bab ii kajian pustaka 2.1 landasan teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/bab ii .pdf · 2.1.3...

22
14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Teori-teori yang dapat menjelaskan pentingnya pengungkapan intellectual capital atau modal intelektual diantaranya adalah: 2.1.1 Stakeholder Theory Menurut Gutrie (dalam Purnomosidhi, 2006) teori ini mengharapkan manajemen perusahaan melaporkan aktivitas-aktivitas perusahaan kepada para stakeholder, yang berisi dampak aktivitas-aktivitas tersebut pada perusahaan mereka, meskipun nantinya mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut. Teori ini menganggap akuntabilitas organisasional tidak hanya terbatas pada kinerja ekonomi atau keuangan saja, sehingga perusahaan perlu melakukan pengungkapan tentang intellectual capital atau modal intelektual lebih dari yang diharuskan oleh badan yang berwenang. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan dalam mengungkapkan dan atau tidak mengungkapkan suatu informasi di dalam laporan keuangan, sehingga perusahaan akan berusaha untuk mencapai kinerja optimal seperti yang diharapkan oleh stakeholder (Ulum, 2008). Salah satu faktor yang mempengaruhi pengungkapan intellectual capital dalam laporan keuangan adalah kinerja intellectual capital, semakin baik kinerja intellectual capital dalam suatu perusahaan maka akan

Upload: others

Post on 22-Sep-2019

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Teori-teori yang dapat menjelaskan pentingnya pengungkapan intellectual

capital atau modal intelektual diantaranya adalah:

2.1.1 Stakeholder Theory

Menurut Gutrie (dalam Purnomosidhi, 2006) teori ini mengharapkan

manajemen perusahaan melaporkan aktivitas-aktivitas perusahaan kepada para

stakeholder, yang berisi dampak aktivitas-aktivitas tersebut pada perusahaan

mereka, meskipun nantinya mereka memilih untuk tidak menggunakan

informasi tersebut. Teori ini menganggap akuntabilitas organisasional tidak

hanya terbatas pada kinerja ekonomi atau keuangan saja, sehingga perusahaan

perlu melakukan pengungkapan tentang intellectual capital atau modal

intelektual lebih dari yang diharuskan oleh badan yang berwenang.

Kelompok stakeholder inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi

perusahaan dalam mengungkapkan dan atau tidak mengungkapkan suatu

informasi di dalam laporan keuangan, sehingga perusahaan akan berusaha

untuk mencapai kinerja optimal seperti yang diharapkan oleh stakeholder

(Ulum, 2008). Salah satu faktor yang mempengaruhi pengungkapan

intellectual capital dalam laporan keuangan adalah kinerja intellectual capital,

semakin baik kinerja intellectual capital dalam suatu perusahaan maka akan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

15

semakin tinggi tingkat pengungkapannya dalam laporan keuangan sehingga

dapat meningkatkan kepercayaan para stakeholder terhadap perusahaan.

2.1.2Knowledge-Based Theory

Menurut Sangkala (dalam Ramadhan, 2009) resource-based theory

menjelaskan adanya dua pandangan mengenai perangkat penyusunan strategi

perusahaan. Yang pertama yaitu pandangan yang berorientasi pada pasar

(market-based) dan yang kedua adalah pandangan yang berorientasi pada

sumber daya (resource-based). Pengembangan dari kedua perangkat tersebut

menghasilkan suatu pandangan baru, yaitu pandangan yang berorientasi pada

pengetahuan (knowledge-based).

Knowledge-based theory menganggap pengetahuan sebagai sumber

daya yang sangat penting bagi perusahaan, karena pengetahuan merupakan

aset yang apabila dikelola dengan baik akan meningkatkan kinerja

perusahaan. Apabila kinerja perusahan meningkat otomatis nilai perusahan

akan ikut meningkat (Ramadhan, 2009). Ulum (2008) menjelaskan bahwa

dengan perubahan ekonomi yang berkarakteristik ekonomi berbasis ilmu

pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan (knowledge

management) maka kemakmuran suatu perusahaan akan bergantung pada

suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri.

Semakin baik perusahaan dapat mengelola dan memanfaatkan intellectual

capital yang dimiliki, diharapkan akan menciptakan kompetensi yang khas

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

16

bagi perusahaan yang diharapkan mampu mendukung kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.

