g). Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
h). Memberikan kebebasan pada siswa untuk menyelidiki, menerka,
mencoba-coba, dan menarik kesimpulan.
Sedangkan kelemahan dari model penemuan terbimbing seperti berikut.
a). Siswa yang berkemampuan rendah kesulitan untuk menemukan sendiri
pemahaman konsep, sehingga membutuhkan banyak bimbingan.
b). Pada proses pembimbingan membutuhkan banyak waktu.
c). Tidak semua materi pelajaran bisa diterapkan dengan model temuan
terbimbing.
c. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (MPBM)
Model pembelajaran berbasis masalah adalah seperangkat model
mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan
ketrampilan pemecahan masalah, masalah, materi, dan pengaturan diri (Hmelo
Silver; Serafino & Cicchelli dalam Eggen, 2012:307).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Menurut Arends dalam Trianto (2007:68) pengajaran berdasarkan
masalah merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa mengerjakan
permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka
sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Melalui proses ini, dikatakan
Sanjaya dalam Rusmono (2012:74) sedikit demi sedikit siswa akan berkembang
secara utuh, baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Artinya setiap
siswa memperoleh kebebasan dalam menyelesaikan program pembelajarannya.
Disisi lain Baron dalam Rusmono (2012:74) mengatakan dalam
pembelajaran berbasis masalah siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses
penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan,
mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah.
Seperti kutipan Visser (Smith dan Ragan dalam Rusmono (2012:74) pembelajaran
berbasis masalah merupakan usaha untuk membentuk suatu proses pemahaman isi
suatu mata pelajaran pada suatu kurikulum. Menurut Baron dalam Rusmono
(2012:74) ada empat ciri pembelajaran berbasis masalah yaitu menggunakan
permasalahan dalam dunia nyata, pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian
masalah, tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa, dan guru berperan sebagai
fasilitator.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran matematika adalah suatu
model pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan
intelektual secara mandiri sehingga siswa dapat memahami konsep matematika
dan memecahkan permasalahan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Menurut
Nur dalam Rusmono (2012: 81), langkah-langkah dari model pembelajaran
berbasis masalah pada Tabel 2.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Fase Perilaku GuruFase 1 Mengorganisasikan siswa kepada masalah
Guru menginformasikan tujuan pembelajaran,Mendeskripsikan kebutuhan logistik pentingMemotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri.
Fase 2Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa dalam menemukan dan mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu
Fase 3Membantu menyelidikan mandiri atau kelompok
Guru mendorong mengumpulakan informasi yangsesuai, melakukan eksperimen, mencari penjelasan dan solusi
Fase 4Mengembangakan dan menyajikan hasil karya serta pameran
Membimbing siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman vidio dan model serta membantu mereka berbagi karya mereka
Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi atas penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.
Berdasarkan Tabel 2.2, langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah
dapat ditunjukkan seperti berikut.
1). Kegiatan Pendahuluan
Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada materi yang akan dibahas, menjelaskan tentang model
pembelajaran berbasis masalah pada siswa dan memberikan motivasi pada
siswa agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2). Kegiatan Inti
a) Mengorganisasikan siswa yaitu membagi siswa kedalam beberapa
kelompok, maksimum 4 orang dalam setiap kelompok dengan
kemampuan dengan heterogen
b) Siswa diberikan masalah berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sesuai
materi yang akan dipelajari.
c) Siswa diberi kesempatan untuk mencari jawaban permasalahan tersebut.
d) Siswa mencoba menyelesaikan permasalahan yang telah diberikan dari
guru secara kelompok.
e) Siswa dibantu untuk menentukan dan mengatur tugas yang dibagikan
sesuai dengan materi yang akan dipelajari..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
f) Siswa berdiskusi, mengumpulkan data, dan mencari referensi yang
diperlukan untuk memecahkan masalah.
g) Siswa dibimbing dan dimotivasi dalam memahami materi pelajaran yang
dipelajari.
h) Siswa membuat laporan dan mempresentasikan hasil jawabannya.
i) Siswa dibimbing dan dimotivasi dalam memahami materi pelajaran
yang dipelajari.
j) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok sedangkan kelompok lain
menanggapinya dan mengevaluasi hasil kerja kelompok.
k) Guru memberikan klasifikasi dari penyajian tersebut untuk
menyempurnakan jawabannya.
l) Guru memeriksa penguasaan siswa dalam memahami materi tersebut.
m) Guru memberikan umpan balik yang mengacu pada materi yang
diberikan.
3). Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan materi dari hasil diskusi siswa yang telah
dipelajari. Guru memberikan penilaian serta memberi tugas rumah sebagai
tugas mandiri untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajari
siswa.
Model pembelajaran berbasis masalah mempunyai beberapa kelebihan
dan kekurangan. Menurut Sitiatava (2013: 82) kelebihan dari model pembelajaran
berbasis masalah seperti berikut.
a). Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan, lantaran ia yang
menemukan konsep tersebut.
b). Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut
ketrampilan berpikir siswa yang lebih tinggi.
c). Pengetahuan tertanam berdasarkan skema yang dimiliki oleh siswa,
sehingga pembelajaran lebih bermakna.
d). Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, karena masalah yang
diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
e). Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi
dan menerima pendapat orang lain, serta menanamkan sikap sosial yang
positif dengan siswa yang lain.
f). Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi
terhadap pembelajaran dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan
belajar siswa dapat diharapkan.
g). Dapat menumbuhkembangkan kemampuan kreativitas siswa, baik secara
individual maupun kelompok.
Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran berbasis masalah seperti
berikut.
a). Bagi siswa yang malas, tujuan dari model pembelajaran berbasis masalah
tidak dapat tercapai.
b). Membutuhkan banyak waktu dan dana.
c). Tidak semua mata pelajaran bisa diterapkan dengan model pembelajaran
berbasis masalah.
d. Model Pembelajaran Langsung (MPL)
Santrock (2011:151) mengemukakan bahwa model pembelajaran
langsung adalah suatu model pembelajaran tersruktur dan berpusat pada guru
yang digolongkan berdasarkan arahan dan pengendalian guru, harapan guru yang
tinggi untuk kemajuan para siswa, waktu maksimum yang dihabiskan oleh para
siswa untuk menyelesaikan tugas akademis serta upaya-upaya dari guru untuk
meminimalisasi pengaruh negatif.
Menurut Kuhn dalam Eggen dan Kauchak (2012:363) model
pembelajaran langsung adalah satu model yang menggunakan peragaan dan
penjelasan guru digabungkan dengan latihan dan umpan balik siswa untuk
membantu mereka mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan nyata yang
dibutuhkan untuk pembelajaran lebih jauh.
Sedangkan Arends dalam Trianto (2007:29) mengatakan bahwa model
pembelajaran langsung adalah salah satu model pembelajaran yang dirancang
khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat
diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan
atau praktek. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran
yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa (Kardi dalam Trianto
(2007: 30). Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan
tepat waktu yang digunakan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada guru
yang dirancang untuk mengajarkan ketrampilan prosedural dan mengembangkan
penguasaan pengetahuan proses belajar siswa dalam menyelesaikan tugas guna
menuntaskan hasil belajar mereka. Tindakan dan keputusan yang jelas dari guru
setiap mengajar sangat diperlukan baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
waktu penilaian hasil pembelajaran. Seperti halnya model pembelajaran yang lain,
ciri khusus langkah-langkah model pembelajaran langsung, menurut Kardi dan
Nur dalam Trianto, 2007: 31 dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Sintaks Model Pembelajaran Langsung
Fase-fase Perilaku GuruFase 1Menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran serta mempersiapkan siswa.
Guru menjelaskan kompetensi dan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
Fase 2Mendemonstrasikan pengetahuan/keterampilan.
Guru mendemonstrasikan pengatahuan /keterampilan yang benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
Fase 3 Membimbing pelatihan.
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Fase 4 Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberikan umpan balik.
Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih komplek dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan Tabel 2.3, langkah-langkah model pembelajaran langsung dapat
ditunjukkan seperti berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
1). Kegiatan Pendahuluan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi
siswa untuk belajar lebih giat lagi. Langkah apresiasi dalam penelitian ini
dilakukan melalui tanya jawab untuk menarik perhatian dan memusatkan
perhatian siswa agar fokus terhadap materi yang akan dipelajari.
2). Kegiatan Inti
Guru mempresentasikan materi pembelajaran kepada siswa, guru
memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jawab, guru memberikan
pelatihan terbimbing berupa latihan soal, memantau siswa bekerja serta
memberikan bantuan jika dibutuhkan siswa, menunjuk satu atau dua orang
untuk mempresentasikan hasil kerjanya dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memberikan tanggapan.
3). Kegiatan Penutup
Guru membuat kesimpulan serta guru memberikan tugas rumah. Tugas ini
merupakan kelanjutan dari pembelajaran berikutnya.
Model pembelajaran langsung dalam pembelajaran memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan . Menurut Wina (2007) kelebihan model pembelajaran
langsung seperti berikut.
a. Dengan pembelajaran langsung guru dapat mengontrol urutan dan keluasan
materi pembelajaran, sehingga dapat mengetahui sejauh mana siswa
menguasai bahan pelajaran.
b. Pembelajaran langsung dianggap sangat efektif digunakan apabila materi
pelajaran cukup luas sementara waktu belajar yang tersedia terbatas.
c. Melalui pembelajaran langsung peserta didik dapat memperoleh materi
melalui mendengarkan, juga dapat mengamati pelaksanaan demonstrasi.
d. Pembelajaran langsung bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas
yang besar.
Sedangkan kekurangan model pembelajaran langsung seperti berikut.
a. Pembelajaran langsung lebih cocok dilakukan terhadap peserta didik yang
memiliki kemampuan mendengarkan dan menyimak dengan baik.
b. Pembelajaran langsung tidak dapat melayani perbedaan setiap individu, baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, bakat dan gaya belajar.
c. Karena pembelajaran langsung lebih banyak diberikan melalui ceramah (satu
arah dari guru kepada peserta didik), maka akan sulit mengembangkan
sosialisasi, hubungan interpersonal, dan kemampuan berpikir kritis.
d. Pembelajaran langsung sangat tergantung pada apa yang dimiliki guru,
diantaranya persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, kemampuan
berkomunikasi dan kemampuan pengelolaan kelas.
e. Karena komunikasi dan transfer pengetahuan yang satu arah, mengakibatkan
pengetahuan yang dimiliki peserta didik terbatas pada apa yang diberikan
guru.
3. Kreativitas
Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh para pakar
berdasarkan sudut pandang masing-masing. Barron dalam Alpha dkk. (2013: 44)
mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru. Clark dalam Munandar (2009: 18) menyatakan bahwa kreativitas adalah
pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam
bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan
orang lain.
Torrence dalam Alpha, dkk (2013: 46) mendefinisikan kreativitas itu
sebagai proses kemampuan memahami kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-
hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis-hipotesis baru, dan
mengomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan
menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan. Dipihak lain Solso, dkk
(2008:444) mendefinisikan kreativitas adalah suatu aktivitas kognitif yang
menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan
dan tidak dibatasi pada hasil yang fragmatis (selalu dipandang menurut
kegunaannya). Ini berarti proses kreativitas bukan hanya sebatas menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat saja (meskipun sebagian besar orang yang kreatif hampir
selalu menhasilkan penemuan, tulisan, maupun teori yang bermanfaat).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Menurut Munandar dalam Trianto (2007: 136), kreativitas (berpikir
kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau
informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap
sesuatu masalah di mana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan
beragam jawaban. Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan
terhadap suatu masalah makin tinggi kreativitas seseorang, tentu saja jawaban itu
harus sesuai dengan masalahnya. Lebih lanjut Munandar menambahkan
kreativitas pada anak perlu dikembangkan karena, dengan berkreasi anak dapat
mewujudkan dirinya, sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam
kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, memberikan kepuasan kepada
individu, dan memungkinkan meningkatkan kualitas hidupnya.
