bab ii kajian pustaka 2.1 landasan teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/bab ii .pdf · 2.1.3...
TRANSCRIPT
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Teori-teori yang dapat menjelaskan pentingnya pengungkapan intellectual
capital atau modal intelektual diantaranya adalah:
2.1.1 Stakeholder Theory
Menurut Gutrie (dalam Purnomosidhi, 2006) teori ini mengharapkan
manajemen perusahaan melaporkan aktivitas-aktivitas perusahaan kepada para
stakeholder, yang berisi dampak aktivitas-aktivitas tersebut pada perusahaan
mereka, meskipun nantinya mereka memilih untuk tidak menggunakan
informasi tersebut. Teori ini menganggap akuntabilitas organisasional tidak
hanya terbatas pada kinerja ekonomi atau keuangan saja, sehingga perusahaan
perlu melakukan pengungkapan tentang intellectual capital atau modal
intelektual lebih dari yang diharuskan oleh badan yang berwenang.
Kelompok stakeholder inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi
perusahaan dalam mengungkapkan dan atau tidak mengungkapkan suatu
informasi di dalam laporan keuangan, sehingga perusahaan akan berusaha
untuk mencapai kinerja optimal seperti yang diharapkan oleh stakeholder
(Ulum, 2008). Salah satu faktor yang mempengaruhi pengungkapan
intellectual capital dalam laporan keuangan adalah kinerja intellectual capital,
semakin baik kinerja intellectual capital dalam suatu perusahaan maka akan
15
semakin tinggi tingkat pengungkapannya dalam laporan keuangan sehingga
dapat meningkatkan kepercayaan para stakeholder terhadap perusahaan.
2.1.2Knowledge-Based Theory
Menurut Sangkala (dalam Ramadhan, 2009) resource-based theory
menjelaskan adanya dua pandangan mengenai perangkat penyusunan strategi
perusahaan. Yang pertama yaitu pandangan yang berorientasi pada pasar
(market-based) dan yang kedua adalah pandangan yang berorientasi pada
sumber daya (resource-based). Pengembangan dari kedua perangkat tersebut
menghasilkan suatu pandangan baru, yaitu pandangan yang berorientasi pada
pengetahuan (knowledge-based).
Knowledge-based theory menganggap pengetahuan sebagai sumber
daya yang sangat penting bagi perusahaan, karena pengetahuan merupakan
aset yang apabila dikelola dengan baik akan meningkatkan kinerja
perusahaan. Apabila kinerja perusahan meningkat otomatis nilai perusahan
akan ikut meningkat (Ramadhan, 2009). Ulum (2008) menjelaskan bahwa
dengan perubahan ekonomi yang berkarakteristik ekonomi berbasis ilmu
pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan (knowledge
management) maka kemakmuran suatu perusahaan akan bergantung pada
suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri.
Semakin baik perusahaan dapat mengelola dan memanfaatkan intellectual
capital yang dimiliki, diharapkan akan menciptakan kompetensi yang khas
16
bagi perusahaan yang diharapkan mampu mendukung kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
2.1.3 Resource –Dependence Theory
Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan bahwa
Resource dependency theory memfokuskan hubungan simbiotik perusahaan
dengan sumber daya lingkungan. Perusahaan memiliki ketergantungan dengan
perusahaan lain yang memiliki pengendalian terhadap sumber daya.
Perusahaan selalu berinteraksi dengan perusahaan lain yang mengendalikan
sumber daya dalam lingkungannya untuk memperoleh sumber daya tersebut.
Resource-dependence theory memiliki perspektif mengenai pekerjaan
entrepreneurship, seperti venture capitalist, regulator, dan konsumen utama
yang digambarkan sebagai pembentuk perusahaan dan outcomes melalui
pengendalian dari berbagai sumber daya penting. Teori ini memandang
sumber daya perusahaan sebagai hal yang melekat yang tidak dapat secara
cepat ditambah atau dihilangkan (Grant,1991).