2.1.3 Resource –Dependence Theory

Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan bahwa

Resource dependency theory memfokuskan hubungan simbiotik perusahaan

dengan sumber daya lingkungan. Perusahaan memiliki ketergantungan dengan

perusahaan lain yang memiliki pengendalian terhadap sumber daya.

Perusahaan selalu berinteraksi dengan perusahaan lain yang mengendalikan

sumber daya dalam lingkungannya untuk memperoleh sumber daya tersebut.

Resource-dependence theory memiliki perspektif mengenai pekerjaan

entrepreneurship, seperti venture capitalist, regulator, dan konsumen utama

yang digambarkan sebagai pembentuk perusahaan dan outcomes melalui

pengendalian dari berbagai sumber daya penting. Teori ini memandang

sumber daya perusahaan sebagai hal yang melekat yang tidak dapat secara

cepat ditambah atau dihilangkan (Grant,1991).

2.1.4 Pengertian Intellectual Capital

Pada awal berkembangnya Intellectual Capital dijelaskan oleh Klein

dan Prusak dalam Ulum (2009:20) bahwa Intellectual Capital adalah materi

yang telah disusun, ditangkap, dan digunakan untuk menghasilkan nilai aset

yang lebih tinggi. Stewart menyatakan definisi intellectual capital sebagai

packaged useful knowledge. Sedangkan Brooking (1996) mendefinisikan

secara lebih komprehensif bahwa Intellectual Capital diberikan untuk

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

17

kombinasi intangible assets yang dapat membuat perusahaan untuk dapat

berfungsi. Edvinsson dan Malone (1997) mengidentifikasi Intellectual Capital

sebagai nilai yang tersembunyi dari bisnis. Menurut Bontis menyatakan

bahwa Intellectual Capital mencakup semua pengetahuan karyawan,

organisasi dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai tambah dan

menyebabkan keunggulan kompetitif berkelanjutan.

Intellectual Capital telah diidentifikasi sebagai seperangkat tak

berwujud (sumber daya, kemampuan, dan kompetensi) yang menggerakkan

kinerja organisasi dan penciptaan nilai. Intellectual Capital didefinisikan

sebagai sumber daya pengetahuan dalam bentuk karyawan, pelanggan, proses

atau teknologi yang perusahaan gunakan dalam proses penciptaan nilai bagi

perusahaan (Ulum, 2009:20-30). Nilai tambah suatu perusahaan dapat

diciptakan melalui sumber daya baik fisik maupun keuangan (Pulic, 1998

dalam Ulum, 2009:86). Sedangkan Intellectual Capital merupakan intangible

asset yang tidak mudah untuk diukur. Berdasarkan hal tersebut diperlukan

solusi untuk mengukur dan melaporkan Intellectual Capital perusahaan dan

bagaimana Intellectual Capital memberikan nilai tambah pada perusahaan.

Oleh karena itu muncul konsep Value Added Intellectual Coefficient (VAIC)

untuk kondisi tersebut.

Intellectual capital mewakili sumber daya yang bernilai dan

kemampuan untuk bertindak yang didasarkan pada pengetahuan Nahapiet dan

Goshal (dalam Sugeng, 2000). Namun demikian, Dzinkowski (dalam Saputro,

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

18

2001) berpendapat bahwa intellectual capital merupakan hasil akhir dari

proses transformasi pengetahuan atau pengetahuan itu sendiri yang

ditransformasikan ke dalam intellectual property atau intellectual assets

perusahaan.

2.1.5 Komponen Intellectual Capital

Skema modal intelektual menurut (Sveby, 1997), (Stewart, 1997), dan

(Edvinson dan Sullivan, 1996) menggambarkan tiga elemen yang sama, yaitu

modal intelektual yang melekat pada manusia (human capital), modal

intelektual yang melekat pada organisasi (structural capital), dan modal

intelektual yang melekat pada hubungan dengan pihak eksternal (customer

capital).