Kreativitas dapat dipengaruhi oleh model pembelajaran, sehingga
penggunaan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar harus tepat dan
menarik. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, diharapkan
seorang guru bukan sekedar menyelesaikan sejumlah materi tetapi guru harus
mampu menanamkan konsep materi dengan baik kepada siswa. Siswa bisa di
tingkatkan kualitasnya, apabila guru memahami karakteristik siswa dengan baik
termasuk kreativitas mereka. Informasi tentang siswa tersebut menjadi bahan
pertimbangan bagi guru dalam memilih metode, teknik mengajar dan materi ajar
yang sesuai dengan keberagaman kreativitas siswa.
Sund dalam Slameto (2003:147) menyatakan bahwa individu dengan
potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut : 1)
hasrat keingintahuan yang cukup besar. 2) bersikap terbuka terhadap pengalaman
baru. 3) panjang akal. 4) keinginan untuk menemukan dan meneliti. 5) cenderung
lebih menyukai tugas yang berat dan sulit. 6) cenderung mencari jawaban yang
luas dan memuaskan. 7) memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam
melaksanakan tugas. 8) berpikir fleksibel. 9) menanggapi pertanyaan yang
diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak. 10) kemampuan
membuat analisis dan sintesis. 11) memiliki semangat bertanya serta meneliti. 12)
memiliki daya abstraksi yang cukup baik. 13) memiliki latar belakang membaca
yang cukup luas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Menurut kelompok pakar psikologi dalam Munandar (2009: 37),
mengatakan bahwa ada 10 ciri-ciri pribadi kreatif yaitu : 1) imajinatif, 2)
mempunyai prakarsa, 3) mempunyai minat luas, 4) mandiri dalam berpikir, 5)
Melit, 6) senang berpetualang, 7) penuh energi, 8) percaya diri, 9) bersedia
mengambil resiko dan 10) berani dalam pendirian dan keyakinan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kreativitas
merupakan kemampuan individu dalam mengembangkan pemikiran baru atau
memperbarui yang dikenali melalui ciri-ciri pribadi kreatif. Sedangkan, ciri-ciri
pribadi kreatif yang dipakai dalam penelitian ini adalah mempunyai imajinasi,
mempunyai prakarsa, mempunyai minat yang luas, mandiri dalam berpikir,
mempunyai sifat ingin tahu, senang berpetualang, penuh energi, percaya diri,
berani mengambil resiko, berani dalam pendirian dan yakin.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Nurcholis
(2013) tentang Implementasi metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada penarikan kesimpulan Logika Matematika. Hasil
penelitiannya menyimpulkan bahwa implementasi metode penemuan terbimbing
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penarikan kesimpulan logika
matematika di kelas X A SMA Negeri 9 Palu. Kelebihan dari penelitian ini adalah
hasil belajar siswa meningkat dengan metode penemuan terbimbing dan siswa
mampu menganalisis data serta menarik kesimpulan. Sedangkan kelemahan dari
penelitian ini yaitu siswa masih tergantung bantuan dan bimbingan dari guru.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Tangkas (2012) tentang Pengaruh
Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep dan Ketrampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMAN 3
Amlapura dan Adhar (2012) tentang Pembelajaran Matematika dengan Metode
Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Presentasi dan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Berdasarkan penelitian tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa Siswa yang mengikuti pembelajaran model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
inkuiri/penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang mengikuti model
pembelajaran langsung.
Senada dengan penelitian Adhar, dilakukan oleh Yoppy (2011) tentang
Keefektifan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing dan Cooperative
Learning pada Pembelajaran Matematika. Hasil penelitian Yoppy diperoleh
kesimpulan bahwa penggunaan model penemuan terbimbing memberikan hasil
yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional. Pada model
penemuan terbimbing kreativitas tinggi, sedang dan rendah memberikan hasil
lebih baik daripada model konvensional. Kelebihan dari penelitian ini adalah hasil
belajar siswa dan kreativitas siswa menjadi lebih baik, serta siswa terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran. sedangkan kelemahan dari penelitian ini yaitu
siswa dengan kemampuan rendah dengan pembelajaran penemuan membutuhkan
lebih banyak bimbingan. Pada penelitian model penemuan terbimbing
memberikan hasil yang lebih baik daripada model konvensional. Perbedaan dari
penelitian adalah subjek dan tempat penelitian serta kemampuan yang ingin
diteliti.