2.1.4 Pengertian Intellectual Capital
Pada awal berkembangnya Intellectual Capital dijelaskan oleh Klein
dan Prusak dalam Ulum (2009:20) bahwa Intellectual Capital adalah materi
yang telah disusun, ditangkap, dan digunakan untuk menghasilkan nilai aset
yang lebih tinggi. Stewart menyatakan definisi intellectual capital sebagai
packaged useful knowledge. Sedangkan Brooking (1996) mendefinisikan
secara lebih komprehensif bahwa Intellectual Capital diberikan untuk
17
kombinasi intangible assets yang dapat membuat perusahaan untuk dapat
berfungsi. Edvinsson dan Malone (1997) mengidentifikasi Intellectual Capital
sebagai nilai yang tersembunyi dari bisnis. Menurut Bontis menyatakan
bahwa Intellectual Capital mencakup semua pengetahuan karyawan,
organisasi dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai tambah dan
menyebabkan keunggulan kompetitif berkelanjutan.
Intellectual Capital telah diidentifikasi sebagai seperangkat tak
berwujud (sumber daya, kemampuan, dan kompetensi) yang menggerakkan
kinerja organisasi dan penciptaan nilai. Intellectual Capital didefinisikan
sebagai sumber daya pengetahuan dalam bentuk karyawan, pelanggan, proses
atau teknologi yang perusahaan gunakan dalam proses penciptaan nilai bagi
perusahaan (Ulum, 2009:20-30). Nilai tambah suatu perusahaan dapat
diciptakan melalui sumber daya baik fisik maupun keuangan (Pulic, 1998
dalam Ulum, 2009:86). Sedangkan Intellectual Capital merupakan intangible
asset yang tidak mudah untuk diukur. Berdasarkan hal tersebut diperlukan
solusi untuk mengukur dan melaporkan Intellectual Capital perusahaan dan
bagaimana Intellectual Capital memberikan nilai tambah pada perusahaan.
Oleh karena itu muncul konsep Value Added Intellectual Coefficient (VAIC)
untuk kondisi tersebut.
Intellectual capital mewakili sumber daya yang bernilai dan
kemampuan untuk bertindak yang didasarkan pada pengetahuan Nahapiet dan
Goshal (dalam Sugeng, 2000). Namun demikian, Dzinkowski (dalam Saputro,
18
2001) berpendapat bahwa intellectual capital merupakan hasil akhir dari
proses transformasi pengetahuan atau pengetahuan itu sendiri yang
ditransformasikan ke dalam intellectual property atau intellectual assets
perusahaan.
2.1.5 Komponen Intellectual Capital
Skema modal intelektual menurut (Sveby, 1997), (Stewart, 1997), dan
(Edvinson dan Sullivan, 1996) menggambarkan tiga elemen yang sama, yaitu
modal intelektual yang melekat pada manusia (human capital), modal
intelektual yang melekat pada organisasi (structural capital), dan modal
intelektual yang melekat pada hubungan dengan pihak eksternal (customer
capital).
Tabel 1
Komponen Intellectual Capital
Elemen /
Author
Modal
Intelektual yang
melekat pada
manusia
Modal
Intelektual yang
melekat pada
organisasi
Modal
Intelektual yang
melekat pada
hubungan
dengan pihak
eksternal
Edvinson Human capital Organizational
capital
Customer capital
Stewart Human capital Structure capital Customer capital
Sveby Employee
competence
Internal stucture External structure
Sumber :Punomosidhi, 2006
19
Elemen pertama dalam tabel di atas adalah human capital, yang
merupakan kombinasi dari pengetahuan, keahlian (skill), kemampuan
melakukan inovasi, dan kemampuan menyelesaikan tugas, meliputi nilai
perusahaan, kultur dan filsafatnya (Bontis dalam Hartono, 2001). Elemen
kedua merupakan structural capital yang merupakan sarana dan prasarana
yang mendukung karyawan untuk menciptakan kinerja yang optimum,
meliputi struktur organisasi, patent, dan trade mark (Hartono, 2001). Elemen
ketiga adalah customer capital, mencerminkan hubungan dengan pihak luar
dari organisasi, seperti koneksi, loyalitas pelanggan, dan hubungan yang baik
dengan supplier (Petras dalam Hartono, 2001).