Tabel 1

Komponen Intellectual Capital

Elemen /

Author

Modal

Intelektual yang

melekat pada

manusia

Modal

Intelektual yang

melekat pada

organisasi

Modal

Intelektual yang

melekat pada

hubungan

dengan pihak

eksternal

Edvinson Human capital Organizational

capital

Customer capital

Stewart Human capital Structure capital Customer capital

Sveby Employee

competence

Internal stucture External structure

Sumber :Punomosidhi, 2006

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

19

Elemen pertama dalam tabel di atas adalah human capital, yang

merupakan kombinasi dari pengetahuan, keahlian (skill), kemampuan

melakukan inovasi, dan kemampuan menyelesaikan tugas, meliputi nilai

perusahaan, kultur dan filsafatnya (Bontis dalam Hartono, 2001). Elemen

kedua merupakan structural capital yang merupakan sarana dan prasarana

yang mendukung karyawan untuk menciptakan kinerja yang optimum,

meliputi struktur organisasi, patent, dan trade mark (Hartono, 2001). Elemen

ketiga adalah customer capital, mencerminkan hubungan dengan pihak luar

dari organisasi, seperti koneksi, loyalitas pelanggan, dan hubungan yang baik

dengan supplier (Petras dalam Hartono, 2001).

Maka dari itu dapat disimpulkan secara umum komponen dalam

intelellectual capital adalah sebagai berikut :

1. Human capital (HC)

Human capital adalah kompetensi, pengetahuan,keterampilan, dan

kepribadian yang dimiliki oleh karyawan untuk melakukan kegiatan yang

bermanfaat sehingga menghasilkan nilai ekonomi bagi perusahaan. Human

capital berasal dari pendidikan dan pengalaman yang dapat menghasilkan

inovasi melalui kreatifitas dan keterampilan yang dimiliki karyawan. Human

capital dapat dikembangkan oleh perusahaan dengan meningkatkan

pengetahuan karyawannya melalui pelatihan-pelatihan atau beasiswa untuk

melanjutkan kuliah ke tingkat yang lebih tinggi.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

20

Keberhasilan pengembangan human capital oleh perusahaan akan

menghasilkan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Dengan demikian

maka perusahaan akan dapat bersaing dan menghasilkan keuntungan.

2. Structural capital (SC)

Bontis et al. (2000) dalam Ulum (2009) menyebutkan bahwa

structural capital meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge

dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah database,

organizationalcharts, process manuals, strategies, routines dan segala hal

yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya.

Structural capital mendukung human capital untuk menghasilkan kinerja

yang optimal dengan sarana dan prasarana yang diberikan oleh perusahaan.

3. Customer Capital (CC)

Perusahaan tidak dapat berdiri sendiri tanpa dukungan dari pihak di

luar perusahaan seperti pemasok, pelanggan, masyarakat dan pemerintah.

Oleh karena itu perusahaan berusaha menjalin hubungan baik dengan

pelanggan, pemasok dan semua pihak yang mempunyai hubungan dengan

perusahaan. Pihak diluar perusahaan yang berbisnis dengan perusahaan dan

mempunyai hubungan baik dengan perusahaan disebut dengan customer

capital. Customer capital muncul melalui proses mengenal, belajar, dan

percaya. Seiring dengan proses tersebut, maka timbul hubungan dengan

perusahaan. Pada saat seseorang ingin membeli produk suatu perusahaan,

maka keinginan itu didasari oleh kepercayaan, harga dan spesifikasi produk

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

21

tersebut. Semakin baik hubungan seseorang dengan perusahaan, maka

semakin besar kemungkinan untuk membeli produk tersebut.

Komponen-komponen modal intelektual di atas merupakan indukasi

future value dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kinerja

keuangan. Oleh karena itu, diperlukan metode pelaporan dan pengelolaan

terhadap dimensi-dimensi intangible yang lebih sistematis (Purnomosidhi,

2006).

Intellectual capital merupakan sumber daya perusahaan yang

memegang peranan penting seperti physical capital dan financial capital.

Untuk itu perusahaan perlu mengembangkan strategi agar sumber daya yang

dimilikinya dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.