Bahm (2009) juga melakukan penelitian tentang Efek dari Discovery
Learning pada kesuksesan siswa dan ketrampilan pembelajaran. Hasil penelitian
tersebut diperoleh kesimpulan bahwa model penemuan terbimbing membuat
siswa aktif dan dipercaya meningkatkan kesuksesan siswa serta kemampuan
belajar.
Penelitian yang berkaitan dengan model pembelajaran berbasis masalah
dilakukan oleh Padmavathy dan Mareesh (2013) tentang Efektivitas Problem
Based Learning dalam Matematika. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh
kesimpulan bahwa PBL lebih efektif dalam mempelajari matematika, dan strategi
PBL memberikan efek pada isi pengetahuan yang menyediakan kesempatan lebih
besar pada siswa untuk mempelajari isi dengan lebih memahami dan
meningkatkan siswa untuk lebih aktif, termotivasi dan perhatian terhadap siswa
lain.
Penelitian lain juga yang dilakukan oleh MacMath, et al. ( 2009) tentang
Problem Based Learning (PBL) dalam Matematika sebagai alat untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
meningkatkan pengetahuan konseptual siswa. Berdasarkan penelitian tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa ini memberi penekanan nilai dari problem based
learning untuk mengembangkan cara berpikir dan kreativitas siswa.
Orhan dan Ruhan (2007) dalam penelitiannya tentang The Effect of
Problem –Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic
Achievement, Attitude and Concept Learning menyampaikan bahwa model
pembelajaran berbasis masalah membuat siswa lebih aktif, lebih berhasil, bersikap
positif , dan lebih meminimalisir kesalahan konsep pada siswa.
Kelebihan model pembelajaran berbasis masalah adalah dengan PBL
prestasi siswa meningkat dan siswa lebih aktif serta kreatif. Sedangkan
perbedaannya adalah materi yang digunakan dalam penelitian, tinjauan yang
dipakai, dan subjek yang diambil.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori, kerangka berpikir pada penelitian ini seperti
berikut.
1. Kaitan Model Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Matematika.
Prestasi belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai siswa setelah
mengikuti pelajaran matematika baik berupa perubahan perilaku maupun
kecakapan yang dinyatakan dengan simbol, angka maupun huruf. Supaya
siswa memperoleh prestasi belajar matematika yang optimal, hendaknya guru
mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang
diajarkan. Hal ini untuk melihat keberhasilan siswa dalam pembelajaran
sehingga berdampak positif terhadap prestasi belajar matematika pada siswa.
Dengan model pembelajaran yang digunakan, maka sistematika
pembelajaran akan lebih terstruktur dan terkonsep. Salah satunya model
penemuan terbimbing di dalam pembelajaran matematika yaitu suatu model
pembelajaran yang berpusat pada siswa dan melibatkan siswa untuk aktif
dalam pembelajaran matematika baik dalam memahami konsep matematika
secara mendalam dan kemampuan siswa untuk menemukan / merumuskan
hasil penemuannya. Guru memandu siswa dalam menemukan dan merumuskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
permasalahan tersebut. Dengan adanya interaksi antara siswa dengan
lingkungannya siswa untuk menyelesaikan masalah yang akan meningkatkan
ketrampilan sosial siswa serta siswa akan lebih mudah memahami konsep dan
memperoleh kesimpulan.
Model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran matematika
adalah suatu model pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa
dalam mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan
ketrampilan intelektual secara mandiri sehingga siswa dapat memahami konsep
matematika dan memecahkan permasalahan yang nyata dalam kehidupan
sehari-hari.