Maka dari itu dapat disimpulkan secara umum komponen dalam
intelellectual capital adalah sebagai berikut :
1. Human capital (HC)
Human capital adalah kompetensi, pengetahuan,keterampilan, dan
kepribadian yang dimiliki oleh karyawan untuk melakukan kegiatan yang
bermanfaat sehingga menghasilkan nilai ekonomi bagi perusahaan. Human
capital berasal dari pendidikan dan pengalaman yang dapat menghasilkan
inovasi melalui kreatifitas dan keterampilan yang dimiliki karyawan. Human
capital dapat dikembangkan oleh perusahaan dengan meningkatkan
pengetahuan karyawannya melalui pelatihan-pelatihan atau beasiswa untuk
melanjutkan kuliah ke tingkat yang lebih tinggi.
20
Keberhasilan pengembangan human capital oleh perusahaan akan
menghasilkan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Dengan demikian
maka perusahaan akan dapat bersaing dan menghasilkan keuntungan.
2. Structural capital (SC)
Bontis et al. (2000) dalam Ulum (2009) menyebutkan bahwa
structural capital meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge
dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah database,
organizationalcharts, process manuals, strategies, routines dan segala hal
yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya.
Structural capital mendukung human capital untuk menghasilkan kinerja
yang optimal dengan sarana dan prasarana yang diberikan oleh perusahaan.
3. Customer Capital (CC)
Perusahaan tidak dapat berdiri sendiri tanpa dukungan dari pihak di
luar perusahaan seperti pemasok, pelanggan, masyarakat dan pemerintah.
Oleh karena itu perusahaan berusaha menjalin hubungan baik dengan
pelanggan, pemasok dan semua pihak yang mempunyai hubungan dengan
perusahaan. Pihak diluar perusahaan yang berbisnis dengan perusahaan dan
mempunyai hubungan baik dengan perusahaan disebut dengan customer
capital. Customer capital muncul melalui proses mengenal, belajar, dan
percaya. Seiring dengan proses tersebut, maka timbul hubungan dengan
perusahaan. Pada saat seseorang ingin membeli produk suatu perusahaan,
maka keinginan itu didasari oleh kepercayaan, harga dan spesifikasi produk
21
tersebut. Semakin baik hubungan seseorang dengan perusahaan, maka
semakin besar kemungkinan untuk membeli produk tersebut.
Komponen-komponen modal intelektual di atas merupakan indukasi
future value dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kinerja
keuangan. Oleh karena itu, diperlukan metode pelaporan dan pengelolaan
terhadap dimensi-dimensi intangible yang lebih sistematis (Purnomosidhi,
2006).
Intellectual capital merupakan sumber daya perusahaan yang
memegang peranan penting seperti physical capital dan financial capital.
Untuk itu perusahaan perlu mengembangkan strategi agar sumber daya yang
dimilikinya dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.
2.1.6 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan suatu tolak ukur kemampuan
perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki
perusahaan. Dapat diartikan bahwa kinerja merupakan hasil pencapaian yang
telah dilakukan oleh perusahaan dalam periode tertentu. Perusahaan harus
terus melakukan peningkatan terhadap kinerja perusahaan agar tujuan
perusahaan tercapai. Kinerja keuangan yang baik mencerminkan kondisi
perusahaan dalam kondisi baik. Hasil dari kinerja keuangan dapat dijadikan
sebagai evaluasi untuk perusahaan di masa yang akan datang.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan penentuan ukuran-ukuran
tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam
22
menghasilkan laba. Menurut (Elanvita, 2008) prestasi perusahaan yang
ditunjukkan oleh laporan keuangannya sebagai suatu tampilan keadaan
perusahaan selama periode tertentu disebut dengan kinerja keuangan
perusahaan. Sedangkan Pranata (2007) menyatakan bahwa kinerja keuangan
merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisien suatu
organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Pengukuran kinerja perusahaan
dengan elemen keuangan akan dijelaskan berikut ini:
a.Asset Turnover (ATO)
Asset Turnover (ATO) merupakan rasio dari total pendapatan terhadap
total asset (Firrer dan William, 2003). Rasio ini mengukur efisiensi
penggunaan total aset dalam menghasilkan pendapatan. Semakin besar
pemanfaatan penggunaan total aset baik tangible asset maupun intangible
asset seperti intellectual capital yang dimiliki maka akan meningkatkan
pendapatan perusahaan.