2.1.6 Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan suatu tolak ukur kemampuan

perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki

perusahaan. Dapat diartikan bahwa kinerja merupakan hasil pencapaian yang

telah dilakukan oleh perusahaan dalam periode tertentu. Perusahaan harus

terus melakukan peningkatan terhadap kinerja perusahaan agar tujuan

perusahaan tercapai. Kinerja keuangan yang baik mencerminkan kondisi

perusahaan dalam kondisi baik. Hasil dari kinerja keuangan dapat dijadikan

sebagai evaluasi untuk perusahaan di masa yang akan datang.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan penentuan ukuran-ukuran

tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

22

menghasilkan laba. Menurut (Elanvita, 2008) prestasi perusahaan yang

ditunjukkan oleh laporan keuangannya sebagai suatu tampilan keadaan

perusahaan selama periode tertentu disebut dengan kinerja keuangan

perusahaan. Sedangkan Pranata (2007) menyatakan bahwa kinerja keuangan

merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisien suatu

organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Pengukuran kinerja perusahaan

dengan elemen keuangan akan dijelaskan berikut ini:

a.Asset Turnover (ATO)

Asset Turnover (ATO) merupakan rasio dari total pendapatan terhadap

total asset (Firrer dan William, 2003). Rasio ini mengukur efisiensi

penggunaan total aset dalam menghasilkan pendapatan. Semakin besar

pemanfaatan penggunaan total aset baik tangible asset maupun intangible

asset seperti intellectual capital yang dimiliki maka akan meningkatkan

pendapatan perusahaan.

b.Growth in Revenue (GR)

Rasio ini mengukur perubahan pendapatan perusahaan, yaitu seberapa

baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya. Peningkatan

pendapatan biasanya merupakan sinyal bagi perusahaan untuk dapat tumbuh

dan berkembangan (Chen et al., 2000). Semakin baik perusahaan dapat

mengolah dan memanfaatkan intellectual capital yang dimiliki akan

memberikan nilai lebih dan keunggulan kompetitif bagi perusahaan sehingga

pendapatan perusahaan juga akan meningkat.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

23

2.1.7 Pengukuran Intellectual Capital

Pengukuran Intellectual Capital dapat dikelompokkan menjadi dua

kategori, yaitu pengukuran dengan metode non-monetary dan pengukuran

dengan metode monetary. Pengukuran IC yang berbasis non-moneter menurut

Tan et al., (2007) adalah sebagai berikut:

a. The Balanced Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton

(1992). BSC menerjemahkan misi organisasi dan strategi kedalam

sistem pengukuran kinerja yang komprehensif yang menyediakan

kerangka untuk pengukuran strategi dan sistem manajemen. Dalam

BSC tidak hanya menekankan pencapaian kinerja keuangan tetapi

hubungan sebab akibat kinerja non keuangan dan kinerja keuangan.

BSC digunakan sebagai pengukuran IC dengan memonitor kemajuan

kapabilitas dan pertumbuhan pengakuisian aset tidak berwujud.

Berikut 4 perspektif Balance score Card.

a) Perspektif keuangan, Bagaimana perusahaan melihat

pemegang saham, seperti bagaiman cash flow dan

profitabilitas perusahaan.

b) Perspektif pelanggan, Bagaimana customer melihat

perusahaan. Seperti harga dibandingkan dengan harga

competitor dan rating produk.

c) Perspektif bisnis internal, Terkait bagaimana kita harus

unggul dalam siklus produksi.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

24

d) Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Bagaimana kita

meningkatkan dan menciptakan nilai sebagai contoh

percentase penjualan dari produk baru.

b. Brooking`s Technology Broker Method (1996) Brooking (1996)

Dalam mendesain model intellectual capital perusahaan yang terdiri

dari : Market asset, human centered assets, Intellectual property

assets, Infrastuctural assets. Market assets terdiri dari merek,

customer, jalur distribusi dan kolaborasi bisnis. Intellectual property

assets termasuk diantaranya paten, hak cipta. Human centered assets

diantaranya termasuk pendidikan, pengetahuan dan kompetensi.