Sedangkan model pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah,
demonstrasi, pelatihan atau praktek. Model pembelajaran langsung digunakan
untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru
kepada siswa. Pembelajaran yang didominasi oleh guru sebagai sumber
informasi. Akibatnya siswa cenderung pasif dan mudah jenuh dengan hanya
memperhatikan guru, menghafal rumus tertentu dan mengaplikasikan ke dalam
bentuk soal untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Dengan demikian, prestasi belajar matematika siswa yang diberi tindakan
model penemuan terbimbing dimungkinkan lebih baik daripada prestasi belajar
matematika siswa yang diberi tindakan model pembelajaran berbasis masalah
dan model pembelajaran langsung, serta prestasi belajar matematika siswa
yang diberi tindakan model pembelajaran berbasis masalah dimungkinkan
lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang diberi tindakan
model pembelajaran langsung.
2. Kaitan Masing-masing Kategori Kreativitas Siswa dengan Prestasi
Belajar Matematika Siswa.
Kreativitas siswa adalah kemampuan siswa untuk mengembangkan
sesuatu yang baru yang merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya
setelah mengalami hambatan dan menyelesaikan.
Kategori kreativitas siswa sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa. Siswa dengan kreativitas tinggi mampu merumuskan, memecahkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
memahami permasalahan dengan berbagai cara, dan mengungkapkan gagasan
baru dalam mencapai tujuan pembelajaran sehingga siswa tersebut tidak akan
kesulitan pada saat menyelesaikan suatu permasalahan. Siswa dengan
kreativitas sedang masih mampu mengungkapkan ide untuk menyelesaikan
permasalahan dengan memerlukan sedikit bimbingan dari teman ataupun guru.
Sedangkan siswa dengan kreativitas rendah akan kesukaran dalam
mengungkapkan ide untuk menyelesaikan permasalahan sehingga mereka
memerlukan bimbingan yang lebih dari teman ataupun guru.
Siswa dengan kreativitas tinggi dimungkinkan mempunyai prestasi
belajar lebih baik daripada siswa dengan kreativitas sedang dan rendah, serta
prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas sedang dimungkinkan
lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas
rendah.
3. Kaitan Masing-Masing Kategori Kreativitas pada Masing-Masing
Kategori Model Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Matematika
siswa.
Siswa dengan kreativitas tinggi memiliki kemampuan lebih dan mampu
untuk menciptakan sesuatu yang baru setelah berinteraksi dengan lingkungan.
Prestasi belajar matematika siswa yang diberi tindakan model penemuan
terbimbing dimungkinkan lebih baik daripada model pembelajaran berbasis
masalah dan model pembelajaran langsung. Prestasi belajar matematika siswa
yang diberi tindakan model pembelajaran berbasis masalah dimungkinkan
lebih baik daripada model pembelajaran langsung.
Siswa dengan kreativitas sedang memiliki kemampuan kurang optimal
dalam menciptakan sesuatu yang baru setelah berinteraksi dengan lingkungan.
Prestasi belajar matematika siswa yang diberi model penemuan terbimbing dan
model pembelajaran berbasis masalah dimungkinkan sama baiknya. Prestasi
belajar matematika siswa yang diberi model penemuan terbimbing dan model
pembelajaran berbasis masalah dimungkinkan lebih baik daripada model
pembelajaran langsung. Siswa dengan kreativitas rendah memiliki kemampuan
rendah sehingga siswa kesulitan dalam menciptakan sesuatu yang baru setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
berinteraksi dengan lingkungan, sehingga prestasi belajar matematika siswa
yang diberi ketiga model pembelajaran tersebut dimungkinkan mempunyai
efek yang sama.
4. Kaitan Masing-Masing Kategori Model Pembelajaran pada Kategori
Kreativitas Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika siswa.
Model penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang berpusat
pada siswa dalam menemukan konsep / informasi dari contoh dan bukan
contoh yang diberikan guru, sehingga siswa mampu memahami definisi suatu
konsep dan menerapkan pemahaman yang diperoleh dalam konteks baru. Guru
membimbing siswa dalam menemukan pemahaman konsep tersebut. Pada
model ini prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas tinggi
dimungkinkan lebih baik daripada siswa dengan kreativitas sedang dan rendah,
serta prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas sedang
dimungkinkan lebih baik daripada siswa dengan kreativitas rendah.