b.Growth in Revenue (GR)
Rasio ini mengukur perubahan pendapatan perusahaan, yaitu seberapa
baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya. Peningkatan
pendapatan biasanya merupakan sinyal bagi perusahaan untuk dapat tumbuh
dan berkembangan (Chen et al., 2000). Semakin baik perusahaan dapat
mengolah dan memanfaatkan intellectual capital yang dimiliki akan
memberikan nilai lebih dan keunggulan kompetitif bagi perusahaan sehingga
pendapatan perusahaan juga akan meningkat.
23
2.1.7 Pengukuran Intellectual Capital
Pengukuran Intellectual Capital dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori, yaitu pengukuran dengan metode non-monetary dan pengukuran
dengan metode monetary. Pengukuran IC yang berbasis non-moneter menurut
Tan et al., (2007) adalah sebagai berikut:
a. The Balanced Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton
(1992). BSC menerjemahkan misi organisasi dan strategi kedalam
sistem pengukuran kinerja yang komprehensif yang menyediakan
kerangka untuk pengukuran strategi dan sistem manajemen. Dalam
BSC tidak hanya menekankan pencapaian kinerja keuangan tetapi
hubungan sebab akibat kinerja non keuangan dan kinerja keuangan.
BSC digunakan sebagai pengukuran IC dengan memonitor kemajuan
kapabilitas dan pertumbuhan pengakuisian aset tidak berwujud.
Berikut 4 perspektif Balance score Card.
a) Perspektif keuangan, Bagaimana perusahaan melihat
pemegang saham, seperti bagaiman cash flow dan
profitabilitas perusahaan.
b) Perspektif pelanggan, Bagaimana customer melihat
perusahaan. Seperti harga dibandingkan dengan harga
competitor dan rating produk.
c) Perspektif bisnis internal, Terkait bagaimana kita harus
unggul dalam siklus produksi.
24
d) Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Bagaimana kita
meningkatkan dan menciptakan nilai sebagai contoh
percentase penjualan dari produk baru.
b. Brooking`s Technology Broker Method (1996) Brooking (1996)
Dalam mendesain model intellectual capital perusahaan yang terdiri
dari : Market asset, human centered assets, Intellectual property
assets, Infrastuctural assets. Market assets terdiri dari merek,
customer, jalur distribusi dan kolaborasi bisnis. Intellectual property
assets termasuk diantaranya paten, hak cipta. Human centered assets
diantaranya termasuk pendidikan, pengetahuan dan kompetensi.
Asset infrastructure termasuk diantanya proses manajemen, sistem
informasi teknologi, kerja sama dan sistem keuangan. Brooking
dalam vanberg melakukan survey untuk menganalisis indicator IC
dengan menggunakan 20 pertanyaan yang meliputi human centered
asset, infrastructure asset, intellectual property asset dan market
asset. Untuk menganalisis lebih dalam setiap bagian dianalisis
melalui 158 pertanyaan tambahan dan jawaban dari pertanyaan
menggunakan skala likert.
c. The Skandia IC Report Method oleh Edvinsson dan Malone (1997)
adalah kumpulan dari suatu metode untuk mengukur Intangibles,
yang dipelopori oleh Leif Edvinsson dari Skandia. Navigator tersebut
terdiri dari atas suatu pandangan menyeluruh dari pencapaian hasil
25
dan prestasi. Susunan dari Skandia Navigator adalah sangat simple
tetapi canggih. Lima fokus area atau perspektif tersebut, mencakup
area kepentingan yang berbeda-beda. Setiap area menggambarkan
proses dari penciptaan nilai.