Asset infrastructure termasuk diantanya proses manajemen, sistem

informasi teknologi, kerja sama dan sistem keuangan. Brooking

dalam vanberg melakukan survey untuk menganalisis indicator IC

dengan menggunakan 20 pertanyaan yang meliputi human centered

asset, infrastructure asset, intellectual property asset dan market

asset. Untuk menganalisis lebih dalam setiap bagian dianalisis

melalui 158 pertanyaan tambahan dan jawaban dari pertanyaan

menggunakan skala likert.

c. The Skandia IC Report Method oleh Edvinsson dan Malone (1997)

adalah kumpulan dari suatu metode untuk mengukur Intangibles,

yang dipelopori oleh Leif Edvinsson dari Skandia. Navigator tersebut

terdiri dari atas suatu pandangan menyeluruh dari pencapaian hasil

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

25

dan prestasi. Susunan dari Skandia Navigator adalah sangat simple

tetapi canggih. Lima fokus area atau perspektif tersebut, mencakup

area kepentingan yang berbeda-beda. Setiap area menggambarkan

proses dari penciptaan nilai.

d. IC Index yang dikembangkan oleh Roos et al (1997). IC index model

dikembangkan oleh Goran dan Juhan Ross. Ross e.al membagi

Intellectual capital menjadi 3 elemen yaitu human capital,

organizational capital dan customer capital.

e. Sveiby Intangible asset monitor (IAM)Sveiby dalam van berg (2007)

menyatakan bahwa nilai perusahaan terletak pada invisible

knowledge-based asset. Nonaka Tak Euchi dalam van berg(2007)

mengembangkan konversi knowledge yang merupakan bagian dari

intangible asset monitor Sveiby.

Penelitian ini menggunakan Model Pulic VAIC yang dikembangkan

oleh Pulic. Menurut Ulum (2009:86) Metode ini didesain untuk menyajikan

informasi tentang penciptaan nilai efisiensi dari aset berwujud (tangible asset)

dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. VAIC

adalah sebuah prosedur analitis yang dirancang untuk memungkinkan

manajemen, pemegang saham dan pemangku kepentingan lain yang terkait

untuk secara efektif memonitor dan mengevaluasi efisiensi nilai tambah atau

value added (VA) dengan total sumber daya perusahaan dan masing-masing

komponen sumber daya utama. Value added adalah indikator paling objektif

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

26

untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam penciptaan nilai (value creation) (Ulum, 2009:87).

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2

Penelitian Terdahulu

No

.

Nama Judul Penelitian Variabel Metode

Penelitian

Hasil

1. Kusumawardh

ani, Titisari

(2012)

Intellectual

Capital,

Financial

Provitability, and

productivity: An

Exploratory Study

of The Indonesian

Pharmaceutical

Industry

Variabel

Dependen :

Profitabilitas

,

Produktivita

s

Variabel

Independen

:

Intellectual

capital

(human

capital,

customer

capital,

organization

capital,

innovation

capital,

process

capital) dan

physical

capital

Model

Regresi

Sederhana

Intellectual

capital

berpengaruh

positifdan

signifikanter

hadap

profitabilitas

pada

perusahaan

Farmasi

Physical

Capital

berpengaruh

positif dan

signifikan

terhadap

profitabilitas,

tetapi tidak

berpengaruh

terhadap

produktivitas

pada

perusahaan

farmasi

2. Ulum, Ihyaul

(2008)

Intellectual

Capital

dan Kinerja

Variabel

dependen :

Kinerja

PLS Komponen

Intellectual

capital yaitu

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

27

Keuangan

Perusahaan; Suatu

Anaisis dengan

pendekatan

Partial

Least Square

Perusahaan

Variabel

independen :

Human

capital,

Customer

capital,

structural

capital

Structural

capital dan

customer

capital

berpengaruhp

ositif dengan

kinerjakeuan

gan

perusahaan.

Human

capital

berhubungan

dengan

structural

capital dan

customer

capital

Customer

capital

berhubungan

dengan

structural

capital.

3. Pramelasari,

Yossi (2010)

Pengaruh

Intellectual

Capital

terhadap Nilai

Pasar

dan Kinerja

Keuangan

Perusahaan

Variabel

Dependen:

Kinerja

keuangan

(ROA,

ROE,

EP) dan

MtBV

Variabel

Independen:

STVA,

VAHU,

VACA,

R&D,

AD

Model

Regresi

Sederhana

IC tidak

berpengaruh

terhadap

MtBV dan

kinerja

keuangan

tidak terdapat

perbedaan

MtBV

antara

perusahaan

High-IC

dengan

perusahaan

Low –IC

hanya terjadi

perbedaan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

28

pada nilai

ROA dan

ROE antara

perusahaan

high-IC

dengan

perusahaan

Low-IC.