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang
dipusatkan pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak hanya mempelajari
konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah
dalam menyelesaikan masalah tersebut. Pada model pembelajaran ini siswa
dihadapkan pada permasalahan matematika yang nyata dalam kehidupan
sehari-hari sehingga siswa termotivasi/tertantang untuk menyelesaikan masalah
nyata dan menguasai konsep matematika melalui pengalamannya setelah
menempuh suatu pembelajaran. Dalam hal ini metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru sebaiknya dititik beratkan pada media agar langsung dapat
melihat obyek yang berkaitan dengan pelajaran. Siswa yang kreatif mempunyai
ciri mampu mengembangkan dan menumbuhkan ide/gagasan baru atau
mengombinasikan gagasan yang sudah ada, mampu berpikir, serta mampu
memecahkan masalah melalui bakat yg dimilikinya.
Pada model pembelajaran berbasis masalah prestasi belajar matematika
siswa dengan kreativitas tinggi dan sedang dimungkinkan sama baiknya, dan
prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas tinggi lebih baik daripada
siswa dengan kreaivitas rendah, serta prestasi belajar matematika siswa dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
kreativitas sedang dimungkinkan lebih baik daripada siswa dengan kreativitas
rendah.
Peran siswa dalam model pembelajaran langsung hanya mendengarkan
baik dalam bentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek. Pembelajaran
langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan
langsung oleh guru kepada siswa. Pembelajaran yang didominasi oleh guru
sebagai sumber informasi. Akibatnya siswa cenderung pasif dan mudah jenuh
dengan hanya memperhatikan guru, menghafal rumus tertentu dan
mengaplikasikan ke dalam bentuk soal untuk menyelesaikan suatu
permasalahan. Oleh karena itu, kreativitas siswa tidak mempengaruhi prestasi
belajar matematika siswa.
Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru tidak semua cocok
dengan kreativitas siswa. Oleh karena itu, seorang guru harus tepat dalam
memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori, kerangka berpikir dan permasalahan yang
diajukan, dapat dirumuskan hipotesis penelitian seperti berikut.
1. Siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan model penemuan
terbimbing mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada
siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
berbasis masalah dan model pengajaran langsung pada pokok bahasan
trigonometri. Siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran berbasis masalah mempunyai prestasi belajar matematika
lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan
model pembelajaran langsung pada pokok bahasan trigonometri.
2. Siswa dengan kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik
daripada siswa dengan kreativitas yang sedang dan rendah. Sedangkan siswa
dengan kreativitas yang sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa
dengan kreativitas yang rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3. Siswa dengan kreativitas tinggi, prestasi belajar matematika siswa dengan
pembelajaran model penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa dengan
model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran langsung.
Prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran berbasis
masalah lebih baik daripada siswa dengan model pembelajaran langsung.
Siswa dengan kreativitas sedang, prestasi belajar siswa dengan
pembelajaran model penemuan terbimbing dan model pembelajaran
berbasis masalah memberikan hasil yang sama, dan prestasi belajar siswa
dengan pembelajaran model penemuan terbimbing dan model pembelajaran
berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang menggunakan model
pembelajaran langsung. Sedangkan siswa dengan kreativitas rendah, model
penemuan terbimbing, model pembelajaran berbasis masalah dan model
pembelajaran langsung memberikan hasil yang sama dalam prestasi
belajarnya.
4. Pada model penemuan terbimbing, prestasi belajar matematika siswa dengan
kreativitas tinggi lebih baik daripada siswa dengan kreativitas sedang dan
rendah. Prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas sedang lebih
baik daripada siswa dengan kreativitas rendah. Pada model pembelajaran
berbasis masalah, prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas
tinggi dan sedang memberikan hasil yang sama dan siswa dengan kreativitas
sedang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas rendah. Pada model
pembelajaran langsung, prestasi belajar matematika siswa memberikan hasil
yang sama untuk siswa dengan kreativitas tinggi, kreativitas sedang, dan
kreativitas rendah.