d. IC Index yang dikembangkan oleh Roos et al (1997). IC index model
dikembangkan oleh Goran dan Juhan Ross. Ross e.al membagi
Intellectual capital menjadi 3 elemen yaitu human capital,
organizational capital dan customer capital.
e. Sveiby Intangible asset monitor (IAM)Sveiby dalam van berg (2007)
menyatakan bahwa nilai perusahaan terletak pada invisible
knowledge-based asset. Nonaka Tak Euchi dalam van berg(2007)
mengembangkan konversi knowledge yang merupakan bagian dari
intangible asset monitor Sveiby.
Penelitian ini menggunakan Model Pulic VAIC yang dikembangkan
oleh Pulic. Menurut Ulum (2009:86) Metode ini didesain untuk menyajikan
informasi tentang penciptaan nilai efisiensi dari aset berwujud (tangible asset)
dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. VAIC
adalah sebuah prosedur analitis yang dirancang untuk memungkinkan
manajemen, pemegang saham dan pemangku kepentingan lain yang terkait
untuk secara efektif memonitor dan mengevaluasi efisiensi nilai tambah atau
value added (VA) dengan total sumber daya perusahaan dan masing-masing
komponen sumber daya utama. Value added adalah indikator paling objektif
26
untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam penciptaan nilai (value creation) (Ulum, 2009:87).
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2
Penelitian Terdahulu
No
.
Nama Judul Penelitian Variabel Metode
Penelitian
Hasil
1. Kusumawardh
ani, Titisari
(2012)
Intellectual
Capital,
Financial
Provitability, and
productivity: An
Exploratory Study
of The Indonesian
Pharmaceutical
Industry
Variabel
Dependen :
Profitabilitas
,
Produktivita
s
Variabel
Independen
:
Intellectual
capital
(human
capital,
customer
capital,
organization
capital,
innovation
capital,
process
capital) dan
physical
capital
Model
Regresi
Sederhana
Intellectual
capital
berpengaruh
positifdan
signifikanter
hadap
profitabilitas
pada
perusahaan
Farmasi
Physical
Capital
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas,
tetapi tidak
berpengaruh
terhadap
produktivitas
pada
perusahaan
farmasi
2. Ulum, Ihyaul
(2008)
Intellectual
Capital
dan Kinerja
Variabel
dependen :
Kinerja
PLS Komponen
Intellectual
capital yaitu
27
Keuangan
Perusahaan; Suatu
Anaisis dengan
pendekatan
Partial
Least Square
Perusahaan
Variabel
independen :
Human
capital,
Customer
capital,
structural
capital
Structural
capital dan
customer
capital
berpengaruhp
ositif dengan
kinerjakeuan
gan
perusahaan.
Human
capital
berhubungan
dengan
structural
capital dan
customer
capital
Customer
capital
berhubungan
dengan
structural
capital.
3. Pramelasari,
Yossi (2010)
Pengaruh
Intellectual
Capital
terhadap Nilai
Pasar
dan Kinerja
Keuangan
Perusahaan
Variabel
Dependen:
Kinerja
keuangan
(ROA,
ROE,
EP) dan
MtBV
Variabel
Independen:
STVA,
VAHU,
VACA,
R&D,
AD
Model
Regresi
Sederhana
IC tidak
berpengaruh
terhadap
MtBV dan
kinerja
keuangan
tidak terdapat
perbedaan
MtBV
antara
perusahaan
High-IC
dengan
perusahaan
Low –IC
hanya terjadi
perbedaan
28
pada nilai
ROA dan
ROE antara
perusahaan
high-IC
dengan
perusahaan
Low-IC.