4. Solikhah,

Badingayus

(2010)

Implikasi

Intellectual

Capital terhadap

FinancialPerform

ance,Growth, dan

Market Value

Variabel

Dependen:

CR, DER,

ATO, ROI,

ROE, EG,

AG,PBV,PE

R

Variabel

independen:

VACA,VAH

U,

STVA

PLS Modal

intelektual

berpengaruh

positif

signifikan

terhadap

kinerja

keuangan

dan

pertumbuhan

perusahaan

Modal

intelektual

Tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap nilai

pasar

perusahaan

5. Subrata, Imam

(2014)

Pengaruh

Intellectual

Capital

Terhadap Kinerja

Keuangan

Perusahaan

Manufaktur High-

Ic

Dan Low-Ic Yang

Terdaftar Di

Bursa

Efek Indonesia

Variabel

Dependen:

ROA

Variabel

Independen:

VAHU,VA

CA,

STVA

Model

regresi

Sederhana

Modal

intelektual

(VAIC)

berpengaruh

terhadap

kinerja

keuangan

(ROA)

Tidak

terdapat

perbedaan

nilai

intellectual

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

29

capital antara

perusahaan

High-IC dan

Low-IC

Sumber : Diolah dari beberapa hasil penelitian (2011)

2.3 Kerangka Pemikiran

Metode VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) dikembangkan oleh

Pulic (1998) didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency

dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang

dimiliki perusahaan. Komponen utama dari VAIC dapat dilihat dari sumber daya

perusahaan, yaitu physical capital (VACA – value added capital employed), human

capital (VAHU – value added human capital), dan structural capital (STVA –

structural capital value added), (Ulum, 2008).

Gambar 1

Kerangka Pemikiran Teoritis

H1

H2

H3

Sumber : Hasil Olah Sendiri

Intellectual Capital

VAHU

STVA

VACA Kinerja Keuangan

GR

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

30

Gambar 2

Kerangka Pemikiran Teoritis

MJN

H 4

H5

H6

Sumber : Hasil Olah Sendiri

2.4 Hipotesis

Jika intellectual capital merupakan sumber daya yang terukur untuk

peningkatan competitive advantages, maka intellectual capital akan memberikan

kontribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan (Harrison dan Sullivan, Chen at al,

Abdolmohammadi dalam Ulum, 2008). Apabila intellectual capital meningkat, maka

kinerja keuangan akan semakin meningkat, begitu juga sebaliknya.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan

(Sugiyono, 2011:99). Jawaban sementara diartikan bahwa jawaban yang diberikan

masih hanya berdasar atas teori yang relevan dan belum berdasarkan fakta-fakta

empiris dari pengumpulan data. Berdasarkan landasan konseptual dan landasan teori

yang telah diuraikan, maka disusun beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut :

Intellectual Capital

VAHU

STVA

VACA

Kinerja Keuangan

GR

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

31

1. Pengaruh Value Added Capital Employed (VACA) terhadap Asset

Turnover (ATO)

Capital Employed (CE) menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

mengelola sumber daya berupa capital asset yang apabila dikelola dengan

baik akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. VACA merupakan

bentuk dari kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber dayanya yang

berupa capital asset. Dengan pengelolaan dan pemanfaatan capital asset yang

baik, maka perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangan, pertumbuhan

perusahaan, dan nilai pasar (Kusumo, 2012). Semakin baik perusahaan

mengelola ketiga komponen intellectual capital ,menunjukkan semakin baik

perusahaan mengelola aset. Bila perusahaan mampu mengelola aset dengan

baik dan dapat menekan biaya operasional sehingga dapat meningkatkan nilai

tambah dari hasil kemampuan intelektual perusahaan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa capital employed memiliki pengaruh produktifitas.

H3 : Value Added Capital Employed (VACA) berpengaruh terhadap Asset

Turnover (ATO).

2. Pengaruh Value Added Human Capital (VAHU) terhadap Asset Turnover

(ATO)

Human capital (HC) menggambarkan sumber daya manusia dengan

pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang unggul, maka dapat

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan sehingga mencapai keunggulan

kompetitif. Indikasi gaji dan tunjangan yang diberikan oleh perusahaan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

32

kepada karyawan, mampu meningkatkan karyawan dalam mendukung kinerja

perusahaan sehingga HC dapat menciptakan value added serta meningkatkan

pendapatan dan profit perusahaan. Laba akuntansi merupakan ukuran return

bagi pemegang saham (shareholder),sementara value added merupakan

ukuran yang lebih akurat yang diciptakan oleh stakeholder (Ulum, 2008).

Value added yang dimiliki perusahaan salah satunya dihasilkan oleh efisiensi

dari human capital. Artinya, perusahaan mampu memaksimalkan

pengetahuan, keahlian, jaringan sehingga menciptakan nilai, sehingga hal ini

juga dapat menguntungkan shareholder karena manajemen mampu mengelola

organisasi untuk kepentingan mereka. Salah satu ukuran kepentingan

shareholder yaitu ATO. Sehingga dapat disimpulkan bahwa human capital

memiliki pengaruh terhadap produktifitas

H2 : Value Added Human Capital (VAHU) berpengaruh Asset Turnover

(ATO).

3. Pengaruh Structural Capital Value Added (STVA) terhadap Asset Turnover

(ATO)

Structural capital (SC) menggambarkan modal yang dibutuhkan perusahaan

untuk memenuhi proses rutinitas perusahaan dalam menghasilkan kinerja

yang optimal, serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya sistem

operasional perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi

manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan

(Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Tanpa diiringi oleh pengelolahan SC yang

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

33

baik maka akan menghambat produktivitas karyawan dalam menghasilkan

value added (Ulum, 2008). Dapat disimpulkan bahwa structural capital

memiliki pengaruh terhadap produktifitas.

H2 : Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh Asset Turnover

(ATO).

4. Pengaruh Value Added Capital Employed (VACA) terhadap Growth in

Revenue (GR)

Capital employed (physical capital) merupakan indikator dalam penciptaan

value added dalam modal yang dihasilkan perusahaan dengan efisien (Firer

dan Williams, 2003). Pulic (1998) berasumsi bahwa jika unit capital employed

menghasilkan keuntungan yang lebih besar dalam satu perusahaan dari yang

lain, maka perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang memanfaatkan

capital employed dengan lebih baik. Dengan demikian, pemanfaatan capital

employed yang lebih baik adalah bagian dari intellectual capital perusahaan.

Keefisiensian capital employed terjadi jika penggunaan modal fisik pada

sebuah perusahaan lebih sedikit maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan

perusahaan. Penelitian Citra (2011) yang menemukan bahwa pada Value

Added Capital Employed Perusahaan Manufaktur dinyatakan berpengaruh

terhadap pertumbuhan perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka

hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

H4 : Value Added Capital Employed (VACA) berpengaruh terhadap GR.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

34

5. Pengaruh Value Added Human Capital (VAHU) terhadap Growth in

Revenue (GR)

Human capital merupakan individual knowledge stock yang direpresentasikan

oleh karyawan. Human capital mengindikasi kemampuan karyawan untuk

menghasilkan nilai bagi perusahaan dari biaya yang dikeluarkan bagi

karyawan tersebut. Penelitian Citra (2011) pada perusahaan manufaktur

menyatakan bahwa secara bersama-sama intellectual capital dan tiga

komponennya berpengaruh terhadap pertumbuhan perusahaan. Hal ini

mengindikasi jika komponen intellectual capital salah satunya yaitu human

capital juga memberi pengaruh terhadap pertumbuhan perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah

sebagai berikut:

H2 :Value Added Human Capital (VAHU) berpengaruh Growth in

Revenue (GR).

6. Pengaruh Structural Capital Value Added (STVA) terhadap Growth in

Revenue (GR)

Structural capital (SC) menggambarkan modal yang dibutuhkan perusahaan

untuk memenuhi proses rutinitas perusahaan dalam menghasilkan kinerja yang

optimal, serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya sistem operasional

perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan

semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan (Sawarjuwono

dan Kadir, 2003). Penelitian Citra (2011) yang menemukan bahwa pada

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorieprints.mercubuana-yogya.ac.id/3078/3/BAB II .pdf · 2.1.3 Resource –Dependence Theory Pfeffer dan Salancik (1978) dalam Pratiwi (2005) menjelaskan

35

perusahaan manufaktur structural capital dinyatakan berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka

hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

H6 : Structural Capital Value Added berpengaruh terhadap Growth in

Revenue (GR)

.