4. Solikhah,
Badingayus
(2010)
Implikasi
Intellectual
Capital terhadap
FinancialPerform
ance,Growth, dan
Market Value
Variabel
Dependen:
CR, DER,
ATO, ROI,
ROE, EG,
AG,PBV,PE
R
Variabel
independen:
VACA,VAH
U,
STVA
PLS Modal
intelektual
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
kinerja
keuangan
dan
pertumbuhan
perusahaan
Modal
intelektual
Tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap nilai
pasar
perusahaan
5. Subrata, Imam
(2014)
Pengaruh
Intellectual
Capital
Terhadap Kinerja
Keuangan
Perusahaan
Manufaktur High-
Ic
Dan Low-Ic Yang
Terdaftar Di
Bursa
Efek Indonesia
Variabel
Dependen:
ROA
Variabel
Independen:
VAHU,VA
CA,
STVA
Model
regresi
Sederhana
Modal
intelektual
(VAIC)
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
(ROA)
Tidak
terdapat
perbedaan
nilai
intellectual
29
capital antara
perusahaan
High-IC dan
Low-IC
Sumber : Diolah dari beberapa hasil penelitian (2011)
2.3 Kerangka Pemikiran
Metode VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) dikembangkan oleh
Pulic (1998) didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency
dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang
dimiliki perusahaan. Komponen utama dari VAIC dapat dilihat dari sumber daya
perusahaan, yaitu physical capital (VACA – value added capital employed), human
capital (VAHU – value added human capital), dan structural capital (STVA –
structural capital value added), (Ulum, 2008).
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Teoritis
H1
H2
H3
Sumber : Hasil Olah Sendiri
Intellectual Capital
VAHU
STVA
VACA Kinerja Keuangan
GR
30
Gambar 2
Kerangka Pemikiran Teoritis
MJN
H 4
H5
H6
Sumber : Hasil Olah Sendiri
2.4 Hipotesis
Jika intellectual capital merupakan sumber daya yang terukur untuk
peningkatan competitive advantages, maka intellectual capital akan memberikan
kontribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan (Harrison dan Sullivan, Chen at al,
Abdolmohammadi dalam Ulum, 2008). Apabila intellectual capital meningkat, maka
kinerja keuangan akan semakin meningkat, begitu juga sebaliknya.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan
(Sugiyono, 2011:99). Jawaban sementara diartikan bahwa jawaban yang diberikan
masih hanya berdasar atas teori yang relevan dan belum berdasarkan fakta-fakta
empiris dari pengumpulan data. Berdasarkan landasan konseptual dan landasan teori
yang telah diuraikan, maka disusun beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut :
Intellectual Capital
VAHU
STVA
VACA
Kinerja Keuangan
GR
31
1. Pengaruh Value Added Capital Employed (VACA) terhadap Asset
Turnover (ATO)
Capital Employed (CE) menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mengelola sumber daya berupa capital asset yang apabila dikelola dengan
baik akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. VACA merupakan
bentuk dari kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber dayanya yang
berupa capital asset. Dengan pengelolaan dan pemanfaatan capital asset yang
baik, maka perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangan, pertumbuhan
perusahaan, dan nilai pasar (Kusumo, 2012). Semakin baik perusahaan
mengelola ketiga komponen intellectual capital ,menunjukkan semakin baik
perusahaan mengelola aset. Bila perusahaan mampu mengelola aset dengan
baik dan dapat menekan biaya operasional sehingga dapat meningkatkan nilai
tambah dari hasil kemampuan intelektual perusahaan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa capital employed memiliki pengaruh produktifitas.
H3 : Value Added Capital Employed (VACA) berpengaruh terhadap Asset
Turnover (ATO).
2. Pengaruh Value Added Human Capital (VAHU) terhadap Asset Turnover
(ATO)
Human capital (HC) menggambarkan sumber daya manusia dengan
pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang unggul, maka dapat
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan sehingga mencapai keunggulan
kompetitif. Indikasi gaji dan tunjangan yang diberikan oleh perusahaan
32
kepada karyawan, mampu meningkatkan karyawan dalam mendukung kinerja
perusahaan sehingga HC dapat menciptakan value added serta meningkatkan
pendapatan dan profit perusahaan. Laba akuntansi merupakan ukuran return
bagi pemegang saham (shareholder),sementara value added merupakan
ukuran yang lebih akurat yang diciptakan oleh stakeholder (Ulum, 2008).
Value added yang dimiliki perusahaan salah satunya dihasilkan oleh efisiensi
dari human capital. Artinya, perusahaan mampu memaksimalkan
pengetahuan, keahlian, jaringan sehingga menciptakan nilai, sehingga hal ini
juga dapat menguntungkan shareholder karena manajemen mampu mengelola
organisasi untuk kepentingan mereka. Salah satu ukuran kepentingan
shareholder yaitu ATO. Sehingga dapat disimpulkan bahwa human capital
memiliki pengaruh terhadap produktifitas
H2 : Value Added Human Capital (VAHU) berpengaruh Asset Turnover
(ATO).
3. Pengaruh Structural Capital Value Added (STVA) terhadap Asset Turnover
(ATO)
Structural capital (SC) menggambarkan modal yang dibutuhkan perusahaan
untuk memenuhi proses rutinitas perusahaan dalam menghasilkan kinerja
yang optimal, serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya sistem
operasional perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi
manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan
(Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Tanpa diiringi oleh pengelolahan SC yang
33
baik maka akan menghambat produktivitas karyawan dalam menghasilkan
value added (Ulum, 2008). Dapat disimpulkan bahwa structural capital
memiliki pengaruh terhadap produktifitas.
H2 : Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh Asset Turnover
(ATO).
4. Pengaruh Value Added Capital Employed (VACA) terhadap Growth in
Revenue (GR)
Capital employed (physical capital) merupakan indikator dalam penciptaan
value added dalam modal yang dihasilkan perusahaan dengan efisien (Firer
dan Williams, 2003). Pulic (1998) berasumsi bahwa jika unit capital employed
menghasilkan keuntungan yang lebih besar dalam satu perusahaan dari yang
lain, maka perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang memanfaatkan
capital employed dengan lebih baik. Dengan demikian, pemanfaatan capital
employed yang lebih baik adalah bagian dari intellectual capital perusahaan.
Keefisiensian capital employed terjadi jika penggunaan modal fisik pada
sebuah perusahaan lebih sedikit maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
perusahaan. Penelitian Citra (2011) yang menemukan bahwa pada Value
Added Capital Employed Perusahaan Manufaktur dinyatakan berpengaruh
terhadap pertumbuhan perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka
hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
H4 : Value Added Capital Employed (VACA) berpengaruh terhadap GR.
34
5. Pengaruh Value Added Human Capital (VAHU) terhadap Growth in
Revenue (GR)
Human capital merupakan individual knowledge stock yang direpresentasikan
oleh karyawan. Human capital mengindikasi kemampuan karyawan untuk
menghasilkan nilai bagi perusahaan dari biaya yang dikeluarkan bagi
karyawan tersebut. Penelitian Citra (2011) pada perusahaan manufaktur
menyatakan bahwa secara bersama-sama intellectual capital dan tiga
komponennya berpengaruh terhadap pertumbuhan perusahaan. Hal ini
mengindikasi jika komponen intellectual capital salah satunya yaitu human
capital juga memberi pengaruh terhadap pertumbuhan perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut:
H2 :Value Added Human Capital (VAHU) berpengaruh Growth in
Revenue (GR).
6. Pengaruh Structural Capital Value Added (STVA) terhadap Growth in
Revenue (GR)
Structural capital (SC) menggambarkan modal yang dibutuhkan perusahaan
untuk memenuhi proses rutinitas perusahaan dalam menghasilkan kinerja yang
optimal, serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya sistem operasional
perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan
semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan (Sawarjuwono
dan Kadir, 2003). Penelitian Citra (2011) yang menemukan bahwa pada
35
perusahaan manufaktur structural capital dinyatakan berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka
hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
H6 : Structural Capital Value Added berpengaruh terhadap Growth in
Revenue (GR)
.